• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan Operating Leverage Terhadap Price To Book Value pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan Operating Leverage Terhadap Price To Book Value pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH LIKUIDITAS, LABA, KEBIJAKAN HUTANG, DAN OPERATING LEVERAGE TERHADAP PRICE TO BOOK VALUE

PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

OLEH :

NAMA : DARIS

NIM : 0 7 0 5 0 3 0 6 0

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh

Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan Operating Leverage Terhadap Price To

Book Value pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI)” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul ini belum

pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks

penulisan skripsi untuk program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan

jelas, benar, apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar,

saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 28 Desember 2010 Yang Membuat Pernyataan,

Nama : Daris

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan puji dan syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, anugerah, dan karuniaNya yang

menyertai, membimbing dan memberikan kekuatan kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis menemui berbagai macam

kesulitan, kendala dan hambatan, akan tetapi berkat bimbingan, bantuan, dan

dukungan, dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikannya. Untuk itu,

dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail,

MM, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas

Ekonomi Sumatera Utara

3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE., M.Acc, Ak. selaku Pembantu Dekan

I Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera utara sekaligus selaku Dosen

Pembimbing. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas waktu, bimbingan,

dan arahan yang diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian

skripsi ini.

4. Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Bapak

Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding II, terima kasih atas

(4)

5. Ibu Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak, yang telah banyak membantu dan

membimbing penulis selama masa perkuliahan.

6. Ibu Zailiana S.Sos selaku Kepala Sub-Bagian Kemahasiswaan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam

hal pengarahan dan motivasi

7. Bapak dan Ibu dosen pengajar serta seluruh pegawai Fakultas Ekonomi

Sumatera Utara, khususnya Departemen Akuntansi.

8. Kedua orang tua penulis, Darwin dan Lisa, atas kasih sayang, dukungan,

nasehat, dan motivasi yang tiada hentinya kepada penulis, serta kepada

Davi selaku abang kandung penulis, atas saran yang telah diberikan.

9. Teman dan sahabat penulis, yaitu Cory, Rudyono, Silvia, Yarvince,

Ervina, Rivi, Ancilla, dan teman-teman Akuntansi 2007 yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuan, dukungan dan

semangat yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi kesempurnaan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, 20 November 2010 Penulis,

Daris

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang dan Operating Leverage, baik secara parsial maupun simultan, terhadap rasio Price to Book Value pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Desain penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal. Populasi penelitian mencakup 42 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2009, dengan 33 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel yang dipublikasikan d

Market Directory (ICMD). Metode analisis yang digunakan adalah metode

analisis regresi linear berganda, setelah pengujian asumsi klasik dilakukan sebelumnya. Variabel independen yang digunakan adalah Current Ratio (CR),

Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Degree of Operating Leverage (DOL), dengan rasio Price to Book Value (PBV) sebagai variabel

dependen..

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan Current Ratio,

Operating Earning, Debt to Asset Ratio, dan Degree of Operating Leverage

berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value. Secara parsial, hanya variabel Operating Earning dan Debt to Asset Ratio yang berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value.

(6)

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of Liquidity, Earning, Debt Policy, and Operating Leverage, either partially or simultaneously, on Price to Book Value of real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange.

The design of the study used is associative causal. Population of this study consists of 42 real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2007-2009, with 33 companies taken as sample. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published i analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Current Ratio (CR), Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), and Degree of Operating Leverage (DOL) with Price to Book Value (PBV) ratio as the dependent variable.

The result shows that simultaneously Current Ratio, Operating Earning, Debt to Asset Ratio, and Degree of Operating Leverage have a significant influence on Price to Book Value ratio. Partially, only variables of Operating Earning and Debt to Asset Ratio have significant influence on Price to Book Value.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio PBV (Price to Book Value) a. Pengertian Rasio PBV ... 9

(8)

2. Likuiditas

a. Pengertian Likuiditas ... 13

b. Rasio Likuiditas ... 14

3. Laba a. Pengertian Laba ... 15

b. Tingkat dan Kualitas Laba ... 16

4. Hutang dan Kebijakan Hutang a. Pengertian dan Jenis Hutang ... 18

b. Kebijakan Hutang ... 19

5. Operating Leverage ... 21

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 22

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual ... 25

2. Hipotesis ... 26

BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

C. Jenis dan Sumber Data ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29

F. Metode Analisis Data ... 30

(9)

B. Analisis Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi Klasik ... 37

2. Pengujian Hipotesis... 44

3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Keterbatasan ... 53

C. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23

Tabel 3.1. Operasional Variabel ... 29

Tabel 3.2. Nilai Durbin Watson ... 33

Tabel 4.1. Statistik Deskriptif ... 35

Tabel 4.2. Hasil Uji Normalitas K-S ... 40

Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinearitas ... 41

Tabel 4.4. Hasil Uji Autokorelasi ... 43

Tabel 4.5. Intepretasi Hasil Uji Autokorelasi (DW) ... 43

Tabel 4.6. Hasil Pengujian Goodness of Fit ... 44

Tabel 4.7. Hasil Uji t ... 45

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual ... 25

Gambar 4.1. Histogram ... 38

Gambar 4.2. Grafik P-P Plot ... 39

Gambar 4.3. Grafik Scatterplot ... 42

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran 6 Data Variabel Penelitian – Price to Book Value ... 63

Halaman Lampiran 1 Daftar Populasi – Sampel Perusahaan Real Estat dan Properti yang terdaftar di BEI ... 57

Lampiran 2 Data Variabel Penelitian – Current Ratio ... 59

Lampiran 3 Data Variabel Penelitian – Operating Earning ... 60

Lampiran 4 Data Variabel Penelitian – Debt to Asset Ratio ... 61

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang dan Operating Leverage, baik secara parsial maupun simultan, terhadap rasio Price to Book Value pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Desain penelitian yang digunakan adalah asosiatif kausal. Populasi penelitian mencakup 42 perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2009, dengan 33 perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Metode purposive sampling digunakan dalam pemilihan sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan dari masing-masing sampel yang dipublikasikan d

Market Directory (ICMD). Metode analisis yang digunakan adalah metode

analisis regresi linear berganda, setelah pengujian asumsi klasik dilakukan sebelumnya. Variabel independen yang digunakan adalah Current Ratio (CR),

Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Degree of Operating Leverage (DOL), dengan rasio Price to Book Value (PBV) sebagai variabel

dependen..

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan Current Ratio,

Operating Earning, Debt to Asset Ratio, dan Degree of Operating Leverage

berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value. Secara parsial, hanya variabel Operating Earning dan Debt to Asset Ratio yang berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value.

(14)

ABSTRACT

This study aims to analyze the influence of Liquidity, Earning, Debt Policy, and Operating Leverage, either partially or simultaneously, on Price to Book Value of real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange.

