PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RETURN ON ASSETS,
NET PROFIT MARGIN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP
HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
WESLY ANDRI SIMANJUNTAK
087017119/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
S
EK
O L A H
P A
S C
A S A R JA N
PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RETURN ON ASSETS,
NET PROFIT MARGIN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP
HARGA SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
WESLY ANDRI SIMANJUNTAK
087017119/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RETURN
ON ASSETS, NET PROFIT MARGIN DAN EARNING
PER SHARE TERHADAP HARGA SAHAM
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Wesly Andri Simanjuntak Nomor Pokok : 087017119
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal: 13 Januari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak
Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
2. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak
3. Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
“Pengaruh Economic Value Added, Return On Assets, Net Profit Margin dan Earning
Per Share terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, 13 Januari 2011
Yang membuat pernyataan,
PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RETURN ON ASSETS, NET
PROFIT MARGIN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA
SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Wesly Andri Simanjuntak, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM)
dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun parsial.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009 sebanyak 181 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 117 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market
Directory dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id dan
http://finance.yahoo.com. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA, ROA, NPM dan EPS secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel ROA dan EPS yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan, sedangkan variabel EVA dan NPM tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
Kata Kunci: Economic Value Added, Return on Assets, Net Profit Margin, Earning
ANALYSIS THE EFFECT OF ECONOMIC VALUE ADDED, RETURN ON ASSETS, NET PROFIT MARGIN AND EARNING PER SHARE TO THE
STOCK PRICE OF THE MANUFACTURE COMPANY WHICH IS REGISTERED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Wesly Andri Simanjuntak, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak and Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and analysis the effect of Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM) and Earning Per Share (EPS) to the stock price of the manufacture company which is registered in Indonesia Stock Exchange, either is simultaneously and partially.
The population of this research is all of the manufacture companies which are registered in Indonesia Stock Exchange in the year 2006 until the year 2009 amounts to 181 companies. Sample is selected by using purposive sampling. The sample has taken to observated by 117 companies. Data collecting done by taking the documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory and visit Indonesia Stock Exchange web page in www.idx.co.id and http://finance.yahoo.com. The analysis method used in this research is multiple linear regression.
The result of this research indicates that EVA, ROA, NPM and EPS simultaneously have the significant influence to the stock price. Partially show that ROA and EPS have significant influence to the stock price, while EVA and NPM have no significant influence to the stock price.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini yang
berjudul “Pengaruh Economic Value Added, Return On Assets, Net Profit Margin dan
Earning Per Share terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini, peneliti telah banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc., (CTM), Sp.A(K) selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak, selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan
4. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan masukan kepada peneliti dalam menyusun tesis
ini.
5. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak
memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis
ini.
6. Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah banyak
memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam menyusun tesis
ini.
7. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang telah
banyak memberikan masukan dan saran-saran kepada peneliti dalam
menyusun tesis ini.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih yang tidak ternilai
serta penghormatan yang setulus-tulusnya kepada ayahandaku tercinta Pdt. P.
Simanjuntak dan ibundaku tersayang O. Br Nainggolan serta kakak, adik-adikku dan
khususnya buat Nina Oktavia yang telah memberikan banyak perhatian dan dukungan
penuh kepada peneliti untuk penyusunan tesis ini. Peneliti tidak lupa mengucapkan
terima kasih banyak kepada teman-temanku dan pihak-pihak lain yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu peneliti dalam
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan
bermanfaat bagi peneliti berikutnya.
Medan, 13 Januari 2011
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Wesly Andri Simanjuntak
2. Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 13 Januari 1984
3. Pekerjaan : Pegawai Swasta
4. Agama : Kristen Protestan
5. Orang Tua
a. Bapak : P. Simanjuntak
b. Ibu : O. br. Nainggolan
6. Alamat : Jl. SM. Raja Gg. Pulau Harapan No. 12 Medan
7. Pendidikan
a. SD : SD Negeri 060988 Medan
b. SMP : SMP Negeri 2 Medan
c. SMA : SMA Immanuel Medan
DAFTAR ISI
2.1.1. Tingkat Pengembalian Saham..……… 9
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham.……….. 15
2.1.2.1. ROA…..……….. 16
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu………... 23
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS……...………. 27
3.1. Kerangka Konsep………...…………. 27
3.2. Hipotesis Penelitian………... 32
BAB IV METODE PENELITIAN...……….. 33
4.1. Jenis Penelitian...……….. 33
4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian………... 33
4.3. Populasi dan Sampel...………. 33
4.4. Metode Pengumpulan Data...……….. 35
4.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………... 36
5.1.2. Pengujian Asumsi Klasik...………. 47
5.1.2.1. Uji normalitas...………... 47
5.1.4. Pengujian Hipotesis...……….. 57
5.1.4.1. Uji statistik F………... 57
5.1.4.2. Uji statistik t...……….58
5.1.4.3. Koefisien determinasi (R2)...……… 59
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian...………. 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN………..……….. 66
6.1. Kesimpulan...………66
6.2. Keterbatasan………...………. 67
6.3. Saran………...….. 67
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu………. 26
4.1. Daftar Pemilihan Sampel………. 34
4.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….. 37
5.1. Deskriptif Statistik……….. 44
5.2. Uji Kolmogorov-Smirnov Sebelum Transformasi……….. 49
5.3. Uji Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi……… 51
5.4. Uji Autokorelasi……….. 53
5.5. Uji Multikolinieritas……… 54
5.6. Persamaan Regresi………... 55
5.7. Uji Statistik F………... 57
5.8. Uji Statistik t……… 58
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1. Kerangka Konsep……… 27
5.1. Hasil Uji Normalitas Sebelum Dilakukan Transformasi……….... 48
5.2. Hasil Uji Normalitas Setelah Dilakukan Transformasi………….. 50
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur………. 72
2 Data Economic Value Added Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2008 77
3 Data Return On Assets Perusahaan Manufaktur Tahun 2006-2008 81
4 Data Net Profit Margin Perusahaan Manufaktur 2006-2008…….. 85
5 Data Earning Per Share Perusahaan Tahun 2006-2008…………. 89
6 Data Harga Saham Perusahaan Tahun 2006-2008……….. 93
7 Hasil Uji SPSS Sebelum Dilakukan Transformasi……….. 97
8 Hasil Uji SPSS Setelah Dilakukan Transformasi……… 104
PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, RETURN ON ASSETS, NET
PROFIT MARGIN DAN EARNING PER SHARE TERHADAP HARGA
SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Wesly Andri Simanjuntak, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM)
dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan maupun parsial.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006-2009 sebanyak 181 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 117 perusahaan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil dokumentasi laporan keuangan dari Indonesian Capital Market
Directory dan mendownload situs resmi Bursa Efek Indonesia di www.idx.co.id dan
http://finance.yahoo.com. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa EVA, ROA, NPM dan EPS secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur. Secara parsial menunjukkan bahwa variabel ROA dan EPS yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan, sedangkan variabel EVA dan NPM tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan manufaktur.
