DAFTAR PUSTAKA
Aftraruddin, Pesu. 1990. Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung : Angkasa raya.
Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Aglesindo.
__________. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Aglesindo.
Badrun, Ahmad. 1983. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Sastra), Surabaya: Usaha Nasional.
Dakir,1993. Dasar Dasar Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Farida, Miftahul. 2013. Unsur intrinsik, Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Hadi, Pranowo. 2004. Depresi dan Solusinya, Yogyakarta: Tugu Publisher.
Hardjana, Andre. 1985. Kritik Sastra Sebuah Pengantar, Jakarta: Gramedia.
Hartoko, Rahmanto, B. 1986. Pemandu di Dunia Sastra, Yogyakarta: Kanisius.
Keiko Suenobu. 2008. Limit 1-6 (Terjemahan), Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian Fiksi, Yokyakarta: UGM Press.
Pradopo , Djoko. 2002 . Kritik Sastra Modern, Yogyakarta : Gema Media.
Soemardjo. 1988. Masyarakat dan Sastra Indonesia, Yogyakarta : Nur Cahaya.
Taki , M. 2001. Japanese School Bullying, Canada. Queen’s University.
Wellek, Rene dan Austin, Warren. 2002. Teori Kesusastraan, Jakarta:
Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Bibliografi.pdf.
BAB III
ANALISIS KONDISI PSIKOLOGI TOKOH ARISA MORISHIGE DALAM KOMIK
“LIMIT” KARYA KEIKO SUENOBU
3.1. Sinopsis Cerita
Komik LIMIT menceritakan tentang seorang anak yang bernama Arisa Morishige adalah
seorang remaja yang berusia 15 tahun yang duduk di salah satu SMA di Jepang, disekolahnya ia
adalah seorang siswi yang selalu di bully. ia juga merupakan anak yang tidak cantik, bodoh dan
tidak suka bergaul, lalu sekolahnya mengumumkan bahwa akan ada perkemahan yang dilakukan
oleh semua kelas, tetapi keberangkatannya berbeda-beda berdasarkan nomor urut kepergian yang
akan diundi secara acak, maka harus ada perwakilan salah satu dari masing-masing kelas untuk
mengambil nomor keberangkatan, perwakilan dari II A adalah Arisa. teman sekelas Arisa
sepakat bahwa perwakilan dari kelas mereka adalah Arisa. Teman sekelasnya sangat
menghawatirkan mereka mendapatkan urutan terakhir karena waktunya yang berdekatan dengan
jadwal ujian sekolah. Ternyata pada saat pengambilan nomor urut keberangkatan, kelas
merekalah yang mendapatkan nomor urutan terakhir. Lalu karena hal tersebut Arisa menjadi
bahan bully-an dikelasnya.
Arisa tidak pernah melawan apapun pada saat dia dibully oleh teman-teman sekelasnya,
dan bahkan selalu diam dan tidak pernah melakukan pembelaan apapun. Ternyata dibalik
diamnya itu dia memendam rasa dendam yang besar kepada teman-teman sekelasnya itu. Lalu
sadarkan diri pada saat mengendarai, bus mereka masuk ke sebuah jurang dengan tebing yang
tinggi dan hutan yang lebat.
Siswa yang selamat dari kecelakaan tersebut hanya enam, orang lima diantaranya adalah
wanita dan satu orang laki-laki, dan salah satunya adalah Arisa Morishige. Pada saat Arisa
sedang mencoba menyelamatkan diri, ia mendapatkan sebuah arit. Dan pada saat itu ia
menyadari bahwa salah satu dari orang yang suka membully nya telah meninggal dunia, Arisa
sangat senang akan hal itu. Arisa menggunakan arit itu untuk menguasai mereka semua yang
selamat, Arisa menjadikan teman-temannya tersebut budaknya, dan ia juga membuat hubungan
diantara mereka menjadi semakin rumit dan perpecahan di antara mereka juga semakin runcing.
Arisa menciptakan sistem kasta, bagi yang mendapat tempat kasta terendah tidak akan
mendapatkan makan dan dijadikan budak yang harus mencari makanan dan minuman bagi
mereka yang mendapat tempat kasta tertinggi. Bagi yang ingin makan harus menuruti apa saja
permintaan Arisa terutama mereka harus mau saling menyakiti dan saling bertarung untuk
mendapatkan makanan dari Arisa.
Arisa menjadikan dirinya sebagai penguasa dan yang lainnya sebagai budak. Arisa terus
saja berkelakuan aneh dan terus menjadikan situasi diantara mereka semua semakin mencekam
dan meruncing. Walau Arisa terus menganggap dirinya sebagai penguasa diantara yang lain,
tetapi kelima siswi yang selamat lainnya tidak tinggal diam, terkadang mereka juga melawan
terhadap apa yang Arisa perintahkan, dan mereka juga berniat untuk merebut arit dari tangan
Arisa untuk bisa bertahan hidup dan sambil terus mencari bantuan untuk bisa selamat dari
kecelakaan itu. Bagi mereka, apabila Arisa masih terus memegang kuasa atas mereka dan terus
Arisa merupakan anak tunggal dikeluarganya, ayah nya adalah seorang pemimpin disalah
satu perusahaan besar di Jepang. Keluarga mereka merupakan keluarga yang tidak harmonis,
ayahnya sangat sering memukuli ibu Arisa, dan Arisa juga sangat sering mengalami perlakuan
yang tidak menyenangkan dan kekerasan yang dilakukan oleh ayahnya. Itu juga salah satu
penyebab Arisa menjadi anak yang pemurung dan tidak suka bersosialisasi pada orang lain.
Yang dilakukannya hanya membuat manga dan menceritakan hal-hal buruk dalam hidupnya
yang dirasakannya setiap hari ke dalam sebuah buku harian.
Setelah berusaha bertahan hidup selama tiga hari di hutan, akhirnya arit Arisa berhasil
direbut, Arisa tidak lagi bisa berbuat semena-mena terhadap temannya yang lain, mereka mulai
mencari bantuan bersama-sama, mereka terus berjalan menyusuri hutan yang lebat dan
tebing-tebing yang tinggi untuk menyelamatkan diri, tidak lama mereka berjalan menyusuri hutan
mereka melihat ada helikopter yang terus berputar-putar dilangit, lalu mereka mengikuti arah
kemana helikopter itu pergi. Semua orang sudah merasa senang kecuali Arisa. Arisa tidak ingin
pulang lagi ke rumah dan ia tidak ingin selamat karena ia beranggapan bahwa walau dia selamat
tidak ada orang yang akan mengharapkan kepulangannya, dan ia juga takut bahwa hal-hal buruk
yang ia alami dahulu akan terulang lagi apabila ia selamat dan kembali lagi ke rumah.
Tetapi teman-teman Arisa yang selamat lainnya terus membujuk Arisa agar Arisa mau
pulang, tetapi Arisa terus saja tidak percaya. Dan menganggap mereka bohong dan terus
perpandangan negatif tentang teman-teman nya di masa depan, karena ulah mereka di masa lalu
pada saat sebelum kecelakaan, tetapi teman Arisa yang lain tidak putus asa untuk terus
Morishige dan akan menjadikan hari-hari Arisa di sekolah akan menjadi menyenangkan. Karena
perkataan teman-temannya tersebut arisa menjadi mau untuk terus mencari jalan keluar dari
hutan agar selamat.
Akhirnya mereka di temukan oleh tim penyelamat dan yang selamat hanya lima orang
termasuk Arisa Morishige, karena salah satu dari mereka sudah meninggal dunia pada saat
dihutan. Setelah kecelakaan Arisa mendapatkan teman-teman yang baik, dan ia juga tidak
diperlakukan dengan buruk lagi, sekarang ia diperlakukan dengan baik oleh teman-teman dan
juga oleh keluarganya
3.2. Analisis Tokoh Utama Arisa Morishige Dalam Komik LIMIT Berdasarkan Teori
Kognisi Depresi Aaron Beck
3.2.1. Pandangan Negatif Tentang Diri Sendiri Pada Tokoh Arisa
Cuplikan 1 jilid 3 halaman 105-107
Konno : “Ayo kita pulang bersama-sama semuanya.”
Kamiya : “Iya ayo.”
Arisa : Meski aku pulang. . . tidak akan ada yang senang. . . aku berbeda dengan kalian”.
Analisis :
Pada cuplikan di atas, terdapat pandangan negatif Arisa tentang dirinya sendiri. Hal ini
terlihat saat Arisa merasa kesal dengan diri sendiri, sehingga Arisa tidak mau kembali lagi ke
yang senang dan mengharapkan dia kembali. Hal ini terjadi karena Arisa adalah anak yang
terbiasa menyimpan beban dan masalah dalam hati. Arisa juga dihantui rasa cemas dan takut
yang berlebihan terhadap dirinya sendiri, Hal ini tergolong dalam Neurotic Depression (depresi
neurotik) yaitu respon terhadap stress dan kecemasan yang telah di timbun oleh masa lalu. Dan
sesuai dengan kognitif depresi Aaron Beck.
