PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN KESEHATAN
(Studi Pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal)
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
SKRIPSI O L E H
SAMPAI ANUGRAH PARINDURI 110903073
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Anugrah-Nya, Saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Terimakasih kepada kedua Orang Tua Saya yang tak hentinya mendukung serta mendoakan saya agar dipermudah langkah dalam penyusunan skripsi ini. Serta kepada Kakak Saya Hayatul Fitri Parinduri yang selalu mendoakan yang terbaik untuk proses perjalanan hidup saya. Tak lupa juga, Saya ingin sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Rasyudin Ginting, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing
penulis sejak awal perkuliahan sampai pada penyelesaian skripsi ini. Yang mana
dengan begitu banyaknya kesibukan, beliau masih bersedia meluangkan waktu untuk
memberikan masukan berupa nasihat maupun materi yang berguna dalam penulisan
skripsi ini.
4. Seluruh dosen di lingkungan Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan,
arahan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu
Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
5. Seluruh jajaran staf di lingkungan Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Kak Mega dan Kak Dian atas kelancaran
6. Ibu dr. Wuryandari, selaku kepala puskesmas Kotanopan yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan selama penelitian.
7. Seluruh staf pegawai Puskesmas Kotanopan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di Puskesmas Kotanopan.
8. Sahabat yang sangat penulis sayangi Nadra, Tulang Anwar, Nanda, Iriel, Irfan serta Rizal yang selalu membantu saya memecahkan masalah yang sulit saya tangani serta dukungan mereka yang tak henti putusnya.
9. Teman seperjuangan penulis yaitu Khainurahman, Daniel Panca, Jerry, Utomo Purba, Jimmy, Joshua Sitinjak, Rippy Hamdani, Felix, Gideon, Abdi, Dinda, Hanindhita, Dewi, Depi dan Sheila terima kasih yang sebesar-besarnya atas kebersamaan yang telah kita jalani selama 4 tahun ini. Penulis sangat beruntung memiliki sahabat-sahabat seperti kalian. Semoga semua diantara kita menjadi orang yang sukses nantinya. Amin Ya Allah.
10.Teman-teman seperjuangan Departemen Administrasi Negara 2011, terima kasih atas kerja sama dan tolong-menolongnya selama ini, baik dalam perkuliahan maupun dalam kegiatan organisasi. Salam sukses buat kita semua.
11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi serta menjalani pendidikan perkuliahan dari awal hingga akhir.
Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran begitu juga
waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari skripsi
ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar
harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2014
ABSTRAK
Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Karyawan ( Studi Pada PTPN III (Persero) Medan)
Skripsi ini disusun oleh:
Nama : Sampai Anugrah Parinduri
NIM : 110903073
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas :Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Rasyudin Ginting, M.Si
Puskesmas sebagai organisasi formal dalam pelayanan publik khususnya dibidang kesehatan, mempunyai arti yang besar bagi masyarakat (khususnya masyarakat ekonomi lemah), sehingga Puskesmas haruslah dapat memberikan tingkat pelayanan seoptimal mungkin dalam usaha menjaga citra yang baik di mata masyarakat ditengah-tengah kebutuhan pelayanan kesehatan yang semakin meningkat.Agar kegiatan yang dijalankan oleh Puskesmas tersebut dapat mencapai hasil yang maksimal maka seluruh kegiatan harus terpadu dan terarah. Untuk mewujudkan hal itu maka sudah tentu diperlukan sebuah struktur organisasi yang baik. Di dalam struktur organisasi tersebut harus terlingkup semua kegiatan yang ada dan juga kegiatan-kegiatan tersebut telah terkelompok secara baik, sehingga masyarakat mengetahui mekanisme pelayanan pada puskesmas tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling, dimana bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya, dalam penelitian sampel berjumlah 48 orang.Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan kuantitatif, metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain.Pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji regresi. Uji regresi dibagi atas tiga yaitu uji F, uji t dan uji determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari struktur organisasi terhadap efektivitas pelayanan kesehatan.
_________________________
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……….. i
ABSTRAK ……… iii
DAFTAR ISI………. iv
DAFTAR TABEL……… vii
DAFTAR GAMBAR………... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ………. 1
1.2.Perumusan Masalah ………. 6
1.3.Tujuan Penelitian ………. 6
1.4.Manfaat Penelitian ………... 6
1.5.Kerangka Teori 1.5.1. Struktur Organisasi 1.5.1.1.Pengertian Organisasi... ……. 7
1.5.1.2.Pengertian Struktur OrganisaSI……… 9
1.5.1.3.Bentuk Organisasi ………... 10
1.5.2. Efektifitas Pelayanan Kesehatan 1.5.2.1.Pengertian Efektivitas... ………... 15
1.5.2.2.Pengertian Pelayanan Kesehatan………. 17
1.5.2.3.Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan …...……... 23
1.5.2.4. Pusat Kesehatan Masyarakat…... 25
1.6.Hipotesis ………. 28
1.7.Definisi Konsep ……….. 29
1.9.Sistematika Penulisan ……… 32
BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian ………. 34
2.2. Lokasi Penelitian ………. 34
2.3. Populasi dan Sampel ……… 34
2.3.1. Populasi ……… 34
2.3.2. Sampel ……….…. 34
2.4. Teknik Pengumpulan Data ………. …. 35
2.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer ………….. …. 35
2.4.2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder ………. …. 35
2.5. Teknik Penentuan Skor ………. …. 35
2.6. Teknik Analisis Data ………. …. 36
2.6.1.Korelasi Product Moment... …. 36
2.6.2. Koefisien Determinasi ……….. 38
2.6.3. Koefisien Regresi ………. 38
2.6.3.1. Uji T ……….…. 39
2.6.3.2. Uji F ……….. 39
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis………...……….……..… 40
3.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Puskesmas...………...… 42
3.3. Sarana-sarana Puskesmas... ……….. 45
3.3.1.Sarana Fisik... 45
3.3.2.Sarana Kesehatan... 46
3.3.3.Sarana Administrasi... 47
3.3.5.Sarana Peralatan Medis... 47
3.4. Sumber Daya... ….. .48
3.5. Mekanisme Pelayanan... 49
3.6. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas... 56
3.7. Bidang Usaha Puskesmas dan kegiatan-kegiatan di Puskesmas... 65
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Analisis Deskriptif... ……….. 71
4.1.1.Karakteristik Responden... 71
4.1.1. Analisis Deskriptif Variabel... … 72
BAB V ANALISA DATA 5.1. Uji Asumsi Klasik……….…. 76
5.1.1.Uji Normalitas... 76
5.1.2.Uji Heteroskedastisitas... 78
5.1.3.Uji Analisis Regresi... 79
5.1.4.Pengujian Koefisien Determinan... 81
5.2. Pembahasan... ……… 82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ……….. 83
6.2. Saran ……… 84
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Jumlah Ruangan Kamar Puskesmas Kotanopan menurut
penggunaannya………...… 46
Tabel 3.2. Jumlah Sarana Kesehatan di Puskesmas Kotanopan... 47
Tabel 3.3. Jumlah Peralatan Medis... …………. 48
Tabel 3.4. Jumlah Pegawai Puskesmas... ………. 49
Tabel 3.5. Jumlah Pegawai Menurut Jenis Kelamin... ……….. 49
Tabel 3.6. Jumlah Pengunjung Puskesmas Kotanopan... ……. 50
Tabel 3.7. Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kotanopan... 51
Tabel 3.8. Jumlah Pustu di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan ………… 54
Tabel 3.9. Jumlah Posyandu... …………. 55
Tabel 4.1. Karakteristik Responden ………. 71
Tabel 4.2. Analisi Deskriptif Variabel x...………… 72
Tabel 4.3. Analisiss Deskriptif Variabel y ………….……… 74
Tabel 4.4. One Sample Kolmogrov-Smirnov Test ……… 78
Tabel 4.5. Hasil Uji Analisis Regresi... ……… 80
DAFTAR GAMBAR
Gambar3.1. Mekanisme Pelayanan Puskesmas Kotanopan …………...…… 53
ABSTRAK
Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Karyawan ( Studi Pada PTPN III (Persero) Medan)
Skripsi ini disusun oleh:
Nama : Sampai Anugrah Parinduri
NIM : 110903073
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas :Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Rasyudin Ginting, M.Si
Puskesmas sebagai organisasi formal dalam pelayanan publik khususnya dibidang kesehatan, mempunyai arti yang besar bagi masyarakat (khususnya masyarakat ekonomi lemah), sehingga Puskesmas haruslah dapat memberikan tingkat pelayanan seoptimal mungkin dalam usaha menjaga citra yang baik di mata masyarakat ditengah-tengah kebutuhan pelayanan kesehatan yang semakin meningkat.Agar kegiatan yang dijalankan oleh Puskesmas tersebut dapat mencapai hasil yang maksimal maka seluruh kegiatan harus terpadu dan terarah. Untuk mewujudkan hal itu maka sudah tentu diperlukan sebuah struktur organisasi yang baik. Di dalam struktur organisasi tersebut harus terlingkup semua kegiatan yang ada dan juga kegiatan-kegiatan tersebut telah terkelompok secara baik, sehingga masyarakat mengetahui mekanisme pelayanan pada puskesmas tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling, dimana bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya, dalam penelitian sampel berjumlah 48 orang.Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan kuantitatif, metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain.Pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji regresi. Uji regresi dibagi atas tiga yaitu uji F, uji t dan uji determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari struktur organisasi terhadap efektivitas pelayanan kesehatan.
