PROPOSAL RISET
ANALISA KEPATUHAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Oleh:
Nama : Vicky Fran Siallagan
NIM : 122600001
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, karena
atas pertolongan dan penyertaan-Nya, Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan
baik. Adapun tujuan penulisan proposal ini adalah untuk memenuhi syarat
menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, yang berjudul
“ANALISA KEPATUHAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”.
Dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini penulis mengalami banyak
kesulitan, namun banyak bantuan berupa moral maupun materil yang penulis
terima, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar – besarnya
kepada :
1. Bapak Prof. Dr.Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs.Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Patar Hutabarat selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
dan telah memberikan pengarahan kepada penulis selama proses
ii
4. Kepada seluruh dosen dan pegawai Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
5. Kepada kedua orang tua atas kasih sayang yang sangat luar biasa sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Kepada kakak Vinny Alvionita Siallagan yang sudah banyak membantu
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Kepada teman – teman di Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, atas dukungan
dan kerjasama dalam menyusun Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari proposal ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk penulisan yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Semoga proposal
ini dapat memberikan nilai-nilai yang positif bagi para pembaca.
Medan, 8 Juli 2015
Penulis
Vicky Fran Siallagan
iii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang PKLM ... 1
B.Tujuan dan Manfaat ... 3
C.Uraian Teoriti ... 6
D.Ruang Lingkup PKLM ... 9
E. Metode PKLM ... 10
F. Metode Pengumpulan Data ... 12
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A.Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ... 13
B.Visi Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ... 15
C.Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ... 17
iv
BAB III GAMBARAN DATA SPT MASA PPh PASAL 21
A.Teori Perpajakan Secara Umum ... 29
1. Sistem Pemungutan Pajak ... 29
2. Asas Pemungutan Pajak ... 30
3. Tarif Pajak ... 31
B.Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 21 ... 31
1. Ketentuan Umun ... 32
2. Jangka Waktu Pelaporan dan Sanksi ... 32
3. Saat Mulai Digunakan ... 33
4. Bukti Potong Pegawai Tetap ... 34
5. Nomor Induk Kependudukan dan Passport ... 35
6. Daftar Setoran Pajak ... 35
7. Daftar Biaya Usaha ... 36
C.Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ... 36
1. Ketentuan ... 36
2. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 43
v
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
A.Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 47
1. Wajib Pajak Terdaftar dan Wajib PPh Pasal 21 ... 47
2. Bayar dan Lapor SPT PPh Pasal 21 Pada Tahun Pajak 2012 ... 50
3. Bayar dan Lapor SPT PPh Pasal 21 Pada Tahun Pajak 2013 ... 52
4. Bayar dan Lapor SPT PPh Pasal 21 Pada Tahun Pajak 2014 ... 54
5. Target dan Realiasasi Penerimaan PPh Pasal 21 KPP Pratama Medan Timur ... 56
B.Kendala - Kendala Dalam Pembayaran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Bila dilihat sekilas ke belakang, perkembangan perekonomian di Negara
Indonesia tidak stabil, atau mengalami maju mundur. Banyak upaya yang sudah
dilakukan pemerintah untuk memajukan perekonomian dangan mendukung
pelaksanaan Pembangunan Nasional, seperti terdapat pada APBN yang berasal
Dalaam Negeri dan Luar Negeri.
Pengaruh yang bisa kita rasakan adalah tingginya tingkat persaingan
dalam mencari pekerjaan. Tentunya hal ini mendorong kita untuk semakin
berupaya keras lagi dalam mendapatkan pekerjaan di tengah persaingan yang
ketat.
Seperti yang sudah kita ketahui dan dipelajari di awal semester, Pajak
merupakan iuran wajib yang bayar oleh wajib pajak kepada negara berdasarkan
undang - undang yang dapat dipaksakan, dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran - pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pembangunan di segala bidang. Adapun diantaranya
Di Indonesia salah satu sistem yang digunakan untuk memungut pajak
ialah sistem self-assessment, dimana dalam sistem self-assessment wajib pajak
diberikan wewenang untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri
terutang pajaknya.
Dalam sistem ini wajib pajak diwajibkan melaporkan secara teratur
jumlah pajak yang terutang dan setelah dibayar sebagaimana ditentukan dalam
perundang - undangan perpajakan yakni dengan surat pemberitahuan (SPT)
sebagai medianya. Adapun fungsi surat pemberitahuan (SPT) adalah sebagai
sarana wajib pajak untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan
jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan laporan tentang pemenuhan
pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu tahun pajak atau
bagian tahun pajak.
Jenis - jenis surat pemberitahuan (SPT) ada beberapa macam, salah satu
diantaranya adalah SPT Masa PPh pasal 21. SPT ini merupakan bentuk kerja
sama antara wajib pajak dengan Dirjen Pajak untuk menentukan besarnya jumlah
pajak terutang.
Adapun yang dimaksud dengan mengisi SPT adalah mengisi formulir
SPT secara benar, jelas, lengkap dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan
mengenai perhitungan jumlah pajak yang terutang berdasarkan ketentuan
peraturan Perundang - undangan perpajakan. Pengisian SPT yang tidak benar
yang berakibat timbulnya kerugian bagi negara akan dikenakan sanksi pidana
3
Namun pada kenyataannya sampai sekarang ini, masih banyak Wajib
Pajak yang belum memahami tentang tata cara pengisian SPT, dan juga masih
banyak Wajib Pajak yang belum menyampaikan SPT dengan benar sesuai dengan
peraturan perundang - undangan perpajakan yang diakibatkan karena kurangnya
informasi yang di peroleh Wajib Pajak. Oleh karena itu, tingkat kepatuhan Wajib
Pajak dalam pembayaran dan pelaporan SPT khususnya SPT masa PPh Pasal 21
perlu dimaksimalkan lagi.
Dari yang telah diuraikan diatas, bahwa masih banyak Wajib Pajak yang
belum memahami tentang pelaksanaan pengisian dan penyampaian SPT PPh
Pasal 21, sehingga mempengaruhi tingakt kepatuhan Wajib Pajak dalam
membayar dan melapor pajaknya. Maka penulis tertarik untuk memilih judul
Tugas Akhir yaitu:
“ANALISA KEPATUHAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN
SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”
B. Tujuan dan manfaat PKLM
1. Tujuan PKLM
Di dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adqa beberapa tujuan
yang ingin di dapat. Adapun tujuan tersebut adalah :
a. Untuk mencari pengalaman kerja sebelum memasiki dunia kerja
b. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan pengisian SPT Tahunan
Orang Pribadi yang benar sesuai dengan peraturan perundang -
undangan perpajakan.
c. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan penyampaian SPT Tahunan
Orang Pribadi ke Kantor Pelayanan Pajak.
2. Manfaat PKLM
2.1. Bagi Penulis
a. Sebagai sarana memperoleh kemudahan untuk
memahami/mempelajari mengenai prosedur - prosedur
kerja dan menekuni pekerjaan yang ditetapkan dalam
perusahaan.
b. Sebagai sarana mempersiapkan dan meningkatkan
kemampuan diri sebelum menghadapi dunia kerja.
c. Sebagai sarana perbandingan antara ilmu dan keterampilan
yang di terima selama diperkuliahan dengan kenyataan
yang diperoleh dalam lingkungan kerja.
2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Mandiri Medan Timur
a. Dapat digunakan sebagai bahan refrensi, saran dan masukan
sehingga dapat memberikan pelayanan terbaik kepada
Wajib Pajak.
b. Meningkatkan kerjasama dengan lembaga pendidikan
5
c. Sebagai sarana meningkatkan hubungan baik dan kerjasama
dengan pihak Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan.
