• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Saluran Irigasi Pertambakan Udang Windu Penaerus monodon di Kabupaten Kendal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancangan Saluran Irigasi Pertambakan Udang Windu Penaerus monodon di Kabupaten Kendal"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RANGANGAN

SALURAN

IRlGASl

PERTAMBAKAFS

UDANG

WINDU

Penaeus monodon

Dl

KABUPATEN

KENDAL

Oleh

MAHENDRO SUTANTO F 23. 0861

1 9 9 2

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

MAHENDRO SUTANTO,

F

23.0861, Rancangan Saluran Irigasi Pertambakan Udang Windu Penaeus monodon di kabupaten, Kendal

.

R I N G K A S A N

Indonesia sebagain besar terdiri dari wilayah perai- ran, baik perairan darat maupun perairan laut, perairan ini merupakan sumberdaya perikanan yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber makanan bagi bangsa Indonesia.

Usaha budidaya tambak memberikan sumbangan sebesar 52% berdasar produksi bagi budidaya ikan, ada 2 primadona bagi budidaya ini, yaitu udang dan bandeng. Masalah teknis yang menjadi kendala bagi usaha budidaya tambak di Indonesia adalah kurang sarana dan prasarana, kurangnya data lengkap mengenai iklim mikro dan teknologi yang belum terkuasai oleh petambak.

1

Tujuan dari penelitian ini adalah perancangan saluran irigasi bagi areal pertambakan yang maju.

Lokasi penelitian terletak di desa Pidodo kulon dan pidodo Wetan, kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. Secara geografis terletak pada log0

-

110O 18' dan 6O

-

7O 24' LS, Klasifikasi iklim menurut Schmid dan Ferguson adalah tipe B , sedangkan menurut Oldeman termasuk zone agroklimat

D2 dan jenis tanah Aluvial.

(4)

adalah 1 2 7 . 1 l/dt.ha, dengan efisiensi air irigasi 95%. Saluran irigasi yang dirancang sebanyak 21 jenis sa- luran, 3 buah saluran pencampur dan saluran pengisi. Saluran pengisi terbuat dari pipa berbentuk " L " dengan diameter 4 inci, saluran sekunder berbentuk segi empat den saluran pencampur berbentuk trapezoidal. Kapasitas salu- ran terkecil sebesar 0 . 1 6 7 m3/dt terjedi pada saluran nomor 8

-

8, 1 3

-

13 dan 2 0

-

2 0 , sedang kapasitas saluran

3

terbesar sebesar 1.838 m /dt terjadi pada saluran 2

-

2 .

Saluran terpendek sebesar 1 2 5 m terjadi pada saluran nomor

2 0

-

2 0 , saluran terpanjang terjadi pada saluran 3

-

3

dengan panjang 1 0 3 2 . 5 m.

Elevasi dasar tambak 5 0 cm dengan ketinggian 2 m maka elevasi tanggul 2 . 5 m.

(5)

R A N C A N G A N S A L U R A N I R I G A S I

P E R T A M B A K A N U D A N G W I N D U Penaeus m o n o d o n

D I K A B U P A T E N K E N D A L

Oleh :

MAHENDRO SUTANTO

F 23.0861

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN,

Pada JURUSAN MEKANISASI PERTANIAN,

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN,

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1 9 9 2

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(6)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

R A N G A N G A N SAILUEAN I S I G A S I

PEETAPXBAXSAN UDALNG WINDU Penaeus amondon

D I ILABUPATEN LE-AX-

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN,

Pada JURUSAN MEKANISASI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN,

Oleh :

MAHENDRO SUTANTO

F 23.0861

Januari 1992

(7)

K A T A P E N G A N T A R

P u . j i d a n s y u k u r p e n u l i s p a n j a t k a n k e p a d a T u h a n Yang

Maha E s a , Maha Agung d a n i'iaha K u a s a , b e r k a t b i m b i n g a n n y a -

l a h s k r i p s i i n i d a p a t d i s e l e s a i k a n .

S k r i p s i i n i b e r j u d u l "RANCANGAN SALURAN IRIGASI PER-

TAMBAKAN UDANG W I N D U P e n a e u s monodon D I KABUPATEN KENDAL".

B e r i s i t e n t a n g r a n c a n g a n s a l u r a n / s i s t e m i r i g a s i m u l a i

d a r i s a l u r a n s e k u n d e r , s a l u r a n p e n c a m p u r d a n s a l n r a n p e n g -

i s i , s e r t a k a p a s i t a s pompa u n t u k i n t a k e a i r p a y a u d a r i sa-

l u r a r i p e n c a m p l r r ke s a l u r a n s e k u n d e r . P e r e n c a n a a n t a t a l e -

t a k n y a d i d a s a r k a n p a d a r e n c a n a j a n g k a p a n j a n g p e r t a m b a k a n

y a n g s u d a h a d a .

D a l a m p e n y u s u n a n s k r i p s i i n i m a s i h b a n y a k k e k u r a n g a n -

k e k u r a n g a n b a i k d a r i s e g i p e n y a j i a n maupun d a r i s e g i p e n -

d e k a t a n p e r e n c a n a a n t a t a l e t a k d a n r a n c a n g a n . U n t u k i t u

p e n u l i s d e n g a n s e n a n g h a t i m e n e r i m a k r i t k d a n s a r a n d a r i

s e m u a p i h a k .

S e b e l u m d a n s e s u d a h n y a p e n u l i s m e n g u c a p k a n t e r i m a k a -

s i h s e d a l a m - d a l a m n y a a t a s s e g a l a b i m b i n g a n d a n b a n t u a n n y a ,

k e p a d a :

1 . B a p a k I r . H . A r i s P r i y a n t o , MAE, s e b a g a i d o s e n pem-

b i m b i n g .

2 . B a p a k I r . A s e p S a p e i , MS, s e b a g a i d o s e n p e n g u j i .

3 . B a p a k I r . R . G o d f r i e d S i t o m p u l , s e b a g a i d o s e n p e n g - u j i .

(8)

5 . Kepala Dinas Pengairan Cabang Sungai Bodri, Kendal. 6. Repala Dinas Meteorologi Klas I Semarang.

7. Kepla Dinas Stasiun Meteorologi stasiun Cepiring. 8 . Keluarga Ir. Oetomo Djajanegara, yang telah memberi

fasilitas baik moril maupun material.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebut- Itan, terutama rekan-rekan "HIMAKADAL"

,

"PONDOK DAR- MAGA", Panti Asuhan "PATTAYA". Sehingga tersusun- nya skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan kekuatan dan kebahagiaan yang berlirnpah.

(9)

DAFTAR I S 1

DAFTAR IS1

. . .

iii

DAFTAR TABEL

. . .

vii

GAFTAR GAMSAR

. . .

viii

DAFTAR LAMPIRAN

. . .

ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

. . .

1

B. Tujuan

. . .

3

11. TINJAUAN PUSTARA A. Jenis Udang

. . .

4

B. Budidaya Udang di Tambak...

...

7

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Irigasi Tambak.

...

8

3 D. Rancangan Hidrolika Saluran

. . .

13

111. PENDEKATAN TEORITIS A. Pendekatan Kebutuhan Air Tambak...16

B. Disain Saluran...

...

18

IV. METODA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

. . .

25

B. Peralatan dan Bahan

. . .

25

C. Metode Penelitian...

. . .

25
(10)

. . .

B

.

Budidaga Udang 30

C

.

Kebutuhan Air Irigasi untuk Tambak

. . .

3 2

...

D

.

Pola Tanam 3 5

. . .

E

.

Ketersediaan A i r Irigasi 37

F

.

Dimensi Saluran

...

38
(11)
[image:11.567.110.488.129.450.2]

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Koefisien kekasaran Strickler

dan kemiringan saluran...

...

20 Tabel 2. Kondisi lingkungan yang dibutuhkan dalam

berbagai tingkat kehidupan udang windu...31 Tabel 3. Parameter ideal dari pertumbuhan

udang windu...

...

3 2 Tabel 4 . Data perkolasi pada areal pertambakan

...

3 4 Tabel 5. Kapasitas dan panjang saluran di areal

pertambakan

...

4 1 Tabel 6. Hasil perhitungan dlmensi

saluran pengisi

...

42 Tabel 7. Hasil perhitungan saluran sekunder dan

pencampur...

...

43 Tabel 8. Elevasi dasar saluran pencampur dan

saluran drainase...

...

4 4 Tabel 9. Pompa yang digunakan pada
(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Saluran tipe trapezoidal

...

18

Gambar 2. Pola tanam yang digunakan

(13)

DAFTAR L A M P I RAN

Lampiran 1

.

Data jumlah curah hujan periode

...

setengah bulanan 49

Lampiran 2

.

Data evaporasi rata-rata periode

setengah bulanan

...

5 0

Lampiran 3

.

Data kecepatan angin rata-rata

periode setengah bulanan

...

51

.

....

Lampiran 4 Data suhu rata-rata setengah bulanan 52 Lampiran 5

.

Data kelembaban relatif rata-rata

periode setengah bulanan

...

53 Lampiran 6

.

Data salinitas air laut disekitar

areal pertambakan

...

54 Lampiran 7

.

Data salinitas sungai bodri

...

5 6

Lampiran 8

.

Data pH ait laut disekitar areal

pertambakan

...

.

Lampiran 9 Data pH sungai bodri

...

;

...

6 0

Lampiran 1 0

.

Diagram pembagian tipe hujan menurut

Schmidt dan Ferguson

...

62

Lampiran 11

.

Pembagian Zone Agroklimat

menurut oldeman

...

63

Lampiran 1 2

.

Perhitungan kebutuhan air

...

pertambakan udang windu 64

Lampiran 1 3

.

hasil perhitungan kebutuhan

air tambak

...

68

.

Lampiran 1 4 Perhitungan dimensi saluran

...

. . . , 7 0

.

Lampiran 1 5 Perhitungan dimensi saluran pengisi

...

72

.

Lampiran 1 6 Detail tambak

...

73

.

Lampiran 17 Detail saluran irigasi

...

75

.

(14)

Lampiran 19. Detail pintu air...

...

