E / M A / ~
/Y/LPENILAJAN EKOKOMIS PENGGUNAAN L A U N OLEH MASYARAKAT
DI DALAM AREAL KONSESI HTI DI SUMATERA
Aditya Alit Suhartanto
E01499111
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
mrSTITUT PERTANJAN BOGOR
ADITYA ALIT SUIIARTANTO. E01499111. Penilaian Ekonomis Penggunaan Lahan
Oleh Masyarakat Di Dalam Areal Konsesi HTI Di Sumatra. Dibawah bimbingan Dr. Ir.
M. Buce Saleh, MS.
Pe~nbangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) di Indonesia sampai saat i ~ i i telah
berkembang pesat dalatn rangka memenuhi kebutuhan akan kayu yang makin rneningkat
diantaranya sekitar 5 juta hektar lahan telah dirubah menjadi I-IT1 dan 1,5 juta hektarnya
terdapat di Sumatra. Dalam proses pembangunan HTI tersebut terkadang terdapat masalah
tulnpang tindih lahau dengan masyarakat, dengan perusahaan HTI ~nengeluarkan skema
kerjasama antara perusaham dengan masyarakat.
Skema yang dirnaksudkan adalah skema pemsahaan yang dunaksudkan sebagai
program pengelolaan HTI yang dilaksanakan secara bersama-sama antara perusahaan dengan
~nasyarakat yang berada di dalatn atau di sekitar areal HPHTI perusahaan tersebut, yang
memiliki hak pengusahaan yang sah maiurut ketentuan yang berlaku serta untuk merespon
perkernbangan sosial ke~nasyarakatar~, agar lahan yang tidak produktif yang dikuasai
masyarakat dapat pula dijadiian HTI dengan pengelolaan secara bersatna-sama d i i a n a
hasilnya dapat dinikmati seczra bersama-sama pula.
Namun dalam kenyataannya, skema yang ditawarkan ternyata tidak efektif
mengingat masih banyak konflik yang terjadi. Pihak pemsahaan hanya menghitung Nlai dari
segi produksi dalam perjanjiannya dan masyarakat mengbaapkan lebih dari Nlai tersebut.
Penilaian nilai guna langsung lahan masyarakat dapat menjembatani ha1 itu, sehingga
masyarakat me~npunyai gambaran mengenai nilai dari lahannya dan lebih jauh lagi pihak
perusahaan dapat rnempcrtimbangkan nilai tersebut.
Pemilihan lokasi dalam penetitian ini dilakukan deugan bekerjasama dengan empat
perusahaan HTI-Pulp yang berada di Sumatra Selatan (PT. Musi Hutan Persada), Jambi (PT.
Wirakarya Sakti), Riau (PT. Arara Abadi), dan Sumatra Utara (PT. Toba Pulp Lestari).
Kriteria pemilihan lokasinya adalah sebagai berikut: 1) Berlokasi didalam atau dekat dengan
areal konsesi; 2) Areal berhutannya luas, 100 ha; 3) Arealnya efektif digunakan; 4)
Masyarakat asli.
Lokasi-lokasi tersebut secara bemutan, berikut dengan hasil penelitiannya, adalah
sebagai berikut: 1) Talang Belanti (97 produk, nilai ekonomis yang diperoleh sebesar: Rp.
3.072.535,- per hektar per tahuh); 2) Dusun Bagan Tengah (1 17 prod&, nilai ekonomis yang
besar adalah masalah upah kerja. PT. MHP dari kelompok pertama mernasukkan variabel
upah kerja dalam penghitungan nilai skemanya sedangkan perusahaan yang lain tidak. Upah
kerja menjadi penyebab mendasar disebahkan karena nilainya dirasakan cukup besar, sekitar
50
-
60 %, seperti halnya pada PT. MHP.Yang juga menjadi f&or perbedaan adalall penerapan jixed cost dalam
menghitung nilai produksi dari lahan yang diikutsertakan kedalam skema. Fixed cost ini merupakan harga yang telah ditetapkan oleh pelmahaan dalarn rangka memberika~l nilai
terhadap kayu yang diproduksi pada akhir daurnya. PT. WKS, PT. AA, dan PT. TPL
rnenggunakan sistem iili dalam kesepakatan skemanya.
Dari gambaran diatas dihvapkan phak perusahaan dapat merevisi ulang dan
inempertimbangkan ke~nbali nilai yang diberikan kepada masyarakat dalrun rangka peran
serta mereka dalam skema perusallaan. Diharapkan, paling tidak, nilai yang diberikan kepada
~nasyarakat setelah meruhah laliannya untuk ditanarni akasia inisalnya, sama dengan apa yang
hasilkan oleh lahan tersebut ketika sebelum diruball. Dan dipkirkan juga tentang jangka
waktu ymg cukup lama dalatn rangka menunggu hasil panen, sekitar 7 sarnpai 8 tahun,
dimana dalam rentang w a h tersebut diharapkan pihak perusahaar! dapat mernherikan
penghasilan sisipan untuk ~nenghidupi keseharian ~nasyarakat. Penghasilan sisipan tersebut
dapat berupa pekerjaan dalam rangka pengelolaan lahan masyarakat itu sendi, seperti
kegiatan pemupukan, slashing, iveeding, dan lain-lain.
Sedangkan bagi masyarakat, diharapkan dapat mempunyai gambaran terhadap nilai
laharmya sehingga mereka dapat mengadakan negosiasi, yang diharapkan juga, lebih adil
dalam rangka menentukan nilai lahan mereka, ataupun masyarakat dapat melihat lebih dalam
lagi, y a h i bahwa lahan mereka,' yang dalam penelitian merupakan hutan sekunder, saniat
penting untuk kehidupan mereka, khususnya dalam jangka waklu yang sangat panjang.
Nilai-nilai yang dihitung dalam penelitian ini, khususnya nilai guna ~angsung lahan
masyarakat, sangat terbatas dengan waktu dan tempat. Nilai-nilai tersebut sangat peka,
sehingga nilai yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat dibandingkan dengan areai
PENILAIAN EKONOMIS PENGGUNAAN L A W N OLEH MASYARAKAT
DI DALAM AREAL KONSESI HTI DI SUMATERA
IGirya Ilmiah
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
Oleh :
Aditya Alit S~~hartanto
E01499111
DEPARTEMEN MANASEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
IINSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Penelitian : PENILAIAN EKONOMIS PENGGUNAAN LAHAN OLEH
MASYARAKAT DI DALAM AREAL KONSESI HTI DI
SUMATERA
Nama Mahasiswa : Aditya Alit Suharta~~to
No~nor Polcolc : E01499111
Menyetujui :
(Dr. Ir. M. Buce Saleh, MS)
NIP. 131284620
RWAYAT HIDUP
Penulis d i l a l ~ k a n di Bogor pada tanggal 20 Maret 1981, Jawa Barat sebagai
an& pertana dari tiga bersaudara dari pasangan Deddy Suhardhan (Bapak) dan Sudarti
(Ibu).
Pada tahun 1993 pel~ulis berhasil ~nenainatkau pendidikau Sekolah Dasar di SD
Negeri IV Bogor ke~nudian melanjutkan studi ke SMP Negeri 1 Bogor dan tnenanatkannya
tahun 1996. Pada tahun 1999 penulis inenyelesaikan jenjang peildidikan di SMU Negeri 1 Bogor. Pada tahun yang sama penulis diteri~na di Jurusan Manajemen Hutan Fakultas
Kelmtanan Institut Peitanian Bogor ~nelalui progran Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(UMPTN). Pada tahun 2001 penulis memilih Sub Program Studi Perencanaan Hutan.
Selain itu, penulis pun rnengikuti beberapa orgaiisasi ke~nahasiswaan. Pada
tdiun 2000 penulis aktif di IFSA (Ji~temational Foreshy Students' Association) d a ~ selnpat
mengadaka11 sunposiuin internasional (International Forestry Students' Symposium) dalain
rangka kegiata' t&.unan IFSA pada tahun 2302 di Lndonesia. Pada tal~un yang salla, penulis
pun &if di AFSP. (Asean Forestry Students' Association).
Sebagai salah satu syarat untuk ~nemperoleh gelar Srrjana Kehutanan pada
Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dengan judul Penifaian Ekonomis
Penggunaan Lahan Oleh Masyarakat Di Dalam Areal Konsesi HT1 Di Sumatera di
KATA PENGANTAR
Bismillahirai~n~at~i~~'oI~ii~~~i,
Assslaniu'alaikuni wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syultur penulis panjatkan ltehadii-at Allah SWT.
yang telah memberikan lcarunia nilanat dan keselamatan, seliingga penulis telah dapat
melaksanakan Skripsi ini. Tidak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada juiijungan
kita Nabi Muhanimad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat ulituk meml~eroleh gelar Sarjana Keliutanaii pada Faltultas Kehutanan
Institut Pertaniali Bogor.
Atas kesernpatan yang telah diberikan, penulis ingin tnengucapkan terirna ksaih
yang sebesar-besarnya lcepada : Kedua orang tua; atas dukungan dan kasih sayangnya selama
ini. Adilc-adildcu, Janu dan Tantri; yang telali meniberikan perhatiannya selania ini. Ridha,
yaug telah nleneniani selanla tujuh tahun ini. Bapak Dr. Ir. M. Buce Saleh, MS; atas
lcesabaran dan biinbingannya yang sangat berarti. Bapak Dr. Ir. Bramasto Nugroho, MS dan
Bapak Ir. Rachmad Hermawan, M.Sc.F. atas masukan dan kritikannya; Julia Maturana dan
Manuel Boissiere; atas dukungan dan bantuannya dalani menuang ide. Nicholas Hosgood;
atas bantuan dan persahabatan yang tidak akan pemah dilupakau. Sahabat-sahabat (Muti, Eka
Anita, Danan, Ajie, Nyong, Kiki, Nyunyun, Desi, daii yang lain yang tidak dapat disebutkan
satu persatn); atas canda tawa dan kebersamaan yang mudah-niudahan tidak pernah putus.
