Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
HYGIENE SANITASI DAN ANALISA CEMARAN MIKROBA YANG TERDAPAT PADA SAUS TOMAT DAN SAUS CABAI ISI ULANG
YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2009
S K R I P S I
Oleh :
NIM. 041000254 Santi Imelda Gea
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
HYGIENE SANITASI DAN ANALISA CEMARAN MIKROBA YANG TERDAPAT PADA SAUS TOMAT DAN SAUS CABAI ISI ULANG
YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM. 041000254 Santi Imelda Gea
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judu l :
HYGIENE SANITASI DAN ANALISA CEMARAN MIKROBA YANG TERDAPAT PADA SAUS TOMAT DAN SAUS CABAI ISI ULANG
YANG DIGUNAKAN DI KANTIN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2009
Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :
NIM. 041000254 SANTI IMELDA GEA
Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 6 Oktober 2009 dan
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
(dr. Taufik Ashar, MKM) (Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS)
NIP.197803312003121001 NIP. 196501091994032002
Penguji II Penguji III
(Ir. Indra Chahaya, MSi) (Ir. Evi Naria, Mkes) NIP. 196811011993032005 NIP.196803201993032001
Medan, Desember 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
ABSTRAK
Saus tomat dan saus cabai isi ulang adalah bahan makanan yang sering digunakan setiap hari, baik di rumah tangga maupun di tempat umum seperti kantin, restoran dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari, perhatian terhadap kebersihan dari saus tomat dan saus cabai tersebut terkadang terabaikan. Hal ini tentunya menjadi salah satu faktor menurunnya tingkat kesehatan masyarakat apabila mengkonsumsi saus tomat dan saus cabai yang telah tercemar oleh berbagai jenis mikroba.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan mikroba yang terdapat pada saus tomat dan saus cabai isi ulang yang digunakan di lima (5) kantin di lingkungan USU.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini jenis survai bersifat deskriptif sederhana yaitu melakukan analisa laboratorium untuk mengetahui adanya mikroba serta jenisnya pada saus tomat dan saus cabai isi ulang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 4 kantin yang menggunakan saus tomat isi ulang positif tercemar mikroba yaitu coliform, S.aureus, dan kapang dan 2 kantin yang menggunakan saus cabai isi ulang positif tercemar mikroba yaitu kapang.
Berdasarkan penelitian tersebut diharapkan agar pengelola kantin lebih memperhatikan penyajian saus tomat dan saus cabai isi ulang. Botol saus tomat dan saus cabai sebaiknya di simpan di tempat yang bersih dan tertutup rapat, dibersihkan pada air mengalir sebelum melakukan isi ulang dan memperhatikan masa penggunaan sehingga saus tomat dan saus cabai isi ulang yang digunakan di kantin di lingkungan USU memenuhi syarat kesehatan.
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
ABSTRACT
Tomato and chili sauce refill were food ingredient that used every day, either in housekeeping also in general place likes canteen, restaurant and other as it. However, attention towards cleanliness from tomato and chili sauce refill sometimes ignored in daily activity. This situation tend to decrease public health level if consumed tomato and chili sauce refill that contaminated by various microbe.
The research aimed to know the kind of microbe that contained on tomato and chili sauce refill that used at fifth (5) canteens in USU.
The method of this research used simple descriptive with laboratory analysis to detect content and the kind of microbe in tomato and chili sauce refill.
Result of this research showed that 4 canteens that use tomato sauce refill are positive microbe contaminated coliform, S.aureus, and kapang and 2 canteens that use chili sauce refill are positive kapang microbe contaminated.
Based on this research, suggest for canteen manager to do more attention in serve tomato sauce and chili sauce refill. The bottle of tomato sauce and chili sauce best save in the clean place and tightly closed, cleaned in water flows before do refill and see utilization of date, so that tomato and chili sauce refill that used at canteens at environment USU up to standard well-being.
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : SANTI IMELDA GEA
Tempat/Tanggal lahir : Medan, 28 Agustus 1980
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum menikah
Jumlah Bersaudara : 4 Orang
Alamat Rumah : Jl. Karya Darma No.7 Pkl. Masyhur Medan
Alamat Kantor : Desa Kuta Tengah Kec. Namorambe
Kab. Deli Serdang
Riwayat Pendidikan
Tahun 1987 – 1993 : SD Swasta Angkasa I Medan
Tahun 1993 – 1996 : SMP Negeri I Medan
Tahun 1996 – 1999 : SMAK Dharma Analitika Medan
Tahun 1999 – 2002 : Poltekkes Depkes RI Medan
Jurusan Akademi Analis Kesehatan
Tahun 2004 – 2009 : FKM USU
Riwayat Pekerjaan
Tahun 2005 – 2008 : RSU. Gunungsitoli Kab. Nias
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa atas kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul: “Hygiene Sanitasi dan Analisa Cemaran Mikroba Yang
Terdapat Pada Saus Tomat dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan di Kantin di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009”. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana pada Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Tersusunnya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
2. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Dosen pembimbing I dan Dr. Dra Irnawati
Marsaulina, MS, selaku Dosen pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu, pikiran serta memberikan bimbingan hingga
selesainya skripsi ini.
3. Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku Ketua Departemen Kesehatan
Lingkungan.
4. Ir. Evi Naria, MKes selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan
kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
6. Ibu Ratna selaku pembimbing laboratorium, yang telah membantu penulis
untuk menggunakan segala fasilitas dalam menganalisa sampel data dari
skripsi ini.
7. dr. Susi Evanta M. Sembiring, MKes selaku Kepala Puskesmas
Namorambe yang telah memberikan izin untuk mengikuti kegiatan
akademik.
8. Secara khusus kepada Orang tua tercinta buat Papa Fs. Gea, SH dan juga
buat Mama N. Pasaribu, STh yang telah memberikan kasih sayang
sepenuhnya bagi penulis. Demikian juga buat Kak Lily, Tony, Rani, dan
ponakanku Gaily yang selalu hadir disetiap waktu untuk mendukung, dan
memberikan semangat.
9. Buat sahabatku : Hinsa, Esra, Nina, Melisa, Hendra dan teman-teman di
Peminatan Kesling, Ekstensi 2007 serta Regular 2004 lainnya yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan,
kebersamaan, canda, tawa yang telah terjalin selama ini.
10.Teristimewa buat Vado yang telah banyak membantu dalam pembuatan
skripsi ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga penelitian yang telah
dilaksanakan dapat berguna bagi penulis, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan
juga bagi semua pihak yang berkompeten.
Medan, Desember 2009
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR ISI
2.2. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman ... 6
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
2.8. Mikroba ... 22
2.8.1. Sejarah Mikroba dan Pengertiannya ... 22
2.8.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba ... 25
4.2 Hasil Observasi Pada Pengelola Kantin di Lingkungan USU 45
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB V PEMBAHASAN ... 54
5.1 Observasi Hygiene Sanitasi Pada Pengelola Kantin ... 54
5.2 Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Saus di Lima Kantin ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
6.1 ... Kesim pulan ... 61
6.2 ... Saran ... 61
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Nilai Gizi Buah Tomat Segar (per 100 gr)... 16
Tabel 2.2 Nilai Gizi Cabai Merah Segar (per 100 gr) ... 20
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pada Pengelola Kantin I di Lingkungan USU ... 46
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pada Pengelola Kantin II di Lingkungan USU ... 47
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pada Pengelola Kantin III di Lingkungan USU ... 48
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pada Pengelola Kantin IV di Lingkungan USU ... 49
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pada Pengelola Kantin V di Lingkungan USU ... 51
Tabel 4.6 Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Saus Cabai Isi Ulang
yang digunakan di Kantin Di Lingkungan USU Tahun 2009 ... 52
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Mikrobiologi Pada Saus Tomat Isi Ulang
yang digunakan di Kantin Di Lingkungan USU Tahun 2009 ... 53
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Observasi dan Kuesioner Pada Pengelola Kantin di beberapa Kantin di Lingkungan USU Tahun 2009.
