• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Petani Miskin Dan Implikasi Kebijakan Pengentasannya Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pendapatan Petani Miskin Dan Implikasi Kebijakan Pengentasannya Di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENDAPATAN PETANI MISKIN DAN IMPLIKASI

KEBIJAKAN PENGENTASANNYA DI KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Oleh

MOETTAQIEN HASRIMI

087003030/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 0

S

E K

O L

A H

P A

S C

A S A R JA

(2)

ANALISIS PENDAPATAN PETANI MISKIN DAN IMPLIKASI

KEBIJAKAN PENGENTASANNYA DI KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MOETTAQIEN HASRIMI

087003030/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) Ketua

(Dr. Ir. Rahmanta, M.Si) (Drs. HB. Tamirzi, S.U)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Bachtiar Hassan Miraza)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc)

Tanggal lulus: 29 Maret 2010

Judul Tesis : ANALISIS PENDAPATAN PETANI MISKIN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGENTASANNYA DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Nama Mahasiswa : Moettaqien Hasrimi

Nomor Pokok : 087003030

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 29 Maret 2010

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta, M.Si

2. Drs. HB. Tamirzi, S.U

3. Drs. Rujiman, MA

4. Ir. Agus Purwoko, M.Si

(5)

PERNYATAAN

ANALISIS PENDAPATAN PETANI MISKIN DAN IMPLIKASI

KEBIJAKAN PENGENTASANNYA DI KECAMATAN

PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2010

(6)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan petani. Hasil kajian ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang bermanfaat, baik kepada petani yang masih berada di garis kemiskinan, maupun kepada pemerintah setempat dalam membuat program-program pembangunan wilayah.

Objek penelitian dilakukan di wilayah Kecamatan Perbaungan yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan ini terdiri dari 28 desa. Yang menjadi responden penelitian adalah petani miskin warga Kecamatan Perbaungan.

Variabel yang diduga berpengaruh terhadap petani dan dianalisis dalam penelitian ini adalah luas lahan, tingkat teknologi, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, akses kelembagaan dan alternatif mata pencaharian. Variabel dianalisis dengan menggunakan metode regresi linier, pada tingkat keyakinan 95%.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan koefisien regresi dari semua variabel yang dimasukkan dalam model adalah positif, yang bermakna bahwa semua variabel mempunyai hubungan yang bersifat positif, artinya kenaikan variabel bebas sebesar satu satuan akan menaikkan variabel terikat sebesar koefisien regresi. R-square dari model regresi adalah 0,863, artinya seluruh variabel bebas mampu menjelaskan 0,863 variabel terikat, dengan kata lain kesesuaian model (goodness of fit) boleh dikatakan sudah cukup kuat. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran antara lain: (1) kepada pemerintah, agar meningkatkan upaya-upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penyuluhan, pelatihan pendidikan keterampilan, yang sesuai dengan kondisi lahan pertanian, untuk menunjang hasil produksi yang optimal, (2) pemerintah diharapkan mampu memberikan fasilitas kemudahan bagi petani miskin untuk dapat akses terhadap lembaga-lembaga yang ada, misalnya kemudahan dalam syarat administrasi perolehan pinjaman, kemudahan memperoleh bantuan bibit-bibit yang unggul melalui koperasi, dan sebagainya, (3) salah satu hal yang perlu diperhatikan pemerintah dalam membuat suatu perencanaan pembangunan di bidang ekonomi masyarakat adalah dengan membuka suatu areal yang baru untuk digarap oleh masyarakat (transmigrasi lokal) khususnya ditujukan untuk petani miskin, yang bertujuan untuk pemerataan pemilikan lahan dan peningkatan produktivitas pertanian; (4) masih dibutuhkan program penyuluhan Keluarga Berencana di samping program penyuluhan pertanian untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman petani; (5) para petani harus berusaha lebih sungguh-sungguh dalam mengupayakan pendidikan kepada anak-anak, sebagai salah satu upaya yang efektif untuk boleh keluar dari lingkaran kemiskinan.

(7)

ABSTRACT

This research aims to study factors influence the farmer poverty. The results of this study will provide appositive contribution either to the farmer who live the poverty line or for the local government in arrange the area development program.

The object of research that conducted at the sub district of Perbaungan in Regency of Serdang Bedagai, Nort Sumatera Province consist of 28 villages. The respondent of this research are the poor farmers in sub district of Perbaungan.

The variables assumed influence the farmers and would analyzed in this research are the area of land, technology, education, health level, institusional access and livelihood alternatives. The variables were analyzed by linear regression method in significant level for 95 %.

The results of this research indicates that the regression coeffisien of variables in this model is positive means that all of variables have a positive correlation in which the rice of independent variable for unit for one unit will increase the dependent variable for regression coefficient. R-square of the regression model is 0.863 means that all of independent variable can describe 0.863 dependent variables or in another word, the goodness of fit is strong. Based on the result of this research, the researcher suggest: (1) the government to take any efforts ti increase the human the resources quality through extension, education and training for skill based on the agricultural land condition in order to support the optimal production volume, (2) the government will provide the poor farmers with any easiness facilities to access the available institutions such as the easiness in administration requirement for a loan, the easiness to get the superior seed through cooperation etc, (3) one of important thing must be considered by the government in arrange a development planning in society economic is to open the new area for the local transmigration specially fo the poor farmes in order to distribut the land ownership evenly and to increase the agricultural productivity; (4) to apply the extension for Family Planning program in addition to the agricultural extension for the increasing of knowledge of the farmers; (5) the farmers must take a serious effort to provide their childs with suitable education as one of effective requirement for eradication of poverty.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat karunia dan rahmat-Nya penelitian yang berjudul “Analisis Pendapatan Petani Miskin dan Implikasi Kebijakan Pengentasannya di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang

Bedagai ini dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Atas rampungnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti proses perkuliahan maupun pada saat penulis melakukan penelitian. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Bachtiar Hasan Miraza dan Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

(9)

4. Bapak Drs. Rujiman MA., Bapak Ir. Agus Purwoko, M.Si., dan Bapak Agus Suryadi, S.Sos, MSi., selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran bagi kesempurnaan tesis ini.

5. Kepada seluruh dosen serta civitas akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam proses administrasi maupun kelancaran kegiatan akademik pada Program Studi PWD Sekolah Pascasarjana USU Medan.

6. Pemerintahan Kabupaten Serdang Bedagai yang telah memberi izin kepada Penulis untuk melanjutkan pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Ayahanda H. Zulkifli Hasrimi dan Ibunda Hj. Elliwati Siregar atas dukungan, do’a dan kasih sayangnya.

8. Untuk abang-abang dan adikku (Hermawansyah Hasrimi, Irsan Firdaus Hasrimi, dan Aidil Fikri Hasrimi) yang senantiasa memberi motivasi dan dukungan.

9. Teristimewa buat kekasihku ‘Dara Caprina’ yang senantiasa menemani penulis dalam penyelesaian tesis ini.

10.Teman-teman kuliah pada Program Studi Pengembangan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penyelesaian tesis ini.

(10)

Akhirnya dengan rahmat Allah SWT, tesis ini penulis persembahkan bagi semua pihak yang membacanya, dengan harapan dapat memberikan arti dan manfaat.

Sekian.

Medan, Maret 2010 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Moettaqien Hasrimi, lahir pada tanggal 07 Februari 1986 di Kotacane, Anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak H. Zulkifli Hasrimi dan Ibu Hj. Eliwati Siregar.

