• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PEMAHAMAN PENERAPAN PRINSIP HYGIENE DAN SANITASI PADA KANTIN DI LINGKUNGAN UPI YANG BERIMPLIKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN: Studi dilakukan Pada Kantin Kampus UPI Bumi Siliwangi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PEMAHAMAN PENERAPAN PRINSIP HYGIENE DAN SANITASI PADA KANTIN DI LINGKUNGAN UPI YANG BERIMPLIKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN: Studi dilakukan Pada Kantin Kampus UPI Bumi Siliwangi."

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

BERIMPLIKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Studi dilakukan Pada Kantin Kampus UPI Bumi Siliwangi)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pariwisata

Oleh :

SALLY GINANTI 1101913

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI KATERING FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

BERIMPLIKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Studi dilakukan Pada Kantin Kampus UPI Bumi Siliwangi)”

Oleh

Sally Ginanti

1101913

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Pariwisata

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Sally Ginanti

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang

(3)

SANITASI PADA KANTIN DI LINGKUNGAN UPI YANG BERIMPLIKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Studi dilakukan Pada Kantin Kampus UPI Bumi Siliwangi)”

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Agus Sudono, SE., MM. NIP. 19820508.200812.1.002

Pembimbing II

Wendi Andriatna, STP., M.Si

Megetahui, Ketua Program Studi Manajemen Industri Katering

(4)

Sally Ginanty, 2015

ABSTRACT

Sally Ginanti. THE ANALYSIS OF UNDERSTANDING THE IMPLEMENTATION OF HYGIENE AND SANITATION PRINCIPLES IN THE CAFETARIAS OF UPI THAT IMPLIES ON THE CONSUMER SATISFACTION (A study conducted on diners of UPI Bumi Siliwangi). Supervisor I Agus Sudono S.E., M.M. and Supervisor II Wendi Andriatna, STP., M.Si.

The increase of number of poisonings caused by food can be explored by the hygiene and sanitation. The lack of the employees’ understanding on the implementation of hygiene and sanitation pronciples in the cafetarias of UPI Bumi Siliwangi is the problem to be investigated in this research. This study is aimed at portraying the effects of the employees’ understanding of the implementation of hygiene and sanitation principles on consumer satisfaction in the cafetarias in UPI Bumi Siliwangi. Descriptive verification was employed as the research methodology, and the number of thirty employees was taken as the respondents of this study with the consumer respondents by 100 persons. A simple linear regression test was administered for the data analysis technique.

The results of the analysis revealed the variables of hygiene and sanitation have a positive impact on consumer satisfaction in the cafetarias of UPI Bumi Siliwangi. According to the results of research conducted, the employees’ understanding of hygience and sanitation impacted on the consumer satisfaction by 44.8%, while the remaining 55.2% came from the influence of other variables.

The principles of hygiene and sanitation is very important to be implemented on every production process in the cafetarias of UPI Bumi Siliwangi. This is an attempt to control and minimize any hazardous condition such as contamination thereby the product safety for comsumption can be guaranteed. The employees of the cafetarias in UPI Bumi Siliwangi need to be trained and provided with education about the principles of hygiene and sanitation by the related stakeholders and so provide the management to control the quality consistancy of the products and employees.

(5)

Sally Ginanty, 2015

ABSTRAK

Sally Ginanti. ANALISIS PEMAHAMAN PENERAPAN PRINSIP HYGIENE DAN SANITASI PADA KANTIN DI LINGKUNGAN UPI YANG BERIMPLIKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Studi dilakukan Pada Kantin Kampus UPI Bumi Siliwangi). Pembimbing I Agus Sudono, SE.,MM dan Pembimbing II Wendi Andriatna, STP.,M.Si.

Meningkatnya jumlah keracunan yang terjadi akibat makanan yang dapat ditelaah dari hygiene dan sanitasi. Belum pahamnya karyawan di kantin UPI Bumi Siliwangi tentang penerapan prinsip hygiene dan sanitasi merupakan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan agar dapat mengetahui pengaruh dari pemahaman penerapan prinsip hygiene dan sanitasi terhadap kepuasan konsumen di kantin UPI Bumi Siliwangi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif verifikatif kemudian, dalam penelitian ini jumlah responden karyawan adalah sebanyak 30 orang dan responden konsumen adalah sebanyak 100 orang. Penggunaan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier sederhana.

Berdasarkan dari hasil analisis menunjukkan bahwa variabel hygiene dan sanitasi memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan konsumen di kantin UPI Bumi Siliwangi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan pemahaman hygiene sanitasi memberikan pengaruh terhadap kepuasan konsumen sebesar 44,8%, sedangkan sisanya sebesar 55,2% merupakan pengaruh dari variabel lain.

Prinsip higiene dan sanitasi merupakan hal yang sangat penting untuk diterapkan pada setiap proses produksi di kantin UPI Bumi Siliwangi. Hal ini merupakan upaya untuk mengontrol dan meminimalisir keadaan berbahaya seperti kontaminasi sehingga produk yang dihasilkan dapat terjamin keamanannya untuk dikonsumsi. Karyawan kantin UPI Bumi Siliwangi perlu diberikan pelatihan atau penyuluhan tentang prinsip higiene dan sanitasi dengan pihak terkait dalam hal ini dan juga diadakannya manajemen yang mengontrol konsistensi kualitas karyawan dan produk.

(6)

Sally Ginanty, 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah... 7

1.4 Tujuan Penulisan ... 8

1.5 Manfaaat Penulisan ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Pariwisata ... 10

2.1.1.1 Pengertian Pariwisata ... 10

2.1.1.2 Unsur-Unsur pariwisata ... 15

2.1.1.3 Jenis-Jenis Pariwisata ... 16

2.1.1.4 Bentuk-Bentuk Pariwisata ... 23

2.1.1.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata ... 23

2.1.2 Usaha Jasa Boga ... 25

2.1.3 Makanan ... 31

2.1.4 Hygiene dan Sanitasi ... 33

2.1.5 Halal ... 50

(7)

Sally Ginanty, 2015

2.1.7 Kepuasan Konsumen ... 55

2.2 Kerangka Pemikiran ... 61

2.3 Hipotesis ... 62

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 63

3.1 Objek Penelitian ... 63

3.2 Metode Penelitian... 64

3.3 Tahapan Penelitian ... 64

3.3.1 Analisis Hygiene dan Sanitasi Pada Saat Sekarang ... 64

3.3.2 Wawancara dan Quesioner Pekerja ... 65

3.3.3 Wawancara dan Quesioner Konsumen ... 65

3.4 Populasi dan Sampel ... 65

3.5 Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 67

3.6 Operasional Variabel ... 68

3.7 Metode Analisis ... 73

3.7.1 Transformasi Gap ... 73

3.7.2 Uji Validitas ... 75

3.7.3 Uji Reliabilitas ... 77

3.8 Teknik Analisis Data ... 78

3.8.1 Analisis Korelasi ... 78

3.8.2 Koefisien determinasi... 79

3.8.3 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 80

3.9 Pengujian Hipotesis ... 82

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84

4.1 Hasil Penelitian ... 84

(8)

Sally Ginanty, 2015

4.2 Data Penelitian ... 85

4.2.1 Gambaran Umum Responden ... 85

4.3 Karakteristik Responden ... 85

4.3.1 Jenis Kelamin Responden ... 85

4.3.2 Usia Responden ... 86

4.3.3 Lama Beraktifitas di UPI Responden ... 87

4.3.4 Status Responden ... 89

4.3.5 Pendapatan Responden... 90

4.3.6 Frekuensi Kunjungan Responden ... 92

4.4 Profil Karyawan ... 93

4.4.1 Jenis Kelamin Responden Karyawan ... 93

4.4.2 Usia Responden Karyawan ... 94

4.4.3 Lama Beraktifitas di UPI Karyawan ... 97

4.4.4 Omset Responden Karyawan ... 98

4.4.5 Pendidikan Terakhir Responden Karyawan ... 98

4.5 Gambaran Deskripsi Variabel Penelitian ... 100

4.6 Gambaran Variabel Penelitian ke Konsumen Mengenai Kepuasan Konsumen ... 100

4.6.1 Kebersihan Makanan ... 103

4.6.2 Kematangan Makanan ... 104

4.6.3 Tekstur Makanan ... 104

4.6.4 Aroma Makanan ... 105

4.6.5 Rasa Makanan ... 106

4.6.6 Penampilan Makanan ... 106

4.6.7 Penyajian Makanan ... 107

(9)

