STRA TEG I KO M UNIKA SI
PA DA PELA YA NA N REFERENSI
(
REFERENC E SERV IC E
)
DI PERPUSTA KA A N
O
L
E
H
M URNIA TY, S.SO S.
NIP: 1 3 2 2 9 6 4 1 2
PERPUSTA KA A N DA N SISTEM INFO RM A SI
UNIV ERSITA S SUM A TERA UTA RA
KATA PENGANTAR
Suatu lembaga atau instansi, khususnya lembaga atau instansi yang
bergerak di bidang pelayanan umum haruslah mempunyai kiat-kiat jitu untuk
menjadikan lembaga atau instansi tersebut benar-benar menjadi “Public
Service” yang seharusnya.
Kita kerap menjumpai lembaga atau instansi pelayanan umum yang
kurang akrab dengan penggunanya, misalnya saja pada kantor-kantor
kedinasan yang umumnya memiliki pegawai yang sesungguhnya belum mengerti
dengan tugas mereka. Maka untuk beberapa lembaga atau instansi yang
memang peduli bahwa lembaga atau institusi mereka berperan dalam
masyarakat, mereka akan melakukan komunikasi dengan lembaga atau institusi
yang lain, khususnya pengguna lembaga atau institusi tersebut.
Perpustakaan merupakan suatu lembaga yang juga berfungsi sebagai
public service. Pustakawan yang bertugas pada sebuah Perpustakaan
menyadari betul bahwa minat masyarakat untuk berkunjung ke Perpustakaan
dan memanfaatkan segala jenis pelayanan yang ada masih sangat rendah.
Menyadari hal ini seorang pustakawan akan berusaha mengupayakan suatu
komunikasi yang proaktif dengan penggunanya, sehingga hal ini akan
memberikan pengaruh yang baik pada Perpustakaan tersebut. Dengan
demikian tugas Perpustakaan sebagai public service telah terpenuhi.
Untuk menciptakan komunikasi yang efektif antara pustakawan dengan
unsur-unsur komunikasi yang penting yang dapat mempengaruhi proses komunikasi di
antara mereka. Sebelum melakukan sebuah proses komunikasi, pustakawan
perlu membuat perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi yang
dapat mendukung komunikasi antara pustakawan dengan penggunanya. Inilah
yang disebut sebagai strategi komunikasi.
Strategi komunikasi yang merupakan perpaduan dari perencanaan
komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi
(communication management), adalah suatu perencanaan yang telah disusun
dan dipersiapkan terlebih dahulu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Misalnya pada perusahaan makanan dan fashion yang komersial,
mereka membuat strategi komunikasi agar:
Produk mereka banyak yang terjual.
Produk mereka terkenal dan dekat di hati konsumen/pengguna.
Perusahaan atau pabrik mereka semakin besar.
Strategi komunikasi juga bisa dilakukan pada unit kerja di sebuah
Perpustakaan, misalnya Unit Pelayanan Referensi (Reference Service).
Tujuannya adalah untuk menjaring minat pengguna memanfaatkan seluruh
koleksi referensi dan jenis-jenis layanan referensi yang lainnya secara
maksimal.
Makalah ini mencoba membahas mengenai strategi komunikasi yang
bagaimanakah yang sebaiknya dilakukan oleh pustakawan layanan referensi,
dapat berjalan dengan efektif dan tujuan dari pelayanan referensi dapat
dicapai secara maksimal.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah sederhana ini dapat
menambah wawasan pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Serta dapat dijadikan sebagai tambahan referensi bagi
pembaca dalam memahami mengenai “Strategi Komunikasi”.
Medan, Agustus 2008
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ……… i
Daftar Isi ……….. iv
Bab I : Pendahuluan ……… 1
Bab II : Strategi Komunikasi Pada Pelayanan Referensi
(Reference Service)
2.1 Pengertian Komunikasi…….……… 4
2.2 Pengertian Strategi Komunikasi.……… 5
2.3 Komunikasi Pada Pelayanan Referensi ……… 6
2.4 Tujuan Strategi Komunikasi Pada Pelayanan
Referensi……… 13
2.5 Strategi Peningkatan Jasa Layanan Referensi…. 15
Bab III: Penutup
3.1 Kesimpulan ………..……….. 18
BAB I PENDAHULUAN
Apa yang ada dalam benak orang ketika mendengar kata Perpustakaan?