2.3. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan USU
a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Program studi
Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur.
b. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah yang
bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu
pengetahuan yang diterima mahasiswa melalui Praktik
Kerja Lapangan Mandiri.
c. Mendapat masukan dan saran untuk perbaikan dan
penyempurnaan kurikulum yang berlaku di program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
d. Dapat meningkatkan profesionalisme, memperluas
wawasan serta memantapkan pengetahuan dan
keterampilan mehasiswa dalam menetapkan ilmu
khususnya di bidang perpajakan.
e. Membuka interaksi antara dosen dengan instansi yang
bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu
C. Uraian Teoritis
1. Definisi dan Ciri-Ciri Pajak
Menurut Rochmat Soemitro pajak sebagai iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa-jasa timbal (kontra – prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan menurut Adriani
pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yanng terutang oleh
mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat
prestasi-kembali yang langsung dapat ditunjuk,dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran umum terkait dengan tugas negara dalam menyelenggarakan
pemerintahan.
Dari definisi pajak tersebut maka disimpulkan bahwa secara umum dan
berdasarkan Undang-Undang Perpajakan Nomor: 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari beragam pengertian pajak diatas
maka pajak memiliki ciri- ciri sebagai berikut :
a. Iuran atau kontribusi wajib rakyat kepada negara
b. Dipungut oleh Pemerintah berdasarkan undang-undang dan memaksa
c. Tanpa jasa timbal atau kontra-prestasi langsung yang dapat ditunjuk
d. Digunakan untuk pengeluaran-pengeluaran umum pemerintahan;
7
2. Fungsi Pajak
Mardiasmo (2008) menjelaskan bahwa ada 2 fungsi pajak yaitu:
a. Fungsi Penerimaan atau Budgeter
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran- pengeluaran negara.
b. Fungsi Mengatur atau Regulerend
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Contoh:
i. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.
ii. Pajak yang tinggi untuk barang- barang mewah untuk mengurangi gaya
hidup yang konsumtif.
iii. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0% utuk mendorong ekspor produk
Indonesia di pasaran dunia.
3. Penggolongan Pajak
Penggolongan pajak dibedakan atas dua jenis yaitu:
a. Berdasarkan Wewenang Pemungutannya terdiri atas dua jenis yaitu :
i. Pajak Negara (Pusat) adalah pajak yang wewenang
pemungutannyadimiliki oleh Pemerintah Pusat. Contohnya adalah
Materai (BM), Pajak Pertambahan nilai dan Pajak atas Penjualan
Barang Mewah (PPnBM).
ii. Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya
dimiliki oleh Pemerintah Daerah. Contohnya adalah Pajak
Kendaraan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Reklame, Pajak Parkir,
Pajak Hiburan, Pajak Restoran dan Pajak Galian Golongan C.
b. Berdasarkan Administrasi dan Pembebanan terdiri atas dua jenis yaitu:
i. Pajak Langsung yang dibagi menurut pengertian secara:
Administrasi : berkohir (surat ketetapan pajak) dan dikenakan
secara berkala berulang pada waktu tertentu misalnya setiap tahun.
Ekonomis : beban pajak harus ditanggung sendiri dan tidak dapat
dilimpahkan kepada orang lain.
Contohnya adalah Pajak Penghasilan (PPh).
ii. Pajak Tidak Langsung, yang dapat dibagi menurut pengertian
secara:
Administrasi: tanpa berdasarkan kohir (surat ketetapan pajak) dan
dikenakan hanya bila terjadi hal atau peristiwa yang terkena pajak
Ekonomis : beban pajak dapat dilimpahkan kepada orang lain .
Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak atas
9
c. Berdasarkan Sasaran
Penggolongan pajak berdasarkan Sasaran dibedakan atas dua yaitu:
i. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang memperhatikan pertama-tama
keadaan pribadi Wajib Pajak, seperti Pajak Penghasilan
ii. Pajak Objektif, yaitu pajak yang memperhatikan pertama-tama
pada objek (benda peristiwa, perbuatan, atau keadilan) yang
menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak, seperti PPN
dan PPnBM.
Di Indonesia Undang-undang Perpajakan terdiri atas dua jenis yaitu:
1. Undang-undang Pajak Formal seperti : Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (UU KUP), Pengadilan Pajak (UU PP), dan
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa(UU PPSP).
2. Undang-undang pajak Material misalnya: Pajak Penghasilan (UU
PPh), Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah (UU PPN
dan PPn BM), serta Bea materai (UU BM).
D. Ruang Lingkup PKLM
Praktik kerja lapangan ini dilakukan dilakukan di KPP Pratama Medan
Timur. Dalam PKL ini penulis ingin memfokuskan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan tentang analisa kepatuhan pembayaran dan pelaporan Surat
Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling mendasar dalam Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini adalah :
1. Proses pembayaran dan pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21.
2. Kendala – kendala dalam proses pembayaran dan pelaporan Surat
Pemberitahuan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
3. Perealisasian dalam meningkatkan kepatuhan pembayaran dan
pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
E. Metode PKLM
Adapun sumber - sumber data yang diperlukan penulis untuk mendukung
pembuatan laporan ini adalah:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari
pengajuan judul, persetujuan judul, pembuatan peroposal, seminar
proposal, penunjukan dosen pembimbing, hingga pada konsultasi dengan
pihak dosen.
2. Studi Literatur
Penulis melakukan dari buku - buku ilmiah atau sumber bacaan lainnya
yang berhubungan dengan Analisa Kepatuhan Pembayaran dan Pelaporan
11
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang
ada pada instansi yang bersangkutan mengenai objek yang hendak diteliti
dengan maksud untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan.
4. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dapat dibagi dua, yaitu:
a. Data Primer
Yaitu dengan malakukan wawancara dan observasi langsung
terhadap fiskus di KPP Medan Timur serta mengadakan
pengamatan terhadap objek yang hendak diteliti dengan maksud
untuk mendapatkan data informasi yang dibutuhkan.
b. Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder dengan menggunakan
penelitian kepustakaan yaitu dengan membaca, melihat dan
mencari buku - buku bacaan yang berhubungan dengan masalah
yang dirumuskan.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Penulis menganalisis dan mengevaluasi data mengenai pelaksanaan
prosedur untuk meningkatkan kepatuhan pembayaran dan pelaporan Surat
F. Metode Pengumpulan Data
Adapun cara pengumpulan sumber - sumber data di atas adalah sebagai
berikut:
1. Metode Wawancara (Interview)
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan langsung terhadap
pegawai yang dianggap dapat memberi masukan dan informasi yang
diberikan bagi penyusunan laporan ini.
2. Metode Observasi
Yaitu engan melalukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan
data yang diperlukan untuk pembahasan masalah.
3. Metode Dokumentasi
Dalam metode ini penulis meminta doikumen yang berhubungan dengan
13 BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
A. Sejarah singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Kantor pelayanan pajak dimulai pada masa penjajahan belanda, dan masa
itu kantor pelayanan pajak masih disebut Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan negara Republik Indonesia berubah nama menjadi kantor Inspeksi
Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi kantor Inspeksi Pajak dengan Induk
Organisasinya adalah Direktorat Jendral Pajak.
Di Sumatera Utara sendiri pada tahun 1976 berdiri 3 (tiga) kantor inspeksi
pajak, yaitu :
1.Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan.
2.Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.
