• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRESSOR TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN FLUX INTERNET CAFE MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH STRESSOR TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN FLUX INTERNET CAFE MALANG"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRESSOR TERHADAP STRESS KERJA KARYAWAN FLUX INTERNET CAFE MALANG

SKRIPSI

Oleh : Novel Fuad

09610152

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

SKRIPSI

“Pengaruh Stressor terhadap Stress Kerja

Karyawan Flux Internet Cafe Malang”

Oleh Novel Fuad

09610152

Pembimbing: Pembimbing I

Dra. Aniek Rumijati, M.M.

Pembimbing II

(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatulloh Wabarokatuh

Alhamdulillah wa syukurillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, hidayah, dan nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Stressor terhadap stress kerja karyawan Flux Internet Cafe Malang” ini tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Penulisan skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai derajat gelar Sarjana Ekonomi tahun 2014. Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan, bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis berkeinginan untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ibunda Maryam dan Ayahanda Fuad Nadji yang telah membesarkan, membimbing, dan menyayangi dengan penuh kasih, ketulusan, pengorbanan yang takkan pernah berakhir, dan selalu memberikan yang terbaik bagi putra-putrinya.

2. Dr. H. Nazaruddin Malik, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dra. Aniek Rumijati, M.M. dan Dra. Nurul Asfiah, M.M. Selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan, saran, dan solusi kepada peneliti dalam penulisan skripsi ini.

(4)

semangat di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang, yang nantinya sungguh sangat berarti bagi penulis dalam dunia kerja.

5. Teman-temanku kelas C Manajemen ’09, dan kelompok KKN 33 yang telah memberikan dukungan dan inspirasi kepada penulis.

6. Dan untuk semua pihak yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis selama ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan , kelemahan, maupun kesalahan dalam penyusunan Skripsi ini yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan tenaga penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sekalian.

Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kalangan akademik pada khususnya dan menjadi pijakan bagi penulis untuk berkarya lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Warahmatulloh Wabarakatuh.

Malang, 17 Januari 2014

(5)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

a. Pengertian Stress Kerja ... 9

b. Kategori Stress Kerja ... 13

c. Faktor Penyebab Stress Kerja ... 14

2. Kerangka pikir ... 21

D.Teknik Pengambilan Sampel... 24

E. Sumber Data ... 24

F. Teknik Pengumpulan Data ... 25

G.Definisi Operasional Variabel ... 25

H.Teknik Pengukuran Data ... 26

I. Teknik Pengujian Instrumen ... 27

J. Pengujian Reliabilitas... 28

K.Metode Analisa ... 29

(6)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Perusahaan ... 32

B.Karakteristik Responden ... 36

C.Uji Instrumen ... 40

D.Hasil Analisis Data ... 44

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 61

B.Saran ... 61

(7)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2. ...

2.1 Tabel Penelitian Terdahulu dengan Sekarang ... 7

Tabel 3 ... 3.1 Rentang Skala ... 30

Tabel 4 ... 4.1 Daftar Gaji ... 36

4.2 Jam Kerja Karyawan ... 36

4.3 Jenis Kelamin Responden ... 37

4.4 Usia Responden ... 38

4.5 Pendidikan Responden ... 39

4.6 Status Pernikahan Responden... 40

4.7 Uji Validitas (X1) ... 41

4.8 Uji Validitas (X2) ... 41

4.9 Uji Validitas (X3) ... 42

4.10 Uji Validitas (Y) ... 42

4.11 Uji Reliabilitas ... 43

4.12 Rentang Skala (X1) ... 44

4.13 Rentang Skala (X2) ... 45

4.14 Rentang Skala (X3) ... 47

4.15 Rentang Skala (Y) ... 48

4.16 Hasil Analisis Linear Berganda ... 50

4.17 Hasil Uji F ... 54

(8)

DAFTAR GAMBAR

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Keterangan Lampiran 1 Kuesioner

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Nur Udin. 2004. Pengaruh stressor terhadap stress kerja dan kinerja karyawan divisi jasa umum PERUM JASA TIRTA Malang

Ancok, D. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Arikunto, S., 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Dale, Yoder and Paul D Staudohar. 2007. Personal Management and Industrial Gibson, James L., John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly. (1996). Organisasi.

Jakarta : Binarupa Aksara.

Husein Umar, 2001, “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Robbins. S. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Dua. Salemba Empat

Janu Duto Mulyono. 2005. Pengaruh Stressor terhadap stress kerja karyawan pada perusahaan Auto 2000 Malang.

Kreitner & Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi 2. Edisi 5. Salemba Empat

Kreitner, Robert, Kinicki, Angelo.2005. Organizational Behavior. 7th ed. McGraw-Hill Inc. New York.

Luthans, Fred. (2006). Perilaku Organisasi edisi 10. Yogyakarta : Andi.

Rice, Philip. L. 2002. Stress & Health. 3rd ed. Pasific Grove : Books / Cole Publishing Company. U.K

Suprihanto John, dkk., (2003). Perilaku Organisasional. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. CV.Alfabeta, Bandung.

Singarimbun, M. dan Effendi, S., (2006), Metode Penelitian Survai, Cetakan Kedelapanbelas, Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta.

