• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Pendirian Yayasan Oleh Orang Asing Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Yuridis Pendirian Yayasan Oleh Orang Asing Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS PENDIRIAN YAYASAN OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 63 TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

ANDI PUTRA TARIGAN 050200251

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2010

(2)

TINJAUAN YURIDIS PENDIRIAN YAYASAN OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 63 TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Prof. Dr. Bismar Nasution S.H M.H

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa

memberikan kasih karunia dan anugerah selama penulis hidup. Atas perkenan-Nya juga

penulis dapat mengecap studi di kampus serta menyelesaikan pembuatan skripsi ini.

Adalah sebuah sukacita besar dan kesempatan yang luar biasa manakala penulis

dapat merampungkan pembuatan skripsi ini. Seperti kita ketahui bahwa skripsi

merupakan merupakan salah satu syarat bagi Mahasiswa/i pada umumnya dan

Mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada khususnya guna

melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Merasa tertarik dengan program studi kekhususan Hukum Ekonomi, pada akhirnya

penulis memilih judul “TINJAUAN YURIDIS PENDIRIAN YAYASAN OLEH

ORANG ASING BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 63 TAHUN 2008” untuk dituangkan dalam tulisan skripsi ini.

Tak ada gading yang tak retak. Kira-kira pepatah demikianlah yang sangat cocok

untuk mendeskripsikan keadaan skripsi ini yang masih sangat jauh dari kata sempurna.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan disana-sini dalam isi

maupun bagian skripsi ini. Namun atas dasar sifat manusiawi yang bisa dan sering

melakukan kesalahan, dengan segala hormat penulis meminta maaf. Oleh karenanya tak

pelak bahwa saran, kritik, dan ide-ide baru yang konstruktif mengomentari bagian skripsi

ini sangat penulis butuhkan dan karenanya akan diterima dengan senang hati serta penuh

bijaksana. Di atas semuanya, perkenankanlah dengan ini penulis menyampaikan ucapan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

(4)

1. Prof. Dr. Runtung, S.H.,M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.DR. Suhaidi, SH, MH, selaku Pembantu Dekan I, Syafruddin

Hasibuan, S.H.,MH.,DFM selaku Pembantu Dekan II ,Muhammad Husni, SH,

M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. DR Bismar Nasution S.H M.H selaku Ketua Departemen Ekonomi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan membantu dan

memperhatikan Mahasiswa/i Hukum Ekonomi

4. Ibu Prof. DR. Sunarmi S.H M.Hum selaku Dosen Pembimbing I yang dengan

penuh kesabaran menghadapi penulis selama menulis skripsi. Dengan segala

ketulusan saya berdoa kiranya Tuhan memberikan kesehatan dan sukacita yang

penuh.

5. Bapak DR. Mahmul Siregar S.H M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang

banyak menuntun penulis dari awal sampai akhir pembuatan skripsi

6. Seluruh staff pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis ketika duduk di bangku

perkuliahan.

7. Seluruh Pegawai Administrasi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Akhir kata semoga penulisan skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan membuka

sebuah cakrawala berpikir yang baru bagi kita semua yang membacanya.

Januari 2010

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………..…1

B. Perumusan Masalah ………...7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ………..…8

D. Keaslian Penulisan ………...9

E. Tinjauan Kepustakaan ………..…10

F. Metode Penelitian ………...12

G. Sistematika Penulisan ………..14

BAB II PENDIRIAN YAYASAN OLEH ORANG ASING DALAM UNDANG-UNDANG YAYASAN DI INDONESIA A. Yayasan Asing Sebelum Berlakunya Peraturan Pemerintah 63 Tahun 2008 ………... 16

B. Yayasan Asing Yang Didirikan Oleh Orang Perorangan Asing Berdasarkan PP No 63 Tahun 2008………. ... 20

(6)

C. Yayasan Asing Yang Didirikan Oleh Badan Hukum Asing

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 63 Tahun

2008……….. 24

D. Pendirian Yayasan Berdasarkan Undang-Undang No 16 Tahun

2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang

Yayasan……… 27

1. Akta Pendirian Yayasan

2. Pengesahan Akta Pendirian Yayasan

3. Nama Yayasan

4. Jangka Waktu Pendirian Yayasan

5. Maksud Dan Tujuan Yayasan

BAB III AKTIVITAS YAYASAN ASING DI INDONESIA

BERDASARKAN PP NO 63 TAHUN 2008

A. Bentuk Kegiatan Yayasan Asing Yang Diperbolehkan…… 38

B. Bentuk Kegiatan Yayasan Asing Yang Dilarang………….. 41

C. Kemitraan Yayasan Asing Dengan Yayasan Indonesia …... 43

D.Izin Dan Dokumen Yayasan Asing Dalam Melakukan Kegiatan Di Indonesia ……….. 45

E.Pengecualian Bentuk Kegiatan Yayasan Yang Didirikan Korp

Diplomatik Asing ……… 47

BAB IV STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN ASING DAN

PERMODALAN YAYASAN ASING

(7)

B. Organ Yayasan Asing………. 57 C. Tugas Dan Wewenang Organ Yayasan Asing………. 60

D. Pengangkatan dan Penghentian Organ Pada Yayasan Asing... 63

E. Pemodalan Yayasan Asing………...………... ..66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………...71

B. Saran………..73

DAFTAR PUSTAKA

(8)

ABSTRAKSI

TINJAUAN YURIDIS PENDIRIAN YAYASAN OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 63 TAHUN 2008

Prof. Dr. Sunarmi S.H M.Hum1

Dr. Mahmul Siregar, S.H M.Hum2

Andi Putra Tarigan3

Ketentuan mengenai pendirian Yayasan asing telah diatur dalam PP No 63 Tahun 2008 dan Yayasan asing yang didirikan haruslah diperuntukkan dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan dan dalam melakukan kegiatannya harus bermitra dengan Yayasan yang didirikan oleh orang Indonesia. Pendirian Yayasan asing juga diperuntukkan bagi korps diplomatik yang ditugaskan di Negara Indonesia dengan berbagai kemudahan yang diberikan sehingga dapat merangsang pendirian Yayasan asing. Selain itu perlu diketahui bahwa dalam hal pengorganisasian maupun dalam permodalannya Yayasan asing harus tetap mengacu kepada hukum Yayasan Indonesia Dalam skripsi ini dapat disimpulkan perlu adanya suatu lembaga yang fungsinya untuk mengawasi keberadaan Yayasan yang tujuannya adalah agar tidak merugikan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia dan harus aman dari aspek politik, yuridis,

Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Bahwa pengaturan mengenai Yayasan diatur dalam Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan dan yang terbaru adalah Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 sebagai peraturan pelaksanannya. Hukum Yayasan juga mengatur mengenai proses pendirian Yayasan oleh orang asing atau bersama-sama dengan orang asing. Dalam ketentuan hukum Yayasan apabila Yayasan yang didirikan oleh orang asing ataupun bersama-sama dengan orang asing maka Yayasan Asing tersebut harus memakai dan tunduk terhadap hukum Yayasan Indonesia dan bukan memakai hukum Yayasan dari Negara dimana orang asing itu berasal. Dalam skripsi ini dirumuskan beberapa permasalahan diantaranya yaitu bagaimanakah proses pendirian Yayasan yang didirikan oleh orang asing dan badan hukum asing, bagaimanakah bentuk aktivitas yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan oleh Yayasan asing serta bagaimanakah struktur organisasi dari badan hukum Yayasan asing dan bagaimana pemodalannya

Metode penelitian yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini.