3.Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Pajak Medan Selatan dipecah menjadi 2 (dua),
yaitu Kantor Pajak Medan Selatan dan Kantor pajak medan Kisaran. Untuk
dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikannyalah Kantor
Inspeksi Medan Timur.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat.
Maka dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktora Jendral Pajak yang
keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 Januari 1994
didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor ini merupakan
pecahan dari 3 (tiga) Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :
1.Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2.Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3.Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota
Medan berubah menjadi 4 (empat) wilayah kerja, yaitu :
1.Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2.Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3.Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
4.Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Berdasarkan Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor
15
Jendral Pajak” maka Kantor Pelayanan Pajak di Kota medan menjadi enam
wilayah kerja, yaitu :
1.Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2.Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3.Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
4.Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia
5.Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
6.Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Setelah adanya moderenisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi
Kantor Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah
menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan
fungsi jabatan. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur mulai beroprasi pada
tanggal 27 Mei 2008, berdasarkan keputusan Direkorat Jendral Pajak Nomor
95/PJ.01/2008 tanggal 19 Mei 2008.
(Sumber: Dokumen Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur)
B. Visi Misi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Keberhasilan program moderenisasi di lingkungan Direktorat Jendral Pajak
khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, tidak hanya
membawa paradigma dan perubahan prilaku pegawai Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur. Tetapi lebih jauh juga dapat dampak positif terhadap
Untuk mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah
mencanangkan visi dan misi sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Adapun visi dan misi tersebut adalah sebagai berikut :
Visi Direktorat Jendral Pajak
“Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan moderen yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
integritas dan propesionalisme yang tinggi”.
Misi Direktorat Jendral Pajak
”menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang – undang perpajakan
yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara melalui sistem Administrasi Perpajakan yang efektif dan efisien”.
Visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
“Menjadi kantor pelayanan pajak terbaik tingkat nasional dalam menunjang
penerimaan negara melalui pelayanan prima”.
Misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
“Mencapai kinerja yang optimal melalui pelayanan, penyuluhan dan pengawasan
17
C. Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Struktur organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian
serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan
kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi meggambarkan
dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara satu dengan yang lainnya dan
bagaimana hubungan aktifitas dan fungsi dibatasi.
Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur adalah sebagai berikut :
1.Sub bagian umum dan Kepatuhan Internal
2.Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
3.Seksi Pelayanan
4.Seksi Pemeriksaan
5.Seksi Penagihan
6.Seksi Ekstensifikasi Perpajakan dan Penyuluhan Perpajakan
7.Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
8.Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
9.Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Adapun wilayah kerja di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur antara lain:
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II Kelurahan Sidodadi.
2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II, Kelurahan Sidorame Barat I dan II,
Kelurahan
Pahlawan, Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Padau Hilir dan
Kelurahan Tegal Rejo.
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
Kelurahan Bandar Selamat, Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan
Timur, Kelurahan Indri Kasih, Kelurahan Sidorejo, Kelurahan Sidorejo
Hilir dan Kelurahan Printis.
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Kelurahan Durian, Kelurahan Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan
19
Tabel 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Timur
No. Unit
Jumlah Pegawai
(Orang)
1 Sub Bagian Umum 7
2 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 10
3 Seksi Pelayanan 14
4 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 15
5 Seksi Penagihan 4
6 Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 6
7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 7
8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 8
9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8
10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 8
Jumlah 87 Orang
D. Uraian Tugas dan Fungsi 1. Kepala Kantor
Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP,
KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai
Tugas Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan
pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung
Lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal
Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam
mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretarian terutama
dalam hal pengaturan kegiatan tata usaha dan kepegawaian, keuangan,
rumah tangga serta perlengkapan.
Adapun tugasnya sebagai berikut:
a. Penatausahaan surat masuk dan keluar
b. Menyusun tanggapan/ tindak lanjut terhadap surat hasil
pemeriksaan/ laporan hasil pemeriksaan dari Ditjen
Kemenkeu/BPK/ Unit Fungsional Pemeriksaan lainnya.
c. Menyusun tanggapan terhadap surat pengaduan anggota
21
d. Menyusun laporan berkala KPP, meliputi Laporan Ketertiban
pegawai, Laporan Penggunaan Anggaran, Laporan Pemakaian
Barang-barang milik negara dan lain sebagaainya.
e. Meneliti pelanggaran disiplin pegawai yang terjadi sessuai
dengan peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010.
f. Pengadministrasian hak-hak pegawai antaraa lain hak cuti,
asuransi kesehatan, pengangkatan pegawai, pengajuan
pengsiun dan sebagainya.
g. Pengadministrasian gaji pegawai.
h. Pemeliharaan aset-aset negara serta pengadaaan barang-barang
kebutuhan kantor.
i. Pengelolaan dan penggunaan anggaran, serta mengelola sistem
akuntansi instansi.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
Melakukan pengumpulan, pengolahan data, penyajian informasi
perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha angka
penerimaan pajak, pengalokasian, pelayanan dukungan teknis computer,
pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling dan penyiapan laporan kinerja.
Adapun tugasnya sebagaai berikut:
a. Menyusun rencana penerimaan pajak berdassaarkan ekonomi
b. Menatausahaan penerimaan pajak.
c. Membuat laporan monitoring penerimaan pajak dan extra
effort.
d. Perbaikan komputer dan aplikasi komputer.
e. Penatausahaan alat keterangan.
f. Penatausahaan surat-surat masuk pada seksi pengolaan data
dan informasi.
g. Pengaturan jaringan komputer keseluruh pegawai serta
pengawasan terhadap penggunaan jaringan komputer.
4. Seksi Pelayanan
Melaksaanakan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan
perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai
ketentuan yang berlaku. Adapun tugasnya sebagai berikut.
a. Menatausahakan surat-surat permohonan dari wajib pajak dan
surat-surat lainnya pada tempat pelayanan terpadu (TPT)
b. Menatausahakan surat-surat masuk untuk seksi pelayanan.
c. Penatausaahakan arsip/berkas perpajakan.
d. Menyelesaikan registrasi wajib pajak dan pengukuhan
pengusaha kena pajak serta permohonan NPWP.
e. Menyelesaikan permohonan penghapusan NPWP dan
23
f. Menerbitkan surat keputusan pembetulan produk hukum.
g. Pemberitahuan wajib pajak keluar/ pindah masuk.
h. Menatausahakan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN atau
SPT masa PPh pemotong dan pemungut yang telah diterima
kembali dalam rangka pengawasan kepatuhan wajib pajak.
i. Menyelesaikan permohonan perpanjangan jangka waktu
penyampaian SPT Tahunan PPh.
j. Melayani peminjaman/ pengiriman berkas dari/ ke KPP lain.
k. Melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan
klarifikasi.
l. Mencetak surat teguran sehubungan dengan SPT Tahunan PPh,
SPT masa PPh, SPT masa PPN, yang tidak di sampaikan atau
disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang telah
ditentukan.
m. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan
Pajak(STP).
n. Melaksanakan penyuluhan perpajakan.
o. Melaksanakan pelayanan kebutuhan informasi perpajakan yang
5. Seksi Penagihan
Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif, piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak, dan usulan penghapusan pajak
serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Adapun tugasnya
sebagai berikut:
a. Menatausahakan surat masuk ke seksi penagihan.
b. Melakukan pengawasan terhadap tunggakan dan
angsuran/pelunasan pajak.
c. Menerbitkan dan menyampaikan surat teguran kepadaa wajib
pajak.
d. Menerbitkan dan melaksanakan surat paksa.
e. Menerbitkan SPMP (surat perintah melakukan penyitaan) dan
melaksanakan penyitaan.
f. Menerbitkan surat permintaan pemblokiran rekening wajib pajak
kepada pimpinan bank.
g. Melakukan proses lelang atas harta kekayaan penunggakan pajak
yang telah disita.
h. Melakukan penelitian administratif dan penelitian setempat
terhadap piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih/tidak
mungkin ditagih lagi.
i. Melakukan penelitian atas usulan penghapusan piutang pajak.