Sally Ginanty, 2015

4.6.9 Kebersihan Kantin ... 108

4.6.10 Kebersihan Karyawan ... 109

4.6.11 Rekapitulasi Variabel Penelitian Mengenai Kepuasan Konsumen ... 110

4.7 Gambaran Variabel Penelitian ke Konsumen Mengenai Hygiene dan Sanitasi ... 112

4.7.1 Tingkat Kebersihan Makanan Terhadap Benda Asing ... 112

4.7.2 Tingkat Kebersihan Makanan Terbebas Dari Hama ... 112

4.7.3 Tingkat Kebersihan Udara Dalam Kantin ... 113

4.7.4 Tingkat Kebersihan Alat-Alat Makan ... 114

4.7.5 Tingkat Kebersihan Kantin Dari Hama... 115

4.7.6 Tingkat Kebersihan Karyawan ... 115

4.7.7 Tingkat Gizi Makanan... 116

4.7.8 Tingkat Suhu Makanan ... 117

4.7.9 Tingkat Makanan Sesuai Dengan Harapan Konsumen ... 118

4.7.10 Tingkat Makanan Terbebas Dari Bahan Kimia ... 119

4.7.11 Tingkat Rasa Makanan ... 119

4.7.12 Rekapitulasi Responden Konsumen terhadap Hygiene dan Sanitasi ... 120

4.8 Gambaran Variabel Penelitian ke Karyawan Mengenai Kepuasan Konsumen ... 122

4.8.1 Tingkat Hasil Produk Atas Kebersihan Makanan ... 122

4.8.2 Tingkat Hasil Produk Atas Kematangan Makanan ... 123

4.8.3 Tingkat Hasil Produk Atas Tekstur Makanan ... 124

4.8.4 Tingkat hasil Produk Atas Aroma Makanan ... 125

4.8.5 Tingkat Hasil Produk Atas Rasa Makanan ... 126

4.8.6 Tingkat Hasil Produk Atas Penampilan Makanan ... 126

(10)

Sally Ginanty, 2015

4.8.8 Tingkat Hasil Produk Atas Kenyamanan Kantin ... 128

4.8.9 Tingkat Hasil Produk Atas Kebersihan Kantin ... 129

4.8.10 Tingkat Hasil Produk Atas Kebersihan Karyawan ... 129

4.8.11 Rekapitulasi Responden Karyawan Terhadap Kepuasan Konsumen ... 130

4.9 Gambaran Variabel Penelitian ke Karyawan Mengenai Hygiene & Sanitasi ... 132

4.9.1 Menggunakan Bahan Baku yang Baik ... 132

4.9.2 Membersihkan Alat Sebelum & Sesudah Digunakan ... 133

4.9.3 Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Bekerja ... 133

4.9.4 Memasak Makanan Secara Seksama ... 134

4.9.5 Menyimpan Makanan Pada Tempat yang Sesuai ... 135

4.9.6 Tidak Menderita Penyakit Menular ... 135

4.9.7 Penanganan Pada Luka Dengan Menutupnya ... 136

4.9.8 Menjaga Kebersihan Tangan, Rambut, Kuku, dan Pakaian ... 137

4.9.9 Memakai Celemek dan Penutup Kepala ... 137

4.9.10 Menjamah Makanan Dengan Menggunakan Alat... 138

4.9.11 Tidak Merokok & Menggaruk Anggota Badan Dalam Menangani Makanan ... 139

4.9.12 Tidak Batuk atau Bersin Dihadapan Makanan... 140

4.9.13 Makanan yang Dijual Dalam Keadaan Tertutup ... 140

4.9.14 Pembungkus yang Digunakan Dalam Keadaan Bersih ... 141

4.9.15 Tidak Meniup Plastik Pembungkus Makanan ... 142

4.9.16 Makanan yang Diangkut Dalam Keadaan Tertutup & Dalam Wadah Bersih ... 142

4.9.17 Makanan Jadi Diletakkan Terpisah Dengan Bahan Mentah ... 143

(11)

Sally Ginanty, 2015

4.9.19 Memindahkan Makanan Dengan Menggunakan Service Set ... 145

4.9.20 Makanan Disajikan Sesuai Suhu Seharusnya ... 145

4.9.21 Tidak Berbicara Dihadapan Makanan ... 146

4.9.22 Rekapitulasi Gambaran Variabel Penelitian ke Karyawan Mengenai Hygiene & Sanitasi ... 147

4.10 Uji Validitas & Reliabilitas ... 151

4.10.1 Uji Validitas ... 151

4.10.2 Uji Reliabilitas ... 152

4.11 Analisis Data ... 153

4.11.1 Analisi Regresi Linier Sederhana... 153

4.11.2 Koefisien Korelasi ... 154

4.11.3 Koefisien Determinasi ... 155

4.12 Uji Hipotesis ... 156

4.13 Pembahasan ... 158

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 162

5.1 Kesimpulan ... 162

5.2 Saran ... 163

DAFTAR PUSTAKA ... 164

(12)

Sally Ginanty, 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Pariwisata ... 11

Tabel 2.2 Faktor dan Variabel Produk Restoran ... 30

Tabel 3.1 Operasional Variabel... 69

Tabel 3.2 Transformasi Gap ... 75

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Instrumen ... 76

Tabel 3.4 Hasil Pengujian Reliabilitas ... 78

Tabel 3.5 Klasifikasi Penilaian Korelasi ... 79

Tabel 3.6 Klasifikasi Penilaian Korelasi ... 81

Tabel 4.1 Karakterisitik Jenis Kelamin Responden Konsumen ... 85

Tabel 4.2 Karakterisitik Usia Responden Konsumen ... 86

Tabel 4.3 Karakterisitik Lama Beraktifitas di UPI Responden Konsumen ... 88

Tabel 4.4 Karakterisitik Status Responden Konsumen ... 89

Tabel 4.5 Karakterisitik Pendapatan Responden Konsumen ... 91

Tabel 4.6 Karakterisitik Kunjungan Responden Konsumen ... 92

Tabel 4.7 Karakteristik Jenis Kelamin Responden Karyawan ... 93

(13)

Sally Ginanty, 2015

Tabel 4.9 Karakteristik Lama Beraktifitas di UPI Responden Karyawan ... 96

Tabel 4.10 Karakteristik Omset Responden Karyawan ... 97

Tabel 4.11 Karakteristik Pendidikan Terakhir Responden Karyawan ... 99

Tabel 4.12 Transformasi Gap ... 101

Tabel 4.13 Kepuasan Konsumen Mengenai Kebersihan Makanan ... 103

Tabel 4.14 Kepuasan Konsumen Mengenai Kematangan Makanan ... 104

Tabel 4.15 Kepuasan Konsumen Mengenai Kematangan Makanan ... 104

Tabel 4.16 Kepuasan Konsumen Mengenai Aroma Makanan ... 105

Tabel 4.17 Kepuasan Konsumen Mengenai Rasa Makanan ... 106

Tabel 4.18 Kepuasan Konsumen Mengenai Penampilan Makanan ... 106

Tabel 4.19 Kepuasan Konsumen Mengenai Penyajian Makanan ... 107

Tabel 4.20 Kepuasan Konsumen Mengenai Kenyaman Kantin ... 108

Tabel 4.21 Kepuasan Konsumen Terhadap Kebersihan Kantin ... 108

Tabel 4.22 Kepuasan Konsumen Terhadap Kebersihan Karyawan ... 109

Tabel 4.23 Rekapitulasi Penilaian Mengenai Kepuasan Konsumen ... 110

Tabel 4.24 Tingkat Kebersihan Makanan Terhadap Benda Asing ... 112

Tabel 4.25 Tingkat Kebersihan Makanan Terbebas dari Hama ... 113

Tabel 4.26 Tingkat Kebersihan Udara Dalam Kantin ... 113

Tabel 4.27 Tingkat Kebersihan Alat-Alat Makan ... 114

Tabel 4.28 Tingkat Kebersihan Kantin Dari Hama ... 115

(14)