Pada tahun 1998, tamat dari SD Negeri 2 Blangkejeren, dengan status berijazah. Tahun 2001 tamat dari SMP 1 Blangkejeren, dengan status berijazah. Tahun 2004 tamat dari SMA Negeri 4 Medan, dengan status berijazah. Dan Tahun 2008 tamat dari Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) Jatinangor Bandung, dengan status berijazah. Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi PWD Sekolah Pascasarjana USU Medan dan selesai pada Tahun 2010.

Tahun 2008 sampai dengan sekarang bekerja sebagai Sekretaris Lurah di Kelurahan Simpang Tiga Pekan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Pengalaman di bidang organisasi: 1. Anggota OSIS di SMA Negeri 4 Medan.

(12)

DAFTAR ISI

2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan ... 6

2.2 Hakikat dan Ukuran Kemiskinan ... 12

2.3 Distribusi Penguasaan Lahan dan Pendapatan ... 15

2.4 Tinjauan Penelitian Sebelumnya... 20

2.5 Kerangka Konseptual ... 22

2.6 Hipotesis... 27

BAB III : METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Pendekatan Penelitian dan Tempat Penelitian ... 28

(13)

4.2.2 Pendidikan ... 43

4.2.3 Kondisi Perumahan ... 45

4.2.4 Kesehatan ... 46

4.3 Karakteristik Responden ... 49

4.3.1 Tingkat Pendidikan Responden ... 50

4.3.2 Luas Lahan yang Diusahakan ... 52

4.3.3 Jumlah Tanggungan Keluarga... 55

4.3.4 Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Miskin ... 55

4.4 Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kemiskinan Petani di Kecamatan Perbaungan ... 57

4.5 Implikasi Kebijakan dan Pengentasan Kemiskinan oleh Pemerintah dalam Rangka Pengembangan Wilayah... 63

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kecamatan

Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dari Tahun 2006-2008... 3 3.1. Sampel Keluarga Miskin di Kecamatan Perbaungan Tahun 2009.. 29 4.1. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan

Perbaungan Tahun 2008... 37 4.2. Jumlah Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan

di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008 ... 38 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008 ... 40 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan

Perbaungan, Tahun 2008... 42 4.5 Jumlah Penduduk Kelompok Usia 7-12 Tahun dan 13-19

Tahun Berdasarkan Status Pendidikan di Kecamatan

Perbaungan, Tahun 2008... 44 4.6 Jumlah Bangunan Rumah Penduduk Berdasarkan

Jenisnya di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008... 46 4.7 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008 47 4.8 Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Perbaungan,

Tahun 2008 ... 48 4.9. Tingkat Usia Responden ... 49 4.10. Tingkat Pendidikan Masyarakat Petani Miskin di Kecamatan

Perbaungan, Tahun 2008... 50 4.11. Tingkat Teknologi Masyarakat Petani Miskin

(15)

4.12 Tingkat Kesehatan Masyarakat Petani Miskin

di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008 ... 51 4.13. Tingkat Aksesibilitas Kelembagaan Masyarakat Petani

Miskin di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008 ... 51 4.14. Tingkat Mata Pencaharian Alternatif Masyarakat Petani

Miskin di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008 ... 51 4.15. Status Lahan yang Diusahakan oleh Petani Miskin

di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008 ... 53 4.16. Luas Areal Lahan Sawah dan Lahan Kering di Kecamatan

Perbaungan, Tahun 2008... 54 4.17. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Kecamatan

Perbaungan, Tahun 2008... 55 4.18. Tingkat Penghasilan per Bulan Petani Miskin di Kecamatan

Perbaungan, Tahun 2009 (Sesuai dengan Kriteria yang

Ditetapkan oleh Badan Pusat Statisik Tahun 2009)... 56 4.19. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan dan Keterbelakangan

Suatu Negara ... 8 2.2. Kurva Lorenz dan Garis Kemerataan... 16 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian ... 26

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 74

2. Data Regresi ... 79

3. Tabulasi Data Primer... 82

(18)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kemiskinan petani. Hasil kajian ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang bermanfaat, baik kepada petani yang masih berada di garis kemiskinan, maupun kepada pemerintah setempat dalam membuat program-program pembangunan wilayah.

Objek penelitian dilakukan di wilayah Kecamatan Perbaungan yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan ini terdiri dari 28 desa. Yang menjadi responden penelitian adalah petani miskin warga Kecamatan Perbaungan.

Variabel yang diduga berpengaruh terhadap petani dan dianalisis dalam penelitian ini adalah luas lahan, tingkat teknologi, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, akses kelembagaan dan alternatif mata pencaharian. Variabel dianalisis dengan menggunakan metode regresi linier, pada tingkat keyakinan 95%.

Hasil dari penelitian ini menyimpulkan koefisien regresi dari semua variabel yang dimasukkan dalam model adalah positif, yang bermakna bahwa semua variabel mempunyai hubungan yang bersifat positif, artinya kenaikan variabel bebas sebesar satu satuan akan menaikkan variabel terikat sebesar koefisien regresi. R-square dari model regresi adalah 0,863, artinya seluruh variabel bebas mampu menjelaskan 0,863 variabel terikat, dengan kata lain kesesuaian model (goodness of fit) boleh dikatakan sudah cukup kuat. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran antara lain: (1) kepada pemerintah, agar meningkatkan upaya-upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penyuluhan, pelatihan pendidikan keterampilan, yang sesuai dengan kondisi lahan pertanian, untuk menunjang hasil produksi yang optimal, (2) pemerintah diharapkan mampu memberikan fasilitas kemudahan bagi petani miskin untuk dapat akses terhadap lembaga-lembaga yang ada, misalnya kemudahan dalam syarat administrasi perolehan pinjaman, kemudahan memperoleh bantuan bibit-bibit yang unggul melalui koperasi, dan sebagainya, (3) salah satu hal yang perlu diperhatikan pemerintah dalam membuat suatu perencanaan pembangunan di bidang ekonomi masyarakat adalah dengan membuka suatu areal yang baru untuk digarap oleh masyarakat (transmigrasi lokal) khususnya ditujukan untuk petani miskin, yang bertujuan untuk pemerataan pemilikan lahan dan peningkatan produktivitas pertanian; (4) masih dibutuhkan program penyuluhan Keluarga Berencana di samping program penyuluhan pertanian untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman petani; (5) para petani harus berusaha lebih sungguh-sungguh dalam mengupayakan pendidikan kepada anak-anak, sebagai salah satu upaya yang efektif untuk boleh keluar dari lingkaran kemiskinan.

(19)

ABSTRACT

This research aims to study factors influence the farmer poverty. The results of this study will provide appositive contribution either to the farmer who live the poverty line or for the local government in arrange the area development program.

The object of research that conducted at the sub district of Perbaungan in Regency of Serdang Bedagai, Nort Sumatera Province consist of 28 villages. The respondent of this research are the poor farmers in sub district of Perbaungan.

The variables assumed influence the farmers and would analyzed in this research are the area of land, technology, education, health level, institusional access and livelihood alternatives. The variables were analyzed by linear regression method in significant level for 95 %.

