• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan (Studi Pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan (Studi Pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN KESEHATAN

(Studi Pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal)

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

SKRIPSI O L E H

SAMPAI ANUGRAH PARINDURI 110903073

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Anugrah-Nya, Saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU). Terimakasih kepada kedua Orang Tua Saya yang tak hentinya mendukung serta mendoakan saya agar dipermudah langkah dalam penyusunan skripsi ini. Serta kepada Kakak Saya Hayatul Fitri Parinduri yang selalu mendoakan yang terbaik untuk proses perjalanan hidup saya. Tak lupa juga, Saya ingin sampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasyudin Ginting, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Kariono, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing

penulis sejak awal perkuliahan sampai pada penyelesaian skripsi ini. Yang mana

dengan begitu banyaknya kesibukan, beliau masih bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan masukan berupa nasihat maupun materi yang berguna dalam penulisan

skripsi ini.

4. Seluruh dosen di lingkungan Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan,

arahan, dan bimbingan selama penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara.

5. Seluruh jajaran staf di lingkungan Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya Kak Mega dan Kak Dian atas kelancaran

(3)

6. Ibu dr. Wuryandari, selaku kepala puskesmas Kotanopan yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang penulis butuhkan selama penelitian.

7. Seluruh staf pegawai Puskesmas Kotanopan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian di Puskesmas Kotanopan.

8. Sahabat yang sangat penulis sayangi Nadra, Tulang Anwar, Nanda, Iriel, Irfan serta Rizal yang selalu membantu saya memecahkan masalah yang sulit saya tangani serta dukungan mereka yang tak henti putusnya.

9. Teman seperjuangan penulis yaitu Khainurahman, Daniel Panca, Jerry, Utomo Purba, Jimmy, Joshua Sitinjak, Rippy Hamdani, Felix, Gideon, Abdi, Dinda, Hanindhita, Dewi, Depi dan Sheila terima kasih yang sebesar-besarnya atas kebersamaan yang telah kita jalani selama 4 tahun ini. Penulis sangat beruntung memiliki sahabat-sahabat seperti kalian. Semoga semua diantara kita menjadi orang yang sukses nantinya. Amin Ya Allah.

10.Teman-teman seperjuangan Departemen Administrasi Negara 2011, terima kasih atas kerja sama dan tolong-menolongnya selama ini, baik dalam perkuliahan maupun dalam kegiatan organisasi. Salam sukses buat kita semua.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi serta menjalani pendidikan perkuliahan dari awal hingga akhir.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran begitu juga

waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari skripsi

ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapkan saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar

harapan penulis kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2014

(4)

ABSTRAK

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Karyawan ( Studi Pada PTPN III (Persero) Medan)

Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Sampai Anugrah Parinduri

NIM : 110903073

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas :Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Rasyudin Ginting, M.Si

Puskesmas sebagai organisasi formal dalam pelayanan publik khususnya dibidang kesehatan, mempunyai arti yang besar bagi masyarakat (khususnya masyarakat ekonomi lemah), sehingga Puskesmas haruslah dapat memberikan tingkat pelayanan seoptimal mungkin dalam usaha menjaga citra yang baik di mata masyarakat ditengah-tengah kebutuhan pelayanan kesehatan yang semakin meningkat.Agar kegiatan yang dijalankan oleh Puskesmas tersebut dapat mencapai hasil yang maksimal maka seluruh kegiatan harus terpadu dan terarah. Untuk mewujudkan hal itu maka sudah tentu diperlukan sebuah struktur organisasi yang baik. Di dalam struktur organisasi tersebut harus terlingkup semua kegiatan yang ada dan juga kegiatan-kegiatan tersebut telah terkelompok secara baik, sehingga masyarakat mengetahui mekanisme pelayanan pada puskesmas tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling, dimana bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya, dalam penelitian sampel berjumlah 48 orang.Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan kuantitatif, metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain.Pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji regresi. Uji regresi dibagi atas tiga yaitu uji F, uji t dan uji determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari struktur organisasi terhadap efektivitas pelayanan kesehatan.

_________________________

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……….. i

ABSTRAK ……… iii

DAFTAR ISI………. iv

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR GAMBAR………... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ………. 1

1.2.Perumusan Masalah ………. 6

1.3.Tujuan Penelitian ………. 6

1.4.Manfaat Penelitian ………... 6

1.5.Kerangka Teori 1.5.1. Struktur Organisasi 1.5.1.1.Pengertian Organisasi... ……. 7

1.5.1.2.Pengertian Struktur OrganisaSI……… 9

1.5.1.3.Bentuk Organisasi ………... 10

1.5.2. Efektifitas Pelayanan Kesehatan 1.5.2.1.Pengertian Efektivitas... ………... 15

1.5.2.2.Pengertian Pelayanan Kesehatan………. 17

1.5.2.3.Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan …...……... 23

1.5.2.4. Pusat Kesehatan Masyarakat…... 25

1.6.Hipotesis ………. 28

1.7.Definisi Konsep ……….. 29

(6)

1.9.Sistematika Penulisan ……… 32

BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Bentuk Penelitian ………. 34

2.2. Lokasi Penelitian ………. 34

2.3. Populasi dan Sampel ……… 34

2.3.1. Populasi ……… 34

2.3.2. Sampel ……….…. 34

2.4. Teknik Pengumpulan Data ………. …. 35

2.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer ………….. …. 35

2.4.2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder ………. …. 35

2.5. Teknik Penentuan Skor ………. …. 35

2.6. Teknik Analisis Data ………. …. 36

2.6.1.Korelasi Product Moment... …. 36

2.6.2. Koefisien Determinasi ……….. 38

2.6.3. Koefisien Regresi ………. 38

2.6.3.1. Uji T ……….…. 39

2.6.3.2. Uji F ……….. 39

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis………...……….……..… 40

3.2. Visi, Misi, dan Tata Nilai Puskesmas...………...… 42

3.3. Sarana-sarana Puskesmas... ……….. 45

3.3.1.Sarana Fisik... 45

3.3.2.Sarana Kesehatan... 46

3.3.3.Sarana Administrasi... 47

(7)

3.3.5.Sarana Peralatan Medis... 47

3.4. Sumber Daya... ….. .48

3.5. Mekanisme Pelayanan... 49

3.6. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas... 56

3.7. Bidang Usaha Puskesmas dan kegiatan-kegiatan di Puskesmas... 65

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Analisis Deskriptif... ……….. 71

4.1.1.Karakteristik Responden... 71

4.1.1. Analisis Deskriptif Variabel... … 72

BAB V ANALISA DATA 5.1. Uji Asumsi Klasik……….…. 76

5.1.1.Uji Normalitas... 76

5.1.2.Uji Heteroskedastisitas... 78

5.1.3.Uji Analisis Regresi... 79

5.1.4.Pengujian Koefisien Determinan... 81

5.2. Pembahasan... ……… 82

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ……….. 83

6.2. Saran ……… 84

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jumlah Ruangan Kamar Puskesmas Kotanopan menurut

penggunaannya………...… 46

Tabel 3.2. Jumlah Sarana Kesehatan di Puskesmas Kotanopan... 47

Tabel 3.3. Jumlah Peralatan Medis... …………. 48

Tabel 3.4. Jumlah Pegawai Puskesmas... ………. 49

Tabel 3.5. Jumlah Pegawai Menurut Jenis Kelamin... ……….. 49

Tabel 3.6. Jumlah Pengunjung Puskesmas Kotanopan... ……. 50

Tabel 3.7. Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kotanopan... 51

Tabel 3.8. Jumlah Pustu di wilayah kerja Puskesmas Kotanopan ………… 54

Tabel 3.9. Jumlah Posyandu... …………. 55

Tabel 4.1. Karakteristik Responden ………. 71

Tabel 4.2. Analisi Deskriptif Variabel x...………… 72

Tabel 4.3. Analisiss Deskriptif Variabel y ………….……… 74

Tabel 4.4. One Sample Kolmogrov-Smirnov Test ……… 78

Tabel 4.5. Hasil Uji Analisis Regresi... ……… 80

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar3.1. Mekanisme Pelayanan Puskesmas Kotanopan …………...…… 53