Sally Ginanty, 2015

Tabel 4.30 Tingkat Gizi Makanan ... 116

Tabel 4.31 Tingkat Suhu Makanan ... 117

Tabel 4.32 Tingkat Makanan Sesuai Dengan Harapan Konsumen... 118

Tabel 4.33 Tingkat Makanan Terbebas Dari Bahan Kimia ... 119

Tabel 4.34 Tingkat Rasa Makanan ... 120

Tabel 4.35 Rekapitulasi Responden Konsumen Terhadap Hygiene dan Sanitasi ... 120

Tabel 4.36 Tingkat Hasil Produk Atas Kebersihan Makanan ... 123

Tabel 4.37 Tingkat Hasil Produk Atas Kematangan Makanan ... 123

Tabel 4.38 Tingkat Hasil Produk Atas Tekstur Makanan ... 124

Tabel 4.39 Tingkat Hasil Produk Atas Aroma Makanan ... 125

Tabel 4.40 Tingkat Hasil Produk Atas Rasa Makanan ... 126

Tabel 4.41 Tingkat Hasil Produk Atas Penampilan Makanan ... 127

Tabel 4.42 Tingkat Hasil Produk Atas Penyajian Makanan ... 127

Tabel 4.43 Tingkat Hasil Produk Atas Kenyamanan Kantin ... 129

Tabel 4.44 Tingkat Hasil Produk Atas Kebersihan Kantin ... 129

Tabel 4.45 Tingkat Hasil Produk Atas Kebersihan Karyawan ... 130

Tabel 4.46 Rekapitulasi Responden Karyawan Terhadap Kepuasan Konsumen ... 130

Tabel 4.47 Menggunakan Bahan Baku yang Baik ... 132

(15)

Sally Ginanty, 2015

Tabel 4.49 Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Bekerja ... 134

Tabel 4.50 Memasak Makanan Secara Seksama ... 134

Tabel 4.51 Menyimpan Makanan Pada Tempat yang Sesuai ... 135

Tabel 4.52 Tidak Menderita Penyakit Menular ... 136

Tabel 4.53 Penanganan Pada Luka Dengan Menutupnya ... 136

Tabel 4.54 Menjaga Kebersihan Tangan, Rambut, Kuku, dan Pakaian ... 137

Tabel 4.55 Memakai Celemek dan Penutup Kepala ... 138

Tabel 4.56 Menjamah Makanan Dengan Menggunakan Alat ... 138

Tabel 4.57 Tidak Merokok dan Menggaruk Anggota Badan Dalam Menangani Makanan ... 139

Tabel 4.58 Tidak Batuk atau Bersin Dihadapan Makanan ... 140

Tabel 4.59 Makanan Yang Dijual Dalam Keadaan Tertutup ... 140

Tabel 4.60 Pembungkus Yang Digunakan Dalam Keadaan Bersih ... 141

Tabel 4.61 Tidak Meniup Plastik Pembungkus ... 142

Tabel 4.62 Makanan Yang Diangkut Dalam Keadaan Tertutup dan Dalam Wadah Bersih ... 143

Tabel 4.63 Makanan Jadi Diletakkan terpisah Dengan Bahan Mentah ... 143

Tabel 4.64 Memegang Pisau, Sendok, Dan Sejenisnya Pada Bagian Bawah/Pinggir ... 144

Tabel 4.65 Memindahkan Makanan Dengan Menggunakan Service Set ... 145

(16)

Sally Ginanty, 2015

Tabel 4.67 Tidak Berbicara Dihadapan Makanan ... 146

Tabel 4.68 Rekapitulasi Gambaran Variabel Penelitian ke Karyawan Mengenai Hygiene dan Sanitasi ... 147

Tabel 4.69 Hasil Pengujian Validitas Instrumen ... 151

Tabel 4.70 Hasil Pengujian Reliabliitas ... 152

Tabel 4.71 Persamaan Regresi Linier Sederhana ... 153

Tabel 4.72 Analisis Korelasi ... 154

Tabel 4.73 Koefisien Determinasi ... 155

(17)

Sally Ginanty, 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Perusahaan Makanan dan Minuman ... 2

Gambar 1.2 Insiden Keracunan yang Terjadi pada Tahun 2014 Berdasarkan Kelompok Penyebab ... 4

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 62

Gambar 4.1 Karakterisitik Jenis Kelamin Responden Konsumen ... 86

Gambar 4.2 Karakterisitik Usia Responden Konsumen ... 87

Gambar 4.3 Karakterisitik Lama Beraktifitas di UPI Responden Konsumen .. 88

Gambar 4.4 Karakterisitik Status Responden Konsumen ... 90

Gambar 4.5 Karakterisitik Pendapatan Responden Konsumen ... 91

Gambar 4.6 Karakterisitik Kunjungan Responden Konsumen ... 92

(18)

Sally Ginanty, 2015

Gambar 4.8 Karakterisitik Usia Responden Karyawan ... 95

Gambar 4.9 Karakterisitik Lama Beraktifitas di UPI Responden Karyawan ... 96

Gambar 4.10 Karakterisitik Omset Karyawan ... 98

Gambar 4.11 Karakteristik Pendidikan Terakhir Responden Karyawan ... 99

Gambar 4.12 Garis Kontinum Kepuasan konsumen di Kantin UPI Bumi

Siliwangi ... 103

Gambar 4.13 Garis Kontinum Kepuasan Konsumen di Kantin UPI

Bumi Siliwangi ... 111

Gambar 4.14 Garis Kontinum Penerapan Hygiene dan Sanitasi di Kantin

UPI Bumi Siliwangi ... 122

Gambar 4.15 Garis Kontinum Kepuasan Konsumen di Kantin UPI

Bumi Siliwangi ... 132

Gambar 4.16 Garis Kontinum Penerapan Hygiene dan Sanitasi di Kantin

(19)

Sally Ginanty, 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Sebagai industri yang berkembang sangat pesat saat ini pariwisata menjadi

sorotan dunia. Hal ini dikarenakan pariwisata dapat menjadi salah satu andalan

dalam menghasilkan devisa negara dan juga industri yang menjanjikan bagi

perkembangan ekonomi. Sehingga faktor ini menyebabkan semakin banyak

negara yang berlomba-lomba untuk mengembangkan pariwisatanya. Sebagai

perkembangan ekonomi pariwisata tidak hanya tertuju pada objek wisatanya saja

namun juga membutuhkan fasilitas sebagai sarana pendukung yang berada

disekitarnya.

Seperti halnya definisi pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan bepergian bersama-sama (Suwithi dan Boham, 2008: 14). Industri

pariwisata merupakan kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata,

menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana

pariwisata dan usaha lain yang berkaitan dengan hal itu.

Untuk menarik minat pengunjung sarana dan prasarana dalam suatu objek

wisata harus dikembangkan sebaik mungkin, sebab hal ini akan menarik daya

minat pengunjung dikarenakan kenyamanan dalam fasilitas yang ada sehingga

akan menarik pengunjung lebih banyak untuk datang.

Sarana kepariwisataan salah satunya yang terpenting adalah rumah makan,

atau restoran sebagai penyedia kebutuhan pokok. Penyedia makanan

ditempat-tempat wisata merupakan hal penting untuk menunjang kenyamanan pengunjung.

Menurut definisi Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

715/Menkes/SK/V/2003 jasa boga atau catering adalah perusahaan atau

perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar

(20)

Menurut sumber Departemen Perindustrian dan Perdagangan usaha jasa

boga adalah meliputi usaha penjualan makanan jadi (siap dikonsumsi) yang

terselenggara melalui pesanan-pesanan untuk perayaan, pesta, seminar, rapat,

paket perjalanan haji, angkutan umum dan sejenisnya. Dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 industri jasa boga dapat

diklasifikasikan menjadi 3 golongan utama yaitu : (1)Golongan A (industri jasa

boga skala kecil); (2) Golongan B (industri jasa boga skala besar); (3) Golongan C

(industri jasa boga skala besar sekali).