Dalam teori kognisi Aaron Beck, depresi dibagi atas tiga jenis yang salah satunya adalah
depresi neurotik yang merupakan depresi pada tahap ini terjadi apabila depresi reaktif tidak
terselesaikan dengan baik dan tuntas. (Enos D. Martin dalam Wilkinson 1995:24) Depresi ini
merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbulkan untuk masa yang lama,
ini disebabkan oleh respon terhadap stress dan kecemasan, ketakutan yang telah di timbun di
masa lalu masa lalu.
Dapat dikatakan bahwa Arisa menjadi berpikiran negatif pada dirinya karena adanya
perlakuan yang kurang menyenangkan dari masa lalu.
Cuplikan 2 jilid 3 halaman 110-112
Kamiya : “Arisa. . . mari kita pulang.”
Haru : “ Iya marilah. . .”
Arisa : “ Tidak. . . karena tidak dibutuhkan, maka lenyap pun tidak apa-apa. . akan
kuakhiri dengan tanganku sendiri. . . Matilah. . . aku tidak dibutuhkan (sambil
menyucuk tangannya dengan kaca).”
Dari cuplikan di atas, menurut penulis Arisa kehilangan suatu harapan. Hal ini terlihat
saat Arisa merasa putus asa dan mencoba untuk bunuh diri, Arisa menusukkan kaca ke
tangannya dengan harapan dia akan mati. tetapi ketika ia menusukkan kaca tersebut ke
tangannya hanya mengakibatkan luka yang tidak begitu parah, karena hal ini Arisa makin merasa
kesal dan memutuskan tidak akan pulang lagi. Hal ini dikarenakan rasa takut nya yang sangat
besar untuk pulang dan kembali ke kehidupan yang sangat dia takuti.
Sangat jelas pada cuplikan bahwa Arisa mencoba bunuh diri dikarenakan pikiran
negatifnya tentang diri sendiri bahwa dia tidak akan dibutuhkan dan diharapkan kembali. Hal ini
sesuai dengan konsep depresi dari Aaron Beck, Salah satu dari konsep depresi yaitu kognitif
yang mempunyai ciri yaitu Berfikir negatif mengenai diri sendiri dan Berfikir akan kematian
atau bunuh diri.
Aaron Beck dalam Hadi (2004:32) Perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan
adalah salah satu penyebab dari terjadinya depresi, berbagai perasaan seperti putus asa,
kehilangan harapan, sedih cemas, rasa bersalah, apatis, marah, dan sering juga muncul perasaan
tak menentu yang menciptakan suasana hampa yang mengakibatkan mencoba untuk bunuh diri.
Cuplikan 3 jilid 4 halaman 8 – 12
Haru : “Arisa. . . pasti kau yang telah membunuh usui? Ya kan?”
Arisa : “ Hah!?. . . Bukan akuu!.”
Haru : “ Jadi siapa? Pasti kau Arisa? Lihat kaca yang ada ditangan mu, lihat darah yang
Arisa : “ Bo. . . bodoh. . . ini darahku, bukan darah Usui!!! Aku gak tau apa-apa, aku
gak melakukankan apapun pada Usui, memang aku tidak diharapkan dan tidak
kalian sukai, tapi bukan aku pelakunyaaa!!!.
Analisis :
Dari cuplikan di atas, Arisa mengalami tekanan atas tuduhan teman-teman yang menuduh
Arisa yang melakukan pembunuhan pada Usui. Tuduhan teman-teman Arisa tersebut membuat
Arisa menjadi berpikir bahwa teman-temannya tidak menyukai dan tidak menginginkannya. Hal
ini sesuai dengan salah satu penyebab dari seseorang biasa mengalami depresi, yaitu dikarenakan
kehilangan.
Aaron Beckdalam Wilkinson (1995:26) dijelaskan bahwa kehilangan hal yang bersifat
khayal, tanpa fakta dan ia merasa tidak disukai dan digunjingkan oleh orang lain. Mendapat
perlakuan yang kurang menyenangkan dari lingkungan merupakan hal utama dari seseorang
selalu berpikiran negatif pada diri sendiri dan juga pada lingkungan. Menjadi peka yang
berlebihan kepada lingkungan sering dialami oleh meraka yang menngalami depresi.
Pikiran dilusi dapat mengakibatkan depresi yang sangat parah muncul, pikiran-pikiran
dilusi yang sangat merugikan bagi penderitanya. Misalnya “ orang membenci saya”, hal ini lah
yang diderita oleh Arisa Morishige.
3.2.2. Pandangan Negatif Tentang Lingkungan Pada Tokoh Arisa
Cuplikan 1 jilid 1 halaman 19–22
Ichinose :“ si Moriko, Morishige!!! Lihat dia (menunjuk ke arah Arisa) lagi-lagi dia
menulis sesuatu sendirian . . . Dia tampak seram sekali”
Sakura : “ kau yang akan mengambil nomor urut kelas, awas kalau kau mengambil nomor
urut terakhir”.
Arisa : “Tidak, aku tidak mau!!!”
( karena terus didesak, Arisa terpaksa yang mengambil nomor urut. Lalu pada saat pengambilan
nomor urut, nomor yang di ambil oleh Arisa adalah nomor terakhir )
Sakura : “ Morishige bodoh!!! Lebih baik dia mati!!!!!
Analisis :
Pada cuplikan di atas, tampak Arisa merasa tertekan dengan paksaan yang diberikan oleh
lingkungannya. Hal ini terlihat ketika teman-teman Arisa memaksa untuk mengambil nomor urut
keberangkatan,. mereka juga mengancam apabila mendapatkan nomor urut terakhir maka Arisa
akan di sakiti. Padahal Arisa sendiri sejak awal tidak mau mengambil nomor urut itu.
Lingkungan sebagai pemaksa tuntutan yang berlebihan dan memberikan hambatan yang tidak
bisa diatasi, tuntutan berdampak besar pada metal seseorang.
Menurut Aaron Beck berpandangan negatif tentang lingkungan merupakan salah satu
aspek pendukung dari terjadinya depresi, memandang lingkungan sebagai pemaksa tuntutan
yang berlebihan dan memberikan hambatan yang tidak mungkin bisa diatasi sehingga
merasa lingkungan yang tidak menginginkan nya.
(http://scribd.com/doc/PENDEKATAN-KOGNITIF.html)
Dapat dianalisis bahwa tampak Arisa mengalami sebuah dorongan dimana dorongan
yang kuat dan berat yang tidak akan berdampak positif pada dirinya, dan bahkan sebaliknya.
Disini Arisa dihadapkan pada pilihan berat yang dilakukan oleh lingkungnnya, dimana apabila
Arisa tidak mau menuruti permintaan teman-temannya maka Arisa akan di olok-olok, tetapi
apabila saat mengambil nomor undian dan Arisa mendapatkan nomor urut terakhir maka Arisa
juga akan di Bully
Cuplikan 2 jilid 1 halaman 84-90
Konno : “Mungkin masih ada yang hidupkan??”
Kamiya: “Sayang sekali… sudah nggak ada orang yang masih hidup selain
kita.”
Arisa : “a a a a a … Mati! . . Semua orang mati? . . .ha ha ha dia juga?. Sakura orang yang
suka membully ku mati juga, ha ha ha ha ha. . . Rasakan! ! ! Itu hukuman langit
yang turun pada wanita jahat itu. . . ini sangat bagus, sangat menyenangkan, tuhan
mendengarkan isi hatiku, mendengarkan permintaanku. . . Bagus! ! !”
Analisis :
Arisa menjadi anak yang mempunyai beban Psikologi Depresi, ia sangat menyambut
baik dan bahagia atas meninggalnya salah seorang dari teman sekelasnya yang juga merupakan
salah satu anak yang suka membully Arisa. Hal ini dapat terjadi karena Arisa adalah anak yang
terbiasa menyimpan beban dan masalah dalam hati dan Arisa juga dihantui rasa cemas dan takut
yang berlebihan terhadap dirinya sendiri dan lingkungan, Hal ini tergolong dalam Neurotic
Depression.
Neurotic Depression yaitu respon terhadap stress dan kecemasan yang telah di timbun oleh masa
lalu. Depresi pada tahap ini terjadi apabila depresi reaktif tidak terselesaikan secara baik dan
tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun untuk
waktu yang lama. (http://scribd.com/doc/PENDEKATAN-KOGNITIF.html)
Cuplikan 3 jilid 4 halaman 15-18
Ichinose : “ Arisa pasti kau yang telah membunuh Usui kan”
Kamiya : “ luka dipunggungnya sangat fatal, seperti luka tusukan!”