(10)

ABSTRAK

Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) terhadap Kinerja Karyawan ( Studi Pada PTPN III (Persero) Medan)

Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Sampai Anugrah Parinduri

NIM : 110903073

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas :Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Rasyudin Ginting, M.Si

Puskesmas sebagai organisasi formal dalam pelayanan publik khususnya dibidang kesehatan, mempunyai arti yang besar bagi masyarakat (khususnya masyarakat ekonomi lemah), sehingga Puskesmas haruslah dapat memberikan tingkat pelayanan seoptimal mungkin dalam usaha menjaga citra yang baik di mata masyarakat ditengah-tengah kebutuhan pelayanan kesehatan yang semakin meningkat.Agar kegiatan yang dijalankan oleh Puskesmas tersebut dapat mencapai hasil yang maksimal maka seluruh kegiatan harus terpadu dan terarah. Untuk mewujudkan hal itu maka sudah tentu diperlukan sebuah struktur organisasi yang baik. Di dalam struktur organisasi tersebut harus terlingkup semua kegiatan yang ada dan juga kegiatan-kegiatan tersebut telah terkelompok secara baik, sehingga masyarakat mengetahui mekanisme pelayanan pada puskesmas tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan. Teknik sampel yang digunakan adalah total sampling, dimana bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya, dalam penelitian sampel berjumlah 48 orang.Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan kuantitatif, metode korelasional bertujuan meneliti sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain.Pengujian kualitas data yang digunakan adalah uji regresi. Uji regresi dibagi atas tiga yaitu uji F, uji t dan uji determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan dari struktur organisasi terhadap efektivitas pelayanan kesehatan.

_________________________

(11)

BAB I

PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Setiap organisasi memiliki tujuan yang tertuang dalam visi dan misi organisasi.

Dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan garis koordinasi yang jelas dan tegas dalam

menjalankan segala aktivitas organisasi untuk menghindari adanya tumpang tindih

pekerjaan, mempertegas wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi serta

memaksimalkan fungsi organisasi.

Aktivitas organisasi bergerak dalam suatu sistem, sehingga organisasi terdiri dari

beberapa komponen-komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut harus bersifat

hierarkirs untuk membentuk roda organisasi untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai

sebagai sumber daya manusia yang merupakan aset dari sebuah organisasi Peningkatan

tersebut berdampak dalam mengefisiensi dan efektifkan dari sistem organisasi untuk

menghadapai semakin kemajemukan tugas-tugas dan kebutuhan-kebutuhan operasional dari

kinerja organisasi.Penyesuaian dengan kebutuhan, kekuatan dan sistem dalam pelayanan

publik maka faktor utama yang terpenting dalam sebuah organisasi adalah sumber daya

manusia. Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu fungsi yang sangat penting

dalam organisasi. karena untuk melakukan pelaksanaan dari strategi dan teknologi

memerlukan pengelolaan sumber daya manusia yang baik.

Sumber daya manusia sebagai penggerak operasional pada organisasi yang mana

fungsi manusia yang bekerja secara individu atau kelompok dengan arahan pimpinan untuk

mencapai tujuan-tujuan organisasi. Struktur organisasi merupakan rancangan dari pemimpin

organisasi sehingga mampumenentukan harapan-harapan mengenai apa yang akan dilakukan

(12)

(Ivancevich, 2008:235).Oleh karena itu, struktur organisasi didesain dengan baik untuk

sebuah organisasi yang efektif yang mana dengan adanya sumber daya manusia dalam

organisasi perusahaan struktur organisasi dapat diimplementasikan sesuai sistem kerja

organisasi untuk tujuan organisasi yang efektif dan efisien.

Dalam setiap organisasi, bahwa efektivitas merupakan unsur pokok dalam efektivitas

untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan dalam perencanaan dengan pencapaian

sasaran atau tujuan yang akan dicapai. Secara sederhana efekfitivitas dapat diartikan sebagai

suatu bentuk penyelesaian yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Steers (1985 : 209) ada 4 faktor yang mempengaruhi efektivitas yaitu :

1. Ciri Organisasi

2. Ciri Lingkungan

3. Ciri Bekerja

4. Kebijakan dan Praktek Manajemen

Dari keempat faktor diatas, menurut Richard M. Steers salah satu faktor yang mempengaruhi

efektivitas adalah ciri organisasi. Sedangkan salah satu karakteristik organisasi adalah

struktur organisasi. Dengan demikian agar tercapainya tujuan yang telah di tetapkan secara

efektif, maka bagi suatu organisasi hendaklah dapat menyusun suatu struktur atau hubungan

pekerjaan tertentu diantara bermacam-macam komponen dari kesatuan secara keseluruhan.

Dalam hal ini struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang mempolakan hubungan

diantara orang-orang maupun bidang-bidang kerja dalam organisasi tersebut sehingga jelas

kedudukannya, wewenang dan tanggung jawab masingmasing dalam suatu kebulatan yang

(13)

Seperti yang dikemukan oleh Pfiffner dkk (Dalam Sutarto, 1998 : 41)

yaitu:“Organization structure is the relationship of workers and their activities to oeanother

and the whole, the parts being the tasks, jobs, or functions and the respective of the personnel

who perform them. ”Struktur organisasi adalah hubungan antara para pegawai dan

aktivitas-aktivitas mereka satu sama lain serta terhadap keseluruhan, bagian-bagiannyaadalah

tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan dan fungsi dan masing-masing anggota kelompok pegawai yang

melaksanakannya.

Dengan demikian struktur organisasi dapat dianggap sebagai suatu kerangka yang

merupakan titik pusat bagi manusia agar dapat mengabungkan usaha-usaha mereka dengan

baik, sehingga efektivitas dapat tercapai.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu lembaga Pemerintah

Dinas Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak terlepas

dari peraturan dan dari tuntutan masyarakat yang menerima pelayanan tersebut. Salah satu

tujuan dari Puskesmas adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan

sebaikbaiknya sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Berdasarkan visi daripada pembangunan kesehatan adalah ingin mencapai penduduk

dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan

yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

di seluruh wilayah RI.

Pelayanan kesehatan yang bermutu dimaksudkan adalah pelayanan kesehatan yang

memuaskan pemakai jasa pelayanan serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika

pelayanan profesi. Wujud nyata visi tersebut harus berupa pemeliharaan dan peningkatan

pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau dengan mengikut sertakan

(14)

Berdasarkan visi tersebut menurut William C. Hsiao (2000) merupakan tujuan akhir

yang ingin dicapai dalam sistem kesehatan, yaitu: good health for all citizens, financial risk

protection for all, equal access for everyone to quality health care, and satisfaction of the

people. Di Indonesia salah satu strategi pelaksanaan cita-cita ini adalah dengan memantapkan

kemandirian masyarakat yang seluas-luasnya dalam peran serta kesehatan bagi Semua.

Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 tertulis bahwa

“Health is a fundamental human right”, yang mengandung suatu kewajiban untuk

menyehatkan yang sakit dan mempertahankan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran

bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi. Serta berdasarkan,dalam

Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan

salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana dalam pasal 28 H ayat (1) :

“setiap orang berhak hidup sejahterah lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.

(http://Majalah Kesehatan Inovasi Oline, 2007).

