ANALISIS HUBUNGAN ANTARA BEBAN
PENCEMARAN DAN KONSENTRASI LIMBAH
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN KUALITAS
LINGKUNGAN PERAIRAN TELUK AMBON DALAM
DEBBY AMELIA JEMIMA SELANNO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Analisis Hubungan antara Beban Pencemaran dan Konsentrasi Limbah sebagai Dasar Pengelolaan Kualitas Lingkungan Perairan Teluk Ambon Dalam adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Oktober 2009
Debby Amelia Jemima Selanno
DEBBY AMELIA JEMIMA SELANNO. The Analysis Between the Pollution Load and The Concentration of Pollution as a Basic Management of Aquatic Environmental Quality of Ambon Bay. Under supervisior of ENAN M. ADIWILAGA, ROKHMIN DAHURI, ISMUDI MUCHSIN, and HEFNI EFFENDI.
Population growth and an increasing development intensity have brought about the changes of space function on land as well as on coastal water, what we called multiple uses. Inner Ambon Bay (TAD) is one of the place which has such a problem. In the situation like this we predicted the water quality in the bay tends to be contaminated by effluent or loading material both from land and sea. The aim of this study was to analize the pollution load and establish the pollution status of TAD, the pattern and level of sedimentation, to calculate the assimilation capacity, to propose the zonation management of TAD, and to make management strategy of pollution in TAD. Data analysis methods for pollution load were: rapit assesment, assimilation capacity, flushing time; for pollution status were: storet method and pollution index; for spatial distribution and zonation were GIS; for sedimentation pattern were: river debit and sedimentation debit; for estimation of pollution impact were: the level of biology communities damage (mangrove, seagrass and macrofauna benthos). The relation between pollution load and organic matter consentration with indicator parameters of NO3, PO4, BOD, COD,
TSS and TOM showed a significant relation. This means all things (waste) that came from those rivers might influence the TAD water qualities. According to pollution index and storet methods, TAD waters were contaminated by organic matters, especially NO3, PAHs, oil and greese where its values was higher than
their threshold for marine biotas and could be danger for any organisms. The flushing time was 0.25 hours it means that freshwater flowing from sorrounding rivers were fastly flushed by sea water. The assimilation capacity also already pass the capacity level due to NO3 and PO4 indicators. The ecological study from
the biology communities showed that both mangrove and seagrass in rare untill damage condition. In addition, the education level of the people did not greatly effect the mainset of people living nearby TAD in environmental management. Finally, from the multiples uses in the TAD waters showed that they only pay attention to the utilization without caring their environmental water qualities caused by the high intensity of their activities in TAD. In order to manage TAD, this reseaches proposed preservation, utilization and buffer zones.
Pencemaran dan Konsentrasi Limbah sebagai dasar Pengelolaan Kualitas Lingkungan Perairan Teluk Ambon Dalam. Dibimbing oleh ENAN M. ADIWILAGA, ROKHMIN DAHURI, ISMUDI MUCHSIN, dan HEFNI EFFENDI.
Sebelum abad-20 manusia menganggap laut mempunyai kemampuan tak terbatas dalam menyerap (menetralisir) semua limbah yang masuk ke dalamnya. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa dengan luas dan volume air laut yang luar biasa besar, maka laut akan mampu mengencerkan semua jenis limbah berapapun jumlahnya. Sejalan dengan berkembangnya jumlah penduduk dunia, meningkat pula kegiatan pembangunan dan kebutuhan masyarakat, demikian juga dengan tingkat perubahan atau pergeseran fungsi ruang baik darat maupun laut, maka semakin beragam jenis limbah dengan volume yang semakin besar dibuang ke laut. Oleh karena tingginya intensitas aktivitas para pengguna (pihak pemerintah, swasta maupun masyarakat biasa) di perairan teluk selama ini, baik yang bersumber dari darat maupun dari laut, tentu memiliki keterkaitan yang erat dengan perubahan kualitas perairan Teluk Ambon Dalam (TAD). Aktivitas-aktivitas masyarakat baik di darat maupun di laut tersebut, pengaruhnya perlahan tapi pasti akan menambah beban pencemaran di perairan TAD. Perubahan kualitas perairan TAD akibat masuknya beban pencemaran kemungkinan terjadi karena aktivitas yang dilakukan selama ini tidak terkontrol atau dikendalikan secara baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisa beban pencemaran dan menentukan status pencemaran TAD; 2) menganalisa pola dan tingkat sedimentasi; 3) menghitung kapasitas asimilasi; 4) membuat zonasi pemanfaatan TAD dan 5) menyusun strategi pengelolaan pencemaran TAD.
Untuk menjawab tujuan di atas maka beberapa pendekatan dipakai yaitu
sebagai berikut: untuk analisis beban pencemaran dipakai pendekatan rapit
assesment yaitu perhitungan beban pencemaran dari setiap sumber pencemaran; untuk menganalisis kapasitas asimilasi didasarkan pada metode hubungan antara konsentrasi limbah dengan beban limbah; untuk menentukan status mutu air dipakai Pollution Index (PI) atau Indeks Pencemaran dan metode Indeks Storet; untuk menganalisis pola dan tingkat sedimentasi yang terjadi di teluk dihitung debit aliran sungai, debit sedimen dan nilai Koefisien air larian (C); untuk mengestimasi dampak akibat pencemaran diamati pada beberapa indeks ekologi dari komunitas mangrove, lamun dan fauna bentos ; untuk membuat zona kelola TAD dianalisis berdasarkan zonasi wilayah yang tercemar, kriteria peruntukan serta status TAD; untuk sosial ekonomi dan budaya masyarakat dilakukan dengan sosialisasi, wawancara dan kuesioner; dan untuk data hukum dan kelembagaan dipakai pendekatan wawancara narasumber serta pengumpulan data sekunder; dan untuk menyusun strategi pengelolaan pencemaran dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis beban limbah untuk NO3
pada tiap musim tidak terlalu bervariasi nilainya, kecuali pada musim barat variasi nilainya besar sekali yaitu 0,132–100,655 ton/tahun. Berdasarkan analisis
hubungan antara beban pencemaran dengan konsentrasi limbah indikator NO3
bahwa untuk musim timur, pancaroba I dan II, tidak terlalu bervariasi kecuali pada musim barat, sedangkan hasil analisis hubungan beban pencemaran dengan
konsentrasi fosfat di laut menunjukkan
hubungan signifikan lebih nampak pada musim pancaroba I denganY=0.0051X+0 .019 dan R2= 0.7191. Selanjutnya hasil analisis beban pencemaran bahan organik dengan indikator BOD tiap musim sangat bervariasi. Beban pencemaran tertinggi ditemukan pada musim barat berkisar antara 3,903–283,216 ton/tahun. Berdasarkan analisis hubungan antara beban pencemaran bahan organik dengan konsentrasi limbah indikator BOD di laut, ternyata hubungan yang signifikan ditemukan pada musim barat dan pancaroba I yaitu Y=0,002X+1,7522 dengan
R2=0.8215 dan Y=0.0294X+0.8197 dengan R2=0.8545. COD merupakan
komponen kimia yang memiliki sumbangan beban pencemaran dari sungai yang bervariasi dari beban terkecil 5,563 ton/tahun hingga 8806,287 ton/tahun. Distribusi beban pencemaran indikator COD di musim timur, pancaroba II, dan musim barat relatif tinggi, dan nilai tertinggi ditemukan pada musim barat. Hasil analisis hubungan beban pencemaran dengan konsentrasi limbah organik di laut
dengan indikator COD, dijelaskan oleh Y=-0.0037X+53.209 dengan R2=0.6503.
Sumbangan beban limbah bahan organik dari sungai yang bermuara di teluk dapat dilihat bahwa sungai Waetonahitu masih yang tertinggi dibandingkan dengan sumbangan sungai lainnya. Perhitungan beban limbah Total Suspended Solid dari sungai yang masuk laut berkisar antara 0,003–7,628 ton/tahun. Musim yang memberi kontribusi beban limbah TSS terbesar adalah musim pancaroba I, dikuti musim barat. Tingginya curah hujan berpotensi menjadi faktor berpengaruh secara fisik yang mendorong tingginya beban limbah di perairan laut. Analisis hubungan beban limbah TSS dari sungai dengan konsentrasi TSS di laut, menunjukkan hubungan yang signifikasi pada musim timur dan pancaroba I yaitu
Y=-0.0066X+0.0268 dengan R2 = 0.9208, dan Y=0.0002X+0.0342 dengan R2
=0.7339. Hal ini mengindikasikan bahwa konsentrasi TSS di perairan laut berhubungan dengan masukan beban limbah indikator TSS dari sungai. Hasil analisis hubungan beban pencemaran bahan organik di sungai dengan konsentrasi limbah di laut indikator TOM, dijelaskan oleh hubungan yang signifikan pada
musim timur Y=0.0164X+14.311 dengan R2=0.8011 dan Y=-0.0137X+2.9333
dengan R2=0.6027 pada musim pancaroba II. Hal ini menggambarkan kontribusi beban pencemaran organik dari sungai terhadap konsentrasi limbah organik yang ada di laut adalah sekitar 60-80%.