Ichinose “ Ya kan??!!! Jangan-jangan memang kau lah yang membunuh Usui
Arisa : “ Haahhh!!??? Bukan!!! Bukan aku!”
Ichinose : “ lihat itu, luka dileher mu. . . Apa coba!?”
Arisa : “ Bo. . . bodoh! Aku sendiri yang melakukannya!. . . darah ini, semua nya, adalah
Hinata : “ selama ini kau dimana? Kau lari kan?!! Tidak salah lagi, kau yang telah
membunuh Usui!
Arisa : “ Sudah kubilang bukan !! kali ini jangan main-main!! kalau kalian begitu aku
akan habisi kalian!? ”
Analisis :
Pada cuplikan di atas, maka kita juga dapat melihat tekanan yang sangat besar yang
dilakukan lingkungan pada Arisa. Hal ini terlihat saat Arisa sangat merasa tersudutkan dan
merasa tertekan atas tuduhan-tuduhan yang datang pada nya, ini mengakibatkan Arisa merasa
menjadi orang yang paling tidak diinginkan di lingkungannya karena atas tekanan-tekanan besar
yang Arisa terima dari lingkungan. Dimana menurut Aaron Beck tertekan dan merasa sedih yang
berkepanjangan adalah salah satu penyebab dari Depresi.
Depresi sama dengan rasa sedih, murung, kesal dan tidak bahagia. Depresi melibatkan
kesedihan dan emosi negatif. Orang yang mengalami depresi cenderung akan melakukan dan
berpikir akan hal-hal yang tidak logis dan tidak masuk akal, seperti akan mencoba untuk bunuh
diri. (rahasia-mengatasi-depresi/wibowo.com )
3.2.3. Pandangan Negatif Tentang Masa Depan Pada Tokoh Arisa
Arisa : “ aku nggak mau pulang, gak mau. . . tidak ada hal baik apapun terjadi walau
aku selamat dan pulang ”.
Analisis :
Pada cuplikan di atas, Arisa mengganggap walau dia kembali dan selamat, tidak akan ada
hal baik yang akan terjadi. Hal ini terlihat ketika teman-teman Arisa mengajak dia untuk pulang
karena pada saat itu tim penyelamat sudah menemukan mereka, tetapi Arisa tidak mau pulang.
Arisa beranggapan tidak ada hal baik apapun terjadi walau aku selamat dan pulang, Arisa
merasa akan selalu mendapatkan hal buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai
kesedihan yang tidak pernah berakhir sama seperti sebelum terjadinya kecelakaan.
Arisa tidak mau kembali ke rumah dan ke sekolah yang telah banyak menyimpan
kenangan buruk buat Arisa. Arisa telah kehilangan harapan dan selalu berpikiran negatif
terhadap dirinya dan masa depan.
Aaron Beck dalam Wilkinson (1995:26) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai
pandangan negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masa depan kemungkinan lebih mudah
menderita penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif.
Memandang masa itu tanpa harapan dan juga meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi yang lebih baik. Pandangan seperti ini hanyalah
memandang bahwa hanya akan mendapatkan kegagalan dan mendapatkan hal buruk atau
kejadian buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai kesedihan yang tidak pernah
Cuplikan 2 jilid 3 halaman 132-135
Arisa : “ Meskipun aku pulang, nggak akan ada yang senang. . . Aku berbeda, aku
berbeda dengan mereka, walau aku pulang nggak akan ada yang berubah, padahal itu adalah
kesempatan yang telah diberi tuhan pada ku. . . percuma bila aku kembali ke dunia menyedihkan
itu lagi, aku akan tetap menjadi seorang Moriko yang penakut, pengecut, penurut dan penuh
dengan dendam. . . Aku hanya akan tetap menjadi Moriko yang tidak dapat berbuat apa-apa!!!!!
Hahahahhh
Analisis :
Pada cuplikan di atas, Arisa tidak ingin selamat dan kembali karena Arisa menganggap
bila ia kembali tidak akan ada hal yang berubah. Hal ini terlihat saat Arisa merasa putus asa dan
sedih. Baginya kembali kerumah dan selamat merupakan hal yang sia-sia, ia juga akan
diperlakukan dengan buruk lagi, dan Arisa tetap akan menjadi seorang Arisa yang penakut,
pengecut, penurut dan penuh dengan dendam. Arisa Memandang masa itu tanpa harapan dan
juga meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi yang
lebih baik.
Pandangan seperti ini hanyalah memandang bahwa hanya akan mendapatkan kegagalan
dan mendapatkan hal buruk atau kejadian buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai
kesedihan yang tidak pernah berakhir. Ini merupakan ciri-ciri dari orang depresi yang selalu
Aaron Beck dalam Wilkinson (1995:26) mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai
pandangan negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan masa depan kemungkinan lebih mudah
menderita penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif.
Memandang masa itu tanpa harapan dan juga meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi yang lebih baik. Pandangan seperti ini hanyalah
memandang bahwa hanya akan mendapatkan kegagalan dan mendapatkan hal buruk atau
kejadian buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai kesedihan yang tidak pernah
berakhir.
Cuplikan 3 jilid 3 halaman 147-151
Arisa : “ Moriko. . . kau lebih baik mati, ya aku Moriko, kalau aku nggak dibutuhkan,
lenyap pun nggak apa-apa. . . dengan tangan ku sendiri, akan aku yang mengakhirii, matilahhh.
aku tidak butuh Moriko. . , uukhh, Sakit, aku aku kenapa belum mati, kenapa aku masih hidup,
gak mungkin, ini bohong kan? Gak mungkin?!!
Analisis :
Pada cuplikan di atas, Arisa mengalami rasa sedih dan rasa takut nya dengan masa depan.
Hal ini terlihat saat Arisa mencoba untuk bunuh diri, Arisa sangat merasa takut untuk
menghadapi masa depan yang menyakitkan dan menakutkan baginya. Arisa selalu saja berpikir
terjadi padanya sekarang akan terulang terulang lagi di masa depan, dan Arisa juga menggnggap
di masa depan Arisa tidak ada pernah di butuhkan dan tidak pernah di harapkan kehadirannya.
Sangat jelas pada cuplikan bahwa Arisa mencoba bunuh diri dikarenakan pikiran
negatifnya tentang diri sendiri bahwa dia tidak akan dibutuhkan dan diharapkan kembali. Salah
satu dari aspek-aspek depresi yaitu kognitif yang mempunyai ciri yaitu Berfikir negatif
mengenai diri sendiri dan Berfikir akan kematian atau bunuh diri.
Aaron Beck dalam Hadi (2004:32) Perasaan yang berubah-ubah dan sulit
dikendalikan adalah salah satu penyebab dari terjadinya depresi, berbagai perasaan seperti putus
asa, kehilangan harapan, sedih cemas, rasa bersalah, apatis, marah, dan sering juga muncul
perasaan tak menentu yang menciptakan suasana hampa yang mengakibatkan mencoba untuk
bunuh diri.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari analisis yang telah dilakukan terhadap tokoh utama Arisa Morishige dalam “LIMIT”
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlakuan yang tidak menyenangkan yang diterima Arisa oleh teman-temannya adalah
pemicu Arisa mengalami gangguan psikologi dalam dirinya, hal lain juga yang menjadi salah
satu faktor besar juga karena Arisa adalah seorang anak yang berasal dari keluarga yang tidak
harmonis.
2. Arisa mencoba untuk membalaskan dendamnya pada teman-temannya yang suka
membullynya. Ketika ia mendapatkan sebuah arit, dia beranggapan arit itu adalah sumber
kekuatan baginya agar dapat dengan lancer membalaskan demdamnya atas perlakuan
temannya di sekolah.
3. Gangguan psikologi yang dialami oleh Arisa adalah depresi, mengalami depresi akibat dari
pemikiran negatif yang dibentuk oleh pemikirannya, yaitu pemikiran negatif terhadap dirinya
sendiri, terhadap lingkungan dan terhadap masa depannya. Dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Terhadap dirinya sendiri, Arisa merasa tidak berguna, tidak dapat diandalkan oleh orang
tuanya karena ia merupakan anak yang jelek bodoh dan tidak mempunyai bakat apapun.
b. Terhadap lingkungan, Arisa beranggapan bahwa lingkungan akan selalu melakukan hal
c. Terhadap masa depan, Arisa merasa takut untuk menghadapi masa depannya, karena
dia takut hal yang buruk akan terjadi lagi di masa depan, jadi dia memutuskan tidak akan
pergi untuk menyelamatkan diri pada saat kecelakaan karena dia tidak mau kembali lagi ke
rumah dan sekolah dan mengalai hal-hal buruk yang selama ini sudah dialami oleh Arisa.
