• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembinaan Puskesmas Terhadap Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah Di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pembinaan Puskesmas Terhadap Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah Di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBINAAN PUSKESMAS TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR

KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh:

SAMIRA NIM 081000288

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PEMBINAAN PUSKESMAS TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR

KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : SAMIRA NIM : 081000288

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH PEMBINAAN PUSKESMAS TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR

KECAMATAN MEDAN AMPLAS TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

SAMIRA NIM : 081000288

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 16 Juni 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Drs. Surya Utama, MS. Siti Khadijah Nasution SKM. M.Kes. NIP. 19610831 198903 1 001 NIP. 19730803 199903 2 001

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Aman Nasution, MPH. dr. Fauzi, SKM.

NIP. 140019774 NIP. 140052649

Medan, Juni2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Pembinaan dan pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) bertujuan meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Cakupan pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah di Kota Medan menurun dari 44,77% menjadi 26,20% pada tahun 2009 yang mencakup pencapaian Puskesmas Amplas sebesar 17,70%.

Untuk mengetahui pengaruh pembinaan puskesmas terhadap pelaksanaan program UKS dilakukan penelitian yang bersifat survei dengan menggunakan pendekatan explanatory reasearch terhadap 38 sekolah dasar di Kecamatan Medan Amplas. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder diambil diambil dari laporan puskemas. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pembinaan lingkungan sekolah sehat (ρ=0,032) dan pembinaan ketenagaan (ρ=0,019) berpengaruh terhadap pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah, sedangkan variabel pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan sarana dan prasarana tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah. Model persamaan regresi yang terbentuk adalah Y = 17,890 (konstanta) + 1,082+ 1,853.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri berkoordinasi dalam pemantapan keberhasilan program UKS di Kota Medan dan kepada pihak puskesmas setempat agar bekerjasama dengan pihak sekolah dalam memberikan pelatihan dan bimbingan teknis medik bagi guru UKS secara periodik.

(5)

ABSTRACT

Enhancement and development of health school efforts aims to increase healthy life skills, health status of students and creating a healthy environment to enable growth and optimal children development. The scope of the implementation of health school efforts programme in Medan city continued to decline from 44.77% to 26.20% in 2009 which included the achievement of Amplas Health Center amounted to 17.70%.

To determine the influence of health center development on the implementation of health school efforts programme which was a survey research using an explanatory approach reasearch for 38 primary schools in Medan Amplas Subdistrict. Primary data was collected using questionnaires and secondary data taken from health center report. The data was processed and analyzed using multiple linear regression test.

The results showed that the variables healthy school environment development (ρ=0.032) and workforce development (ρ=0.019) affected the implementation of health school efforts programme, while the variables of health education, health care and facilities and infrastructure development did not affect the implementation of health school efforts programme. Model regression equation formed was Y = 17.890 (constant) + 1.082 + 1.853.

It is expected to Health Department, Education Office, Religious Ministry and Interior Ministry to coordinate in strengthening the successful of health school efforts programme in Medan city and to local health center to cooperate with school in providing training and technical medical guidance for teachers of health school efforts periodically.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Samira

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/28 Juli 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah Anak Ke : 2 dari 2 bersaudara

Alamat Rumah : Jln. Ketumbar No. 14 Kelurahan Bandar Sakti Kecamatan Bajenis Kotamadya Tebing Tinggi.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhaanahu Wa Ta’ala karena atas berkat Rahmat dan Karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pembinaan Puskesmas Terhadap Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah Di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

2. dr. Heldy BZ, MPH., selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Siti Khadijah Nasution SKM. M.Kes., selaku Dosen Pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

(8)

5. Bapak dr. Fauzi, SKM., selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Drs. Tukiman, MKM. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memperhatikan penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.

7. Seluruh dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis menjadi mahasiswa di FKM USU.

8. Kepala UPT TK dan SD Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Amplas dan seluruh staf yang telah membantu penelitian penulis.

9. Kepala Puskesmas Amplas dan seluruh staf yang telah membantu penelitian penulis.

10.Para Kepala Sekolah, Guru Penjaskes dan seluruh staf di SD/MI Kecamatan Medan Amplas yang telah membantu penelitian penulis.

11.Orang tua tercinta, Abud Sufi dan Hj. Faizah serta abang Kiki Samir tersayang yang telah memberikan kasih sayang yang tidak henti-hentinya, dukungan moral maupun materil dan do’a kepada penulis dan yang menjadi motivasi penulis selama ini.

12.Kerabat tercinta (Aunti Jiah, Aunti Jat, Hala Wardah, Ami Nasir, Ami Usman, Ami Otok, Ami Jamal, Ami Hakim, Mumu, Sonia, Faris, Ambok, Sakinah dan lain-lain) yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama ini.

(9)

14.Komuniti AKK (Cici, Yeyen, Yeni, Deni, Lobert, Rina, Sairama, Jhonson, Agusfardin, Yani, Adli, Ana, Ayu, Suster, Anni dan lain-lain) yang selalu memberi semangat dan bantuan kepada penulis.

15.Teman-teman Ekstensi 2008 : Dian, Yuyun, Ika, Dwi, Tria, Ayas, Ruth, Corry, Mona, Tigan, Eka, Desi, Rineka dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang saling menyemangati dalam penyelesaian skripsi ini.

16.Sahabat-sahabat : Ami, Diana, Anni, Susi, Mardiah, Muti, Ridha (Khususnya anak Kanker) dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis selama ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Puskesmas... ... 10

2.1.1. Definisi Puskesmas... ... 10

2.1.2. Visi dan Misi... ... 10

2.1.3. Tujuan... .... 11

2.1.4. Fungsi Puskesmas... .... 11

2.1.5. Upaya dan Azas Penyelenggaraan ... 13

2.2. Partisipasi ... 19

2.3. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)... 23

2.3.1. Definisi ... 23

2.3.2. Tujuan UKS... 24

2.3.3. Tujuan Pembinaan dan Pengembangan UKS... ... 25

2.3.4. Sasaran UKS... ... 25

2.3.5. Ruang Lingkup Program dan Pembinaan UKS... 26

2.3.6. Kebijakan dan Strategi Pembinaan dan Pengembangan UKS ... 28

2.3.7. Tugas Pokok dan Fungsi Masing-Masing Instansi ... 33

2.3.8. Organisasi Tim Pembina dan Tim Pelaksana UKS ... 35

2.3.9. Jangkauan Pelayanan Kesehatan ... 41

2.3.10. Program Pembinaan dan Pengembangan UKS ... 43

2.3.11. Petunjuk Pelaksanaan UKS di Puskesmas ... 52

2.3.12. Uraian Kegiatan Petugas Dalam Pelaksanaan UKS (TPUKS) ... 53

2.3.12. Uraian Kegiatan Guru UKS Dalam Pelaksanaan UKS ... 54

2.4. Kerangka Konsep ... 55

2.5. Hipotesis Penelitian ... 56

BAB III METODE PENELITIAN ... 57

3.1. Jenis Penelitian ... 57

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 57

(11)

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.5. Definisi Operasional... 58