Kata Kunci: Economic Value Added, Return on Assets, Net Profit Margin, Earning
ANALYSIS THE EFFECT OF ECONOMIC VALUE ADDED, RETURN ON ASSETS, NET PROFIT MARGIN AND EARNING PER SHARE TO THE
STOCK PRICE OF THE MANUFACTURE COMPANY WHICH IS REGISTERED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Wesly Andri Simanjuntak, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak and Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and analysis the effect of Economic Value Added (EVA), Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM) and Earning Per Share (EPS) to the stock price of the manufacture company which is registered in Indonesia Stock Exchange, either is simultaneously and partially.
The population of this research is all of the manufacture companies which are registered in Indonesia Stock Exchange in the year 2006 until the year 2009 amounts to 181 companies. Sample is selected by using purposive sampling. The sample has taken to observated by 117 companies. Data collecting done by taking the documentation financial statement from Indonesian Capital Market Directory and visit Indonesia Stock Exchange web page in www.idx.co.id and http://finance.yahoo.com. The analysis method used in this research is multiple linear regression.
The result of this research indicates that EVA, ROA, NPM and EPS simultaneously have the significant influence to the stock price. Partially show that ROA and EPS have significant influence to the stock price, while EVA and NPM have no significant influence to the stock price.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan pasar modal di banyak negara termasuk Indonesia meningkat
pesat, hal ini disebabkan oleh daya tarik yang dimiliki Pasar Modal. Pertama, pasar
modal diharapkan dapat menjadi alternatif penghimpun dan pendistribusian (fungsi
intermediasi) dana selain sistem perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan
menerbitkan sekuritas berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat tanda
kepemilikan (saham). Kedua, pasar modal memungkinkan para pemodal atau investor
melakukan pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi resiko mereka.
Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan (Husnan, 1998).
Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk
dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (lender) ke pihak yang memerlukan
dana (borrower). Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh intermediasi keuangan
lainnya, seperti lembaga perbankan. Perbedaan mekanisme pasar modal adalah
perdagangan instrumen dana jangka panjang dan dilakukan secara langsung tanpa
perantara keuangan.
Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh
para borrower, dana para lender menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung
dalam kepemilikan aktiva rill yang diperlukan untuk investasi tersebut. Meskipun
modal secara nyata menjalankan kedua peranan yang penting ini di dalam
perekonomian suatu negara.
Salah satu instrumen yang sangat signifikan keberadaannya di dalam pasar
adalah saham. Investor melakukan investasi pada saham dengan mengharapkan
return tertentu. Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari return yang diterima oleh
pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return bagi pemegang saham
bisa berupa penerimaan dividen tunai ataupun adanya perubahan harga saham pada
suatu periode (Ross, 2002).
Berdasarkan sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk
menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat prospek
pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator ini sangat penting diperhatikan
untuk mengetahui probabilitas investasi yang akan dilakukan di suatu perusahaan
apakah mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang dipersyaratkan
investor. Untuk itu biasanya digunakan rasio profitabilitas, yaitu Return On Equity
(ROE) yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
berdampak pada peningkatan kesejahteraan pemegang saham. Semakin tinggi nilai
ROE menggambarkan semakin tinggi kemempuan modal sendiri menghasilkan laba
untuk pemegang saham. Return On Asset (ROA) menggambarkan kemampuan aset
yang dimiliki untuk menghasilkan laba (Wathi, 2006). Jika laba yang dihasilkan
meningkat maka harga saham kemungkinan akan menunjukkan peningkatan. Hal ini
Economic Value Added (EVA) dipopulerkan dan dipatenkan oleh Steward &
Company, sebuah konsultan manajemen terkemuka, EVA adalah salah satu varian
Value Based Manajement (Steward, 1991) yang mengukur perbedaan, dalam
pengertian keuangan, antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal.
Hal ini sama dengan pengukuran keuntungan dalam akuntansi konvensional, tetapi
dengan satu perbedaan penting, EVA mengukur biaya seluruh modal sedangkan angka
nilai bersih dalam Laporan Laba Rugi hanya mempertimbangkan jenis biaya modal
yang biayanya dapat diidentifikasi seperti bunga atas hutang sementara mengabaikan
biaya ekuitas (Young, O’Byrne, 2001).
EVA sering digunakan beberapa perusahaan besar di AS seperti Coca-Cola,
AT & T, Quaker Oats, Briggs & Stratton dan CSX. A. Rappaport, pakar dalam nilai
pemegang saham, menyatakan bahwa nilai yang dihasilkan oleh sebuah rencana
bisnis yang khusus dapat diproyeksikan dengan menghitung nilai kapitalisasi selisih
antara margin operasi operating return minimum yang dapat diterima atas penjualan
terakhir. Metode ini di bidang keuangan mendorong manajer untuk bertindak sebagai
pemilik dan yang paling penting, mendongkrak keuntungan bagi pemegang saham
(Steward III, 1995).
Sebuah survei yang dilakukan oleh Manufacturing Alliances menemukan
bahwa EVA merupakan tolak ukur kinerja yang paling umum digunakan dalam bisnis
di AS. Sebagian besar responden, semuanya eksekutif senior perusahaan akan lebih
Berbeda dengan tolak ukur kinerja akuntansi tradisional, EVA berusaha
mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan dengan memperhitungkan biaya
modal yang timbul dari investasi karena biaya modal mencerminkan tingkat resiko
perusahaan (Christinat, 1996).
