• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Fungsi Yayasan yang di Dirikan oleh Perseroan Terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tinjauan Hukum Fungsi Yayasan yang di Dirikan oleh Perseroan Terbatas"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Di susun dan Diajukan untuk memenuhi

Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum di Universitas Sumatera Utara

OLEH :

NIM. 090200002 MONA WINATA SIAHAAN

Departemen Hukum Ekonomi

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

SKRIPSI

Di susun dan Diajukan untuk memenuhi

Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum di Universitas Sumatera Utara

OLEH :

NIM. 090200002 MONA WINATA SIAHAAN

Departemen Hukum Ekonomi

Disetujui Oleh :

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Windha, SH.M.Hum NIP: 197501122005012002

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr.Bismar Nasution, SH.MH Windha, SH.M.Hum NIP: 195603291986011011 NIP: 197501122005012002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

Lembaga yayasan telah banyak dikenal dan lahir di Indonesia sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda sampai Indonesia. Sebelum lahirnya Undang-Undang Yayasan No.16 Tahun 2001 belum ada ketentuan hukum yang mengatur mengenai yayasan atau yang dapat dijadikan pegangan yang mengatur kehidupan yayasan. Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Pasal 1 angka 1 yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.

Meskipun pasal 365 dan 899 KUHPerdata menyebutkan istilah yayasan. Namun, kini Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur kehidupan Yayasan dengan lahirnya Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004. Yayasan sebagai suatu lembaga yang nirlaba didirikan untuk tujuan sosial, keagamaan dan kemanusian.

Metode penelitian yang dipakai dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara jelas bahwa yayasan yang didirikan oleh perseroan terbatas sebagai pendiri yayasan yang memisahkan kekayaan awal dan yang mendirikan yayasan sebagai lembaga badan hukum. Fungsi yayasan yang didirikan oleh perseroan terbatas tetap menjalankan fungsinya di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan dan tujuan yayasan yang sebagaimana telah diatur oleh Undang-Undang Yayasan.

Kata Kunci : Fungsi, Yayasan, Perseoan Terbatas 1

*) Mahasiswi Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan penyertaan – Nya sehingga dimampukan untuk meyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Semua oleh kasih – Nya sehingga selama proses penulisan skripsi ini diijinkan oleh – Nya berjalan sebagaimana adanya, yang ditujukan untuk memenuhi kewajiban sebagai mahasiswa dalam meraih gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara.

Skripsi ini berjudul “ Tinjauan Hukum Fungsi Yayasan yang di

Dirikan oleh Perseroan Terbatas”. Cara dan tahapan pembahasan yang

dilakukan selama proses perampungan skripsi ini, mulai dari pemahaman dan pencarian bahan pustaka mengenai yuridis normatif tentang Fungsi Yayasan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna, oleh karena itu diharapkan saran dan kritikan yang membangun sehingga penulisan kedepan dapat lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihnya yang selalu meyertaiku,

menolongku dan memberikanku kekuatan dalam hidupku.

2. Bapak Prof. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum sebagai Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum sebagai Pembantu Umum Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Syafrudin Hasibuan, S.H., M.H., DFM sebagai Pembantu Umum Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H sebagai Pembantu Umum Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Windha, S.H., M.Hum sebagai Ketua Depertemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Pembimbing II saya, yang telah bersedia memberikan waktunya menjadi dosen pembimbing skripsi ini, sehingga skripsi ini boleh selesai tepat pada waktunya.

7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H, M.H sebagai dosen pembimbing I, yang sudah menyediakan waktu dan membagi pengetahuan berkenaan dengan skripsi yang dibahas, yang selalu sabar memberikan masukan sehingga penulisan ini juga boleh selesai tepat waktunya.

8. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang turut mendukung segala urusan perkuliahan dan administrasi ku selama ini.

9. Buat bapak B.Siahaan dan mamak M.Hutabarat yang terus memberikan semangat dan doa sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Buat Bapak, pak akhirnya aku bisa mewujudkan cita-cita bapak dan kata-kata yang menyemangatkanku “berdoa dan slalu andalkan Tuhan dimanapun itu” dan buat mamak, makasih ya mak atas kesabaran, perhatian dan kata-kata mamak tiap aku sedih “ mona, mamak sama bapak menyesekolahkan kau jauh-jauh untuk menuntut ilmu bukan karena mamak sama bapak melainkan untuk masa depan mu yang lebih baik”.

10.Buat B’Apul, K’Prince, K’Selly, K’Monica, K’Juiq makasih yang telah memberikan perhatian, semangat dan doanya, kata-kata yang selalu dibilang

(6)

tiap nelpon “rajin belajar kau kiteng biar bise banggekan bapak same mamak, kelak kau harus bise macam kami ne bahkan lebih lagi ye.

11.Makasih buat Kos Jojo baik itu keluarga ibu kos jojo maupun anak-anak kos jojo yang rata-rata super cuek dan jogal, dimana kebersamaan dan suka cita yang dari dulu aku SMA sampai sekarang ini sudah hampir 7 tahun tinggal dikos jojo sebagai kenangan manis untuk dikenang kembali ketika nantinya aku merindukan kos jojo.

12.Tidak ketinggalan terima kasih kepada sahabat-sahabat ku Syalom, Mia, Melda, Pety, Cila, Septy, Tika, Weni, Devi, Sam dan teman-temanku semua stambuk 2009 yang selama perkuliahan kita ini bersama-sama dalam suka, duka, nasehat dan agak cerewet dikit yang semua ini untuk memotivasi ku untuk mengerjakannya, Buat kakak-kakak senior k’rina, k’pegy dan k’omi, dan adek juniorku Frengky, Scott, Jois dan adik-adik ku semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhir kata kiranya tulisan ini dapat berguna dan bermamfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama dalam penerapan serta pengembangan ilmu hukum di Indonesia.

Medan, Mei 2013 Penulis

MONA WINATA SIAHAAN

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR……… ii

DAFTAR ISI……… ……... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1

B. Perumusan Masalah………. 7

C. Tujuan dan Mamfaat penulisan……… ……... 7

D. Keaslian Penulisan………... 8

E. Tinjauan Kepustakaan………. 9

F. Metode Penulisan………. ……... 13

G. Sistematika Penulisan………..14

BAB II PENGATURAN HUKUM YAYASAN DIINDONESIA MENURUT UU NO.16 TAHUN 2001 jo. UU NO.28 TAHUN 2004 A. Pengertian Yayasan……….. 16

B. Sejarah Yayasan………... 21

C. Pendirian Yayasan ……… 25

D. Organ-Organ Yayasan……… 30

BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA PERSEROAN TERBATAS DENGAN YAYASAN YANG DIDIRIKAN OLEH PERSEROAN TERBATAS A. Ketentuan Umum Tentang Perseroan Terbatas……… 42

(8)

B. Faktor-faktor Pendorong Perseroan Terbatas mendirikan Yayasan……….. …….. 59

C. Hubungan Hukum antara Perseroan Terbatas dengan Yayasan yang didirikan oleh Perseroan Terbatas………. 66

BAB IV FUNGSI YAYASAN YANG DIDIRIKAN OLEH

PERSEROAN TERBATAS.

A. Fungsi Yayasan Yang Didirikan oleh Perseoan Terbata……….………..… 71

B. Penyimpangan Fungsi Yayasan yang didirikan oleh Perseroan Terbatas……….. 85 C. Tindakan Hukum terhadap penyimpangan fungsi Yayasan yang

didirikan oleh Perseroan Terbatas……… 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan……….. 98 B.Saran………. 99

DAFTAR PUSTAKA

(9)

ABSTRAK

Lembaga yayasan telah banyak dikenal dan lahir di Indonesia sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda sampai Indonesia. Sebelum lahirnya Undang-Undang Yayasan No.16 Tahun 2001 belum ada ketentuan hukum yang mengatur mengenai yayasan atau yang dapat dijadikan pegangan yang mengatur kehidupan yayasan. Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Pasal 1 angka 1 yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.

Meskipun pasal 365 dan 899 KUHPerdata menyebutkan istilah yayasan. Namun, kini Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur kehidupan Yayasan dengan lahirnya Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004. Yayasan sebagai suatu lembaga yang nirlaba didirikan untuk tujuan sosial, keagamaan dan kemanusian.

Metode penelitian yang dipakai dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan dari buku, internet, peraturan perundang-undangan dan hasil tulisan ilmiah lainnya yang erat kaitannya dengan maksud tujuan daripada penyusunan karya ilmiah ini.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan secara jelas bahwa yayasan yang didirikan oleh perseroan terbatas sebagai pendiri yayasan yang memisahkan kekayaan awal dan yang mendirikan yayasan sebagai lembaga badan hukum. Fungsi yayasan yang didirikan oleh perseroan terbatas tetap menjalankan fungsinya di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan dan tujuan yayasan yang sebagaimana telah diatur oleh Undang-Undang Yayasan.