The design of the study used is associative causal. Population of this study consists of 42 real estate and property companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2007-2009, with 33 companies taken as sample. Purposive sampling method is used for the sample selection. Data used in this study is secondary data in the form of financial statements of each sample, which is published i analytical method used is multiple linear regression, after the classic assumption test has been done previously. Independent variables used are Current Ratio (CR), Operating Earning (OE), Debt to Asset Ratio (DAR), and Degree of Operating Leverage (DOL) with Price to Book Value (PBV) ratio as the dependent variable.

The result shows that simultaneously Current Ratio, Operating Earning, Debt to Asset Ratio, and Degree of Operating Leverage have a significant influence on Price to Book Value ratio. Partially, only variables of Operating Earning and Debt to Asset Ratio have significant influence on Price to Book Value.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi ini, semakin banyak perusahaan yang menggunakan

pasar modal sebagai salah satu alternatif dalam menghimpun dan mengumpulkan

modal dari masyarakat pemodal atau investor. Perusahaan-perusahaan tersebut

melakukannya dengan menerbitkan saham di bursa efek. Dana yang diperoleh

melalui pasar modal tersebut kemudian dapat digunakan untuk perkembangan

usaha atau ekspansi, penambahan modal kerja dan sebagainya.

Pasar modal juga bertindak sebagai penghubung antara investor yang

ingin menginvestasikan dananya dengan perusahaan yang memerlukan dana

tersebut. Bagi investor, pasar modal menyediakan alternatif investasi lain selain

tabungan, deposito, properti, maupun emas. Investasi di pasar modal

memungkinkan para investor melakukan diversifikasi atas investasinya ke

berbagai aset keuangan maupun non-keuangan. Para investor dapat turut serta

memiliki sebagian perusahaan-perusahaan besar dengan manajemen dan

pengelolaan yang baik dengan membeli saham yang diterbitkan perusahaan

tersebut melalui bursa efek.

Para investor, sebelum melakukan investasi, akan melakukan perhitungan

terhadap risiko yang dihadapi dan imbal hasil atau return yang akan diperolehnya.

Oleh karena itu, investor terlebih dahulu akan melakukan analisis dalam

(16)

memaksimalkan keuntungannya baik melalui peningkatan nilai investasi maupun

melalui dividen yang diterima.

Secara umum, terdapat dua jenis analisis yang digunakan para investor

dalam menentukan keputusan investasi. Yang pertama, disebut sebagai analisa

teknikal. Analisa teknikal ini menggunakan grafik maupun indikator-indikator

teknis dalam menilai suatu saham, dengan menitikberatkan pada penggunaan data

historis – terutama harga dan volume saham. Analisa teknikal ini juga dapat

digunakan dalam menilai saham-saham secara individu maupun pasar (indeks)

secara keseluruhan. (Husnan, 2001 : 315).

Yang kedua, disebut sebagai analisa fundamental, yang menitikberatkan

pada rasio-rasio keuangan dan informasi-informasi lainnya yang terkait dengan

perusahaan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut.

Analisa fundamental dilakukan dengan memperhitungkan variabel-variabel

fundamental perusahaan seperti penjualan, laba, tingkat hutang, dividen,

biaya-biaya, arus kas, dan sebagainya dalam menilai suatu saham.

Analisis rasio keuangan merupakan salah satu cara dalam melakukan

analisa fundamental. Dari berbagai rasio tersebut, rasio yang sering digunakan

oleh investor dalam menentukan keputusan investasi adalah rasio harga saham

terhadap nilai buku (price to book value ratio [PBV; P/B] atau market to book

ratio). Rasio ini merupakan perbandingan antara harga suatu saham dengan nilai

bukunya. Harga saham yang digunakan dalam rasio ini merupakan harga saham di

pasar sekunder (dan bukan harga nominal saham), sedangkan nilai buku yang

(17)

(atau merupakan selisih dari total aktiva dikurangi dengan total kewajiban atau

hutang). Rasio ini biasanya dipakai untuk menilai mahal atau tidaknya suatu

saham. Umumnya, rasio PBV yang rendah mengimplikasikan bahwa saham

perusahaan tersebut murah (undervalued), dan sebaliknya, rasio PBV yang tinggi

mengimplikasikan bahwa saham perusahaan tersebut mahal (overvalued).

Meskipun rasio PBV banyak digunakan untuk menilai perusahaan di

semua industri, rasio ini paling baik digunakan dalam industri-industri yang padat

modal (capital intensive) seperti industri keuangan (financial institutions) maupun

industri real estate dan property. Hal ini karena sebagian besar dari aktiva

perusahaan dalam industri-industri tersebut tercermin dalam neracanya.

Perusahaan-perusahaan dengan jumlah aset tak berwujud yang signifikan yang

tidak tercatat seperti merek (brand name), paten, atau teknologi dapat memiliki

rasio PBV yang jauh lebih besar dari 1. Karenanya, banyak analis percaya bahwa

rasio ini kurang berguna untuk perusahaan-perusahaan seperti itu, dimana biaya

historis neraca gagal untuk menangkap nilai dari aset tak berwujud

perusahaan-perusahaan tersebut (Warren, Reeve, 2004 : 571).

Rasio PBV telah lama digunakan dalam literatur keuangan dan menjadi

rasio yang sering dipakai dalam menilai harga suatu saham. Penman (2003 : 250)

menunjukkan bahwa ”rasio PBV memiliki keterkaitan signifikan dalam

memprediksi pertumbuhan laba suatu perusahaan”. Ia menyatakan bahwa PBV

yang rendah mengimplisitkan pertumbuhan negatif dari laba perusahaan tersebut

di masa depan, dan sebaliknya PBV yang tinggi mengindikasikan pertumbuhan

(18)

Penggunaan rasio PBV sebagai model valuasi yang efektif semakin

dikuatkan dengan penelitian Agrawal, Monem, dan Ariff (1996). Mereka

menunjukkan bahwa variabel-variabel fundamental yang menentukan nilai

perusahaan ternyata juga menjelaskan variabilitas dari rasio PBV. Selanjutnya

mereka menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi PBV dengan

menggunakan Dividend Discount Model (DDM) dengan faktor pertumbuhan yang

biasa dikenal dengan Gordon Growth Model. Hasil yang didapat dari persamaan

tersebut adalah bahwa rasio PBV merupakan fungsi dari tingkat profitabilitas

(ROE), tingkat pertumbuhan (g) serta risiko (k) – baik risiko operasi maupun

pendanaan.

Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rasio PBV

seperti yang ditunjukkan oleh hasil dari persamaan di atas. Laba merupakan

selisih lebih antara penghasilan dan beban dalam suatu periode akuntansi. Laba

merupakan ukuran profitabilitas perusahaan yang paling utama, karenanya laba

merupakan faktor yang relevan dalam mempengaruhi rasio PBV.