Di Indonesia penelitian tentang EVA dan ROA dilakukan oleh Hartono dan
Chendrawati (1999), membuktikan bahwa ROA mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengembalian saham. Penelitian Pradono dan Cristiawan
(2004) membuktikan bahwa (EVA) tidak mempunyai pengaruh terhadap return
saham. Penelitian Irwansyah (2005) membuktikan bahwa ROA memiliki pengaruh
tehadap harga saham. Penelitian Waluya (2005), membuktikan ROA tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian harga saham dan EVA
secara sistematik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengembalian saham. Penelitian Sasongko dan Wulandari (2006) membuktikan
bahwa ROA dan EVA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Purwatmo (2005). ROA memberikan gambaran yang lebih luas dibandingkan ROE
karena menghitung aset secara keseluruhan.
Sedangkan EVA yang diperkenalkan pertama kali oleh Stewart III dan Stren
dianggap alat ukur baru yang memiliki keunggulan dibandingkan alat ukur
tradisional, karena EVA memasukan komponen biaya modal untuk mengukur kinerja
perusahaan, di mana dalam alat ukur tradisional tidak pernah diperhitungkan. Rate of
yang dihitung berdasarkan rata-rata mingguan ditambah dengan deviden tunai yang
dibagi.
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti mengenai pengaruh rasio-rasio
kinerja keuangan terhadap harga saham menunjukkan hasil yang kontradiktif.
Penelitian Haryanto dan Sugiharto (2003) mengenai pengaruh rasio profitabilitas
terhadap harga saham pada perusahaan industri minuman di Bursa Efek Jakarta
menyimpulkan bahwa ROA, ROE dan NPM secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap harga saham. Secara parsial hanya ROE yang berpengaruh terhadap harga
saham sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham. Sementara
itu penelitian yang dilakukan Sianipar (2004) yang meneliti pengaruh faktor
fundamental terhadap harga saham industri perbankan di Indonesia. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah ROA, CAR, EPS, ROE dan Net Interest
Margin sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa secara simultan seluruh variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Secara parsial hanya ROA yang tidak berpengaruh
terhadap harga saham. Selanjutnya Nainggolan (2008) meneliti mengenai pengaruh
variabel fundamental terhadap harga saham perusahaan manufaktur di BEI. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, DER, ROE dan BVS
sedangkan variabel dependennya adalah harga saham. Hasil pengujian menyimpulkan
bahwa secara simultan seluruh variabel independen tidak mempengaruhi
pembentukan harga saham. Secara parsial hanya BVS yang berpengaruh terhadap
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2009 sebanyak
181 perusahaan. Alasan peneliti memilih perusahaan manufaktur sebagai objek
penelitian, hal ini disebabkan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI terdiri
dari berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal
secara keseluruhan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya
serta dengan adanya ketidakkonsistenan hasil dari penelitian terdahulu tersebut
menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
Economic Value Added (EVA), Return On Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM)
dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Dari uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang ingin diteliti di dalam
penelitian ini adalah: Apakah ROA, EVA, NPM dan EPS berpengaruh terhadap
tingkat harga saham pada perusahaan manufaktur baik secara parsial dan simultan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menguji dan menganalisa pengaruh perubahan variabel seperti ROA, EVA,
NPM dan EPS secara parsial dan bersama-sama (simultan) terhadap harga saham
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapakan akan memberikan berbagai manfaat, secara
terperinci dinyatakan sebagai berikut:
1. Sebagai informasi tambahan bagi para investor yang akan berinvestasi dalam
bentuk saham.
2. Untuk peneliti, menambah pengetahuan dan wawasan dalam memahami
pengaruh ROA, EVA, NPM dan EPS terhadap tingkat harga saham pada
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
3. Hasil penelitian ini diharapakan dapat sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya untuk melengkapi temuan-temuan empiris yang telah ada
di bidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah di masa yang
akan datang.
1.5. Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Purwatmo (2005) dengan
judul pengaruh ROA dan EVA terhadap harga saham. Periode penelitian tahun
2001-2003 pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta dengan 22 sampel. Variabel
dependen dalam penelitiannya adalah harga saham, sedangkan variabel independen
dalam penelitiannya adalah Profitabilitas dan EVA. Penelitian ini menggunakan
variabel dependen perubahan harga saham yang diukur dari harga saham saat ini
ditambah dengan deviden saat ini dikurangkan dengan harga saham tahun lalu dibagi
diukur dari ROA saat ini dikurangi dengan ROA tahun lalu dibagi dengan ROA tahun
lalu, dan perubahan EVA yang diukur dari EVA saat ini dikurangi dengan EVA tahun
lalu dibagi dengan EVA tahun lalu. Dengan argumentasi bahwa penggunaan
perubahan setiap variabel dalam penelitian ini untuk melihat tingkat pertumbuhan
dari masing-masing variabel dalam perusahaan yang diteliti, sehingga peneliti tertarik
untuk menguji kembali dan menambah variabel NPM dan EPS sebagai variabel
independen. Penelitian ini berbeda dari penelitian terdahulu karena objek yang diteliti
dan kondisi ekonomi yang relatif berbeda.
Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah
sebagai berikut:
a. Variabel independen yang digunakan. Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian terdahulu adalah ROA dan EVA, sedangkan dalam penelitian ini
variabel independennya adalah EVA, ROA, NPM dan EPS.