Bagi para pecinta buku, Perpustakaan merupakan suatu ‘surga’ tempat mereka
mendapatkan kebahagiaan intelektual. Bagi mereka Perpustakaan adalah
gudang ilmu yang wajib dibongkar isinya untuk menemukan informasi yang
mereka butuhkan.
Namun bagi banyak lapisan masyarakat lain, kata ‘perpustakaan’ tidak
lebih berharga dari tempat informasi lain yang biasa mereka gunakan. Para
pekerja dan eksekutif mungkin menempatkan perbendaharaan kata
‘perpustakaan’ di urutan kesekian, setelah istilah-istilah lainnya seperti
akuntansi, keuangan, ekonomi, dan bidang lain yang terkait dengan pekerjaan
rutin mereka. Bahkan yang lebih ironis, di kalangan pelajar kosa kata
‘perpustakaan’ kalah pamor dengan toko buku, mall, plaza atau hypermarket,
dan internet search engine. Sementara untuk kalangan perguruan tinggi kata
‘perpustakaan’ tidaklah begitu asing di telinga. Karena pendidikan di
perguruan tinggi memaksa sivitas akademika untuk aktif mencari informasi di
Perpustakaan, itupun kalau mereka ingin berhasil dalam proses belajar
mengajarnya.
Ada banyak hal yang menyebabkan kejadian di atas terjadi. Pertama,
masalah ketiadaan waktu, khususnya di kota-kota besar. Para pegawai yang
bekerja, agak mustahil untuk mengunjungi Perpustakaan, sehingga
Perpustakaan bukanlah pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
mencari dan membeli buku, serta menjelajah berbagai situs di internet.
Hanya orang-orang tertentulah yang dapat mengakses Perpustakaan secara
langsung, seperti peneliti, dosen, mahasiswa, dan pelajar yang mendapat tugas
dari sekolah.
Sekilas tentang pengguna internet. Informasi mengenai buku dan
penerbit kini dengan mudah dapat diakses dan dipesan secara online.
Demikian juga dengan forum-forum diskusi buku telah banyak berdiri,
sehingga lewat forum ini khalayak dengan mudah dapat saling bertukar
informasi tentang segala sesuatu yang diperlukan.
Penyebab kedua adalah ketidaknyamanan dalam menikmati layanan
Perpustakaan, seperti sarana penelusuran katalog kartu maupun katalog online
yang tidak memadai, serta pustakawan yang kurang komunikatif. Bagi para
pegawai kantoran yang lebih mengandalkan internet, ‘keramahan’ mesin
pencari (search engine) seperti Google dan Yahoo, serta mesin pencari lainnya
(Altavista, Ask Jeeves, dan sebagainya) dipercaya jauh mengalahkan layanan
Perpustakaan.
Mesin pencari tersebut bukan sekedar alat, tetapi juga sebagai
‘Profesor gratisan’ yang baik, penuh pengertian, dan mampu menyediakan
beribu kemungkinan. Bandingkan dengan sikap pustakawan, yang notabene
adalah manusia biasa, yang terkadang bisa marah atau kesal pada pengguna
yang terkadang melakukan kesalahan dalam memasukkan suatu permintaan.
Sebaliknya, Google dan Yahoo malah memberi pengunjungnya tips dan saran
manakala pengguna keliru memasukkan jenis permintaan. Dan bila jenis
mengucapkan kata “sorry” serta menawarkan alternatif pencarian lain. Mesin
ini juga tidak pernah marah dan mengeluh terhadap permintaan apapun yang
masuk, sehingga terkesan lebih manusiawi dibandingkan sikap pustakawan
sendiri.
Dengan berbagai kendala tersebut, sudah seharusnya Perpustakaan
melakukan strategi komunikasi agar dapat menjaring pengguna baru serta
mengelola pengguna yang telah memanfaatkan layanannya dan juga
menjadikan citra Perpustakaan sebagai media utama dalam memenuhi
kebutuhan informasi. Pengaturan strategi komunikasi dalam pelayanan
Perpustakaan sangat penting dilakukan agar pesan-pesan yang disampaikan
oleh pustakawan dapat diterima oleh pengguna yang masih belum merasa puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh pustakawan guna mencapai keberhasilan
dalam melakukan komunikasi dengan pengguna dan memajukan peranan
Perpustakaan sebagai media komunikasi pada masyarakat.