1

Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU 2

Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU 3

(9)

teknis dan keamanan khususnya untuk Yayasan asing karena pertumbuhan Yayasan asing sangatlah berkembang

Keyword: Tinjauan Yuridis, Pendirian Yayasan Asing

(10)

ABSTRAKSI

TINJAUAN YURIDIS PENDIRIAN YAYASAN OLEH ORANG ASING BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 63 TAHUN 2008

Prof. Dr. Sunarmi S.H M.Hum1

Dr. Mahmul Siregar, S.H M.Hum2

Andi Putra Tarigan3

Ketentuan mengenai pendirian Yayasan asing telah diatur dalam PP No 63 Tahun 2008 dan Yayasan asing yang didirikan haruslah diperuntukkan dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan dan dalam melakukan kegiatannya harus bermitra dengan Yayasan yang didirikan oleh orang Indonesia. Pendirian Yayasan asing juga diperuntukkan bagi korps diplomatik yang ditugaskan di Negara Indonesia dengan berbagai kemudahan yang diberikan sehingga dapat merangsang pendirian Yayasan asing. Selain itu perlu diketahui bahwa dalam hal pengorganisasian maupun dalam permodalannya Yayasan asing harus tetap mengacu kepada hukum Yayasan Indonesia Dalam skripsi ini dapat disimpulkan perlu adanya suatu lembaga yang fungsinya untuk mengawasi keberadaan Yayasan yang tujuannya adalah agar tidak merugikan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia dan harus aman dari aspek politik, yuridis,

Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Bahwa pengaturan mengenai Yayasan diatur dalam Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan dan yang terbaru adalah Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 sebagai peraturan pelaksanannya. Hukum Yayasan juga mengatur mengenai proses pendirian Yayasan oleh orang asing atau bersama-sama dengan orang asing. Dalam ketentuan hukum Yayasan apabila Yayasan yang didirikan oleh orang asing ataupun bersama-sama dengan orang asing maka Yayasan Asing tersebut harus memakai dan tunduk terhadap hukum Yayasan Indonesia dan bukan memakai hukum Yayasan dari Negara dimana orang asing itu berasal. Dalam skripsi ini dirumuskan beberapa permasalahan diantaranya yaitu bagaimanakah proses pendirian Yayasan yang didirikan oleh orang asing dan badan hukum asing, bagaimanakah bentuk aktivitas yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan oleh Yayasan asing serta bagaimanakah struktur organisasi dari badan hukum Yayasan asing dan bagaimana pemodalannya

Metode penelitian yang dipakai untuk menyusun skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini.

1

Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU 2

Dosen Pembimbing II, Dosen Fakultas Hukum USU 3

(11)

teknis dan keamanan khususnya untuk Yayasan asing karena pertumbuhan Yayasan asing sangatlah berkembang

Keyword: Tinjauan Yuridis, Pendirian Yayasan Asing

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbeda dengan tujuan pendirian dari Perseroan Terbatas, tujuan filosofis

pendirian Yayasan adalah tidak bersifat komersial atau tidak mencari keuntungan,

maksudnya adalah tujuan utamanya tidak lebih dari membantu atau meningkatkan

kesejahteraan hidup orang lain yang membutuhkan bantuan. Dikarenakan Yayasan tidak

mencari keuntungan maka untuk mendanai kegiatan operasionalnya Yayasan dapat

mencari dana dengan cara yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Yayasan yaitu

ketentuan dalam Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No 16 Tahun 2001

jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan. Pasal 3 ayat (1) menyatakan :

“Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan

tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan

usaha”4 Dan semakin diperjelas dengan Pasal 7 ayat (1) yang menyatakan : “Yayasan

dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan

Yayasan”5

Yayasan dalam mendanai kegiatan operasionalnya memperoleh dana melalui

kekayaan awal yang berasal dari pendiri Yayasan dan kekayaan lainnya yang bersumber

dari sumbangan yang tidak mengikat, wakaf, hibah dan hibah wasiat. Oleh karenanya

tujuan pendirian dari Yayasan diidentikan dengan kegiatan bidang sosial, keagamaan,

4

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

5

(13)

pendidikan, kemanusian dan banyak lagi. Keberadaan Yayasan dalam masyarakat untuk

mencapai berbagai kegiatan, maksud, dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan,

dan kemanusiaan telah berkembang pesat dan makin beragam coraknya.

Kiprah Yayasan sebagai organisasi nirlaba menjadi sorotan publik, setelah

keterkaitan sejumlah Yayasan dengan berbagai skandal keuangan menyeruak. Banyak

tudingan miring kepada Yayasan, terutama berkaitan dengan ‘kedok’ sebagai mencari

keuntungan, tetapi mendapatkan berbagai kemudahan dibanding bentuk badan hukum

lain, semisal Perseroan Terbatas. Belum lagi jika konflik yang melanda di antara

Pengurus, yang dapat berdampak buruk bagi aktivitas Yayasan. Misalnya kegiatan belajar

mengajar di sebuah lembaga pendidikan dapat terhenti, hanya karena konflik

Pengurusnya.6

Hal yang sangat penting untuk diketahui mengenai Yayasan untuk menghidari

terjadinya penyimpangan adalah mengetahui apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam

Yayasan tersebut. Adapun unsur-unsur tersebut adalah7

1. Yayasan adalah badan hukum

Terdapat beberapa teori mengenai badan hukum diantaranya yaitu teori fictie,

teori harta kekayaan bertujuan, teori organ, teori propriete collective, teori

kenyataan yuridis, teori dari Leon Duguit, teori hukum kodrat tentang hak milik

pribadi dan Leer van het ambtelijk vermogen. Menurut teori Teori Fictie dari Von

Savigny, badan hukum itu semata-mata buatan negara saja. Badan hukum itu

hanyalah fiksi, yakni sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang

6

http:/www.google.com/thejakartacunsultinggroup/, “Yayasan Yang Nirlaba”, terakhir kali di akses tanggal 15 Desember 2009

7

A.B.Susanto,dkk, Reformasi Yayasan Perspektif Hukum dan Managemen, (Yogyakarta: Andi,2002), hal 13

(14)

menghidupkannya dalam bayangan sebagai subyek hukum yang dapat melakukan

perbuatan hukum seperti manusia8. Menurut Teori Harta Kekayaan Bertujuan dari

Brinz, yang menyatakan bahwa terdapat kekayaan yang tidak ada pemiliknya

tetapi terikat pada tujuan tertentu kemudian diberi nama badan hukum. Menurut

Teori Organ dari Otto van Gierke, menyatakan bahwa badan hukum itu adalah

suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada di

dalam pergaulan hukum9. Dimana badan hukum itu mempunyai kehendak dan

kemauan sendiri yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapannya yaitu pengurus

dan anggota-anggotanya. Kemudian Teori Kekayaan Bersama dari Planiol

menyatakan bahwa hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya adalah hak

dan kewajiban para anggotanya bersama-sama, dengan demikian badan hukum

hanya merupakan kontruksi yuridis saja. Teori Kenyataan Yuridis yang

menyatakan bahwa badan hukum merupakan suatu realita yang kongkrit dan riil

meskipun tidak bisa diraba tetapi merupakan kenyataan yuridis. Maijers menyebut

teori tersebut, teori kenyataan yang sederhana, sederhana karena menekankan

bahwa hendaknya dalam mempersamakan badan hukum dengan manusia itu

terbatas sampai pada bidang hukum saja10. Teori yang keenam yaitu teori dari

Leon Duguit. Menurut Duguit, tidak ada persoon-persoon lainnya daripada

manusia-manusia individual. Akan tetapi manusiapun sebagaimana perhimpunan

dan Yayasan tidak dapat menjadi pendukung dari hak subjektif11

8

Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Alumni, 2000), hlm. 56.

9

Agus Budiarto, Seri Hukum Perusahaan: Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), hlm 28.

10

Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni), 1999. hlm. 35 11

Ibid

(15)

ketujuh adalah Teori Hukum Kodrat tentang hak milik pribadi yang menyatakan

bahwa menurut Thomas Aquino, hak milik pribadi terdiri dari hak atas barang

milik, hak atas pendapatan dan hak untuk mengelola, melepaskan dan

menggunakan barang milik pribadi12

2. Terdiri atas kekayaan yang dipisahkan

. Yayasan diakui sebagai badan hukum

adalah suatu badan yang ada karena hukum dan memang diperlukan

keberadaannya sehingga disebut legal entity dan menurut Pasal 11 ayat (1)

Undang-Undang Yayasan bahwa Yayasan memperoleh status badan hukum

setelah akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2)

memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman.

Dalam ketentuan Pasal 5 Undang-Undang No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

dijabarkan secara konkrit bahwa kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang

maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-Undang ini,

dilarang dialihkan atau dibagiakan secara langsung atau tidak langsung kepada

Pembina, Pengurus, Pengawas dan karyawan atau pihak lain yang mempunyai

kepentingan dengan Yayasan. Pemisahan harta kekayaan Yayasan tersebut

sebenarnya bertujuan untuk mencegah jangan sampai kekayaan awal Yayasan

masih merupakan bagian dari harta pribadi atau harta bersama pendirian. Jika

tidak demikian nantinya harta tersebut masih tetap sebagai kekayaan milik pendiri

Yayasan13

12

Ibid, hal 37 13

Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 37

. Kekayaan Yayasan sebagaimana dimaksud tersebut dipergunakan

untuk mencapai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Yayasan

(16)

3. Organ Yayasan

Badan hukum Yayasan memiliki alat perlengkapan (organ) yang telah ditentukan

dalam Undang-Undang Yayasan yaitu Pembina, Pengurus dan Pengawas.