Menurut Endar Sugiarto & Sri Sulartiningrum dalam bukunya Pengantar

Akomodasi dan Restoran bahwa restoran merupakan suatu tempat yang identik

dengan jajaran meja – meja yang tersusun rapi, dengan kehadiran orang,

timbulnya aroma semerbak dari dapur dan pelayanan para pramusaji,

berdentingnya bunyi – bunyian kecil karena persentuhan gelas – gelas kaca,

porselin, menyebabkan suasana hidup di dalamnya (2001: 77)

Seperti yang disebutkan definisi dari makanan (pangan) merupakan salah

satu sumber kebutuhan hidup primer bagi manusia (Ekawatiningsih, 2008: 1).

Pada dasarnya dalam pengelolaan makanan diberbagai institusi dapat

menyediakan makanan yang berkualias tinggi, pelayanan cepat dan tepat serta

ramah, fasilitas cukup dan nyaman, serta staiidar kebersihan dan sanitasi yang

tinggi (Mukrie, 1990).

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Perusahaan Makanan dan Minuman Tahun 2008 - 2012

(21)

Saat ini dalam hal menyediakan makanan dan minuman tidak hanya dilihat

dari sekedar rasa dan penampilannya saja tetapi, juga ditelik dari segi keamanan

pangan pihak penyediaan makanan dan minuman pun dituntut untuk itu.

Dibutuhkan perilaku hygiene dan sanitasi yang benar untuk mendapatkan

makanan yang layak konsumsi.

Makanan (pangan) merupakan salah satu sumber kebutuhan hidup primer

bagi manusia (Ekawatiningsih, 2008: 1).Pada dasarnya dalam pengelolaan

makanan diberbagai institusi dapat menyediakan makanan yang berkualias tinggi,

pelayanan cepat dan tepat serta ramah, fasilitas cukup dan nyaman, serta standar

kebersihan dan sanitasi yang tinggi (Mukrie: 1990). Makanan sehat adalah dengan

meramu berbagai jenis makanan yang seimbang, sehingga terpenuhi seluruh

kebutuhan gizi bagi tubuh dan mampu dirasakan secara fisik dan mental

(Prasetyono, 2009).

Sebagai salah satu faktor yang riskan bagi kualitas produk dan juga

menyangkut keamanan konsumen, strandar hygiene dan sanitasi dalam

pengolahan makanan harus diterapkan. Sebab hal ini akan menimbulkan rasa

aman dalam mengkonsumsi produk tersebut.

Hygiene dalam pengertiannya menurut Depkes RI (2004), adalah upaya

kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan subjeknya seperti

mencuci tangan dangan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan tangan,

mencuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan

yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.

Sedangkan sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara

kebersihan lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih

untuk keperluan mencuci, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah

agar sampah tidak dibuang sembarangan (Depkes RI, 2004). Keamanan pangan

menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996, didefinisikan sebagai suatu kondisi

(22)

biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan

membahayakan kesehatan manusia. Hal tersebutlah yang kemudian dapat

mengakibatkan keracunan makanan yang merugikan bagi kesehatan bahkan

keselamatan. Diambil dari Gaman dan Sherington (1996 : 255-256) yang

mengatakan bahwa keracunan makanan adalah gejala yang disebabkan karena

mengkonsumsi makanan yang beracun atau terkontaminasi bakteri atau

mikroorganisme.

Grafik 1.2 Insiden Keracunan yang Terjadi pada Tahun 2014 Berdasarkan Kelompok Penyebab

Sumber : BPOM RI

Insiden keracunan yang disebabkan oleh makanan mencapai angka

tertinggi yakni 58 kasus. Hal ini berarti masih rendahnya kesadaran atas makanan

konsumsi yang layak. Seharusnya masyarakat menyadari dan memahami hygiene

sanitasi dalam pengelolaan makanan dan minuman. Dampaknya terlihat secara

langsung pada pedagang yang belum memahami betul secara praktisi maupun

(23)

yang salah dalam menangani bahan produksi dan cara menjaga kebersihan

lingkungan sekitar penjualan makanan.

Ketika prinsip hygiene dan sanitasi dipahami dan dijalani maka akan

tercipta makanan yang layak untuk dikonsumsi sehingga menimbulkan kepuasan

tersendiri oleh konsumen. Seperti dalam pengertiannya kepuasan konsumen

adalah tingkat perasaan konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia

terima dan harapannya (Umar, 2005:65). Pelanggan akan merasa puas dengan

nilai yang diberikan oleh produk atau jasa yang berdampak sangat besar

kemungkinannya menjadi pelanggan dalam kurun waktu yang lama. Kemudian

menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller yang dikutip dari buku Manajemen

Pemasaran mengatakan bahwa kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau

kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk

yang dipikirkan terhadap kinerja yang diharapkan (2007:177). Terdapat beberapa

faktor utama yang dapat menentukan tingakat kepuasan pelanggan, yakni: kualitas

produk, kualitas pelayanan, emosional, harga, dan biaya. Hal-hal yang termasuk

dalam kualitas produk dapat berupa penyajian makanan, bahan baku, rasa,

kebersihan dalam penanganan. Sehingga menghasilkan produk yang berkualitas

bagi konsumen.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) merupakan salah satu

universitas terkemuka di Bandung, Jawa Barat. Memiliki satu kampus utama yang

berada di Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Jawa Barat, kemudian

terdapat 5 (lima) kampus daerah yang berlokasi di Cibiru (Kabupaten Bandung),

Tasikmalaya, Sumedang, Purwakarta, dan Serang. Pada kampus utama satu

sekolah pasca sarjana, sekolah laboratorium, dan terdapat 7 fakultas, yakni:

a. Fakultas Ilmu Pendidikan

b. Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

c. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

d. Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

e. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

f. Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

(24)

Makanan sebagai pemenuh kebutuhan pokok manusia di UPI hanya

terdapat 3 (tiga) kantin besar yaitu kantin PKM, KOPMA, kantin FIP. Hal ini

sangat tidak mumpuni untuk jumlah mahasiswa dan dosen, maupun karyawan di

UPI. Menurut data jumlah mahasiswa yang aktif pada semester genap 2014/2015

terdapat total 22.474 mahasiswa. Hal ini tentu saja membuat kantin tersebut tidak

terkoordinir dengan baik apabila dibandingkan jumlah kantin dengan mahasiswa,

dosen, maupun karyawan. Hanya saja para mahasiswa, dosen, maupun karyawan

di UPI tidak memiliki pilihan lain selain ketiga kantin tersebut. Tetapi apabila

dilihat dari segi hygiene dan sanitasi ketiga kantin tersebut belum cukup layak

untuk menyajikan makanan pada penduduk UPI. Seperti halnya masalah

pembuangan, tempat untuk memasak, aliran air, pembersihan tempat makan,

pengolahan makanan, pengemasan makanan, dll belum diperhatikan oleh pihak

pengelola kantin. Hal-hal seperti ini akan riskan nantinya apabila ditelik dari segi

hygiene dan sanitasi yang kemudian akan berdampak pada masalah kesehatan.

Ketika masalah kesehatan terjadi tentu saja konsumen merasa tidak puas dengan

pelayanan di kantin UPI tersebut. Sehingga hal seperti ini diharapkan dapat

diminimalisir agar terciptanya makanan layak konsumsi yang berdampak pada

kepuasan konsumen.

Para pedagang di lingkungan UPI dituntut untuk memahami hygiene dan

sanitasi sehingga menjamin keamanan makanan yang mereka sajikan. Pengertian

pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli yakni oleh Winkel dan Mukhtar

(Sudaryono, 2012: 44) menyatakan bahwa pemahaman yaitu kemampuan

seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui

atau diingat; mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan

yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan,

atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.

Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa para pedagang diharapkan dapat

memahami dan menerapkan prinsip hygiene dan sanitasi dalam pengelolaan

maupun penyediaan makanan sehingga menimbulkan kepuasan bagi konsumen

(25)

Banyaknya dari pedagang yang belum memahami dan mengaplikasikan

prinsip hygiene dan sanitasi yang seharusnya dilakukan dalam setiap proses

produksi menjadi faktor yang membuat penulis ingin meneliti hal ini. Sebab

hygiene dan sanitasi merupakan pokok penting dalam proses produksi. Keadaan

kantin yang belum mumpuni untuk menampung 22.474 mahasiswa diharapkan

mampu melayani warga UPI Bumi Siliwangi.

Maka dari ini penulis merasa tertarik dan perlu untuk mendalami secara

spesifik dan detail mengenai hygiene dan sanitasi, sehingga penulis memilih judul

pada skripsi ini “ANALISIS PEMAHAMAN DAN PENERAPAN PRINSIP HYGIENE DAN SANITASI PADA KANTIN DI LINGKUNGAN UPI YANG BERIMPLIKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (Studi Dilakukan Pada Kampus Utama UPI)”

1.2IDENTIFIKASI MASALAH

Dengan judul “ANALISIS PEMAHAMAN DAN PENERAPAN HYGIENE SANITASI PADA KANTIN DI LINGKUNGAN UPI YANG

BERIMPLIKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN” penulis

mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan hygiene dan sanitasi di lingkungan UPI?

2. Bagaimana pemahaman dan penerapan hygiene dan sanitasi di lingkungan

UPI?

3. Bagaimana Pengaruh Pemahaman hygiene dan sanitasi di lingkungan UPI

terhadap kepuasan konsumen?

1.3BATASAN MASALAH

Dalam hal penelitian ini penulis membatasi masalah agar lebih terperinci

dalam hal:

(26)

2. Ditujukan kepada karyawan pedagang makanan di UPI.

3. Ditujukan pada penerapan hygiene dan sanitasi yang berlaku untuk

megetahui kepuasan konsumen di UPI.

1.4TUJUAN PENULISAN

Maka penulis mengidentifikasikan tujuan penulisan sebagai berikut:

1. Mengetahui peranan prinsip hygiene dan sanitasi di lingkungan kantin UPI

Bumi Siliwangi

2. Mengetahui pemahaman pedagang mengenai hygiene dan sanitasi di

lingkungan kantin UPI Bumi Sliliwangi

3. Mengetahui penerapan hygiene dan sanitasi di lingkungan kantin UPI Bumi

Siliwangi

4. Mengetahui pengaruh pemahaman dan penerapan prinsip hygiene dan

sanitasi di lingkungan kantin UPI Bumi Siliwangi terhadap kepuasan

konsumen

1.5 MANFAAT PENULISAN

Pada penelitian yang penulis lakukan terdapat beberapa manfaat yakninya :

a. Secara Teoritis

1. Bagi pihak yang terkait agar dengan penelitian ini dapat menjalankan

prinsip hygiene dan sanitasi menjadi suatu keharusan sehingga dapat

memberikan jaminan keamanan makanan bagi produk yang dihasilkan.

2. Sebagai penguat prinsip hygiene dan sanitasi agar dapat diterapkan secara

konsisten.

b. Secara Akademis

1. Penulis dapat memahami manfaat dari prinsip hygiene dan sanitasi beserta

penerapannya sebagai jaminan keamanan makanan yang di kantin

(27)

2. Agar dapat mengantisipasi dan meminimalisir bahaya dari keracunan

makanan di kantin Universitas Pendidika Indonesia (UPI) Bumi Siliwani.

3. Agar dapat memberikan solusi kepada masalah yang terjadi pada

pemahaman dan penerapan hygiene dan sanitasi di kantin Universitas

Pendidika Indonesia (UPI) Bumi Siliwani.

4. Mengetahui ekspektasi atau harapan konsumen terhadap hygiene dan

sanitas yang berimplikasi kepada kepuasan konsumen di lingkungan

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1LANDASAN TEORI

2.1.1 PARIWISATA

2.1.1.1PENGERTIAN PARIWISATA

Sebagai fenomena global , dunia pariwisata melibatkan manusia dari

berbagai segmen sehingga hal ini juga menjadikan pariwisata sebagai kebutuhan.

Seperti yang telah disebutkan oleh World Tourism Organization UNWTO

“tourism has experienced continued growth and deepening diversification to become one of the fastest growing economic sectors in the world. Modern tourism is closely linked to development and encompasses a growing number of new destinations. These dynamics have turned tourism into a key driver for socio

-economic progress”. Dari pernyataan tersebut berarti selain dapat menjadi

pemasukan devisa yang besar, pariwisata juga dapat meningkatkan ekonomi

masyarakat secara pesat. Sehingga lantas saja pariwisata tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan manusia dan harus dikembangkan sebaik mungkin untuk menarik

minat wisatawan. Fenomena ini memiliki kesinambungan dengan Instruksi

Presiden No. 9/1969 mengenai tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia

meliputi tiga aspek pokok yaitu segi sosial, segi ekonomi, dan segi budaya.

Secara etimologis menurut Purwanto dan Hilmi, dalam bukunya Pengantar

Pariwisata (1994, 9), istilah pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri

dari dua suku kata yaitu pari dan wisata. Pari berarti banyak, berkali-kali atau

lengkap sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian. Kata tersebut

mempunyai persamaan kata dalam Bahasa Inggris Tourism dan Bahasa Belanda

Tourisme. Awal mula tercetusnya pengertian pariwisata dan wisatawan ini pada

abad 17 di Perancis, kemudian pada tahun 1972 Maurice menerbitkan buku “The True Quide For Foreigners Travelling in France to Appriciate its Beealities, Learn

the language and take exercise”. Pada negara kita Indonesia menurut Musanef

(29)

Nasional Tourism kedua di Tretes Jawa Timur pada tanggal 12-14 Juni tahun

1958 (1996, 9).

Pada tahun 1963 berdasarkan rumusan Internasional Union Of Official

Travel Organization (IUOTO) subyek wisata atau pelaku perjalanan dapat

dibedakan menjadi:

1. Wisatawan adalah pengunjung sementara yang tinggal

sekurang-kurangnya 24 jam di negara yang dikunjungi dan perjalanannya dapat

digolongkan sebagai berikut :

a. Pesiar adalah untuk rekreasi, liburan, kesehatan, studi dan olahraga.

b. Hubungan dagang, sanak saudara, konferensi dan misi

2. Pelancong adalah penunjung sementara yang tinggal di negara yang

dikunjungi kurang lebih 24 jam (termasuk pelancong dalam perjalanan

kapal pesiar termasuk yang sedang transit di pelabuhan).

Terdapat beberapa definisi pariwisata dari beberapa ahli, sebagai

perbandingan akan ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Definisi Pariwisata Menurut Para Ahli

NO NAMA AHLI PENGERTIAN

1 A.J Burkart dan S.

Medlik

Perpindahan orang untuk sementara dan dalam

jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan di luar

tempat mereka biasanya hidup dan bekerja, dan

kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di

tempat-tempat tujuan tersebut.

2 E. Guyer Freuler Pariwisata dalam pengertian modern adalah

merupakan penomena dari jaman sekarang yang

didasarkan atas kebutuhan akan kesahatan dan

pergantian hawa, penilaian yang sadar dan

menumbuhkan (cinta) terhadap keindahan alam

dan pada khususnya disebabkan oleh

bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas

(30)

perkembangan perniagaan, industri, perdagangan

serta penyempurnaan dari pada alat-alat

pengangkutan.

3 H.Kodhyat Perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain,

bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun

kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan

atau keserasian dan kebahagiaan dengan

lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya,

alam dan ilmu.

4 James J. Spillane Kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan

mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan,

mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan,

menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan

tugas, berziarah dan lain-lain.

5 Koen Meyers Aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh semntara

waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan

dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari

nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa

ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau

libur serta tujuan-tujuan lainnya.

6 Prof Hunzieker dan

Prof K. Krapf

Sebagai keseluruhan jaringan dan gejala-gejala

yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing di

suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak

tinggal disitu untuk melakukan pekerjaan yang

penting yang memberikan keuntungan yang

bersifat permanen maupun sementara.