BAB II
STRATEGI KOMUNIKASI PADA
PELAYANAN REFERENSI (REFERENCE SERVICE)
2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu aspek kehidupan manusia yang paling
mendasar, penting, dan kompleks. Kehidupan sehari-hari kita sangat
dipengaruhi oleh komunikasi kita sendiri dengan orang lain, bahkan oleh pesan
yang berasal dari orang yang kita tidak tahu (we can not not communication).
Karena ke-kompleks-an komunikasi, maka Little John mengatakan,
komunikasi adalah sesuatu yang sulit untuk didefinisikan. Sementara itu,
menurut ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, komunikasi adalah suatu
proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain,
agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.
Dalam proses komunikasi yang lengkap, ada lima unsur komunikasi yang
dikemukakan oleh Harold Lasswell dengan istilah “Who Says What in Which
Channel to Whom with What Effect”. Kelima unsur komunikasi tersebut
adalah Who (sumber atau komunikator), Says What (pesan), in Which
Channel (saluran/media), to Whom (komunikan), with What Effect (efek atau
dampak). Lima unsur komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Laswell di atas
akan bisa membantu para komunikator dalam menjalankan tugas
komunikasinya.
Berhasil tidaknya suatu komunikasi tergantung dari kelima unsur
komunikasi tersebut. Bagaimana komunikator bisa mempengaruhi
oleh komunikator, bahkan bisa merubah sikap dan perilaku dari komunikan
tersebut. Namun, komunikator, pesan, dan media yang bagaimana yang akan
bisa merubah sikap dan perilaku komunikan, serta perubahan yang bagaimana
yang diharapkan dapat terjadi, merupakan hal yang perlu untuk diteliti.
2.2 Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi pada hakekatnya adalah paduan dari sebuah perencanaan
(planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan yang
telah ditetapkan. Dan di dalam pencapaian tujuan tersebut, strategi tidak
hanya berfungsi sebagai peta yang hanya menunjukkan arah, tetapi juga
mampu menunjukkan bagaimana teknik operasionalnya di lapangan.
Dapat dirumuskan arti strategi komunikasi adalah paduan perencanaan
komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi
(communication management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Onong, 1989: 35). Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi
harus mampu menunjukkan bagaimana operasionalnya secara praktis harus
dilakukan. Dalam arti kata bahwa pendekatan (aproach) bisa berbeda
sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi. Jadi dengan demikian
strategi komunikasi adalah keseluruhan perencanaaan, taktik, cara yang akan
dipergunakan guna melancarkan komunikasi dengan memperhatikan
keseluruhan aspek yang ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
Pelayanan referensi merupakan salah satu bagian dari kegiatan
adalah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan referensi dengan
memanfaatkan sumber-sumber informasi dari koleksi referensi. Selain itu,
pustakawan referensi pada umumnya juga dijadikan sebagai tempat bertanya
mengenai berbagai macam pertanyaan/informasi oleh para pengguna
Perpustakaan. Karena pada hakekatnya pelayanan referensi adalah tempat
bertanya dan melakukan bimbingan pengguna Perpustakaan. Jadi dalam
melakukan aktivitasnya pustakawan referensi akan banyak melakukan
interaksi dan berkomunikasi dengan para penggunanya, baik secara langsung
maupun tidak langsung (menggunakan media komunikasi).
Dengan demikian maka pustakawan yang bertugas pada pelayanan
Perpustakaan, khususnya pelayanan referensi (reference service) harus
menyusun strategi dalam berkomunikasi dengan penggunanya agar pengguna
yang semula merasa segan berkomunikasi, segan bertanya, merasa tidak puas
dengan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pustakawan referensi, akhirnya
dapat menerima dan paham dengan penjelasan-penjelasan dari pustakawan
sehingga pengguna memperoleh kepuasan dalam menerima pelayanan. Hal ini
bertujuan agar jasa pelayanan referensi dapat digunakan oleh pengguna
Perpustakaan secara terus menerus.
2.3 Komunikasi Pada Pelayanan Referensi
Pada hakekatnya komunikasi memiliki tiga unsur dasar yang harus
dipahami agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar. Hal ini sangat
berguna bagi pustakawan yang bertugas pada pelayanan referensi. Ketiga
1. Komunikator (Pengirim Pesan)
Pengirim pesan yang dimaksud di sini adalah manusia yang mengambil
inisiatif dalam berkomunikasi, yang dalam istilah komunikasi disebut
komunikator. Jadi komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan
atau informasi kepada komunikan.