Pembina mempunyai kewenangan untuk menilai hasil pekerjaan Pengurus dan

Pengawas. Pengurus melakukan pengurusan terhadap Yayasan baik di dalam

maupun di luar pengadilan. Pengawas melakukan pengawasan terhadap pekerjaan

pengurusan yang dilakukan oleh Pengurus Yayasan.

Sehubungan dengan telah berkembang pesat dan makin beragam coraknya Yayasan,

untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan

sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai kegiatan, maksud, dan tujuannya, telah

diatur dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.

Hadirnya Undang-Undang Yayasan dimaksudkan untuk memberikan pemahaman

yang benar kepada masyarakat mengenai Yayasan, menjamin kepastian dan ketertiban

hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka

mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Undang-Undang

Yayasan juga mengatur kemungkinan dilakukannya pemeriksaan terhadap Yayasan

berdasarkan penetapan pengadilan. Selain itu dalam Undang-Undang Yayasan ini diatur

pula mengenai kemungkinan penggabungan dan pembubaran Yayasan baik karena atas

inisiatif organ Yayasan sendiri maupun berdasarkan penetapan atau putusan pengadilan

(17)

Indonesia sepanjang tidak merugikan masyarakat, bangsa dan Negara Republik

Indonesia.14

Berdasarkan Undang-Undang Yayasan tersebut bahwa beberapa ketentuan perlu

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Ketentuan tersebut sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) mengenai biaya pembuatan akta notaris pendirian

Yayasan. Pasal 9 ayat (5) mengenai pendirian Yayasan oleh orang asing atau

bersama-sama orang asing serta mengenai syarat dan tata cara pendirian Yayasan. Pasal 14 ayat

(4) mengenai jumlah minimum harta kekayaan awal yang dipisahkan dari kekayaan

pribadi pendiri Yayasan. Pasal 15 ayat (4) mengenai pemakaian nama Yayasan. Pasal 27

ayat (2) mengenai syarat dan tata cara pemberian bantuan Negara kepada Yayasan. Pasal

61 mengenai tata cara penggabungan Yayasan. Pasal 69 ayat (2) mengenai syarat dan tata

cara Yayasan asing melakukan kegiatan di Indonesia.15

1. Ketentuan Umum

Bertitik tolak dari hal tersebut di atas maka penyusunan pengaturan

pelaksanaannya diatur dalam suatu Peraturan Pemerintah, yakni Peraturan Pemerintah

tentang Pelaksanaan Undang-Undang tentang Yayasan. Hal tersebut dimaksudkan, agar

Peraturan Pemerintah ini dengan mudah dipahami oleh masyarakat khususnya pengguna.

Materi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 meliputi

2. Pemakaian Nama Yayasan

3. Kekayaan Awal Yayasan

4. Pendirian Yayasan Berdasarkan Surat Wasiat

14

Penjelasan Umum Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

15

Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

(18)

5. Syarat dan Tata Cara Pendirian Yayasan Oleh Orang Asing

6. Tata Cara dan Pengajuan Permohonan Pengesahan Akta Pendirian dan

Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Yayasan

7. Tata Cara Pemberitahuan Perubahan Anggaran Dasar dan Perubahan Data

Yayasan

8. Syarat dan Tata Cara Pemberian Bantuan Negara kepada Yayasan

9. Syarat dan Tata Cara Yayasan Asing Melakukan Kegiatan di Indonesia

10.Tata Cara Penggabungan Yayasan

11.Biaya

12.Ketentuan Peralihan

13.Ketentuan Penutup

Berdasarkan Pasal 9 ayat (5) mengenai pendirian Yayasan oleh orang asing atau

bersama-sama orang asing serta mengenai syarat dan tata cara pendirian Yayasan dan

Pasal 69 ayat (2) mengenai syarat dan tata cara Yayasan asing melakukan kegiatan di

Indonesia maka penulis tertarik untuk menulis skripsi ini yang diberi judul :

TINJAUAN YURIDIS PENDIRIAN YAYASAN OLEH ORANG ASING

BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 63 TAHUN 2008”. B. Perumusan Masalah

Agar dapat dianalisis sehingga memberi gambaran yang tepat tentang skripsi ini,

permasalahan akan dibatasi pada masalah-masalah yang timbul, di antaranya sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah aspek hukum pendirian Yayasan yang didirikan oleh orang asing

(19)

2. Bagaimanakah bentuk aktivitas yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat

dilakukan oleh Yayasan asing?

3. Bagaimanakah struktur organisasi dari badan hukum Yayasan asing dan

bagaimana pemodalannya?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut:

1. Mengetahui aspek hukum terkait pendirian Yayasan oleh orang asing maupun

badan hukum asing berdasarkan PP No 63 Tahun 2008

2. Mengetahui bentuk-bentuk aktifitas Yayasan yang didirikan oleh orang asing

maupun badan hukum asing berdasarkan PP No 63 Tahun 2008

3. Mengetahui bagaimana struktur organisasi Yayasan asing dan bentuk

permodalannya berdasarkan PP No 63 Tahun 2008

Manfaat penulisan skripsi yakni sebagai berikut :

1. Secara teoritis :

Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah dalam tulisan ini akan

memberikan penambahan dan sikap kritis dalam menghadapi pemberlakuan

substansi sebuah peraturan perundang-undangan yang berkenaan tentang Yayasan

di Indonesia. Mengingat bahwa buku dan literatur dan yang membahas masalah

yang berkenaan dengan tema tulisan ini masih minim, maka pemaparan bahasan

tulisan ini didukung oleh pendapat banyak sarjana bidang hukum dan ekonomi

serta notaris senior yang telah membahas cukup lama mengenai hukum yayasan

yang memberi sumbangsih pemikirannya berkenaan dengan tema. Oleh karena itu

(20)

diharapkan bahwa kelak tulisan ini mampu menambah khasanah pemikiran

terhadap masalah pendirian Yayasan oleh orang asing

2. Secara praktis :

Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca baik

kalangan akademisi, para korps diplomatik asing maupun para pelaku usaha di

bidang ekonomi khususnya orang asing yang ingin mendirikan yayasan. Sehingga

pendirian Yayasan oleh orang asing tidak hanya dianggap sebagai upaya untuk

memperkaya Pendiri, Pengurus dan Pengawasnya. Hal ini dimaksudkan agar

Yayasan yang didirikan oleh orang asing dengan pola penerapan administrasi

hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan hukum yang dilakukan

Yayasan yang dapat merugikan Yayasan asing itu sendiri dan merugikan

masyarakat bangsa dan Negara Indonesia secara keseluruhan

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan judul skripsi pada Perpustakaan Pusat USU dan

Perpustakaan Fakultas Hukum USU dan tidak ditemukan adanya judul penelitian yang

sama. Tulisan ini dikarenakan adannya menaruh minat yang besar terhadap masalah

pendirian Yayasan oleh orang asing khususnya dalam hal proses pendirian, aktivitas serta

permodalan Yayasan yang didirikan oleh orang asing maupun badan hukum asing.

Selanjutnya lahirlah ide dan gagasan dan untuk melakukan penelitian yang berkaitan

dengan hal tersebut dan menyangkut tulisan seperti apa yang tertuang dalam skripsi ini.

