UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH LIKUIDITAS, LABA, KEBIJAKAN HUTANG, DAN OPERATING LEVERAGE TERHADAP PRICE TO BOOK VALUE
PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
OLEH :
NAMA : DARIS
NIM : 0 7 0 5 0 3 0 6 0
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan Operating Leverage Terhadap Price To
Book Value pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul ini belum
pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks
penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan
jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar,
saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 28 Desember 2010 Yang Membuat Pernyataan,
Nama : Daris
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan puji dan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, anugerah, dan karuniaNya yang
menyertai, membimbing dan memberikan kekuatan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menemui berbagai macam
kesulitan, kendala dan hambatan, akan tetapi berkat bimbingan, bantuan, dan
dukungan, dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail,
MM, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Sumatera Utara
3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE., M.Acc, Ak. selaku Pembantu Dekan
I Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera utara sekaligus selaku Dosen
Pembimbing. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu, bimbingan,
dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini.
4. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Bapak
Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding II, terima kasih atas
5. Ibu Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, yang telah banyak membantu dan
membimbing penulis selama masa perkuliahan.
6. Ibu Zailiana S.Sos selaku Kepala Sub-Bagian Kemahasiswaan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam
hal pengarahan dan motivasi
7. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta seluruh pegawai Fakultas Ekonomi
Sumatera Utara, khususnya Departemen Akuntansi.
8. Kedua orang tua penulis, Darwin dan Lisa, atas kasih sayang, dukungan,
nasehat, dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis, serta kepada
Davi selaku abang kandung penulis, atas saran yang telah diberikan.
9. Teman dan sahabat penulis, yaitu Cory, Rudyono, Silvia, Yarvince,
Ervina, Rivi, Ancilla, dan teman-teman Akuntansi 2007 yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, dukungan dan
semangat yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Medan, 20 November 2010 Penulis,
Daris
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang dan Operating Leverage, baik secara parsial maupun simultan, terhadap rasio Price to Book Value pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal. Populasi penelitian mencakup 42 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2009, dengan 33 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel yang dipublikasikan d
Market Directory (ICMD). Metode analisis yang digunakan adalah metode
analisis regresi linear berganda, setelah pengujian asumsi klasik dilakukan sebelumnya. Variabel independen yang digunakan adalah Current Ratio (CR),
Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Degree of Operating Leverage (DOL), dengan rasio Price to Book Value (PBV) sebagai variabel
dependen..
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan Current Ratio,
Operating Earning, Debt to Asset Ratio, dan Degree of Operating Leverage
berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value. Secara parsial, hanya variabel Operating Earning dan Debt to Asset Ratio yang berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value.
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of Liquidity, Earning, Debt Policy, and Operating Leverage, either partially or simultaneously, on Price to Book Value of real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange.
The design of the study used is associative causal. Population of this study consists of 42 real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2007-2009, with 33 companies taken as sample. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published i analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Current Ratio (CR), Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), and Degree of Operating Leverage (DOL) with Price to Book Value (PBV) ratio as the dependent variable.
The result shows that simultaneously Current Ratio, Operating Earning, Debt to Asset Ratio, and Degree of Operating Leverage have a significant influence on Price to Book Value ratio. Partially, only variables of Operating Earning and Debt to Asset Ratio have significant influence on Price to Book Value.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio PBV (Price to Book Value) a. Pengertian Rasio PBV ... 9
2. Likuiditas
a. Pengertian Likuiditas ... 13
b. Rasio Likuiditas ... 14
3. Laba a. Pengertian Laba ... 15
b. Tingkat dan Kualitas Laba ... 16
4. Hutang dan Kebijakan Hutang a. Pengertian dan Jenis Hutang ... 18
b. Kebijakan Hutang ... 19
5. Operating Leverage ... 21
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual ... 25
2. Hipotesis ... 26
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27
C. Jenis dan Sumber Data ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 28
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
F. Metode Analisis Data ... 30
B. Analisis Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi Klasik ... 37
2. Pengujian Hipotesis... 44
3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52
B. Keterbatasan ... 53
C. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23
Tabel 3.1. Operasional Variabel ... 29
Tabel 3.2. Nilai Durbin Watson ... 33
Tabel 4.1. Statistik Deskriptif ... 35
Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas K-S ... 40
Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinearitas ... 41
Tabel 4.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 43
Tabel 4.5. Intepretasi Hasil Uji Autokorelasi (DW) ... 43
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Goodness of Fit ... 44
Tabel 4.7. Hasil Uji t ... 45
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 25
Gambar 4.1. Histogram ... 38
Gambar 4.2. Grafik P-P Plot ... 39
Gambar 4.3. Grafik Scatterplot ... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Lampiran 6 Data Variabel Penelitian – Price to Book Value ... 63
Halaman Lampiran 1 Daftar Populasi – Sampel Perusahaan Real Estat dan Properti yang terdaftar di BEI ... 57
Lampiran 2 Data Variabel Penelitian – Current Ratio ... 59
Lampiran 3 Data Variabel Penelitian – Operating Earning ... 60
Lampiran 4 Data Variabel Penelitian – Debt to Asset Ratio ... 61
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang dan Operating Leverage, baik secara parsial maupun simultan, terhadap rasio Price to Book Value pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Desain penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal. Populasi penelitian mencakup 42 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2009, dengan 33 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel yang dipublikasikan d
Market Directory (ICMD). Metode analisis yang digunakan adalah metode
analisis regresi linear berganda, setelah pengujian asumsi klasik dilakukan sebelumnya. Variabel independen yang digunakan adalah Current Ratio (CR),
Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Degree of Operating Leverage (DOL), dengan rasio Price to Book Value (PBV) sebagai variabel
dependen..
Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan Current Ratio,
Operating Earning, Debt to Asset Ratio, dan Degree of Operating Leverage
berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value. Secara parsial, hanya variabel Operating Earning dan Debt to Asset Ratio yang berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value.
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of Liquidity, Earning, Debt Policy, and Operating Leverage, either partially or simultaneously, on Price to Book Value of real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange.
The design of the study used is associative causal. Population of this study consists of 42 real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2007-2009, with 33 companies taken as sample. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published i analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Current Ratio (CR), Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), and Degree of Operating Leverage (DOL) with Price to Book Value (PBV) ratio as the dependent variable.
