SKRIPSI
PENGARUH PENGAWASAN INTERNAL PIUTANG USAHA TERHADAP PENERIMAAN KAS PERUSAHAAN PADA PT. BUSSAN AUTO FINANCE CABANG MEDAN
Oleh :
Nama : Harris Mazlan P N I M : 030522117
Departemen : Akuntansi
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul: “Pengawasan
Internal Piutang Usaha dan Pengaruhnya terhadap Penerimaan Kas Perusahaan
pada PT. Bussan Auto Finance Cabang Medan”. Adalah benar hasil karya saya
sendiri dan Judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau
diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan Skripsi Program Strata-1
Extension Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Sumber-sumber dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,
benar dan apa adanya sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya bersedia menerima Sanksi yang
telah ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Februari 2010 Yang Membuat Pernyataan
Harris Mazlan P
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Rabb semesta alam atas segala limpahan nikmat,
rahmat taufik dan hidayah-Nya baik yang disadari dan tidak disadari ataupun baru
disadari setelah kehilangan nikmat tersebut. Naudzubillah, ya Allah...aku
berlindung kepada-Mu dari golongan orang yang kufur nikmat. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabiyullah, hamba Allah dan
Rasul-Nya, uswah dan qudwah hasanah, permata hati, pembawa kebenaran, yang
mengajak dan membimbing ke jalan Allah dan mengeluarkan manusia dari
kegelapan jahiliyah kepada cahaya Islam. Alhamdulillah, tiada ungkapan yang
lebih pantas diucapkan selain rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah
SWT, karena hanya atas pertolongannya maka Saya telah berhasil menyelesaikan
studi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan menyelesaikan
penulisan skripsi yang berjudul “Pengawasan Internal Piutang Usaha dan
Pengaruhnya terhadap Penerimaan Kas Perusahaan pada PT. Bussan Auto
Finance Cabang Medan”.
Sesungguhnya banyak pihak yang memberikan dorongan dan pencerahan serta
dukungan dan bantuan dalam penulisan skripsi ini, sehingga Saya merasa sangat
terhutang budi terhadap mereka yang telah memberikan kontribusi dan wawasan
keilmuan di bidang akuntansi. Melalui kesempatan ini, Saya menyampaikan
terima kasih, penghormatan dan penghargaan yang tinggi kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, selaku Dosen Pembimbing. Terima
Dra. Naleni Indra, MM, Ak, selaku Dosen Pembanding II. Terima kasih atas
saran dan masukan yang telah diberikan
Akhirnya saya bermohon pada Allah agar skripsi ini bermanfaat bagi Saya
khususnya, dan bagi para pembaca dan juga bagi dunia pendidikan. Harapan saya
mudah-mudahan Allah SWT menjadikannya niat yang murni, ikhlas hanya karena
Allah semata, hanya kepada Allah SWT Saya datang bersujud dan menyembah,
hanya karena rahmat, kasih sayang dan ridho-Nya skripsi ini dapat ditulis dan
dipersembahkan, Dialah yang dapat memberikan semua ini, semoga termasuk
dalam perbuatan yang menambah berat amal baik saya di akhirat nanti, serta
menjadikannya amal yang bermanfaat fi-dini wad-dun-ya wal akhiroh,
Allahumma Amin, Ya Rabbal ‘Alamin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, Februari 2010 Penulis,
Harris Mazlan P
PT. Bussan Auto Finance merupakan salah satu penyelenggara perusahaan pembiayaan yang sifatnya melakukan pendanaan pembelian kendaraan bermotor dengan sistem pembiayaan leasing. Dengan kata lain bahwa PT. Bussan Auto Finance merupakan perusahaan yang produknya adalah jasa pemberian kredit. aktivitas utama perusahaan adalah pendanaan pembelian kendaraan bermotor dengan sistem pembiayaan leasing.
Perusahaan tidak mempunyai persediaan kendaraan sendiri untuk dijual secara kredit maka hubungan baik dengan supplier dalam hal ini dealer atau showroom kendaraan bermotor merupakan kunci keberhasilan bisnis perusahaan jenis ini.
Dalam menyelenggarakan pembiayaan PT. Bussan Auto Finance menerapkan pengawasan intern piutang dan penerimaan piutang yang bertujuan untuk menilai pengelolaan dan pengawasan piutang apakah sudah berjalan efektif baik menyangkut kebijakan kredit, pengawasan jumlah piutang usaha sampai dengan proses pengihan serta penerimaan kas dari piutang usaha tersebut.
PT. Auto Bussan Finance represent one of the organizer of defrayal company which in character conduct the financing of purchasing motor vehicle with the system of defrayal leasing. Equally that PT. Auto Bussan Finance represent the company which its product is service of gift credit. especial activity of company is financing of purchasing of motor vehicle with the system of defrayal leasing
Company don't have the vehicle supply by self to be sold in credit of hence good relation by supplier in this case dealer or showroom motorize to represent the key of efficacy of company business of this type.
In carrying out defrayal PT. Auto Bussan Finance apply the internal control of receivable and receivable with aim to to assess the management and receivable observation of whether have walked good effective concerning credit policy, observation of is amount of receivable of is effort up to process and also cash inflow from the effort receivable
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Pengertian Singkat Tentang Piutang Usaha ... 7
B. Prosedur Penjualan dan Kebijakan Pemberian Kredit ... 8
1. Prosedur Penjualan Kredit ... 8
2. Kebijakan Pemberian Kredit ... 10
C. Pengawasan Intern ... 11
1. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Intern... 11
2. Prinsip, Kendala dan Keterbatasan Pengawasan Intern ... 14
3. Unsur-Unsur Pengawasan Intern ... 18
D. Pengawasan Intern Piutang Usaha ... 30
1. Lingkungan Pengawasan Piutang Usaha ... 30
2. Penetapan Resiko Atas Piutang Usaha ... 32
3. Informasi dan Komunikasi Atas Piutang Usaha ... 34
4. Aktifitas dan Prosedur Pengawasan Piutang Usaha ... 40
5. Pemantauan (Monitoring) Terhadap Piutang Usaha ... 40
C. Prosedur Pengumpulan Data ... 43
D. Teknik Analisa Data ... 43
BAB IV PT. BUSSAN AUTO FINANCE ... 45
A. Data Penelitian ... 45
1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 45
2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 46
3. Prosedur Penjualan dan Kebijaksanaan Pemberian Kredit ... 58
4. Pengawasan Inter Piutang Usaha ... 62
B. Analisis dan Evaluasi ... 75
1. Analisis dan Evaluasi Prosedur Penjualan Kredit ... 76
2. Analisis dan Evaluasi Pengawasan Intern Piutang Usaha ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 92
Gambar Judul Hal
PT. Bussan Auto Finance merupakan salah satu penyelenggara perusahaan pembiayaan yang sifatnya melakukan pendanaan pembelian kendaraan bermotor dengan sistem pembiayaan leasing. Dengan kata lain bahwa PT. Bussan Auto Finance merupakan perusahaan yang produknya adalah jasa pemberian kredit. aktivitas utama perusahaan adalah pendanaan pembelian kendaraan bermotor dengan sistem pembiayaan leasing.
Perusahaan tidak mempunyai persediaan kendaraan sendiri untuk dijual secara kredit maka hubungan baik dengan supplier dalam hal ini dealer atau showroom kendaraan bermotor merupakan kunci keberhasilan bisnis perusahaan jenis ini.
Dalam menyelenggarakan pembiayaan PT. Bussan Auto Finance menerapkan pengawasan intern piutang dan penerimaan piutang yang bertujuan untuk menilai pengelolaan dan pengawasan piutang apakah sudah berjalan efektif baik menyangkut kebijakan kredit, pengawasan jumlah piutang usaha sampai dengan proses pengihan serta penerimaan kas dari piutang usaha tersebut.
PT. Auto Bussan Finance represent one of the organizer of defrayal company which in character conduct the financing of purchasing motor vehicle with the system of defrayal leasing. Equally that PT. Auto Bussan Finance represent the company which its product is service of gift credit. especial activity of company is financing of purchasing of motor vehicle with the system of defrayal leasing
Company don't have the vehicle supply by self to be sold in credit of hence good relation by supplier in this case dealer or showroom motorize to represent the key of efficacy of company business of this type.
In carrying out defrayal PT. Auto Bussan Finance apply the internal control of receivable and receivable with aim to to assess the management and receivable observation of whether have walked good effective concerning credit policy, observation of is amount of receivable of is effort up to process and also cash inflow from the effort receivable
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan yang hendak dicapai dengan didirikannya suatu perusahaan pada
umumnya sama, yakni pencapaian laba yang optimal. Tujuan ini lalu
dikembangkan dengan tujuan selanjutnya yaitu perkembangan dan kelangsungan
hidup perusahaan yang berkesinambungan. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut perusahaan melakukan aktivitas yang lazim disebut dengan penjualan.