25
6. Seksi Pemeriksaan
Pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan, pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
Adapun tugasnya sebagai berikut:
a. Menatausahakan surat masuk ke seksi pemeriksaan dan kepatuhan
internal.
b. Mengusulkan wajib pajak yang akan dilakukan pemeriksaan.
c. Menerbikan surat perintah pemeriksaan (SP2), surat pemberitahuan
(SPT) pemeriksaan pajak dan surat pemanggilan pemeriksaan
pajak.
d. Menatausahakan laporan hasil pemeriksaan (LPH) dan nota
perhitungan (Nothit).
e. Mengusulkan dilakukannya penyidikan pajak.
f. Membuat laporan tentang wajib pajak patuh.
g. Pengawasan / kepatuhan internal.
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan,
pendataan subjek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai
a. Menatausahakan surat yang masuk ke seksi ekstensifikasi
perpajakan.
b. Menerbitkan surat himbauan ber-NPWP.
c. Mencari data dari pihak ketiga dalam rangka pembentukan data
perpajakan.
d. Mencari data potensi perpajakan dalam pembuatan monografi
fiska.
e. Pembuatan daftar biaya komponen bangunan (DBKB).
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi
Melaksanakan pengawasan kepatuhan Wajib pajak (PPh, PPN, dan
Pajak lainnya), bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak dan
konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajb Pajak, analis kinerja
Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, dan melakukan
evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku. Dalam satu
KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi
yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah(territorial
tertentu).
a. Melakukan pengawasan penerbitan surat teguran kepada wajib
pajak yang belum menyampaikan surat pemberitahuan (SPT).
b. Melaksanakan peneliatian dan analisa kepatuhan material wajib
pajak.
c. Melakukan penghapusan atau pembatalan ketetapan pajak yang
27
d. Pengusulan wajib pajak / PKP fiktif.
e. Pengusulan wajib pajak patuh.
f. Melakukan penelitian untuk mengusulkan penerbitan Surat
Keterangan Fiskal (SKF).
g. Pemberian izin penggunaan mesin teraan materai.
h. Melakukan bimbingan dan memberikan konsultasi teknis kepada
wajib pajak.
i. Mengirimkan himbauan perbaikan surat pemberitahuan (SPT).
j. Melakukan kunjungan kerja ke lokasi wajib pajak dalam rangka
pengawasan dan wajib pajak.
k. Melaksanakan rekonsiliasi data wajib pajak (data maching).
l. Membuat surat keterangan bebas (SKB).
9. Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksaan Pajak
Pejabat Fungsional terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan
Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada
Kepala KPP Pratama. Dalam melaksanakan pekerjaannya, Pejabat Fungsional
Pemeriksaan berkoordinasi, integrasi ,sinkronisasi, dan simplifikasi dengan Seksi
Ekstensifikasi.Selain itu, teknologi informatika dan sistem informasi
dimanfaatkan secara optimal
a. melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan
lengkap.
c. Membuat nota perhitungan (Nothit) pajak, daftar kesimpulan hasil
pemeriksaan (DKHP) dan alat keterangan (Alket).
29 BAB III
GAMBARAN DATA SPT MASA PPh PASAL 21
A. TEORI PERPAJAKAN SECARA UMUM
1. Sistem Pemungutan Pajak
Ada tiga (3) Sistem Pemungutan Pajak yang berlaku yaitu:
1. Assesment System
Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah
(fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP.
Ciri-cirinya:
a. Wewenang menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
b. Wajib Pajak bersifat pasif
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak
(SKP) oleh fiskus
2. Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada WP
untuk menentukan sendiri pajak terutang.
Ciri-cirinya:
a. Wewenang menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak
b. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang
3. With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya: wewenang menentukan besarnya pajak terutang Wajib Pajak
ada pada pihak ketiga bukan pihak fiskus ataupun Wajib Pajak sendiri.
2. Asas Pemungutan Pajak
Dalam Pemungutan Pajak dikenal beberapa asas yaitu:
a. Asas Domisili, yaitu bahwa wajib pajak dibebankan pada pihak yang
tinggal dan berada di wilayah suatu negara tanpa memperhatikan sumber
atau asal objek pajak yang diperoleh atau diterima Wajib Pajak.
b. Asas Sumber, yaitu bahwa pembebanan pajak oleh negara hanya terhadap
objek pajak yang bersumber atau berasal dari wilayah teritorialnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
c. Asas Kebangsaan, yaitu bahwa status kewarganegaran seseorang
menentukan pembebanan pajak terhadapnya. Perlakuan perpajakan antara
Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) yang
31
3. Tarif Pajak
Penentuan besarnya pajak didasarkan pada tarif yang telah ditetapkan dengan
peraturan perpajakan. Secara umum dikenal ada empat (4) jenis tarif perpajakan
yaitu:
a. Tarif Proporsional atau dikenal dengan tarif sebanding atau sepadan yaitu
tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak. Contohnya adalah PPN
b. Tarif Progresif yaitu tarif berupa persentase yang meningkat apabila
jumlah yang dikenai pajak juga meningkat. Contohnya adalah PPh
c. Tarif Degresif yaitu beupa persentase yang semakin kecil apabila jumlah
yang dikenai pajak semakin besar.
d. Tarif Tetap yaitu berupa jumlah yang tetap (sama) untuk berapun jumlah
yang dikenai pajak. Contohnya adalah bea materai.
B. SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) MASA PPh PASAL 21
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 18 April 2013, Dirjen Pajak
menggulirkan regulasi terbaru mengenai SPT Masa PPh Pasal 21/26 dengan
menerbitkan PER-14/PJ/2013. Seperti dinyatakan dalam peraturan tersebut, SPT
1. Ketentuan Umum
Sebagaimana telah diketahui, sesuai dengan ketentuan Pasal 21 UU PPh, para
pemberi kerja, dana pensiun, bendahara pemerintah, badan yang membayar
honorarium dan sejenisnya serta para penyelenggara kegiatan, ditugaskan untuk
melakukan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21. Pemotongan
PPh Pasal 21 ini wajib mereka lakukan terhadap imbalan (penghasilan) yang
mereka bayarkan (atau terutang) kepada WP orang pribadi dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan. Sedangkan bila si WP orang
pribadi penerima penghasilan tersebut berstatus sebagai WP luar negeri, maka
jenis PPh yang harus dipotong adalah PPh Pasal 26.
PPh Pasal 21/26 yang telah dipotong tersebut selanjutnya harus disetorkan ke kas
negara sesuai dengan jangka waktu yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini jika
terjadi keterlambatan setor, para subjek pemotong PPh Pasal 21/26 tersebut dapat
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan.