Pusat Kesehatan Masyarakat dirasakan mempunyai arti yang besar bagi masyarakat

(khususnya masyarakat ekonomi lemah), sehingga Puskesmas haruslah dapat memberikan

tingkat pelayanan seoptimal mungkin dalam usaha menjaga citra yang baik di mata

masyarakat ditengah-tengah kebutuhan pelayanan kesehatan yang semakin meningkat.

Dengan adanya pelayanan yang baik, diharapkan masyarakat dapat mencapai kepuasan yang

pada akhirnya akan berdampak pada tujuan organisasi.

Agar kegiatan yang dijalankan oleh Puskesmas tersebut dapat mencapai hasil yang

maksimal maka seluruh kegiatan harus terpadu dan terarah. Untuk mewujudkan hal itu maka

(15)

tersebut harus terlingkup semua kegiatan yang ada dan juga kegiatan-kegiatan tersebut telah

terkelompok secara baik.

Namun berbagai laporan dari masyarakat berdasarkan hasil pengamatan pra penelitian

dilapangan bahwa frekuensi keluhan akan pelayanan kesehatan makin meningkat, meskipun

dibarengi dengan pengadaan fasilitas dan pengawasan mekanisme pelayanan oleh

pemerintah. Laporan dan berita semacam itu tentu merupakan control sosial yang konstruktif

dan harus ditanggapi secara serius. Dengan adanya keluhan seperti petugas Puskesmas yang

malas, kasar tidak ramah, jarang hadir, menunggu terlalu lama bila berobat dan sebagainya,

ini menunjukan suatu kelemahan akan mekanisme pelayanan. Juga sering terdengar keluhan

dari masyarakat bahwa bila berobat mereka tidak tahu harus kebagian mana. Mungkin pada

Puskesmas tersebut tidak terdapat masing-masing bagian yang secara jelas mengatur

kegiatan-kegiatannya. Sehingga masyarakat merasa tidak diperhatikan bila berobat dan

menimbulkan rasa malas serta kebingungan bagi masyarakat itu sendiri .

Dengan adanya keluhan-keluhan dari masyarakat tersebut maka mereka enggan untuk

berobat ke Puskesmas sebagai organisasi formal yang bergerak dibidang kesehatan dalam

memberikan pelayanan harus berusaha mengikutsertakan peran serta dari masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik meneliti dengan judul :

(16)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam melakukan penelitian ini merumuskan

masalah sebagai berikut : “Seberapa Besar PengaruhStruktur Organisasi terhadap

Efektivitas Pelayanan Kesehatan ( Studi pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal )”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana struktur organisasi dari Puskesmas

Kotanopan kabupaten Mandailing Natal

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan kondisi efektifitas pelayanan kesehatan

di kantor Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

3. Seberapa besar pengaruh struktur organisasi terhadap efektivitas pelayanan

kesehatan

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk menambah dan

meningkatkan cara berpikir positif serta mengembangkan kemampuan

menganalisa permasalahan yang dihadapi di lapangan.

2. Bagi Fisip USU, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi

bagi mahasiswa yang tertarik dalam bidang ini.

3. Bagi pihak Pegawai di Puskesmas Kotanopan kabupaten Mandailing Natal,

dapat memberikan masukan dan saran-saran dalam meningkatkan

(17)

1.5 Kerangka Teori

Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis didalam

menyelesaikan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan

pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut

kerangka teori. Menurut Sugiono (2005 : 55) menyebutkan landasan teori perlu ditegakkan

agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba.

Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

1.5.1 Struktur Organisasi

1.5.1.1. Pengertian Organisasi

Dalam memberikan pengertian atau defenisi tentang organisasi oleh para

ahlimanajemen, terdapat berbagai pendekatan yang dilakukan serta pemikiran yangberlainan

mengenai persoalaan organisasi.

Beberapa ahli manajemen memberikan defenisi organisasi sebagai berikut :

Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama

untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara formal dalam satu ikatan hierarki dimana

selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan

seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Siagian (Dalam Kartini Kartono,

2005 : 7)

Serta menurut Manullang (2002 : 59) adalah sekelompok orang yang bekerja sama

untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu. Organisasi menurut D. Mooney(Dalam

Hasibuan 2006 :120) adalah “Organization is the form of every human association for the

attainment of common purpose”. Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk

(18)

Dari defenisi ini organisasi diartikan sebagai badan atau lembaga yangmerupakan

sekumpulan orang untuk mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan defenisi ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi unsur

daripada suatu organisasi, yaitu :

1. Adanya sekelompok orang,

2. Antar hubungan terjadi dalam suatu kerja sama yang harmonis dan

3. Kerja sama didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggung jawab masingmasing orang

untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian defenisi organisasi yang telah disebutkan diatas dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa :

1. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai

suatu atau beberapa tujuan tertentu.

2. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara skematis tentang

hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha

mencapai suatu tujuan..

3. Dalam organisasi selalu terdapat atasan dan bawahan atau rangkaian hirarki yang bersifat

dinamis dalam arti orang-orang yang menduduki suatu jabatan dapat digantikan setiap saat

diperlukan.

Pada dasarnya bahwa organisasi tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling kait

mengkait dan merupakan satu kesatuan. Disini organisasi merupakan suatu wadah setiap

kegiatan kerjasama, tempat menjalin kerja diantara pelaksananya atau juga sebagai suatu

sistem kerjasama, sistem hubungan dan sistem sosial. Dalam defenisi organisasi diatas

(19)

organisasi tersebut maupun faktor pendukung seperti kemampuan untuk bekerja, kemampuan

untuk mempengaruhi orang lain, dan kemampuan untuk melaksanakan asasasas organisasi.

Berbagai faktor yang terdapat dalam defenisi organisasi yang disebutkan diatas tidak

dapat saling lepas (berdiri sendiri) melainkan saling kait mengkait dan merupakan suatu

kebulatan.

1.5.1.2Pengertian Struktur Organisasi

Suatu struktur organisasi dapat diartikan sebagai serangkaian hubungan diantara

bidang-bidang kerja maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, wewenang dan

tanggung jawab masing-masing dalam suatu kelompok. Struktur ini apabila dilukiskan

berupa sebuah gambar “bagan” atau diagram yang memperlihatkan garis-garis. Besar

hubungan tersebut menurut fungsi-fungsi didalam usaha, dan arus tanggung jawab dan

wewenang.

` Di dalam pengertian yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa struktur organisasi itu

tergantung kepada tugas yang dilaksanakan dan wewenang yang dipergunakan oleh

individu-individu dan kelompok dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dengan bagan organisasi dimaksudkan sebagai gambaran struktur yang berbentuk

kota atau bentuk lainnya yang dihubungkan dengan garis satu sama lain, sesuai dengan

arahdan tingkat hubungan antar unit yang satu dengan yang lain. Garis hubungan itu dapat

merupakan hubungan perintah, koordinasi laporan, ataupun fungsi lainnya.

Menurut pendapat Richard dkk (Dalam Sutarto, 1998 : 43) tentang struktur organisasi

adalah “Struktur is the relationship of the various fungtion or activities in a organization”.

(20)

Sedangkan menurut Stonner (1989 : 316) adalah sebagai berikut : “Struktur organisasi

dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara bagian-bagian komponen dan Posisi

dalam suatu perusahaan/organisasi”. Dan menurut Widjaja (1987 : 31) yaitu : “ Struktur

organisasi adalah sebagai bentuk atau wadah organisasi dan merupakan pengaturan dari

orang dan kegiatan fisik, serta hubungan antara mereka dalam pelaksanaan tugas secara

efektif”.

Dengan demikian struktur organisasi dapat merupakan sebagai alat pembantu yang

baik dalam melihat organisasi secara keseluruhan.

1.5.1.3 Bentuk Organisasi

Bentuk organisasi ada bermacam-macam yang didasarkan pada wewenang, tanggung

jawab serta kedudukan masing-masing dalam organisasi sebagai satu kesatuan.