Masyarakat Talang Belanti, Dusun Bagan Tengah, Dusun Jiat Kramat, dan Desa Lumban
Purba; yang telah lnelnbantu secara baik sekali dalam proses wawancara.
Tentu akan menjadi daftar yang sangat panjang bila disebutkan satu persatu rasa
terima kasih ini. Selcali lagi penulis ucapkan terinia kasih kepada pihak-pihak yang telah
inernbantu selama dilapangan hingga penulisan laporan ini.
Sungguh disadari bahwa laporan ini sangat jauh dari apa yang diharapkan.
Sehingga kritik dan saran konstruktif akan diterin~d dengan kelapangan dada. Naniun
demikian setidaknya bolehlah penulis berharap bahwa laporan ini dapat bemanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkannya. Terinia kasih.
Wassalamu'alaikum wr. Wb.
Bogor, Februari 2004
DAPTAR IS1
...
LEMBAR PENGESAHAN i
. .
RIWAYAT HIDU P ... 11
... I U T A PENGANTAR ... 111
DAFTAR IS1
...
ivDAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
... DAFTAR LAMPIRAN ... V I I I I
.
PENDAHULUAN ... I A . Latar belaltang 1 ... B . Perurnusan Masalah 3 C.
Tujuan ... 4... D . Manfaat 4 KTINJAUAN PUSTAICA ... 5
A
.
Hasil Hutau...
5...
.
B Nilai 6.
. ... . C Pen~la~avl 8 ..
......
.
D Nlla~ Eltoi~omi Total...
8. . 1 . N~lal Guila Lai~gsung
...
9... 2 . Nilai G u m Tidak ~ a i ~ g s u n g , Pilihan dail Keberadaan 10 ... I11
.
METODA PENELITIAN 13 A . Loltasi da11 Waktu ... 13B . Sasaran ... 13
C
.
Bahan dan Alat...
13D
.
Sumber Data...
13E . Jenis Data
...
14. .
... ...
F.
Metode Penel~tlan.
.
141
.
Metode Penentuan Lokasi ... 14...
a. Teknik Wawancara 15
1. Kuisioner
.
152. Persiapan Wawancara 17
3. Proses Wawancara ... ... 18
b. Teknik Observasi 19
3. Metode Pengolahan dan Analisis Data 19
IV. GAMBARAN UMLTM LOKASI PENELITIAN ... 20
A. Talang Belanti 20
B. Dusun Bagan Tengah ... ... ... 2 1
C.
Dusun Jiat Kramat..
22D. Desa Lumban Purba 23
V. 1HASIL DAN PEMBAHASA 25
A. Hasil Penelitian 25
1. Penilaian Nilai Guna Langsung ...
..
..
. . . 25a. TaIang Eelanti 25
b. Dusun Bagan Tengah 26
c. Dusun Jiat Krama 27
d. Desa Lumban Purba ... 28
2. Skema Perusahaa
29
a. PT. Musi Hutan Persad 30
.,
b. PT., Wirakarya Sakti
....
. ......
. .
. . . .. . .. . ..
...
... .. .
.
. . .. .
. 2 1c.
PT. Arara Abadi ... 32d. PT. Toba Pulp Lestari ... 33
B. Pembahasan ... 34
VI.
-U?SIMPULAN DAN SARAN ...4
1A. Kesimpulan ...
4 1
B. Saran ... ... ...,...
...
...4 1
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
1
.
Rekapitulasi data nilai guna lahan areal Talang Belanti ... 26...
2
. Rekapitulasi data nilai guna lahan areal Dusun Bagan Tengah 27...
3 . Rekapitulasi data nilai guna lahan areal Dusun Jiat Kra~nat
28
...
4 . Rekapitulasi data nilai y n a lahan areal Desa Lumban Purba 29
...
5 . Jenis produk penting dan pengaruhnya terhadap nilai 35
6 . Nilai perbandingan nilai guna langsung dari lahan nlasyarakat dengan
DAPTAR GAMBAR
No.
Teks Halainan1. Kategori Nilai Ekonomi Total dari Sumberdaya Hutan ... 9
2. Bagan Alir Peiniiihan Metode Penilaian Nilai Guna Langsung (Direct Use
Value) Su~nberdaya I-Iutan ... 10
3. Bagan Aiir Pemilihan Metode Penilaian Nilai Guna Tidzk Langsung,
Nilai Piiihan, dan Keberaciaan Sumberdaya Hutan Produksi
...
12
4.
Nilai perbandingan nilai guna langsung dari lahan masyarakat dengaii...
DAFTAR LAMPIRAN
NO. ~ e k s F ~ L [ L U V ~ U I ?
1. Jenis dan Harga Masing-Masing Produk dari Setiap Kategori Untuk
Areal Talang Belanti ... 45
2. Jenis dan Harga Masing-Masing Produk dari Setiap Kategori Untulc
Areal Dusun Bagan Tengah ... 47
3. Jenis dan Harga Masing-Masing Produk dari Setiap Kategori Untuk
Areal Dusun Jiat Kra~nat
...
494. Jenis dan Narga Masing-Masing Produk dari Setiap Kategori Untulc
Areal Desa Lumban Purba ... 50
5. Analisa Usaha Tanaman Acacia Mangiuni Hutan Rakyat ( I n 1 Pola
...
MHR) Per Ha Per Satu Daur Tanam PT. Musi Hutan Persada 5 1
6. Analisa Usaha Tanaman Eucalyptus
spp.
Hutan Rakyat (HTI Pola PIR)I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemanfaatan hutan sebagai sumber daya dam di Indonesia, sebelun tahun 1980-an
masih dalam paradigma pemanfaatan hutan dam. Namun, dengan meningkatnya industri
pengolalian hasil hutan maka dirasakan bahwa hutan alam kurang dapat memenuhi
peningkatan kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat tersebut maka
dibangun Hutan Tanaman Indushi (HTI) dengan menanrun jenis pohou cepat tumbuh
sehingga mempunyai produktifitas yang tinggi.
Dari berbagai macam HTI, yang pada akll-akhir ini inendapat sorotan tajam baik
dari kalangan LSM dan lcasyarakat adal3h HTI-pulp, yang berkembang sejak akllir tahun
1980-an. HTI ini menyediakan bahan baku wtuk industri pulp dan kertas di Indonesia.
Pertumbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia sungguh menakjubkan. Kapasitas produksi
industri kertas pada tal~un 1987 baru mencapai 5 15.000 ton- kemudian tahun 1997 meningkat
menjadi 3.905.600 tm. Sementara itu, paa tahun 1998-1999 telah direncanakan pena~nbahan
kapasitas produksi sebesar 1.390.000 ton. Dengan demikian, pada akhir taliun 1999 total
kapasitas produksi pulp dapat mencapai 5.295.600 ton. Penambahan kapasitas produksi oleh
industri pulp yang sudah ada dan adanya rencana investasi b m pada tahun 2000-2005 akan
menambah kapasitas produksi industri pulp pada akhir tahun 2005 menjadi total 12.745.600
ton (Manu~ng, 2003).
Manurung (2003) menambahkan bahwa dua faktor utama yang merangsang
pemunbuhan industri pulp dan kertas di Indonesia adalah harga pulp yang tinggi di pasar
intemasional (saat ini harganya US$ 680
-
700 per ton) dan konsumsi ke~tas yang ternsmeningkat. (sekitar 15,5 kg per tahun). Dari total k e s e l d a n areal HTI pulp di Indonesia
yakni sekitar 5 juta hektar, diperkirakan sekitar 1,5 jnta hektar areal KT1 pulp terdapat di
Sumatera (Direk-torat Hutan Tanaman Industxi, Departemen ICehutanan, 2001). Beberapa
industri pulp terbesar di Sumatera diantaranya adalah : Tanjnng Enim Lestari (TEL) di
Sumatera Selatan, Lontar Papyrus Pulp and Paper Industty (LPPPI) di Jambi, Indah Kiat di
Riay d m Toba Pulp and Paper di Sumatera Utara.
Industri tersebut terintegrasi dengan snatu perusahaan HTI, dimana petusahw.
tersebut bertugas untuk ~nengelola dan mengatur areal HTI-nya dalam rangka inensuplai
bahan baku untuk produksi pulp secara berkelanjutan. Perusahaan-perusahaan tersebut
Arara Abadi (AA) - Indah Kiat Pulp and Paper Industry, Toba Pulp Lestari (TPL)
-
Toba Pulp and Paper.Induslri pulp diperkirakan memberikan pengar~ih li~igltungan yang seringltali
menimbulkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan pihak industri. Masyal-altat
menuntut penutupan industri pulp yang dianggap niencemari lingkungan. Na~iiun disaiiiping
masalah lingkungan, banyak sekali faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya konflik,
salah satunya adalah alih guna lahan.