4. Banyaknya beban dan tekanan dari masa lalu yang di alami oleh Arisa membuat ia
mengalami penyimpangan pada dirinya, yaitu Arisa mengalami beban psikologi depresi yang
membuat dirinya tidak bisa mempercayai orang, tidak suka bersosialisasi dan berperilaku
aneh.
5. Arisa yang terbiasa menyimpan dan menumpuk masalah di dalam hati membuat ia mengalami
penyesuaian yang berat dalam kehidupannya. Arisa mengalami depresi neurotik yang
merupakan respon terhadap stress dan kecemasan yang telah ditimbun sejak lama.
4.2. Saran
Komik LIMIT adalah sebuah komik psikologi dengan aliran cerita psikologi dan tragedi.
Banyak hal penting dan menarik yang dapat penulis tarik dari komik LIMIT ini. Seperti
perlakuan yang kurang menyenangkan yang di lakukan oleh teman-teman Arisa kepadanya.
Sebaiknya tidak pantas memperlakuan seseorang dengan tindakan yang tidak baik, setiap
manusia berhak menerima perlakuan yang baik dari setiap orang di dunia ini, baik seseorang itu
jelek, cantik, bodoh, pintar, kaya ataupun miskin. Perbedaan sebaiknya tidak dijadikan sebagai
salah satu cara untuk mengucilkan orang lain. Karena masing-masing dari kita di ciptakan
sebagai pribadi yang unik dan berbeda dengan tujuan dan fungsi yang berbeda dalam
Juga di harapkan agar tidak lari dari kenyataan dan masalah yang ada. Karena semua
kejadian yang terjadi adalah sebagai pengalaman dan pelajaran yang berharga bagi diri kita
sendiri. Lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah itu sama sekali, bahkan akan lebih
menyulitkan masalah itu.
Agar tidak terjadi konflik batin yang berkepanjangan dalam diri manusia, sebaiknya jika
ada masalah lebih baik menceritakannya kepada keluarga atau teman, karena jika menyimpan
masalah sendiri di dalam hati akan menjadi beban yang berkepanjangan sehingga memicu
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP KOMIK LIMIT DAN TEORI KOGNISI DEPRESI AARON BECK
2.1. Konsep Komik
2.1.1. Defenisi Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang
disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas
kertas dan dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari
strip dalam Koran, dimuat dalam majalah, hingga berbentuk buku sendiri.
Dalam (http://www.lontar.ui.ac.id/Metafora.dalam-Bibliografi.pdf). Menurut Scott
McCloud bahwa komik merupakan gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan
respon estetik pada yang melihatnya. Dapat dikatakan, komik sebagai produk budaya karena
dibuat atas dasar kreasi yang dipersentasikan secara visual.
Pada tahun 1996, Will Eisner menerbitkan buku Graphic Storytelling, dimana ia
mendefinisikan komik sebagai tatanan gambar dan balon kata yang berurutan, dalam sebuah
buku komik. Sebelumnya, ditahun 1986 dalam buku Comics and Sequential Art, Eisner
mendefinisikan teknis dan struktur komik sebagai sequential art yaitu susunan gambar dan
Di Jepang komik disebut dengan manga. Perkembangan manga di Jepang tergolong
sangat pesat karena ternyata keberadaannya banyak diminati semua kalangan masyarakat
ditambah lagi manga juga memiliki berbagai jenis genre veriatif dan menarik untuk beragam
orang.
Komik merupakan suatu bentuk karya seni yang memilik unsur dalam penciptaannya.
Unsur-unsur yang terdapat dalam komik adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsuk. Menurut
Nurgiyantoro (1995 : 23), unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri. Unsur intrinsik sebuah komik adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta
membangun cerita. Unsur intrinsik dalam sebuah komik meliputi tema, alur, latar, penokohan,
sudut pandang penokohan, dan lain-lain.
a. Tema
Tema adalah pokok pikiran atau persoalan yang hendak disampaikan oleh pengarang
kepada pembaca melalui jalinan sebuah cerita yang dibuatnya (Aminuddin, 2000 : 88). Kata
tema sering disamakan dengan pengertian topik, padahal kedua istilah tersebut mengandung
pengertian yang berbeda. Topik dalam suatu tulisan atau karangan berarti pokok pembicaraan,
sedangkan tema itu tercakup persoalan dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca.
Berdasarkan pengertian di atas, tema yang diangkat dalam komik “LIMIT” adalah
mengenai seorang anak yang bernama Arisa yang ingin membalaskan dendam pada teman
b. Alur (Plot)
Alur atau plot adalah jalan cerita yang berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu persatu
dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir (Aminuddin, 2000:89).
Alur atau plot merupakan suatu rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun untuk menandai
urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian alur itu merupakan perpaduan
unsur-unsur yang membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Menurut
Aminuddin (2000:90) pada umumnya alur pada cerita prosa fiksi disusun berdasarkan urutan
sebagai berikut:
1. Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan memperkenalkan
tokoh- tokohnya.
2. Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilkan pertikaian yang dialami sang
tokoh.
3. Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin hebat.
4. Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul.
5. Peleraian, pada bagian ini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan.
Menurut susunannya, alur terbagi dalam dua jenis yaitu alur maju dan alur mundur. Alur
maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama, peristiwa kedua, ketiga dan
Berdasarkan uraian di atas, alur dalam komik “LIMIT” adalah komik yang menggunakan
alur maju, karena peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam komik tersebut dimulai saat tokoh Arisa
Morishige duduk dibangku SMA dan kerap kali mengalami pembullyan hingga saat terjadinya
kecelakaan dan Arisa melakukan pembalasan dendam terhada teman-temannya.
c. Latar (setting)
Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta suasana
terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94). Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan
tempat, hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan (Abrams dalam Nurgyantoro, 1995:216).
Keadaan masyarakat pada komik LIMIT ini adalah keadaan masyarakat yang tidak
perduli akan lingkungan dan suka membagi-bagi kelas kelas masyarakat antara si pintar dengan
si bodoh dan antara si cantik dengan si jelek. Keadaan masyarakat disini mengatakan bahwa
yang jelek dan bodoh merupakan orang yang tidak berguna dan tidak diinginkan.
d. Penokohan
Penokohan adalah bagaimana pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan
bagaimana tokoh-tokoh tersebut (Aminuddin, 2000:92). Tokoh dalam karya fiksi tidak hanya
berfungsi untuk memainkan cerita, tetapi juga berperan untuk menyampaikan ide, motif, plot dan
tema, tokoh juga menepati posisi strategis sebagai pembawa dan menyampaikan pesan, amanat,
Keberhasilan pengarang menyajikan cerita rekaan atau fiksinya tercermin melalui
pengungkapan setiap unsur cerita tersebut. Rupa, pribadi dan watak sang tokoh harus tergambar
sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh khalayak ramai.
Pengarang melukiskan tokoh melalui imajinasi atau fantasinya dengan cara berikut ini:
1. Pengarang melukiskan secara langsung bentuk lahir tokoh, misalnya raut wajah, kepala,
rambut dan ukuran tubuh.
2. Pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam pikirannya.
3. Pengarang melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.
4. Pengarang melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya keadaan kamar dan pekarangan
rumah tokoh.
5. Pengarang menggambarkan pandangan seorang terhadap tokoh lain, misalnya tokoh yang
dilukiskannya berwatak keras, sabar atau suka menolong.
6. Pengarang menciptakan percakapan (dialog) antartokoh tentang pribadi tokoh lain, misalnya
tokoh utama.
Penokohan dalam komik “LIMIT” adalah tokoh utama yang jelek, bodoh, dan kerap kali
mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari para teman-teman sekelasnya. Terdapat enam
tokoh dalam komik ini yaitu Arisa Morishige, Mizuki Konno, Haru Ichinose, Chieko Kamiya,
Chikage Usui dan Haruaki Hinata, sedangkan tokoh tambahan lainnya Sakura Himezawa (ratu
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam cerita tersebut
(Aminuddin, 2000:96). Dengan kata lain posisi pengarang menepatkan dirinya dalam cerita
tersebut, dari titik pandang ini pulalah pembaca mengikuti jalan ceritanya dan memahami
temanya. Terdapat beberapa jenis sudut pandang, yaitu:
1. Pengarang sebagai tokoh utama. Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang
orang pertama aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.
2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan. Pengarang ikut melibatkan diri dalam
cerita, akan tetapi ia mengangkat tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu sering disebut
sudut pandang orang pertama pasif.
3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada diluar cerita. Pengarang menceritakan orang
lain dalam segala hal.
Dalam hal ini, sudut pandang Keiko Suenobu dalam komik “LIMIT” hanya sebagai
seorang pengarang yang menceritakan orang lain dalam segala hal. Keiko Suenobu sebagai
pengarang yang hanya menjadi pengamat yang berada diluar cerita.
Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara
tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra (Nurgiyantoro
1995:23). Unsur ekstrinsik merupakan unsur luar sastra yang mempengaruhi penciptaan karya
sastra. Unsur tersebut meliputi latar belakang pengarang, keyakinan dan pandangan hidup
pengarang, adat istiadat yang berlaku, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi dan
pengetahuan agama.
Unsur ini mencangkup berbagai aspek kehidupan sosial yang tampaknya menjadi latar
pengarang, hal-hal yang sudah ada dan melekat pada kehidupan pengarang pun cukup besar
pengaruhnya terhadap terciptanya suatu karya sastra
2.1.2. Setting Cerita Komik LIMIT
Menurut Soemardjo (1988:75-76) setting dalam cerita bukan hanya sekedar background,
artinya bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya tetapi juga sangat erat
dengan karakter, tema dan suasana cerita. Dalam suatu cerita yang baik, setting harus mutlak
untuk menggarap tema dan karakter cerita. Jadi jelas bahwa pemilihan setting dapat membentuk
tema dan plot tertentu.
Latar memberikan pijakan cerita secara pasti dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan
kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah sungguh-sungguh ada
dan terjadi. Pembaca dengan demikian merasa dipermudah untuk menggunakan daya
imajinasinya, disamping dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan
pengetahuan tentang latar. Unsur latar dapat dibedakan yaitu latar tempat, dan latar waktu.
Unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat
dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya (Nurgiyantoro,1995:227).
1.Latar Tempat
dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan
latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau tidak bertentangan dengan
sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.
Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting untuk mengesani pembaca
seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi yaitu di tempat dan waktu seperti
yang diceritakan. Adapun latar tempat terjadinya peristiwa dalam komik “LIMIT” adalah di
Tokyo. Peristiwa-peristiwa tersebut terjadi di tempat-tempat seperti di sekolah, di bus, di hutan
dan di rumah.
2. Latar Waktu
Menurur Nurgiyantoro (1995:230), latar waktu berhubungan dengan masalah kapan
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra fiksi. Masalah “kapan” tersebut
biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar
tempat dan latar sosial sebab pada kenyataannya memang saling berkaitan. Latar waktu dalam
komik “LIMIT” ini dilihat dari tokoh Arisa Morisige dimasa SMA.
2.2. Budaya Ijime Dalam Masyarakat Jepang
Kata ijimeru artinya adalah sebagai tindakan mengusik, menggoda, menganiaya dan
menyakiti
tersebut kemudian berkembang menjadi sebuah istilah sosial yang digunakan untuk
Ijime biasanya terjadi di dalam konteks sekolah, berhubungan dengan teman sebaya baik pelaku
maupun korbannya.
Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya
dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu yang pendek. Ijime biasanya terjadi secara
berkelanjutan selama jangka waktu yang cukup lama, sehingga korban secara terus-menerus
berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. Ijime dapat berbentuk tindakan langsung maupun
tindakan tidak langsung. Ijime langsung mencakup pelecehan fisik terhadap korbannya,
sementara ijime tidak langsung terdiri atas berbagai strategi yang menyebabkan targetnya
terasing dan terkucil secara sosial.
Para sosiolog Jepang secara sederhana mendefinisikan ijime sebagai tindakan
penganiayaan yang terjadi di dalam kelompok masyarakat Jepang. Definisi inilah yang membuat
masyarakat sering menyamakan ijime dengan tindakan bullying yang kerap terjadi di
negara-negara barat. Kata bullying, yang juga memiliki arti sebagai tindakan menganiaya, tidak
memberikan batasan yang jelas mengenai bentuk penganiayaan yang dilakukan sehingga
tindakan bullying di negara-negara barat umumnya mengacu pada segala bentuk tindakan yang
bertujuan untuk menyiksa fisik korban.
Definisi ijime yang dikemukakan oleh Morita
(schoolcounselorindonesis.blogspot.com.es/2011/11/konsep-seputar-bullying-oleh-esyaanesty.html?m=1) memberikan penekanan pada ide posisi dominan yang berkaitan erat
dengan interaksi di dalam satu grup yang sama. Hal ini berarti korban dan pelaku memiliki
keluarga si pelaku. Yang menjadi perbedaan yang mencolok antara korban dan pelaku adalah
pelaku memiliki posisi yang lebih berkuasa dibandingkan korban. Dominasi kekuasaan itu
seolah-olah membuat si pelaku berhak untuk melakukan ijime terhadap orang lain yang tidak
disukainya.
Hal kedua yang membedakan ijime dengan bullying adalah sasaran utama dari tindakan
ijime bukanlah fisik melainkan mental korban. Inilah yang menjadi karakteristik dari ijime di
Jepang. Tujuan dari tindakan ijime adalah untuk menjatuhkan mental korban, membuat korban
merasa rendah diri dan tidak pantas berada di dalam suatu kelompok yang sama dengan si pelaku.
Taki (2001:56) menyatakan bahwa berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti Jepang
banyak disebutkan bahwa ijime dapat terjadi kapanpun, di sekolah manapun, dan di antara
anak-anak manapun. Survey tersebut menyatakan bahwa ijime tidak dipertimbangkan sebagai tingkah
laku spesifik seorang anak yang “luar biasa” dengan latar belakang yang problematik tetapi
sebagai seorang anak yang biasa.
Yang melakukan ijime bukan hanya anak-anak yang memiliki latar belakang yang
berbeda namun anak-anak biasa yang dengan latar belakang baik dan tidak pernah mendapat
2.3. Biografi Pengarang
Biografi yaitu uraian tentang kehidupan seseorang, baik orang itu masih hidup atau sudah
meninggal. Biografi berisi tentang perjalanan hidup tokoh tersebut, kehidupan seorang tokoh,
deskripsi kegiatan dan prestasi tokoh tersebut, ekspresi tokoh tersebut, serta pandangan tokoh
tersebut. Biografi dalam bahasa Indonesia berarti riwayat hidup seseorang. Dalam biografi
seorang tokoh biasanya banyak ditemukan suatu pelajaran yang dapat dipakai dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan dari penulisan biografi ini adalah agar pembaca dan penulis dapat
mengetahui perjalanan hidup seseorang yang dibaca, dapat meneladani dan mengambil pelajaran
dari seseorang untuk dipakai dalam kehidupam sehari-harinya, dapat memberikan sesuatu yang
berharga pada diri penulis dan pembaca setelah membacanya, serta penulis dan pembaca dapat
meniru cara bagaimana tokoh tersebut sukses
(biografi.blogspot.com.es/2009/12/pengertian-biografi.html)
Keiko Suenobu adalah seorang penulis, artis dan seorang mangaka, Keiko Suenobo
sudah memiliki banyak karya, yang semua karya nya tersebut sangat laku dipasaran di kalangan
pencinta manga, karya-karya nya antara lain :
1. Vitamin (2001)
2. Namida Hyakuman Tsubu (2001)
3. Kandou no Junai (2001)
4. life (2002)
5. Happy Tommorow (2003)
Keiko Suenobo seorang wanita kelahiran Fukuoka, Jepang pada 23 maret 1979. Sepanjang
karirnya sebagai mangaka Keiko sudah banyak mendapatkan penghargaan atas karya-karyanya,
diantaranya memenangkan Kondansha Manga Award sebagai Shojo terbaik. Dan beberapa
diantara karyanya sudah di filmkan, dan semua film tersebut sangat laris dipasaran, dan juga
banyak mendapatkan penghargaan di Jepang.
2.4. Kognisi Depresi Aaron Beck
Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal akan selalu menemukan masalah dalam
hidupnya dan semua masalah yang dihadapin memiliki jalan keluar. Dalam proses menemukan
jalan keluar tersebut seringkali manusia mengalami “depresi” yang tanpa disadari sering dialami
dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang
menyakitkan ataupun suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Aaron Beck dalam Hadi Pranowo
(2004:15) menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya
disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung sedikit
sampai pada keadaan tak berdaya.
Seorang psikiater bernama Enos D. Martin dalam Wilkinson (1995:24) menyebutkan ada
tiga jenis depresi:
1. Normal Grief Reaction (rasa sedih sebagai reaksi normal atas suatu ‘kehilangan’). Jenis ini
juga disebut depresi exogenous (depresi raktif). Depresi ini terjadi karena faktor dari dalam
dirinya umumnya sebagai reaksi dari ‘kehilangan’ sesuatu atau seseorang, misalnya pension,
2. Endogenous Depression. Penyebabnya datang dari dalam tetapi belum jelas. Bisa karena
gangguan hormon, gangguan kimia dalam otak atau susunan saraf.
3. Neurotic Depression (depresi neurotik). Depresi pada tahap ini terjadi apabila depresi reaktif
tidak terselesaikan secara baik dan tuntas. Depresi ini merupakan respon terhadap stress dan
kecemasan yang telah ditimbun untuk waktu yang lama.