Adapun variabel dependen yang digunakan adalah harga saham.
b. Periode pengamatan. Periode pengamatan pada penelitian terdahulu adalah tahun
2000-2001, sedangkan periode pengamatan pada penelitian ini adalah tahun
2006-2009.
c. Objek penelitian. Objek dari penelitian terdahulu adalah perusahaan industri
minuman di Bursa Efek Jakarta, sedangkan objek dari penelitian ini adalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Tingkat Pengembalian Saham
Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar yang seharusnya
diketahui oleh para investor dalam menentukan beberapa perkiraan harga saham yang
wajar, sebab tanpa analisis yang baik dan rasional para investor akan mengalami
kerugian. Tingkat pengembalian saham yang diharapkan dari para investor yang
utama adalah kenaikan harga saham itu sendiri dan pembagian deviden. Keputusan
membeli saham terjadi apabila nilai perkiraan suatu saham di atas harga pasar,
sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham
di bawah harga pasar. Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik
(Intrinsic Value) suatu saham, kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat
ini (Current Market Price) saham tersebut. Nilai Intrinsik (NI) menunjukkan nilai
sekarang (Present Value) arus kas yang diharapkan dari harga saham tersebut. Untuk
menentukan nilai intrinsik, Husnan (1998) menyebutkan bahwa:
1. Apabila NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai under valued
(harganya terlalu rendah), dan karenanya seharusnya dibeli atau ditahan apabila
saham tersebut telah dimiliki.
2. Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai over valued
3. Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya
dan berada dalam kondisi keseimbangan.
Dengan menggunakan penilaian tersebut, pemodal harus memperkirakan
berapa dan kapan manfaat yang diharapkan akan diterima, dan manfaat tersebut
dinilai-tunaikan dengan tingkat bunga yang layak. Tingkat bunga tersebut harus
memperhatikan risk free rate ditambah premi resiko. Selanjutnya nilai intrinsik
dibandingkan dengan harga pasar saham saat ini.
Selanjutnya Tandelilin (1991) mengatakan bahwa nilai suatu saham sama
dengan nilai sekarang dari pendapatan yang akan diterima oleh investor pada masa
yang akan datang. Selanjutnya formula yang akan digunakan sebagai model dasar
penilaian saham adalah
Dt = deviden yang dibayarkan untuk periode ke t
t = periode waktu ke t dari t = 1 sampai dengan n
k = suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat
pengembalian yang diinginkan (required rate of return)
Dari pandangan beberapa ahli tersebut dapat dikatakan bahwa dalam
melakukan penilaian sekuritas hendaknya para investor dapat menilai berbagai saham
yang ada di bursa efek guna menentukan portofolio yang dapat memberikan tingkat
suatu mekanisme untuk mengubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel
perusahaan yang diramalkan (atau yang diamati) menjadi perkiraan tentang harga
saham. Variabel ekonomi yang dimaksud seperti laba perusahaan, deviden yang
dibagikan, variabilitas laba dan sebagainya.
Model penilaian saham yang sering digunakan untuk analisa sekuritas adalah
nilai sekarang (present value = PV) dan price earning ratio (PER). Pendekatan
dengan PV mencoba menaksir PV, dengan menggunakan tingkat bunga tertentu,
dengan manfaat yang diharapkan akan diterima oleh pemilik saham. Berdasarkan
pendekatan tersebut maka nilai saat ini suatu saham adalah sama dengan nilai
dipandang layak bagi suatu investasi. Tingkat bunga bagi perusahaan merupakan cost
of equity, karena merupakan tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemilik
modal sendiri. Untuk menaksir k tersebut dapat dilakukan dengan model-model
Theory (APT). Untuk menaksir tingkat keuntungan yang dipandang layak, analis
perlu memasukkan faktor resiko. Semakin besar resiko yang ditanggung pemodal
semakin tinggi keuntungan yang dipandang layak. Dengan kata lain terdapat
hubungan yang positif antara resiko dan tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh
pemodal. Oleh sebab itu nilai k akan dipengaruhi oleh tingkat keuntungan bebas
resiko ditambah dengan premi untuk resiko. Apabila hasil penjualan saham lebih
tinggi dari harga belinya, maka pemodal akan memperoleh capital gains, dan
sebaliknya jika pemodal memperoleh hasil penjualan saham lebih rendah dari harga
belinya maka pemodal akan menderita capital loss.
Untuk melakukan analisis saham dan memilih saham, Husnan (1998)
mengatakan bahwa ada dua pendekatan dasar yaitu: (1) Analisis Fundamental dan
(2) Analisis Teknikal.
Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham yang akan
datang dengan (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi
harga saham di masa yang akan datang, (2) menerapkan hubungan variabel-variabel
tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Dalam membuat peramalan harga
saham, langkah yang penting adalah mengidentifikasi faktor fundamental seperti
penjualan, pertumbuhan penjualan, biaya, kebijakan deviden dan sebagainya yang
diperlukan mempengaruhi harga saham.
Menurut Sunariyah (2000) sebagaimana dikutip Komang, pendekatan analisis
fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa saham memiliki nilai intrinsik.
untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu resiko yang melekat
pada saham tersebut. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan
harga pasar yang sekarang (current market price).
Analisis Teknikal dilakukan untuk saham-saham individu ataupun untuk
kondisi pasar secara keseluruhan dengan menggunakan grafik. Analisis teknikal pada
dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli atau menjual
saham, dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis seperti moving average, new
highs and loss, volume perdagangan, dan short interest ratio serta menggunakan
analisis grafis.
Sunariyah (2000) selanjutnya mengatakan bahwa analisis teknikal merupakan
suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri
untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun
pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang
dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham
gabungan dan individu, serta faktor lain yang bersifat teknis.
Edward dan Magee dalam Tandelilin (1991) menyatakan bahwa asumsi dasar
yang berlaku dalam analisis teknis ialah:
1. Harga pasar ditentukan oleh interaksi supply dan demand.
2. Supply dan demand dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional
maupun irasional.
3. Fluktuasi harga mengikuti trend tertentu yang bertahan dalam jangka waktu
4. Trend tersebut dapat berubah karena bergesernya supply dan demand.
5. Sebenarnya pergeseran supply dan demand dapat dideteksi dengan melihat
diagram dari perilaku pasar.