Kalaupun ditemukan pendapat ataupun kutipan dalam penulisan ini hanya sebagai faktor

pendukung dan pelengkap saja yang memang sangat dibutuhkan demi tercapainya

(21)

E. Tinjauan Kepustakaan

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan

diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan

kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota16. Yayasan memperoleh status badan

hukum setelah mendapat pengesahan akta pendirian Yayasan dari Kepala Kantor

Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM atas nama Menteri yang wilayah kerjanya

meliputi tempat kedudukan Yayasan.17

Yayasan sebagai badan hukum membawa dampak bagi setiap orang yang ingin

mendirikannya dimana Yayasan tidak dapat lagi didirikan dengan sembarangan dan harus

merujuk kepada Hukum Yayasan yang telah ada dan bagi Yayasan yang telah ada

sebelum Undang-Undang Yayasan muncul maka Yayasan tersebut diwajibkan untuk

didaftarkan di Pengadilan Negeri dan dimumkan dalam Tambahan Berita Negara

Republik Indonesia atau didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin dari

instansi terkait (Paling lama 6 Oktober 2008) telah menyesuaikan Anggaran Dasar, dan

paling lama 1 tahun sejak penyesuaian Anggaran Dasar wajib diberitahukan kepada

Menteri Hukum dan HAM. Yayasan yang diakui sebagai badan hukum tidak

menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam masa 3 tahun (paling lambat 6 Oktober 2008)

dapat dibubarkan berdasarkan keputusan Pengadilan.18

Yayasan diurus oleh organ-organ Yayasan yang telah diatur dalam

Undang-Undang Yayasan seperti Pembina, Pengurus dan Pengawas. Ketiga organ tersebut saling

16

Pasal 1 Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

17

Pasal 11 Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

18

http:/www.apb.or.id, “Hukum Yayasan Indonesia” terakhir kali diakses tanggal 29 Januari 2010

(22)

berkerja sama mengurus Yayasan sesuai dengan tugasnya masing-masing sehingga

Yayasan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya. Pembina sebagai organ tertinggi

yang memiliki kewenangan sebagai berikut:19

1. Mengambil keputusan mengenai perubahan anggaran dasar

2. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota

Pengawas

3. Melakukan penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan anggaran dasar

Yayasan

4. Mengambil keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan

Pengurus menjalankan pengurusan baik di dalam dan di luar Yayasan. Pengurus

menjalankan roda Yayasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Organ ketiga adalah

Pengawas yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan Pengurus Yayasan. Dalam Pasal 40

ayat (1) Undang-Undang No 16 Tahun 2001 disebutkan bahwa selain tugas tersebut

Pengawas juga mempunyai tugas memberi nasehat kepada Pengurus dalam menjalankan

kegiatan Yayasan.20

Selain Yayasan yang didirikan oleh Warga Negara Indonesia, hukum Yayasan

juga mengatur mengenai Pendirian Yayasan Asing. Yayasan asing adalah Yayasan yang

didirikan oleh orang asing atau badan hukum asing yang bertujuan untuk kegiatan sosial.

Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang

Yayasan mengatur mengenai pendirian Yayasan asing ini. Pasal 9 ayat (5) menyebutkan

19

Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

20

(23)

“Dalam hal Yayasan didirikan oleh orang asing atau bersama-sama orang asing,

mengenai syarat dan tata cara pendirian Yayasan tersebut diatur dalam Peraturan

Pemerintah”21. Pasal 69 ayat (1) dan (2) menyebutkan “Yayasan asing yang tidak

berbadan hukum Indonesia dapat melakukan kegiatannya di wilayah Negara Republik

Indonesia jika kegiatan Yayasan tersebut tidak merugikan masyarakat, bangsa dan

Negara Indonesia. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara Yayasan asing melakukan

kegiatannya tersebut diatur dengan Peraturan Pemerintah”22

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Beberapa tahun kemudian

munculah Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 sebagai peraturan pelaksana

Undang-Undang Yayasan dan didalamnya diatur pula mengenai pendirian Yayasan oleh orang

asing, syarat serta tata cara Yayasan asing tersebut melakukan kegiatannya.

F. Metode Penulisan

Dalam menyusun skripsi ini, jenis penelitian yang digunakan metode penelitian

hukum normatif yaitu penelitian yang hanya menggunakan dan mengolah

data-data sekunder atau disebut juga dengan metode kepustakaan yang berkaitan

dengan pendirian Yayasan oleh orang asing di Indonesia

2. Sumber Data

Untuk melengkapi dan memenuhi materi skripsi maka penulis mencari dan

mengambil materi data-data sekunder yaitu sebagai sebagai berikut :

21

Pasal 9 ayat (5) UU No 16 Tahun 2001 jo UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan 22

Pasal 69 ayat (1) dan (2) UU No 16 Tahun 2001 jo UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

(24)

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang

berwenang. Dalam tulisan ini Undang No 16 Tahun 2001 jo

Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan, Undang-Undang-Undang-Undang No 9 Tahun 1992

Tentang Keimigrasian dan Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang

Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan.

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu semua dokumen yang menerapkan informasi atau hasil kajian tentang

pendirian Yayasan oleh orang asing seperti : buku-buku, jurnal-jurnal hukum,

karya tulis ilmiah, beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan

di atas

c. Bahan Hukum Tertier

Yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keterangan-keterangan

yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : Penelitian kepustakaan

(Library Research) yakni penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang

digunakan untuk penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik

koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, dokumen-dokumen pemerintahan

(25)

4. Analisis Data

Data Primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian

dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan induktif.

Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membanding,

sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber

yang berhubungan dengan topik skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang

sesuai dengan tujuan penulisan yang telah dirumuskan

G.Sistematika Penulisan

Tulisan ini terdiri dari 5 (lima) Bab yang diuraikan dalam gambaran umum

mengenai substasi bahasan tiap Bab antara lain sebagai berikut :

Bab I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain memuat latar

belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian

penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika

penulisan

Bab II : Berisi tentang pendirian Yayasan oleh orang asing dalam Undang-Undang

Yayasan di Indonesia, mulai dari bahasan tentang Yayasan asing sebelum

berlakunya PP No 63 Tahun 2008, Yayasan asing yang didirikan oleh

orang perorangan asing berdasarkan PP No 63 Tahun 2008, Yayasan asing

yang didirikan oleh badan hukum asing berdasarkan PP No 63 Tahun

2008 dan pendirian Yayasan berdasarkan UU No 16 Tahun 2001 jo UU

No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan.

(26)

Bab III : Berisi tentang aktivitas Yayasan asing di Indonesia berdasarkan PP No 63

Tahun 2008, mulai dari bentuk kegiatan Yayasan asing yang

diperbolehkan, bentuk kegiatan Yayasan asing yang dilarang, kemitraan

Yayasan asing dengan Yayasan Indonesia, izin dan dokumen Yayasan

asing dalam melakukan kegiatan di Indonesia dan pengecualian bentuk

kegiatan Yayasan yang didirikan korps diplomatik asing

Bab IV : Berisi tetang penelaahan mengenai struktur organisasi Yayasan asing dan

permodalan Yayasan asing, pada bab ini yang dibahas adalah mencakup

struktur organisasi Yayasan asing, organ Yayasan asing, tugas dan

wewenang organ pada Yayasan asing, pengangkatan dan penghentian

organ Yayasan asing dan pemodalan Yayasan asing

BAB V : Bab ini merupakan bab terakhir yaitu sebagai bab penutup yang berisi

(27)

BAB II

PENDIRIAN YAYASAN OLEH ORANG ASING DALAM UNDANG-UNDANG YAYASAN DI INDONESIA

A. Yayasan Asing Sebelum Berlakunya PP No 63 Tahun 2008

Selama ini pengaturan tentang Yayasan merujuk pada KUHPerdata yaitu pasal

365 (tentang perwakilan oleh Yayasan), pasal 899 (soal wasiat), pasal 900 (hibah), pasal

1680 (hibah kepada lembaga-lembaga agama), selain itu mengacu juga kepada berbagai

Yurisprudensi MARI No.124 K/Sip/1973 yang menyebutkan bahwa Yayasan adalah

badan hukum23, tetapi Yurisprudensi ini tidak ada mengatur bagaimana tata cara yang

harus dipenuhi oleh pengelola yayasan untuk memperoleh status badan hukum.

Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam KUHPerdata, Yurisprudensi MA serta

peraturan mengenai striching tersebut telah digunakan untuk mengatur eksistensi

Yayasan, termasuk memposisikan Yayasan sebagai badan hukum.24

Fakta menunjukkan kecenderungan masyarakat mendirikan Yayasan dengan

maksud untuk berlindung di balik status badan hukum Yayasan, yang tidak hanya

digunakan sebagai wadah mengembangkan kegiatan sosial, keagamaan, kemanusiaan,

melainkan juga adakalanya bertujuan untuk memperkaya diri para Pendiri, Pengurus, dan

Pengawas. Sejalan dengan kecenderungan tersebut timbul pula berbagai masalah, baik Namun kesemua

pengaturan tersebut belum ada yang mencantumkan bagaimana pendirian Yayasan Asing

dan bagaimana Yayasan Asing melakukan hak dan kewajibannya sebagai badan hukum

Yayasan, hal ini dikarenakan belum adanya peraturan yang jelas mengatur hal tersebut.