77
(15)

I

-

P E N D A H U L U A N

A. LATAR BELAKANG

Sektor pertanian merupakan himpunan dari berbagai sub sektor, yaitu sub-sektor tanaman pangan dan palawi- ja, sub-sektor perkebunan, sub-sektor peternakan dan sub-sektor perikanan. Pembagian disebabkan adanya perbedaan yang cukup besar dalam menangani komoditi sub-sektor tersebut, sebagai akibat adanya perbedaan yang mendasar dalam karakteristik biologis masing- rnasing komoditi (Departemen Transmigrasi, 1987).

Indonesia sebagian besar terdiri dari wilayah per- airan darat maupun laut. Luas perairan darat meliputi

13,5 juta ha, perairan pedalaman dan perairan teritori- a1 1,2 mil persegi dan perairan zona ekonomi eksklusif

1 , l juta mil persegi. Perairan yang luas ini merupakan

sumber daya perikanan yang dapat dijadikan sumber makanan bagi bangsa Indonesia.

Usaha budidaya tambak memberikan sumbangan terha- dap budidaya ikan di Indonesia 52% berdasar produksi, ha1 ini dapat dilihat dari perkembangan permintaan terhadap komoditi udang pada tahun 1984 sebesar 28,025

ton meningkat menjadi 44,270 ton pada tahun 1987,

(16)

komoditi udang masih lebih besar dibanding supply yang ada, pada tahun 1988 ditaksir 1 juta ton, yang didapat baik dari sektor penangkapan maupun sektor budidaya

(Hardjolukito, et, a1.,1988).

Ada dua golongan primadona yang dapat mendukung program pemerintah dalam menggalakkan ekspor komoditi non-migas, yaitu: udang dan bandeng. tetapi pada saat ini komoditi udang mendiminir di kalangan eksportir.

Pada akhir dekade 70-an terjadi penolakan Amerika Serikat terhadap negara produsen udang dunia, ha1 ini dapat dilihat pada tahun 1976 penolakan sebesar US$ 7,8 juta yang terdiri dari US$ 5,4 juta dari negara asia. Indonesia pada saat itu menempati urutan yang kelima dengan penolakan sebesar US$ 649 ribu, sebagai akibat mutu yang jelek (Hardjolukito, 1988).

Masalah yang bersifat teknis yang dapat dijadikan kendala bagi usaha pertambakan di Indonesia, antara lain:

1. Kurangnya sarana dan prasarana yang diperlukan bagi usaha tambak udang di daerah-daerah tertentu, seperti: fasilitas irigasi yang baik, transportasi (jalan), listrik, serta kemungkinan adanya pencema- ran air oleh pestisida pada areal pertambakan yang dekat dengan sawah.

(17)

tanah dan iklim setempat (mikro) pada daerah yang potensial untuk usaha tambak udang.

3. Belum sinkronnya antara kebutuhan benur dari para petambak dengan jumlah benur yang dapat disediakan dari alam maupun oleh pembenihan-pembenihan udang.

4. teknologi mengenai pemeliharaan udang yang belum terkuasai oleh petambak (Fega Marikultura, PT, 1988).

Hasil penelitian Direktorat Bina Program Pengair- an,. Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum menunjukan adanya kekurangan air bagi beberapa daerah pertambakan. Hal ini disebabkan belum adanya sistem irigasi khusus untuk tambak atau ketergantungan penyediaan air payau dari hasil pencampuran alami, merupakan masalah yang harus diatasi dalam bidang penyediaan air tambak, juga masalah yang harus diatasi banyaknya saluran-saluran sederhana pada daerah pertam- bakan. Salah satu pemecahan masalah tersebut adalah dengan pembuatan sistem irigasi yang khusus bagi daerah pertambakan, sehingga penyediaan memenuhi kebutuhan areal serta kebutuhannya dapat dikontrol.

B. Tujuan

(18)

pertambakan maju, sehingga proses produksi tidak ter-

gantung pada iklim yang ada.

Rancangan ini disesuaikan dengan planing dari para

petambak di wilayah Kecamatan Patebon Kabupaten Kendal,

Propinsi Jawa Tengah. Sehingga didapatkan hasil yang

memuaskan serta tata letak yang didasarkan pada pola

(19)

X I , T I N J A U A N PUSTAKA

Jenis Udang

Berdasarkan air tempat hidupnya, udang dibedakan menjadi dua golongan yaitu udang laut yang termasuk fa-

mili penaeidae dan udang air tawar yang termasuk famili

palaemonida. Udang laut yang paling banyak dibudidaya- kan adalah udang windu (penaeus monodon) dan udang pu- tih (penaeus merquentis dan penaeus indicus).

Secara morfologis udang windu (Penaeus monodon) dicirikan sebagai berikut : terdapat guratam merah muda di bawah (ventral) badannya memanjang dari cucuk tanduk (rostrium) sampai ekor (telson), badan berwarna loreng- loreng besar vertikal berwarna kebiru-biruan atau kehi- taman bagi yang hidup dilaut, kulitnya relatif keras

(Wusanahardja, 1 9 8 8 ) .

1. Daur Hidup Udang Windu

Pada tingkat larva hidup sebagai plantois yang menggenang dipermukaan laut atau tambak, sedang mulai tingkat post larva udang hidup sebagai bentois di dasar kolam, perairan air payau maupun perairan

laut.

1. 1. Telur

(20)

ppt, suhu 28 -30 OC. Telur ini tenggelam didasar bak, menetas menjadi nauplius setelah 12

-

16 jam.

1. 2. Larva Nauplius

Bentuknya seperti laba-laba dengan tiga pa-sang anggota badan dan berwarna putih, berukuran 0,31

-

0,33 mm, selama 40

-

50 jam, berganti kulit 6 kali dan setiap berganti kulit tersebut larva ini akan berubah bentuk, suhu 28

-

30°c, salinitas 30 ppt.

1. 3. Larva Zoea

Masa bergantinya dari nauplius 5 hari. Larva ini dicirikan dengan terbaginya tubuh atas kepala, dada, badan ada ekor serta adanya rostrum dan mata bertangkai. Ukuran 1,2

-

2,5 mm, suhu 28

-

30°c,

salinitas 30 ppt dan berganti kulit 3 kali;

.i

1. 4. Larva Mysis

Memiliki ciri sama dengan udang dewasa, hanya saja cara berenangnya yang spesifik yaitu kepalanya berada di bawah dan sekali-kali meloncat kebelakang. Larva ini masanya 4

-

5 hari, ukurannya 3,5

-

4,56 mm, suhu 28

-

30°c, berganti kulit 3 kali.

1. 5. Post Larva

(21)

1. 6. Juvenil dan Udang Dewasa

Pada masa ini udang dipindahkan ke kolam pembe- saran: kolam ini harus memenuhi persyaratan ter- tentu, antara lain : tanah, kadar air, temperatur, fluktuasi pasang surut, pemasukan dan pengeluaran air dengan menggunakan pompa dan bebas dari hama.

1. 7. Induk udang

Untuk induk biasanya dipilih yang beratnya le- bih dari 80 gram, induk ini biasanya bertelur sepan- jang tahun puncaknya pada menjelang dan akhir musim hujan. Dari hasil penyelidikan tim proyek peneli- tian potensi sumber daya ekonomi lembaga oseanologi nasional LIP1 diketahui bahwa induk udang di Laut Jawa Propinsi Jawa Tengah ukurannya minimum panjang- nya 198 mm, berat 7 0 gram dan maksimum panjangnya 250 mm, berat 1 4 0 gram, tetapi rata-rata panjangnya 227 mm berat 100 gram.

B. Budidaya Udang Windu di Tambak 1. Pembenihan (Hetchery)

Faktor yang paling menentukan adalah kualitas benih dan penyediaan benih pada daerah yang penanam- annya tidak sama.

(22)

2. Pendederan

Pendederan yang dimaksud adalah mendeder udang yang masih post larva selama 2 minggu sampai 1 bulan sehingga menjadi benih kasar yang berukuran 3

-

5 mm

.

Luas kolam pendederan sebaiknya sepersepuluh dari luas tambak pembesaran.

3. Tambak Pembesaran

Perencanaan suatu areal pertambakan ada persya- ratan-persyaratan khusus yang harus dipenuhi sehing- ga tujuan dari usaha budidaya dapat tercapai dengan baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan air budidaya udang windu adalah : pasang surut, suhu, kekeruhan, salinitas, derajat kemasaman, -kebutuhan biologis oksigen (BOD) qan senyawa-senyawa beracun.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Irigasi Tambak 1. Faktor Tanah

(23)

berliat (clay loam), liat berpasir (sandy clay), li- at berlumpur (silty clay), dan liat (clay), dengan kandungan piryt kurang dari 1 2 % dan kadar bahan or- ganik 4

-

10%.

2. Iklim dan Curah Hujan

Iklim setempat (mikro) sangat penting bagi are- al pertambakan, terutama yang sangat penting adalah ketinggian dari permukaan air laut, curah hujan, in- tensitas dan lama penyinaran matahari, evaporasi dan tipe agroklimat.

3. Kebutuhan air tambak

Besarnya jumlah air tambak dipengaruhi oleh faktor-faktor klimatologi dan kondisi tanah, seperti

: evaporasi, perkolasi, curah hujan efektif dan lain

-a

lain.

Kebutuhan optimum bagi pertumbuhan udang diper- lukan pengukuran kualitas air yang meliputi penguku- ran pH, salinitas, suhu air, oksigen terlarut dan karbondioksida.

Secara garis besar kebutuhan air tambak dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih.

4 . Pasang surut

(24)

ketinggian yang tetap. tetapi dalam waktu 2 4 jam akan naik dan turun dengan siklus pasang surut. Permukaan air laut perlahan-lahan akan naik sampai ketinggian maksimum yang disebut pasang tinggi (high-water), kemudian turun sampai pada ketinggian minimum yang disebut pasang rendah (low-water). Perbedaan pasang tinggi dan pasang rendah disebut tinggi pasang (tidal range).

4. 1. Jenis Pasang Surut

Sifat khas dari gerakan naik turunnya permu- kaan air laut tiap hari dapat dibedakan menjadi 2 tipe. Bila dalam waktu 2 4 jam terjadi dua peri- ode pasang tinggi dan dua periode pasang rendah, maka keadaan ini disebut tipe pasang surut semi diurnal tide. Tipe yang ,kedua dari pasang surut adalah tipe diurnal tide yaitu dalam periode 2 4

jam terjadi hanya sekali pasang tinggi dam pasang rendah. Pasang yang memiliki tinggi maksimum di- sebut spring tide dan pasang yang memiliki tinggi minimum disebut neap tide.