Dari aktivitas penjualan inilah perusahaan memperolah keuntungan yang akan
dipergunakan untuk melangsungkan dan mengembangkan kegiatan operasional
perusahaan.
Penjualan yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari ada dua cara yaitu
dengan cara tunai dan kredit. Dalam mengikuti persaingan dunia usaha yang
semakin ketat perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan penjualannya dengan
cara tunai saja, lazimnya persentase penjualan kredit semakin lebih besar dari
pada penjualan tunai untuk perusahaan yang mempunyai aktivitas penjualan yang
relatif besar.
Dari aktivitas penjualan tunai perusahaan akan langsung mendapatkan
pembayaran tunai, sedangkan dari penjualan kredit akan timbul piutang usaha.
Dari penjualan tunai, aktivitas yang tergambar cukup sederhana. Perusahaan tidak
perlu membuat syarat-syarat khusus untuk pembeli yang melakukan transaksi
serah terima barang dan pembayaran. Sementara dalam aktifitas penjualan kredit
kegiatan yang ditimbulkan akan lebih kompleks. Dari aktivitas penjualan kredit
akan muncul piutang. Perusahaan tentunya tidak sembarangan dalam melakukan
penjualan kredit. Diperlukan syarat-syarat tertentu untuk dapat menentukan
apakah calon konsumen tersebut layak untuk diberikan kredit. Setelah itu
hubungan dengan pelanggan akan terus berlangsung dari proses penagihan dan
berakhir sampai pada saat pembayaran piutang usaha. Dalam proses mencairkan
piutang usaha menjadi kas perusahaan memerlukan sistem yang memadai, hingga
diharapkan semua piutang usaha dapat tertagih. Oleh karena itu, diperlukan
pengelolaan dan pengawasan yang efektif dalam hal piutang usaha ini.
Pengelolaan dan pengawasan piutang yang dilakukan terutama menyangkut
masalah evaluasi kebijakan kredit yang diberikan oleh perusahaan, pengawasan
jumlah piutang usaha, dan sampai pada penagihan serta penerimaan kas dari
piutang usaha tersebut.
Jadi timbulnya piutang usaha bagi perusahaan membawa konsekuensi
perlunya penanganan yang serius dimana diperlukan pengawasan yang memadai
untuk mendukung keberhasilan dan kelancaran operasional perusahaan. Berkaitan
dengan hal ini diperlukan pengawasan intern piutang usaha yang memadai dan
efektif, sehingga piutang usaha tersebut dapat cair sesuai dengan tanggal jatuh
temponya.
Masalah lain yang sering muncul yaitu piutang usaha dan penerimaan hasil
dari piutang usaha rawan terhadap tindakan penyelewengan atau penyimpangan.
dimulainya penjualan kredit, misalnya penjualan kepada pihak yang tidak
memenuhi kriteria penerima kredit, atau pemberian kredit tanpa adanya otoritasi
dari pejabat yang berwenang. Bentuk penyimpangan, kesalahan atau kelalaian lain
yang mungkin sering terjadi adalah dilakukannya lapping oleh karyawan
perusahaan, kitting, penghapusan piutang usaha yang sebenarnya masih dapat
ditagih dan keterlambatan penagihan piutang usaha. Semua bentuk penyimpangan
dan kesalahan tersebut terjadi akibat lemahnya pengawasan dari pihak
perusahaan, menyebabkan semakin besarnya dana yang tertanam pada piutang
usaha, sehingga akan menghambat arus penerimaan kas dan kelancaran operasi
perusahaan.
Dari berbagai jenis usaha yang ada sekarang ini, perusahaan pembiayaan
merupakan salah satu perusahaan yang jumlah piutangnya merupakan assets
utama dan sekaligus sebagai hasil produk perusahaan. Dapat juga dikatakan
bahwa piutang usaha merupakan jantung bagi hidupnya perusahaan pembiayaan.
Bagaimanapun suksesnya perusahaan pembiayaan dalam melemparkan kredit ke
masyarakat, tetapi dalam hal pengelolaan atau pengawasan piutang usaha tidak
mempunyai sistem yang memadai dan efektif, maka bisa dipastikan perusahaan
tersebut akan mengalami kerugian besar dan akhirnya membawa perusahaan
kearah kehancuran. Masih segar diingatan kita pada saat krisis moneter menerpa
kehidupan dunia usaha di Indonesia, banyak perusahaan pembiayaan menutup
usahanya. Memang banyak alasan menyebabkan ambruknya usaha pembiayaan
usahanya tidak efektif dalam kondisi krisis moneter, menyebabkan perusahaan
pembiayaan kesulitan memperoleh dana yang akan dijual ke masyarakat.
Oleh karena itu pengawasan intern piutang usaha merupakan salah satu bentuk
pengawasan yang lazim dan banyak dipraktekkan oleh perusahaan saat ini. Tanpa
mengecilkan arti pengawasan bidang-bidang lain, pengawasan intern piutang
merupakan bagian terpenting dan mendapat perhatian serius dari pihak
manajemen perusahaan, terutama perusahaan yang bergerak di bidang
pembiayaan. Dengan alasan ini penulis terdorong ingin mengetahui sampai sejauh
mana usaha manajemen perusahaan di PT. Bussan Auto Finance Cabang Medan
dalam mengaplikasikan pengawasan terhadap piutang usahanya. PT. Bussan Auto
Finance Cabang Medan, bergerak dalam pemberian kredit khususnya kredit
sepeda motor merek Yamaha.
Perusahaan ini termasuk dari sedikit perusahaan pembiayaan yang masih
mampu beroperasi pada saat krisis moneter menerpa perekonomian Indonesia
sejak pertengahan tahun 1997 sampai sekarang. Selaian itu PT. Bussan Auto
Finance Cabang Medan mempunyai daerah penjualan cukup luas dan konsumen
relatif banyak, tersebar di empat provinsi yaitu Nangroe Aceh Darussalam,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan, Sulawesi dan Pulau Jawa.
Keadaan di atas merupakan alasan dan pendorong penulis untuk melakukan
penelitian yang hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul “Pengawasan
Internal Piutang Usaha dan Pengaruhnya terhadap Penerimaan Kas Perusahaan
B. Perumusan Masalah
Dalam melaksanakan suatu penelitian, langkah awal yang harus dilakukan
adalah perumusan masalah. Dengan adanya perumusan masalah ini, maka penulis
dapat menentukan hal-hal yang menjadi perhatian dalam penelitian. Perumusan
masalah dalam penulisan skripsi ini yaitu tanpa adanya pengawasan intern piutang
usaha yang baik dan efektif maka akan menyebabkan kerugian besar bagi
perusahaan. Berdasarkan alasan pemilihan judul dan rumusan masalah diatas,
maka penulis melakukan penelitian untuk mengumpulkan data penulisan yaitu
“Bagaimana pengawasan intern piutang usaha terhadap penerimaan piutang yang
diterapkan pada PT. Bussan Auto Finance Cabang Medan. Dan apakah sudah
efektif untuk meminimalkan tingkat penyimpangan atau kesalahan dalam
penyelenggaraan kegiatan yang berhubungan dengan proses pencairan piutang
usaha hingga menjadi kas”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian untuk penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi
pengawasan intern piutang usaha pada PT. Bussan Auto Finance Cabang Medan.
Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat yang
berguna sebagai :
a. Bahan masukan dan pertimbangan bagi PT. Bussan Auto Finance Cabang
Medan dalam mengembangkan pengawasan intern piutang usaha dimasa
b. Bahan referensi dan pertimbangan bagi para peneliti yang berminat dalam
A. Pengertian Singkat Tentang Piutang Usaha
Untuk meningkatkan volume penjualan umumnya perusahaan menawarkan
berbagai kemudahan untuk menarik minat pembeli. Salah satu bentuk kemudahan
yang ditawarkan adalah dengan cara penjualan kredit, pembeli diberi tenggang
waktu untuk melakukan pembayaran. Dalam waktu tersebut penjualan kredit akan
menimbulkan tagihan kepada pelanggan. Tagihan kepada Pelanggan inilah yang
disebut dengan piutang.
Smith dan Skousen (2002 : 238) mengemukakan defenisi piutang sebagai
klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan aktiva non kas lainnya. Defenisi
tersebut merupakan defenisi dalam arti luas. Untuk tujuan akuntansi defenisi
tersebut dipersempit yaitu hak-hak yang diharapkan dapat terpenuhi dengan
penerimaan kas. Sementara Fess dan Niswonger (2005 : 352) mengemukakan
defenisi piutang, bahwa “Piutang merupakan semua klaim dalam bentuk uang
terhadap perorangan, organisasi atau debitor lainnya, dimana piutang timbul dari
beberapa jenis transaksi, dimana yang paling umum ialah penjualan barang dan
jasa secara kredit”.
