1
1.1 Latar Belakang Laporan Kerja Praktek
Perkembangan dunia usaha saat ini terlihat semakin maju baik disektor
swasta maupun pemerintah. Dengan adanya kemajuan pada dunia usaha maka
akan dapat mendukung pemerintah dalam mensukseskan pembangunan terutama
pada sektor pembangunan ekonomi. Seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan
ekonomi, maka akan menimbulkan berbagai masalah baik internal maupun
eksternal. Hal ini memnyebabkan kebutuhan akan informasi yang sesuai, tepat
waktu, dan terkontrol. Dengan semakin berkembangnya suatu perusahaan,
pimpinan tidak mungkin lagi melaksanakan kegiatan operasionalnya secara
langsung, dalam mengelola aset perusahaan.
Aset adalah nilai dari suatu yang dimiliki oleh perusahaan. Yang dapat
dimasukan ke dalam aset salah satunya adalah gedung atau bangunan. Jadi kalau
suatu perusahaan memiliki gedung senilai satu miliar rupiah, maka aset yang
dihitung adalah satu miliar rupiah itu. Selain itu gedung, yang bisa dihitung
sebagai aset bisa termasuk: merk dagang, paten teknologi, uang kas dan mobil.
Mengingat pentingnya aset dalam suatu perusahaan, maka harus
diupayakan suatu sistem pengelolaan yang efektif dan efisien agar dapat
menciptakan suatu aset yang maksimal serta dapat mengurangi resiko kerugian
perusahaan yang mungkin timbul akibat adanya kecurangan dalam
Salah satu cara dalam mengelola aset perusahaan adalah dengan
menjalankan suatu sistem pencatatan dan pelaporan terhadap aset yang didukung
dengan dokumen dan data yang akurat untuk dipertanggungjawabkan.pencatatan
dan pelaporan tersebut ditujukan untuk memberikan informasi atas keadaan
keuangan perusahaan sehingga pawa pemimpin perusahaan dapat mengambil
keputusan secara tepat dalam angka pencapaian tujuan perusahaan.
Perusahaan harus memiliki aset dalam suatu perusahaan yang akan
dibutuhkan, ada baiknya perusahaan dapat lebih memperhatikan lagi mengenai
setiap langkah yang dapat diambil oleh setiap perusahaan. Langkah-langkah
tersebut berupa strategi atas kebijakan ataupun yang akan diambil oleh
perusahaan. Setiap keputusan yang dihasilkan oleh menejemen harus selaras
dengan maksud dan tujuan. Informasi akan mengalami kemunduran apabila dalam
pengelolaannya kurang dapat mengantisipasi permasalahan dan perkembangan
yang dihadapi. Namun pada sisi lain perusahaan yang lebih cermat membaca
situasi dan kondisi yang ada akan mengalami kemajuan dan tetap bertahan meski
adanya krisis diberbagai sektor yang melanda bangsa kita akhir-akhir ini.
PT PLN (PERSERO) merupakan perusahaan milik Negara Indonesia
satu-satunya yang bergerak dibidang jasa pelayanan sumber energi listrik dan sekaligus
mendapat keuntungan, dengan keuntungan tersebut PT PLN (PERSERO) akan
mampu mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kelistrikan.
Meningkatkan pertumbuhan penduduk tiap tahun, menyebabkan
kebutuhan listrik sekalian meningkat. Melihat keadaan seperti ini PT PLN
khususnya dalam bidang keuangan, karena keuangan merupakan kunci utama
dalam perkembanagan suatu perusahaan sehingga kondisi keuangan suatu
perusahaan tersebut menjadi berkembang pesat. Namun untuk memuat kondisi
seperti itu diperlukan manajemen yang baik dalam mengendalikan dan mengawasi
keuangan perusahaan terutama dalam mengelola aset perusahaan.
Hambatan dalam aset perusahaan adalah adanya kenaikan nilai aset tetap
tersebut di pasaran atau karena rendahnya aset tetap dalam laporan keuangan
perusahaaan, yang disebabkan devaluasi atau sebab lain. Tujuan penilaian kembali
aset tetap perusahaan dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan
penghasilan dan biaya lebih wajar, sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai
perusahaan yang sebenarnya.
Sejalan dengan hal tersebut, perlu adanya suatu pengelolaan keuangan
terhadap aset-aset perusahaan guna untuk membantu aktivitas-aktivitas
perusahaan. Dalam pengelolaan keuangan tersebut harus dapat mencerminkan
pemisahan fingsi, wewenang dan tanggung jawab setiap unit kerja yang terkait
dalam organisasi perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis mengambil judul ”PROSEDUR
PENCATATAN ASET PERUSAHAAN PADA PT PLN (PERSERO) DI JL.
1.2 Tujuan Laporan Kerja Praktek
Tujuan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui prosedur pencatatan aset di perusahaan PT PLN
(PERSERO) di Jl. Soekarno Hatta di Area Bandung.
2) Untuk mengetahui hambatan yang terjadi pada prosedur pencatatan aset di
perusahaan PT PLN (PERSERO) di Jl. Soekarno Hatta di Area Bandung.
3) Untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan perusahaan PT PLN
(PERSERO) di Jl. Soekarno Hatta di Area Bandung dalam mengatasi
hambatan yang terjadi pada prosedur pencatatan aset.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
1.3.1 Kegunaan Praktis
Bagi Perusahaan / Instansi. Dapat menjadi masukan buat pihak perusahaan
dalam bahan pertimbangan untuk melakukan kebijaksanaan dengan apa yang jadi
masalah dan yang berkaitan dengan prosedur pencatatan asset pada PT PLN
(PERSERO).
1.3.2 Kegunaan Akademis
Kegunaan Akademis ini adalah sebagai berikut :
1) Bagi Penulis
a) Untuk mempelajari mengenai proses pencatatan aset pada perusahaan PT
ilmu yang dapat di masa perkuliahan dan dapat mengaplikasikan pada
lokasi kerja praktek.
b) Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan baik secara teori
maupun praktek dalam dunia nyata.
2) Bagi Pihak Lain
Dapat memperoleh masukan agar laporan ini dapat berguna khususnya
bagi pihak-pihak yang mengaji suatu topik yang berkaitan dengan prosedur
pencatatan aset perusahaan.
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 1.4.1 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan Kerja Praktek dilaksanakan di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa
Barat dan Banten Area Bandung, yang berlokasi di jalan Soekarno Hatta No. 436
Bandung -40255, telepon (022) – 5222043.