3.6. Aspek Pengukuran ... 61

3.7. Teknik Analisa Data ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 63

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 63

4.1.1. Letak Geografis ... 63

4.1.2. Keadaan Geografis ... 63

4.1.3. Sarana Kesehatan ... 64

4.1.4. Sarana Pendidikan ... 64

4.2. Analisa Univariat ... 64

4.2.1. Gambaran Karakteristik Sekolah ... 65

4.2.2. Gambaran Pembinaan Puskesmas ... 66

4.2.3. Gambaran Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah ... 74

4.3. Analisa Bivariat ... 78

4.4. Analisa Multivariat... 80

4.5. Hasil Wawancara ... 81

BAB V PEMBAHASAN ... 83

5.1. Pengaruh Pembinaan Puskesmas Terhadap Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah ... 83

5.1.1. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah ... 83

5.1.2. Pengaruh Pelayanan Kesehatan Terhadap Pelaksanaan ... Program Usaha Kesehatan Sekolah ... 85

5.1.3. Pengaruh Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat Terhadap Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah ... 86

5.1.4. Pengaruh Pembinaan Ketenagaan Terhadap Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah ... 88

5.1.5. Pengaruh Pembinaan Sarana dan Prasarana Terhadap Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah ... 89

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 91

6.1. Kesimpulan ... 91

6.2. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1. Kuesioner

2. Hasil Pengolahan Statistik

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 61

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 62

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kecamatan Medan Amplas Menurut Jenis Kelamin ... 63

Tabel 4.2. Jenis Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Amplas... 64

Tabel 4.3. Jenis Sarana Pendidikan di Kecamatan Medan Amplas ... 65

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Sekolah ... 65

Tabel 4.5. Distribusi Sekolah Berdasarkan Pembinaan Puskesmas Melalui Pendidikan Kesehatan ... 66

Tabel 4.6. Distribusi Pembinaan Puskesmas Dalam Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan ... 67

Tabel 4.7. Distribusi Sekolah Berdasarkan Pembinaan Puskesmas Melalui Pelayanan Kesehatan ... 68

Tabel 4.8. Distribusi Pembinaan Puskesmas Dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan ... 69

Tabel 4.9. Distribusi Sekolah Berdasarkan Pembinaan Puskesmas Melalui Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat ... 70

Tabel 4.10. Distribusi Pembinaan Puskesmas Dalam Pelaksanaan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat ... 71

Tabel 4.11. Distribusi Sekolah Berdasarkan Pembinaan Puskesmas Melalui Pembinaan Ketenagaan ... 71

Tabel 4.12. Distribusi Pembinaan Puskesmas Dalam Pelaksanaan Pembinaan Ketenagaan ... 72

Tabel 4.13. Distribusi Sekolah Berdasarkan Pembinaan Puskesmas Melalui Pembinaan Sarana dan Prasarana ... 73

(13)
(14)

ABSTRAK

Pembinaan dan pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) bertujuan meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal. Cakupan pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah di Kota Medan menurun dari 44,77% menjadi 26,20% pada tahun 2009 yang mencakup pencapaian Puskesmas Amplas sebesar 17,70%.

Untuk mengetahui pengaruh pembinaan puskesmas terhadap pelaksanaan program UKS dilakukan penelitian yang bersifat survei dengan menggunakan pendekatan explanatory reasearch terhadap 38 sekolah dasar di Kecamatan Medan Amplas. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder diambil diambil dari laporan puskemas. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pembinaan lingkungan sekolah sehat (ρ=0,032) dan pembinaan ketenagaan (ρ=0,019) berpengaruh terhadap pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah, sedangkan variabel pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan sarana dan prasarana tidak berpengaruh terhadap pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah. Model persamaan regresi yang terbentuk adalah Y = 17,890 (konstanta) + 1,082+ 1,853.

Diharapkan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri berkoordinasi dalam pemantapan keberhasilan program UKS di Kota Medan dan kepada pihak puskesmas setempat agar bekerjasama dengan pihak sekolah dalam memberikan pelatihan dan bimbingan teknis medik bagi guru UKS secara periodik.

(15)

ABSTRACT

Enhancement and development of health school efforts aims to increase healthy life skills, health status of students and creating a healthy environment to enable growth and optimal children development. The scope of the implementation of health school efforts programme in Medan city continued to decline from 44.77% to 26.20% in 2009 which included the achievement of Amplas Health Center amounted to 17.70%.

To determine the influence of health center development on the implementation of health school efforts programme which was a survey research using an explanatory approach reasearch for 38 primary schools in Medan Amplas Subdistrict. Primary data was collected using questionnaires and secondary data taken from health center report. The data was processed and analyzed using multiple linear regression test.

The results showed that the variables healthy school environment development (ρ=0.032) and workforce development (ρ=0.019) affected the implementation of health school efforts programme, while the variables of health education, health care and facilities and infrastructure development did not affect the implementation of health school efforts programme. Model regression equation formed was Y = 17.890 (constant) + 1.082 + 1.853.

It is expected to Health Department, Education Office, Religious Ministry and Interior Ministry to coordinate in strengthening the successful of health school efforts programme in Medan city and to local health center to cooperate with school in providing training and technical medical guidance for teachers of health school efforts periodically.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia adalah dengan pendidikan. Kualitas pendidikan berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang berkualitas pula. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas adalah yang memiliki jasmani dan rohani yang sehat. Upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas dan sehat antara lain dengan melaksanakan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 79 Ayat 1 tentang kesehatan menjelaskan bahwa, kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan setinggi-tingginya menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Ayat 2 menjelaskan bahwa, kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud ayat (1) diselenggarakan melalui sekolah formal dan informal atau melalui lembaga pendidikan lain (Depkes, 2009).

Pada Tahun 1956 telah dirintis kerja sama antara Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan, dan Departemen Dalam Negeri dalam bentuk proyek Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Perkotaan di Jakarta dan UKS Pedesaan di Bekasi. Selanjutnya pada Tahun 1970 dibentuk panitia bersama UKS antara Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pada Tahun 1980

(17)

ditingkatkan menjadi Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Kesehatan tentang pembentukan Kelompok Kerja UKS. Pada Tahun 1982 ditandatangani Piagam Kerja sama antara Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan dan Direktur Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama tentang Pembinaan Kesehatan Anak dan Perguruan Agama Islam. Untuk lebih memantapkan pembinaan UKS secara terpadu, diterbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB 4 Menteri) antara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Widaninggar, 2003).

Pada Tahun 2004 keputusan tersebut diperbaharui oleh Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri, tentang UKS yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih sehat dan derajat kesehatan peserta didik maupun warga belajar serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya (Depdagri, 2003).

(18)

lainnya, meskipun demikian kelompok ini merupakan kelompok yang rawan karena berada dalam periode pertumbuhan dan perkembangan (Widaninggar, 2003).

Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sukman Tulus Putra, Usaha kesehatan sekolah (UKS) yang dilaksanakan sampai saat ini dirasakan kurang optimal. Ada UKS yang berjalan dengan baik, sehingga mendapat penghargaan dari Kementerian Kesehatan, tetapi banyak juga sekolah yang tidak melaksanakannya atau hanya sekadar formalitas belaka. Ke depan, peran UKS harus dioptimalkan karena upaya menanamkan kebiasaan hidup sehat harus dimulai sejak anak-anak. Guru memiliki peran penting untuk mengoptimalkan UKS mulai tingkat SD sampai SMA. Untuk itu, diperlukan kerja sama antara Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, dan pemerintah daerah untuk memberi pelatihan khusus kepada guru-guru pembina UKS (Force, 2010).