6. Pola diagram cenderung berulang-ulang.
Berdasarkan pandangan di atas, maka dapat dikatakan bahwa harga saham
perusahaan sangat terpengaruh oleh adanya kekuatan penawaran dan permintaan baik
yang rasional maupun yang irasional di bursa. Jika perusahaan berjalan lancar, maka
nilai saham perusahaan akan meningkat. Sedangkan nilai hutang perusahaan tidak
terpengaruh sama sekali. Sebaliknya, jika perusahaan berjalan tersendat-sendat, maka
hak pemberi hutang akan didahulukan, sedangkan nilai saham perusahaan akan
menurun drastis. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa
merupakan indeks yang tepat untuk mengatur tingkat efektivitas perusahaan.
Berdasarkan alasan inilah maka tujuan menajemen keuangan seringkali dinyatakan
dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau singkatnya
maksimalisasi harga saham.
Menurut Komang (2001), di luar Amerika Serikat khususnya Eropa dan
Jepang, tujuan memaksimalkan harga saham bukanlah satu-satunya tujuan yang
ditetapkan. Di Jepang, tujuan yang seringkali ditekankan adalah merebut pangsa
paling besar. Maksudnya ialah untuk mencapai profitabilitas jangkan panjang.
Sedangkan di Eropa pekerja duduk dalam dewan komisaris sehingga tujuan
Perusahaan dengan prestasi yang lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya,
akan menikmati harga saham yang lebih tinggi dan memperoleh kemudahan untuk
menambah dana baru jika diperlukan. Jika dana mengalir ke perusahaan yang
memiliki harga saham cenderung meningkat, maka sumber-sumber ekonomi akan
digunakan dengan cara paling efisien.
Menurut Tandelilin (1991) metode penilaian khusus yang digunakan untuk
menentukan nilai bebagai jenis surat berharga berbeda-beda menurut jenis surat
berharga yang akan dinilai. Namun demikian ada metode penilaian yang dapat
digunakan untuk menilai segala macam surat berharga yaitu metode penilaian nilai
sekarang (present value methode). Jadi besarnya tingkat pengembalian yang
diharapkan (dari surat berharga) dapat ditentukan dengan menggunakan nilai
sekarang (present value). Selisih dari nilai sekarang dari surat berharga tersebut
dibandingkan dengan harganya saat ini merupakan tingkat pengembalian di atas risk
free rate.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Pembentukan portofolio berangkat dari usaha diversifikasi investasi guna
mengurangi resiko. Bukti menunjukkan bahwa semakin banyak jenis sekuritas yang
dikumpulkan dalam keranjang portofolio, maka resiko kerugian saham akan
berkurang. Selanjutnya dalam konteks portofolio pasar, harus dipahami adanya resiko
investasi yang terdiri dari 2 komponen yaitu 1) resiko tidak sistematis (unsystemic
Dalam pasar modal yang efisien, dana akan teralokasikan dengan tepat
sehingga produktivitasnya tinggi. Penawar tertinggilah yang akan berhasil
mendapatkan sumber daya yang tersedia. Harga saham tidaklah dapat dikendalikan
sendiri oleh pembeli atau penjual. Sebagian besar perdagangan saham tidak cukup
kuat untuk mempengaruhi harga saham. Dalam prakteknya dapat kita amati bahwa
harga saham sangat rentan dengan informasi yang berkembang, baik informasi yang
berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Sebagaimana dikatakan Usman
(1990) bahwa pada dasarnya harga saham dipengaruhi oleh informasi yang diterima
oleh para investor. Informasi tersebut berasal dari faktor fundamental perusahaan,
faktor teknis dan lingkungan sosial ekonomi.
Dari pendapat tersebut dapat ditarik suatu hipotesa bahwa apabila kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba meningkat, maka harga saham akan meningkat,
yang berarti rate of stock return semakin tinggi.
2.1.2.1. ROA
ROA di gunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini
merupakan rasio yang terpenting diantara rasio rentabilitas/profitabilitas yang
lainnya. ROA diperoleh dengan membandingkan antara Earning After Tax (EAT)
terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik,
karena tingkat kembalian semakin besar (Ang, 1997). Secara matematis ROA dapat
Return on Assets = r x100%
EVA adalah laba operasional setelah pajak (NOPAT) dikurangi biaya modal
dari investasi atau modal yang digunakan. NOPAT merupakan laba operasi
perusahaan setelah pajak dan mengukur laba yang diperoleh perusahaan dari
operasional berjalan. Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan
perusahaan rata-rata tertimbang (weighted average) dari biaya modal (WACC).
Weigthed averaged cost of capital (WACC) sama dengan jumlah biaya dari setiap
komponen modal – hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan ekuitas
pemegang saham – ditimbang berdasarkan proporsi relatif dalam struktur modal
perusahaan pada nilai pasar. Untuk menjadi alat pengukur kinerja dihitung sebagai
berikut:
Biaya Modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal) (xxx)
EVA xxx
EVA = NOPAT – cost of capital
EVA = NOPAT – (WACC x capital invested), atau
EVA = (ROA – WACC) x capital invested,
2.1.2.3. Weighted Average Cost of Capital
WACC adalah jumlah dari masing-masing komponen modal perusahaan, baik
yang berasal dari pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka panjang (cost of
debt), maupun yang berasal dari setoran modal (cost of equity) yang diberikan bobot
sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan. Perhitungan WACC
dirumuskan sebagai berikut:
WACC = (Ke x We) + (Kd x Wd)
Di mana, Ke adalah biaya ekuitas (cost of equity) dan Kd adalah biaya hutang (cost of
debt), sedangkan We adalah persentase ekuitas dari struktur modal dan Wd adalah
persentase hutang dari struktur modal.
2.1.2.4. Biaya hutang (Kd)
Biaya hutang (cost of debt) atau Kd merupakan tarif yang harus dibayar
perusahaan di dalam pasar pada saat ini untuk mendapatkan hutang jangka panjang
baru. Perusahaan memiliki beberapa paket surat hutang dengan beban bunga yang
beragam dan cara tepat menghitungnya adalah secara tertimbang (weight). Adanya
pembayaran bunga oleh perusahaan akan mengurangi besarnya pendapatan kena
pajak (PKP). Maka Kd harus dikoreksi dengan faktor tersebut (1-t) dengan t = tingkat
mengingat kemampuan bunga mengurangi pajak digunakan untuk menghitung biaya
modal rata-rata tertimbang (WACC). Perhitungan ini sama dengan Kd dikalikan
dengan (1-t), di mana t merupakan tarif pajak marjinal perusahaan, t dapat dihitung
dengan biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak.