23

Robert Purba,Konsekuensi Hukum Yayasan Sebagai Badan Hukum Setelah Berlakunya Undang-Undang No 16 Tahun 2001,Thesis, (Medan :USU, 2007), hal 1

24

http:/www.sinarharapan.co.id, “Jati Diri Yayasan Menyongsong Masa Depan”, terakhir kali diakses tanggal 19 Oktober 2009

16

(28)

masalah yang berkaitan dengan kegiatan Yayasan yang tidak sesuai dengan maksud dan

tujuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar, sengketa antara Pengurus dengan Pendiri

atau pihak lain, maupun adanya dugaan bahwa Yayasan digunakan untuk menampung

kekayaan yang berasal dari para Pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara

melawan hukum.25

Sehubungan dengan itu dengan mendasarkan pengertian Yayasan yang

dikemukakan oleh Scholthen mengatakan bahwa Yayasan adalah badan hukum yang

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut

Mengenai Yayasan asing, di masa lalu landasannya tidak begitu jelas karena

belum ada aturan secara tertulis. Yayasan asing yang didirikan pada waktu itu

menggunakan hukum kebiasaan yang ada dalam praktek. Demikian pula dalam

menjalankan kegiatannya mendasarkan pada hukum kebiasaan. Meskipun demikian

selama itu Yayasan dikehendaki dan diwajibkan berstatus badan hukum baik Yayasan

nasional maupun Yayasan asing.

26

1. Mempunyai harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan. :

Harta kekayaan sendiri yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan dimaksudkan

untuk mencegah jangan sampai kekayaan awal Yayasan masih merupakan bagian

dari harta pribadi. Dan menghindari harta tersebut masih sebagai kekayaan milik

pendiri Yayasan yang nanti dapat menimbulkan penyimpangan

25

Penjelasan Umum atas UU No 16 Tahun 2001 jo UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan 26

(29)

2. Mempunyai tujuan sendiri (tertentu)

Maksudnya adalah bahwa Suatu Yayasan itu mempunyai tujuan-tujuan tertentu

seperti untuk tujuan kemanusiaan, untuk tujuan keagamaan dan tujuan-tujuan

lainnya yang bersifat sosial dan tidak mencari keuntungan

3. Mempunyai alat perlengkapan

Maksudnya adalah Yayasan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya

membutuhkan organ (alat perlengkapan) yang terdiri dari Pembina, Pengurus dan

Pengawas. Ketiga organ Yayasan ini saling bekerja untuk tercapainya tujuan

Yayasan

Belum ada peraturan tertulis mengenai Yayasan asing berakibat tidak ada

keseragaman hukum yang dijadikan dasar bagi sebuah Yayasan asing dalam menjalankan

kegiatannya untuk dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan. Keadaan yang demikian

tidak luput dari kelemahan yang dialami oleh Yayasan yang didirikan oleh orang asing

sebelum keluarnya PP No 63 Tahun 2008. Ada beberapa kelemahan yang dapat dijumpai

dalam praktek disebabkan belum jelasnya peraturan yang mengaturnya antara lain bahwa

sifatnya yang tertutup, status hukumnya tidak jelas dan pengelolaannya belum ke arah

profesional 27

Sifat tertutup tersebut terasa di masyarakat karena masyarakat pada umumnya

tidak dapat mengetahui tentang struktur organisasi suatu Yayasan asing. Kemudian dari

segi administrasi pendaftaran tidak ada kewajiban bagi Yayasan asing tersebut untuk

melakukan pendaftaran ke salah satu instansi Pemerintah, sehingga pihak Pemerintah

tidak dapat melakukan pengawasan terhadap kegiatan Yayasan asing yang telah berdiri.

Dari segi keuangan tidak ada kewajiban bagi Yayasan asing untuk mengumumkan

27

Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hal 4

(30)

laporan tahunan dengan menempel di papan pengumuman Yayasan atau diumumkan

melalui surat kabar, sehingga masyarakat tidak dapat mengetahui kondisi suatu Yayasan

asing

Lahirnya PP No 63 Tahun 2008 sebagai peraturan pelaksana dari Undang-Undang

Yayasan di Indonesia tergolong lama. Lambatnya membentuk PP No 63 Tahun 2008

dapat berakibat lambatnya masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap Peraturan

Pemerintah tersebut terutama terhadap Yayasan yang didirikan oleh orang asing.

Sedangkan Peraturan Pemerintah ini dibentuk dengan tujuan digunakan untuk melakukan

perubahan masyarakat, agar Yayasan dapat sebagai lembaga yang dikelola secara

profesional dan mampu berperan maksimal di masyarakat.28

Lahirnya Peraturan Pemeritah ini disebabkan karena Undang-Undang Yayasan

dalam perkembangannya belum menampung seluruh kebutuhan dan perkembangan

hukum dalam masyarakat serta beberapa substansi yang dapat menimbulkan berbagai

penafsiran. Tujuan Peraturan Pemerintah ini dimaksudkan untuk lebih menjamin

kepastian dan ketertiban hukum serta memberi pemahaman yang benar kepada

masyarakat mengenai Yayasan khususnya Yayasan asing sehingga dapat mengembalikan

fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang

sosial, keagamaan dan kemanusiaan29

Yayasan asing yang telah melakukan kegiatan di Indonesia sebelum berlakunya

Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 ini wajib menyesuaikan dengan ketentuan

berupa melakukan kegiatan di bidang sosial, keagamaan, dan sosial serta kemitraan

dengan Yayasan yang didirikan oleh orang Indonesia yang memiliki tujuan yang sama

28

http:/www.reformatatabloid.com, “Orang Asing Memiliki Yayasan Di Indonesia”, terakhir kali diakses tanggal 10 Oktober 2009

(31)

dengan Yayasan asing tersebut paling lambat 3 bulan terhitung sejak tanggal Peraturan

Pemerintah ini mulai berlaku.30

Bagi Yayasan yang tidak menyesuaikan dengan ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan Pasal 26 setelah lewat jangka waktu 3 bulan terhitung sejak

tanggal Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku dapat dihentikan kegiatannya oleh

instansi yang berwenang atau Kejaksaan untuk kepentingan umum31

Yang dimaksud instansi yang berwenang dalam hal ini adalah baik instansi yang

memberikan izin untuk melakukan kegiatan di Indonesia maupun instansi yang

memberikan izin orang asing masuk ke Indonesia 32

Dewasa ini banyak ditemui Yayasan-Yayasan asing yang melakukan kegiatan di

Indonesia seperti synergos foundation yang bergerak dalam bidang pengentasan

kemiskinan, asiaeducation foundation yang bergerak dalam bidang pendidikan, IDEP

foundation bergerak dalam bidang kemanusiaan dan usaha mikro masyarakat dan masih

banyak yang lainnya. Yayasan asing yang melakukan kegiatan di Indonesia pada

umumnya bergerak di bidang pendidikan dan kemanusiaan. Pada prinsifnya Yayasan

asing dapat melakukan kegiatannya di wilayah Negara Indonesia, jika kegiatan Yayasan

tersebut tidak merugikan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia.

B. Yayasan Asing Yang Didirikan Oleh Orang Perorangan Asing Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008

33

30

Pasal 40 ayat (1) PP No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan 31

Pasal 40 ayat (2) PP No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan 32

Penjelasan pasal 40 PP No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

33

Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

Hal ini juga telah

diatur dalam Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 yang isinya

(32)

menyatakan bahwa “Orang Asing atau Orang Asing bersama Orang Indonesia dapat

mendirikan Yayasan sesuai dengan ketentuan dan Undang-Undang dan Peraturan

Pemerintah ini”.34

Dengan perkembangan era teknologi informasi dan globalisasi yang tidak dapat

dihindari lagi memungkinkan orang-orang untuk saling berinteraksi dengan orang-orang

lain yang berada dalam wilayah yurisdiksi yang berbeda tanpa adanya pembatasan ruang

dan waktu.

Ini berarti semakin memperjelas adanya kepedulian Pemerintah

terhadap berdirinya Yayasan asing di Indonesia.

35

Yang termasuk pengertian orang asing dalam hal ini adalah orang perseorangan

asing atau badan hukum asing

Indonesia sendiri sebagai bagian dari warga dunia tidak dapat menutup diri

dari arus informasi yang datang dari luar wilayah Indonesia, demikian pula sebaliknya.

Untuk beramalpun tidak dibatasi ruang dan waktu. Namun demikian kita semua tentu

sepakat bahwa kedaulatan Negara dan hukum masing-masing Negara harus tetap

ditegakkan

36

Yayasan yang didirikan oleh orang asing atau orang asing bersama orang

Indonesia selain berlaku Peraturan Pemerintah ini berlaku juga ketentuan peraturan

perundang-undangan lain.