Pengalihgunaan lahan dilakukan oleh perusahaan pemegang I-Iak Pengusahaan
Hutan Tanaman Industri (HPNTI) pada areal konsesi yang diberikan oleh pemerintah, d a ~ i
dalam banyak kasus areal ko~isesi tersebut tumpang tindih (overlap) dengan lalian
masyarakat. Biasanya ialian tersehut merupakan lahan adat, dimana pada awalnya hanya
merupakan lahan komunal, biasanya pada level desa atau dusun, dan kemudian menjadi lahan
pribadi apabila sebagian dari lahan tersebut digunakan (dibuka atau dibersilikan dan
ditanami) oleh seseorang yang merupakan anggota masyaraltat dari desa atau dus~in yang
bersangkutan. Pada saat areal konsesi diberikan, baik pihak perusahaan pemegang HPI-IT1
maupun pihak pemerintah kurang rnemperhatikan kenyataan di lapangan, dalam ha1
kepemililtan lahan, dan tetap meneruskan kegiatan alih guna lahan (Maan Ystavat, 2003).
Dengan kondisi yang demikian, maka langkah pertania untuk menyelesaikan akar
~iiasalah sosial yang dihadapi HTI adalah dengan memperjelas dan meniberikan kepastian
hukuin penyelesaian kepemilikan (proverl)] right) lahan hutan. Penyelesaian masalah
provery riglzl lahan hutan ini dilakukan dengall mengakomodir
-
melalui peraturanperundang-undangan
-
sistem dan praktek pengusahan dan pengelolaan sumberdaya alamyang telah lama hidup dan berkembang di masyarakat seperti : hutan adat dan hutan milik
kolektif. Langkah kedua adalah memperjelas dan memberikan kepastian hukum peruntukan
fungsi kawasan hutan tertentu. Dengan kejelasan dan kepastian hukum status dan peruntukan
kawasan hutan
-
diakui secara de jure dan de fac/o oleh masyarakat -, maka kawasan hutantertentu yang telah ditunjuk dan ditetapkan sebagai areal konsesi HTI akan lebih aman dari
konflik penggunaan lahan sehingga pada gilirannya lebih memberikan jaminan kepastian
usaha. (Muhshi, 1999)
Dalam kasus pada areal HTI pulp di Sumatera, seringkali masyarakat lokal, dalam
ha1 ini adalah masyarakat yang sudah lama menetap di lokasi tersebut, yang menjadi korban
kebijakan perusahaan atau bahkan pemerintah dalam rangka perluasan wilayah pengelolaan
gutlaan lahan me~igakibatkan berkurangnya lahan untuk pen~enuhan kebutuhan masyarakat.
Dan biasanya, kasus-kasus seperti ini berakhir dengan konflik.
Dala~ii mengatasi dan menghindari konflik tersebut pihak perusahaan ketnudian
berinisiatif untuk lebih memperhatikan hukum-hukum adat seteiilpat berkaitan detigan lahan
yang tumpang tindih dengan areal konsesi. Pendekatan yang dilakukan diantaranya
ltotiipensasi lahan, baik dalam bentuk finansial ataupun infrastrulctur atau kegiatan pel-tanian
yang dibiayai oleh perusahaan, dan program kerjasama dimana masyarakat diiltutsertakan
sebagai rekanan @artriers) yang ke~iiudian pihak perusahaan membagi Itenntungan hasil panen dengan masyarakat, atau biasa disebut skema kerjasama (skema Perhutanan Sosial).
Slte~iia yang dijalankan pada kenyataannya tidak terlalu berhasil. Kurangnya
proniosi dan kurang bagusnya reputasi perusahaan diniata masyarakat adalah alasan
lturangnya penerapan skema perusahaan pada masyarakat. Masyarakat kebanyakan
n~enipu~lyai pandangan skeptik niengenai keuntungan jangka panjang dita~iibah juga karena
perjanjian slte~na yang kurang menguntungkan bagi masyarakat. Terlebih dengall terbatasnya
perspektif perusallaan terhadap nilai guna lahan yang seringkali berdampak pada
lcetidalanaksitnalan estimasi insentif dalam proses perjanjian antara niasyarakat dengan
perusahaan.
8. Perumusan Masalah
Konflik-konflik yang terjadi akibat dari pengalih-gunaan lalian nlasyaraltat nienjadi
areal HTI pulp sekiranya dapat dikurangi atau bahkan dicegah dengan niengetahui nilai
ekonomis dari asal mula lahan tersebut. Hasil penilaian yang diperoleh diharapkan dapat
memberikan gambaran bagi pihak perusahaan dala~n menentukan konipensasi yang layak
bagi niasyarakat
Nilai yang diperoleh bersumber dari berbagai manfaat yang diperoleh masyaraltal
dari surnber daya hutannya. Oleh karena itu untuk mendapatkan keseluruhan manfaat yang
ada, dilakukan identifikasi setiap jenis manfaat. Keberadaan setiap jenis manfaat ini
merupakan indikator nilai. Setiap indikator nilai inilah yang menjadi sasaran penilaian. Setiap
indikator nilai ini dapat berupa barang hasil hutan maupun atribut yang melihat pada hutan
tersebut dalam hubungannya dengan sosial budaya masyarakat. Proses pembentukan nilai
ditentukan oleh persepsi individulmasyarakat terhadap setiap ko~nponen (komoditi), dan
besamya nilai ditentulcan juga oleh kuantitas dan kualitas komponen dari sun~berdaya hutan
Berdasarkan ha1 tersebut diatas dilakukan identifikasi kondisi biofisik dan sosial
budaya masyaraltat. Penilaian dilakukali melalui proses p'enilaian biofisik dan sosial budaya
yaitu kualitifikasi setiap ilidikator nilai berupa barang hasil hutall serta atribut hutan dalam
ltaitannya dengan budaya setelnpat. Atas dasar k~iantifiliasi indilialor nilai tersebut, lalu
dilakukan penilaian ekonomi inallfaat hutan, berdasarkan metode penilaian tertentu pada
setiap klasifikasi nilai.
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalali :
I. Mengetahui produk-produk hasil hutan dari lahan masyarakat selcitar areal I-IT1 pulp di
Sumatera.
2. Mengetahui nilai ekonomis per hektar dari produk-produk liasil hutan dari lahan
masyarakat selcitar areal I-IT1 pulp di Sumatera.
3. Membandingkan nilai ekollomis dari lahan n~asyarakat dengan ske~iia perusahaan - nilai
lahan setelah ditanami tanaman untuk kepentingan pulp
-
yang ada.D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan inforniasi dalam rangka membuka perspektif perusahaan terhadap estimasi
ekono~nis nilai guna laban dari masyarakat lokal dalam rangka penillgltatan tarafliidu~~.
2. Meniberi gambaran kepada masyarakat akan besa~nya nilai dari lahall mereka yang
diharapkan akan lebih meningkat dengan adanya sistem pengolahan yang lebih intensif
11. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Hutan
Undang-Undang Republik Indonesia Notnor 41 Tahun 1999 Tentang
Kehutanan menuliskan bahwa hutan adalah suatu kesatuan ekosistem bempa hamparan
l a l ~ a t ~ berisi sumber daya alatn hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Hutan dalmn ha1 ini su~nberdaya hutan dapat memenuhi kebutuhan (keinginan)
lnanusia dalam memperoleh barang dan jasa, karena hutan dapat menyediakan barang
dan jasa secara beragmn. Penggunaan sulnberdaya hutan secara fleksibel terletak pada
penekanan penggunaannya. Sifat fleksibel inilah juga yang menjadi ciri khas yang
lne~nbedakan hutan dan surnberdaya alan lainnya.
Klasifiliasi hasil hutan dapat dibedakan menurut sifat-sifat tertentu, diantaranya
adala!~ sifat dan macam produk, sistetn pasar, dan kegunaan.
Klasifiasi hasil hutan menuru: Ichwandi (1997) berdasarkan sifat dan macam
produk, yaitu :
1. Tarigible : yaitu produk-produk hutan secara nyata (dapai dirabddipegkg). Contoh:
kayu (kayu bakar, kayu gergajian, clan produk-produk kayu lainnya), rotan, getah
(darnar, gondomkem), buah, tumbuhan obat, dan hewan.
2. Intangible : yaitu produk-produk yang tidak b e m j u d secara nyata (tidak dapat
dirabddipegang). Produknya adalah berbagai fungsi atau jasa hutan, antara lain :
rekreasi dam, fungsi hidrologis,konservasi tanah, dan pengatur iklim mikro.
Sedangkan hasil hutan berdasarkan keberadah produk tersebut dalam sistem
pasar, yaitu :
1. Marketable : yaitu produk-produk hutan yang telah diperjualbelikan, masuk dalam
mekanisme pasar. Contohnya adalah hasil hutan kayu dan sebagian h a i l hutan non
kayu.
2. Norz-Marketable : yaitu hasil hutan yang belum atau tidak diperjualbelikan, tidak
mas& kedalam mekanisme pasar, yaug sering juga disebut sebagai "public goods"
(barang publii). Contohnya antara lain fungsi hidrologis, keanekaragaman hayati,
Terakhir, berdasarkan nilai kegunaan produk, yaitu :
1. Konsumsi (use value) : yaitu barang dan jasa hutan yang digunakan oleh manusia pada masa kini baik secara langsung (direct use) maupun tidak langsung (indirec!
use).
