1
1.1Latar Belakang Penelitian
Pada era globalisasi seperti ini kemajuan ilmu pengetahuan ekonomi sangat
kompleks, hal tersebut seiring dengan berkembangnya teknologi informasi
sehingga akan membuka wawasan mengenai paradigma kehidupan dimasa yang
akan datang terutama di bidang ekonomi akuntansi. Begitu banyak ilmu
pengetahuan yang berkembang melebihi yang di bayangkan. Sumbangan besarpun
diberikan ilmu pengetahuan bagi perkembangan ekonomi dewasa ini tak tekecuali
Indonesia. Akuntansi merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang
memberikan sebuah sistem dan informasi pelaporan yang baik, benar, dan
memadai bagi perusahaan atau pun instansi.
Dewasa ini perkembangan dunia begitu cepat baik itu aspek politik, ekonomi,
sosial, budaya, dll. Oleh karena itu pemerintah beserta elemen-element
dibawahnya termasuk masyarakat ikut andil dalam pemeliharaan dan
perkembangan di bumi pertiwi ini. Penyelenggaraan pemerintahan di ajukan
untuk mengkoordinasikan pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara dalam
suatu sistem pengelolaan negara, termasuk di dalamnya mengenai pengelolaan
keuangan negara.
Pengelolaan keuangan negara perlu dilaksanakan secara profesional, terbuka,
dan bertanggung jawab sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, baik
Sebagaimana yang dimaksud dalam Undang Undang Dasar 1945, keuangan
daerah yang di dalamnya termasuk keungan daerah merupakan hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat di nilai
dengan uang termsuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
degan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Pemerintah provinsi jawa barat merupakan salah satu entitas pelaporan yang
wajib menyampaikan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan.
Sebagai entitas pelaporan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki entitas
akuntansi, salah satunya Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Sekretariat
Daerah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan akuntansi dan menyusun
laporan keuangan.
Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan daaerah harus sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi. Laporan keuangan pemerintah daerah harus
memberikan infomasi keuangan secara terbuka, jujur, dan menyeluruh kepada
stakeholders agar terhindar dari kebiasaan karena kesalahan atas pengelolaan
keuangan daerah, baik itu berupa kesalahan dalam pencatatan maupun
penyelewengan dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan daerah.
Namun pada pelaksanaannya masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
pelaksanaan penyusunan laporan keuangan khususnya pada laporan keuangan
arus kas Pemerintah Provinsi Jawa Barat, sering kali para karyawan mengeluhkan
karena data laporan keuangan untuk arus kas sering terlambat karena
data-data atau bukti –bukti transaksi masih ada di bagian Kuasa Daerah karena SDM yang kurang disiplin pada saat penyerahan bukti transaksi tersebut seperti SP2D
prosedur, sehingga proses penyusunan laporan keuangan arus kas terhambat
karena data data yang diterima belum lengkap, hal ini menyebabkan terlambatnya
proses penyusunan laporan keuangan arus kas.
Tabel 1.1
Data keterlambatan selama tahun 2010
Akhir penyerahan Penerimaan Keterlambatan
10 Februari 23 Februari 13 hari
10 Mei 2010 25 Mei 2010 15 hari
10 Agustus 2010 3 September 24 hari
10 Oktober 20 Oktober 10 hari
Sumber : Data Penerimaan Dokumen Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Data diatas diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dindin
Mahfudin SE.,M.AK,Ak selaku pembimbing selama penelitian di bagian
Akuntansi dan Pelaporan pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan fenomena tersebut penulis merasa tertarik untuk mengetahui
lebih lanjut mengenai laporan keuangan arus kas, oleh karena itu laporan ini
berjudul “TINJAUAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ARUS KAS PADA
BAGIAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN PEMERINTAH PROVINSI
JAWA BARAT”. Laporan ini menyajikan hasil pengematan dan pengalaman
yang didapat selama melakukan peneliatian di bagian Akuntansi dan Pelaporan
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
1. Sistem penginputan data yang digunakan oleh bagian akuntansi dan
pelaporan di Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum efisien dan tidak dapat
dilaksanakan dengan baik.
2. pelaksanaan prosedur pencatatan laporan keuangan arus kas yang
dilaksanakan masih sering terlambat.
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah tersebut
maka dapat ditarik perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur pencatatan dan pelaksanaan laporan keuangan arus
kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
2. Kendala- kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan penyusunan
laporan keuangan arus kas pada bagian Akuntansi dan Pelaporan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat serta upaya untuk mengatasi masalah
tersebut
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Dengan melakuakan penelitian ini, penulis mengetahui informasi mengenai
prosedur dan pelaksanaan penyusunan laporan keuangan arus kas pada bagian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dengan melakukannya penelitian ini, penulis ingin mengetahui
pelaksanaan penyusunan Laporan Keuangan Arus kas.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan melakukan Penelitian di bagian Akuntansi dan Pelaporan
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat diantaranya :
1. Untuk mengetahui prosedur penerimaan dan pengeluaran kas pada bagian
Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui prosedur penyusunan laporan keuangan arus kas pada
bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui pelaksanaan penyusunan laporan keuangan arus kas pada
bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi penulis,
instansi Pemerintahan yang diteliti, juga bagi program studi akuntansi dan
tentunya untuk Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia dan
1.4.1 Kegunaan Akademis
Penelitian ini dapat berguna untuk :
1. Pengembangan ilmu
Memberikan wawasan dan pengetahuan baru bagi ilmu akuntansi tentang
ada tidaknya keterkaitan penggunaan prosedur pencatatan dengan
keefektifan kegiatan di Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
2. Peneliti lain
Dapat dijadikan bahan acuan dan referensi mengenai prosedur pencatatan
laporan keuangan arus kas pada instansi lain dari hasil penelitian yang
akan dilakukan.