7 Prof. Salah Wahab

dalam Oka A Yoeti

Suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara

sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian

diantara orang-orang dalam suatu Negara itu

sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman

orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu

(31)

berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia

memperoleh pekerjaan tetap.

8 RG. Soekadijo Segala kegiatan dalam masyarakat yang

berhubungan dengan wisatawan.

9 Richard Sihite Suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk

sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu

tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya

semula, dengan suatu perencanaan dan dengan

maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah

di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata

untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan

rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang

beraneka ragam.

10 Robert McIntosh

bersama Shaskinant

Gupta

Gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari

interaksi wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah

serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik

dan melayani wisatawan-wisatawan serta para

pengunjung lainnya.

Sumber: data diolah 2015

Secara rinci pengertian dan hal-hal yang mendukung pariwisata dijelaskan

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 terkait

kepariwisataan diantaranya, yaitu:

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata

c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai

fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah, dan pemerintah daerah.

(32)

kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan

masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan

pengusaha.

e. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,

dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil

buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

f. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi Pariwisata adalah

kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif

yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas

pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi

terwujudnya kepariwisataan.

g. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/atau jasa bagi

pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

h. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan

kegiatan usaha pariwisata.

i. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait

dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan

wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

j. Kawasan Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama

pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang

mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti

pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam,

daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.

k. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pekerja pariwisata untuk

mengembangkan profesionalitas kerja.

Dari beberapa definisi yang tercantum diatas dapat dinyatakan bahwa

pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan seseorang maupun

kelompok dalam waktu tertentu (bersifat sementara) dan untuk keperluan tertentu

atas dasar adanya daya tarik wisata di wilayah tersebut yang memberikan

keuntungan tertentu bagi wisatawan, misal: rekreasi, keperluan pendidikan,

(33)

2.1.1.2 UNSUR-UNSUR PARIWISATA

Menurut Spillane (1987) dalam Badrudin (2001), ada lima unsur industri

pariwisata yang sangat penting, yaitu:

a. Attractions (daya tarik)

Attractions dapat digolongkan menjadi site attractions dan event attractions. Site

attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang tetap

yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti pantai, kebun

binatang, keratin, dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang

berlangsung sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah dengan mudah

seperti festivalfestival, pameran, atau pertunjukan-pertunjukan kesenian daerah.

b. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)

Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas

harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan wisata

wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat

dibutuhkan fasilitas penginapan. Selain itu ada kebutuhan akan support industries

yaitu toko souvenir, took cuci pakaian, pemandu, daerah festival, dan fasilitas

rekreasi (untuk kegiatan).

c. Infrastructure (infrastruktur)

Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada

infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur dari suatu daerah sebenarnya

dinikmati baik oleh wisatawan maupun rakyat yang juga tinggal di sana, maka ada

keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan atau penciptaan

infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang cocok bagi

perkembangan pariwisata.

d. Transportations (transportasi)

Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat

dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan

pariwisata. Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan

suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala

pariwisata.

(34)

Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal memerlukan

kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan asing yang memerlukan

gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi. Maka

kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga

keuletan serta keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya

wisatawan merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata.

2.1.1.3 JENIS-JENIS PARIWISATA

Nyoman S. Pendit (1999: 42-48) memperinci penggolongan pariwisata

menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Wisata Budaya

Merupakan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan

seseorang dengan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke

luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka.

b. Wisata Kesehatan

Hal ini dimaksudkan dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk

menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi

kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan

mengunjungi tempat peristirahatan seperti mata air panas mengandung mineral

yang dapat menyembuhkan, tempat yang memiliki iklim udara menyehatkan atau

tempat yang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.

c. Wisata Olah Raga

Wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau. memang

sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam peserta olahraga disuatu tempat

atau negara seperti Asian Games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup dan

lain-lain.

d. Wisata Komersial

Dalam jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pamerandan

pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan

sebagainya.

(35)

Perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau

orang-orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindustrian dimana terdapat

pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud tujuan untuk mengadakan

peninjauan atau penelitian.

f. Wisata Politik

Perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian aktif dalam

peristiwa kegiatan politik.

g. Wisata Konvensi

Perjalanan yang dilakukan untuk melakukan konvensi atau konferensi. Misalnya

APEC, KTT non Blok.

h. Wisata Sosial

Merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi

kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan

perjalanan seperti kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani dan

sebagainya.

i. Wisata Pertanian

Merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek

pertanian, perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan

rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi

maupun melihat-lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka

ragam warna dan suburnya pembibitan di tempat yang dikunjunginya.

j. Wisata Maritim (Marina) atau Bahari

Wisata yang dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih-lebih danau,

bengawan, teluk atau laut. Seperti memancing, berlayar, menyelam, berselancar,

balapan mendayung dan lainnya.

k. Wisata Cagar Alam

Wisata ini biasanya diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang

mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah

cagar alam, tanaman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya.

(36)

Wisata untuk buru, ditempat atau hutan yang telah ditetapkan pemerintah Negara

yang bersangkutan sebagai daerah perburuan, seperti di Baluran, Jawa Timur

untuk menembak babi hutan atau banteng.

m. Wisata Pilgrim

Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat-istiadat dan kepercayaan

umat atau kelompok dalam masyarakat Ini banyak dilakukan oleh rombongan atau

perorangan ketempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar, bukit atau

gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pimpinan yang

dianggap legenda.

n. Wisata Bulan Madu

Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan, pengantin baru, yang

sedang berbulan madu dengan fasilitasfasilitas khusus dan tersendiri demi

kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka.

Menurut Suwantoro (2004 14-17) ditinjau dari segi dan motivasinya

dibedakan menjadi beberapa kelompok, yakni:

a. Dari segi jumlahnya, wisatawan dibedakan atas:

1) Individual tour (wisatawan perorangan),

2) Family group tour (wisata keluarga),

3) Group tour (wisata rombongan).

b. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas:

1) Pre- arranged Tour (wisata berencana),

2) Package Tour (wisata paket atau peket wisata),

3) Coach Tour (wisata terpimpin),

4) Special arranged Tour ( wisata khusus),

5) Optional Tour (wisata Tambahan/manasuka).

c. Dari segi maksud dan tujuannya, wisata dibedakan atas:

1) Holiday Tour (wisata liburan),

2) Familiarization Tour (wisata pengenalan),

3) Educational tour ( wisata pendidikan),

(37)

5) Pileimage tour (wisata keagamaan),

6) Special mission tour (wisata kunjungan khusus),

7) Hunting tour (wisata pemburuan).

Host and Guest dalam The Antrophology of Torism mengklasifikasikan

jenis pariwisata sebagai berikut:

a. Pariwisata Etnik (Etnhic Tourism), yaitu perjalanan untuk mengamati

perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang menarik.

b. Pariwisata Budaya (Culture Tourism), yaitu perjalanan untuk meresapi

atau untuk mengalami gaya hidup yang telah hilang dari ingatan manusia.

c. Pariwisata Rekreasi (Recreation Tourism), yaitu kegiatan pariwisata yang

berkisar pada olahraga, menghilangkan ketegangan dan melakukan kontak

social dengan suasana santai.

d. Pariwisata Alam (Eco Tourism), yaitu perjalanan kesuatu tempat yang

relative masih asli atau belum tercemar, dengan tujuan untuk mepelajari,

mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan, dan binatang liar serta

perwujudan budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.

e. Pariwisata Kota (City Tourism), yaitu perjalanan dalam suatu kota untuk

menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar serta perwujudan

budaya yang ada atau pernah ada di tempat tersebut.

f. Rersort City, yaitu kota atau perkampungan yang mempunyai tumpuan

kehidupan pada persediaan sarana atau prasarana wisata yaitu penginapan,

restoran, olahraga, hiburan dan persediaan tamasya lainnya.

g. Pariwisata Agro (Agro Tourism yang terdiri dari Rural Tourism atau Farm

Tourism) yaitu merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari

kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini

bertujuan mengajak wisatawan memikirikan alam dan kelestariannya.