Biaya komponen hutang setelah pajak = Suku bunga – Penghematan pajak
= Kd - Kdt
= Kd (1-t)
Alasan penggunaan biaya hutang setelah pajak dalam menghitung biaya
modal rata-rata tertimbang adalah sebagai berikut, nilai saham perusahaan yang ingin
kita maksimumkan, bergantung pada arus kas setelah pajak. Karena bunga
merupakan beban yang dapat dikurangkan, maka bunga menghasilkan penghematan
pajak yang mengurangi biaya hutang bersih, yang membuat biaya hutang adalah suku
bunga atas hutang baru, bukan atas hutang yang masih beredar, dengan kata lain
biaya kita perlukan adalah biaya hutang Marginal.
2.1.2.5. Biaya modal sendiri (Ke)
Biaya modal sendiri sering disebut cost of equity atau Ke. Bila para investor
menyerahkan dananya berupa equity kepada perusahaan mereka berhak untuk
mendapatkan pembagian deviden di masa mendatang sekaligus berkedudukan
sebagai pemilik parsial dari perusahaan tersebut. Besarnya deviden tidak ditentukan
pada saat investor menyerahkan dananya, akan tetapi bersifat tidak tergantung kinerja
perusahaan tersebut di masa datang. Hal ini sangat berbeda dengan modal hutang
pendekatan berdasarkan nilai pasar yang berlaku dan bukan nilai buku.
Menurut Brigham dan Gapenski (1996) ada tiga metode pendekatan untuk
menentukan nilai Ke antara lain:
1. CAPM (Capital Asset Pricing Model)
Model yang populer adalah penetapan harga aktiva modal atau CAPM.
Metode tersebut dapat dirumuskan:
Ke = Risk free rate + Risk premium
= Krf + ßI (Krm – Krf)
Model ini melihat tingkat hasil yang diharapkan investor dengan rumus Krf =
tingkat hasil pengembalian bebas resiko (risk free ratei), Krm = tingkat hasil
pengembalian yang diharapkan di pasar, dan ßI = koefisien Beta saham yang
merupakan Indeks resiko saham perusahaan ke i.
Komponen biaya ekuitas:
a. Risk Free rate = Krf
Adalah tingkat bunga bebas resiko. Di mana penanaman modal pada
instrumen bisnis yang mempunyai tahun bunga bebas resiko. Ini akan dapat
dipastikan memperoleh keuntungan seperti yang diharapkan. Sebagai ukuran dipakai
tingkat suku bunga obligasi dalam hal ini adalah Sertifikat Bank Indonesia. Data ini
diperoleh dari jurnal statistik keuangan dan pasar modal.
b. Market Return = Krm
Adalah tingkat keuntungan portofolio pasar atau nilai keseluruhan pasar.
investasi yang tersedia di indeks pasar. Indeks pasar yang dipakai adalah Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG). Data diperoleh dari Capital Market Direktory
(ICMD). Cara memperolehnya adalah dengan mengumpulkan nilai IHSG bulanan.
Kemudian dihitung sebagai berikut:
Beta suatu saham adalah suatu ukuran volatilitas saham tersebut terhadap rata-
rata pasar saham. Hal tersebut mencerminkan resiko pasar sebagai lawan resiko
spesifik perusahaan yang dapat dikurangi dengan diversifikasi. Historical beta ini
diperoleh dengan melakukan regresi linier antara tingkat pengembalian (stock return)
saham atau excess return saham yang akan dicari nilai betanya terhadap excess return
portfolio pasar/indeks pasar (dalam hal ini indeks yang digunakan adalah IHSG).
Y = ß . X
Di mana: Y = excess return saham dividual (Kri – Krf)
X = excess return portofolio pasar (Krm – Krf)
Yang dimaksud Exess return adalah selisih antara tingkat keuntungan dengan
tingkat bebas resiko.
2. Discounted Cash Flow Model (DCF)
Model ini melihat Ke sebagai nilai deviden atau harga saham ditambah
dengan prosentase pertumbuhan dari deviden tersebut (asumsi pertumbuhan konstan),
g = b (r), b atau retention ratio diperoleh = (1- Payout ratio), D1 =D0(1+g),
Po= harga saham periode ke 0, r = rate of return
Ke = g P D
0 1
Ke = Deviden Yield + b (r)
Ratio antar D1 dan P0 dikenal sebagai Deviden Yield.
3. Bond Yield Plus Risk Premium Approach
Memperkirakan tingkat return yang akan diperoleh dengan menambahkan
premi resiko pada obligasi, di mana company bond yield diperoleh dari perusahaan
yang memiliki obligasi (Kd) dan risk premium pada pendekatan ketiga ini adalah
premi yang diharapkan melebihi nilai bond yield perusahaan (Kd) dengan maksud
menarik investor untuk investasi pada obligasi yang lebih beresiko.
Ke Company own bond yield Risk Premium
2.1.2.6. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu (Sutrisno,
2000). NPM merupakan sebuah alat analisis yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam mendapatkan laba. Selain sebagai bagian dari rasio profitabilitas perusahaan,
NPM juga dapat mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya dengan meminimalkan beban perusahaan dan
memaksimalkan laba perusahaan. Dari kedua fungsi tersebut, NPM dapat
perusahaan tersebut. Nilai NPM yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan
semakin baik. Rasio dari NPM dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih Stelah Pajak
Net Profit Margin (NPM) = x 100%
Penjualan Bersih
2.1.2.7. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share adalah hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh
pemegang saham untuk setiap lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaannya
dalam perusahaan. Laba per lembar saham biasanya merupakan indikator laba yang
diperhatikan oleh para investor yang umumnya terdapat korelasi yang kuat antara
pertumbuhan laba dengan pertumbuhan harga saham (Munawir, 2002). Angka yang
ditunjukkan dari EPS sering dipublikasikan oleh perusahaan yang ingin menjual
sahamnya kepada masyarakat luas. Investor berpandangan bahwa EPS mengandung
informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per
saham di kemudian hari, serta relevan untuk menilai efektivitas manajemen dalam
membuat kebijakan pembayaran dividen. Earning per Share menggambarkan laba
bersih perusahaan yang diterima oleh setiap saham. Meskipun net income dari
laporan laba rugi memberikan informasi terhadap keseluruhan keuntungan suatu
perusahaan, akan tetapi para investor lebih tertarik terhadap performa perusahaan
berdasarkan keuntungan per lembar sahamnya. Rasio dari EPS dirumuskan sebagai
Laba Bersih
Earning Per Share (EPS) = x 100%
Jumlah Lembar saham
2.1.2.8. Struktur modal
Struktur modal adalah pertimbangan atau perbandingan antara modal asing
jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal merupakan hal yang penting
bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek
langsung terhadap posisi finansial perusahaan.
