PERBEDAAN ASERTIFITAS REMAJA
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
SKRIPSI
Oleh :
Nurul Farida
06810202
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
i
PERBEDAAN ASERTIFITAS REMAJA
DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan
Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Nurul Farida
06810202
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan keharibaan Allah
SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perbedaan Asertifitas Ditinjau dari Jenis Kelamin”, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, dan para
pengikutnya.
Penulis menyadari dan mengakui, terwujudnya skripsi ini bukan semata-mata
karena peneliti sendiri. Namun banyak pihak yang ikut andil dan membantu penulis.
Dengan penuh kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak tersebut, teristimewa pada :
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang atas kesempatan dan bantuan yang diberikan,
2. Yudi Suharsono, M.Si, selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk mengarahkan, memberikan saran, serta kesabaran dan
pengertiannya sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik.
3. M. Salis Yuniardi, M.Psi, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan
waktu untuk mengarahkan, memberikan saran, memotivasi, serta sabar dan
ikhlas untuk membimbing dan mengarahkan peneliti hingga selesainya
penulisan tugas akhir/skripsi ini.
4. Ibu Diana Savitri H. M.Psi, selaku dosen wali psikologi 2006 kelas D yang
selalu memberi dukungan dan bimbingan sehingga peneliti bisa menyelesaikan
studi Strata I.
5. Seluruh Dosen dan pegawai TU Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
vi
6. SMP Negeri I Pakong Pamekasan dan SMP Muhammadiyah IV Balong
Ponorogo yang telah berkenan memberikan ijin untuk melakukan penelitian
sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Abaku “guru dalam menjalani hidup” sumber motivasiku, inspirasiku, yang
karena tetesan keringatnya, penulis bisa merasakan indahnya dunia.
8. Ummiku yang dengan belaian tangannya penulis memahami bahwa dunia
bukanlah tempat yang menyeramkan.
9. Kakak-kakakku, kini kita tidak bisa bermain bersama lagi, tapi yakinlah tak
sama bukan berarti berbeda, kita tetaplah saudara yang akan selalu ada dalam
suka dan duka.
10. Teman-teman seperjuanganku ARVEZHASTY ’05 yang selalu bersedia menjadi
tempat curhatku terutama ketika aku lelah dan letih dalam mengerjakan tugas
akhir ini, terima kasih Riema, Mpiet, Ika, Devi, Windi dan kalian semua.
11. Motivator-motivatorku; Fia, Rif’ah, Wenny, dan Ufa kini giliranku
mengucapkan terima kasih untuk kalian yang telah dulu lulus dan mengukir
namaku di lembar ucapan terima kasih. Tak lupa untuk Lastri, Wida, dan Ike,
kita tertatih bersama, mencoba berdiri dan berlari bersama, terima kasih teman.
Karya ini penulis dedikasikan untuk orang-orang yang senantiasa menghargai
karya orang lain, dan masih banyak lagi pihak-pihak yang belum sempat penulis
ukir, nama kalian bukan di kertas ini tapi di hati penulis terima kasih banyak buat
kalian semua.
Wallahul Muwafiq Ilaa Aqwamitthariq, Wassalamualaikum Wr. Wb
Malang, 03 Mei 2011
Penulis
viii
D. Perbedaan Asertifitas Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 28
E. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 30
F. Hipotesis ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 32
A. Rancangan Penelitian ... 32
B. Variabel Penelitian ... 32
1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32
2. Definisi Operasional... 32
C. Populasi dan Sampel ... 33
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 34
1. Jenis Data ... 34
2. Metode Pengumpulan Data ... 34
3. Validitas dan Reliabilitas ... 36
ix
BAB V PENUTUP ... 45
A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 47
x
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
Tabel 1 : Perbedaan Laki-laki dan Perempuan ... 27
Tabel 2 : Skor Pilihan Jawaban ... 35
Tabel 3 : Blue Print Skala Perilaku Asertif ... 35
Tabel 4 : Uji Validitas Skala Perilaku Asertif ... 37
Tabel 5 : Uji Reliabilitas Skala Perilaku Asertif ... 38
Tabel 6 : Rancangan Analisa Data T-test ... 39
Tabel 7 : Sebaran T-skor Klasifikasi Asertifitas Remaja Ditinjau dari Jenis Kelamin Laki-laki ... 40
Tabel 8 : Sebaran T-skor Klasifikasi Asertifitas Remaja Ditinjau dari Jenis Kelamin Perempuan ... 41
Tabel 9 : Rangkuman Uji T-Test Perbedaan Asertifitas Remaja Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 41
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
Lampiran I : Surat Izin Penelitian ... 50
Lampiran II : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 52
Lampiran III : Skala Perilaku Asertif Untuk Tryout ... 54
Lampiran IV : Validitas dan Reliabilitas Item Per-aspek ... 57
Lampiran V : Reliabilitas Item Secara Keseluruhan ... 76