Berdasarkan analisis total beban pencemaran indikator COD, diikuti TOM dan BOD merupakan beban pencemaran yang sangat dominan masuk ke teluk Ambon. Kontribusi beban pencemaran COD mengindikasikan kehadiran bahan-bahan organik yang tidak dapat diuraikan secara biologis. Hasil analisis beban pencemaran dengan indikator NO3 dan PO4 ternyata lebih besar dari baku mutu
berdasarkan nilai kerapatan dan persen penutupan pohon mangrove untuk masing-masing lokasi didapatkan bahwa kondisi hutan mangrovenya dikategorikan sebagai hutan yang jarang dan rusak. Hal ini bila dikaitkan dengan persen penutupan pohon mangrove yang berkisar antara 5,28–20,00% itu berarti lebih kecil dari 50% ketentuan kriteria. Penelitian ini juga memberi gambaran sementara keadaan komunitas lamun di perairan Teluk Ambon. Dengan menggunakan pendekatan persen penutupan seperti yang tertuang dalam Kepmen LH No.200 Tahun 2004, dapat dilihat status padang lamun di perairan TAD yaitu bahwa semua lokasi berada dalam kondisi rusak. Kenyataan ini membuktikan bahwa kemungkinan telah terjadinya sedimentasi ataupun berbagai aktivitas di sekitar perairan ini yang secara langsung berdampak ke ekosistem lamun. Gambaran kondisi kurang kaya atau kurang sehat sampai miskin mestinya sudah memberi peringatan tentang apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan keberadaan ekosistem lamun dalam teluk, bagi keberlanjutan sumberdaya biota laut yang hidupnya tergantung pada ekosistem lamun. Selanjutnya dengan pendekatan nilai ekologis yaitu berdasarkan nilai indeks keragaman jenis fauna bentos yang dihitung dengan Shannon-Wiener, dikatakan bahwa status kualitas air di perairan TAD berkisar dari tercemar sangat ringan sampai tercemar ringan. Berdasarkan hasil analisis, nilai waktu dirus dari ke empat sungai yang ada di teluk adalah 1.02 jam, sedangkan rata-ratanya adalah 0.25 jam. Dengan demikian dalam waktu ¼ jam massa air laut dapat membilas massa air tawar dari sungai-sungai tersebut. Nilai waktu dirus sungai-sungai Air Besar Halong ditemukan sangat kecil (0,03 jam) dibanding sungai-sungai lainnya, diikuti sungai Waeheru (0,11 jam). Dengan waktu dirus atau bilas yang kecil tersebut, maka penyebaran bahan-bahan buangan yang berasal dari setiap muara sungai ke laut akan cepat sekali. Hal ini dapat dilihat dari penyebaran nilai tertinggi maupun terendah parameter yang diukur ternyata menyebar pada beberapa tempat yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil analisis terhadap parameter NO3 dan PO4 kapasitas asimilasinya
lebih besar itu berarti bahwa masukan beban limbah dari sungai ke laut sudah melebihi kapasitas TAD. Selain itu baku mutu NO3 untuk biota laut lebih kecil
dari konsentrasi sebenarnya parameter terukur. Grafik analisis kapasitas asimilasi dengan pendekatan beban limbah BOD, COD, dan TSS, menggambarkan bahwa dengan garis prediksi baku mutu menunjukkan ketiga parameter ini kapasitas asimilasinya masih dibawah. Hal ini berarti proses fisik, kimia dan biologi juga turut mempengaruhi kondisi ini.
secara baik, maka diusulkan dua kawasan lindung dengan enam kawasan pemanfaatan dan kawasan penyangga.
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa perairan TAD baik dari analisis pendekatan secara kimia maupun biologi menunjukkan bahwa perairan ini telah tercemar. Demikian juga dengan analisis hubungan beban pencemaran dengan konsentrasi limbah organik semua indikator menunjukkan hubungan yang signifikan dan status perairan TAD yang tercemar.
Kata kunci:TAD, Beban pencemaran, kapasitas asimilasi, pengelolaan, kualitas air
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
ANALISIS HUBUNGAN ANTARA BEBAN
PENCEMARAN DAN KONSENTRASI LIMBAH
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN KUALITAS
LINGKUNGAN PERAIRAN TELUK AMBON DALAM
DEBBY AMELIA JEMIMA SELANNO
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Aryanto Boreel
NRP : E151070041
Disetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, M.S. Ketua
Dr. Ir. Istomo, M.S. Anggota
Diketahui
Koordinator Mayor Ilmu Pengelolaan Hutan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Hariadi Kartodiharjo, M.S.
Penguji pada Ujian Tertutup : Dr.Ir. Ario Damar, M.Si
Dr.Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas pimpinan dan kasihNYA maka karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilakukan sejak Agustus 2006 ini adalah pencemaran, dengan judul : “Analisis hubungan antara beban pencemaran dan konsentrasi limbah sebagai dasar pengelolaan kualitas lingkungan perairan Teluk Ambon Dalam”. Disertasi ini memuat satu bab yang merupakan pengembangan
dari naskah artikel yang diajukan ke Ichthyos Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu
Perikanan dan Kelautan dengan judul Analisis Kualitas Air beberapa Wilayah Sungai dan DAS pada Teluk Ambon Bagian Dalam, suatu Pendekatan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut (Bab V).
Menyadari bahwa mulai dari tahap penelitian hingga tahap penulisan dan penyelesaikan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung maka, pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih atas berbagai dukungan baik material maupun moriil yang telah diberikan kepada saya selama ini.
Secara khusus terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga, Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri MS, Prof. Dr .Ir. Ismudi Muchsin, dan Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil, selaku komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tenaga di dalam menyampaikan pikiran-pikirannya sebagai bahan masukan sehingga karya ilmiah ini dapat dirampungkan. Terima kasih juga disampaikan kepada Rektor Institut Pertanian Bogor, Rektor Universitas Pattimura, Dekan Pasca sarjana IPB, Pimpinan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti Ambon, Pimpinan, staf dosen dan karyawan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Pimpinan dan staf dosen MSP IPB, khususnya Pimpinan, staf dosen dan karyawan Program Studi SPL atas semua pelayanan yang diberikan kepada saya. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pimpinan LP3O Jakarta dan LIPI Ambon, pimpinan dan staf teknis Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan IPB, Pimpinan Jurusan dan Program Studi MSP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti dan Pemerintah daerah Kota Ambon dan Pemerintah Kecamatan Teluk Ambon Baguala yang telah membantu selama pengumpulan data. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Maluku, BPPS, Yayasan Maluku, Yayasan Damandiri, Toyota–Astra dan Mitra Bahari–Coremap2 atas semua santunan dana yang diberikan kepada penulis. Ungkapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada papi, mami, kedua mertua (alm), suami dan anak-anak tercinta (Semuel Frederik, Julian dan Frellian Tuhumury), seluruh keluarga besar Tuhumury-Selanno serta teman-teman Kanaf dan Permama atas dukungan doa, perhatian dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2009
Penulis dilahirkan di Namlea pada tanggal 31 Agustus 1964 sebagai anak kedua dari tiga orang saudara dari pasangan Abner B. Selanno dan Oktovina Siahaya. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura Ambon,
lulus tahun 1989. Pada tahun 1992, penulis diterima di Jurusan Fundamental
Applied Marine Ecology (FAME) Fakultas Pertanian pada program pascasarjana
Vrije Universiteit Brussels Belgia dan menamatkannya pada tahun 1994. Kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumber daya Pesisir dan Lautan IPB diperoleh pada tahun 2004. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpatti Ambon sejak tahun 1990. Bidang pengajaran yang menjadi tanggung jawab adalah ekologi laut dan ekotoksikologi perairan.
Karya-karya ilmiah penulis yang telah diterbitkan pada jurnal ilmiah antara lain:
Kajian Struktur Komunitas Moluska untuk Menentukan Kualitas
Lingkungan, ICHTHYOS Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Vol.1. No. 2. 2002.
Analisis Keseimbangan Pemanfaatan Sumberdaya Lamun di Desa Ameth,
Maluku Tengah,Jurnal Triton,Jurusan MSP. Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan 2003.
Distribusi Spasial & Referensi Limbah Domestik pada Daerah Aliran
Sungai . ICHTHYOS Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Vol.3. No. 1. 2004.
Analisa Beberapa Parameter Kualitas Air pada Teluk Ambon Dalam bagi
Peruntukan Budidaya Laut. ICHTHYOS Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Vol. 4 No.1. 2005.