3. Penulis
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan penulis terhadap judul
yang diteliti sekaligus untuk pembuktian teori yang diperoleh selama
kuliah dengan kenyataan yang terdapat ditempat penelitian, serta
menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai pelaksanaan
pencatatan laporan keuangan arus kas.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi pihak instansi diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan
saran- saran dan masukkan berupa nilai-nilai yang bermanfaat sebagai
2. Bagi karyawan, diharapkan dari hasil penelitian dapat dijadikan sebagai
bahan informasi perangkat kinerja tambahan sehingga digunakan dalam
upaya peningkatan kinerjanya.
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam melakukan kegiatan penelitian ini penulis mengambil lokasi yang
dilakukan di Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Gedung Sate) di bagian
Akuntansi Pelaporan Jl. Diponegoro no.22 Bandung 40115,Telp (022) 4232448 – 4233347 – 423096.
2 Wawancara kepada pihak terkait
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2..1 Kajian Pustaka
2.1.1 Laporan
Laporan merupakan hal yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari,
apakah itu termasuk laporan yang diterima secara resmi maupun laporan yang
masuk dari mulut ke mulut.
Jika dalam kehidupan sehari-hari laporan ini biasa kita kenal dengan istilah
pengaduan, dimana pengaduan disini yang nantinya akan menimbulakan
percecokan atau membawa manfaat kebaikan sangat tergantung dari si pemberi
informasi atau bagaimana cara menagkap informasi tersebut.
Dari gambaran tersebut dapat kita ketahui bertapa pentingnya peranan laporan
dalam kehidupan sehari-hari apalagi jika laporan tersebut menyangkut kehidupan
suatu perusahaan atau instansi.
Menurut F X Soedjadi (1988) mendefinisikannya sebagai berikut :
Laporan adalah :
1. “Suatu panyampaian berita, keterangan, pemberitahuan ataupun pertanggungjawban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang
authority dan tanggung jawab responsibility yang ada antara mereka. 2. Salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu ke
Pengertian laporan menurut The Oxford English Dictionary dalam kusumah,
dkk (2002: 2:3) adalah :
a. “cerita yang dibawakan seseorang kepada orang lain yang diteliti secara khusus.
b. Pernyataan formal hasil penelitian, tentang sesuatu hal yang memerlukan informasi yang pasti, dibuat oleh seseorang atau sebuah lembaga atau harus melakukannya.”
Sedangkan Siswanto (1989 : 62) memberikan batasan tentang report yaitu :
“sebagai informasi tertulis yang dimaksudkan sebagai
pertanggungjawaban atas sesuatu penugasan. Laporan juga dapat dikatakan sebagai sesuatu macam dokumen yang disampaikan atau menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diseliki, dalam bentuk fakta-fakta yang diarahkan pada pemikiran atau tindakan yang akan diambil.”
Sejalan dengan pendapat Keraf, Parera (1987 :56) mengemukakan:
“laporan pada dasarnya suatu bentuk penyampaian dan perjanjian
fakta-fakta dan pemikitran-pemikiran guna tindakan.”
Dari beberapa pendapat pengertian laporan diatas dapat disimpulkan bahwa
laporan keuangan merupakan suatu bentuk penyampaian dan penyajian hasil
kegiatan baik secara lisan maupun tertulis dan dokomen berupa fakta-fakta yang
dimanfaatkan guna mengambil sebuah keputusan atau tindak lanjut bagi
2.1.1.1 keuangan
Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan untuk dapat mempelancar
kegiatan operasinya.
Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barliana (2002 : 34), pengertian
keuangan sebagai berikut :
“keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi. Keuangan berhubunngan dengan proses, lembaga, pasar, dan instrument yang terlibat dalam transfer uang diantara individu maupun antara bisnis dan pemerintah.”
2.1.1.2Laporan Keuangan
Laporan keuangan menurut Deddy Nodiawan (2007 : 151)
“Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas
kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas.”
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2007 : 19)
“laporan keuangan dalam suatu perusahaan sebenarnya merupakan
output dari proses atau siklus akuntansi dalam suatu kesatuan akuntansi usaha, dimana proses akuntansi meliputi kegiatan- kegiatan :
1. Mengumpulkan bukti bukti transaksi 2. Mencatat transaksi dalam jurnal
3. Memposting dalam buku besar dan membuat kertas kerja 4. Menyusun laporan keuangan”
Pengertian laporan keuangan menurut Baridwan (1992 : 17)
“laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama dua
Menurut Sundjaja dan Barlian (2001 : 47)
“laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan.”
Sedangkan definisi laporan keuangan menurut Munawir (1991 : 2)
“laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan.”
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan 01-1 (2005)
menyebutkan,
“disebutkan, Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas pelaporan atau keseluruhan laporan keuangan entitas akuntansi sehingga nampak sebagai satu entitas tunggal. Sedangkan, Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan.”