The results of this research indicates that the regression coeffisien of variables in this model is positive means that all of variables have a positive correlation in which the rice of independent variable for unit for one unit will increase the dependent variable for regression coefficient. R-square of the regression model is 0.863 means that all of independent variable can describe 0.863 dependent variables or in another word, the goodness of fit is strong. Based on the result of this research, the researcher suggest: (1) the government to take any efforts ti increase the human the resources quality through extension, education and training for skill based on the agricultural land condition in order to support the optimal production volume, (2) the government will provide the poor farmers with any easiness facilities to access the available institutions such as the easiness in administration requirement for a loan, the easiness to get the superior seed through cooperation etc, (3) one of important thing must be considered by the government in arrange a development planning in society economic is to open the new area for the local transmigration specially fo the poor farmes in order to distribut the land ownership evenly and to increase the agricultural productivity; (4) to apply the extension for Family Planning program in addition to the agricultural extension for the increasing of knowledge of the farmers; (5) the farmers must take a serious effort to provide their childs with suitable education as one of effective requirement for eradication of poverty.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pedesaan adalah bagian integral dari suatu negara maka berarti kemiskinan pedesaan juga merupakan kemiskinan negara. Di samping itu, kemiskinan pedesaan juga sebagai salah satu penyebab terjadinya urbanisasi yang kurang diinginkan dan akan menyebabkan terjadinya regional disparity. Oleh karena itu, pedesaan haruslah ditangani secara lebih serius agar kesejahteraan masyarakatnya dapat ditingkatkan. Suatu bukti yang tidak dapat dipungkiri tingkat sosial ekonomi masyarakat pedesaan di Indonesia relatif masih rendah, padahal pedesaan memberikan andil yang cukup besar terhadap perekonomian nasional melalui kontribusi sektor ekonomi pedesaan.

(21)

Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah ternyata belum membuahkan hasil optimal karena sebahagian besar masyarakat lapisan terbawah masih belum tersentuh oleh program tersebut. Kondisi tersebut barangkali disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang kurang tepat. Kebijakan pembangunan selama ini cenderung bersifat sektoral dan kurang memperhatikan dimensi tata ruang wilayah.

Di samping itu pemerintah juga menganggap masalah kemiskinan di pedesaan disebabkan oleh faktor yang sama dan karakteristik masyarakat miskin juga dianggap sama. Padahal dari segi tata usaha ruang bukanlah demikian, karena setiap wilayah mempunyai karakteristik sumber daya alami dan insani yang berbeda.

Untuk menghindari hal tersebut pemerintah telah memperkenalkan program Inpres Desa Tertinggal (IDT), Raskin, PNPM, Jamkesmas dan Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui peningkatan pendapatannya. Program pembangunan tersebut merupakan kebijakan terpadu untuk meningkatkan potensi dan dinamika ekonomi masyarakat miskin di pedesaan. Melalui program tersebut diharapkan masyarakat miskin akan terangsang untuk mengembangkan usaha produktif yang sesuai dengan potensi insani dalam wilayahnya masing-masing.

(22)

di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dari Tahun 2006-2008

Tahun Sumber: BPS Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, 2009.

(23)

kemiskinan karena masih ada sistem nilai budaya yang menghambat aktivitas ekonomi masyarakat apalagi di pedesaan yang masih kuat tatanan sosial budayanya. Hambatan budaya tersebut akan turut memperburuk keadaan dan mempersulit masyarakat untuk keluar dari belenggu kemiskinan. Jika hal tersebut dibiarkan akibatnya masyarakat akan tetap berada dalam kemiskinan, karena mereka telah dibentuk oleh sistem nilai budaya yang ada untuk menjadi miskin dan petani memakai cara tradisional dan modern dalam bercocok tanam.

Dengan demikian keadaan alam sekitar akan ikut menentukan sikap, perilaku dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek tertentu termasuk juga di dalamnya mengenai masalah kemiskinan. Berangkat dari hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai masalah kemiskinan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

1.2. Perumusan Masalah

1. Apakah luas lahan pertanian yang dimiliki, teknologi yang digunakan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, aksessibilitas terhadap kelembagaan yang ada dan mata pencaharian alternatif berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga miskin di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara?

(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Secara lebih spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk dapat menganalisis faktor-faktor penentu pendapatan rumah tangga miskin di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk menganalisis kebijakan dan implikasi pengentasan kemiskinan oleh pemerintah dalam rangka pengembangan wilayah.

1.4. Manfaat Penelitian

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

Berbicara masalah pedesaan tidak terlepas dengan masalah kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan terlihat dari rendahnya tingkat pendapatan, kurangnya konsumsi kalori yang diperlukan oleh tubuh manusia dan melebarnya kesenjangan antara si kaya dengan si miskin.

Kemiskinan yang menimpa sekelompok masyarakat berhubungan dengan status sosial ekonominya dan potensi wilayah. Faktor sosial ekonomi yaitu faktor yang berasal dari dalam diri masyarakat itu sendiri dan cenderung melekat pada dirinya seperti tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah, teknologi dan rendahnya aksesibilitas terhadap kelembagaan yang ada. Kedua faktor tersebut menentukan aksesibilitas masyarakat miskin dalam memanfaatkan peluang-peluang ekonomi dalam menunjang kehidupannya. Kemiskinan sesungguhnya merupakan suatu fenomena yang kait mengait antara suatu faktor dengan faktor yang lainnya. oleh karena itu untuk mengkaji kemiskinan harus diperhatikan jalinan antara faktor-faktor penyebab kemiskinan dan faktor-faktor-faktor-faktor yang berada di balik kemiskinan tersebut.

(26)

faktor tersebut adalah (a) rendahnya taraf hidup; (b) rendahnya rasa percaya diri dan; (c) terbatasnya kebebasan. Ketiga aspek tersebut memiliki hubungan secara timbal balik balik. Rendahnya taraf hidup disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan, rendahnya pendapatan disebabkan oleh rendahnya produktivitas tenaga kerja, rendahnya produktivitas tenaga kerja disebabkan oleh tingginya pertumbuhan tenaga kerja, tingginya angka pengangguran, dan rendahnya investasi perkapita.

(27)

Sumber: Todaro (1985).

(28)

Secara lebih khusus studi Hayami (1985: 49-54) di Indonesia, Malaysia dan Thailand menemukan bahwa kemiskinan dan ketidakmerataan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) Produktivitas tenaga kerja rendah sebagai akibat rendahnya teknologi, penyediaan tanah dan modal jika dibanding tenaga kerja; (2) tidak meratanya distribusi kekayaan terutama tanah. untuk kasus Indonesia Ginanjar (1996: 240) mengemukakan empat faktor penyebab kemiskinan. Faktor tersebut yaitu: (a) rendahnya taraf pendidikan, (b) rendahnya taraf kesehatan, (c) terbatasnya lapangan kerja, dan (d) kondisi keterisolasian.

Wirasi dalam Hagul (1985: 4) mengemukakan bahwa masalah kemiskinan di pedesaan merupakan resultan dari beberapa faktor antara lain: pertumbuhan penduduk, rendahnya kualitas sumber daya manusia dan rendahnya produktivitas. Seterusnya Salim (1984: 40) menyatakan bahwa kemiskinan tersebut melekat atas diri penduduk miskin, mereka miskin karena tidak memiliki asset produksi dan kemampuan untuk meningkatkan produktivitas. Mereka tidak memiliki asset produksi karena mereka miskin, akibatnya mereka terjerat dalam lingkaran kemiskinan tanpa ujung dan pangkalnya. Secara lebih konkrit Hadiwegono dan Pakpahan (1992: 25) berpendapat bahwa kemiskinan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) sumber daya alam yang rendah; (b) teknologi dan unsur pendukung yang rendah; (3) sumber daya manusia yang rendah; (4) sarana dan prasarana termasuk kelembagaan yang belum baik.

(29)

ekonomi yang dapat dilakukan berakibat terhadap rendahnya produktivitas dan pendapatan yang diterima, pada gilirannya pendapatan tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan fisik minimum yang menyebabkan terjadinya proses kemiskinan.

(30)

dilakukan oleh pemerintah dalam investasi dan pengentasan kemiskinan; (6) kurang berperannya kelembagaan yang ada kelembagaan tersebut antara lain: pemasaran, penyuluhan, perkreditan dan sosial.

