• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Dan Manfaat Furoshiki Furoshiki No Kouka To Kinou

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Fungsi Dan Manfaat Furoshiki Furoshiki No Kouka To Kinou"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

FUNGSI DAN MANFAAT FUROSHIKI

FUROSHIKI NO KOUKA TO KINOU

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O

L

E

H

JESICHA REJEKINTA KETAREN

NIM : 112203003

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

(2)

FUNGSI DAN MANFAAT FUROSHIKI

FUROSHIKI NO KOUKA TO KINOU

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III bidang Studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan OLEH:

JESICHA REJEKINTA KETAREN NIM: 112203003

Pembimbing Pembaca

Drs. Nandi S Zulnaidi,SS,M.Hum NIP. 196008221988031002 NIP.

196708072005011001

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGESAHAN Diterima oleh

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang

Pada : Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan

1. Zulnaidi,S.S,M.Hum (

)

Dr. Syahron Lubis,M.A Nip 195110131976031001

Panitia Ujian :

No.Nama Tanda Tangan

2. Drs. Nandi S (

)

3. Zulnaidi,S.S,M.Hum (

(4)

Disetujui Oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi D-III BahasaJepang

Ketua Program Studi

Zulnaidi,S.S,M.Hum

NIP.1967080720050110011

(5)

KATA PENGANTAR

Sebagai ungkapan puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan serta kesempatan dalam keluangan waktu sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan kertas karya ini. Selesainya kertas karya ini guna melengkapi syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi D-III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapaun judul kertas karya ini adalah “Manfaat Dan Kegunaan Seni Furoshiki”

Sebagai sifat manusia yang tidak luput dari kekurangan, penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, dan masi banyak kekurangan dalam tata bahasa maupun isi pembahasan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan kertas karya ini.

Dalam penulisan kertas karya ini penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak yang bersedia membantu, baik berupa bimbingan ataupun pengarahan, oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk membantu menyelesaikan kertas karya ini. Untuk itu penulis sangat berterima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis,M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Zulnaidi,S.S,M.Hum selaku ketua program studi D-III Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budata Universitas Sumatera

(6)

4. membimbing dan memberikan petunjuk kepada penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini.

5. Bapak Zulnaidi,S.S,M.Hum selaku dosen pembaca yang sudah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. 6. Bapak dan Ibu dosen Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di Jurusan Bahasa Jepang.

7. Kepada ibunda Arihta br Ginting yang senantiasa memberikan semangat, dukungan moril dan material, doa, cinta dan kasih sayangnya dalam mendidik dan membesarkan penulis selama ini. 8. Yang teristimewa abangnda Eka A Ketaren yang selalu memberikan

dukungan moril dan material kepada penulis dan adik-adik penulis Tuah dan Teguh Ketaren yang selalu mendoakan dan memberi hiburan di kala penulis menyelesaikan kertas karya ini.

9. Lhyra Marserina Surbakti, Sri Wahyuni Damanik, Indry Suhalim, dll yang telah banyak membantu dan menemani penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya.

10..Baskar yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Bantuan ini tidak akan pernah dapat penulis lupakan.

(7)

Akhir kata, semoga kertas karya ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat sepenuhnya bagi para pembaca dan pengguna kertas karya ini.

Medan, Juni 2013

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Batasan Masalah... 2

1.4 Metode Peenelitian ... 3

BAB II. GAMBARAN UMUM FUROSHIKI 2.1 Pengertia Furoshiki ... 4

2.2 Sejarah Furoshiki ... 5

2.3 Jenis kain, Ukuran dan Bentuk Benda Dalam Seni Furoshiki .... 6

2.4 Perkembangan Furoshiki ... 10

BAB III. FUNGSI DAN MANFAAT FUROSHIKI 3.1 Fungsi Furoshiki ... 14

(9)

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 21

4.2 Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA

(10)

ABSTRAK

Judul rombung saya adalah Furoshiki. Furoshiki merupakan seni melipat atau membungkus benda dengan kain. Furoshiki dimulai di jaman Nara, sekitar 700 tahun sebelum masehi. Pada awalnya yang menggunakan seni furoshiki hanyalah kaum bangsawan dan mereka menggunakannya untuk membawa pakaian serta dijadikan sebagai handuk ditempat pemandian. Benda yang dapat dibungkus dengan tehnik furoshiki berbagai macam bentuk. Bentuk benda-benda ini tidak dibatasi, mulai dari persegi, bulat, memanjang, sampai pada bentuk yang tidak menentu seperti kain dan makanan.

