• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA SATUAN PENGAMANAN DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN DI UNIVERSITAS LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA SATUAN PENGAMANAN DALAM MENANGGULANGI KEJAHATAN DI UNIVERSITAS LAMPUNG"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Kita mengetahui bahwa sejak dahulu sampai sekarang hewan ternak sangat besar manfaatnya terhadap kepentingan umat manusia, terutama sebagai sumber bahan pangan. Disarnping menghasilkan susu, daging dan telur, temak juga berperan sebagai sumber pendapatan, sebagai tabungan hidup, surnber tenaga, alat transportasi, sumber energi, penghasil pupuk kandang, dan sebagai hewan kesayangan (Tangka er al. 2000). Oleh karena itu, Han (1999); van der Zijpp (2000) menyatakan pentingnya peranan ternak dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Rusfidra (2004) rnenyatakan bahwa ternak memainkan peran penting dalam ketahanan pangan rumahtangga petani perdesaan, sebagai sumber pendapatan dan sebagai bentuk investasi (tabungan hidup).

Tujuan pembangunan peternakan nasional yang dimmuskan dalam Panca Dharma adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, terpenuhinya konsumsi pangan asal temak, menyediakan lapangan kerja, meningkatkan peran kelembagaan peternakan dan tercapainya keseimbangan antara pelestarian dan pemanfaatan sumber daya atam (Ditjen Bina Produksi Peternakan 200 1).

Ayam karnpung merupakan salah satu jenis ayam lokal yang banyak dipeliham masyarakat Indonesia. Disamping populer sebagai penghasil daging dan telur, ayam lokal dapat dimanfaatkan sebagai ayam hias, ayam petarung dan ayam penyanyi. Ayam lokal yang memiiiki suara kokok merdu sebaiknya dikembangkan ke arah tipe ayam penyany i untuk memenuhi kebutuhan para penggemamya. Ayam lokal yang potensial sebagai ayam penyanyi adalah'ayam kokok Balenggek ayam Pelung, dan ayam Bekisar. Ketiga bangsa ayam Iokal tersebut memiliki suara kokok merdu dan enak didengar.

Ayam kokok Balenggek (AKB) merupakan ayam lokal spesifik di Sumatera Barat (Utoyo el al. 1996; Direktorat Bina Perbibitan 1998). Ayarn ini

(2)

suara koko k AKB d iduga satu-satunya bangsa ayam dengan ti pe kokok balenggek di dunia (Narda 1993). AKB memiliki posisi yang tinggi bagi masyarakat suku Minangkabau (Fumihito el al. 1 996).

Dalarn upaya rnendorong pembangunan peternakan berbasis sumber daya temak lokal, Gubernur Sumatera Barat telah rnencanangkan daerahnya sebagai Lumbung Ternak Nagari sejak tanggal 7 September 2002. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan peternakan di Sumatem Barat seharusnya bertumpu pada ternak lokal dan menjadikan nagari sebagai basis wilayah pengembangan. Hal ini sesuai dengan visi pembangunan peternakan tahun 200 1-2004 yaitu "terwujudnya masyarakat yang sehat, produkti f dan kreatif melalui pembangunan peternakan tangguh berbasis sumber daya lokal" (Ditjen Bina Prduksi Peternakan 200 1).

Sejalan dengan ha1 tersebut, pemerintah Kabupaten Solok telah menetapkan AKB sebagai ternak unggulan PELITA V (1 989-1994), sebagaimana d imuat dalam program Gerakan Pengembangan Ekonom i Masyarakat (Gerbang Emas) yang dicanangkan oleh Bupati Solok (Almito 1994).

Meskipun memiliki potensi ekonomi cukup baik, narnun populasi AKB di daerah sentra relatif kecil. Menurut Abbas et al. (1997) jumlah ayam jantan AKB hanya 354 ekor. . Berdasarkan jumlah populasi, Utoyo et al, (1996) mengkategorikan AKB ke dalam status mengkhawatirkan (endangered breed). Oleh karena itu, konsewasi AKB pen ting di lakukan karena daerah penyebarannya yang terbatas (endemik), populasinya kecil, laju migrasi ke luar daerah sentra cukup besar (30 ekor per bulan) dan semakin terbukanya daerah sentra dari isolasi transportas i.

Pada ternak ayam, upaya identifikasi dan karakterisasi mcrupakan prasyarat awal dalam konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik (Utoyo et

al. 1996; Weigend & Romanov 200 1 ). Dalam konteks tersebut, karakterisasi sifat- sifat fenotipik termasuk karakterisasi suara kokok AKB di Surnatera Barat perlu dikaji untuk dimanfaatkan sebagai data dasar dalam penyusunan sistem informasi keanekaragaman temak domestik.

(3)

sangat penting dilakukan. Berdasarkan pokok-pokok pemikiran tersebut, dilakukan penelitian karakterisasi sifat-si fat fenot ipi k sebagai data dasar yang diperlukan untuk melakukan konservasi sumber daya geneti k AKB di Sumatera Barat.

Tujuan Penelitian

1. Memperoleh data dasar karakteristik kuantitatifdan kualitatifAKB. 2. Memperoleh data dasar karakteristik suara kokok AKB.

3. Mendapatkan informasi sistern pemeliharaan AKB.

4. Mendapatkan informasi cara seleksi yang dilakukan peternak AKB. 5. Merumuskan strategi pengembangan dan konservasi AKB.

Manfaat Penelitian

(4)

TINJAUAN

PUSTAKA

Ayam Kokok Balenggek

Ayam kokok Balenggek (AKB) merupakan ayam asli yang berkembang di Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

AKB diduga merupakan turunan dari ayam Hutan Merah (Red Jungle Folrfl (Abbas el al. 1997). Ayam ini tennasuk t i p ayam penyanyi karena memiliki suara kokok yang merdu dan enak didengar (Rusfidra 2001). Suaranya sangar

khas, berkokok dengan irama rnerdu dan bersusun-susun, mulai dari tiga sampai

21 suku kaia atau lebih (Murad 1989). AKB merupakan fauna maskot Kabupaten

Solok (Fumihito er al. 1996).

Berdasarkan bobot badan dikenal dua jenis AKB yaitu ayam bertubuh

besar (a>am Goclang) dan ayam bertubuh kecil (ayam Ratiah). Ayam Gadau_e memiliki berat badan lebih dari 2 kg, sedangkan ayam Raiiak berbobot kurang dari 2 kg. Ayam ini rnemiliki penampilan tegap dan gagah, warna bulun!a bervariasi mulai dari merah, kuning, putih dan kombinasi antara warna tersebur. Bulunya mengkilat dan merniliki jengger tunggal (single comb).

Penggernar dan pernerhati AKB memberikan nama khas untuk setiap jenis ayam yang dimilikinya. Penamaan didasarkan pada warna bulu, warna kaki. warna mata dan kombinasi antarwama tersebut. Menurut Sarwono ( 1988) AKB dikategorikan dalam delapan nama utama, yaitu

1. ladung: kaki, paruh dan mata berwarna hitarn 2. pileh: kaki. paruh dan mata berwarna putih 3. jalak: kaki. paruh dan mata berwarna kuning 4. kurik: kaki. paruh dan mata berwarna lurik 5 . putih : bulu seluruhnya berwarna putih 6 . kanso : bulu seluruhnya berwarna abu-abu 7. biring: kaki, b r u h dan mata berwarna merah

(5)

Ragam Suara Kokak

AKB

Pada umumnya suara kokok ayam bangkok, ayam ras, ayam pelung dan ayam B u m Iainnya terdiri dari empat suku kata yaitu: "ku-ku-ku-kuuuuu", sedangkan AKB memiliki suara kokok lebih dari empat suku kata (Murad 1989). Spesifikasi suku kata kokok AKB sscara tertulis telah diungkapkan Murad ( 1 989). Menurut Murad suara kokok ayam bangkok, ayam pelung dan galur ayam yang lain terdiri atas empat suku kata, dengan pelafalan sebagai berikut:

Lafal kokok : ku-ku-ku-kuuuuu Suku kata: 1 2 3 4

AKB mempunyai suara kokok lebih dari empat suku kata, umumnya berkism antara enam sarnpai 15 suku kata bahkan lebih (Abbas et al. 1997). Lafal suara kokok adalah sebagai berikut:

1 ). suku kata lima: ku-ku-ku-ku-kuuuuuu 2). suku kata enam: ku-ku-ku-ku-ku-kuuuuuu

3). suku kata 10: h-ku-ku-ku-ku-ku-ku-ku-ku-kuuuuuu

Berdasarkan jumlah suku kata kokok, oleh penduduk setempat disebut ayam kokok balenggek (Abbas ei al. 1997). Penghitungan jumlah lenggek kokok didasarkan pada jumlah suku kata kokok dikurangi tiga poin (Murad 1989;

Yuniko 1993), misalnya:

1). bulenggek satu: suku kata 4 dikurangi 3 2). balenggek lima: suku kata 8 dikurangi 3 3). balenggek tujuh: suku kata 1 0 dikurangi 3

Murad (1989) mengelompokkan suku kata kokok A K B menjadi dua bagian, yaitu kokok bagian depan dan kokok bagian belakang. Kokok depan dimuIai dari suku kata pertama sampai ketiga, sedangkan kokok belakang dihitung mulai suku kata keempat sampai terakhir. Kokok bagian klakang disebut lenggek kokok.

