• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan Kadar Air Pada Sukade Dengan Metode Gravimetri Dan Identifikasi Kandungan Senyawa Siklamat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penetapan Kadar Air Pada Sukade Dengan Metode Gravimetri Dan Identifikasi Kandungan Senyawa Siklamat"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR AIR PADA SUKADE DENGAN

METODE GRAVIMETRI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN

SENYAWA SIKLAMAT

TUGAS AKHIR

OLEH:

ANJANU SYAFRISAL

NIM 102410068

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang telah

melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini, yang berjudul “Penetapan Kadar Air pada Sukade

dengan Metode Gravimetri dan Identifikasi Kandungan Senyawa Natrium

Siklamat”. Tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar ahli madya analis farmasi dan makanan pada Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Salah satu parameter mutu buah kering (sukade) adalah penetapan kadar

air dan kandungan pemanis (siklamat). Tujuan penelitian ini adalah untuk

menentukan kadar air dan identifikasi kandungan siklamat pada buah kering

sukade. Ternyata bahwa sukade tidak memenuhi syarat dari kadar air dan pemanis

sintetis (siklamat).

Pada menyusun Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

USU.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi

Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

3. Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt. yang telah membimbing dan

(4)

4. Ibu Dra. Nurmadjuzita M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Akademik

penulis selama melaksanakan pendidikan pada Program Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

5. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU.

6. Bapak Drs. I Gde Nyoman Suwandi M.M., Apt., selaku Kepala BBPOM di

Medan.

7. Ibu Lambok Okta M.Kes, Apt., selaku Koordinator Pembimbing PKL di

BBPOM di Medan.

8. Ayahanda Suparmin S. dan Ibunda Nayuk Atminah serta seluruh keluarga

yang telah memberikan dukungan yang tiada batas kepada penulis sehingga

Tugas Akhir ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak luput dari

kekurangan dan kelemahan. Harapan kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya penulis

berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2013 Penulis,

(5)

PENETAPAN KADAR AIR PADA SUKADE SECARA GRAVIMETRI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN SENYAWA NATRIUM SIKLAMAT

ABSTRAK

Air merupakan zat yang sangat penting bagi makhluk hidup yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan. Kadar air yang tinggi pada bahan pangan mengakibatkan sebagian besar produk akan mengalami kerusakan. Berbagai cara seperti pengolahan dan pengawetan perlu diterapkan untuk mengatasi hal tersebut agar kebutuhan gizi manusia dapat terpenuhi. Penetapan kadar air dalam sukade bertujuan untuk mengetahui apakah kadar air yang terdapat dalam sukade memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Begitu pula dengan identifikasi kandungan senyawa natrium siklamat pada sukade bertujuan untuk mengetahui apakah kadar siklamat dalam sukade memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Penetapan kadar air pada sukade dan identifikasi kandungan senyawa natrium siklamat dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan. Penetapan kadar air pada sukade dilakukan dengan metode gravimetri, sedangkan identifikasi kandungan senyawa natrium siklamat dilakukan dengan metode kualitatif secara pengendapan. Buah kering sukade yang diuji mengandung air dengan kadar 39,27% dan positif mengandung siklamat. Dari hasil yang diperoleh, sukade yang diuji tidak memenuhi persyaratan kadar air, sesuai dengan SNI 01-3710-1995, dimana rentang kadar air yang diperbolehkan untuk buah kering sukade adalah maksimal 31% dan identifikasi kandungan senyawa natrium siklamat juga tidak memenuhi syarat pemanis, sesuai dengan SNI 01-3710-1995, dimana syarat yang diharuskan untuk buah kering sukade adalah negatif.

(6)

DETERMINATION OF WATER CONTENT ON SUKADE GRAVIMETRICALLY AND IDENTIFICATION OF COMPOUND

CONTENT OF SODIUM CYCLAMATE

ABSTRACT

Water is a substance that is essential for living beings whose function can not be replaced by other compounds. Moisture content affects the quality of food. High water content in food resulted in most of the products will be damaged. Various ways such as processing and preservation needs to be applied in order to overcome this human nutritional needs can be met. Determination of water content in sukade aims to determine whether the water content contained in sukade meet the requirements set forth in the Indonesian National Standard (SNI). Similarly, the identification of compounds content of sodium cyclamate on sukade aims to determine whether the levels of cyclamate in sukade meet the requirements set forth in the Indonesian National Standard (SNI). Determination of water content on sukade and identification of compounds content of sodium cyclamate conducted at the Center for Food and Drug Administration (BBPOM) in Medan. Determination of water content on sukade done by gravimetric method, while the identification of compounds content of sodium cyclamate done with qualitative methods deposition. Sukade dried fruit tested contained water with levels of 39.27% and positive for cyclamate. From the results obtained, the tested sukade not meet the requirements of the water content, in accordance with SNI 01-3710-1995, where the water content range that is allowed to dry fruit sukade is the maximum content of 31% and identification of compounds of sodium cyclamate sweeteners also do not qualify, according with SNI 01-3710-1995, where the conditions required for dried fruit sukade is negative.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Buah Kering ... 4

2.1.1 Definisi buah kering ... 4

2.1.2 Pembuatan buah kering ... 4

2.2 Sukade ... 5

2.2.1 Klasifikasi pepaya ... 7

2.3 Penetapan Kadar Air ... 7

2.3.1 Metode pengeringan ... 8

2.3.2 Metode destilasi ... 9

2.3.3 Metode kimiawi ... 9

2.3.4 Metode pengeringan vakum ... 9

(8)