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Pertanian tersebut memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan. Kesamaannya adalah sama-sama bertujuan untuk mengetahui penyebab kemiskinan pada sekelompok masyarakat. Perbedaannya terlihat pada objek penelitian dan teknik analisis yang digunakan. Penelitian tersebut memiliki objek pada tingkat makro yaitu pada Wilayah Tingkat II (Kabupaten) dan teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian yang penulis lakukan memiliki objek mikro (rumah tangga miskin) dengan teknik analisis kuantitatif. Dengan teknik analisis ini akan dapat diketahui seberapa jauh masing-masing variabel berpengaruh terhadap kemiskinan berbeda dengan analisis deskriptif yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Pertanian.

(31)

aksesibilitas masyarakat terhadap ketiga faktor tersebutlah yang mempengaruhi kemiskinannya.

2.2. Hakikat dan Ukuran Kemiskinan

Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Seorang yang dikatakan miskin secara absolut jika tingkat pendapatannya lebih rendah dari standar kemiskinan yang ditetapkan. Saat ini sudah cukup banyak ukuran dan standar yang dikeluarkan oleh pakar lembaga mengenai batas garis kemiskinan. Menurut Sajogyo

dalam Quibria (1996: 113) batas garis kemiskinan ditunjukkan oleh pendapatan

perkapita setara dengan 320 kg beras untuk pedesaan dan setara dengan 480 kg beras untuk perkotaan.

Lebih lanjut Sajogyo mengklasifikasikan kemiskinan pedesaan ke dalam tiga kategori yaitu:

1. Rumah tangga paling miskin jika pendapatan perkapitanya di bawah 180 kilogram beras per tahun.

2. Rumah tangga miskin sekali, jika pendapatan perkapitanya setara dengan 180 kilogram – 120 kg beras per tahun.

3. Rumah tangga miskin, jika pendapatan perkapitanya setara dengan 240 kilogram

– 320 kilogram beras per tahun.

(32)

menggunakan standar Sajogyo menurut Simatupang (1991: 23) pada tahun 1990 ditemukan sebanyak 38 juta rakyat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Batas garis kemiskinan yang dikemukakan oleh Sajogyo memiliki standar kemiskinan yang lebih tinggi dari batas kemiskinan Biro Pusat Statistik (1993: 23). Dengan menggunakan standar Sajogyo jumlah penduduk miskin cenderung lebih banyak jika dibandingkan dengan kriteria Biro Pusat Statistik tersebut. Kriteria tersebut memiliki kekuatan karena beras merupakan kebutuhan pokok pada umumnya rakyat Indonesia. bagi masyarakat ekonomi lemah pengeluaran untuk pembelian beras cenderung memiliki porsi yang cukup besar dari total pendapatan mereka. Dengan demikian perubahan harga beras akan sangat menentukan kesejahteraan masyarakat miskin. Oleh karena itu menggunakan standar beras sebagai ukuran kemiskinan memiliki validitas yang cukup baik jika dibandingkan dengan pendekatan pendapatan dan pengeluaran perkapita karena pendapatan tersebut tidak terpengaruh dengan laju inflasi yang ada.

(33)

kemiskinan berdasarkan konsumsi kalori perhari sebanyak 2000 kalori dan 40 gram protein.

Djoyohadikusumo (1996: 21) menggunakan standar kemiskinan berdasarkan pendapatan perkapita per tahun adalah US$50 untuk pedesaan dan US$ 75 untuk perkotaan. Standar yang dikemukakan Djoyohadikusumo relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan standar kemiskinan yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik apalagi dengan standar Sajogyo. Dengan menggunakan standar Djoyohadikusumo, berarti jumlah penduduk miskin di Indonesia pada periode yang sama cenderung lebih banyak. Standar kemiskinan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Agraria dalam Nawi (1997: 12) adalah berdasarkan konsumsi sembilan bahan kebutuhan pokok yang dihitung atas dasar harga setempat. Standar kebutuhan minimum perorang per tahun: 100 kg beras, 60 liter minyak tanah; 15 kg ikan asin; 20 batang sabun; 6 kg gula pasir; 4 meter tekstil kasar; 6 kg minyak goreng; 2 meter batik kasar; 4 kg garam.

Klasifikasi kemiskinan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Agraria adalah sebagai berikut:

1. Miskin sekali, jika konsumsi perkapita pertahun sebesar 75% dari nilai total konsumsi sembilan bahan kebutuhan pokok yang ditetapkan;

2. Miskin, jika konsumsi perkapita pertahun sebesar 75% - 125% dari nilai total konsumsi sembilan bahan kebutuhan pokok yang ditetapkan;

(34)

Di sisi lain Bank Dunia (1990: 36) untuk standar internasional memberikan batas garis kemiskinan yang lebih tinggi dari standar-standar lainnya yaitu dengan pendapatan perkapita sebesar US$ 275 per tahun. Dengan menggunakan kriteria tersebut pada tahun 1990 di India ditemukan sebanyak 250 juta rakyat berada di bawah garis kemiskinan, di Cina 80 juta, di Amerika Latin 50 juta dan di seluruh negara berkembang ditemukan sebanyak 633 juta jiwa rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan. Penetapan garis kemiskinan di Malaysia pendekatannya hampir bersamaan dengan Indonesia. Di samping ada batas kemiskinan untuk Malaysia secara keseluruhan dan ada pula batas kemiskinan berdasarkan masing-masing wilayah. Batas garis kemiskinan untuk negara Malaysia RM 92,39 sementara untuk masing wilayah sifatnya agak kondisional sesuai dengan kondisi masing-masing wilayah. Di wilayah Sabah umpamanya batas garis kemiskinannya sebesar RM 100.00, Paninsular RM 73,15 dan di Serawak RM 85,82. Pada masing-masing daerah tersebut dijumpai sebanyak 26,3%; 10,60%; dan 16,2% rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan (Hasyim, 1998: 177).

2.3. Distribusi Penguasaan Lahan dan Pendapatan

(35)

masyarakat proporsinya sebesar 40% dari total penduduk, maka seharusnya mereka juga menguasai pendapatan sebesar 40% dari total pendapatan.

Untuk mengukur distribusi atau tingkat pemerataan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan antara lain Gini Ratio, Kuznet Index, Oshima Hidexs, Theil

Decomposition dan kriteria Bank Dunia. Dari beberapa pendekatan tersebut Gini

Ratio dan kriteria Bank Dunia merupakan ukuran tingkat pemerataan yang paling

banyak digunakan oleh para peneliti. Di Indonesia kedua pendekatan tersebut telah lazim digunakan untuk mengukur berbagai bentuk pemerataan, terutama untuk mengukur pemerataan pendapatan dan penguasaan lahan.

Todaro (1985: 149) menyatakan bahwa Gini Ratio akan dapat dijelaskan dengan menggunakan Kurva Lorenz. Dengan menggunakan Kurva Lorenz tingkat pemerataan akan dapat diketahui dengan jalan membandingkan bidang yang terletak antara garis diagonal dengan Kurva Lorenz (bidang yang diarsir) dengan bidang setengah bujur sangkar (OBE0 sebagaimana terlihat pada Gambar 2.2.

Sumber: Todaro (1985).