Karya ilmiah yang merupakan bagian dari program S3 berjudul :
Analisis Kualitas Air beberapa Wilayah Sungai dan DAS pada Teluk
Ambon Bagian Dalam, suatu Pendekatan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan. ICHTHYOS Jurnal Ilmu-Ilmu Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan. Vol.6. No. 2, edisi Juli 2007.
DAFTAR TABEL ... xv
1.4 Manfaat yang diharapkan ... 7
1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 7
II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Perairan Pesisir dan Tantangan Pengembangannya ... 10
2.2 Pencemaran Perairan Pesisir ... 15
2.2.1 Defenisi dan Pengertian Pencemaran ... 15
2.2.2 Jenis dan Sumber Pencemaran ... 18
2.2.3 Beban Pencemaran ... 22
2.2.4 Dampak Pencemaran ... 23
2.2.4.1 Pencemaran Sebagai Suatu Proses... 23
2.3 Biota Air sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Perairan ... 42
2.4 Daya Dukung Lingkungan Alam ... 43
2.5 Kapasitas Asimilasi... 44
2.6 Nilai Manfaat Penelitian Tentang Beban Pencemaran Dalam Pengelolaan Kualitas Lingkungan ... 45
2.7 Pengelolaan Pencemaran Pesisir dan Lautan ... 46
2.8 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) ... 51
2.9 Kawasan Konservasi ... 53
III METODOLOGI ... 55
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 55
3.2 Kerangka Teoritis ... 55
3.3 Rancangan Penelitian ... 57
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 58
3.4.1 Kualitas Air ... 58
3.4.2 Biota ... 60
3.4.3 Sedimen ... 62
xi
3.5.1 Menganalisa Tingkat :Pencemaran ... 64
3.5.1.1 Analisis Beban Pencemaran... 64
3.5.2 Menganalisa Pola dan Tingkat Sedimentasi ... 69
3.5.2.1 Menghitung Debit Aliran Sungai ... 70
3.5.2.2 Menghitung Debit Sedimen ... 70
3.5.3 Mengestimasi Dampak Akibat Pencemaran ... 70
3.5.4 Membuat Zona Kelola TAD... 74
3.5.5 Sosial Ekonomi Budaya ... 81
3.5.6 Sistem Hukum dan Kelembagaan ... 81
3.5.7 Menyusun Strategi Pengelolaan Pencemaran TAD ... 82
3.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 82
3.7 Bahan dan Alat ... 86
IV KONDISI UMUM PERAIRAN TELUK AMBON DALAM ... 88
4.1 Kondisi Fisik Perairan Laut dan Permasalahannya ... 88
4.1.1 Oseanografi ... 88
4.2 Kondisi Kimia Perairan Laut dan Permasalahannya ... 111
4.2.1 pH ... 111
4.2.2 Salinitas ... 119
4.2.3 Klorofil-a ... 120
4.3 Perspektif Ekologi dalam Pencemaran Pesisir dan Laut ... 126
4.3.1 Kondisi Biologi Perairan TAD ... 126
xii
4.4.2.1 Persentase Jenis Pekerjaan dan Angkatan Kerja ... 150
V KONDISI UMUM PERAIRAN SUNGAI ... 153
5.1 Sungai sebagai Media Alir Berbagai Limbah ... 153
5.1.1 Kualitas Fisik Sungai ... 153
5.1.2 Karakteristik Sungai ... 154
5.2 Kualitas Kimia Sungai ... 156
5.2.6 Masalah Sampah dan Sungai ... 162
VI BEBAN PENCEMARAN, PENENTUAN STATUS KUALITAS PERAIRAN DAN PENDUGAAN ANGKA KERUSAKAN ………. 166
6.1 Konsentrasi Bahan Pencemaran ... 166
6.1.1 Konsentrasi Oksigen Terlarut (DO) di Perairan Laut ... 167
6.1.2 Konsentrasi NO3 dan PO4 di Perairan Laut ... 169
6.1.3 Konsentrasi Minyak dan Lemak di Perairan Laut ... 172
6.1.4 Total Organic Matter (TOM) di Perairan Laut ... 174
6.1.5 Biochemical Oxygen Demand (BOD) di Perairan Laut ... 177
6.1.6 Chemical Oxygen Demand (COD) di Perairan Laut ... 180
6.1.7 Total Suspended Solid (TSS) di Perairan Laut……… 181
6.1.8 Konsentrasi Polycyclic Aromatic Hydrokarbon (PAH’s) Air Laut ………. 182
6.1.9 Konsentrasi PAH’s dalam Biota dan Sedimen ………. 186
6.2 Analisis Beban Pencemaran dan Kapasitas Asimilasi Perairan TAD ………... 189
6.2.7 Analisis Total Beban Pencemaran di Perairan TAD... 203
xiii
6.5 Penentuan Status Pencemaran ... 219
6.5.1 Metode Indeks Storet ... 219
6.5.2 Metode Indeks Pencemaran (PI) ... 221
6.6 Pendugaan Angka Kerusakan Hutan Mangrove di TAD ... 222
6.7 Pendugaan Angka Kerusakan Komunitas Lamun di TAD ... 224
6.8 Tekanan Ekologis terhadap Keanekaragaman Ekosistem TAD ... 224
6.8.1 Jumlah Jenis dan Kepadatan Fauna Bentos ... 224
6.8.2 Klaster Nilai Kepadatan Bentos ... 227
6.8.3 Keserasian dan Keanekaragaman Jenis Bentos ... 228
VII EVALUASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAD ... 233
7.1 Penataan Ruang (zonasi) ... 233
7.1.1 Gambaran Umum Rencana dan Arahan Pengelolaan Kawasan Lindung ... 234
7.1.4 Evaluasi Rencana dan Arahan Pengelolaan RTL Kota Ambon ... 250
7.1.5 Substansi Teknis ... 252
7.1.6 Prosedur Teknis ... 253
7.1.7 Prosedur Administratif Penataan Ruang ... 254
7.1.8 Implementasi Penegakan Hukum ... 255
7.2 Pengendalian Aktivitas Konstruksi dan Pembangunan ………. 259
7.3 Pengendalian Pencemaran ………... 259
xiv
VIII STRATEGI PENGELOLAAN PENCEMARAN TAD ... 266
8.1 Pengurangan Beban Pencemaran ... 266
8.1.1 Pendekatan Teknologi ... 266
8.1.2 Pendekatan Ekonomi ... 267
8.1.3 Pendekatan Sosial Budaya ... 268
8.1.4 Pendekatan Hukum ... 268
8.1.5 Pendekatan Kelembagaan ... 269
8.2 Pemanfaatan Ruang Wilayah TAD Secara Terpadu ... 269
8.2.1 Status Kualitas Perairan sebagai Dasar Penyusunan Zonasi TAD ... 269
8.2.2 Pembuatan Zonasi TAD ... 280
8.2.2.1 Kriteria Pembuatan Zonasi TAD ... 280
8.2.2.2 Zonasi TAD ... 283
8.2.2.3 Zonasi Lahan Atas ... 290
8.3 Arah Pengembangan Wilayah TAD ... 293
8.3.1 Penerapan Instrumen Pengendalian Lingkungan (IPL) ... 294
8.3.2 Pengendalian Limbah Rumah Tangga ... 298
8.3.3 Pengendalian Limbah Industri ... 300
8.3.4 Pengendalian Limbah Pertanian ... 302
IX KESIMPULAN DAN SARAN ... 304
9.1 Kesimpulan... 304
9.2 Saran ... 305
DAFTAR PUSTAKA ... 306
1 Bahan-bahan pencemar di lingkungan laut ... 19
2 Sumber-sumber pencemaran di lingkungan pesisir dan laut ... 21
3 Rangking kepekaan lingkungan laut di Indonesia terhadap minyak ... 40
4 Pengukuran luas areal jenis lamun tertentu dibandingkan dengan total area penutupan seluruh jenis lamun menggunakan metode Saito dan Adobe, diacu dalam Kepmen.LH.No.200/2004 ... 61
5 Tipe data dan parameter yang dianalisa... 63
6 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air ... 68
7 Kriteria baku kerusakan mangrove... 71
8 Status padang lamun ... 72
9 Kriteria kualitas air berdasarkan Indeks Keanekaragaman Shannon- Wiener ... 73
10 Diskripsi titik-titik sampling di laut ... 85
11 Posisi titik sampling Polycyclic Aromatic Hydrocarbon ... 86
12 Alat dan bahan, tipe dan kegunaan ... 86
13 Kondisi hidrologi perairan Teluk Dalam Ambon Tahun 1974 – 1975 ... 97
14 Kecerahan rata-rata tiap stasion di perairan TAD... 103
15 Kecerahan rata-rata tiap musim di perairan TAD... 104
16 Jumlah tegakan dan jumlah jenis lamun pada perairan TAD ... 137
17 Jumlah individu dan berat ikan hasil tangkapan jaring insang dasar pada masing-masing daerah pangkapan di TAD ... 144
18 Persentase sistem pengawasan terhadap sumber daya alam... 148
19 Persentase pengetahuan masyarakat tentang ekosistem produktif ... 151
20 Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) menurut kegiatan utama dan jenis kelamin ... 153
21 Debit aliran sungai pada tiap musim... 155
22 Jumlah curah hujan tiap musim selama penelitian ... 156
23 Rata-rata konsentrasi parameter indikator di laut... 166
24 Status kualitas air berdasarkan kandungan oksigent terlarut (Lee et al. 1978)... 167
25 Kandungan oksigen terlarut perairan TAD tahun 1974-1975... 168
xvii
29 Hasil analisis konsentrasi PAH dalam air laut di TAD ... 184