1.4.2 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja Praktek dilaksanakan mulai tanggal 27 Juli sampai dengan 27
Agustus 2015. Adapun waktu kerjanya pada hari, Senin s/d Jumat pada pukul
7 BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero)
Sekitar abad ke–19 pada tahun 1897 mengatakan bahwa cahaya listrik mulai
bersinar di wilayah Indonesia tepatnya di Bat avi a (Jakarta), setelah Nederland
Indische Electiriciteits Maatschappij mendapatkan konsesi yang kemudian
ditempatkan pada NIEM Tahun 1905.
Ketenagalistrikan dimulai pada akhir abad ke–19, pada zaman Pemerintahan
Hindia–Belanda yaitu NV. NIGM (Naamloze Vennootschap) bidang gas Jakarta.
Berdasarkan Staatsblad tahun 1927 No. 419 Pemerintah Hindia–Belanda membentuk
Lands Water Kracht Badrijven (LWKB) yaitu Perusahaan Listrik Negara yang
mengelola PLTA Lumajang, Plengan dan lain–lain, pembangunan listrik di
wilayah Indonesia terjadi sebagai berikut:
a) Elektrifikasi di wilayah kota Batavia, sekitar tahun 1893 merupakan Stads
Bedriff yang dikelola oleh pemerintah setempat dengan nama Electricteit
Bedriff Batavia.
b) Elektrifikasi di wilayah kota Medan, sekitar tahun 1903 merupakan Stads
Bedriff yang dikelola oleh pemerintah daerah dengan nama Electricteit
c) Elektrifikasi di wilayah kota Surabaya, sekitar tahun 1907 merupakan Stads
Bedriff yang dikelola oleh pemerintah daerah dengan nama Electricteit Badriff
Surabaya.
Pada tahun–tahun berikutnya bahwa kelistrikan antara lain dibangun di
Palembang dalam kaitannya dengan usaha pertambangan minyak, sedangkan di
Ambon dan Makasar untuk kepentingan Militer.
2.1.1 Perusahaan Listrik Zaman Hindia–Belanda
Setelah perusahaan listrik yang berpusat di Belanda didirikan di beberapa
wilayah Indonesia, maka pendistribusian tenaga listrik oleh pemerintah daerah
dialihkan kepada perusahaan listrik swasta. Menurut pencatatan pendirian perusahaan
listrik Belanda yang ada di Indonesia terjadi, sebagai berikut:
1) Perusahaan Listrik NV NIGM yang kemudian berubah menjadi NV OGEM.
a) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 28 tanggal 27 Juni 1913
mengenai pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota Batavia.
b) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 29 tanggal 1 November 1915
mengenai pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota
Messterconnelis (Jatinegara).
c) Ijin beroperasi diberikan melalui SK No. 14 tanggal 17 Mei 1924
d) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 6 bulan November 1924
mengenai pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota Cirebon.
e) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 20 tanggal 25 November
1925 mengenai pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota
Kebayoran Lama.
f) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 12 tanggal 16 Juni 1927
mengenai pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah kota Cirebon
luar kota.
Pemberian ijin operasi kepada NV NIGM untuk luar jawa antara lain
dikeluarkan untuk wilayah kota Medan dan kemudian secara berturut–turut menyusul
diwilayah Palembang, Ujung Pandang, Tanjung Karang (Lampung) dan Manado.
Keterangan mengenai ijin beroperasi kepada NV. NIGM untuk konsesi wilayah di
luar jawa belum ditemukan, namun menurut berbagai pendapat dan keterangan yang
diperoleh untuk wilayah Palembang terjadi sebelum tahun 1920 sedangkan untuk
wilayah lainnya terjadi setelah tahun 1920, misalnya Medan, Lampung, Manado dan
sebagainya.
2) Perusahaan Listrik NV. ANEIM
a) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 6 tanggal 8 Februari 1914
mengenai pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah Surabaya,
Semarang dan Yogyakarta.
b) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 25 tanggal 9 Mei 1927
Tengah dan Jawa Timur di luar wilayah yang telah dikelola oleh OGEM,
ELECTRICA, EMR dan EMB.
c) Pemberian ijin kepada NV. ANEIM untuk elektrifikasi wilayah diluar
Jawa antara lain Bukit Tinggi, Pontianak, Ambon dan sebagainya.
3) Perusahaan Listrik NV GEBEO
Perusahaan listrik ini merupakan usaha bersama Pemerintah Jawa Barat
dengan keputusan yang diberikan sebagai berikut:
a) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 24 tanggal 30 Januari
1923/1928 mengenai pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah
Bandung dan sekitarnya.
b) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 24 bul an Maret
1923/1928 mengenai pemberian konsesi untuk elektrifikasi wilayah
Bogor dan sekitarnya.
c) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 24 bulan Desember 1938;
No. 17 tanggal 21 Desember 1938; No. 21 tanggal 20 Mei 1940 dan No.
30 tanggal 18 Januari 1940 mengenai pemberian konsesi untuk
elektrifikasi wilayah keresidenan dan kabupaten seluruh Propinsi Jawa
Barat, kecuali Cirebon dan Jakarta yang dikelola NV. NIGM
4) Perusahaan Listrik ELECTRA
a) Ijin beroperasi dikeluarkan kepada perusahaan listrik ELECTRA melalui
SK No. 37 tanggal 7 Juni 1915 untuk elektrifikasi wilayah kota Tulung
b) Ijin beroperasi dikeluarkan kepada perusahaan listrik ELECTRA melalui
SK No. 31 tanggal 4 September 1922 dan SK No. 33 tanggal 30 Maret
1927 untuk elektrifikasi wilayah luar kota Tulung Agung.
5) Perusahaan listrik SEM
a) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 15 tanggal 21 Desember 1925
untuk elektrifikasi wilayah kota Kesultanan Surakarta.
b) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 8 tanggal 8 Januari 1937
untuk elektrifikasi wilayah kabupaten dan sekitarnya yang termasuk
wilayah Surakarta.
6) Perusahaan Listrik OJEM
Ijin beroperasi melalui SK No. 28 tanggal 24 Februari 1925; No. 61 dan 62
tanggal 29 Agustus 1927 dan No. 16 tanggal 8 Juni 1929 untuk elektrifikasi wilayah
Keresidenan Panarukan dan beberapa kabupaten disekitarnya.
7) Perusahaan Listrik EMR
a) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK No. 12 tanggal 25 Juni 1927 untuk
elektrifikasi wilayah kota Palembang.
b) Ijin beroperasi dikeluarkan melalui Sk. No. 8, 9 , 10, tanggal 4 Maret 1929
untuk elektrifikasi wilayah Blora dan Bojonegoro.