Selain itu juga, dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
01-1 (2005) menyebutkan,
“Laporan keuangan (untuk tujuan umum) adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Yang dimaksud
dengan pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga
pemeriksa/pengawas, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti Laporan Tahunan.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan
akuntansi utama yang mengkomunikasikan informasi keuangan kepada
pihak-pihak yang bekepentingan, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
2.1.1.3 Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Penyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tujuan
laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermafaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi
2. Laporan keuangan yang disususn untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demiian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
3. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen stewardship atau pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai juga ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Keputusan ini mungkin mencangkup, misalnya keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.
Secara umum, tujuan dan fungsi laporan keuangan sektor publik menurut
Mardiasmo (2002 : 161),
1. “Kepatuhan dan Pengelolaan. Laporan keuangan digunakan untuk memberikan jaminan kepada pengguna laporan keuangan dan pihak otoritas penguasa bahwa pengelolaan sumber daya telah dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan peraturan lain yang telah ditetapkan.
menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya organisasi.
3. Perencanaan dan Informasi Otoritas. Laporan keuangan
berfungsi untuk memberikan dasar perencanaan kebijakan dan aktivitas dimasa yang akan datang. Laporan keuangan berfungsi untuk memberikan informasi pendukung mengenai otoritas penggunaan dana.
4. Kelangsungan Organisasi. Laporan keuangan berfungsi untuk membantu pembaca dalam menentukan apakah suatu organisasi atau unit kerja dapat meneruskan menyediakan barang dan jasa dimasa yang akan datang.
5. Hubungan Masyarakat. Laporan keuangan berfungsi untuk
memberikan kesempatan kepada organisasi untuk
mengemukakan pernyataan atas prestasi yang telah dicapai kepada pemakai yang dipengaruhi, karyawan, dan masyarakat. Laporan keuangan berfungsi sebagai alat komunikasi dengan publik dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
6. Sumber Fakta dan Gambaran. Laporan keuangan bertujuan
untuk memberikan informasi kepada berbagai kelompok kepentingan yang ingin mengetahui organisasi secara lebih dalam.”
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No.1 (2005)
disebutkan,
“Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:
1. Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;
2. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;
3. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
4. Menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;
5. Menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan
6. Menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
7. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi
kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.”
2.1.1.4Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (2005)
disebutkan,
“karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran
normative yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi
sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut merupakan prasyarat normative yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu :
1. Relevan
2. Andal
3. Dapat diperbandingkandan 4. Dapat dipahami.”
Karakteristik kualitati laporan keuangan menurut PSAK (2007),
“merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat beberapa karakteristik kualitatif pokok yaitu:
1. Dapat dipahami
Kualitas penting untuk informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai. Dalam hal ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketentuan yang wajar. Namun demikian, sulitnya memahami informasi yang komplek jangan dijadikan alasan untuk tidak memasukan informasi tersebut dalam laporan keuangan.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan apabila informasi tersebut
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan
dan materialitas nya. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
3. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya pelaporan suatu segmen baru dapat dipengaruhi penilaian resiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa pertimbangan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Materialitas tergantung ada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat. Karenanya materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
4. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (realible). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur.
5. Penyajian jujur
Agar dapat diandalkan informasi harus menggambarkan dengan jujur taransaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
6. Subtansi mengungguli bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan subtansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Subtansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang
Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi
peralatan dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul ketidakpastian semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
9. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya kesengajaan untuk tidak dapat mengungkapkan mengakibatkan informasi menjadi titik benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan atau tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.
10.Dapat Dibandingkan
Para pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan
laporan keuangan perusahaan antara periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Selain itu juga pemakai harus dapat
memperbandingkan lapora keuangan antara perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.”
2.1.1.5Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Didalam PSAK No. 31 (2000) sifat dan keterbatasan laporan keuangan
adalah :
1. “Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lalu karena laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari
penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi
ketidakpastian.
5. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomi suatu
peristiwa atau transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas). 6. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah
teknis, dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami teknis dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
7. Adanya berbagai altenatif metode yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber
Menurut Jumingan (2005: 10) empat keterbatasan laporan keuangan
adalah :
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara dan bukan merupakan laporan yang final. Karena itu, semua jumlahjumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang tidak menunjukan nilai realisasi dimana didalamnya terdapat pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh akuntan atau manajemen yang bersangkutan.
2. Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang
kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berbeda-beda. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep
going concern sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.
3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan
transaksi pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang
dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga.
2.1.2 Arus kas
Laporan arus menurut Deddi Noordiawan (2007) :
“Merupakan laporan keuangan yang menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahaan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.”
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
(2009)
“Pengertian Laporan Arus kas adalah memeberi informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, maupun pendanaan
financing selama suatu periode akuntansi”
Pengklasifikasian Laporan Arus Kas menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 24 (2005) pada pemerintah daerah adalah arus masuk dan keluar kas yang
berasal dari :
1. “Aktivitas Operasi yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah daerah selama suatu periode akuntansi.
2. Transaksi Aktiva Tetap dan Aset Lainnya yaitu perolehan dan pelepasan Aktiva Tetap dan Aset Lainnya.
3. Aktivitas Pembiayaan yaitu penerimaan dan pengeluaran kas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi
ekuitas dan pinjaman pemerintah sehubungan dengan
defisit/surplus anggaran.