2. Jangka Waktu Pelaporan dan Sanksi
Selanjutnya tugas terakhir para subjek pemotong PPh Pasal 21/26 adalah
melaporkan pelaksanaan pemotongan dan penyetoran PPh Pasal 21/26 tersebut
kepada KPP tempat subjek pemotong PPh tersebut terdaftar. Pelaporan tersebut
menggunakan media yang dikenal dengan sebutan Surat Pemberitahuan (SPT)
Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pasal 26 (lebih sering disebut dengan
33
SPT Masa PPh Pasal 21/26 tersebut wajib disampaikan (baca: dilaporkan) kepada
KPP tempat subjek pemotong PPh terdaftar NPWP, paling lambat pada tanggal 20
(dua puluh) bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak (bulan) terutangnya
PPh Pasal 21/26. Dalam hal ini jika terjadi keterlambatan pelaporan, subjek
pemotong PPh dapat dikenai sanksi administrasi denda sebesar Rp 100.000,-
untuk setiap SPT Masa PPh yang terlambat dilaporkan.
3. Saat Mulai Digunakan
Formulir SPT Masa PPh Pasal 21/26 yang berlaku mulai 1 Januari 2014, yang
ditetapkan oleh PER-14/PJ/2014 ini, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Apabila PPh Pasal 21/26 yang terutang untuk Masa Pajak (bulan)
Desember 2013 dilaporkan pada tanggal 20 Januari 2014 atau
tanggal-tanggal sebelumnya (sesuai dengan batas waktu pelaporan SPT Masa
PPh), maka formulir SPT yang harus digunakan adalah formulir SPT Masa
PPh Pasal 21/26 yang lama (yang dipakai saat ini, sesuai dengan
PER-32/PJ/2009);
2. Apabila PPh Pasal 21/26 yang terutang untuk Masa Pajak (bulan)
Desember 2013 dilaporkan setelah tanggal 20 Januari 2014 (yang berarti
ada keterlambatan pelaporan SPT), maka formulir SPT Masa PPh Pasal
21/26 yang harus digunakan adalah formulir SPT Masa PPh Pasal 21 yang
Begitu pun jika seandainya WP pemotong PPh Pasal 21/26 melakukan
pembetulan terhadap SPT PPh Pasal 21 Masa Pajak (bulan) Januari hingga
Nopember 2013, dan pembetulan SPT itu dilakukan pada bulan Januari 2014,
maka formulir SPT Masa PPh Pasal 21/26 yang harus digunakan sebagai SPT
pembetulan adalah formulir terbaru yang ditetapkan oleh PER-14/PJ/2013 ini.
Tetapi jika pembetulan terhadap SPT-SPT tersebut dilakukan sebelum 1 Januari
2014, maka formulir SPT yang harus digunakan adalah formulir SPT Masa PPh
Pasal 21/26 yang lama (yang diatur oleh PER-32/PJ/2009 yang saat ini sedang
digunakan).
4. Bukti Potong Pegawai Tetap
Di SPT Masa PPh Pasal 21/26 terbaru tersebut, ada lampiran baru berkode
Formulir 1721-I. Ini adalah formulir lampiran SPT berupa Daftar Bukti
Pemotongan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap.
Formulir ini harus dilampirkan pada setiap Masa Pajak (bulan). Tetapi bukan
berarti WP pemotong PPh harus membuat Bukti Potong PPh Pasal 21 (Formulir
1721-A1/A2) setiap bulan (Masa Pajak). Sebab seperti yang dijelaskan dalam
petunjuk pengisiannya, kolom Nomor dan Tanggal Bukti Potong serta kolom
Masa Perolehan Penghasilan, tidak perlu diisi.
Pengisian ketiga kolom tersebut dilakukan hanya pada lampiran di bulan
Desember yaitu pada saat dilakukan penghitungan ulang setahun. Ya, Formulir
35
set, di mana set yang pertama berisi penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
khusus untuk bulan Desember dan set yang kedua berisi penghitungan ulang
selama satu tahun. Dan pada set yang ke-2 inilah ketiga kolom tersebut diisi.
5. Nomor Induk Kependudukan dan Passport
Hal lain yang ditambahkan pada SPT Masa PPh Pasal 21/26 terbaru ini, adalah
adanya Nomor Induk Kependudukan (NIK) maupun Nomor Passpor yang harus
diisikan pada Bukti Pemotongan PPh Pasal 21. Baik Bukti Pemotongan PPh Pasal
21 Pegawai Tetap (Formulir 1721-A1/A2) maupun pada Bukti Pemotongan PPh
Pasal 21 Final dan Tidak Final. Artinya, kita sebagai pemotong PPh Pasal 21,
mulai 1 Januari 2014 nanti harus meminta pegawai atau non-pegawai untuk
menyerahkan fotokopi KTP atau fotokopi passport untuk melengkapi pembuatan
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21/26.
6. Daftar Setoran Pajak
Formulir lainnya yang juga terbilang baru dalam SPT Masa PPh Pasal 21/26
terbaru tersebut adalah Formulir 1721-IV. Ini adalah formulir yang bersisi daftar
Surat Setoran Pajak (SSP) atau pun bukti Pemindahbukuan (Pbk) yang telah
7. Daftar Biaya Usaha
Khusus bagi pemotong PPh Pasal 21/26 yang menurut ketentuan pajak tidak
diwajibkan untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh, mereka diwajibkan untuk
melampirkan Formulir 1721-V yang merupakan daftar biaya usaha selama
setahun. Formulir ini wajib dilampirkan khusus pada bulan (Masa Pajak)
Desember.
C. PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak penghasilan atas penghasilan
berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan, jasa, dan kegiatan.
1.Ketentuan
a. Pemotong PPh Pasal 21
Pemotong pajak yang memotong PPh Pasal 21 adalah:
1. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan.
2. Bendahara pemerintah baik Pusat maupun Daerah.
3. Dana pensiun atau badan lain seperti Jaminan Sosial Tenaga Kerja
37
4. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain kepada
jasa tenaga ahli, orang pribadi subjek pajak luar negeri, dan peserta
pendidikan, pelatihan, dan magang.
5. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
6. Penyelenggara kegiatan.
b. Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 1. Pegawai tetap.
2. Tenaga lepas (seniman, olahragawan, penceramah, pemberi jasa,
pengelola proyek, peserta perlombaan, petugas dinas luar asuransi),
distributor / direct selling dan kegiatan sejenis.
3. Penerima pensiun, mantan pegawai, termasuk orang pribadi atau
ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua atau Jaminan
Hari Tua.
4. Penerima honorarium.
5. Penerima upah.
6. Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter, Konsultan,
Notaris, Penilai, dan Aktuaris).
c. Penerima Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
1. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari
negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka
yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan
syarat:
a. Bukan warga negara Indonesia dan
b. Di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan
lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara
yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Keuangan sepanjang bukan warga negara
Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau
pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.
d. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima
pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah,
honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau
anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang
sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan isteri, tunjangan
anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,
tunjangan transpot, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun,
39
pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apa
pun;
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai, penerima
pensiun atau mantan pegawai secara tidak teratur berupa jasa
produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya,
tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan
sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap;
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan
yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja
lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta
pendidikan, pelatihan, atau pemagangan yang merupakan calon
pegawai;
4. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari
Tua, uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis sehubungan
dengan pemutusan hubungan kerja;
5. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apa pun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri,
terdiri atas:
a. Tenaga ahli (Pengacara, Akuntan, Arsitek, Dokter,
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang
film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film,
foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari,
pemahat, pelukis, dan seniman lainnya;
c. Olahragawan;
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan
moderator;
e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik,
komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi,
elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial;
g. Agen iklan;
h. Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa
kepada suatu kepanitiaan, dan peserta sidang atau rapat;
i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan;
j. Peserta perlombaan;
k. Petugas penjaja barang dagangan;
l. Petugas dinas luar asuransi;
m. Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan bukan
pegawai atau bukan sebagai calon pegawai;
6. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan
41
7. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait
dengan gaji dan honorarium atau imbalan lain yang bersifat tidak
tetap yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil
serta uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya
terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan
termasuk janda/duda atau anak-anaknya.
e. Yang Tidak Termasuk Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea
siswa;
2. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan dalam bentuk apa
pun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali
diberikan oleh bukan Wajib Pajak selain Pemerintah, atau Wajib
Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final dan
yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma
penghitungan khusus (deemed profit);
3. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran
Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang
4. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
Pemerintah.
5. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu (Pasal 3 ayat 1 UU
PPh). Ketentuannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 246/PMK.03/2008.
f. Ketentuan Lainnya
1. Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal
21 baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan
pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima
uang tebusan pensiun, penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang
pesangon, dan penerima dana pensiun.
2. Pemotong PPh Pasal 21 wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh
Pasal 21 tahunan (form 1721-A1 atau 1721-A2) kepada pegawai
tetap, termasuk penerima pensiun bulanan dalam waktu dua bulan
setelah tahun takwim berakhir.
3. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian
tahun takwim, maka Bukti Pemotongan (form A1 atau
1721-A2) diberikan oleh pemberi kerja selambat-lambatnya satu bulan
43
4. Penerima penghasilan wajib menyerahkan surat pernyataan kepada
Pemotong Pajak PPh Pasal 21 yang menyatakan jumlah
tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwim atau pada
permulaan menjadi Subyek Pajak dalam negeri.
2. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
a. Tarif dan Penerapannya
1. Pegawai tetap, penerima pensiun bulanan, pegawai tidak tetap,
pemagang dan calon pegawai, serta distributor MLM/direct selling
dan kegiatan sejenis, dikenakan tarif Pasal 17 Undang-undang PPh
dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP). PKP dihitung
berdasarkan sebagai berikut:
a. Pegawai Tetap: Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan
(5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp 6.000.000
setahun atau Rp 500.000 sebulan); dikurangi iuran
pensiun/iuran jaminan hari tua, dikurangi Penghasilan
Tidak Kena Pajak (PTKP).
b. Penerima Pensiun Bulanan: Penghasilan bruto dikurangi
biaya pensiun (5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp
2.400.000 setahun atau Rp 200.000 sebulan); dikurangi
c. Pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai: Penghasilan
bruto dikurangi PTKP yang diterima atau diperoleh untuk
jumlah yang disetahunkan.
d. Distributor MLM/direct selling dan kegiatan sejenis:
penghasilan bruto tiap bulan dikurangi PTKP per bulan.
2. Penerima honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan,
komisi, bea siswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa
dan kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya
hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan;
mantan pegawai yang menerima jasa produksi, tantiem, gratifikasi,
bonus; peserta program pensiun yang menarik dananya pada dana
pensiun; dikenakan tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-undang PPh
dikalikan dengan penghasilan bruto.
3. Tenaga Ahli yang melakukan pekerjaan bebas (pengacara, akuntan,
arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris) dikenakan
tarif berdasarkan Pasal 17 Undang-undang PPh x 50% dari
perkiraan penghasilan bruto dikurangi PTKP perbulan.
4. Pegawai harian, pegawai mingguan, pemagang, dan calon pegawai,
serta pegawai tidak tetap lainnya yang menerima upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan dan uang saku harian yang
besarnya melebihi Rp 150.000 sehari tetapi dalam satu bulan
takwim jumlahnya tidak melebihi Rp 1.320.000 atau tidak
45
dalam sehari adalah dengan menerapkan tarif 5% dari penghasilan
bruto setelah dikurangi Rp 150.000. Bila dalam satu bulan takwim
jumlahnya melebihi Rp 1.320.000, maka besarnya PTKP yang
dapat dikurangkan untuk satu hari adalah sesuai dengan jumlah
PTKP sebenarnya dari penerima penghasilan yang bersangkutan
dibagi 360.
5. Penerima pesangon, tebusan pensiun, Tunjangan Hari Tua atau
Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus dikenakan tarif PPh
final sebagai berikut:
a. 0% dari penghasilan bruto sampai dengan Rp 25.000.000
(dikecualikan dari pemotongan pajak).
b. 5% dari penghasilan bruto di atas Rp 25.000.000 s.d. Rp
50.000.000.
c. 10% dari penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp
100.000.000.
d. 15% dari penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000 s.d. Rp
200.000.000.
e. 25% dari penghasilan bruto di atas Rp 200.000.000.
6. Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/Polri yang menerima
honorarium dan imbalan lain yang sumber dananya berasal dari
Keuangan Negara atau Keuangan Daerah dipotong PPh Pasal 21
yang dibayarkan kepada PNS Gol. II/d ke bawah, anggota
TNI/Polri berpangkat Peltu atau Aiptu ke bawah.
3. Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh pasal 21 a. Cara penyetoran PPh pasal 21
1. Penyetoran PPh pasal 21 dilakukan dengan menggunakan surat
setoran pajak.
2. Penyetoran PPh pasal 21 menggunakan SSP disetor ke bank
persepsi, kantor pos terdekat.
3. PPh pasal 21 disetor paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya
setelah masa pajak berakhir.
4. Dalam hal tanggal pembayaran atau penyetoran jatuh tempo pada
hari libur maka pembayaran atau penyetoran harus dilakukan pada
hari kerja berikutnya. b. Cara pelaporan PPh pasal 21
1. Pelaporan PPh pasal 21 dilakukan dengan menggunakan SPT masa
PPh pasal 21.
2. Pelaporan PPh pasal 21 menggunakan SPT masa PPh pasal 21
dilaporkan ke KPP Pratama setempat.
3. SPT masa PPh pasal 21 dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya setelah masa pajak berakhir.
4. Dalam hal tanggal jatuh tempo pelaporan bertepatan dengan hari
47 BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak PPh Pasal 21
Untuk mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak Pajak Penghasilan (PPh)
pasal 21, penulis menganalisa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Pajak Penghasilan
pasal 21 dalam kaitannya dengan SPT Masa PPh pasal 21.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Wajib Pajak PPh Pasal 21
mempunyai kewajiban untuk menyetor atau membayar kebajiban pajaknya paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir, dan melapor SPT
masa PPh pasal 21 paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir.