Pada bagian pelayanan referensi di Perpustakaan, yang bertindak
sebagai komunikator adalah pustakawan layanan referensi. Biasanya
pustakawan referensi selalu mengawali komunikasi/percakapan dengan
penggunannya dengan menanyakan informasi apa yang dibutuhkannya.
Karena pada umumnya pada sebuah Perpustakaan bagian referensi
sekaligus berfungsi sebagai tempat bertanya berbagai informasi yang
dibutuhkan oleh pengguna Perpustakaan.
Agar komunikasi yang dilakukan oleh komunikator dapat berhasil dan
diterima dengan baik, maka komunikator harus mempunyai kredibilitas
yang tinggi. Yang dimaksud dengan kredibel disini adalah komunikator yang
mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas, terutama tentang apa
yang disampaikannya. Misalnya, ketika seorang komunikator menjelaskan
kepada komunikannya tentang bagaimana cara menggunakan ensiklopedi,
dia harus menguasai apa yang akan disampaikannya. Ketika seorang
pengguna bertanya tentang sebuah informasi, maka dia harus dapat
meyakinkan penggunanya bahwa jawaban yang diberikannya adalah benar.
Seandainya pada saat pengguna bertanya komunikator ternyata kurang
atau tidak percaya pada jawaban yang diberikan oleh komunikator, bahkan
mungkin tidak akan berpengaruh pada perubahan sikap yang diharapkan.
Disamping hal di atas, masih banyak lagi hal-hal lain yang perlu
diperhatikan oleh seorang komunikator dalam berkomunikasi dengan
komunikannya. Seperti style atau gaya komunikator dalam menyampaikan
pesan. Misalnya, seorang komunikator yang berbicara dengan memandang
komunikannya, akan lebih berpengaruh dari pada seorang komunikator
yang banyak menunduk ketika berbicara. Intonasi suara, mimik wajah dan
empati pada komunikan atau pengguna juga menjadi penentu persuasif
tidaknya komunikasi. Sikap pustakawan yang ramah, selalu siap
memberikan bantuan dan bimbingan, juga merupakan sikap yang sangat
disukai oleh pengguna Perpustakaan.
2. Pesan
Pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan
komunikator kepada komunikan. Pesan pada dasarnya bersifat abstrak.
Untuk membuatnya konkret agar dapat dikirim dan diterima oleh para
pelaku komunikasi, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah
lambang komunikasi dalam bentuk suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan
dan bahasa tulisan. Sama halnya dengan sumber atau komunikator, pesan
juga sangat berpengaruh terhadap persuasif tidaknya komunikasi yang
kita lakukan.
Pesan-pesan/informasi yang disampaikan oleh pustakawan referensi
kepada penggunanya harus sederhana dan mudah dimengerti. Artinya,
dengan masyarakat pengguna perpustakaannya. Informasi yang diberikan
harus disesuaikan dengan field of experience (bidang pengalaman) dan
frame of reference (kerangka referensi) dari komunikannya. Yang paling
mudah kita lihat adalah dari segi bahasa. Ketika masyarakat sasaran kita
adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah, maka
bahasa yang dgunakan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan
mereka. Karena pemahaman seseorang terhadap bahasa yang digunakan
sangat berpengaruh terhadap pemahaman makna pesan yang disampaikan
oleh komunikator. Umumnya masyarakat dengan tingkat pendidikan
menengah ke bawah akan mudah memahami sebuah pesan yang disampaikan
dengan bahasa yang yang biasa mereka gunakan sehari-hari dilingkungan
hidup mereka, dengan kata-kata yang sederhana yang sesuai dengan frame
of reference (kerangka referensi) mereka.
“Frame of reference (kerangka referensi) seseorang terbentuk dalam
dirinya sebagai hasil dari paduan usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
pendidikan, pengalaman, gaya hidup, norma hidup, status sosial, status
ekonomi, dan lain-lain”. (Effendy, 2005 : 36).
Kerangka refrensi seseorang akan berbeda dengan seorang yang lain.