(6)

Sij unj ung). Penyelenggaraan kontes tersebut biasanya dikaitkan dengan kon tes ternak seSumatera Barat, Kontes AKS juga diadakan dalam rangka peringatan hari besar nasional dan pekan budaya Minang. Fumihito er al. (1996) menyatakan bahwa AKB memiliki posisi yang tinggi bagi masyarakat suku Minangkabau.

Menurut Murad ( 1 994), komponen yang dinilai daiarn kontes AKB adalah sebagai berikut:

1. jumlah lenggek kokok (JLK),

2. kemerduan dan keindahan suara kokok,

3. keselarasan dan keserasian tempo dan irama kokok, 4. tingkat kerajinan berkokok dalam periode waktu tertentu, 5. keramahan bercanda dengan pemil ik dan penggemamya, 6. tingkat kelangkaan AKB,

7. kelengkapan, kesempurnaan, keserasian dan keindahan bentuk tubuh dan penampilan.

Saat ini terdapat tiga pendapat mengenai asal-usul AKB. Perrama, merupakan cerita rakyat yang berkembang di daerah sentra. Disebutkan bahwa AM3 yang berkembang saat ini berasal dari keturunan ayam Kinantan milik Cindua Ma10 (Yang Dipertuan Tuanku Rajo Mudo) dari Kerajaan Minang Kabau di Pagaruyung, Batu Sangkar, Sumatera Barat. Alkisah ketika Cindua Mato dikejar oleh Raja Imbang Jaya (Tiang Bungkuak) dari daerah Jambi maka ia bersama tiga ekor hewan kesayanganya yang terdiri dari kuda Gumarang, kerbau

Binuang dm ayarn Kinantan meiarikan diri ke Ngalau Bunian yang terdapat di

Desa Sumiso dan berdekatan dengan Bukit Sirayuah. Diperkirakan pada saat tertentu ayam Kinantan milik Cindua Mato terbang bermain ke Bukit Sirayuah dan mengawini ayam kampung setempat. Keturunan persilangan tersebut diduga mengalami domestikasi menjadi ayam Kinantan, Bangkeh, Jalak, Biriang, Taduang dan Kuriak yang dikenal sebagai keturunan AKB yang ada sekarang (Murad 1989).

(7)

sentra. Dugaan ini didasarkan pada teori bahwa hanya G. gallus gallus yang terdapat di pulau Sumatera (Nishida et al. 1980a). Menurut Abbas et al. (1997) AKB merupakan keturunan ayam hutan merah, sedangkan menurut Hutt (1 949); Crawford (1990); Soesanto (2000); Weigend dan Romanov (2001), ayam

domestik yang berkembang sekarang merupakan turunan ayam hutan merah.

Gambar 1 Skema evolusi keragaman genetik ayam domestik (Weigend & Romanov 200 1).

f

- <d

,-

. . ' PopAulrsi L i a r '- A y a m H . u t * n M t r a b

M c n y c b a r d ~p u s a r r ~ d a m c s r ~ k a s ~ m e n u j u d a e r a h l a i n

~ m r k r a A - A y n m A s l i

...

...

P e a g b m r i l P a a g m n

Y n t t j o r i : B ~ n f i a A y a m H l a s

( r ~ r e t d a m p r o d m k r ~ )

Hal senada juga dikemukakan Fumihito et al. (1994); Blakely dan Bade , (1998) yang menyatakan bahwa

G.

gallus gallus merupakan nenek moyang matriarkat (mafriarchic ancestor) dar i semua bangsa ayam domest i k yang berkembang sekarang

.

Keyakinan bahwa ayam Hutan Merah sebagai nenek moyang tunggal (single ancestor) dan penyumbang utama gen pool semua bangsa ayam domestik juga diungkapkan Hillel ei al. (2003) yang meneliti keragaman DNA mikrosatelit pada 52 populasi ayam di dunia. Skema evolusi keragaman geneti k ayam domesti k disaj ikan pada Gambar 1

.

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada umumnya ayarn domestik yang berkembang sekarang berasal dari turunan ayarn Hutan Merah. Berdasarkan argumentasi Weigend dan Romanov (2001); Nishida et al. ( 1 980b) maka diduga AKB yang berkembang di Payung Sakaki Kabupaten Solok merupakan turunan ayam Hutan Merah tipe ayam hias Cfmy breeds). Meluasnya perkembangan turunan Gallus gallus di berbagai tempat karena Gallus gullus mudah dikaw inkan

i

...

A,.- A4m.u ~ y l i ; ' ~ k i * b l l l h3.u T l p * n ~ C b l f G m l u r k h m s u r

B r e e d S t a n d a r

< < A , .

C l f u r Imbrs*~g.-

dam E k ~ ~ e r i m c r n t d # ~

C a l u r K a - t r d i + , 2

(8)

dengan krbagai ayam piara yang ada sekarang. Hasil perkawinannya bersifai subur (Bundy & Diggins 1960).

C o r u r n r x c o l u r n i x j o p o n I c u

G v a r r u s 2 9 9 . 9 C . v a r r u r 6

G . v a r r w s 3 2

7 4 .% G . v a r r u s 5 0

L; . s u n e r a r r r G . l u v a y r l t r I G . i a v o y c r f r 2

G . g n l l w r b a n k r v a I S

4 4 C G . g . d o m a s r t c u s ( A y a m C c m a n i 1 )

-

9 3 9 G . g . d o m c s r r c u s ( A ymm P e l u n g 7 6 )

Ci . g . d o m e s r r c w s ( N a g o y a )

IIJG g . d v r n c s r r c u s ( W h i t c L e g h o r n I ) G . g . d o m c r l i c u s ( B a n t a m 8 )

G . g , d o m c s r i c u r ( W h i i t L t g h o r n 3 )

s r i c u r ( B m r r t d P l y m o u t h R o c k 1 )

s r r c w r ( W h i t t L c g h o r s 2 )

. g a l l u r x p a d i c e u u r 5 . g a i l u r r p s d i c c o u s 3

G . g u 1 l u x s p a d i c c u u s 4

o m e s r r c v s ( A y a m K o k o k B n l t n g g c k 6 3 )

O R C J I I C Y S ( A y a m K o k o k B a l c n g g c k 7 1 )

I g a l l u r 8 ( T h r i l a n d ) s g a l l u s 1 0 ( T h m i l a n d )

Gambar 2 Konstruksi pohon filogenetik ayam domestik berdasarkan

urutan nukleotida (Fumihito ei al. 1996). Keterangan:

Galhu twtw 2,6 (Singamla Bali)

Gallur ~wiw 32 (Mdura)

GuIIu lmiw 50 (Banyuwangi; J a w Timur)

GUIIIU Imqwtn I f (Kcbun Binatang Dehimla, Srilangka) Gallus gullus b d i v a IS (Smgaraja. Bali. Indonesia)

.