(36)

Di pedesaan distribusi penguasaan lahan dan distribusi pendapatan merupakan dua hal yang cenderung menjadi perhatian, karena distribusi penguasaan lahan cenderung mempengaruhi distribusi pendapatan. Lahan bagi masyarakat pedesaan merupakan faktor produksi yang menentukan tinggi rendahnya pendapatan. Dengan demikian jika lahan terdistribusi dengan merata, maka pendapatan juga akan terdistribusi pula secara merata. Secara lebih luas Jhonston dan Clark (1985: 210) mengemukakan luas dan distribusi penguasaan tanah serta pilihan teknologi berpengaruh terhadap tingkat dan distribusi pendapatan masyarakat. Seterusnya tingkat dan distribusi pendapatan dan keputusan untuk menabung dan investasi berpengaruh pula terhadap tingkat dan distribusi penguasaan lahan.

(37)

Todaro (1985: 306) menyatakan di kebanyakan negara yang struktur pemilikan tanahnya tidak merata merupakan penyebab utama ketidakmerataan pembagian pendapatan dan kesejahteraan di pedesaan. Hal yang sama juga diungkapkan Syahruddin (1980: 36) bahwa terdapat hubungan yang berarti antara distribusi pemilikan tanah dengan distribusi pendapatan di pedesaan Sumatera Barat.

Hasil studi deskriptif yang dilakukan Hayami (1981: 46) di Desa Perbaungan menyimpulkan bahwa luas pemilikan lahan yang tidak merata menyebabkan besarnya pendapatan juga tidak merata. Tidak meratanya distribusi pendapatan disebabkan kegiatan pertanian merupakan satu-satunya pendapatan bagi masyarakat.

Syukur (1988: 54) di pedesaan Sulawesi Selatan menyimpulkan terdapat hubungan searah antara distribusi penguasaan lahan dengan distribusi pendapatan. Dalam hal ini luas lahan mempunyai peranan penting dalam menciptakan arus masuk pendapatan masyarakat pedesaan. Dengan demikian distribusi pendapatan akan terefleksi oleh distribusi penguasaan lahan.

(38)

Hasil studi yang dilakukan Sinaga dan White (1984: 145) di daerah aliran sungai Cimanuk memperlihatkan semakin besar proporsi pendapatan dan kegiatan non pertanian tidak memperkecil pemerataan tetapi sebaliknya memperbesar ketidakmerataan pendapatan yang berasal dari pertanian. Lebih lanjut studi tersebut menemukan golongan petani yang berlahan luas dan memperoleh pendapatan melebihi biaya hidupnya, mereka menginvestasikan surplus pendapatannya kepada usaha yang bersifat padat modal seperti alat pengolah hasil pertanian dan membuka warung. Di lain pihak petani kecil dan buruh tani yang penghasilannya tidak cukup untuk membiayai keluarganya, mereka terpaksa mencari pekerjaan yang bersifat padat tenaga kerja yang tidak membutuhkan modal besar seperti pedagang bakulan, kerajinan tangan, bidang jasa dan sektor informal lainnya.

(39)

tersebut menunjukkan bahwa besarnya koefisien Gini untuk daerah hampir miskin sebesar 0,270 daerah miskin sebesar 0,234, daerah sedikit lebih miskin 0,213 dan daerah sangat miskin 0,161.

2.4. Tinjauan Penelitian Sebelumnya

(40)

Penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Departemen Pertanian tersebut memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan. Kesamaannya adalah sama-sama bertujuan untuk mengetahui penyebab kemiskinan pada sekelompok masyarakat. Perbedaannya terlihat pada objek penelitian dan teknik analisis yang digunakan.

Untuk ruang lingkup yang lebih luas Both dan Firdausy (1994) dalam studi empirisnya menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi kemiskinan masyarakat di pedesaan Asia. Faktor tersebut antara lain (1) faktor ekonomi terdiri dari modal, tanah dan teknologi; (2) faktor sosial dan budaya terdiri dari pendidikan, budaya miskin dan kesempatan kerja; (3) faktor geografis dan lingkungan; (4) faktor pribadi terdiri dari jenis kelamin, kesehatan dan usia. Keempat faktor tersebut mempengaruhi tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap pasar, fasilitas umum dan kredit.

Penelitian yang dilakukan oleh Tumpal Butar-Butar (2005), yang dilakukan di Kecamatan Silima Pungga-Pungga, Kabupaten Dairi, mengungkapkan bahwa pendidikan, luas lahan dan aksesibilitas berpengaruh terhadap pendapatan.

(41)

2.5. Kerangka Konseptual

Pedesaan dicirikan oleh kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan tersebut secara jelas terlihat dari rendahnya tingkat pendapatan, tidak meratanya distribusi pendapatan dan pemilikan faktor produksi antar kelompok masyarakat.

Faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat miskin sangat terbatas sekali sebagaimana ditunjukkan oleh luas lahan yang sempit, rendahnya tingkat teknologi, rendahnya tingkat pendidikan, rendahnya tingkat kesehatan, rendahnya aksesibilitas terhadap kelembagaan dan kurangnya mata pencaharian alternatif. Rendahnya faktor tersebut mengakibatkan sangat terbatasnya kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan oleh rumah tangga miskin untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya.

Terbatasnya faktor produksi yang dimiliki masyarakat miskin pada umumnya hanya melakukan kegiatan ekonomi yang memiliki produktivitas rendah. dengan demikian, masyarakat miskin kurang akses dalam memanfaatkan peluang ekonomi yang ada, akibatnya mereka hanya sekedar bertahan untuk hidup dan sangat kecil peluang bagi mereka untuk keluar dari kondisi kemiskinan tersebut.

(42)

pencaharian alternatif akan memiliki distribusi pendapatan relatif timpang jika dibandingkan dengan rumah tangga miskin yang tidak memiliki mata pencaharian alternatif.

Kemiskinan relatif di pedesaan berhubungan erat dengan tidak meratanya distribusi penguasaan lahan dan pendapatan. Secara konkrit kemiskinan relatif akan dapat dideteksi dengan melihat tingkat pemerataan antar kelompok masyarakat dengan menggunakan Koefisien Gini. Ketidakmerataan distribusi penguasaan lahan akan berpengaruh pula terhadap distribusi pendapatan. Semakin merata penguasaan lahan akan merata pula distribusi pendapatan, karena lahan pertanian bagi masyarakat desa merupakan faktor produksi utama dan sebagai sumber penghasilan bagi rumah tangga miskin.

Rumah tangga yang memiliki lahan luas, akan dapat melakukan usaha tani relatif lebih besar dengan investasi yang cukup besar, sementara rumah tangga miskin yang memiliki lahan sempit hanya dapat melakukan kegiatan usaha tani relatif kecil dengan cara yang amat sederhana. Perbedaan skala usaha tersebut akan menyebabkan terjadinya perbedaan produktivitas demikian juga dengan penghasilan yang diterima oleh masing-masing rumah tangga miskin.

(43)

di antara mereka secara resiprokal. Berbeda dengan rumah tangga yang bukan miskin dengan lahan yang relatif luas, teknologi dan modal yang mencukupi akan dapat memilih kegiatan usaha tani yang relatif lebih menguntungkan.

Lahan adalah sumber pendapatan utama bagi masyarakat desa, karena pada umumnya mereka adalah sebagai petani. Rumah tangga miskin cenderung memiliki lahan yang sempit akibatnya pendapatannya relatif rendah tetapi distribusinya relatif merata. Demikian pula sebaliknya bagi rumah tangga yang bukan berstatus miskin cenderung memiliki lahan relatif luas tetapi distribusi pendapatannya cenderung tidak merata.

Dalam penelitian ini secara empiris akan dicoba membuktikan kebenaran pernyataan di atas bahwa distribusi penguasaan lahan dan distribusi pendapatan pada rumah tangga miskin cenderung lebih merata jika dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak berstatus miskin.