2.4 Bahan Tambahan Pangan ... 11

2.5 Zat Pemanis ... 12

2.5.1 Jenis pemanis ... 12

2.6 Hubungan Struktur dan Rasa Manis ... 14

2.7 Tujuan dan Dampak Penggunaan Pemanis Sintetis ... 16

2.8 Siklamat ... 17

2.8.1 Batas Maksimum Penggunaan Siklamat ... 18

2.8.1 Pemerian siklamat ... 18

2.8.2 Toksisitas siklamat ... 19

BAB III METODE PENGUJIAN ... 21

3.1 Tempat Pengujian ... 21

3.2 Penetapan Kadar Air Pada Sukade dengan Metode Gravimetri dan Identifikasi Kandungan Senyawa Natrium Siklamat ... 21

3.2.1 Penetapan kadar air pada sukade dengan metode gravimetri ... 21

3.2.2 Identifikasi kandungan senyawa natrium siklamat ... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

4.1 Hasil ... 23

4.2 Pembahasan ... 23

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

5.1 Kesimpulan ... 25

5.2 Saran ... 25

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Syarat mutu buah kering ……… 6

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

(12)

PENETAPAN KADAR AIR PADA SUKADE SECARA GRAVIMETRI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN SENYAWA NATRIUM SIKLAMAT

ABSTRAK

Air merupakan zat yang sangat penting bagi makhluk hidup yang fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan. Kadar air yang tinggi pada bahan pangan mengakibatkan sebagian besar produk akan mengalami kerusakan. Berbagai cara seperti pengolahan dan pengawetan perlu diterapkan untuk mengatasi hal tersebut agar kebutuhan gizi manusia dapat terpenuhi. Penetapan kadar air dalam sukade bertujuan untuk mengetahui apakah kadar air yang terdapat dalam sukade memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Begitu pula dengan identifikasi kandungan senyawa natrium siklamat pada sukade bertujuan untuk mengetahui apakah kadar siklamat dalam sukade memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI). Penetapan kadar air pada sukade dan identifikasi kandungan senyawa natrium siklamat dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan. Penetapan kadar air pada sukade dilakukan dengan metode gravimetri, sedangkan identifikasi kandungan senyawa natrium siklamat dilakukan dengan metode kualitatif secara pengendapan. Buah kering sukade yang diuji mengandung air dengan kadar 39,27% dan positif mengandung siklamat. Dari hasil yang diperoleh, sukade yang diuji tidak memenuhi persyaratan kadar air, sesuai dengan SNI 01-3710-1995, dimana rentang kadar air yang diperbolehkan untuk buah kering sukade adalah maksimal 31% dan identifikasi kandungan senyawa natrium siklamat juga tidak memenuhi syarat pemanis, sesuai dengan SNI 01-3710-1995, dimana syarat yang diharuskan untuk buah kering sukade adalah negatif.

(13)

DETERMINATION OF WATER CONTENT ON SUKADE GRAVIMETRICALLY AND IDENTIFICATION OF COMPOUND

CONTENT OF SODIUM CYCLAMATE

ABSTRACT

Water is a substance that is essential for living beings whose function can not be replaced by other compounds. Moisture content affects the quality of food. High water content in food resulted in most of the products will be damaged. Various ways such as processing and preservation needs to be applied in order to overcome this human nutritional needs can be met. Determination of water content in sukade aims to determine whether the water content contained in sukade meet the requirements set forth in the Indonesian National Standard (SNI). Similarly, the identification of compounds content of sodium cyclamate on sukade aims to determine whether the levels of cyclamate in sukade meet the requirements set forth in the Indonesian National Standard (SNI). Determination of water content on sukade and identification of compounds content of sodium cyclamate conducted at the Center for Food and Drug Administration (BBPOM) in Medan. Determination of water content on sukade done by gravimetric method, while the identification of compounds content of sodium cyclamate done with qualitative methods deposition. Sukade dried fruit tested contained water with levels of 39.27% and positive for cyclamate. From the results obtained, the tested sukade not meet the requirements of the water content, in accordance with SNI 01-3710-1995, where the water content range that is allowed to dry fruit sukade is the maximum content of 31% and identification of compounds of sodium cyclamate sweeteners also do not qualify, according with SNI 01-3710-1995, where the conditions required for dried fruit sukade is negative.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan energi bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan penggantian

jaringan tubuh yang rusak. Pangan juga dapat diartikan sebagai bahan sumber gizi

yang merupakan kebutuhan manusia paling asasi atau kebutuhan pokok (basic

need) (Budiyanto, 2009).

Pada dasarnya bahan pangan terdiri dari empat komponen utama yaitu air,

protein, karbohidrat dan lemak, dimana bahan pangan mengandung zat anorganik

dalam bentuk mineral dan komponen organik lainnya seperti vitamin, enzim,

antioksidan, pigmen dan komponen cita rasa. Jumlah masing-masing komponen

tersebut berbeda-beda tergantung dari sifat alamiah bahan tersebut seperti

kekerasan, cita rasa dan warna makanan (Winarno, 1980).