Lampiran 2. Data hasil Observasi Pada Pengelola Kantin di beberapa Kantin di Lingkungan USU Tahun 2009.
Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan Medan.
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Balai Laboratorium Kesehatan Medan.
Lampiran 5. Hasil Pemeriksaan Cemaran Mikroba pada Saus Tomat dan Saus Cabai Isi Ulang yang digunakan di Kantin di Lingkungan USU Tahun 2009.
Lampiran 6. Standard Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3546-2004 Tentang Persyaratan Mutu Saus Tomat.
Lampiran 7. Standard Nasional Indonesia (SNI) No. 01-2976-1992 Tentang Persyaratan Mutu Saus Cabai.
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,
selain kebutuhan sandang dan papan. Sandang dan papan menjadi kebutuhan
pokok manusia karena keduanya berguna untuk memberi perlindungan bagi tiap
manusia dalam menjalani proses kehidupan pribadinya maupun dalam hubungan
interaksi sosial satu dengan yang lain. Sementara makanan merupakan sumber
energi dan gizi bagi manusia untuk bisa melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.
Tanpa makanan, manusia tidak memiliki tenaga untuk bisa melaksanakan
berbagai rutinitasnya setiap hari (Depkes RI, 2004).
Makanan sehat yang layak untuk dikonsumsi oleh setiap manusia adalah
bahan makanan yang akan diolah terutama mengandung protein hewani dalam
keadaan baik dan segar, sayur mayur yang segar dan tidak rusak, makanan yang
melalui proses pengolahan tidak berubah bentuk warna dan rasa, bahan tambahan
dan bahan penolong harus memenuhi persyaratan minimal makanan sehat yang
berlaku (Mukono, 2000).
Perhatian masyarakat Internasional dengan makanan yang sehat, bergizi
dan higienis sangat besar sekali. Salah satunya dengan adanya International
Organization for Standarization (ISO) dengan TC34 yang merilis standar baru
mengenai Food Safety Management System (ISO) 22000 (FSMS ISO 22000),
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
dikonsumsi oleh manusia. International Organization for Standarization (ISO)
mengeluarkan standar tersebut karena dalam beberapa tahun terakhir, terlihat
bahwa kasus keracunan makanan semakin marak dimana-mana(Depkes, 2002).
Adapun pengawasan makanan bertujuan untuk melindungi masyarakat
konsumen terhadap kemungkinan peredaran makanan yang tidak memenuhi
standar dan persyaratan kesehatan yang dapat merugikan atau membahayakan
kesehatan (BPOM, 1997).
Makanan dapat tercemar oleh cemaran kimia dan cemaran biologi. Paling
sering terjadi dalam keracunan makanan adalah cemaran yang disebabkan oleh
cemaran biologi. Cemaran biologi disebabkan oleh berbagai bakteri seperti bakteri
anaerob, Salmonella, Shigella, Staphylococcus aureus, Streptococcus faecalis,
Vibrio dan lain sebagainya (Depkes, 2002).
Salah satu produk makanan yang sering disoroti oleh berbagai pihak
adalah jenis produk makanan hasil olahan, salah satunya adalah saus tomat dan
saus cabai. Beberapa kasus yang berhubungan dengan pencemaran makanan yang
diakibatkan oleh saus yaitu kasus keracunan makanan karena campuran saus
tomat pada menu makanan di Amerika Serikat (AS). Pada pertengahan April 2008
dimana sekitar 145 orang terinfeksi penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella. Badan pengawas makanan setempat telah memberikan peringatan
bahwa kemungkinan kasus keracunan yang terjadi berasal dari saus yang diduga
mengandung bakteri Salmonella sebagai penyebab keracunan itu (Anonimous,
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Selain contoh kasus diatas, di Indonesia, tepatnya di Cirebon, sebuah
lembaga Survey Yayasan Perlindungan Konsumen, mempublikasikan bahwa saus
dan kecap yang diproduksi di Cirebon diragukan kebersihannya. Dasar publikasi
dari survey tersebut adalah dengan didapatinya data bahwa sebanyak 80%
perusahaan pembuat saus dan kecap tradisional atau home industri disinyalir tidak
mentaati standar mutu sanitasi yang ditetapkan Departemen Kesehatan (Depkes),
sehingga dengan rendahnya mutu sanitasi tersebut, semakin memudahkan
mikroba atau bakteri untuk mencemarkan produk saus yang diproduksi tersebut
sehingga berakibat kesehatan masyarakat (Anonimous, 2002).
Kantin merupakan salah satu tempat untuk menikmati berbagai menu
makanan. Selain itu, kantin juga menyediakan saus tomat dan saus cabai untuk
melengkapi hidangan menu yang disajikan, seperti bakso, siomay, hamburger dan
lain sebagainya.
Survai awal pada seluruh kantin di lingkungan USU telah dilaksanakan
pada tanggal 22 Juni 2009. Survai awal tersebut diketahui bahwa saus tomat isi
ulang dan saus cabai isi ulang yang telah habis dalam botolnya, biasanya akan
diisi ulang kembali oleh pengelola kantin tanpa membersihkan botol saus terlebih
dahulu. Bila kantin tersebut jarang dikunjungi mahasiswa maka saus tidak akan
diganti sebelum habis. Secara umum dapat disimpulkan bahwa dengan perlakuan
yang seperti itu tanpa disadari oleh pengelola kantin dan juga konsumen dari
kalangan mahasiswa, tentunya telah memberi peluang berkembangnya mikroba
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk menganalisa
kandungan cemaran mikroba pada saus tomat isi ulang dan saus cabai isi ulang
yang ada disekitar penulis, khususnya yang digunakan di kantin di lingkungan
Universitas Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut: Belum diketahui apakah ada cemaran mikroba pada saus
tomat isi ulang dan saus cabai isi ulang yang digunakan di kantin yang ada di
lingkungan Universitas Sumatera Utara.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan
mikroba yang terdapat pada saus tomat isi ulang dan saus cabai isi ulang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya cemaran mikroba pada saus tomat isi
ulang dan saus cabai isi ulang yang digunakan di beberapa kantin di
lingkungan USU.
2. Untuk mengetahui jenis mikroba yang dapat tumbuh pada saus tomat isi
ulang yang disesuaikan dengan SNI No. 01-3546-2004 yaitu bakteri
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
3. Untuk mengetahui jenis mikroba yang dapat tumbuh pada saus cabai isi
ulang yang disesuaikan dengan SNI No. 01-2976-1992 yaitu bakteri
Coliform, E.coli, S.aureus, Salmonella dan Kapang.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, maka diharapkan akan memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai masukan informasi kepada pengelola kantin dan konsumen dalam hal
ini para mahasiswa, terhadap aman tidaknya produk makanan yang
dikonsumsi, khususnya saus tomat isi ulang dan saus cabai isi ulang yang ada
di kantin-kantin Universitas Sumatera Utara.
2. Sebagai cara untuk menemukan solusi agar cemaran mikroba, khususnya yang
ada pada saus tomat isi ulang dan saus cabai isi ulang di kantin-kantin
Fakultas Universitas Sumatera Utara dapat dihindari.