Seni furoshiki sendiri menggunakan kain berbentuk persegi empat. Ukuran kain tergantung kepada ukuran benda yang akan dikemas, jenis kain juga tidak menjadi satu hal yang baku. Kain sutra, katun, shifon dan lainnya dapat digunakan. Hanya ketika kita hendak mengemas berang bawaan yang berbobot besar, pilihlah kain yang memiliki serat padat, agar benda yang dibawa tetap aman dalam perjalanan. Banyak tehnik membungkus dalam seni furoshiki. Mulai dari tehnik-tehnik sederhana sampai pada tehnik yang cukup sulit.

Fungsi kain furoshiki pada jaman sekarang juga sangat bermacam-macam. Mulai dari saputangan sampai bandana wanita. Kegunaan kain furoshiki yang unik-unik seperti inilah menyebabkan furoshiki mampu bersaing di era modern. Seni furoshiki sendiri sudah dikenal oleh masyarakat luas, tidak hanya masyarakat Jepang saja, di Eropa, Amerika dan sebagian negara di Asia sudah mengenal seni membungkus dengan kain ini. Sifat furoshiki yang ramah lingkungan dan sangat ekonomis ini mengakibatkan banyak masyarakat yang tertarik untuk menerapkannya dikehidupan sehari-hari.

Namun kantung plastik dan tas kertas masih tetap digunakan oleh masyarakat ramai. Seperti yang kita ketahui, kantung plastik dan tas kertas yang sering kita gunakan sekarang hanya berfungsi untuk mempermudah dalam proses pembawaan barang bawaan dan terlihat praktis. Sangat berbeda dengan kain furoshiki yang sangat berguna dan memiliki banyak fungsi seperti membungkus dan menjinjing bara bawaan, membungkus kotak makan siang agar makanan tetap hangat, sebagai alas meja ketika makan, sebagai pembungkus seserahan pada acara pernikan, dapat juga sebagai pengganti tas, bahkan kain furoshiki dapat digunakan sebagai alas duduk dilantai.

Namun pengguna furoshiki di Jepang jumlahnya menurun dalam periode pasca perang. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh proliferasi tas belanja plastik. Dalam beberapa tahun terakhir inilah masyarakat Jepang kembali melihat kebelakang kepada budaya leluhur mereka yang ,memang sejak dahulu kala sudah sangat mencintai produk dan karya bangsa sendiri. Tetapi masyarakat Jepang di era modern sekarang melihat hal ini sebagai bentuk perlindungan terhadap lingkungan. Adapun tujuan furoshiki yang sesungguhnya adalah untuk mengurangi limbah sampah dibumi, limbah sampah yang sudah sangat merusak ekosistem.

(11)

dengan cara berkurangnya penebangan pohon untuk memproduksi tas kertas, tisu, pembungkus makanan dan lainnya. Hasilnya Furoshiki digunakan secara meluas untuk membungkus kotak bekal makanan (bento). Kain yang digunakan untuk membalut bento ini biasanya dibesarkan sedikit agar ia boleh pula dijadikan alas makanan.

Di Jepang furoshiki sudah sangat berkembang. Banyak grosir dan toko-toko yang sudah menjual kain furoshiki. Kain yang multi fungsi ini dikenalkan kepada anak-anak mereka dan dijadikan sebagai satu kreatifitas. Jika origami adalah seni melipat kertas, furoshiki adalah seni melipat kain. Ketika mereka menerapkan seni furoshiki dalam kehidupan sehari-hari, mereka tidak hanya sedang menjaga lingkungan, tidak sekedar berhemat, namun mereka sedang menunjukkan bahwa budaya mereka sangat berguna dikehidupan sekarang dan masa yang akan datang. Forushiki ini menunjukkan bahwa dari dulu nenek moyang bangsa Jepang sudah menerapkan kecintaan terhadap lingkungan.

Indonesia juga sudah mulai menggalakkan penggunaan tas kain sebagai pembungkus barang belanjaan, agar tas kain tersebut dapat dipakai secara berulang-ulang. Limbah sampah yang sudah tertimbun seperti lautan di Ibu Kota mengakibatkan munculnya ide-ide untuk menjaga bumi Indonesia agar tetap hijau.