Ada yang berbeda secara ekstrim, seperti seseorang yang berpendidikan
akhir sarjana akan berbeda cara pandang dan wawasannya mengenai
sebuah pesan, dibanding dengan seseorang yang hanya tamatan Sekolah
Dasar. Tetapi ada yang berbeda secara gradual saja, seperti seorang
Dalam mengembangkan pesan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Di antaranya, lugas. Artinya, pesan tidak bertele-tele dan
dilakukan pengulangan kata-kata tertentu yang dianggap perlu. Konsisten,
artinya semua pesan harus terkait dengan tema yang akan disampaikan dan
saling mendukung antara satu pesan dengan pesan lainnya. Nada dan daya
tarik, ini berkaitan dengan style komunikator tadi. Ketika komunikator
menyampaikan pesan sedih, tentu disesuaikan dengan nada suaranya dan
lain sebagainya. Bertanggungjawab, dalam hal ini sumber pesan yang dapat
dipercaya akan berpengaruh pada diterima atau tidaknya pesan yang
disampaikan.
Pada layanan referensi, pengguna yang datang bertanya terkadang
mereka sendiri tidak tahu informasi apa yang sebenarnya mereka
cari/perlukan. Tugas pustakawan referensilah untuk membimbing dan
mengarahkan mereka tentang informasi apa yang sebenarnya mereka cari,
dan membantu mereka menemukan informasi yang dicarinya tersebut.
Oleh karena itu, seorang pustakawan referensi haruslah seorang yang
‘komunikatif’ yang mampu berkomunikasi dengan baik kepada penggunanya.
3. Komunikan (Penerima Pesan)
Apabila pustakawan layanan referensi bertanya kepada pengguna
mengenai informasi apa yang dibutuhkannya, maka pengguna akan
mengajukan beberapa pertanyaan untuk dijawab. Di sini pengguna
bertindak sebagai komunikan karena pengguna menerima pesan atau
informasi dari si pustakawan referensi dalam bentuk pertanyaan mengenai
kebutuhannya dan kemudian pustakawan referensi memberikan jawaban
Dalam berkomunikasi, komunikan juga perlu mendapat perhatian.
Pustakawan sebagai komunikator harus memperhatikan bagaimana
karakteristik pengguna yang dilayaninya, baik budaya, bahasa, kebiasaan,
maupun tingkat pendidikan, dan lain-lain, sangat dibutuhkan dalam
memformulasikan pesan yang akan disampaikan. Ketika kita berkomunikasi
dengan masyarakat kelas bawah, maka bahasa yang digunakan harus
disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, jangan sampai kita
menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh masyarakat, seperti
transparansi, akuntabilitas, fleksibel, dan sebagainya. Sederhanakanlah
bahasa sesuai dengan pemahaman masyarakat pengguna perpustakaannya.
Agar pesan dari komunikator dapat sampai kepada komunikannya
diperlukan saluran atau media komunikasi. Terdapat dua jalan agar pesan
komunikator sampai kepada komunikannya, yaitu tanpa media (non mediated
communication) yang berlangsung secara tatap muka (face to face), atau
dengan media (mediated communication). Media yang dimaksud di sini adalah
alat/saluran komunikasi.
Proses komunikasi yang biasa terjadi pada layanan referensi di
Perpustakaan adalah komunikasi dengan jalan tanpa media. Pengguna biasanya
mendatangi langsung pustakawan referensi dan bertanya kepadanya. Untuk
itu pustakawan layanan referensi harus memiliki wawasan yang luas dan bakat
berkomunikasi yang baik agar dapat memuaskan pengguna Perpustakaan.
Proses komunikasi antara komunikator dan komunikan akan diakhiri
perubahan yang terjadi pada diri komunikan setelah menerima pesan
komunikator” (Sastropoetro, 1991: 159). Terdapat tiga jenis efek komunikasi
dalam diri komunikan, yaitu efek kognitif (seseorang menjadi tahu tentang
sesuatu), efek afektif (sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak
setuju terhadap sesuatu), dan efek behavioral (tingkah laku, yang membuat
seseorang bertindak melakukan sesuatu).
Perubahan pertama yang terjadi pada diri pengguna jasa layanan
referensi adalah kognitif, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu. Sebagai contoh,
ada seorang pengguna yang bertanya kepada pustakawan referensi bagaimana
cara menggunakan ensiklopedi (encyclopedia). Kemudian pustakawan referensi
menjelaskan bagaimana cara menggunakannya dengan rinci sampai pengguna
tersebut benar-benar mengerti. Dalam hal ini pustakawan pada bagian layanan
referensi harus mampu berkomunikasi dengan baik agar informasi yang
disampaikannya dapat dipahami dengan jelas.