(25)

t e r j a d i n e a p t i d e . B e r d a s a r k a n f a s e b u l a n maka

u n t u k m e n g e t a h u i g e r a k a n p a s a n g s u r u t p a d a s u a t u

l o k a s i d i p e r l u l t a n p e n c a t a t a n k e d u d u k a n muka a i r

s e l a m a 15 h a r i .

4 . 2 . A n a l i s a P a s a n g S u r u t

T i n g g i p a s a n g s u r u t d i t i n j a u d a r i s e g i k o n s -

t r u k s i t e r d i r i d a r i :

a . HHWL : H i g h e r H i g h Water L e v e l , y a i t u t i n g g i

p a s a n g t e r t i n g g i p a d a saat purnama d i s e b u t j u -

g a s p r i n g t i d e .

b . MHWL : Mean H i g h W a t e r L e v e l , y a i t u t i n g g i

r a t a - r a t a a i r p a s a n g .

c . HWL : H i g h W a t e r L e v e l , y a i t u t i n g g i a i r p a -

s a n g t i n g g i h a r i a n .

d . LWL : Low Water L e v e l , y a i t u t i n g g i muka a i r

s u r u t t e r e n d a h h a r i a n .

e . MLWL : Mean Low W a t e r L e v e l , y a i t u t i n g g i ra-

t a - r a t a muka a i r s u r u t .

f . MSL : Mean S e a L e v e l , y a i t u t i n g g i muka a i r

l a u t r a t a - r a t a .

g . LLWL : Lower Low W a t e r L e v e l , y a i t u t i n g g i a i r

s u r u t t e r e n d a h ( n e a p t i d e ) .

HHWL d a n LLWL t e r j a d i h a n y a s a t u a t e u d u a

k a l i d a l a m s a t u t a h u n , o l e h s e b a b i t u p e n g u k u r a n

d a t a h a r u s m e m p e r h i t u n g k a n k e a d a a n i n i .

(26)

penentuan dasar tambak, serta penentuan tinggi pematang, HHWL di kenal sebagai fungsi proteksi dan MLWL sebagai fungsi produksi, artinya ber- fungsi untuk menentukan dasar tambak diukur dari MLWL kearah dalam. Sedangkan HHWL berfungsi un- tuk menentukan ketinggian pematang yang harus dibangun.

5. Kebutuhan Air Tambak

Secara garis besar kebutuhan air tambak dibagi menjadi dua, yaitu kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih.

Jumlah air tambak dipengaruhi oleh faktor- faktor klimatologi dan kondisi tanah, seperti eva- porasi, perkolasi, hujan efektif dan lain-lain. Perhitungan air diambil daqi sejumlah faktor terse- but. Efisiensi irigasi harus merupakan bagian dari pertimbangan dalam memperhitungkan kebutuhan air secara kotor (Young Hou Park, 1988).

Rancangan Hidrolik Saluran

Perancangan hidrolika terbaik dari saluran irigasi tambak terdiri dari perancangan tata letak saluran yang meliputi saluran utama, saluran sekunder dan saluran lapangan, serta penentuan dimensi saluran.

(27)

ran dengan penggenangan dan saluran tanpa penggenangan. Saluran dengan penggenangan artinya aliran air pada sa- luran ridak kontinyu, pada periode-periode tertentu terjadi penggenangan di saluran. Sedangkan saluran tanpa penggenangan artinya aliran air kontinyu. Untuk daerah pertambakan alirannya bersifat aliran dengan penggenangan, ha1 sangat berhubungan dengan salinitas air.

Hal-ha1 yang perlu diketahui dalam menentukan sa- luran irigasi adalah:

a. Tipe Saluran

Dalam ha1 ini saluran saluran irigasi tambak de- ngan mempergunakan saluran dengan tipe terbuka, sebagai

.

contoh bentuk trapesoidal, segi empat, segi tiga dan Jain-lain.

b. Kapasitas Saluran

Perhitungan kapasitas saluran berdasarkan keadaan penampang melintang saluran, koefisien kekasaran salu- ran, kemiringan dasar saluran dan kecepatan aliran. Kecepatan aliran dalam saluran harus lebih kecil dari kecepatan yang diijinkan, ha1 ini dapat dihitung de- ngan persamaan Manning.

c. Talud Saluran

(28)

kan tanah atau jenis material pembentuk saluran. Pe-

nentuan kemiringan dinding saluran ini bertujuan untuk memilih saluran yang cocok.

d. Kecepatan Maksimum yang diijinkan

Kecepatan maksimum yang diijinkan atau kecepatan yang tidak erosif, yaitu kecepatan rata-rata yang dapat mengalir tanpa menimbulkan erosi.

e. Kecepatan Maksimum yang dimungkinkan

Kecepatan maksimum yang , dimungkinkan digunalcan

sebagai dasar perhitungan dimensi saluran, jika kemi- ringan natural lebih kecil atau sama dengan kemiringan minimum yang diperlukan saluran.

f. Penentuan Dimensi Saluran

Penentuan dimensi saluran dapat berdasarkan kece- i

(29)

1 1 1 , P E N D E K A T A N T E O R I T I S

Pendekatan Kebutuhan Air Tambak 1. Kebutuhan Rersih

1. 1. Pengisian Air

Pengisian air dapat diperhitungkan dengan persa-

maan berikut :

dimana :

Tf : Pengisian bersih air (l/dt ha) Pf : Pengisian air (L/dt ha)

E : Evaporasi (l/dt ha) L : perkolasi (l/dt ha)

R : Curah hujan Efektif (l/dt ha) T : 24 jam

<

tl : Waktu pengisian (jam)

1. 2. Sirkulasi Air

TC = PC

+

(E

+

L

-

R ) T/tg

...

(2) d imana :

TC : Sirkulasi air bersih (l/dt ha) PC : Air sirkulasi (l/dt ha)

(30)

2. Kebutuhan Kotor 2. 1. Air payau

Q PC = Tc / e

...

( 4 )

-

dimana :

Q

Pf : Pengisian air payau secara kotor (l/dt ha)

Q PC : Sirkulasi air payau secara kotor (l/dt ha) e : Efisiensi irigasi

2. 2. Air Tawar

Q Tf = QPf (SS

-

Sp) / (SS

-

SL)

...

( 5 )

QTc = QPc (SS

-

Sp) / (SS

-

SL)

...

(6) dimana :

QTf : Pengisian air tawar sqcara kotor (L/dt ha) QTc : Sirkulasi air tawar secara kotor (l/dt ha) SS : Salinitas air laut (ppt)

Sp : Salinitas di tambak (ppt) SL : Salnitas sungai (ppt)

2. 3. Air Laut

QLf = QPf

-

QTf

...

( 7 )

QLc = QPc

-

QTc

...

(8) dimana :
(31)

B.

Dimensi saluran

dimensi saluran irigasi dirancang berdasarkan pada kapasitas maksimum. Dimensi saluran dapat dirancang dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : (Subar- kah, 1978)

Q . = V A

...

( 9 )

Dimana :

Q : debit air yang diinginkan, m3/det. V : kecepatan aliran, m/dt

A : luas penampang aliran, m 2

Suatu saluran terbuka yang berbentuk trapezoidal seperti gambar di bawah, bentuk geometrinya rnempunyai

B

: lebar permukaan air, m b : lebar dasar saluran, m [image:31.550.87.484.158.715.2]

h

: tinggi muka air di saluran, m l/n : kemiringan dasar saluran
(32)

A = h ( b

+

nh)

...

(10)

d imana :

A : luas penampang lintang aliran, m 2

B

= b t 2 nh

...

(11)

d imana :

B : lebar permukaan aliran, m

jika nilai b dari persamaan (10) disubstitusikan maka didapatkan :

untuk menentukan k e ~ e p a t a n ~ a l i r a n air dapat dihi- tung dengan rumus manning yang dimodifikasi oleh stric- kler, yaitu :

V = k . R 2/3. s1/2

...

(14) dimana :

V : rata-rata kecepatan air mengalir dalam saluran

(M/dt )

R : jari jari hidrolis A/P S : Kemiringan saluran %

(33)

Nilai k tergantung kepada jenis saluran atau bahan pelapis dan hubungannya dapat dilihat pada tabel 1.

Kecepatan aliran harusharus disesuaikan dengan je- nis saluran. Kecepatan maltsimum aliran untuk saluran tidak berlapis dibatasi agar mengurangi kerusakan din- ding saluran dan kecepatan minimum aliran untuk salu- ran saluran dengan pelapis ditentukan untuk menghinda- ri pengendapan yang berlebih.

Tabel 1. Koefisien kekasaran strickler dan kemiringan talud (Chow, 1959)

macam saluran k talud*

4 . saluran tanpa pelapis tanah cadas

tanah berpasir tanah liat

B. saluran dengan pelapis

metal4 halus 9 0

pasangan batu kali 60

beton licin, papan kayu 9 0

*

talud yaitu perbandingan sisi vertikal dengan sisi ho risontal

Untuk mendapatkan kedalaman normal permukaan air, maka saluran harus dibuat dengan penampang efektif, ya-

[image:33.541.92.491.346.520.2]
(34)

akan minimum apabila

jika nilai A dari persamaan ( 1 1 ) disubstitusikan

maka didapatkan :

A h ( b + n h )

-

jari-jari hidrolika =

- -

...

( 1 7 )

P b + 2 h J n 2 + 1

jika h J n2

+

1 dari persamaan (16) disubstitusikan ke-

persamaan (17), didapatkan :

A h ( b

+

nh)

---= R =

...

( 1 8 )

P b

+

( b

+

2nh)
(35)

jadi saluran trapezoidal dengan luas penampang, Iremiringan dasar saluran dan keltasaran tertentu akan mengalirkan debit maksimum jika jari-jari hidrolika sa- ma dengan setengah kedalaman air disaluran tersbut.