Pariwisata menurut daya tariknya menurut Fandeli (1995:3) dapat

dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Daya Tarik Alam

Pariwisata daya tarik alam yaitu wisata yang dilakukan dengan

(38)

alamnya, seperti laut, pesisir pantai, gunung, lembah, air terjun, hutan dan

objek wisata yang masih alami.

b. Daya Tarik Budaya

Pariwisata daya tarik budaya merupakan suatu wisata yang dilakukan

dengan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki keunikan atau

kekhasan budaya, seperti kampung naga, tanah toraja, kampung adat

banten, kraton kasepuhan Cirebon, kraton Yogyakarta, dan objek wisata

buidaya lainnya.

c. Daya Tarik Minat Khusus

Pariwisata ini merupakan pariwisata yang dilakukan dengan mengunjungi

objek wisata yang sesuai dengan minat seperti wisata olahraga, wisata

rohani, wisata kuliner, wisata belanja, dengan jenis-jenis kegiatannya

antara lain bungee jumping.

Berdasarkan letak geografis tempat pariwisata berkembang menurut Yoeti

(1990: 111-113), meliputi:

a. Pariwisata Lokal (Local Tourism)

Pariwisata setempat yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit dan terbatas

dalam tempat-tempat tertentu saja. Misalnya pariwisata kota Bandung, DKI

Jakarta, dan lain-lain.

b. Pariwisata Regional (Regional Tourism)

Pariwisata yang berkembang di suatu tempat atau daerah yang ruang lingkupnya

lebih luas bila dibandingkan dengan local tourism, tetapi lebih sempit bila

dibandingkan dengan national tourism. Misalnya Pariwisata Sumatera Utara, Bali,

dan lain-lain.

c. Pariwisata Nasional (National Tourism)

1) Pariwisata Nasional dalam arti sempit

Kegiatan pariwisata yang berkembang dalam wilayah suatu negara. Pengertian ini

sama halnya dengan “pariwisata dalam negeri” atau domestic tourism, di mana titik beratnya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata adalah warga negara

itu sendiri dan warga asing yang berdomisili di negara tersebut.

(39)

Kegiatan pariwisata yang berkembang dalam wilayah suatu negara, selain

kegiatan domestic tourism juga dikembangkan foreign tourism, di mana di

dalamnya termasuk in bound tourism dan out going tourism.

Beberapa jenis pariwisata diatas kemudian ditambahkan oleh Lili Adi

Wibowo (2008, 6:7) jenis atas beberapa hal:

a. Berdasarkan letak geografis

1) Regional-International Tourism

Kegiatan Pariwisata yang berkembang di suatu wilayah international yang

terbatas, tetapi melewati batas-batas lebih dari dua atau tiga negara dalam wilayah

tersebut. Misalnya pariwisata kawasan ASEAN, Timur Tengah, Asia Selatan,

Eropa Barat, dan lain-lain.

2) International Tourism

Kegiatan pariwisata yang berkembang di seluruh negara di dunia termasuk

regional-international tourism dan national tourism.

b. Berdasarkan pengaruhnya terhadap neraca pembayaran

1) Tourism atau Pariwisata Aktif

Kegiatan Pariwisata yang ditandai dengan fenomena masuknya wisatawan asing

ke suatu negara tertentu. Dikatakan sebagai pariwisata aktif karena dengan

masuknya wisatawan asing tersebut, berarti dapat memasukkan devisa bagi negara

yang dikunjungi yang tentunya secara otomatis akan memperkuat posisi Neraca

Pembayaran negara yang dikunjungi wisatawan tersebut. Bila ditinjau dari segi

pemasukan devisa maka jenis pariwisata ini harus mendapat perhatian utama

untuk dikembangkan, karena sifatnya yang quick yielding tersebut.

2) Out-going Tourism atau Pariwisata Pasif

Kegiatan Pariwisata yang ditandai dengan fenomena keluarnya warga negara

sendiri yang bepergian ke luar negeri sebagai wisatawan. Dikatakan sebagai

pariwisata pasif, karena bila ditinjau dari segi pemasukan devisa bagi negara.

Kegiatan ini merugikan negara asal wisatawan karena uang yang seharusnya

dibelanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri dan tidak ada arti ekonominya

bagi negara tersebut.

(40)

1) .Individual Tourism

Di sini yang melakukan perjalanan wisata adalah seorang wisatawan secara

mandiri (seorang diri) atau satu keluarga yang berwisata bersama.

2) Group Tourism

Jenis wisatawan di mana yang melakukan perjalanan wisata itu terdiri dari

beberapa orang yang tergabung dalam satu rombongan atau kelompok (group)

yang biasanya diorganisir oleh suatu pihak tertentu, misalnya tour operator atau

travel agent.

d. Menurut alat transportasi yang digunakan

1) Land Tourism

Jenis Pariwisata yang dalam kegiatannya menggunakan kendaraan mobil pribadi,

bus atau kereta api. Perjalanan dari dan ke daerah tujuan menggunakan

pengangkutan darat.

2) Sea and River Tourism

Kegiatan Pariwisata yang menggunakan kapal laut untuk berpesiar atau

mengunjungi tempat-tempat destinasi wisata.

3) Air Tourism

Jenis Pariwisata yang menggunakan pengangkutan udara (pesawat terbang) dari

dan ke daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.

e. Menurut usia wisatawan

1) Youth Tourism

Jenis Pariwisata yang dikembangkan bagi para remaja yang senang melakukan

perjalanan wisata dengan harga relatif murah dan biasanya menggunkan

akomodasi Youth Hostel.

2) Adult Tourism

Kegiatan Pariwisata yang diikut oleh orang-orang yang berusia lanjut. Biasanya

orang-orang yang melakukan perjalanan ini adalah orang-orang yang sedang

menjalani masa pengsiunnya dan ingin menghabiskan masa tua mereka dengan

(41)

2.1.1.4BENTUK-BENTUK PARIWISATA

Bentuk-bentuk pariwisata menurut Pendit (1994:39) dikatagorikan sebagai

berikut:

a. Menurut asal wisatawan. Pertama-tama perlu diketahui apakah asal

wisatawan ini dari dalam atau luar negeri. Kalau asalnya dari dalam negeri

yang berarti hanya pindah tempat sementara dinamakan pariwisata domestik

/nusantara, sedangkan jika dari luar negeri dinamakan pariwisata

internasional/ mancanegara.

b. Menurut akibat terhadap neraca pembayaran, kedatangan wisatawan asing

akan membawa valuta asing dan ini berarti memberi efek positif terhadap

neraca pembayaran, ini disebut pariwisata aktif. Jika kepergian warga negara

ke luar negeri akan membawa efek negatif terhadap neraca pembayaran

disebut pariwisata pasif.

c. Menurut jangka waktu. Kedatangan wisatawan diperhitungkan menurut

lamanya ia tinggal. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka

panjang dan jangka pendek.

d. Menurut jumlah wisatawan datang sendirian atau rombongan maka timbul

istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan,

e. Menurut alat angkut yang digunakan. Dilihat dari alat angkut yang

digunakan oleh wisatawan, maka dapat dibagi menjadi pariwisata laut,

pariwisata udara, pariwisata kereta api, pariwisata mobil.

2.1.1.5SARANA DAN PRASARANA PARIWISATA

A. SARANA

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan

pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung serta

kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan wisatawan. Sarana

kepariwisataan dapat dibagi menjadi 3 bagian (Yoeti 1996:9-12) mengatakan :

1. Sarana pokok kepariwisataan ( Main Tourism Superstructure )

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan sangat tergantung

(42)

kepariwisataan berfungsi dalam memberikan fasilitas pokok yang dapat

memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Perusahaan yang termasuk ke

dalam kelompok ini adalah :

a. Perusahaan yang kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan

perjalanan wisatawan atau disebut dengan receiptive tourist plan yaitu

perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan

tour-tour bagi wisatawan seperti Travel Agent, Tour Operator, dan lain-lain.

b. Perusahaan yang memberi pelayanan di daerah tujuan kemana itu pergi,

atau bisa disebut residential tourism plan yaitu perusahaan yang

memberikan layanan penginapan, menyediakan makanan dan minuman di

daerah tujuan wisata, misalnya : hotel, hostel homestay, cottage, pension,

dan sebagainya.