Saat ini pendapatan sebagian masyarakat desa tidak hanya berasal dari satu sumber pendapatan dari petani. Sebagai akibat kemajuan di berbagai bidang sudah banyak rumah tangga miskin yang memiliki pekerjaan alternatif seperti sebagai pedagang, buruh pabrik, buruh tani, tukang dan sebagainya menyebabkan terjadinya peningkatan pendapatan.

(44)

rumah tangga miskin yang tidak mempunyai pekerjaan alternatif distribusi pendapatannya cenderung lebih merata karena pendapatannya hanya berasal dari satu sumber. Dalam penelitian ini akan dibuktikan apakah benar distribusi pendapatan pada mereka yang tidak mempunyai mata pencaharian alternatif lebih merata dari pendapatan rumah tangga miskin yang memiliki mata pencaharian alternatif.

Bagi sebagian besar masyarakat desa bertani adalah pekerjaan utama mereka. Oleh karena itu keberadaan lahan amat menentukan variasi pendapatan yang mereka terima kasih, jika lahan terdistribusi secara merata maka pendapatannya akan cenderung terdistribusi secara merata pula, demikian pula sebaliknya, karena lahan merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat desa. Dengan demikian secara empiris akan dibuktikan apakah benar distribusi penguasaan lahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap distribusi pendapatan rumah tangga miskin.

(45)

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian

Luas lahan

Tingkat Teknologi

Tingkat Pendidikan

Tingkat Kesehatan Akses terhadap

kelembagaan Mata Pencaharian

Alternatif

Kemiskinan

(46)

2.6. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tinjauan pustaka dan kerangka konseptual penelitian yang telah dikemukakan dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Luas lahan pertanian, tingkat teknologi, tingkat pendidikan, aksesibilitas terhadap kelembagaan dan mata pencaharian alternatif berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga miskin di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

2. Tingkat kesehatan tidak berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga miskin di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. 3. Kontribusi rumah tangga miskin berpengaruh positif terhadap pendapatan rumah

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian dan Tempat Penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksplanatori, artinya penelitian ini menitikberatkan kepada hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dan menganalisisnya secara mendetil.

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara.

3.2. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga petani pada sawah yang ada di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara yaitu sebanyak 8.157 kepala keluarga yang tersebar di 28 desa/kelurahan. Sedangkan untuk memilih sampel dilakukan dengan menggunakan random sampling.

Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut digunakan rumus Slovin, yaitu:

n = 2

1 Ne N

Di mana:

(48)

e = Tingkat kesalahan

Dengan tingkat kesalahan diasumsikan 10%, maka besarnya sampel adalah:

n = 2

Jadi besarnya sampel adalah 95 keluarga miskin

Tabel 3.1. Sampel Keluarga Miskin di Kecamatan Perbaungan Tahun 2009

No Nama Desa RT Sampel

(49)

Variabel yang diamati dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Variabel dependen Y : Kemiskinan 2. Variabel independen

X1 : Luas lahan

X2 : Tingkat teknologi X3 : Tingkat pendidikan X4 : Tingkat kesehatan

D1 : Akses terhadap kelembagaan D2 : Mata pencaharian alternatif

3.4. Teknik Pengumpulan Data

(50)

3.5. Teknik Analisis

Data yang diperoleh di lapangan yang berhubungan dengan masing-masing variabel sebelum dianalisis secara kuantitatif terlebih dahulu disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan dianalisis dengan statistik deskriptif.

Model spesifik yang sesuai dengan hipotesis yaitu untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat adalah sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5D1 + b6D2 + e

Keterangan:

Y : Rumah tangga miskin petani (Rp/bulan) b0 : Intersep garis regresi

X1 : Luas lahan (Ha) X2 : Teknologi (skala)

X3 : Pendidikan kepala rumah tangga miskin (skala) X4 : Tingkat kesehatan (skala)

D1 : Aksesibilitas terhadap kelembagaan ekonomi (dummy) D2 : Mata pencaharian alternatif (dummy)

D : Dummy

e : Kesalahan pengganggu

Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif analisis persentase (sure

analysis), yaitu metode yang menganalisis data berdasarkan bahan yang diperoleh

(51)

secara sistematis, akurat dan faktual mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti dan akhirnya menghasilkan gambaran data yang ilmiah (Djajasudarma, 1993: 8), untuk mengetahui seberapa besar kontribusi rumah tangga miskin yang berpengaruh terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009.

3.6. Definisi Operasi Variabel

a. Pendapatan rumah tangga miskin adalah ketidakmampuan sebuah rumah tangga miskin dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan standar yang berlaku.

Pendapatan yang berasal kegiatan di luar usaha tani terdiri dari: (a) pendapatan dari aset yang dimiliki (sewa dan bunga); (b) pendapatan yang berasal dari transfer dari pihak lain; (c) pendapatan dari mata pencaharian alternatif. Pengeluaran terdiri dari: (a) pembelian input pertanian; (b) pembayaran sewa dan bunga; (c) penyusutan peralatan; (d) biaya pemakaian air; (e) biaya reparasi; (f) biaya upah tenaga kerja; (g) iuran petani. b. Penguasaan lahan adalah luas lahan sawah yang dikuasai rumah tangga

miskin sebagai faktor produksi untuk kegiatan usaha tani, baik yang berasal dari milik sendiri, sewa dan bagi hasil.

(52)

- Menggunakan semuanya skor 5. - Menggunakan mesin modern skor 4. - Racun hama skor 3.

- Bibit unggul skor 2.

- Menggunakan pupuk skor 1.

d. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah diduduki oleh kepala keluarga. Diukur dalam satuan tahun dengan kategori skor masing-masing item sebagai berikut:

1) Perguruan Tinggi skor 5. 2) Sekolah Menengah Atas skor 4. 3) Sekolah Menengah Pertama skor 3. 4) Sekolah Dasar skor 2.

5) Tidak sekolah skor 1.

e. Tingkat kesehatan, dalam studi ini diukur dengan menggunakan skor variabel dengan kategori skor masing-masing item sebagai berikut:

1) Petani miskin yang tidak pernah mengalami sakit 1 dalam kurun waktu 1 tahun skor 5.

2) Petani miskin yang pernah mengalami sakit 1 kali dan berobat ke puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun skor 4.

(53)

4) Petani miskin yang pernah mengalami sakit 3 kali dan berobat ke puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun skor 2.

5) Petani miskin yang pernah mengalami sakit 4 kali dan berobat ke puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun skor 1

f. Aksesibilitas adalah kesempatan rumah tangga miskin untuk memanfaatkan kelembagaan ekonomi yang ada di pedesaan. Kelembagaan ekonomi yang dimaksud adalah KUD, Bank Perkreditan dan Kelompok Tani. Aksesibilitas tersebut diukur dengan menggunakan daftar pernyataan yang terdiri dari beberapa item yang mengacu kepada fungsi masing-masing kelembagaan tersebut. Setiap item diukur dengan menggunakan dummy dengan rentangan 0-1. Nilai variabel adalah nilai rata-rata yang berasal dari total skor dibagi dengan jumlah item. Jika hasil bagi di bawah 0,50 dihapuskan dan jika lebih dibulatkan ke atas.

0 = Tidak memanfaatkan 1 = Memanfaatkan

g. Mata pencaharian alternatif adalah kegiatan produktif di luar pertanian yang dilakukan oleh anggota rumah tangga miskin dalam menunjang kehidupan rumah tangga. Variabel ini diukur dengan menggunakan peubah boneka (dummy), yaitu:

1) Dummy 1 untuk rumah tangga miskin yang memiliki mata pencaharian

alternatif.