The result shows that simultaneously Current Ratio, Operating Earning, Debt to Asset Ratio, and Degree of Operating Leverage have a significant influence on Price to Book Value ratio. Partially, only variables of Operating Earning and Debt to Asset Ratio have significant influence on Price to Book Value.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi ini, semakin banyak perusahaan yang menggunakan
pasar modal sebagai salah satu alternatif dalam menghimpun dan mengumpulkan
modal dari masyarakat pemodal atau investor. Perusahaan-perusahaan tersebut
melakukannya dengan menerbitkan saham di bursa efek. Dana yang diperoleh
melalui pasar modal tersebut kemudian dapat digunakan untuk perkembangan
usaha atau ekspansi, penambahan modal kerja dan sebagainya.
Pasar modal juga bertindak sebagai penghubung antara investor yang
ingin menginvestasikan dananya dengan perusahaan yang memerlukan dana
tersebut. Bagi investor, pasar modal menyediakan alternatif investasi lain selain
tabungan, deposito, properti, maupun emas. Investasi di pasar modal
memungkinkan para investor melakukan diversifikasi atas investasinya ke
berbagai aset keuangan maupun non-keuangan. Para investor dapat turut serta
memiliki sebagian perusahaan-perusahaan besar dengan manajemen dan
pengelolaan yang baik dengan membeli saham yang diterbitkan perusahaan
tersebut melalui bursa efek.
Para investor, sebelum melakukan investasi, akan melakukan perhitungan
terhadap risiko yang dihadapi dan imbal hasil atau return yang akan diperolehnya.
Oleh karena itu, investor terlebih dahulu akan melakukan analisis dalam
memaksimalkan keuntungannya baik melalui peningkatan nilai investasi maupun
melalui dividen yang diterima.
Secara umum, terdapat dua jenis analisis yang digunakan para investor
dalam menentukan keputusan investasi. Yang pertama, disebut sebagai analisa
teknikal. Analisa teknikal ini menggunakan grafik maupun indikator-indikator
teknis dalam menilai suatu saham, dengan menitikberatkan pada penggunaan data
historis – terutama harga dan volume saham. Analisa teknikal ini juga dapat
digunakan dalam menilai saham-saham secara individu maupun pasar (indeks)
secara keseluruhan. (Husnan, 2001 : 315).
Yang kedua, disebut sebagai analisa fundamental, yang menitikberatkan
pada rasio-rasio keuangan dan informasi-informasi lainnya yang terkait dengan
perusahaan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut.
Analisa fundamental dilakukan dengan memperhitungkan variabel-variabel
fundamental perusahaan seperti penjualan, laba, tingkat hutang, dividen,
biaya-biaya, arus kas, dan sebagainya dalam menilai suatu saham.
Analisis rasio keuangan merupakan salah satu cara dalam melakukan
analisa fundamental. Dari berbagai rasio tersebut, rasio yang sering digunakan
oleh investor dalam menentukan keputusan investasi adalah rasio harga saham
terhadap nilai buku (price to book value ratio [PBV; P/B] atau market to book
ratio). Rasio ini merupakan perbandingan antara harga suatu saham dengan nilai
bukunya. Harga saham yang digunakan dalam rasio ini merupakan harga saham di
pasar sekunder (dan bukan harga nominal saham), sedangkan nilai buku yang
(atau merupakan selisih dari total aktiva dikurangi dengan total kewajiban atau
hutang). Rasio ini biasanya dipakai untuk menilai mahal atau tidaknya suatu
saham. Umumnya, rasio PBV yang rendah mengimplikasikan bahwa saham
perusahaan tersebut murah (undervalued), dan sebaliknya, rasio PBV yang tinggi
mengimplikasikan bahwa saham perusahaan tersebut mahal (overvalued).
Meskipun rasio PBV banyak digunakan untuk menilai perusahaan di
semua industri, rasio ini paling baik digunakan dalam industri-industri yang padat
modal (capital intensive) seperti industri keuangan (financial institutions) maupun
industri real estate dan property. Hal ini karena sebagian besar dari aktiva
perusahaan dalam industri-industri tersebut tercermin dalam neracanya.
Perusahaan-perusahaan dengan jumlah aset tak berwujud yang signifikan yang
tidak tercatat seperti merek (brand name), paten, atau teknologi dapat memiliki
rasio PBV yang jauh lebih besar dari 1. Karenanya, banyak analis percaya bahwa
rasio ini kurang berguna untuk perusahaan-perusahaan seperti itu, dimana biaya
historis neraca gagal untuk menangkap nilai dari aset tak berwujud
perusahaan-perusahaan tersebut (Warren, Reeve, 2004 : 571).
Rasio PBV telah lama digunakan dalam literatur keuangan dan menjadi
rasio yang sering dipakai dalam menilai harga suatu saham. Penman (2003 : 250)
menunjukkan bahwa ”rasio PBV memiliki keterkaitan signifikan dalam
memprediksi pertumbuhan laba suatu perusahaan”. Ia menyatakan bahwa PBV
yang rendah mengimplisitkan pertumbuhan negatif dari laba perusahaan tersebut
di masa depan, dan sebaliknya PBV yang tinggi mengindikasikan pertumbuhan
Penggunaan rasio PBV sebagai model valuasi yang efektif semakin
dikuatkan dengan penelitian Agrawal, Monem, dan Ariff (1996). Mereka
menunjukkan bahwa variabel-variabel fundamental yang menentukan nilai
perusahaan ternyata juga menjelaskan variabilitas dari rasio PBV. Selanjutnya
mereka menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi PBV dengan
menggunakan Dividend Discount Model (DDM) dengan faktor pertumbuhan yang
biasa dikenal dengan Gordon Growth Model. Hasil yang didapat dari persamaan
tersebut adalah bahwa rasio PBV merupakan fungsi dari tingkat profitabilitas
(ROE), tingkat pertumbuhan (g) serta risiko (k) – baik risiko operasi maupun
pendanaan.
Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasio PBV
seperti yang ditunjukkan oleh hasil dari persamaan di atas. Laba merupakan
selisih lebih antara penghasilan dan beban dalam suatu periode akuntansi. Laba
merupakan ukuran profitabilitas perusahaan yang paling utama, karenanya laba
merupakan faktor yang relevan dalam mempengaruhi rasio PBV.