30 Konsentrasi PAH’s tiap individu (ppm) dalam sedimen dan biota ... 188
31 Beban pencemaran (BL) indikator NO3 dari sungai- sungai... 191
32 Beban pencemaran (BL) indikator PO4 dari sungai-sungai... 194
33 Beban pencemaran (BL) indikator BOD dari sungai-sungai... 195
34 Beban pencemaran (BL) indikator COD dari sungai-sungai... 198
35 Beban pencemaran (BL) indikator TSS dari sungai-sungai ... 200
36 Beban pencemaran (BL) indikator TOM dari sungai-sungai ... 202
37 Total beban pencemaran semua sungai yang bermuara di TAD (2006-2007)... 203
38 Perhitungan beban pencemaran padat kota (domestik)... 205
39 Perhitungan cepat beban pencemaran dari buangan cair domestik ... 206
40 Perhitungan cepat beban pencemaran cair dari kegiatan agro-industri ... 207
41 Perhitungan cepat beban pencemaran dari kegiatan pertanian (kebun sayuran) ... 208
42 Perhitungan cepat beban pencemaran cair dari kapal ferry ... 209
43 Persentase beban pencemaran (produksi limbah) dari kegiatan di darat dan di laut ... 209
44 Persentase beban pencemaran dari sumber utama ... 210
45 Perhitungan “flushing time“ menggunakan pendekatan Dahuri et al. (1996)... 218
46 Status mutu kualitas air menurut sistem nilai Storet di perairan laut untuk biota laut... 220
47 Penentuan Indeks Pencemaran (PI) untuk baku mutu X pada air laut... 221
48 Penentuan Indeks Pencemaran (PI) untuk baku mutu X pada air sungai ... 222
49 Kriteria baku kerusakan pohon mangrove (Kepmen LH. No. 201/2004) ... 223
50 Status komunitas lamun di perairan TAD ... 224
51 Jumlah jenis, kepadatan total, keserasian dan keragaman jenis bentos di perairan TAD ... 225
52 Sumbangan nilai kepadatan tertinggi dari jenis-jenis moluska di tiap lokasi ... 226
xviii 54 Distribusi rencana lokasi budidaya, luas area (ha) dan jenis
Peruntukan (metode budidaya) ... 243
55 Perkiraaan luas lokasi yang terkena pencemaran bahan organik dengan pendekatan beberapa parameter indikator ... 271
56 Contoh kriteria bagi peruntukan budidaya perikanan (biota laut) dan dan hasil pengukuran beberapa parameter penelitian ini ... 274
57 Contoh cuplikan beberapa parameter hasil penelitian yang diperlukan untuk perairan pelabuhan ... 275
58 Penilaian kriteria kawasan lindung ... 285
59 Matriks kesesuaian untuk budidaya laut ... 286
60 Matriks kesesuaian untuk penangkapan ikan ... 287
61 Matriks kesesuaian untuk pariwisata ... 287
62 Matriks kesesuaian untuk perairan pelabuhan ... 288
1 Kerangka pemikiran penelitian ... 9
2 Bagan tentang proses yang terjadi bila bahan pencemar masuk
ke ekosistem laut (EPA 1975, diacu dalam Moriaty 1983) ... 24
3 Kerangka teoritis permasalahan di TAD ... 56
4 Diagram rancangan penelitian ... 59
5 Cara pengambilan sampel air sungai pada salinitas nol ... 60
6 Petak contoh untuk pengambilan contoh lamun ... 60
7 Transek garis dan petak contoh (plot) pengukuran mangrove pada
setiap zona dari pinggir laut ke arah darat (Bengen 2002) ... 61
8 Grafik hubungan antara beban pencemaran dengan konsentrasi
masing-masing parameter indikator ... 65
9 Peta lokasi penelitian ... 84
10 Batimetri dan tampilan ortografik 3 dimensi dasar laut ambang
Galala-Poka ... 89
11 Batimetri perairan dan tampilan 3 dimensi dasar
perairan TAD ... 90
12 Peta pola arus musim timur ... 93
13 Peta pola arus musim pancaroba II ... 94
14 Peta pola arus musim barat ... 95
15 Peta pola arus musim pancaroba I ... 96
16 Suhu rata-rata tiap stasion dan tiap musim di TAD... 98
17 Peta sebaran suhu di perairan TAD pada musim timur ... 99
18 Peta sebaran suhu di perairan TAD pada musim pancaroba II ... 100
19 Peta sebaran suhu di perairan TAD pada musim barat ... 101
20 Peta sebaran suhu di perairan TAD pada musim pancaroba I ... 102
21 Dampak kegiatan pembangunan di lahan darat ke perubahan warna
perairan laut ... 105
22 Peta sebaran TSS di perairan TAD pada musim timur ... 106
23 Peta sebaran TSS di perairan TAD pada musim pancaroba II ... 107
24 Peta sebaran TSS di perairan TAD pada musim barat ... 108
25 Peta sebaran TSS di perairan TAD pada musim pancaroba I ... 109
xix 28 Peta sebaran pH di perairan TAD pada musim timur ... 114
29 Peta sebaran pH di perairan TAD pada musim pancaroba II ... 115
30 Peta sebaran pH di perairan TAD pada musim barat ... 117
31 Peta sebaran pH di perairan TAD pada musim pancaroba I ... 117
32 Salinitas rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD ... 118
33 Peta sebaran salinitas di perairan TAD pada Musim Timur ... 119
34 Peta sebaran salinitas di perairan TAD pada musim pancaroba II ... 120
35 Peta sebaran salinitas di perairan TAD pada musim barat ... 121
36 Peta sebaran salinitas di perairan TAD pada musim pancaroba I ... 122
37 Konsentrasi klorofil di sekitar perairan pulau Ambon pada bulan
Agustus 2006 ... 124
38 Konsentrasi klorofil di sekitar perairan pulau Ambon pada bulan
Oktober 2006 ... 125
39 Konsentrasi klorofil di sekitar perairan Ambon pada bulan
Januari 2007... 126
40 Kerapatan jenis pohon mangrove di perairan TAD ... 130
41 Persen penutupan jenis pohon mangrove di perairan TAD ... 132
42 Nilai penting jenis pohon mangrove di perairan TAD ... 134
43 Nilai kerapatan jenis lamun di perairan TAD ... . 138
44 Persen penutupan jenis lamun di perairan TAD ... 139
45 Persentase tingkat pendidikan penduduk di sekitar TAD ... 145
46 Persentase lama waktu menetap penduduk di sekitar TAD ... 146
47 Persentase kegiatan kapal-kapal di perairan TAD ... 147
48 Persentase tujuan pemanfaatan hutan mangrove ... 147
49 Persentase kegiatan penambangan batu dan pasir ... 148
50 Persentase pengetahuan masyarakat tentang kesehatan keluarga ... 148
51 Persentase pengetahuan masyarakat tentang lingkungan sekitarnya ... 149
52 Persentase kegiatan sosialisasi yang sudah dilakukan untuk masyarakat .. 150
53 Persentase jenis pekerjaan penduduk di sekitar TAD ... 151
54 Salinitas rata-rata tiap stasion dan tiap musim di sungai ... 158
55 NO3 rata-rata tiap stasion dan tiap musim di sungai ... 159
xx 59 Persentase produksi sampah Kota Ambon ... 164
60 Contoh tempat pembuangan sampah di sungai Waetonahitu Passo ... 165
61 Oksigen terlarut rata-rata tiap stasion dan tiap musim ... 169
62 NO3 rata-rata tiap stasion dan tiap musim ... 170
63 PO4 rata-rata tiap stasion dan tiap musim ... 171
64 Konsentrasi rata-rata minyak dan lemak tiap stasion dan tiap musim ... 174
65 TOM rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD ... 177
66 BOD rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD ... 179
67 COD rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD ... 181
68 TSS rata-rata tiap stasion dan tiap musim di perairan TAD ... 182
69 Beberapa contoh PAH yang umum ... 183 70 Konsentrasi rata-rata PAH tiap stasion ... 184 71 Konsentrasi PAH pada tiap musim ... 185
72 Referensi kehadiran individu PAH yang dominan tiap musim ... 185 73 Konsentrasi PAH’s total dalam sedimen dan biota ... 188 74 Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
di TAD dengan indikator NO3 ... 192
75 Tren NO3 di TAD tahun 1984-2007 ... 193
76 Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
di TAD dengan indikator PO4 ... 195
77a Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