_________________________
BAB I
PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Setiap organisasi memiliki tujuan yang tertuang dalam visi dan misi organisasi.
Dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan garis koordinasi yang jelas dan tegas dalam
menjalankan segala aktivitas organisasi untuk menghindari adanya tumpang tindih
pekerjaan, mempertegas wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi serta
memaksimalkan fungsi organisasi.
Aktivitas organisasi bergerak dalam suatu sistem, sehingga organisasi terdiri dari
beberapa komponen-komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut harus bersifat
hierarkirs untuk membentuk roda organisasi untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai
sebagai sumber daya manusia yang merupakan aset dari sebuah organisasi Peningkatan
tersebut berdampak dalam mengefisiensi dan efektifkan dari sistem organisasi untuk
menghadapai semakin kemajemukan tugas-tugas dan kebutuhan-kebutuhan operasional dari
kinerja organisasi.Penyesuaian dengan kebutuhan, kekuatan dan sistem dalam pelayanan
publik maka faktor utama yang terpenting dalam sebuah organisasi adalah sumber daya
manusia. Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu fungsi yang sangat penting
dalam organisasi. karena untuk melakukan pelaksanaan dari strategi dan teknologi
memerlukan pengelolaan sumber daya manusia yang baik.
Sumber daya manusia sebagai penggerak operasional pada organisasi yang mana
fungsi manusia yang bekerja secara individu atau kelompok dengan arahan pimpinan untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasi. Struktur organisasi merupakan rancangan dari pemimpin
organisasi sehingga mampumenentukan harapan-harapan mengenai apa yang akan dilakukan
(Ivancevich, 2008:235).Oleh karena itu, struktur organisasi didesain dengan baik untuk
sebuah organisasi yang efektif yang mana dengan adanya sumber daya manusia dalam
organisasi perusahaan struktur organisasi dapat diimplementasikan sesuai sistem kerja
organisasi untuk tujuan organisasi yang efektif dan efisien.
Dalam setiap organisasi, bahwa efektivitas merupakan unsur pokok dalam efektivitas
untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan dalam perencanaan dengan pencapaian
sasaran atau tujuan yang akan dicapai. Secara sederhana efekfitivitas dapat diartikan sebagai
suatu bentuk penyelesaian yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Steers (1985 : 209) ada 4 faktor yang mempengaruhi efektivitas yaitu :
1. Ciri Organisasi
2. Ciri Lingkungan
3. Ciri Bekerja
4. Kebijakan dan Praktek Manajemen
Dari keempat faktor diatas, menurut Richard M. Steers salah satu faktor yang mempengaruhi
efektivitas adalah ciri organisasi. Sedangkan salah satu karakteristik organisasi adalah
struktur organisasi. Dengan demikian agar tercapainya tujuan yang telah di tetapkan secara
efektif, maka bagi suatu organisasi hendaklah dapat menyusun suatu struktur atau hubungan
pekerjaan tertentu diantara bermacam-macam komponen dari kesatuan secara keseluruhan.
Dalam hal ini struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang mempolakan hubungan
diantara orang-orang maupun bidang-bidang kerja dalam organisasi tersebut sehingga jelas
kedudukannya, wewenang dan tanggung jawab masingmasing dalam suatu kebulatan yang
Seperti yang dikemukan oleh Pfiffner dkk (Dalam Sutarto, 1998 : 41)
yaitu:“Organization structure is the relationship of workers and their activities to oeanother
and the whole, the parts being the tasks, jobs, or functions and the respective of the personnel
who perform them. ”Struktur organisasi adalah hubungan antara para pegawai dan
aktivitas-aktivitas mereka satu sama lain serta terhadap keseluruhan, bagian-bagiannyaadalah
tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan dan fungsi dan masing-masing anggota kelompok pegawai yang
melaksanakannya.
Dengan demikian struktur organisasi dapat dianggap sebagai suatu kerangka yang
merupakan titik pusat bagi manusia agar dapat mengabungkan usaha-usaha mereka dengan
baik, sehingga efektivitas dapat tercapai.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu lembaga Pemerintah
Dinas Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak terlepas
dari peraturan dan dari tuntutan masyarakat yang menerima pelayanan tersebut. Salah satu
tujuan dari Puskesmas adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan
sebaikbaiknya sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Berdasarkan visi daripada pembangunan kesehatan adalah ingin mencapai penduduk
dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
di seluruh wilayah RI.
Pelayanan kesehatan yang bermutu dimaksudkan adalah pelayanan kesehatan yang
memuaskan pemakai jasa pelayanan serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika
pelayanan profesi. Wujud nyata visi tersebut harus berupa pemeliharaan dan peningkatan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau dengan mengikut sertakan
Berdasarkan visi tersebut menurut William C. Hsiao (2000) merupakan tujuan akhir
yang ingin dicapai dalam sistem kesehatan, yaitu: good health for all citizens, financial risk
protection for all, equal access for everyone to quality health care, and satisfaction of the
people. Di Indonesia salah satu strategi pelaksanaan cita-cita ini adalah dengan memantapkan
kemandirian masyarakat yang seluas-luasnya dalam peran serta kesehatan bagi Semua.
Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 tertulis bahwa
“Health is a fundamental human right”, yang mengandung suatu kewajiban untuk
menyehatkan yang sakit dan mempertahankan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran
bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi. Serta berdasarkan,dalam
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan
salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana dalam pasal 28 H ayat (1) :
“setiap orang berhak hidup sejahterah lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
(http://Majalah Kesehatan Inovasi Oline, 2007).
Pusat Kesehatan Masyarakat dirasakan mempunyai arti yang besar bagi masyarakat
(khususnya masyarakat ekonomi lemah), sehingga Puskesmas haruslah dapat memberikan
tingkat pelayanan seoptimal mungkin dalam usaha menjaga citra yang baik di mata
masyarakat ditengah-tengah kebutuhan pelayanan kesehatan yang semakin meningkat.
Dengan adanya pelayanan yang baik, diharapkan masyarakat dapat mencapai kepuasan yang
pada akhirnya akan berdampak pada tujuan organisasi.
Agar kegiatan yang dijalankan oleh Puskesmas tersebut dapat mencapai hasil yang
maksimal maka seluruh kegiatan harus terpadu dan terarah. Untuk mewujudkan hal itu maka
tersebut harus terlingkup semua kegiatan yang ada dan juga kegiatan-kegiatan tersebut telah
terkelompok secara baik.
Namun berbagai laporan dari masyarakat berdasarkan hasil pengamatan pra penelitian
dilapangan bahwa frekuensi keluhan akan pelayanan kesehatan makin meningkat, meskipun
dibarengi dengan pengadaan fasilitas dan pengawasan mekanisme pelayanan oleh
pemerintah. Laporan dan berita semacam itu tentu merupakan control sosial yang konstruktif
dan harus ditanggapi secara serius. Dengan adanya keluhan seperti petugas Puskesmas yang
malas, kasar tidak ramah, jarang hadir, menunggu terlalu lama bila berobat dan sebagainya,
ini menunjukan suatu kelemahan akan mekanisme pelayanan. Juga sering terdengar keluhan
dari masyarakat bahwa bila berobat mereka tidak tahu harus kebagian mana. Mungkin pada
Puskesmas tersebut tidak terdapat masing-masing bagian yang secara jelas mengatur
kegiatan-kegiatannya. Sehingga masyarakat merasa tidak diperhatikan bila berobat dan
menimbulkan rasa malas serta kebingungan bagi masyarakat itu sendiri .
Dengan adanya keluhan-keluhan dari masyarakat tersebut maka mereka enggan untuk
berobat ke Puskesmas sebagai organisasi formal yang bergerak dibidang kesehatan dalam
memberikan pelayanan harus berusaha mengikutsertakan peran serta dari masyarakat.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik meneliti dengan judul :
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam melakukan penelitian ini merumuskan
masalah sebagai berikut : “Seberapa Besar PengaruhStruktur Organisasi terhadap
Efektivitas Pelayanan Kesehatan ( Studi pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal )”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana struktur organisasi dari Puskesmas
Kotanopan kabupaten Mandailing Natal
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan kondisi efektifitas pelayanan kesehatan
di kantor Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal
3. Seberapa besar pengaruh struktur organisasi terhadap efektivitas pelayanan
kesehatan
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk menambah dan
meningkatkan cara berpikir positif serta mengembangkan kemampuan
menganalisa permasalahan yang dihadapi di lapangan.
2. Bagi Fisip USU, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi
bagi mahasiswa yang tertarik dalam bidang ini.
3. Bagi pihak Pegawai di Puskesmas Kotanopan kabupaten Mandailing Natal,
dapat memberikan masukan dan saran-saran dalam meningkatkan
1.5 Kerangka Teori
Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis didalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan
pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut
kerangka teori. Menurut Sugiono (2005 : 55) menyebutkan landasan teori perlu ditegakkan
agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba.
Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah :
1.5.1 Struktur Organisasi
1.5.1.1. Pengertian Organisasi
Dalam memberikan pengertian atau defenisi tentang organisasi oleh para
ahlimanajemen, terdapat berbagai pendekatan yang dilakukan serta pemikiran yangberlainan
mengenai persoalaan organisasi.
Beberapa ahli manajemen memberikan defenisi organisasi sebagai berikut :
Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara formal dalam satu ikatan hierarki dimana
selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan
seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Siagian (Dalam Kartini Kartono,
2005 : 7)
Serta menurut Manullang (2002 : 59) adalah sekelompok orang yang bekerja sama
untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu. Organisasi menurut D. Mooney(Dalam
Hasibuan 2006 :120) adalah “Organization is the form of every human association for the
attainment of common purpose”. Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
Dari defenisi ini organisasi diartikan sebagai badan atau lembaga yangmerupakan
sekumpulan orang untuk mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan defenisi ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi unsur
daripada suatu organisasi, yaitu :
1. Adanya sekelompok orang,
2. Antar hubungan terjadi dalam suatu kerja sama yang harmonis dan
3. Kerja sama didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggung jawab masingmasing orang
untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian defenisi organisasi yang telah disebutkan diatas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa :
1. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai
suatu atau beberapa tujuan tertentu.
2. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara skematis tentang
hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha
mencapai suatu tujuan..
3. Dalam organisasi selalu terdapat atasan dan bawahan atau rangkaian hirarki yang bersifat
dinamis dalam arti orang-orang yang menduduki suatu jabatan dapat digantikan setiap saat
diperlukan.
Pada dasarnya bahwa organisasi tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling kait
mengkait dan merupakan satu kesatuan. Disini organisasi merupakan suatu wadah setiap
kegiatan kerjasama, tempat menjalin kerja diantara pelaksananya atau juga sebagai suatu
sistem kerjasama, sistem hubungan dan sistem sosial. Dalam defenisi organisasi diatas
organisasi tersebut maupun faktor pendukung seperti kemampuan untuk bekerja, kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain, dan kemampuan untuk melaksanakan asasasas organisasi.
Berbagai faktor yang terdapat dalam defenisi organisasi yang disebutkan diatas tidak
dapat saling lepas (berdiri sendiri) melainkan saling kait mengkait dan merupakan suatu
kebulatan.
1.5.1.2Pengertian Struktur Organisasi
Suatu struktur organisasi dapat diartikan sebagai serangkaian hubungan diantara
bidang-bidang kerja maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam suatu kelompok. Struktur ini apabila dilukiskan
berupa sebuah gambar “bagan” atau diagram yang memperlihatkan garis-garis. Besar
hubungan tersebut menurut fungsi-fungsi didalam usaha, dan arus tanggung jawab dan
wewenang.
` Di dalam pengertian yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa struktur organisasi itu
tergantung kepada tugas yang dilaksanakan dan wewenang yang dipergunakan oleh
individu-individu dan kelompok dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan bagan organisasi dimaksudkan sebagai gambaran struktur yang berbentuk
kota atau bentuk lainnya yang dihubungkan dengan garis satu sama lain, sesuai dengan
arahdan tingkat hubungan antar unit yang satu dengan yang lain. Garis hubungan itu dapat
merupakan hubungan perintah, koordinasi laporan, ataupun fungsi lainnya.
Menurut pendapat Richard dkk (Dalam Sutarto, 1998 : 43) tentang struktur organisasi
adalah “Struktur is the relationship of the various fungtion or activities in a organization”.