2) Dummy 0 untuk rumah tangga miskin yang tidak memiliki mata

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan gambaran umum wilayah penelitian yang didapatkan dari berbagai dokumen, baik milik Pemerintah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara maupun lembaga non pemerintah yang concern terhadap kemiskinan masyarakat yang meliputi fisik wilayah, luas wilayah, kependudukan, karakteristik masyarakat, sarana dan prasarana.

4.1.1. Geografis

Kecamatan Perbaungan merupakan salah satu kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Wilayah Kecamatan Perbaungan terletak di antara 2°57’ LU, 3°16’ LS, 98°33’ – 99°27’ BT, memiliki luas wilayah 17.839 ha, terdiri dari 28 desa dan 136 dusun dengan kepadatan penduduk 10.391.99 jiwa hingga akhir tahun 2008.

Secara administratif Kecamatan Perbaungan terdiri dari 28 desa/kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pantai Cermin. 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pegajahan.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang.

(55)

Topografi wilayah penelitian merupakan kawasan persawahan, di mana sebagian besar wilayah terdiri dari pegunungan yang bergelombang. Wilayah ini berada pada ketinggian 180 M di atas permukaan laut. Areal sebagian besar berbukit-bukit. Wilayah ini dilintasi beberapa sungai, antara lain: Sungai Ular, Sungai Banei, Sungai Bagerpang, Sungai Naga Lawan, Sungai Jenggi, dan masih banyak sungai-sungai kecil lainnya. Sungai-sungai-sungai tersebut banyak bermanfaat untuk mengairi persawahan penduduk.

4.1.2. Luas Wilayah

(56)

Tabel 4.1. Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Perbaungan Tahun 2008

No Desa/Kelurahan Luas Desa

(57)

4.1.3. Kependudukan

Kepadatan penduduk dan rata-rata anggota rumah tangga penduduk Kecamatan Perbaungan tahun 2008 disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2. Jumlah Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan

di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

No Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio

(58)

Data pada Tabel 4.2 tersebut memperlihatkan bahwa Kecamatan Perbaungan merupakan kecamatan yang terbanyak jumlah penduduknya. Hal ini disebabkan Kecamatan Perbaungan adalah pusat perdagangan sekaligus sebagai pusat pemerintahan. Namun secara umum Kecamatan Perbaungan masih mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan/pembangunan wilayah.

(59)
(60)

4.2. Karakteristik Masyarakat

Karakteristik masyarakat Kecamatan Perbaungan yang meliputi jenis pekerjaan, pendidikan, dan kondisi perumahan dan kesehatan, diuraikan sebagai berikut:

4.2.1. Pekerjaan

(61)
(62)

4.2.2. Pendidikan

(63)

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Kelompok Usia 7-12 tahun dan 13-19 tahun Berdasarkan Status Pendidikan di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

Usia 7-12 Tahun Usia 13-19 Tahun

No Desa/Kelurahan

(64)

dikarenakan oleh kemampuan untuk membiayai pendidikan yang masih sangat rendah dan memenuhi tuntutan penggunaan tenaga kerja anggota keluarga untuk mencukupi kebutuhan hidup. Bahkan kondisi ini sudah berkepanjangan dari para orang tua sampai kepada anggota keluarga pada saat studi ini dilakukan. Banyak anak-anak yang seharusnya masih usia sekolah terpaksa harus berhenti sekolah agar bisa membantu orang tua mereka bekerja.

4.2.3. Kondisi Perumahan

(65)

Tabel 4.6. Jumlah Bangunan Rumah Penduduk Berdasarkan Jenisnya di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

No Desa/Kelurahan Permanen Semi

Permanen Sederhana Jumlah

(66)
(67)

Dari tabel di atas terlihat bahwa sarana kesehatan seperti Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) sudah merata di setiap desa, yang juga didukung oleh puskesmas yang berada pada ibukota kecamatan. Sedangkan komposisi tenaga medis yang mengabdi di Kecamatan Perbaungan sudah cukup memadai dari segi kuantitasnya, sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 4.8. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

No Desa/Kelurahan Dokter Bidan Bidan

(68)

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah tenaga kesehatan sudah cukup memadai, apalagi ditambah dengan Bidan Desa yang sudah merata di setiap desa, yang mana keberadaan mereka sangat diharapkan masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

4.3. Karakteristik Responden

Pada bagian ini akan diuraikan karakteristik masyarakat miskin berdasarkan variabel penelitian yang meliputi, tingkat pendidikan, luas lahan yang diusahakan, jumlah tanggungan keluarga, dan tingkat pendapatan rumah tangga miskin.

Wilayah sampel dalam penelitian ini berlokasi di empat desa yang berada di Kecamatan Perbaungan yaitu Desa Cinta Air, Desa Kesatuan, Desa Pematang Natal, Desa Lubuk Dendang. Target populasi adalah masyarakat yang dikategorikan petani miskin, dengan kriteria luas pengusahaan lahan kurang dari 0,5 ha dan penghasilan setiap bulannya ≤ Rp.800.000 perbulannya. Selanjutnya usia para responden disajikan pada Tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9. Tingkat Usia Responden

No Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Prosentase

1 <25 0 0

2 25 s/d 45 57 60

3 >45 38 40

Jumlah 95 100,00

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2009

(69)

secara umum karakteristik usia responden sebagian besar merupakan masih usia produktif. Hal ini menggambarkan juga bahwa secara umum masyarakat yang ada di Kecamatan Perbaungan masih didominasi oleh anggota masyarakat yang berada pada tingkat usia yang produktif.

4.3.1. Tingkat Pendidikan Responden

Hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan kepada 95 responden menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat petani miskin kebanyakan masih SLTP ke bawah sebesar 87,5%.

Tabel 4.10. Tingkat Pendidikan Masyarakat Petani Miskin di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

(Orang) Prosentase (%)

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2009.

Tabel 4.11. Tingkat Teknologi Masyarakat Petani Miskin di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

No Tingkat Teknologi Jumlah Responden

(Orang) Prosentase (%)

(70)

Tabel 4.12. Tingkat Kesehatan Masyarakat Petani Miskin di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

No Tingkat Kesehatan Jumlah Responden

(Orang) Prosentase (%)

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2009.

Tabel 4.13. Tingkat Aksesibilitas Kelembagaan Masyarakat Petani Miskin di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2009.

Tabel 4.14. Tingkat Mata Pencaharian Alternatif Masyarakat Petani Miskin di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

1 Memiliki mata pencaharian alternatif

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2009.

(71)

4.3.2. Luas Lahan yang Diusahakan

Secara umum, luas lahan yang diusahakan oleh petani miskin di Kecamatan Perbaungan adalah < 0,50 ha (lahan marginal). Hal ini menggambarkan bahwa petani miskin di daerah ini secara umum adalah para kaum tani subsisten. Dari hasil penelitian para ahli seperti Ghose dan Griffin (1983), Chambers (1983), Mubyarto (1985) dan Korten (1988), yang ditulis dalam buku yang berjudul Perangkap Kemiskinan (Bagong Suyanto, 1995) mengemukakan bahwa sekurang-kurangnya ada 4 (empat) faktor yang disinyalir menjadi penyebab mengapa kemiskinan di pedesaan masih tetap mencolok.

Pertama, karena adanya pemusatan pemilikan tanah yang dibarengi dengan

adanya proses fragmentasi pada arus bawah masyarakat pedesaan. Jumlah penduduk pedesaan yang terus bertambah tetapi tidak diimbangi dengan bertambahnya tanah telah menyebabkan semakin berkurangnya tanah yang dapat dimiliki petani kecil sehingga terjadi apa yang disebut geertz atau shared poverty (pembagian kemiskinan).