Penman, Richardson, dan Tuna (2005) menyatakan bahwa perbedaan

antara harga dan nilai buku dari ekuitas, P – B, tidak dipengaruhi oleh leverage

jika hutang diukur dengan nilai pasar di neraca (yang merupakan perkiraan yang

wajar dalam kebanyakan kasus); perbedaan antara harga dan nilai buku karenanya

lebih disebabkan oleh operasi bisnis. Oleh karena itu, setiap risiko dari perbedaan

harga dan nilai buku seharusnya terkait dengan risiko operasi bisnis. Namun,

(19)

perusahaan yang mengandung risiko, baik risiko operasi (operating risk) maupun

risiko pendanaan (financing risk).

Risiko pendanaan lebih jauh dapat mempengaruhi operasi bisnis suatu

perusahaan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Soliha dan

Taswan (2002) yang menyatakan bahwa penggunaan leverage dapat

meningkatkan imbal hasil operasi perusahaan dan pada gilirannya meningkatkan

keseluruhan nilai perusahaan. Kebijakan hutang dan operating leverage mengukur

sampai sejauh mana perusahaan menggunakan hutang sebagai daya ungkit

(leverage), baik dalam pendanaan maupun dalam operasinya. Kebijakan hutang

merupakan keputusan manajemen dalam memutuskan sampai sejauh mana hutang

akan digunakan dalam struktur modal perusahaan. Operating leverage mengukur

bagaimana pertumbuhan penjualan akan mempengaruhi pertumbuhan laba

operasi. Oleh karena itu, penggunaan leverage yang dilakukan melalui operating

leverage dan kebijakan hutang seharusnya mempengaruhi rasio PBV.

Lebih lanjut, penggunaan hutang atau leverage akan mengharuskan

perusahaan mempunyai likuiditas yang cukup untuk menjalankan operasinya

maupun untuk melunasi hutang-hutangnya. Likuiditas merupakan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas yang

terlalu rendah akan membuat perusahaan kesulitan dalam memenuhi

kewajibannya sehingga mengganggu operasi perusahaan (operating risk); namun,

likuiditas yang terlalu tinggi juga mengimplikasikan inefisiensi penggunaan

(20)

hasil yang rendah, yang pada akhirnya mempengaruhi profitabilitas dan nilai

perusahaan (PBV).

Jadi secara teori rasio PBV seharusnya dipengaruhi oleh likuiditas, laba

dan operating leverage yang termasuk dalam aktivitas operasi serta kebijakan

hutang yang termasuk dalam aktivitas pendanaan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai pengaruh likuiditas, laba, kebijakan hutang, dan

operating leverage terhadap rasio PBV dengan menggunakan

perusahaan-perusahaan real estate dan property periode 2007-2009 sebagai objek penelitian

dalam skripsi berjudul ”Pengaruh Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan

Operating Leverage Terhadap Price to Book Value (PBV) pada Perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap PBV pada perusahaan real

estate dan property yang terdaftar di BEI?

2. Apakah Laba berpengaruh signifikan terhadap PBV pada perusahaan real

estate dan property yang terdaftar di BEI?

3. Apakah Kebijakan Hutang berpengaruh signifikan terhadap PBV pada

(21)

4. Apakah Operating Leverage berpengaruh signifikan terhadap PBV pada

perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI?

5. Apakah Likuiditas, Laba, Kebijakan Hutang, dan Operating Leverage secara

bersama berpengaruh signifikan terhadap PBV pada perusahaan real estate

dan property yang terdaftar di BEI?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara likuiditas

dengan PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di

BEI.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara laba dengan

PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara kebijakan

hutang dengan PBV pada perusahaan real estate dan property yang

terdaftar di BEI.

4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara operating

leverage dengan PBV pada perusahaan real estate dan property yang

(22)

5. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara likuiditas,

laba, kebijakan hutang dan operating leverage secara bersama terhadap

PBV pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak

terkait, yaitu:

1. Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaannya yang dapat diukur

melalui rasio PBV dengan tindakan-tindakan yang diarahkan pada

likuiditas, laba, kebijakan hutang dan degree of operating leverage yang

dapat mempengaruhi rasio tersebut.

2. Kalangan akademik dan praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi pemahaman terhadap rasio Price to Book Value

beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu likuiditas, laba,

kebijakan hutang dan degree of operating leverage.

3. Peneliti, dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pengaruh likuiditas, laba,

kebijakan hutang dan degree of operating leverage terhadap rasio price to

book value. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Rasio PBV (Price to Book Value) a. Pengertian Rasio PBV

Rasio harga saham terhadap nilai buku atau price to book value ratio

merupakan perbandingan antara harga suatu saham terhadap nilai buku

bersih per lembar saham tersebut. Rasio ini membandingkan interpretasi

dari sistem pelaporan akuntansi terhadap nilai kekayaan perusahaan (aset

bersih di neraca) dengan persepsi investor terhadap nilai pasar dari

kekayaan perusahaan tersebut (kapitalisasi pasar). Rasio PBV sebesar 1,0

menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan sama dengan nilai neracanya/

nilai buku (Warren, Reeve, 2004 : 569). Nilai buku per saham dihitung

dengan total aset perusahaan dikurangi dengan total kewajibannya dan

selisihnya kemudian dibagi dengan jumlah lembar saham beredar. Rasio ini

dihitung dengan rumus:

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rasio PBV

Menurut Gordon Shapiro (1956) dalam Agrawal, Monem, dan Ariff

(1996), perhitungan rasio PBV ini dapat dilakukan dengan menurunkannya

dari metode valuasi diskonto dividen (Discounted Dividend Model/ DDM)

(24)

(

)(

)

1

dengan faktor pertumbuhannya, yang dikenal dengan Gordon Growth

Model.

P

o

= d

1

(k-g)

-1

Dimana:

Po = Harga per saham pada awal periode

d1 = Dividen per saham pada akhir periode;

k = Tingkat diskonto yang disesuaikan dengan risiko (appropriate

risk-adjusted discount rate), yang merupakan penjumlahan dari required rate of return ditambah dengan tingkat risiko (risk

premium)

g = Tingkat pertumbuhan konstan dari dividen selama periode saham.

Rasio PBV dapat diturunkan dari model Gordon di atas dengan

membagi persamaan tersebut dengan nilai buku. Sehingga didapat model

dasar berikut:

Dimana Bo merupakan nilai buku per saham awal. Perhatikan bahwa

dividen (d) merupakan laba bersih (net income/ NI) dikurangi dengan laba

ditahan (retained earning/ RE) tahun depan.[d =NI – RE]

Dengan membagi persamaan dividen tersebut dengan nilai buku akan

(25)

(

)(

)

−1

=

ROE

g

k

g

B

P

Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa laba bersih/ NI dibagi

dengan nilai buku/ B, merupakan rumus untuk menghitung ROE (return on

equity); serta laba ditahan tahun depan/ RE dibagi dengan nilai buku/ B,

sama dengan pertumbuhan nilai buku (g). Karenanya dalam keadaan yang

konstan (ROE dan Payout Ratio tetap), tingkat petumbuhan nilai buku

ekuitas akan sama dengan tingkat pertumbuhan dividen, sehingga

persamaannya dapat ditulis menjadi:

Karenanya dalam kondisi ekuilibrium, rasio PBV merupakan fungsi

dari Return on Equity (ROE), growth (g), dan risk (k). Jadi dapat dikatakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi rasio PBV adalah faktor

profitabilitas, pertumbuhan dan risiko. Hubungan faktor-faktor tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Semakin tinggi Return on Equity (ROE), maka akan semakin tinggi

rasio PBV. ROE merupakan rasio yang membandingkan

keuntungan perusahaan dengan modal yang dikeluarkannya;

singkatnya, rasio ini menghitung tingkat imbal hasil yang didapat

oleh perusahaan. ROE memiliki hubungan yang positif dengan

rasio PBV, karena ROE menentukan besarnya tingkat imbal hasil

yang akan diterima investor atas modalnya. Jika perusahaan dapat

(26)

tinggi, maka ini akan menarik para investor untuk memberikan

nilai yang jauh lebih tinggi pada saham perusahaan dibandingkan

dengan nilai bukunya,. Hal ini dikenal dengan istilah premium,

dimana para investor bersedia membayar lebih untuk suatu aset

yang dapat memberikan keuntungan di atas rata-rata.

2. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan yang diharapkan (expected

growth rate/ g), maka semakin tinggi rasio PBV. Pertumbuhan

yang baik dari laba maupun dividen perusahaan merupakan

cerminan dari perusahaan yang dimanajemeni dengan baik. Saham

dengan ekspektasi tingkat pertumbuhan yang tinggi akan menarik

para investor untuk memberikan penilaian yang lebih tinggi

terhadap saham tersebut. Hal ini karena para investor telah

memfaktorkan potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan

sehingga mereka bersedia memberikan harga yang lebih tinggi

untuk saham perusahaan tersebut. Peningkatan harga saham (P)

pada gilirannya akan meningkatkan rasio PBV.

3. Semakin tinggi appropriate risk-adjusted discounted rate (k),

maka semakin rendah rasio PBV. Appropriate risk-adjusted

discounted rate dapat diartikan sebagai tingkat imbal hasil minimal

yang harus diterima oleh investor atas investasinya setelah

memperhitungkan risiko investasi tersebut. Tingkat imbal hasil

yang lebih rendah dari appropriate risk-adjusted discounted rate

(27)

investor, yang pada gilirannya menurunkan harga saham

perusahaan bersangkutan.

Dengan ini, maka terdapat beberapa faktor yang mungkin

mempengaruhi rasio PBV, yaitu likuiditas, laba, kebijakan hutang dan

operating leverage.

2. Likuiditas

a. Pengertian Likuiditas

Likuiditas merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendeknya. Menurut Riyanto (2002 : 25), “masalah

likuiditas berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi.” Perusahaan

yang memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kewajiban jangka

pendeknya disebut perusahaan yang likuid; dan sebaliknya perusahaan

yang tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya disebut ilikuid.

Perusahaan yang tidak likuid akan meningkatkan risiko operasinya,

yang pada gilirannya dapat mengancam keberlangsungan usaha perusahaan

tersebut. Risiko likuiditas ini akan tercermin dalam premi risiko yang

tinggi yang ditetapkan oleh para investor dalam menghitung appropriate

risk-adjusted discounted rate. Hal tersebut pada gilirannya akan

mempengaruhi harga yang diberikan oleh investor terhadap saham

(28)

b. Rasio Likuiditas

Likuiditas suatu perusahaan dapat diukur dengan beberapa rasio

keuangan. Kasmir (2008 : 134) menyatakan terdapat lima rasio keuangan

yang biasanya digunakan untuk menilai tingkat likuiditas suatu perusahaan:

1. Rasio lancar (current ratio)

2. Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio) 3. Rasio kas (cash ratio)

4. Rasio perputaran kas

5. Inventory to net working capital.

Dari kelima rasio likuiditas di atas, maka rasio lancar (current ratio)

adalah yang paling sering dan umum digunakan. Wild, Subramanyam, dan

Halsey (2005 : 406) menyatakan alasan digunakannya rasio lancar secara

luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur:

1. kemampuan memenuhi kewajiban lancar, semakin tinggi perkalian kewajiban lancar terhadap aktiva lancar, semakin besar keyakinan bahwa kewajiban lancar akan dibayar.

2. penyangga kerugian, semakin besar penyangga, semakin kecil risikonya. Rasio lancar menunjukkan tingkat keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan nilai aktiva lancar non-kas pada saat aktiva tersebut dilepas atau dilikuidasi.

3. cadangan dana lancar, rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan. Ketidakpastian dan kejutan, seperti adanya pemogokan dan kerugian luar biasa, dapat membahayakan arus kas secara sementara dan tidak terduga.

Berdasarkan alasan di atas, rasio lancar akan digunakan sebagai

pengukur likuiditas dalam penelitian ini. Penghitungan rasio lancar

dilakukan dengan cara membandingkan total aktiva lancar dengan total

kewajiban lancar yang terdapat di neraca.

Rasio lancar yang terlalu rendah mengindikasikan perusahaan yang

(29)

pendeknya. Namun, rasio yang tinggi tidak lantas berarti perusahaan dalam

kondisi baik, karena rasio yang tinggi mengindikasikan ketidakmampuan

perusahaan dalam mengelola keuangan dengan baik dengan membiarkan

aktiva dalam bentuk lancar yang cenderung memberikan imbal hasil yang

rendah.

Rumus untuk menghitung rasio lancar (current ratio) adalah sebagai

berikut:

3. Laba

a. Pengertian Laba

Menurut Stice, Stice dan Skousen (2005 : 270), “Laba adalah

pengembalian atas investasi kepada pemilik”. Laba merupakan selisih lebih

pendapatan suatu perusahaan dengan beban yang terjadi untuk memperoleh

pendapatan tersebut dalam suatu periode. Karenanya unsur pengukuran

laba mencakup pendapatan/ penghasilan dan beban. Menurut Ikatan

Akuntan Indonesia (2007 : 1.5), dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan paragraf 70 “penghasilan (income) adalah

kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk

pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi

penanam modal”. Sedangkan definisi beban menurut Ikatan Akuntan

Lancar Kewajiban

Lancar Aktiva

lancar

(30)

Indonesia (2007 : 1.5) adalah “penurunan manfaat ekonomi selama suatu

periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau

terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak

menyangkut pembagian kepada penanam modal.”