Gdlw gdlw b k i v a IS (Jaw Barat)

Gallarr gallur h k f v a I9 (lampung)

Gallw gdlw gdllvt 39,4 1.58 (Palerntag, Sumatera Stlam)

GatIus gdlw gallus I I (Kebun Binatang Tams, Tokyo Jepang)

Gall* gdIw k t i w ( A m C a m ' 1) (Ktbun Binatang Surabap) Gallur $ 1 ~ domartim ( A > m Pelung 76) (Bogor, J a m Barat) Gallus gallw don~~tim (Nagoya Jepang)

GoIIuf gallw 1 m e s t i ~ 1 * ~ (White Lcghom I ) (Stasiun Pemlitian Pctemakan Hirashima Jepang) Gallrcs g d t w &me.stiw (Thai Banram 8) (Thailand)

Gallur gallw d o m a r i m (Barred Plymouth Rock) (Inggris)

Gallus gdtw domesticus white Leghorn 2 )

Wtus g d l w e i c e w 3 . 4 . 5 (Dcpartcmm Kehutanan Thailand)

Gallrrr g d l w h m s t i c ~ (Amm KhkoR B d e w k 63,f I ) (Solok Sumam Barat)

(9)

Ketiga, studi yang dilakukan Furnihito er al. (1996) yang melakukan penelitian molekuler kberapa ayam domestik (G, gallus domesticus), ayam Hutan Merah (G, gallus gallus), ayam Hutan Ceylon (G. lavqyefti), ayam Hutan Abu- abu (G, sonerati0 dan ayam Hutan Hijau (G. varius), menunjukkan bahwa AKB memiliki kekerabatan yang dekat dengan G. gallus gallus yang ada di Thailand. Fumihito et al. (1994) menyimpulkan bahwa AKB belgsal dari ayam lokal

-

Thailand yang men yebar ke daerah Sumatera Barat. Pada Gambar 2 dapat dilihat

konstruksi pohon filogenetik ayam domestik berdasarkan urutan nukleotida.

Pewarisan Sifat Kokok Balenggek

Analisis pewarisan sifat bertujuan menelusuri dari perkawinan antar tetua mana sifat kokok balenggek diwariskan pada anak jantan. Analisis ini menggunakan catatan silsilah perkawinan yang dilakukan Murad (1 994b), seorang penggemar AKB di Kota Padang. Berdasarkan data perkawinan AKB yang dilakukannya antara tahun 1987- 1994 telah melakukan perkawinan sampai generasi ketiga (G3J Ada tiga pola perkawinan yang dilakukan Murad. Untuk memudahkan pemahaman selanjutnya AKB disingkat dengan B dan ayam karnpung disingkat dengan K.

1. Pola Perkawinan B

$

X

K

?

Perkawinan pejantan AKB dengan betina karnpung rnenghasilkan semua anak jantan pada

GI,

Gz dan G3 tidak memiliki kokok balenggek, meskipun proporsi darah AKB cukup besar, yaitu $ F '/zB'/z

K

(GI),

8

F

%B

1/4K (Gz) dan $

F

7/8B 1/8K (G3).
(10)

kokok balenggek, meskipun proporsi darah pejantan AKB cukup besar, yaitu

6

F%K 112B (GI), $ F 314 K 114B (GI) dan

8

F 7/8K 1/8B (G3).

3. Pola Perkawinan B

$

X B

9

Perkawinan pejantan AKB dengan induk AKB rnenghasilkan anak jantan pada GI, GI dan G3 memiliki kokok balenggek. Ayarn jantan yang digunakan adalah pejantan AKB sedangkan betina induk merupakan betina murni keturunan AKB. Jadi proporsi darah AKB pada $ GI, $ GI dan $ G3 adalah 100%.

Mengamati pola perkawinan tersebut di atas, sifat kokok balenggek tereskpresi pada turunan hasil perkawinan pejantan AKB dengan betina A m . In formasi tersebut sejalan dengan pengalaman penangkar AKB (Ramli 22 Agustus 2000, komunikasi pribadi), yang menyatakan bahwa AKB diturunkan dari perkawinan pejantan dan betina AKB.

Determinasi Seks AKB

Ternak unggas memiliki 39 pasang kromosom yang terdiri dari 38 pasang kromosom tubuh (autosom) dan satu pasang kromosom seks (genosom). Pada manusia dan ternak marnalia, krornosom seks betina merupakan pasangan homogametik (XX) dan kromosom seks jantan merupakan pasangan heterogametik (XY) (Whinchester 1958; Martojo 1992; Noor 1996; Kagami &

Hanada 19971, sedangkan kromosom seks pada unggas jantan bersi fat homogametik (ZZ) dan heterogametik

(ZW)

pada betina (Whinchester 1958; Stevens 1996; Kagami & Hanada 1997).
(11)

Fenomena Ayam Penyanyi

Kegiatan mendengarkan kicauan burung sudah lama menarik perhatian manusia (Oliver 1966). Studi tentang ayam penyany i telah dilaporkan Somes et '

01. (1990). Ayam domestik yang memiliki suara rnerdu dan panjang disebut long crow fowl. Di negara Jepang terdapat tiga bangsa ayam yang memiliki suara kokok panjang dan merdu, yaitu ayam Toutenko, Toumaru dan Koeyoshi (Tsudzuki 2003).

Rataan durasi kokok ayam domestik pada urnumnya berkisar antara 2-3 detik (Somes et al. 1990; Siege1 & Dunington 1990). Ayam Tourenko, Toumaru dan Koeyoshi mampu berkokok selama 15 detik (Tsudzuki 2003), sedangkan

ayam Pelung memiliki durasi kokok berkisar dari 3.0-8.9 detik (Jatmiko 200 1).

Suara Hewanfrernak Definisi Suara

Suara adalah serangkaian gelombang bertekanan yang merambat dalam

udara (Guyton 1994). Menurut Cromer (1998) suara merupakan gelombang longitudinal yang merambat melalui udara, air dan zat padat.

Suara memegang peranan penting daIam kehidupan semua jenis hewan. Dengan menggunakan suara, hewan mampu berkomunikasi antara satu dengan laimya dan memperoleh infonnasi tentang lingkungannya. Pada ternak mamalia dan unggas, suara merupakan alat komunikasi yang penting antara sesama mereka. Menurut Campbell dan Lasley (1 9851, bumng menggunakan suara untuk

berkomunikasi dengan manusia.

Organ Penghasil Suara

(12)

al. 2000). "Syrinx'herupakan organ vokal yang unik pada burung (Smyth &

Smith 2002).

Pada "syrinx" terdapat sepasang membran tymphani medial (MTM) yang bergetar pada saat dilewari oleh udara ekspirasi. MTM dikenal sebagai pem bangkit suara (sound ge~terafor) (Goller & Larsen 1997). Selaput ini berupa

organ yang sederhana pada szbagian besas unggas, narnun merupakan selaput

yang kompleks padn burung penyanyi (Young f 986). Perkembangan "syrinx"

diatur oleh horrnon-hormon gonad (Turner & Bagnasa 1988). "Syrinx" atau kotak

suara (voice box) terdapat pada persirnpangan antara rrakhea dengan bronkus (Gambar 3).

Gambar ; Saluran pernapasan unggas.

+

.

Fungsi Suara

(13)

pasangannya. Campbell dan Lasley ( 1 985) menambahkan bahwa burung menggunakan nyanyian sebagai penanda datangnya waktu pagi.

Menurut Campbell dan Lasley (1985) respon perilaku pada ternak merupakan sifat yang diwariskan (hereditas) dan pengalaman belajar serta interaksi antara kedua faktor tersebut. Cardoso dan Sabbatini (2004) menyatakan tingkah laku ternak merupakan interaksi antara genetik dan lingkungan.

Menurut Marler dan Doupe (2000) sifat nyanyian pada burung merupakan perilaku belajar yang diwariskan secara kultural (culfurally inherited trail) dari generasi ke generasi. Studi pada burung Finch Darwin yang dilaporkan Grant PR dan Grant

BR

( f 997) menunjukkan bahwa sifat nyanyian merupakan sifat yang diwariskan secara kultural melalui proses "imprinting". Menurut Cardoso dan Sabbatini (2004) sifat "imprinting" merupakan interaksi antara naluri dan

.

pengalaman berlatih (learning).

Suara kokok pada ayam jantan termasuk suara tipe nyanyian dan

merupakan karakteristik seks sekunder. Menurut Blakely dan Bade ( 1 998), respon berkokok pada ayam termasuk sifat seks sekunder. Fungsi nyanyian pada burung

untuk rnenandai wiIayah dan atraksi rnenarik perhatian k t i n a pasangannya ("sexual calling") sebelum terjadi perkawinan (Famer et a!. 1975 van Tyne & Berger 1976; Lundberg & Alatalo 1992). Tipe suara nyanyian hanya terdapat pada ternak jantan (Brenowitz el al. 2003; Grant PR & Grant BR 1997).

Suam hewan juga dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan (Zymmerman 1995; Blokhuis & Koene 1998; Koene 2001), sebagai ekspresi emosional dan status fisiologi ternak (Koene 1996). Fitri (200 1 ) melaporkan

.

bahwa karakteristik nyanyian pada burung kenari jantan dapat dijadikan sebagai

indikator mutu burung kenari jantrtn.