Penman, Richardson, dan Tuna (2005) menyatakan bahwa perbedaan
antara harga dan nilai buku dari ekuitas, P – B, tidak dipengaruhi oleh leverage
jika hutang diukur dengan nilai pasar di neraca (yang merupakan perkiraan yang
wajar dalam kebanyakan kasus); perbedaan antara harga dan nilai buku karenanya
lebih disebabkan oleh operasi bisnis. Oleh karena itu, setiap risiko dari perbedaan
harga dan nilai buku seharusnya terkait dengan risiko operasi bisnis. Namun,
perusahaan yang mengandung risiko, baik risiko operasi (operating risk) maupun
risiko pendanaan (financing risk).
Risiko pendanaan lebih jauh dapat mempengaruhi operasi bisnis suatu
perusahaan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Soliha dan
Taswan (2002) yang menyatakan bahwa penggunaan leverage dapat
meningkatkan imbal hasil operasi perusahaan dan pada gilirannya meningkatkan
keseluruhan nilai perusahaan. Kebijakan hutang dan operating leverage mengukur
sampai sejauh mana perusahaan menggunakan hutang sebagai daya ungkit
(leverage), baik dalam pendanaan maupun dalam operasinya. Kebijakan hutang
merupakan keputusan manajemen dalam memutuskan sampai sejauh mana hutang
akan digunakan dalam struktur modal perusahaan. Operating leverage mengukur
bagaimana pertumbuhan penjualan akan mempengaruhi pertumbuhan laba
operasi. Oleh karena itu, penggunaan leverage yang dilakukan melalui operating
leverage dan kebijakan hutang seharusnya mempengaruhi rasio PBV.
Lebih lanjut, penggunaan hutang atau leverage akan mengharuskan
perusahaan mempunyai likuiditas yang cukup untuk menjalankan operasinya
maupun untuk melunasi hutang-hutangnya. Likuiditas merupakan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas yang
terlalu rendah akan membuat perusahaan kesulitan dalam memenuhi
kewajibannya sehingga mengganggu operasi perusahaan (operating risk); namun,
likuiditas yang terlalu tinggi juga mengimplikasikan inefisiensi penggunaan
hasil yang rendah, yang pada akhirnya mempengaruhi profitabilitas dan nilai
perusahaan (PBV).
Jadi secara teori rasio PBV seharusnya dipengaruhi oleh likuiditas, laba
dan operating leverage yang termasuk dalam aktivitas operasi serta kebijakan
hutang yang termasuk dalam aktivitas pendanaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh likuiditas, laba, kebijakan hutang, dan
operating leverage terhadap rasio PBV dengan menggunakan
perusahaan-perusahaan real estate dan property periode 2007-2009 sebagai objek penelitian
dalam skripsi berjudul ”Pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan
Operating Leverage Terhadap Price to Book Value (PBV) pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap PBV pada perusahaan real
estate dan property yang terdaftar di BEI?
2. Apakah Laba berpengaruh signifikan terhadap PBV pada perusahaan real
estate dan property yang terdaftar di BEI?
3. Apakah Kebijakan Hutang berpengaruh signifikan terhadap PBV pada
4. Apakah Operating Leverage berpengaruh signifikan terhadap PBV pada
perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI?
5. Apakah Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan Operating Leverage secara
bersama berpengaruh signifikan terhadap PBV pada perusahaan real estate
dan property yang terdaftar di BEI?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara likuiditas
dengan PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di
BEI.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara laba dengan
PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara kebijakan
hutang dengan PBV pada perusahaan real estate dan property yang
terdaftar di BEI.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara operating
leverage dengan PBV pada perusahaan real estate dan property yang
5. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara likuiditas,
laba, kebijakan hutang dan operating leverage secara bersama terhadap
PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak
terkait, yaitu:
1. Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaannya yang dapat diukur
melalui rasio PBV dengan tindakan-tindakan yang diarahkan pada
likuiditas, laba, kebijakan hutang dan degree of operating leverage yang
dapat mempengaruhi rasio tersebut.
2. Kalangan akademik dan praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi pemahaman terhadap rasio Price to Book Value
beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu likuiditas, laba,
kebijakan hutang dan degree of operating leverage.
3. Peneliti, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pengaruh likuiditas, laba,
kebijakan hutang dan degree of operating leverage terhadap rasio price to
book value. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis
1. Rasio PBV (Price to Book Value) a. Pengertian Rasio PBV
Rasio harga saham terhadap nilai buku atau price to book value ratio
merupakan perbandingan antara harga suatu saham terhadap nilai buku
bersih per lembar saham tersebut. Rasio ini membandingkan interpretasi
dari sistem pelaporan akuntansi terhadap nilai kekayaan perusahaan (aset
bersih di neraca) dengan persepsi investor terhadap nilai pasar dari
kekayaan perusahaan tersebut (kapitalisasi pasar). Rasio PBV sebesar 1,0
menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan sama dengan nilai neracanya/
nilai buku (Warren, Reeve, 2004 : 569). Nilai buku per saham dihitung
dengan total aset perusahaan dikurangi dengan total kewajibannya dan
selisihnya kemudian dibagi dengan jumlah lembar saham beredar. Rasio ini
dihitung dengan rumus:
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasio PBV
Menurut Gordon Shapiro (1956) dalam Agrawal, Monem, dan Ariff
(1996), perhitungan rasio PBV ini dapat dilakukan dengan menurunkannya
dari metode valuasi diskonto dividen (Discounted Dividend Model/ DDM)
(
)(
)
1dengan faktor pertumbuhannya, yang dikenal dengan Gordon Growth
Model.
P
o= d
1(k-g)
-1Dimana:
Po = Harga per saham pada awal periode
d1 = Dividen per saham pada akhir periode;
k = Tingkat diskonto yang disesuaikan dengan risiko (appropriate
risk-adjusted discount rate), yang merupakan penjumlahan dari required rate of return ditambah dengan tingkat risiko (risk
premium)
g = Tingkat pertumbuhan konstan dari dividen selama periode saham.