Kata Kunci : Fungsi, Yayasan, Perseoan Terbatas 1

*) Mahasiswi Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan yayasan di Indonesia telah dikenal sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda yang dikenal dengan sebutan “stiching”.2

Perkembangannya di dalam Indonesia, yakni setelah Hindia Belanda lepas dari penjajahan Balanda dan Jepang kemudian menjadi Negara merdeka dan berdaulat, terdapat Yurisprudensi Mahkamah Agung Indonesia dalam putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 27 Juni 1973 No. 124/K/Sip/1973 yang berpendirian

Namun tidak ada sesuatu peraturan pun yang menegaskan bentuk hukum suatu yayasan, apakah berbentuk badan hukum (corporatie) yang konsekuensinya mempunyai kekayaan sendiri yang terpisah dengan kekayaan para pendirinya atau bukan merupakan badan hukum, sehingga ada pencampuran kekayaan antara kekayaan yayasan dengan kekayaan para pendirinya. Tidak ada satu peraturan pun yang mengatur mengenai tujuan dan kegiatan apa saja yang boleh dilakukan oleh yayasan.

Tujuan dan kegiatan stichting termasuk pengaturan mengenai kekayaan

stichting diatur bersadarkan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi karena kebutuhan dan yang dapat diterima dalam masyarakat pada masa pemerintahan Hindia Belanda, yang kemudian berkembang atas dasar yurisprudensi putusan Mahkamah Agung.

2

Gunawan Wijaya, Yayasan diIndonesia Sesuatu Panduan Komprehensif, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo, 2002), hlm. 2.

(11)

bahwa yayasan merupakan suatu badan hukum, yang kemudian disusul dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 8 Juni 1975 No. 467/K/Sip/ 1975, berpendirian bahwa perubahan menjadi yayasan dapat saja karena tujuan dan maksudnya tetap.

Belum ada undang-undang yang mengatur tentang yayasan dan yurisprudensi tidak banyak memutuskan mengenai yayasan, namun hal tersebut tidak mengurangi kenyataan cepatnya pertumbuhan yayasan. Saat ini yang menjadi masalah adalah apakah yayasan menjadi badan hukum berdasarkan undang-undang, seperti halnya pemberian status badan hukum kepada badan hukum lainnya ataukah berdasarkan kebiasaan, doktrin atau yurisprudensi saja.3

Lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, pendirian yayasan di Indonesia sebelumnya dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat, doktrin dan yurisprudensi. Badan hukum yayasan di samping untuk tujuan social, keagamaan dan kemanusiaan telah pula dipergunakan untuk Kebiasaan dan yurisprudensi yang ada tidak secara lengkap dan menjamin kepastian hukum tentang yayasan. Sering ditemui kasus-kasus sengketa antara pengurus dengan pendiri atau dengan pihak lainnya. Adanya kecendrungan atau dugaan bahwa yayasan sebagai badan hukum digunakan untuk kemauan menampung kekayaan yang berasal dari para pendiri atau pihak lain yang diperoleh dengan cara melawan hukum, bahkan sebagai tempat untuk memperkaya diri pendiri, pengurus atau pengawas.

3

(12)

tujuan-tujuan lain yang menyimpang dari tujuan semula penciptaan badan hukum ini.4

Yayasan telah dipergunakan untuk tujuan-tujuan yang bukan untuk tujuan sosial dan kemanusian, seperti untuk memperkaya diri sendiri atau organ yayasan, menghindari pajak yang seharusnya dibayar, menguasai suatu lembaga pendidikan untuk selama-lamanya, menembus birokrasi, memperoleh berbagai fasilitas dari negara atau penguasa dan berbagai tujuan lainnya. 5

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan telah dikeluarkan dan kemudian diikuti dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang yayasan. Perubahan Undang-Undang yayasan dilakukan bukan untuk penggantian seluruhnya, dalam arti Undang-Undang yang lama diganti dengan yang baru, melainkan hanya beberapa pasal saja yang diganti dengan tidak merubah seluruhnya pasal dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001. Beberapa ketentuan dalam yayasan Nomor 28 Tahun 2004 lahir setelah ditemukan reaksi dan kegoncangan dalam masyarakat khusus menyikapi Undang-undang yayasan ini, terutama mengenai pemberian gaji dari yayasan terhadap pengurus yayasan dan mengenai pengaturan organ yayasan. Maka atas dasar perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004, diharapkan akan menjadi dasar hukum yang kuat dalam mengatur kehidupan Yayasan di Indonesia serta menjamin kepastian dan ketertiban hukum

4 Chatamarrasjid Ais,

Badan Hukum Yayasan, (Bandung:PT Citra Aditya Bakti, 2006), hlm. 1.

5

(13)

agar Yayasan berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas.

Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia adalah mahkluk sosial. Sifat dasar inilah yang mendorong manusia untuk memperhatikan orang-orang disekitarnya. Hal inilah yang mendorong munculnya pembentukan yayasan, dimana keberadaan yayasan dianggap sebagai suatu jawaban atau jalan bagi mereka yang menginginkan suatu wadah atau lembaga yang dapat menyalurkan keinginan mereka untuk melaksanakan segala kegiatan yang pada dasarnya bersifat kedermawanan baik dalam sosial, keagamaan, kemanusian, pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

Yayasan dipandang sebagai bentuk ideal untuk mewujudkan keinginan manusia dan karena itu keberadaannya dirasakan membawa mamfaat positif dari sisi sosial kemanusiaan. Hal ini disebabkan karena yayasan tidak semata-mata mengutamakan profit atau mengejar mencari keuntungan atau penghasilan sebagaimana layaknya badan usaha lainnya.

(14)

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh yayasan di Indonesia antara lain memberikan santunan kepada anak yatim piatu, memberikan kesejahtraan bagi penderita cacat badan, memberikan beasiswa kepada anak kurang mampu, memberikan bantuan kepada keluarga yang tengah berduka, membantu memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita suatu penyakit, dan sebagainya. 6

Yayasan dapat didirikan oleh beberapa orang atau dapat juga oleh seseorang saja, baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing dengan memisahkan suatu harta dari seseorang atau beberapa orang pendiriannya, dengan tujuan idiil/sosial yang tidak mencari keuntungan, mempunyai pengurus yang diwajibkan mengurus dan mengelola segala sesuatu yang bertalian dengan kelangsungan hidup yayasan. 7

Yayasan yang didirikan oleh perseorangan maupun badan hukum lain seperti perseroan terbatas harulah sesuai prosedur undang-undang yang ada, dimana yayasan mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusian. Oleh karena itu, perseroan terbatas bisa melalui suatu lembaga

6

Garot Supraman, Hukum Yayasan di Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 1.

7 Anwar Borahima,

Kedudukan Yayasan DiIndonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 87.

(15)

terbatas sebagai suatu perusahaan yang berkomitmen dalam dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.

Kepedulian perusahaan ini yang menyisihkan sebagian keuntungannya bagi kepentingan pembangungan manusia dan lingkungan secara berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan professional yang sama-sama diperuntukkan untuk mencapai tujuan dibidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Sama halnya dengan yayasan memiliki kegiatan seperti yang dapat meningkatkan kesejahtraan masyarakat, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian dana untuk pemeliharaan fasilitas umum yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak.

Undang-Undang Yayasan No.16 tahun 2001 jo. Undang-Undang No.28 tahun 2004 menghapus segala kesangsian perihal apakah yayasan merupakan suatu badan hukum atau bukan.8

8

Chatamarrasjid Ais, Op.Cit, hlm. 49.

Maka yayasan sebagai badan hukum yang mempunyai hak dan kewajiban yang disebut sebagai subjek hukum yang dapat dipertanggung jawabkan mengenai hukum dan peraturan perundang-undangan lainnya.

(16)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang diuraikan diatas, maka perlu dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan Yayasan berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004?

2. Bagaimana hubungan hukum antara Perseroan Terbatas dengan yayasan yang didirikan oleh Perseroan Terbatas?

3. Bagaimana fungsi yayasan yang didirikan oleh Perseroan Terbatas?

C. Tujuan dan Mamfaat Penulisan

1. Tujuan penulisan

Tujuan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaturan Yayasan berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.

b. Untuk mengetahui hubungan hukum antara Perseroan Terbatas dengan yayasan yang didirikan oleh Perseroan Terbatas.

c. Untuk mengetahui fungsi yayasan yang didirikan oleh Perseroan Terbatas. 2. Mamfaat penulisan

Mamfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah : a. Manfaat teoretis

(17)

mengembangkan dunia pendidikan dan untuk mengembalikan tujuan asli dari bentuknya Yayasan.

b. Manfaat praktis

Pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para pembaca baik rekan mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum dan pemerintahan dalam menentukan kebijakan terhadap yayasan. Sehingga pendirian yayasan tidak hanya berkedok sebagai badan hukum dan juga tidak hanya bertujuan untuk memperkaya diri sendiri saja. Hal ini dimaksudkan agar registrasi yayasan dengan pola penerapan administrasi hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan hukum yang dilakukan yayasan yang dapat merugikan yayasan.