3. Untuk menambah dan memperdalam pengetahuan penulis mengenai cemaran
mikroba pada makanan.
4. Sebagai bahan masukan kepada peneliti selanjutnya dalam meneliti masalah
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi
Sanitasi pada makanan mengarah pada usaha untuk menciptakan dan
memperbaiki suatu kondisi yang dapat mencegah kontaminasi bahan makanan
yang dapat menyebabkan keracunan makanan.
Hygiene dapat didefenisikan sebagai tindakan yang diambil untuk
memastikan bahwa suatu makanan terbebas dari zat-zat yang berbahaya, berbagai
macam zat atau substansi yang berbahaya ini bisa terdapat baik di dalam maupun
di luar dari makanan tersebut.
Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan lingkungan dari subjeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih
untuk keperluan mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi
sampah agar tidak dibuang sembarang.
Hygiene dan Sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena
erat kaitannya, misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan tetapi
sanitasi tidak mendukung karena tidak tersedia air bersih, maka mencuci tangan
tidak sempurna (Depkes, 2004).
2.2. Prinsip Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman
Pengertian dari prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
bahan makanan. Terdapat 6 (enam) prinsip hygiene sanitasi makanan dan
minuman yaitu (Depkes RI, 2004) :
1. Pemilihan bahan makanan
Dianjurkan membeli bahan makanan di tempat yang telah diawasi oleh
pemerintah seperti pasar swalayan, rumah potong hewan atau supplier bahan
makanan yang telah berijin. Makanan kering seperti herbal, kacang-kacangan dan
rempah-rempah sering kali terkontaminasi spora dalam jumlah banyak walaupun
aman karena dalam keadaan kering, akan tetapi jika direhidrasi maka harus
diperlakukan seperti halnya makanan segar.
2. Penyimpanan bahan makanan
Penyimpanan bahan makanan bertujuan untuk mencegah bahan makanan
agar tidak lekas rusak. Salah satu contoh tempat penyimpanan yang baik adalah
lemari es atau freezer. Freezer sangat membantu penyimpanan bahan makanan
jika dibandingkan dengan tempat penyimpanan lain seperti lemari makan atau
laci-laci penyimpanan makanan. Freezer tidak mengubah penampilan, citarasa
dan tidak pula merusak nutrisi bahan makanan yan disimpan selama batas waktu
penyimpanan.
Ada empat cara penyimpanan makanan yang sesuai dengan suhunya, yaitu :
a. Penyimpanan sejuk (cooling), yaitu suhu penyimpanan 10– 5 ºC untuk
jenis minuman, buah dan sayuran.
b. Penyimpanan dingin (chilling), yaitu suhu penyimpanan 4 – 10 ºC
untuk bahan makanan yang berprotein yang akan segera diolah
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
c. Penyimpanan dingin sekali (freezing), yaitu suhu penyimpanan 0- 4º C
untuk bahan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai
24 jam.
d. Penyimpanan beku (frozen), yaitu suhu penyimpanan < 0ºC untuk
bahan makanan protein yang mudah rusak untuk jangka waktu > 24
jam.
3. Pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
mengikuti prinsip-prinsip hygiene sanitasi (Depkes RI, 2004).
Tujuan pengolahan makanan agar tercipta makanan yang memenuhi syrat
kesehatan, mempunyai citarasa yang sesuai serta mempunyai bentuk yang
merangsang selera. Dalam proses pengolahan makanan harus memenuhi
persyaratan kesehatan hygiene sanitasi terutama menjaga kebersihan peralatan
masak yang digunakan, tempat pengolahan atau disebut dapur serta kebersihan
penjamah makanan.
4. Penyimpanan makanan
Hal-hal yang diperhatikan dalam menyimpan makanan :
a. Makanan yang disimpan harus diberi tutup.
b. Tersedia tempat khusus untuk menyimpan makanan.
c. Makanan tidak boleh disimpan dekat dengan saluran air.
d. Apabila disimpan di ruangan terbuka hendaknya tidak lebih dari 6 jam dan
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
e. Lemari penyimpanan sebaiknya tertutup dan tidak berada tanpa kaki
penyangga atau di pojok ruangan agar tidak mudah dijangkau oleh tikus,
kecoa dan hewan lainnya.
5. Pengangkutan makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan didalam
mencegah terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak
lebih tinggi resikonya daripada pencemaran bahan makanan. Dalam proses
pengangkutan makanan banyak pihak yang terkait mulai dari persiapan,
pewadahan, orang, suhu dan kendaraan pengangkut itu sendiri.
6. Penyajian makanan
Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam
menarik pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki
berbagai cara, asalkan memperhatikan khaidah hygiene sanitasi yang baik.
Penggunaan pembungkus seperti plastik, kertas atau box plastik harus dalam
keadaan bersih dan tidak berasal dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan
racun.
Makanan yang disajikan pada tempat yang bersih, peralatan yang
digunakan bersih, sirkulasi udara dapat berlangsung, penyaji berpakaian bersih
dan rapi, menggunakan tutup kepala dan celemek. Tidak boleh terjadi kontak
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010. 2.3. Aspek Hygiene Sanitasi Makanan
Aspek hygiene sanitasi makanan adalah aspek pokok dari hygiene sanitasi
makanan yang mempengaruhi terhadap keamanan makanan. Aspek hygiene
sanitasi makanan terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu : (Depkes, 2004)
1. Kontaminasi
Kontaminasi atau pencemaran adalah masuknya zat asing ke dalam
makanan yang tidak dikehendaki atau diinginkan.
Kontaminasi dikelompokkan dalam 4 (empat) macam, yaitu :
a. Pencemaran mikroba, seperti bakteri, jamur, cendawan.
b. Pencemaran fisik, seperti rambut, debu tanah, serangga dan kotoran lainnya.
c. Pencemaran kimia, seperti pupuk, pestisida, mercury, cadmium, arsen, dsb.
d. Pencemaran radio aktif, seperti radiasi, sinar alfa, sinar gamma, dsb.
Terjadinya kontaminasi dapat dibagi dalam dua cara :
A. Kontaminasi langsung
Kontaminasi langsung dapat terjadi pada makanan, tumbuhan dan binatang
dari tempat mereka berasal. Kontaminan berupa bahan kimia dan biologi seperti
bakteri dan jamur terkandung di dalam udara, tanah dan air. Oleh sebab itu
makanan menjadi sangat mudah terkontaminasi melalui hubungan langsung
dengan lingkungannya.
B. Kontaminasi Silang
Mikroorganisme tidak dapat berpindah keberadaannya, harus dipindahkan
melalui media, proses ini dikenal dengan kontaminasi silang. Penyebab utama
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
memindahkan kontaminan yang bersifat biologis, kimiawi dan fisik kedalam
makanan ketika makanan tersebut diproses, dipersiapkan, diolah, atau disajikan.
2. Keracunan
Keracunan makanan adalah timbulnya gejala klinis suatu penyakit atau
gangguan kesehatan lainnya akibat mengkonsumsi makanan yang tidak hygienis.
Makanan yang menjadi penyebab keracunan umumnya telah tercemar oleh
unsur-unsur fisika, mikroba, atau kimia dalam dosis yang membahayakan.
3. Pembusukan
Pembusukan adalah proses perubahan komposisi (dekomposisi) makanan
baik sebagian atau seluruhnya pada makanan dari keadaan yang normal menjadi
keadaan yang tidak normal yang tidak dikehendaki.