Rasio PBV dapat diturunkan dari model Gordon di atas dengan
membagi persamaan tersebut dengan nilai buku. Sehingga didapat model
dasar berikut:
Dimana Bo merupakan nilai buku per saham awal. Perhatikan bahwa
dividen (d) merupakan laba bersih (net income/ NI) dikurangi dengan laba
ditahan (retained earning/ RE) tahun depan.[d =NI – RE]
Dengan membagi persamaan dividen tersebut dengan nilai buku akan
(
)(
)
−1−
−
=
ROE
g
k
g
B
P
Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa laba bersih/ NI dibagi
dengan nilai buku/ B, merupakan rumus untuk menghitung ROE (return on
equity); serta laba ditahan tahun depan/ RE dibagi dengan nilai buku/ B,
sama dengan pertumbuhan nilai buku (g). Karenanya dalam keadaan yang
konstan (ROE dan Payout Ratio tetap), tingkat petumbuhan nilai buku
ekuitas akan sama dengan tingkat pertumbuhan dividen, sehingga
persamaannya dapat ditulis menjadi:
Karenanya dalam kondisi ekuilibrium, rasio PBV merupakan fungsi
dari Return on Equity (ROE), growth (g), dan risk (k). Jadi dapat dikatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rasio PBV adalah faktor
profitabilitas, pertumbuhan dan risiko. Hubungan faktor-faktor tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Semakin tinggi Return on Equity (ROE), maka akan semakin tinggi
rasio PBV. ROE merupakan rasio yang membandingkan
keuntungan perusahaan dengan modal yang dikeluarkannya;
singkatnya, rasio ini menghitung tingkat imbal hasil yang didapat
oleh perusahaan. ROE memiliki hubungan yang positif dengan
rasio PBV, karena ROE menentukan besarnya tingkat imbal hasil
yang akan diterima investor atas modalnya. Jika perusahaan dapat
tinggi, maka ini akan menarik para investor untuk memberikan
nilai yang jauh lebih tinggi pada saham perusahaan dibandingkan
dengan nilai bukunya,. Hal ini dikenal dengan istilah premium,
dimana para investor bersedia membayar lebih untuk suatu aset
yang dapat memberikan keuntungan di atas rata-rata.
2. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang diharapkan (expected
growth rate/ g), maka semakin tinggi rasio PBV. Pertumbuhan
yang baik dari laba maupun dividen perusahaan merupakan
cerminan dari perusahaan yang dimanajemeni dengan baik. Saham
dengan ekspektasi tingkat pertumbuhan yang tinggi akan menarik
para investor untuk memberikan penilaian yang lebih tinggi
terhadap saham tersebut. Hal ini karena para investor telah
memfaktorkan potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan
sehingga mereka bersedia memberikan harga yang lebih tinggi
untuk saham perusahaan tersebut. Peningkatan harga saham (P)
pada gilirannya akan meningkatkan rasio PBV.
3. Semakin tinggi appropriate risk-adjusted discounted rate (k),
maka semakin rendah rasio PBV. Appropriate risk-adjusted
discounted rate dapat diartikan sebagai tingkat imbal hasil minimal
yang harus diterima oleh investor atas investasinya setelah
memperhitungkan risiko investasi tersebut. Tingkat imbal hasil
yang lebih rendah dari appropriate risk-adjusted discounted rate
investor, yang pada gilirannya menurunkan harga saham
perusahaan bersangkutan.
Dengan ini, maka terdapat beberapa faktor yang mungkin
mempengaruhi rasio PBV, yaitu likuiditas, laba, kebijakan hutang dan
operating leverage.
2. Likuiditas
a. Pengertian Likuiditas
Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Menurut Riyanto (2002 : 25), “masalah
likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi.” Perusahaan
yang memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya disebut perusahaan yang likuid; dan sebaliknya perusahaan
yang tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya disebut ilikuid.
Perusahaan yang tidak likuid akan meningkatkan risiko operasinya,
yang pada gilirannya dapat mengancam keberlangsungan usaha perusahaan
tersebut. Risiko likuiditas ini akan tercermin dalam premi risiko yang
tinggi yang ditetapkan oleh para investor dalam menghitung appropriate
risk-adjusted discounted rate. Hal tersebut pada gilirannya akan
mempengaruhi harga yang diberikan oleh investor terhadap saham
b. Rasio Likuiditas
Likuiditas suatu perusahaan dapat diukur dengan beberapa rasio
keuangan. Kasmir (2008 : 134) menyatakan terdapat lima rasio keuangan
yang biasanya digunakan untuk menilai tingkat likuiditas suatu perusahaan:
1. Rasio lancar (current ratio)
2. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio) 3. Rasio kas (cash ratio)
4. Rasio perputaran kas
5. Inventory to net working capital.
Dari kelima rasio likuiditas di atas, maka rasio lancar (current ratio)
adalah yang paling sering dan umum digunakan. Wild, Subramanyam, dan
Halsey (2005 : 406) menyatakan alasan digunakannya rasio lancar secara
luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur:
1. kemampuan memenuhi kewajiban lancar, semakin tinggi perkalian kewajiban lancar terhadap aktiva lancar, semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar akan dibayar.
2. penyangga kerugian, semakin besar penyangga, semakin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aktiva lancar non-kas pada saat aktiva tersebut dilepas atau dilikuidasi.
3. cadangan dana lancar, rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti adanya pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga.
Berdasarkan alasan di atas, rasio lancar akan digunakan sebagai
pengukur likuiditas dalam penelitian ini. Penghitungan rasio lancar
dilakukan dengan cara membandingkan total aktiva lancar dengan total
kewajiban lancar yang terdapat di neraca.
Rasio lancar yang terlalu rendah mengindikasikan perusahaan yang
pendeknya. Namun, rasio yang tinggi tidak lantas berarti perusahaan dalam
kondisi baik, karena rasio yang tinggi mengindikasikan ketidakmampuan
perusahaan dalam mengelola keuangan dengan baik dengan membiarkan
aktiva dalam bentuk lancar yang cenderung memberikan imbal hasil yang
rendah.
Rumus untuk menghitung rasio lancar (current ratio) adalah sebagai
berikut:
3. Laba
a. Pengertian Laba
Menurut Stice, Stice dan Skousen (2005 : 270), “Laba adalah
pengembalian atas investasi kepada pemilik”. Laba merupakan selisih lebih
pendapatan suatu perusahaan dengan beban yang terjadi untuk memperoleh
pendapatan tersebut dalam suatu periode. Karenanya unsur pengukuran
laba mencakup pendapatan/ penghasilan dan beban. Menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (2007 : 1.5), dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan paragraf 70 “penghasilan (income) adalah
kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal”. Sedangkan definisi beban menurut Ikatan Akuntan
Lancar Kewajiban
Lancar Aktiva
lancar
Indonesia (2007 : 1.5) adalah “penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau
terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak
menyangkut pembagian kepada penanam modal.”