Disamping orang asing secara individu, orang asing

bersama orang Indonesia juga dapat mendirikan Yayasan sesuai dengan ketentuan

Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 ini

37

34

Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

35

Ari Kusumastuti Maria Suhardiadi, Hukum Yayasan Di Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal Centre Publishing, 2002) hal 145

36

Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

37

Pasal 10 ayat (2) Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

(33)

lain”, misalnya, peraturan perundang-undangan di bidang keimigrasian atau

ketenagakerjaan.38

c. surat pernyataan pendiri bahwa kegiatan Yayasan yang didirikan tidak merugikan

masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Yayasan yang didirikan oleh orang perseorangan asing harus memenuhi

persyaratan dokumen sebagai berikut:

a. identitas pendiri yang dibuktikan dengan paspor yang sah

b. pemisahan sebagian harta kekayaan pribadi pendiri yang dijadikan kekayaan awal

Yayasan paling sedikit senilai Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang dibuktikan

dengan surat pernyataan pendiri mengenai keabsahan harta kekayaan tersebut; dan

39

Kepentingan nasional sebagai kepentingan seluruh rakyat Indonesia juga harus

diutamakan, hal ini dapat dilihat dari Yayasan yang didirikan oleh orang asing atau orang

asing bersama orang Indonesia, salah satu anggota Pengurus yang menjabat sebagai

ketua, sekretaris, atau bendahara wajib dijabat oleh warga Negara Indonesia.40 Selain itu

anggota Pengurus Yayasan yang didirikan oleh orang asing atau orang asing bersama

orang Indonesia wajib bertempat tinggal di Indonesia.41

38

Penjelasan pasal 10 Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

39

Pasal 11 Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

40

Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

41

Pasal 12 ayat (2) Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

(34)

Anggota Pengurus Yayasan yang berkewarganegaraan asing harus pemegang izin

melakukan kegiatan atau usaha di wilayah negara Republik Indonesia dan pemegang

Kartu Izin Tinggal Sementara.42

1. Izin kerja

Yang dimaksud dengan "izin melakukan kegiatan atau usaha", misalnya:

2. Izin melakukan penelitian

3. Izin belajar

4. Izin melakukan kegiatan keagamaan

5. Izin usaha sesuai dengan Undang-Undang tentang Penanaman Modal.43

Sementara itu menurut Winanto Wiryomartani sebagai salah seorang notaris

senior menyatakan bahwa pendirian Yayasan oleh orang asing ini dapat dilakukan,

syaratnya adalah44

1. Orang asing tersebut hanya bertindak sebagai pendiri, artinya tidak melakukan

tindakan pengurusan. Jadi jika orang asing tersebut bertindak selaku pendiri,

maka orang tersebut dapat memilih akan bertindak sebagai Pembina Yayasan,

ataukah setelah mendirikan Yayasan, orang tersebut langsung keluar dari Yayasan

yang didirikannya tersebut. :

2. Orang asing tersebut harus memiliki Kartu Ijin Tinggal Terbatas (KITAS) atau

Kartu Ijin Tinggal Tetap (KITAP) di Indonesia. Yang artinya orang asing tersebut

telah tinggal dalam jangka waktu yang cukup lama di Indonesia.

42

Pasal 12 ayat (3) Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

43

Penjelasan Pasal 12 Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

44

(35)

3. Organ Pengurus dari Yayasan yang didirikan oleh orang asing tersebut harus

semuanya berstatus WNI

C. Yayasan Asing yang didirikan oleh Badan Hukum Asing berdasarkan PP No 63 Tahun 2008

Wujud badan hukum dapat berupa suatu negara, suatu daerah otonom, suatu

perkumpulan orang-orang yang mempunyai anggota seperti misalnya koperasi, perseroan

terbatas (PT), wakaf dan lain-lain45

Jadi tegasnya bukan hanya manusia saja yang dapat menjadi pendukung hak dan

kewajiban karena realitanya dalam hukum masih dan lagi pendukung hak dan kewajiban

yang lain dari manusia alamiah yaitu apa yang dikenal dengan nama badan hukum. Dari uraian di atas perlu kiranya diperjelas pengertian tentang badan hukum ini.

Untuk memperjelas pengertian tentang badan hukum ini maka perlu dikemukakan

pertanyaan apa badan hukum itu. Dan untuk menjawab pertanyaan apa badan hukum itu

maka hal ini menyangkut masalah teori hukum. Ada yang menjawab bahwa badan

hukum itu adalah suatu badan yang menjadi pendukung hak dan kewajiban. Dan di dalam

pergaulan hukum di kenal dua subjek hukum yaitu manusia dan badan hukum.

46

45

Abdul Muis, Yayasan Sebagai Wadah Kegiatan Masyarakat, (Medan: USU,1991), hal 18 46

Ibid

Pendapat sarjana van der Griten mengatakan bahwa badan hukum itu merupakan suatu

(36)

organisasi yang sebagai suatu kesatuan mengambil bagian dalam lalu lintas masyarakat

tanpa terikat kepada perorangannya 47

Soebekti mengatakan bahwa badan hukum adalah suatu perkumpulan/organisasi

yang oleh hukum diperlakukan seperti seorang manusia yaitu sebagai pengemban

hak-hak dan kewajiban-kewajiban, dapat memiliki kekayaan, dapat menggugat dan digugat di

muka pengadilan. Contoh-contoh yaitu suatu Perseroan Terbatas (PT) dan suatu

Yayasan.48 Dalam kepustakaan hukum Belanda istilah badan hukum dikenal dengan

sebutan “rechtpersoon” dan dalam kepustakaan common law seringkali disebut dengan

istilah-istilah legal entity, juristic person, atau artificial person. Legal entity dalam kamus

hukum ekonomi karya AF Elly Erawati dan JS Badudu diartikan sebagai “Badan Hukum

yaitu badan atau organisasi yang oleh hukum diperlakukan sebagai subjek hukum yaitu

pemegang hak dan kewajiban”. 49Dari pengertian yang diberikan tersebut di atas ada satu

hal menarik yang dapat dikemukakan yaitu bahwa badan hukum merupakan penyandang

hak dan kewajibannya sendiri yang memiliki suatu status yang dipersamakan dengan

orang perorangan sebagai subjek hukum. Dalam pengertian sebagai penyandang hak dan

kewajiban, badan hukum dapat digugat maupun menggugat di pengadilan. Hal ini

membawa konsekuensi bahwa keberadaannya dan ketidakberadaannya sebagai badan

hukum tidak digantungkan kepada kehendak sendiri atau anggotanya melainkan pada

sesuatu yang di tentukan oleh hukum.50

47

Rudi Prasetya dan A.Oemar Wongsodiwiryo, Dasar-Dasar Hukum Persekutuan, (Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 1976), hal 13

48

Soebekti R.Tjitrosoedibio, Kamus Hukum,(Jakarta: Pradnya Paramita,1980), hal 15 49

Gunawan Widjaya, Suatu Panduan Komprehensif Yayasan Di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2004), hal 9

50

Ibid , hal 9

(37)

Yayasan sebagai suatu badan hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk

melakukan tindakan-tindakan perdata. Pada dasarnya keberadaan badan hukum bersifat

permanen, artinya badan hukum tidak dapat dibubarkan hanya dengan persetujuan para

pendiri atau anggotanya. Badan hukum hanya dapat dibubarkan jika telah dipenuhi segala

ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan dalam anggaran dasarnya. Hal tersebut sama

kedudukannya dengan perkumpulan yang berbentuk berbadan hukum, dimana dipandang

sebagai subyek hukum karena dapat melakukan perbuatan hukum, menyandang hak dan

kewajiban, dapat digugat maupun menggugat di Pengadilan.51

a. Satu orang yaitu orang Indonesia dan orang asing

Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Yayasan, Yayasan didirikan oleh

satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta harta kekayaan pendirinya

sebagai kekayaan awal. Yang dimaksud dengan orang menurut penjelasan Pasal 9 ayat

(1) Undang-Undang Yayasan adalah orang perorangan dan badan hukum dan

memperhatikan Pasal 9 ayat (5) Undang-Undang Yayasan “orang” tersebut

dimungkinkan sebagai orang asing atau bersama-sama orang asing. Jadi Yayasan dapat

didirikan oleh :

b. Lebih dari satu orang yaitu orang-orang Indonesia dan orang-orang asing

c. Satu badan hukum yaitu badan hukum Indonesia dan badan hukum asing

d. Lebih dari satu badan hukum yaitu badan hukum Indonesia dan

badan-badan hukum asing52

51

http:/www.hukumonline.com, “Beda Perkumpulan Dengan Yayasan”, terakhir diakses tanggal 29 Oktober 2009