Berikut merupakan data yang di peroleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama
[image:53.595.109.517.602.746.2]Medan Timur pada tahun berjalan 2012-2014
Tabel 1
Wajib Pajak Terdaftar dan Wajib PPh Pasal 21
Tahun Pajak
Wajib Pajak Terdaftar Wajib PPh Pasal 21
OP Badan Pemungut OP Badan Pemungut
2012 88.527 9.006 642 343 9.006 642
2013 93.027 9.125 595 332 9.125 595
Adapun persentasi jumlah Wajib Pajak PPh Pasal 21 dari Wajib Pajak
yang terdaftar adalah :
- Tahun 2012
OP : (343/88.527) x 100% = 0,387%
Badan : (9.006/9.006) x 100% = 100%
Pemungut : (642/642) x 100% = 100%
- Tahun 2013
OP : (332/93.027) x 100% = 0,356%
Badan : (9.125/9.125) x 100% = 100%
Pemungut : (595/595) x 100% = 100%
- Tahun 2014
OP : (307/98.026) x 100% = 0,313%
Badan : (9.693/9.693) x 100% = 100%
Pemungut : (620/620) x 100% = 100%
Dari tabel 1 tersebut, kita dapat melihat daftar Wajib Pajak yang terdaftar
dan yang Wajib PPh Pasal 21 dari sektor Orang Pribadi, Badan dan juga
Pemungut. Kita dapat melihat bahwa Wajib Pajak yang Wajib PPh Pasal 21 di
sektor Orang Pribadi dari tiga tahun berjalan mengalami penurunan di setiap
tahunnya. Tercatat di tahun 2012 jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi sebanyak 343
Wajib Pajak, namun di tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 11 Wajib Pajak
menjadi 332 Wajib Pajak, dan pada tahun 2014 juga mengalami penurunan
49
Wajib Pajak Orang Pribadi, berarti menunjukkan jumlah pemotong pajak ataupun
pemberi kerja semakin berkurang, yang artinya beberapa perusahaan yang
dipimpin oleh si pemotong pajak tidak lagi beroperasi. Namun Wajib Pajak yang
Wajib PPh Pasal 21 pada sektor Badan justru mengalami peningkatan pada 3
tahun terakhir, tercatat Wajib PPh Pasal 21 pada tahun 2012 sebanyak 9.006
Wajib Pajak lalu meningkat di tahun 2013 menjadi 9.125 Wajib Pajak dan pada
tahun 2014 meningkat menjadi 9.693 Wajib Pajak.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi naik – turunnya Wajib Pajak dalam
3 tahun terakhir. Pada sektor Orang Pribadi. Berbeda dengan sektor OP, jumlah
Wajib Pajak PPh Pasal 21 pada sektor Badan justru mengalami pertumbuhan di
setiap tahunnya. Tingkat aktifitas yang tinggi dan dibarengi dengan kebutuhan
yang tinggi pula tentu akan meningkatkan peluang usaha. Hal tersebut tentu
menyebabkan bertambahnya suatu badan usaha dan juga semakin berkembangnya
badan usaha yang telah ada. Tentu hal ini juga akan mempengaruhi Wajib Pajak
PPh Pasal 21 pada sektor Badan.
Data yang akan di analisa selanjutnya adalah data mengenai pembayaran
Tabel 2
Bayar dan Lapor SPT PPh Pasal 21 Pada Tahun Pajak 2012
Bulan
Bayar PPh Pasal 21 Lapor SPT PPh Pasal 21
OP Badan Pemungut OP Badan Pemungut
N KB LB N KB LB N KB LB
Januari
129 500 35 166 129 - 1.792 500 2 - 24 -
Februari
79 475 42 211 79 - 1.812 475 1 - 24 -
Maret
68 487 52 222 68 - 1.801 487 2 - 23 -
April
61 495 57 233 61 - 1.795 495 3 - 20 -
Mei
65 490 54 230 65 - 1.814 490 4 - 21 -
Juni
60 498 65 236 60 - 1.814 498 4 - 20 -
Juli
60 509 67 223 60 - 1.815 509 2 - 21 -
Agustus
70 503 60 220 70 - 1.832 503 2 - 20 -
September
55 504 64 238 55 - 1.829 504 1 - 20 -
Oktober
60 515 61 227 60 - 1.823 515 2 - 20 -
November
75 529 63 210 75 - 1.813 529 2 - 19 -
Desember
93 604 74 191 93 - 1.720 604 3 - 18 -
Rata – rata Wajib Pajak yang bayar dan lapor PPh Pasal 21 pada tahun 2012
Bayar PPh Pasal 21 Lapor SPT PPh Pasal 21
OP Badan Pemungut OP Badan Pemungut
N KB LB N KB LB N KB LB
51
Keterangan :
Pada Tabel 2 (Tahun 2012) dapat disimpulkan informasi sebagai berikut:
a. Pada kolom Bayar PPh Pasal 21 pembayaran PPh Pasal 21 paling banyak
yaitu sektor Badan pada bulan Desember sebanyak 604 Wajib Pajak,
sedangkan pembayaran PPh Pasal 21 paling sedikit yaitu sektor Pemungut
pada bulan Januari sebanyak 35 Wajib Pajak.
b. Pada kolom Lapor SPT PPh Pasal 21 :
b.1 Pelaporan SPT PPh Pasal 21 Nihil paling banyak yaitu sektor
Badan pada bulan Agustus sebanyak 1832 Wajib Pajak,
sedangkan pelaporan SPT PPh Pasal 21 Nihil pada sektor
Pemungut tidak ada sama sekali.
b.2 Pelaporan SPT PPh Pasal 21 Kurang Bayar paling banyak
yaitu sektor Badan pada bulan Desember sebanyak 604
Wajib Pajak, sedangkan pelaporan SPT PPh Pasal 21 Kurang
Bayar paling sedikit yaitu sektor Pemungut pada bulan
Desember sebanyak 18 Wajib Pajak.
c. Pelaporan SPT PPh Pasal 21 Lebih Bayar paling banyak yaitu sektor Badan
pada bulan Mei dan Juni sebanyak 4 Wajib Pajak, sedangkan pelaporan SPT
PPh Pasal 21 Lebih Bayar pada sektor Orang Pribadi dan Pemungut tidak
Tabel 3
Bayar dan Lapor SPT PPh Pasal 21 Pada Tahun Pajak 2013
Bulan
Bayar PPh Pasal 21 Lapor SPT PPh Pasal 21
OP Badan Pemungut OP Badan Pemungut
N KB LB N KB LB N KB LB
Januari
67 497 39 224 67 - 1.847 497 12 - 21 -
Februari
48 484 44 240 48 - 1.871 484 8 - 20 -
Maret
49 492 58 237 49 - 1.856 492 3 - 19 -
April
53 499 60 231 53 - 1.852 499 3 - 18 -
Mei
50 508 66 237 50 - 1.839 508 2 - 17 -
Juni
46 505 61 237 46 - 1.827 505 3 - 15 -
Juli
49 521 63 236 49 - 1.810 521 2 - 15 -
Agustus
50 524 53 232 50 - 1.816 524 3 - 16 -
September
53 529 61 218 53 - 1.811 529 1 - 11 -
Oktober
48 517 58 231 48 - 1.808 517 1 - 11 -
November
46 533 55 232 46 - 1.779 533 1 - 12 -
Desember
69 605 71 209 69 - 1.628 605 8 - 7 -
Rata – rata Wajib Pajak yang bayar dan lapor PPh Pasal 21 pada tahun 2013
Bayar PPh Pasal 21 Lapor SPT PPh Pasal 21
OP Badan Pemungut OP Badan Pemungut
N KB LB N KB LB N KB LB
53
Keterangan :
Pada Tabel 3 (Tahun 2013) dapat disimpulkan informasi sebagai berikut :
a. Pada kolom Bayar PPh Pasal 21 pembayaran PPh Pasal 21 paling banyak
yaitu sektor Badan pada bulan Desember sebanyak 605 Wajib Pajak,
sedangkan pembayaran PPh Pasal 21 paling sedikit yaitu sektor Pemungut
pada bulan Januari sebanyak 39 Wajib Pajak.
b. Pada kolom Lapor SPT PPh Pasal 21 :
b.1 Pelaporan SPT PPh Pasal 21 Nihil paling banyak yaitu sektor
Badan pada bulan Februari sebanyak 1871 Wajib Pajak,
sedangkan pelaporan SPT PPh Pasal 21 Nihil pada sektor
Pemungut tidak ada sama sekali.