Laba merupakan ukuran profitabilitas dari perusahaan yang utama
karena semua rasio pengukuran profitabilitas pasti memiliki unsur laba
dalam perhitungannya. Data dari laba perusahaan selalu dilaporkan dalam
laporan keuangan dan digunakan secara luas oleh para investor dalam
mengambil keputusan investasi. Laba yang dilaporkan tersebut merupakan
laba akuntansi yang secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan
pendapatan yang direalisasi dan transaksi yang terjadi selama satu periode
dengan beban yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.
Laba merupakan komponen utama dalam penilaian profitabilitas sebuah
perusahaan. Dalam persamaan rasio PBV yang telah diuraikan sebelumnya,
terlihat bahwa rasio PBV dipengaruhi oleh Return on Equity (ROE). ROE
sendiri merupakan perbandingan antara laba yang diperoleh dibandingkan
dengan investasi yang telah dikeluarkan oleh investor. Jadi, jika secara
teori ROE dapat mempengaruhi rasio PBV, maka laba yang merupakan
komponen (input) utama dalam menghitung ROE seharusnya juga
mempengaruhi rasio PBV.
b. Tingkat dan Kualitas Laba
1. Laba kotor, merupakan selisih antara pendapatan dari penjualan
bersih dan harga pokok penjualan.
2. Laba usaha/ operasi, merupakan selisih antara laba kotor dengan
beban usaha. Laba ini mengukur kinerja operasi bisnis inti yang
dilakukan oleh perusahaan.
3. Laba bersih, merupakan selisih pendapatan atau penjualan serta
seluruh pemasukan lainnya dengan seluruh biaya, setelah
memperhitungkan pajak.
Kualitas laba akuntansi yang dilaporkan menjadi perhatian berbagai
pihak yang berkepentingan (stakeholders). Laba akuntansi yang berkualitas
merupakan laba akuntansi yang tidak memiliki gangguan persepsian
(perceived noise), dan dapat merefleksikan kinerja operasi perusahaan.
Hayn (1995) menjelaskan bahwa gangguan persepsian tersebut disebabkan
oleh peristiwa transitori (transitory events). Peristiwa transitori merupakan
peristiwa yang hanya terjadi pada waktu tertentu, tidak terus-menerus/
persisten, dan mengakibatkan fluktuasi yang besar terhadap laba/ rugi
akuntansi.
Laba operasi (operating earning) dapat digunakan sebagai pengukur
profitabilitas dari bisnis perusahaan karena terbebas dari gangguan
persepsian dan terbebas dari pendapatan/ beban maupun keuntungan/
kerugian non-operasi, serta tidak terpengaruh oleh struktur modal
perusahaan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 417),
Pertama, laba operasi terkait hanya dengan laba yang berasal dari aktivitas operasi. Karenanya, setiap pendapatan (dan beban) yang tidak terkait dengan operasi usaha bukan merupakan bagian laba operasi. Kedua, dan terkait dengan yang pertama, laba operasi terpusat pada laba perusahaan secara keseluruhan dan bukan hanya untuk pemegang ekuitas. Hal ini berarti bahwa pendapatan dan beban keuangan (terutama beban bunga) tidak dimasukkan saat mengukur laba operasi. Ketiga, laba operasi hanya terkait dengan aktivitas usaha yang masih berlangsung. Hal ini berarti, tiap laba atau kerugian yang terkait dengan operasi yang dihentikan dikeluarkan dari laba operasi.
Oleh karena kualitas dan karakteristik dari laba operasi yang dapat
mencerminkan tingkat profitabilitas operasi perusahaan, maka laba operasi
akan digunakan sebagai pengukur profitabilitas dalam penelitian ini.
4. Hutang dan Kebijakan Hutang a. Pengertian dan Jenis Hutang
Hutang, yang biasa juga disebut kewajiban, merupakan kewajiban yang
harus dipenuhi oleh perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 :
1.4), dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
paragraf 49 “kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang
timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung
manfaat ekonomi.” Sedangkan FASB dalam Statement of Financial
Accounting Concept No. 6 yang terdapat dalam buku Stice, Stice dan
Skousen menyatakan bahwa “kewajiban merupakan pengorbanan manfaat
ekonomi di masa depan yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu
entitas untuk mengalihkan aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lain
lalu.” Munawir (2004 : 18) menyatakan bahwa “hutang adalah semua
kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi,
dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang
berasal dari kreditor.”
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hutang
merupakan kewajiban perusahaan pada pihak lain yang harus dipenuhi atau
dibayar dengan uang, barang atau jasa saat jatuh tempo. Hutang dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Hutang jangka pendek, merupakan hutang yang harus dilunasi
dalam waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal
perusahaan, mana yang lebih panjang. Hutang jangka pendek
meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hutang dagang, beban yang
masih harus dibayar, pendapatan diterima di muka, bagian lancar
dari hutang jangka panjang, dan sebagainya.
2. Hutang jangka panjang, merupakan hutang yang jangka waktu
pelunasannya lebih dari satu tahun. Hutang jangka panjang dapat
meliputi hutang obligasi, hutang sewa guna usaha jangka panjang,
kewajiban pajak penghasilan tangguhan, dan kewajiban tidak
lancar lainnya.
b. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang merupakan keputusan manajemen dalam
perusahaan akan didanai. Kebijakan hutang menentukan sampai sejauh
mana hutang digunakan dalam struktur modal perusahaan..
Kebijakan hutang yang dilakukan perusahaan, jika dilakukan dengan
baik, akan dapat meningkatkan imbal hasil bagi pemegang saham, karena
sifat dasar hutang sebagai daya ungkit. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Soliha dan Taswan (2002) yang menemukan bahwa
kebijakan hutang berpengaruh secara positif namun tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan (price to book value). Menurut Brigham dan
Houston (2006 : 101), ada dua alasan mengapa hutang dapat meningkatkan
pendapatan serta meningkatkan pengembalian dari modal pemilik, yaitu :
1) Beban dapat menjadi pengurang pajak, penggunaan hutang akan menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi perusahaan yang tersedia bagi para investornya,
2) Jika laba operasi yang dinyatakan sebagai persentase dari aktiva ternyata melebihi tingkat bunga atas pinjaman, maka suatu perusahaan dapat menggunakan hutang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas hutang dan masih sisa sebagai ”bonus” bagi para pemegang sahamnya.
Namun, manajemen harus mempertimbangkan risiko (keuangan dan
operasi) yang akan meningkat seiring meningkatnya tingkat hutang.