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan ( Supplementing Tourism Suprastructure ).

Merupakan perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas rekreasi yang

fungsinya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan membuat wisatawan

dapat lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Yang

termasuk ke dalam kelompok ini adalah sarana/fasilitas olah raga dan sarana

lainnya.

3. Sarana Penunjang Kepariwisataan

Merupakan perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok.

Fungsinya tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal di suatu daerah

tujuan wisata, tetapi mempunyai fungsi yang lebih penting, yaitu agar wisatawan

lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya. Yang

termasuk ke dalam kelompok ini adalah : night club, steam baths, casinos dan

lain-lain.

B. PRASARANA

Prasarana dalam kepariwisataan adalah semua fasilitas yang

memungkinkan proses kepariwisataan dapat berjalan lancar sehingga dapat

memudahkan serta memberikan pelayanan kepada wisatawan. Menurut Wahab

dalam buku Yoeti, (1982:172) mengatakan :

Prasarana kepariwisataan (Tourism Infrastructures) adalah semua fasilitas

(43)

serta dapat memberi pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan

mereka yang beranekaragam. Yang termasuk dalam kelompok prasarana

pariwisata adalah :

a. Instalasi Pembangkit Tenaga Listrik dan Instalasi Penyediaan air minum.

b. Prasarana perhubungan seperti : jaringan jalan raya, kereta api, pelabuhan

c. Sistem pengairan atau irigasi untuk kepintingan pertanian, peternakan dan

lain sebagainya.

2.1.2 USAHA JASA BOGA

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 715/Menkes/SK/V/2003

mendefinisikan jasa boga atau catering adalah perusahaan atau perorangan yang

melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha

atas dasar pesanan. Sedangkan Departemen Perindustrian dan Perdagangan

menyatakan usaha jasa boga adalah meliputi usaha penjualan makanan jadi (siap

dikonsumsi) yang terselenggara melalui pesanan-pesanan untuk perayaan, pesta,

seminar, rapat, paket perjalanan haji.

Restoran adalah suatu tempat yang identik dengan jajaran meja-meja yang

tersusun rapi, dengan kehadiran orang, timbulnya aroma semerbak dari dapur dan

pelayanan para pramusaji, berdentingnya bunyi-bunyian kecil karena persentuhan

gelas-gelas kaca, porselin, menyebabkan suasana hidup di dalamnya (Sugiarto dan

Sulartiningrum, 2001: 77).

Restaurant menurut Marsum, (2005, 8:11) dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa tipe, yakni:

a. A’la carte restorant

Restoran yang menyajikan menu lengkap dan merupakan restoran tanpa aturan

mengikat atau bebas.

b. Table d’hotel

Restoran dengan menu lengkap dan menyajikan setiap setiap menu berurutan dari

menu pembuka sampai penutup. Biasanya restoran ini sangat berhubungan dengan

(44)

c. Caffe shop

Merupakan tempat makan dan minum yang menyuguhkan suasana santai tanpa

aturan yang mengikat dan biasanya menyuguhkan racikan kopi sebagai menu

spesial diluar makanan-makanan kecil atau makanan siap saji.

d. Cafetaria

Merupakan tempat makan dan minum yang terbatas menyajikan roti atau

sandwitch serta minuman-minuman ringan yang tidak beralkohol, biasanya erat

hubungannya dengan kantor.

e. Canteen

Merupakan tempat makan dan minum yang menyajikan berbagai

makanan-makanan instan dengan harga yang terjangkau.

f. Continental restaurant

Restoran yang memberikan kebebasan bagi pengunjungnya untuk memilih bahkan

mengiris makanan yang dipesannya sendiri.

g. Carvery

Merupakan restoran yang biasanya terdapat di motel kecil dan menyajikan

makanan dan minuman sederhana.

h. Discotheque

Merupakan tempat makan dan minum yang menyuguhkan suasanan hingar bingar

musik sebagai daya tariknya. Biasanya menyuguhkan makanan danminuman

cepat saji.

i. Fish and chip shop

Restoran yang menyajikan menu ikan dan keripik atau snack sebagai menu utama.

j. Grill room

Restoran dengan menu masakan panggang atau barbekyu sebagai menu andalan.

k. Intavern

Restoran kecil di pinggiran kota yang biasanya menyuguhkan makanan cepat saji

dan minuman kopi.

l. Pizzeria

Restoran dengan menu pizza dan pasta sebagai menu utama.

m. Creeperie

(45)

n. Pub

Restoran yang menjual minuman beralkohol.

o. Café

Tempat untuk makan dan minum sajian cepat saji dan menyuguhkan suasanan

santai atau tidak resmi.

p. Specialty restaurant

Merupakan tempat untuk makan dan minum yang memiliki tema khusus atau

kekhususan menu masakana yang akan disajikan dan biasanya memiliki citarasa

yang berbeda dengan restoran lain.

q. Terrace restaurant

Merupakan tempat makan dan minum yang umumnya terletak di luar ruangan dan

biasanya erat hubungannya dengan fasilitas hotel. Di Negara-negara barat Terrace

restaurant biasanya hanya buka saat musim panas saja.

r. Gourment restaurant

Merupakan tempat untuk makan dan minum yang bisaanya diperuntukkan bagi

orang-orang yang sangat mengerti akan citarasa sehingga banyak menyediakan

makanan-makanan lezat dengan pelayanan yang megah dan harga yang mahal.

s. Family restaurant

Merupakan restoran sederhana untuk makan dan minum keluarga atau rombongan

dengan harga yang tidak mahal serta menyuguhkan suasana nyaman dan santai.

t. Main dining room

Merupakan ruang makan besar atau restoran yang umumnya terdapat di hotel,

penyajian makanannya secara resmi, servis yang diberikan dapat menggunakan

gaya Perancis maupun Rusia, sedangkan orang-orang yang datang pada umumnya

juga menggunakan pakaian resmi formal.

Sugiarto dan Sulartiningrum (2001, 102) dalam bukunya

mengklasifikasikan resstoran menjadi:

a. Vending Machine

Jenis restoran ini menggunakan mesin otomatis dan seseorang dapat

mengambil makanan yang dikehendaki dengan memasukkan sejumlah

koinsesuai dengan harga makanan yang tertera.

Gambar

Tabel 4.1
Gambar 4.2 Karakterisitik Usia Responden Konsumen
Tabel 4.3
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Michael couldn’t remember the last time anyone had spoken to him like that, and he felt a twinge of jealousy, made all the worse because he liked Claire – liked her sassiness, her

Klinika za neurologiju, Klinički bolnički centar Osijek, Josipa Huttlera 4,. HR-31000

Di dalam program Java, Anda bisa mempunyai variable dengan tipe data primitive ataupun variable yang merupakan obyek?. Variable yang mempunyai tipe data primitive

Memenuhi kebutuhan tersebut, bank juga menuntut setiap karyawan untuk dapat bekerja secara efektif dan berkualitas untuk menghadapi daya saing yang semakin ketat untuk

Pengaruh guncangan suku bunga SBI sebesar satu standar deviasi pada periodepertama akan menyebabkan menaikan kredit investasi bank persero sebesar 0.1 persen, tetapi pada bulan

Pendapatan petani yang bersumber dari tanaman kehutanan yaitu dengan menanam tanaman Acacia mangium dan jati (Tectona grandis) yang ditanam pada lahan hutan rakyat di Desa

Namun ketukan yang terlalu lambat atau terlalu cepat terhadap waktu normal akan diidentifikasikan sebagai ketukan yang salah karena dalam sistem telah dibuat

Kembung merupakan jenis penyakit yang sering dialami oleh domba dan kambing yang diberi pakan rumput. Rumen domba dan kambing dipenuhi oleh gas yang terjebak dan tidak