Untuk mendapatkan aliran air yang seragam (uniform flow), yaitu suatu aliran dengan debit air tertentu yang mempunyai energi spesifik minimum. Suatu aliran yang mempunyai energi spesifik minimum disebut dalam keadaan kritis (chow, 1952).

energi spesifik dirumuskan dengan keadaan sebagai berikut :

dimana :

h : tinggi air di saluran, m

4 : Gebit air di saluran, m3/dt

A : luas penampang basah melintang, m 2 g : gaya gravitasi, m/dt

Energi spesifik akan minimum apabila :

- ~2 d(A)

-

1

. . .

( 2 1 )

g d(h)

d(A)

(36)

disubtitusikan kedalaman persamaan (211, dimana T ada- lah lebar potongan melintang permukaan air (basah), a- kan didapatkan :

Q

( 1

-

T ) = 0

g 3 T

Q~

= 1

. . .

g A 3

Energi spesifik dalam keadaan kritis akan didapat- kan dengan mensubtitusikan persamaan 20, sehingga dida- patkan persamaan sebagai berikut :

Pada persamaan (23) akan menjadi minimum bila head kecepatannya 1 , 5 dari rata-rata kedalaman A / T , sehingga persamaan (23) dengan menggunakan trial pada irregural

4

section plotting, didapatkan kedalaman kritis dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

(37)

b i l a n i l a i v c = q / h c d i s u b s t i t u s i k a n k e d a l a m p e r s a m a a n

d i a t a s , maka a k a n d i d a p a t k a n :

K e c e p a t a n k r i t i s d i d a p a t k a n d e n g a n p e r s a m a a n ( 9 )

d a n ( 1 0 ) .

Untuk memberi r u a n g a d a n y a f l u k t u a s i a i r , maka d i

d a l a m m e r a n c a n g d i m e n s i s a l u r a n h a r u s d i b e r i k a n j a g a a n

( f r e e b o a r d ) . M e n u r u t S t e r n ( 1 9 7 9 ) , t i n g g i j a g a a n d a p a t

(38)

I V , METODE P E N E L I T I A N

A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kendal, Pro- pinsi Jawa Tengah, dalam waktu satu bulan mulai Nopen- ber

-

Desember 1991.

B. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan selama penelitian ini adalah :

a. Komputer

b. Meja gambar dan peralatannya c. Planimeter digital

d. Alat-alat tulis e. Dan lain lain

C. Metode Penelitian

Data yang dipergunakan sebagai analisa dari pene- litian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan pengukuran di lapangan, se- dangkan data sekunder didapatkan dari hasil pencatatan data yang tersedia, studi pustaka wawancara dan peneli- tian pendahuluan.

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

(39)

3. Data suhu udara.

3 . Data kelembaban relatif.

5 , Data kecepatan angin. 6. Data salinitas laut. 7. Data sal.initas sungai. 8. Data pH laut.

9. Data pH sungai. 10. Peta topografi.

Adapun uruatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1 . Pencarian data primer perkolasi di areal pertambakan dengan menggunakan silinder dengan sensor tekanan.

2. Pengolahan data curah hujan dengan cara jumlah persetengah bulan, selanjutnya dicari curah hujan efektif, yang didapatkan dengan membagi curah hujan dalam satu periode dibagi dengan periode tersebut dalam ha1 ini 30 ' hari.

(40)

4. Penentuan kebutuhan air ditambak, dicari dengan berdasarkan kebutuhan air pada awal penanaman (bulan pertama), serta pengaruh perkolasi, evaporasi dan curah hujan. Kebutuhan air ini kebutuhan air untuk perseri tanam berbeda.

5. Menentukan dimensi saluran sekunder, saluran pengisi dan saluran pencampur, dari hasil perhitungan kebu- tuhan air.

6. menentukan elevasi dasar tambak, saluran pencampur dan saluran buangan rencana.

(41)

BAB V , H A S I L DAN P E M B A H A S A N

A . LOKASI DAN KEADAAN DAERAH PENELITIAN

1. Iklim

Data iklim diperoleh dari stasiun meteorologi klas

1 , Sernarang, yang berjarak sekitar 25 km dari lokasi penelitian. Data curah hujan didapatkan dari stasiun cepiring sekitar 2 km dari lokasi penelitian.

Lokasi penelitian terletak desa Pidodo Kulon dan Pidodo Wetan, kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal, Pro- pinsi Jawa Tengah. Secara geografis terletak pada

109~40'

-

110~18'

BT

dan 6O

-

7O24' LS.

Menurut klasifikasi iklim menurut Schmid dan Fer- guson (1951) lokasi penelitian termasuk dalam klasifi- kasi iklim tipe B, dengan nilai Q sebesar 25.6.%, rata- rata bulan basah 7.8 bulan (curah hujan lebih dari 100 mm), rata-rata bulan kering 2 bulan (curah hujan kurang dari 60 mm). Sedang menurut klasifikasi iklim Oldeman (1975) lokasi penelitian termasuk zone agroklimat D2, bulan basah (curah hujan lebih dari 200 mm) berturut- turut 4 bulan dan bulan kering (curah hujan kurang dari 100 mm) berturut-turut 4 bulan. Cara mendapatkan klasifikasi iklim ini dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11

(42)

terendah jatuh pada bulan agustus sebesar 59,6 mm. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Evaporasi rata-rata harian periode setengah bulan- an berkisar antara 3.3 mm sampai dengan 6. i nlm. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Kecepatan angin rata-rata harian periode setengah bulanan berkisar antara 117.6 km/hari sampai dengan 172.8 km/hari. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.

Suhu udara rata-rata harian periode setengah bu- lanan berkisar antara 26.s0 sampai dengan 2 8 . 8 O ~ . Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Kelembaban relatif udara rata-rata harian periode setengah bulanan berkisar antara 70% sampai dengan 85%. data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

2. Tanah

Jenis tanah di lokasi penelitian berdasarkan peta eksplorasi jawa dan madura (1960) adalah aluvial, yang berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan orga- niknya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Kandun- gan pasir kurang dari 60 persen, peka terhadap erosi air dan mempunyai endapan liat dan pasir. Menurut Dinas Pertanian Panaman Pangan Kabupaten Kendal tekstur tanahnya liat berpasir (Sandy clay).

3. Sumber dan Ketersediaan Air

(43)

wati areal pertambakan, yaitu sungai bodri, dimana sepanjang tahun sungai tersebut tidak pernah mengalami kekeringan. Sungai ini merupakan sungai terbesar di kabupaten Kendal, yang dimasukan kedalan resh water re- servoir melalui resh water intake. Kemudian dialirkan kedalam saluran pencampur dengan menggunakan aliran gravitasi.

Air laut diambil dengan menggunakan pompa, sehing- ga pengaruh pasang surut kecil pengaruhnya dengan pe-

nyediaan air. Air ini ditampung dalam sea water reser- voir, melalui sea water intake. Selanjutnya dialirkan kedalam saluran pencampur.

B . BUDIDAYA UDANG WINDU

Pola budidaya tambak yang direncanakan berupa tambak yang dikerjakan secara intensif, jadi sudah me- ngarah pada kwalitas hasil bukan hanya perluasan areal saja. Petambak memiliki 2 kali masa tanam dalam satu tahun, masing-masing terdiri dari 2 seri dan setiap seri mempunyai tenggang waktu 2 minggu dengan seri berikutnya. Eiusim pertama mulai dengan bulan Pebruari dan siap dipanen awal bulan Juni, musim kedua dimulai pada bulan Agustus dan siap dipanen pada bulan Desem- ber.

(44)

dahulu ditebar pada kolam pendederan, setelah benih berusia 3 0 hari maka benih dipindahkan di kolam pembe- saran. Produk dipanen setelah berusia 1 1 0

-

120 hari, dimana udang sudah siap untuk dipasarkan.

Pengelolaan air harus dipernatikan terutama pada tambak dengan kepadatan yang tinggi, karena faktor ini merupakan kunci dari keberhasilan. Dalah dalam penge- lolaan air akan menyebabkan hasil yang buruk terhadap tingkat kehidupan (survival rate) maupun pertumbuhan udang. Oleh sebab itu kualitas air sangat perlu diper- hatikan, misal: suhu, pH air, salinitas, kecerahan. Kondisi umum pertumbuhan udang windu dapat dilihat pada tabel 2 dan kondisi umum yang ideal bagi pertumbuhan udang windu dapat dilihat pada tabel 3 .

Tabel 2 . kondisi lingkungan pang dibutuhkan dalam ber- bagai tingkat kehidupan udang windu.

parameter umur udang

satu dua tiga empat

ketinggian

air (cm) 6 0

-

7 5 7 5

-

9 0 9 0

-

1 1 0 1 2 0

sirkulasi

air(%) 5

-

1 0 1 0

-

2 0 20

-

3 0 2 0

-

3 0

salinitas

air(%o) 2 2

-

3 0 1 8

-

2 2 1 8 2 0

-

3 0

suhu air(Oc) 2 9

-

3 0 2 9

-

3 2 2 9

-

3 2 2 9

-

3 2

pH air 8

-

8.5 8

-

8 . 5 7

-

8 . 5 7

-

8 . 5
(45)
[image:45.550.92.484.326.585.2]

Apabila pengamatan dilapangan secara visual dila- pangan kondisi air dalam petakan terjadi bloowing planton, pH naik-turun, air tambak mengandung H 2 S dan NH3, sedang dilakukan stress (faktor kejut), disaponin (pembunuh insektisida dari tumbuhan), health stone (batuan dari gunung berapi) Na A1 Si2 0 6 H 2 0 , maka sirkulasi air dilakukan air antara 50

-

60 persen.

Tabel 3. Parameter ideal dari pertumbuhan udang windu

parameter nilaj

salinitas bln 1 (%o)

2 (%o) 3 (%o)

4 ( % o )

suhu air (O) kecerahan (cm)

DO (oksigen terlarut) mg/l

sumber : BPAP Jepara

C. KEBUTUHAN AIR IRIGASI UNTUK TAMBAK

(46)

ini dihitung berdasarkan pengisian awal (bulan perta- ma), volume tambak, waktu pengisian serta pengaruh dari faktor klimatologi, misalnya : curah hujan, evaporasi, perkolasi, salinitas air sungai dan salinitas air laut. Data klimatologi bersal dari stasiun klimatologi klas

1

Semarang dan stasiun klimatologi Cepiring Kendal, yang dianggap mewakili areal pertambakan.