Menurut Tacker ( 1999 : 293) piutang yaitu “Receivable are amount to the firm by
outsider in the firm of regular account or written promisorry notes to be collected
Dari beberapa defenisi piutang diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sumber
utama munculnya penjualan atas barang dan jasa. Piutang yang muncul dari
penjualan kredit inilah disebut dengan piutang usaha. Dalam penulisan skripsi ini
penulis mengunakan istilah piutang usaha untuk piutang dagang. Piutang usaha
seringkali hanya didukung oleh faktur penjualan. Tetapi untuk perusahaan jasa
pembiayaan biasanya disertai dengan perjanjian tertulis antara perusahaan dengan
pelanggan.
B. Prosedur Penjualan dan Kebijakan Pemberian Kredit
1. Prosedur Penjualan Kredit
Piutang usaha muncul dari penjualan secara kredit Karena penjualan kredit
mengandung resiko yang tidak terdapat pada penjualan tunai berupa
kemungkinan tidak tertagihnya piutang, maka diperlukan prosedur yang
kompleks dalam penjualan kredit. Yang dimaksud dengan prosedur disini
yaitu suatu urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang
dalam satu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan
secara seragam terhadap transaksi perusahaan yang terjadi.
Menurut Mulyadi (2003 : 222) Dalam penjualan kredit terdapat beberapa
prosedur yang dilakukan antara lain :
a. Prosedur Order Penjualan b. Prosedur Persetujuan Kredit c. Prosedur Pengiriman
d. Prosedur Penagihan
Penjelasan lebih lanjut dari prosedur penjualan kredit diuraikan sebagai
berikut :
Prosedur Order Penjualan
Dalam prosedur ini bagian penjualan menerima order dari pembeli dan
menambahkan informasi penting pada surat order dari pembeli. Bagian
penjualan kemudian membuat surat order pengiriman dan mengirimkannya
kepada berbagai bagian yang lain untuk memungkinkan bagian tersebut
memberikan konstribusi dalam melayani order dari pembeli.
Prosedur Persetujuan Kredit
Dalam prosedur penjualan kredit bagian penjualan meminta persetujuan
penjualan kredit. Bagian penjualan mempunyai kecenderungan untuk menjual
barang sebanyak-banyaknya, sehingga seringkali mengabaikan dapat ditagih
atau tidaknya piutang yang timbul dari transaksi tersebut. Oleh karena itu
diperlukan pengecekan intern terhadap status kredit pembeli sebelum transaski
penjualan kredit dilaksanakan. Persetujuan atas pemberian kredit lazimnya
diberikan oleh kepala bagian kredit dengan sepengetahuan pimpinan
Prosedur Pengiriman
Apabila permohonan kredit sudah disetujui maka bagian pengiriman akan
mengirimkan barang kepada pembeli sesuai dengan informasi yang tercantum
dalam surat order pengiriman yang diterima oleh bagian pengiriman
Prosedur Penagihan
Dalam prosedur ini bagian penagihan membuat faktur penjualan dan
mengirimkannya kepada pembeli.
Prosedur Pencatatan Piutang
Setelah faktur penjualan diterbitkan, bagian akuntansi mencatat tembusan
faktur penjualan ke dalam kartu piutang.
Prosedur Distribusi Penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mendistribusikan data penjualan
menurut informasi yang diperlukan oleh manajemen.
2. Kebijakan Pemberian Kredit
Penagihan atas piutang akan dilakukan apabila piutang telah jatuh tempo.
Perusahaan tentunya mengharapkan semua piutang yang ada dapat ditagih
dengan baik. Namun dalam kenyataannya perusahaan dihadapkan pada
ketidakmampuan pelanggan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada waktu
disebabkan pelanggan tidak melunasi piutang disebabkan oleh beberapa
faktor, seperti pelanggan mengalami kebangkrutan atau pelanggan melarikan
diri karena suatu hal dan lain hal. Untuk meminimalkan tingkat kerugian yang
diakibatkan oleh ketidakmampuan pelanggan membayar kewajibannya maka
diperlukan suatu kebijakan dalam pemberian kredit, sehingga piutang yang
diberikan tepat kepada pelanggan yang diinginkan.
Kebijakan disini merupakan konsep dan asas yang menjadi garis besar dan
dasar rencana dalam pemberian kredit. Beberapa kebijakan yang umum
diterapkan perusahaan dalam hal ini pemberian kredit yaitu :
a. Menentukan batas maksimum kredit dari setiap pelanggan
b. Menentukan jangka waktu kredit
c. Menentukan kriteria pelanggan
C. Pengawasan Intern
1. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Intern
Catatan akuntansi adalah bagian yang terpisah dari asset dan operasi bisnis
semua badan usaha. Catatan akuntansi harus secara akurat merefleksikan apa
yang sedang berlangsung tentang kondisi atau keadaan nyata dari asset
perusahaan. Disebabkan adanya kesalahan-kesalahan, sehingga catatan dan
sistem akuntansi yang ada mungkin saja tidak merefleksikan secara akurat
kondisi atau posisi bisnis operasi perusahaan yang sebenarnya. Ini berarti
manajemen harus mengembangkan suatu teknik, metode, dan prosedur yang
digunakan menajemen dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut dikenal dengan
istilah sistem pengawasan intern. Pengawasan intern merupakan kebijakan dan
prosedur spesifik yang dirancang untuk memberi keyakinan memadai bagi
manajemen bahwa sasaran dan tujuan penting bagi perusahaan dapat dipenuhi.
Mulyadi memberikan defenisi pengawasan intern sebagai berikut (2003 : 166):
“Pengawasan intern meliputi struktur organisasi, metode, ukuran-ukuran yang
dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, memajukan efisiensi, dan mendorong dipatuhinya
kebijakan manajemen”. Pengertian ini secara garis besar mengelompkkan
metode dan tujuan-tujuan pengawasan intern menjadi dua bagian besar. Dua
tujuan pertama merupakan tujuan dari salah satu bagian pengawasan intern,
yang sering disebut dengan pengawasan intern akuntansi. Sedang dua tujuan
terakhir merupakan tujuan dari bagian lainnya dari pengawasan intern, yang
dikenal dengan pengawasan intern administrasi.
Dalam artian yang umum, pengawasan intern meliputi pekerjaan
pengecekan dan semua alat yang digunakan manajemen dalam melaksanakan
pengawasan. Pengawasan intern merupakan tanggung jawab dan tugas dari
manajemen. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan
Publik, menyebutkan pengendalian intern dan istilah struktur pengendalian
intern. Struktur penegndalian intern suatu usaha terdiri dari kebijakan dan
prosedur yang diterapkan untuk memberikan keyakinan (assurance) memadai
bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai. Dari defenisi tersebut dapat
terdiri dari kebijakan dan prosedur yang diterpakan untuk menjamin
pencapaian tujuan-tujuan yang ditetapkan menajemen.
Menurut Winarno (2004 : 88) pada tahun 1992, Committee of Sponsoring
Organization (COSO) of The Treaway Commision memberikan defenisi
pengawasan intern sebagai berikut :
Pengendalian intern adalah proses yang dipatuhi oleh dewan direksi, manajemen, dan karyawan, yang dirancang untuk memberi jaminan yang memadai dalam pencapaian salah satu atau lebih tujuan berikut ini :
- Efisiensi dan efektifitas kegiatan (termasuk penilaian kinerja, pencarian laba dan pengamanan aktiva perusahaan)
- Keterpercayaan informasi keuangan (baik untuk pihak intern maupun ekstern serta pencegahan pemanipulasian laporan keuangan)
- Kepatuhan dengan berbagai peraturan dan undang-undang harus dipatuhi oleh perusahaan.
Dari defenisi tersebut dapat diketahui bahwa pada perkembangannya saat ini
istilah struktur pengawasan intern tidak digunakan lagi. Istilah yang baru telah
menghilangkan kata struktur atau sistem, dan menggantinya dengan sitilah
pengawasan atau pengendalian intern.
Menurut Widjaya (2005 : 12) Suatu pengawasan intern dapat dikatakan
baik umumnya memiliki cici-ciri sebagai berikut :
a. Suatu struktur organisasi yang di dalamnya terdapat pemisahan tanggung jawab fungsional yang sesuai
b. Suatu sistem yang mencakup prosedur otorisasi dan pencatatan yang sesuai agar memungkinkan pengendalian yang wajar atas harta, utang, pendapatan dan biaya
c. Cara kerja yang wajar yang harus digunakan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing bagian organisatoris, dan
d. Kepegawaian dengan mutu yang sepadan dengan tanggung jawabnya.
Ke empat ciri ditas mempunyai peran yang sama penting. Kelamahan yang
mencolok pada salah satu ciri tersebut dapat menghambat terwujudnya tujuan
untuk perusahaan lain meslipun kedua perusahaan sejenis. Banyak faktor yang
menentukan bentuk pengawasan intern perusahaan seperti kemampuan dan
filsafat manajemen yang berbeda, tingkat keahlian, dan dapat dipercayainya
pengawai. Tuanakotta menggambarkan pengawasan intern yang baik sebagai
berikut (2002 : 96) : “Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu pengawasan
intern adalah baik jika tidak seorangpun berada dalam kedudukan sedemikian
rupa sehinga ia dapat membuat kesalahan dan meneruskan tindakan-tindakan
yang tidak diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama”.