Pembusukan dapat terjadi karena fisika, enzim dan mikroba. Pembusukan
mikroba disebabkan bakteri atau cendawan yang tumbuh dan berkembang biak di
dalam makanan serta merusak komposisi makanan, sehingga makanan menjadi
basi, berubah rasa, bau atau warnanya.
4. Pemalsuan
Pemalsuan adalah upaya perubahan tampilan makanan dengan cara
menambah, atau mengganti bahan makanan yang disengaja dengan tujuan
meningkatkan tampilan makanan untuk memperoleh keuntungan yang
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010. 2.4. Saus Tomat
2.4.1. Definisi Saus Tomat
Saus tomat adalah cairan kental (pasta) yang terbuat dari bubur buah
berwarna menarik (biasanya merah), mempunyai aroma dan rasa yang
merangsang. Walaupun mengandung air dalam jumlah besar, saus mempunyai
daya simpan panjang karena mengandung asam, gula, garam dan seringkali diberi
pengawet. Saus tomat dibuat dari campuran bubur buah tomat dan bumbu-bumbu.
Pasta ini berwarna merah muda sesuai dengan warna tomat yang digunakan
(Rukmana, 1994).
2.4.2. Bahan dan Peralatan
Bahan yang digunakan antara lain : buah tomat (standar 1 kg), cuka 25%,
bumbu-bumbu seperti bawang putih, bunga pala, merica dipecahkan, kayu manis
bubuk, gula pasir, cabai besar dibuang bijinya, dan garam halus.
Peralatan yang digunakan : pisau, panci dan pengaduk, kantong bumbu,
botol jam steril, lap tangan, saringan, kompor (Rukmana, 1994).
2.4.3. Cara Pembuatan Saus Tomat
a. Memilih dan membersihkan bahan :
- Pilih 1 kg buah tomat yang sehat dan cukup tua.
- Cuci sampai bersih.
b. Pemanasan pendahuluan :
- Masukkan tomat ke dalam air mendidih selama ± 20 menit.
c. Menghancurkan tomat :
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
- Tampung sari buah tomat dalam panci sambil disaring.
d. Pemasakan :
- Masak sari buah tomat sampai menjadi setengah dari volume semula
(awal).
- Masukkan bumbu-bumbu ke dalam kantong, yang terdiri atas : bunga pala
0,5 gr/lt, cabai besar 0,5 gr/lt, merica secukupnya, cengkeh 0,25 gr/lt,
irisan bawang putih1 gr/lt, dan kayu manis 1gr/lt.
- Celupkan bumbu ke dalam sari buah tomat sampai terasa cita rasa
bumbunya.
- Tambahkan gula pasir 125 gr/lt sari buah tomat, juga cuka 25% sebanyak
12 cc/lt sari buah tomat.
- Angkat sari buah tomat yang telah diberi bumbu.
e. Pasteurisasi:
- Masukkan sari buah tomat berbumbu ke dalam botol steril.
- Kukus selama ± 15 menit (15 menit setelah air mendidih).
- Leher botol ditutup rapat.
- Biarkan dingin pada suhu udara terbuka (suhu kamar)
f. Pemberian etiket :
- Pasang etiket yang menarik bertuliskan ”saus tomat” (Rukmana, 1994).
2.5. Tomat
2.5.1. Karakteristik Tomat
Tanaman Tomat disebut sebagai Lycopersicum esculentum Mill,
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Tomat termasuk tanaman setahun (annual) yang berarti umurnya hanya untuk satu
kali periode panen. Tanaman ini berbentuk perdu atau semak dengan panjang bisa
mencapai 2 meter. Bentuk batangnya segi empat sampai bulat, bentuk daunnya
bercelah menyirip tanpa daun penumpu (Tugiyono, 2001).
Bentuk, warna, rasa dan tekstur buah tomat sangat beragam. Ada yang
bulat, bulat pipih, keriting atau seperti bola lampu. Warna buah masak bervariasi
dari kuning, oranye, sampai merah, tergantung dari jenis pigmen yang dominan.
Rasanya pun bervariasi, dari masam hingga manis. Keseluruhan buahnya
berdaging dan banyak mengandung air.
Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas
Dicotyledonnae (berkeping dua), secara lengkap ahli-ahli botani
mengklasifikasikan tanaman tomat secara sistematik sebagai berikut:
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Lycopersicum esculentum Mill
Tomat merupakan tanaman daerah tropis, yang berarti tanaman tomat
membutuhkan banyak sinar matahari agar pertumbuhannya baik. Daya tumbuhnya
cukup mengesankan. Bilamana masih menyimpan zat-zat makanan dan cukup air,
serta lingkungan yang memenuhi persyaratan bagi pertumbuhannya, tomat dapat
tumbuh terus hingga mencapai ketinggian 13 meter dalam waktu 1 tahun,
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010. 2.5.2. Manfaat Tomat.
Tomat dapat digunakan baik dalam bentuk segar maupun dalam bentuk
olahan. Dalam bentuk segar, tomat seringkali digunakan sebagai bahan pelengkap
masakan (sayur), untuk salad, sandwich, sambal dan sebagainya. Dalam bentuk
olahan, tomat dapat dibuat menjadi berbagai macam produk kalengan, seperti
tomat utuh, potongan tomat, saus dan puree. Selain itu, dapat dibuat sari buah dan
dipekatkan untuk menghasilkan pasta tomat. Selama ini hasil olahan tomat yang
telah dikenal luas oleh masyarakat adalah sari buah dan saus tomat. Saus tomat
digunakan sebagai bahan penyedap makanan (Content, 2009).
Tomat, baik dalam bentuk segar maupun olahan, memiliki komposisi zat
gizi yang cukup lengkap dan baik. Buah tomat terdiri dari 5-10% berat kering
tanpa air dan 1% kulit dan biji. Jika buah tomat dikeringkan, sekitar 50% dari
berat keringnya terdiri dari gula-gula pereduksi (terutama glukosa dan fruktosa),
sisanya asam-asam organik, mineral, pigmen, vitamin dan lipid.
Tomat dapat digolongkan sebagai sumber vitamin C yang sangat baik
karena 100 gram tomat memenuhi 20% atau lebih dari kebutuhan vitamin C
sehari. Vitamin C berperan dalam pembentukan kolagen, memelihara kesehatan
gigi dan gusi, mempercepat sembuhnya luka-luka, mencegah penyakit Skorbut,
serta menghindarkan terjadinya perdarahan pembuluh darah halus (Tjokronegoro,
1985).
Selain itu, tomat juga merupakan sumber vitamin A yang baik karena 100
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
sehari. Vitamin A sangat diperlukan bagi kesehatan organ penglihatan, sistem
kekebalan tubuh, pertumbuhan dan reproduksi. Vitamin A dan C pada tomat juga
berkhasiat sebagai antioksidan (Tugiyono, 2001).
Sari buah tomat mengandung vitamin dan mineral yang cukup lengkap.
Dari 100 gram jus tomat akan diperoleh 30 kalori, vitamin C 40 mg, vitamin A
1.500 SI, zat besi, kalsium dan lain-lain, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 2.1
Nilai Gizi Buah Tomat Segar (per 100 gr)
No Zat Gizi Nilai Gizi
Asam Askorbat (Vitamin C)
Protein
Bagian yang dpt dimakan (bdd)
1.500 S.I
Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI, 1972
Tomat juga mengandung likopen yang tinggi. Likopen ini merupakan
pigmen yang menyebabkan tomat berwarna merah. Seperti halnya betakaroten,
likopen termasuk ke dalam golongan karotenoid. Telah banyak penelitian yang
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
mempunyai kemampuan sebagai antioksidan dan dapat melindungi tubuh
terhadap berbagai macam penyakit seperti penyakit jantung, kanker dan kanker
Prostat pada pria. Tomat yang dihancurkan atau dimasak merupakan sumber
likopen yang lebih baik dibandingkan dengan tomat mentahnya. Sebagai contoh,
jumlah likopen dalam jus tomat bisa mencapai lima kali lebih banyak daripada
pada tomat segar. Para peneliti menduga, tomat yang dimasak atau dihancurkan
dapat mengeluarkan likopen lebih banyak, sehingga mudah diserap tubuh
(Anonimous, 2008).