Dalam ha1 pentingnya kajian dilakukan terhadap hewan ternak, Al- Qur'anul Karim menyebutnya &lam ayat berikut

" D m

sesungguhnya puda binatang ternak itu benar-benar terdapar pelajaran yang penling bagi kumu. Kami (Allah) memberi minum Kamu dari air susu yartg a& di dalam peruirya,

dan @gal pada binutang itu terdapaf m a n f a yang banyak untuk kamu, dmz

(14)

Sulaiman telah mewarisi Daud.., dun dia b e r h a : "Hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuaru. Sesungguhrtya wrnua ini benar-benar suatu kurnia yang nyaf a".

Berkenaan dengan suara kokok ayam jantan disebutkan daiam hadits, Rasulul lah SAW. bersabda: "Jika kamu mendengav mara kokok aynm jantan maka mohonlah kurunia kepada Allah SWT, h n a sesungphryu binatang tersebut telah melihat malaikat" [Hadis Riwayat Abu Hurairah r.a.1. Dalam hadis yang lain, diriwayatkan oleh Masruq r.a: '' Aku bertanya kepada Aisyah mengenai amalan Rasulullah s.n.w. Aisyah nrenjuwab: Baginda suka berdiam diri. Aku ber~anya lagi: Bilakah wakrunya baginda sholat? A isyah menjawab: Apabila mendengar suara nyam jan fan berkukok baginda bangkit dan mendirikan sholat [Aisyah r.a.1.

Nilai Ekonomis Suara

Suara merupakan salah satu komditi yang bernilai ekonomi. Banyak orang marnpu mengolah suara dan menjadikan suaranya bernilai ekonomi, seperti penyanyi, penyair, orator, penyiar dan pernbawa acara. Mereka adaIah sebagian orang yang meraih popularitas dan materi karena memiliki suara yang indah, merdu dan memikat. Mereka mampu mengubah suara menjadi uang dan popularitas (Rusfidra 2003). Ayam dan burung yang memiliki suara kokok dan kicauan yang merdu memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi dari ayam yang tidak memiliki kokok merdu.

Visualisasi Suara

Saat ini teknologi audio visual telah semakin berkembang. Pada masa dahulu, suara ha& dapat didengar namun sekarang - teknologi telah memungkinkan suara dapat didengar dan dilihat. Pada urnumnya visualisasi suara dapat ditampilbn dalam tiga bentuk, yaitu wave form, specfrogram dan spectrum. Wme form (oscilogram) merupakan visualisasi suara dalam bentuk grafik. Sum bu X adalah dimensi waktu (detik) dan sumbu Y adalah dimensi frekuensi (kHz).

(15)

2000). Poia waveform terbagi atas t iga h e , yaitu fase trigger, fase event duration dan fase silence gups (www. birds.comel l.edu.sound analysis software. htrnl).

Spectrogram suara (sonogratdaudiogram) dalah visualisasi suara secara sekuensial, dimana dimensi horisontal adalah waktu (detik) dan dimensi vertikal adalah frekuensi (kHz). Spectrogram suara dapat memberikan informasi secara tepat dan lengkap karena didasarkan pa& pengukuran aktual perubahan frekuensi dari waktu ke waktu dengan menggunakan program komputer spesifik. McCraken dan Sheldon (1997) menyatakan spectrogram merupakan frekuensi dan energi suara pada periode waktu tertentu. Spectrogram juga disebut suara tercetak (voice print).

Kemajuan Riset Ilmu Pengetahuan Suara

Ilmu pengetahuan suara adalah ilmu yang mempelajari karakteristik suara, organ penghasil suara, fungsi suara, fisiologi suara dan analisis suara manusia dan suara hewan (bidustik). Riset modern pada burung penyanyi dimulai sejak tahun 1958 yang dirintis oleh William Thorpe (Brenowitz er al. 2003) dan telah berlangsung sekitar 50 tahun (Slater 2003).

Suara merupakan komponen penting dalam riset bio acoustics (animal

acoustics). Riset bio ucousrics sudah dimulai sekitar 50 tahun yang Ialu dan dirintis oleh Peter Marler (peneliti di Laboratorium Komunikasi Hewan, Universitas California) dengan publikasi be judul Chmacteristics some animal call dalam Jumal Nature volume 1 76 terbitan tahun 1 95 5 (Kumar 2003).

McCraken dan Sheldon (1997) menyatakan bahwa vokalisasi dapat dijadikan sebagai dasar dalam m e l a k u h konstruksi filogenetik antar spesies. Kaj ian filogenetik berbasis suara didasarkan pada tiga karakteristik suara y aitu jumlah suku kata, struktur suku kata dan frekuensi dasar suara. Selain itu, vokalisasi unggas dapat dijadikan sebagai dasar &lam studi sejarah evolusi.

Karslkteristik Morfologis Ayam Kampung

(16)

ayam diantaranya:

.

berat badan, panjang tulang femur, panjang tibia dan tarsometatarsus, lingkar tulsng tarsometatarsus, panjang jari ketiga, panjang '

sayap, panjang paruh dan tinggi jengger. Menurut Mansjoer (1985) kernurnian suatu bangsa ayam ditentukan oleh keseragaman ciri-ciri tubuh. Hasi l survai Nishida et al. (1980b) yang mengamati karakteristik morfologis ukuran-ukuran tubuh ayam kampung di Sumatera Barat, ditampilkm pada Tabel 1.

Tabel 1 Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh ayam kampung di Sumatera Barat (Nishida er 01. 1980a)

No Bagian Tubuh Seks

Jantan Betina 1 Panj y g femur (paha)(mm) 93.47 82.9 1

3 Panjang tarsometatarsus (mm) 98.37 82.4 1 4 Panjang jari ke-3 (mm) 75.53 65.18

5 Panjang sayap (mm) 224.00 192.00

6 Panjang paruh (mm) 64.13 61.52

7 Tinggi jengger (mm) 23 -93 11.56

8 Bobot badan (g) 1433.30 1171.40

Mansjoer (1 985) menjelaskan beberapa sifat kualitatif penting sebagai ciri khas d m dapat digunakan sebagai penentu suatu bangsa ayam. Sifat-sifat tersebut adalah: warna bulu, warna kerabang, warna caku dan bentuk jengger. Kemurnian ayam karn pung dapat ditentukan dengan rnelihat karakter kualitati f tersebut. Ayam kampung yang dianggap ayam asli tampak pada keragaw pola bulu, w m a bulu serta sifat kegeneti kaan iainnya. Menurut Diwyanto dm Iskandar (20031, ayam kampung t idak memiliki ciri spesi fik dan terdapatnya variasi warna bulu diantara ayam kampung.

(17)

dicapai yaitu: ( 1 ) membangun in formasi sebagai dasar pengambilan keputusan untuk keterkaitan, kegunaan, pengembangan dan pelestarian sumber daya ternak nasional, dan (2) mengembangkan data dasar sumber daya ternak sebagai k h a n

kebijaksanaan pemberdayaan dan pengembangan sumber daya ternak terseleksi. Karakterisasi surnkr daya geneti k temak asli dapat di lakukan dengan mengamati empat aspek yaitu deskripsi fenotipi k, evaluasi genetik, sidik j ari DNA dan karyotipe (Khumnirdpetch 2002) (Tabel 2). Identifikasi dan karakterisasi merupakan prasyarat awal untuk melakukan konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik (Weigend & Romanov 2001). Pada temak kesayangan atau ternak ekse bisi, karakterisasi fenotipi k merupakan upaya penting yang dilakukan pembibit ayam hias (Bolet et al. 2002).

Tabel 2. Karakterisasi sumber daya genetik ternak asli (Khumnirdpetch 2002)

No Spesies Strategi Karakterisasi Sumber Daya Genetik Deskripsi Evaluasi Sidik Jari Karyotipe + Fenotioik Genetik DNA

1 Ayarn Ya tidak Beberapa tidak

2 ltik Ya tidak Beberapa tidak

3 Sapi Ya beberapa Beberapa

Ya

4 Kerbau Ya tidak Beberapa Ya

5 Karnbing Ya tidak Tidak tidak

6 Domba Ya ti& Tidak tidak

7 Babi Ya tidak Beberapa tidak

(18)

Aaalisis SWOT

Analisis

SWOT

adaiah analisis kualitatif yang digunakan untuk menyusun forrnulasi strategi suatu kegiatan (Rangkuti 2000). Analisis ini digunakan sebagai alat manajemen bagi perencana pembuatan strategi manajemen suatu kegiatan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dm peluang (Opportunity), namun pada saat bersamaan dapat rnemin imal kan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Seorang perencana hams mengidentifikasi faktor-faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada kondisi saat itu sebelum mengambil keputusan strategis.