2. Prinsip, Kendala dan Keterbatasan Pengawasan Intern
Menurut Boynton dan Kell (2006 : 252), Committee of Sponsoring
Organization (COSO) menyebutkan beberapa konsep dasar dari pengawasan
intern antara lain:
a. Pengawasan intern merupakan suatu proses. Artinya bahwa pengawasan intern itu bukan merupakan suatu awal dan bukan merupakan suatu akhir aktifitas. Pengawasan intern terdiri dari aktifitas yang berkelanjutan yang meresap dan bersatu dengan infrastruktur yang dimiliki oleh perusahaan.
b. Pengawasan intern dipengaruhi oleh orang-orang. Pengawasan intern bukan sekedar petunjuk kebijaksanaan dan formulir-formulir saja, melainkan juga orang-orang yaitu orang-orang yang berada di semua level dari suatu organisasi termasuk dewan direksi.
c. Pengawasan intern diharapkan hanya dapat memberikan jaminan yang memadai bukan jaminan mutlak kepada pikah menajemen perusahaan dan dewan direksi karena adanya keterbatasan pengawasan intern itu sendiri dan juga mempertimbangkan segi biaya dan keuntungan dari pelaksanaan pengawasan.
d. Pengawasan intern merupakan suatu alat atau sarana untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengawasan intern diciptakan oleh manjemen untuk membantu menghindari
menjamin keandalan data akuntansi. Tetapi pengawsan intern bukan
merupakan suatu yang sempurna. Pengawasan intern mempunyai kendala dan
keterbatasan.
Boynton dan Kell (2006 : 256) mengatakan keterbatasan atas pengawasan
intern disebabkan oleh alasan-alasan berikut :
a. Mistakes in judgment b. Breakdowns
c. Collusion
d. Manajement override e. Cost versus benefit
Uraian lebih lanjut mengenai kelima keterbatasan tersebut dapat dijelaskan
berikut ini.
a. Mistakes in judgment (Kesalahan dalam Pertimbangan)
Hambatan dan ketebatasan pengawasan intern terjadi karena pihak
manjemen dan karyawan sering mengambil pertimbangan yang salah
dalam membuat keputusan-keputusan atau dalam menjalankan tugas
sehari-hari. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti
kurangnya informasi untuk pengambilan keputusan, keterbatasan waktu
yang mereka miliki atau adanya tekanan-tekanan lainnya.
b. Breakdowns (Gangguan/kemacetan)
Gangguan dalam melaksanakan pengawasan intern dapat terjadi karena
karyawan tidak dapat memahami instruksi-instruksi yang diberikan atau
karyawan membuat kesalahan yang diakibatkan oleh kecerobohan mereka
permanent yang dilakukan terhadap karyawan atau perubahan terhadap
sistem dan prosedur dapat juga menyebabkan terjadinya gangguan.
c. Collusion (Kolusi)
Pelaksanaan sistem dan prosedur yang dirancang dengan baik dan efektif
tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan oleh menajemen apabila
adanya kolusi diantara karyawan. Masing-masing karyawan bekerja
bersama-sama dan saling berhubungan. Apabila diantara mereka sudah
terdapat kesepakatan untuk melakukan penyelewengan maka kondisi
tersebut menjadi suatu hambatan dan keterbatasan pengawasan intern.
d. Manajement override (Pengabaian oleh Manjemen)
Pihak menejemen dapat melakukan tindakan melanggar atau mengabaikan
kebijaksanaan dan prosedur yang telah ditetapkan untuk kepentingan yang
tidak sah, seperti untuk kepentingan pribadi atau untuk menunjukkan
kondisi keuangan perusahaan lebih baik dari kondisi yang sebenarnya.
Tindakan lain termasuk dalam kategori ini yaitu suatu presentasi yang
salah kepada pihak auditor dengan cara mengeluarkan dokumen
pendukung terhadap penjualan fiktif.
e. Cost versus benefit (Biaya kontra Manfaat)
Biaya yang dikeluarkan untuk merancang struktur pengawasan intern tidak
boleh lebih besar dari mafaat yang diharapkan. Pihak manajemen harus
membuat perkiraan dan pertimbangan dari segi kuantitatif dan kualitatif
dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan keuntungan dari
Untuk mencapai tujuan dari pengawasan intern menurut Winarno
(2004 : 90) bukan merupakan tugas yang mudah, karena dalam pelaksanaan
pengawasaan intern menghadapi berbagai macam kendala, antara lain:
a. Lingkungan eksternal yang sering kali berubah dengan cepat, misalnya tindakan pesaing, perkembangan teknologi dan berbagai peraturan yang harus ditaati perusahaan. Semua hal ini memperngaruhi pelaksanaan sistem pengawasan inter.
b. Berbagai kemungkinan kegiatan yang merongrong sistem pengawasan intern, sebagai contoh data dipakai atau diakses oleh orang yang tidak berhak, sehingga data hilang atau rusak
c. Kesulitan mengikuti perkembangan komputer yang sangat pesat, terutama bagaiman melatih karyawan yang menggunakan sistem yang baru.
d. Faktor manusia yang dalam beberapa hal tidak patuh mengikuti prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.
e. Rumitnya mengendalikan biaya yang terjadi di dalam perusahaan, belum lagi mengalokasikan biaya.
Pembentukan pengawasan intern yang baik dan efektif bukan merupakan
hal yang mudah. Tetapi pengawasan intern pada umumya dapat ditingkatkan
mutunya meskipun keadaan kurang menguntungkan, seperti jumlah karyawan
yang sedikit. Ukuran perusahaan mempunyai dampak yang signifikan
terhadap pengawasan intern. Kenyataannya lebih sulit untuk menyusun
pemisahan tugas yang memadai dalam perusahaan yang relatif kecil dibanding
dengan perusahaan yang relatif besar. Sehingga perusahaan kecil seringkali
tidak dapat memenuhi beberapa persyaratan atau unsur pengawasan intern.
Jumlah karyawan yang relatif sedikit dan kemampuan dana yang relatif
menyulitkan perusahaan kecil dalam pembagian tugas atau misalnya untuk
membeli mesin pemeroses data yang mempunyai alat kendali otomatis.
Walaupun demikian, sebagian besar konsep pengawasan intern dapat
memformalkan kebijakan ke dalam bentuk pedoman, pasti dimungkinkan bagi
perusahaan yang relatif kecil untuk mempunyai pegawai yang kompeten dan
dapat dipercaya dengan alur wewenang yang jelas, prosedur otorisasi,
pelaksanaan dan pencatatan transaksi yang pantas, dokumen, catatan dan
laporan-laporan yang memadai, pengawasan fisik atas aktiva dan catatan serta
pengecekan atas pelaksanaan sampai pada tingkat tertentu.
3. Unsur-Unsur Pengawasan Intern
Dalam mencapai tujuan-tujuan pengawasan intern dan mampu
memberikan keyakinan yang memadai maka setiap pengawasan intern dalam
perusahaan mempunyai beberapa unsur yang saling berhubungan. Struktur
pengawasan intern mencakup tiga kategori dasar kebijakan dan prosedur yang
dirancang serta diimplementasikan manajemen guna memberikan kepastian
yang layak bahwa tujuan pengendaliannya akan tercapai. Menurut Loebbecke
dan Arens (2004 : 293) bahwa unsur-unsur pengawasan intern, yang terdiri
dari :
a. Lingkungan pengawasan
b. Sistem Akuntansi
c. Prosedur pengawasan
Dalam konsep dan pengertian pengawasan intern yang baru atau menurut
COSO yang disampaikan oleh Boynton dan Kell (2006 : 259), terdapat lima
menejemen menjalankan perusahaan dan mengatur ke dalam kegiatan atau
proses manajemen. Komponen-komponen tersebut adalah :
a. Control Environment b. Risk Assessment
c. Information and Communication d. Control Activities
e. Monitoring
Kelima unsur tersebut dapat diterapkan dengan tingkat formalitas dan
kekhususan implementasi yang berbeda berdasarkan pertimbangan logis dan
praktis, tergantung jenis dan ukuran badan usaha. Suatu satuan usaha yang
relatif lebih kecil misalnya, dapat memperlunak kelemahannya melalui
pengembangan budaya yang memberikan penekanan atas integritas, nilai etika
dan kompetensi.
Penjelasan lebih lanjut dari ke lima unsur pengendalian intern tersebut di atas
diuraikan berikut ini.
Control Environment (Lingkungan Pengawasan)
Lingkungan pengawasan nmenentukan sifat dari suatu organisasi yang
mempengaruhi kesadaran anggotanya akan pentingnya pengawasan intern.
Lingkungan pengawasan merupakan dasar yang dapat memberikan disiplin
dan struktur bagi keseluruhan komponen pengawasan intern lainnya.