2. Non-Konsurnsi (nori-use value) : yaitu barang dan jasa hutan yang tidak digunakan
pada masa kini, tetapi tnungkin digunakan pada masa yang akan datang baik secara
langsung tnaupun tidak langsung (option ~.alue), baraug tersebut be~nilai karena
keberadaannya (existance value), ataupun alasan-dasan laimiya karena keterbatasa~
pengetahuan ~nanusia tentang fungsi dalan alam tnaupun keterbatasan ~nanusia
tentang tata nilai itu sendiri.
B. Nilai
Nilai adalah merupakan persepsi manusia tentang tnakua sesuatu objek
(sunberdaya hutan), bagi orang atau individu tertentu, tempat dan wakto tertentu pula.
Persepsi ini sendiri merupakan pandangat perspektif seseorang tentang atau terhadap
suatu benda, dengan proses pemahaman ~nelalui pznca indera yang diteruskan ke otak
untuk ploses pe~nikiran, dan disini berpadu dengan harapan ataupun nonna-nonna
kehidupan yang melekat pada individu atau ~nasyarakat tersebut (Pearce, 1992).
Oleh karena itu nilai sumberdaya hutan yang dinyatakan oleh suatu
masyarakat ditempat tertentu akan beragam, tergantung kepada persepsi setiap anggota
~nasyarakat tersebut, delnikian juga keragaman Nlai &an terjadi pada masyarakat yang
berbeda Keragaman nilai ini mencakup besar nilai maupun macam nilai yang ada.
Kegunaan, kernanfaatan, kepuasq r i a senang merupakan ungkapan makna
atau Nlai sumberdaya hutan yang diperoleh dm dirasakan individu atau masyarakat
tersebut. Ukuran nil$ ini dapat diekspresikan oleh waktu, tenaga, barang atau uang,
dimana seseorang bersedia rnemberikannya untuk memperoleh, rnemiliki, atau
menggunaka barang dan jasa yang dinilai.
Beranjak dari konsep nilai
ini
sampai saat ini telah banyak para pakarmanajemen hutan, ekonomi dan lingkungan ataupun orang konservasi sumberdaya alam
n~egelompokkan niiai kepada beberapa kelompok. Pengelompokkan (ktasifikasi) ini
Davis (1989) me~nbuat klasifikasi nilai menurut bagaimana cara penilaian atau
penentuan besar nilai dilakukan, yang dikelompokkan atas :
1. Nilai pasar (niarkel suluc), mempakan nilai yang ditetapkan melalui transaksi
(pa=).
2. Nilai kegunaan (11aIue in use) bagi individu tertentu (induce i~alue).
3. Nilai sosial (social value) nilai tidak dapat ditetapkan melaui kedua metode diatas,
sehingga ditetapkan ~nelalui peraturan, huku~n ataupun perwakilan masyarakat.
Worrel (1961), me~nbuat klasifikasi nilai manfaat sumberdaya hutan,
berdasarkan atas perilaku pasar atas barang dan jasa yang dinilai tersebut, yaitu:
1. Nilai manfaat nyata (tangible benefilr) : adalal~ lnanfaat yang diperoleh dari barang
dan jasa yang dapat secara nyata diukur, karena berlaltu ~nelcanis~ne pasar secara
baik.
2. Nilai manfaat tidak nyata (inrany-ible benefi~s) : adalah kebalikan dari lnanfaat nyata,
yaitu nilai manfaat yang tidak dapat diukur secara langsung karena mekanisme pasar
tidak berjalan, ada faktor-faktor yang me~npengaruhi sehingga terjadi kegagalan
pasar (niarkct failure).
James, R. F. dalarn Campbell (1995) me~nbuat klasifikasi nilai manfaat, yang
membagi habis seluruh macam manfaat (Nlai total manfaat) yang didasarkan atas sumber
atau proses manfaat tersebut diperoleh, yaitu :
1. Nilai guna (uses value) : yaitu selumh nilai tnanfaat yang diperoleh dari penggunaan
sumberdaya hutan seperti kayu bulat untuk keperluan industri pengolahan kayu, kayu
bakar (energi), produksi tanaman pangan seperti perladangan, kebun, produksi ikan,
produksi a& untuk berbagai keperluan seped kebutuhan air rum& tangga dan
pertanian, pembangkit listrik, ekowisata (wisata darn).
2. Nilai hngsi fincfions value) : yaitu Selumh nilai manfaat yang diperoleh dari hngsi
ekologis sumberdaya hutan, seperti pengendalian banjir, pencegahan intmsi air laut,
dan habitat satwa.
3. Nilai atribut (anributes value) : yaitu seluruh Nlai yang diperoleh bukan dari
penggunaan materi (hasil produksi barang dan jasa), tetapi aspek kebutuhan
psikologis manusia yaitu yang menyangkut budaya masyarakat.
Nilai hntan mempakan ekspresi itemanfaatan hutan berdasarkan persepsi
individu atau masyarakat terhadap sumberdaya hutan tersebut dalam satuan moneter,
C. Penilaia~i
Penilaiali adalah penentuan nilai Inanfaat suatu barang ataupun jasa bagi
manusia atau masyarakat. Adanya nilai yang dilniliki oleh suatu barang dan jasa
(sumberdaya dan lingkungan) pada gilirannya akan mengarahkan perilakr~ pengainbilan
keputosan yang dilakukan oleh individu,masyarakat ataupun organisasi (Pearce, 1992).
Peliting dikemukakan disini baliwa penilaian hutan bukan berusaha ~ii~ttik
mengadakan nilai yang tidak ada tetapi suatu upaya bagaiinana memunculkan iiilai yailg
sesuiigguhnya di~niliki oleh hutan tersebut, yang secara nyata dirasakan iiianfaatnya oleh
individu atau masyarakat, yang oleh berbagai sebab besar nilai tersebut belum diketalu~i.
Terminologi penilaian ini inenliliki dua konsep inenurut Fahutan-IPB (1999).
yaitu penilaian sebagai terjemahan (adaptasi) terminologi valzration dan cr~q~rcri,scrl. I<edua
konsep tersebut adalah :
1. I'eiiilaiaii dalaln kolisep valuatio!7 merupakan kegiatan akademik berupa
peiigelnbangan konsep dan metodologi yang memadai untr~k iiienduga tiilai manfaat.
oleh karena itu bersifat teoritis.
2. Penilaiat~ dala~n konsep appraisal atau assessment adalah bersifat aspek legal atau
kesepakatan penerapan dari konsep dan lnetode penilaian itu dalam rangka
menentukan besarnya nilai mallfaat sumberdaya liutan atau barang dan jasa tertentu.
Dengan de~nikian peligertian penggunaati terminologi penilaiaii tergantung
pada konteksnya. Meskipun diketahui adanya dua konsep penilaian tersebut, liarnun
masyarakat dalam penggunaan kedua konsep tersebut tidak dibedakan atau saling
dipertukarkali dan lebih sering kearah konsep appraisal. Dalam konteks ini maka
penilaian sumberdaya hutan ~nerupakail penentuan nilai manfaat sutiiberdaya hutan
menggunakan metode tertentu bagi individu atau ~nasyarakat fertentu dau tempat serta
waktu tertentu pula.
D. Nilai Ekonomi Total
Nilai Ekonomi Total atau bisa disebut juga Total Econorrzic Value nierupakatl
klasifikasi nilai manfaat menurut Pearce (1992) seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Nilai
ini merupakan ekspresi kemanfaatan hutan berdasarkan persepsi individri atau
~nasyarakat terhadap surnberdaya hutan tersebut dalam satuan moneter, pada ruang atau
tempat dan waktu tertentu. Setiap individu atau suatu kolnunitas dalalil masyarakat yang
tingkat keterkaitan atau kctergantunga~i dengan hutan, tata nilai atau perilaku kehidupan
sosial ekonomi dan budaya, serta berbagai faktor lainnya, aka11 memberikan apresiasi
beragam terhadap setiap jenis nilai hutan produksi tersebut.
Nilai Ekoiiolni Total
Nilai Langsung Nilai Pengetahuan
dikonsumsi Yaiig Akan
I I
Fungsi ekologis Keaneraragaman
Makanan Pengedalian banjir Spesies Langka
Biomassa Perlindungan . Perlindungan
Turnbullan obat terhadap angin Habitat
[image:22.602.113.535.154.449.2]Sumber: Economic Valuation and The Natural World (Pearce, 1992)
Gambar 1. Kategori Nilai Ekono~ni Total dari Sumberdaya Hutan Nilai Guna (Use Valne)
1. Nilai Guna Langsung
Nilai guna langsung merupakan nilai yang bersumber dari penggunaan secara
langsung oleh masyarakat, terhadap komoditas hasil butan produksi, berupa flora pohon
dau nir pohon, fauna dan komoditas dari proses ekologis (ekosistem) hutan. Jenis
manfaat penggunaan langsung ini dikelompokkan atas 1) bahan pangan, 2) bahan
bangunan, 3) sumber energi (kayu bakar), 4) flora dan fauna untuk peralatan sederhana
5) obat, 6) flora fauna untuk hiasan dan berburu 7) produk yang dijual (Sheil, 2002)
Pada bagan alir di Gambar 2 dapat dijelaskall bahwa metode penilaian nilai
guna langsung dari sumberdaya hutan ditentukan pada seberapa jauh ketersediaall data
harga yang ada dan sifat dari produk hutan tersebut.