Perubahan yang kedua adalah afektif, yaitu timbulnya sebuah
perubahan sikap, setuju atau tidak setuju, menerima atau tidak menerima,
memunculkan sebuah perasaan tertentu dalam diri komunikannya yaitu sedih,
senang, gembira, dll. Dalam hal ini, sikap pengguna yang bertanya kepada
pustakawan referensi bisa saja setuju atau tidak setuju, puas atau tidak puas
terhadap jawaban-jawaban yang diberikan oleh pustakawan referensi. Untuk
mengantisipasi hal ini maka seorang pustakawan referensi dituntut untuk
memiliki wawasan pengetahuan yang luas, agar dapat menjawab setiap
pertanyaan tidak merasa ragu atau bahkan tidak percaya terhadap
jawaban-jawaban yang diberikan oleh pustakawan.
Perubahan ketiga yang terjadi pada diri pengguna adalah behavioral,
yaitu perubahan dalam bentuk tingkah laku nyata. Pada saat pustakawan
layanan referensi menjelaskan bagaimana cara menggunakan ensiklopedi,
pengguna yang dapat memahami dengan baik penjelasannya mungkin akan
berteriak senang mengucapkan terimakasih, mungkin akan menjabat tangan si
pustakawan, mungkin ia akan betah duduk berjam-jam membuka-buka isi
ensikopedi tersebut, dan berbagai perilaku lain yang bisa saja timbul.
Mengapa demikian? Ini disebabkan oleh kemampuan dalam berkomunikasi
yang dimiliki oleh si pustakawan referensi, sehingga pengguna dapat
memahami apa yang disampaikannya dengan jelas. Setelah pengguna
mengetahui cara menggunakan ensiklopedi, dia akan menggunakan ensiklopedi
tersebut. Untuk keesokan harinya, apabila dia memerlukan informasi dari
ensiklopedi lagi, dia akan langsung membuka ensiklopedi karena dia sudah
tahu bagaimana cara menggunakannya. Pengguna tersebut tidak perlu
bertanya lagi kepada pustakawan layanan referensi.
Dalam proses komunikasi yang berlangsung secara tatap muka (face to
face), peran komunikator dan komunikan bersifat dinamis. Peran ini saling
dipertukarkan. Komunikator dapat berperan sebagai komunikan, sebaliknya
komunikan dapat berperan sebagai komunikator. Ketika pustakawan referensi
menyampaikan pesannya/informasinya kepada pengguna, maka dia berperan
sebagai komunikator dan pengguna berperan sebagai komunikan. Namun
dari si pustakawan, maka dia berperan sebagai komunikator dan pustakawan
referensi sebagai komunikannya. Peran ini akan terus menerus saling
dipertukarkan. Dalam komunikasi proses ini disebut sebagai umpan balik
(feedback).
2.4 Tujuan Strategi Komunikasi Pada Pelayanan Referensi
Strategi komunikasi memiliki tujuan sentral. Menurut R. Wayne Pace,
Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam bukunya “Techniques for
Effective Communication”, (dalam Effendy, 2005 : 32) menyatakan bahwa
tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu:
1. To secure understanding.
Pertama adalah to secure understanding, Memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya. Pustakawan pada layanan referensi harus mampu membuat pengguna benar-benar mengerti apa yang telah disampaikannya, sehingga tidak timbul kesalah pahaman antara informasi yang disampaikan dengan informasi yang diterima.
2. To establish acceptance.
Andaikata pengguna dapat mengerti dan menerima informasi yang telah diberikan, maka penerimaannya harus dibina (to establish acceptance). Komunikasi antara pengguna dengan pustakawan referensi harus dilestarikan agar tercipta hubungan yang baik antara keduanya. Kalau pengguna merasa senang berkomunikasi dengan pustakawan referensi, maka bukanlah hal yang mustahil kalau pengguna akan sering berkunjung ke Perpustakaan. Karena itu komunikasi antara pengguna dan pustakawan harus selalu dipelihara.
3. To motivate action.
Secara umum strategi komunikasi pada layanan referensi di
perpustakaan bertujuan untuk mengatasi kesenjangan komunikasi antara
pustakawan referensi dengan pengguna layanan referensi, serta sebagai alat
untuk membantu tercapai tujuan kegiatan pelayanan pengguna di
perpustakaan. Diharapkan dengan adanya strategi komunikasi ini akan
berdampak pada ”komunikan” menuju pada perubahan yang diinginkan.