Terdapat beberapa faktor yang membentuk lingkungan pengawasan suatu
satuan usaha. Lingkungan pengawasan yang paling menonjol adalah gaya
manajemen dalam menjalankan perusahaan. Lingkungan lain yang meliputi
1) Integritas dan Nilai Etika
Untuk menekankan pentingnya integritas dan nilai etika diantara karyawan
suatu organisasi maka pemimpin dan manajemen tingkat atas harus dapat :
- Menentukan sifat-sifat teladan yang senantiasa memperlihatkan
integritas dan prilaku etika yang tinggi
- Mengkomunikasikan ke seluruh karyawan secara lisan dan tulisan
seluruh kebijakan dan tata tertib yang telah digariskan, sehingga
diharapkan setiap karyawan dapat melapor jika terjadi pelanggaran
yang mereka ketahui
- Memberikan bimbingan moral dan mental kepada pegawai,
mengurangi atau menghapus godaan-godaan yang merangsang
pegawai melakukan tindakan yang tidak jujur, illegal dan tidak etis.
2) Komitmen Terhadap Kompetensi
Untuk mencapai tujuan perusahaan maka diharapkan seluruh pegawai
pada setiap tingkatan manajemen memiliki pengetahuan, keahlian,
intelegensia, pelatihan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk
melaksanakan pekerjaannya dengan efektif dan efisien.
3) Dewan Komisaris dan Komite Audit
Adanya dewan komisaris dan komite audit serta cara mereka dalam
menjalankan kekuasaan dan tanggung jawab mempunyai dampak atas
lingkungan pengawasan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
komite audit adalah independensinya, kualitas anggota-anggotanya dan
4) Falsafah Manajemen dan Gaya Operasi
Banyaknya karakteristik yang membentuk falsafah dan gaya operasi
manajemen yang mempengaruhi dampak atas lingkungan pengawasan
yang meliputi antara lain :
- Pendekatan terhadap resiko bisnis yang dihadapi dan pemantauannya
- Tindakan dan sikap terhadap laporan keuangan
- Sikap terhadap fungsi pemerosesan informasi dan fungsi akuntansi
serta personalia.
5) Struktur Organisasi dan Penetapan Wewenang dan Tanggungjawab
Suatu struktur organisasi berperan atas kemampuan suatu satuan usaha
untuk memenuhi tujuannya melalui penyediaan kerja yang sifatnya
menyeluruh bagi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan monitoring
aktifitas satuan usaha. Pengembangan struktur organisasi bagi suatu satuan
usaha meliputi penentuan daerah kekuasaan kunci dan tanggung jawab,
serta jalur pelaporan yang tepat. Penetapan wewenang dan tanggung jawab
adalah perluasan dari pengembangan suatu struktur organisasi. Melalui
penetapan wewenang dan tanggung jawab, setiap individu diharapkan
mengetahui bagaimana tindakan-tindakan tiap individu saling
berhubungan dan kepada siapa setiap individu bertanggungjawab.
6) Kebijakan dan Praktek Sumber Daya Manusia
Suatu konsep dasar dari pengawasan intern yang disebutkan sebelumnya
sunber daya manusia yang digunakan menetukan integritas, nilai etika dan
kompetensi dari sumber daya manusia suatu organisasi.
Risk Assessment (Penilaian Resiko)
Setiap perusahaan menghadapi resiko, baik dari dalam maupun dari luar
perusahaan. Manajemen harus dapat mengidentifikasi dan kemudian
mencegah berbagai resiko yang mengancam atau menghambat pencapaian
tujuan perusahaan.
Boynton dan Kell (2006 : 262), mengatakan bahwa : “Risk assestment for
financial reporting purposes is an entity’s identification, analysis and
management of risk relevan to the preparation of financial statements that are
fairly presented in conformity with generally accepted accounting principles”.
Penilaian resiko meliputi identifikasi, analisis dan menajemen resiko suatu
satuan usaha, yang relevan dengan tujuan perusahaan. Karena tujuan
perusahaan adalah untuk menentukan bagaimana menangani resiko yang
diidentifikasi, maka sepantasnya manajemen harus mengidentifikasi
resiko-resiko tersebut dengan berhasil. Dalam beberapa kasus manajemen mungkin
saja memutuskan untuk menerima suatu resiko tanpa menetukan atau
mengembangkan pengawasan tertentu disebabkan oleh pertimbangan biaya
Information and Communication
Data dan informasi yang diperlukan harus diidentifikasi, dikumpulkan, dan
dikomunikasikan ke berbagai pihak yang membutuhkannya tepat pada
waktunya, sehingga dapat dipakai untuk menjalankan tugasnya. Informasi
tidak hanya mengalir dari atas ke bawah, tetapi juga ke samping atau antar
unit dalam organisasi. Setiap penerima harus menerima informasi dengan jelas
sehingga mudah mengerti dan memahami isi informasi. Hal ini akan
menjamin dipatuhinya kebijakan manajemen. Informasi juga harus disediakan
untuk kepentingan pihak-pihak diluar perusahaan.
Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pengawasan, menyangkut
sistem akuntansi yang terdiri dari metode dan catatan-catatan yang telah
ditetapkan untuk mengidentifikasi, menyusun, menganalisa, menggolongkan,
mencatat, dan melaporkan transaksi satuan usaha serta memelihara
pertanggungjawaban atas asset dan kewajiban terkait. Komunikasi
menyangkut penyediaan suatu pemahaman yang jelas akan peran dan
tanggung jawab individu yang berkenaan dengan pengawasan intern.
Control Activities (Aktifitas Pengawasan)
Boynton dan Kell dalam buku Modern Auditing menjelaskan mengenai
aktifitas pengawasan sebagai berikut (2006 : 264) :
Kegiatan pengawasan pengawasan meliputi penerapan berbagai prosedur
untuk menjamin dipatuhinya kebijakan manajemen. Kegiatan pengawasan
harus dilenggrakan diseluruh organisasi, dari tingkat yang paling atas sampai
tingkat yang paling bawah. Kegiatan pengawasan ini dapat berupa
persetujuan, pemverifikasian, pengesahan, penyesuaian dan penelahaan kerja,
kegiatan pengamanan aktiva dan pemisahan tugas.
Aktivitas pengawasan adalah merupakan kebijakan dan prosedur yang
dibuat untuk membantu memastikan bahwa kebijaksanaan manajemen telah
dijalankan. Aktivitas pengawasan membantu memastikan bahwa tindakan
yang diperlukan telah diambil dalam menghadapi resiko sehubungan dengan
pencapaian tujuan usaha. Bentuk-bentuk pengawasan yang sering dilakukan
adalah :
1. Pengawasan pemerosesan informasi
2. Pemisahan tugas yang memadai
3. Pengawasan fisik atas kekayaan dan catatan
4. Reviws atau telaah kinerja.
Penjelasan mengenai masing-masing aktifitas pengawasan diuraikan berikut
ini.
1) Pengawasan pemerosesan informasi
Pengawasan pemerosesan informasi merupakan pengawasan yang
ditujuakan terhadap resiko yang berkaitan dengan otorisasi kelengkapan
pemerosesan transaksi sering dikelompokkan sebagai berikut : otorisasi
yang tepat, dokumen dan catatan, serta pengecekan independent. Dalam
organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat
yang memiliki wewenang yang menyetujui transaksi tersebut. Oleh karena
itu dalam orgaisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian
wewenang untuk otrisasi atas terlaksanannya transaksi.
Dokumen menyediakan bukti atas transaksi yang terjadi yang berisi
informasi mengenai nilai, waktu dan sifat transaksi. Dokumen yang
ditanda tangani dan dicap semestinya juga memberikan suatu dasar bagi
penentuan tanggung jawab dalam melaksanakan dan mencatat transaksi.
Dokumen dengan nomor seri urut tercetak (prenumbered) sangat berguna
dalam memelihara pertanggungjawaban dan pengawasan. Pemberian
nomor seri tercetak tersebut membantu memastikan semua transaksi yang
telah dicatat dan bahwa tidak ada transaksi dicatat lebih dari satu kali. Bila
penomoran masih berlaku, semua dokumen-dokumen yang tidak berlaku
lagi harus ditahan. Dokumentasi yang lengkap dan dapat dimengerti
membantu pengawasan dalam beberapa syarat yaitu menginterpretasikan
kebijakan secara tepat, memvisualisasi hubungan antar fungsi organisasi,
dan menjamin prosedur akan diikuti dengan lebih cermat, konsisten dan
efisien.
Pengawasan independent meliputi verifikasi atau pembuktian tentang
pekerjaan yang sebelumnya dilaksanakan oleh bagian yang lain dan
independent secara manual dapat dilakukan setiap hari atas semua
transaksi ataupun sebagian transaksi. Pengecekan indepanden dilakukan
untuk memastikan bahwa setiap transaksi sesuai dengan kebijakan yang
berlaku.