Kesehatan Sekolah adalah upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan dalam rangka pembinaan kesehatan anak usia sekolah. Sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak bahwa anak adalah orang yang berusia 0-21 tahun dan belum menikah. Pembinaan kesehatan anak dibagi atas dua bagian besar yaitu: (1) Pembinaan kesehatan bayi, balita serta anak prasekolah (kelompok umur 0-6 tahun), (2) Pembinaan kesehatan anak usia sekolah (kelompok umur 7-21 tahun). Perbedaan kelompok sasaran ini dilakukan karena adanya permasalahan yang berbeda yang memerlukan pola pembinaan kesehatan yang berbeda pula (Effendy, 1995).

(19)

serta kerjasama. Kerjasama tim di tingkat puskesmas sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah, kerjasama ini terdiri dari beberapa program yang terlibat didalamnya diantaranya dokter, perawat komunitas, petugas gigi, ahli gizi, petugas sanitasi, petugas posyandu dan tenaga kesehatan lainnya yang dikoordinir oleh Kepala Puskesmas (Zein, 2008).

Pelaksanaan pembinaan oleh petugas kesehatan setiap tahun dilakukan menjelang pendaftaran siswa-siswi baru, yaitu dilakukan pemeriksaan baik secara fisik maupun secara mental. Tidak hanya pemeriksaan kesehatan fisik, namun juga akan di screening mengenai kesehatan mental. Jika dalam pemeriksaan tersebut calon siswa-siswi terdeteksi mempunyai penyakit, maka segera akan dirujuk ke puskesmas. Sasaran dari program ini yakni Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) dan Pondok Pesantren (Afifah, 2010).

(20)

Dunia WHO (World Health Organization) melalui gerakan Global School Health Initiative yang saat ini tengah bergema di seluruh dunia (Ardi, 2009).

Hal ini juga ditegaskan kembali oleh Menkes Siti Fadilah Supari ketika membuka Rapat Kerja Nasional Usaha Kesehatan Sekolah (Rakernas UKS) ke-7 di Solo Tanggal 3 Desember 2004, yang mengatakan bahwa UKS bukan hanya dilaksanakan di Indonesia, tetapi dilaksanakan di seluruh dunia. Oleh karena itu Organisasi Kesehatan Dunia WHO telah mencanangkan konsep sekolah sehat. Lebih lanjut ditegaskan bahwa masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak usia sekolah dan remaja sangat kompleks dan bervariasi (Ardi, 2009).

Program tentang pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah dilaksanakan melalui tiga program pokok yang meliputi : pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat. Dalam mendukung pelaksanaan tiga program pokok UKS di sekolah ataupun satuan pendidikan luar sekolah diperlukan program pendukung yang meliputi : ketenagaan, pendanaan, sarana prasarana serta penelitian dan pengembangan, pembinaan serta pengembangan usaha kesehatan sekolah (UKS) dilaksanakan oleh tim UKS yang terdiri atas : tim pembina UKS pusat, tim pembina UKS propinsi, tim pembina UKS kabupaten/kota, tim pembina UKS kecamatan, tim pembina UKS di sekolah (Depkes, 2007).

(21)

dengan alasan : (1) Populasinya tergolong besar karena jumlah anak usia sekolah mencapai 30 % dari jumlah penduduk (Depkes, 2008), (2) Mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik di institusi-institusi sekolah, (3) Pendidikan dan pelayanan kesehatan yang diberikan sejak dini jauh lebih baik dari pada diberikan pada usia yang sudah agak terlambat, (4) Anak usia sekolah merupakan generasi penerus yang potensial karena sebentar lagi mereka akan berumah tangga, menjadi orang tua dan mempunyai anak, maka nasib anak-anaknya dalam bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan banyak bergantung kepada mereka, (5) Masalah kesehatan yang dialami anak usia sekolah ternyata sangat kompleks dan bervariasi, (6) Banyak kegiatan dapat diintegrasikan dengan program UKS, (7) Anak usia sekolah merupakan SDM yang sangat berharga bagi Negara (Wijaya, 2010).

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pembinaan ialah Lubis (2004) yang menunjukkan adanya pengaruh pembinaan dan pelayanan kesehatan terhadap keberhasilan program. Dan penelitian yang berhubungan dengan UKS ialah Yeni (2008) yang menyatakan adanya pengaruh Faktor Predisposing, Enabling dan Reinforcing dengan perilaku guru UKS dalam pelaksanaan program UKS.

(22)

Tolak ukur keberhasilan pembinaan dilihat dari peserta didik dan lingkungan sekolah. Peserta didik dilihat dari keadaan sehat, tidak sakit-sakitan, bebas narkoba, absensi menurun, pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sesuai dengan golongan usia serta murid TK da SD/madrasah telah mendapatkan imunisasi ulangan. Sedangkan dari lingkungan sekolah dilihat semua ruangan, kamar mandi, jamban, pekarangan bersih, tidak ada sampah dan ada sumber air bersih (Effendy, 1995).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Kabupaten/Kota, cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 100 % pada Tahun 2010 (Depkes 2008). Dinas Kesehatan Sumatera Utara dalam Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 menunjukkan cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI Kota Medan sebanyak 24.764 siswa (44,77%) dari jumlah seluruhnya 55.313 siswa. Tetapi kemudian jumlahnya menurun berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2009, yaitu sebanyak 81,891 siswa (26,20%) dari jumlah keseluruhan 312.583 siswa, yang didalamnya mencakup Kecamatan Medan Amplas sebesar 17,70%.

(23)

Penelitian survei yang bersifat deskriptif telah dilakukan oleh Mursyid mengenai pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan Tahun 2003. Sebagai sampel terpilih 7 Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Amplas. Hasil penelitian bahwa : (1) Pembinaan dokter kecil sebesar 57,1%, (2) Dana sehat dan kantin sekolah sebesar 57.1%, (3) pengangkatan guru UKS dalam bentuk surat keputusan sebesar 42,9%, (4) Seluruh sekolah tidak pernah melakukan pelatihan guru UKS, (5) Perencanan kegiatan UKS sebesar 71,4%, (6) Fasilitas yang dimiliki hanya obat-obatan (85,7%), (7) Frekuensi kegiatan UKS sebesar 71,4% dan dilakukan sebanyak 5 kali dalam sebulan, (8) Mengalokasikan waktu untuk pemberian materi UKS selama 40 menit sebesar 57,1%, (9) Tingkat absensi anak didik kategori tinggi (diatas 80%), (10) Tingkat pengetahuan anak didik tentang program UKS kategori sedang. Dapat disimpulkan program UKS di Kota Medan belum berhasil, karena sebagian besar indikator keberhasilan belum ada yang mencapai hasil 80%.