Aaron Beck dalam Hadi (2004:32) dikatakan untuk menemukan penyebab depresi
kadang-kadang sulit sekali karena ada sejumlah penyebab dan mungkin beberapa diantaranya
bekerja pada saat yang sama. Namun dari sekian banyak penyebab dapatlah dirangkumkan
sebagai berikut:
1. Karena kehilangan. Kehilangan merupakan faktor utama yang mendasari depresi. Archibald
Hart menyebutkan empat macam kehilangan: pertama, kehilangan abstrak yaitu kehilangan
harga diri, kasih sayang, harapan atau ambisi. Kedua, kehilangan suatu yang konkrit
misalnya rumah, mobil, orang atau bahkan binatang kesayangan. Ketiga, kehilangan hal yang
bersifat khayal, tanpa fakta mungkin tapi ia merasa tidak disukai atau dipergunjingkan orang.
Keempat, kehilangan sesuatu yang belum tentu hilang misalnya menunggu hasil tes
kesehatan atau menunggu hasil tes ujian.
2. Reaksi terhadap stress. 85% depresi ditimbulkan oleh stress dalam hidup.
3. Terlalu lelah atau capek. Karena terjadi pengurasan tenaga baik secara fisik mkaupun emosi.
4. Mendapat perilaku yang kurang menyenangkan dari lingkungan.
Pada umumnya penderita depresi dapat dikenali melalui beberapa gejala, misalnya:
1. Secara fisik mereka memiliki beberapa gangguan seperti: gerakan jadi lamban, tidur tidak
hilang sama sekali. Pusing, mulut kering, jantung berdebar cepat biasanya menyertai
penderita ini.
2. Kehilangan perspektif dalam hidupnya. Pandangannya terhadap hidup, pekerjaan dan
keluarga menjadi kabur. Aaron Beck menggambarkan hal ini sebagai “tiga kognisi”. Pertama,
terhadap dunia: cenderung melihat kekalahan, kerugian dan penghinaan. Kedua, terhadap diri
sendiri: menganggap diri kurang baik, tidak layak dan tidak berharga. Ketiga, terhadap masa
depan: penuh dengan kesukaran, frustasi dan kerugian.
3. Perasaan yang berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Berbagai perasaan seperti putus asa,
kehilangan harapan, sedih, cemas, rasa bersalah, apatis, marah dan sering muncul tak
menentu dan menciptakan suasana hampa dan mati.
4. Beberapa gejala psikologis seperti kehilangan harga diri, menjauhkan diri dari masalah atau
hidupnya sendiri bahkan menjadi peka secara berlebihan sering dialami oleh mereka yang
mengalami depresi.
5. Pikiran dilusi. Pada depresi yang sangat parah muncul pikiran-pikiran dilusi yang bisa
merugikan, misalnya “orang akan bunuh saya” atau “seseorang akan meracuni saya”.
Wilkinson (1995:26) mengatakan banyak orang beranggapan bahwa pikiran yang sedih
lebih merupakan akibat dari penyebab satu depresi. Namun, baru-baru ini telah dikemukakan
bahwa gagasan itu sendiri (kognisi depresif) yang merupakan penyebab utama depresi, atau yang
memperburuk keadaan dan memelihara kondisi tersebut. Jadi, seseorang yang mempunyai
pandangan negatif terhadap dirinya, dunia, dan masa depan kemungkinan lebih mudah menderita
penyakit depresi daripada orang yang mempunyai pandangan lebih positif.
1. Pikiran, misalnya “ saya telah gagal membahagiakan orang tua saya”. “saya akan
membalaskan dendam saya”
2. Harapan, misalnya “ saya tidak bahagia hidup didunia, kecuali aku mempunyai keluarga
yang damai”.
3. Distosi, misalnya menarik kesimpulan tanpa ada bukti “tidak ada gunanya aku pulang karena
tidak ada yang mengharapkan aku selamat”.
Dalam
Aaron Beck juga menghubungkan perkembangan depresi dengan adopsi dari cara berpikir secara
negatif.
Konsep ini dikenal juga dengan aspek segitiga, aspek segitiga tersebut adalah:
A. Pandangan Negatif Tentang Diri Sendiri
Memandang sendiri sebagai tidak berharga, penuh kekurangan, tidak dapat dicintai, tidak
dapat diharapkan, dan kurang memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mencapai
kebahagiaan. Dan selalu mengaggap diri sendiri tidak mampu dan tidak bisa menyelesaikan
apapun juga, menganggap diri tidak mampu membawa dampak positif bagi dirinya, orang tua
dan lingkungannya, selalu menganggap diri tidak berharga dan tidak bisa merasa bahagia dan
B. Pandangan Negatif Tentang Lingkungan
Memandang lingkungan sebagai pemaksa tuntutan yang berlebihan dan memberikan
hambatan yang tidak mungkin bisa diatasi sehingga terus-menerus mengalami kegagalan.
Lingkungan yang memberikan tekanan besar pada diri nya dan juga merasa lingkungan yang
tidak menginginkannya.
C. Pandangan Negatif Tentang Masa Depan
Memandang masa itu tanpa harapan dan juga meyakini bahwa dirinya tidak mempunyai
kekuatan untuk mengubah hal itu menjadi yang lebih baik. Pandangan seperti ini hanyalah
memandang bahwa hanya akan mendapatkan kegagalan dan mendapatkan hal buruk atau
kejadian buruk yang sama dengan masa lalu. Dan mempunyai kesedihan yang tidak pernah
berakhir.
Aaron Beck juga menghubungkan pengembangan depresi dengan adopsi dari cara
berfikir yang terdistorsi secara negatif di awal kehidupannya. Konsep ini dikenal dengan istilah
‘segi tiga kognitif dari depresi’ (cognitive triad of depression). Aspek dari segi tiga tersebut
adalah pandangan negatif tentang diri sendiri, pandangan negatif terhadap lingkungan dan
pandangan negatif terhadap masa depan.
Berbagai jenis distorsi kognitif yang diasosiasikan dengan depresi:
a. Cara berfikir “semua atau tidak sama sekali”, memandang kejadian secara hitam putih. Yang
b. Generalisasi yang berlebihan, mempercayai bahwa bila suatu peristiwa negatif terjadi maka
hal itu cenderung akan terjadi lagi pada situasi yang serupa dimasa depan.
c. Filter mental, berfokus hanya pada detail-detail negatif dari suatu peristiwa dan dengan
sendirinya menolak unsur-unsur positif dari semua yang pernah dialami.
d. Mendiskualifikasikan hal-hal positif.
e. Tergesa-gesa membuat kesimpulan, membentuk interpretasi negatif mengenai suatu peristiwa
meskipun kurang bukti.
f. Membesar-besarkan suatu kesalahannya dan mengecilkan suatu kebaikannya.
g. Penalaran emosional, menginterpretasikan perasaan dan peristiwa berdasarkan emosi dan
bukan pada pertimbangan-pertimbangan rasional berdasarkan bukti yang ada.
h. Pernyataan-pernyataan keharusan, menciptakan perintah personal. Dengan menciptakan
harapan yang tidak realistis dapat menyebabkan seseorang menjadi depresi saat gagal
mencapainya.
i. Memberi label dan salah melebel, meletakkan lebel negatif pada diri sendiri dan orang lain.
j. Melakukan personalisasi, kecenderungan untuk mengkonsumsi bahwa diri kita bertanggung
jawab atas masalah dan perilaku orang lain.
Berangkat dari teori Aaron Beck dan teori lain yang mendukung penelitian inilah penulis
akan menganalisis psikologi Arisa Morishige dalam komik LIMIT, sehingga akan dapat
dipaparkan apa penyebab Arisa Morishige mengalami gangguan psikologis dan yang dialami
oleh Arisa Morishige yang digambarkan oleh Keiko Suenobu sebagai pengarang komik ini.
Kata semiotik berasal dari berasal dari bahasa Inggris yaitu semiotik, dan bahasa Yunani
yaitu dari kata semion yang artinya tanda. Semiotika secara istilah adalah ilmu tentang
tanda-tanda. Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu
merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem, aturan, konvensi yang memungkinkan
tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Dalam reaksi lain, Preminger dalam Rahmat Djoko
Pradopo (2002:98) mengungkapkan bahwa dalam lapangan kritik sastra, penelitian semiotik
meliputi analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada sifat yang
memnyebabkan macam-macam cara (modus) wacana mempunyai makna.
Tokoh yang dianggap pendiri semiotika adalah dua orang yang hidup sezaman, yang
bekerja secara terpisah dan dalam lapangan yang tidak sama (tidak saling mempengaruhi), yang
seorang ahli filsafat yaitu Charles Sander Pierce (1839-1914). Saussure menyebutkan ilmu itu
dengan nama semiologi, sedangkan Pierce menyebutnya semiotic (semiotics). Kemudian nama
itu sering dipergunakan berganti-ganti pengertian yang sama. Di Prancis dipergunakan nama
semiologi untuk ilmu itu, sedangkan di Amerika lebih banyak dipakai nama semiotik.