Strategi komunikasi di sebuah perpustakaan perlu dilakukan agar
tercapainya tujuan utama sebuah perpustakaan, yaitu terpakainya koleksi
yang tersedia di perpustakaan tersebut dan dimanfaatkannya berbagai jenis
layanan referensi lainnya, seperti penelusuran informasi lewat internet,
layanan bimbingan pemakai, dan lain sebagainya. Seandainya strategi
komunikasi ini tidak dilakukan, mungkin pengguna perpustakaan tidak akan
bertambah, atau bahkan berkurang. Hal ini disebabkan karena pengguna
merasa tidak nyaman apabila informasi yang disampaikan oleh pustakawan
sulit untuk dipahami.
2.5 Strategi Peningkatan Jasa Layanan Referensi
Layanan referensi pada sebuah perpustakaan pada hakekatnya adalah
sebuah bentuk pelayanan pengguna yang bertugas untuk memberikan jawaban
atas pertanyaan pengguna atau pencarian informasi dengan menggunakan
berbagai perkakas penelusuran (searching tools).
Koleksi referensi adalah kumpulan buku rujukan (referens) yang
disusun secara sistematis pada ruangan referensi, terdiri dari: kamus,
bibliografi, biografi, sumber geografi, indeks/abstrak, direktori, dan
terbitan pemerintah.
Tujuan dari pelayanan referensi ini menurut P. Sumardji adalah: 1. Memungkinkan pengguna menemukan informasi dengan cepat dan tepat. 2. Memungkinkan pengguna menemukan informasi dengan pilihan yang lebih
luas.
3. Memungkinkan pengguna menggunakan koleksi referensi dengan lebih tepat guna.
Strategi komunikasi pada jasa layanan referensi merupakan satu
langkah yang harus ditempuh dalam upaya peningkatan pemberian jasa layanan
kepada para penggunanya.
Upaya peningkatan jasa layanan tersebut dapat ditempuh dengan
beberapa cara, diantaranya:
1. Memenuhi jumlah koleksi referensi yang memang dibutuhkan, yaitu koleksi
yang lengkap dan berbobot ilmiah, yang disajikan dalam rak terbuka yang
rapi, bersih dan mudah dicapai.
2. Perpustakaan hendaknya mampu menyediakan koleksi ensiklopedi
edisi-edisi terbaru, kamus yang lengkap dari semua disiplin ilmu, handbook dan
manual yang lengkap dan up to date, direktori dari berbagai
lembaga/organisai, biografi berbagai tokoh-tokoh terkenal baik yang
bersifat nasional maupun internasional, terbitan pemerintah yang lengkap
dan teratur penerbitannya, serta sumber-sumber geografi seperti peta,
globe, daftar statistik, dan lain-lain. Koleksi referensi ini juga dapat
3. Menyediakan fasilitas penelusuran koleksi referensi secara online (via
internet) mengingat sekarang ini sudah banyak sekali jenis ensiklopedi
online, kamus online, bibliografi online, indeks online, abstrak online, dan
lain-lain, yang dapat dijadikan sumber informasi tambahan bagi pengguna
perpustakaan.
4. Menyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung itu semua meliputi
tersedianya beberapa terminal komputer yang bisa akses ke internet,
katalog online yang memudahkan pengguna menelusur koleksi referensi
yang dibutuhkannya, ruangan referensi yang luas, tenang dan nyaman
sehingga pengguna merasa betah di dalamnya.
5. Menyediakan pustakawan referensi yang cakap dengan syarat sebagai
berikut:
Merupakan pustakawan yang tetap pada Unit Pelayanan Referensi.
Bersikap ramah, sabar, tekun, dan cermat.
Memiliki pengetahuan umum yang luas, pintar, dan terampil.
”Gaul” dengan perkembangan teknologi informasi.
Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang termasuk dalam
kelompok koleksi referensi dan bagaimana cara penggunaannya
masing-masing.
Bersikap terbuka dan selalu siap memberikan bantuan kepada pengguna
perpustakaan.
Mampu memberikan bimbingan/petunjuk praktis kepada para pengguna
perpustakaan dalam upaya memilih dan menggunakan koleksi referensi
Melakukan kerjasama yang baik dan saling menguntungkan antar
perpustakaan/pusat-pusat informasi dalam bidang pelayanan referensi
(menyediakan sumber informasi bagi para pengguna perpustakaan).