8) Perusahaan Listrik EMB
Ijin beroperasi dikeluarkan melalui SK. No. 31 tanggal 27 September 1939
2.1.2 Perusahaan Listrik Zaman Jepang
Dalam Perang Dunia II semua perusahaan listrik di wilayah Indonesia secara
otomatis berada dibawah kekuasaan tentara Jepang. Perusahaan Listrik yang berada
dibawah kekuasaan dan pengawasan Angkatan Darat Jepang dijadikan perusahaan
listrik Jepang dengan nama sebagai berikut:
1) Jawa Denki Jigyoko Sha di kantor pusat Jakarta
2) Seibu Jawa Denki Sha di wilayah Jawa Barat
3) Chobu Jawa Denki Sha di wilayah Jawa Tengah
4) Tobu Jawa Denki Sha di wilayah Jawa Timur
5) Cabang–cabang lainnya tetap seperti semula
Dengan penguasaan tersebut, pimpinan perusahaan juga dipegang oleh tenaga
yang didatangkan dari Jepang.
2.1.3 Masa Agresi I Belanda
Pada tahun 1948, Belanda masuk ke Indonesia maka pemerintahan Republik
Indonesia hijrah ke Yogyakarta sehingga pengusahaan dan distribusi tenaga listrik
khususnya di Jawa Barat termasuk Jakarta diusahakan kembali oleh GEBEO NV,
sedangkan usaha pembangkitan dan penyalurannya tetap dikuasai dan dikelola oleh
pemerintah Republik Indonesia yaitu oleh Perusahaan/negara untuk Pembangkitan
Tenaga Listrik yang disingkat PENUPTEL, dengan wilayah kerja meliputi seluruh
Pada tanggal 27 Desember 1957, dalam rangka pembebasan Irian Barat,
GEBEO NV sebagai perusahaan milik asing diambil alih oleh perusahaan karyawan
yang berkewarganegaraan Indonesia. Akhirnya dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.
52 tahun 1958 tentang Perusahaan Negara, maka berdasarkan Peraturan Pemerintah
diatas ditetapkan bahwa Perusahaan Belanda yang ada di Indonesia berada dibawah
penguasaan Pemerintah Republik Indonesia.
Dengan jalan nasionalisasi, perusahaan milik negara tersebut diharapkan dapat
memberikan manfaat sebesar–besarnya untuk masyarakat Indonesia dan juga untuk
memperkokoh keamanan dan ketahanan negara Republik Indonesia. Dengan UU No.
86 tahun 1958, tanggal 27 Desember tahun 1958 di sahk an pe rusa ha an m i l i k
Bel and a, d an s al a h s at un ya GE B EO N V .
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1959 dan Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 1960, GEBEO NV dihapuskan dan namanya diganti
menjadi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Bandung yang mempunyai wilayah kerja
diseluruh Jawa Barat kecuali DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang.
Pada tahun 1961, semua perusahaan listrik Indonesia disatukan kedalam suatu
badan yang bernama Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Nasional (BPU–
PLN). Sebagai wadah kesatuan pimpinan PLN berdasarkan PP No. 67 tahun 1961,
tugasnya adalah untuk mendistribusikan tenaga listrik di Indonesia dan tenaga
pembangkitnya dipegang oleh PLN Pusat di Jakarta.
Dengan PP No. 19 tahun 1965, dibentuklah Perusahaan Listrik Negara yang
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No.
I / PRT / 1965 tanggal 21 Januari 1965 diadakan reorganisasi PLN dimana BPU–L
dihapus dan ditingkat daerah dibentuk susunan organisasi PLN yang disebut
Perusahaan Listrik Eksplorasi dimana untuk Jawa Barat disebut PLN Eksploring XI,
yang berkedudukan di Bandung yang mempunyai wilayah kerja di Jawa Barat kecuali
Tangerang, Jakarta, Bogor, Sukabumi, dan Banten.
2.1.4 Perusahaan Listrik Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI
Perang Dunia diakhiri pernyataan menyerahnya Jepang pada sekutu pada
tanggal 14 Agustus 1945 dengan begitu maka tentara sekutu akan memasuki dan
menduduki wilayah Indonesia tetapi pimpinan Indonesia telah mendahului
memproklamasikan kemerdekaannya menjadi Negara Republik Indonesia.
Pengambilalihan pemimpinan perusahaan listrik pertama dilakukan terjadi pada
tanggal 4 September1945 dipusat (Djawa Denki Jigyokoska) Jakarta oleh Kesatuan
aksi Karyawan Listrik . Pada 1 9 September 1945 dalam hari berikutnya
pengambilalihan meluas ke daerah lainya seperti di Surabaya, Semarang, Bandung,
dan Yogyakarta. Pada tanggal 27 Oktober 1945 dengan PP No. I SD / 45 merupakan
hari dan tanggal yang bersejarah bagi Perusahaan Listrik era tahun 1945 karena pada
hari itu adalah hari jadi Listriik.
Perkembangan selanjutnya ialah dikeluarkannya PP No. 18 tahun 1972
Dengan Peraturan Ment eri P ekerj aan Umum dan Tenaga List rik ( P U T L )
N o . 043 / PMS 1975 tanggal 9 September 1975 tentang organisasi dan tata kerja
Perusahaan Listrik Negara, maka PLN mengadakan reorganisasi yang menyangkut
tugas dan wilayah kerja di daerah, kemudian berdasarkan pengumuman No.05 / DIII /
Sek / 1975, maka Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi XI diganti namanya menjadi
Perusahaan Listrik Negara Distribusi III yang diberi tugas khusus untuk
melaksanakan atau mengusahakan distribusi tenaga listrik langsung kepada para
pemakai.
Berdasarkan PP No. 18 tahun 1976, PLN Distribusi Jawa Barat yang
berkantor di jalan Cikapundung Barat No. II tahun 1959 dan Peraturan
Pemerintah No. 30 tahun 1970 ditegaskan statusnya menjadi suatu
Perusahaan Umum ( PERUM), sebagaimana termaksud dalam pasal 2 ayat 2 UU
No. 9 tahun 1969 dengan nama Perusahaan Listrik Negara.