Banyak orang berfikir ketika mereka meninggalkan kantungan plastik dan tas kertas berarti mereka menjadi orang yang kuno. Ini adalah pendapat yang salah, justru ketika kita menggunakan seni furoshiki kita dapat berkreasi se kreatif mungkin. Kita dapat membungkus benda yang ingin kita bawa sesuai dengan selera kita sendiri, kita dapat mengutarakan isi bungkusan tanpa harus membukanya, karena kita dapat memilih kain yang tipis, corak dan warna kain sesuai dengan selera kita, dan membuntuk sesuai dengan benda yang dibungkus. Inilah penyebabnya mengapa furoshiki sangat penting kita tanamkan.

(12)
(13)

多くの人はレジ袋や紙袋を残ったらダサいのひとになると思う。その意 見は違う。私たちは風呂敷を応用すれば、自由にそうぞうするこができる。色合 いの布を選べるから、私たちの意志の通り包むことができて、中に暴かないで、 内物に見せることができる。それが風呂敷が大切にすると理由である。

(14)

Bab I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Jepang adalah Negara yang kaya dengan berbagai kebudayaan yang beraneka ragam. Walaupun era modernisasi saat ini di Jepang berkembang pesat, peninggalan kebudayaan yang sempat dikenalkan oleh leluhur mereka tidak lekang oleh waktu dan tetap dilestarikan oleh masyarakat Jepang hingga sekarang. Selain itu Jepang juga merupakan Negara yang memiliki kemajuan di setiap aspek kehidupan, kebudayaan, teknologi dan ilmu pengetahuan.

Membahas kebudayaan Jepang yang sangat beraneka ragam, tentu tidak terlepas dari seni dan kebiasaannya. Masyarakat Jepang juga sudah banyak menerima pengaruh budaya luar, seperti gaya berpakaian, jenis-jenis model pakaian, sepatu, dan tas. Mulai dari budaya Barat sampai budaya Asia itu sendiri seperti Korea, India dan Cina terus menerus memberikan pengaruh dalam model berfashion. Tapi masyarakat Jepang sendiri tetap menggunakan seni dan tekhnik furosiki dalam kehidupan sehari hari sebagai satu model berfashion sampai jaman

yang modern sekarang.

Seni furoshiki ( potongan kain berbentuk persegi yang digunakan untuk membungkus dan membawa barang-barang ) memiliki sejarah yang cukup

(15)

Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk membahas lebih jauh tentang Fungsi dan Manfaat furoshiki. Dan menjadikan Seni Furoshiki Pada Masyarakat Jepang sebagai judul kertas karya ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis memilih Judul Kertas Karya ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah Furoshiki

2. Untuk mengetahui jenis-jenis kain yang digunakan dalam seni Furoshiki

3. Untuk mengetahui Fungsi dan Manfaat Furoshiki

1.3 Batasan Masalah

Penulis akan memfokuskan pembahasan kertas karya ini pada fungsi dan manfaat Furoshiki. Untuk mendukung pembahasan ini penulis akan mengemukakan juga jenis-jenis kain, bentuk kain, dan berbagai macam barang-barang yang dapat dibungkus, serta memperkenalkan berbagai macam motif kain .Dan yang terpenting penulis akan menyertakan, tehnik sederhana penggunaan kain sehingga dibentuk menjadi sebuah buntelan yang dinamakan furoshiki.

1.4 Metode Penulisan

(16)
(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM FUROSHIKI

2.1 Pengertian Furoshiki

Secara Harafiah furoshiki (風呂敷) adalah seni membungkus makanan atau benda yang dilakukan secara tradisional. Seni furoshiki diperkenalkan oleh mayarakat Jepang sejak tahun sebelum masehi. Furo yang berarti mandi dan shiki yang berarti membentangkan. Sebelum kata furoshiki menjadi popular dikalangan masyarakat Jepang masyarakat mengenal seni furoshiki dengan sebutan hirazutsumi (平包) yang berarti bungkusan yang dilipat.