Wawancara telah dilakukan oleh peneliti dengan petugas program UKS Puskesmas Amplas. Puskesmas tersebut membina 36 SD dan 2 MI, dari seluruh jumlah SD/MI hanya 28 sekolah yang memiliki UKS dan hanya 8 sekolah yang memiliki ruang UKS. Seluruh sekolah memiliki guru Pembina UKS tetapi hanya 19 sekolah yang memiliki guru Pembina UKS yang telah dilatih. Tahun 2010, puskesmas tidak melakukan pembinaan dokter kecil.

(24)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu : bagaimana pengaruh pembinaan puskesmas (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah sehat, pembinaan ketenagaan dan pembinaan sarana dan prasarana) terhadap pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menjelaskan pengaruh pembinaan puskesmas (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan lingkungan sekolah sehat, pembinaan ketenagaan dan pembinaan sarana dan prasarana) terhadap pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Medan Amplas Tahun 2011.

1.4. Manfaat penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kementerian Agama dan Kementerian Dalam Negeri dalam mengembangkan dan melaksanakan UKS di masa yang akan datang.

2. Sebagai masukan bagi pihak puskesmas dan pihak sekolah dalam mengembangkan dan melaksanakan UKS di masa yang akan datang.

3. Sebagai masukan dan menambah wawasan mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puskesmas

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) antara lain:

2.1.1. Definisi Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelayanan teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004).

2.1.2. Visi dan Misi 1. Visi

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

(26)

2. Misi

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah :

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Depkes RI, 2004).

2.1.3. Tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

2.1.4. Fungsi Puskesmas

Ada 3 (tiga) fungsi puskesmas :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

(27)

usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.

2. Pusat pemberdayaan masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyuruh, terpadu dan berkesinambungan, meliputi:

a. Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (privat goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat

(28)

2.1.5. Upaya dan Azas Penyelenggaraan 2.1.5.1. Upaya

1. Upaya Kesehatan Wajib

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia.

Upaya kesehatan wajib tersebut adalah : a. Upaya promosi kesehatan

b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencan d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Upaya pengobatan

2. Upaya Kesehatan Pengembangan

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada yakni :

a. Upaya kesehatan sekolah b. Upaya kesehatan olahraga

(29)

d. Upaya kesehatan kerja

e. Upaya kesehatan gigi dan mulut f. Upaya kesehatan jiwa

g. Upaya kesehatan mata h. Upaya kesehatan usia lanjut

i. Upaya pembinaan pengobatan tradisional

2.1.5.2. Azas Penyelenggaraan 1. Azas pertanggungjawaban wilayah

Azas pertanggungjawaban wilayah mengandung arti puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal diwilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :

a. Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan sehingga berwawasan kesehatan.

b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

c. Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya.

(30)

2. Azas pemberdayaan masyarakat

Azas pemberdayaan masyarakat mengandung arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:

a. Upaya kesehatan ibu dan anak: posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita (BKB).

b. Upaya pengobatan: posyandu, Pos Obat Desa (POD).

c. Upaya perbaikan gizi: posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).

d. Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren). e. Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa

Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)

f. Upaya kesehatan usia lanjut: posyandu usila, panti wreda. g. Upaya kesehatan kerja: Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

h. Upaya kesehatan jiwa: posyandu, tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat (TPKJM)

(31)

3. Azas keterpaduan

Untuk mengatasi keterbatasan sumber daya serta diperolehnya hasil yang opimal, penyelenggaraan setiap upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan yakni :

a. Keterpaduan lintas program

Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang menjadi tanggung jawab puskesmas, antara lain:

1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS): keterpaduan KIA dengan P2M, gizi, promosi kesehatan, pengobatan.

2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS): keterpaduan kesehatan lingkungan dengan promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan jiwa.

3) Puskesmas keliling: keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan, kesehatan gigi.

4) Posyandu: keterpaduan KIA dengan KB, gizi, P2M, kesehatan jiwa, promosi kesehatan,

b. Keterpaduan lintas sektor

(32)

1) Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama.

2) Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian.

3) Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB.

4) Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama, pertanian, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB.

5) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan.

4. Azas rujukan

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal dalam arti antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas, ada dua macam rujukan yang dikenal, yakni : a. Rujukan upaya kesehatan perorangan

(33)

penyekit tertentu, maka puskesmas tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam :

1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (misal operasi) dan lain-lain.

2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.

3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas dan atau menyelenggarakan pelayanan medik spesialis di puskesmas.

b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan dan bencana. Rujukan juga dilakukan apabila satu puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya kesehatan wajib dan pengembangan, padahal upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga macam :

1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksis, bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.

(34)

3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya kewenangan dan tanggungjawab penyelesaian masalah kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain usaha kesehatan sekolah, usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada dinas kesehatan kabupaten/kota (Depkes RI, 2004).

2.2. Partisipasi

Partisipasi berarti ikut berperan dalam suatu kegiatan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989).

Partisipasi adalah keadaan dimana individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan diri, keluarga, ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya (Ditjen PP dan PL Depkes RI, 1994).

Partisipasi ada keikutsertaan seorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan (Mardikanto, 2003).

Mikkelson dalam Soetomo (2006) menginventarisasi adanya 6 tafsiran dan makna yang berbeda tentang partisipasi :

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menanggapi proyek-proyek pembangunan. 3. Partisipasi adalah kemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf

(35)

4. Partisipasi adalah proses yang aktif yang mengandung arti bahwa orang atau sekelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.

5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam membangun diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Menurut Margono dalam Mardikanto (2003, menyatakan bahwa tumbuh kembangnya partisipasi dalam pembangunan sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:

1. Adanya kesempatan untuk berpartisipasi

Dalam kenyataan, banyak program pembangunan yang kurang memperoleh partisipasi masyarakat karena kurangnya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi. Dilain pihak, juga sering dirasakan tentang kurang informasi yang disampaikan yang kepada masyarakat mengenai kapan dan dalam bentuk apa mereka dapat dituntut untuk berpartisipasi.

2. Adanya kemauan untuk berpartisipasi

Kemauan untuk berpartisipasi merupakan kunci utama bagi tumbuh dan berkembangnnya partisipasi masyarakat. Kesempatan dan kemampuan yang cukup belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk turut membangun.

(36)

a. Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas diri. b. Sikap kemandirian atau percaya diri atas kemampuannya memperbaiki mutu

hidupnya.

3. Adanya kemampuan untuk berpartisipasi

Yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah:

a. Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan untuk membangun atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya)

b. Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki

c. Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.

Cary dalam Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa partisipasi dapat tumbuh jika 3 (tiga) kondisi berikut terpenuhi :

1. Merdeka untuk berpartisipasi, berarti adanya kondisi yang memungkinkan anggota-anggota masyarakat untuk berpartisipasi.

2. Mampu untuk berpartisipasi, adanya kapasitas dan kompetensi anggota masyarakat sehingga mampu untuk memberikan sumbangan saran yang konstruktif untuk program.

(37)

Ketiga kondisi itu harus hadir secara bersama-sama. Apabila orang mau dan mampu tetapi tidak merdeka untuk berpartisipasi, maka orang tidak akan berpartisipasi, maka orang tidak akan berpartisipasi.