Kegiatan berikutnya adalah menggabungkan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut dalarn matriks dan kemudian menyusun aspek

SWOT

dalarn suatu kuadran (Rangkuti 2000). Formulasi strategi dibuat melalui strategi silang dari keempat faktor tersebut, yaitu:

+

Strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu strategi yang memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dm memanfaatkan peluang dengan sebesar-besamya.

4 Strategi WO (Kelernahan-Peluang), yaitu strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.

4 Strategi ST (Kekuatan-Ancaman), yakni strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman.

+

Strategi WT (Kelemahan-Ancaman), yaitu strategi yang meminimal kan kelemahan dan menghindari ancaman.

Konservmi Sumber daya Geuetik Ternak

Indonesia merupakan salah satu negara y ang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia setelah Brazil (Zuhal 2000; Noerdjito & Maryanto 200 1 ), sedangkan di Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara yang memiliki keanehragaman hayati tertinggi (Pareno 200 1). Indonesia juga kay a dengan keanekaragaman genetik (Zuhal 2000).

(19)

perhatian di banyak negara. Keanekaragaman hayati meliputi tiga asp& yakni keanekaragaman genet ik, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman ekosistem (habitat) (Soemanvoto 1 99 1 ; MNLH 1997). Selanj utnya Robert dan Allen (1 99 1 ) mengungkapkan terdapat tiga macam keanekaragarnan genetik yaitu keanekaragaman geografis, keane karagaman antar populasi dalarn satu lokasi dan keanekaragaman dalam populasi.

Menurut Bodo (1 990) konservasi adalah pengelolaan pemanfaatan biosfer oleh manusia sehingga menghasilkan manfaat berkelanjutan paling besar bagi generasi sekarang dan mendatang. Di dalam UU No 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, konservasi didefenisikan sebagai suatu usaha pengelolaan sumber alam lingkungan meliputi tanah, air, mineral, udara dan spesies (flora, fauna dan manusia) serta keanekaragaman hayati untuk digunakan oleh manusia menuju kualitas hidup yang lebih baik. Sasaran pokok konservasi surnber daya alam adalah perlindungan proses ekologis yang menunjang kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis dan pelestarian pernanfaatan sumber daya dan ekosistemnya (MNLH 1997).

Konservasi sumber daya ggenetik merupakan wacana global yang banyak mendapat perhatian di banyak negara (Ho et al. 1997). Konservasi menrpakan bagian integral dari pemuliaan temak dan pengembangan peternakan (Bodo 1990).

(20)

Tabel 3 Kategori populasi ternak domestik (Henson 1992)

Status Populasi Keterangan

Punah tidak ada peluang restorasi populasi, tidak ditemukan pejantan dan betina murni

Kritis

.

rawan kepunahan, variabilitas genetik menurun pada populasi tetua.

dalam bahaya kepunahan karena ukuran populasi efektif Endanger (Ne) kecil, untuk mencegah kehilangan genetik.

preservasi harus d ilakukan

Tidak Aman jumlah populasi menurun dengan cepat

Vulnerabel beberapa kerugian cukup membahayakan dalam eksistensi populasi

Normat bereproduksi tanpa kehi populasi tidak dalam bahaya kepunahan, dapat

langan genetik

Patterson dan silverside; (2003) rnenyatakan ada enam alasan penting konservasi sumber daya genetik, yaitu: (1) menjaga pernanfaatan gen dan kombinasi gen potensial, (2) memanfaatkan heterosis (hibrid vigor), (3) mengatasi terjadinya plato proses seleksi, (4) menyediakan jaminan kebijakan pada saat kondisi tidak menguntungkan, (5) alasan

ku

ttural dan (6) untuk tuj uan penelitian. Rudge (1 990) rnenyatakan empat alasan penting konservasi sumber daya genetik, yaitu ( 1 ) sebagai jaminan genetik, (2) untuk kepentingan penelitian, (3) untuk

kegunaan praktis dan (4) karena alasan sentimen sejarah, kultural dan kepentingan publik.

Menurut Patterson dan Silversides (2003) konservasi sumber daya genetik ternak mem iliki tujuan untuk: (1) Menjaga variasi genetik sehingga kombinasi gen selalu terjaga, (2) Menjaga terpeliharanya gen-gen spesifik, dan (3) Menjaga bangsa ternak lokal yang memiliki potensi pemanfaatan di masa depan.

Dalam melakukan konservasi sumber daya genetik ternak terdapat beberapa t a h a p ying harus dilakukan. Tahapan tersebut adalah inventarisasi, evaluasi, penetapan dm pelestarian (Patterson & Si lversides 2003). Inventarisasi sumber daya genetik mempunyai arti yang sangat penting (Zuhal 2000).

(21)

bangsa ternak yang akan di konservasi memerlukan pertimbangan aspek kultural, potensi ekonomi dan ancaman kepunahan (Henson 1992).

Program konservasi sumber daya genetik ternak merupakan program yang membutuhkan biaya tinggi dan perlu didukung oleh banyak pihak (Henson 1992; Patterson & Si lversides 2003). Kelompok yang diharapkan terlibat dalam program

konservasi sumber daya genetik ternak adalah peternak komersil (industri peternakan), peternak kecil, penggemar (hobiis), kelompok pernerhati konservasi, lembaga pemerintah dan lembaga internasional.

Konservasi ayam asli sangat penting dilakukan karena adanya sifat-sifat genetik unik pada .ayam-ayam asli (Safalaoh 1997). Menurut Gueye (1998) konservasi ayam asli bertuj uan untuk mempertahankan variasi genetik dan memanfaatkan sifat keunggulan adaptasi pada lingkungan pemeliharaan ekstensif. Menurut Bodo (1990) ayam merupakan ternak domestik paling universal clan penting sebagai penghasi 1 bahan pangan untu k konsumsi manusia. Jum lah

populasi minimal breeding stock untuk kelangsungan populasi ternak diperlihatkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah populasi minimal pada breeding stock untuk kelangsungan populasi (Bodo 1990)

Spesies Kondisi Petemakan Kondis i Penelitian

Jantan Betina Jantan Betina

Sapi 600-1 500 20- 100 10 26

Kerbau 500-1000 20-50 10 25

Kuda 400-1000 20-40 10 25

Domba 500-1 500 15-60 22 60

Babi 100-250 15-30 44 44

(22)
(23)
(24)

Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk pengukuran karakteristik morfologis

.

adalah timbangan kapasitas 3 kg, kaliper, meteran, tali dan kamera foto. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran karakteristik suara kokok: peralatan yang digunakan adalah 1 (satu) set cmsete corder merek Sony TCM-343, sport timer, mikro fon tipe unidirectional khusus untu k kom puter, kaset dan batu baterai.

Metode Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada karakteristik fenotipik (sifat kuantitatif dan kuaI itat if), karakteristik suara dan anal isis suara kokok AKB di Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap 1 berupa survai pendahuluan di desa sentra AKB. .Selanjutnya diadakan wawancara dengan responden dan pengukuran sifat kuantitatif AKB. Penelitian Tahap 2 difokuskan pada karakterisasi suara kokok dan keragaan si fat AKB di daerah penangkaran. Penelitian Tahap 3 adalah melakukan analisis s u m kokok AKB menggunakan paket komputer Spectrogram Versi 6.4, Sound Forge

XP

4.5 dan Goldwave Versi 4. Strategi pengembangan dan pelestarian AKB diolah menggunakan metode analisis SWOT (Strength, WeaAnessess, Opportunities dan Threat).

Karakteristik Fenotipik

Karakteristik fenotipik yang meliputi karakteristik kuantitatif dan kualitatif merupakan si fat kegenetikaan luar yang ditampilkan ternak. Karakteristik kuantitatif AKB yang diukur dalarn penelitian ini adalah: bobot badan, panjang femur, panjang tibia, panjang jari ketiga, tinggi jengger, dan jumlah gerigi jengger. Data ukuran tu buh tersebut dikumpul kan melalui pengukuran dan penimbangan.