4. Aktivitas Non Anggaran yaitu penerimaan dan pengeluaran kas
yang tidak mempengaruhi anggaran pemerintah yaitu
2.1.2.1Kegunaan Laporan Arus Kas
Kegunaan laporan arus kas menurut PSAK 02 (2009) :
“laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna untuk mengevaluasi perubahan dalam aset bersih entitas, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka penyesuaian terhadap keadaan dan peluang yang berubah. Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pengguna mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flows) dari berbagai entitas. Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai entitas karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.
Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan kepastian arus kas masa depan. Di samping itu, informasi arus kas historis juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.”
2.1.2.2Penyajian Laporan Arus Kas
Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan No. 03 (2005) entitas akuntansi dapat menyajikan arus kas dengan cara :
“(a)Metode Langsung
Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto.
(b)Metode Tidak Langsung
Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi- transaksi operasional nonkas, penangguhan (deferral) atau pengakuan
(accrual) penerimaan kas atau pembayaran yang lalu/yang akan
datang, serta unsur pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi aset nonkeuangan dan pembiayaan.”
Untuk penyusunan Laporan Arus Kas dalam SAKD, metode yang
digunakan adalah Metode Langsung (Direct Method ). Hal ini berarti arus kas
yang berasal dari aktivitas operasi harus disusun dengan menyajikan seluruh
Tabel 3.4
Format Laporan Arus Kas Pemerintah Provinsi
LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI
No. Uraian 20X1 20X0 Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP
1.2 Kerangka Pemikiran
Pemerintah provinsi jawa barat merupakan salah satu entitas pelaporan
yang wajib menyampaikan laporan pertanggung jawaban berupa laporan
keuangan.
Menurut Permendagri 13 (2006) entitas pelaporan adalah :
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau Iebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
Pemerintah Provinsi Jawa Barat menurut Permendagri 13 (2006)
disebutkan :
“Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.”
Sebagai entitas pelaporan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki
entitas akuntansi, salah satunya Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Sekretariat Daerah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan akuntansi dan
menyusun laporan keuangan.
Sekretariat daerah menurut Permendagri 13 (2006) :
“Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) merupakan unsur
pembantu pimpinan Pemerintah Provinsi yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.”
Sekretariat Daerah Propinsi bertugas membantu Gubernur dalam
melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan
tata laksana serta memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh Perangkat
Daerah Provinsi
Setiap Instansi Pemerintahan, terutama dalam hal melakukan kegiatan
usahanya selalu mengarah pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sehingga
dalam melakukan seluruh aktivitasnya harus selalu sesuai dengan rencana atau
anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu suatu instansi harus
selalu dimotivasi untuk melaksanakan kegiatannya secara bertanggung jawab dan
terarah.
Dalam melaksanakan semua kegiatannya itu,suatu instansi tentunya sering
kelola, sumber daya manusia. Sumber daya manusia merupakan masalah yang
serius, hal ini sangat menyangkut kemungkinan terjadinya kelalaian pada setiap
pegawai di instansi tersebut.
Menurut Permendagri 13 (2006) :
1. “Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
2. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.”
Oleh karena itu proses pencatatan transaksi kas masuk dan kas keluar dari
bukti-bukti pendukung yang telah diotorisasi harus dilaksanakan dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (General Accepted Accounting principle )
seperti memperhatikan prinsip konsistensi, prinsip kehati-hatian untuk
menghasilkan informasi keuangan yang lelevan, dapat dimengerti dan dan dapat
diverifikasi.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 (2005) tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, bahwa :
“laporan keuangan merupakan laporan terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.”
Laporan keuangan pemerintah daerah harus memberikan infomasi keuangan
secara terbuka, jujur, dan menyeluruh kepada stakeholders agar terhindar dari
kebiasaan karena kesalahan atas pengelolaan keuangan daerah, baik itu berupa
kesalahan dalam pencatatan maupun penyelewengan dalam pengelolaan dan
Bagan Kerangka Pemikiran Gambar 2.1
Tinjauan Atas Laporan Keuangan Arus Kas
Pelaporan
Penerimaan Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
Sekretaris Daerah
Pengguna Anggaran
Kuasa Bendahara Umum Daerah (KASDA)
26
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2006:13) pengertian objek penelitian adalah sebagai
berikut :
“Objek penelitian adalah sarana ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaa tertentu tentang sesuatu hal objektif,
valid, dan reliable tentang suatu hal”.
Menurut Sugiyono (2006:32) pengertian objek penelitian adalah sebagai
berikut :
“Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang diterapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”
Sedangkan Menurut Husein Umar (2005:303) menerangkan bahwa : “Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang
menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian
dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”
Objek penelitian yang penulis teliti adalah Laporan Keuangan Arus Kas
di Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat di bagian Akuntansi Pelaporan yang
beralamat di Jl. Diponegoro no.22 Bandung 40115,Telp (022) 4232448 –
3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2007:4) mendefinisikan Metode Penelitian
sebagai berikut :
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.”
Metode yang digunakan penulis dalam menyusun laporan tugas
akhir ini adalah metode deskriptif dan metode wawancara yang dapat
mengungkapkan dan gambaran masalah yang terjadi pada saat penelitian
dilakukan.
Menurut Sugiyono (2005:21) dapat didefinisikan bahwa :
“Metode Deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
menggambar atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.”
Sedangkan menurut Moh. Nazir (2003:4) menyatakan bahwa :
“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.
Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa metode penelitian yang
digunakan untuk dapat menggambarkan serta menganalisis hasil dari penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti. Metode penelitian digunakan peneliti untuk
dapat menggambarkan Laporan Keuangan Arus Kas pada Pemerintah Provinsi
Jawa Barat.
menggambarkan keadaan yang sebenarnya tentang objek yang diteliti menurut
keadaan yang sebenarnya pada saat penelitian dilakukan.
Metode penelitian yang yang digunakan yang digunakan dalam menyusun
tugas akhir ini adalah menggunakan metode deskriptif, metode deskriptif
merupakan penilaian terhadap individu, organisasi atau keadaan tertentu.
3.2.1 Desain Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar
penelitian tersebut berjalan dengan baik.
Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2005:84) dalam bukunya Metode
Penelitian menerangkan bahwa :
“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”
Menurut Jonathan Sarwono (2006:79) dijelaskan sebagai berikut : “Desain penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang
menuntun serta menentukan arah berlangsungnya proses penelitian
secara benar dan teapat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, desain penelitian adalah
suatu proses penelitian yang dimana dalam melaksanakan penelitian yang
dilakukan oleh penulis, dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian
yang dilakukan pada waktu tertentu.
Dalam penelitian ini penulis menerapkan desain penelitian, sebagai berikut :
1. Menetapkan judul yang diteliti, sehingga dapat diketahui apa yang akan
Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat”.
2. Menentukan indentifikasi masalah yaitu :
a. Sistem penginputan data yang digunakan oleh bagian akuntansi dan
pelaporan di Pemerintah Provinsi Jawa Barat belum efisien dan tidak
dapat dilaksanakan dengan baik.
b. Pelaksanaan prosedur pencatatan laporan keuangan arus kas belum
dilaksanakan sesuai dengan standar.
3. Menentukan judul penelitian yang akan dijadikan objek penelitian.
4. Memilih prosedur dan teknik yang digunakan.
5. Menyusun alat serta teknik pengumpulan data.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan
menggunakan 2 cara, yaitu pengumpulan data melalui penelitian lapangan
dan penelitian kepustakaan atau data yang di peroleh dari sumber lain,
seperti buku, literatur, ataupun catatan-catatan perkuliahan.
7. Melaporankan hasil penelitian termasuk proses yang dijadikan objek
penelitian.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Menurut Masyhuri dan Zainuddin (2008:122) menyatakan variabel dan
operasional adalah :
“Variabel adalah sesuatu yang berubah-ubah atau tidak tetap.
Variabel dapat juga diartikan sebagai konsep dalam bentuk kongkrit
Menurut Sugiono (2006:31) mendifinisikan pengertian variabel
sebagai berikut :
“Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”
Sesuai dengan judul tugas akhir yang penulis buat yaitu “Tinjauan atas
Laporan Keuangan Arus Kas pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat“, hanya ada 1 variabel yaitu Variabel Independen.
Variable Independent atau variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lainnya yang menjadi penyebab perubahan pada variabel
dependen atau variabel tak bebas (terikat). Data yang menjadi variabel bebas
adalah laporan keuangan arus kas.
Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:69) pengertian
operasional variable adalah :
“ Operasional adalah penentuan contruct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Sedangkan variabel adalah contruct yang di ukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena.”
Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator,
Serta skala dari variable-variabel terkait penelitian sehingga penelitian yang
dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai laporan
keuangan arus kas Pemerintah Provinsi Jawa Barat, maka variabel yang terkait
dalam penelitian adalah :
Dalam penelitian yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan
paradigma sederhana, dimana hanya terdapat satu variable, yaitu variable
kas Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator,
serta skala dari variable-variabel terkait penelitian sehingga penelitian yang
dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai laporan
keuangan arus kas Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Variabel, indikator, skala pengukuran yang digunakan baik
untuk variabel bebas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variable Konsep Variabel Indikator
3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan sumber dan teknik
pengumpulan data yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang hendak
diungkapkan.
3.2.3.1 Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari objek
meliputi dokumen-dokumen perusahaan berupa sejarah perkembangan
perusahaan, struktur organisasi, dan lain-lain yang berhubungan dengan
penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperlukan untuk mendukung hasil
penelitian berasal dari literatur, artikel, dan berbagai sumber lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Data yang didapat dari buku-buku
Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
3.2.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang akan dilaksanakan, terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan dalam pengumpulan data. Metode yang digunakan dibawah ini
dimaksudkan untuk mempermudah dalam melakukan penelitian pada saat
pengumpulan data diantaranya :
1. Studi Lapangan (field research)
Studi lapangan adalah melakukan peninjauan secara langsung untuk
memperoleh data-data yang diperlukan daalm penyusunan tugas akhir.
meliputi :
a. Metode Observasi (pengamatan)
Penulis mengamati hal-hal yang berhubungan dengan laporan arus kas,
mulai dari sumber-sumber peneriman sampai pengeluaran kas
b. Metode Interview
Penulis melakukan wawancara dengan Ibu Dra.Hj.Silviaty M,si selaku
Kepala Bagian dan Bapak Dindin Mahpudin SE.,M.AK,Ak sebagai ketua
pelaksana kegiatan di Akuntansi Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa
Barat selaku orang yang yang bertanggung jawab di bagian tersebut
tentang laporan arus kas untuk mendapatkan data-data informasi yang
benar di Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat khususnya di bagian
Akuntansi dan Pelaporan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan bahan-bahan yang tertulis berupa data
yang diperoleh dari Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat.