2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan variabel ROA dan EVA yang
Jogiyanto dan Chendrawati (1999) dengan judul penelitian Pengaruh ROA dan EVA
terhadap Tingkat Pengembalian Saham, menghasilkan bahwa ROA mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dan EVA secara
statistik mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian
saham.
Dalam penelitian Pradono dan Cristiawan (2004) meneliti pengaruh EVA
terhadap harga saham. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut bahwa
EVA tidak memiliki mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga yang diterima
oleh pemegang saham. Adapun penelitian tersebut menggunakan uji hipotesis regresi
Irwansyah (2005), meneliti Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Perubahan
Harga Saham. Adapun penelitian tersebut menggunakan uji hipotesis regresi
berganda dan regresi sederhana. Salah satu dari hasil penelitian bahwa ROA
mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham. Adapun dalam penelitian itu
dijelaskan juga bahwa ROA juga mempunyai pengaruh terhadap return yang diterima
pemegang saham.
Waluya (2005), meneliti ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat pengembalian harga saham dan EVA secara statistik tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.
Purwatmo (2005), meneliti bahwa ROA dan EVA mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham. Secara parsial ROA, ROE dan EVA tidak
berpengaruh signifikan terhadap harga saham artinya perubahan harga saham
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian.
Panggabean (2005) yang meneliti tentang Analisis Perbandingan Korelasi
EVA dan ROE terhadap Harga Saham LQ 45 di BEJ. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah EVA dan ROE sedangkan variabel dependennya adalah harga
saham. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan disimpulkan
bahwa EVA perusahaan LQ 45 mempunyai korelasi yang signifikan dengan harga
saham, sedangkan ROE tidak mempunyai korelasi yang signifikan terhadap harga
Sasongko dan Wulandari (2006), meneliti Pengaruh EVA dan Rasio
Profitabilitas terhadap Harga Saham. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa ROA dan
EVA tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Wathi dan Suchitra, (2006), Pengaruh Rasio Profitabilits dan Rasio Leverage
terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Hasil yang diperoleh
bahwa ROA dan RI mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham,
sedangkan NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan uraian tersebut maka tinjauan penelitian terdahulu dapat
Tabel 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti/ Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
Jogiyanto,
ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham dan EVA secara statistik mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.
EVA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return yang diterima oleh pemegang saham.
ROA mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham dan return yang diterima pemegang saham. secara statistik tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengembalian saham.
ROA, ROE dan EVA tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham artinya perubahan harga saham dipengaruhi oleh faktor lain.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Untuk menggambarkan pengaruh antara variabel independen (X) terhadap
variabel dependen (Y) maka kerangka konseptual dari penelitian ini digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menunjukkan hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga
Saham (Y) sedangkan variabel independen terdiri dari Economic Value Added (X1),
Return On Asset (X2), Net Profit Margin (X3), dan Earning Per Share (X4).
Return On Asset (X2)
Net Profit Margin (X3)
Earning Per Share (X4) Economic Value Added
(X1)
Harga Saham
Harga saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham
merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila investor ingin
memiliki suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan, jadi semakin tinggi nilai
perusahaan semakin besar kemakmuran yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.
Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu mengalami perubahan setiap harinya
hal ini disebabkan oleh perubahan penilaian masyarakat terhadap nilai saham
perusahaan yang bersangkutan. Sebelum melakukan investasi dalam bentuk
pembelian saham, para investor tentunya mempunyai dasar-dasar pertimbangan yang
dijadikan pedoman agar keputusan yang diambil tersebut dapat memberikan
keuntungan dengan mengurangi resiko.
Adanya resiko tersebut membuat investor lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan berinvestasi di bursa efek. Pada dasarnya, investor melakukan analisis dan
penilaian saham di pasar modal menggunakan 2 (dua) pendekatan yaitu analisis
fundamental dan analisis teknikal, kedua analisis ini secara bersama-sama akan
membentuk kekuatan pasar dengan interaksi antara permintaan dan penawaran yang
berpengaruh terhadap transaksi saham perusahaan. Semakin banyak investor yang
membeli suatu saham, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik.
Demikian juga sebaliknya, semakin banyak investor yang menjual saham suatu
perusahaan, maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak turun.
Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen dapat
a. Hubungan antara Economic Value Added terhadap Harga Saham.
Economic Value Added adalah laba operasi setelah pajak (NOPAT) dikurangi
biaya modal (cost of capital) dari seluruh modal yang diinvestasikan untuk
menghasilkan laba. Konsep EVA dianggap sebagai satu ukuran sederhana yang
memberikan gambaran yang sebenarnya dari penciptaan kekayaan pemilik saham
(Tully, 1993). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa implementasi EVA memicu
meningkatnya harga saham (Burkette dan Hedley, 1997 dalam Panggabean, 2005).