Laba merupakan ukuran profitabilitas dari perusahaan yang utama

karena semua rasio pengukuran profitabilitas pasti memiliki unsur laba

dalam perhitungannya. Data dari laba perusahaan selalu dilaporkan dalam

laporan keuangan dan digunakan secara luas oleh para investor dalam

mengambil keputusan investasi. Laba yang dilaporkan tersebut merupakan

laba akuntansi yang secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan

pendapatan yang direalisasi dan transaksi yang terjadi selama satu periode

dengan beban yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Laba merupakan komponen utama dalam penilaian profitabilitas sebuah

perusahaan. Dalam persamaan rasio PBV yang telah diuraikan sebelumnya,

terlihat bahwa rasio PBV dipengaruhi oleh Return on Equity (ROE). ROE

sendiri merupakan perbandingan antara laba yang diperoleh dibandingkan

dengan investasi yang telah dikeluarkan oleh investor. Jadi, jika secara

teori ROE dapat mempengaruhi rasio PBV, maka laba yang merupakan

komponen (input) utama dalam menghitung ROE seharusnya juga

mempengaruhi rasio PBV.

b. Tingkat dan Kualitas Laba

(31)

1. Laba kotor, merupakan selisih antara pendapatan dari penjualan

bersih dan harga pokok penjualan.

2. Laba usaha/ operasi, merupakan selisih antara laba kotor dengan

beban usaha. Laba ini mengukur kinerja operasi bisnis inti yang

dilakukan oleh perusahaan.

3. Laba bersih, merupakan selisih pendapatan atau penjualan serta

seluruh pemasukan lainnya dengan seluruh biaya, setelah

memperhitungkan pajak.

Kualitas laba akuntansi yang dilaporkan menjadi perhatian berbagai

pihak yang berkepentingan (stakeholders). Laba akuntansi yang berkualitas

merupakan laba akuntansi yang tidak memiliki gangguan persepsian

(perceived noise), dan dapat merefleksikan kinerja operasi perusahaan.

Hayn (1995) menjelaskan bahwa gangguan persepsian tersebut disebabkan

oleh peristiwa transitori (transitory events). Peristiwa transitori merupakan

peristiwa yang hanya terjadi pada waktu tertentu, tidak terus-menerus/

persisten, dan mengakibatkan fluktuasi yang besar terhadap laba/ rugi

akuntansi.

Laba operasi (operating earning) dapat digunakan sebagai pengukur

profitabilitas dari bisnis perusahaan karena terbebas dari gangguan

persepsian dan terbebas dari pendapatan/ beban maupun keuntungan/

kerugian non-operasi, serta tidak terpengaruh oleh struktur modal

perusahaan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 417),

(32)

Pertama, laba operasi terkait hanya dengan laba yang berasal dari aktivitas operasi. Karenanya, setiap pendapatan (dan beban) yang tidak terkait dengan operasi usaha bukan merupakan bagian laba operasi. Kedua, dan terkait dengan yang pertama, laba operasi terpusat pada laba perusahaan secara keseluruhan dan bukan hanya untuk pemegang ekuitas. Hal ini berarti bahwa pendapatan dan beban keuangan (terutama beban bunga) tidak dimasukkan saat mengukur laba operasi. Ketiga, laba operasi hanya terkait dengan aktivitas usaha yang masih berlangsung. Hal ini berarti, tiap laba atau kerugian yang terkait dengan operasi yang dihentikan dikeluarkan dari laba operasi.

Oleh karena kualitas dan karakteristik dari laba operasi yang dapat

mencerminkan tingkat profitabilitas operasi perusahaan, maka laba operasi

akan digunakan sebagai pengukur profitabilitas dalam penelitian ini.

4. Hutang dan Kebijakan Hutang a. Pengertian dan Jenis Hutang

Hutang, yang biasa juga disebut kewajiban, merupakan kewajiban yang

harus dipenuhi oleh perusahaan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007 :

1.4), dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan

paragraf 49 “kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang

timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan

mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung

manfaat ekonomi.” Sedangkan FASB dalam Statement of Financial

Accounting Concept No. 6 yang terdapat dalam buku Stice, Stice dan

Skousen menyatakan bahwa “kewajiban merupakan pengorbanan manfaat

ekonomi di masa depan yang timbul dari kewajiban sekarang dari suatu

entitas untuk mengalihkan aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lain

(33)

lalu.” Munawir (2004 : 18) menyatakan bahwa “hutang adalah semua

kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi,

dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang

berasal dari kreditor.”

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hutang

merupakan kewajiban perusahaan pada pihak lain yang harus dipenuhi atau

dibayar dengan uang, barang atau jasa saat jatuh tempo. Hutang dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Hutang jangka pendek, merupakan hutang yang harus dilunasi

dalam waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal

perusahaan, mana yang lebih panjang. Hutang jangka pendek

meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hutang dagang, beban yang

masih harus dibayar, pendapatan diterima di muka, bagian lancar

dari hutang jangka panjang, dan sebagainya.

2. Hutang jangka panjang, merupakan hutang yang jangka waktu

pelunasannya lebih dari satu tahun. Hutang jangka panjang dapat

meliputi hutang obligasi, hutang sewa guna usaha jangka panjang,

kewajiban pajak penghasilan tangguhan, dan kewajiban tidak

lancar lainnya.

b. Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang merupakan keputusan manajemen dalam

(34)

perusahaan akan didanai. Kebijakan hutang menentukan sampai sejauh

mana hutang digunakan dalam struktur modal perusahaan..

Kebijakan hutang yang dilakukan perusahaan, jika dilakukan dengan

baik, akan dapat meningkatkan imbal hasil bagi pemegang saham, karena

sifat dasar hutang sebagai daya ungkit. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Soliha dan Taswan (2002) yang menemukan bahwa

kebijakan hutang berpengaruh secara positif namun tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan (price to book value). Menurut Brigham dan

Houston (2006 : 101), ada dua alasan mengapa hutang dapat meningkatkan

pendapatan serta meningkatkan pengembalian dari modal pemilik, yaitu :

1) Beban dapat menjadi pengurang pajak, penggunaan hutang akan menurunkan tagihan pajak dan memberikan lebih banyak laba operasi perusahaan yang tersedia bagi para investornya,

2) Jika laba operasi yang dinyatakan sebagai persentase dari aktiva ternyata melebihi tingkat bunga atas pinjaman, maka suatu perusahaan dapat menggunakan hutang untuk memperoleh aktiva, membayar bunga atas hutang dan masih sisa sebagai ”bonus” bagi para pemegang sahamnya.

Namun, manajemen harus mempertimbangkan risiko (keuangan dan

operasi) yang akan meningkat seiring meningkatnya tingkat hutang.

Jumlah hutang yang besar akan meningkatkan risiko perusahaan, yaitu

risiko gagal bayar bunga maupun pokok utangnya, yang dapat

meningkatkan risiko kebangkrutan.

Kebijakan hutang yang baik diukur dari perbandingan total hutang

perusahaan terhadap aktiva yang dimilikinya. Pengukuran ini disebut

(35)

Menurut Kasmir (2008 : 156) “debt to assets ratio merupakan rasio utang

yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan

total aktiva”. Solomon (2004 : 780) menyatakan ”debt to assets ratio is a

leverage ratio that indicates the long-run solvency or relative amount of financial risk incurred by a business”, artinya adalah debt to assets ratio

merupakan sebuah rasio daya ungkit/ leverage yang mengindikasikan

solvabilitas jangka panjang atau jumlah relatif risiko keuangan/ pendanaan

yang dihasilkan oleh suatu bisnis. Rumus untuk menghitung rasio ini

adalah:

Dalam persamaan rasio PBV seperti yang telah diuraikan dalam subbab

sebelumnya, bahwa rasio PBV dipengaruhi oleh tiga faktor dimana salah

satunya merupakan faktor risiko (k). Risiko ini merupakan risiko yang

dihadapi oleh perusahaan, baik risiko bisnis maupun risiko pendanaan atau

hutang.