2. Studi Kepustakaan (library research)
Penelitian pustaka adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
mempelajari serta mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan materi
pembahasan guna dijadikan dasar dalam melakukan penilaian dan
perbandingan dari penelitian yang telah dilakukan pada perusahaan yang
bersangkutan. Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penelaahan
terhadap buku-buku literatur, buku teks, dan catatan kuliah, dengan metode
pemerintahan.
3.2.4 Metode Analisis
Analisis data merupakancara yang digunakan penulis untuk
mempermudah identifikasi masalah penelitian. Dalam melakukan analisis data
yang diperoleh berdasarkan jawaban atas kuesioner, penulis melakukan analisis
kualitatif , yaitu mencari kebenaran variabel yang diteliti dengan kenyataan yang
ada dilapangan.
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh
karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa
bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih
jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian
kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang
tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori,
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Instansi
4.1.1 Sejarah Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
alam dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat
diberdayakan,antara lain menyangkut sumber daya air,alam dan pemanfaatan
lahan,sumber daya hutan,pesisir dan laut serta sumber daya perekonomiannya
yang sangat maju di berbagai bidang.
Perkembangan sejarah menunjukan bahwa Provinsi Jawa Barat
merupakan provinsi yang pertama di bentuk di wilayah Indonesia . Provinsi Jawa
Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950,tentang Pembentukan Provinsi
Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat terdiri dari :17 Kabupaten dan 9
Kotamadya,dengan membawahkan 592 Kecamatan,5.201 Desa dan 609
Kelurahan.
Provinsi Jawa Barat telah di pimpin oleh 12 orang Gubernur sampai saat
ini,yaitu :
1. M. Sutardjo Kartohadi (1945 – 1946)
2. Mr. Datuk Djamin (1946)
3. M. Sewaka (1946 - 1952)
4. R. Muhammad Sanusi Hardjadinata (1952 - 1956)
5. R. Ipik Gandama (1956 - 1960)
7. Solihin GP (1970 - 1975)
8. H. Aang Kunaefi (1975 - 1985)
9. HR. Yogie SM (1985 - 1993)
10.R. Nuriana (1933 - 2003)
11.H. Danny Setiawan (2003 - 2008)
12.H. Ahmad Heryawan (2008 – Sekarang)
Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdiri dari ; Sekretariat Daerah
(SETDA),20 Dinas, 15 Badan, 1 Kas Daerah, dan 1 Kantor Perwakilan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berkedudukan di Jakarta.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat merupakan suatu yang mempunyai Visi
dan Misi.Visi dan Misi tersebut digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pemerintahan Pemprov Jabar,berikut ini Visi dan Misi Pemprov Jabar :
A. VISI Pemprov Jabar :
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan
peluang yang ada di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup
dalam masyarakat, maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun
2008-2013 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka
Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat adalah :
“TERCAPAINYA MASYARAKAT JAWA BARAT YANG
MANDIRI,DINAMIS DAN SEJAHTERA”
Di dalam Visi tersebut banyak makna yang terucap dan menjadi acuan
semua masyarakat Jawa Barat untuk menjadikan Visi tersebut sebagai alat dan
penyemangat dalam kehidupan sehari – hari,untuk lebih jelasnya adapula
1. Mandiri
Terus berusaha Adalah sikap dan kondisi semua masyarakat Jawa
Barat yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri untuk lebih maju
dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri,terutama dalam
bidang pendidikan,kesehatan,tenaga kerja,pelayanan publik yang berbasis
e-government ,energy,infrastruktur,lingkungan dan sumber daya air.
2. Dinamis
Selalu ingin maju dalam hal apapun adalah sikap dan kondisi
masyarakat Jawa Barat yang secara aktif mampu merespon sekecil apapun
peluang yang ada dan tantangan zaman yang semakin tahun semakin
bersaing antara satu dengan yang lainnya juga ikut serta berkontribusi
dalam proses pembangunan daerah untuk kepentingan dan kenyamanan
bersama sesame warga Jawa Barat.
3. Sejahtera
Saling menghormati adalah Sikap dan kondisi masyarakat Jawa
Barat yang secara lahir maupun batin mendapatkan rasa aman dan nyaman
serta makmur dalam menjalani kehidupan juga saling membantu antara
satu sama lain.
B. MISI Pemprov Jabar :
Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta
memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang
dimiliki, maka rumusan Misi Provinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian Visi
Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 misi berikut ini, untuk mencapai masyarakat
1. Misi Pertama, “Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang
Produktif dan Berdaya Saing”.
Tujuan :Mendorong masyarakat ke arah peningkatan kualitas
pendidikan, kesehatan, dan kompetensi kerja;Menjadikan masyarakat Jawa
Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur serta menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sasaran :Tuntasnya program pemberantasan buta aksara Meningkatnya
akses dan mutu pendidikan terutama untuk penuntasan wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun dan pencanangan wajib belajar 12 tahun bagi anak
usia sekolah;Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama
untuk kesehatan ibu dan anak;Meningkatnya pelayanan sosial dan
penanggulangan korban bencana;Meningkatnya kesetaraan
gender;Meningkatnya kualitas dan perlindungan terhadap tenaga
kerja;Meningkatnya peran pemuda dan prestasi olahraga dalam pembangunan
kualitas hidup dan kehidupan masyarakat;Meningkatnya kualitas kehidupan
beragama;Revitalisasi nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
2. Misi Kedua, “Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis
Potensi Lokal”.