Beberapa asumsi yang dipergunakan dalam perhitung- an kebutuhan air untuk areal pertambakan, adalah :

1. Curah hujan yang digunakan adalah curah hujan rata- rata periode setengah bulanan, kernudian curah hujan efektif didapatkan dengan asumsi curah hujan yang turun dapat langsung digunakan oleh tambak dibagi dengan hari dalam 1 bulan diasumsikan 30 hari.

2. Evaporasi yang diambil dalam perhitungan kebuijuhan air merupakan evaporasi rata-rata harian periode se- tengah bulanan. Untuk perhitungan dimensi saluran digunakan evaporasi maksimum rata-rata barian peri- ode setengah bulanan. Data evaporasi diambil dengan menggunakan panci evaporasi.

(47)

4 . Tambak udang memiliki dasar yang datar dengan keda- laman 2 m dari tanggul dan kedalaman optimum 1 2 0 cm, talud 1 : 1 , maka kebutuhan air ditambak dapat dihitung dengan jalan volume tambak yang terisi air dibagi dengan waktu pengisian. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1 4 .

5 . luas areal pertambakan secara kotor 2 5 0 ha, dengan

struktur bangunan tambak maju, sebagian a1 iran air lebih terfokus pada penggunaan pompa, dibanding dengan kemiringan lahan.

6. Sumber air tawar diambil dari sungai bodri,

Tabel 4. Data perkolasi pada areal pertambakan

lokasi besar perkolasi

(mm/hari)

7 . Konversi dari mm menjadi l/dt.ha adalah 0 . 1 1 5 7 4

8. Nilai kehilangan air disalurkan akibat evaporasi dan perembesan diabaikan karena nilainya terlalu kecil.

(48)

D. POLA TANAM

Pola tanam merupakan suatu teknik budidaya yang harus diperlukan untuk setiap kegiatan pertanian dalam arti luas. Budidaya udang windu, pola tanam sangat mutlak diperlukan dan dibuat berdasarkan pada tingkat kebutuhan air irigasi per musim tanam.

Pola tanam yang disusun terdiri dari 2 periode, periode pertama bulan pebruari dipanen pada bulan juni dan periode dua mulai bulan agustus dipanen bulan desember, masing-masing periode terdiri dari 2 seri yang terpaut waktu 2 minggu. Penyusunan berdasarkan seri berguna untuk memudahkan manajemen air irigasi yang diperlukan.

Waktu jeda dua bulan dipergunakan untuk perwatan tambak, pembersihan dari gulma, pengeringan-areal dan persiapan tanam yang terdiri dari pengolahan t,anah yang bertujuan agar aerasi O2 sempurna, bila perlu setelah pengolahan tanah dilakukan pengapuran yang berguna untuk mengurangi derajat kemasaman tanah.

(49)

Salinitas air laut (ppt)

Ketinggian air tambak (cm 60

Salinitas air laut (ppt)

Salinitas optimum (ppt)

Seri I 1 (dua)

80 100

ulan 2

Seri

I

(satu)

P E

R I

0

D E

I

(pertama)

120

bulan

Peb

Salinitas air laut (ppt)

Mar

Ketinggian air tambak (cm)

Salinitas air laut ( p p t )

Salinitas optimum (ppt)

Apr

Seri I 1 (dua)

Seri

I

(satu)

Mei

60 8 0 100 120

bulan 3

[image:49.547.34.478.84.729.2]

P E

B

I 0 D

E I I

(kedua)

Gambar 2. Pola tanam yang digunakan di lokasi tsmbak.

-bulan 4

(50)

D. KETERSEDIAAN AIR IRIGASI

1. Air Tawar

Air tawar dibutuhkan bagi irigasi tambak teru- tama pada saat' salinitas air laut tinggi, maka untuk mendapat air payau dengan salinitas yang dibutuhkan tambak diperlukan saluran penyampur.

Sumber air tawar dari sungai bodri dimasukan ke suatu tempat penampungan (resh Water Reservoir) untuk selanjutnya dialirkan kedalam saluran penyam- pur

.

Proses pemasukan air diangkat dengan mengguna- kan pompa yang disaring dengan menggunakan filter, agar kotoran tidak masuk kedalam areal pertambakan.

Ada beberapa ha1 yang harus dilakukan agar ketersediaan air tawar terjamin: antara lain dengan

3 .

jalan pemeliharaan dimensi sungai, melalux pengeru- kan bila terjadi pendangkalan (sedimentasi). Tetapi dalam melakukan pekerjaan ada ha1 yang harus diper- hatikan yaitu jangan sampai intrusi air laut terlalu besar.

2. Air Laut

(51)

dilakukan pemdalaman sekitar water intake, selanjut- nya diangkat dengan menggunakan pompa.

Proses seperti ini tidak tergantung pada iklim gang ada karena untuk mendapat salinitas yang opti- mum dilakukan dengan cara buatan.

Fluktuasi pasang surut tidak terlalu besar. Dari data pasang surut mulai 1 januari 1 9 9 0

-

3 1 desember 1 9 9 0 didapatkan maksimum pasang surut 1 0 5 cm, terjadi pada bulan nopember. Pasang terendah terjadi pada bulan nopember sebesar 0 cm. Amplitudo maksimum 1 0 5 cm.

E. DIMENSI SALURAN

1. Kapasitas Saluran

lcapasitas saluran ditentukan berdasarkan kebu- tuhan air maksimum tambak dan efisiensi penyaluran. Oleh sebab itu perhitungan kebutuhan air didasarkan pada kebutuhan air pada pengisian awal yaitu bulan pertama dengan ketinggian air 6 0 cm. Kapasitas dan panjang saluran dapat dilihat pada tabel 5.

2. Dimensi Saluran

Dimensi saluran dirancang berdasarkan saluran dengan panampang efektif, yaitu saluran dengan lebar da-sar miimum tetapi diperoleh debit yang maksimum, berdasarkan persamaan-persamaan ( 9 ) ,

( l o ) ,

( l l ) ,
(52)

untuk menghitung kedalaman kritis saluran dan kece- patan kritis saluran untuk saluran yang berbentuk trapezoidal, sedang saluran yang berbentuk segi empat menggunakan persamaan (25). Kecepatan kritis digunakan sebagai kontrol agar kecepatan aliran tidak lebih besar dari kecepatan kritis, atau keda- laman kritis tidak lebih besar dibandingkan dengan kedalaman aliran. Sehingga didapatkan aliran yang tenang

.

Nilai kekasaran strickler dan kemiringan salu- ran disesuaikan dengan keadaan saluran. Saluran yang di-rencanakan terbuat dari beton licin maka nilai kekasaran strickler sebesar 90 dan kemiringan sisi saluran (talud) 1 : 1/2 dan untuk saluran sekunder digunakan saluran dengan bentuk segi empat. Kemiringan dasar saluran disesuaikan dengan keadaan dilapangan untuk saluran sekunder kemiringan sebesar

1.0 x

lo-'

dan untuk saluran penyampur kemiringan

saluran 3.0 x

lo-*.

(53)

kehilangan air disaluran yang baru. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran dan daftar dimensi hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7.

saluran pengisi dirancang menggunakan pipa silinder dengan bentulc

"L"

(lihat lampiran 2 0 ) ,

dimana debit dan kecepatan yang dihasilkan sama dengan debit dan kecepatan yang harus dialirkan disaluran sekunder, maka dimensi saluran dapat dirancang dengan menggunakan persamaan (9), didapat- kan nilai rata-rata untuk seluruh petak 0 . 1 0 0 5 m atau 3 . 9 5 7 inci, karena pipa diameter tersebut tidak tersedian dipasaran maka menggunakan pipa dengan diameter 4 . 0 0 inci, untuk lebih jelasnya perhitung- an dapat dilihat pada lampiran dan hasil dapat dilihat pada Tabel 6 .

Saluran pencampur berbentuk trapezoidal dan Penentuan dimensinya didasarkan pada penjumlahan debit yang dialirkan pada saluran sekunder. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 7.

Pada pengisian awal yaitu pada ketinggian 6 0 cm dibutuhkan waktu 12 jam, maka debit yang dialirkan pertambak 8 3 . 5 6 l/dt stau 1 3 3 . 7 4 6 l/dt.ha, ini terjadi pada bulan pertama. Oleh sebab itu saluran penyampur harus mampu mengalirkan air irigasi sebe-

(54)

ensi irigasi 9 5 % ) , kehilangan air disaluran akibat evaporasi dan rembesan dihilangkan karena nilainya terlau kecil.

Debit maksimum yang disalurkan oleh saluran sekunder 2

-

2 dengan debit sebesar 1 . 8 3 8 m3/dt, debit terkecil terjadi pada saluran nomor 8

-

8 dan

3

20

-

20 dengan debit sebesar 0 . 1 6 7 m /dt. Saluran terpanjang pada saluran nomor 3

-

3 sebesar 1 0 3 2 m dan terkecil saluran nomor 1 2 5 Freeboard saluran

sekunder 0 . 2 5 m dan untuk saluran pencampur 0 . 5 m. Tabel 5 . kapasitas dan panjang saluran di areal per

tambakan

jenis saluran panjang (m) kapasitas (m 3 )

-

sekunder

1 - 1 6 0 7 . 5 0 . 8 3 6

2 - 2 7 2 5 . 0 1 . 8 3 8 , 3

-

3 1 0 3 2 . 5 O i 8 3 8 4

-

4 5 1 0 . 0 0 . 4 1 8

5 - 5 1 7 7 . 5 0 . 4 1 8

6

-

6 3 1 7 . 5 0 . 8 3 6

7 - 7 3 1 5 . 0 0 . 4 1 8

8 - 8 3 8 0 . 0 0 . 1 6 7

9 - 9 2 5 7 . 5 0 . 6 6 8

1 0

-

1 0 2 5 7 . 5 0 . 3 3 4 11

-

11 2 5 7 . 5 0 . 6 6 8 1 2

-

1 2 2 2 2 . 5 0 . 3 3 4 1 3

-

1 3 1 1 7 . 5 0 . 1 6 7 1 4

-

1 4 2 1 0 . 0 0 . 5 8 5 1 5

-

1 5 3 0 2 . 5 0 . 8 3 6 1 6

-

1 6 2 3 2 . 5 0 . 6 6 8 1 7

-

1 7 3 2 0 . 0 0 . 8 3 6 1 8

-

1 8 2 7 0 . 0 0 . 3 3 4 1 9

-

1 9 4 5 0 . 0 0 . 3 3 4 20

-

20 1 2 5 . 0 0 . 1 6 7 2 1

-

21 3 7 5 . 5 0 . 2 5 1 -saluran penyampur [image:54.547.89.491.331.720.2]
(55)