Jumlah hutang yang besar akan meningkatkan risiko perusahaan, yaitu
risiko gagal bayar bunga maupun pokok utangnya, yang dapat
meningkatkan risiko kebangkrutan.
Kebijakan hutang yang baik diukur dari perbandingan total hutang
perusahaan terhadap aktiva yang dimilikinya. Pengukuran ini disebut
Menurut Kasmir (2008 : 156) “debt to assets ratio merupakan rasio utang
yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan
total aktiva”. Solomon (2004 : 780) menyatakan ”debt to assets ratio is a
leverage ratio that indicates the long-run solvency or relative amount of financial risk incurred by a business”, artinya adalah debt to assets ratio
merupakan sebuah rasio daya ungkit/ leverage yang mengindikasikan
solvabilitas jangka panjang atau jumlah relatif risiko keuangan/ pendanaan
yang dihasilkan oleh suatu bisnis. Rumus untuk menghitung rasio ini
adalah:
Dalam persamaan rasio PBV seperti yang telah diuraikan dalam subbab
sebelumnya, bahwa rasio PBV dipengaruhi oleh tiga faktor dimana salah
satunya merupakan faktor risiko (k). Risiko ini merupakan risiko yang
dihadapi oleh perusahaan, baik risiko bisnis maupun risiko pendanaan atau
hutang.
5. Operating Leverage
Operating leverage merupakan sebuah ukuran bagaimana pertumbuhan
penjualan akan mempengaruhi pertumbuhan laba operasi. Menurut Sawir
(2004 : 7), “operating leverage merupakan kepekaan EBIT (Earnings Before
Interest and Taxes) terhadap penjualan perusahaan.” Penman, Richardson dan
Tuna (2005) dalam penelitiannya the book-to-price effect in stock returns:
Aktiva Total
Kewajiban Total
Ratio Asset to
Penjualan
accounting for leverage membahas tentang nilai buku dari aset operasi suatu
perusahaan yang dapat mempengaruhi rasio PBV. Mereka menjelaskan jika
suatu investasi didasarkan pada rasio PBV, suatu tambahan return yang cukup
besar dapat dihasilkan jika terdapat operating leverage.
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat operating leverage adalah
Degree of Operating Leverage (DOL). DOL mengukur perubahan yang terjadi
dalam laba operasi yang disebabkan oleh perubahan persentase dalam
penjualan. Karenanya, semakin besar DOL, semakin besar risiko kerugian
ketika penjualan menurun, dan semakin besar keuntungan ketika penjualan
mengalami kenaikan. DOL dapat dihitung dengan rumus berikut:
Secara teori, operating leverage dapat berpengaruh positif maupun negatif
terhadap profitabilitas perusahaan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap
rasio PBV. Hal ini disebabkan karena operating leverage yang tinggi akan
membuat perubahan penjualan yang kecil mempengaruhi laba operasi dalam
jumlah yang jauh lebih besar.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replika dari penelitian-penelitian terdahulu (Tabel
untuk menguji pengaruhnya terhadap rasio PBV. Peneliti juga menambahkan dua
variabel lain, yaitu likuiditas dan operating leverage.
Penelitian-penelitian terdahulu tentang variabel-variabel yang mempengaruhi
rasio Price to Book Value menunjukkan hasil yang berbeda untuk
variabel-variabel yang mengukur profitabilitas maupun leverage. Penelitian yang
dilakukan Marpaung (2004) menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value (PBV), sedangkan
hasil penelitian yang dilakukan Putra (20085) menunjukkan bahwa ROA tidak
memiliki pengaruh signifikan. Berikut merupakan ringkasan mengenai
penelitian-penelitian terdahulu:
Tabel 2.1.
Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Kesimpulan & Hasil
1 Surendra P
Secara parsial hanya d/B yang berpengaruh
3 Hendrik Marpaung
(2004)
Analisis Pengaruh Return
on Assets, Dividen Payout Ratio, Debt Equity Ratio,
dan Economic Value Added terhadap Price to Book
Value pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Keuangan dan Beta Saham
Terhadap Price to Book
Value (Studi pada
Perusahaan Real Estate dan Property yang Listed di BEI Periode Tahun
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Likuiditas yang diukur dengan current ratio mencerminkan sampai sejauh
mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Operating earning/ laba operasi merupakan ukuran utama dalam pengukuran
tingkat profitabilitas suatu perusahaan, dan merupakan komponen utama yang
menjadi pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya. Debt to Asset
Ratio mengukur kebijakan hutang yang diambil oleh perusahaan, rasio ini
H5
H4 H3 H2 H1 Likuiditas
Current Ratio (X1)
Laba
Operating Earning (X2)
Kebijakan Hutang
Debt to Asset Ratio (X3)
Operating Leverage
Degree of Operating Leverage (X4)
Rasio Price to
Book Value
(PBV)
(Y)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
mengukur seberapa besar hutang yang dimiliki perusahaan dibandingkan
dengan keseluruhan asetnya. Degree of operating leverage mengukur seberapa
peka laba operasi dipengaruhi oleh penurunan atau kenaikan penjualan.
Rasio Price to Book Value (PBV) merupakan rasio yang sering digunakan
oleh para investor dalam membuat keputusan investasi. Rasio ini
membandingkan harga saham terhadap nilai buku bersih saham tersebut.
Semua rasio atau komponen yang dijelaskan sebagai variabel independen
secara teori memiliki pengaruh terhadap rasio PBV.
2. Hipotesis
Menurut Umar (2008 : 104), “Hipotesis adalah perumusan sementara
mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat
menuntun/ mengarahkan penyelidikan selanjutnya.” Hipotesis dalam
penelitian ini sebagai berikut:
H1 : Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap PBV
H2 : Operating Earning berpengaruh signifikan terhadap PBV
H3 : Debt to Asset Ratio berpengaruh signifikan terhadap PBV
H4 : Degree of Operating Leverage berpengaruh signifikan terhadap PBV
H5 : Current Ratio, Operating Earning, Debt to Asset Ratio, Degree of
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut
Umar (2008 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang,
kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu (Erlina, 2008 : 74).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan real estate dan property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai dengan
tahun 2009 yang terdiri atas 42 perusahaan.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Metode pemilihan sampel yang
digunakan adalah metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2004 : 79). Kriteria
yang ditetapkan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009.