Struktur pengawasan intern dalam perusahaan yang menggunakan sistem
manual dalam akuntansinya lebih dititik beratkan pada orang yang
melaksanakan sistem tersebut. Jika perusahaan telah menggunakan sistem
komputerisasi sebagai alat bantu pengolahan data, akan terjadi pergeseran
dari sistem yang berorientasi pada orang ke sistem yang berorientasi pada
komputer. Struktur pengawasan intern dalam perusahaan yang mengolah
data akuntansinya dengan komputer tidak berbeda, baik tujuan pokok
maupun unsur pokoknya, dengan pengendalian intern dalam perusahaan
yang menggunakan sistem manual.
Menurut Mulyadi (2003 : 183), bahwa pengawasan intern dalam
lingkungan pengolahan data elektronik dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
a) Pengawasan Umum (General Control)
b) Pengawasan Aplikasi (Aplication Control)
Uraian mengenai kedua jenis pengawasan intern tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
Pengawasan Umum (General Control)
Pengawasan umum merupakan standar dan panduan yang digunakan oleh
data elektronik, pengawasan umum meliputi dokumentasi sistem, prosedur
pengembangan dan perubahan sistem, dan metode operasi fasilitas
pengolahan data.
Pengawasan Aplikasi (Aplication Control)
Pengawasan aplikasi berhubungan dengan tugas-tugas khusus yang
dilakukan oleh electronic data processing. Fungsi dari pengawasan aplikasi
ini adalah untuk memberi jaminan yang cukup bahwa pencatatan,
pemerosesan, dan pelaporan data sudah dilaksanakan dengan benar.
Pengawasan aplikasi dapat diterapkan dengan berbagai macam cara dalam
prosedur dan catatan-catatan.
2) Pemisahan tugas yang memadai
Prisip dasar pemisahan tugas adalah adanya pemisahan yang tegas antara
fungsi operasi, penyimpangan dan pencatatan. Dasar premikirannya adalah
satu bagian tidak boleh menguasai catatan akuntansi yang berhubungan
dengan kegiatannya. Pemisahaan tugas tidak mengakibatkan pekerjaan
dari seorang individu secara otomatis memberikan pengecekan silang atas
pekerjaan pihak lain. Dalam hubungan ini dapat dilihat bahwa pengecekan
independent senantiasa merupakan pemisahan tugas, namun pemisahan
tugas tidak selalu merupakan pengecekan independent. Pemisahan tugas
harus sedemikian rupa disusun untuk menghasilkan internal check atau
Pemisahan tugas meliputi pemastian bahwa individu-individu dapat
melaksanakan tugasnya dengan semestinya. Empat bentuk pemisahan
tugas yang mendukung pengawasan intern adalah :
a) Tanggungjawab untuk melaksanakan suatu transaksi, mencatat, dan
menyimpan asset hasil transaksi seharusnya ditugaskan kepada
individu atau bagian yang berbeda
b) Langkah-langkah yang berbeda yang terlibat di dalam pelaksanaan
suatu transaksi harus ditugaskan kepada individu atau bagian yang
berbeda Artinya tidak boleh ada satu individu atau bagian yang
melaksanakan semua prosedur transakasi dengan lengkap, setiap
langkah harus dilakukan oleh bagian yang berbeda. Hal ini akan
menciptakan internal check antar bagian (fungsi)
c) Tanggungjawab untuk operasi akuntansi tertentu harus dipisahkan
d) Dalam hal perusahaan menjalankan sistem pemerosessan data secara
elektronik seharusnya ada pemisahan tugas yang tepat antara bagian
pemerosesan data secara elektronik dengan bagian pengguna atau
pemakainya.
3) Pengawasan fisik atas kekayaan dan catatan
Pengawasan fisik atas kekayaan dan catatan menyangkut pembatasan dua
tipe akses terhadap asset dan catatan yang penting, yaitu akses langsung
pengaman, peralatan mekanis dan elektronis dalam melaksanakan
transaksi
4) Reviws atau telaah kinerja
Tujuan utama review kinerja adalah untuk menilaik kinerja yang direview.
Dengan menghubungkan data yang dilaporkan dengan manajemen
(anggaran), manajemen akan dapat mendeteksi tanda-tanda atau
contoh-contoh dimana terdapat resiko yang lebih tinggi akan penyimpangan telah
terjadi.
Monitoring (Pemantauan)
Monitoring merupakan suatu proses menilai kualitas pelaksanaan
pengawasaan intern sepanjang waktu. Monitoring meliputi penilaian oleh
pegawai berwenang yang telah ditunjuk untuk mendesain dan mengendalikan
operasi secara tepat waktu dalam menentukan apakah pengawasan intern
dijalankan sesuai dengan yang diharapkan, dan apakah perlu untuk merubah
pengawasan intern seperlunya untuk menyesuaikannya dengan perubahan
kondisi. Masalah-masalah pengawasan intern dapat menjadi perhatian karena
adanya keluhan-keluhan yang diterima dari pelanggan atau pihak luar
D. Pengawasan Intern Piutang Usaha
Pengawasan intern piutang dimulai dari kegiatan yang menimbulkan piutan itu
sendiri yaitu penjualan kredit sampai dengan piutang tersebut dapat ditagih dan
dilaporkan kepada pihak manajemen. Pada bagian ini penulis akan menguraikan
secra teoritis mengenai unsur-unsur pengawasan intern terhadap piutang usaha.
6. Lingkungan Pengawasan Piutang Usaha
Terdapat bebrapa faktor yang membentuk lingkungan pengawasan piutang
usaha. Integritas dan nilai etika dalam lingkungan pengawasan piutang usaha
tercermin dari pandangan dan sikap manajemen dalam menangani piutang
usaha. Piutang usaha merupakan bagian aktiva yang mengandung resiko.
Pimpinan perusahaan tentunya mengharapkan kerjasama dari setiap unit kerja
yang terkait dengan terjadinya transaksi piutang usaha sehingga resiko yang
mungkin terjadi atas pitang usaha dapat diminimalisir. Bagian marketing harus
mempunyai prinsip untuk yang mencari konsumen yang potensial dalam hal
pembayaran dan bukan sekedar mencari konsumen sebanyak mungkin. Dalam
hal pemberian keputusan atas persetujuan penjualan kredit, pimpinan
perusahaan harus dapat memberikan contoh sifat keteladanan seperti membuat
komite kredit yang terdiri dari beberapa orang untuk menilai kelayakan atas
permohonan kredit. Adanya pemberian insentif atau bonus kepada kolektor
akan mengurangi atau menghapus godaaan yang merangsang mereka untuk
malakukan tindakan yang tidak jujur, illegal atau tidak etis.
Untuk mendapatkan piutang usaha yang minim resiko maka diharapkan
penilaian atas kemampuan keuangan calon konsumen. Bagian piutang
menangani administrasi piutang harus memiliki pengetahuan administrasi
yang memadai sehingga mereka dapat menghasilkan informasi yang
berhubungan dengan aktifitas piutang usaha dengan baik dan benar. Kepada
kolektor harus memiliki kemampuan untuk mengenali karakter setiap
konsumen yang ia tangani. Kolektor harus fleksibel dalam menghadapi
konsumen yang mempunyai sifat yang berbeda.
Dewan komisaris dan komite audit yang independen terlibat dalam
lingkungan pengawasan piutang usaha, salah satunya dengan cara memonitor
tingkat likuiditas piutang usaha. Tingginya jumlah piutang yang tertunggak
dapat merupakan indikator oleh dewan komisaris dan komite audit dalam
menilai kinerja pihak manjemen dalam melaksanakan wewenang yang telah
diberikan. Manajemen dapat memilih gaya dan filosofi dalam hal pemberian
kredit yang berdampak terhadap penagihan piutang. Gaya konsevatif dapat
dilihat dari ketatnya perusahaan menyeleksi calon konsumen. Dasar pemilihan
model konservatif adalah lebih baik mempunyai kredit yang terbatas asalkan
konsumen perusahaan merupakan konsumen yang potensial dari segi
pembayaran. Pihak manajemen lebih memperhitungkan resiko besar piutang
tidak tertagih. Gaya berani mengambil resiko yang lebih besar sering juga
diperlihatkan oleh pihak manajemen dalam memberikan kredit. Umumnya
perusahaan yang menerapkan gaya berani mengambil resiko harus memiliki
Struktur organisasi akan mempengaruhi pelaksanaan pengawasan piutang.
Struktur organisasi harus disusun sebaik mungkin agar dalam hal ini
penagihan piutang kelak tidak bermasalah. Adanya pemisahan bagian
penjualan dengan bagian kredit menunjukkan dan pembagian tugas sangat
menentukan baik buruknya pengawasan intern terhadap piutang usaha.
Adanya pemisahan departemen penjualan dnegan departemen kredit
menunjukkan bahwa pengawasan intern yang baik. Demikian juga adanya
bagian khusus penagihan. Kedudukan kasir yang dipisahkan dari bagian
accounting akan mengurangi tingkat penyelewengan yang kemungkinan dapat
terjadi.