Saat ini PLN Distribusi Jawa Barat mempunyai 15 cabang, 1 bengkel, 1
untuk pengaturan distribusi, dan 1 kantor distribusi yang terdaftar sebagai berikut:
1) Cabang Cirebon
2) Cabang Tasikmalaya
3) Cabang Garut
4) Cabang Cianjur
5) Cabang Sukabumi
6) Cabang Bogor
8) Cabang Purwakarta
9) Cabang Cimahi
10) Cabang Bandung
11) Cabang Majalaya
12) Cabang Bekasi
13) Cabang Depok
14) Cabang Sumedang
15) Cabang Karawang
16) Unit Pengatur Distribusi
17) Kantor Distribusi
Dalam penjelasan dan pengumuman tentang Kabinet Pembangunan (29
Maret 1978), Perusahaan Umum Listrik Negara (PULN) semula bernaung dibawah
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, dialihkan kedalam naungan
Departemen Pertambangan dan Energi.
Dalam sejarah perkembangannya, PULN dibawah naungan Departemen
Pembangunan dan Energi mengalami perubahan status dari Perusahaan Umum
Negara (PUN) menjadi PT. PLN (Persero), dengan diterbitkannya PP No. 23 tahun
1994 tanggal 16 Juni 1994 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Umum Listrik
Negara menjadi Perusahaan Terbatas (Persero) yang termuat dalam lembaga Negara
Republik Indonesia tahun 1994 No. 34 sehingga Perusahaan Listrik Negara
Distribusi Jawa Barat berubah namanya menjadi P LN (Persero) Distribusi
2.2 Struktur Organisasi
PLN mempunyai struktur organisasi yang sistematis dan terorganisir, sejak
berdirinya PLN sampai sekarang tidak mengalami perubahan struktur, hanya saja
tugas dan fungsinya mengalami perubahan, karena hal ini memang harus
disesuaikan dengan kondisi dan cakupan wilayah kerja dalam bidangnya.
Gambar 2.1
2.3 Uraian Tugas Perusahaan
PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Cabang Bandung dipimpin oleh
Kepala Cabang yang dibantu oleh tiga orang kepala bagian, yaitu:
1) Asisten Manager Niaga
2) Asisten Manager Perencanaan dan Distribusi
3) Asisten Manager SDM dan Keuangan
Selain itu ada bagian fungsional ahli yang berfungsi sebagai penasehat kepala
cabanng untuk membantu memberikan saran dalam mengambil keputusan untuk
kegiatan kelancaran usaha. Untuk lebih jelasnya dibawah ini diuraikan tugasnya
masing–masing:
1) Asisten Manajer Niaga, bertugas:
a) Menyusun rencana kerja Bagian Pelayanan Pelanggan sebagai pedoman
kerja.
b) Memberi petunjuk kepada Kepala Seksi di Bagian Pelayanan Pelanggan
untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
c) Mengkoordinir pelaksanaan pemasaran, tata usaha langganan,
penyambungan dan pengolahan data guna kelancaran pelaksanaannya.
d) Mengkaji laporan–laporan yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan
pelayanan kepada pelanggan untuk mengetahui hambatan–hambatan
dan usaha penyelesaiannya.
e) Mengendalikan kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan
f) Memgevaluasi data statistik yang berkaitan dengan perkembangan daerah
setempat untuk penetapan rencana penjualan.
g) Menyusun RAO/UAI Bagian Pelayanan Pelanggan secara berkala.
h) Membuat laporan berkala sesuai bidang tugasnya.
i) Melaksanakan tugas–tugas kedinasan lain yang sesuai dengan kewajiban
dan tangung jawab pokoknya.
SPV.Sistem informasi, bertugas:
o Menyusun rencana kerja Seksi Pengolahan Data sesuai rencana kerja
Bagian sebagai pedoman kerja.
o Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Pengolahan Data dalam rangka
pelaksanaan tugas.
o Melayani proses pengolahan data dari bagian – bagian lain, dengan
aplikasi program yang sudah ada.
o Mengevaluasi sistem informasi yang ada untuk modifikasi sesuai
kebutuhan.
o Mengawasi pengoperasian computer dilingkungan Seksi Pengolahan Data
untuk keandalan pelayanan.
o Memeriksa hasil pengolahan data untuk bahan evaluasi
pengembangannya.
o Mengawasi pengolahan data untuk pembuatan rekening guna ketepatan
o Melaksanakan koordinasi dengan Seksi terkait guna kelancaran
pengolahan data.
SPV. Administrasi Niaga, bertugas:
o Menyusun rencana kerja Seksi Administrasi Pelanggan sesuai rencana
kerja bagian sebagai pedoman kerja.
o Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Administrasi Pelanggan dalam
rangka pelaksanaan tugas.
o Mengawasi dan mengkoordinir kegiatan pelayanan pelanggan yang ada di
kantor Cabang atau kantor Ranting/Rayon.
o Memeriksa berkas–berkas permohonan penyambungan dan penambahan
daya untuk proses lanjutannya.
o Melakukan pemeriksaan sampling, hasil pembacaan meter yang
dilaksanakan Ranting atau Rayon.
o Memonitor keluhan pelanggan yang diterima untuk upaya
penyelesaiannnya.
o Memeriksa SP, KPK, Kwitansi, BP/UJI, untuk kesesuaiannya dengan
ketentuan yang berlaku.
o Menghitung tagihan susulan OPAL sesuai ketentuan yang berlaku.
SPV. SIstem Pelayanan Pelanggan, bertugas:
o Membuat jadwal kegiatan pelayanan pelanggan dalam rangka
pelaksanaan tugas.
o Memberikan informasi kepada pelanggan/calon pelanggan tentang
prosedur penyambungan atau perubahan daya aliran listrik, pemakaian
listrik sesuai ketentuan yang berlaku.
o Melayani permintaan pelanggan/calon pelanggan terhadap sambungan
baru, perubahan daya/golongan tarif, balik nama/ alamat,
permintaan perbaikan dan menerima pengaduan langganan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
o Menyelesaikan mengenai perhitungan tagihan susulan berkaitan dengan
hasil OPAL sebagai tindak lanjut dari seksi terkait.
o Menginformasikan kepada juru pencatat meter tentang adanya langganan
baru/mutasi langganan dan dapat ditindak lanjuti oleh juru pendapat
meter sesuai ketentuan yang berlaku.
o Membuat laporan berkala sesuai bidang tugasnya.
o Melaksanakan tugas–tugas lainnya sesuai dengan kewajiban dan
tanggung jawab pokoknya.