di TAD dengan indikator BOD pada musim barat ... 196
77b Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
di TAD dengan indikator BOD pada musim pancaroba I ... 196
78 Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
di TAD dengan indikator CODpada musim barat ... 199
79 Grafik pendugaan beban pencemaran dan kapasitas asimilasi
di TAD dengan indikator TSS pada musim pancaroba I ... 201
80 Pendugaan beban pencemaran organik dengan indikator TOM
pada musim timur ... 202
81 Fluktuasi musiman total beban limbah semua sungai di TAD
xxi 83 Skenario kondisi produksi limbah cair terhadap laju
pertumbuhan penduduk ... 212
84 Debit sedimen di perairan TAD pada tiap musim ... 214
85 Dendogram similariti nilai kepadatan bentos ... 228
86 Rencana pola pemanfaatan ruang laut kota Ambon ... 236
87 Potensi masalah lingkungan dan pencemaran ... 237
88 Zona lindung lokal ... 240
89 Kawasan lindung pantai dan sungai ... 242
90 Rencana zonasi perikanan budidaya ... .. 244
91 Kawasan potensi perikanan tangkap ... 247
92 Rencana zonasi prasarana perikanan ... 248
93 Rencana zonasi wisata bahari ... 249
94 Kondisi eksisting wilayah kelola perairan TAD ... 272
95 Luasan area tercemar bahan organik di perairan TAD berdasarkan
indikator oksigen terlarut ... 273
96 Luasan area tercemar bahan organik di perairan TAD berdasarkan
indikator NO3 ... 276
97 Luasan area tercemar bahan organik di perairan TAD berdasarkan
indikator PO4 ... 277
98 Luasan area tercemar bahan organik di perairan TAD berdasarkan
indikator minyak dan lemak ... 278
99 Luasan area tercemar bahan organik di perairan TAD berdasarkan
indikator COD ... 279
100 Peta rencana kelola kawasan perairan TAD ... 291
101 Lima unsur utama Sistem Manajemen Lingkungan
(Hadiwiardjo 1997) ... 295
102 Urutan langkah untuk menerapkan SML di suatu perusahan
(Hadiwiardjo 1997) ... 297
103 Skema langkah-langkah dalam melakukan pendugaan dampak
lingkungan (Canter 1997, diacu dalam Suratmo 2002) ... 297
104 Pengendalian dampak lingkungan dengan pendekatan limbah
xxii
1 Perencanaan pengambilan sampel dalam pengujian
parameter lingkungan (Hadi 2005) ... 318
2 Tahap prosedur analisis PAH (Holden & Marsden 1969) ... 319
3 Karakteristik tiap sungai pada tiap musim ... 320
4a Peta sebaran oksigen terlarut di perairan TAD pada
musim timur ... 321
4b Peta sebaran oksigen terlarut di perairan TAD pada
musim pancaroba II ... 322
4c Peta sebaran oksigen terlarut di perairan TAD pada
musim barat ... 323 4d Peta sebaran oksigen terlarut di perairan TAD pada
musim pancaroba I ... 324
5a Peta sebaran NO3 di perairan TAD pada musim
timur ... 325
5b Peta sebaran NO3 di perairan TAD pada musim
pancaroba II ... 326
5c Peta sebaran NO3 di perairan TAD pada musim
barat ... 327
5d Peta sebaran NO3 di perairan TAD pada musim
pancaroba I ... 328
6a Peta sebaran PO4 di perairan TAD pada musim
timur ... 329
6b Peta sebaran PO4 di perairan TAD pada musim
pancaroba II ... 330
6c Peta sebaran PO4 di perairan TAD pada musim
barat ... 331
6d Peta sebaran PO4 di perairan TAD pada musim
pancaroba I ... 332
7a Peta sebaran TOM di perairan TAD pada musim
timur ... 333
7b Peta sebaran TOM di perairan TAD pada musim
pancaroba II ... 334
7c Peta sebaran TOM di perairan TAD pada musim
barat ... 335
7d Peta sebaran TOMdi perairan TAD pada musim
xxiii
8b Peta sebaran BOD di perairan TAD pada musim
pancaroba II ... 338
8c Peta sebaran BOD di perairan TAD pada musim
barat ... 339
8d Peta sebaran BOD di perairan TAD pada musim
pancaroba I ... 340
9a Peta sebaran CODdi perairan TAD pada musim
timur ... 341
9b Peta sebaran COD di perairan TAD pada musim
pancaroba II ... 342
9c Peta sebaran COD di perairan TAD pada musim
barat ... 343
9d Peta sebaran COD di perairan TAD pada musim
pancaroba I ... 344
10 Hasil perhitungan beban pencemaran tiap parameter
indikator dari tiap musim ... 345
11 Beban pencemaran dari tiap sungai yang bermuara di TAD ... 355
12 Hasil analisis data statistik untuk grafik hubungan beban pencemaran dan konsentrasi bahan organik dengan pendekatan
parameter indikator ... 356
13 Distribusi spasial nilai kepadatan komunitas makro fauna
bentos di perairan TAD ... 363
1.1 Latar Belakang
Ekosistem teluk yang semi tertutup cenderung memiliki karakteristik fisik
yang terbatas, misalnya kecepatan arus yang relatif lamban, terlindung dari
gelombang, sehingga sirkulasi airpun menjadi terbatas. Adapun arus dominan
dalam teluk Ambon adalah arus pasang surut dengan kecepatan < 0.5 m/det
sepanjang musim. Dengan perkataan lain teluk memiliki arus lemah kecuali pada
lokasi Silale (Teluk Ambon Luar) terus ke arah luar kadang-kadang memiliki
kecepatan arus > 0.5 m/det karena pengaruh angin barat daya yang bertiup kuat
dengan kecepatan > 18 knot dalam waktu lama. Selain itu Teluk Ambon Dalam
(TAD) dengan luas = 11.03 km2 serta memiliki perairan yang tidak lebih dari 40 m
dalamnya, sehingga membuat proses percampuran massa air di TAD relatif lebih
lamban dibandingkan dengan Teluk Ambon Luar (TAL).
Teluk Ambon Dalam dan sekitarnya memiliki beberapa fungsi dan
kegunaan yaitu sebagai daerah perikanan tangkap dan budidaya, pelabuhan
pangkalan TNI Angkatan Laut dan POLAIRUD, pelabuhan kapal PT Pelni, kapal
tradisional antar pulau dan ferry penyeberangan, pelabuhan perikanan, jalur
transportasi laut, tempat pembuangan limbah air panas oleh PLN, dermaga tempat
perbaikan kapal, tempat penambangan pasir dan batu, daerah konservasi, tempat
rekreasi dan olahraga, tempat pendidikan dan penelitian serta pemukiman
penduduk.
Wilayah pesisir dan lautan mengandung potensi ekonomi yang sangat
besar dan beragam, yang belum dimanfaatkan secara efisien dan berkelanjutan.
Potensi ekonomi pesisir dan lautan berdasarkan sektor kegiatan meliputi:
perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan produk perikanan,
industri bioteknologi, pariwisata bahari dan pantai, pertambangan dan energi,
perhubungan laut, industri dan jasa maritim, sumber daya wilayah pulau-pulau
kecil, kehutanan (mangrove) dan sumber daya non-konvensional (Dahuri 2009).
TAD sebagai wilayah pesisir juga memiliki sejumlah potensi ekonomi tersebut.
Di sisi lain, kerusakan lingkungan dan sumber daya alam di beberapa
mengancam daya dukung lingkungan wilayah ini dalam menunjang pembangunan
ekonomi berkelanjutan. Selain memiliki potensi kekayaan alam yang tinggi,
beberapa wilayah pesisir di Indonesia juga rawan terhadap bencana alam seperti
tsunami, gelombang pasang, gempa bumi dan badai. Oleh karena itu, untuk
mensejaterahkan bangsa, maka kebijakan dan strategi pembangunan kelautan
harus mampu mendayagunakan semua potensi secara efisien, berkeadilan, dan
berkelanjutan, dan secara simultan membenahi segenap permasalahan yang
berkembang.
Gambaran fungsi dan kegunaan jelas memperlihatkan kondisi wilayah
teluk Ambon dan sekitarnya yang telah dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan dan
kepentingan baik oleh masyarakat biasa, swasta maupun oleh pemerintah. Selain
itu berbagai kepentingan tersebut pada kenyataannya tidak terkoordinasi secara
baik, sehingga sering menimbulkan kerusakan lingkungan dan sumber daya alam.