Bahan pangan yang berasal dari hasil-hasil pertanian, peternakan dan

perikanan biasanya diolah terlebih dahulu sebelum dikonsumsi, tetapi ada juga

yang dikonsumsi bahan mentahnya. Di samping kadar air yang tinggi, bahan

pangan ini mengandung zat-zat gizi yang mengakibatkan sebagian besar produk

tersebut mengalami kerusakan. Hal tersebut dapat diatasi dengan berbagai cara

seperti pengolahan dan pengawetan untuk menghindari kerusakan agar kebutuhan

(15)

Kerusakan bahan pangan pada umumnya merupakan kerusakan kimiawi,

enzimatik, mikrobiologi atau kombinasi antara ketiga macam kerusakan tersebut.

Semua jenis kerusakan ini memerlukan air selama prosesnya, oleh karena itu

banyaknya air akan ikut menentukan kecepatan terjadinya kerusakan.

Pengurangan air secara pengeringan bertujuan untuk mengawetkan bahan pangan.

Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan

lingkungannya, hal ini sangat erat hubungannya dengan daya awet bahan pangan

tersebut (Purnomo, 1995).

Pada bahan pangan juga sering ditambahkan bahan tambahan pangan

(BTP) untuk mempengaruhi sifat ataupun bentuk makanan yang bisa memiliki

nilai gizi, tetapi bisa pula tidak (Cahyadi, 2006). Menurut ketentuan yang

ditetapkan, ada beberapa kategori bahan tambahan makanan, yaitu: 1. bahan

tambahan makanan yang bersifat aman, dengan dosis yang tidak dibatasi,

misalnya pati; 2. bahan tambahan makanan yang digunakan dalam dosis tertentu,

dan demikian dosis maksimum penggunaannya juga telah ditetapkan; 3. bahan

tambahan yang aman dan dalam dosis yang tepat, serta telah mendapatkan izin

beredar dari instansi yang berwenang, misalnya zat pewarna yang sudah

dilengkapi sertifikat aman. Contohnya pemanis siklamat, zat ini sebetulnya

khusus ditujukan bagi penderita diabetes ataupun konsumen dengan diet rendah

kalori (Yuliarti, 2007).

Kadar air yang tinggi dan penambahan zat pemanis siklamat dapat

menimbulkan kerusakan pada makanan dan juga dapat membahayakan kesehatan

(16)

dengan Metode Gravimetri dan Identifikasi Kandungan Senyawa Natrium

Siklamat”. Pengujian dilakukan selama penulis melakukan Praktek Kerja

Lapangan (PKL) di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Medan.

1.2Tujuan

Tujuan penetapan kadar air dilakukan secara gravimetri dan identifikasi

kandungan senyawa natrium siklamat dengan cara kualitatif secara pengendapan

adalah untuk mengetahui apakah kadar air dan pemanis pada sukade memenuhi

persyaratan yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI).

1.3Manfaat

Manfaat yang diperoleh adalah dapat memberikan informasi kepada

masyarakat tentang kadar air dan kandungan senyawa natrium siklamat yang

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Kering

2.1.1 Definisi buah kering

Buah kering adalah produk makanan olahan yang dibuat dari buah segar

dan dikeringkan dengan atau penambahan gula, garam, bahan makanan lain dan

bahan tambahan yang diizinkan (SNI, 01-3710-1995).

2.1.2 Pembuatan buah kering

Pertama bahan baku yang digunakan (papaya) dipotong kecil-kecil

berbentuk dadu agar larutan gula, asam sitrat dan pewarna dapat meresap pada

potongan pepaya, lalu potongan pepaya direndam pada larutan kapur sirih dan

garam selama 1 jam yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk atau tekstur

serta menghilangkan rasa gatal atau getir pada pepaya, cuci lalu tiriskan (Suprapti,

2005).

Dilakukan pemanasan untuk menghindari kontaminasi mikroba dan

menghilangkan bau yang tidak dikehendaki, lalu dibuat larutan perendam yaitu

dengan mencampurkan gula, garam, natrium metabisulfit, asam sitrat dan pewarna

makanan. Penambahan gula berfungsi sebagai zat pemanis (sweeteners), zat

pengawet dan penambah aroma. Zat pemanis yang dimaksud adalah zat pemanis

yang tidak menghasilkan kalori misalnya sakarin serta natrium dan kalsium

siklamat. Asam sitrat ditambahkan untuk memperbaiki rasa pada buah-buahan

(18)

pertumbuhan bakteri pembusuk. Penambahan natrium metabisulfit bertujuan

untuk mencegah proses pencoklatan dan mempertahankan warna agar tampak

menarik. Pada umumnya bahan pangan yang dikeringkan akan berubah warnanya

menjadi cokelat dimana perubahan warna ini disebut dengan ‘browning’. Zat

pewarna yang ditambahkan ke dalam berfungsi untuk memberikan penampilan

yang menarik (Winarno, dkk., 1992).

Bahan baku siap pakai dimasukkan ke dalam larutan perendam yang

mendidih, lalu dinginkan. Pisahkan bahan baku dari larutan perendam, cuci dan

tiriskan. Sukade kemudian dikeringkan dalam cabinet dryer selama 9 jam pada

suhu 400˚C (Suprapti, 2005).

2.2 Sukade

Salah satu produk olahan buah kering adalah sukade yang merupakan

produk setengah jadi, tidak untuk dikonsumsi secara langsung tetapi dicampurkan

dalam produk roti, baik sebagai hiasan maupun sebagai penambah citra rasa.