D. Keaslian Penulisan

(18)

E. Tinjauan Kepustakaan

Penulisan skripsi ini tentang “ Tinjauan Hukum Fungsi Yayasan yang Didirikan oleh Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.

Yayasan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah “stichting” dan dalam bahasa Inggris “foundation”. Stichting berarti lembaga atau yayasan, berasal dari kata stichten yang berarti membangun atau mendirikan. Menurut Yan Pramedya Puspa bahwa membangun, mendirikan dimaksudkan adalah membentuk suatu pengayuban atau badan yang pendiriannya disahkan dengan akte yang dibuat notaris, dimana aktivitasnya bergerak dibidang sosial. 9

Pengertian Yayasan menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang yayasan adalah “ Badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusian yang tidak mempunyai anggota”.

10

Defenisi yayasan di atas mengandung empat catatan utama yaitu: 11

1. Yayasan merupakan badan hukum. Artinya yayasan secara hukum dianggap bisa melakukan tindakan-tindakan yang sah dan mempunyai akibat hukum walaupun nanti secara nyata yang bertindak adalah organ-organ yayasan, baik pembina, pengawas maupun pengurusnya.

2. Yayasan memiliki kekayaan yang dipisahkan. Artinya, yayasan mempunyai aset, baik bergerak maupun tidak, yang pada awalnya diperoleh dari modal

9

Yan Pramedya Puspa, Kamus Hukum Edisi Lengkap dalam Abdul Muis Yayasan sebagai Wadah Kegiatan Masyarakat, (Medan:Fakultas Hukum USU, 1991), hlm. 6.

10

Ibid.

11

(19)

atau kekayaan yang telah dipisahkan. Maka, yayasan secara hukum memiliki kekayaan sendiri yang terlepas dan mandiri. 12

3. Yayasan mempunyai tujuan tertentu yang merupakan pelaksanaan nilai-nilai , baik keagamaan, sosial, maupun kemanusiaan. Dari hal ini diketahui bahwa yayasan sejak awal didesain sebagai organisasi nirlaba yang tidak bersifat untuk mencapai keuntungan (profit oriented) sebagaimana badan usaha, seperti perseroan terbatas, CV, Firma dan lain-lain.

Pemisahan harta kekayaan tersebut sebenarnya bertujuan mencegah jangan sampai kekayaan awal yayasan masih merupakan bagian dari harta pribadi atau harta bersama pendiri. Jika tidak demikian nantinya harta tersebut masih tetap sebagai kekayaan milik pendiri yayasan.

4. Yayasan tidak mempunyai anggota. Maksudnya, yayasan tidak mempunyai semacam pemegang saham sebagaimana perseroan terbatas atau sekutu-sekutu dalam CV atau anggota-anggota dalam badan usaha lainnya. Namun, yayasan tentu saja digerakkan oleh organ-organ yayasan, baik pembina, pengawas dan terlebih lagi peran utama pengorganisasian yayasan berada di tangan pengurus dengan pelaksana hariannya.

Badan hukum adalah subjek hukum ciptaan manusia pribadi. 13

12 Gatot Supramono,

Op. Cit, hlm. 37.

13

Abdulkadir Mumammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: PT: Citra Aditya Bakti, 1993), hlm. 29.

(20)

mempunyai hak dan kewajiban diantaranya manusia (natuurlijke Person) dan badan hukum (recht person).14

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijke Wetbook) dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Burgelijke Wetboek Van Koophandle) yang diberlakukan diindonesia tidak ada satu pasal pun yang mengatur dengan tegas tentang status badan hukum yayasan. 15 istilah yayasan dapat dijumpai dalam beberapa ketentuan KUHPerdata, antara lain Pasal 365, Pasal 899, Pasal 900, Pasal 1680, Pasal 1852 dan Pasal 1954 serta dalam Pasal 6 butir (3). Pasal 236 dan Pasal 890 Rv dengan nama dan penyebutan yang berbeda-beda antara lain “stichting”, “gestichten” dan “armenenistichtingen”.16

14

C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 1986), hlm. 117.

15 L.Boedi Wahyono dan Suyud Morgono,

Hukum Yayasan antara Fungsi Karitatif atau Komersial, (Jakarta:CV.Novindo Putra Mandiri,2001), hlm. 2.

16

Ibid.

(21)

Memberikan pelayanan dan kemudahan bagi masyarakat, permohonan pendirian yayasan dapat diajukan kepada kepala kantor wilayah Departemen Kehakiman dan HAM yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan yayasan tersebut dan setelah yayasan memperoleh pengesahan harus diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar registrasi yayasan dengan pola penerapan administrasi hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan hukum yang dilakukan yayasan yang dapat merugikan masyarakat. 17

Yayasan dapat didirikan oleh perorangan maupun perusahaan yang berbadan hukum seperti perseroan terbatas, Oleh karena itu, menurut Abdulkadir Muhammad, Perseroan Terbatas adalah perusahaan akumulasi modal yang dibagi atas saham-saham dan bertanggung jawab sekutu pemegang saham terbatas pada jumlah saham yang dimilikinya. Perseroan Terbatas adalah perusahaan badan hukum.

Yayasan sebagai badan hukum harus mempunyai organ yang nantinya akan mewakili yayasan dalam menjalankan hak dan kewajiban dari yayasasn itu. Dalam Undang-Undang Yayasan sudah ditentukan ada 3 (tiga) organ yang harus ada yaitu : Pembina, Pengawas dan Pengurus. Perseroan Terbatas sebagai badan hukum boleh mendirikan suatu yayasan yang mana mekanisme pendirian yayasan sesuai dengan undang-undang dan tujuan yayasan tersebut sebagaimana mestinya dalam undang-undang yayasan yaitu yayasan berfungsi dalam bidang sosial, keagamaan dan kemanusian.

18

17

Ibid

18

Abdulkadir Muhammad, Loc. Cit, hlm. 68.

(22)

Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 dalam Pasal 1 angka 1 dinyatakan bahwa: “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut dengan Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, yang melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.

F. Metode Penulisan

1. Bentuk penelitian

Dalam menyusun skripsi ini, penelitian menggunakan metode hukum normatif atau disebut juga dengan metode kepustakaan. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum dengan hanya mengolah dan mengunakan data-data sekunder yang berkaitan dengan “ Tinjauan Hukum Fungsi Yayasan yang Didirikan oleh Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004”.

2. Alat pengumpulan data

Materi dalam skripsi ini diambil dari data-data sekunder. Adapun data-data sekunder yang dimaksud adalah:

a. Bahan Hukum Primer

(23)

b. Bahan Hukum Sekunder

Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang Yayasan dan Organ-Organ Yayasan seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, Koran karya tulis ilmiah dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan persoalan diatas.

c. Bahan Hukum Tersier

Yaitu semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedi dan sebagainya.

3. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan dan dianalisis secara deskripsi dengan menggunakan metode deduktif.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan penjabaran penulisan penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab yang isinya antara lain memutar latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan mamfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

(24)

Dalam bab ini akan diulas mengenai tinjauan umum tentang Yayasan yang antara lain akan mengulas pengertian Yayasan, sejarah yayasan, maksud dan tujuan Yayasan, hak-hak dan kewajiban organ-organ yayasan.

BAB III HUBUNGAN HUKUM ANTARA PERSEROAN TERBATAS DENGAN YAYASAN YANG DIDIRIKAN OLEH PERSEROAN TERBATAS

Dalam bab ini akan dibahas mengenai bahasan mencakup tentang pengaturan Perseroan Terbatas, alasan dan faktor Perseroan Terbatas mendirikan Yayasan.

BAB IV FUNGSI YAYASAN YANG DIDIRIKAN OLEH PERSEROAN TERBATAS

Dalam bab ini akan dibahas mengenai Tinjauan Hukum Fungsi Yayasan yang Didirikan oleh Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004, antara lain Fungsi yayasan , penyimpangan yang terjadi terhadap fungsi yayasan yang didirikan oleh Perseroan Terbatas serta tindakan hukum bagi yayasan yang melakukan kesalahan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(25)

BAB II

PENGATURAN HUKUM YAYASAN DIINDONESIA MENURUT UU

NO.16 TAHUN 2001 jo. UU NO.28 TAHUN 2004

A. Pengertian Yayasan

Yayasan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah “stichting” dan dalam bahasa Inggris “foundation”. Stichting berarti lembaga atau yayasan, berasal dari kata stichten yang berarti membangun atau mendirikan. 19

Gatot Supramono dalam tulisannya memberikan defenisi yayasan adalah kumpulan dari sejumlah orang yang terorganisasi dan dilihat dari segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Dari sejak awal, sebuah yayasan didirikan bukan untuk tujuan komersial atau untuk mencari keuntungan, akan tetapi tujuannya tidak lebih dari membantu atau meningkatkan kesejahtraan hidup orang lain. 20

Mahadi mengutip dari kamus Van Dale mengatakan bahwa yayasan adalah sebagai suatu badan hukum yang didirikan dengan suatu akte atau testament, sipendiri menyisihkan sebahagian dari hartanya untuk tujuan tertentu, sipendiri juga menetapkan pengurusnya.21

Abdul Muis mengemukakan pengertian Yayasan adalah suatu badan hukum yang memiliki harta kekayaan yang telah dipisahkan dari pemiliknya,

19

Ibid.