Likopen terdapat pada bagian dinding sel tomat. Oleh karena itu,
pemasakan dengan sedikit minyak dapat melepaskan komponen ini. Sebagai
tambahan, pemasakan tomat dengan minyak zaitun (olive oil) memudahkan tubuh
menyerap likopen dengan lebih baik. Likopen sendiri berguna untuk melindungi
LDL (low-density lipoprotein) dari kerusakan, yang mana dengan adanya likopen
oksidasi LDL yang disebabkan oleh radikal bebas dapat dicegah (Content, 2009).
2.6. Saus Cabai
2.6.1. Definisi Saus Cabai
Saus cabai adalah saus yang diperoleh dari pengolahan bahan utama cabai
(capsium sp) yang matang dan baik dengan atau tanpa penambahan bahan
makanan lain dan digunakan sebagai penyedap makanan. Dalam proses
pemanasan, dua faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
1) Jumlah panas yang diberikan harus cukup untuk mematikan mikroba patogen.
2) Jumlah panas yang digunakan tidak boleh menyebabkan penurunan gizi dan
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010. 2.6.2. Bahan
Bahan yang digunakan antara lain: cabai merah 1 kg, gula pasir 1 ons,
garam, penyedap rasa secukupnya, kecap inggris 3 sendok, minyak wijen 3
sendok, bawang putih 7 siung, cuka secukupnya dan natrium benzoat 0,5gr.
2.6.3. Cara Pembuatan Saus Cabai
a. Cabai dipilih yang segar dan sehat dicuci dan dikukus pada suhu 90ºC selama
10 menit. Sesudah matang, cabai tersebut didinginkan kemudian digiling.
b. Tambahkan bumbu-bumbu seperti bawang putih, gula pasir, garam, penyedap
rasa, kecap inggris, penyedap rasa dan cuka secukupnya. Sebagi bahan
pengawet ditambahkan natrium benzoat.
c. Setelah lumat, semua bahan tersebut dipanaskan hingga mendidih selama 5
menit. Setelah itu didinginkan selama 20 jam.
d. Bila sudah dingin dipanaskan kembali hingga mendidih 3 menit.
e. Masukkan saus ke dalam botol yang sudah disterilisasi dalam keadaan masih
panas.
f. Setelah botol ditutup rapat segera dilakukan pengukusan selama 30 menit
yang dihitung sejak air mendidih. Lalu didinginkan.
g. Pasang etiket yang menarik bertuliskan ”saus cabai” (Setiadi, 2004).
2.7. Cabai Merah
2.7.1. Karakteristik Cabai Merah
Cabai merah merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak dapat
ditinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan asal-usulnya,
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Cabai termasuk tanaman semusim (annual) berbentuk perdu, berdiri tegak
dengan batang berkayu, dan memiliki banyak cabang. Tinggi tanaman antara
65-120 cm. Daun berwarna hijau muda sampai hijau gelap tergantung varietasnya.
Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas
Dicotyledoneae (berbiji belah), secara lengkap ahli-ahli botani mengklasifikasikan
tanaman cabai secara sistematik sebagai berikut:
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum annum L. (Prajnanta, 1998).
2.7.2. Komposisi Buah Cabai
Adapun komposisi kimia yang terdapat di dalam buah cabai adalah :
1. Kapsaikin, merupakan unsur aktif dan pokok yang berkhasiat, terdiri dari lima
komponen kapsainoid yaitu nordihido kapsaikin, kapsaikin, dihidro kapsaikin,
homo kapsaikin, dan homo dihidro kapsaikin.
2. Kapsikidin, yaitu senyawa yang terdapat di dalam biji cabai.
3. Kapsikol
4. Zat warna kapsantin
5. Karoten
6. Kapsarubin
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
8. Kriptosantin
Selain mengandung senyawa-senyawa di atas, cabai juga mengandung gizi
berupa protein dan vitamin yang berguna bagi tubuh, seperti yang terlihat pada
tabel dibawah ini (Wiryanta, 2008).
Tabel 2.2
Nilai Gizi Cabai Merah Segar (per 100 gr)
No Zat Gizi Nilai Gizi
Sumber : Departemen Pertanian RI 2.7.3. Manfaat Cabai Untuk Kesehatan
Buah cabai dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan, baik yang
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
sambal, lotek, asinan, acar maupun untuk keperluan yang lain seperti untuk bahan
ramuan obat tradisional. Konon buah cabai dapat bermanfaat untuk membantu
kerja pencernaan dalam tubuh manusia (Pitojo, 2003).
Buah cabai mengandung semacam minyak asiri, yaitu kapsikol. Senyawa
kapsikol berfungsi untuk mengurangi pegal-pegal, sakit gigi, sesak napas, dan
gatal-gatal. Seiring dengan perkembangan teknologi, cabai banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan salep gosok, salep tempel dan obat pegal linu.
Cabai memiliki begitu banyak khasiat disebabkan oleh nyawa kapsaikin
yang terkandung dalam buah cabai. Kapsaikin merupakan unsur aktif pokok yang
terdiri dari lima komponen nordihidro kapsaikin, kapsaikin, dihidro kapsaikin,
homo kapsaikin, dan homo dihidro kapsaikin. Senyawa-senyawa tersebut bisa
dijadikan obat untuk pengobatan sirkulasi darah yang tidak lancar di kaki, tangan,
dan jantung (Wijoyo, 2009).
Bagi orang yang sudah terbiasa mengonsumsi makanan yang pedas,
biasanya nafsu makanannya akan menjadi berkurang bila tidak ada sambal atau
cabai yang menyertai makanannya. Hal ini dikarenakan kapsaikin cabai memang
bersifat stomatik, yakni dapat meningkatkan nafsu makan. Kapsaikin juga
merangsang produksi hormon endorfin sehingga bisa membangkitkan sensasi
kenikmatan, hormon endorfin berperan dalam mengurangi rasa sakit. Oleh karena
itu, sering dijumpai orang yang mengalami gejala sakit kepala akan segera
sembuh setelah mengonsumsi sesuatu yang rasanya pedas. Hal ini karena rasa
pedas yang ditimbulkan oleh kapsaikin dapat menghalangi aktivitas otak ketika
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
kapsaikin akan mengencerkan lendir sehingga dapat melonggarkan penyumbatan
pada tenggorokan dan hidung. Hal ini pula yang membuat makanan yang bercita
rasa pedas dapat meringankan orang yang mengidap penyakit hidung dan
tenggorokan seperti pilek, batuk, bahkan sinusitis (Suyanti, 2007).
Kapsaikin bersifat antikoagulan sehingga bisa mencegah seseorang
terserang stroke dan jantung koroner. Cara kerjanya dengan menjaga darah tetap
encer dan mencegah terbentuknya kerak lemak pada pembuluh darah. Oleh karena
itu, kegemaran makan cabai bisa memperkecil kemungkinan seseorang menderita
penyumbatan pembuluh darah /aterosklerosis.