Sukade memiliki rasa yang enak, manis asam, dan segar, umumnya dibuat dalam

bentuk potongan-potongan kecil berwarna-warni (dengan penambahan pewarna

makanan dan agak transparan). Pada dasarnya sukade berasal dari olahan pepaya

mentah, yang mempunyai ciri-ciri: daging buah berwarna putih, buah keras padat,

sulit dihancurkan, dapat dipotong-potong, tidak dapat membentuk jendalan

(tekstur jel), kandungan pektin sedikit dan tidak memiliki cita rasa (hambar)

(19)

Pada pembuatan buah kering sukade digunakan buah lunak sebagai bahan

bakunya, seperti pepaya dan labu siam. Pembuatan sukade digunakan pepaya

mentah sebagai bahan baku utama, yaitu di dalam 100 gram pepaya terkandung

4,9 g karbohidrat, 2,1 g protein, 0,1 g lemak, 50 mg kalsium, 16 mg fosfor, 0,4 mg

zat besi, 50 SI vitamin A, 0,02 mg vitamin B, 19 mg vitamin C, 92,3 g air dan

kalsium 50,0 mg (Warisno, 2003).

Persyaratan mutu buah kering secara umum seperti yang ditetapkan oleh

Standar Nasional Indonesia 01-3710-1995 yaitu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Syarat Mutu Buah Kering

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan

1

Bahan tambahan makanan : Pemanis buatan (sakarin,

(20)

2.2.1 Klasifikasi pepaya

Klasifikasi dari tumbuhan pepaya adalah sebagai berikut (Warisno, 2003).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Caricales Famili : Caricacea Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L

2.3 Penetapan Kadar Air

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain dan merupakan komponen

penting dalam bahan makanan karena dapat mempengaruhi tekstur, serta cita rasa

makanan, bahkan dalam bahan makanan kering sekalipun, seperti buah kering,

tepung, serta biji-bijian terkandung air dalam jumlah tertentu (Winarno, dkk.,

1992). Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen

di samping ikut sebagai bahan pereaksi, sedangkan bentuk air dapat ditemukan

sebagai air bebas dan air terikat. Air bebas dapat dengan mudah hilang apabila

terjadi penguapan atau pengeringan, sedangkan air terikat sulit dibebaskan dengan

cara tersebut (Purnomo, 1995). Air yang terdapat dalam bentuk bebas dapat

membantu terjadinya proses kerusakan bahan makanan seperti proses

mikrobilogis, kimiawi dan ensimatik (Sudarmadji, dkk., 2003).

Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan, dan hal ini

(21)

pengeringan. Pengurangan air disamping bertujuan mengawetkan juga

mengurangi besar dan berat bahan pangan sehingga memudahkan dan menghemat

pengepakan (Winarno, dkk., 1992).

Penentuan kadar air dalam bahan makanan dapat ditentukan dengan

berbagai cara antara lain: metode pengeringan (Thermogravimetri), metode

destilasi (Thermovolumetri) dan metode kimiawi (Sudarmadji, dkk., 2003).

2.3.1 Metode pengeringan (Thermogravimetri)

Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau

menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air

tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan

tersebut dikurangi sampai batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi di

dalamnya (Winarno, dkk., 1992).

Prinsip metode ini adalah menguapkan air yang ada di dalam bahan

dengan pemanasan selanjutnya menimbang bahan sampai berat konstan yang

berarti semua air sudah diuapkan. Pada metode ini sampel dibiarkan dalam alat

pengering (oven) pada suhu 70-105˚C. Kelebihan metode ini adalah prosedurnya

yang sederhana dan data yang diperoleh cukup baik dan akurat. Kelemahannya

adalah bahan lain juga ikut menguap dan hilang bersama dengan uap air seperti

alkohol, asam asetat dan minyak atsiri. Penguapan air dapat dipercepat untuk

menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi

yang lain karena pemanasan, maka dapat dilakukan dengan suhu rendah atau

(22)

2.3.2 Metode destilasi (Thermovolumetri)

Prinsip dari penentuan kadar air dengan metode destilasi ini adalah

menguapkan air dengan ‘pembawa’ cairan kimia yang mempunyai titik didih

lebih tinggi daripada air dan tidak dapat bercampur, serta mempunyai berat jenis

lebih rendah daripada air, seperti toluen. Cara ini baik untuk menentukan kadar air

dalam zat yang kandungan airnya kecil dan sulit ditentukan dengan cara

termogravimetri. Kelebihan metode ini hanya memerlukan waktu ± 1 jam

(Sudarmadji, dkk., 2003).

2.3.3 Metode kimiawi Cara Titrasi Karl Fischer

Cara ini adalah dengan mentitrasi sampel dengan larutan iodin dalam

metanol. Reagen lain yang digunakan dalam titrasi ini adalah sulfur dioksida dan

piridin, dalam pelaksanaannya titrasi harus dilakukan dengan kondisi bebas dari

pengaruh kelembapan udara. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dalam ruang

tertutup. Cara titrasi ini telah berhasil dipakai untuk penentuan kadar air dalam

alkohol, ester-ester, senyawa lipida, lilin, pati, tepung gula, madu dan bahan

makanan lain yang dikeringkan. Selain itu cara ini banyak dipakai karena

memberikan hasil yang tepat, tingkat ketelitiannya lebih kurang 0,5 mg dan dapat

ditingkatkan lagi dengan sistem elektroda yaitu mencapai 0,2 mg (Sudarmadji,

dkk., 2003).

2.3.4 Metode pengeringan vakum

(23)

dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum (Winarno,

dkk., 1992).