10

Gatot Supramono, Op.Cit, hlm. 1.

21

Mahadi, Badan Hukum, Fakultas Hukum USU, hlm. 18.

(26)

sehingga bersifat mandiri dengan maksud dan tujuan tertentu yang bersifat adil dan diurus oleh suatu badan pengurus tanpa anggota. 22

Pemikiran bahwa Indonesia memerlukan suatu Undang-Undang yayasan telah berlangsung cukup lama. Pada umumnya pemikiran itu bertolak dari kenyataan bahwa dalam ketidakadaan undang-undang. Yayasan telah berkembang dengan pesat dan telah terjadi pula penyimpangan dari tujuan yang seharusnya dimiliki oleh suatu yayasan. Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 tahun 2004 tentang Yayasan perundang-undang sama sekali tidak mengatur tentang badan hukum yayasan. Hanya dalam beberapa Undang-Undang disebut adanya yayasan, seperti Pasal 899, 900, 1680 dan pasal 365 KUH Perdata, kemudian dalam Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 236 Rv. Dalam pasal-pasal tersebut sama sekali tidak memberi rumusan tentang yayasan. Menurut Scholten Yayasan adalah suatu badan hukum yang dilahirkan oleh pernyataan sepihak. Pernyataan itu harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tujuan dengan penunjukan bagaimanakah kekayaan itu diurus dan digunakan. 23

22

Abdul Muis, Membuka Peluang Yayasan Berkarakter Komersil, makalah Seminar “sosialisasi Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001, Fakultas Hukum USU.

23

R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, (Bandung: Alumni 2001), hlm. 107.

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 menyatakan :

(27)

Defenisi yayasan di atas mengandung empat catatan utama yaitu: 24

1. Yayasan merupakan badan hukum. Artinya yayasan secara hukum dianggap bisa melakukan tindakan-tindakan yang sah dan mempunyai akibat hukum walaupun nanti secara nyata yang bertindak adalah organ-organ yayasan, baik pembina, pengawas maupun pengurusnya.

2. Yayasan memiliki kekayaan yang dipisahkan. Artinya, yayasan mempunyai aset, baik bergerak maupun tidak, yang pada awalnya diperoleh dari modal atau kekayaan yang telah dipisahkan. Maka, yayasan secara hukum memiliki kekayaan sendiri yang terlepas dan mandiri. 25

3. Yayasan mempunyai tujuan tertentu yang merupakan pelaksanaan nilai-nilai , baik keagamaan, sosial, maupun kemanusiaan. Dari hal ini diketahui bahwa yayasan sejak awal didesain sebagai organisasi nirlaba yang tidak bersifat untuk mencapai keuntungan (profit oriented) sebagaimana badan usaha, seperti perseroan terbatas, CV, Firma dan lain-lain.

Pemisahan harta kekayaan tersebut sebenarnya bertujuan mencegah jangan sampai kekayaan awal yayasan masih merupakan bagian dari harta pribadi atau harta bersama pendiri. Jika tidak demikian nantinya harta tersebut masih tetap sebagai kekayaan milik pendiri yayasan.

4. Yayasan tidak mempunyai anggota. Maksudnya, yayasan tidak mempunyai semacam pemegang saham sebagaimana perseroan terbatas atau sekutu-sekutu dalam CV atau anggota-anggota dalam badan usaha lainnya. Namun, yayasan tentu saja digerakkan oleh organ-organ yayasan, baik pembina, pengawas dan

24

Adib Bahari, Prosedur pendirian yayasan, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia), hlm. 2.

25

(28)

terlebih lagi peran utama pengorganisasian yayasan berada di tangan pengurus dengan pelaksana hariannya.

Undang-Undang tentang yayasan dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai yayasan, yang menjamin kepastian dan ketertiban hukum atau persyaratan formal berdasarkan Undang-Undang. Pendirian Yayasan dilakukan melalui akta notaris dan kemudian status badan hukum akta pendiriannya disahkan Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia atau pejabat yang ditunjuk.

Yayasan sebagai suatu badan hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan perdata. Pada dasarnya keberadaan badan hukum bersifat permanen, artinya badan hukum tidak dapat dibubarkan hanya dengan persetujuan para pendiri atau anggotanya.26

Pasal 8 disebutkan bahwa kegiatan usaha badan usaha Yayasan mempunyai cakupan yang luas, antara lain di bidang pendidikan. Lebih lanjut ketentuan pada Pasal 7 ayat (1) menyebutkan yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan. Kata “kegiatan” merujuk pada kegiatan badan usaha dan pada kegiatan yayasan. Untuk

Badan hukum hanya dapat dibubarkan jika telah dipenuhi segala ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasarnya. Hal tersebut sama kedudukannya dengan perkumpulan yang berbentuk berbadan hukum, dimana dipandang sebagai subjek hukum karena dapat melakukan perbuatan hukum, menyandang hak dan kewajiban dapat digugat maupun menggugat di Pengadilan.

26

(29)

dapat mendirikan suatu badan usaha, suatu yayasan terlebih dahulu harus mempunyai kegiatan di bidang sosial, misalnya mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal (sekolah dasar, menengah, dan atau pendidikan tinggi) atau lembaga pendidikan non formal, misalnya kursus-kursus.

Yayasan yang sudah berkegiatan di bidang pendidikan, misalnya untuk dapat lebih mendukung kehidupan yayasan, atau lebih dapat memajukan dan mengembangkan kegiatan pendidikan, yayasan lalu mendirikan badan usaha yang menjadi badan hukum, syaratnya harus mempunyai kegiatan tersebut baru dapat didirikan oleh Perseroan Terbatas (PT). contoh, yayasan yang berkegiatan di bidang penyelenggaraan rumah sakit dan rumah penanggulangan psikotropika, yang berkegiatan rumah sakit dan penangganan penyakit-penyakit psikotropika.

Penjelasan dari tim sosialisasi Departemen Hukum dan HAM tentang Undnag-Undang Yayasan dan perkembangan persetujuan akta yayasan selam ini, Yayasan mempunyai tiga jenis kegiatan. Kegiatan itu adalah kegiatan utama (implisit dalam pasal 1 nomor 1), kegiatan penunjang (Pasal 3, Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8), dan kegiatan penyertaan (Pasal 7 ayat (2). Kegiatan utama adalah kegiatan untuk melaksanakan maksud dan tujuan pendirian di salah satu bidang sosial, kemanusiaan dan keagamaan.27

Kegiatan penunjang adalah kegiatan usaha untuk menunjang maksud dan tujuan yaitu dengan membentuk badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan Dalam hal ini adalah pendidikan yang diatur dalam akta anggaran dasar yayasan standar yang dibuat Departemen Hukum dan HAM dalam Pasal 3.

27

(30)

maksud dan tujuan (kegiatan utama yayasan), sesuai Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Yayasan. Dengan demikian, yayasan dapat menyelenggarakan pendidikan secara langsung sebagai salah satu kegiatan utama, dalam kenyataannya sudah ratusan bahkan ribuan akta perubahan anggaran dasar yayasan dibuat oleh notaris dan disahkan Departemen Hukum dan HAM sesuai dengan akta standar anggaran dasar yayasan tersebut diatas.

B. Sejarah Yayasan

Hukum di Indonesia dikenal lembaga-lembaga yang disebut yayasan

(Stichting, Fonundation), organisasi dengan tujuan tertentu. Subjek hukum yang baru dan berdiri sendiri itu yang dimaksudkan ialah badan hukum. Badan hukum yayasan dapat didirikan dengan tidak adanya campur tangan dari penguasa dan bahwa kebiasaan dan yurisprudensi bersama-sama menetapkan aturan itu. Dengan demikian, kedudukan badan hukum itu diperoleh dengan bersama-sama berdirinya yayasan itu. Praktek hukum dan kebiasaan membuktikan bahwa Indonesia dapat didirikan yayasan dan yayasan itu mempunyai kedudukan sebagai badan hukum. 28

Berdasarkan hukum kebiasaan dan asumsi hukum yang berlaku di masyarakat, maka dapat dikemukan ciri-ciri Yayasan sebagai suatu entitas hukum sebagai berikut: 29

a. Eksistensi yayasan sebagai entitas hukum di Indonesia belum didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku;

28 Ali Ridho,

Op.Cit, hlm. 114.