Bentuk-bentuk organisasi yang dikemukakan oleh Sutarto (1998 : 18) sebagai berikut :

1. Organisasi Garis (Line Organization)

.Organisasi garis merupakan tipe organisasi yang sangat sederhana bila dibandingkan

dengan tipe organisasi yang lain. Dalam tipe organisasi ini, kekuasan berjalansecara langsung

dari atasan ke bawahan dan perintah berasal dari atasan kebawahan dalam garis lansung.

Dalam organisasi ini, bawahan hanya mengenal satu pimpinan / atasan sebagai

sumber yang memberikan perintah. Dengan demikian dalam orgnisasi garis ini ketegasa

dalam perintah serta kedisiplinan lebih terjamin. Organisasi ini sering juga disebut dengan

organisasi militer. Karena meliterlah yang mempopulerkan oragnisasi ini.

(21)

1. Keasatuan pimpinan terjamin sepenuhnya dan koodinasi relatif mudah

dilaksanakan.

2. Proses pengambilan keputusan dan instruksi-instruksi berjalan dengan cepat

karena jumlah orang yang diajak berkonsultasi masih mutlak.

3. Garis pimpinan tegas, tidak mungkin terjadi kesimpang siuran karena atasan

lansung berhubungan dnegan karyawan.

Disamping itu organisasi garis juga memiliki kelemahan/keburukan,antara lain : 1. Tujuan pribadi pucuk pimpinan seringkali tidak dapat dibedakan dengan tujuan

oraganisasi.

2. Kecenderungan pimpinan untuk bertindak secara otokrasi cukup besar.

3. Organisai secara keseluruhan terlalu begantung pada satu orang, sehingga kalau

pimpinan tidak mampu, maka seluruh organisasi akan terancam hancur.

4. Kesempatan para bawahan untuk berkembang terbatas.

Sedangkan ciri-ciri dari struktur organisasi garis adalah sebagai berikut :

1. Tujuan organisasi masih sederhana.

2. Organisasi kecil

3. Jumlah karyawan sedikit sehingga pimpinan dan karyawan bersifat langsung.

2. Organisasi Garis dan Staf (Line and Staff Organization)

Organisasi garis dan staf merupakan gabungan kedua bentuk organisasi, yaitu

organisasi dan staff. ini mengurangi kelemahan-kelemahan organisasi garis yang antara lain

kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan mengurangi kelemahan-kelemahan organisasi

(22)

organisasi fungsional yang antara lain kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan

mengurangi kelemahan organisasi fungsional yang antara lain kurangnya ketegasan dalam

perintah dan kedisiplinan.

Staf dalam organisasi garis dan staf ini bertugas terutama memberi nasehat sesuai

dengan keahliannya, baik diminta atau tidak. Dengan demikian dibentuklah staf untuk

membantu pejabat garis sehingga ia dapat bekerja lebih efisien dan efektif. Sehingga tersedia

lebih banyak waktu untuk memperhatikan hal-hal penting dan kebijakasanaan serta tugasnya

menjadi lebih ringan.

Para pimpinan staf yang dipertukan pada organisasi garis bermaksud untuk

meperlancar kegiatan organisasi garis agar lebih baik. Tipe oragnisasi garis dan staf ini pada

umumnya digunakan untuk organisasi yang besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai

bidang-bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit.

Kebaikan organisasi garis dan staf adalah :

1. Adanya pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staf dan pelaksana.

2. Dapat diterapkan pada organisasi garis besar/kecil, organisasi pemerintah/swasta, karena fleksible.

3. Azas kesatuan pimpinan tetap dipertahankan, sebab pimpinan berada dalam satu tangan.

4. Adanya kerja sama yang baik.

Sedangkan keburukan-keburukannya adalah :

(23)

2. Kurang baiknya koordinasi dan dapat pula merupakan hambatan dalam

pelaksanaan tugas.

3. Hubungan antara atasan dan bawahan tidak lagi semuanya bersifat lansung.

4. Pimpinan, begitu pula sesama karyawan tidak lagi semuanya saling mengenal.

3. Organisasi Fungsional (Functional Organization)

Organisasi fungsional disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi yang harus

dilakukan sesuai dengan kepentingan organisasi. Tiap-tiap fungsi/kegiatan seolah olah

terpisah berdasarkan bidang keahliannya. Tetapi meskipun terpisah-pisah,tiap-tiap fungsi

tidak dapat berdiri sendiri, karena fungsi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.

Tipe fungsional ini mencoba memanfaatkan tenaga ahli dalam bidang khusus semaksimal

mungkin. Dengan demikian seorang pekerja dapat saja mempunyai lebih dari satu pimpinan

yang masing-masing pimpinan tersebut dapat memerintah sesuai dengan keahliannya dan

bertanggung jawab sepenuhnya pada bidang tugasnya.

Adapun kebaikan daripada organisasi fungsional ini adalah :

1. Adanya pembagian pekerjaan bagi pegawainya untuk berkembang.

2. Adanya kesempatan bagi pegawainaya untuk berkembang.

3. Ikut serta dalam pengambilan pengambilan keputusan dan adanya kerjasama yang

baik diantara pegawai.

Sedangkan keburukan adalah sebagai berikut :

(24)

2. Sukar untuk menga tour of duty atau tour of area tampa melalui pendidikan yang

intensif.

3. Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar dilaksanakan karena karyawan

mementingkan bidangnya saja

Ciri-ciri dari organisasi ini adalah:

1. Membidangi tugas secara jelas dan tugas dapat dibedakan

2. Dalam melaksanakan tugas tidak banyak memerlukan koordinasi karena bidang

tugasnya sudah jelas. Koordinasi di titik beratkan pada eselon atas.

3. Pembagian unit-unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas.

4. Organisasi Garis, Staf dan Fungsional (Line, Fungtional and Staff Organization) Organisasi ini merupakan kombinasi dari organisasi “garis, fungsional,dan staf, serta

fungsional ini dilakukan dengan cara menggabungkan kebaikan dan menghilangkan

keburukan daripada ketiga tipe organisasi tersebut. Dengan demikian cocok untuk dipakai

pada suatu organisasi yang benar dan kompleks.

5. Organisasi Komite (Committee Organization)

Organisasi komite adalah arganisasi yang masing-masing anggota mempunyai

wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasai komite mengutamakan

pimpinan artinya dalam organisasi terdapat pimpinan “kolektif/presidium/plural/executif”

dan komite ini bersifat manajerial. Organisasi komite ini ada yang bersifat “sementara”.

(25)

2. Wewenang semua anggota sama besanya

3. Tugas pimpinan dilaksanakan secara kolektif dan tanggung jawabnya pun secara

kolektif .

4. Para pelaksana dikelompokan menurut bidang/komisis tugas tertentu yang harus

dilaksanakan dalam bnentuk gugus-gugus.

5. Keputusan merupakan keputusan semua anggota.

1.5.2.Efektivitas Pelayanan Kesehatan 1.5.2.1.Pengertian Efektivitas

Dilihat dari segi keberhasilan bahwa organisasi yang berhasil mencapai

tujuannya, namun belum tentu terlaksana dengan efektivitas kerja yang baik.

Efektivitas menurut Partanto (1994 :128 ) dalam Kamus Ilmiah Populer

disebut dengan istilah “Efektivitas”, yang berasal dari kata dasar “efek”., yang

mempunyai arti “akibat” atau “hasil”. Jadi kalau melakukan sesuatu usaha itu harus

diharapkan akan ada atau menghasilkan suatu akibat tertentu, dan akibat yang

diharapkan itu tercapai, berati usaha tersebut efektif.