Tabel 6. Hasil perhitungan dimensi saluran pengisi

nornor kecepatan saluran (m/dt )

[image:55.541.84.435.134.434.2]
(56)

Tabel 7. hasil perhitungan dimensi saluran sekunder dan pencamp - - - -

-saluran Q h I b s k hc i c 8 jagaan hB BB

ln3/dtl

(11

I ~ l d t l

(11

111 (:/at1 111 (11 11) (11

1

-

1 0.836 0.519 1.246 1.158 0.001 90 0.415 1.139 :b 0.25 1.096 :b

2 - 2 1.838 0.118 1.111 1.556 0.001 90 0.101 1.683 sda 0.25 1.028 sda

I - S 0.836 0.519 1.246 1.158 0.001 90 0.415 1.119 sda 0.21 1.096 sda

i

-

i 0.118 0.411 1.048 0.893 0.001 90 0.262 1.189 sda 0.25 l.0?6 sda

5 - 5 0.118 0 4 4 1 1.018 0.893 0.00! 90 O.26E 1.189 sda 0.25 0.691 sda

6 - 6 0.519 0.519 1.158 1.158 0.001 90 0.111 1.139 sda 0.25 0.691 sda

1 - 1 0.441 0 1 1 1.048 0.893 0.001 90 0.162 1.189 sda 0.25 0.929 sda

8

-

I 0.!61 0.311 0.833 0.633 0 0 1 90 0.162 1.851 sda 0.25 0.691 sda

9

-

9 0.668 0.533 1.118 1.065 0.001 90 0.358 1.155 sda 0.25 0.561 sda

1 0 - 1 0 0.334 0.111 0.991 0.821 0.001 90 0.225 1.805 sda 0.25 0.183 sda

11

-

11 0.668 0.513 1.118 1.065 0.001 90 0.221 1.155 sda 0.25 0.561 sda

1 1 - 1 2 0.585 0.501 1.139 0.633 0.001 90 0.321 1.164 sda 0.21 0.151 sda

i 3 - 1 3 0.161 0.311 0.833 0.633 0.001 90 0 1 2 1.851 sda 0.25 0.561 sda

4

-

I 0.501 0.501 1.139 1.013 0.001 90 0.329 1.164 sda 0.21 0.151 sda

1 5 - 1 5 0.836 0.519 1.246 1.158 0.001 PO 4 5 1.139 sda 0-25 0.183 sda

!6

-

16 0.668 0.533 1.118 1.061 0.001 90 0.358 1.155 sda 0.25 0.819 sda

! I 0.836 0.519 1.246 1.158 0.001 90 4 5 1.139 sda 0.25 0.829 sda

! S - 1 8 0.334 0.111 0.991 0.821 0.001 90 0.225 1.805 sda 0.25 0.661 sda

9 - 1 9 0.331 0.411 0.991 0.821 0.001 90 0.225 1.805 sda 0.21 0.661 sda

Z O - 2 0 0.161 0.311 0.833 0.633 0.001 90 0.162 1.851 sda 0.25 0.561 sda

?l

-

21 0.251 0.369 0.922 0.131 0.001 90 0.186 1.821 sda 0.25 0.619 sda P~rcarpur

P i - P ! 6.350 1.630 1.118 2.011 0.0003 90 0.92 4.321 4.086 0.50 2.130 3.417 P 2 - P 2 8.356 1.806 1.415 2.332 0.0003 90 1.04 4.450 4.529 0 . 5 0 - 2.306 1.539 13

-

P3 3.509 1.304 1.818 1.613 0.0003 90 0.12 3.899 3.211 0.10 1.805 3,(11

Seterangan :

-

9 = Debit h : bedalatan ~ u k a a i r r : Kecepatan aliran

-

b : iebar dasar s = Ke~iringan dasar k = Ketetapo Strickler

-

Kc: Bedala~an k r i t i s PC: Kecepatan k r i t i s B : Lebar pernotaan [image:56.541.96.497.108.552.2]
(57)

2 . D a s a r Tambak d a n D r a i n a s e U t a m a

E l e v a s i d a s a r t a m b a k s a n g a t d i p e r l u k a n u n t u k

m e n c a r i e l e v a s i d a s a r s a l u r a n b u a n g a n s e k u n d e r

a t a u p u n s a l u r a n b u a n g a n u t a m a . E l e v a s i d a s a r t a m b a k

s e b e s a r 1 0 . 5 0 m maka t i n g g i t a n g g u l 0 . 5 0 1 2 . 0 0 =

2 . 5 0 m , e l e v a s i y a n g l a i n d a p a t d i l i h a t p a d a t a b e l

8 . E l e v a s i s a n g a t m e n e n t u k a n a r a h d a r i a l i r a n y a n g

a k a n t e r j a d i d i a r e a l p e r t a m b a k a n . Dengan d i k e t a h u i -

n y a e l e v a s i i n i maka u n t u k r a n c a n g a n s a l u r a n d r a i -

n a s e t i d a k m e n g a l a m i k e s u l i t a n l a g i .

T a b e l 8. E l e v a s i d a s a r s a l u r a n p e n c a m p u r d a n d r a i n a s e

j e n i s s a l u r a n e l e v a s i

p a n g k a l u j u n g

p e n c a m p u r P1 - 0 . 0 8

P 2

t o .

50

P 3

t o .

2 9

pembuang s e k u n d e r

t o .

20

u t a m a D l - 0 . 1 5

u t a m a D 2 - 0 . 4 3

3 . P e n d e k a t a n Pompa

S p e s i f i k a s i pompa y a n g d i g u n a k a n u n t u k t a m b a k

a d a l a h k l a s i f i k a s i pompa y a n g d i b e d a k a n b e r d a s a r k a n

b e n t u k d a n k e r j a i m p e l l e r pompa u n t u k memindahkan

a i r . Pompa y a n g d i g u n a k a n u n t u k t a m b a k t e r d i r i d a r i

(58)

sentrifugal (centrifugal pump) dan pompa aliran campur (mix flow pump)

.

[image:58.547.98.495.396.701.2]

salinitas air untuk pertambakan berkisar antara 10 %o

-

25 %o. Air tersebut dapat diperoleh dari hasil pencampuran buatan (air tawar

-

air laut), mengingat salinitas tersebut maka pompa yang diguna- kan harus tahan air asin. Cara pemasangan pompa pada saluran sekunder dapat dilihat pada Lampiran 19 dan besarnya pompa yang digunakan dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. pompa yang digunakan pada areal pertambakan.

(59)

4. Bangunan Air

Bangunan-bangunan yang menjadi pertimbangan dalam rancangan saluran irigasi pertambakan adalah :

1. Tambak

Bentuk tambak yang direncanakan adalah bentuk yang menyerupai bangunan trapezoidal, dengan kedala- man 2 m , luas bagian atas 9 8 . 5 x 6 3 . 5 , luas dasar

9 4 . 5 x 5 9 . 5 , talud 1 : 1. Sehingga volume tambak

dapat diekati dengan menggunan volume trapezoidal. Bentuk tambak dapat dilihat pada Lampiran 17.

2 . Siphon

Siphon merupakan bangunan air yang berguna un- tuk mengalirkan air dibawah saluran ini bangunan ini berupa lanjutan dari saluran drainase.

3. Pintu Air

Pintu air mengalirkan air laut maupun air tawar masulc kedalam saluran pencampur, juga berfungsi sebagai penahan aliran sehingga sesuai dengan arah yang diinginkan. Bentuk bangunan ini dapat dilihat pada Lampiran 20.

4. Saluran Irigasi

(60)

BAB V I - K E S E M P U L A N DAN SARAN

A . KESIMPULAN

IClasif ikasi iklim menurut Schmid dan ferguson (i95l) lokasi penelitian termasuk dalam klasifikasi iklim tipe B dengan nilai Q sebesar 25.6 persen, menu- rut oldeman (1975) termasuk dalam zone agroklimat D2. Secara geografis terletak pada 109~40'

-

110~18'

BT

dan 6

-

7O24' LS.

Pola tanam yang dilakukan oleh petambak terdiri dari 2 kali musim tanam dalam satu tahun, masing-masing terdiri dari 2 seri dengan beda waktu 2 minggu. Musim pertama dimulai bulan pebruari dan siap dipanen pada bulan juni dan rnusim kedua dimulai pada bulan agustus siap dipanen pada bulan desember. Pertambakan yang diusahakan termasuk dalam katagori tambak teknis maju.

Hasil pengukuran nilai perkolasi sebesar 2 mm/hari dengan menggunakan metode silinder.

Perhitungan kebutuhan air pertama kali dilakukan pada saat kebutuhan air pada bulan pertama dengan ketinggian air 60 cm, diisi dalam waktu 12 jam, asumsi efisiensi irigasi 95 %. Maka besarnya debit perpetali yang dibutuhkan 79.38 m3/dt atau 127.1 l/dt ha. Sehingga untuk saluran pencampur harus mampu mengalir-

3

kan air sebesar 83.558 m /dt kali jumlah petak. Debit 3

(61)

saluran 8

-

8 dan saluran 20

-

20 dengan debit sebesar 0.167. Iiehilangan air disaluran sebagai akibat dari evaporasi dan rembesan karena nilainya kecil maka dapat diabaikan.

Sirkulasi air terjadi setiap 12 jam sekali dengan waktu pengisian 4. Faktor kejut dilakukan dengan jalan sirkulasi air 50

-

60 %.

Berdasarkan kebutuhan air, perkolasi, evaporasi, curah hujan dan kehilangan di saluran maka dimensi saluran dapat ditentukan seperti tertera pada Lampiran i6.

B. SARAN

Perencanaan rancangan ini didasarkan perencaanan kapasitas saluran, sehingga perlu segera dilakukan perencanaan detail bangunan yang ada.

Perancangan saluran drainase diharapkan menurut pola rancangan yang sudah sehingga lebih mudah dalan~ realisasinya.