Pengeringan pada kondisi vakum dilakukan pada suhu yang lebih rendah

dibandingkan pengeringan atmosferik. Saat kondisi vakum, air menguap pada

suhu yang lebih rendah kemudian ditampung dalam suatu bagian alat pengering

vakum. Pengering vakum mempunyai komponen-komponen yaitu, wadah vakum

(vacuum chamber), sumber panas, pompa vakum dan alat untuk menampung uap

air. Keuntungan metode ini adalah kerusakan akibat panas dapat diminimalisir

karena suhu yang digunakan rendah dan dalam kondisi vakum. Proses oksidasi

terhadap bahan selama pengeringan juga dapat dihindari. Bahan yang dikeringkan

dapat berbentuk cairan, pasta, partikel diskret seperti tepung, maupun produk

dalam bentuk potongan atau serpihan (flake) (Estiasih dan Ahmadi, 2009).

2.3.5 Metode gravimetri

Analisis gravimetri adalah proses isolasi serta penimbangan suatu senyawa

tertentu, dalam bentuk yang semurni mungkin. Unsur atau senyawa itu dipisahkan

dari suatu porsi zat yang sedang diselidiki dan telah ditimbang (Basset, et. al.,

1994).

Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua

dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri

merupakan cara kuantitatif berdasarkan berat tetap (konstan). Pada metode ini

unsur atau senyawa dipisahkan dari sejumlah bahan yang akan dianalisis

(24)

2.4 Bahan Tambahan Pangan

Pengertian bahan tambahan pangan secara umum adalah bahan yang tidak

digunakan sebagai zat makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas

makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja

ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,

pengolahan penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan dan penyimpanan

(Cahyadi, 2006).

Beberapa bahan tambahan yang diizinkan digunakan dalam makanan

menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988

diantaranya sebagai berikut:

1. Antioksidan (Antioxidant)

2. Antikempal (Anticaking Agent)

3. Pengatur keasaman (Acidity Regulator)

4. Pemanis buatan (Artificial Sweeterner)

5. Pemutih dan pematang telur (Flour Treatment Agent)

6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental (Emulsifier, Stabilizer, Thickener)

7. Pengawet (Preservative)

8. Pengeras (Firming Agent)

9. Pewarna (Colour)

10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa (Flavour, Flavour Enhancer)

11. Sekuestran (Sequestrant)

Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan,

menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988

(25)

2. Formalin (Formaldehyd)

3. Minyak nabati yang dibrominasi (Brominated Vegetable Oils)

4. Kloramfenikol (Chlorampenicol)

5. Kalium klorat (Pottasium Chlorate)

6. Dietilpirokarbonat (Diethylpyrocarbonate)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988,

selain bahan tambahan diatas masih ada bahan tambahan kimia yang dilarang seperti

rhodamin B (pewarna merah), methanyl yellow (pewarna kuning), dulsin (pemanis

sintesis), dan kalsium bromat (pengeras).

2.5 Zat Pemanis

Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan

digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan

makanan kesehatan. Berfungsi sebagai pengawet, meningkatkan cita rasa dan

aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia sekaligus merupakan sumber kalori

bagi tubuh, mengontrol program pemeliharaan, penurunan berat badan,

mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai bahan substitusi pemanis utama

(Cahyadi, 2006).

2.5.1 Jenis pemanis

Dilihat dari sumbernya, pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis

alami dan pemanis buatan (sintetis).

Pemanis alami

Pemanis alami biasanya berasal dari tanaman sebagai penghasil pemanis

(26)

pemanis yang dihasilkan dari kedua tanaman tersebut dikenal sebagai gula alam

atau sukrosa. Beberapa bahan pemanis alam yang sering digunakan adalah

sukrosa, laktosa, maltosa, galaktosa, d-glukosa, d-fruktosa, sorbitol, manitol,

gliserol, gliserina.

Pemanis sintetis

Pemanis sintetis adalah bahan tambahan yang dapat menyebabkan rasa

manis pada pangan, tetapi tidak memiliki gizi. Beberapa pemanis sintetis yang

telah dikenal dan banyak digunakan adalah sakarin, siklamat, aspartam, dulsin,

nitro-propoksi-anilin.

Di antara berbagai jenis pemanis buatan atau sintetis, hanya beberapa saja

yang diizinkan penggunaannya dalam makanan sesuai Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 208/Menkes/Per/IV/1985, di antaranya sakarin, siklamat dan

aspartam dalam jumlah yang dibatasi atau dengan dosis tertentu (Yuliarti, 2007).

Pemanis buatan dan juga bahan kimia yang lain sesuai peraturan

penggunannya harus dibatasi. Alasannya, meskipun aman dikonsumsi dalam

kadar kecil, tetap saja dalam batas-batas tertentu pemanis buatan akan

menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan yang

mengkonsumsinya. Pembatasan tersebut dikenal sebagai ADI (acceptable daily

intake) atau asupan harian yang dapat diterima. ADI merupakan jumlah maksimal

pemanis buatan dalam g/kg berat badan yang dapat dikonsumsi tiap hari selama

(27)

Banyak aspek yang dijadikan pertimbangan dalam menentukan jenis

pemanis buatan yang diizinkan untuk digunakan dalam produk makanan, antara

lain nilai kalori, tingkat kemanisan, sifat toksik, pengaruhnya terhadap

metabolisme, gula darah, dan organ tubuh manusia (Ambarsari, 2008). Beberapa

hasil penelitian menunjukkan bahwa bila dikonsumsi berlebihan atau secara

berkelanjutan beberapa jenis pemanis membawa efek samping yang

membahayakan kesehatan manusia. Oleh sebab itu, selain ketentuan mengenai

penggunaan pemanis buatan juga harus disertai dengan batasan jumlah maksimum

penggunannya (Cahyadi, 2006).