Untuk lebih jelasnya pengertian mengenai efektivitas, akan dijelaskan

berdasarkan rumusan dari para ahli. Adapun rumusan tersebut akan diuraikan

dibawah ini.

Siagian, (1983 : 151) mengatakan :‘Efektivitas kerja berati penyelesaian

pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, apakah pelaksanaan itu

diselesaikan dan tidak terutama menjawab pertanyaan dan berapa biaya yang

(26)

Dari pendapat siagian diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berkaitan

dengan masalah waktu, satu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut

berhasil sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau dengan kata lain tepat waktu.

Suatu kegiatan tidak efektif apabila kegiatan tersebut tidak diselesaikan pada

waktunya.

Kemudian Widjaja (1987 : 79) memberikan defenisi “efektif adalah : berhasil

guna, atau tepat guna. “Efektivits adalah pencapaian sasaran menurut perhitungan

terbaik mengenai suasana dagang dan kemungkinan membuat laba atau keuntungan.”

Sementara Handayaningrat (1983 : 16) mengatakan :“Efectiveness is a

mensuring in term of stataining prescribebed goals or objectives”. (efetivitas adalah

pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya”.

Selanjutnya perlu pula diperhatikan pendapat dari Sarwoto (1987 : 95) tentang

efektivitas yaitu :“Efektif atau berhasil guna adalah pelayanan yang baik, corak

maupun mutunya, dan kegunaannya benar sesuai dengan kebutuhan lini dalam

mencapai tujuan organisasi”.

Untuk melengkapi pengertian efektivitas secara mendasar Mochdarsyah

Sinugan (1992 : 15) menjelaskan konsep efektivitas berdasarkan pendapat para ahli

dalam empat kelompok yaitu :

1. Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara teori-teori organisasi

2. Menganggap efektivitas sebagai perbandingan/tingkatannya dimana sasaran yang

(27)

3. Untuk memahami efektivitas adalah “efektivitas eksternal” output dan eveluasi

satu unit input, konsep ini pada prinsipnya tidak berbeda dengan pendekatan yang

disebutkan pertama.

4. Kemampuan sistem untuk tetap berlansung, teradapatasi dan berkembang

Tanpa memperdulikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai

Bedasarkan pendapat para sarjana diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan

bahwa efektivitas berhubungan dengan hasil yang dicapai dalam suatu rencana yang

telah ditentukan terlebih dahulu. Oleh karenanya, tindakan yang efektif dapat

dikatakan sebagai suatu tindakan dalam usaha untuk mencapai tujuan dengan tidak

memperhatikan bagaimana cara yang ditempuh.

Dengan demikian dalam melaksanakan kegiatan di dalam suatu organisasi

hendaknya efektivitas harus benar-benar diperhatikan sebagai hasil dari suatu

pekerjaan agar dapat diperoleh hasil pekerjaan secara maksimal.

Didalam hal ini kegiatan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

dapat dilihat dari :

1. Pencapaian Tujuan

2. Ketepatan Waktu

3. Manfaat

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efativitas

pelayanan kesehatan adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,. Adanya

ketentuan waktu dalam memberikan pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan

oleh masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan padanya.

(28)

Secara umum pelayanan dapat diartikan dengan melakukan pembuatan yang

hasilnya ditujukan untuk kepentingan orang lain, baik perorangan, kelompok atau

masyarakat. Menurut Moenir (1992 : 16) pelayanan adalah proses pemenuhan

kebutuhan melalui aktivitas orang lain. Sedangkan pengertian pelayanan kesehatan

merupakan salah satu bidang dalam pelayanan kesehatan sosial dalam arti luas. Dan

menurut Azwar (1995 : 1) pelayanan dalam bidang kesehatan dapat diartikan sebagai

setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama dalam satu organisasi

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan,keluarga, kelompok dan ataupun

masyarakat.

Dalam pengertian ini, pelayanan kesehatan disamping sebagai suatu usaha

untuk memperbaiki kesejateraan masyarakat, sekaligus juga dalam rangka usaha

pembinaan, pengembangan pemanfaatan sumber daya manusia.

Jenis Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan pendapat Azwar (1983 : 42) ada 3 (tiga) jenis pelayanan

kesehatan yang ada dalam masyarakat yaitu :

1. Pelayanan kesehatan pada tingkat pertama (primary health care). Yang dimaksud

dengan pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan

pelayanan yang bersifat dasar.

2. Pelayanan tingkat kedua (secondary health care) yaitu pelayanankesehatan yang

lebih mengutamakan pelayanan spesialis dan bahkan kadang-kadang sub spesialis

(29)

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertierry health care) yaitu pelayanan

kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis serta sub spesialis yang lebih

luas.

Pelayanan kesehatan tingkat dasar dilakukan secara bersama-sama oleh

masyarakat dan ditulang punggungi oleh tenaga medis. Tenaga medis, dalam hal ini

sepertidokter umum atau para medis dengan sifat pelayanan berobat jalan (ambulatory

service). Jangkauan pelayanan berobat jalan dipengaruhi oleh peningkatan upaya

kesehatan dan kesadaran masyarakat untuk berobat.

Pelayanan tingkat dasar berhubungan erat dengan usaha masyarakat untuk

mencari pengobatan sendiri. Dalam pengobatan tingkat dasar ini beberapa upaya

pengobatan jalan dapat dilakukan seperti :

1. Pembinaan dan pengarahan yang baik tentang cara-cara berobat tradisonal, yang

dilaksanakan terus menerus bagi masyarakat.

2. Upaya pelayanan akan lebih lancar jika kemampuan ekonomi masyarakat

berkembang, pemanfaatan obat-obatan ditingkatkan, serta pengarahan dan motivasi

untuk mengobati sendiri penyakit-penyakit ringan dengan penggunaan obat-obatan

modern, sederhana maupun obat-obatan tradisional yang telah diuji coba.

Pelayanan sekunderi (secondary health care) dilaksanakan oleh dokter

spesialis terbatas, serta sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau rawat

(impatient service). Sedangkan pelayanan tingkat tertier (tertiary health care)

dilakukan oleh dokter spesialis dan sub spesialis dilaksanakan oleh dokter spesialis,

yang sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau rawat.

(30)

Pada hakekatnya, tujuan pelayanan kesehatan tidak berbeda dari tujuan

pelaksanaan pembangunan kesehatan secara luas. Dalam pemikiran dasar Sistem

Kesehatan Nasional (SKN) dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan merupakan

cita-cita bangsa, yaitu agar tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

yang berakibat kepadaterwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal

sebagai salah satu untuk kesejateraan umum yang merupakan bagian dsri tujuan

nasional.

Dalam usaha memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tujuan

pelayanan kesehatan itu dapat dibagi atas 3 golongan, yaitu :

1. Pencegahan (Preventif)

Pelayanan kesehatan pada hakekatnya memberi penekanan pada upaya untuk

mencegah terjadinya atau gangguan kesehatan lainnya. Bahkan pencegahan mendapat

tempat yang utama karena dengan pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik

serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pengobatan maupun

rehabilitasi.

Pencegahan sebagai strategi pemeliharahan dan peningkatan kesehatan

masyarakat, ditempuh dengan usaha-usaha seperti :

1. Untuk orang yang sehat : yakni untuk memenuhi permintaan pemeriksan kesehatan

ataupun dalam rangka mendeteksi kelainan sedini mungkin.

2. Untuk orang yang khawatir akan kesehatannya seperti melayani permintaan

pemeriksaan kesehatan Azwar (1983 : 28)

Pelayanan kesehatan yang bersifat pencegahan terutama ditujukan untuk

(31)

bahwa didalam masyarakat yang mengalami perubahan yang berlansung cepat, upaya

pencegahan ditekankan pada tingkah laku dan kegiatan untuk membagun kesehatan

yang optimal.

Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang terbatas diperuntukan terutama

dalam rangka pencegahan. Oleh sebab itu “upaya pengehan ini memperoleh perhatian

besar dibanyak negara. Selain itu juga karena penerapannya memungkinkan

penggunaan secaraefektif sumber-sumber yang terbatas, sedangkan lingkup

intervensinya luas”. Soetarso (1982 : 13).

Pelayanan kesehatan dalam fungsi pencegahan ini disamping merupakan

usaha untuk mempertinggi nilai kesehatan sekaligus juga untuk memberikan

perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific Protection).

2. Pengobatan (Curative)

Mengobati Penderita yang sakit adalah salah satu usaha yang amat penting

dalam setiap bentuk pelayanan kesehatan. Untuk tujuan pengobatan diberikan bila

suatu masalah atau gangguan kesehatan terjadi diakibatkan oleh kegagalan

seseorang,keluarga, kelompok dan kesatuan masyarakat untuk melaksanakan

peranannya atau tugas-tugas secara memadai dan normal. Pengobatan dalam

pelayanan kesehatan sebagai suatu bentuk dari pelayanan sosial bertujuan untuk

meniadakan hambatan atau masalah-masalah sosial yang ada.

Pengobatan yang terlambat menyebabkan beberapa hal yang kurang

menguntungkan seperti usaha menyembuhkan menjadi lebih sulit bahkan mungkin

tidak dapat sembuh lagi atau memungkinkan akan terjadinya kecelakaan lebih besar.

(32)

sakit sembuh lama dibandingkan dengan pengobatan yang diterimanya semenjak

kenak sakit atau biaya perawatan akan menajadi semakin banyak /semakin besar.

Pengobatan dimaksudkan menegakkan diagnosa penyakit sedini mungkin

untuk diberikan pengobatan yang tepat (ealy diagnosis and prompt treatment).

Sumarnonugroho (1984 : 43)

Tujuan dari pengobatan dapat bersifat respresif, artinya menekan agar

gangguan kesehatan yang timbul tidak makin parah dan tidak menjalar.

3. Pemulihan (Rehabilitation)

Pemberian pelayanan untuk tujuan rehabilitasi adalah usaha untuk

mengembalikan bekas penderita sesuatu penyakit ketengah-tengah masyarakat.

Rehabilitasi diamsumsikan agar orang itu dapat kembali menjalankan fungsinya

sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya sendiri, keluarga maupun

masyarakat dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pemulihan

atau rehabilitasi terutama untuk menamkan dan menumbuhkan fungsionalitas kembali

dalam diri orang maupun anggota masyarakat. Sumarnugroho, (1984 : 43)

Dengan rehabilitasi dapat diharapkan mengembangkan potensi dalam rangka

lebih meningkatkan fungsionalitasnya sehingga dapat secara produktif.

Pelayanan kesehatan dengan tujuan rehabilitasi atau pemulihan dapat dibagi

kedalam empat bidang, seperti yang dikemukan oleh Indan Entjang (1982 : 28-29)

berikut :

1. Rehabilitasi fisik, yaitu agar bekas penedrita memperoleh perbaikan fisik

(33)

2. Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat meneyesuaikan diri dalam

hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersman dengan

terjadinya cacat badanaiah muncul pula kalaianan-kelainan atau ganagguan mental.

Untuk itu bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali

kemasyarakat.

3. Rehabilitasi social vokasional, yaitu agar bekas penederita menepati suatu

pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya.

4. Rehabilitasi aestheis, yaitu usaha untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun

kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan.

Prinsip “lebih baik mencegah daripada mengobati apalagi merehabilitasi”

dalam pelayanan sosial, termasuk bidang medis, oleh karena para ahli pekerjaan sosial

lebih diperdengarkan.

Ketiga hal diatas, dimaksudkan agar setiap warga masyarakat dapat mencapai

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani, maupun kesehatan

sosial serta diharapkan berumur panjang.

1.5.2.3. Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan

Setelah penulis menguraikan pengertian struktur organisasi dan efektivitas pelayanan

kesehatan, maka senjutnya penulis menjelaskan pengaruh struktur organisasi terhadap

efektivitas pelayanan kesehatan.

Menurut Steers (1985 : 71) ada enam faktor yang mempergaruhi beberapa segi dari

efektivitas organisasi. Keenam factor tersebut serta uraiannya adalah :

(34)

Yang dimaksud dengan desentralisasi adalah batas perluasan bagi jenis kekuasaan dan

wewenang dari atas kebawah dalam hierki organisasi. Dengan demikian pengertian

desentralisasi berhubungan erat dengan konsep partisipasi dalam pengambilan

keputusan. Makin luas desentralisasi oragnisasi sebuah oraganisasi makin luaslah

ruang lingkup para pekerja. Bawahan dapat turut serta dalam memikul tanggung

jawab atas keputusankeputusan mengenai. Pekerjaan meraka dan kegiatan mendatang

dari organisasinya.

2. Spesialisasi Tugas

Spesialisasi mengakibatkan peningkatan efektivitas, karena spesialisasi

memungkinkan setiap pekerja mencapai keahlian dibidang tertentu sehingga dapat

memberikan sumbangan secara maksimal pada kegiatan kearah tujuan.

3. Formalisasi

Fomulasi biasanya menunjukan batas penentuan atau pengaturan kegiatan pekerja

para pegawai melalui prosedur dan peraturan yang resmi. Jadi bila formalisasi telah

diterapkan dalam kehidupan para pegawai, maka efektivitas akan tercapai

4. Rentang Kendali

Rentang kendali menyatakan jumlah rata-rata bawahan dari tiap penyelia. Dengan

jumlah dari masing-masing bawahan dapat dilakukan rentang kendali sehingga

memungkinkan untuk meningkatkan efektivitas.

5. Ukuran (Besarnya) Organisasi

Telah banyak perhatian dicurahkan pada masalah bagaimana besarnya ukuran

organisai dapat mempengaruhi berbagai aspek dari keberhasilan organisasi.

(35)

dengan peningkatan efesiensi. Factor-faktor seperti pengertian pempinan yang teratur,

berkurangnya biaya tenaga kerja dan pengenalan llingkungan dianggap sebagai aspek

yang mempengaruhi efetivitas pelaksanaan pekerjaan.

6. Ukuran (Besarnya) Unit Kerja

Berdasarkan unit kerja juga mempengaruhi efektivitas, karena diantara para pekerja

saling mengenal lebih baik akan membina persahabatan dan membangun persatuan

kelompok dengan erat.

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa aspek struktur organisasi dapat

mempenagaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas organisasi.

Struktur organisasi yang disusun untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam

hal ini bidang kesehatan akan tercipta dengan baik bila disesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang dihadapi untuk menjalankan mekanisme pelayanan dengan efisien dan efektif.

Dengan demikian, struktur organisasi memegang peranan yang penting dalam hal

pemberian kesehatan kepada masyarakat. Karena struktur oragnisasi yang jelas akan

mempermudah setiap organisasi untuk memahami posisinya. Pihak /bagian mana yang akan

membantu dalam melaksanakan tugas, dan kepada siapa harus memberikan pertanggung

jawaban atas tugas yang jelas serta didukung dengan tenaga ahli dan trampil. Peraturan juga

memegang peranan utama serta jumlah pegawai yang memadai akan menambah terciptanya

efektivitas kerja yang diharapkan.

1.5.2.4.Pusat Kesehatan Masyarakat ( PUSKESMAS)

Konsepsi pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) secara histories

(36)

Jakarta. Sebelum organisasi ada, sistem pelayanan di Indonesia masih bersifat kuratif

belaka dan berjalansecara sendiri-sendiri. Pemberian bantuan kesehatanpun masih

diselenggarakan secara terpisah-pisah, misalnya :

- Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) berfokus pada pelayanan ibu, bayi dan anak.