Lampiran VI : Skala Perilaku Asertif Untuk Penelitian ... 80
47
DAFTAR PUSTAKA
Adam, L. dan Lenz, E. (1995). Be Your Self (Jadilah Diri Anda Sendiri). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Alberti, R. dan Emmons, M. (2002). Your Perfect Right. Edisi Kedelapan. Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo
Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Dalam Praktek. Jakarta :
Rineka Cipta
Astuti, Yeni. (2007). Perbedaan Perilaku Asertif Antara Mahasiswa UMM Yang
Berasal dari Madura dan Jawa Tengah (Skripsi, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Azwar, Saifuddin. (1995). Sikap Manusia. Edisi kedua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
(2005). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
(2007). Reliabilitas dan Validitas. Edisi ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Cawood, D. (1997). Manager Yang Asertif. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Dagun, Save M. (1992). Maskulin dan Feminin. Jakarta : Rineka Cipta
(2002). Psikologi Keluarga (Peranan Ayah Dalam Keluarga).
Jakarta : PT Rineka Cipta
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Fakih, M. (1999). Merintis Gender dan Tranformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka
Belajar
Fensterheim, Herbert dan Bear, Tean L. (1995). Jangan Bilang Ya Bila Anda Akan
Mengatakannya Tidak. Jakarta : Gunung Jati
Fibrianti, Nawang. (2006). Hubungan Antara Perilaku Asertif dengan Interaksi
Sosial Pada Remaja (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang, Jawa Timur).
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
48
Jayati, D. (2010). Gambaran Penggunaan Narkoba pada Pria yang Direhabilitasi di
Yayasan Al–Kamal Sibolangit Center Tahun 2010 (Skripsi, Universitas
Sumatera Utara)
Kerlinger, Fred N. (2008). Azas-azas Peneitian Behavioral. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press
Kuntjara, Esther. (2003). Gender, bahasa dan kekuasaan. Jakarta : Gunung Mulia
Lange, A dan Jakubowski, P. (1978). Responsible Assertive Behavior: Cognitive
Behavior Procedures for Trainners. USA : Research Press
Lava, Nadya Comanechie E. (2010). Pelatihan Peningkatan Perilaku Asertif Sebagai
Upaya Mencengah Seks Bebas Pada Remaja (Skripsi, Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Mappiare, Andi. (1989). Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional
Monks, F. J. dan Haditono, S. R. (2002). Psikologi Perkembangan (Pengantar
Dalam Berbagai Bagiannya). Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Nazir. (2005). Metode Penelitian. Bogor Selatan : Ghalia Indonesia
Palmer, Stephen dan Puri, Angela. (2006). Coping With Stress at University : a
Survival Guide
Porpitasari, Mustika Desy. (2007). Pengaruh Kemampuan Asertif Terhadap
Hubungan Interpersonal. (Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri, Jawa Timur).
Rathus, S.A. dan Nevid, J.S. (1983). Adjustment and Growth: The Challenges of Life
(2nd ed). New York : CBS College Publising
Sajid, Putri Marina Y. (2004). Perbedaan Sikap Terhadap Mantan Narapidana
Ditinjau dari Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan (Skripsi, Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur).
Santosa, J.S. (1999). Peran Orang Tua dalam Mengajarkan Asertifitas Pada Remaja.
Anima : Indonesian Psycological Journal
Santrock, John W. (2002). Edisi Kelima Life-Span Development: Perkembangan
Masa Hidup Jilid II. Jakarta : Erlangga
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo
49
Sears. (1995). Psikologi Sosial Jilid 2 Terjemahan Michael Andriyanto. Jakarta :
Erlangga
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Suryabrata, S. (1998). Metode Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Winarsunu, Tulus. (2009). Statistik Dalam Penelitian Psiklogi dan Pendidikan.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika berinteraksi dengan orang lain, seseorang merasa tidak diterima di
lingkungannya, dikucilkan, karena pola pikirnya berbeda dengan orang lain atau
merasa tidak bisa mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya sehingga individu
tersebut merasa terasingkan. Lemah dalam berkomunikasi dan gagal dalam
mengungkapkan pendapat atau apa yang ada dalam pikiran seseorang akan membuat
individu tersebut merasa tertekan dan menimbulkan masalah dalam berhubungan
sosial dengan orang lain. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi sangat
diperlukan, tanpa adanya kemampuan komunikasi yang baik maka individu akan
mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Kemampuan
berkomunikasi dan penyesuaian diri yang baik dan efektif terutama sangat
diperlukan oleh para remaja. Hal ini sesuai dengan salah satu tugas perkembangan
masa remaja yang tersulit yaitu berhubungan dengan penyesuaian sosial (Hurlock,
1980).