Sedangkan menurut Stonner (1989 : 316) adalah sebagai berikut : “Struktur organisasi
dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara bagian-bagian komponen dan Posisi
dalam suatu perusahaan/organisasi”. Dan menurut Widjaja (1987 : 31) yaitu : “ Struktur
organisasi adalah sebagai bentuk atau wadah organisasi dan merupakan pengaturan dari
orang dan kegiatan fisik, serta hubungan antara mereka dalam pelaksanaan tugas secara
efektif”.
Dengan demikian struktur organisasi dapat merupakan sebagai alat pembantu yang
baik dalam melihat organisasi secara keseluruhan.
1.5.1.3 Bentuk Organisasi
Bentuk organisasi ada bermacam-macam yang didasarkan pada wewenang, tanggung
jawab serta kedudukan masing-masing dalam organisasi sebagai satu kesatuan.
Bentuk-bentuk organisasi yang dikemukakan oleh Sutarto (1998 : 18) sebagai berikut :
1. Organisasi Garis (Line Organization)
.Organisasi garis merupakan tipe organisasi yang sangat sederhana bila dibandingkan
dengan tipe organisasi yang lain. Dalam tipe organisasi ini, kekuasan berjalansecara langsung
dari atasan ke bawahan dan perintah berasal dari atasan kebawahan dalam garis lansung.
Dalam organisasi ini, bawahan hanya mengenal satu pimpinan / atasan sebagai
sumber yang memberikan perintah. Dengan demikian dalam orgnisasi garis ini ketegasa
dalam perintah serta kedisiplinan lebih terjamin. Organisasi ini sering juga disebut dengan
organisasi militer. Karena meliterlah yang mempopulerkan oragnisasi ini.
1. Keasatuan pimpinan terjamin sepenuhnya dan koodinasi relatif mudah
dilaksanakan.
2. Proses pengambilan keputusan dan instruksi-instruksi berjalan dengan cepat
karena jumlah orang yang diajak berkonsultasi masih mutlak.
3. Garis pimpinan tegas, tidak mungkin terjadi kesimpang siuran karena atasan
lansung berhubungan dnegan karyawan.
Disamping itu organisasi garis juga memiliki kelemahan/keburukan,antara lain : 1. Tujuan pribadi pucuk pimpinan seringkali tidak dapat dibedakan dengan tujuan
oraganisasi.
2. Kecenderungan pimpinan untuk bertindak secara otokrasi cukup besar.
3. Organisai secara keseluruhan terlalu begantung pada satu orang, sehingga kalau
pimpinan tidak mampu, maka seluruh organisasi akan terancam hancur.
4. Kesempatan para bawahan untuk berkembang terbatas.
Sedangkan ciri-ciri dari struktur organisasi garis adalah sebagai berikut :
1. Tujuan organisasi masih sederhana.
2. Organisasi kecil
3. Jumlah karyawan sedikit sehingga pimpinan dan karyawan bersifat langsung.
2. Organisasi Garis dan Staf (Line and Staff Organization)
Organisasi garis dan staf merupakan gabungan kedua bentuk organisasi, yaitu
organisasi dan staff. ini mengurangi kelemahan-kelemahan organisasi garis yang antara lain
kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan mengurangi kelemahan-kelemahan organisasi
organisasi fungsional yang antara lain kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan
mengurangi kelemahan organisasi fungsional yang antara lain kurangnya ketegasan dalam
perintah dan kedisiplinan.
Staf dalam organisasi garis dan staf ini bertugas terutama memberi nasehat sesuai
dengan keahliannya, baik diminta atau tidak. Dengan demikian dibentuklah staf untuk
membantu pejabat garis sehingga ia dapat bekerja lebih efisien dan efektif. Sehingga tersedia
lebih banyak waktu untuk memperhatikan hal-hal penting dan kebijakasanaan serta tugasnya
menjadi lebih ringan.
Para pimpinan staf yang dipertukan pada organisasi garis bermaksud untuk
meperlancar kegiatan organisasi garis agar lebih baik. Tipe oragnisasi garis dan staf ini pada
umumnya digunakan untuk organisasi yang besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai
bidang-bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit.
Kebaikan organisasi garis dan staf adalah :
1. Adanya pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staf dan pelaksana.
2. Dapat diterapkan pada organisasi garis besar/kecil, organisasi pemerintah/swasta, karena fleksible.
3. Azas kesatuan pimpinan tetap dipertahankan, sebab pimpinan berada dalam satu tangan.
4. Adanya kerja sama yang baik.
Sedangkan keburukan-keburukannya adalah :
2. Kurang baiknya koordinasi dan dapat pula merupakan hambatan dalam
pelaksanaan tugas.
3. Hubungan antara atasan dan bawahan tidak lagi semuanya bersifat lansung.
4. Pimpinan, begitu pula sesama karyawan tidak lagi semuanya saling mengenal.
3. Organisasi Fungsional (Functional Organization)
Organisasi fungsional disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi yang harus
dilakukan sesuai dengan kepentingan organisasi. Tiap-tiap fungsi/kegiatan seolah olah
terpisah berdasarkan bidang keahliannya. Tetapi meskipun terpisah-pisah,tiap-tiap fungsi
tidak dapat berdiri sendiri, karena fungsi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Tipe fungsional ini mencoba memanfaatkan tenaga ahli dalam bidang khusus semaksimal
mungkin. Dengan demikian seorang pekerja dapat saja mempunyai lebih dari satu pimpinan
yang masing-masing pimpinan tersebut dapat memerintah sesuai dengan keahliannya dan
bertanggung jawab sepenuhnya pada bidang tugasnya.
Adapun kebaikan daripada organisasi fungsional ini adalah :
1. Adanya pembagian pekerjaan bagi pegawainya untuk berkembang.
2. Adanya kesempatan bagi pegawainaya untuk berkembang.
3. Ikut serta dalam pengambilan pengambilan keputusan dan adanya kerjasama yang
baik diantara pegawai.
Sedangkan keburukan adalah sebagai berikut :
2. Sukar untuk menga tour of duty atau tour of area tampa melalui pendidikan yang
intensif.
3. Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar dilaksanakan karena karyawan
mementingkan bidangnya saja
Ciri-ciri dari organisasi ini adalah:
1. Membidangi tugas secara jelas dan tugas dapat dibedakan
2. Dalam melaksanakan tugas tidak banyak memerlukan koordinasi karena bidang
tugasnya sudah jelas. Koordinasi di titik beratkan pada eselon atas.
3. Pembagian unit-unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas.
4. Organisasi Garis, Staf dan Fungsional (Line, Fungtional and Staff Organization) Organisasi ini merupakan kombinasi dari organisasi “garis, fungsional,dan staf, serta
fungsional ini dilakukan dengan cara menggabungkan kebaikan dan menghilangkan
keburukan daripada ketiga tipe organisasi tersebut. Dengan demikian cocok untuk dipakai
pada suatu organisasi yang benar dan kompleks.
5. Organisasi Komite (Committee Organization)
Organisasi komite adalah arganisasi yang masing-masing anggota mempunyai
wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasai komite mengutamakan
pimpinan artinya dalam organisasi terdapat pimpinan “kolektif/presidium/plural/executif”
dan komite ini bersifat manajerial. Organisasi komite ini ada yang bersifat “sementara”.
2. Wewenang semua anggota sama besanya
3. Tugas pimpinan dilaksanakan secara kolektif dan tanggung jawabnya pun secara
kolektif .