Selain pemenuhan kebutuhan yang seharusnya tersedia, hendaknya
pelayanan referensi dapat lebih dikembangkan dengan beberapa strategi
komunikasi yang lain untuk lebih mempromosikan layanan referensi ini.
Teknik komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan
”Bimbingan Pemakai” bagi pengguna yang membutuhkan. Bimbingan pemakai
dapat dilakukan baik secara perseorangan maupun berkelompok dengan cara
bimbingan perkelas yang dapat diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu.
Tujuannya adalah untuk lebih memperkenalkan kepada pengguna perpustakaan
tentang berbagai sarana dan fasilitas layanan referensi yang dapat mereka
manfaatkan. Sehingga layanan referensi ini dapat dimanfaatkan secara
maksimal oleh seluruh pengguna perpustakaan.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Strategi komunikasi adalah paduan perencanaan komunikasi
(communication planning) dengan manajemen komunikasi (communication
management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai
tujuan tersebut strategi komunikasi harus mampu menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dalam arti kata bahwa
pendekatan (aproach) bisa berbeda sewaktu-waktu tergantung pada situasi
dan kondisi. Jadi dengan demikian strategi komunikasi adalah keseluruhan
perencanaaan, taktik, cara yang akan dipergunakan guna melancarkan
komunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang ada pada proses
komunikasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pelayanan referensi merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pelayanan pengguna di Perpustakaan. Kegiatan utama dari pelayanan referensi
adalah memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan referensi dengan
memanfaatkan sumber-sumber informasi dari koleksi referensi. Selain itu,
pustakawan referensi pada umumnya juga dijadikan sebagai tempat bertanya
mengenai berbagai macam pertanyaan/informasi oleh para pengguna
Perpustakaan. Karena pada hakekatnya pelayanan referensi adalah tempat
bertanya dan melakukan bimbingan pengguna Perpustakaan. Jadi dalam
melakukan aktivitasnya pustakawan referensi akan banyak melakukan
interaksi dan berkomunikasi dengan para penggunanya, baik secara langsung
Dengan demikian maka pustakawan yang bertugas pada pelayanan
Perpustakaan, khususnya pelayanan referensi (reference service) harus
menyusun strategi dalam berkomunikasi dengan penggunannya agar pengguna
yang semula merasa segan berkomunikasi, segan bertanya, merasa tidak puas
dengan jawaban-jawaban yang diberikan oleh pustakawan referensi, akhirnya
dapat menerima dan paham dengan penjelasan-penjelasan dari pustakawan
sehingga pengguna memperoleh kepuasan dalam menerima pelayanan. Hal ini
bertujuan agar jasa pelayanan referensi dapat digunakan oleh pengguna
Perpustakaan secara terus menerus.
Secara umum strategi komunikasi pada layanan referensi di
perpustakaan bertujuan untuk mengatasi kesenjangan komunikasi antara
pustakawan referensi dengan pengguna layanan referensi, serta sebagai alat
untuk membantu tercapai tujuan kegiatan pelayanan pengguna di
perpustakaan. Diharapkan dengan adanya strategi komunikasi ini akan
berdampak pada ”komunikan” menuju pada perubahan yang diinginkan.
DAFTAR RUJUKAN
1. Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek.
Bandung: Remadja Rosda Karya.
2. Hanafi, Abdillah, 1984, Memahami Komunikasi Antar Manusia, Surabaya :
Usaha Nasional.
3. Maisyaroh, Umi. 2003. Strategi Komunikasi PT. Telkom Dalam Mengatasi
Klaim Pulsa Dari Pelanggan: Studi Kasus Pada Customer Service PT.
Telkom Kancatel Batu-Jatim. Tesis dari JIPTUMM.
http://digilib.itb.ac.id
4. Murniaty. 2006. Makalah: Promosi Jasa Pelayanan Referensi di
Perpustakaan. Medan: Perpustakaan dan Sistem Informasi USU.
5. Murniaty. 2006. Makalah: Proses Komunikasi di Perpustakaan. Medan:
Perpustakaan dan Sistem Informasi USU.
6. Sastropoetro, R.A. Santoso. 1991. Propaganda Salah Satu Bentuk
Komunikasi Massa. Bandung: Alumni.
7. Sumardji, P. 1992. Pelayanan Referensi di Perpustakaan. Yogyakarta:
Kanisius.
8. Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi: pendekatan