(18)

2.2 Sejarah Furoshiki

Semua Negara memiliki berbagai macam seni dalam menggunakan kain, bahkan selembar kain yang digunakan untuk membungkus dan membawa barang-barang. Berbagai macam Negara tahu seni menggunakan selembar kain dengan baik dan fleksibel. Banyak foto-foto sejarah imigran Eropa yang melewati pulau Ellis dalam perjalanan mereka menuju Amerika, beberapa diantara mereka terlihat sedang menenteng barang bawaan dengan dibungkus oleh sepotong kain atau dibundel. Kain yang digunakan berbagai macam warna.

Tidak hanya di Eropa, masyarakat Afrika sejak dulu kala sudah menggunakan sepotong kain panjang, hal ini bahkan masih sangat popular sampai masa sekarang. Suku Maya juga memiliki seni menggendong bayi dengan sepotong kain panjang, seni ini diperkenalkan oleh suku Maya. Di Jepang tidak hanya bayi, buah-buahan bahkan kue kecil pun dibungkus secara individual menggunakan potongan-potongan kain, hal ini menjadi sebuah apresiasi dan prestasi Jepang dalam berseni.

Tidak heran jika Jepang membuat satu sebutan yang sudah mendunia mengenai seni membungkus dengan kain ini, orang Jepang menyebutnya Furoshiki. Asal-usul Furoshiki bermula di periode kekuasaan Nara sekitar 710

hingga 794 sebelum Masehi. Saat itu furoshiki disebut dengan Tsutsumi. Pada zaman kekuasaan Heian mereka menyebutkan dengan Karomo-Zutsumi dan digunakan untuk membungkus pakaian.

(19)

seluruh penjuru Negara datang ke sana untuk mandi. Setelah mereka melepaskan pakaian mereka, mereka membungkusnya dengan kain sutra yang biasanya tertera simbol keluarga, ini sebagai penanda supaya kain milik mereka tidak tercampur dengan orang lain.

Selain digunakan pada saat ingin pergi mandi, furoshiki juga dipakai pada saat itu untuk membungkus baju upacara pendeta terkenal dan juga dipakai untuk membungkus peralatan istana yang berharga. Namun waktu itu belum dikatakan Furoshiki melainkan tsutsumi (membungkus / membuntal). Kanji tsutsumi sendiri

melambangkan perut ibu yang didalamnya terdapat bayi. Jadi tsutsumi bukan sekedar membungkus, tapi juga melindungi benda yang ada didalamnya. Dan kain furoshiki pada waktu itu hanya digunakan untuk membungkus pakaian para

bangsawan saja, mereka menyebutnya hira-zutsumi

2.3 Jenis Kain, Ukuran dan Bentuk benda dalam Seni Furoshiki.

Kita tidak hanya dapat menjaga lingkungan dari pemanasan global atau globalwarming, tapi kita juga dapat berkarya dengan indah. Furoshiki merupakan

potongan kain berbentuk persegi yang digunakan untuk membungkus dan mirip

seperti karung. Sesungguhnya tidak ada ukuran yang diharuskan untuk

penggunaan kain furoshiki, ukuran kain tergantung objek yang akan dibungkus.

Begitu juga dengan jenis kain yang digunakan, Furoshiki dapat dibuat dari kain

(20)

Namun tidak terlepas dari apa yang akan dibungkus, jenis kain sangatlah

harus diperhatikan, karena jika barang atau objek yang dibungkus memiliki massa

yang cukup berat, pilihlah kain yang memiliki serat kapas kuat dan tebal. Agar

ketika kita membawa furoshiki dalam perjalanan yang cukup lama, barang bawaan

tidak rusak. Dan pilihlah kain-kain yang dapat disimpul dengan mudah. Jika

dalam penggunaan kain furoshiki kita ingin mengisyarakat isi kain, maka pilihlah

kain yang tipis yang dapat mengikuti bentuk objek.

Syal-syal yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi

pilihan kain furoshiki yang siap dipakai. Di Jepang kain furoshiki dapat dijumpai

di berbagai kedai kelontong. Mereka membuat dengan ukuran, model dan kisaran

harga yang bervariasi. Furoshiki biasa didapatkan dari potongan-potongan kain

kimono dari toko-toko besar (seperti Toko Mitsukoshi atau Toko Yamakataya),

tapi mereka menjualnya kembali di toko kimono yang lebih kecil.