- Balai Pengobatan (BP), yakni melayani pada bidang pengobatan penyakit.

Sistem pelayanan kesehatan yang terpisah ini membawa pengaruh yang

menghambat tujuan pembangunan kesehatan, karena yang mendapat pelayanan masih

terbatas pada orang yang mampu ekonominya. Untuk itu, usaha-usaha pemberian

pelayanan yang terpadu dan menyeluruh kemudian disatukan dalam satu wadah

pelayanan kesehatan masyarakat yang disebut dengan pusat kesehatan masyarakat

(PUSKESMAS).

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang lasung

memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam bentuk

usaha-usaha kesehatan pokok.

Untuk merealisasikan tanggung jawab itu, puskesmas mempunyai tugas pokok

antara lain :

1. Menjaga dan meningkatkan kesehatan anggota masyarakatnya. Dengan demikian

akan miningkatkan status kesehatan masyarakat dan mengurangi penderita sakit.

2. Menggerakan/membimbing anggota msayarakat untuk secara aktif berpartisipasi di

bidang kesehatan dan kegiatan-kegaiatan pembangunan, yang merupakan bagian

integrasi dari pembangunan social secara menyeluruh di wilayah kerjanya.

(37)

Kegiatan-kegiatan pokok puskesmas yang diselenggarakan oleh puskesmas

sejak berdirinya semakin berkembang, mulai dari 7 usaha pokok kesehatan, 12 usaha

pokok kesehatan, namun yang dapat dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan

kemampuan yang ada dari tiap-tiap puskesmas baik dari segi tenaga, fasilitas dan

biaya atau anggaran yang tersedia.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan Puskesmas menjalankan beberapa

usaha, kegiatan pokok yang meliputi 12 program kesehatan dikutif dari Nasrul

Effendy (1995 : 38) sebagai berikut :

1. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA)

2. Upaya Keluarga Berencana (KB)

3. Upaya Perbaikan Gizi

4. Upaya Kesehatan Lingkungan

5. Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Upaya Kesehatan Masyarakat

7. Upaya Kesehatan Sekolah

8. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat

9. Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut

10. Upaya Kesehatan Sekolah

11. Upaya Laboratorium Serhana

(38)

Untuk melaksanakan fungsi, kegiatan, pelayanan, dan pembinaan serta

pengembangan peran serta/swadaya masyarakat maka peranan petugas puskesmas

dikemukan seperti berikut:

1. Membina dan memelihara hubungan baik

2. Bertindak sebagai katalisator

3. Berperan sebagai penasehat teknis

4. Membentu masyarakat menggali sumber daya

5. Memberikan dorongan

(http :// www.warta puskesmas 2007)

Dalam menjalankan pelayanan kepada masyarakat puskesmas mempunyai

fungsi utama dalam sistem pelayanan yang disebut dengan sistem rujukan (relasi

sitem). Sistem rujukan ini merupakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik

terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti unit

yang berkemampuan kurang kepada unit yang setingkat kemampuannya. Tujuan

sistem ini adalah untuk mendekatkan pelayanan dengan penderita atau masyarakat.

I.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara tentang suatu rumusan

masalah penelitian yang kebenarannya perlu diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Suatu

hipotesis dapat dianggap benar apabila disertai dengan fakta – fakta atau bukti- bukti yang

nyata.

Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah:

1. Hipotesis kerja (Ha)

Hipotesis kerja adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X

(39)

adalah “Terdapat pengaruh antara struktur organisasi dengan efektivitas

pelayanan kesehatan” 2. Hipotesis nol (H0)

Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara

dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis

nol dari penelitian ini adalah “Tidak terdapat pengaruh antara struktur organisasi

terhadap efektivitas organisasi”

I.7 Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (2006: 33), konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan

untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu

yang menjadi perhatian ilmu sosial. Untuk menghindari kesalahan dari pemaknaan terhadap

konsep maka perlu ada batasan-batasan dalam memahami suatu konsep dengan cara

mendefinisikan kosep secara jelas.

Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep dari

penelitian ini adalah:

1. Struktur organisasi adalah ranka yang menunjukan keseluruhan tugas pekerjaan

untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antar fungsi-fungsi serta wewenang dan

tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi yang mengemban tiap-tiap pekerjaan itu.

2. Efektivitas pelayanan kesehatan adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan

waktu serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan yang diberikan kepadanya.

(40)

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur

suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan

bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 2006: 46). Melalui pengukuran

ini dapat diketahui indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisis dari

variabel-variabel tersebut.

Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam

bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan dalam operasional dari sudut penelitian.

Adapun yang menjadi definisi operasinal dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel bebas (X), Struktur Organisasi diukur/diteliti melalui indikator-indikator,

sebagai berikut:

1. Pembagian Tugas

• Perincian tugas yang jelas, misalnya bagian administrasi melaksanakan

aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari (rutin)

• Beban kerja yang merata, minsalnya dibidang KIA dimana kepala

puskesmas dibantu oleh bidan dan perawat sesuai dengan tanggung

jawab.

2. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab

• Mempercayai pegawai yang diserahi wewenang, misalnya kepala

puskesmas memberikan delegasi kepada bawahannya.

• Menerima saran-saran dari bawahannya demi terciptanya efektivitas

pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

• Melakukan evaluasi terhadap wewenang yang dilimpahkan dimana

dalam hal ini bawahan harus mempertaggung jawabkan pekerjaan

(41)

3. Koordinasi, adanya kesatuan sikap dan kerjasama diantara pegawai dan

kesatuan untuk saling membantu serta memberikan saran bila diperlukan.

4. Hubungan Antar Bagian Yaitu, bentuk hubungan antar bagian yang satu

dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan.

2. Variabel terikat (Y), Efektivitas Pelayanan Kesehatan diukur/diteliti dengan

indikator – indikator sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan

Yaitu Pelayanan kesehatan dikatakan efektif apabila telah tercapai tujuan

dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya. • Meningkatkan pelayanan kesehatan

• Memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

2. Ketepatan Waktu

Yaitu, kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah di

tetapkan.

• Jadwal pelayanan yang teratur

• Prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit

• Respon petugas terhadap pelayanan yang bersifat cepat dan tepat

waktu

3. Manfaat

Yaitu masyarakat benar-benar merasakan adanya manfaat kesehatan dengan

menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada. • Meningkatkan derajat kesehatan pasien

• Berkurangnya keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

(42)

I.9 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil

penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi dan struktur organisasi. BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisanya berdasarkan metode yang digunakan.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab-bab sebelumnya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkannya.

BAB II

(43)

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah korelasional

dengan pendekatan kuantitatif. Adapun metode korelasional adalah metode penelitian yang

meneliti hubungan antara variabel-variabel yang ada. Metode korelasional bertujuan meneliti

sejauh mana variabel yang satu memiliki hubungan sebab akibat dengan variabel yang lain.

Karena penelitian ini menghubungkan dua variabel saja, maka korelasionalnya di sebut

korelasi sederhana.

2.2 Lokasi Peletian

Penelitian ini berlokasi di Puskesmas Kotanopan kabupaten Mandailing Natal (jl.

Sawahan Kelurahan Pasar Kotanopan)

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa manusia,

benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber data yang

memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Adapun yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah pegawai pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten

Mandailing Natal yang berjumlah 48 orang.

2.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai refresentatif dari

seluruh populasi, sehingga kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi.

Menurut Arikunto, bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil

keseluruhannya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jadi sampel

(44)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan dan data-data yang

diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

2.4.1Teknik Pengumpulan Data Primer.

Yaitu, teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi

penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data primer dilakukan

dengan cara :

1. Kuesioner (Quitionary), yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan

dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan beberapa

alternatif jawaban yang sudah tersedia.