52

Ari Kusumastuti Maria Suhardiadi, Hukum Yayasan Di Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal Centre Publishing, 2002) hal 74

(38)

Yayasan yang didirikan oleh badan hukum asing harus memenuhi persyaratan

dokumen sebagai berikut:

a. Identitas badan hukum asing pendiri Yayasan yang dibuktikan dengan keabsahan

badan hukum pendiri Yayasan tersebut

b. Pemisahan sebagian harta kekayaan pendiri yang dijadikan kekayaan awal

Yayasan paling sedikit senilai Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) yang

dibuktikan dengan surat pernyataan Pengurus badan hukum pendiri mengenai

keabsahan harta kekayaan tersebut; dan

c. Surat pernyataan dari Pengurus badan hukum yang bersangkutan bahwa kegiatan

Yayasan yang didirikan tidak merugikan masyarakat, bangsa, dan negara

Indonesia.53

D. Pendirian Yayasan Berdasarkan UU No 16 Tahun 2001 jo UU No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

1. Akta Pendirian Yayasan

Pendirian Yayasan harus dilakukan dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa

Indonesia, sehingga syarat formalitas keotentisitasnya suatu akta notaris yaitu pembacaan

akta notaris, penandatanganan minuta akta di wilayah kerja notaris dan dalam waktu dan

tanggal tertentu mutlak harus dipenuhi dan apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi

maka berakibat pendirian Yayasan dapat dimintakan pembatalan.54

53

Pasal 11 ayat (2) Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

54

Ibid, hal 80

(39)

Dalam akta notaris tersebut harus dinyatakan dengan jelas pihak-pihak pendiri

Yayasan serta berapa besar harta kekayaan dari para pendirinya yang akan dijadikan harta

kekayaan awal Yayasan55

1. Nama dan tempat kedudukan

Akta pendirian Yayasan memuat Anggaran Dasar Yayasan dan keterangan lain

yang dianggap perlu. Anggaran Dasar Yayasan memuat sekurang-kurangnya :

2. Maksud dan tujuan serta kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuan

3. Jangka waktu pendirian

4. Jumlah kekayaaan awal yang dipisahkan dari kekayaan pribadi pendiri dalam

bentuk uang dan benda

5. Cara memperoleh dan penggunaan kekayaan

6. Tata cara pengangkatan, pemberhentian, penggantian anggota Pembina, Pengurus,

dan Pengawas

7. Hak dan Kewajiban anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas

8. Tata cara menyelenggaraan rapat organ Yayasan

9. Ketentuan mengenai perubahan Angaran dasar

10.Penggabungan dan pembubaran Anggaran dasar

11.Penggunaan kekayaan sisa liquidasi atau penyaluran kekayaan Yayasan setelah

pembubaran. Sedangkan keterangan lain memuat sekurang-kurangnya nama,

55

Gunawan Widjaya, Suatu Panduan Komprehensif Yayasan di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2004), hal 11

(40)

alamat, pekerjaan, Tempat Tanggal Lahir, kewarganegaraan pendiri, Pembina,

Pengurus dan Pengawas Yayasan56

Akta pendirian Yayasan harus dibuat dengan akta notaris maksudnya adalah hal

ini berkaitan dengan beberapa persoalan antara lain mengenai bentuk akta, pembuktian,

dan kepercayaan. Akta notaris dianggap sesuai dengan asas-asas hukum dan

kaidah-kaidah hukum yang berlaku karena notaris termasuk pula pejabat hukum. Berhubung

tidak ada keraguan dari segi formal maupun materil dari suatu akta notaris, maka dari

segi hukum pembuktian akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna.

Sebagai alat bukti yang sempurna artinya bahwa bukti tersebut harus dipercaya hakim

dan tidak memerlukan alat bukti yang lainnya dan ketika Yayasan mengajukan

permohonan pengesahan maupun permohonan untuk diumumkan ke dalam Berita Negara

maka sebagai bukti untuk mengatakan Yayasan telah berdiri adalah akta pendirinya. Akta

Pedirian harus dibuat dalam bahasa Indonesia, walaupun yang mendirikan Yayasan itu

orang asing, akta pendiriannya tetap menggunakan bahasa Indonesia tidak boleh bahasa

Inggris atau bahasa asing lainnya. Biaya pembuatan akta pendirian dan/atau akta

perubahan Anggaran Dasar Yayasan ditetapkan berdasarkan nilai ekonomis dan

sosiologis sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Jabatan Notaris.57

Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Yayasan

memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM. Kewenangan menteri Hukum

dan HAM dalam memberikan pengesahan akta pendirian Yayasan sebagai badan hukum

2. Pengesahan Akta Pendirian

56

Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

57

(41)

ini dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM atas nama

Menteri Hukum dan HAM yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan.

Dalam memberikan pengesahan, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan

HAM dapat meminta instansi terkait dalam hal ini adalah instansi yang membidangi

masalah sosial, keagamaan dan kemanusiaan.58

Pengesahan akta pendirian Yayasan dapat dilakukan oleh pendiri atau kuasanya

dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Hukum dan HAM. Pengesahan

akta pendirian tersebut diberikan dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak tanggal

permohonan diterima secara lengkap oleh Menteri Hukum dan HAM. Dalam hal

diperlukan pertimbangan dari instansi terkait, maka keputusan diberikan atau tidak

diberikannya pengesahan akta pendirian Yayasan, harus dibuat dalam jangka waktu

Paling lambat 14 hari terhitung sejak tanggal jawaban permintaan pertimbangan diterima

dari instansi terkait. Dalam hal tidak diterima jawaban maka jangka waktu dihitung

setelah lewat 30 hari terhitung sejak tanggal jawaban permintaan pertimbangan kepada

instansi terkait dikirimkan.

Pengesahan akta pendirian itu merupakan

kewajiban hukum bagi pendiri Yayasan. Tanpa adanya pengesahan, bukan suatu badan

hukum Yayasan namanya. Karena yang disebut dengan Yayasan sesuai dengan

pengertian Undang-Undang Yayasan adalah mutlak Badan Hukum. Oleh karena itu tidak

ada alasan sama sekali bagi pendiri untuk tidak mengajukan permohonan pengesahan

akta pendirian kepada Menteri

59

58

Ibid, hal 13 59

Ibid , hal 14

Jika pendiri Yayasan melakukan perbuatan hukum sebelum

pengesahan, Undang-Undang Yayasan tidak membebani tanggung jawab kepada pendiri

melainkan hanya membebankan kepada Pengurus secara tanggung renteng jika

(42)

melakukan perbuatan hukum karena dengan belum disahkannya akta pendirian Yayasan,

berarti ketentuan tentang cara pengangkatan Pengurus yang diatur dalam akta pendirian

belum sah. Sehingga sebaliknya dalam Yayasan jangan mengangkat Pengurus lebih

dahulu termasuk mengangkat anggota Pembina dan Pengawas menunggu sampai dengan

pengesahan itu diberitahukan oleh Menteri Hukum dan HAM. Dalam hal permohonan

pengesahan akta pendiriaan Yayasan ditolak, Menteri Huku m dan HAM wajib

memberitahukannya secara tertulis, disertai dengan alasannya, kepada pemohon

mengenai penolakan pengesahan tersebut. Undang-Undang Yayasan membatasi alasan

yang dapat dipergunakan sebagai alasan penolakan yaitu hanya sebatas bahwa

permohonan yang diajukan tidak sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang

Yayasan ini dan atau peraturan pelaksanannya60

Biaya pengesahan akta pendirian, biaya persetujuan perubahan Anggaran Dasar,

biaya penerimaan pemberitahuan perubahan Anggaran Dasar, dan pengumumannya

dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia merupakan Penerimaan Negara

Bukan Pajak.

61

Akta pendirian yang telah disahkan sebagai badan hukum, wajib diumumkan

dalam Tambahan Berita Negara RI dan.diajukan permohonannya oleh Pengurus Yayasan

atau kuasanya kepada Kantor Percetakan Negara Republik Indonesia dalam waktu paling

lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian Yayasan yang disahkan

atau perubahan Anggaran Dasar yang disetujui.