2) Asisten Manajer Perencanaan dan Distribusi, bertugas:
a) Menyusun rencana kerja seksi perencanaan distribusi sebagai pedoman
kerja.
c) Memeriksa dan menyusun SOP pemeliharaan jaringan distribusi agar
target dan sasaran yang telah ditetapkan tercapai selama kurun waktu
tertentu.
d) Memeriksa gambar diagram jaringan operasi yang telah disusun oleh
bawahannya.
e) Memantau kondisi jaringan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pemeliharaan jaringan distribusi.
f) Memeriksa hasil RAO/UAI yang disampaikan oleh fungsi operasi dan
fungsi pemeliharaan jaringan distribusi sebagai bahan acuan ke kantor
induk.
g) Memantau pelaksanaan pemutakhiran data/informasi jaringan distribusi.
h) Membuat laporan berkala sesuai dengan bidang tugasnya.
i) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang sesuai dengan kewajiban dan
tanggung jawab pokoknya.
3) Asisten Manajer SDM dan Keuangan, bertugas:
Untuk melaksanakan administrasi perusahaan secara keseluruhan sesuai
dengan kebijaksanaan pimpinan mencakup bidang–bidang kepegawaian, anggaran
dan keuangan, akuntansi perbekalan, secretariat umum, serta bidang PUKK, dengan
menggunakan metode serta data–data yang akurat untuk kemudian dibuat suatu
laporan sesuai dengan bidangnya masing–masing. Adapun yang menangani kegiatan
perbekalan yang ada di PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat Cabang Bandung
bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Administrasi karena Seksi Perbekalan
tersebut merupakan salah satu bagian dari Bagian Administrasi.
SPV. Pengendalian Anggaran dan Keuangan, bertugas:
o Menyusun rencana kerja Seksi Anggaran dan Keuangan sesuai
rencana kerja Bagian sebagai pedoman kerja.
o Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Anggaran dan Keuangan
dalam rangka pelaksanaan tugas.
o Mengklasifikasikan data–data biaya dan pendapatan untuk
memudahkan penyusunan anggaran.
o Membandingkan realisasi anggaran dengan pos anggaran untuk bahan
penyesuaian anggaran.
o Menyusun RAO/UAI Cabang sesuai kebutuhan untuk pengusulan ke
Wilayah/Distribusi.
o Mengawasi penggunaan dana RAO/UAI yang telah disetujui agar
tidak terjadi penyimpangan.
o Membuat usulan revisi RAO/UAI sesuai kebutuhan untuk
mendapatkan persetujuan.
o Memonitor penerimaan AT untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
SPV. Akuntansi, bertugas:
o Menyusun rencana kerja Seksi Akuntansi sesuai rencana kerja Bagian
o Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Akuntansi dalam rangka
pelaksanaan tugas.
o Mengklasifikasikan data–data transaksi untuk pmbuatan kode
perkiraan sesuai dengan fungsinya.
o Memeriksa pencantuman kode perkiraan pada masing–masing bukti
pembayaran/penerimaan untuk kebenarannya.
o Memeriksa buku jurnal dan buku besar guna kecocokan
pencatatannya.
o Memeriksa data realisasi pembayaran atas SKK, SPK, dan KPK untuk
penilaian mutasi aktiva tetap dan PDP.
Supervisor SDM, bertugas:
o Menyusun rencana kerja Seksi Kepegawaian sesuai rencana kerja
Bagian sebagai pedoman kerja.
o Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Kepegawaian dalam rangka
pelaksanaan tugas.
o Mengajukan usulan kebutuhan tenaga kerja PLN cabang berdasarkan
perhitungan beban kerja dan formasi Jabatan.
o Mengajukan usulan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan oleh
pegawai sesuai dengan bidangnya.
o Mengatur pelaksanaan tata usaha penggajian dan pengupahan pegawai
o Memeriksa dan mengatur pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan
keselamatan kerja dan pengamanan fisik untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.
SPV. Asset dan Logistik, bertugas:
a) Menyusun rencana kerja Seksi Perbekalan dalam rangka
pelaksanaan tugas.
b) Membagi tugas kepada bawahan di Seksi Perbekalan dalam
rangka pelaksanaan tugas.
c) Membuat rencana persediaan barang dan peralatan perbekalan
berdasarkan kebutuhan dan realisasi pemakaian sebelumnya.
d) Mempelajari dan mengikuti fluktuasi harga – harga satuan baik
berdasarkan ketentuan PLN maupun harga di pasaran untuk bahan
pedoman pengadaan.
e) Memeriksa administrasi perbekalan sesuai dengan keluar
masuknya barang.
f) Memantau pengadaan barang serta administrasinya untuk
mengetahui kesesuian antara realisasi dengan rencana.
g) Menentukan jumlah minimal barang yang harus tersedia di
gudang berdasarkan pemakaian barang sebelumnya.
i) Melaksanakan tugas–tugas kedinasan lainnya sesuai dengan
kewajiban dan tanggung jawab pokoknya.
2.4 Kegiatan Perusahaan
Kegiatan yang diadakan PT. PLN (Persero) APJ Bandung banyak melakukan
kegiatan yang tergolong penyuluhan yaitu, sebagai berikut:
a) Penyuluhan kepada masyarakat, diadakan agar masyarakat dapat memahami
manfaat dan bahaya listrik dalam pemakaian, serta untuk menampung semua
masalah kelistrikan untuk mencari solusi yang disampaikan oleh masyarakat
secara langsung. Pengadaan materi penyuluhan berupa tips atau peringatan
dalam hal penggunaan listrik ,biasanya berbentuk pamflet, leaflet atau
penyuluhan melalui radio (Radio Mora Bandung).
b) Pameran mengenai kelistrikan biasanya pameran Pembangunan, khususnya
pembangunan mengenai kelistrikan.
c) Pemasaran (Car Free Day) Dago, Bandung.
d) POR (Pekan Olah Raga) PLN dengan PWI ini diartikan sebagai pertandingan
persahabatan antara PLN dengan PWI agar terjalin hubungan yang akrab
27 3.1 Landasan Teori
Pada bab ini akan dibahas lebih rinci mengenai pengertian atau konsep
mengenai aset dan prosedur. Aset dan prosedur ini dipakai dalam suatu
perusahaan untuk menghitung dan mencatat apa yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan pada sub bab berikut di bawah
ini.
3.1.1 Pengertian Aset
Menurut Ely Suhayati, SE.,M.Si.Ak dan Sri Dewi Anggadini, SE.,M.Si,
Setiap barang fisik (berwujud) atau hak (tidak terwujud) yang mempunyai nilai
uang adalah aset. Penyajiannya dalam neraca, aktiva dapat dibedakan menjadi:
1) Aset Lancar (Current Aset) merupakan akun-akun yang diharapkan dapat
dicairkan menjadi uang kas atau dijual atau dihabiskan, biasanya dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun atau kurang, melalui operasi normal
perusahaan. Di samping uang kas, yang termasuk aktiva lancar adalah
Bank, Piutang, Persediaan Barang Dagang, Sewa yang dibayar dimuka,
dan lain sebagainya.