4. Para pelaksana dikelompokan menurut bidang/komisis tugas tertentu yang harus
dilaksanakan dalam bnentuk gugus-gugus.
5. Keputusan merupakan keputusan semua anggota.
1.5.2.Efektivitas Pelayanan Kesehatan 1.5.2.1.Pengertian Efektivitas
Dilihat dari segi keberhasilan bahwa organisasi yang berhasil mencapai
tujuannya, namun belum tentu terlaksana dengan efektivitas kerja yang baik.
Efektivitas menurut Partanto (1994 :128 ) dalam Kamus Ilmiah Populer
disebut dengan istilah “Efektivitas”, yang berasal dari kata dasar “efek”., yang
mempunyai arti “akibat” atau “hasil”. Jadi kalau melakukan sesuatu usaha itu harus
diharapkan akan ada atau menghasilkan suatu akibat tertentu, dan akibat yang
diharapkan itu tercapai, berati usaha tersebut efektif.
Untuk lebih jelasnya pengertian mengenai efektivitas, akan dijelaskan
berdasarkan rumusan dari para ahli. Adapun rumusan tersebut akan diuraikan
dibawah ini.
Siagian, (1983 : 151) mengatakan :‘Efektivitas kerja berati penyelesaian
pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, apakah pelaksanaan itu
diselesaikan dan tidak terutama menjawab pertanyaan dan berapa biaya yang
Dari pendapat siagian diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berkaitan
dengan masalah waktu, satu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut
berhasil sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau dengan kata lain tepat waktu.
Suatu kegiatan tidak efektif apabila kegiatan tersebut tidak diselesaikan pada
waktunya.
Kemudian Widjaja (1987 : 79) memberikan defenisi “efektif adalah : berhasil
guna, atau tepat guna. “Efektivits adalah pencapaian sasaran menurut perhitungan
terbaik mengenai suasana dagang dan kemungkinan membuat laba atau keuntungan.”
Sementara Handayaningrat (1983 : 16) mengatakan :“Efectiveness is a
mensuring in term of stataining prescribebed goals or objectives”. (efetivitas adalah
pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya”.
Selanjutnya perlu pula diperhatikan pendapat dari Sarwoto (1987 : 95) tentang
efektivitas yaitu :“Efektif atau berhasil guna adalah pelayanan yang baik, corak
maupun mutunya, dan kegunaannya benar sesuai dengan kebutuhan lini dalam
mencapai tujuan organisasi”.
Untuk melengkapi pengertian efektivitas secara mendasar Mochdarsyah
Sinugan (1992 : 15) menjelaskan konsep efektivitas berdasarkan pendapat para ahli
dalam empat kelompok yaitu :
1. Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara teori-teori organisasi
2. Menganggap efektivitas sebagai perbandingan/tingkatannya dimana sasaran yang
3. Untuk memahami efektivitas adalah “efektivitas eksternal” output dan eveluasi
satu unit input, konsep ini pada prinsipnya tidak berbeda dengan pendekatan yang
disebutkan pertama.
4. Kemampuan sistem untuk tetap berlansung, teradapatasi dan berkembang
Tanpa memperdulikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai
Bedasarkan pendapat para sarjana diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan
bahwa efektivitas berhubungan dengan hasil yang dicapai dalam suatu rencana yang
telah ditentukan terlebih dahulu. Oleh karenanya, tindakan yang efektif dapat
dikatakan sebagai suatu tindakan dalam usaha untuk mencapai tujuan dengan tidak
memperhatikan bagaimana cara yang ditempuh.
Dengan demikian dalam melaksanakan kegiatan di dalam suatu organisasi
hendaknya efektivitas harus benar-benar diperhatikan sebagai hasil dari suatu
pekerjaan agar dapat diperoleh hasil pekerjaan secara maksimal.
Didalam hal ini kegiatan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dapat dilihat dari :
1. Pencapaian Tujuan
2. Ketepatan Waktu
3. Manfaat
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efativitas
pelayanan kesehatan adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,. Adanya
ketentuan waktu dalam memberikan pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan
oleh masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan padanya.
Secara umum pelayanan dapat diartikan dengan melakukan pembuatan yang
hasilnya ditujukan untuk kepentingan orang lain, baik perorangan, kelompok atau
masyarakat. Menurut Moenir (1992 : 16) pelayanan adalah proses pemenuhan
kebutuhan melalui aktivitas orang lain. Sedangkan pengertian pelayanan kesehatan
merupakan salah satu bidang dalam pelayanan kesehatan sosial dalam arti luas. Dan
menurut Azwar (1995 : 1) pelayanan dalam bidang kesehatan dapat diartikan sebagai
setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama dalam satu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan,keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat.
Dalam pengertian ini, pelayanan kesehatan disamping sebagai suatu usaha
untuk memperbaiki kesejateraan masyarakat, sekaligus juga dalam rangka usaha
pembinaan, pengembangan pemanfaatan sumber daya manusia.
Jenis Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan pendapat Azwar (1983 : 42) ada 3 (tiga) jenis pelayanan
kesehatan yang ada dalam masyarakat yaitu :
1. Pelayanan kesehatan pada tingkat pertama (primary health care). Yang dimaksud
dengan pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
pelayanan yang bersifat dasar.
2. Pelayanan tingkat kedua (secondary health care) yaitu pelayanankesehatan yang
lebih mengutamakan pelayanan spesialis dan bahkan kadang-kadang sub spesialis
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertierry health care) yaitu pelayanan
kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis serta sub spesialis yang lebih
luas.
Pelayanan kesehatan tingkat dasar dilakukan secara bersama-sama oleh
masyarakat dan ditulang punggungi oleh tenaga medis. Tenaga medis, dalam hal ini
sepertidokter umum atau para medis dengan sifat pelayanan berobat jalan (ambulatory
service). Jangkauan pelayanan berobat jalan dipengaruhi oleh peningkatan upaya
kesehatan dan kesadaran masyarakat untuk berobat.
Pelayanan tingkat dasar berhubungan erat dengan usaha masyarakat untuk
mencari pengobatan sendiri. Dalam pengobatan tingkat dasar ini beberapa upaya
pengobatan jalan dapat dilakukan seperti :
1. Pembinaan dan pengarahan yang baik tentang cara-cara berobat tradisonal, yang
dilaksanakan terus menerus bagi masyarakat.
2. Upaya pelayanan akan lebih lancar jika kemampuan ekonomi masyarakat
berkembang, pemanfaatan obat-obatan ditingkatkan, serta pengarahan dan motivasi
untuk mengobati sendiri penyakit-penyakit ringan dengan penggunaan obat-obatan
modern, sederhana maupun obat-obatan tradisional yang telah diuji coba.
Pelayanan sekunderi (secondary health care) dilaksanakan oleh dokter
spesialis terbatas, serta sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau rawat
(impatient service). Sedangkan pelayanan tingkat tertier (tertiary health care)
dilakukan oleh dokter spesialis dan sub spesialis dilaksanakan oleh dokter spesialis,
yang sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau rawat.
Pada hakekatnya, tujuan pelayanan kesehatan tidak berbeda dari tujuan
pelaksanaan pembangunan kesehatan secara luas. Dalam pemikiran dasar Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan merupakan
cita-cita bangsa, yaitu agar tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
yang berakibat kepadaterwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal
sebagai salah satu untuk kesejateraan umum yang merupakan bagian dsri tujuan
nasional.