Nilai Bukan Guna NOI IT-^^ I'rilt~e)
I I I
Nilai Guna Langsung
(Direct fJse Value)
I 1 -
Nilai Guna Tidak Langsung
(Indirect Use Valtre)
Nilai Pilihan
(Oprioti Vahre)
Nilai Keberadaai~
Metode Narga Pasat. (Market Price Methods) Ada pasar hasil hutan
(hasil hutan dijual dipasar)
Garnbar 2. Bagan Alir Pemilihan Metode Penilaian Nilai Guna Langsung (Direct Use Value)
Sumberdaya Hutall
Ya t
tlarga Pengganti (Szirrogatr Prices): 1 . Marga Substitusi
2. Harga Substilusi Tak Langsung 3. Biaya oportunilas Tak Langsung 4. Nilai Tukar Perdaga~igan
( Nilai Relatif) 5. Biaya relokasi
6. Biaya PerjalananIPeogadaan ( Travel Cost)
Tidak
1
Nilai Produksi2. Nilai Guna Tidak Langsung, Nilai Pilihan, dan Nilai Keberadaan
Nilai guna tidak langsung menurut Pearce (1992) merupakan manfaat yang
diperoleh individu atau masyarakat melalui suatu penggunaan secara tidak langsung
terhadap sumberdaya hutan yang ~nemberikan pengaruh pada aktivitas ekonomi atau
mendukung kehidupan makhluk hidup. Jasa hutan diliasilkan dari suatu proses ekologis
dari koniponen biofisik ekosiste~n Iiutan. Nilai suniberdaya hutan yang termasuk kedalanl Tidak
Hasil hutan merupakan barang siap pakai (Final Product)
Hasil hutan merupakan produk antara (Internlediate Product)
Ya
+
1. Pendekata~i Fungsi Produksi 2. Pendapatat~ Faktor Produltsi Bersih
-
terhadap surnberdaya hutan yang ~ne~nberikan pengaruh pada aktivitas ekono~ni atau
mendukung kehidupan makhluk hidup. Jasa hutan dihasilkan dari suatu proses ekologis
dari ko~nponen biofisik ekosistem hutan. Nilai sunberdaya hutan yang tennasuk kedalam
kategori nilai guna tidak langsung adalah nilai berbagai fungsi jasa hutan bempa manfaat
hutan bagi pengendalian banjir, prasarana angkutan air (sungai), pengendalian erosi d a ~
penyerapan CO*.
Nilai pilihari me~upakai nilai harapan masa yang akan dataig terhadap
komoditas yang saat ini digunakan (konsumsi), maupun yang belum dirnanfaatkan. Nilai
ini berkaitan dengat1 adat~ya ketidakpastian, yaig bersurnber dari dua ha1 yaitu pertaula
preferensi tnasyarakat konsumen saat kini teinadap komoditas hutan (barans dan jasa)
pada masa yang akan datang, maupuu preferensi generasi yang &an datang. Yang kedua
adalah ketidakpastian teknologi pemanfaalan maupun manajemen sun~berdaya terhadap
pasok (supply) ko~noditas pada masa yang akau datang.
Nilai keberadaan rnempakan nilai yang menggambarkal mm~faat
(kesejahteraan) yang diperoleh seseorang atau ~nasyarakat dengan mnengetahui
keberadaan hutan meskipun masyarakat ini tidak memiliki atau menggunakan
surnberdaya hutan tersebut, temasuk pula manfaat sosia! budaya yang diperoleh
masyarakat lokal sebagai interaksi kehidupan sosial budaya mereka dengan keberadaan
hutan tersebut, yang berarti keberadaan hutan menentukan kelangsungan nilai-nilai sosial
budaya masyarakat tersebut.
Tahapan penilaian untuk menghitung nilai ekonomi setiap jenis manfaat hutan
produksi dalam Nilai Guna Tidak Langsung (Indirect Use Value), Nilai Pilihan (Oplion
Value) dan Xilai Keberadaan (Existence Value) yang merupakan nilai fungsi dan atribut
dari sumberdaya hutan mengikuti Gambar 3.
Pada bagan alir di Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa metode penilaian nilai
guna tidak langsung, nilai pilihan, dan nilai keberadaan ditentukan berdasarkaa pada
dapat tidaknya nilai hutan tersebut direfleksikan pada nilai-nilai manfaat yang mudah
lainnya
I
Metode Perlindungan Aset: 1. Biaya Pengganhan 2. Biaya Rehabilitasi
3. Nilai Kehilangan Produksi
4. Biaya pembangunan tan~bahan
Nutan me~npunyai fungsi perlindungan aset
Nilai Fungsi HutanIAtribut Hutan dapat direfleksikan dalain ~dlai lal~an atau harga
berfungsi mendukung produksi 1. Pendekatan fuigsi produksi
(pcrtanian) 2. Faktor pendapatan bersih
b
Hedonic Pricing
I
[image:25.595.137.551.61.517.2]1
Gambar 3. Bagan Alir Pernilihan Metode Penilaian Nilai Guna Tidak Langsung, Nilai Pilihan, dan Nilai Keberadaan Sumberdaya hutan peroduksi.
Ada harga pasar untuk bararig yang mempunyai fungsi sama
dengan fimgsi hutan
Fnngsilatribut hutan tidak ada
kaitan dengan Oansaksi
-
Harga Pengganti: 1. Harga substitusi
2. Harga substitusi tak lat~gsung
Penilaian Kontingensi (Contingent i/bluation) I
111. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di empat perusahaan HTI-pulp yakni: PT. Musi
Hntan Persada di Sumatra Selatan, PT. Wirakarya Sake di Jambi, PT. Arara Abadi di
Ria4 dan PT. Toba Pulp Lestari di Sumatra Utara. Dalam pelaksanaannya, penelitian
dilakukan di dalaii atau sekitar areal konsesi dari setiap pemsahaan HTI tersebut; dapat
berupa desa atau dusun yang mempunyai areal berhntan, baik itu berpotensi tinggi
ataupun rendah, yang ~nasih diolah secara aktif.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada bulan Agustus hingga
bulan Oktober 2003, dengan waktu menghabiskan sekitar 2 sampai 3 minggu di setiap
lokasi.
B. Sasaran
Sasaran dari penelitian ini adalah masyarakat lokal yang su2ali lama
berdolnisili dan menggur~akan lahan mereka secara d c f dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup mereka. Responden dibedakan berdasarkan umur dan jeNs kelamin
dengan maksud untuk mengumpdkan data yang beragam.
C. Bahan dan Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian iN yaitu: hisioner (daftar
pertanyaan), alat trilis (pulpen, spidol, kertas A4, d m meja jalan), kameia, slat hitun&
kompas, serta sofhc~are program excell.
D. Sumber Data
Data diperoleh dan dikumpulkan dari berbagai sumber, antara lain:
1. Masyarakat lokal.
2. Pihak manajemen atau pengelola dari masing-masing pemsahaan WI-Pulp.
E. Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data pruner dan data
sekunder. Data primer tersebut meliputi:
1. Dattumum (karakteristik) responden: nama, umur, jenis kelamin, asal, profesi, luas areal
yang dimiliki.
2. Data jellis-jenis produk yang dihasilkan dari areal yang dimiliki oleh responden beserta besarannya dalam jumlah per tahun, dan kekuensi pengynaan.
3. Data harga-harga berbagai macan produk yang disebutkan oleh responden, keinungkinan
harga pengganti dan produk pengganti, dan harga-harga barang yang terdapat di pasar.
4. Data tanhahan yang bersifat lnenunjang dalan penyusunan basil penclitian ini, seperti:
lnonografi desa atau dusun, sejarah desqdan lain-lain.
Sedangkan data sekunder meliputi:
1. Keadaan umum lokasi di tiap perusahaan HTI-Pulp.
2. Nilai dan variabel penyusunnya dari lahan yang ditanami tanaman untuk kepentingan
pulp (Akasia atau Eucalyptus) berdasarkan skema PKBM di setiap perusahaan HTI-Pulp.
F. Metode Penelitian
F. 1. Metode Penentuan Lokasi
Dalarn menentukan lokasi, peneliti bekerjasama dengan staf perusahaan.
Dengan menggunakan peta areal konsesi dan infomasi awal tentang areal, dipadukan
dengan kriteria wilayah penelitian, kemudian ditentukan tiga atau empat areal kerja
potensial. Kriteria wilayah tersebut yakni:
' a. Areal berhutan yang behm ditebang ataupun ditanam oleh pemsahaan seluas
minimal 100 h a
b. Areal tersebut secara aktif dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar yang sebagian besar
lokal.
c. Desa atau dusun tempat tinggal masyarakat terletak dekat dengan areal berhutan.
d. Masyarakat secara rutin dan berkala mengunjungi dan memanfaatkan areal berhutan
tersebut.
e. Areal berhutan tersebut terletak di dalam atau disekitar (dekat) areal konsesi HTI dari
masing-masing perusahaan.
Setelah itu, dilakukan survey untuk inengetahui lokasi yang benar-benar cocok dengan
F. 2. Metode Pengumpulan Data
1. Teknik wawancara
a. Kuisioner
Berdasarkan salah satu tujuan dari penelitian ini, yakni mengetahui ~ l a i
dari lahan masyarakat, peneliti membutuhkan data yang berkaitan erat dengan tata
cara hidup dan sosial ekonomi masyarakat. Berkaitan dengau hal tersebut diperlukan
pendekatan terhadap masyarakat dalam rangka menggali semua infonnasi yang
berguna dalam penyusunan penelitian ini. Untuk memudahkan proses tersebut, pada
penelitian ini menggunakan panduan berupa kuisioncr yang diadopsi dari Sheil,
(2002).