Ross dalam Notoadmodjo (2005), berpendapat ada tiga prakondisi tumbuhnya partisipasi, yaitu :

1. Mempunyai pengetahuan yang luas dan latar belakang pendidikan yang memadai sehingga dapat mengidentifikasi masalah, prioritas masalah dan melihat secara komprehensif.

2. Mempunyai kemampuan untuk belajar cepat tentang permasalahan dan belajar untuk mengambil keputusan.

3. Kemampuan mengambil tindakan dan bertindak efektif.

4. Mempunyai persepsi serta keyakinan yang positif tentang masalah yang dihadapi. Chapin dalam Notoatmodjo (2005), mengemukakan partisipasi dapat diukur dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu :

1. Kehadiran individu dalam pertemuan-pertemuan. 2. Memberikan bantuan dan sumbangan keuangan. 3. Keanggotaan dalam kepanitiaan.

4. Posisi kepemimpinan.

Sutton dan Kolaja dalam Notoatmodjo (2005), membagi peran-peran dalam partisipasi program menjadi 3 (tiga), yaitu :

(38)

2. Penerima adalah pihak yang nantinya akan menerima manfaat dari program yang dijalankan.

3. Publik adalah pihak yang tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan program, tetapi dapat membantu pihak pelaku.

2.3. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 2.3.1. Definisi

1. Sekolah

Sekolah adalah Taman Kanak-Kanak, TKLB, Raudhatul Atfal, SD, SDLB, MI, SMP, SMPLB, MTs, SMA, SMK, SLTA Luar Biasa, MA serta satuan Pendidikan Keagamaan yang sederajat dan setara termasuk Pondok Pesantren baik jalur pendidikan sekolah maupun luar sekolah (Widaninggar, 2003).

Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah dibantu oleh wakil kepala sekolah.Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbeda, tergantung dengan kebutuhannya. 2. Peserta Didik

Peserta didik adalah semua anak yang mengikuti pendidikan di sekolah sesuai butir 1.

(39)

3. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah segala usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan anak usia sekolah pada jalur, jenis dan jenjang pendidikan mulai dari TK/RA sampai SMU/SMA/MA.

Usaha Kesehatan Sekolah disingkat UKS adalah suatu usaha yang dilakuka kawasan lingkungan sekolah. UKS biasanya dilakukan di ruang kesehatan suatu sekolah.

4. Warga Sekolah

Warga sekolah adalah setiap orang yang berperan di dalam proses belajar mengajar di sekolah.

5. Masyarakat Lingkungan Sekolah

Masyarakat lingkungan sekolah ialah semua masyarakat yang berada di lingkungan sekolah selain warga sekolah.

6. Pedoman Pembinaan

Pedoman pembinaan ialah acuan bagi Tim Pembinaan UKS untuk melaksanakan dan mengembangkan UKS di wilayahnya.

2.3.2. Tujuan UKS

(40)

memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.

Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang di dalamnya mencakup:

1. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta partisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan di perguruan agama, di rumah tangga, maupun di lingkungan masyarakat.

2. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial maupun lingkungan

3. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan narkoba, alkohol dan kebiasaan merokok serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah pornografi dan masalah sosial lainnya (Widaninggar, 2003).

2.3.3. Tujuan Pembinaan dan Pengembangan UKS

Tujuan pembinaan dan pengembangan UKS adalah agar pengelolaan UKS mulai dari pusat sampai ke daerah dan sekolah/madrasah dilaksanakan secara terpadu, terarah, intensif, berkesinambungan sehingga diperoleh hasil yang optimal (Widaninggar, 2003).

2.3.4. Sasaran UKS

(41)

2. Sasaran sekunder ; guru, pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelolaan kesehatan, serta TP UKS disetiap jenjang.

3. Sasaran tertier ;

a. Lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai pada sekolah lanjutan atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya.

b. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan c. Lingkungan, yang meliputi:

1) Lingkungan sekolah 2) Lingkungan keluarga

3) Lingkungan masyarakat sekitar sekolah (Widaninggar, 2003).

2.3.5. Ruang Lingkup Program Dan Pembinaan UKS 2.3.5.1. Ruang lingkup program UKS

Ruang lingkup program UKS adalah ruang lingkup yang tercermin dalam Tiga Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah (TRIAS UKS), yaitu sebagai berikut: 1. Penyelenggaraan Pendidikan kesehatan, yang meliputi aspek:

a. Pemberian pengetahuan dan keterampilan tentang prinsip-prinsip hidup sehat b. Penanaman perilaku/kebiasaan hidup sehat dan daya tangkal pengaruh buruk

dari luar

c. Pelatihan dan penanaman pola hidup sehat agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari

(42)

a. Pelayanan kesehatan

b. Pemeriksaan penjaringan peserta didik c. Pengobatan ringan dan P3K dan P3P d. Pencegahan penyakit

e. Penyuluhan Kesehatan

f. Pengawasan warung sekolah dan perbaikan gizi

g. Pencatatan dan pelaporan tentang keadaan penyakit dan status gizi dan hal lainnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan

h. Rujukan kesehatan ke puskesmas

3. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat, baik, fisik, mental, social maupun lingkungan yang meliputi:

a. Pelaksanaan 7K (kesehatan, kebersihan, keindahan, kenyamanan, ketertiban, keamanan dan kerindangan)

b. Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan

c. Pembinaan kerja sama antar masyarakat sekolah (guru, murid, pegawai sekolah, orang tua murid, dan masyarakat sekolah)

2.3.5.2. Ruang lingkup pembinaan UKS Ruang lingkup pembinaan UKS meliputi: 1. Pendidikan kesehatan

2. Pelayanan kesehatan

(43)

5. Sarana prasarana

6. Penelitian dan pengembangan

7. Manajemen/organisasi (Widaninggar, 2003).

2.3.6. Kebijaksanaan Dan Strategi Pembinaan dan Pengembangan UKS 2.3.6.1. Kebijaksanaan Umum

Kebijaksanaan umum adalah kebijaksanaan pelaksanaan dalam rangka memberikan landasan dan pedoman pembinaan dan pengembangan UKS untuk dilaksanakan secara terpadu, merata, menyeluruh, berhasil guna, dan berdaya guna. Kebijaksanaan pelaksanaan adalah sebagai berikut:

1. Kesinambungan program UKS dari anak pra sekolah dan usia sekolah sampai tingkat SLTA. Dengan sasaran cakupan anak umur 5-9 tahun baik anak yang normal maupun berlainan yang berada di sekolah dan luar sekolah, meliputi kegiatan:

a. TK/RA/BA

b. SD/MI/Paket A setara SD c. SLTP/MTs/Paket B secara SMP d. SMU/SMK/MA/Paket C setara SMA e. Pondok pesantren

f. Sanggar Kegiatan Belajar/PKBM/BPKB

(44)

3. Pembinaan dan pengembangan UKS dihasilkan secara Lintas Sektor melalui kegiatan yang terpadu dan berkesinambungan.

4. Upaya pendidikan kesehatan diselenggarakan melalui kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.

5. Upaya kesehatan dilakukan secara menyeluruh baik yang meliputi upaya promotif (peningkatan kesehatan), preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan) maupun rehabilitatif (pemulihan), namun lebih diutamakan pada upaya promotif dan preventif yang dilakukan secara terpadu dibawah koordinasi dan bimbingan teknis langsung dari puskesmas.