5. Operating Leverage

Operating leverage merupakan sebuah ukuran bagaimana pertumbuhan

penjualan akan mempengaruhi pertumbuhan laba operasi. Menurut Sawir

(2004 : 7), “operating leverage merupakan kepekaan EBIT (Earnings Before

Interest and Taxes) terhadap penjualan perusahaan.” Penman, Richardson dan

Tuna (2005) dalam penelitiannya the book-to-price effect in stock returns:

Aktiva Total

Kewajiban Total

Ratio Asset to

(36)

Penjualan

accounting for leverage membahas tentang nilai buku dari aset operasi suatu

perusahaan yang dapat mempengaruhi rasio PBV. Mereka menjelaskan jika

suatu investasi didasarkan pada rasio PBV, suatu tambahan return yang cukup

besar dapat dihasilkan jika terdapat operating leverage.

Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat operating leverage adalah

Degree of Operating Leverage (DOL). DOL mengukur perubahan yang terjadi

dalam laba operasi yang disebabkan oleh perubahan persentase dalam

penjualan. Karenanya, semakin besar DOL, semakin besar risiko kerugian

ketika penjualan menurun, dan semakin besar keuntungan ketika penjualan

mengalami kenaikan. DOL dapat dihitung dengan rumus berikut:

Secara teori, operating leverage dapat berpengaruh positif maupun negatif

terhadap profitabilitas perusahaan, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap

rasio PBV. Hal ini disebabkan karena operating leverage yang tinggi akan

membuat perubahan penjualan yang kecil mempengaruhi laba operasi dalam

jumlah yang jauh lebih besar.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan replika dari penelitian-penelitian terdahulu (Tabel

(37)

untuk menguji pengaruhnya terhadap rasio PBV. Peneliti juga menambahkan dua

variabel lain, yaitu likuiditas dan operating leverage.

Penelitian-penelitian terdahulu tentang variabel-variabel yang mempengaruhi

rasio Price to Book Value menunjukkan hasil yang berbeda untuk

variabel-variabel yang mengukur profitabilitas maupun leverage. Penelitian yang

dilakukan Marpaung (2004) menunjukkan bahwa Return on Asset (ROA)

berpengaruh signifikan terhadap rasio Price to Book Value (PBV), sedangkan

hasil penelitian yang dilakukan Putra (20085) menunjukkan bahwa ROA tidak

memiliki pengaruh signifikan. Berikut merupakan ringkasan mengenai

penelitian-penelitian terdahulu:

Tabel 2.1.

Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Variabel Kesimpulan & Hasil

1 Surendra P

Secara parsial hanya d/B yang berpengaruh

(38)

3 Hendrik Marpaung

(2004)

Analisis Pengaruh Return

on Assets, Dividen Payout Ratio, Debt Equity Ratio,

dan Economic Value Added terhadap Price to Book

Value pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Keuangan dan Beta Saham

Terhadap Price to Book

Value (Studi pada

Perusahaan Real Estate dan Property yang Listed di BEI Periode Tahun

(39)

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Likuiditas yang diukur dengan current ratio mencerminkan sampai sejauh

mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Operating earning/ laba operasi merupakan ukuran utama dalam pengukuran

tingkat profitabilitas suatu perusahaan, dan merupakan komponen utama yang

menjadi pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya. Debt to Asset

Ratio mengukur kebijakan hutang yang diambil oleh perusahaan, rasio ini

H5

H4 H3 H2 H1 Likuiditas

Current Ratio (X1)

Laba

Operating Earning (X2)

Kebijakan Hutang

Debt to Asset Ratio (X3)

Operating Leverage

Degree of Operating Leverage (X4)

Rasio Price to

Book Value

(PBV)

(Y)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

(40)

mengukur seberapa besar hutang yang dimiliki perusahaan dibandingkan

dengan keseluruhan asetnya. Degree of operating leverage mengukur seberapa

peka laba operasi dipengaruhi oleh penurunan atau kenaikan penjualan.

Rasio Price to Book Value (PBV) merupakan rasio yang sering digunakan

oleh para investor dalam membuat keputusan investasi. Rasio ini

membandingkan harga saham terhadap nilai buku bersih saham tersebut.

Semua rasio atau komponen yang dijelaskan sebagai variabel independen

secara teori memiliki pengaruh terhadap rasio PBV.

2. Hipotesis

Menurut Umar (2008 : 104), “Hipotesis adalah perumusan sementara

mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat

menuntun/ mengarahkan penyelidikan selanjutnya.” Hipotesis dalam

penelitian ini sebagai berikut:

H1 : Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap PBV

H2 : Operating Earning berpengaruh signifikan terhadap PBV

H3 : Debt to Asset Ratio berpengaruh signifikan terhadap PBV

H4 : Degree of Operating Leverage berpengaruh signifikan terhadap PBV

H5 : Current Ratio, Operating Earning, Debt to Asset Ratio, Degree of

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut

Umar (2008 : 30) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang bertujuan

untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau

bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap yang dapat berupa orang,

kejadian, atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu (Erlina, 2008 : 74).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan real estate dan property

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sampai dengan

tahun 2009 yang terdiri atas 42 perusahaan.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2006 : 56). Metode pemilihan sampel yang

digunakan adalah metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu (Jogiyanto, 2004 : 79). Kriteria

yang ditetapkan dalam pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009.

2. Perusahaan telah mengeluarkan laporan keuangan yang telah diaudit

(42)

3. Perusahaan tersebut tidak memiliki nilai buku negatif (ekuitas negatif)

selama tahun 2007-2009.

4. Perusahaan tetap berada dalam klasifikasi Real Estate dan Property di BEI

selama tahun 2007-2009.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka perusahaan yang menjadi sampel

penelitian berjumlah 33 perusahaan (Lampiran 1).

C. Jenis dan Sumber Data

Menurut jenisnya, data yang digunakan merupakan data sekunder. Menurut

Umar (2008 : 60), “Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih

lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram gambar dan sebagainya

sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.” Data yang digunakan

berupa data laporan keuangan (financial statements) dari sampel selama tahun

2007 sampai 2009. Data penelitian diperoleh melalui website Bursa Efek

Indonesia yait

Directory) 2009.

Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan termasuk dalam Cross

Section Pooling Data. Menurut Jogiyanto (2004 : 54), “Pooling data adalah

gabungan dari data yang melibatkan satu waktu tertentu (cross sectional) dan data

yang melibatkan urutan waktu (time series).”