29

(31)

b. Pengakuan yayasan sebagai badan hukum belum ada dasar yuridis yang tegas, berbeda halnya dengan perseroan terbatas, koperasi dan badan hukum yang lain;

c. Yayasan dibentuk dengan memisahkan kekayaan pribadi pendiri untuk tujuan nirlaba, untuk tujuan religus, sosial, keagamaan dan kemanusiaan; d. Yayasan didirikan dengan akta notaris atau dengan surat keputusan pejabat

yang bersangkutan dengan pendirian yayasan;

e. Yayasan tidak memiliki anggota dan tidak memiliki oleh siapapun, namun mempunyai pengurus atau organ untuk merelisasikan tujuan yayasan;

f. Yayasan mempunyai kedudukan yang mandiri, sebagai akibat dari adanya kekayaan terpisah dari kekayaan pribadi pendiri atau pengurusnya dan mempunyai tujuan tersendiri beda atau lepas dari tujuan pribadi pendiri atau pengurus;

g. Yayasan dapat dibubarkan oleh pengadilan apabila tujuan yayasan bertentangan dengan hukum, dapat dilikuidasi dan dapat dinyatakan pailit; h. Yayasan diakui sebagai badan hukum seperti halnya orang yang berarti ia

diakui sebagai subjek hukum mandiri yang dapat menyandang hak dan kewajiban mandiri, didirikan dengan akta dan didaftarkan di Kantor Kepanitraan Pengadilan Negeri Setempat.

(32)

RI Nomor 4142 dan mulai berlaku sejak tanggal 6 Agustus 2002. Diberikannya jangka waktu pemberlakuan Undang-Undang ini dimaksudkan agar seluruh masyarakat Indonesia mengetahui dan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam melakukan penyesuian.

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001, disebutkan bahwa dasar pertimbangan dikelurkannya Undang-Undang ini adalah bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat, karena belum ada peraturan perundang-undang yang mengatur tentang Yayasan. Namun demikian, kurang lebih 2 tahun sejak dikeluarkannya Undang-Undang tersebut, tepatnya tanggal 6 Oktober tahun 2004, melalui lembaran Negara No.115 dan tambahan berita Negara Republik Indonesia No.4430 diundangkanlah Undang-Undang No.28 tahun 2004 tentang perubahan Undang-Undang No.16 tahun 2001 tentang Yayasan.

Tujuan diubahnya Undang-Undang ini dimaksudkan untuk lebih menjamin kepastian dan ketertiban hukum, serta memberikan pemahaman yang benar kepada masyarakat mengenai yayasan, sehingga dapat mengembalikan fungsi Yayasan sebagai sarana dalam rangka mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan dan kemanusian.

(33)

beberapa substansi yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran, maka perlu dilakukan perubahan terhadap undang-undang tersebut.

Perubahan Undang-Undang Yayasan dilakukan bukan untuk mengganti Undang-Undang sebelumnya atau menganti seluruh ketentuan-ketentuan yang ada dalam Undang-Undang itu. Namun perubahan tersebut hanya mengubah beberapa Pasal saja, sehingga Undang-Undang No.16 Tahun 2001 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.

Saat ini juga, telah dikeluarkan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Yayasan yaitu Peraturan Pemerintah No.63 Tahun 2008. Tepatnya tanggal 23 september 2008, melalui Lembaran Negara Republik Inddonesia No.134 tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.4894. Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur antara lain mengenai pemakaian nama Yayasan, kekayaan awal Yayasan, pendirian Yayasan berdasarkan surat wasiat, syarat dan tata cara pendirian Yayasan oleh orang asing, dan tata cara pengajuan permohonan pengesahan akta pendirian dan persetujuan akta perubahan anggaran dasar Yayasan.

(34)

C. Pendirian Yayasan

Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal. Hal ini menunjukkan bahwa pendiri bukanlah pemilik yayasan karena sudah sejak pemula telah memisahkan sebagian dari kekayaannya menjadi milik badan hukum yayasan. Ini merupakan salah satu alasan untuk berpendapat bahwa Yayasan adalah milik masyarakat, serta orang asing pun pada dasarnya dapat mendirikan yayasan. 30

Hukum di Indonesia tentang pendirian yayasan ternyata untuk menemukan pendapat-pendapat para ahli dan yurisprudensi-yurisprudensi mengenai yayasan tidak mudah, tetapi dalam praktik hukum dan kebiasaan membuktikan bahwa Indonesia itu dapat didirikan yayasan dan yayasan mempunyai kedudukan sebagai badan hukum.

Lahirnya sebelum Undang-Undang Yayasan No.16 Tahun 2001, belum ada ketentuan hukum yang mengatur mengenai yayasan atau yang dapat dijadikan pegangan yang mengatur kehidupan yayasan. Meskipun Pasal 365 dan Pasal 899 KUH Perdata menyebutkan istilah yayasan.

31 Dalam kenyataannya yayasan-yayasan yang didirikan itu dalam

pergaulan hukumnya diakui mempunyai hak dan kewajiban sendiri, sebagai salah satu pihak dalam hubungan hukumnya dengan subjek hukum yang lain. Yayasan dapat didirikan baik pada waktu pendirinya masih hidup atau surat wasiat. Untuk mendirikan suatu yayasan diperlukan: 32

a. Syarat Materil yang terdiri dari:

1. Harus ada suatu pemisah kekayaan;

30 Chatamarrasjid Ais,

Op.Cit, hlm. 27.

31

R. Ali Ridho, Op.Cit, hlm. 109.

32

(35)

2. Suatu tujuan; 3. Suatu organisasi.

b. Syarat Formil pendirian yayasan secara umum menurut Undang-Undang tentang Yayasan jo. Pasal 15 PP No.63 tahun 2008 syarat pendirian Yayasan diatur dalam Pasal 9 ayat (4) dan ayat (5) adalah sebagai berikut: 33

1. Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya, sebagai kekayaan awal.

2. Salinan akta yayasan bermaterai cukup yang dibuat oleh Notaris dalam bahasa Indonesia 1 (eksemplar);

3. Surat penyataan tempat kedudukan yang disertai alamat lengkap yayasan yang ditanda tangani oleh pengurus yayasan dan diketahui oleh Lurah atau Kepala Desa setempat;

4. Foto copy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yayasan;

5. Bukti pembayaran Penerima Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 100.000;

6. Bukti penyetoran atau keterangan bank atas nama yayasan atau pernyataan tertulis dari pendiri yang memuat keterangan nilai kekayaan yang dipisahkan sebagai kekayaan awal untuk mendirikan yayasan;

7. Bukti penyetoran biaya pengumuman yayasan dalam tambahan Berita Negara Republik Indonesia.

33

(36)

Kekayaan yang terpisahkan itu untuk mengejar tercapainya tujuan dan merupakan sumber dari segala hubungan-hubungan hukum. Tujuan itu sendiri harus tujuan yang idiil. Dengan demikian, tidak dibenarkan tujuan yang komersil atau tujuan untuk kepentingan diri sendiri. Pendiri adalah sama sekali bebas untuk mengaturnya sesuai dengan kehendaknya, tetapi harus dijaga yayasan tidak boleh berubah menjadi perkumpulan. Dalam akta pendirian memuat aturan-aturan tentang penunjukan para pengurus, ketentuan penggantian anggota pengurus dan wewenang serta kewajiban pengurus.

Terjadinya suatu sengketa di muka pengadilan dan salah satu pihak atau pihak-pihak adalah Yayasan, kedudukan badan hukum adalah diperoleh bersama-sama dengan berdirinya yayasan itu sepanjang tenyata bahwa yayasan itu didirikan memenuhi syarat materil, syarat formil, tidak bertentangan dengan hukum, kesusilaan dan ketertiban umum. 34

Pasal 10 ayat (2) menyebutkan bahwa apabila terdapat surat wasiat yang berisi pesan untuk mendirikan yayasan, hal ini dianggap sebagai kewajiban yang ditunjukan kepada mereka yang ditunjuk dalam surat wasiat selaku penerima

Yayasan dapat didirikan berdasarkan surat wasiat. Dalam Pasal 875 KUHPerdata disebutkan bahwa wasiat adalah suatu akta yang menurut pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya akan terjadi setelah ia meninggal dunia dan dinyatakannya, dapat dicabut lagi oleh pembuatnya, pada intinya wasiat itu adalah kehendak seseorang yang ditulis kepada orang lain agar dilaksanakan setelah ia meninggal dunia nantinya.