Pompa yang digunakan menurut debit terdekat sesuai dengan pompa yang dikeluarkan oleh pabrik. Untuk saluran sekunder menggunakan pompa aksial dan untulr pompa sea water intake menggunakan submersible, yaitu unit pompa ada di dalam air.

(62)

V I I , DAFTAR PUSTAKA

Adikusumah, S , et. al. 1 9 8 2 . Laporan Tim Evaluasi Pem- benihan (hetchery) Udang Panaeid. Dirjen Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Chow, V . T., 1 9 5 9 . Open Channel Hydraulic. Mc Grow-hill Kogakusha, Ltd. Tokyo.

Direlctorat Bina Program. 1 9 8 5 . Studi Khusus Pemukiman Transmigrasi Pola Tambak. Laporan Akhir. Direktorat Bina Program, Dir-Jen Penyiapan Pemukiman, Departemen Transmigrasi. Jakarta.

Direktorat Irigasi. 1 9 7 9 . Pedoman Perencanaan Jaringan Tersier. Direkorat Irigasi. Direktorat Jenderal Pe- ngairan. De-partemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Direktorat Pengairan. 1 9 7 8 . Hasil Pembahasan Mengenai Pembangunan Irigasi. Direktorat Jenderal Pengairan. departemen pekerjaan umum. Jakarta.

Fakultas Perikanan. 1 9 8 8 . Rencana Tata Guna Tanah Di da- erah Pantai untuk Pertambakan. Makalah Seminar Dies 25 Fakultas Perikanan, IPB. Bogor.

Fakultas Perikanan. 1 9 8 8 . Permasalahan-Permasalahan Pem- bangunan Pertambakan Udang di Indonesia. Makalah Se- minar Dies 25 Fakultas Perikanan, IPB. Fega MarikulT tura, PT. Bogor.

Fakultas Teknologi Pertanian. 1 9 8 5 . Studi Kelayakan Tek- nis Pemanfaatan air Irigasi Bagi Perikanan Darat dan Perikanan Tambak. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Hansen, V , E. 1 9 8 6 . Dasar-Dasar Praktek Irigasi. Erlang- ga. Jakarta.

Hermawan, P. 1 9 8 6 . Hidrologi Untuk Insinyur. Linsley. IChurmi, R. S., 1 9 8 0 . Hydraulics fluid Mechanics and Hi-

draulics Mechines. S. Chand and company Ltd. Ram Nagar, India.

(63)

Schwab dan Prevert, R , K. 1 9 8 1 . Soil and Water Conserva- tion Engineering. Jhon Willy and Son. Toronto.

Solahudin, M. 1 9 8 9 . Studi Icelayakan Teknis Pemanfaatan Air Sungai Kaligangsa bagi Irigasi Perikanan Tambak d j Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Sosrodarsono, S. dan Takeda, K. 1 9 8 7 . Hidrologi tintuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakerta.

Wusanahardja, P , J. 1 9 8 8 . Budidaya Udang Windu Di Cire- bon. Tidak Dipublikasikan. Cirebon.

(64)
(65)

L a m p i r a n 1 . Data j u m l a h c u r a h h u j a n p e r i o d e s e t e n s a h b u l a n a n

1 9 8 0 1 9 8 1 1 9 8 2 1 9 8 3 1 9 8 4 1 9 8 5 1 9 8 6 1 9 8 7 1 9 8 8 1 9 8 9 1 9 9 0 1 9 9 1 m e a n

j a n I 1 7 4 . 0 4 9 0 . 5 2 5 2 . 0 1 9 3 . 5 2 7 7 . 5 1 1 7 . 0 9 4 . 5 1 0 3 . 5 8 5 . 5 1 3 9 . 5 1 9 9 . 5 1 1 5 . 5 1 8 6 . 9

I 1 1 7 1 . 2 2 9 9 . 2 4 2 0 . 8 5 4 . 4 1 1 3 . 6 1 3 7 . 6 4 1 4 . 4 3 0 5 . 6 3 7 1 . 2 1 4 2 . 4 4 5 6 . 0 1 3 2 . 8 2 5 1 . 9

f e b I 1 1 2 . 5 8 4 . 0 2 2 2 . 0 8 4 . 0 2 9 4 . 0 2 5 6 . 5 3 1 . 5 8 4 . 0 2 2 0 . 5 5 4 4 . 5 4 6 . 0 2 5 6 . 5 1 8 6 . 3

I 1 4 9 . 0 3 2 6 . 3 1 2 8 . 7 1 1 8 . 3 5 1 . 8 3 3 6 . 7 1 1 4 . 4 2 0 6 . 7 6 8 . 6 1 9 7 . 6 3 6 . 4 4 3 9 . 4 1 7 2 . 8

mar I 9 . 0 7 5 . 0 4 0 . 0 7 3 . 5 2 0 5 . 5 1 2 6 . 0 5 5 . 5 3 0 . 0 2 5 8 . 0 1 1 8 . 5 1 8 7 . 5 1 . 5 9 8 . 6

I 1 3 0 8 . 8 9 7 . 6 4 9 . 6 2 8 . 8 1 0 0 . 8 1 5 2 . 0 1 5 8 . 4 2 1 . 7 . 6 2 3 8 . 4 6 8 . 8 1 1 2 . 0 6 2 . 4 1 3 2 . 9

a p r I 6 4 . 5 5 2 . 5 1 5 1 . 5 4 9 . 5 7 2 . 0 7 8 . 0 6 4 . 5 6 7 . 5 2 4 . 0 1 0 0 . 5 6 1 . 5 1 . 5 6 5 . 9

I 1 6 7 . 5 3 6 . 0 1 1 2 . 5 5 7 . 0 1 5 4 . 5 7 0 . 5 7 8 . 0 7 . 5 1 3 . 5 7 6 . 5 5 7 . 0 2 3 5 . 5 8 0 . 5

m e i I 5 1 . 0 8 4 . 0 2 2 . 5 1 5 1 . 5 4 2 . 0 1 6 5 . 0 2 5 . 5 1 . 4 8 . 5 2 3 7 . 0 4 9 . 5 5 2 . 5 8 7 . 0 9 3 . 0 I1 8 9 . 6 6 5 . 6 3 6 . 8 1 4 2 . 4 4 9 . 6 1 0 0 . 8 9 . 6 0 . 0 2 4 . 0 2 0 8 . 0 1 7 . 6 0 . 0 6 2 . 0

j u n I 1 6 . 5 3 4 . 5 4 . 5 0 . 0 4 6 . 5 8 4 . 0 1 8 7 . 5 1 8 . 0 6 9 . 0 1 5 7 . 5 2 1 . 0 0 . 0 5 3 . 3 I I 9 . 0 5 7 . 0 1 . 5 1 . 5 4 . 5 1 0 9 . 5 4 0 . 5 2 4 . 0 1 8 . 0 9 9 . 0 1 1 8 . 5 4 . 5 4 0 . 6

j u l I 5 4 . 0 9 6 . 0 0 . 0 0 . 0 3 4 . 5 4 9 . 5 3 . 0 2 5 . 5 6 7 . 5 7 9 . 5 9 7 . 5 0 . 0 4 2 . 3 I1 4 1 . 6 6 8 . 8 1 2 . 8 4 . 8 8 6 . 4 4 8 . 0 6 5 . 6 4 . 8 3 8 . 4 1 6 . 0 6 8 . 8 4 . 8 3 8 . 4

sep I 6 7 . 5 5 5 . 5 0 . 0 0 . 0 1 8 1 . 5 1 0 5 . 0 1 5 4 . 5 0 . 0 1 2 . 0 3 . 0 4 6 . 5 4 . 5 5 2 . 5 T I 6 . 0 9 0 . 0 0 . 0 1 . 5 1 2 4 . 5 1 3 . 5 1 8 . 0 0 . 0 1 9 . 5 2 7 . 0 1 0 3 . 5 0 . 0 3 3 . 6

o k t I. 3 1 . 5 6 3 . 0 6 3 . 0 1 1 8 . 5 1 0 6 . 5 1 . 5 4 3 . 5 1 9 . 5 6 6 . 0 2 2 . 5 0 . 0 1 8 . 0 4 6 . 1

I Z 4 6 . 4 3 6 . 8 6 0 . 8 3 7 9 . 2 1 0 2 . 4 1 8 2 . 4 9 9 . 2 1 6 . 0 1 9 5 . 2 1 1 6 . 8 9 . 6 4 . 8 1 0 4 . 1

Nop I 1 0 5 . 0 1 8 . 0 9 7 . 5 7 5 . 0 1 7 8 . 5 1 2 6 . 0 1 3 3 . 5 4 6 . 5 1 0 6 . 5 1 2 4 . 5 7 . 5 9 2 . 6 11 1 1 2 . 5 1 7 2 . 5 1 0 3 . 5 2 1 4 . 5 1 4 5 . 5 3 4 . 5 7 6 . 5 1 2 1 . . 5 9 1 . 5 2 0 2 . 5 1 1 2 . 5 1 2 6 . 1

d e s I 1 3 5 . 0 1 3 9 . 5 5 2 . 5 1 0 9 . 5 3 0 1 . 5 5 4 . 0 9 1 . 5 8 4 . 0 2 4 0 . 0 2 5 8 . 0 9 1 . 5 1 4 1 . 5

(66)

L a m p i r a n 2 . D a t a e v a p o r a s i r a t a - r a t a p e r i o d e s e t e n g a h b u l a n a n

1 9 8 0 1 9 8 1 1 9 8 2 1 9 8 3 1 9 8 4 1 9 8 5 1 9 8 6 1 9 8 7 1 9 8 8 1.989 1 9 9 0 1 9 9 1 mean

j a n I 3 . 6 2 . 2 2 . 7 3 . 0 3 . 8 4 . 2 3 . 1 3 . 1 4 . 4 3 . 4 2 . 6 3 . 6 3 . 3 I 1 3 . 4 3 . 8 3 . 2 4 . 0 3 . 8 4 . 2 3 . 0 3 . 2 3 . 2 3 . 6 3 . 0 3 . 4 3 . 5

mei 1 5 . 2 3 . 6 4 . 7 3 . 4 3 . 6 4 . 5 4 . 5 4 . 1 3 . 9 4 . 3 4 . 2 4 . 1 4 . 2 I 1 4 . 9 4 . 1 4 . 6 3 . 6 4 . 3 4 . 2 5 . 0 5 . 2 4 . 3 3 . 7 3 . 6 5 . 5 4 . 4

a g t 1 4 . 7 5 . 0 5 . 9 6 . 2 4 . 9 5 . 3 4 . 1 6 . 4 4 . 8 5 . 0 4 . 5 5 . 9 5 . 2 I1 5 . 5 5 . 4 6 . 1 7 . 0 5 . 0 5 . 5 5 . 4 6 . 2 5 . 4 5 . 1 4 . 9 6 . 1 5 . 6