2.6 Hubungan Struktur dan Rasa Manis

Menurut Cahyadi (2006), faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk

mengetahui hubungan struktur kimia bahan pemanis dengan rasa manis adalah:

1. Mutu rasa manis,

2. Intensitas rasa manis, dan

3. Kenikmatan rasa manis.

1. Mutu rasa manis

Faktor ini sangat bergantung dari sifat kimia bahan pemanis dan

kemurniannya. Uji sensoris menunjukkan mutu rasa manis yang berbeda antara

bahan pemanis satu dengan yang lainnya. Bahan alami yang dapat mendekati rasa

manis adalah gula. Salah satu pemanis buatan seperti aspartam memiliki rasa

(28)

Campuran sakarin dan siklamat akan menimbulkan rasa ikutan pahit yang

semakin terasa.

2. Intensitas rasa manis

Intensitas rasa manis menunjukkan kekuatan atau tingkat kadar kemanisan

suatu bahan pemanis. Hal ini berkaitan dengan nilai relatif rasa manis yang sama

maupun berbeda antara masing-masing bahan pemanis. Masing-masing pemanis

berbeda kemampuannya untuk merangsang indra perasa. Kekuatan rasa manis

yang ditimbulkan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah suhu dan

sifat mediumnya (cair atau padat).

3. Kenikmatan rasa manis

Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki rasa dan

bau bahan pangan sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan

kelezatan. Berbagai pemanis dapat menimbulkan rasa nikmat yang dikehendaki,

pada pemanis sintetis seperti sakarin tidak menimbulkan rasa nikmat bahkan

memberikan rasa yang tidak menyenangkan, tetapi penggunaan campuran sakarin

dan siklamat pada bahan pangan dapat menimbulkan rasa manis dan tanpa

menimbulkan rasa pahit. Rasa manis yang tepat sangat disukai, tetapi pemanis

(29)

2.7 Tujuan dan Dampak Penggunaan Pemanis Sintetis Tujuan penggunaan pemanis

Pemanis ditambahkan ke dalam bahan pangan mempunyai beberapa tujuan

di antaranya sebagai berikut (Cahyadi, 2006):

1. Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan.

2. Sebagai penyalut obat.

3. Menghindari kerusakan gigi.

4. Pada industri pangan, minuman, termasuk industri pokok, pemanis sintetis

digunakan untuk menekan biaya produksi karena pemanis sintetis ini selain

mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi juga harganya relatif murah

dibandingkan dengan gula yang diproduksi di alam.

Dampak penggunaan pemanis

1. Dampak positif

a. Digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman.

b. Meningkatkan cita rasa dan aroma, memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai

pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia.

c. Merupakan salah satu sumber kalori bagi tubuh.

d. Dapat membantu dalam mengatasi kelebihan berat badan, kontrol glukosa

(30)

2. Dampak negatif

a. Pemanis sintetis dipasarkan sebagai salah satu produk diet, tapi ini sama

sekali bukanlah produk untuk diet. Kenyataannya, ini dapat menyebabkan

berat tubuh bertambah karena dapat membuat kecanduan karbohidrat.

b. Pemanis sintetis adalah bahan kimia beracun yang dapat merubah kimiawi

pada otak dan sungguh mematikan bagi orang yang menderita Parkinson.

c. Bagi penderita diabetes, mengkonsumsi pemanis dengan kadar gula tinggi

dapat menyebabkan koma, bahkan meninggal (Yuliarti, 2007).

2.8 Siklamat

Siklamat atau asam siklamat atau cyclohexylsulfamic acid (C6H13NO3S)

sebagai pemanis buatan digunakan dalam bentuk garam kalsium dan natrium

siklamat. Pertama kali ditemukan dengan tidak sengaja oleh Michael Sveda pada

tahun 1937. Secara umum, garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau,

tidak berwarna, dan mudah larut dalam air dan etanol serta berasa manis. Sejak

tahun 1950, siklamat ditambahkan ke dalam pangan dan minuman biasanya dalam

bentuk garam natrium dari asam siklamat dengan rumus molekul

C6H11NHSO3Na. Siklamat dikenal dengan nama assugrin, sucaryl, atau sucrosa

(Cahyadi, 2006).

Siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang disenangi, tidak

seperti sakarin. Bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisannya ± 30

(31)

sukrosa. Bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang

diproses dalam suhu tinggi, misalnya pangan dalam kaleng (Cahyadi, 2006).

Siklamat terdapat dalam dua macam yaitu asam dan garamnya. Natrium

siklamat adalah bentuk garam yang sering digunakan sebagai pemanis sintetis.

2.8.1 Batas Maksimum Penggunaan Siklamat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988

tentang bahan tambahan makanan, batas maksimum penggunaan siklamat dapat

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Batas Maksimum Penggunaan Siklamat

No Jenis /Bahan Makanan Batas Maksimum Penggunaan Siklamat

1 Permen karet 500 g/kg

9 Minuman fermentasi 500 g/kg

2.8.2 Pemerian siklamat 1. Natrium siklamat

Gambar 2.1 Struktur kimia Natrium siklamat

Rumus molekul : C6H11NHSO3Na

Rumus bangun : -NH-SO3-Na

(32)

Kelarutan : larut dalam 5 bagian air, dalam 250 bagian etanol (95 %)

P dan dalam 25 bagian propilen glikol P, praktis tidak

larut dalam kloroform P dan dalam eter P.