34

(37)

wasiat untuk melaksanakan wasiat. Penerima wasiat bertindak mewakili pemberi wasiat. Dalam hubungan ini bila penerima wasiat atau ahli waris tidak melaksanakan maksud pemberi wasiat untuk mendirikan Yayasan, atas permintaan yang berkepentingan, pengadilan dapat memerintahkan wahli waris atau penerima untuk melaksanakan wasiat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pendiri harus melaksanakan tugasnya berdasarkan “fiduciary duty”. 35

a. Para keluarga sedarah terdekat (diatur dalam pasal 877 KUHPerdata),

Surat wasiat tersebut dapat dibuat seseorang baik dengan persetujuan ataupun tidak dengan persetujuan untuk kepentingan:

b. Orang lain seperti fakir miskin (diatur dalam pasal 878 KUHPerdata),

c. Pengangkatan waris atau pemberian hibah (diatur dalam pasal 879 KUHPerdata).

Pasal 10 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 2004 tentang Yayasan menyatakan:

1. Dalam pembuatan akta pendirian yayasan, pendiri dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa;

2. Dalam hal pendirian yayasan dilakukan berdasarkan surat wasiat, penerima wasiat bertindak mewakili pemberi wasiat;

3. Dalam hal surat wasiat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dilaksanakan, maka atas permintaan pihak yang berkepentingan pengadilan dapat memerintahkan ahli waris atau penerima wasiat yang bersangkutan untuk melaksanakan wasiat tersebut.

35

(38)

Penjelasan Pasal 10 diatas, maka sesuai dengan prinsip umum hukum yang berlaku maka: bagi harta benda wasiat yang merupakan kebendaan bergerak, maka pengadilan yang berhak adalah pengadilan yang meliputi tempat kediaman atau domisili pemberi wasiat (asas domisili), bagi harta benda wasiat yang merupakan kebendaan tidak bergerak dapat dipergunakan asas lex rei sitae yang berarti pengadilan dimana kebendaan tidak bergerak tersebut tersebut terletaklah yang berhak.

Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian disahkan oleh Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, yang pelaksanaannya dilakukan oleh kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Yayasan yang bergerak dalam bidang sosial, harus memohon kepada Mentri sosial melalui Departemen Sosial untuk ditunjuk sebagai badan hukum. Yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan atau yang bergerak dalam bidang kebudayaan memohon kepada Mentri Pendidikan dan Kebudayaan. Kalau demikian, maka tentu saja Yayasan sebagai layaknya badan hukum lainnya juga mempunyai hak-hak dan dibebani dengan kewajiban yang diantaranya adalah membayar pajak. Namun demikian pendaftaran yang dilakukan di instansi-instansi pemerintah lainnya merupakan suatu tindakan yang paling penting juga untuk memperoleh izin operasional bagi Yayasan yang bersangkutan dan merupakan tindakan administrasi saja. 36

Perjalanan yayasan kadang tidak semulus yang dicita-citakan pada awal pendirian. Yayasan sebagai sebuah badan hukum, dapat menemui berbagai

36

(39)

hambatan, baik dalam melaksanakan kegiatannya, posisi keuangan, maupun permasalahan terhadap organ yayasan sendiri secara internal atau masalah dengan pihak ketiga (luar) secara eksternal. Kegiatan hukum yayasan dengan pihak ketiga, seperti jual beli, utang piutang, sewa-menyewa dan sebagainya kadang bisa juga menyisakan permasalahan yang menyebabkan kondisi yayasan menjadi ambaradul. Namun, tentu saja hak dan kewajiban yang timbul berkaitan dengan pihak ketiga ini harus diselesaikan karena bisa bermasalah secara hukum, baik pidana maupun perdata, yang harus ditanggung yayasan, bahkan bisa juga bermasalah bagi organ pengurus yayasan bila memang karena kelalaiannya. 37

Berdasarkan Undang-Undang Yayasan, ada beberapa alasan yayasan bubar, yakni: 38

1. Berakhirnya jangka waktu berdirinya yayasan, sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Dasar Yayasan;

2. Tujuan yayasan sudah tercapai atau malah tujuan yayasan tidak tercapai; 3. Yayasan bubar berdasarkan keputusan pengadilan karena yayasan

melanggar ketertiban umum dan kesusilaan, tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit, maupun harta kekayaan yayasan tidak cukup untuk melunasi utang setelah pernyataan pailit dicabut.

D. Organ-Organ Yayasan

Yayasan sebagai badan hukum harus mempunyai organ yang nantinya akan mewakili Yayasan dalam menjalankan hak dan kewajiban dari Yayasan itu.

37 Adib Bahari,

Op.Cit. hlm. 51.

38

(40)

Dalam Undang-Undang Yayasan, sudah ditentukan ada 3 organ yang harus ada yaitu pembina, pengurus dan pengawas.

1. Pembina

Pembina dalam suatu yayasan merupakan organ tertinggi. Jika dalam koperasi ada Rapat Anggota Tahunan dan dalam Perseroan Terbatas ada Rapat Umum Pemegang Saham, maka dalam yayasan ada pembina.

Kedudukan pembina sebagai organ tertinggi dalam Undang-Undang Yayasan diatur dalam Pasal 28 ayat (1), bahwa pembina memiliki kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undang-undang atau anggaran dasar. Pembina dalam sebuah yayasan memiliki kewenangan untuk mengangkat maupun memberhentikan pengurus maupun pengawas yang dianggap tidak menjalankan amanahnya dengan baik. Selain itu, kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh pengurus dan pengawas Yayasan harus dipertanggung jawabkan kepada pembina.

Kriteria siapa yang akan diangkat menjadi pembina, Undang-Undang Yayasan menggariskan sebagai berikut:

a. Pendiri yayasan selaku pribadi,

b. Orang yang bukan pendiri yayasan, atau

(41)

Pasal 28 ayat (3) Undang-Undang Yayasan secara lengkapnya menyebutkan orang perorangan sebagai pendiri yayasan dan atau mereka yang berdasarkan keputusan rapat anggota pembina dinilai mempunyai dedikasi yang tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Dalam hal nanti terjadi kekosongan sama sekali Pembina, bisa karena mengundurkan diri ataupun meninggal dunia, maka Undang-Undang Yayasan memberikan jalan keluar yaitu paling lambat 30 hari sejak terjadi kekosongan tersebut, maka harus segera diangkat Pembina untuk memgisi lowongan tersebut melalui rapat gabungan yaitu Rapat yang dilakukan oleh Pengurus dan Pengawas. Hal ini diatur dalam Pasal 28 ayat (4) Undang-Undang Yayasan.

Seorang pembina diberhentikan atau tidak lagi menjabat sebagai seorang pembina karena disebabkan oleh: 39

1. Meninggal dunia;

2. Mengundurkan diri dengan pemberitahuan secara tertulis;

3. Tidak lagi memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Diberhentikan berdasarkan rapat pembina;

5. Dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengambuan berdasarkan suatu penetapan pengadilan;

6. Dilarang menjadi anggota pembina karena peraturan perundang-undangan yang berlaku.

39

(42)

Menjalankan tugasnya sebagai pembina memiliki beberapa kewenangan sebagai berikut: 40

1. Mengambil keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar Yayasan; 2. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan

anggota pengawas;

3. Memberikan penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;

4. Pengesahan program kerja dan Rancangan Anggaran Tahunan Yayasan; 5. Mengambil keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran

Yayasan.

Untuk melaksanakan kewenangannya tersebut, pembina harus melakukan rapat tahunan yang diatur dalam Undang-Undang Yayasan disebutkan paling sedikit 1 (satu) kali dalam satu tahun, namun demikian undang-undang tidak mengatur kapan waktunya. Dalam Rapat Tahunan tersebut, sesuai dengan Pasal 30 ayat (1) pembina dapat melakukan evaluasi tentang kekayaan yayasan, hak dan kewajiban yayasan tahun yang lampau sebagai prakiraan perkembangan yayasan tahun berikutnya. Menjadi anggota pembina ada larangannya, yaitu merangkap pengurus maupun pengawas. Larangan ini diatur dalam Undang-Undang Yayasan Pasal 29. Begitupun sebaliknya untuk pengurus dan pengawas dilarang untuk merangkap jabatan sebagai pembina.

Hubungan dengan kekuasaan atau wewenang pembina yayasan yang amat besar, perlu dipertanyakan apakah pembina dapat memperoleh imbalan atau

40

(43)

keuntungan yang bersifat materi dari yayasan. Pendapat yang umum, seperti yang diikuti oleh Undang-Undang No.16 Tahun 2001 bahwa para organ yayasan itu pada dasarnya adalah pekerja sosial sehingga tidak seharusnya memperoleh kontra prestasi dari yayasan.