Semiotik adalah ilmu tanda-tanda. Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda (signfer)
dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk formal yang menandai sesuatu yang disebut
petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu yaitu artinya. Contoh
kata “ibu” merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti “orang yang melahirkan
kita”.
Tanda itu tidak satu macam saja, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan antara
petanda dan penanda. Jenis-jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks dan symbol. Icon adalah
Hubungan itu adalah hubungan persamaan, misalnya gambar kuda sebagai penanda yang
menandai kuda (petanda) sebagai artinya. Potret menandai orang yang di potret, gambar pohon
menandai pohon. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausal (sebab-akibat) antara
penanda dan pertandanya, misalnya asap menandai api, kompas menunjukkan arah mata angin,
dan sebagainya. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
alamiah antara penanda dan pertandanya, hubungannya bersifat arbitrer (semau-maunya). Arti
tanda itu ditentukan oleh konvensi. Kata “ibu” adalah simbol, artinya ditentukan oleh konvensi
masyarakat bahasa (Indonesia). Orang Inggris menyebutnya mother, Prancis menyebutnya la
mare, dan lain sebagainya. Dalam bahasa, tanda yang paling banyak digunakan adalah simbol.
Perlu diperhatikan dalam penelitian sastra dengan pendekatan semiotik, tanda yang
berupa indeksikallah yang paling banyak dicari, yaitu tanda-tanda yang menunjukkan hubungan
sebab akibat (dalam pengertian luasnya). Ilmu semiotika ini banyak dipakai dalam meneliti dan
menelaah berbagai hal. Sebagai suatu ilmu yang objeknya berupa tanda-tanda, semiotika dapat
dipakai juga untuk melihat sesuatu yang bersifat simbolis. Bidang-bidang penerapan semiotik ini
antara lain: kesusastraan, film, arsitektur, musik, sandiwara, kebudayaan, interaksi sosial,
psikologi, dan media masa.
2.4.2. Studi Semiotik Sastra
Pada prinsipnya, bahasa dan sastra merupakan dua unsur yang tak dapat dipisahkan
dalam kehidupan manusia. Keduanya saling memberi dan menerima, sebagaimana yang
maupun tertulis. Disatu pihak, sastra merupakan salah satu bentuk pengungkapan bahasa, dilain
pihak biasa akan lebih terasa hidup berkat sentuhan estesis unsur-unsur sastra.
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia
dan dalam kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sastra pada prinsipnya
adalah karya imajinatif sebagai refleksi dari realitas kehidupan manusia dalam lingkungan
tertentu dan merupakan bentuk pengungkapan bahasa yang bersifat artistik.
Sastra memiliki karakter dan konvensi sendiri yang membedakannya dengan
bentuk-bentuk pengungkapan non sastra. Genre sastra yang sudah dikenal secara umum meliputi
beragam bentuk puisi, prosa, dan karya-karya drama. Dalam perkembangan sastra modern, jenis
dan ragam sastra lebih bervariasi lagi. Disamping itu, ada bentuk sastra yang bukan karya seni
kreatif-imajinatif yaitu sastra sebagai bidang ilmu.
Sebagai bidang keilmuan, bentuk-bentuk sastra yang lazim dikenal meliputi teori sastra,
kritik sastra, sejarah sastra, dan studi sastra bandingan. Dengan demikian, sastra sesungguhnya
berada diantara ilmu dan seni. Dalam pengertian ini, sastra menjadi objek pembelajaran
disekolah. Sastra kreatif merupakan objek telaah, sedangkan ilmu sastra berperan sebagai
pendukung atau sarana untuk memahami karya-karya sastra kreatif tersebut.
Dalam karya sastra, arti bahasa ditentukan oleh konvensi sastra atau disesuaikan dengan
konvensi sastra. Tentu saja karya sastra, karena bahannya bahasa yang sudah mempunyai sistem
dan konvensi itu, tidaklah dapat lepas sama sekali dari sistem bahasa dan artinya. Sastra
mempunyai konvensi sendiri didampingi konvensi bahasa.
Makna sastra ditentukan oleh konvensi sastra atau tambahan itu. Jadi, dalam sastra arti
tambahan atau konotasinya. Dikemukakan Preminger dalam Pradopo (2001:73) bahwa
penerangan semiotik itu memandang objek-objek sebagai parole (laku tuturan) dari suatu langue
(bahasa : sistem linguistik) yang mendasari “tata bahasanya” harus dianalisis. Penelitian harus
menyendirikan satuan-satuan minimal yang digunakan oleh sistem tersebut, peneliti harus
menentukan kontras-kontras diantara satuan-satuan yang menghasilkan arti (hubungan-hubungan
paradigmatik dan aturan kombinasi) yang memungkinkan satuan-satuan tersebut untuk
dikelompokan bersama-sama sebagai pembentuk-pembentuk struktur yang lebih luas
(hubungan-hubungan sigmatik).
Dikatakan selanjutnya oleh Preminger dalam Pradopo (2002:73) bahwa penerangan
semiotik itu memandang bahwa studi semiotik sastra adalah usaha untuk menganalisis sebuah
sistem tanda-tanda. Oleh karena itu penelitian harus menetukan konvensi-konvensi apa yang
memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Karya sastra merupakan sebuah sistem yang
mempunyai konvensi-konvensi sendiri.
Dalam menganalisis karya sastra, peneliti harus menganalisis tanda itu dan menentukan
konvensi apa yang memungkinkan tanda-tanda atau struktur tanda dalam rangka sastra itu
mempunyai makna. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, komik merupakan sebuah genre yang
dapat mencerminkan adanya psikologi. Komik diartikan sebagai cerita bergambar yang bersifat
fiksi. Ciri khas komik adalah kemampuan untuk menyampaikan permasalahan yang kompleks
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, penggunaan
kata-kata yang indah, gaya bahasa, dan gaya bercerita yang menarik (Zainuddin, 1992:99).
Istilah sastra hendaknya dibatasi pada seni sastra yang bersifat imajinatif, artinya segenap
kejadian dan peristiwa yang dikemukakan dalam sastra bukanlah pengalaman jiwa atas yang
sesungguhnya tetapi merupakan sesuatu yang dibayangkan saja (Rene Wellek dalam Badrun
1983:16).
Pada dasarnya karya sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra
yang bersifat fiksi seperti novel, cerpen, komik, dan essai. Sedangkan yang bersifat non fiksi
berupa puisi, lagu, dan drama.
Sekarang ini banyak karya sastra yang membahas tentang tindakan ijime atau pembullyan,
Pengertian Ijime dan Konsep Ijime Jepang - Istilah ijime berasal dari kata ijimeru yang memiliki
arti harfiah sebagai tindakan mengusik, menggoda, menganiaya dan menyakiti
kemudian berkembang menjadi sebuah istilah sosial yang digunakan untuk menggambarkan
salah satu bentuk tindakan penganiayaan yang terjadi dalam masyarakat Jepang. Ijime biasanya
terjadi di dalam konteks sekolah, berhubungan dengan teman sebaya baik pelaku maupun
Berbeda dengan tindakan agresif lain yang melibatkan serangan yang dilakukan hanya
dalam satu kali kesempatan dan dalam waktu yang pendek. Ijime biasanya terjadi secara
berkelanjutan selama jangka waktu yang cukup lama, sehingga korban secara terus-menerus
berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi. ijime dapat berbentuk tindakan langsung maupun
tindakan tidak langsung. Ijime langsung mencakup pelecehan fisik terhadap korbannya,
sementara ijime tidak langsung terdiri atas berbagai strategi yang menyebabkan targetnya
terasing dan terkucil secara sosial.
Jenis karya sastra yang paling diminati pada saat ini salah satunya adalah komik. Komik
adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak pada kertas dan
dilengkapi dengan teks. Komik dapat diterbitkan dalam berbagai bentuk, mulai dari koran,
majalah, hingga berbentuk buku sendiri.
Dalam sebuah karya sastra terdapat dua unsur yang berpengaruh dalam karya sastra
tersebut yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. (Wellek dan Warren dalam Farida, 2013:3)
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri atau dapat juga
dikatakan unsur-unsur yang secara langsung membangun cerita. Unsur-unsur yang dimaksud
adalah tema plot, latar, penokohan, bahasa, sudut pandang cerita dan lain-lain. Sedangkan yang
dimaksud dengan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang terdapat diluar karya sastra itu tetapi
tidak secara langsung mempengaruhi karya tersebut. Unsur-unsur yang dimaksud adalah
kebudayaan, sosial, politik, psikologi, agama dan lain-lain.
Unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik ini juga terdapat dalam karya sastra fiksi berupa
memiliki kebebasan dalam menampilkan tokoh-tokoh cerita sesuai keinginannya, bagaimanapun
perwatakan, permasalahan yang dihadapi, kondisi psikologi, dan lain-lain.
Tokoh dalam karya sastra adalah sosok yang benar-benar mengambil peran dalam cerita
tersebut. Jika dibandingkan, jika dalam naskah tersebut akan dimainkan atau difilmkan, sosok
tersebut membutuhkan aktor atau pemain. Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.
Psikologi sastra fokus pada aspek kejiwaan, artinya dengan memusatkan perhatian pada
tokoh dapat mengungkap gejala-gejala psikologi baik yang tersembunyi atau yang
disembunyikan oleh pengarang.
Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal akan selalu menemukan masalah dalam
hidupnya, dan masalah yang dihadapi memiliki jalan keluar. Dalam proses menemukan jalan
keluar tersebut sering kali manusia mengalami “depresi” yang tanpa disadari sering dialami
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Lalu Aaron Beck dalam Wilkinson (1995:35)
mengatakan bahwa depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan ataupun suatu perasaan
tidak ada harapan lagi. Rasa sedih yang berlebihan, memperburuk keadaan serta memelihara
kondisi kesedihan tersebut sehingga tertekan merupakan penyebab utama depresi. Dapat
dikatakan bahwa seseorang yang memiliki pandangan negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan
masa depan, kemungkinan lebih mudah menderita penyakit depresi dari pada orang yang
memiliki pandangan lebih positif.
Komik LIMIT karya Keiko Suenobu merupakan komik psikologis yang menceritakan
tentang tokoh-tokoh yang menderita depresi. Dalam Komik LIMIT terdapat enam tokoh utama
Haruaki Hinata. Keenam tokoh itu mempunyai karakter serta kondisi kejiwaan yang menarik
untuk diteliti dengan ilmu bantu psikoanalisis. Di sini penulis hanya menekankan pada tokoh
Arisa Morishige.
Arisa Morishige adalah seorang remaja yang berusia 15 tahun yang duduk di salah satu
SMA di Tokyo, Jepang, disekolahnya ia adalah seorang siswi yang selalu di bully, pada saat
sekolahnya mengumumkan bahwa akan ada perkemahan, maka harus ada perwakilan salah satu
dari masing-masing kelas untuk mengambil nomor keberangkatan, teman sekelas Arisa sepakat
bahwa perwakilan dari kelas mereka adalah Arisa. Teman sekelasnya sangat menghawatirkan
mereka mendapatkan urutan terakhir karena waktunya yang berdekatan dengan jadwal ujian
mereka, dan ternyata pada saat pengambilan nomor urut keberangkatan, kelas merekalah yang
mendapatkan nomor urutan terakhir. Lalu karena hal tersebut Arisa menjadi bahan bully-an
dikelasnya.
Arisa tidak pernah melawan apapun pada saat dia dibully oleh teman-teman sekelasnya.
Ternyata dibalik diamnya itu dia memendam rasa dendam yang besar kepada teman-teman
sekelasnya. Lalu pada saat arisa dan teman sekelasnya dalam perjalanan menuju keperkemahan,
bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan, yang selamat dari kecelakaan ini hanya enam
orang lima diantara nya adalah wanita dan satu orang laki-laki, dan salah satunya adalah Arisa
Morishige.
Pada saat Arisa sedang mencoba menyelamatkan diri, ia mendapatkan sebuah arit. Arisa
menggunakan arit itu untuk menguasai mereka semua yang selamat, Arisa menjadikan
teman-temannya tersebut budaknya, dan ia juga membuat hubungan diantara mereka menjadi semakin
penguasa diantara yang lain, tetapi kelima siswi yang selamat lainnya tidak tinggal diam,
mereka juga melawan terhadap apa yang Arisa perintahkan, dan mereka juga berniat untuk
merebut arit dari tangan Arisa untuk bisa bertahan hidup dan sambil terus mencari bantuan untuk
bisa selamat dari kecelakaan itu.
Lalu sampai satu dari mereka meninggal dunia karena tidak bisa bertahan hidup, sejak itu
suasana di antara mereka semakin rumit dan yang lainnya juga mengalami banyak hambatan dan
rintangan dalam bertahan hidup di dalam hutan, karena Arisa bisa menyakiti mereka kapan pun.
Beban psikologis yang dirasakan Arisa bukan hanya dirasakannnya di sekolah tetapi juga
dikeluarga, orang tua Arisa selalu bertengkar di rumah, ayahnya selalu memukuli ibunya, karena
itu juga Arisa jadi membenci lelaki, dan pada saat setelah kecelakaan itu terjadi dia selalu mau
menyingkirkan salah seorang teman lelakinya yang juga selamat. Karena Arisa menganggap
apabila ada laki-laki disekelilingnya maka dia akan kalah dan dia tidak bisa menjadi penguasa
diantara mereka lagi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana
psikologi tokoh utama dan apa yang menyebabkan dia mengalami beban psikologi tersebut.
Untuk itu penulis membahasnya di dalam skripsi dengan judul “Analisis Psikologi Tokoh Utama
Arisa Morishige Dalam Komik LIMIT Karya Keiko Suenobu”.
1.2. Rumusan Masalah
Arisa Morishige adalah tokoh utama yang digambarkan oleh Keiko Suenobu sebagai
anak perempuan yang mengalami beban psikologis. Beban psikologis yang dialami oleh Arisa
adalah depresi yang salah satunya diakibatkan oleh perlakuan ijime dari lingkungan dan
yang mendorongnya untuk terus menyakiti orang lain demi untuk memuaskan keinginan dan
dendamnya saja. Dan Arisa juga mengalami banyak tekanan dari keluarga, karena keluarga
Arisa merupakan keluarga yang tidak harmonis.
Beban psikologis yang dialami oleh Arisa dimulai ketika ia duduk dibangku SMA, dia
adalah sosok remaja yang selalu diam dan tidak suka bersosialisasi dengan temannya, yang
dikerjakannya setiap hari hanyalah menyendiri sambil membuat manga dan berimajinansi
dengan khayalannya. Arisa juga termasuk anak yang kurang cantik dan tidak pintar di sekolah
dia kerapkali di bully oleh temannya yang lain, tetapi perlakuan teman sekelasnya tidak pernah
dibalas Arisa. Walau tidak membalas dan melawan bukan berarti dia tidak dendam terhadap
teman-temannya, pada saat perkemahan sekolah dilaksanakan bus yang ditumpangi oleh Arisa
dan teman sekelasnya mengalami kecelakaan. Pada saat itu, seorang siswi yang kerapkali
membully Arisa meninggal dunia. Arisa sangat senang atas meninggalnya siswi tersebut, dari
kejadian ini yang selamat ada 6 orang, dan yang salah satunya adalah Arisa, dari keenam siswi
yang selamat ada dua orang yang juga kerap melakukan pembullyan, disinilah Arisa mulai
berniat membalaskan dendamnya pada siswi-siswi tersebut.
Banyak peristiwa dalam komik ini yang menceritakan tentang penyakit depresi yang
dialami oleh Arisa. Tindakan abnormal yang ditimbulkan dari penyakit depresi Arisa merupakan
dorongan alam bawah sadar yang dipicu oleh peristiwa dimasa lalu. Hal inilah yang
menggambarkan kondisi psikologis tokoh utama Arisa Morishige dalam komik LIMIT karya
Keiko Suenobu.
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk
1. Bagaimanakah Keiko Suenobu dalam menggambarkan kondisi psikologis tokoh
utama Arisa Morishige dalam komik LIMIT ini melalui pendekatan psikologi Aaron
Beck?
2. Bagaimana beban psikologis yang dialami oleh tokoh utama Arisa Morishige dalam
komik LIMIT?
1.3. Ruang Lingkup Pembahasan
Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya
pembatasan ruang lingkup dalam komik LIMIT karya Keiko Suenobu dalam 6 edisi sebanyak
720 halaman dari tahun 2002-2011 dalam Bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar masalah
penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulis dapat terarah dan terfokus.
Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya
pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Dari komik LIMIT tersebut dari masing-masing
permasalahan penulis mengambil masing-masing 3 contoh dari cuplikan yang menunjukkan
bahwa adanya gejala depresi pada tokoh. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak
terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penulis dapat terarah dan terfokus.
Dalam analisis ini, penulis memfokuskan pembahasan pada tokoh utama Arisa Morishige
dalam komik LIMIT khususnya masalah psikologi yang dikaitkan dengan teori Aaron Beck
tentang depresi yang mengenai pandangan negatif tentang diri sendiri, pandangan negatif tentang
lingkungan, dan pandangan negatif tentang masa depan yang dialami manusia. Agar pembahasan