62

60

Gatot Supramono, Hukum Yayasan di Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hal 41 61

Pasal 35 Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

62

Ibid, hal 45

(43)

Yayasan sebagai badan hukum dalam pendiriannya perlu memberikan nama

kepada Yayasan yang didirikannya. Dengan memberikan nama kepada sebuah Yayasan,

maka terutama kepada masyarakat dapat mengetahui atau membedakan antara Yayasan

yang satu dengan Yayasan yang lain

Nama Yayasan harus didahului dengan kata Yayasan, dan Yayasan tidak boleh

memakai nama yang :

a. Telah dipakai secara sah oleh Yayasan lain atau

b. Bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau kesusilaan63

Nama Yayasan dari Yayasan yang telah berakhir status badan hukumnya harus

diberitahukan kepada Menteri untuk dihapus dari Daftar Yayasan oleh likuidator, kurator,

atau Pengurus Yayasan.64

a. Sama (dalam pengucapan atau tulisan) atau mirip dengan nama Yayasan yang

permohonan persetujuan pemakainnya telah diterima lebih dahulu

Selain itu secara umum dapat dikatakan bahwa pemakaian nama dibawah ini tidak

akan diterima:

b. Sama atau mirip dengan merek, kecuali ada izin dari pemilik merek terkenal

tersebut

c. Dapat memberikan kesan adanya kaitan antara Yayasan dengan suatu lembaga

pemerintah, lembaga yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan

atau lembaga internasional, kecuali ada izin dari yang bersangkutan

d. Hanya terdiri dari angka atau rangkaian angka

63

Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

64

Pasal 2 ayat (3) Peraturan Pemerintah No 63 Tahun 2008 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Yayasan

(44)

e. Hanya terdiri dari huruf atau rangkaian huruf yang tidak membentuk kata

f. Menunjukkan maksud dan tujuan Yayasan kecuali ada tambahan lain atau

g. Tidak sesuai dengan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Yayasan

h. Hanya merupakan nama suatu tempat

i. Ditambah kata dan atau singkatan kata yang mempunyai arti sebagai Yayasan,

persekutuan perdata atau jenis-jenis badan hukum lainnya65

Untuk dapat mengatakan bahwa sesuatu nama itu bertentangan dengan ketertiban umum

misalnya nama Yayasan yang dapat menyinggung perasaan orang banyak atau

menimbulkan kemarahan masyarakat seperti kata-kata yang sifatnya merendahkan

martabat bangsa dan Negara, melecehkan suku agama dn ras. Sedangkan nama Yayasan

yang bertentangan dengan kesusilaan, misalnya nama itu menyangkut soal kemaluan,

hubungan seks dan lain-lain66

Pemakaian nama Yayasan harus diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM

dalam suatu permohonan guna mendapat persetujuan. Untuk mengetahui dapat tidaknya

suatu nama dipakai oleh Yayasan, maka sudah selayaknya jika persetujuan pemakaian

nama Yayasan dapat diajukan lebih dahulu secara terpisah dari permohonan pengesahan

akta pendirian atau permohonan persetujuan akta perubahan anggaran dasar Yayasan.

67

65

Gunawan Widjaya, Op cit , hal 17 66

Gatot Supramono, Op cit, hal 54 67

Gunawan Widjaya, Loc cit

Menteri Hukum dan HAM dapat mengawasi pemakaian nama yang sama dengan nama

Yayasan yang telah disahkan akta pendiriannya, oleh karena itu Menteri dapat menolak

memberi pengesahan. Jika ternyata terdapat nama yang sama dan akta pendiriannya

memperoleh pengesahan, maka jalan keluarnya nama yang telah disahkan lebih dahulu

(45)

mengajukan pembatalan pemakaian nama Yayasan yang sama ke Pengadilan Negeri

setempat Yayasan tersebut bertempat tinggal. Selanjutnya untuk dapat menyatakan

bahwa suatu nama Yayasan itu bertentangan dengan ketertiban umum misalnya nama

Yayasan yang dapat menyinggung perasaan orang banyak atau menimbulkan kemarahan

masyarakat seperti kata-kata yang sifatnya merendahkan martabat bangsa dan Negara,

melecehkan suku, agama dan ras. Sedangkan nama Yayasan yang bertentangan dengan

kesusilaan, misalnya nama itu meyangkut soal kemaluan, hubungan seks dan lain-lain.

Berhubung nama Yayasan itu tercantum dalam akta pendirian Yayasan dan diajukan oleh

pendiri untuk memperoleh pengesahan, maka Menteri Hukum dan HAM selaku pejabat

yang memberikan pengesahan, dapat menolak permohonan tersebut. Dalam proses ini

Menteri dapat bertindak melakukan pengawasan langsung terhadap pemakaian nama

Yayasan melalui jalur pengesahan

4.Jangka Waktu Berdirinya Yayasan

Yayasan dapat didirikan untuk jangka waktu tertentu atau tidak tertentu yang

diatur dalam anggara dasar. Dalam hal Yayasan didirikan untuk jangka waktu tertentu

pengurus dapat mengajukan perpanjangan jangka waktu pendirian kepada Menteri

Hukum dan HAM, paling lambat satu tahun sebelum berakhirnya jangka waktu pendirian

Yayasan. 68

Waktu minimal satu tahun tersebut agar perpanjangan itu dapat selesai prosesnya

sebelum jangka waktu Yayasan berakhir. Jangan sampai terjadi jangka waktu pendirian

Yayasan sudah habis, sementara perpanjangan masih diproses. Secara yuridis Yayasan

dapat kehilangan status badan hukumnya. Mengenai jangka waktu Yayasan yang tidak

68

Pasal 16 Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

(46)

tertentu Yayasan dapat berdiri sepanjang masa walaupun telah berganti-ganti personel

organnya. Sepanjang organnya menghendaki demikian, dpat berjalan terus. Baru akan

berakhir jika seluruh organ menghendaki Yayasan bubar dan dilakukan dengan jalan

pembubaran69

Hakekat dari Pendirian Yayasan bukanlah mencari keuntungan bagi pendiri atau

pengurus-pengurusnya tetapi adalah untuk maksud kepentingan suatu kelompok

masyarakat atau anggota kelompok masyarakat di luar Yayasan. Kelompok masyarakat

atau anggota masyarakat itu memang dirasakan perlu untuk ditolong atau dibantu

5. Maksud dan Tujuan Yayasan

70

Undang-undang Yayasan menganut asas nirlaba yaitu tidak mencari laba atau

keuntungan. Modal yang ada tidak diolah untuk mendapat keuntungan melainkan untuk

melakukan suatu kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat71

Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan maka

Yayasan hanya dapat didirikan dan disahkan menjadi badan hukum jika maksud dan

tujuan Yayasan adalah kegiatan yang bergerak dalam bidang sosial, keagamaan dan

kemanusiaan.

72

69

Gatot Supramono, Op cit,hal 57 70

Abdul Muis, Yayasan Sebagai Wadah Kegiatan Masyarakat, (Medan: USU,1991), hal 95 71

Gatot Supramono, Op cit, hal 110 72

Pasal 1 Undang-Undang No 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

Konsep tersebut yaitu bahwa Yayasan hanya dapat bergerak dalam

kegiatan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan,. Hal ini membawa

konsekwensi bahwa semua Yayasan yang telah didirikan dan bergerak dalam bidang

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menjadi menarik untuk diteliti dan dikaji lebih dalam mengenai dampak positif pengaruh terhadap keputusan pembelian dikalangan Mahasiswi di Universitas

Penelitian lainnya dilakukan Wirastuti (2013) dengan topik “Analisis Kesalahan Berbahasa pada Penulisan Latar Belakang Skripsi Mahasiswa Non Bahasa dan

Dengan demikian peta kendali p digunakan untuk mengendalikan proporsi dari item-item yang tidak memenuhi syarat spesifikasi kualitas atau proporsidari produk yang cacat

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan diperoleh dari metode pengumpulan data, sebagai berikut: (1) penelitian kepustakaan – penelitian ini dilakukan dengan cara

1) Motive , adalah konsistensi berfikir mengenai sesuatu yang diinginkan dan dikehendaki oleh seseorang, sehingga menyebabkan suatu kejadian.. laku seperti mengendalikan,

Dalam kesempatan ini secara khusus kami sampaikan terima kasih kepada : • Bupati Banyumas • Wakil Bupati Banyumas • Dinas/Instansi yang terkait • Para Camat di wilayah

Penawaran ini sudah memperhatikan ketentuan dan persyaratan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.. Penawaran ini berlaku sejak

Data gangguan tidur pada anak dengan epilepsi dan faktor-faktor yang mempengaruhi sampai saat ini belum dilaporkan di Indonesia, sehingga peneliti ingin mengetahui