Chatamarrasjid Ais menyatakan bahwa terhadap 150 (seratus lima puluh) yayasan hanya 5 (lima) Yayasan 3,3% (tiga koma tiga persen) yang mencantumkan dalam Anggaran Dasarnya, ketentuan yang menyatakan bahwa kepada Pembina dan Pengurus tidak diberi imbalan atau keuntungan yang bersifat materi dari yayasan. Tidak banyak atau hanya sedikit yang menyatakan secara tegas bahwa pembina dan pengurus tidak memperoleh imbalan atau keuntungan yang bersifat materi dari yayasan, memberikan kesan terselubung bahwa ada pembina atau pengurus yang memperoleh kontra prestasi dari yayasan yang bersangkutan. 41

2. Pengurus

Pengurus yayasan memiliki tugas utama untuk melaksanakan kegiatan dan program kerja Yayasan sesuai dengan tujuan pendiriannya. Untuk diangkat menjadi pengurus yayasan tidak ada ketentuan yang spesifik sebagaimana halnya syarat untuk diangkat menjadi pengawas. Namun demikian tata cara maupun kriteria untuk diangkat menjadi pengurus dapat ditambah juga dalam Anggaran dasar Yayasan.

Pengurus yayasan diangkat oleh pembina berdasarkan Rapat Pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diangkat kembali. penggantian

41

(44)

pengurus harus diberitahukan kepada Mentri Kehakiman dan HAM paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah dilakukannya penggantian pengurus. Pengangkatan, pemberhentian dan penggantian pengurus yang tidak sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar dapat dibatalkan oleh Pengadilan atas permohonan yang berkepentingan atau atas nama permintaan kejaksaan yang mewakili kepentingan umum. Susunan Pengurus sekurang-kurangnya terdiri atas:42

a. Seorang ketua;

b. Seorang sekretaris; dan c. Seorang bendahara.

Kewenangan Pengurus dibatasi oleh Undang-Undang yaitu Pasal 37 ayat (1) dalam hal:

a. Mengikat yayasan sebagai penjamin hutang;

b. Mengalihkan kekayaan yayasan kecuali dengan persetujuan pembina; c. Membebani kekayaan yayasan untuk kepentingan lain.

Sesuai dengan asas persona standi in judicio maka pengurus yayasan mewakili yayasan didalam dan diluar pengadilan. Pengurus yayasan menerima pengangkatannya berdasarkan kepercayaan atau berdasarkan fiduaciary duty hal ini terlihat dalam Pasal 35 ayat 2. Selain itu juga terdapat larangan bagi pengurus yang diatur dalam Pasal 38 Undang-Undang Yayasan yang berbunyi sebagai berikut:

42

(45)

1. Yayasan dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi atau pihak yang terafiliasi dengan yayasan, pembina, pengawas dan pengurus atau pihak yang bekerja pada yayasan,

2. Larangan tersebut tidak berlaku dalam hal perjanjian itu bermamfaat bagi maksud dan tujuan yayasan.

Anggota pengurus tidak berwenang mewakili yayasan jika terjadi perkara didepan Pengadilan antara yayasan dengan anggota pengurus yang bersangkutan. Juga dalam hal terdapat conflict of inferest antara anggota tersebut dengan yayasan. Jika pengurus melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama yayasan, Anggaran dasar dapat membatasi kewenangan tersebut dengan menentukan bahwa untuk perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari pembina dan atau pengawas misalnya, untuk menjamin kekayaan yayasan guna membangun sekolah atau rumah sakit. Pengurus juga dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan yayasan, organ yayasan dan karyawan yayasan kecuali bila perjanjian tersebut bermamfaat bagi tercapainya tujuan yayasan. 43

3. Pengawas

Organ yang terakhir adalah pengawas. Dalam Pasal 40 ayat (1) disebutkan bahwa pengawas bertugas untuk mengawasi pekerjaan pengurus yayasan, selain itu pengawas juga memiliki tugas untuk member nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Jumlah pengawas yayasan ditentukan dalam undang-undang, berbeda dengan pembina yang tidak diatur jumlahnya. Pasal 40

43

(46)

ayat (2) Undang-Undang Yayasan ditetapkan minimal 1 (satu) oleh pengawas. Mungkin pembuatan undang-undang ini tidak menghendaki beban yang terlalu besar bagi yayasan jika pengawas ditetapkan angka minimal lebih dari 1 (satu) orang, juga pembuat undang-undang tidak ingin dalam yayasan justru tidak ada pengawas yang akan menjalankan fungsi pengawasan atas jalannya kegiatan yayasan tersebut.

Persyaratan untuk diangkat menjadi pengawas, dimana undang-undang hanya menyebutkan yang dapat diangkat menjadi pengawas adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum (Pasal 40 ayat (3) Undang-Undang Yayasan). Namun demikian, anggaran dasar yayasan dapat menambahkan persyaratan atau kriteria bagi seseorang yang akan diangkat menjadi seseorang pengawas sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (2) huruf F Undang-Undang Yayasan. pengawas diangkat oleh pembina untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan, hal ini diatur dalam Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Yayasan.

(47)

untuk mengambil keputusan apakah akan memberhentikan pengurus atau memulihkan nama baiknya. Hal ini diatur dalam Pasal 43 Undang-Undang Yayasan.

Pengawas di dalam melakukan tugasnya haruslah berdasarkan duty of skill and care yaitu harus berdasarkan kecakapan dan kehati-hatian yang seharusnya dimiliki oleh seorang pengawas. Oleh karena itu, bila terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian seperti juga pada pengurus setiap anggota pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut, kecuali anggota yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaian anggota tersebut. Anggota pengawas yang dinyatakan bersalah berdasarkan Putusan Pengadilan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat diangkat menjadi pengawas yayasan manapun. 44

1. Pengawas berhak melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen, keuangan, pembukuan yayasan. Oleh karena itu selayaknya ditunjuk orang yang memiliki keahlian dan pengalaman yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, sehingga dapat mengawasi pelaksanaan tata kelola yayasan yang baik;

Tugas dan wewenang pengawas adalah sebagai berikut:

2. Pengawas berhak mengetahui segala tindakan yang telah di jalankan oleh pengurus;

44

(48)

3. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara pengurus, apabila Pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Pengawas wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan yayasan;

5. Pengawas berwenang :

a. Memasuki bangunan, halaman atau tempat lain yang dipergunakan yayasan,

b. Memeriksa dokumen,

c. Memeriksa pembukuan dan mencocokkannya dengan uang kas, d. Mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh pengurus, e. Memberi peringatan kepada pengurus.

6. Pengawas dapat memberhentikan untuk sementara 1 (satu) orang atau lebih pengurus, apabila pengurus tersebut bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;

7. Pemberhentian sementara itu harus diberhentikan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasannya;

8. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara itu, pengawas diwajibkan untuk melaporkan secara tertulis kepada pembina;

(49)

memanggil anggota pengurus yang bersangkutan untuk diberi kesempatan membela diri;

10. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan diri sebagaimana dimaksud ayat (7), pembina dengan keputusan rapat pembina wajib:

a. Mencabut keputusan pemberhentian sementara, atau b. Memberhentikan anggota pengurus yang bersangkutan.

11. Dalam hal pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) dan (8), maka pemberhentian sementara batal demi hukum dan yang bersangkutan menjabat kembali jabatannya semula;

12. Dalam hal seluruh pengurus diberhentikan sementara, maka untuk sementara pengawas diwajibkan mengurus yayasan.

Pengawas menempati kedudukan sentral dalam mengendalikan yayasan dan hal ini memberikan tanggung jawab yang besar, baik kedalam maupun keluar. Dengan diundangkannya Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, maka berbagai ketentuan di atur didalamnya mengenai tugas dan pertanggung jawabab organ yayasan baik internal maupun eksternal. 45

Pengawas bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan baik didalam maupun diluar pengadilan tentang segala hal dan dalam segala kejadian, mengingat yayasan dengan pihak lain dengan yayasan serta menjalankan

45

(50)

tindakan, baik yang mengenai kepengurusan maupun kepemilikan, akan tetapi dengan pembatasan bahwa: 46

1. Pengawas tidak boleh mengikat yayasan sebagai peminjam utang dan atau membebani kekayaan yayasan untuk kepentingan pihak lain;

2. Pengawas tidak boleh mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafilisasi dengan yayasan, pembina, pengurus, dan pengawas atau seseorang yang bekerja pada yayasan kecuali dalam hal perjanjian tersebut bermamfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yayasan dan dengan mendapat persetujuan tertulis lebih dahulu dari bantuan pembina. 47

46 Nindyo Pramono,

Op Cit, hlm. 24.

47

(51)

BAB III

HUBUNGAN HUKUM ANTARA PERSEROAN TERBATAS DENGAN

YAYASAN YANG DIDIRIKAN OLEH PERSEROAN TERBATAS

A. Ketentuan Umum Tentang Perseroan Terbatas

Kata “Perseroan” menunjukan kepada modalnya yang terdiri atas sero (saham). Sedangkan kata “terbatas” menunjukkan kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan milikinya. 48

Abdulkadir Muhammad, perseroan terbatas adalah perusahaan akumulasi modal yang dibagi atas saham-saham dan bertanggung jawab sekutu pemegang saham terbatas pada jumlah saham yang dimilikinya. Perseroan Terbatas adalah perusahaan badan hukum.