Dalam usaha memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tujuan
pelayanan kesehatan itu dapat dibagi atas 3 golongan, yaitu :
1. Pencegahan (Preventif)
Pelayanan kesehatan pada hakekatnya memberi penekanan pada upaya untuk
mencegah terjadinya atau gangguan kesehatan lainnya. Bahkan pencegahan mendapat
tempat yang utama karena dengan pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik
serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pengobatan maupun
rehabilitasi.
Pencegahan sebagai strategi pemeliharahan dan peningkatan kesehatan
masyarakat, ditempuh dengan usaha-usaha seperti :
1. Untuk orang yang sehat : yakni untuk memenuhi permintaan pemeriksan kesehatan
ataupun dalam rangka mendeteksi kelainan sedini mungkin.
2. Untuk orang yang khawatir akan kesehatannya seperti melayani permintaan
pemeriksaan kesehatan Azwar (1983 : 28)
Pelayanan kesehatan yang bersifat pencegahan terutama ditujukan untuk
bahwa didalam masyarakat yang mengalami perubahan yang berlansung cepat, upaya
pencegahan ditekankan pada tingkah laku dan kegiatan untuk membagun kesehatan
yang optimal.
Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang terbatas diperuntukan terutama
dalam rangka pencegahan. Oleh sebab itu “upaya pengehan ini memperoleh perhatian
besar dibanyak negara. Selain itu juga karena penerapannya memungkinkan
penggunaan secaraefektif sumber-sumber yang terbatas, sedangkan lingkup
intervensinya luas”. Soetarso (1982 : 13).
Pelayanan kesehatan dalam fungsi pencegahan ini disamping merupakan
usaha untuk mempertinggi nilai kesehatan sekaligus juga untuk memberikan
perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific Protection).
2. Pengobatan (Curative)
Mengobati Penderita yang sakit adalah salah satu usaha yang amat penting
dalam setiap bentuk pelayanan kesehatan. Untuk tujuan pengobatan diberikan bila
suatu masalah atau gangguan kesehatan terjadi diakibatkan oleh kegagalan
seseorang,keluarga, kelompok dan kesatuan masyarakat untuk melaksanakan
peranannya atau tugas-tugas secara memadai dan normal. Pengobatan dalam
pelayanan kesehatan sebagai suatu bentuk dari pelayanan sosial bertujuan untuk
meniadakan hambatan atau masalah-masalah sosial yang ada.
Pengobatan yang terlambat menyebabkan beberapa hal yang kurang
menguntungkan seperti usaha menyembuhkan menjadi lebih sulit bahkan mungkin
tidak dapat sembuh lagi atau memungkinkan akan terjadinya kecelakaan lebih besar.
sakit sembuh lama dibandingkan dengan pengobatan yang diterimanya semenjak
kenak sakit atau biaya perawatan akan menajadi semakin banyak /semakin besar.
Pengobatan dimaksudkan menegakkan diagnosa penyakit sedini mungkin
untuk diberikan pengobatan yang tepat (ealy diagnosis and prompt treatment).
Sumarnonugroho (1984 : 43)
Tujuan dari pengobatan dapat bersifat respresif, artinya menekan agar
gangguan kesehatan yang timbul tidak makin parah dan tidak menjalar.
3. Pemulihan (Rehabilitation)
Pemberian pelayanan untuk tujuan rehabilitasi adalah usaha untuk
mengembalikan bekas penderita sesuatu penyakit ketengah-tengah masyarakat.
Rehabilitasi diamsumsikan agar orang itu dapat kembali menjalankan fungsinya
sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya sendiri, keluarga maupun
masyarakat dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pemulihan
atau rehabilitasi terutama untuk menamkan dan menumbuhkan fungsionalitas kembali
dalam diri orang maupun anggota masyarakat. Sumarnugroho, (1984 : 43)
Dengan rehabilitasi dapat diharapkan mengembangkan potensi dalam rangka
lebih meningkatkan fungsionalitasnya sehingga dapat secara produktif.
Pelayanan kesehatan dengan tujuan rehabilitasi atau pemulihan dapat dibagi
kedalam empat bidang, seperti yang dikemukan oleh Indan Entjang (1982 : 28-29)
berikut :
1. Rehabilitasi fisik, yaitu agar bekas penedrita memperoleh perbaikan fisik
2. Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat meneyesuaikan diri dalam
hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersman dengan
terjadinya cacat badanaiah muncul pula kalaianan-kelainan atau ganagguan mental.
Untuk itu bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali
kemasyarakat.
3. Rehabilitasi social vokasional, yaitu agar bekas penederita menepati suatu
pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya.
4. Rehabilitasi aestheis, yaitu usaha untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun
kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan.
Prinsip “lebih baik mencegah daripada mengobati apalagi merehabilitasi”
dalam pelayanan sosial, termasuk bidang medis, oleh karena para ahli pekerjaan sosial
lebih diperdengarkan.
Ketiga hal diatas, dimaksudkan agar setiap warga masyarakat dapat mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani, maupun kesehatan
sosial serta diharapkan berumur panjang.
1.5.2.3. Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan
Setelah penulis menguraikan pengertian struktur organisasi dan efektivitas pelayanan
kesehatan, maka senjutnya penulis menjelaskan pengaruh struktur organisasi terhadap
efektivitas pelayanan kesehatan.
Menurut Steers (1985 : 71) ada enam faktor yang mempergaruhi beberapa segi dari
efektivitas organisasi. Keenam factor tersebut serta uraiannya adalah :
Yang dimaksud dengan desentralisasi adalah batas perluasan bagi jenis kekuasaan dan
wewenang dari atas kebawah dalam hierki organisasi. Dengan demikian pengertian
desentralisasi berhubungan erat dengan konsep partisipasi dalam pengambilan
keputusan. Makin luas desentralisasi oragnisasi sebuah oraganisasi makin luaslah
ruang lingkup para pekerja. Bawahan dapat turut serta dalam memikul tanggung
jawab atas keputusankeputusan mengenai. Pekerjaan meraka dan kegiatan mendatang
dari organisasinya.
2. Spesialisasi Tugas
Spesialisasi mengakibatkan peningkatan efektivitas, karena spesialisasi
memungkinkan setiap pekerja mencapai keahlian dibidang tertentu sehingga dapat
memberikan sumbangan secara maksimal pada kegiatan kearah tujuan.
3. Formalisasi
Fomulasi biasanya menunjukan batas penentuan atau pengaturan kegiatan pekerja
para pegawai melalui prosedur dan peraturan yang resmi. Jadi bila formalisasi telah
diterapkan dalam kehidupan para pegawai, maka efektivitas akan tercapai
4. Rentang Kendali
Rentang kendali menyatakan jumlah rata-rata bawahan dari tiap penyelia. Dengan
jumlah dari masing-masing bawahan dapat dilakukan rentang kendali sehingga
memungkinkan untuk meningkatkan efektivitas.
5. Ukuran (Besarnya) Organisasi
Telah banyak perhatian dicurahkan pada masalah bagaimana besarnya ukuran
organisai dapat mempengaruhi berbagai aspek dari keberhasilan organisasi.
dengan peningkatan efesiensi. Factor-faktor seperti pengertian pempinan yang teratur,
berkurangnya biaya tenaga kerja dan pengenalan llingkungan dianggap sebagai aspek
yang mempengaruhi efetivitas pelaksanaan pekerjaan.