Salah satu penyebab kelemahan utama dan kendala pengawasan intern
adalah faktor kemanusiaan. Artinya bahwa yang melaksanakan pengawasan
intern adalah orang-orang yang mempunyai keterbatasan sebagai manusia
biasa. Jadi masalah mutu dan mental karyawan sangatlah penting adalam
pelaksanaan pengawasan intern piutang. Tanggung jawab dan wewenang yang
diberikan kepada karyawan haruslah seimbang dengan kemampuan karyawan
tersebut. Hal ini akan mendukung kesehatan praktek dilapangan.
7. Penetapan Resiko Atas Piutang Usaha
Penetapan resiko yang mungkin terjadi dalam piutang merupakan hal yang
sangat penting dalam membentuk dan menjalankan suatu pengawasan intern
piutang yang efektif. Resiko tersebut bias berasal dari dalam dan dari luar
sepenuhnya, lalai, ceroboh, lelah ataupun disebabkan karena karyawan ingin
menggelapkan piutang. Resiko juga bisa timbul apabila elemen pemerosesan
transaksi piutang tidak dirancang dengan baik, jika tanggung jawab
organisasional dilimpahkan dengan tidak tepat, atau karena manajer menerima
informasi yang tidak akurat atau tidak lengkap.
Setelah Titik pengawasan, perusahaan perlu menentukan alat pengawasan
dan arah pengamanan agar mencakup seluruh titik pengawasan. Pengawasan
dan arah pengamanan yang baik akan mengurang resiko sampai tingkat yang
dapat diterima. Joseph W. Wilkinson mengatakan bahwa resiko-resiko yang
mungkin terjadi terhadap piutang antara lain (1992 : 163) :
a. Piutang tidak tertagih
b. Retur penjualan yang berlebihan atau tidak selayaknya
c. Kesalahan penghitungan pada saldo perkiraan piutang pelanggan serta faktur dan laporan yang dikirim ke pelanggan
d. Penghapusan saldo perkiraan pelanggan yang tidak semestinya
e. Pelanggan yang tidak puas atau malah memutuskan hubungan dengan perusahaan.
Dalam penerimaan kas dari penagihan piutang, resiko pennyelewengan
yang terkenal adalah lapping, yaitu menutupi penggelapan penerimaan kas
dari seorang pelanggan dengan penerimaan kas berikutnya dari seorang
pelanggan lainnya. Proses ini terus berlajut sampai pada karyawan yang
bersangkutan dapat menutupi penggelapan tersebut dari kantong sendiri atau
dengan cara lain. Lapping ini bisa terjadi karena tidak adanya pemisahaan
tugas yang jelas. Banyak penyelewengan yang lebih keras lagi adalah dengan
tetap mencatat penerimaan kas dari piutang tetapi tidak melakukan penyetoran
laporan rekonsiliasi bank. Penyelewengan juga dapat dilakukan dengan tidak
mencatat penerimaan kas, lalu menghalang-halangi pengiriman laporan
bulanan pernyataan piutang kepada pelanggan untuk menghindari keluhan
pelanggan. Dengan cara demikian perkiraan saldo piutang pelanggan tidak
berubah, untuk menguranginya maka dibuat nota kredit atau penghapusan
piutang.
8. Informasi dan Komunikasi Atas Piutang Usaha
Istilah informasi dan komunikasi sebelumnya dalam konsep yang lama
dikenal sebagai komponen sistem akuntansi. Istilah informasi akuntansi dan
komunikasi memberikan cakupan yang lebih luas dari sistem akuntansi.
Sistem akuntansi meliputi pengidentifikasian, penyusunan, analisa,
penggolongan, pencatatan dan pelaporan transaksi. Sistem akuntansi piutang
usaha yang efektif harus memberikan keyakinan yang memadai bahwa
transaksi piutang usaha yang dicatat adalah :
a. Sah. Untuk membuktikan bahwa piutang usaha merupakan transaksi yang
sah harus didukung oleh pencatatan dalam dokumen hal ini yaitu faktur
penjualan kredit, bukti kas masuk, memo kredit dan bukt i memorial
b. Telah diotorisasi. Dokumen pendukung transaksi piutang usaha baru dapat
dikatakan sah apabila telah mendapat otorisasi dari pejabat yang
berwenang.
c. Telah dicatat. Transaksi yang mempengaruhi piutang usaha harus dicatat
dengan jelas dan benar sehingga dapat memberikan informasi untuk
d. Telah dinilai secara wajar. Penilaian atas transaksi piutang usaha telah
dilakukan secara wajar sesuai dengan keadaan atau kejadian yang
sesungguhnya.
e. Telah digolongkan secara wajar. Transaksi yang dicatat benar-benar
merupakan transaksi yang mempengaruhi perubahan piutang usaha. Dan
dalam pencatatannya harus digolongkan sesuai dengan perkiraan yang
berhubungan dengan piutang usaha.
f. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya. Transaksi piutang usaha
yang terjadi harus dicatat pada periode terjadinya transaksi tersebut.
g. Telah dimasukkan ke dalam buku pembantu dan telah diringkas dengan
benar. Pencatatan transaksi piutang usaha tidak terlepas dari adanya buku
pembantu. Setiap konsumen mempunyai catatan tersendiri dalam buku
pembantu sehingga memudahkan dalam hal memonitor perkembangan
pembayaran masing-masing konsumen.
Mulyadi (2003 : 259) menyatakan bahwa informasi mengenai piutang yang
dilaporkan kepada manajemen adalah :
a. Saldo piutang pada saat tertentu kepada setiap debitur
b. Riwayat pelunasan piutang yang dilakukan oleh setiap debitur
c. Umur piutang kepada setiap debitur pada saat tertentu.
Dalam akuntansi, secara periodik dihasilkan pernyataan piutang yang
dikirimkan kepada setiap debitur. Pernyataan piutang merupakan unsur
pengawasan intern yang baik dalam pencatatan piutang. Dengan mengirimkan
perusahaan diuji ketelitiannya dengan menggunakan tanggapan yang diterima
dari debitur dari pengiriman pernyataan piutang tersebut. Disamping itu
pengiriman pernyataan piutang secara periodik kepada para debitur akan
menimbulkan citra yang baik dimata debitur mengenai keandalan
pertanggungjawaban keuangan perusahaan.
Dokumen pokok yang digunakan sebagai dasar pencatatan ke dalam kartu
piutang adalah :
a. Faktur Penjualan. Dalam pencatatan piutang dokumen ini digunakan
sebagai dasar pencatatan timbulnya piutang dari transaksi penjualan kredit.
Dokumen ini dilampiri oleh surat muat (bill of lading) dan surat order
pengiriman sebagai dokumen pendukung untuk mencatat transaksi
penjualan kredit.
b. Bukti Kas Masuk. Dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan
berkurangnya piutang dari transaksi pelunasan piutang oleh debitur.
c. Memo Kredit. Dalam pencatatan piutang dokumen ini digunakan sebagai
dasar pencatatan retur penjualan. Dokumen ini dikeluarkan oleh bagian
order penjualan dan jika dilampiri dengan laporan penerimaan barang yang
dibuat oleh bagian penerimaan, merupakan dokumen sumber untuk
mencatat retur penjualan.
d. Bukti Memorial. Bukti Memorial adalah dokumen sumber untuk dasar
pencatatan transaksi ke dalam jurnal umum. Dalam pencatatan piutang,
dokumen ini digunakan sebagai dasar pencatatan penghapusan piutang.
penghapusan piutang yang sudah tidak dapat ditagih lagi.
Setelah transaksi piutang direkam ke formulir, pencatatan pertama sekali
dilakukan adalah dalam buku jurnal. Dibanding dengan catatan akuntansi yang
lain, pencatatan di dalam jurnal biasanya lebih lengkap dan lebih rinci, serta
menurut urutan tanggal kejadian transaksi. Dalam sistem akuntansi piutang
jurnal umum digunakan sebagi pencatatan pengurangan piutang sebagai akibat
transaksi-transaksi selain penagihan piutang seperti potongan harga, retur
penjualan, dan penghapusan piutang. Pemecahan buku jurnal menjadi beberpa
jurnal akan mengurangi dan mempercepat kerja pemostingan ke buku besar,
memungkinkan pekerjaan pencatatan transaksi ke dalam jurnal dilakukan oleh
beberapa orang sehingga mendukung aspek pemisahaan tugas dari
pengawasan intern.
Setelah pencatatan pada buku jurnal, maka secara periodik dilakukan
pemindahan dari buku jurnal ke buku besar. Buku besar digunakan untuk
menyortir dan meringkas informasi piutang yang telah dicatat dalam buku
jurnal. Dalam sistem akuntansi piutang diperlukan suatu buku besar piutang
sebagai buku pembantu piutang. Buku besar piutang terdiri dari kartu piutang
yang disusun menurut nama debitur perusahaan, dan digunakan sebagai
sumber penyusunan pernyataan piutang, untuk mencatat transaksi/mutasi
piutang setiap debitur. Dengan digunakannya buku besar piutang, maka
perkiraan piutang pada buku besar umum merupakan perkiraaan pengendali.