Definisi ukuran-ukuran tubuh &lam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. bobot badan : bobot badan pada saat a y m masih hidup (g),

(25)

3. panjang tibia : diukur dari persendian lutut sampai ke turn it kaki (cm) (Austic & Neisheim 1990),

4. tinggi jengger : diukur dari tengah-tengahjengger (tengah tumbuhnya jengger) tegak lurus ke atas kepala (cm), dan

5 . panj ang jari ketiga : diukur dari pangkal jari sampai ke ujung jari ketiga (cm).

Karakteristik kualitatif rneliputi ciri khas yang terdapat pada A m . Karakter kualitatif yang diamati adalah: warna dasar tubuh, wama bulu sayap, bulu ekor, bulu leher, bulu punggung, cakar, mata, paruh, cuping telinga, jengger, kaki, pial dan bentuk jengger.

Karakterisasi Suara Kokok

Pengamatan karakterisasi suara dan perilaku berkokok ditetapkan menggunakan metode rime sampling (Sevil la et al. 1993). Pengamatan dilakukan pada tiga periode waktu, yakni pagi hari (pukul06.00-08.00

WIB)

(Tl), siang hari (pukul 11.00-13.00 WLB) (T2) dan sore hari (pukul 15.00-1 7.00 WIB) (T3) (Bibby et al. 2000). *

Karolkteristik suara kokok AKB yang diamati dalam penelitian ini adalah: j umlah suku kata kokok (JSK), j umlah lenggek kokok (JLK), kestabi lan berkokok

(KSK),

waktu berkokok (WKK), frekuensi (tingkat keseringan) berkokok (FKK) pada waktu tertentu ( 1 0 meni t), durasi kokok

(DKK)

setiap kal i kokok (detik).

Frekuensi berkokok adalah jumlah kali kokok selama waktu 1 0 menit yang dicatat pada waktu pagi (T I), siang (3'2) dan sore

(T3)

selarna tiga hari berturut- turut, yaitu hari pertama (H 1 ), hari kedua (H2) dan hari ketiga (H3). Durasi kokok adalah lama waktu berkokok (dalam satuan detik) yang diarnati pada 10 kali kokok berturut-brut pada pagi (T1 ), siang

(T2)

dan sore (T3).
(26)

-

Mutu Suara Kokok

Mutu suara kokok AKB yang diamati dalarn penelitian ini adalah tebal tipisnya suara kokok, tinggi rendahnya suara kokok dan bersih kotornya suara kokok. Ketiga variabel tersebut didefinisikan menurut Murad (1 994).

Te bal tipisnya suara kokok dikategorikan atas dua yaitu: suara kokok tebal Cjika s w a kokok terdengar lantang dan jelas) dan tipis Cjika suara kokok terdengar rendah dan kurang jelas). Tinggi rendahnya suara kokok dikelompokkan atas suara tinggi (nada suara tinggi, kokok nyaring dan dapat didengar dari jarak cukup jauh, >I00 m), dan rendah (nada suara rendah: kokok kurang nyaring dan hanya dapat didengar pada jarak dekat, 4 0 0 m). Bersih kotornya suara kokok. Suara bersih, jika suara kokok jernih, bersih, en& didengar dan tidak terputus dalam satu tarikan nafas. Suara kotor, jika suara kokok serak, parau dan terputus- putus).

Analisis Suara Kokok

Analisis suara kokok menggunakan program kornputer Goldwave versi 4.25, Sound Forge

XP

4.5 dan Spectrogram versi 6.4. Suara kokok AKB direkam pada pita kaset menurut petunjuk MacKinnon (1990) menggunakan audio tape recorder merek Sony TCM-323. Perebman suara dengan menggunakan kaset mampu menghasilkan suara yang baik ~http:l/www.bbc.co.uWnaturel animald dows chorus/schedule.html~. Suara kokok kemudian divisushisasikan dalarn

, bentuk dua bentuk sonogrand spectrogram dan wave form. Spectrogram

(27)

27

R e k o r d i n g k o k o k k e p i t a k a s t t

-m-

R e k o r d i n g k o k o k k e k o m p u t t r d t n b a m a o u m d r t c o r d c r m m t u k

m t n d i g i t a l l s r s l k a n r o a r . k o k o k

-D-

I

A n a l i s i s s u i r a k o k o k

I

-a-

V i s u t l i s a s i k o k o k d a l a m b e n t u k w r v e f o r m d r n s p e c t r o g r m m

- E L

I

I n t c r p r e t a s i b i s i l

I

Garnbar 4 Diagram alir analisis suara kokok AKB. Urutan pe kerjaan perekarnan suara kokok adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan merekam suara kokok AKB ke dalam pita kaset menggunakan audio tape rekorder dilakukan di kandang pribadi di Pariaman.

2. Melakukan digitalisasi suara kokok dengan rnenggunakan sound recorukr yang tersedia pada beberapa program analisis suara. Program komputer yang dipakai adalah Spectrogram Versi 6.4 dan Sound forge

XP

4.5. Kedua perangkat lunak tersebut dapat digunakan dalam analisis suara (visualisasi sum), printing (cetakan suara) dan ilustrasi suara (dalam bentuk spectrogramlsonogram) dan wave form, serta pengukuran waktu dan frekuensi suara.

3. Setelah direkam, suara kokok AKB disimpan dalarn format .WAV untuk digunakan dalarn analisis berikutnya.

4. Visualisasi suara kokok ke dalam bentuk wave form (oscilogmm) dan spectrogram (sonogram). Penampalcan waveform bertujuan untuk rnelihat pola suara kokok AKB, sedangkan specimgram merupakan visualisasi suara kokok dalam bentuk grafik.

(28)

fasilitas dan kemampuan untuk mereduksi adanya latar belakang suara gaduh atau berisik (noise).

6. lnterpretasi hail analisis suara kokok AKB.

Keregaan Sifat Berkokok AKB Di Penangkaran

Pengamatan j umlah AKB berkokok balenggek dan

JLK

diamati di daerah primer dan sekunder. Daerah primer merupakan desa sentra AKB di Kecamatan Payung S a M i Kabupaten Solok, sedangkan daerah sekunder merupakan tempat penangkaran AKB di Kudu Ganting, Kabupaten Padang Pariaman. Pengamatan ini didasari adanya anggapan bahwa AKB yang di bawa ke luar desa sentra cenderung memperlihatkan penurunan JLK atau hilang sarna sekali (Ramli 22 Agustus 2000, komunikasi pribadi). Sebanyak 14 ekor AKB dewasa digunakan dalam penelitian ini. Semua AKB dipelihara dalarn kandang tunggal dengan luas kandang 80 x 100 x 1 50 cm. Makanan yang diberikan adalah makanan komersil. Ransum dan air minum diberikan secara adlibiturn. Pengamatan dilakukan pada bulan ketiga AKB di penangkm. Parameter yang diamati adalah jumlah AKB yang berkokok balenggek dan

KK.

Keragaan Sifat Berkokok

A K B

pada Pemeliharaan & w m a

Pengamatan dilakukan pada 14 ekor AKB yang dikelompokkan ke dalam dua kelompok pemeliharaan, yaitu 7 ekor dipelihara dalam kandang individu dan 7 ekor dipel ihara dalarn kandang koloni (dipelihara bersama dengan ayam bet ina). Ukuran kandang individu adalah 80 x 100 x 150 cm. Kandang kelornpok berukuran 700 x 400 cm. Pejantan AKB dipelihara bersama dengan ayarn kampung dengan rasio 1 AKB berbanding 5 ayam betina. Makanan yang diberikan adalah makanan komersil. Ransum dan air minurn diberikan ad libitum. Pengamatan dilakukan pada bulan kelima penangkaran. Parameter yang diamati adalah ada tidaknya sifat berkokok.

(29)

Kantor Kepala Desa Simanau dan Sumiso, kantor Kecarnatan Pstyung Sakaki, kantor Dinas Peternakan Kabupaten Solok serta penggemar AKB

.

Analisis Data Karakteristik Fenotipik

Data morfometrik yang terkumpul ditabulasi, dihitung nilai rataan, standar deviasi dan kisarannya. Selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rataan menggunakan Uji-t menurut Weiss dan Hasset (1982) untuk melihat perbedaan sifat fenotipik AKB pada dua desa sentra. Analisis dendrogram menggunakan rumus pautan lengkap (complete linkage) (Karson 1 982). Data diolah menggunakan program Minitab rilis 13.20 (1 998).