Defenisi perseroan terbatas tersebut adalah salah satu bentuk organsasi usaha atau badan usaha yang ada dan dikenal dalam system hukum dagang Indonesia dimana pemegang saham bertanggung jawab sebatas nilai nominal saham yang diambil dan dimilikinya.

49

Bentuk Perseroan Terbatas (PT) merupakan bentuk lazim dan banyak dipakai dalam dunia usaha di Indonesia karena PT merupakan asosiasi modal dan badan hukum yang mandiri. 50

48

Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 68.

49 Abdulkadir Muhammad,

Loc. Cit, hlm. 68.

50

I. G. Rai Wijaya, Hukum Perusahaan Terbatas Khusus Pemahaman Atas Undang-Undang No. 1 Tahun 1995, (Jakarta: Kesaint Blanc, 2002), hlm. 1.

Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 dalam Pasal 1 angka 1 dinyatakan bahwa:

(52)

“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut dengan Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, yang melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya”.

Dari batasan yang diberikan tersebut di atas ada 5 (lima) unsur Perseroan Terbatas yaitu sebagai berikut: 51

1. Perseroan Terbatas merupakan suatu badan hukum; 2. Didirikan berdasarkan perjanjian;

3. Menjalankan usaha tertentu;

4. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham; 5. Memenuhi persyartan Undang-Undang.

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum, yang berarti perseroan terbatas adalah subjek hukum dimana perseroan terbatas sebagai suatu badan yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya. undang-undang yang telah memberikan perseroan sebagai badan hukum atau

“persona standi in judicio” telah membuat keberadaan perseroan sebagai subjek hukum mandiri yang berarti hukum memberikan padanya hak dan kewajiban sebagaimana yang dimiliki manusia. Artinya, perseroan itu dapat mempunyai harta kekayaan sendiri, hak-hak dan melakukan perbuatan serta kewajiban seperti

51

(53)

orang-orang pribadi.52 Oleh karena itu sebagai badan hukum, perseroan terbatas mempunyai kekayaan sendiri yang terpisahkan dari kekayaan pengurusnya. Dengan adanya kedudukan mendiri dari perseroan itu, bila terjadi pergantian Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris maka tidak membuat perseroan berubah dari keberadaannya sebagai “persona standi in judicio”.53 Dalam melakukan kegiatan yang dilihat bukan perbuatan pengurusnya tetapi yang harus diperhatikan adalah Perseroannya, karena yang bertanggung jawab adalah perseroan.54

Badan hukum oleh beberapa para ahli hukum sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Chaidir Ali antara lain memberikan batasan sebagai berikut :55 1. E. Utrecht

Badan Hukum ialah badan yang menurut hukum berkuasa (berwenang) menjadi pendukung hak.

2. R. Subekti

Badan Hukum adalah suatu badan atau perkumpulan yang dapat memiliki hak-hak dan melakukan perbuatan seperti seorang manusia, serta memiliki kekayaan sendiri, dapat digugat atau mengugat di depan hakim.

3. Meyers

Badan Hukum adalah meliputi sesuatu yang menjadi pendukung hak dan kewajiban.

4. Wirjono Prodjodikoro

52

Bismar Nasution, “Kewajiban Melaksanakan RUPS dan Saat Pembagian Deviden Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun1995”, ( http : // www. Bismarnasty.wordpress.pdf), hlm. 2.

53

Ibid.

54

Ahmad Yani & Gunawan Wijaya, Loc. Cit, hlm. 7.

55

(54)

Badan Hukum adalah badan yang di samping manusia perseorangan juga dapat dianggap bertindak dalam hukum dan yang mempunyai hak-hak, kewajiban-kewajiban dan perhubungan hukum terhadap orang lain atau badan lain.

Ketentuan lebih lanjut tentang hal-hal umum perseroan terbatas akan dijelaskan mengenai ketentuan umum tentang perseroan terbatas antara lain sebagai berikut:

1. Prosedur pendirian perseroan terbatas

Proses pendirian perseroan terbatas adalah pembuatan akta pendirian perseroan terbatas, pengesahan perseroan terbatas, pendaftaran perseroan terbatas, dan pebgumuman. Untuk lebih jelasnya penulis akan kemukakan satu persatu.

a. Pembuatan akta pendirian perseroan terbatas

Untuk mendirikan suatu Perseroan perlu dipenuhi syarat dan prosedur yang telah ditentukan oleh UUPT. Syarat-syarat dan prosedur tersebut terdiri dari tiga syarat utama yang harus dipenuhi, yaitu : 56

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan perseroan didirikan oleh dua orang atau lebih. Yang dimaksud dengan orang adalah orang perseorangan atau badan hukum. Ketentuan sekurang-kurangnya dua orang menegaskan prinsip yang dianut oleh undang-undang bahwa perseroan sebagai badan hukum dibentuk berdasarkan perjanjian. Oleh karena itu harus mempunyai lebih dari satu orang pemegang saham sebagai pendiri. Ketentuan dua

1). Didirikan oleh dua orang atau lebih

56

(55)

orang pendiri atau lebih tidak berlaku bagi perseroan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Adanya dua orang dalam pendirian perseroan terbatas ini adalah jelas karena dalam mendirikan perseroan terbatas harus didasarkan pada perjanjian atau yang disebut dengan asas kontraktual sesuai Pasal 1313 kitab Undang-Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Soekardono, bahwa sebaiknya jumlah para pihak dalam akta pendirian suatu Perseroan Terbatas haruslah berjumlah ganjil, supaya lebih mudah dalam mengambil suatu keputusan. 57

Sentosa Sembiring juga berpendapat bila suatu Perseroan sudah berdiri dan pemegang saham kurang dari dua orang, maka pendiri harus mencari partner baru. Bila tidak, resiko yang akan diderita oleh perseroan terbatas akan menjadi tanggung jawab pribadi pendiri.

Perseroan terbatas yang lahir karena perjanjian yang berarti hubungan (koneksitas) diantara para pendiri PT hanya merupakan hubungan yang bersifat “contractual” yang tidak memungkinkan adanya pemegang saham tunggal.

58

Akta pendirian yang merupakan perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi yang membuatnya dan perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan para pihak atau alasan-alasan yang telah ditetapkan oleh undang-undang dan perjanjian itu harus dilakukan dengan itikad baik.

57 Soekardono,

Hukum Dagang Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 1983), hlm. 11.

58

(56)

2). Didirikan dengan akta otentik

Pasal 7 (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas, perjanjian pendirian perseroan harus dibuat dengan Akta Otentik dibuat dihadapan Notaris mengingat perseroan adalah badan hukum. Akta otentik tersebut merupakan akta pendirian yang memuat anggaran dasar perseroan. Ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas ini menegaskan bahwa akta notaris merupakan syarat mutlak untuk adanya suatu perseroan terbatas.

Tanpa adanya akta otentik akan meniadakan eksistensi perseroan terbatas, sebab akta pendirian inilah nantinya yang harus disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM. Akta pendirian perseroan terbatas ini mempunyai fungsi intern dan ekstern. Fungsi intern, yaitu fungsi sebagai aturan main para pemegang saham dan organ perseroan. Sedangkan fungsi ekstern terhadap pihak ketiga sebagai

Referensi

Dokumen terkait

E-Learning dapat digunakan dalam pendidikan jarak jauh atau pendidikan konvensional tergantung dari kepentingannya, namun masih banyak juga sekolah yang masih

Hasil penelitian ini adalah (1) jumlah siswa putri yang mengalami tingkat kesulitan rendah cara belajar matematika lebih banyak (53%) dari pada jumlah siswa putra yang

Namun setelah diadakan penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa penerapan prinsip- prinsip syar’ih dalam transaksi mappasanrra tanah sawah pada masyarakat di

Meskipun Pemilu 2004 diwarnal oleh berbagai kerumltan, tetapi secara umum sistem Pemilu 2004 lebih balk dibandingkan Pemilu sebelumnya. Pemlllh dapat menentukan sendiri pilihannya,

Dalam penelitian ini, data yang diperlukan diperoleh dari metode pengumpulan data, sebagai berikut: (1) penelitian kepustakaan – penelitian ini dilakukan dengan cara

Hasil uji t kedua menunjukkan variabel religiusitas, pengetahuan dan lokasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhdap minat menabung masyarakat pada bank

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelesaian sengketa diluar pengadilan (non litigasi) serta hambatan-hanbatan dalam proses penyelesaian sengketa atas

Sekolah THHK yang pertama kali terbentuk pada awal abad ke-20 dan kemudian banyak berdiri di berbagai wilayah di Jawa serta beberapa yang ada di Sumatera, Kalimantan,