6. Upaya peningkatan lingkungan sekolah yang sehat diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan dan pelayanan kesehatan serta UKS secara keseluruhan, dengan memberdayakan sumber daya yang ada dan meningkatkan peran serta masyarakat.

7. Tugas dan fungsi Tim Pembina (TP) UKS Pusat dan daerah disesuaikan pula dengan peraturan perundangan yang berlaku.

8. Optimalisasi program UKS pada setiap jenis dan jenjang pendidikan.

9. Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan UKS dilakukan dengan peran serta aktif pemerintah (pusat dan daerah), orang tua dan masyarakat.

(45)

2.3.6.2. Kebijaksanaan Pelaksanaan

1. Pemberdayaan Kabupaten/Kota dalam perencanaan terpadu (lintas program/lintas sektor), terkait operasional, serta tindak lanjut.

2. Meninjau kembali program lama dan menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini termasuk mempertimbangkan adanya peraturan perundang-undangan yang baru. 3. Mengupayakan program UKS yang integrated (lintas program/lintas sektor)

4. Pemberdayaan masyarakat, dunia usaha dan LSM di dalam pengembangan program UKS.

5. Meningkatkan dan memantapkan program UKS melalui: a. Akselerasi program pembinaan dan pengembangan UKS b. Rapid survey

c. Operasional Research (OR) (Litbang)

6. Melengkapi sarana dan prasarana UKS yang memadai

7. Sekretariat TP UKS yang lebih berdaya guna dan berhasil guna

8. Memfungsikan secara optimal peranan lembaga-lembaga pendidikan baik pada jalur sekolah maupun jalur luar sekolah

(46)

2.3.6.3. Langkah-langkah

Langkah-langkah yang diambil adalah:

1. Menetapkan pola pembinaan dan pengembangan UKS, berupa peningkatan paket standar layanan kesehatan dan pendidikan, dan pengembangan program menuju Sekolah Promosi Kesehatan.

2. Membentuk wadah kerja sama lintas sektor terkait di Pusat dan daerah (TP UKS dan Sekretariat TP UKS).

3. Meningkatkan cakupan yang lanjutkan dengan mutu program UKS melalui keterpaduan program secara profesional.

4. Menyelenggarakan upaya promotif dan preventif untuk menanggulangi dan mencegah masalah kesehatan jiwa yang mendesak seperti ketergantungan kepada narkotika, kebiasaan merokok, minuman keras dan bahan berbahaya, kebakalan remaja, kriminalis/psikosa peserta didik.

5. Mengoptimalisasi program-program “life skill education” khususnya dalam upaya meningkatkan keterampilan psikososial, yang pengembangannya melalui kemasan substansi kesehatan atau melalui pendidikan keterampilan hidup sehat. 6. Mengupayakan pengadaan tenaga Pembina UKS, sarana dan prasarana serta

pemeliharaannya baik di pusat maupun di daerah.

7. Melaksanakan penelitian dan pengembangan UKS secara terpadu, teratur, dan terencana.

(47)

2.3.6.4. Strategi Pelaksanaan

1. Seluruh jajaran Tim Pembina UKS perlu memperkuat dan meningkatkan fungsi konsultatif dan advokasi terhadap program-program UKS secara menyeluruh. 2. TP UKS Pusat menyusun kebijakan yang bersifat operasional di daerah

dilimpahkan kepada daerah dengan memperhatikan kesehatan fisik, mental dan sosial dengan penekanan pada paradigma sehat sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat.

3. Meningkatkan peran serta orang tua dan menjalin kemitraan dengan dunia usaha/LSM/masyarakat lainnya. Masing-masing sektor/departemen menempatkan UKS sebagai program prioritas. Masing-masing sektor/departemen mengalokasikan dana program UKS sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsinya (TUPOKSI).

4. Mengoptimalkan peranan lembaga-lembaga pendidikan yang ada baik pada jalur sekolah, maupun jalur luar sekolah sesuai jenis dan jenjang pendidikan terhadap program UKS.

5. Perlunya memantapkan standar pelayanan minimal SPM UKS sebagai masukan bagi kabupaten/kota dan legislatif.

(48)

2.3.7. Tugas Pokok dan Fungsi Masing-Masing Instansi 2.3.7.1. Departemen Pendidikan Nasional

Membina dan mengembangkan program UKS melalui jalur kurikuler (kurikulir dan ekstrakurikuler), termasuk di dalamnya:

1. Merumuskan kebijakan teknis pengembangan kurikulum dansaran pendidikan kesehatan

2. Mengembangkan metodologi pendidikan kesehatan. 3. Mengembangkan model pendidikan kesehatan

4. Bersama Depag, Depkes, dan Depdagri merumuskan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah

5. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah 6. Mengamankan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah 7. Melaksanakan SPEM

8. Melaksanakan penelitian dan pengembangan

2.3.7.2. Departemen Kesehatan

Membina dan mengembangkan progam UKS melalui jalur ekstrakurikuler : 1. Merumuskan kebijakan teknis, penyusunan standar teknis, norma, pedoman,

kriteria, prosedur dan bimbingan teknis serta penyiapan evaluasi yang terkait dengan layanan kesehatan di sekolah dan perguruan agama.

(49)

3. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di sekolah dan perguruan agama melalui kerja sama dengan sektor terkait dalam TP UKS. 4. Mengamankan kebijaksanaan teknis pelayanana kesehatan di sekolah dan

perguruan agama.

5. Melaksanakan pembinaan Manajemen Sekolah Sehat di sekolah dan perguruan agama.

6. Melaksanakan SPEM

7. Melaksanakan penelitian dan pengembangan.

2.3.7.3. Departemen Agama

Melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS pada perguruan agama, termasuk di dalamnya:

1. Bersama Depdiknas, Depkes, Depdagri merumuskan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di perguruan agama.

2. Melaksanakan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di perguruan agama.

3. Mengamankan kebijakan teknis pembinaan dan pengembangan UKS di perguruan agama.

4. Melaksanakan SPEM.

5. Melaksanakan penelitian dan pengembangan.

2.3.7.4. Departemen Dalam Negeri

(50)

2. Melaksanakan SPEM.

3. Melaksanakan peelitian dan pengembangan (Widaninggar, 2003).

2.3.8. Organisasi Tim Pembina dan Tim Pelaksana UKS 2.3.8.1. Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah

Untuk melaksanakan berbagai upaya pembinaan dan pengembangan UKS secara terpadu dan terkoordinasi perlu di susun organisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) secara berjenjang sebagai berikut:

a. Tim Pembina UKS Pusat dibentuk di tingkat Pusat ditetapkan oleh Mendiknas, Menkes, Menag, dan Mendagri (SKB 4 Menteri).

b. Tim Pembina UKS Provinsi dibentuk di tingkat Provinsi ditetapkan oleh Gubernur.

c. Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota dibentuk di tingkat Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota.

d. Tim Pembina UKS Kecamatan dibentuk di tingkat Kecamatan ditetapkan oleh Camat.