Kain Furoshiki berbentuk segi empat sama sisi dan terdapat 10 macam ukuran di Jepang. Mulai dari 50 cm x 50 cm, 95 cm x 95 cm, hingga 2 m lebih. Bahannya terbuat dari jenis katun, silk, crepe. Harga Furoshiki yang berukuran 45 cm x 48 cm berkisar mulai dari 500 Yen ke atas, furoshiki yang berukuran 90 cm

x 93 cm mulai dari 1500 Yen dan yang berukuran 105 cm x 108 cm seharga mulai

2000 Yen ke atas. Kisaran harga tergantung dari ukuran, bahan, model dan pabrik

yang memproduksi barang.

Kain yang digunakan biasanya dicorakkan pewarna menggunakan teknik Shibori (tye-dye) namun materialnya bermacam macam termasuk sutera, nilon,

(21)

umumnya bermotif burung bangau, motif Takara Zukushi ( motif gambar benda-benda) motif ikan koi, kipas, pohon cemara dan ombak yang dipercaya akan membawa berkah dan kebahagiaan bagi penggunanya.

Untuk membuat sebuah kain furoshiki kita harus menyesuaikan dengan benda apa yang hendak kita bungkus, misalnya untuk membungkus CD, buku, sekotak coklat, botol sirup atau sekeranjang buah-buahan. Kain furoshiki Jepang biasanya memiliki corak tradisional Jepang.

Adapun beberapa tehnik dasar dalam Furoshiki yaitu:

1. Hirazutsumi adalah cara membungkus yang sederhana.

2. Otsukaizutsumi adalah cara yang paling sering dilakukan untuk membungkus benda yang berbentuk kotak.

3. Binzutsumi adalah membungkus botol panjang.

4. Kakushizutsumi adalah modifikasi dari teknik Otsukaizutumi.

5. Makizutsumi adalah cara membungkus benda yang berbentuk silinder. 6. Hikkakezutsumi adalah cara membungkus benda yang berbentuk kotak

dengan keindahan-keindahan simpul.

7. Suikaizutsumi adalah cara membungkus benda yang berbentuk bulat seperti semangka atau melon.

(22)

- Ambil satu ujung dari kain.

- Pegang bagian bawah ujungnya dengan tangan kiri.

- Pegang ujung kain dengan tangan kanan.

- Putar ujung kain ke bawah, seperti membuat lingkaran.

- Dan masukkan ujungnya ke lingkaran.

2. Futatsu musubi

Futatsu yang artinya ‘dua’ menjelaskan bahwa, dalam ikatan ini

menggunakan dua simpul kain. Setelah selesai memasukkan objek yang akan dikemas ke dalam kain, ambil dua sisi kain dari sebelah kanan, ikat secara bersilang seperti hendak mengikat tali sepatu, begitu juga dengan sisi kiri. Ikatan pada kain ini akan menghasilkan dua gandengan seperti pada kantong plastik.

2.4 Perkembangan Furoshiki

(23)

memberikan kreatifitas yang tinggi bagi masyarakat Jepang. Mereka menjadi lebih kreatif dan memiliki selera seni yang tinggi.

Pada perkembangan berikutnya, Furoshiki juga digunakan saat pesta pernikahan sebagai pembuntal seserahan. Kain yang digunakan umumnya bermotif burung bangau, kipas, pohon cemara dan ombak yang dipercaya akan membawa berkah dan kebahagiaan bagi penggunanya.

Masyarakat Jepang juga menyadari, sejak penggunaan kain furoshiki menjadi salah satu budaya yang dihidupkan kembali, biaya yang mereka keluarkan dalam kehidupan sehari-hari semakin sedikit, dengan kata lain furoshiki juga berarti sama dengan berhemat. Hal ini disebabkan oleh kain furoshiki yang sifatnya dapat dipakai secara berulang-ulang dalam jangka kurun waktu yang cukup lama. Pada dasarnya mengapa masyarakat Jepang menggunakan kain furoshiki adalah, membawa barang-barang dalam keadaan terbuka ( tidak

dibungkus ) adalah hal yang paling tidak disukai oleh masyarakat Jepang. Inilah yang menyebabkan timbulnya kreatifitas akan seni membungkus menggunakan kain furoshiki.

(24)

toko-Peminat kain furoshiki tidak hanya orang Jepang saja, banyak warga Negara asing yang tinggal di Jepang, pelajar, mahasiswa, bahkan turis-turis asing yang berkunjung ke Jepang banyak mencari kain furoshiki. Mereka juga belajar bagaimana menggunakan kain ini. Corak kain yang unik dan warna-warna kain yang menarik menambah minat pembeli akan kain furoshiki . ini menyebabkan kain furoshiki mudah untuk ditemukan di pusat perbelanjaan di Jepang.