6. Ukuran (Besarnya) Unit Kerja
Berdasarkan unit kerja juga mempengaruhi efektivitas, karena diantara para pekerja
saling mengenal lebih baik akan membina persahabatan dan membangun persatuan
kelompok dengan erat.
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa aspek struktur organisasi dapat
mempenagaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas organisasi.
Struktur organisasi yang disusun untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
hal ini bidang kesehatan akan tercipta dengan baik bila disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi untuk menjalankan mekanisme pelayanan dengan efisien dan efektif.
Dengan demikian, struktur organisasi memegang peranan yang penting dalam hal
pemberian kesehatan kepada masyarakat. Karena struktur oragnisasi yang jelas akan
mempermudah setiap organisasi untuk memahami posisinya. Pihak /bagian mana yang akan
membantu dalam melaksanakan tugas, dan kepada siapa harus memberikan pertanggung
jawaban atas tugas yang jelas serta didukung dengan tenaga ahli dan trampil. Peraturan juga
memegang peranan utama serta jumlah pegawai yang memadai akan menambah terciptanya
efektivitas kerja yang diharapkan.
1.5.2.4.Pusat Kesehatan Masyarakat ( PUSKESMAS)
Konsepsi pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) secara histories
Jakarta. Sebelum organisasi ada, sistem pelayanan di Indonesia masih bersifat kuratif
belaka dan berjalansecara sendiri-sendiri. Pemberian bantuan kesehatanpun masih
diselenggarakan secara terpisah-pisah, misalnya :
- Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) berfokus pada pelayanan ibu, bayi dan anak.
- Balai Pengobatan (BP), yakni melayani pada bidang pengobatan penyakit.
Sistem pelayanan kesehatan yang terpisah ini membawa pengaruh yang
menghambat tujuan pembangunan kesehatan, karena yang mendapat pelayanan masih
terbatas pada orang yang mampu ekonominya. Untuk itu, usaha-usaha pemberian
pelayanan yang terpadu dan menyeluruh kemudian disatukan dalam satu wadah
pelayanan kesehatan masyarakat yang disebut dengan pusat kesehatan masyarakat
(PUSKESMAS).
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang lasung
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam bentuk
usaha-usaha kesehatan pokok.
Untuk merealisasikan tanggung jawab itu, puskesmas mempunyai tugas pokok
antara lain :
1. Menjaga dan meningkatkan kesehatan anggota masyarakatnya. Dengan demikian
akan miningkatkan status kesehatan masyarakat dan mengurangi penderita sakit.
2. Menggerakan/membimbing anggota msayarakat untuk secara aktif berpartisipasi di
bidang kesehatan dan kegiatan-kegaiatan pembangunan, yang merupakan bagian
integrasi dari pembangunan social secara menyeluruh di wilayah kerjanya.
Kegiatan-kegiatan pokok puskesmas yang diselenggarakan oleh puskesmas
sejak berdirinya semakin berkembang, mulai dari 7 usaha pokok kesehatan, 12 usaha
pokok kesehatan, namun yang dapat dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan
kemampuan yang ada dari tiap-tiap puskesmas baik dari segi tenaga, fasilitas dan
biaya atau anggaran yang tersedia.
Untuk memberikan pelayanan kesehatan Puskesmas menjalankan beberapa
usaha, kegiatan pokok yang meliputi 12 program kesehatan dikutif dari Nasrul
Effendy (1995 : 38) sebagai berikut :
1. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)
2. Upaya Keluarga Berencana (KB)
3. Upaya Perbaikan Gizi
4. Upaya Kesehatan Lingkungan
5. Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Upaya Kesehatan Masyarakat
7. Upaya Kesehatan Sekolah
8. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
9. Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut
10. Upaya Kesehatan Sekolah
11. Upaya Laboratorium Serhana
Untuk melaksanakan fungsi, kegiatan, pelayanan, dan pembinaan serta
pengembangan peran serta/swadaya masyarakat maka peranan petugas puskesmas
dikemukan seperti berikut:
1. Membina dan memelihara hubungan baik
2. Bertindak sebagai katalisator
3. Berperan sebagai penasehat teknis
4. Membentu masyarakat menggali sumber daya
5. Memberikan dorongan
(http :// www.warta puskesmas 2007)
Dalam menjalankan pelayanan kepada masyarakat puskesmas mempunyai
fungsi utama dalam sistem pelayanan yang disebut dengan sistem rujukan (relasi
sitem). Sistem rujukan ini merupakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti unit
yang berkemampuan kurang kepada unit yang setingkat kemampuannya. Tujuan
sistem ini adalah untuk mendekatkan pelayanan dengan penderita atau masyarakat.
I.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara tentang suatu rumusan
masalah penelitian yang kebenarannya perlu diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Suatu
hipotesis dapat dianggap benar apabila disertai dengan fakta – fakta atau bukti- bukti yang
nyata.
Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah:
1. Hipotesis kerja (Ha)
Hipotesis kerja adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X
adalah “Terdapat pengaruh antara struktur organisasi dengan efektivitas
pelayanan kesehatan” 2. Hipotesis nol (H0)
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara
dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis
nol dari penelitian ini adalah “Tidak terdapat pengaruh antara struktur organisasi
terhadap efektivitas organisasi”
I.7 Definisi Konsep
Menurut Singarimbun (2006: 33), konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan
untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu
yang menjadi perhatian ilmu sosial. Untuk menghindari kesalahan dari pemaknaan terhadap
konsep maka perlu ada batasan-batasan dalam memahami suatu konsep dengan cara
mendefinisikan kosep secara jelas.
Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep dari
penelitian ini adalah:
1. Struktur organisasi adalah ranka yang menunjukan keseluruhan tugas pekerjaan
untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antar fungsi-fungsi serta wewenang dan
tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi yang mengemban tiap-tiap pekerjaan itu.
2. Efektivitas pelayanan kesehatan adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
waktu serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan kepadanya.
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur
suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan
bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 2006: 46). Melalui pengukuran
ini dapat diketahui indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisis dari
variabel-variabel tersebut.
Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam
bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan dalam operasional dari sudut penelitian.
Adapun yang menjadi definisi operasinal dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel bebas (X), Struktur Organisasi diukur/diteliti melalui indikator-indikator,
sebagai berikut:
1. Pembagian Tugas
• Perincian tugas yang jelas, misalnya bagian administrasi melaksanakan
aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari (rutin)
• Beban kerja yang merata, minsalnya dibidang KIA dimana kepala
puskesmas dibantu oleh bidan dan perawat sesuai dengan tanggung
jawab.
2. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab
• Mempercayai pegawai yang diserahi wewenang, misalnya kepala
puskesmas memberikan delegasi kepada bawahannya.
• Menerima saran-saran dari bawahannya demi terciptanya efektivitas
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
• Melakukan evaluasi terhadap wewenang yang dilimpahkan dimana
dalam hal ini bawahan harus mempertaggung jawabkan pekerjaan
3. Koordinasi, adanya kesatuan sikap dan kerjasama diantara pegawai dan
kesatuan untuk saling membantu serta memberikan saran bila diperlukan.
4. Hubungan Antar Bagian Yaitu, bentuk hubungan antar bagian yang satu
dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan.