2. Observasi (Observation), yaitu kegiatan mengamati secara langsung dengan

mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan serta menjaring data yang

tidak terjangkau

2.4.2 Teknik Pengumpulan Data Sekunder.

Yaitu, pengumpulan data dan informasi yang diperlukan/diperoleh

melaluicatatan-catatan tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

1. Penelitian Kepustakaan (Library research), yaitu pengumpulan data yang

diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat para ahli yang memiliki

relevansi dengan masalah yang diteliti.

2. Studi Dokumentasi (Documentary), yaitu teknik yang digunakan dengan

menelaah catatan tertulis, dokumen, arsip yang menyangkut masalah yang

diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait.

(45)

Melalui penyebaran angket yang berisikan beberapa pertanyaan, maka ditentukan

skor dari setiap jawaban sehingga menjadi data yang bersifat kuantitatif. Teknik pengukuran

skor atau nilai yang digunakan dalam penelitian ini adalah memakai skala Likert untuk

menilai jawaban kuesioner.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk jawaban alternatif “a” diberi skor 5.

2. Untuk jawaban alternatif “b” diberi skor 4.

3. Untuk jawaban alternatif “c“ diberi skor 3.

4. Untuk jawaban alternatif “d“ diberi skor 2.

5. Untuk jawaban alternatif “e“ diberi skor 1.

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden dari masing-masing

variabel apakah tergolong tinggi, sedang, rendah, terlebih dahulu ditetapkan kelas

intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden, ditentukan kelas

intervalnya dengan perhitungan, sebagai berikut :

������������� − �����������ℎ �����������������

Maka diperoleh:

5−1

5 = 0,8

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing

variabel, yaitu

Skor untuk kategori sangat rendah = 1.00 – 1.80

Skor untuk kategori rendah = 1.81 – 2.61

(46)

Skor untuk kategori tinggi = 3.43 – 4.23

Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.25 – 5.00

2.6 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuantitatif yang

digunakan untuk menguji hubungan/pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat

dengan menggunakan perhitungan statistik.

2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Cara ini dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya dan besar kecilnya

hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat (Sugiyono, 2005:212). Cara

perhitungannya menggunakan rumus sebagai berikut:

���

=

�.∑ �� −(∑ �)(∑ �)

�{�.∑ �2−(∑ �)2}{�.∑ �2−(∑ �)2)}

Ketarangan

rxy =Koefisien korelasi antara gejala x dan y

N = Jumlah Sampel

∑ � = Jumlah skor x

∑ � = Jumlah skor y

∑ � � =Jumlah hasil kali antara x dan y

Dari hasil perhitungan tersebut akan memperlihatkan

kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:

(47)

kedua variable yang diuji tidak ada.

b. Koefisien korelasi yang diperoleh positif (r = +)berarti kenaikan nilai

variable yang satu, diikuti nilai variable yang lain dan kedua variable

memiliki hubungan positif.

c. Koefisien korelasi yang diperoleh negative (r = -) berarti kedua variable

negative dan menunjukan meningkatnya variable yang satu diikuti

menurunya variabel yang lain.

Interpretasi dari korelasi tersebut menurut ukuran yang konservatif adalah

sebagai berikut.

Interprestasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Tinggi

0,80 – 1,000 Sangat Tinggi

Sumber : Sugiyono (2005:214)

Jika nilai r yang diperoleh lebih besar atau sama dengan nilai r dalam table,

maka nilai r yang diperoleh itu signifikan. Dan sebaliknya, jika nilai r yang

diperoleh lebih kecil dari nilai r dalam table, maka nilai r yang diperoleh tidak

signifikan.

(48)

Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui seberapa besar

(persentase) pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel bebas terhadap variabel

terikat. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

D = (rxy)

2

x 100%

Keterangan

D = koefisien determinan

rXY = koefisien korelasi product moment

2.6.3. Koefisien Regresi

Pengertian regresi secara umum adalah sebuah alat statistik yang memberikan

penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua variabel atau lebih.Tujuan

utama dalam penggunaan analisis ini adalah untuk meramalkan atau menduga nilai

dari satu variabel dalam hubungannya dengan variabel yang lain yang diketahui

melalui persamaan garis regresinya.

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear

Berganda (Multiple Regression Analysis) dengan persamaan sebagai berikut:

Y= a + b1X1 + b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+e

X4 = Pertanggungjawaban

X5 = Kewajaran

a = Konstanta

E = Error

(49)

Untuk menguji keberartian koefisien antara variabel, digunakan uji statistik t

dengan rumus :

t = r

�√�−2 √1−�2

( Sutrisno hadi, 2001:365 ) kriteria pengujian adalah:

- Jika harga t hitung < t tabel maka hipotesis alternatif ditolak.

- Jika harga t hitung > t tabel maka hipotesis alternatif diterima.

2.6.3.2. Uji F

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen atau terikat. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh

semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara

bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat keyakinan 95% (a = 0,05).

Uji hipotesis ini dilakukan dengan membandingkan signifikasi F hitung dengan

ketentuan:

- Jika signifikasi t hitung < 0,05, maka H1 diterima

- Jika signifikasi t hitung > 0,05, maka H1 ditolak

(50)

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1.Letak Geografis

Secara geografis Puskesmas Kotanopan terletak di :

Jalan :Sindanglaya no. 15

Kelurahan : Pasar Kotanopan

Kecamatan : Kotanopan

Kabupaten : Mandaling Natal

Provinsi : Sumatera Utara

Puskesmas Kotanopan terletak di kelurahan Pasar Kotanopan kecamatan Kotanopan

kabupaten Mandailing Natal. Di tandai dengan sarana perhubuhngan berupa jalan yang sudah

diaspal dan dapat dilalui oleh kenderaan roda dua dan roda empat serta kenderaan roda lain.

Sebagian besar desa dalam wilayah kerja puskesmas Kotanopan sudah dapat dijangkau

dengan roda dua maupun dengan roda empat.

Jika dilihat wilayah kerja puskesmas Kotanopan mencakup 36 desa dan 3 kelurahan

dengan luas wilayah 32.514 Km2 dengan batas – batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Muara Sipongi • Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ulu Pungkut

• Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tambangan

• Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Panyabungan Timur

Berdasarkan besarnya jumlah penduduk kecamatan Kotanopan berjumlah 29.809 jiwa

Gambar

Tabel 3.1 JUMLAH RUANGAN KAMAR PUSKESMAS KOTANOPAN MENURUT
Tabel 3.2 JUMLAH SARANA KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTANOPAN MENURUT
Tabel 3.3 JUMLAH PERALATAN MEDIS DI PUSKESMAS KOTANOPAN MENURUT
Tabel 3.4 JUMLAH PEGAWAI PUSKESMAS KOTANOPAN MENURUT PENDIDIKAN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa elang jawa paling sering menggunakan tipe habitat utamanya adalah hutan alam dataran rendah dengan sebaran terkelompok pada hutan

Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk memutuskan keefektifan ventilasi atau

profitabilitas perusahaan yang semakin tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang semakin tinggi, sehingga entitas mampu untuk meningkatkan

Dalam hal jenis kegiatan yang berdasarkan adat istiadat , asal usul dan kewenangan local berskala Desa lainya sesuai dengan prakarsa masyarakat , kebutuhan dan kondisi

Tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah untuk menganalisis pengembangan program homestay sebagai usaha pengembangan Desa Wisata Kandri dilihat dari tiga komponen

Berdasarkan literatur penelitian diatas terhadap tumbuhan daun jambu air Syzygium aqueum (Burm. F), maka penulis tertarik untuk mengetahui kandungan metabolit

Cap Instansi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, digunakan untuk naskah dinas yang ditandatangani oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Madya atas nama Menteri

[r]