2. Perusahaan telah mengeluarkan laporan keuangan yang telah diaudit
3. Perusahaan tersebut tidak memiliki nilai buku negatif (ekuitas negatif)
selama tahun 2007-2009.
4. Perusahaan tetap berada dalam klasifikasi Real Estate dan Property di BEI
selama tahun 2007-2009.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka perusahaan yang menjadi sampel
penelitian berjumlah 33 perusahaan (Lampiran 1).
C. Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan merupakan data sekunder. Menurut
Umar (2008 : 60), “Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih
lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram gambar dan sebagainya
sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.” Data yang digunakan
berupa data laporan keuangan (financial statements) dari sampel selama tahun
2007 sampai 2009. Data penelitian diperoleh melalui website Bursa Efek
Indonesia yait
Directory) 2009.
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan termasuk dalam Cross
Section Pooling Data. Menurut Jogiyanto (2004 : 54), “Pooling data adalah
gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan data
yang melibatkan urutan waktu (time series).”
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian adalah studi
sumber-sumber tercetak dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya,
misalnya buku, laporan perusahaan jurnal internet, dan sebagainya (Erlina, 2008 :
36). Data penelitian didapat melalui Indonesia Capital Market Directory (ICMD)
2009 dan dari situs
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Jogiyanto (2004 : 62), “Definisi operasional menjelaskan
karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang
menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan dalam riset.” Tabel
berikut menyajikan konsep dan operasionalisasi variabel-variabel yang diteliti:
Tabel 3.1. Operasional Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator
Independen:
Rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendeknya
Laba operasi merupakan laba yang
mengukur kinerja operasi suatu
perusahaan.
Kebijakan hutang merupakan
kebijakan manajemen dalam
menentukan besarnya hutang dalam
struktur modal perusahaan.
Current Ratio =
Operating Earning (OE) = Laba/
rugi operasi sebelum extraodinary
items dan discontinued operations Debt to Asset Ratio (DAR) =
Total Hutang
d.Operating
Leverage
Operating leveraage mengukur
sampai sejauh mana laba/ rugi
operasi dipengaruhi oleh kenaikan/
penurunan penjualan
Degree of Operating Leverage (DOL)
=
Dependen :
Price to Book Value (PBV)
Rasio yang merupakan salah satu indikator dalam menilai harga saham suatu perusahaan.
PBV *=
* PBV dihitung dengan menggunakan rata-rata PBV per kuartal
F. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik
dengan menggunakan software statistik SPSS versi 18.0. Untuk mengetahui
pengaruh dari masing-masing faktor yang diteliti terhadap rasio PBV, maka
penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan terlebih dahulu
melakukan pengujian asumsi klasik.
1. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan meliputi:
a. Uji Normalitas
Menurut Umar (2008 : 181), uji normalitas diperlukan untuk
mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya
berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Model regresi yang
baik hendaknya memiliki distribusi normal atau mendekati normal. % Perubahan Laba Operasi
% Perubahan Penjualan
Harga Saham Nilai Buku per Saham
Normalitas data diketahui dengan menggambarkan penyebaran data
melalui sebuah grafik. Menurut Ghozali (2006 : 110), terdapat dua cara
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik.
Dalam analisis grafik, histogram dan grafik normal propability plot
atau P-P Plot akan digunakan dalam penelitian ini, dimana dasar
pengambilan keputusan menurut Ghozali (2006 : 112) yaitu:
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/ atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji statistik yang dilakukan adalah uji Kolmogorovk-Smirnov (1
sample K-S) dengans signifikansi sebesar 5%. Data yang normal adalah
data yang memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2005
: 114).
b. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen (Erlina, 2008 :
105). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai
nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai
multikolinearitas. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka
tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006 : 92)
c. Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan lain (Umar, 2008 : 179). Model regresi yang
baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas
(Ghozali, 2006 : 105). Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah
dengan metode chart (diagram scatterplot). Bila titik-titik terlihat
membentuk suatu pola tertentu, maka telah terjadi gejala
heterokedastisitas. Pengujian dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis (Ghozali, 2006:105) :
1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,
2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Menurut Erlina (2008 : 106), pengujian autokorelasi bertujuan untuk
melihat apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada peride t-1.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson (DW) statistic.
Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi adalah
Tabel 3.2.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan model regresi berganda/
multiple linear regression. Model regresi yang digunakan untuk menguji
hipotesis adalah sebagai berikut:
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menentukan besarnya
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independennya, dengan kisaran nilai antara 0 dan 1. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2006 : 83)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji signifikansi seluruh
koefisien regresi simultan (Uji-F), dan uji signifikansi regresi secara
parsial (Uji-t).
a. Uji Signifikansi Parsial (t-test)
Uji-t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen
dikatakan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen apabila
variabel dependen tersebut memiliki nilai signifikansi (sig) dibawah
0,05 (Ghozali, 2006 : 87).
b. Uji Signifikansi Simultan (F-test)
Uji-F digunakan untuk menunjukkan apakah terdapat semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Variabel-variabel independen tersebut dikatakan mempunyai pengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap variabel dependen apabila memiliki
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah likuiditas, laba,
kebijakan hutang dan operating leverage berpengaruh terhadap rasio price to book
value pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Data cross section yang digunakan sebanyak 33 perusahaan dengan
time series sebanyak 3 tahun pengamatan sehingga diperoleh jumlah sampel
sebanyak 99. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rasio Price to Book
Value dan variabel independennya adalah current ratio, operating earning, debt to asset ratio, dan degree of operating leverage.
Berikut merupakan statistik deskriptif untuk data penelitian ini yang
menunjukkan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata,
dan standar deviasi:
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CR 99 .11 113.60 4.9563 13.86750 OE (dlm Rp jutaan) 99 -75724.00 480706.77 81885.1731 1.13181E5 DAR 99 .0050 .8015 .405995 .2224720 DOL 99 -187.95 201.78 -.3842 33.69575 PBV 99 .15 4.03 1.3277 .89543 Valid N (listwise) 99
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Penjelasan dari tabel 4.1 (Statistik Deskriptif) tersebut adalah sebagai
berikut:
1. variabel Current Ratio memiliki nilai terkecil (minimum) 0,11, nilai
terbesar (maximum) 113,60 dengan rata-rata (mean) Current Ratio yang
diperoleh perusahaan real estate dan property selama tahun 2007-2009
sebesar 4,953. Hal ini menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia
cukup untuk melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan real estate
dan property. Untuk setiap Rp1 kewajiban lancar perusahaan, terdapat
Rp4,9 aktiva lancar yang menjaminnya. Simpangan baku (standar
deviation) dari current ratio adalah sebesar 13,86750.