Hubungan dengan teman sebaya mempunyai arti yang sangat penting bagi
remaja, melalui hubungan ini remaja akan semakin luas pergaulan sosialnya dan
mengalami penyesuaian baru dari pada sebelumnya. Namun tidak dapat dipungkiri
bahwa semakin luas pergaulan remaja, mereka juga akan menghadapi masalah atau
konflik baik itu konflik kecil ataupun besar yang berhubungan dengan kehidupan
sosial (Hurlock, 1980). Konflik-konflik yang terjadi seringkali disebabkan karena
remaja melanggar nilai-nilai yang ada dalam kelompok, dalam pergaulan remaja
tentunya mempunyai nilai-nilai kelompok yang harus dijalankan oleh remaja.
Nilai-nilai pada remaja yang diterima secara kelompok akan menjadikan para remaja
mengevaluasi nilai-nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki teman sebayanya serta
memutuskan mana yang benar dan mana yang salah. Proses mengevaluasi ini dapat
membantu remaja mengembangkan kemampuan penalaran moral mereka. Dalam
kelompok teman sebaya mereka akan mencoba mengambil keputusan sendiri, dan
ketika remaja salah dalam mengambil keputusan maka akan menjadikan sumber
2
Penyesuaian pribadi dan sosial remaja ditekankan pada lingkup kelompok
teman sebaya karena kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial pertama
dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota
keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok baru dan
memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam
lingkungan keluarga remaja (Santrock, 2002). Oleh karena itu remaja dituntut
memiliki kemampuan pertama dan baru dalam menyesuaikan diri serta dapat
dijadikan dasar dalam hubungan sosial yang lebih luas. Menciptakan dan
mengembangkan kemampuan komunikasi serta penyesuaian diri yang efektif
bukanlah hal yang mudah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
melatih dan mengembangkan kemampuan berperilaku asertif. Perilaku asertif
diperlukan remaja dalam bergaul di lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan
sosial. Dengan berperilaku asertif remaja akan dapat melindungi diri sendiri dari
tekanan atau pengaruh lingkungan yang tidak baik. Banyak pengaruh yang datang
saat remaja, diantaranya pengaruh dari teman bergaulnya. Pengaruh tersebut mulai
dari membolos sekolah bahkan sampai ke perilaku yang menuju seks bebas.
Fensterheim dan Baer (1995) mengatakan remaja yang asertif adalah remaja
yang berpendapat dengan mengemukakan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya
tanpa rasa takut serta dapat berkomunikasi dengan orang lain secara lancar.
Sebaliknya remaja yang kurang asertif adalah remaja yang mempunyai ciri-ciri
terlalu mudah mengalah (lemah), mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada diri
sendiri, sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain dan tidak merasa bebas
untuk mengemukakan masalah dan hak-hak yang diinginkan.
Selain itu Anrahmanto (dalam Astuti, 2007) juga mengatakan bahwa dalam
bersikap asertif seseorang dituntut untuk jujur terhadap dirinya dan jujur pula dalam
mengekpresikan perasaan, pendapat dan kebutuhan secara proporsional, tanpa ada
maksud untuk manipulasi, memanfaatkan ataupun merugikan pihak lainnya. Sering
terjadi dalam hubungan interpersonal, komunikasi berjalan kurang efektif karena
kurang mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan keinginan secara jujur dan
terbuka. Individu menunjukkan ketidak berdayaan, kepasifan meskipun hak-hak
3
bertentangan dengan hati nurani, tidak mustahil bila pola berhubungan yang
berkembang banyak diwarnai dengan konflik dan ketegangan.
Remaja yang memiliki sikap asertif mampu melakukan komunikasi dalam
kelompoknya, disekolah remaja asertif cenderung akan bertanya tentang hal-hal yang
belum dipahaminya, aktif dalam diskusi, dan mampu menyampaikan kebutuhannya.