, Karakterisasi Suara Kokok

Data terkumpul ditabulasi, dihitung nilai rataan, standar deviasi dan kisarannya. Data kualitatif diulas secara deskriptif. Rekaman suara kokok AKB dianalisis menggunakan program komputer Sound Forge XP 4.5 dan Spectrogram versi 6.4. Hasi l analisis suara ditampilkan dalam bentuk sonogram/ specfrogram suara dan w m form. Sebagai analisis pembanding digunakan rekaman suara kokok ayam Pelung, ayam Bekisar, ayam Karnpung dan burung perkutut.

Suara kokok ayam Pelung (ayam "Mega") merupakan ayam legendaris dan beberapa kali keluar sebagai juara (Jatmiko 200 1). Suara kokok a y m Be kisar yang digunakan adalah ayam Bekisar "Seruling Senja" yang pernah menjadi Juara I tingkat nasional tahun 1988 yang tersedia dalam bentuk kaset dan dijual secara

' komersil. Suara perkutut merupakan suara perkutut "Susi Susanti" yang

rnerupakan perkutut legendaris yang berhasil menjuarai banyak kejustraan tingkat nasional pada pertengahan tahun 90-an (Praktiknjo 2002). Suara perkutut terse but didapatkan dari situs ~h~:/lwww.wrkutut-0nlinen~

Strategi Pengembangan dan Konservasi AKB

(30)

Rangkuti (2000) dan dilanjutkan dengan merumuskan strategi pengembangan AKB di daerah sentra. Menurut Rangkuti (2000) penentuan fakror strategi

eksternal (EFAS) mengikuti kaidah sebagai berikut:

a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi petuang dan ancaman dalam kolom 1.

b. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1.0 (paling penting) sarnpai' 0 (tidak penting) (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1.0).

c. Menghitung peringkat (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sampai 1 berdasarkan pengaruh faktor tersebut

terhadap rencana strategi. Pemberian nilai peringkat untuk faktor peluang bersi fat positif (peluang yang semakin besar diberi peringkat +4 clan peluang yang kecil diberi peringkat + l . Nilai peringkat ancaman adalah kebalikannya. lika nilai ancaman sangat besar peringkatnya adalah 1, sebaliknya jika nilai

ancamannya sedikit peringkatnya 4.

d. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan peringkat pada kolom 3. untuk mernperoleh faktor pembobotan &lam koIom 4. Hssilnya krupa skor pembobotan untbk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi dari 4.0 sampai 1.0.

e. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4) untuk memperoleh total skor pembobotan.

Penentuan faktor strategi internal (IFAS) mengikuti kaidah sebagai berikut:

a. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam kolom 1.

b. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dalarn kolom 2, mulai dari 1.0 (paling penting) sampai 0 (tidak penting) (semua bobot tersebut jurnlahnya

tidak boleh melebihi skor total 1.0).

c.

Menghitung peringkat (dalam koiom 3) untuk masing-masing faktor dengan
(31)

peringkatnya adalah 1, sebaliknya jika nilai kelemahannya kecil peringkatnya adalah 4.

d. Mengalikan bobot pada kolorn 2 dengan peringkat pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi dari 4.0 sampai 1 .O.

(32)

BASIL

DAN PEMBAJ4ASAN

Topogrslfi Daerah Sentra AKB

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No 09 tahun 2000, Pemerintah Daerah Sumatera Barat memberlakukan kembali sistem pemerintahan nagari sebagai strata pemerintahan terendah di Sumatera Barat. Kecamatan Payung Sakaki merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat. Kecamatan ini terdiri atas 15 buah desa, yaitu: desa Kubang Nan Duo, Koto

Lubuk Pulai, Gantiang, Kubang Nan Raok, Simanau, Tapak Kudo, Kapujan, Batu Balenong, Kipek, Kampung Tangah, Muaro, Sumiso, Tanjung Balik, Garabak Data dan Lubuk Tareh (BPS Kabupaten Solok 1997). Sejak berlakunya sistem pemerintahan nagari di daerah Sumatera Barat, maka desa-desa yang ada bergabung mernbentuk pemerintahan nagari. Kecamatan Perwakilan Payung Sakaki yang sebelumnya berstatus kecamatan perwakilan diterapkan menjadi kecamatan penuh yang dinamakan kecamatan Tigo Lurah yang berkedudukan di Batu Bajanjang.

Kecamatan Tigo Lurah berjarak 60-90 km dari Ibu Kota Kabupaten Solok di Aro Sukarami. Di sebelah utara daerah ini berbatasan dengan Kecamatan IX

Koto Sungai Lasi, sebelah timur berbakan dengan Kecamatan Sangir dan Kabupaten Sawah Lunto Sijunjung, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Lembah Gumanti dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bukit Sundi.

Secam geografis Kabupaten Solok berada pada 0'32' LS

-

1'45' LS dan 100~27' BT - 101°41' BT. Daerah ini berada 390 m di atas pennukaan laut (BPS Sumatera Barat 1998). Secara umum daerah ini beriklim tropis dengan temperatur bervariasi antara 18 C - 30 C. Rataan curah hujan juga berkisar 1.189

-

mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 99 hari per tahun di Saningbakar sampai
(33)

Profil Demografis Peternak AKB

Pada bagian ini akan diterangkan variabel demografis peternak AKB di dua desa sentra utama, meliputi umur, jenis kelamin, jumlah tanggungan rurnahtangga, tingkat pendidi kan, lama beternak dan pekerjaan utama. Dengan mernahami karakteristik demografi tersebut. dapat dipahami profil peternak AKB di daerah sentra.

Umur dan Jenis Kelamin. Umur merupakan variabel demografi yang penting diketahui, karena struktur umur dapat rnempengaruhi perilaku demografis maupun sosial ekonomi (Nurdin 1981). Rentang umur petemak AKB tersaji pada Tabel 6 .

Tabel 6 Rentang umur peternak A K B

No Umur (tahun) Jumlah Persentase

Kepala Keluarga

w)

1 25-34 10 1 7.86

2 35-44 2 1 37.50

3 45-54 16 28.57

4 5 5 -64 6 10.71

5 > 65 3 5.36

TotaI 56 100.00

Rentang umur peternak AKB berada pada selang umur 25-64 tahun (94.64%) dan merupakan angkatan kerja produktif, seperti ketentuan Badan Pusat Stat istik, sedangkan sisanya (5.36%) tergolong kelompok usia lanjut, yaitu lebih dari 65 tahun. Pada usia kerja produktif, orang mempunyai kemampuan f sik lebih kuat untuk bekerja. Tingginya partisipasi kelompok petani berusia muda (25-44 tahun) sebesar 5 5.36% mernbuktikan bahwa memelihara AKB juga disenangi oleh kaum muda. Peternak berusia muda tersebut merupakan generasi penerus pengembangan dan pelestarian AKB di daerah sentra di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan Ray ( 1 992) yang menyatakan bahwa pemeliharaan ayam hias populer dilakukan oleh peternak berusia muda.

(34)

karena mernelihara ternak AKB tidak memerlukan banyak tenaga dan merupakan peke jaan sampingan.

Berdasarkan jenis kelamin, hasil penelitian menunjukkan bahwa sernua responden adalah laki-laki. Hal ini didukung oleh kultur masyarakat di Ranah Minang, bahwa laki-laki adalah pemimpin di dalam rumahtangga. Selain itu, kegiatan memelihara ayam merupakan hobi yang banyak disenangi kaum laki- laki. Perempuan biasanya membantu dalarn rnemberikan makanan tambahan untuk AKB atau menghalau ayam masuk ke kandang pada sore hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Alders dan Spradbrow (2001) yang menyatakan bahwa pada sistem produksi ayam kampung di perdesaan Kamboja, kaum perempuan memainkan peranan penting dalam ha1 memberi makan ayarn, menjual ayarn ke pasar, pengambil keputusan dalam penjualan ayarn, vaksinasi dan memotong ayarn.

Status Perkawinan. Memperhatikan karakteristik peternak dari status perkawinannya adalah penting, karena perkawinan merupakan salah satu tahap daIam periode kehidupan manusia. Responden penelitian ini adalah kepala rumahtangga petani yang memelihara AKB. Jadi responden adalah petani yang sudah berkeluarga atau sudah pernah kawin. Studi ini memperlihatkan bahwa semua responden adalah kepala rumahtangga yang berstatus kawin.