Tujuan :Meningkatkan daya beli dan ketahanan pangan masyarakat
melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal.
Sasaran :Meningkatnya aktivitas ekonomi regional berbasis potensi
lokal;Meningkatnya kesempatan dan penyediaan lapangan
kerja;Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan KUMKM dalam
yang mendorong penciptaan lapangan kerja;Terpenuhinya kebutuhan pangan
masyarakat.
3. Misi Ketiga, “Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur
Wilayah”.
Tujuan :Menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung
aktivitas ekonomi, sosial dan budaya.
Sasaran :Tersedianya infrastruktur transportasi yang handal dan
terintegrasi untuk mendukung pergerakan perhubungan orang, barang dan
jasa;Tersedianya infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal untuk
mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta
pengendalian daya rusak air;Meningkatnya cakupan pelayanan dan kualitas
infrastruktur energi dan ketenagalistrikan di Jawa Barat;Meningkatnya akses
masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman (mencakup
persampahan, air bersih, air limbah);Terwujudnya keamanan dan keserasian
dalam pembangunan infrastruktur.
4. Misi Keempat, “Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”.
Tujuan :Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan keberlanjutan
pembangunan.
Sasaran :Terkendalinya pertumbuhan, pertambahan jumlah serta
persebaran penduduk;Berkurangnya tingkat pencemaran, kerusakan
lingkungan, dan resiko bencana;Meningkatnya fungsi kawasan lindung Jawa
ketersediaan dan pemanfaatan energi alternatif yang ramah lingkungan serta
energi terbaharukan diantaranya panas bumi, angin, dan surya.
5. Misi Kelima, “Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas
Demokrasi”.
Tujuan :Mengembangkan birokrasi yang semakin profesional dan
akuntabel;Mewujudkan kehidupan demokrasi dan terpeliharanya semangat
kebangsaan.
Sasaran :Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur yang berbasis
kompetensi;Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah
daerahserta pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan berbasis
teknologi informasi;Meningkatnya pelayanan publik yang dapat diakses
dengan mudah dan cepat oleh seluruh lapisan masyarakat;Meningkatnya
kinerja pemerintahan desa dan pembangunan perdesaan;Meningkatnya
pembangunan dan pembinaan hukum di daerah;Meningkatnya peran
pemerintah dan masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum dan
ketentraman masyarakat;Meningkatnya kerjasama daerah dalam
pembangunan;Meningkatnya peran dan fungsi partai politik;Menguatnya
peran masyarakat madani dalam kehidupan politik;Tumbuhnya pembangunan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4.1.2 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
Struktur Organisasi merupakan susunan wewenang kerangka kerja yang
mewujudkan pola kerja tetap serta mengatur hubungan-hubungan di antara
bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang mewujudkan kedudukan dan
juga membuka adanya kesatuan arah dan langkah dalam melaksanakan kegiatan,
serta adanya kejelasan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
orang-orang yang melaksanakan tugas tersebut.
Struktur organisasi di Biro Keuangan yang baru sesuai dengan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :
A. Biro Keuangan Dipimpin oleh seorang kepala biro, dimana Biro Keuangan ini
membawahi :
1. Bagian Anggaran, membawahkan:
2. Sub bagian Anggaran Program;
3. Sub bagian Anggaran Non Program;
4. Sub bagian Evaluasi dan Pembinaan;
B. Bagian Perbendaharaan, membawahkan:
1. Sub bagian Perbendaharaan Belanja Program;
2. Sub bagian Perbendaharaan Belanja Non Program;
3. Sub bagian Belanja Pegawai;
C. Bagian Akuntansi dan Pelaporan, membawahkan:
1. Sub bagian Akuntansi dan Pelaporan;
2. Sub bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset;
3. Sub bagian Evaluasi dan Pembinaan;
D. Bagian Kas Daerah, membawahkan:
1. Sub bagian Pengelolaan Kas;
3. Sub bagian Pengeluaran;
E. Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah, membawahkan:
1. Sub bagian Penganggaran;
2. Sub bagian Penatausahaan;
4.1.3 Job Description
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 29 tahun 2009 pada
pasal 131 menyebutkan:
Biro Keuangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan
bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi
anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi
keuangan Sekretariat Daerah.
Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Biro Keuangan mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan perumusan kebijakan umum anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat
Daerah
2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat
Daerah
3. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi
dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.
Rincian tugas Biro Keuangan:
1. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Biro Keuangan.
2. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi serta
fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan
3. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi anggaran.
4. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi perbendaharaan.
5. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan.
6. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi Kas Daerah.
7. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi administrasi keuangan Sekretariat
Daerah.
8. Menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah.
9. Menyelenggarakan fasilitasi pelaksanaan APBD.
10.Menyelenggarakan pengendalian anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan
pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.
11.Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan.
12.Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota.
13.Menyelenggarakan ketatausahaan Biro Keuangan.
14.Menyelenggarakan perumusan bahan Rencana Strategis, Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban (LKPJ), dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (LPPD) Biro Keuangan.
15.Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Biro Keuangan.