Di tingkat pemerintah sendiri kebijakan-kebijakan yang dibuat antar lembaga
terkait masih tidak saling mengetahui, sehingga sering terjadi tumpang tindih
kepentingan dalam pengelolaan teluk, apalagi kehadiran masyarakat ataupun
stakeholder belum dilibatkan secara optimal dalam proses pembuatan kebijakan-kebijakan strategis bagi pembangunan secara luas maupun pemanfaatan dan
pengelolaan teluk secara khusus
Ancaman dan permasalahan terhadap kelestarian ekosistem pesisir dan
lautan dalam kasus teluk Ambon antara lain perusakan fisik ekosistem pesisir
seperti pengerukan pasir pantai, sedimentasi akibat buruknya manejemen lahan
atas dan pencemaran. Sebelum abad-20 manusia (termasuk para ilmuwan)
menganggap laut mempunyai kemampuan tak terbatas dalam menyerap semua
limbah yang masuk ke dalamnya. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa
dengan luas dan volume air laut yang luar biasa besar, maka laut akan mampu
mengencerkan (menetralisir) semua jenis limbah berapapun jumlahnya. Sejalan
dengan berkembangnya jumlah penduduk dunia, meningkat pula kegiatan
pembangunan, meningkat pula tingkat kebutuhan masyarakat, demikian juga
dengan tingkat perubahan atau pergeseran fungsi ruang baik darat maupun laut,
maka semakin beragam pula jenis limbah dengan volume yang semakin besar
Oleh karena itu apabila terjadi perubahan kualitas lingkungan perairan
teluk sebagaimana diuraikan sebelumnya yang merupakan habitat hidup dan
berkembangbiak organisma laut, maka diduga komponen biologis di dalamnya
pun akan mengalami perubahan. Pencemaran laut tidak hanya membahayakan dan
mematikan biota dan ekosistem laut, tetapi juga membahayakan kesehatan
manusia, merusak nilai estetika (keindahan) laut, serta mengancam fungsi
ekonomi teluk. Apabila terjadi pencemaran di teluk Ambon, maka akan
mengganggu seluruh aktivitas sosial ekonomi di wilayah kota Ambon secara
umumnya dan khususnya di wilayah TAD. Pencemaran di TAD harus
dikendalikan, agar tidak melampaui kapasitas asimilasi yang berunjung pada
pencemaran perairan TAD. Untuk itu harus diketahui berapa besar beban
pencemaran yang masuk ke TAD dan berapa besar kapasitas asimilasi teluk
setelah menerima limbah. Selain itu bila benar telah terjadi pencemaran di TAD,
maka langkah strategis apa yang diusulkan guna mengatasi permasalahan
lingkungannya.
Oleh karena itu selain kajian tentang kondisi fisik-kimia teluk, aspek sosial
ekonomi budaya, hukum dan kelembagaan juga menjadi bagian yang tidak
terpisahkan di dalam upaya pengelolaan daerah teluk yang berkelanjutan. Dengan
demikian untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai
perubahan-perubahan yang sudah terjadi akibat pemanfaatan yang telah dilakukan selama ini
di teluk maka penelitian ini dilaksanakan. Sehingga status kualitas lingkungan
yang sebenarnya dapat diketahui, dengan demikian suatu zonasi pemanfaatan
dapat diusulkan, demikian juga dengan strategi penanganan baik pengendalian
ataupun pemulihan dapat diusulkan.
1.2 Perumusan Masalah
Tingkat pemanfaatan wilayah teluk dan sekitarnya yang relatif semakin
tinggi, memungkinkan bertambahnya konsentrasi limbah di perairan teluk.
Penambahan konsentrasi limbah baik yang berasal dari darat maupun dari
aktivitas di laut, akan berdampak terhadap perubahan komponen fisik, kimia dan
biologis teluk secara keseluruhan. Akibat perubahan komponen fisik, kimia dan
biologi ekosistem teluk, maka kehidupan organisme yang hidup bergantung pada
mangrove, lamun atau karang, maka populasi seperti ikan ataupun non ikan yang
hidup di ekosistem tersebut, secara tidak langsung akan terganggu atau bahkan
akan bermigrasi ke tempat lain. Demikian juga bila buangan dari aktivitas
domestik, pertanian, peternakan ataupun kapal-kapal di laut, kemungkinan akan
berakibat secara langsung ke komponen-komponen biologis tersebut.
Selanjutnya, contoh lain adalah akibat pemanfaatan lahan atas untuk
berbagai kegiatan pembangunan yang telah mengorbankan sejumlah vegetasi
darat. Kehilangan vegetasi penutup tanah tersebut dapat mengakibatkan erosi bila
musim hujan. Sementara itu akibat erosi akan menambah jumlah suspended
material terbesar disekitar perairan teluk.
Gambaran contoh yang dikemukakan di atas tentunya akan mempengaruhi
kesehatan lingkungan serta nilai estetika teluk secara keseluruhan. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa berbagai masalah yang diuraikan di atas adalah karena
tingginya intensitas aktivitas pengguna teluk. Kurangnya kesadaran masyarakat
maupun pengguna teluk dalam memelihara lingkungan perairan yang sehat bagi
keberlanjutan hidup sumberdaya alam dan manusia juga akan mempengaruhi
kualitas lingkungan perairan teluk.
Dari hasil pengamatan di wilayah teluk Ambon, sumber pencemaran yang
berpotensi sebagai penyebab terjadinya penurunan kualitas lingkungan dapat
diuraikan sebagai berikut:
Sungai
Kemungkinan pencemaran yang terjadi di TAD adalah karena masukan
bahan-bahan pencemaran yang bersumber dari sungai yang bermuara di TAD.
Kegiatan pembangunan jaringan jalan dan perumahan akan menghasilkan material
padat (sediment loaded) hasil pembongkaran tanah di lahan atas ke perairan laut bila musim hujan tiba. Material-material tersebut akan mengalir baik melalui
sungai ini secara langsung maupun melalui aliran air permukaan (run off).
Selain itu kegiatan pembuangan sampah padat maupun cair dari setiap
aktivitas rumah tangga secara langsung ke sungai pada akhirnya akan terbawa
aliran sungai ke perairan teluk. Demikian juga dengan hasil aktivitas pertanian
yang dilakukan masyarakat sekitar dalam hal penggunaan pupuk. Bahan-bahan
air permukaan. Sedangkan dari aktivitas peternakan akan dihasilkan bahan-bahan
seperti sisa makanan, kotoran dan urin juga akan mengalir ke sungai dan ke laut.
Dari uraian ini dapat dikatakan bahwa sungai merupakan salah satu media
terjadinya pencemaran di laut selain dari aktivitas di laut sendiri. Secara lebih
jelas dapat teridentifikasi bahwa permasalahan kemungkinan terjadinya
pencemaran di laut adalah berasal dari :
Pemukiman
Aktivitas masyarakat sekitar teluk yang selama ini terbiasa membuang
limbah baik ke perairan sungai maupun laut yang teridentifikasi dapat berupa
limbah padat maupun cair. Jika diklasifikasikan, kedua limbah ini kemungkinan
dapat menjadi sumber limbah organik, limbah minyak dan total suspended solid. Pertanian
Aktivitas penggunaan pupuk untuk menyuburkan tanah pertanian
merupakan salah satu ancaman terjadinya pencemaran organik dewasa ini.
Kebanyakan kasus terjadinya pencemaran organik adalah karena aktivitas
pertanian tersebut. Dari sumber utama pertanian (penggunaan pupuk) yang
teridentifikasi adalah limbah organik, limbah minyak dan total suspended solid.
Peternakan
Dari aktivitas peternakan yang dihasilkan yaitu limbah dari kotoran, urin
dan sisa-sisa makanan ternak seperti disebutkan sebelumnya. Limbah-limbah ini
selanjutnya dapat menghasilkan limbah organik, limbah minyak dan total
suspended solid.
PLN
Sumber lain yang dapat mempengaruhi terjadinya pencemaran di laut
adalah berasal dari aktivitas Pusat Listrik Negara. Dari sumber ini yang
teridentifikasi adalah berupa limbah panas dan limbah ceceran minyak.
Setelah melihat sumber-sumber pencemaran yang berasal dari
kegiatan-kegiatan di darat dan sekitarnya maka berikut ini dapat dilihat sumber-sumber
pencemaran yang berasal dari aktivitas di laut sendiri. Sumber-sumber tersebut
adalah sebagai berikut :
Tuntutan pembanguan di bidang perhubungan memacu pemerintah dan
swasta untuk terus meningkatkan prasarana dan sarana trasportasi di seluruh
wilayah Indonesia, termasuk wilayah Maluku. Untuk meningkatkan efektifitas
mobilitas masyarakat sekitar teluk Ambon maka berbagai fasilitas baik angkutan
umum yang dikuasai pemerintah maupun swasta, fasilitas untuk kegiatan
perikanan, fasilitas perbaikan atau renovasi kapal juga dioperasikan di wilayah
perairan ini. Aktivitas-aktivitas dari pemanfaatan fasilitas yang disebutkan
tersebut berpotensi menghasilkan ceceran limbah minyak dan sampah organik
lainnya.