Hal itu membantu remaja memiliki hubungan yang baik dengan kelompoknya, dan
menunjang prestasi remaja di sekolah. Melalui perilaku asertif para remaja dapat
mengadakan hubungan sosial dengan teman sebaya, terutama ditekankan pada
hubungan interpersonal baik sejenis atau lawan jenis. Penerimaan teman sebaya
menjadikan remaja memperoleh rasa berharga dan dibutuhkan oleh orang lain. Selain
itu dengan bersikap asertif akan membantu remaja untuk bersikap tepat dalam
menghadapi situasi dimana hak-hak remaja dilanggar (Fensterheim dan Bear, 1995).
Namun kebanyakan remaja cenderung enggan bersikap asertif, untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yaitu adanya rasa takut apabila nantinya
dijauhi oleh teman-temannya atau kelompoknya. Salah satu faktor remaja bersikap
non asertif adalah membela otoritas, remaja cenderung bersikap sesuai dengan ciri,
norma, dan kebiasaan dalam kelompok. Pada umumnya banyak remaja non-asertif
yang dihinggapi rasa takut sehingga mereka tidak mau menyatakan perasaan,
kebutuhan, dan pendapatnya yang paling biasa sekalipun, sehingga remaja selalu
merasa bersalah atas segala tindakan atau keputusan yang diambilnya itu. Banyak
remaja yang menyatakan ide atau kebutuhannya dengan cara begitu tidak
menonjolkan diri, sehingga orang lain tidak menghargai atau bahkan meremehkan
mereka. Perilaku non asertif membuat remaja tidak berhasil meraih tujuan yang
diinginkannya (Adam dan Lenz, 1995).
Remaja sering terlibat dengan narkoba, merokok, alkohol dan seks bebas.
Sampai saat ini narkoba masih mengancam masyarakat Indonesia meski Indonesia
telah berkomitmen bebas narkoba dan HIV AIDS pada tahun 2015. Hal ini dapat kita
lihat dari jumlah pengguna narkoba yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada
tahun 1970 diperkirakan hanya 130.000 orang yang menggunakan narkoba dan pada
tahun 2009 terdeteksi 2% penduduk pernah bersentuhan dengan narkoba atau
meningkat 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya, 2% tersebut terdiri dari 60% usia
4
Jumlah pengguna narkoba dari tahun 1997-2008 adalah 176,334 dan terbanyak
pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 162,521 dan perempuan 13,823 dengan Angka
kematian pecandu mencapai 1,5% pertahun atau 15000 orang meninggal dalam
setahun (Hendarman dalam Jayati, 2010). Dari data tersebut menunjukkan bahwa
pengguna narkoba lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Salah satu sebab
terjerumusnya remaja untuk menggunakan narkoba adalah pengaruh teman sebaya,
oleh karena itu remaja harus berperilaku asertif, dalam hubungan pergaulan yang
menyebabkan terjerumus dalam penggunaan narkoba.
Selain itu kenakalan remaja lainnya seperti seks bebas juga semakin
meningkat. Menurut Palmer dan Puri (2006) Anak-anak muda mulai terlibat seks
pada usia yang sangat muda. Desakan teman dalam hal seks ini sangat besar. Ada
anak-anak muda yang karena ingin menjadi bagian dari suatu kelompok atau
diterima dalam pergaulan mulai terlibat seks pada usia 11, 12 atau 13 tahun.
Lebih dari 200 perempuan meninggal setiap hari disebabkan komplikasi
pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Menurut Damayanti (dalam Lava,
2010), perilaku seks pranikah itu cenderung dilakukan karena pengaruh teman
sebaya yang negatif. Dari berbagai dampak yang ada dapat dilihat bahwa kerugian
terbesar dari pergaulan seks pranikah akan dialami oleh remaja perempuan. Karena
apabila hamil akan mengalami beban jangka panjang baik kondisi fisik maupun
psikologis. Remaja perempuan kurang dapat berpikir dengan logis disaat mendapat
bujukan atau rayuan dari pacarnya terkadang juga laki-laki yang baru dikenalnya.
Remaja perempuan juga perlu bersikap tegas terhadap bujukan atau pengaruh
laki-laki untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Karena kuatnya pengaruh
negatif remaja dalam pergaulan pada khususnya perilaku seks bebas pada remaja,
maka diperlukan adanya perilaku asertif yang dimiliki oleh remaja, khususnya
remaja perempuan. Karena dalam perilaku seks bebas remaja perempuan memiliki
peran dan kerugian yang besar daripada remaja laki-laki. Remaja perempuan akan
mengalami hamil diluar nikah yang dapat mengakibatkan terjadinya putus sekolah
karena dapat dikeluarkan dari sekolah, sehingga masa depannya akan menjadi tidak
baik.