Hasil penelitian Panggabean (2005) menyimpulkan bahwa EVA mempunyai korelasi
yang signifikan terhadap harga saham, fakta menunjukkan bahwa di Amerika Serikat
ada korelasi positif antara naiknya EVA suatu perusahaan terhadap harga saham
perusahaan. Perusahaan Coca-Cola misalnya, pada Agustus 1993 harga sahamnya
meningkat menjadi US $ 42 dari hanya US $ 4 beberapa tahun sebelumnya, setelah
mengadopsi konsep EVA (Usahawan, No. 12/1993). Perusahaan yang memiliki nilai
EVA tinggi akan lebih menarik bagi investor, karena semakin besar nilai EVA
semakin tinggi nilai perusahaan, berarti semakin besar keuntungan yang dinikmati
oleh pemegang saham. Semakin besar nilai EVA suatu perusahaan, semakin banyak
investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut maka harga saham
dari perusahaan tersebut akan cenderung naik.
b. Hubungan antara Return on Assets terhadap Harga Saham
Return on Assets adalah rasio yang mengukur efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini
untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (Riyanto, 2000). Semakin besar
ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin
besar (Ang, 1997). Semakin tinggi ROA menunjukkan semakin tinggi keberhasilan
kegiatan operasional perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atas aktiva yang
digunakan sehingga menunjukkan semakin kecil resiko yang harus dihadapi investor
dalam penanaman modalnya di perusahaan tersebut. Menurut Arifin (2004: 65)
semakin tinggi ROA semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan atas aktiva yang digunakan sehingga resiko yang dihadapi investor dalam
penanaman modalnya semakin kecil. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan
perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham. Sesuai dengan hukum
permintaan dan penawaran, semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli
saham suatu perusahaan maka semakin besar kemungkinan harga saham perusahaan
di pasar modal mengalami kenaikan.
c. Hubungan antara Net Profit Margin terhadap Harga Saham
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Selain sebagai
bagian dari rasio profitabilitas perusahaan, Net Profit Margin (NPM) juga dapat
mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan
operasionalnya dengan meminimalkan beban perusahaan dan memaksimalkan laba
perusahaan. Nilai NPM dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang ditunjukkan
dengan harga saham pada perusahaan tersebut. Nilai NPM yang tinggi menandakan
penjualan tertentu. Menurut Arifin (2004: 116) semakin baik kinerja perusahaan
maka semakin besar pengaruhnya terhadap kenaikan harga saham, sebaliknya
semakin menurun kinerja perusahaan maka semakin besar kemungkinan menurunnya
harga saham yang diterbitkan dan yang diperdagangkan. Peningkatan atau penurunan
harga saham perusahaan ditentukan oleh kekuatan permintaan (daya beli) dan
penawaran (daya jual) di pasar modal. Semakin banyak orang yang ingin membeli
saham maka harga saham tersebut cenderung akan bergerak naik. Sebaliknya semakin
banyak orang yang ingin menjual saham maka harga saham tersebut akan bergerak
turun.
d. Hubungan antara Earning per Share terhadap Harga Saham
Earning per Share adalah laba bersih per lembar saham biasa yang beredar
selama satu periode. EPS merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan
kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan.
Menurut Nachrowi (2006: 17), “dalam berinvestasi di bursa, investor akan
memperhatikan berbagai aspek, salah satunya adalah penghasilan per lembar saham
(earning per share atau EPS). Apabila EPS mengalami kenaikan maka kemungkinan
akan diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut. Hal ini terjadi karena
pergerakan harga saham dipengaruhi pendapatan per lembar saham, sedangkan laba
per lembar saham dipengaruhi oleh pendapatan dari perusahaan. Pendekatan melalui
EPS menunjukkan informasi tentang laba atau rugi yang dialami perusahaan yang
dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi seorang investor
saham biasanya merupakan indikator laba yang diperhatikan oleh para investor yang
umumnya terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba dengan pertumbuhan
harga saham (Munawir, 2002). Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran,
semakin banyak investor yang tertarik untuk membeli saham suatu perusahaan maka
semakin besar kemungkinan harga saham perusahaan di pasar modal mengalami
kenaikan.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut:
“EVA, ROA, NPM dan EPS berpengaruh terhadap perubahan return saham baik
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif causal dengan menggunakan
jenis data kuantitatif. Menurut Umar (2003: 30) penelitian asosiatif causal adalah
penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh EVA, ROA,
ROE dan EPS terhadap harga saham perusahaan.
4.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Jakarta. Ditetapkannya Bursa Efek Indonesia
sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan karena BEI merupakan pusat
penjualan saham perusahaan yang go public di Indonesia. Waktu untuk melakukan
penelitian adalah bulan Oktober 2009-Juni 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri manufaktur
perusahaan (Lampiran 1). Kriteria perusahaan yang dapat digunakan sebagai data
pengamatan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006-2009.
1. Perusahaan manufaktur yang telah mempublikasikan laporan keuangannya
secara lengkap di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan 2008.
2. Perusahaan manufaktur yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2006 sampai dengan 2008.
3. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
No.Kep-460/BL/2008 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Berkala oleh
Perusahaan Efek.
Proses seleksi data pengamatan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 4.1:
Tabel 4.1. Daftar Pemilihan Sampel
No Keterangan Jumlah
1. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008. 181 2. Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan
keuangannya secara lengkap dan sahamnya tidak aktif diperdagangkan di BEI dari tahun 2006-2008.
64
3. Jumlah perusahaan yang terpilih menjadi sampel penelitian 117
Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI tahun 2006-2008, yang dapat memenuhi persyaratan sebagai sampel
dalam penelitian ini adalah sebanyak 117 perusahaan (Lampiran 1). Angka tahun
jumlah observasi dalam penelitian ini adalah 3 tahun observasi x 117 sampel adalah
sebanyak 351 sampel observasi.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu usaha dasar untuk
mengumpulkan data dengan prosedur standar. Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi. Menurut Arikunto
(2002) metode dokumentasi adalah suatu cara untuk mencari data mengenai hal-hal
atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,
agenda dan sebagainya. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
pooled data yaitu kombinasi dari times series dan cross section. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah harga saham harian, laporan keuangan tahunan dan
tanggal publikasi (pengumuman) laporan keuangan tahunan. Sumber data diperoleh
melalui Jakarta Stock Exchange, Indonesian Capital Market Directory, dan website
resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.
4.5. Variabel Penelitian
Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah Economic Value Added,
Return On Asset, Net Profit Margin dan Earning Per Share, sedangkan variabel