Data yang diperlukan adalall jenis-jenis produk yang dihasilkan dari lahm
mzyarakat beserta besamya Cjumlah dan hasga). Semua hal yang ditanyakan menuju
kepada hasil nilai l&an per hektar per tallun. Pada penelitian ini jenis-jenis produk
yang ditanyakan dibagi per kategori penggunaan, yaitu: makanan Vood), obst-obatm
(niedicine), konstruksi (construcrion), peralatan sederhana (tools), kayu b k a r flre\sood), alat berburu (hunting tools), dan barang-barang yacg dijual (marketable itenu). Masing-masing kategori mempunyai perbedaan daliun mengetahui jumlal~ yang dihasilkan per tahun.
Untuk kategori makanan, jlunlah masing-masing produk yang disebutkan
oleh responder, bempa jumlah produksi ymg digunakan sebagai bahan tnakanan
dalan jangka waktu satu tahun. Dengan mengetahui masa tanam atau masa panen,
peneliti dapat memperkirakan jumlah yang dihasilkan oleh responden dalam satu
tahun.
Pada kategori obat-obatan tradisional, jwnlah masing-masing produk yang
disebutkan oleh responden berupa pendekatan berapa k d i obaf tersebut digunakan
dalam satu tahun. Dan juga diperlukan data tambahan bempa fungsi dari obat-obatan
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam mencari barang substitusi,
yang nantinya akan digunakan sebagai patokan harga dalam melakukan penilaian
untuk kategori obat-obatan. Barang-barang substitusi yang d i s u d adalah obat-
obatan komersial yang mempunyai fungsi sama dan biasa digunakan apabila obat-
obatan txadisional tidak tersedia, clan tersedia dengan mudah di lokasi. Namun
terdapat beberapa kasus dirnana obat-obatan tradisional yang disebutkan mempunyai
dikategorikan berat dan substitusinya tidak tersedia di lokasi. Untuk kasus ini,
peneliti melakukan pendekatan dengan mencari substitusi obat-obatan yang dijual di
apotik terdekat.
Untuk kategori konstmksi, pendekatan yang dilahkan adalall dengan
mengetahui jumlah penggunaan bahan baku dalam setiap bangunan. Pada prosesnya,
untuk setiap produk bahan baku, ditanya juga fungsi dan daya tahannya. Data
tersebut ini digunakan sebagai pembagi dalarn skala waktu selungga didapat jumlah
produk yang digunakan dalan satu tahun. Sebagai contoh, responden lnenyebutkail
bahan baku berdasarkan fiingsi, misalkan kayu meranti untuk dinding rumah,
ke~nudian ditanyakan daya tahan kayu meranti setelah dijadikan dinding, yang pada
akhirnya menjadi pembagi variahel jumlah untuk mendapatkan ju~nlah penggurlaan
rata- rata per tahun.
Kategori peralatan sederhana d m alat berburu mempunyai pertdekatar~
yang svna dengan kategori konstmksi. Untuk mengetahui jumlah penggunaan per
tahun diperlukan data, selvn dari jenis alat, fungsi d8n daya tahan. Data tersebut
digunakan sebagai pembagi dalam skala w&Tu dan akan didapat jumlah penggunaan
rata-rata dari suatu produk per tahun.
Untuk kategori kayu bakar, pendekatan yang dilakukan sangat sederhana.
Kategori ini merupakan kategori yang digunakan secara berkala, sellingga biasanya
responden menjawab berdasarkan penggunaan selama waktu tertentu, per minggu
atau per bulan. Setelah itu dilakukan pendekatan untuk mengetahui jumlah dalarn
waktu penggunaan per tahun.
Dan terakhir, kategori barang-barang yang dijual. ~ a t i g o n ini sebagian
besar berisi prod&-produk yang sudah termasuk ke dalam kategori diatas. Namun
untuk kategori ini, prod&-produk yang disebutkan merupakan produk yang dijual
oleh responden. Sebagai catataq produk-produk hams secara jelas dibedakan
-
berdasarkan kategori penggunaan, misalnya: produk padi, hams jelas dibedakanuntuk has2 makanan b a n g hanya dimakan) dengan hasil untuk d i j u 4 sehingga
repetisi dalam hal jumlah yang dapat meng&batkan overestimate dapat dihindarkan.
Data lain yang paling penting dalam penelitian ini adalah harga. Peneliti
mengusahakan untuk mengetahui harga dari setiap produk secara langsung kepada
setiap responden. Namun apabila responden tidak menget&.uinya, dicari harga pasar
inventarisasi harga terhadap barang-barang kebutuhan rutnah tangga sehari-hari;
begitu pula halnya dengan produk-produk substitusi.
Pasar yang dimaksud adalah pasar dimana masyarakat pada setiap areal
penelitian sering melakukan transaksi jual beli. Dan diusahakan dalam jawaban hasil
yang diberikan oleh setiap responden mernput~yai variabel besaran yan, umum atau
variabel besaran yang mempunyai Nlai jual (Rplvariabel besaran).
b. Persiapan Wawancara
Sebelutn inetnulai proses wawancara, pertana peneliti harus nlenentukan
lokasi yang sesuai. Setelah lokasi ditentukan, langkali pettama sebelun rnasuk ke
lokasi adalah tnenemui kepala adrni~sh'asi, dalan hal ini kepaia desa atau kepala
dusun. Tujuannya adalah untuk tnerninta izin melakukan penclitian sekaligus
meminta bantuan untuk mencarikan tempat tinggal dan segala akornodasi yang
diperlukan selama penelitian berlangsung.
Ide untuk tinggal dengan masyzak2t mempunyai maksud untuk
mendapatkan simpati dari masyarakat dan yang lebih penting adalah untuk
memudal&an dalam proses wawancara, terutama kemcdahan dalam ha1 waktu dan
tempat. Gta pun bisa mengamati tata cara kehidupan dan perilaku masyarakat desa
atau dusun secara langsnng setiap harinya.
Setelah semua ha1 mengenai biiokrasi telah selesai, dan ternpat tinggal
sementara selama melakukan penelitian pun telah ditentukan, ha1 berihutnya adalah
melaksanakan communiw gathering. Conlnlunify gathering ini bertujuan untuk
perkenalan, tnernberi tahu tujuan dari keberadaan peneliti di desa atau dusnn tersebut,
dan menjelaskan tentang'apa yang akan dikerjakan. Forum ini menekankan untuk mernberikan penjelasan yang lengkap tentang proses wawancara, bagaimana, apa
saja yang ditanya, dan lain-lain, berkenaan dengan proses wawancara nantinya.
Diharapkan setelah community gathering ini, masyarakat dapat menerima sehingga
sedapat uiungkin mau membantu dalarn pcoses penelitian, dan juga masyarakat
merasa jelas tentang hal-hal yang akan ditanyakan sehingga peneliti tidak perlu
mengulang penjelasan kepada setiap responden pada waktu proses wawancara
berlangsung.
Di setiap lokasi, target untuk jumlah responden sebanyak 30 responden.
Namun hal ini tidak menjadi patokan mengingat waktu penelitian yang sedikit sekitar
rnengingat bahwa masyarakat pun bekerja. Alasan lain yang cukup signifikan adalah
h a i l yang tidak beragam. Hal ini mennnjuk kepada h a i l sumberdaya bempa produk
yang itu-itu saja sehingga banyaknya responden tidak banyak mernpengaruhi
terhadap rataan nilai.
Untuk meragamkan hasil, peneliti rnelakukan diversifikasi lunur dan jenis
kelatnin. Hal ini dimaksudkan u ~ t u k mendapatkan persepsi masyarakat tnengenai
hasil suinberdaya lahan inereka sendiri berdasarkat~ unur dan jenis kelatnin. Dalan
segi umur, umur minimal yang dijadikan responden add&$ umur produkiif dir~lana
pada skala uinur tertentu responde~i tersebut sudah dapat menghasilkau produk d a i
lahan mereka.
c. Proses Wawat~cara
VJawancara dilakukar~ pada tiap-hap m n a l ~ . Yang perlu diingat adalah
proses wawancara jangan sampai rnengganggu dari aktifitas masyarakat sehari-hari,
baik pada waktu bekerja ataupun waktu istirahat. Pada penelitiatr ini, proses
wawancara lebih sering dilakukau pada wakiu siang hari, yakni pada waktu
lnasyarakat istirahat setelah bekerja, dan pada waktu sore hai, yakni pad2 waktu
masyarakat sedang bersantai setelah seharian bekerja Pada waktu siar~g hari,
wawancara lebih banyak dilakukan di ladang tempat rnasyarakat bekerja dan pada
waktu sore hari wawancara dilakukan di rumah.
Hal peItama yang ditanyakan adalah mengenai data m u m responden;
nama, umur, jenis kelamin, berapa tahun tinggal di lokai, asli daerah (lokal atau
bukan), dan luas lahan pribadi beserta deskripsinya. Setelah itu beclanjut ke
pertanyaan tentang hail-hail sumberdaya lahannya
Seperti yang telah dijelaskan sebelwnnya, hasil-hasil sumberdaya yaug
ditanyakan dibedakan berdasarkan kategori penggunaan. Penggunaan untuk
makanan, obat-obatan, konshuksi, peralatan sederhana, barang-barang yang dijual,
dan alat berburu. Untuk setiap jawaban yang diherikan, dibuat gambar atan tulisan di
selembar kertas. Dalam proses wawancara, gambar-gambar tersebut dimaksudkan
untuk memberikan ingatan dan gvnbaran kepada responden sehingga diharapkan
dapat lebih memfokuskan responden dalam memberikan jawaban, terutama
berkenaan dengan jumlah hasil. Begitu setemsnya, dilakukan setiap kategori
2. Tehnik observasi
Data dikumpulkan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap potensi objek
yang diteliti. Data sekunder dikumpulkan dari data statistik perusahaan.