Setiap individu memiliki kemampuan asertif yang berbeda, begitu juga pada
5
dibedakan dimasyarakat, laki-laki harus tegas dan kompetitif. Masyarakat
mengajarkan bahwa asertif kurang sesuai untuk anak perempuan. Oleh karena itu
tampak terlihat bahwa perempuan lebih bersikap pasif meskipun terhadap hal-hal
yang kurang berkenan dihatinya (dalam Fensterheim dan Baer, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Porpitasari (2007)
tentang pengaruh kemampuan asertif terhadap hubungan interpersonal siswa, dapat
diketahui bahwa kemampuan asertif mempengaruhi hubungan interpersonal.
Penelitian sebelumnya oleh Fibrianti (2006) tentang hubungan antara perilaku asertif
dengan interaksi sosial pada remaja, disimpulkan bahwa ada hubungan antara
perilaku asertif dengan interaksi sosial pada remaja, dimana semakin tinggi perilaku
asertif maka semakin tinggi pula interaksi sosialnya begitu pula sebaliknya, semakin
rendah perilaku asertifnya maka semakin rendah interaksi sosialnya. Tahun 2004,
sajid melakukan penelitian tentang perbedaan sikap terhadap mantan narapidana
ditinjau dari jenis kelamin dan tingkat pendidikan, dari penelitian tersebut dihasilkan
bahwa ada perbedaan sikap yang sangat signifikan terhadap mantan narapidana
ditinjau dari jenis kelamin dan tingkat pendidikan, dimana laki-laki dengan
pendidikan tinggi memiliki sikap yang lebih positif dibandingkan perempuan dengan
pendidikan rendah.
Hasil observasi dan wawancara awal yang pernah dilakukan peneliti pada
tanggal 23-27 Agustus 2010 terhadap beberapa siswa di SMPN Pakong Pamekasan,
ada beberapa siswa yang terpengaruh pergaulan teman-temanya, mereka tidak bisa
menolak atau berkata tidak terhadap setiap ajakan temannya walaupun hal itu
perbuatan yang tidak baik, seperti keluar kelas saat jam pelajaran bila guru
berhalangan hadir. Adapun hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru
BP, wali kelas dan kepala sekolah diketahui bahwa siswa yang dianggap asertif
mempunyai prestasi yang lebih menonjol dari pada siswa yang non asertif, tahun
2009 ada dua siswa kelas III yang tidak lulus sekolah, kedua siswa tersebut berjenis
kelamin perempuan dan termasuk siswa yang non asertif. Namun walaupun demikian
sebagian siswa yang asertif banyak mempengaruhi teman-temanya untuk bolos
sekolah sehingga setiap harinya di sekolah ini ada siswa yang bolos sekolah.
Hal ini juga peneliti temui di sekolah SMP Muhammadiyah IV Balong
6
menunjukkan bahwa siswa-siswi mengalami kesulitan dalam berperilaku asertif.
Banyak dari siswa yang kurang bisa berkomunikasi secara aktif, tidak bisa
mengungkapkan ide dan pendapatnya ketika diskusi kelompok, dan mereka
cenderung takut bertanya tentang pelajaran yang mereka kurang kuasai.
Berdasarkan penelitian dan fenomena yang terjadi di atas, peneliti melanjutkan
penelitian sebelumnya, namun difokuskan pada kemampuan asertifitas. Peneliti ingin
mengetahui apakah ada perbedaan asertifitas remaja ditinjau dari jenis kelamin,
maka dari itu penting untuk dilakukan penelitian tentang “Perbedaan Asertifitas
Remaja Ditinjau dari Jenis Kelamin”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan asertifitas remaja ditinjau dari jenis kelamin?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan asertifitas remaja ditinjau dari jenis kelamin
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khazanah keilmuan
psikologi khususnya psikologi pendidikan, psikologi perkembangan, psikologi
sosial.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberi pemahaman bagi orang tua dan
masyarakat akan pentingnya perilaku asertif bagi remaja, dengan pemahaman
tersebut diharapkan untuk senantiasa menumbuhkan dan mengasah perilaku
asertif pada diri remaja dari mulai anak-anak, serta sebagai informasi untuk