Pemerian : hablur atau serbuk hablur; putih; tidak berbau atau hampir

tidak berbau; rasa agak manis walaupun dalam larutan

encer (Ditjen POM,1979).

2.8.3 Toksisitas siklamat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988,

kadar maksimum asam siklamat yang diperbolehkan dalam pangan dan minimum

berkalori rendah adalah 3 g/kg bahan pangan dan minuman (Cahyadi, 2006).

Kontroversi penggunaan siklamat baru muncul pada tahun 1969. Ketika itu,

Food and Drug Administration (FDA) menemukan bukti bahwa campuran

siklamat dan sakarin dapat menyebabkan kanker kandung kemih, mutasi, cacat

lahir, dan gangguan testis (testicularis damage) pada hewan. Akhirnya FDA pada

tahun itu juga melarang penggunaan siklamat. Namun, setelah dilakukan

penelitian toksikologi lebih lanjut oleh World Health Organization (WHO), tidak

ada bukti siklamat bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker. Pelarangan ini

akhirnya dicabut kembali (Syah, 2005).

Siklamat memiliki tingkat kemanisan tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa

pahit) tetapi dapat membahayakan kesehatan. Campuran siklamat dengan sakarin

akan menimbulkan gangguan kesehatan karena hasil metabolisme siklamat yang

(33)

berlangsung seketika, tetapi bisa muncul bertahun-tahun setelah mengkonsumsi

(34)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian penetapan kadar air pada sukade dengan metode gravimetri dan

identifikasi kandungan senyawa natrium siklamat dengan metode kualitatif secara

pengendapan dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM)

yang berada di Jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No. 2 Medan.

3.2 Penetapan Kadar Air Pada Sukade dengan Metode Gravimetri dan Identifikasi Kandungan Senyawa Natrium Siklamat

3.2.1 Penetapan kadar air pada sukade dengan metode gravimetri a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah krus porselin, spatula, timbangan analitik

(Analitic Balance Digital Precisa XB 220 A), oven (Drying Oven Lab Tech LDO

060E) dan eksikator. Bahan yang digunakan adalah sukade (BBPOM).

b. Prosedur

Prosedur yang digunakan adalah prosedur yang diterapkan di Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

Sebanyak 1 gram cuplikan ditimbang seksama pada sebuah krus porselin

yang sudah diketahui bobotnya. Selanjutnya dikeringkan di dalam oven pada suhu

105oC selama 3 jam lalu didinginkan di dalam eksikator dan ditimbang. Pekerjaan

(35)

Kadar air =

dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram)

W2 = bobot cuplikan setelah dikeringkan (gram)

(36)

a. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah tabung reaksi, beker gelas, penangas air,

lemari asam. Bahan yang digunakan adalah sukade (BBPOM), HCl (p), BaCl2

(10%), NaNO2 (10%).

b. Prosedur

Prosedur yang digunakan adalah prosedur yang diterapkan di Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

Sejumlah 100 ml cuplikan bentuk cair atau larutan cuplikan padat setara

dengan 3 mg Na Siklamat. Sampel dimasukkan ke dalam beaker glass 200 ml lalu

ditambahkan air secukupnya sampai terendam sambil diaduk beberapa menit.

Selanjutnya sampel disaring, ambil larutannya. Pindahkan larutannya ke dalam

tabung reaksi lalu ditambahkan dengan 5 ml HCl (p) dan 10 ml BaCl 10%,

biarkan selama 5 menit, bila terbentuk endapan tambahkan dengan NaNO2 10%.

Campuran dipanaskan selama lebih kurang 2 jam di atas tangas air. Siklamat

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada percobaan penetapan kadar air pada sukade dengan metode

gravimetri, diketahui bahwa sukade mengandung air dengan kadar 39,27%.

Contoh perhitungan hasil pengujian dapat dilihat di lampiran 1. Pada identifikasi

kandungan senyawa natrium siklamat pada sukade ternyata positif mengandung

natrium siklamat dengan terbentuknya endapan putih barium sulfat.

4.2 Pembahasan

Buah kering sukade yang diuji tidak memenuhi persyaratan kadar air,

karena menurut SNI 01-3710-1995 rentang kadar air yang diperbolehkan untuk

buah kering sukade adalah maksimal 31% (SNI,01-3710-1995).

Kadar air dalam makanan menentukan kecepatan terjadinya kerusakan

pada makanan, karena semua kerusakan pada makanan memerlukan air dalam

prosesnya. Semakin tinggi kadar air dalam makanan, maka akan semakin cepat

terjadi kerusakan pada makanan tersebut. Oleh karena itu, kadar air dalam

makanan yang tidak memenuhi persyaratan akan menjadi media untuk

pertumbuhan mikroba serta akan memperpendek daya simpan dari makanan

tersebut (Purnomo, 1995).

Identifikasi kandungan senyawa siklamat dengan sampel sukade ini

(38)

reagen BaCl2 10%, HCl (p) dan NaNO2 10% . Reagen-reagen tersebut berfungsi

sebagai pereaksi untuk siklamat yang ada pada sampel.

Terjadinya endapan putih BaSO4 karena adanya reaksi antara natrium

siklamat dengan barium klorida (BaCl2) dan natrium nitrit (NaNO2). Natrium

siklamat dapat diidentifikasi sebagai endapan barium sulfat (BaSO4) apabila

ditambahkan larutan barium klorida (BaCl2) dalam suasana asam yaitu dengan

penambahan asam klorida (HCl) pada sampel dan kemudian ditambahkan natrium

nitrit (NaNO2).