(72)

Tabel 4.15. Status Lahan yang Diusahakan oleh Petani Miskin di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

No Status Lahan Jumlah Responden

(Orang) Prosentase (%)

1 Milik sendiri 36 37,9

2 Sewa 43 45,3

3 Bagi hasil 16 16,8

Jumlah 95 100,00

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2009.

Kedua, karena nilai tukar hasil produksi warga pedesaan khususnya sektor

pertanian yang semakin jauh tertinggal dengan hasil produksi lain, termasuk kebutuhan hidup sehari-hari warga pedesaan (harga-harga faktor produksi tidak sebanding dengan harga jual hasil panen).

Ketiga, karena lemahnya posisi masyarakat desa khususnya petani dalam mata

rantai perdagangan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam proses penjualan, biasanya pihak yang dominan menentukan harga adalah para pedagang atau tengkulak. Mungkin saja pada saat tertentu harga jual produk pertanian tertentu naik. Tetapi karena sudah trjerat sistim ijon atau karena lemah posisi bargaining-nya, maka acapkali petani tetap harus menanggung kerugian karena harga beli ditekan serendah-rendahnya semata-mata demi keuntungan para pedagang atau tengkulak.

Keempat, karena karakter struktur sosial masyarakat yang terpolarisasi.

(73)

kebanyakan yang kurang berpendidikan dan miskin harus puas hanya sebagai penonton.

Tabel 4.16. Luas Areal Lahan Sawah dan Lahan Kering di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

No Desa/Kelurahan Tanah Sawah

(74)

4.3.3. Jumlah Tanggungan Keluarga

Tabel 4.17 menunjukkan jumlah tanggungan keluarga masyarakat petani miskin di Kecamatan Perbaungan, di mana prosentase jumlah tanggungan keluarga terbanyak (50,5%) adalah sebanyak 2 orang, 15,8% jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3 orang, 12,6% jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4 orang, dan 10,5% jumlah tanggungan keluarga sebanyak 1 orang, 10,5% jumlah tanggungan keluarga sebanyak 5 orang.

Tabel 4.17. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2008

No Jumlah Tanggungan

Keluarga (Jiwa)

Jumlah Responden

(Orang) Prosentase (%)

1 1 10 10,5

2 2 48 50,5

3 3 15 15,8

4 4 12 12,6

5 5 10 10,5

Jumlah 95 100,00

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2009.

4.3.4. Tingkat Pendapatan Rumah Tangga Miskin

(75)

Tabel 4.18. Tingkat Penghasilan perBulan Petani Miskin di Kecamatan Perbaungan, Tahun 2009 (Sesuai dengan Kriteria yang Ditetapkan oleh Badan Pusat Statisik Tahun 2009)

No Tingkat Penghasilan (Rp) Jumlah Responden

(Orang) Prosentase (%)

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2009.

Tabel 4.18 memperlihatkan tingkat penghasilan masyarakat petani miskin per bulan. Persentase tingkat penghasilan tertinggi yaitu sebesar 64,2% berada pada tingkat penghasilan Rp.600.001 sampai Rp.700.000. Kemudian 17,9% responden berada pada tingkat penghasilan Rp.700.001 sampai Rp.800.000. Selanjutnya, tingkat penghasilan Rp.500.001 sampai Rp.600.000 ada sebesar 15,7%, sedangkan tingkat penghasilan Rp.400.000 sampai Rp.500.000 sebesar 2,1%.

(76)

dengan luas lahan 0,5 ha/buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp.800.000 per bulan.

4.4. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kemiskinan Petani

di Kecamatan Perbaungan

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan masyarakat petani di Kecamatan Perbaungan dilakukan analisis regresi berganda. Variabel bebas yang diduga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemiskinan terdiri dari luas lahan (X1), tingkat teknologi (X2), tingkat pendidikan (X3), tingkat kesehatan (X4), aksesibilitas terhadap kelembagaan keuangan (D1) dan alternatif mata pencaharian (D2). Sedangkan variabel tidak bebas (Y) adalah kemiskinan masyarakat petani yang diukur dengan tingkat pendapatan.

Pengolahan data hasil penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS 17.0 for

Windors (data pengamatan dan variabel disajikan pada Lampiran 3). Dari pengolahan

data diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y = 387.534 + 140.383X1 + 27.477X2 + 6.504X3 - 1.773X4 + 2.336D1 +16.197D2 t = (21.456) (8.644) (4.625) (1.645) (-.262) (.315) (1.997) (Sumber: Lampiran 3).

Secara ringkas, hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS for

(77)

Tabel 4.19. Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pendapatan Petani

Variabel Bebas Koef. Regresi t-statistik Sig.

bo (Konstanta) 387.534 21.456 .000

Sumber: Data Primer Diolah, Tahun 2009.

Uji kebaikan sesuai model (Goodness of Fit = R2), pengujian model secara keseluruhan F) dan pengujian masing-masing koefisien regresi secara parsial (uji-t), dijelaskan sebagai berikut:

Koefisien determinasi (R2) sangat dipengaruhi oleh banyaknya variabel bebas dan banyaknya observasi yang dilakukan. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi (R2), berarti model semakin dapat diandalkan. Jika nilai koefisien determinasi (R2) terletak antara 0,70 – 1,00 pada umumnya dikatakan nilai koefisien determinasi (R2) memiliki nilai yang tinggi dan dapat diandalkan (Hendranata, 1999: 7).

(78)

akses terhadap kelembagaan, mata pencaharian) yang digunakan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan petani (variabel Y) mampu menjelaskan sebesar 86,3% sedangkan 13,7% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model ini.

Uji-F ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel.

Hipotesis:

Tidak ditolak = Ha : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = b6 = 0 Tolak Ha = b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ b6 ≠ 0 Kriteria:

H0 tidak ditolak apabila Fhitung≤ Ftabel (á = 5%) H0 ditolak apabila Fhitung > Ftabel (á = 5%)

Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh nilai Fhitung (tabel ANOVA, Lampiran-3) adalah sebesar 101,768. Hal ini membuktikan bahwa nilai Fhitung (101,768) > F0,05(5)(174) (2,33) pada á = 5% atau signifikan pada tingkat keyakinan

Gambar

Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai dari Tahun 2006-2008
Gambar 2.1. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan dan Keterbelakangan Suatu Negara
Gambar 2.2. Kurva Lorenz dan Garis Kemerataan
Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode pendugaan parameter regresi adalah metode kuadrat terkecil ( Ordinary Least Square ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) pendapatan petani padi organik

1 Dari hasil penelitian Proyeksi jumlah penduduk, dan Kebutuhan akan sarana prasarana fasilitas Pendidikan dan Kesehatan sampai tahun 2014 dalam penelitian, agar

Strategi pengembangan sumber daya manusia aparatur yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa yaitu: a.. Meningkatkan kualitas

Menganalisis pengaruh sumber daya manusia (SDM) yaitu curahan tenaga kerja, penyuluhan/pelatihan dan produktivitas tenaga kerja, secara langsung dan melalui kegiatan

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis daya saing (keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif) usahatani komoditi padi sawah dengan irigasi setengah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan masukan guna peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia rumah sakit yang lebih baik dalam upaya meningkatkan kinerja

Hasil penelitian menunjukanbahwa faktor penyebab kemiskinan nelayan di Desa Kuala Lama disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia, yang ditandai dengan rendahnya

Minat Utama : Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Pembangunan Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul ANALISIS PENGARUH PNPM TERHADAP