Kualitas lingkungan perairan teluk Ambon berdasarkan uraian faktor
penyebab dan dari sumber yang dikemukakan maka permasalahan penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Oleh karena tingginya intensitas aktivitas para pengguna (pihak
pemerintah, swasta maupun masyarakat biasa) di perairan teluk selama ini yang
telah dilakukan, baik yang bersumber dari darat maupun dari laut, tentu memiliki
keterkaitan yang erat dengan perubahan kualitas perairan TAD. Aktivitas-aktivitas
masyarakat baik di darat maupun di laut tersebut, pengaruhnya perlahan tapi pasti
akan menambah beban pencemaran di perairan TAD. Perubahan kualitas perairan
TAD akibat masuknya beban pencemaran kemungkinan terjadi karena aktivitas
yang dilakukan selama ini tidak terkontrol atau dikendalikan secara baik. Hal ini
diduga terjadi akibat alat pengendali dan pengontrol terhadap setiap kegiatan
pembangunan yang dilakukan pada suatu tempat tidak berfungsi secara baik.
Kondisi seperti ini, akan mengganggu fungsi yang lain, misalnya fungsi wilayah
perairan teluk Ambon yang multifungsi seperti ini tentu akan sangat beresiko
terhadap keberlanjutan kehidupan teluk secara keseluruhan bila terjadi
pencemaran. Masukan beban pencemaran yang berasal dari pemukiman
penduduk, kegiatan pertanian dan peternakan yang masuk melalui sungai-sungai
yang bermuara di perairan teluk maupun melalui aliran air permukaan,
ditambahkan dengan aktivitas kapal-kapal (transportasi dan perbaikannya) diduga
dapat menyebabkan perubahan terhadap konsentrasi bahan-bahan pencemar
tersebut di laut. Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas maka pertanyaan
• Apakah masuknya bahan-bahan pencemaran dari darat, telah merubah
konsentrasi bahan-bahan tersebut di laut, sehingga mengakibatkan
terjadinya pencemaran lingkungan?
• Apakah dengan tingginya intensitas penggunaan atau pemanfaatan
Teluk Ambon Dalam dan sekitarnya selama ini, mengakibatkan
terjadinya perubahan komponen fisik, kimia dan biologi perairan
teluk?
1.3 Tujuan Penelitian
Kondisi penggunaan ruang teluk dan sekitarnya untuk berbagai kegiatan
(multiple uses) dengan tidak terkendali sangat berdampak ke lingkungan baik dalam bentuk pencemaran maupun sedimentasi, sehingga langkah pengelolaan
(pengendalian) dapat diusulkan. Oleh karena itu untuk menjawab hal tersebut
maka penelitian ini dilakukan untuk :
1. Menganalisis beban pencemaran dan menentukan status pencemaran TAD
2. Menganalisis kapasitas asimilasi
3. Menganalisis pola dan tingkat sedimentasi
4. Membuat zonasi pemanfaatan TAD
5. Menyusun strategi pengelolaan pencemaran TAD
1.4 Manfaat yang diharapkan
Manfaat atau kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian tentang
analisis beban pencemaran di perairan TAD sebagai berikut :
1. Teluk Ambon dapat tetap dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan perikanan
dan budidaya, pelabuhan dan transportasi, pendidikan dan penelitian, olah
raga dan parawisata
2. Dapat menjadi acuan dalam pengelolaan kawasan teluk secara terpadu dan
berkelanjutan.
1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian
Berdasarkan tingkat pemanfaatan yang telah dilakukan selama ini yaitu
dengan memanfaatkan posisi strategis teluk Ambon yang secara morfologi
dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, seperti untuk pelabuhan atau dermaga,
kegiatan perikanan dan budidaya, pendidikan dan penelitian, olah raga dan
parawisata. Selanjutnya akibat tingginya intensitas kegiatan di teluk tersebut,
beban pencemaran yang masuk ke laut baik melalui sungai, aliran air permukaan
maupun yang bersumber dari kegiatan di laut terus bertambah (Gambar 1).
Masukan bahan-bahan percemar tersebut akan mempengaruhi konsentrasi bahan
pencemaran yang masuk ke laut. Hal ini akan terlihat pada perubahan kualitas
fisik-kimia dan biologi lingkungan. Perubahan fisik-kimia perairan akan
mempengaruhi aspek biologi seperti produksi ikan (perikanan) dan hal ini
selanjutnya akan berpengaruh keaspek ekonomi masyarakat. Selain itu perubahan
fisik-kimia juga akan berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan. Ketersediaan
lingkungan yang sehat akan menjamin kehidupan organisme laut yang juga sehat,
sehingga tidak membahayakan kesehatan masyarakat yang memanfaatkannya.
Laut yang bersih memberikan dampak kenyamanan bagi masyarakat yang
menikmatinya artinya berpengaruh juga terhadap aspek sosial budaya dan
ekonomi. Demikian juga dengan pengaruhnya terhadap pariwisata, laut yang
bersih akan menjadi objek wisata yang menarik banyak peminat, tentu hal inipun
akan berpengaruh terhadap aspek ekonomi (baik pendapatan daerah maupun
masyarakat sekitar).
Selanjutnya data yang telah diperoleh dianalisis sebagai input data atribut
dan spasial dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. Berdasarkan data
kondisi kualitas perairan TAD tersebut, didapatkan zona-zona berdasarkan tingkat
tercemar tidaknya suatu lokasi. Data spasial berdasarkan tingkat kerusakan ini
selanjutnya menjadi bahan pertimbangan, pengelolaan teluk di masa akan datang
tanpa mengurangi nilai strategi yang telah ada. Dengan demikian usulan wilayah
kelola untuk pemanfaatan dan pengelolaan teluk akan menjadi arahan bagi
pengembangan teluk ke depan, sehingga beban pencemaran dan konsentrasi
Beban Pencemaran
Daerah Aliran Sungai
Zonasi Wilayah yang terkena Pencemaran (Status Pencemaran) Zonasi Wilayah-wilayah
Isu Pengelolaan
Laut
Kualitas Biologi
DATA Kualitas
Fisik-kimia
Atribut Spasial
Sistem Informasi Geografik
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Aliran Air
Permukaan
(run off)
2.1 Perairan Pesisir dan Tantangan Pengembangannya.
Defenisi wilayah pesisir menurut Soegiarto (1976) diacu dalam Dahuri et al. (1996), bahwa definisi wilayah pesisir yang digunakan di Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir meliputi
bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi
sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air asin; sedangkan ke
arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar,
maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti penggundulan
hutan dan pencemaran.
Definisi wilayah pesisir seperti di atas memberikan pengertian atau
gambaran bahwa ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan
mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut, serta saling
berinteraksi antara habitat tersebut. Dengan demikian wilayah pesisir dapat
dikatakan merupakan wilayah dengan karakteristik yang unik. Keunikan wilayah
ini terlihat dari keanekaragaman sumber daya yang bernilai ekonomis penting
yang dapat dikembangkan, keindahan alamnya dapat menjadi objek wisata serta
tempat strategis bagi pembangunan pelabuhan dan masih banyak lagi nilai
ekonomi wilayah ini.
Dahuri et al. (1996), mengemukakan bahwa pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu adalah suatu pendekatan pengelolaan wilayah yang melibatkan dua
atau lebih ekosistem, sumber daya dan kegiatan pemanfaatan (pembangunan)
secara terpadu (integrated) guna mencapai pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Dalam konteks ini, keterpaduan mengandung tiga dimensi:sektoral,
bidang ilmu dan keterkaitan ekologis. Keterpaduan secara sektoral berarti bahwa
perlu ada koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antar sektor atau
instansi pemerintah pada tingkat pemerintah tertentu (horizontal integration); dan antar pemerintah tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi sampai tingkat
pendekatan interdisiplin ilmu, yang melibatkan bidang ilmu ekonomi, ekologi,
teknik, sosiologi, hukum. Hal ini wajar karena wilayah pesisir pada dasarnya
terdiri dari sistem sosial dan sistem alam yang terjalin secara kompleks dan
dinamis.
Wilayah pesisir pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem
(mangrove, terumbu karang, lamun, estuaria, pantai berpasir, pantai berbatu) yang
satu sama lain saling terkait, tidak berdiri sendiri. Perubahan atau kerusakan yang
menimpa salah satu ekosistem akan berpengaruh ke ekosistem lainnya. Selain itu,
wilayah pesisir juga dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia seperti
pertanian, industri maupun proses-proses alamiah yang terdapat di lahan atas
(upland areas) maupun laut lepas (oceans). Kondisi semacam ini mengindikasikan bahwa Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
(PWPLT) harus memperhatikan segenap keterkaitan ekologis (ecological
linkages) tersebut, yang dapat mempengaruhi suatu wilayah pesisir.