Kegunaan lain dari cabai adalah dapat digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan parem kocok. Kapsaikin cabai juga bersifat antiradang. Oleh karena
itu, bila tubuh merasa sangat kedinginan sehingga menyebabkan kaki mengeriput
atau terasa membeku, oleskan cabai pada kaki dan disela-sela jemari. Cara yang
sama bisa digunakan untuk mengobati bengkak atau bisul (Hariana, 2005).
2.8. Mikroba
2.8.1. Sejarah Mikroba dan Pengertiannya.
Mikroba adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil yang tidak
dapat dilihat oleh mata telanjang, untuk melihatnya diperlukan alat mikroskop
cahaya. Berjuta-juta bakteri hidup di sekitar lingkungan manusia namun sebagian
bakteri ini tidak berbahaya bagi manusia, bahkan beberapa bakteri hidup dalam
tubuh manusia berperan penting melindungi tubuh dari serangan organisme luar
dan juga berperan dalam proses membantu pencernaan, membuat vitamin yang
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
artinya bakteri ini dapat menimbulkan penyakit infeksi bahkanpenyebab infeksi
yang serius pada manusia.
Kelompok utama mikroorganisme ialah bakteri, fungi, protozoa, algae dan
virus. Secara umum mikroba dapat berkembang dengan pembelahan sel, spora,
konidia, potongan miselium, dsb tetapi masing-masing spesifik untuk jenisnya.
Pertumbuhannya ada yang sangat cepat ada yang sangat lambat, ini juga sangat
spesifik untuk jenisnya (Pelczar, 1988).
Penelitian tentang mikroorganisme telah ada sejak tahun 1684. Pertama
kali melakukan pengamatan terhadap mikororganisme tersebut adalah Antony
Van Leeuwenhoek. Pengamatan yang dilakukan Leeuwenhoek adalah bentuk
bakteri, ragi dan ganggang yang terdapat pada air hujan. Sejak saat itu, pemikiran
untuk melakukan pengamatan terhadap mikroorganisme semakin banyak
dilakukan. Hal ini terbukti dengan munculnya para ahli yang berkonsentrasi
terhadap penelitian mikroorganisme seperti Pasteur yang mempelajari fungsi
biologik dari mikroba. Salah satu penelitiannya yang paling kontroversial pada
masa itu adalah proses fermentasi. Fermentasi merupakan proses alami yang
menghasilkan alkohol dan asam organik dari gula yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Theodor Schwann pada tahun 1830 kemudian membuktikan
peranan ragi dalam fermentasi alkohol, selain itu dia mengemukakan bahwa ragi
atau Saccaharomyces Cerevisae diperlukan dalam jumlah banyak untuk dapat
berjalannya proses fermentasi (Lay, 1992).
Pada abad 19 orang mulai memiliki pemahaman bahwa penyakit
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
berkebangsaan Jerman yang bernama Jacob Henle menyatakan bahwa suatu
penyakit tertentu disebabkan oleh suatu kelompok mikroorganisme. Pernyataan
ini diperkuat oleh Robert Koch (1843-1910).
Adapun postulat Koch adalah:
1. Mikroorganisme yang dicurigai haruslah segera diselidiki, agar segera
diketahui bila penyakit sedang berjangkit;
2. Mikroorganisme itu dapat diambil (diisolasi) dan ditumbuhkan menjadi biakan
murni (pure culture) dilaboratorium.
3. Jika biakan murni itu disuntikkan kepada binatang yang sehat, maka akan
menimbulkan penyakit yang sama.
4. Mikroorganisme yang disuntikkan pada binatang yang sehat tersebut dapat
diperoleh kembali melalui penggunaan prosedur laboratorium (Irianto, 2006).
Mikroba dapat menguntungkan manusia, misalnya mikroba yang aktif di
dalam proses fermentasi pangan seperti tempe yang mengandung kapang yang
disebut Rhizopus oligosporus, kapang Neurospora sitophila yang tumbuh pada
oncom merah, kamir atau ragi Saccharomyces cerevisae pada tape singkong atau
tape ketan, dan Lactobacillus plantarum pada acar dan sayur asin (Rahayu, 2002).
Di samping ada yang menguntungkan, ada juga mikroba yang merugikan,
yaitu mikroba pembusuk dan patogen. Mikroba pembusuk adalah mikroba yang
dapat menguraikan bahan sehingga menjadi busuk, misalnya busuknya bahan
pangan. Mikroba patogen adalah mikroba yang dapat menimbulkan penyakit pada
manusia seperti bakteri tbc, tifus, disentri, kolera dan sebagainya. Bakteri-bakteri
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
bahaya kesehatan bagi manusia. Di samping bakteri, kapang juga dapat
menghasilkan racun seperti Aspergillus flavus yang menghasilkan racun
aflatoksin. Kapang ini sering tumbuh pada biji-bijian seperti jagung, dan
kacang-kacangan seperti kacang tanah, jika kondisi penyimpanannya buruk, yaitu hangat
dan lembab (Makfoeld, 1993).
Mikroba tumbuh dengan baik pada bahan yang lingkungan lembab dan
hangat, mengandung zat gizi baik seperti pada bahan pangan, pada lingkungan
yang kotor. Oleh karena itu, bahan pangan mudah sekali diserang mikroba jika
berada pada lingkungan yang kotor. Cemaran mikroba patogen dan mikroba
penghasil racun ini merupakan bahaya biologis dalam pangan ( Rahayu, 2002).
Penyakit asal makanan yang disebabkan oleh mikroba dipindah
sebarluaskan melalui makanan terjadi menurut salah-satu dari dua mekanisme,
yakni sbb:
1. Mikroba yang terdapat dalam makanan menginfeksi inang sehingga
menyebabkan penyakit asal makanan. Penyakit asal makanan ini biasanya
disebabkan oleh bakteri Salmonella.
2. Mikroba mengeluarkan eksotoksin dalam makanan dan menyebabkan
keracunan makanan bagi yang memakannya. Biasanya yang menyebabkan
keracunan makanan ini disebabkan oleh spesies Clostridium dan
Staphylococcus (Irianto, 2006).
2.8.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba
Bakteri memerlukan faktor-faktor yang kompleks untuk mendukung
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
A. Faktor Intrinsik, meliputi :
1. Kandungan Nutrisi
Berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembentuk sel, dan aseptor elektron
di dalam aksi yang menghasilkan energi. Nutrisi yang diperlukan oleh
mikroba meliputi air, sumber energi, sumber karbon, sumber nitrogen, sumber
aseptor electron, sumber mineral, dan faktor tumbuh.
2. Nilai pH
Hampir semua mikroba tumbuh pada tingkat pH yang berbeda. Sebagian besar
bakteri tumbuh pada pH yang mendekati netral (pH 6,5-7,5). Pada pH di
bawah 5,0 dan di atas 8,0 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik, kecuali
bakteri asam asetat yang mampu tumbuh pada pH rendah dan Vibrio sp yang
dapat tumbuh pada pH tinggi. Sebaliknya, Khamir menyukai pH 4,0-5,0
sedangkan kapang memerlukan pH optimum antara 5,0-7,0.
3. Aktivitas Air
Pertumbuhan dan metabolisme mikroba memerlukan air dalam bentuk yang
tersedia. Air yang dimaksudkan adalah air bebas atau air yang tidak terikat
dalam bentuk ikatan dengan komponen-komponen penyusun bahan pangan
lain. Oleh karena itu, besarnya kadar air suatu bahan pangan bukan merupakan
parameter yang tepat untuk menggambarkan aktivitas mikroba pada bahan
pangan, tetapi aktifitas air merupakan parameter yang lebih tepat.