Tidak hanya dalam tempat dan suasana tertentu, masyarakat Jepang suadah menggunakan kain furoshiki kemana pun mereka pergi, sehingga kita dapat melihat berbagai kalangan menggunakan kain ini dengan tujuan dan status sosial yang berbeda-beda pula. Kita dapat menjumpai orang-orang Jepang atau orang-orang asing yang tinggal di Jepang sedang menggunakan kain furoshiki di stasiun kereta api, pelabuhan, bandara udara ( airport ), di taman kota, di pusat perbelanjaan, di sekolah, di tempat kerja bahkan sampai kepada rumah ibadah.

Masyarakat Jepang tetap menggalakan program ramah lingkungan ini demi alam mereka yang semakin hari sudah semakin memburuk. Kesadaran akan pemulihan lingkungan ini sudah dapat dikatakan kesadaran dalam waktu yang cukup cepat, dan tindakan untuk mengurangi limbah sampah pun benar-benar dilakukan. Pastilah lingkungan dan alam Jepang dapat segera di atasi dengan populernya furoshiki ditengah-tengah mereka.

(25)

pelanggan atau konsumen dapat menngunakan tas kain tersebut dikemudian hari untuk berbagai macam hal yang sangat berguna.

Proses daur ulang juga sudah menjadi satu perkembangan yang baik, namun penggunaan saputangan pengganti tissue adalah hal yang kelihatan kecil namun sangat berpengaruh. Sifat benda yang dapat dipakai secara berulang seperti kain inilah yang sangat dijunjung tinggi oleh leluhur masyarakat Jepang, dan mereka menjadikannya sebagai budaya turun temurun sampai sekarang.

Mereka tidak hanya menggalakkannya di Negara sendiri, tapi Jepang juga mempromosikan furoshiki ke kancah dunia sebagai satu budaya yang dapat diacungi jempol. Inilah mengapa keadaan alam dan kebersihan kota-kota di Jepang sangat berbeda dengan negara-negara lainnya diseluruh dunia. Mereka menjaga keindahan kota, kebersihan kota, mengurangi limbah sampah dengan hal-hal yang memang sudah menjadi satu kebiasaan.

(26)

BAB III

FUNGSI DAN MANFAAT FUROSHIKI

3.1 Fungsi Furoshiki

Pada zaman Nara ada kebiasaan mandi di pemandian umum (furoya) bagi masyarakat Jepang. Saat pergi ke pemandian umum itu, mereka turut membawa kain pembungkus. Fungsi kain itu adalah sebagai pembungkus pakaian yang ditanggalkan saat mandi. Bukan hanya itu, kain tersebut juga bisa digunakan untuk membersihkan kaki yang basah sehabis mandi. Dari situlah, muncul sebutan furoshiki untuk kain pembungkus itu. Pada masa itu tentu saja plastik belum

dikenal sehingga furoshiki menjadi satu satunya alat yang memudahkan untuk membungkus sekaligus memudahkan untuk dibawa.

Selain itu furoshiki pada jaman itu juga berfungsi sebagai handuk setelah mandi dalam menempuh perjalanan jauh. Furoshiki selama puluhan tahun telah menjadi tolak ukur keberhasilan pemeliharaan lingkungan hingga masa kini. Tradisi ini sempat redup dikalangan masyarakat Jepang. Mereka menggantikan kain furoshiki dengan kantung plastik dan tas kertas yang memang pada saat itu sedang popular.

Seiring dengan perkembangan zaman, furoshiki ini juga bisa digunakan selain untuk membungkus benda. Ada yang menggunakannya sebagai sapu

(27)

tangan, bandana, dan lain-lain. Penjelasan mengenai kata Furoshiki, terdiri dari kata Furo yang artinya mandi dan Shiki yang artinya membentangkan. Mungkin

hal yang mendunia dari Jepang adalah seni melipat kertas, yaitu origami, namun

furoshiki juga termasuk seni melipat yang dilakukan tidak sekedar hanya di kertas

dan menjadi ornamen hias, tapi dapat digunakan dikehidupan nyata.