2) Aktiva Tetap (Plant Aset atau Fixed Aset) adalah aktiva berwujud yang
digunakan dalam perusahaan yang sifatnya permannen atau relatif tetap
tanah, aktiva tetap lain secara berhadap mengalami penyusutan atau
kehilangan keguanaannya dengan berlalunya waktu. Biasanya No.
Akunnya diawali dengan angka 1.
3.1.2 Pengertian Prosedur
Prosedur merupakan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, prosedur biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu
departemen. Prosedur ini dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam
transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi,2014:5).
Sedangkan menurut Cole, yang telah diterjemahkan oleh Zaki Baridwan
(2007:3) mengatakan bahwa: “Prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan
kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau
lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap
transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.
3.2 Prosedur Pencatatan
3.2.1 Pengertian Prosedur Pencatatan
Dijelaskan dalam pernyataan menurut Mulyadi (2001:5), prosedur adalah
suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu
departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam
transaksi organisasi yang terjadi berulang-ulang. Sedangkan menurut Narko
pekerja klerikal yang melibatkan beberapa orang, yang disusun untuk menjamin
adanya perlakuan yang sama terhadap penanganan transaksi. Selanjutnya menurut
Zaki Baridwan (2008:3), prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerja kerani
(clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih,
disusun untuk menjamin adanya perlakuan.
Kegiatan proses pencatatan meliputi beberapa kegiatan, yaitu: penerimaan
dan penyimpanan, penggunaan dan pertanggungjawaban. Pencatatan harus
dilakukan secara tanggungjawab, terbuka, jujur, tertib, cermat, aman, benar, sah,
efektif, dan efisien. Dari pengertian diatas prosedur pencatatan adalah mencatat,
mmenggolongkan, menyajikan, dan manafsirkan.
3.3Aset
3.3.1 Pengertian Aset
Dijelaskan dalam pernyataan menurut Raja Adri Satriawan Surya ( 2012),
Aset (aset) adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
akan diperoleh perusahaan. Aset perusahaan berasal dari transaksi atau peristiwa
lain yang terjadi di masa lalu. Perusahaan biasanya memperoleh aset melalui
pengeluaran berupa pembelian atau produksi sendiri. Akan tetapi, tidak adanya
pengeluaran yang bersangkutan tidak mengecualikan suatu barang atau jasa
memenuhi defini aset, misalnya barang atau jasa yang telah didonasikan kepada
Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aset adalah potensi
dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak
langsung, dalam bentuk arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Potensi
tersebut dapat berbentuk suatu yang produktif dan merupakan bagian dari
aktivitas operasional perusahaan. Selain itu, ada beberapa manfaat ekonomi aset
di masa depan, misalnya aset dapat:
a) Digunakan baik sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang
dan jasa yang dijual oleh perusahaan
b) Dipertukarkan dengan aset lain
c) Digunakan untuk menyelesaikan liabilitas
d) Dibagikan kepada para pemilik perusahaan.
3.4 Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kerja Praktek
3.4.1 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
Setelah melakukan kerja praktek selama satu bulan penulis dapat
mempelajari beberapa hal. Sitem pencatatan Aset-aset perusahaan pada PT. PLN
(Persero) APJ Bandung. Dengan demikian setiap prosedur pencatatan dapat dibuat
3.4.2 Prosedur Pencatatan Aset Perusahaan Pada PT. PLN (Persero) Bandung
Di korporasi-korporasi besar, dimana sistem informasi keuangan (financial
information system/FIS) dan sistem pengendalian intern (SPI) sudah sangat
terintegrasi, proses pencatatan aset bisa jadi dilakukan langsung oleh bagian
akuntansi itu sendiri. Di perusahaan kecil dan menengah, saya tidak
menganjurkan hal itu. Menyatukan fungsi mulainya pencatatan aset-aset dengan
transaksi-transaksi aset yang telah dibukukan.
Ditulisan ini, penulis mengasumsikan proses pencatatan dilakukan oleh
bagian accounting. Aktiva dalam akuntansi umumnya dikelompokkan ada 3 (tiga)
bagian, Aset Lancar, Aset Tetap dan Aset Tak Terwujud.
Jika dalam proses pencatata aset ditemukan masalah, maka masalah itu
harus diselesaikan terlebih dahulu, komunikasikan dengan pihak-pihak terkait.
Jika tidak ada masalah transaksi dianggap valid maka proses pencatatan
Bagian Kartu Aktiva Tetap Bagian Jurnal
3.4.3 Hambatan Yang Terjadi Dalam Proses Pencatatan Aset Perusahaan
Hambatan yang terjadi dalam proses pencatatan diantaranya adalah:
1) Pertama adalah masalah pemeliharaan atau maintenance. Satu sistem
berarti satu vendor. Artinya, perusahaan hanya perlu menjalin hubungan
dengan satu vendor sistem yang bersangkutan untuk kontrak support dan
service. Jika infrastruktur teknologi informasi terdiri dari beragam
komponen dengan bermacam-macam merek, berarti perusahaan harus
memiliki hubungan dengan beberapa vendor sekaligus, terutama untuk
memelihara komponen-komponen yang sangat kritikal bagi bisnis (jika
komponen tersebut rusak, dapat mengganggu aktivitas bisnis perusahaan
sehari-hari).
2) Kedua berkaitan dengan pelatihan dan pengembangan SDM (internal
training). Divisi Teknologi Informasi perusahaan harus memiliki
karyawan yang memiliki kompetensi dan keahlian terhadap sistem yang
diimplementasikan diperusahaan. Memiliki sistem yang beragam berarti
harus mengirim beberapa karyawan ke beberapa lembaga pelatihan. Biaya
pendidikan itu tentu saja tidak sedikit, mengingat bahwa komponen
teknologi informasi selalu berkembang dari satu versi ke versi baru
berikutnya, sehingga karyawan harus selalu meng-update pengetahuannya
sehubung dengan perkembangan teknologi.
3) Ketiga adalah masalah interfacing. Tidak semua komponen dapat mudah
dipadukan dengan beberapa komponen lain. Dalam hal ini perlu jembatan
komunikasi yang berupa software maupun hardware. Tentu saja dengan
biaya yang tidak sedikit.