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian adalah studi

(43)

sumber-sumber tercetak dimana data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya,

misalnya buku, laporan perusahaan jurnal internet, dan sebagainya (Erlina, 2008 :

36). Data penelitian didapat melalui Indonesia Capital Market Directory (ICMD)

2009 dan dari situs

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut Jogiyanto (2004 : 62), “Definisi operasional menjelaskan

karakteristik dari objek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang

menyebabkan konsep dapat diukur dan dioperasionalisasikan dalam riset.” Tabel

berikut menyajikan konsep dan operasionalisasi variabel-variabel yang diteliti:

Tabel 3.1. Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator

Independen:

Rasio yang mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar

kewajiban jangka pendeknya

Laba operasi merupakan laba yang

mengukur kinerja operasi suatu

perusahaan.

Kebijakan hutang merupakan

kebijakan manajemen dalam

menentukan besarnya hutang dalam

struktur modal perusahaan.

Current Ratio =

Operating Earning (OE) = Laba/

rugi operasi sebelum extraodinary

items dan discontinued operations Debt to Asset Ratio (DAR) =

Total Hutang

(44)

d.Operating

Leverage

Operating leveraage mengukur

sampai sejauh mana laba/ rugi

operasi dipengaruhi oleh kenaikan/

penurunan penjualan

Degree of Operating Leverage (DOL)

=

Dependen :

Price to Book Value (PBV)

Rasio yang merupakan salah satu indikator dalam menilai harga saham suatu perusahaan.

PBV *=

* PBV dihitung dengan menggunakan rata-rata PBV per kuartal

F. Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik

dengan menggunakan software statistik SPSS versi 18.0. Untuk mengetahui

pengaruh dari masing-masing faktor yang diteliti terhadap rasio PBV, maka

penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan terlebih dahulu

melakukan pengujian asumsi klasik.

1. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik yang digunakan meliputi:

a. Uji Normalitas

Menurut Umar (2008 : 181), uji normalitas diperlukan untuk

mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya

berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Model regresi yang

baik hendaknya memiliki distribusi normal atau mendekati normal. % Perubahan Laba Operasi

% Perubahan Penjualan

Harga Saham Nilai Buku per Saham

(45)

Normalitas data diketahui dengan menggambarkan penyebaran data

melalui sebuah grafik. Menurut Ghozali (2006 : 110), terdapat dua cara

untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu

dengan analisis grafik dan uji statistik.

Dalam analisis grafik, histogram dan grafik normal propability plot

atau P-P Plot akan digunakan dalam penelitian ini, dimana dasar

pengambilan keputusan menurut Ghozali (2006 : 112) yaitu:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/ atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Uji statistik yang dilakukan adalah uji Kolmogorovk-Smirnov (1

sample K-S) dengans signifikansi sebesar 5%. Data yang normal adalah

data yang memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (Ghozali, 2005

: 114).

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen (Erlina, 2008 :

105). Dalam model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di

antara variabel independen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai

nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai

(46)

multikolinearitas. Jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka

tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006 : 92)

c. Uji Heterokedastisitas

Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan lain (Umar, 2008 : 179). Model regresi yang

baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas

(Ghozali, 2006 : 105). Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas adalah

dengan metode chart (diagram scatterplot). Bila titik-titik terlihat

membentuk suatu pola tertentu, maka telah terjadi gejala

heterokedastisitas. Pengujian dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot dengan dasar analisis (Ghozali, 2006:105) :

1) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

2) jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Menurut Erlina (2008 : 106), pengujian autokorelasi bertujuan untuk

melihat apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada peride t-1.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson (DW) statistic.

Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi adalah

(47)

Tabel 3.2.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan model regresi berganda/

multiple linear regression. Model regresi yang digunakan untuk menguji

hipotesis adalah sebagai berikut:

(48)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menentukan besarnya

variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel

independennya, dengan kisaran nilai antara 0 dan 1. Nilai yang mendekati

satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen

(Ghozali, 2006 : 83)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji signifikansi seluruh

koefisien regresi simultan (Uji-F), dan uji signifikansi regresi secara

parsial (Uji-t).

a. Uji Signifikansi Parsial (t-test)

Uji-t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen

dikatakan memiliki pengaruh terhadap variabel dependen apabila

variabel dependen tersebut memiliki nilai signifikansi (sig) dibawah

0,05 (Ghozali, 2006 : 87).

b. Uji Signifikansi Simultan (F-test)

Uji-F digunakan untuk menunjukkan apakah terdapat semua

variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Variabel-variabel independen tersebut dikatakan mempunyai pengaruh secara

simultan dan signifikan terhadap variabel dependen apabila memiliki

(49)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah likuiditas, laba,

kebijakan hutang dan operating leverage berpengaruh terhadap rasio price to book

value pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Data cross section yang digunakan sebanyak 33 perusahaan dengan

time series sebanyak 3 tahun pengamatan sehingga diperoleh jumlah sampel

sebanyak 99. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah rasio Price to Book

Value dan variabel independennya adalah current ratio, operating earning, debt to asset ratio, dan degree of operating leverage.

Berikut merupakan statistik deskriptif untuk data penelitian ini yang

menunjukkan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata,

dan standar deviasi:

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CR 99 .11 113.60 4.9563 13.86750 OE (dlm Rp jutaan) 99 -75724.00 480706.77 81885.1731 1.13181E5 DAR 99 .0050 .8015 .405995 .2224720 DOL 99 -187.95 201.78 -.3842 33.69575 PBV 99 .15 4.03 1.3277 .89543 Valid N (listwise) 99

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

(50)

Penjelasan dari tabel 4.1 (Statistik Deskriptif) tersebut adalah sebagai

berikut:

1. variabel Current Ratio memiliki nilai terkecil (minimum) 0,11, nilai

terbesar (maximum) 113,60 dengan rata-rata (mean) Current Ratio yang

diperoleh perusahaan real estate dan property selama tahun 2007-2009

sebesar 4,953. Hal ini menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia

cukup untuk melunasi kewajiban jangka pendek perusahaan real estate

dan property. Untuk setiap Rp1 kewajiban lancar perusahaan, terdapat

Rp4,9 aktiva lancar yang menjaminnya. Simpangan baku (standar

deviation) dari current ratio adalah sebesar 13,86750.

2. variabel Operating Earning memiliki nilai terkecil (minimum)

-Rp75.724,00, nilai terbesar (maximum) Rp480.706,77 dengan rata-rata

(mean) laba operasi yang diperoleh perusahaan real estate dan property

selama tahun 2007-2009 sebesar Rp81.885,1731. Hal ini menunjukkan

bahwa perusahaan secara rata-rata menghasilkan laba operasi sebesar Rp

81,9 milyar. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah

sebesar 1,13181E5.

3. variabel Debt to Asset Ratio memiliki nilai terkecil (minimum) 0,0050,

nilai terbesar (maximum) 0,8015 dengan rata-rata (mean) DAR yang

diperoleh perusahaan real estate dan property selama tahun 2007-2009

sebesar 0,405995. Ini menunjukkan secara rata-rata, perusahaan real

(51)

modalnya. Simpangan baku (standar deviation) variabel ini adalah

sebesar 0,2224720.