3.2 Manfaat Furoshiki dan Dampak Bagi Lingkungan

Istilah furoshiki baru dikenal pada Zaman Edo, yang berasal dari kata Furo dan Shiki. Sebelum zaman Edo, masyarakat Jepang sudah memiliki

kebiasaan untuk membungkus barang-barang menggunakan kain. Tapi saat itu belum digunakan istilah Furoshiki. Istilah Furoshiki muncul pada pertengahan Zaman Edo. Di zaman Edo, tempat pemandian umum menjadi sangat popular dikalangan masyarakat. Walaupun mereka tidak menggunakan tas berbahan vinil serta kelengkapan lainnya seperti pendahulu mereka, mereka membawa sabun, pakaian dan handuk dalam sebuah kain yang disebut Furoshiki.

(28)

Dalam kehidupan sehari-hari bepergian dengan membawa berbagai macam barang bawaan adalah kebiasaan yang sudah mendarah daging dan tidak bisa dihilangkan lagi. Membawa makanan minuman dan keperluan lain ketika ingin bepergian tak jarang dilakukan oleh setiap orang, baik pelajar, mahasiswa ataupun orang-orang yang sudah bergelut dalam dunia pekerjaan. Tapi sering kali kita menggunakan kantung plastik ataupun tas kertas untuk mempermudah dalam proses pengemasannya.

Kantung plastik dan tas kertas sangat mencemari dan tidak ramah lingkungan. Limbah rumah tangga di Jakarta seperti dikutip dari data Dinas Kebersihan mencapai 27.966 meter kubik per hari atau 116 juta ton per tahun dan 80 persen diantaranya adalah sampah plastik.

Belakangan ini pengunaan furoshiki untuk membungkus barang bawaan kembali dihidupkan sebagai gerakan untuk menjaga lingkungan sekaligus pengkajian kembali budaya tradisional Jepang. Sejumlah cara penggunaan yang inovatif pun bermunculan. Furoshiki menjadi lebih digemari dan semakin sering digunakan misalnya sebagai tas, sebagai pembungkus kado dan dekorasi interior.

(29)

plastik karena kantong plastik akhirnya akan dibuang dan akan mengakibatkan pemanasan global.

Untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik dan kertas, kini masyarakat Jepang mempopulerkan lagi furoshiki sebagai gerakan untuk menjaga lingkungan, sekaligus mengkaji kembali budaya tradisional Jepang. Jepang juga memopulerkan manfaat furoshiki, pembungkus serba guna dari selembar kain. Orang Jepang menyebutnya furoshiki. Tidak hanya di Jepang, orang Indonesia juga mengenal kebiasaan membungkus dengan kain ini. Orang Sunda mengistilahkannya gembolan. Orang Jawa menamakannya ules. Ketiganya membicarakan selembar kain.

Sebelum zaman modern (zaman yang kemudian melahirkan plastik) orang memanfaatkan selembar kain untuk memboyong barang : furoshiki, gembolan, atau ules

(30)

sangat baik. Tidak heran jika penghijauan yang dilakukan di Jepang dan pemanfaatan taman-taman kota berhasil dengan sangat memuaskan. Generasi-generasi dimasa yang akan datang akan sangat menerima manfaat dari membudidayakan pemggunaan kain furoshiki.

Namun hal yang terpenting dari furoshiki ini adalah konsep ‘penggunaan’ yang berulang. Furoshiki tidak untuk digunakan sekali pakai. Menggunakan furoshiki juga berarti mengurangi penggunaan materi baru untuk pengemasan

sekaligus mengurangi pengunaan kemasan yang berlebihan. Sebagai tambahan para penggunanya juga memberikan kontribusi bagi penghematan sumber energi.

Kalau Anda sedang mempersiapkan bingkisan, kado, atau ingin tampil dengan sesuatu yang baru, tidak ada salahnya jika Anda mencoba teknik furoshiki

1. Membungkus benda bulat seperti semangka, bola dan lainnya.

. Sekarang furoshiki digunakan untuk membungkus uang sebagai hadiah, tempat tisu, keranjang kecil, buku-buku, buah dan tidak lupa bekal nasi.

Sedangkan Furoshiki yang besar dapat digunakan untuk kain pembungkus botol,

semangka, kotak besar, tas belanja, taplak atau dapat juga digunakan untuk

dekorasi perayaan Natal atau Tahun Baru.