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Potensial Redoks sangat berpengaruh terhadap kehidupan mikroba. Pada
mikroba aerob memerlukan potensial redoks positif (teroksidasi), sedangkan
pada mikroba anaerob memerlukan potensial redoks negative (tereduksi).
5. Senyawa Antimikroba
Beberapa bahan pangan mempnyai senyawa antimikroba alamiah yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba, seperti laktinin pada susu, lisosim pada
putih telur, eugenol pada rempah-rempah dan aldehid siamat pada kayu manis.
6. Struktur Biologi
Struktur Biologi seperti lapisan kulit pada telur, kulit pada kacang-kacangan
dan kulit buah, berperan mencegah masuknya mikroba ke dalam bahan
pangan.
B. Faktor Ektrinsik, meliputi : (Nurwantoro, 1997)
1. Suhu
Suhu merupakan faktor fisika yang sangat penting pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan kegiatan mikroba. Suhu dapat mempengaruhi lamanya fase
lag, kecepatan pertumbuhan, konsentrasi sel, kebutuhan nutrisi, kegiatan
enzimatis dan komposisi sel.
Berdasarkan suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokkan
menjadi 4, yaitu :
a. Thermofil, mempunyai daerah tumbuh optimum 40-55 0C
b. Mesofil, mempunyai daerah tumbuh optimum 20-30 0C
c. Psikhrofil, mempunyai daerah tumbuh optimum 10-15 0C
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
2. Kelembaban Udara Relatif
Kelembaban Udara Relatif berhubungan dengan aktvitas air (aw). Semakin
banyak air yang terserap akan meningkatkan nilai aw sehingga pangan
tersebut mudah dirusak oleh bakteri.
3. Susunan Gas Atmosfir
Berdasarkan kebutuhan oksigen sebagai aseptor electron, mikroba dibedakan
menjadi 2 golongan, yaitu mikroba aerob dan anaerob.
C. Faktor Implisit, meliputi :
1. Sinergisme adalah kemampuan dua atau lebih organisme untuk melakukan
perubahan, dimana tanpa adanya kerjasama diantaranya, masing-masing
organisme tersebut tidak dapat melakukannya sendiri.
2. Antagonisme adalah terhambatnya pertumbuhan suatu organisme yang
disebabkan oleh organisme lain yang mempengaruhi lingkungan pertumbuhan
organisme pertama.
D. Faktor Pengolahan
Mikroba spesifik yang terdapat di dalam bahan-bahan pangan dapat dikurangi
jumlahnya oleh berbagai jenis metode pengolahan atau pengawetan
(Nurwantoro, 1997)
2.8.3. Penyakit Akibat Mikroba Pangan
Penyakit akibat mikroba pangan terbagi atas 2 jenis, yaitu :
A. Penyakit Infeksi akibat Mikroba Pangan
Ada beberapa faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya penyakit asal
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
a. Makanan yang kurang matang memasaknya; makanan yang kurang matang
pada umumnya merupakan penyebab penyakit Trichinosis dan Botulism.
b. Penyimpanan makanan pada suhu yang tidak sesuai; penyimpanan makanan
pada suhu yang tidak sesuai, seperti suhu kamar yang hangat, memudahkan
pertumbuhan mikroba. Oleh karena itu, pendinginan yang cukup dan
penyimpanan dalam lemari es sangat penting sekali. Walaupun demikian pada
suhu rendah lemari es (4oC), ada beberapa jenis mikroba yang masih bisa
tumbuh, misalnya kapang dan bakteri yang psikrofilik serta beberapa bakteri
penghasil racun. Dengan demikian, bila menyimpan makanan dalam waktu
lama, paling baik dilakukan pada suhu beku. Kisaran suhu yang baik untuk
menyimpan makanan adalah pada suhu 0oC - 7oC dan 60oC-100oC. Sementara
pada kisaran suhu 10oC-50oC adalah kisaran yang sangat berbahaya, karena
menunjang pertumbuhan bakteri mesofilik dengan cepat.
c. Makanan yang diperoleh dari sumber yang tidak bersih; makanan yang
diperoleh dari sumber yang tidak aman, berarti makanan yang sudah beracun
sejak semula seperti spesies jamur dan lain sebagainya.
d. Alat-alat yang tercemar; pencemaran makanan oleh mikroba dapat dikurangi
bila pencucian alat tersebut dilakukan dengan sanitasi yang baik.
e. Kesehatan pribadi kurang baik; Kebersihan pribadi yang baik amatlah penting
dalam melakukan pengendalian penyakit asal makanan. Orang-orang yang
menangani proses pembuatan makanan dapat merupakan penular mikroba
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
sadari menjadi sumber timbulnya mikroba, atau penular pernah mengidap
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.
f. Cara-cara pengawetan makanan yang kurang sempurna (Irianto, 2006).
Adapun beberapa penyakit asal makanan adalah sebagai berikut:
1. Salmonella
Infeksi oleh bakteri genus Salmonella menyerang saluran gastrointestin yang
mencakup perut, usus halus dan usus besar. Perjangkitan Salmonellosis
bersifat eksplosif. Sallmonela adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang,
tidak berbentuk spora dan bersifat patogen. Bakteri ini dapat tumbuh baik
pada suhu kamar 37oC. Beberapa spesies Salmonella dapat menyebabkan
infeksi makanan termasuk di dalamnya adalah S. enteritidis var typhimurium
dan varietas lainnya serta S. choleraesuis. Menurut reaksi biokimiawinya,
Salmonella dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu: S. typhi, S.
choleraaesuis, dan S. enteritidis. Bakteri ini dapat menyebabkan demam
enterik, contohnya adalah demam tipus yang disebabkan oleh S. thypi dan S.
parathypi. Pangan yang sering tercemar Salmonella adalah sosis, ikan asap,
susu segar, es krim, cokelat susu, dan pangan yang dibuat dari telur (Irianto,
2006).
2. Escherichia coli
E. coli adalah bakteri berbentuk batang, bersifat Gram negative, tidak
berkapsul dan dapat bergerak aktif. Escherichia coli umumnya diketahui
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Escherichia coli yang menyebabkan penyakit pada manusia disebut Entero
Pathogenic Escherichia coli (EPEC).
Ada 2 (dua) golongan Escherichia coli penyebab penyakit pada manusia
yaitu :
1. Entero Toxigenic Escherichia coli (ETEC)
Yaitu mampu menghasilkan enterotoksin dalam usus kecil dan
menyebabkan penyakit seperti kolera. Waktu inkubasi penyakit ini 8-24 jam
dengan gejala diare, muntah-muntah dan dehidrasi serupa dengan kolera.
2. Entero Invasive Escherichia coli (EIEC)
Yaitu mampu menembus dinding usus dan menimbulkan kolitis (radang
usus besar) atau gejala demam, sakit kepala, kejang perut dan diare berdarah.
Pangan yang sering terkontaminasi bakteri ini adalah susu, air minum,
daging, keju dan lain-lain (Nurwantoro, 1997).
Di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya menggunakan bakteri
Eschericia coli untuk pengujian air minum. Bakteri Eschericia coli lebih mudah
mengisolasinya daripada jenis bakteri lainnya. Keberadaan bakteri Eschericia coli
dalam sumber air atau makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi
tinja manusia (Chandra, 2007). Karena itulah jika air atau makanan mengandung
E.coli, hendaknya harus dipertimbanngkan penolakan pemakaian untuk air
minum, sebab besar kemungkinan air atau makanan tersebut tercemar
bahan-bahan kotor (Azwar, 1990).