F. 3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Untuk menaksir nilai lahan masyarakat, diperlukan data berupa aneka macan
produk yaug diperoleh dari areal tersebut, volume produksi dan nilai (harga) dari tiap dari
produk. Peneniuan harga tiap produk dilakukan dengan metode nilai guna langsung yang
bersulnber dari penggunaan secara langsung oleh masyarakat, terhadap komoditas hasil .
Teknik pemilihan nietode ekonomi berdasarkan nilai yang memiliki pasar maupun tidak
~nemiliki pasar. Setelah itu dihitung dengan rurnus sebagai berikut:
Keterangan:
Sub indeks k : lokasi penelitian.
Sub indeks i : perusaham ICTI-Pulp.
R : sumber daya yang digunakan oleh masyarakat.
Qk,i : kuantitas dari sumberdaya di lokasi penelitian k dari perusahaan
HTI-Pulp i,
P : harga dari sumber daya r.
Nilai lahan setelah ditanami tanaman untuk tujuan pulp diperoleh dari data
perusahaan HTI berdasarkan skema PHBM ataupun yang sejenis. Hasil-basil tersebut
beragam untuk setiap perusahaan mengingat masing-masing mempunyai manajemen dan
perlakuan yang berbeda terhadap tanamannya.
Kemudian dilakukan analisis statistik deskriptif dari kedua nilai diatas, yaitu
dengan membandingkan hasil dari nilai-lahan masyarakat per hektar per tahun dengan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di empat perusahaan hutan tanaman industri di Sumatra
yang mengelola areal dengan total luas 1.5 juta hektar dalam bentuk konsesi. Jurnlah tersebut
mewakili sekitar 65 % dari 2.3 juta hektar lahan pemerintah, yang dalan hal ini diurus oleh
Departemen Kel~ntanan, dan dialokasikan uutuk pengembangan HTI di pulau Sunatra (BPS,
2000).
Sumatra, pulau kedua terbesar di Indonesia, lnerniliki jurnlak populasi lnendekati
45 juta penduduk, mencakup lebih dari 21 % dari total populasi Indonesia (BPS, 2000).
Sunaha memiliki ikliln tropikal basah dan ierdiri dari lilna zona ekologikal berupa: dataran
tinggi di Sumatra bagian Barat, jajaran pegunungan, kaki bukit, tanah datar, dan dataran
rendah di Sumatxa bagian Timur, dengan perbedaan nyata pada jenis tanah, topografi dar~
iklim (Scholz, 1983).
Areal penelitian terletak di empat propinsi, yakni: Sumatxa Selatan, Jambi, Riau,
dan Sumatara Utara, dengan perusaham HTI-Pulp berturut-turut: Musi Hutan Persada
(MHP), Wirakarya Sakti (WKS), Arara Abadi (AA), dan Toba Pulp Lestari (TPL).
Pada pelaksanaannya, penelitian ini mengkhususkan pada areal di dalam atau
sekitar konsesi dari setiap perusahaan HTI-Pulp, dimana sasarannya adalah areal bempa desa
atau dusun yang masih berhutan. Areal tersebut adalah: Talang Belanti yang mempakan
wilayah dusun dari Desa Padang Bindu, Kecamatan Gunung Megang, Kabupaten Muara
Enim, Sumatra Selatan; Dusun Bagan Tengah yang merupakm wilayah Desa Parit Culum,
Kecanatan Bendahara, Kabupaten Muara Sabak, Jambi; Desa Kuntu Toeroba yang terletakdi
Kabupaten Kampar d m Dusun Jiat Kramat yang terletak di wilayah Desa Kuala penas;,
Kecrunatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, Riau; dan terakhir Desa L m b a n Purba
di
Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatra Utara.
A. Talang Be!anti
Areal Talang Belanti di Sumatra Selatan terletak di dalam areal konsesi dari
pemahaan MHP. Lokasinya bejarak sekitar
+
4 km dari salah satu lokasi kantor distrik MHP di Lubuk Guci. Keselumhan arealnya terbagi menjadi 4 penutupan lahaq yaitu:lokasi pemukiman, hutan karet (karet dam), semak belukar, dan ladang (diantara hutan
karet berupa spot-spot menyebar) d m tnempunyai luas areal, menurut masyarakat, sekitar
Sebagian besar dari komnnitasnya disusun oleh masyarakat lokal dan sebagiati
kecilnya mempakan tnasyarakat pendatang dalam hal ini pencampwan disebabkan oleh
karena proses perkawinan. Penduduk yang sudah bemnurltua (> 40 tahun) lebih
mendominasi dalam ha1 jumlal~ daripada penduduk yang masih muda (20-30 tahun), ha1
ini disebabkan karena penduduk yang ~nasih muda lebih tertarik untuk pergi ke kota
terdekat untnk mencari kesempatan bekerja.
Kegiatan yang berkaitan dengan pertanian sangat terasa di dusun ini. Dalan
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, mayoritas penduduk menyadap getah, selain itu
mereka pun ~nenibuka lahan untuk berladang dengan t u j u a ~ untuk menanam padi dan
palawija. Pembukaan lahan dilakukan dengan cara bakar dan pengoidlamya dilakukan
secara m a ~ ~ u a l sehingga bisa ditanruni dan bisa menghasilkan.
Dusun yang beranggotakan 52 KK. ini dalam melengkapi kebutuhan llidup
sehari-harinya, mengandalkan pas% harian yang cukup besar di kota kecil yang bernruna
Pendopo, berlokasi sekitar 5-6 km dari dusun.
Rurnah-mmah yang dibangutl oleh masyarakat seluruhnya dibuat dari bahan-
bahan alami, seperti: kayu untuk pancang, dinding, dan lantai; d a m serdandpinang untok
atap, bambu untuk kandang; dan rotan untuk mengikat.
Dusun ini belum mempunyai fasilitas listrik dan untuk memenuhi kebutuhan
informasi dan hiburan, beberapa penduduk melengkapi rumahnjja dengan radio
sederhana bertenaga baterai. Fasilitas air pun sangat terbatas, yang tersedia hanyalah
danau kecil yang dibuat oleh PT. MHP yang terletak di tengah-tengah dusun dan
beberapa sumur pribadi dekat danau.
B. Dusun Bagan Tengah
Areal dari Dusun Bagan Tengah di Propinsi Jambi terletak di lnar kawasan
konsesi HTI PT. WKS. Lokasi dusun terletak sekitar 6 km l-ari kantor distrik PT. WKS
terdekat, distrik 2. Dusun ini diketahui kemudian sebagai dusun binaan, suatu program
dari Departemen Sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakal dengm
cara merelokasi tempat tinggal yang pada awalnya menyebat menjadi bergabung dalam
naungan sebuah desa. Dalam ha1 ini, desa yang dimaksud adalah Desa Parit Cdum
ditnana terdapat pasar nlingguan tempat masyarakat dari dusun ini biasa melnbeli bahm
Dusun ini dibangun pada tahun 1982, dan saat penelitian berlangsung, data
menunjukkan terdapat 75 KK dengan total penduduk 2 350 orang yang hidup dan
menetap disana. Mayoritas dari keselumhan penduduk adalah masyarakat lokal, sekitar
80 % suku melayu dan sisanya mempakan suku Jawa yang sudah menetap disana selruna
2 35 tahun.
Penduduk yang berusia tnuda (20-30 tahun) di dusui ini masih banyak, mereka
kebanyakan bekerja sebagai "ongkak". Mereka menebang kayu dari hutan d a m gambut
yang di klaim merupakan hak lnilik dusun, dan berlokasi sangat dekat dengan areal
p e m u k i a n dusun, sekitar 500 m. Menurut masyarakat, hutan yang diiamakan ole11
penduduk "Cempedak Air" itu sendiri memiliki luas 2 500 ha.
Sedangkan secara rata-rata, mata pencaharian masyarakat berasal dari hasil
karet. Tipe penutupan IAan lainnyq yakni: areal pemukiman, kebun (buah-buahan
seperti: dukq rambutan dan durian; dan karet), dan sawah.
hnah-rumah di dusun iui bevariasi dalan hal bahan bangunamya, beberapa
rumah sudah tnenggunakan dinding semen sementara yang lainnya masih menggunakan
kayu sebagai dindingnya. Untuk atap, selnua mnah sudah menggunakaii genteng, hanya
bangunan-bangunan sederhana seperti kandang saja yang menggunakan atap dari daun
serdang.
Fasilitas listrik belum melengkapi kehidupan sehari-hari dusun ini namun
mereka mengatasinya dengan menggunakan generator diesel dan baterai accu.
Kebanyakan dari mereka menggunakannya untuk penerangan, radio, dan televisi. Air
cukup tersedia, walaupun fasilitas MCK (mandi-cuci-kakus)' masih sangat sederhana
namun setiap runah sudah membangun sunur-sumur pribadi.
C. Dusun Jiat Keramat
Dusun Jiat Kramat di Propinsi Riafterletak dekat dengan areal konsesi PT.