Selain mempunyai potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan
ekosistem yang paling mudah terkena dampak kegiatan manusia. Oleh karena,
lebih dari setengah penduduk dunia telah mendiami wilayah pesisir. Sementara
itu, pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat, berarti
meningkat pula kebutuhan. Dengan demikian tidaklah mengherankan bila terjadi
eksploitasi besar-besaran sumberdaya wilayah pesisir maupun pemanfaatan posisi
strategisnya untuk berbagai kegiatan pembangunan tanpa memperhatikan
kelestarian dari sumber daya tersebut.
Lebih dari 60 % penduduk Indonesia tinggal dan bekerja di wilayah pesisir
(meliputi areal 50 km dari garis pantai), dan dua pertiga dari kota-kota seperti
Medan, Jakarta, Semarang, Surabaya, Ujung Pandang, Ambon berada di wilayah
pesisir (Dahuri et al. 1996). Sejalan dengan bertambahnya waktu maka
kemampuan alam untuk menampung seluruh kegiatan pembangunan juga terbatas.
Kondisi inilah yang sedang terjadi di wilayah pesisir dimana semakin meningkat
jumlah penduduk, semakin tinggi tekanan lingkungan. Adapun masalah
1) Masalah Kerusakan Fisik Lingkungan Pesisir
Kerusakan sumber daya pesisir umumnya dapat dibagi atas empat
bagian:a) kerusakan ekosistem, seperti ekosistem mangrove, terumbu karang,
padang lamun, estuaria dan pantai; b) kerusakan sumberdaya ikan; c)
pencemaran, d) abrasi, sedimentasi dan siltasi. Kerusakan juga dapat disebabkan
akibat pemanfaatan berlebihan (over exploitation), pencemaran laut (menurunnya kualitas perairan, intrusi air laut, eutrofikasi, pasang merah dan biru, tumpahan
minyak, erosi, sedimentasi), bencana alam (tsunami, banjir). Dahuri (1999),
mengemukakan bahwa dari sekian banyak penyebab kerusakan lingkungan laut
dan pesisir, pencemaran merupakan faktor yang paling penting. Hal ini karena
pencemaran tidak hanya berdampak ke sumber daya tetapi juga ke kesehatan
manusia.
Pencemaran laut dan pesisir pada umumnya terjadi karena adanya
pemusatan penduduk, pariwisata dan industrialisasi di daerah pesisir.
Aktivitas-aktivitas tersebut baik langsung maupun tidak langsung (melalui limbah
buangannya), sering mengganggu kehidupan di perairan laut. Banyak anggapan
bahwa laut merupakan ”tempat sampah” yang ideal, baik yang berupa sampah
domestik maupun limbah industri. Kondisi seperti ini terbentuk dari pemikiran
bahwa karena luasnya maka laut dianggap sanggup menghancurkan dan
melarutkan setiap bahan yang masuk. Namun mereka lupa bahwa laut sebagai
suatu sistem mempunyai kemampuan daya larut yang terbatas pula, selain sifat
bahan-bahan tersebut ada yang dapat larut dalam air ataupun yang sulit/tidak
dapat larut (Supriharyono 2007).
Selain itu berbicara mengenai potensi sumber daya biologis laut, wilayah
Indonesia terkenal mempunyai keragaman hayati laut yang sangat tinggi, sehingga
banyak dilirik oleh para wisatawan yang ingin ”mempelajarinya”. Namun sangat
disayangkan aktivitas manusia dalam hal pemanfaatan sumber daya alam tersebut
sering tidak mempedulikan konsep pelestariannya. Dengan demikian potensi
sumber daya alam tersebut menurun. Sebagai contoh, total hutan mangrove di
dunia 15.9 juta hektar dan 4.25 juta hektar atau 27 % nya berada di Indonesia
(Dept.Kehutanan RI 1982). Berdasarkan laporan PHPA-AWB (1987) hutan
interpretasi citra lansad tahun 1992, luas hutan mangrove di Indonesia adalah 3
737.000 dengan demikian terjadi penyusutan kurang lebih 31 % dari jumlah 4.29
juta hektar
Hilangnya hutan mangrove dan/atau sub-sub sistem lainnya tentunya
menurunkan produktivitas ekosistem wilayah pesisir. Sebagai contoh, sub-sub
sistem tersebut menyumbang produksi perikanan laut di Indonesia sekitar 6.0 –
6.7 juta ton ikan/tahun (tangkapan lestari). Oleh karena itu apabila kondisi
lingkungan sumber daya sub-sub sistem di atas tetap terjaga maka kelestarian dan
keberlanjutan sumber daya di dalamnya juga tetap dapat dipertahankan,
sebaliknya bila kondisinya semakin rusak, bisa jadi 75%-nya saja belum tentu
dapat dipertahankan (PCI 2001, diacu dalam Supriharyono 2007). Hal sama juga
tergambar dari berbagai laporan tentang kerusakan terumbu karang, hutan
mangrove dan padang lamun yang berfungsi sebagai ekosistem tempat mencari
makan bagi beberapa organisma, tempat berlindung maupun sebagai tempat
memijah, akibatnya beberapa sumber daya ikan dapat juga bermigrasi ke tempat
lain ataupun musnah. Berdasarkan hasil survei line transect yang dilakukan P3O LIPI, penutupan karang hidup hanya tinggal sekitar 6.20 % terumbu karang
Indonesia yang masih berada dalam kondisi sangat baik, 23.72 % dalam kondisi
baik, 28.30 % kondisi rusak dan 41.78 % dalam kondisi rusak berat (Suharsono
1998, diacu dalam DKP-RI 2001).
2) Masalah Sosial Ekonomi
Tidak dapat dipungkiri bahwa dari sebagian penduduk miskin di
Indonesia, sebagian besar dari mereka tinggal di wilayah pesisir. Hasil penelitian
COREMAP tahun 1997/1998 di 10 provinsi di Indonesia menunjukkan bahwa
rata-rata pendapatan rumah tangga nelayan berkisar antara Rp 82.500–Rp 225.000
per bulan. Dengan besarnya perbedaan pendapatan tersebut di atas, sulit untuk
mengatasi masalah kerusakan ekosistem pesisir tanpa memecahkan masalah
kemiskinan yang terjadi di wilayah pesisir itu sendiri, apalagi pendapatan yang
diperoleh melalui praktek perikanan yang merusak lebih besar (DKP-RI 2001).
Dibandingkan dengan pendapatan nelayan di Maluku tahun 2006
berdasarkan laporan tahunan yaitu sebesar Rp 4,038329/tahun atau kurang lebih
pendapatan, akan tetapi permasalahan pengrusakan lingkungan perairan masih
tetap menjadi masalah yang sulit terelakkan. Hal ini mungkin saja terjadi oleh
karena walaupun ada peningkatan pendapatan, akan tetapi peningkatan harga
kebutuhan bahan pokok juga meningkat. Kondisi seperti ini membuat perhatian
para nelayan lebih bagaimana memanfaatkan pendapatan tersebut untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, ketimbang memikirkan bagaimana
menyelamatkan lingkungannya agar kehidupanya dapat berlanjut.
Permasalahan pengelolaan sumber daya pesisir juga tidak terlepas dari
rendahnya pemahaman masyarakat tentang nilai yang sebenarnya dari sumber
daya pesisir secara keseluruhan. Ekstraksi sumber daya alam oleh masyarakat
pesisir juga masih meninggalkan limbah. Kurangnya pemahaman terhadap nilai
sumber daya pesisir ini berakibat pada ekstraksi yang berlebihan (over
exploitation) dan kurang ramah lingkungan. Hasil penelitian proyek pesisir menunjukkan bahwa sebahagian masyarakat, masalah utama yang dihadapi adalah
pengangguran, sementara masalah lingkungan hanyalah merupakan masalah yang
minor (hanya 11 % responden yang menjawab bahwa lingkungan merupakan
kepedulian masyarakat).
Selain itu, pengelolaan berkelanjutan sumber daya pesisir dan laut muncul
dengan sejumlah tantangan karena selama ini secara khusus pengelolaan
didasarkan pada pertimbangan biologis saja. Akibatnya terjadi over exploitation, kerusakan sejumlah aset penting di laut seperti sudah dijelaskan sebelumnya. Oleh
karena itu Davis and Gartside (2001) dalam tulisannya, menjelaskan memang
penting bahwa biologist merupakan kelompok yang dominan dalam mengelola
sumber daya alam serta memahami isu ekonomi. Masyarakat akan meningkatkan
permintaannya lebih kepada pengelolaan berkelanjutan sumber daya alam
tersebut, dengan bagi hasil penyewaan yang besar dari kegiatan eksploitasi
sumber daya alam tersebut. Kedua belah pihak merasa senang dan transparansi
dengan demikian akan meningkatkan instrumen ekonominya.
3) Masalah Kelembagaan.
Pada bagian ini ada dua hal yang dilihat yaitu masalah konflik
pemanfaatan dan kewenangan dan masalah kepastian hukum. Pendekatan