4. variabel Degree of Operating Leverage memiliki nilai terkecil (minimum)

-187.95, nilai terbesar (maximum) 201.78 dengan rata-rata (mean) sebesar

-0.3842. Rata-rata DOL yang bernilai negatif ini mengindikasikan adanya

penurunan laba operasi meskipun penjualan meningkat, hal ini dapat

terjadi ketika peningkatan beban pokok pendapatan yang tidak dapat

diimbangi peningkatan penjualan. Simpangan baku (standar deviation)

variabel ini adalah sebesar 33.69575.

5. variabel Price to Book Value memiliki nilai terkecil (minimum) 0,15, nilai

terbesar (maximum) 4,03 dengan rata-rata (mean) PBV yang diperoleh

perusahaan real estate dan property selama tahun 2007-2009 sebesar

1,3277. Hal ini menunjukkan bahwa untuk setiap Rp1 nilai buku

perusahaan tersebut, pasar bersedia membayar Rp1,3. Simpangan baku

(standar deviation) variabel ini adalah sebesar 0,89543.

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk menghasilkan analisis yang akurat

dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik harus memenuhi

asumsi-asumsi klasik, yang merupakan asumsi-asumsi yang mendasari analisis regresi.

Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini mencakup uji normalitas, uji

(52)

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam suatu

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal atau tidak Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal, yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik.

i. Analisis Grafik

Dalam analisis ini, grafik yang digunakan berupa grafik histogram

dan grafik P-P Plot, dimana data yang baik adalah data yang memiliki

pola distribusi normal.

Dari histogram tersebut, terlihat kurva berbentuk lonceng yang

menunjukkan kemiringan yang hampir setara. Hal tersebut

menunjukkan bahwa distribusi data mendekati normal.

Gambar 4.1 Histogram

(53)

Dari grafik P-P Plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis

diagonal. Hal ini menujukkan data penelitian yang terdistribusi secara

normal

ii. Analisis Statistik

Peneliti melakukan uji statistik ini untuk memastikan apakah data

di sepanjang garis diagonal telah berdistribusi normal. Uji statistik

yang dilakukan adalah uji Kolmogorovk-Smirnov (1 sample K-S)

dengan signifikansi sebesar 5%. Pengujian dilakukan terhadap nilai

residual dari model regresi karena jika terdapat normalitas, maka nilai

residual akan terdistribusi secara normal dan independen (Ghozali,

Gambar 4.2 Grafik P-P Plot

(54)

2006 : 114). Data yang normal adalah data yang memiliki nilai

signifikansi lebih besar dari 0,05.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi (Asymp.

Sig. (2-tailed)) sebesar 0,358 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan

bahwa data penelitian berdistribusi normal dan dapat digunakan untuk

pengujian selanjutnya.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu

model regresi terdapat korelasi di antar variabel bebas (independen).

Suatu model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel independennya. Gejala multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance <

0,1 dan nilai VIF > 10, maka terdapat gejala multikolinearitas. Jika nilai One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 99

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .77526084 Most Extreme Differences Absolute .093 Positive .093 Negative -.067 Kolmogorov-Smirnov Z .926 Asymp. Sig. (2-tailed) .358 a. Test distribution is Normal.

Tabel 4.2

Hasil Uji Normalitas K-S

(55)

tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.

Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah

Dari hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa nilai VIF untuk

semua variabel < 10, dan nilai tolerance untuk semua variabel > 0,1,

sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas

antar variabel independen.

c. Uji Heterokedastisitas

Tujuan pengujian heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah

dalam suatu model regresi terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu

antara satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang

baik seharusnya tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian

heterokedastisitas dilakukan dengan uji grafik dengan melihat grafik

scatterplot (gambar 4.3) a. Dependent Variable: PBV

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas

(56)

Dari grafik scatterplot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar

secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta

titik-titik tersebut tersebar baik di atas maupun di bahwa angka 0 pada sumbu

Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model

regresi.

d. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu

model regresi linear terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model

regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot

(57)

(Ghozali, 2006 : 96). Pengujian autokorelasi menggunakan uji

Durbin-Watson (DW). Hasil uji DW dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah

Model Summaryb a. Predictors: (Constant), DOL, OE, CR, DAR

b. Dependent Variable: PBV

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar 1,909 dengan

jumlah sampel sebanyak 99 buah, dan jumlah variabel bebas sebanyak 4

(n = 99, k = 4), dan tingkat signifikansi sebesar 0,05. Dari data tersebut

maka batas dL = 1,589 dan dU = 1,757.

Interpretasi dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 4.5 di atas. Dari

Jika Keputusan

Intepretasi Hasil Uji Autokorelasi (DW)

Sumber: Data yang diolah peneliti, 2010

(58)

DU sebesar 1,757 dan lebih kecil dari batas DL sebesar 1,589, sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear

berganda (uji t dan uji F), karena variabel independen berjumlah lebih dari

satu. Analisis regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Sebelum melakukan analisis

regresi, terlebih dahulu dilakukan goodness of fit atau uji determinan untuk

menentukan kelayakannya. Kelayakan dapat dilihat dari nilai adjusted R

square yang mengukur proporsi atau persentase sumbangan variabel dependen

yaitu variabel current ratio (CR), operating earning (OE), debt to asset ratio

(DAR), dan degree of operating leverage (DOL). Nilai adjusted R square

dapat dilihat dari tabel 4.6 di bawah ini:

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai R sebesar 0,500 yang

mengindikasikan hubungan atau korelasi antara variabel CR, DAR, OE, dan

DAR (variabel independen) dengan variabel PBV (variabel dependen ) cukup Model Summaryb a. Predictors: (Constant), DOL, OE, CR, DAR

b. Dependent Variable: PBV

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Goodness of Fit

Gambar

Tabel 2.1.  Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel  3.1.  Operasional Variabel
Tabel  3.2.  Nilai Durbin Watson
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, dan operating profit margin terhadap perataan laba

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh investasi, likuiditas, profitabilitas, operating leverage, kebijakan dividen, struktur aset, ukuran perusahaan dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang bagaimana pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage, Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Ukuran Perusahaan dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel time interest earned ratio (TIER), degree of financial leverage (DFL), degree of operating leverage

Oleh karena itu untuk mengumpulkan data yang empiris tentang dampak keputusan investasi, leverage, profitabilitas ,dan rasio aktivitas terhadap price book value

Pengaruh Investasi, Likuiditas, Profitabilitas, Operating Leverage, Kebijakan Dividen, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Price Earning Ratio, Price to Book Value dan Debt to Equity Ratio secara simultan juga parsial terhadap Stock Price pada perusahaan

Hartanti 2014 meneliti tentang Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Leverage dan Rasio Profitabilitas Terhadap Price To Book Value pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di