16.Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
17.Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok
pelaporan serta evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset,
evaluasi dan pembinaan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut, Bagian
Akuntansi dan Pelaporan mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan umum akuntansi dan pelaporan,
akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan.
2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi
dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan.
3. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi
dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan.
4.1.4 Aktivitas Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
Bagian Akuntansi dan Pelaporan merupakan salah satu bagian dari Biro
Keuangan yang sangat penting kontribusinya untuk menyusun dan meninjau
semua transaksi yang ada/terjadi.
Berikut ini merupakan aktivitas yang dilakukan oleh bagian Akuntansi dan
Pelaporan:
1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Akuntansi dan
Pelaporan.
2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebujakan umum akuntansi keuangan
Daerah.
3. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum peleporan keuangan
Daerah.
4. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan.
6. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi evaluasi dan pembinaan.
7. Menyelenggarakan pengkajian bahan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
8. Menyelenggarakan pengkajian sistem informasi keuangan.
9. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan evaluasi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota.
10.Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pembinaan
pengelolaan keuangan daerah akuntansi dan pelaporan.
11.Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
12.Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
keputusan.
13.Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota.
14.Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian Akuntansi dan
Pelaporan.
15.Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
16.Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Bagian Akuntansi dan Pelaporan juga membawahkan :
1. Sub bagian Akuntansi dan Pelaporan.
Subbagian Akuntansi dan Pelaporan melakukan berbagai aktivitas yang di
antaranya:
b. Menyusun bahan sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi meliputi
pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Kebijakan akuntansi harus dibuat untuk mengatur penyusunan dan penyajian
laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk tujuan umum dalam
rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan
antarperiode. Kebijakan akuntansi diterapkan dalam penyusunan dan penyajian
Laporan Keuangan Pemerintah Jawa Barat, termasuk Catatan atas Laporan
Keuangan,yaitu melaksanakan penyusunan bahan akuntansi dan
pelaporan,menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara
berkala.
Dalam hal ini, laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD adalah
berupa laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang salah satu bagian
dari laporan keuangan tersebut adalah Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan
pertanggungjawaban APBD tersebut harus dilakukan secara berkala baik per
semester maupun per tahun.
Dalam hal ini juga staf yang bertugas menyusun Catatan atas Laporan
Keuangan melakukan konsolidasi dengan tiap SKPD tingkat provinsi untuk
dijadikan sebagai Catatan atas Laporan Keuangan pemda. Selain melakukan
konsolidasi, Sub Bagian ini pun melakukan koordinasi dengan tiap SKPD tersebut
untuk mengurangi kesalahpamahan dalam menyusun CaLK pemda sehingga dapat
menghasilkan kualitas laporan keuangan yang akuntabel,yaitu:
2. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan
3. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Subbagian Akuntansi dan
Pelaporan
4. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait
Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melaksanakan koordinasi dengan tiap
SKPD tingkat Provinsi Jawa Barat agar pada saat menyusun Catatan atas Laporan
Keuangan tidak ada kesalahpahaman antara SKPD dengan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat. Koordinasi ini dilakukan oleh staf Sub Bagian Akuntansi dan
Pelaporan dengan staf tiap SKPD yang bertugas membuat Catatan atas Laporan
Keuangan. Koordinasi biasanya dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung.
4.2 Hasil Pembahasan
Penulis melakukan kegiatan penelitian di Pemprov Jabar di bagian
Akuntansi dan Pelaporan,dalam pelaksanaannya penulis di berikan pengarahan
dan bimbingan mengenai kegiatan pelaksanaan penyusunan laporan arus kas.
Disetiap perusahaan/instansi pasti mempunyai kewajiban pada ketentuan
yang harus diikuti dalam mengolah transaksi untuk keperluan untuk mengecek
neraca,laporan arus kas juga laporan keuangan. Hal ini berhubungan dengan
pencatatan transaksi untuk suatu instansi maupun ekonomi yang lain dan
menyiapkan beragam laporan yang berasal dari catatan-catatan yang diambil dari
4.2.1 Prosedur Pencatatan dan Pelaksanaan Penyusunan Laporan
Keuangan Arus Kas pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat Bagian
Akuntansi dan Pelaporan
A. Prosedur Pencatatan Laporan Keuangan Arus Kas pada Pemerintah
Provinsi Jawa Barat Bagian Akuntansi dan Pelaporan
1. Arus Kas Dari Aktivitas Operasi
Informasi Arus kas dari kegiatan operasi ini menggambarkan sumber-sumber
penerimaan kas yang berasal dari kegiatan operasi pemerintahan dan pengeluaran
kas untuk membiayai aktivitas operasional pemerintahan dalam rangka untuk
melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pelayanan kepada
masyarakat, dengan bentuk dan susunan sebagai berikut :
Tabel 4.1
Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi
Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi :
Pendapatan Asli Daerah XX
Pendapatan Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat XX Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Propinsi. XX Lain lain pendapatan yang sah XX Jumlah Arus Masuk Kas XX
Keluar Kas untuk Aktivitas Operasi :
Belanja Operasi XX
Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota/Desa XX
Jumlah Arus keluar kas (XX)
Jumlah kas bersih dari aktivitas operasi
(Arus masuk kas - Arus kas keluar) XX
Untuk Aktivitas Operasi, arus masuk kas adalah realisasi penerimaan kas yang
diterima oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang diklasifikasikan