2. Variabel terikat (Y), Efektivitas Pelayanan Kesehatan diukur/diteliti dengan
indikator – indikator sebagai berikut:
1. Pencapaian Tujuan
Yaitu Pelayanan kesehatan dikatakan efektif apabila telah tercapai tujuan
dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya. • Meningkatkan pelayanan kesehatan
• Memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
2. Ketepatan Waktu
Yaitu, kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah di
tetapkan.
• Jadwal pelayanan yang teratur
• Prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit
• Respon petugas terhadap pelayanan yang bersifat cepat dan tepat
waktu
3. Manfaat
Yaitu masyarakat benar-benar merasakan adanya manfaat kesehatan dengan
menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada. • Meningkatkan derajat kesehatan pasien
• Berkurangnya keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
I.9 Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil
penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi dan struktur organisasi. BAB IV PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisanya berdasarkan metode yang digunakan.
BAB V ANALISA DATA
Bab ini berisi tentang pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab-bab sebelumnya.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkannya.
BAB II
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah korelasional
dengan pendekatan kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang
meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti
sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain.
Karena penelitian ini menghubungkan dua variabel saja, maka korelasionalnya di sebut
korelasi sederhana.
2.2 Lokasi Peletian
Penelitian ini berlokasi di Puskesmas Kotanopan kabupaten Mandailing Natal (jl.
Sawahan Kelurahan Pasar Kotanopan)
2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa manusia,
benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Adapun yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten
Mandailing Natal yang berjumlah 48 orang.
2.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai refresentatif dari
seluruh populasi, sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi.
Menurut Arikunto, bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil
keseluruhannya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jadi sampel
2.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan dan data-data yang
diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
2.4.1Teknik Pengumpulan Data Primer.
Yaitu, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi
penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan
dengan cara :
1. Kuesioner (Quitionary), yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan beberapa
alternatif jawaban yang sudah tersedia.
2. Observasi (Observation), yaitu kegiatan mengamati secara langsung dengan
mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan serta menjaring data yang
tidak terjangkau
2.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder.
Yaitu, pengumpulan data dan informasi yang diperlukan/diperoleh
melaluicatatan-catatan tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
1. Penelitian Kepustakaan (Library research), yaitu pengumpulan data yang
diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki
relevansi dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Dokumentasi (Documentary), yaitu teknik yang digunakan dengan
menelaah catatan tertulis, dokumen, arsip yang menyangkut masalah yang
diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait.
Melalui penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan, maka ditentukan
skor dari setiap jawaban sehingga menjadi data yang bersifat kuantitatif. Teknik pengukuran
skor atau nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala Likert untuk
menilai jawaban kuesioner.
Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan adalah sebagai berikut :
1. Untuk jawaban alternatif “a” diberi skor 5.
2. Untuk jawaban alternatif “b” diberi skor 4.
3. Untuk jawaban alternatif “c“ diberi skor 3.
4. Untuk jawaban alternatif “d“ diberi skor 2.
5. Untuk jawaban alternatif “e“ diberi skor 1.
Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing
variabel apakah tergolong tinggi, sedang, rendah, terlebih dahulu ditetapkan kelas
intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden, ditentukan kelas
intervalnya dengan perhitungan, sebagai berikut :
������������� − �����������ℎ �����������������
Maka diperoleh:
5−1
5 = 0,8
Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing
variabel, yaitu
Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80
Skor untuk kategori rendah = 1.81 – 2.61
Skor untuk kategori tinggi = 3.43 – 4.23
Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.25 – 5.00
2.6 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang
digunakan untuk menguji hubungan/pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat
dengan menggunakan perhitungan statistik.
2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment
Cara ini dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya dan besar kecilnya
hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2005:212). Cara
perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut:
���
=
�.∑ �� −(∑ �)(∑ �)�{�.∑ �2−(∑ �)2}{�.∑ �2−(∑ �)2)}
Ketarangan
rxy =Koefisien korelasi antara gejala x dan y
N = Jumlah Sampel
∑ � = Jumlah skor x
∑ � = Jumlah skor y
∑ � � =Jumlah hasil kali antara x dan y
Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan
kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:
kedua variable yang diuji tidak ada.
b. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +)berarti kenaikan nilai
variable yang satu, diikuti nilai variable yang lain dan kedua variable
memiliki hubungan positif.
c. Koefisien korelasi yang diperoleh negative (r = -) berarti kedua variable
negative dan menunjukan meningkatnya variable yang satu diikuti
menurunya variabel yang lain.
Interpretasi dari korelasi tersebut menurut ukuran yang konservatif adalah
sebagai berikut.
Interprestasi Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Tinggi
0,80 – 1,000 Sangat Tinggi
Sumber : Sugiyono (2005:214)
Jika nilai r yang diperoleh lebih besar atau sama dengan nilai r dalam table,
maka nilai r yang diperoleh itu signifikan. Dan sebaliknya, jika nilai r yang
diperoleh lebih kecil dari nilai r dalam table, maka nilai r yang diperoleh tidak
signifikan.
Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui seberapa besar
(persentase) pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas terhadap variabel
terikat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
D = (rxy)
2x 100%
Keterangan
D = koefisien determinan
rXY = koefisien korelasi product moment
2.6.3. Koefisien Regresi
Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan
penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih.Tujuan
utama dalam penggunaan analisis ini adalah untuk meramalkan atau menduga nilai
dari satu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain yang diketahui
melalui persamaan garis regresinya.
Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear
Berganda (Multiple Regression Analysis) dengan persamaan sebagai berikut:
Y= a + b1X1 + b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e
X4 = Pertanggungjawaban
X5 = Kewajaran
a = Konstanta
E = Error
Untuk menguji keberartian koefisien antara variabel, digunakan uji statistik t
dengan rumus :
t = r
�√�−2 √1−�2( Sutrisno hadi, 2001:365 ) kriteria pengujian adalah:
- Jika harga t hitung < t tabel maka hipotesis alternatif ditolak.
- Jika harga t hitung > t tabel maka hipotesis alternatif diterima.
2.6.3.2. Uji F
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh
semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara
bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat keyakinan 95% (a = 0,05).
Uji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan signifikasi F hitung dengan
ketentuan:
- Jika signifikasi t hitung < 0,05, maka H1 diterima
- Jika signifikasi t hitung > 0,05, maka H1 ditolak
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
3.1.Letak Geografis
Secara geografis Puskesmas Kotanopan terletak di :
Jalan :Sindanglaya no. 15
Kelurahan : Pasar Kotanopan
Kecamatan : Kotanopan
Kabupaten : Mandaling Natal
Provinsi : Sumatera Utara
Puskesmas Kotanopan terletak di kelurahan Pasar Kotanopan kecamatan Kotanopan
kabupaten Mandailing Natal. Di tandai dengan sarana perhubuhngan berupa jalan yang sudah
diaspal dan dapat dilalui oleh kenderaan roda dua dan roda empat serta kenderaan roda lain.
Sebagian besar desa dalam wilayah kerja puskesmas Kotanopan sudah dapat dijangkau
dengan roda dua maupun dengan roda empat.
Jika dilihat wilayah kerja puskesmas Kotanopan mencakup 36 desa dan 3 kelurahan
dengan luas wilayah 32.514 Km2 dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :
• Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Muara Sipongi • Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ulu Pungkut
• Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tambangan
• Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan Timur
Berdasarkan besarnya jumlah penduduk kecamatan Kotanopan berjumlah 29.809 jiwa