N o p I 4 . 2 5 . 1 6 . 0 4 . 6 4 . 7 4 . 9 4 . 1 6 . 4 4 . 6 4 . 7 6 . 0 5 . 0 1 1 4 . 3 2 . 4 5 . 7 4 . 0 4 . 1 3 . 8 4 . 0 4 . 4 3 . 1 4 . 1 5 . 4 4 . 1

(67)

L a m p i r a n 3 . D a t a k e c e p a t a n a n g i n r a t a - r a t a p e r i o d e s e t e n g a h b u l a n a n ( k m / j a r n )

1 9 8 6 1 9 8 7 1 9 8 8 1 9 8 9 1 9 9 0 1 9 9 1 Mean

...

j a n I 6 . 2 5 . 4 6 . 1 5 . 1 5 . 0 6 . 1 5 . 7

I I 8 . 0 8 . 2 6 . 9 5 . 8 9 . 0 5 . 1 7 . 2

f e b I 6 . 6 8 . 7 6 . 0 7 . 2 5 . 4 8 . 0 7 . 0

I I 7 . 0 7 . 1 4 . 4 6 . 6 5 . 3 6 . 3 6 . 1

m a r I 5 . 6 2 . 7 4 . 7 5 . 5 6 . 4 4 . 5 4 . 9

I I 5 . 2 2 . 9 6 . 3 7 . 8 5 . 5 6 . 2 5 . 7

a g t I 5 . 1 8 . 0 6 . 5 6 . 6 6 . 0 6 . 0 6 . 4

I I 6 . 4 7 . 8 6 . 0 6 . 2 5 . 8 5 . 8 6 . 3

s e p I 6 . 7 7 . 9 5 . 5

I I 6 . 2 9 . 3 6 . 3

o k t I 5 . 0 8 . 5 6 . 1

I I 5 . 0 7 . 9 5 . 9

n o p I 4 . 6 7 . 7 5 . 1

I I 5 . 0 6 . 5 4 . 4

d e s I 5 . 6 6 . 3 6 . 0

I I 5 . 6 7 . 4 6 . 8

(68)

L a m p i r a n 4 . D a t a s u h u r a t a - r a t a p e r i o d e s e t e n g a h b u l a n ( d e r j a t C )

j a n I 2 6 . 6 I 1 2 6 . 6

f e b I 2 6 . 4

I 1 2 6 . 8

mar I 2 6 . 9 I 1 2 6 . 6

a p r I 2 7 . 1 I 1 2 7 . 7

j u n I 2 7 . 5 I 1 2 7 . 7

j u l I 2 7 . 2

I 1 2 7 . 2

a g t I 2 7 . 6

I 1 2 7 . 1

s e p I 2 7 . 7 I 1 2 8 . 4

o k t I 2 8 . 6 I 1 2 8 . 1

Nop I 2 8 . 3 I 1 2 7 . 3

d e s I 2 6 . 8

I 1 2 6 . 6

mean

- - -

2 6 . 5 2 6 . 4

2 6 . 4 2 6 . 6

2 6 . 7 2 7 . 1

2 7 . 4 2 7 . 7

2 7 . 9 2 8 . 0

2 7 . 6 2 7 . 5

2 7 . 8 2 7 . 6

2 7 . 1 2 7 . 2

2 7 . 5 2 7 . 9

2 8 . 8 2 8 . 8

2 8 . 1 2 7 . 4

(69)

L a m p i r a n 5 . Data k e l e m b a b a n r e l a t l f r a t a - r a t a p e r i o d e s e t e n q a h b u l a n a n

( % I

. . .

1 9 8 0 1 9 8 1 1 9 8 2 1 9 8 3 1984 1 9 8 5 1986 1 9 8 7 1 9 8 8 1 9 8 9 1 9 9 0 1991 m e a n

. . .

(70)

Lampi.ran 6 . D a t a s a l i n i t a s a i r l a u t d i s e k i t a r a r e a l p e r t a t n b a l i a n

j a n f e b m a r a p r mei j u n J i l l a g t s e p o k t n o p d e s

. . .

1 2 7 . 6 2 1 . 3 2 4 . 5 2 9 . 1 3 1 . 0 2 9 . 8 3 0 . 5 3 4 . 7 3 1 . 4 3 4 . 0 3 3 . 4 2 8 . 0 2 2 4 . 8 2 0 . 9 2 6 . 3 2 9 . 8 2 9 . 7 3 1 . 3 3 1 . 7 3 3 . 5 3 2 . 0 3 3 . 0 0 3 . 3 2 6 . 0 3 2 5 . 6 2 2 . 4 2 8 . 3 1 9 . 8 3 1 . 4 3 0 . 0 3 2 . 3 3 2 . 1 3 3 . 2 3 3 . 6 3 1 . 0 3 5 . 0 4 2 5 . 3 2 3 . 4 2 7 . 3 1 9 . 3 3 1 . 0 2 9 . 6 3 0 . 0 3 0 . 4 3 2 . 8 3 2 . 0 3 2 . 3 3 3 . 0 5 2 7 . 6 2 2 . 2 2 6 . 6 1 8 . 2 3 1 . 8 3 0 . 5 3 0 . 2 3 1 . 4 3 2 . 8 3 3 . 0 2 8 . 1 2 9 . 0 6 2 7 . 3 2 5 . 7 2 3 . 8 2 6 . 4 3 1 . 2 2 9 . 3 2 9 . 7 3 2 . 3 3 3 . 1 3 4 . 0 2 4 . 8 2 6 . 0 7 2 4 . 8 2 5 . 2 2 5 . 7 2 8 . 1 3 1 . 7 3 0 . 2 2 9 . 7 3 0 . 0 3 3 . 3 3 4 . 0 2 7 . 8 2 9 . 0 8 2 3 . 0 2 9 . 2 2 2 . 8 2 7 . 5 3 2 . 5 3 2 . 0 2 8 . 5 3 1 . 0 3 3 . 3 3 4 . 0 2 7 . 6 3 2 . 0 9 2 3 . 0 2 5 . 7 2 0 . 9 2 6 . 7 3 0 . 5 3 2 . 0 3 1 . 0 3 1 . 4 3 4 . 0 3 3 . 0 2 6 . 0 3 0 . 0 1 0 2 2 . 0 2 5 . 7 2 4 . 0 2 9 . 0 3 1 . 7 3 3 . 3 3 4 . 5 3 2 . 3 3 . 3 2 8 . 2 2 9 . 0 3 5 . 0 11 2 5 . 3 2 5 . 8 2 4 . 0 2 7 . 6 2 9 . 6 3 3 . 1 3 3 . 5 3 1 . 7 3 1 . 9 3 4 . 7 3 1 . 1 3 3 . 0 1 2 2 3 . 5 2 6 . 7 2 2 . 4 3 1 . 0 3 3 . 5 2 9 . 3 3 0 . 5 3 3 . 9 3 1 . 5 3 4 . 3 2 9 . 4 2 6 . 0 1 3 3 0 . 7 2 8 . 2 2 5 . 0 2 9 . 3 3 0 . 5 2 8 . 9 3 1 . 3 3 1 . 8 3 1 . 7 3 4 . 0 3 0 . 3 3 . 4 . 0 1 4 2 4 . 2 2 6 . 3 2 6 . 9 2 9 . 8 2 9 . 8 2 8 . 8 3 3 . 6 3 2 . 1 3 2 . 6 3 4 . 0 2 1 . 8 3 4 . 0 1 5 2 5 . 7 2 6 . 3 2 7 . 5 2 8 . 8 2 5 . 3 2 8 . 8 3 1 . 1 3 1 . 6 3 1 . 9 3 4 . 0 2 6 . 0 3 0 . 0

mean 2 5 . 4 2 5 . 0 2 5 . 1 2 6 . 7 3 0 . 7 3 0 . 5 3 1 . 2 3 2 . 0 3 0 . 6 3 3 . 3 2 9 . 0 3 0 . 7

(71)

Gambar

Tabel 1. Koefisien kekasaran Strickler
Gambar 1. saluran tipe trapezoidal
Tabel 1. Koefisien kekasaran strickler dan kemiringan
Tabel 3. Parameter ideal dari pertumbuhan udang windu
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, istihsan yang ditolak oleh kedua Imam tersebut adalah istihsan yang hanya berorientasi kepada sesuatu yang dianggap baik tanpa dilandasi oleh nas atau

Sejalan dengan kebijakan mutu di atas, untuk 5 tahun ke depan (2014- 2019) berlandaskan semangat mengabdi dengan melayani, FBS menetapkan 6 program kerja yaitu: (1)

Tingkat kebisingan 95,6 dB(A) dengan tingkat kebisingan mesin gerinda 92,3 dB(A) dalam waktu kerja aktif 12 jam/hari dengan waktu istirahat 60 menit, waktu kerja

dan akhiran “ke - an” yang artinya berlandaskan ajaran agama (Islam).16 Jalaludin Rahmad mengemukakan keberagamaan adalah kecenderungan seseorang untuk hidup sesuai dengan aturan

Dalam pasal 1340 ayat 2 KUH Perdata juga menegaskan bahwa suatu perjanjian tidak dapat membawa rugi kepada pihak ketiga, dari pasal ini maka terlihat bahwa pengenaan kewajiban

a) Judul diketik dengan huruf besar, hendaknya ekspresif, sesuai dan tepat dengan masalah yang ditulis dan tidak membuka peluang untuk penafsiran ganda. b) Nama penulis dan

Pada bab ini penulis menguraikan tentang perancangan aplikasi web yang dipakai untuk memecahkan persoalan pada Bagian penjualan di Salsha Photo Studio tempat penulis