2.3.8.2. Tim Pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah

Untuk lebih memfokuskan pelaksanaan tiga program pokok UKS di sekolah, maka dibentuk Tim Pelaksana UKS mulai dari tingkat TK/RA, SD/MI sampai SLTA/MA dan Pondok Pesantren serta satuan pendidikan luar sekolah yang ditetapkan kepala sekolah/madrasah dan ponpes/kepala SKB/PKBM/BPKB.

(51)

a. Tim Pembina UKS Provinsi disampaikan kepada Tim Pembina UKS Pusat.

b. Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota disampaikan kepada Tim Pembina UKS Provinsi dan Tim Pembina UKS Pusat.

c. Tim Pembina UKS Kecamatan disampaikan kepada Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota dan Tim Pembina UKS Provinsi.

d. Tim Pelaksana di sekolah dan perguruan agama disampaikan kepada Tim Pembina UKS kecamatan dan Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota.

2.3.8.3. Fungsi dan Tugas Tim Pembina dan Tim Pelaksana UKS 1. Tim Pembina UKS Pusat

a. Fungsi Tim Pembina UKS Pusat

Tim pembina UKS pusat berfungsi sebagai pembantu menteri dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS berdasarkan pokok-pokok kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan UKS, SKB 4 Menteri.

b. Tugas Tim Pembina UKS Pusat

1) Merumuskan kebijakan mengenai pembinaan dan pengembangan UKS. 2) Mengkoordinasikan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pokok

kebijakan pembinaan dan pengembangan UKS di tingkat pusat.

3) Membina dan mengembangkan UKS serta melakukan supervisi di seluruh provinsi dan atau kabupaten/kota.

4) Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan UKS.

(52)

2. Tim Pembina UKS Provinsi

a. Fungsi Tim Pembina UKS Provinsi

Tim pembina UKS provinsi berfungsi melaksanakan pembinaan dan pengembangan UKS di tingkat provinsi serta berfungsi sebagai pembina dan kooordinator program UKS seluruh kabupaten/kota yang ada diwilayahnya. b. Tugas Tim Pembina UKS Provinsi

1) Menyusun bahan rancangan untuk pelaksanaan pembinaan dan pengembangan UKS provinsi sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh TP UKS pusat dan tim UKS provinsi/gubernur.

2) Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan UKS di daerahnya.

3) Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijaksanaan TP UKS pusat, provinsi dengan instansi lain di daerahnya.

4) Memberikan bimbingan dan petunjuk serta supervisi pelaksanaan UKS di kabupaten/kota.

5) Mengkoordinasikan pembinaan dan pengembangan TP UKS kabupaten/kota.

6) Melaksanakan tugas-tugas tertentu dibidang UKS yang diberikan oleh TP UKS pusat.

7) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas dibidang UKS oleh instansi terkait di daerah, yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja dengan departemen masing-masing di tingkat pusat.

(53)

9) Menyusun dan menyampaikan laporan tahunan secara teratur dan laporan insedentil sesuai kebutuhan ke TP UKS pusat.

10) Mengadakan Rakerda yang diikuti oleh seluruh TP UKS kabupaten sekali setahun.

11) Menghadiri Rakernas UKS yang diselenggarakan oleh TP UKS pusat.

3. Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota

a. Fungsi Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota

Tim pembina UKS kabupaten/kota berfungsi sebagai Pembina, koordinator dan pelaksana program UKS di daerahnya berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

b. Tugas Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota

1) Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerja, rencana kebutuhan sarana/prasarana, tenaga dan dana sesuai kebutuhan daerah dengan mengacu pada kebijaksanaan/pedoman yang ditetapkan TP UKS pusat dan TP UKS provinsi.

2) Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan UKS di daerah. 3) Melakukan pembinaan dan pengembangan kepada TP UKS kecamatan

dan tim pelaksana UKS di sekolah dan perguruan agama.

4) Memberikan bimbingan dan petunjuk serta supervisi dalam rangka menggerakkan pelaksanaan UKS di kecamatan.

(54)

6) Mengevaluasi, mengendalikan, membimbing dan mencatat pelaksanaan UKS oleh TP UKS kecamatan dan Tim Pelaksana UKS.

7) Melaksanakan tugas-tugas tertentu di bidang UKS yang diberikan oleh TP UKS pusat dan provinsi.

8) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas-tugas di bidang UKS oleh instansi-instansi di daerah yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja dengan departemen/instansi masing-masing.

9) Mengadakan penelitian dan penilaian dan pengembangan UKS di daerah dan daerahnya.

10) Mengadakan hubungan kerja dan pendekatan dengan berbagai instansi di tingkat pusat maupun instansi pemerintah daerah kabupaten/kota dalam rangka pembinaan dan pengembangan UKS.

11) Menyusun dan menyampaikan laporan tengan bulanan secara teratur dan laporan insidental sesuai kebutuhan.

12) Mengadakan rapat kerja UKS kabupaten/kota yang dihadiri seluruh TP UKS kecamatan sekali setahun.

4. Tim Pembina UKS Kecamatan

a. Fungsi Tim Pembina UKS Kecamatan

(55)

b. Tugas Tim Pembina UKS Kecamatan

1) Membina dan mengembangkan kegiatan UKS di sekolah/madrasah dan perguruan agama.

2) Mengkoordinasikan pelaksanaan program UKS di wilayahnya sesuai dengan pedoman dan petunjuk TP UKS kabupaten/kota.

3) Mengkoordinasikan rencana pengadaan sarana/prasarana, tenaga dan dari instansi pemerintah atau dari msyarakat untuk menunjang kegiatan UKS. 4) Membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh sekolah dalam

melaksanakan program UKS.

5) Mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler bagi peserta didik, dengan menggerakkan partisipasi orang tua dan masyarakat.

6) Menyusun dan menyampaikan laporan tengah tahunan dan tahunan secara teratur kepada TP UKS kabupaten/kota dan laporan insidentil sesuai kebutuhan.

7) Memberikan saran/pertimbangan yang perlu kepada bupati/walikota dalam pengembangan kegiatan UKS.

5. Tim Pelaksana UKS di Sekolah/Madrasah dan Perguruan Agama a. Fungsi Tim Pelaksana UKS

(56)

perguruan agama berdasarkan prioritas kebutuhan dan kebijakan yang ditetapkan oleh TP UKS kabupaten/kota.

b. Tugas Tim Pelaksana UKS

1) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan kehidupan sekolah sehat sesuai ketentuan oleh petunjuk yang telah ditetapkan dan atau diberikan oleh Pembina UKS.

2) Menjalin kerja sama yang serasi dengan orang tua murid, instansi lain dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan UKS di sekolah dan perguruan agama.

3) Mengadakan penilaian/evaluasi, menyusun dan menyampaikan laporan tengah tahunan kepada TP UKS kecamatan sesuai ketentuan dengan tembusan kepada instansi terkait (Widaninggar, 2003)

2.3.9. Jangkauan Pelayanan Kesehatan

(57)

1. Sekolah UKS

Sekolah yang telah melaksanakan salah satu kegiatan dari program UKS yang dilaksanakan oleh puskesmas.