4) Keempat adalah biaya-biaya tak terduga yang timbul jika ada sistem yang
tidak seragam. Terjadi jika dalam pencatatan terjadi kesalahan yang dapat
menjadi kerugian bagi perusahaan. Meski kesalahan pencatatan hanya
3.4.4 Upaya yang telah Dilakukan PT. PLN (Persero) dalam Mengatasi Masalah yang Terjadi
1. Dalam mengatasi masalah tersebut PT. PLN (Persero) melakukan
beberapa upaya yang dapat menyelesaikan masalah atau hambatan
yang terjadi. Mangenai masalah maintenance atau pemeliharaan selalu
diupayakan dengan cepat tanggap. PT. PLN (Persero) melakukan
upaya menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan pihak vendor
mengenai kontrak support dan service. Karena masalah ini sangat fatal
bagi pegawai dibagian keuangan.
2. Pengaruh sumber daya manusia didalam perusahaan merupakan
hambatan internal yang sangat berpengaruh besar. Karena berkaitan
dengan kinerja perusahaan. PT. PLN (Pesero) Bandung pada umumnya
sama seperti perusahaan-perusahaan besar lain yang melakukan
pelatihan bagi setiap pegawainya. Kegunaan itu ssediri bermanfaat
bagi perkembangan kualitas kerja pegawai. Didalam pelatihan
perusahaan berupaya untuk memberikan pengetahuan lebih dan
mempelajari hal dasar diperusahaan agar lebih mengingatkan pegawai
untuk meningkatkan kinerjanya.
3. Interfacing berkaitan dengan komunikasi. Baik komunikasi pegawai
(brainware) maupun software dan hardware. Hambatan ini
membutuhkan dana yang cukup besar karena setiap software dan
hardware perlu melakukan upgrade didalam suatu periode tertentu,
4. Kesalahan pencatatan biasanya terjadi dari data pencatatan yang
diberikan pihak vendor kepada pihak perusahaan. Kinerja pegawai
dapat terhambat karena pegawai dibidang keuangan yang akan
memasukan data ke dalam elektronik data (e-faktur). Tetapi pihak
perusahaan khususnya pegawai dibagian keuangan malakukan
pengecekan ulang atas setiap faktur yang diberikan dari vendor agar
setiap kesalahan pencatatan dapat dikoreksi dan sesuaikan dengan data
yang seharusnya.
3.5 Pembahasan Kerja Praktek
3.5.1 Prosedur Pencatatan Aset Perusahaan
Setelah meninjau kegiatan langsung dilapangan mengenai Prosedur
Pencatatan Aset hampir semua tugas dan wewenang pegawai sudah terlaksana
dengan baik hanya saja pegawai yang bekerja dibagian keuangan mengalami
kesulitan dalam input data yang diperoleh dari vendor yang melakukan kesalahan
pencatatan. Meski hanya sedikit perbedaan pencatatan data keuangan tetapi dapat
berdampak besar dalam penyajian laporan dan pengambilan keputusan pada PT.
PLN (Persero).
Sedangkan menurut Mahmudi (2010:23) adalah “Kewajiban agen
(pemerintah) untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan mengungkapkan
segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya
publik kepada pemberi mandat (prinsipal)”. Maka jika dalam penyajiannya terjadi
kinerja pemerintah dalam menyusun pencatatan anggaran. Dampaknya pula
berpengaruh pada perusahaan yang tidak dapat mengambil keputusan dengan
baik, karena data yang disajikan tidak valid dan terdapat kesalahan walaupun
hanya pencatatan (0,01).
3.5.2 Hambatan yang Terjadi Dalam Proses Pencatatan Penerimaan Barang
Terdapat beberapa hambatan yang dialami pegawai dibagian keuangan.
Hal itu ialah kesalahan pencacatan yang diterima dari vendor perusahaan. Sering
terdapat kesalahan pencatatan penerimaan faktur barang. Hambatan ini
berpengaruh dalam input data dibagian keuangan yang akan meng-upload data
penerimaan barang ke dalam e-faktur. Pegawai harus memeriksa data yang
diperoleh dari vendor secara baik, karena jika terjadi kesalahan penulisan dapat
merugikan perusahaan. Setelah pegawai menemukan kesalahan data akan diubah
menjadi data yang seharusnya dicatat. Pengaruh terhadap waktupun menjadi tidak
efektif karena proses input data ke dalam data elektronik membutuhkan waktu
lebih lama. Masalah kelengkapan data juga terjadi dalam pencatatan. Misalnya
pencatatan penerimaan barang yang telah diretur. Data retur yang diperoleh dari
vendor terkadang tidak sesuai dengan barang apa yang telah di-retur. Fasilitas
jaringan internet diperusahan ini pula menjadi salah satu hambatan pegawai dalam
meng-upload data. Jaringan internet yang kurang mendukung ini sangat
3.5.2.1Upaya Yang Telah Dilakukan PT. PLN (Persero) Dalam Mengatasi Masalah Yang Terjadi
Upaya dari PT. PLN (Persero) dalam mengatasi hambatannya dilakukan
secara cepat setelah terjadinya kendala baik dilapangan maupun internal
perusahaan. Semua hambatan dalam PT. PLN (Persero) dianggap dapat
mengganggu kinerja pegawai perusahaan, maka perlu mendapat penanganan yang
cepat.
Hambatan yang terjadi dalam pencatatan berhubungan langsung dengan
vendor. Maka perusahaan melakukan upaya diskusi langsung dengan vendor
perusahaan yang terdapat masalah didalam pencatatan. Perusahaan selalu
mengadakan diskusi dengan setiap vendor yang melakukan kesalahan pencatatan.
Sehingga pihak vendor perusahaan dapat lebih teliti dan mengklarifikasi
kesalahan yang terjadi dalam pencatatan faktur penerimaan barang.
Begitu pula terjadi dalam upaya untuk mengatasi masalah jaringan
internet. Masalah jaringan internet juga sangat berpengaruh besar dalam kinerja
pegawai, maka pihak perusahaan selalu melaporkan kendala ini kepada pihak
pusat. Karena dalam mengatasi masalah ini ditangani oleh pemerintah pusat. PT.
PLN (Persero) Bandung tidak dapat menyelesaikan masalah ini melalui
keputusanya. Karena masalah jaringan merupakan tanggungjawab pihak pusat
yaitu PT. PLN yang berada di Jakarta. Maka PT. PLN (Persero) Bandung hanya
dapat melaporkan dan menunggu perbaikan atau penambahan kapasitas
37 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan, diantaranya:
1) Prosedur Pencatatan Aset Perusahaan yang dilakukan PT. PLN (Persero) APJ
Bandung dimulai dari proses yang dilakukan akuntan yaitu dibidang akuntansi
dan keuangan dengan verifikasi dan analisa bukti transaksi yang harus
dikumpulkan, selanjutnya pencatatan di-input kedalam e-faktur. Jika tidak ada
masalah dalam pencatatan maka dilanjutkan dengan proses perngarsipan bukti
transaksi agar jika sewaktu-waktu dibutuhkan dapat dibuka kembali.