Beberapa Tehnik untuk Menggunakan Kain Furoshiki adalah sebagai

berikut:

- Bentangkan kain furoshiki ditempat yang datar seperti lantai atau meja

- Ikatankan kedua sisi kanan atas dan bawah dengan simpul yang

(31)

- Ikatkan juga kedua sisi kiri atas dan bawah seperti sebelumnya

- Ambil simpul kanan masukkan ke bagian bawah simpul kiri.

- Kemudian tarik simpul kanan ke atas, kain akan menutupi seluruh

bagian benda dan benda yang dibungkus dengan kain furohiki akan

terlindungi dengan baik serta aman dibawa untuk berpergian.

2. Membungkus benda berbentuk panjang seperti botol, tempat minum dan

lainnya

- Bentangkan kain furoshiki ditempat yang datar secara miring

sehingga kain membentuk ketupat atau layangan.

- Letakkan dua botol kaca tepat digaris tengah dengan arah berlawanan,

beri jarak diantara keduanya.

- Gulung botol dengan seluruh bagian kain.

- Bedirikan botol dan ambil keduan ujung kain untuk disimpul secara

bersamaan.

- Simpullah kain dengan kuat agar aman dibawa berpergian

3. Membungkus benda berbentuk persegi seperti kotak makanan dan lainnya.

- Bentangkan kain furoshiki di tempat yang datar, ,miringkan kain seperti hendak membungkus botol.

(32)

- Tutup bagian tengah kotak dengan kain sisi atas dan bawah

- Ambil sisi kiri, pelintir dengan jari. Lakukan hal yang sama dengan

sisi kanan.

- Simpulkan kedua bagian kanan dan kiri dengan rekat agar kotak

makanan tidak mudah terjatuh.

Inilah beberapa teknik sederhana dalam menggunakan kain furoshiki.

Teknik ini dapat digunakan dengan menggunakan kain taplak meja, saputangan

(33)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Kain furoshiki adalah kain multi fungsi, dapat digunakan untuk berbagai macam hal, tidak hanya sekedar membungkus tetapi kain furoshiki juga dapat digunakan sebagai hiasan interior rumah tangga,

2. Furoshiki sudah disebut sebagai seni yang sangat modern dan berkembang dapat bersaing di dunia globalisasi seperti sekarang, meskipun furoshiki merupakan budaya turun temurun namun seni ini sudah sangat dikenal oleh banyak negara di dunia.

(34)

4.2 Saran

1. Sebaiknya kain furoshiki lebih diterapkan dalam kehidupan masyarakat daripada menggunakan kantung plastik, karena kain furoshiki dapat digunakan dengan fungsi yang berbeda dalam waktu yang sama.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

The Pixeladies. 2012. Furoshiki Fabric Wraps, C&T Publishing,Inc. California: Lafayette

Japan, of Affairs Foreign of Ministry. 2013. Niponica no.11, Japanese Fabric Have Their Global Reputation Wrapped Up. Japan: Tokyo

Bukuro, Tesage. 2012. Hand Carry Wrap, ebook.Inc

Referensi

Dokumen terkait

tersebut sesuai dengan nuansa makna dari verba Utsu yang menyatakan bahwa. verba Utsu memiliki nuansa makna

Kalimat (1) diambil dari cuplikan komik Pastel Kazoku seri 40. Diawali adegan ketika Mayo dan Yukari sedang menjual boneka-boneka milik mereka. Tidak lama berselang waktu,

tasukeru sudah tepat karena sesuai dengan pendapat para pakar yang menyatakan bahwa verba tasukeru mencakup hal-hal yang bernuansa meminjamkan tenaga untuk orang

Penggunaan verba tetsudau dan tasukeru juga mengacu pada maksud yang sama, memiliki makna dan nuansa yang dapat berbeda jika digunakan dalam komunikasi bahasa

Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi

Skripsi Program Studi Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia Bandung, Fakultas Sastra : Tidak Dipublikasikan.. Kushartanti, Untung

Lalu, penulis menemukan 14 makna dan fungsi kata kuso di dalam anime “Haikyuu!!” season 3 dari episode 1 sampai episode 10, yaitu : menunjukkan perasaan kesal terhadap diri

Pembangunan ekonomi guna kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan bernegara, namun demikian bukan berarti dalam pembangunan itu mengenyampingkan lingkungan hidup yang