(35)

Tabel 7 Jumlah tanggungan rumahtangga peternak AKB No Iumlah Tanggungan Jum lah Persentase

Rumah Tangga (orang) (%)

1 Kecil (1 -3 jiwa) 4 1 73.21

2 Sedang (4-5 jiwa) 15 26.79

3 Besar (> 6 jiwa) --

--

Total 56 100.00

Hal ini sesuai dengan pendapat Mubyarto (1986), bahwa ienaga keja dalam usahatani di Indonesia sebahagian ksar berasal dari keluarga sendiri yang terdiri dari kepala keluarga, istri dan anak-anak yang berumur 12 tahun atau lebih.

Tingkat Pendidikan. Menu rut United Nation Development Program (UNDP, 2000), tingkat pendidikan masyarakat suatu negara merupakan indikator penting dalam menentukan peringkat sumber daya manusia

(SDM)

negara tersebut di antara negara-negara di dunia. Jalal (2001) menyebutkan bahwa pendidikan merupakan pilar terpenting dalam membangun

SDM

berkualitas. Semakin tinggi pendidikan masyarakat semakin tinggi potensi untuk memiliki SDM berkualitas. Semakin tinggi kualitas SDM semakin besar kesempatan untuk mernperoleh kesej ahteraan.

Pastuoviae et al. (199 1); Pastuoviae (1 992) menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor determinan dalam penentuan kualitas hidup manusia. Dalam konteks tersebut, Zuhal (2000); Rusfidra (2002) rnenyatakan bahwa melalui pendidikan diharapkan dapat tenvujud masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based socieq). Profil tingkat pendidikan peternak AKB ditampilkan pada Tabel 8.

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa sebahagian besar peternak (55.38%) . ,

(36)

berpendidikan SMP; 9.5% berpendidikan SMA; 0.1 3% berpendidikan diploma (D 1 -D3) dan 0.1 7% petani berpendidikan sa jana.

TabeI 8 Tingkat pendidikan peternak AKB

No Tingkat Pendidikan Jurn lah Persentase

(orang) (%)

1 SD 3 1 55.38

2 SLTP 6 10.71

3 SLTA 18 32.14

4 PT 1 1.79

Total 56 100.00

Kondisi tersebut rnenunjukkan bahwa secara umum petani di Indonesia masih berpendidikan rendah (Zuhal 2000). Tinggi rendahnya tingkat pendidikan akan mempengaruhi cara berpikir dan cara mengatasi masalah yang dihadapi seseorang. Petani dengan tingkat pendidikan lebih tinggi cenderung lebih terbuka dalam menerima inovasi baru dalam bidang peternakan. Menurut Domoviae (1 99 I), terdapat korelasi antara tingkat pendidikan dengan kemunculan inovasi. Orang yang berpendidikan rendah biasanya memi liki inovasi yang rendah dan sebaliknya inovasi lebih tinggi terlihat pada mereka yang berpendidikan Iebih tinggi.

Berkaitan dengan masi h rendahnya tingkat pendidikan peternak AKB, maka tidaklah mengherankan j ika tidak terlihat inovasi baru dalam pemeliharaan AKB. Sikap peternak terhadap ayam juga masih seadanya dan belurn tersentuh teknologi baru, padahal AKB merupakan termasuk ayarn khas yang hanya ada di desa sentra (Syofia 1993).

Dalam upaya meningkatkan wawasan petemak AKB perlu dilakukan program yang terarah berupa penyuluhan, pelatihan dan percontohan. Melalui pelatihan dan penyuluhan, petani diharapkan mampu menjadi peiaku utama dalam sistem usahatani yang tangguh (Zuhal 2000). Studi yang dilakukan Farooq

el a!. (2000) memperlihatkan bahwa pelatihan peternak wanita di perdesaan

(37)

penyimpanan telur dan jumlah telur yang ditetaskan. Pelatihan mampu meningkatkan produksi ayam kampung sistem pekarangan.

jika dikaitkan dengan status kepemilikan AKB, dimana semuanya dimiliki oleh kaum laki-laki, maka target program peny uluhan sebaiknya adalah kaum laki-laki, karena mernelihara AKB pada umumnya merupakan hobbi kaum laki- laki.

Dalam kaitan dengan konservasi surnber daya genetik ternak, tingkat pendidikan peternak merupakan salah satu faktor penentu. Peternak berpendidikan lebih tinggi cenderung Iebih terbuka terhadap gagasan-gagasan baru, sehingga pelatihan dan penyadaran tentang pentingnya konservasi AKB di daerah sentra dapat lebih mudah dilakukan.

Pengalaman Beternak. Pengalaman beternak pada umumnya dapat dijadikan sebagai indikator kemampuan peternak dalam mengelola temaknya. Rataan lama memelihara AKB adalah 13.33 (4 7.69) tahun yang berkisar antara 2 sampai 38 tahun. Tingginya proporsi peternak dengan pengalaman lebih dari 10 tahun diduga erat kaitannya dengan umur dan kegiatan memelihara AKB yang bersifat turun temurun dari generasi ke generasi dan sudah berlangsung lama. Selain itu, memelihara AKB merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat daerah sentra karena AKB merupakan ayam langka yang tidak terdapat di daerah lain (Narda 1993; Syofia 1993). Profil lama beternak ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Lama beternak AKB

No Lama Beternak Jumlah Persentase

(tahun) (orang) (%>

1 < 10 20 35.71

2 1 1-20 3 1 55.36

3 > 20 5 8.93

Total 56 100.00

(38)

kelompok petani berusia muda. Adanya variasi pengalaman memelihara AKB

menunjukkan bahwa terdapat regenerasi peternak dari peternak berusia tua ke peternak berusia muda.

Pekerjaao Utama. Jenis pekerjaan utarna responden penelitian adalah sebagai berikut: 41 orang sebagai petani ternak (73.21%), delapan responden bekerja sebagai PNS (guru) ( 14.29%), empat responden adalah pedagang (wirausaha) (7.14%) dan tiga responden (5.36%) merupakan aparat desa. Rasio profesi responden hampir sarna dengan rasio proporsi penduduk Kabupaten Solok tahun 2002. Dari jumlah penduduk tersebut, sekitar 73% memiliki mata pencaharian di sektor pertanian, menyusul sektor perdagangan 9.20%, pegawai negeri 7.25%, jasa dan industri 5.36% dan profesi lainnya seksar 5.19% (

-.

3 ika diband ingkan dengan rataan rumahtangga petani

(RTP)

lndonesia menurut data sensus pertanian tahun 1993 (sebesar 58%), maka RTP ternak AKB di dua daerah sentra terlihat lebih besar (73.21%)). Kondisi ini diduga berkaitan dengan potensi daerah sentra sebagai daerah pertanim yang cukup potensial. Hal ini ditunjukkan Abbas et al. ( 1 997) yang menyatakan bahwa mata pencaharian utama penduduk adalah sebagai petani (sawah d m kebun) dan memelihara ternak. Denga

Gambar

Gambar  1  Skema evolusi  keragaman  genetik ayam  domestik  (Weigend &amp;  Romanov  200  1)
Gambar 2  Konstruksi  pohon  filogenetik  ayam  domestik berdasarkan  urutan  nukleotida  (Fumihito  ei  al
Gambar  ;  Saluran  pernapasan unggas.
Tabel  3  Kategori  populasi ternak domestik  (Henson  1992)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil negosiasi tetap memberikan lahan 2 hektar per keluarga (total 4,004 ha), dan tidak sesuai dengan klaim masyarakat terhadap semua tanah desa Senyerang (total 7,224 ha).”

Merupakan penyulit yang sangat berbahaya pada kehamilan dan kemungkinan besar terjadi akibat tekanan ikterus yang tumbuh pada perlekatan usus.. Terjadi tiga masa yang

Th e purpose of the fi rst experimental study was twofold: (1) to test whether valence-consistent shifts in evaluations of hospital services happened in response to exposing

Tujuan dari karya ilmiah ini ialah memodelkan masalah penjadwalan perawat kamar operasi dalam bentuk Pemrograman Linear Integer (PLI), serta menerapkan model

Penelitian menggunakan sembilan variabel yang terdiri dari persepsi kerumitan (perceived complexity), persepsi kesesuaian (perceived compatibility), ketertarikan individu

Selanjutnya Kidder (dalam Soegikono, 2008), menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Dari sini dapat

Oleh karena itu, peneliti menggunakan perhitungan biaya satuan menggunakan modelActivity Based Costing (ABC) untuk menentukan harga pokok kegiatan pelayanan pendidikan

Perbaikan dari hasil yang diperoleh menjadi acuan untuk menganalisis kesulitan literasi saintifik siswa SMP kelas VIII pada topik gerak lurus serta merekonstruksi rencana