B. Keracunan akibat Mikroba Pangan :
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
Peracunan makanan yang umum terjadi karena termakannya toksin yang
dihasilkan oleh galur-galur toksigenik. S. aureus yang tumbuh pada makanan
tercemar adalah bakteri gram positif, tidak dapat bergerak, tidak membentuk
spora, aerob dan fakultatif anaerob, serta tidak membentuk spora. Selnya
berbentuk kokus (bulat) dengan garis tengah ±1µ m, biasanya tersusun
menyerupai buah anggur, ada yang tunggal, berpasangan dan seperti rantai
pendek. S. aureus menghasilkan toksin yang disebut enterotoksin yang tahan
panas dan dapat menyebabkan gastroenteritis, sekalipun dididihkan selama 30
menit, tetap tidak berubah. Demikian juga walaupun makanan ini disimpan di
dalam lemari es selama berbulan-bulan, toksinnya tidak akan termusnahkan.
Jika dilakukan pemasakan kembali pada masakan tersebut, maka tidak akan
mengurangi kandungan toksin tersebut. Disamping cemaran oleh pangan
seperti daging unggas, daging merah, ikan, susu organisme juga disebabkan
oleh dari orang yang mengelola makanan yang merupakan penular atau
penderita infeksi patogenik (Irianto, 2006).
2. Kapang
Beberapa kapang dapat yang menghasilkan toksin (mikotoksin) karsinogenik.
Salah satu mikotoksin yang menimbulkan kanker hati adalah aflatoksin yang
dihasilkan Aspergillus flavus, dan A. parasiticus (Makfoeld, 1993).
Keracunan aflatoksin dapat bersifat akut dan kronis. Gejala akut ditandai
dengan hilangnya nafsu makan dan mudah terjadi pendarahan, sedangkan
kronis terjadi bila aflatoksin termakan dalam dosis rendah selama
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
karsinogenik (menimbulkan kanker pada jaringan), aflatoksin juga bersifat
toksigenik (menimbulkan keracunan), mutagenik (menimbulkan mutasi), dan
teratogenik (menimbulkan penghambatan pada pertumbuhan janin).
Aflatoksin bersifat akumulatif dan berbahaya pada dosis tinggi.
Pangan yang sering ditumbuhi oleh kapang adalah produk susu, produk yang
dipanggang (bakery), sari buah, biji-bijian, pakan ternak, oncom, kacang
tanah, jagung dan biji kapas.
2.8.4. Uji Mikrobiologi
Uji mikrobiologi yang dilakukan terhadap saus siap pakai biasanya terdiri
dari penetapan mikroorganisme aerobic, Kapang serta uji Koliform. Jika uji
Koliform positif kemudian dilakukan uji terhadap E. coli. Jika saus tersebut
diduga disimpan dengan kondisi sanitasi yang tidak baik maka perlu dilakukan uji
Salmonella dan Shigella. Uji-uji lainnya juga perlu dilakukan seperti uji
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010. 2.9. Kerangka Konsep
Uji Laboratorium
Ada Mikroba
Tidak ada mikroba
Jenis Mikroba
SNI No. 01-3546-2004 (Coliform, E.coli,
S.aureus, Salmonella dan Kapang)
SNI No. 01-2976-1992 (Coliform, E.coli,
S.aureus, Salmonella dan Kapang)
Saus Tomat isi
ulang
Saus Cabai isi
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survai bersifat deskriptif sederhana
yaitu untuk mengetahui adanya tidaknya mikroba serta jenisnya pada saus tomat
isi ulang dan saus cabai isi ulang yang digunakan di beberapa kantin di
lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU) dengan melakukan pemeriksaan
Laboratorium.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 5 kantin yang ada di lingkungan Universitas
Sumatera Utara (USU). Adapun alasan peneliti memilih 5 kantin ini sebagai
lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
a. Jumlah mahasiswa pengguna saus tomat isi ulang dan saus cabai isi ulang
cukup banyak.
b. Kantin tersebut menyediakan saus tomat isi ulang dan saus cabai isi ulang
sebagai pelengkap makanan.
c. Belum pernah dilakukan pemeriksaan mikroba pada saus tomat isi ulang
dan saus cabai isi ulang di kantin tersebut.
d. Lokasi penelitian dekat dan mudah dijangkau.
Pemeriksaan sampel dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010. 3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian pada penelitian ini adalah saus tomat dan saus cabai isi
ulang yang diperoleh dari 5 kantin di lingkungan Universitas Sumatera Utara
(USU). Pemilihan kantin tersebut secara total populasi. Jumlah kantin yang ada di
lingkungan USU ada sebanyak 38 kantin. Diantara 38 kantin tersebut, 19 kantin
merupakan kantin yang berada di lingkungan Fakultas sedangkan 19 kantin
lainnya berada di luar Fakultas yang bertempat di salah satu lokasi di lingkungan
USU yang disebut dengan Pajak USU. Berdasarkan survai pendahuluan dari 38
kantin tersebut hanya 5 kantin yang menggunakan saus tomat isi ulang dan saus
cabai isi ulang secara terpisah, dimana 3 kantin dari Fakultas dan 2 kantin lainnya
berada di Pajak USU.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan pengumpulan sampel dan uji
laboratorium dengan metode tuang (Pour Plate) untuk mengetahui jenis-jenis
mikroba yang dapat tumbuh pada saus tomat isi ulang dan saus cabai isi ulang.
3.5. Definisi Operasional
1. Saus tomat isi ulang adalah saus tomat dalam kemasan plastik yang diisi ulang
kedalam botol saus yang telah tersedia di kantin tersebut.
2. Saus cabai isi ulang adalah saus cabai dalam kemasan plastik yang diisi ulang
Santi Imelda Gea : Hygiene Sanitasi Dan Analisa Cemaran Mikroba Yang Terdapat Pada Saus Tomat Dan Saus Cabai Isi Ulang Yang Digunakan Di Kantin Di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Tahun 2009, 2010.
3. Uji laboratorium adalah kegiatan pemeriksaan saus tomat isi ulang dan saus
cabai isi ulang untuk mengetahui ada tidaknya mikroba dengan menggunakan
Metode Pour Plate.
4. Ada mikroba adalah suatu keadaan dimana uji laboratorium menunjukkan
hasil positif adanya mikroba pada saus tomat isi ulang dan saus cabai isi ulang
yang telah diuji.
5. Tidak ada mikroba adalah suatu keadaan dimana uji laboratorium
menunjukkan hasil negatif terhadap pertumbuhan mikroba pada saus tomat isi
ulang dan saus cabai isi ulang yang telah diuji.
6. Jenis mikroba adalah spesies bakteri atau jamur yang dapat tumbuh pada saus
tomat isi ulang dan saus cabai isi ulang setelah dilakukan uji laboratorium.
7. Standard Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3546-2004 adalah peraturan yang
memuat syarat mutu saus tomat.
8. Standard Nasional Indonesia (SNI) No. 01-2976-1992 adalah peraturan yang
memuat syarat mutu saus cabai.
3.6. Teknik Pengolahan Sampel
Setelah pemeriksaan laboratorium selesai dilaksanakan maka hasilnya
diolah secara manual dan dijelaskan dalam bentuk deskriptif.
3.7. Pelaksanaan Penelitian 3.7.1. Cara Pengambilan Sampel
1. Persiapkan wadah steril.
2. Siapkan formulir tentang lokasi pengambilan, tanggal pengambilan dan kode