2. variabel Operating Earning memiliki nilai terkecil (minimum)
-Rp75.724,00, nilai terbesar (maximum) Rp480.706,77 dengan rata-rata
(mean) laba operasi yang diperoleh perusahaan real estate dan property
selama tahun 2007-2009 sebesar Rp81.885,1731. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan secara rata-rata menghasilkan laba operasi sebesar Rp
81,9 milyar. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah
sebesar 1,13181E5.
3. variabel Debt to Asset Ratio memiliki nilai terkecil (minimum) 0,0050,
nilai terbesar (maximum) 0,8015 dengan rata-rata (mean) DAR yang
diperoleh perusahaan real estate dan property selama tahun 2007-2009
sebesar 0,405995. Ini menunjukkan secara rata-rata, perusahaan real
modalnya. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah
sebesar 0,2224720.
4. variabel Degree of Operating Leverage memiliki nilai terkecil (minimum)
-187.95, nilai terbesar (maximum) 201.78 dengan rata-rata (mean) sebesar
-0.3842. Rata-rata DOL yang bernilai negatif ini mengindikasikan adanya
penurunan laba operasi meskipun penjualan meningkat, hal ini dapat
terjadi ketika peningkatan beban pokok pendapatan yang tidak dapat
diimbangi peningkatan penjualan. Simpangan baku (standar deviation)
variabel ini adalah sebesar 33.69575.
5. variabel Price to Book Value memiliki nilai terkecil (minimum) 0,15, nilai
terbesar (maximum) 4,03 dengan rata-rata (mean) PBV yang diperoleh
perusahaan real estate dan property selama tahun 2007-2009 sebesar
1,3277. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap Rp1 nilai buku
perusahaan tersebut, pasar bersedia membayar Rp1,3. Simpangan baku
(standar deviation) variabel ini adalah sebesar 0,89543.
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menghasilkan analisis yang akurat
dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik harus memenuhi
asumsi-asumsi klasik, yang merupakan asumsi-asumsi yang mendasari analisis regresi.
Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini mencakup uji normalitas, uji
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal atau tidak Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal, yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.
i. Analisis Grafik
Dalam analisis ini, grafik yang digunakan berupa grafik histogram
dan grafik P-P Plot, dimana data yang baik adalah data yang memiliki
pola distribusi normal.
Dari histogram tersebut, terlihat kurva berbentuk lonceng yang
menunjukkan kemiringan yang hampir setara. Hal tersebut
menunjukkan bahwa distribusi data mendekati normal.
Gambar 4.1 Histogram
Dari grafik P-P Plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal. Hal ini menujukkan data penelitian yang terdistribusi secara
normal
ii. Analisis Statistik
Peneliti melakukan uji statistik ini untuk memastikan apakah data
di sepanjang garis diagonal telah berdistribusi normal. Uji statistik
yang dilakukan adalah uji Kolmogorovk-Smirnov (1 sample K-S)
dengan signifikansi sebesar 5%. Pengujian dilakukan terhadap nilai
residual dari model regresi karena jika terdapat normalitas, maka nilai
residual akan terdistribusi secara normal dan independen (Ghozali,
Gambar 4.2 Grafik P-P Plot
2006 : 114). Data yang normal adalah data yang memiliki nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi (Asymp.
Sig. (2-tailed)) sebesar 0,358 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan
bahwa data penelitian berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk
pengujian selanjutnya.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu
model regresi terdapat korelasi di antar variabel bebas (independen).
Suatu model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independennya. Gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance <
0,1 dan nilai VIF > 10, maka terdapat gejala multikolinearitas. Jika nilai One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 99
Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .77526084 Most Extreme Differences Absolute .093 Positive .093 Negative -.067 Kolmogorov-Smirnov Z .926 Asymp. Sig. (2-tailed) .358 a. Test distribution is Normal.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas K-S
tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah
Dari hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk
semua variabel < 10, dan nilai tolerance untuk semua variabel > 0,1,
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas
antar variabel independen.
c. Uji Heterokedastisitas
Tujuan pengujian heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah
dalam suatu model regresi terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu
antara satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian
heterokedastisitas dilakukan dengan uji grafik dengan melihat grafik
scatterplot (gambar 4.3) a. Dependent Variable: PBV
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Dari grafik scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta
titik-titik tersebut tersebar baik di atas maupun di bahwa angka 0 pada sumbu
Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model
regresi.
d. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu
model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model
regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi
Gambar 4.3 Grafik Scatterplot
(Ghozali, 2006 : 96). Pengujian autokorelasi menggunakan uji
Durbin-Watson (DW). Hasil uji DW dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah
Model Summaryb a. Predictors: (Constant), DOL, OE, CR, DAR
b. Dependent Variable: PBV
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 1,909 dengan
jumlah sampel sebanyak 99 buah, dan jumlah variabel bebas sebanyak 4
(n = 99, k = 4), dan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Dari data tersebut
maka batas dL = 1,589 dan dU = 1,757.
Interpretasi dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 di atas. Dari
Jika Keputusan
Intepretasi Hasil Uji Autokorelasi (DW)
Sumber: Data yang diolah peneliti, 2010
DU sebesar 1,757 dan lebih kecil dari batas DL sebesar 1,589, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.
2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear
berganda (uji t dan uji F), karena variabel independen berjumlah lebih dari
satu. Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan analisis
regresi, terlebih dahulu dilakukan goodness of fit atau uji determinan untuk
menentukan kelayakannya. Kelayakan dapat dilihat dari nilai adjusted R
square yang mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel dependen
yaitu variabel current ratio (CR), operating earning (OE), debt to asset ratio
(DAR), dan degree of operating leverage (DOL). Nilai adjusted R square
dapat dilihat dari tabel 4.6 di bawah ini:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0,500 yang
mengindikasikan hubungan atau korelasi antara variabel CR, DAR, OE, dan
DAR (variabel independen) dengan variabel PBV (variabel dependen ) cukup Model Summaryb a. Predictors: (Constant), DOL, OE, CR, DAR
b. Dependent Variable: PBV
Tabel 4.6
Hasil Pengujian Goodness of Fit