Artinya saldo perkiraan piutang di buku besar umum harus sama dengan total
Dengan sistem pencatatan piutang dengan menggunakan sistem komputer
harus memperhatikan pengawasan umum (general control) dan pengawsan
aplikasi (application control). Dalam sistem komputer piutang usaha, program
komputer dapat dirancang untuk membuat faktur penjualan sekaligus
merupakan jurnal atas transaksi penjualan kredit yang menimbulkan piutang
usaha. Jika order penjualan telah diterima, maka fungsi penjualan akan
memberikan masukan ke dalam komputer untuk dapat memutakhirkan
(update) arsip induk piutang usaha yang sekaligus menghasilkan dokumen
faktur penjualan. Di sini terlihat bahwa fungsi operasi dan fungsi akuntansi
digabung dalam sistem kompuer.
Untuk menciptakan pengawasan intern dalam lingkungan pengolahan data
piutang usaha maka perlu diadakan pemisahan fungsi perencanaan sistem dan
penyusunan program piutang usaha, fungsi operasi pengolahan data piutang
usaha serta fungsi penyimpangan program kepustakaan. Pengawasan terhadap
operasi komputer atas transaksi piutang usaha antara lain akses terhadap
program yang berhubungan dengan transaksi piutang usaha hanya diberikan
kepada karyawan yang berkompeten.
Pengawasan aplikasi piutang usaha mempunyai tujuan yaitu :
a. Menjamin bahwa semua transaksi piutang usaha yang telah diotorisasi
telah diproses sekali saja secara lengkap
b. Menjamin bahwa data transaski piutang usaha lengkap dan teliti
c. Menjamin bahwa pengolahan data transaksi piutang usaha benar dan
Dalam pengawasan aplikasi piutang usaha harus ada teknik yang
digunakan dalam mendeteksi apakah transaksi piutang usaha telah diotorisasi
oleh yang berwenang. Contoh data sumber yang memerlukan otorisasi
sebelum diproses oleh komputer adalah syarat kredit, potongan harga, tarif
komisi dan lain-lain. Dalam lingkungan pengolahan data piutang usaha secara
komputer, dokumen sumber yang digunakan seperti faktur penjualan, bukti
kas masuk, atau memo kredit masih banyak digunakan. Oleh karena itu
diperlukan pengawasan sebelum dokumen tersebut dikonversi ke dalam
bentuk yang dapat dibaca oleh mesin. Cara-cara yang ditempuh untuk
mengawasi penyiapan data sumber piutangusaha antara lain :
a. Perancangan formulir yang berhubungan dengan piutang usaha untuk
mendorong perekaman data secara teliti ke dalam komputer
b. Pemeriksaan terhadap dokumen sumber oleh karyawan untuk mendeteksi
kesalahan eja, penulisan kode yang tidak sah, penulisan jumlah yang tidak
masuk akal, dan data lain yang tidak semestinya
c. Jika dokumen sumber dihilangkan dalam sistem pengolahan data
komputerisasi atau digunakan formulir yang tidak memungkinkan
pemeriksaan oleh manusia, pengawasan terhadap penyiapan data sumber
dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah akses dan penggunaan
peralatan yang dipakai untuk mencatat, mengirimkan data, agar dapat
9. Aktifitas dan Prosedur Pengawasan Piutang Usaha
Aktifitas pengawasan meliputi kebijakan dan prosedur yang membantu
menjamin bahwa kebijakan telah dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur
tersebut ditujukan untuk mengawasi dan mengendalikan resiko yang mungkin
terjadi dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan. Aktifitas pengawasan
piutang usaha dapat dijabarkan dalam empat unsur yang meliputi :
a. pengawasan pemerosesan informasi,
b. pemisahan tugas,
c. pengawasan fisik, dan
d. review atau telaah kinerja.
10.Pemantauan (Monitoring) Terhadap Piutang Usaha
Pematauan yang dilakukan terhadap piutang dapat dilakukan pihak
manajemen, internal audit atau pmpinan puncak dengan melihat apakah
pengawasan intern piutang telah berjalan efektif. Dalam proses operasional
pihak yang berwenang dapat merubah pengawasan intern piutang sesuai
dengan kondisi yang terjadi dan proses ini selalu berlangsung secara
berkelanjutan. Pimpinan perusahaan dapat melihat apakah pengawasan intern
terhadap piutang telah memadai dengan melihat tingkat piutang yang
tertunggak. Semakin rendah tingkat piutang yang tak tertagih dapat menjadi
salah satu indikator menilai apakah pengawasan intern piutang telah memadai
Penyempurnaan terhadap pengawasan intern piutang juga dapat dilakukan
melihat karena adanya keluhan-keluhan yang diterima dari pelanggan atau
pihak luar perusahaan. Adanya perbedaan catatan konsumen dengan kartu
perusahaan menujukkan kualitas pengawasan intern piutang yang kurang baik.
E. Kerangka Konseptual
Keterangan :
- PT. Bussan Auto Finance merupakan salah satu penyelenggara perusahaan pembiayaan yang sifatnya melakukan pendanaan pembelian kendaraan bermotor dengan sistem pembiayaan leasing. Dengan kata lain bahwa PT. Bussan Auto Finance merupakan perusahaan yang produknya adalah jasa pemberian kredit.
- Dalam menyelenggarakan pembiayaan PT. Bussan Auto Finance menerapkan pengawasan intern piutang dan penerimaan piutang yang bertujuan untuk menilai pengelolaan dan pengawasan piutang apakah sudah berjalan efektif baik menyangkut kebijakan kredit, pengawasan jumlah piutang usaha sampai dengan proses pengihan serta penerimaan kas dari piutang usaha tersebut.
PT. BUSSAN AUTO FINANCE
Penyelenggara Perusahaan Pembiayaan
Aktifitas Penerimaan Piutang Pengawasan Internal Piutang dan Penerimaan
Piutang Pada PT. Bussan Auto Finance
Aktifitas Pengawasan Piutang
Pengawasan Intern
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2008 sampai dengan selesai dengan
lokasi objek penelitian pada PT. Bussan Auto Finance Medan.
B. Teknik Penentuan Sampel
Penulisan skripsi ini dilaksanakan dengan melakukan penelitian langsung ke
lapangan dengan mengumpulkan data dan keterangan yang terkait dengan judul
skripsi serta didukung dengan teori-teori yang ada, dalam hal ini penelitian
langsung dilaksanakan pada PT. Bussan Auto Finance Medan. Data serta
keterangan kemudian dikumpulkan melalui observasi maupun interview dengan
personil yang berwenang (key person). Kemudian dari hasil penelitian dilapangan
ini akan didukung dengan penelitian kepustakaan yang digunakan sebagai dasar
pembahasan teoritis dalam penyusunan skripsi.
Jenis data yang penulis kumpulkan dalam rangka penulisan skripsi ini adalah
data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari nara sumber (sumber
utama), dimana data ini memerlukan pengolahan lebih lanjut atau diolah
Auto Finance Medan, contohnya data hasil wawancara dengan staff akuntansi
maupun staff operasional lainnya yang dianggap dapat memberikan informasi.
2. Data Sekunder adalah data yang telah terdokumentasi diperusahaan, seperti
sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dan lain-lain.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Identifikasi jenis dan pengelompokan isi
b. Perlakuan akuntansi oleh perusahaan leasing
c. Pelaporan dan pengungkapan transaksi leasing
C. Prosedur Pengumpulan Data
Didalam penelitian ini penulis memperoleh data dengan cara :
1. Studi Kepustakaan yaitu dengan dengan mengumpulkan, membaca dan
mempelajari buku-buku, majalah, referensi serta bahan-bahan lain yang
berkaitan dengan skripsi ini.
2. Teknik Observasi (pengamatan), yaitu pengumpulan data yang dilakukan
dengan pengamatan langsung terhadap Prosedur Pembiayaan Leasing pada
PT. Bussan Auto Finance Medan.
3. Teknik Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan
pihak perusahaan terutama yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu
pejabat yang berwenang, pimpinan perusahaan, bagin akuntansi dan
D. Teknik Analisa
Dalam hal ini penganalisaan data-data yang telah dikumpulkan untuk
penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan Metode Analisis Deskriptif dan
Komparatif sebagai metode analisis
1. Metode Analisis Deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang
dikumpulkan, disusun, diinterpretasikan, dianalisa sehingga memberikan
informasi yang lengkap bagi pemecahan masalah dan untuk mendapatkan
jawaban atas perumusan masalah.
2. Metode Analisis Komparatif yaitu metode yang meneliti unsur-unsur
tertentu yang berhubungan dengan masalah untuk kemudian
membandingkan dengan teori-teori yang ada yang berhubungan dengan
penulisan skripsi, sehingga diperoleh pemecahan masalah kemudian