2) Hambatan yang terjadi dalam Proses Pencatatan Aset Perusahaan yaitu
terdapat kesalahan dari pencatatan yang diberikan oleh vendor atau rekanan
perusahan PT. PLN (Persero) UPJ Bandung. Tidak hanya itu, masalah yang
menghambat juga dari jaringan internet yang sering terjadi gangguan jaringan
yang membuat waktu input kedalam e-faktur menjadi lebih lama.
3) Upaya yang telah dilakukan pihak PT. PLN (Persero) APJ Bandung dalam
mengatasi hambatan tersebut sebenarnya PT. PLN (Persero) APJ Bandung
telah mendiskusikan kepada pihak vendor tentang kesalah pencatatan bukti
transaksi, maka akuntan dibidang keuangan melakukan verifikasi ulang dan
masalah internet pihak PT. PLN (Persero) APJ Bandung telah melaporkan
kepada pihak pusat namun, tanggapan pihak pusat mengenai masalah jaringan
internet belum diselesaikan.
4.2 Saran
1) Prosedur Pencatatan Aset Perusahaan yang telah dilaksanakan dan ditetapkan
pada PT. PLN (Persero) APJ Bandung sudah cukup baik dan sesuai dengan
(SOP), hal itu perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar didalam pencatatan
menghasilkan akuntabilitas dan valid mengenai data bukti transaksi yang
di-upload kedalam elektronik data yang merupakan tuntutan zaman mengenai
penerapan e-budgeting pada pemerintah.
2) Hambatan mengenai Pencatatan Aset Perusahaan harus diselesaikan, agar
tidak terus-menerus terjadi.
3) Upaya yang seharusnya dilakukan dalam jaringan internet harus segera
diselesaikan dengan upaya yang baik dari pihak pusat PT. PLN (Persero)
dengan menambah kapasitas jaringan internet agar PT. PLN (Persero) APJ
Bandung tidak mengalami hambatan dalam input data bukti transaksi (faktur
Laporan Kerja Praktek
Diajukan Untuk Mata Kuliah Kerja Praktek
Oleh :
Ronisimus Sanggemi 21112037
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
v
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 5
1.4.1 Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ... 5
1.4.2 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek ... 5
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) ... 7
2.1.1 Perusahaan Listrik Zaman Hindia- Belanda ... 8
2.1.2 Perusahaan Listrik Zaman Jepang ... 12
2.1.3 Masa Agresi I Belanda ... 12
2.1.4 Perusahaan Listrik Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI ... 14
2.2 Struktur Organisasi ... 17
2.3 Uraian Tugas Perusahaan ... 18
vi
3.2.1 Pengertian Prosedur Pencatatan ... 28
3.3 Aset ... 29
3.3.1 Pengertian Aset ... 29
3.4 Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kerja ... 30
3.4.1 Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek ... 30
3.4.2 Prosedur Pencatatan Aset Perusahaan Pada PT. PLN (Persero) Bandung ... 31
3.4.3 Hambatan Yang Terjadi Dalam Proses Pencatatan Aset Perusahaan ... 31
3.4.4 Upaya yang Telah Dilakukan PT.PLN (Persero) dalam Mengatasi Masalah Yang terjadi ... 33
3.5 Pembahasan Kerja Praktek ... 34
3.5.1 Prosedur Pencatatan Aset Perusahaan ... 34
3.5.2 Hambatan Yang Terjadi Dalam Proses Pencatatan Penerimaan Barang ... 35
vii DAFTAR GAMBAR
Anggadini, Dewi Sri. 2009. Akuntansi Keuangan.
B. Rujukan Internet
Mulyadi. 2014:5. Pengertian Prosedur
Cole. 2007:3. Pengertian Prosedur
Mulyadi. 2001:5. Pengertian Prosedur Pencatatan
Surya, Satriawan, Adri, Raja. 2012. Pengertian Aset
Nama Lengkap : Ronisimus Sangemi
Tempat, Tanggal Lahir : Manokwari, 15 Januari 1992
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Wesiri KM-4, Teluk Bintuni
No. Telpon : 085343076571
Status : Belum Menikah
Orang Tua
1. Nama Ayah : Levinus Sanggemi
Pekerjaan : Pensiunan Kesehatan
2. Nama Ibu : Raheldina Fimbay
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Email : Ronny_sanggemi@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN A.PENDIDIKAN FORMAL
(2005) Lulus SD YPK WARMARE – MANOKWARI
(2008) Lulus SMPN 10 WARMARE – MANOKWARI
(2011) Lulus SMAN 01– KABUPATEN TELUK BINTUNI
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya
Bandung, 21 Juni 2015
segala karunia dan ridhoNya, serta shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek (KP) ini dengan baik.
Penulisan Laporan Kerja Praktek (KP) yang berjudul “Prosedur Pencatatan Aset
Perusahaan Pada PT. PLN (Persero) Area Pelayanan Dan Jaringan Bandung”, ini disusun
sebagai salah satu syarat matakuliah dan kelulusan.
Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek (KP) ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, serta pengalaman penulis. Namun
penulis mengharapkan semoga Laporan Kerja Praktek (KP) ini dapat memberi manfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak lain yang memerlukan.
Atas segala petunjuk dan bimbingan yang telah penulis dapatkan maka dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Dr. Adeh Ratna Komla,.SE.,M.si sekalu Dosen pembimbing yang telah membimbing
serta mengarahkan penulis sejak awal hingga terwujudnya sebuah laporan kerja
praktek ini.
3. Dr. Siti Kurnia Rahayu.,SE., Ak., M.Ak., CA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si., Ak., CA, selaku Koordinator Kerja Praktek Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Dr. Ely Suhayati, SE., AK.,M.Si. CA, selaku Dosen Wali kelas 4 Ak-2 Program
8. Pak Budi selaku pembimbing perusahaan dan staf PT. PLN yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan selama penulis melakukan penelitian .
9. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan yang baik secara moril
maupun materil serta cinta kasih yang tiada henti yang di berikan kepada penulis
untuk keberhasilan penulis.
10.Teman-teman kelas 4 AK-2 yang sama-sama sedang berjuang dalam menyusun
laporan kerja praktek yang juga telah membantu penulis dalam menyusun laporan
kerja praktek ini.
Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan kurang
berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam Laporan ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca.
Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amien.
Bandung, Oktober 2015 Penulis