b.2 Pelaporan SPT PPh Pasal 21 Kurang Bayar paling banyak
yaitu sektor Badan pada bulan Desember sebanyak 605
Wajib Pajak, sedangkan pelaporan SPT PPh Pasal 21 Kurang
Bayar paling sedikit yaitu sektor Pemungut pada bulan
Desember sebanyak 7 Wajib Pajak.
b.3 Pelaporan SPT PPh Pasal 21 Lebih Bayar paling banyak
yaitu sektor Badan pada bulan Januari sebanyak 12 Wajib
Pajak, sedangkan pelaporan SPT PPh Pasal 21 Lebih Bayar
pada sektor Orang Pribadi dan Pemungut tidak ada sama
Tabel 4
Bayar dan Lapor SPT PPh Pasal 21 Pada Tahun Pajak 2014
Bulan
Bayar PPh Pasal 21 Lapor SPT PPh Pasal 21
OP Badan Pemungut OP Badan Pemungut
N KB LB N KB LB N KB LB
Januari
78 590 40 198 78 - 1.669 590 4 - 10 -
Februari
39 576 39 237 39 - 1.706 576 2 - 9 -
Maret
46 593 52 224 46 - 1.683 593 4 - 11 -
April
38 595 56 229 38 - 1.697 595 5 - 10 -
Mei
51 593 59 210 51 - 1.666 593 3 - 9 -
Juni
49 603 61 206 49 - 1.669 603 3 - 9 -
Juli
47 608 61 206 47 - 1.663 608 4 - 10 -
Agustus
45 602 64 217 45 - 1.684 602 1 - 11 -
September
47 624 63 208 47 - 1.683 624 5 - 10 -
Oktober
49 600 61 207 49 - 1.710 600 9 - 9 -
November
54 602 62 202 54 - 1.712 602 6 - 8 -
Desember
86 657 71 171 86 - 1.643 657 6 - 10 -
Rata – rata Wajib Pajak yang bayar dan lapor PPh Pasal 21 pada tahun 2014
Bayar PPh Pasal 21 Lapor SPT PPh Pasal 21
OP Badan Pemungut OP Badan Pemungut
N KB LB N KB LB N KB LB
55
Keterangan :
Pada Tabel 4 (Tahun 2014) dapat disimpulkan informasi sebagai berikut :
a. Pada kolom Bayar PPh Pasal 21 pembayaran PPh Pasal 21 paling banyak
yaitu sektor Badan pada bulan Desember sebanyak 657 Wajib Pajak,
sedangkan pembayaran PPh Pasal 21 paling sedikit yaitu sektor Pemungut
pada bulan Februari sebanyak 39 Wajib Pajak.
b. Pada kolom Lapor SPT PPh Pasal 21 :
b.1 Pelaporan SPT PPh Pasal 21 Nihil paling banyak yaitu sektor Badan
pada bulan November sebanyak 1712 Wajib Pajak, sedangkan
pelaporan SPT PPh Pasal 21 Nihil pada sektor Pemungut tidak ada
sama sekali.
b.2 Pelaporan SPT PPh Pasal 21 Kurang Bayar paling banyak yaitu
sektor Badan pada bulan Desember sebanyak 605 Wajib Pajak,
sedangkan pelaporan SPT PPh Pasal 21 Kurang Bayar paling sedikit
yaitu sektor Pemungut pada bulan November sebanyak 8 Wajib
Pajak.
b.3 Pelaporan SPT PPh Pasal 21 Lebih Bayar paling banyak yaitu sektor
Badan pada bulan Oktober sebanyak 9 Wajib Pajak, sedangkan
pelaporan SPT PPh Pasal 21 Lebih Bayar pada sektor Orang Pribadi
Tabel 5
Target dan Realiasasi Penerimaan PPh Pasal 21 KPP Pratama Medan Timur
Tahun Target Realisasi
2012 Rp. 76.828.400.000 Rp. 116.036.483.982
2013 Rp. 115.537.293.000 Rp. 110.357.309.908
2014 Rp. 123.389.762.000 Rp. 116.039.345.475
Keterangan :
Pada Tabel 5 disajikan informasi mengenai target dan realisasi penerimaan PPh
Pasal 21 pada KPP Pratama Medan Timur dengan analisis sebagai berikut :
a. Realisasi penerimaan terbesar yaitu pada tahun 2014 sebesar Rp.
116.039.345.475, sedangkan yang terkecil yaitu pada tahun 2013
sebesar Rp. 110.357.309.908.
b. Realisasi penerimaan yang mencapai target yaitu pada tahun 2012,
dengan target sebesar Rp. 76.828.400.000, dan realisasi sebesar Rp.
116.036.483.982.
c. Pada tahun 2013 target penerimaan naik sebesar Rp. 38.708.893.000
yaitu sekitar 50% dari tahun sebelumnya, sedangkan realisasi
penerimaan turun sebesar Rp. 5.679.174.074 yaitu sekitar 4,9% dari
57
d. Pada tahun 2014 target penerimaan naik sebesar Rp. 123.389.762.000
yaitu sekitar 6,8% dari tahun sebelumnya, dan realisasi penerimaan
naik sebesar Rp. 5.682.035.567 yaitu sekitar 5,1% dari tahun
sebelumnya.
e. Selisih antara target dan penerimaan sebagai berikut :
- Tahun 2012 : Rp. 39.208.083.982, defiasi 51.03% terhadap target
(melebihi target).
- Tahun 2013 : Rp. - 5.179.983.092, defiasi - 4,48% terhadap target
(tidak mencapai target).
- Tahun 2014 : Rp. - 5.179.983.092, defiasi - 5,95% terhadap target
(tidak mencapai target).
Adapun hal – hal yang menjadi penyebab tidak tercapainya target penerimaan
pajak pada adalah :
- Faktor kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri, Wajib Pajak yang sudah memiliki
NPWP harus memperbaiki catatan pembayaran yang sudah dilakukan dalam
5 tahun terakhir, sementara bagi Wajib Pajak yang belum memiliki NPWP,
harus dilakukan ekstensifikasi Wajib Pajak oleh pemerintah dengan tujuan
untuk menyasar Wajib Pajak yang belum membayar sama sekali.
- Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) di KPP Pratama Medan Timur,
jika dibandingkan Pegawai Pajak dengan Wajib Pajak di KPP Pratama
Medan Timur terutama di seksi Account Representative atau yang lebih
dikenal dengan seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon), jumlah
Pajak terdaftar pada tahun 2014 sebanyak 98.026, itu artinya satu orang
Pegawai Pajak harus melayani setidaknya 3100 Wajib Pajak. Dengan
menambah lagi jumlah Pegawai Pajak tentu akan sangat membantu
mengoptimalkan penerimaan pajak di tahun – tahun berikutnya.
- Masalah infrastruktur TI atau lebih dikenal dengan Sumber Daya Teknologi.
Dibutuhkannya infrastruktur TI yang lebih besar dan lebih tajam dalam
59
Rekapitulasi jumlah Wajib Pajak disajikan dalam tabel berikut :
No Tahun Bulan
Total Bayar PPh
Pasal 21
Lapor SPT PPh Pasal 21
Nihil KB LB
1
2012
Januari 664 1.958 653 2
2 Februari 596 2.023 578 1
3 Maret 607 2.023 578 2
4 April 613 2.028 576 3
5 Mei 609 2.044 576 4
6 Juni 623 2.050 578 4
7 Juli 636 2.038 590 2
8 Agustus 633 2.052 593 2
9 September 623 2.067 579 1
10 Oktober 636 2.050 595 2
11 November 667 2.023 623 2
12 Desember