Hasil uji secara kualitatif adanya senyawa natrium siklamat pada buah

kering sukade ditunjukkan dengan adanya endapan putih BaSO4 yang berada pada

filtrat, hal ini menunjukkan hasil yang positif. Uji dinyatakan negatif bila tidak

terbentuk endapan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis di Laboratorium

Pangan dan Bahan Berbahaya di BBPOM Medan secara kualitatif diketahui

bahwa sampel sukade diketahui positif terhadap uji kandungan senyawa natrium

siklamat sebagai pemanis buatan. Namun, penulis tidak meneliti lebih lanjut

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil percobaan penetapan kadar air pada sukade dengan metode

gravimetri, diketahui bahwa sukade yang diuji mengandung air sebesar 37,94%,

sehingga tidak memenuhi persyaratan karena menurut SNI 01-3710-1995 rentang

kadar air yang diperbolehkan untuk buah kering sukade maksimal adalah 31%.

Hasil identifikasi kandungan senyawa natrium siklamat dengan metode

kualitatif secara pengendapan, diketahui bahwa sukade yang diuji positif

mengandung senyawa natrium siklamat, sehingga tidak memenuhi persyaratan

SNI 01-3710-1995 karena syarat pemanis siklamat yang diperbolehkan pada buah

kering sukade harus negatif.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar memeriksa kadar air dan

pemanis pada buah kering lainnya. Sebaiknya dilakukan uji parameter syarat mutu

buah kering sukade lainnya yaitu uji pewarna dan pemanis, sakarin dan uji

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarsari, Indrie dan Sarjana. (2008). Penerapan Standar Penggunaan Pemanis Buatan Pada Produk Pangan. Semarang: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Hal. 79.

Basset, J., Denny, R.C., Jeffrey, G.H., dan Mendham, J. (1994). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Incluiding Elementary Instrumental Analysis. Jakarta: EGC. Hal. 472.

BSN. (1995). Syarat Mutu Buah Kering. SNI 01-3710-1995. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Hal. 34.

Cahyadi, W. (2006). Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal. 1, 67, 74-75.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tentang Bahan Tambahan Makanan Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/X/88.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 407.

Estiasih, T., dan Ahmadi, K. (2009). Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hal. 97.

Purnomo, H. (1995). Aktivitas Air dan Peranannya dalam Pengawetan Pangan. Jakarta: UI Press. Hal. 1-3.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 91, 97.

Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. (2003). Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Hal. 57-60, 63-68.

Suprapti, M.L. (2005). Aneka Olahan Papaya Mentah Dan Mengkel. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 21, 28-31.

Syah, D. (2005). Manfaat Dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor : Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian.

Warisno. (2003). Budi Daya Pepaya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 18-19.

(41)
(42)

Lampiran 1

Penetapan Kadar Air Pada Sukade dengan Metode Gravimetri dan Identifikasi Kandungan Senyawa Natrium Siklamat

Nama contoh : sukade

No. Kode contoh : 29/D1/MM/13

Wadah/kemasan : bungkus plastik/250 gram

Pabrik : Karya Mulia, Garut-Indonesia

Komposisi : ponceau 4R, tartrazine Cl, sunset yellow FCF Cl, brilliant

blue FCF Cl, pepaya gula, asam sitrat, natrium benzoat

Waktu daluarsa : 31 Desember 2013

No. Reg. : P. IRT No. 814320501152

Bobot contoh Bobot wadah I + zat sesudah

pemanasan (g)

dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram)

W2 = bobot cuplikan setelah dikeringkan (gram)

(43)

= 39,66%

Penimbangan II

Bobot wadah I

kosong (g)

Bobot contoh Bobot wadah I + zat sesudah

pemanasan (g)

dimana: W1 = bobot cuplikan sebelum dikeringkan (gram)

Gambar

Tabel 2. Batas Maksimum Penggunaan Siklamat

Referensi

Dokumen terkait

Adapun manfaat yang diperoleh dari penetapan kadar air dalam bakso ikan kemasan adalah agar dapat mengetahui bahwa produk makanan yang beredar di pasaran

Dari hasil percobaan penetapan kadar air pada sabun mandi sere dengan metode pengeringan, diketahui bahwa Sabun mandi sere yang diuji mengandung air dengan kadar 8,04 %, Sabun

Dari hasil yang diperoleh, sabun mandi sediaan padat yang diuji memenuhi persyaratan kadar alkali bebas, sesuai dengan SNI 06-3532-1994, dimana kadar alkali bebas yang

Hasil ini menunjukkan bahwa kadar siklamat pada masing-masing sampel tidak melebihi kadar yang diperbolehkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan..

Hasil percobaan penetapat kadar glukosa pada madu diketahui glukosa yang terkandung didalam madu hutan sebesar 71,79%, memenuhi syarat sesuai dengan SNI 01-3534-2013 yaitu

Hasil percobaan penetapat kadar glukosa pada madu diketahui glukosa yang terkandung didalam madu hutan sebesar 71,79%, memenuhi syarat sesuai dengan SNI 01-3534-2013 yaitu

Dari hasil percobaan penetapan kadar air pada sediaan sabun mandi pemutih padat secara gravimetri, diketahui bahwa sabun yang diuji mempunyai kadar air rata-rata 8,45%,