Arara Abadi, hanya dipisahkan oleh sebuah sungai, bemama Penaso. Dusun ini dapat
dikategorikan sebzgai dusun tertinggdmiskin dimana masih bany?k masj.arakat yang
masih menggunakan kayq kulit kayq rotan, dan daun serdandpalem untuk membangun
Pada waktu masa penelitian, sedang dilaksanakan proyek pembangunan
Departemen Sosial, yaitu pembangunan rumah sebanyak 75 unit untuk masyarakat
iniskin dengan maksud untuk merelokasi mereka di dusun tersebut.
Seluruh masyarakat dari dusun ini merupakan suku Sakai. Mereka tinggal di
dusun ini sejak tal~un 1994, tapi sebe~larnya mereka sudah tinggal di daerah tersebut sejak
1944 sampai tahun 1960. Mereka ke~nbali derigan tujuari untuk mempertahankan tanah
inereka dari sebuah perusahaan kelapa sawit, PT. ADEI dan dari PT. Arara Abadi sendiri.
Dengan jumlali penduduk sekitar 250 orang, sebagian besar penduduknya hidup dari
inencari ikan, baik itu dengan perangkap (lukahhubuj atau menggllnakan pancingan
(taju).
Terletak sangat jauh dari jalan utarna, inasyarakat dusun ini mengandalkan
pasar ~ G ~ g g u a n yang terdapat di desa Kuala Peuaso untuk memenuhi kebutul~an sehari-
hari. Tidak ada lagi hutat di areal dusun tersebut, yatlg tersisa hanyalah seinak belukar di
sekeliling dusun yang inempunyai luas, termmk areal pemukian, sekitar 50 ha. Areal
semak belukar tersebut digunakm oleh sebagian penduduk untuk menanam pohon karet
dan kelapa sawit dalatn skals sangat kecil.
Menurut peuuturan warga, sejak 1997, eksploitasi besar-besaran terhadap
hutan terjadi clan ironisnya, pelakunya adalah warga dusun sendiri. Fasilitas listrik
mungkin masill lama inasuk ke dalatn dusun ini, namun mereka terfasilitasi oleh
generator diesel bantuan dari PT. ADEI untuk penerangan dan kepentingan lainnya.
Sedangkan untuk air, dusun ini tnempunyai dua sunber yakni sumur untuk air minun
dan sungai untuk mandi.
D. Desa Lumban Purba
Desa Lumban Purba di Sumatra Utara Areal terletak di luar areal konsesi PT.
TPL. Desa ini memiliki areal klaim seluas 153 ha dengan PT. TPL, dan masih belum
terselesaikan sampai saat penelitian ini dilaksanakan (akhir Oktober 2003). Areal klaim
tersebut termasuk ke dalam sektor Tarutnng dari PT. TPL.
Mata pencaharian utama rnasyarakatnya adalah bertani, dimana mereka biasa
menanam padi, kopi, dan palawija. Terdapat sekitar 200 KK di desa ini dan
Desa ini telah dilengkapi dengan fasilitas listrik dan walupun masih mempakan
desa sederhana, sebagian besar dari rumah-rumah telah menggunakan bata, ubin, dan
genting sebagai bahan banynannya. Posisi desa sangat dekat dengan kota yang cukup
besar, Dolok Sangyl, sehingga penduduk dusun Lumban Purba tidak menemukan
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka dapat rnembeli bahan makanan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASLL PENELITIAN
1. PeniIaian Nilai Guna Langsung
a. Talang Belanti
Menurut masyarakat areal Talang Belanti mempunyai luas sekitar 200 ha.
Luasan tersebut terbagi menjadi empat bentuk penulupan areal, yakni: areal
pemukiman, areal berhutan yang didefinisikan oleh masyarakat dusun be~upa areal
hutan karet alam, areal semak belukar, dan ladang. Masyarakat tidak mengetahui
lnengeuai luasan untuk tiap-tiap penutupan lahan tersebut.
Masyarakat dusun mempunyai perjanjian tidak tertulis mengenai batas-
batas wilayah kepemilikan lahan. Pada areal hutan karet alam batas tersebut
biasanya ditandai oleh tanaman karet ataupun oleh tanaman khusus yang ditanam
a:au berada di wilayah batas tersebut. Sedangkan pada areal ladang batas areal sangat
jelas bempa pagar yang terbuat dari tonggak-tonggak kayu yang disusun berdiri.
Pagar itupun berfin~gsi sebagai pelindung dari babi hutan. Areal ladang menyebar
benpa spot-spot diantara areal hutan karet alam dan areal setnak belukar, dimana
masyarakat biasanya menanam padi, sayuran, dan palawija. Namun tidak semua
masyarakat di Talang Belanti mampu membuka ladang, selain tidak mempunyai
lahan, tidak adanya modal pun menjadi kendala bagi mereka. Modal tersebut
diperlukan untuk membiayai pelaksanaan pembukaan lahan.
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mayoritas masyarakat Talang
Belanti bekerja sebagai petani dan sebagai phyadap karet. Karet disini m & p a k b
karet alam yang menyebar hdak merata di dalam areal berhutan. Ironisnya karet-karet
tersebut sudah berusia tua dan hanya menghasilkan s e d i i t getah.
Produk yang dihasilkan berdasarkan hasil penelitian, selain dari karet,
cukup beragam. Dari jumlah total 26 responden yang diwawancarai di areal Talang
Belanti, Propinsi Sumatra Selatan, peneliti mendapati total 97 produk yang
dihasilkan masyarakat, dengan komposisi sebagai berikut: 23 produk untuk kztegori
makanan, 22 produk untuk kategori obat-obatan, 18 produk .mtuk kategori
konstruksi, 11 produk untuk kategori alat-alat sederhana, 3 produk untuk kategori
keranjang, 9 produk untuk kategori kayu bakar, dan 14 produk untuk kategori produk
Dari produk-produk yang disebutkan diatas, berdasarkan hasil analis,
dengan rata-rata kepemilikan lahan sebesar 3.94 hektar per orang, dapat
diidkulasikan b d ~ w a nilai ekonomis (nilai guna langsung) yang diperoleh
masyarakat di areal Talang Belanti sebesar: Rp. 3.072.535,- per hektar per tahun.
(Tabel 1)
Tabel 1. Rekapitulasi data nilai guna lahan areal Talang Belanti
E%ill
KeteranganI
T
r
]
Total area berupa kebun yang dimiliki oleh responden
]/ham/
Rata-rata area yang dimiliki oleh responden Nilai guna lahan per hektar
Nilai guna lahan per responden
b. Dusun Bagan Tcugall
Luasan dari keseluruhan areal dusui~ ini tidak diketahui oleh masyarakat,
namun bagian dzri d s a tersebut, yang merupakan hutan alam gunbut sekunder,
diketahui luasaunya, yakni sekitar 500 ha. Penutupan areal lain selain hutan tersebut
adalah areal pemuki~nm~ dan areal kebun atau ladang. Masing-tnasing dari
penutupan la11a.n tersebut melnpunyai areal yang terpisah, areal pemukiman terletak
ditengah-tengah, areal ladangkebun terletak di sebelal~ luar dari areal pemukiman,
dan areal hutan berada paling luar dari areal dusun.
Jenis pekerjaan dari masyarakat dusun Bagan Tengah cukup beragam,
kebanyakan petani, tetapi biasanya petani-petani di dusun ini pun melnpunyai usaha
lain seperti membuka kebun buah (durian, d d u , dan rambutan) atau membuka kebun
karet, selain ada pula yang hanya berkebun. Yang lainnya ada yang bekerja sebagai
"ongkaic", orang yang bekerja dengan menebang kayu dari hutan dan kemudian
mmjualnya. Tetapi mereka pun kadang bekerja musiman, dalam artian bekerja
mmgumpulkan hasil hutan jika ada yang akan memheli, misalkan rotan. Dikatakan
musirnan karena sew&& penelitian ini dilaksanakan, banyak warga yang sedang
mengumpulkan rotan, sedangkan sudah sekitar 10 tahun lebih warga di dusun
tersebut tidak ada yang mencari rotan. Hal ini diarenakan ada penadah yang hendak
Produk-prod& yang d i i ~ ~ i p u l k a t i berasal d a i dua peiiutupar~
la ha^ yaiaii
areal ladang d m areal hutan. Wawancara dlakukan pada 26 responden, dan areal
dusun Bagan Tengah Propinsi Jambi, m e ~ n l i i liasil suulber daya lahan sebanyak 117
produk, dengan komposisi sebazai berikut: 23 produk untuk kategori makanan, 18
produk untuk kategori obat-obatan, 33 produk untuk kategori konstruksi, 14 produk
uutuk kategori alat-alat sederliana, 7 produk untuk kategori kayu bakar, dan 22
produk tuiluk kalegori barang yaug dijual. Unluk lebili jelastiya dapat dililiat pada
Lailpisan 2,
Petigl~itungari nilai ekono~nis berdasarkan hasil produk-produk diatas
dibedakan berdasarkan dua penutupan i&an &nana produk-produk tersebut
diperoleh, areal kebuniladang dan areal hutan. Berdasarkan liasil analisis, deugan
rata-rata kepe~nilikan lahan sebesar 2.78 hektar per orang, diialkulasikan bahwa ~lilai
ekono~~iis yang diperoleh oleh masyarakat dusun Bagan Tengah pada area! kebun
ad&& sebesar Rp. 4.223.379,- per hektar per tahun, sedangkan pada areal hutan
adalal~ sebesar Rp. 33.668,- per hektar per !aliuti. Berdasarkan liasil tersebut ddpat
diperoieh ~ l a i