2. Paket mininal

Sekolah yang telah melakukan kegiatan dibawah ini, yang dilaksanakan oleh puskesmas, yaitu:

a. Penyuluhan kesehatan di sekolah oleh tenaga kesehatan.

b. Imunisasi pada anak SD kelas I (DT) dan anak SD wanita kelas VI (TT). c. Pembinaan lingkungan sekolah sehat

3. Paket standar

Paket minimal, ditambah:

a. Kader kesehatan sekolah (Dokter Kecil)

b. P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dan P3P (Pertolongan Pertama Pada Penyakit)

c. Penjaringan kesehatan

d. Pemeriksaan kesehatan periodik setiap 6 bulan, antara lain: BB (Berat Badan) dan TB (Tinggi Badan), visus, periksa HB (Haemoglobin).

e. Pengawasan terhadap warung sekolah. 4. Paket optimal

Paket standar, ditambah:

a. Konseling kesehatan remaja b. Kebun sekolah

(58)

5. Paket paripurna

Paket optimal, ditambah memantau kesegaran jasmani (Widaninggar, 2003).

2.3.10.Program Pembinaan dan Pengembangan UKS 2.3.10.1. Pembinaan Peserta Didik

Untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat (Trias UKS).

1. Pendidikan Kesehatan

a. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan ialah agar peserta didik:

1) Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan termasuk cara hidup sehat dan teratur.

2) Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat.

3) Memiliki keterampilan dan melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan.

4) Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan.

5) Memiliki kemampuan dan keterampilan untuk berperilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.

(59)

7) Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari.

8) Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (narkoba, arus informasi).

9) Memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.

b. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui: 1) Kegiatan kurikuler

2) Kegiatan ekstrakurikuler c. Pendekatan dan Metode

1) Pendekatan

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka melaksanakan pendidikan kesehatan antara lain ialah:

a) Pendekatan individual b) Pendekatan kelompok

• Kelompok kelas • Kelompok bebas • Lingkungan keluarga

(60)

Dalam proses belajar mengajar guru dan Pembina dapat menggunakan metode:

a) Belajar kelompok h) Bermain peran b) Kerja kelompok/penugasan i) Ceramah

c) Diskusi j) Demonstrasi

d) Belajar perorangan k) Tanya jawab e) Pemberian tugas l) Simulasi f) Pemeriksaan langsung m) Dramatisasi

g) Karya wisata n) Bimbingan (konseling) 2. Pelayanan Kesehatan

a. Tujuan Pelayanan Kesehatan

Tujuan pelayanan kesehatan ialah agar:

1) Peserta didik memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menjalankan tindakan hidup sehat dan terdorong untuk melaksanakan perilaku hidup sehat.

2) Peserta didik memiliki daya tahan serta tercegahnya kelainan/kecacatan. 3) Proses penyakit berhenti dan tercegahnya komplikasi penyakit, sehingga

kemampuan peserta didik dapat pulih kembali dan berfungsi secara optimal.

4) Peserta didik sehat baik mental fisik maupun sosial. b. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

(61)

2) Kegiatan pencegahan (preventif)

3) Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitatif) c. Pendekatan dan Metode

Pendekatan pelayanan kesehatan dikelompokkan sebagai berikut:

1) Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah perorangan, antara lain pencarian, pemeriksaan dan pengobatan penderita. 2) Intervensi yang ditujukan untuk menyelesaikan atau mengurangi masalah

lingkungan di sekolah, khususnya masalah lingkungan yang tidak mendukung tercapainya derajat kesehatan optimal.

3) Intervensi yang ditujukan untuk membentuk perilaku hidup sehat masyarakat sekolah.

d. Metode yang diperlukan ialah: 1) Pelajaran dan pelatihan.

2) Bimbingan kesehatan dan bimbingan khusus (konseling). 3) Penyuluhan kesehatan.

4) Pemeriksaan langsung 5) Pengamatan (observasi)

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Program Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat

1) Lingkungan fisik sekolah meliputi: a) Penyediaan air bersih

(62)

c) Pengadaan dan pemeliharaan tempat penampungan sampah d) Pengadaan dan pemeliharaan air limbah.

e) Pemeliharaan WC/kakus/urinoir. f) Pemeliharaan kamar mandi

g) Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruangan kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, dan ruang ibadah.

h) Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah (termasuk penghijauan sekolah)

i) Pengadaan dan pemeliharaan warung/kantin sekolah. j) Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.

2) Lingkungan mental dan sosial

Program pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat dilakukan melalui usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan (Wiyatamandala) dengan meningkatkan pelaksanaan konsep ketahanan sekolah (7K), sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan yan akrab dan erat antara sesama warga sekolah. Selain peningkatan konsep 7K (kebersihan, keamanan, keindahan, ketertiban, kekeluargaan, kedisiplinan dan kerindangan) program pembinaan dilakukan dalam bentuk kegiatan antara lain:

a) Konseling kesehatan

b) Bakti sosial masyarakat sekolah terhadap lingkungan c) Perkemahan

(63)

e) Teater, musik dan olahraga

f) Kepramukaan, PMR (Palang Merah Remaja), dokter kecil dan kader kesehatan remaja.

g) Karnaval, bazaar dan lomba b. Pembinaan Lingkungan Keluarga

Pembinaan lingkungan keluarga bertujuan

1) Meningkatkan pengetahuan orang tua peserta didik tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan

2) Meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua peserta didik dalam pelaksanaan hidup sehat.

c. Pembinaan Masyarakat Sekitar

1) Pembinaan dengan cara pendekatan ke masyarakat dapat dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah dan pondok pesantren, guru, Pembina UKS, misalnya dengan jalan membina hubungan baik/bekerja sama dengan masyarakat/LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa)/dewan kelurahan, ketua RT/RW dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

2) Penyelenggaraan ceramah tentang kesehatan dan pentingnya arti pembinaan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang sehat. Untuk ini masyarakat diundang ke sekolah. Pembicara dapat dimintakan dari puskesmas, pemerintah daerah setempat, nara sumber lainya misalnya dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas Jumlah Kategori Bobot Kriteria
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat Jumlah Kategori Bobot Kriteria
Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kecamatan Medan Amplas Menurut Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksana program dalam melaksanakan tugas pokoknya belum optimal sebagian besar hanya melakukan pemeriksaan ( screening ). Hanya sebagian kepala sekolah yang melakukan

Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel status perkawinan, keterampilan, sumber daya, dan imbalan memiliki pengaruh

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar kondisi lingkungan sekolah dasar yang ada di dua puluh enam sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan pelaksanaan usaha kesehatan sekolah (UKS) pada sekolah dasar negeri sekolah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Sungai

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 51 orang petugas kesehatan Puskesmas Kecamatan Karang Baru yang terlibat dalam pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah

Regresi linier berganda adalah analisis regresi yang menjelaskan hubungan antara variabel dependent dengan faktor-faktor yang mempengaruhi lebih dari satu variabel

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH PUSKESMAS POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA

Tabel 9 menunjukkan variabel yang signifikan berpengaruh di wilayah Puskesmas Ujung Loe dengan uji bivariat diuji kembali dengan uji regresi linier berganda maka diketahui faktor