(11)

Widiyanti, Anik, 2008, “Analisis Pengaruh Work-Family Conflict dan Stress Kerja Terhadap

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi salah satunya ditentukan oleh pendayagunaan sumber daya manusia dimana yang menyediakan tenaga, kreativitas dan semangat bagi perusahaan serta memegang peranan penting dalam hal operasional perusahaan. Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan peranannya sangat penting dalam kaitannya dengan produktifitas/kinerja kerja karyawan. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi, stress juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi.

Pemahaman akan sumber sumber stres yang disertai dengan pemahaman terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif. Menurut Stephen. P.Robbins (2006) Stres adalah ”kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang,

kendala, atau tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting”.

(13)

2 Dipandang dari definisi tanggapan, stress adalah tanggapan fisiologis atau psikologis dari seseorang terhadap tekanan lingkungannya, dimana penekannya (stressor) berupa peristiwa atau situasi eksternal yang dapat membahayakan. Dari kedua definisi tersebut diatas maka muncullah definisi ketiga dimana merupakan pendekatan gabungan stimulus-fisiologis, yaitu stress adalah konsekuensi dari pengaruh timbal-balik (interaksi) antara rangsangan lingkungan dan tanggapan individu. Artinya stres adalah akibat dari interaksi khusus antara keadaan rangsangan dalam dalam lingkungan dan kecenderungan orang memberi tanggapan dengan cara tertentu.

Menurut Ivancevich dan Matteson dalam Luthans (2006), stress diartikan sebagai interaksi individu dengan lingkungan, tetapi kemudian diperinci lagi menjadi respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu dan atau proses psikologi yang merupakan konsekuensi tindakan, situasi, atau kejadian eksternal (lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik secara berlebihan pada seseorang.

Menurut Luthans (2006), stress didefinisikan sebagai suatu respon adaptif terhadap sitasi eksternal yang menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis, dan atau perilaku pada anggota organisasi. Semua respon yang ditujukan kepada stressor, baik respon fisiologis atau psikologis, disebut dengan stress. Definisi yang berbeda dikemukakan oleh Robbins, bahwa stress adalah suatu kondisi dinamik dimana seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (contraints), atau tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya dipresepsikan sebagai tidak pasti dan penting.

(14)

3 sisi negatif akan menimbulkan dampak yang negatif pula. Stress dapat memiliki dampak yang sangat negatif pada perilaku organisasi dan kesehatan seorang individu. Stress berhubungan secara positif dengan ketidakhadiran, berhentinya karyawan, penyakit jantung koroner, dan infeksi yang disebabkan oleh virus (Frayne & Geringer, yang dikutip dalam Kreitner & Kinicki, 2005).

Stress tingkat menengah dapat memacu karyawan untuk bekerja dengan lebih lama, lebih keras, dan lebih baik. Di sisi lain, stress dengan level lebih rendah membuat karyawan tidak terpacu dan memiliki produktivitas yang rendah, dan stress dengan level lebih tinggi menyebabkan karyawan tidak memiliki kemampuan berprestasi dalam peningkatan kemampuan produksi dan mengelola stress itu sendiri (Anthony yang dikutip dalam Anik Widiyanti, 2007).

Sebagai atasan maupun sebagai bawahan, semua karyawan pernah mengalami stres meskipun dalam taraf yang amat rendah. Mulai dari peralatan kerja semakin modern dan efisien, hingga beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi pegawai yang lebih besar dari yang sebelumnya. Sebagai akibatnya, pengalaman-pengalaman yang disebut stres dalam taraf yang cukup tinggi menjadi semakin terasa.

(15)

4 Jadwal shift kerja yang tidak teratur di siang/malam hari saja ini bisa memicu stress jika dilihat dari stressor individu. Dalam hal ini yaitu jam kerja yang tidak menentu siang/malam bisa menimbulkan stres karena jam kerja. Selain itu pola hidup yang tidak sehat juga bisa memicu munculnya stress dalam bekerja jika dipandang dari stressor individu. Pola hidup yang tak sehat ini disebabkan karena adanya shift malam yang diberikan perusahaan. Maka dari itu shift malam bisa menimbulkan stres kerja karena memiliki jam kerja dari malam hingga pagi. Di sisi lain shift pagi dan siang juga bisa menimbulkan stres kerja karena aktifitas padat terjadi pada shift pagi dan siang terkecuali akhir pekan yang selalu ramai dari pagi hingga malam.

Apabila dilihat dari stressor lingkungan, Perubahan situasi bisnis akan menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan para karyawan. Bersamaan dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka perusahaan game center pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru yang membuat karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.

Stressor organisasi juga bisa mempengaruhi karena tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Hal tersebut bisa memicu stres dalam bekerja karena pada dasarnya stres kerja itu berawal dari ketidak sesuaian ekspektasi pekerja terhadap situasi kerja yang dihadapinya.

Dengan kondisi yang seperti itu maka perlu diteliti apakah stressor bisa mempengaruhi stres kerja karyawan. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “pengaruh stressor terhadap stres kerja karyawan

(16)

5 B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan supaya pembahasan dan pemecahan masalah tidak menyimpang, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana stressor karyawan yang terdiri dari stressor individu, organisasi, dan lingkungan di Flux Internet Cafe Malang?

2. Bagaimana stres kerja karyawan di Flux Internet Cafe Malang?

3. Apakah ada pengaruh antara stressor terhadap stres kerja karyawan di Flux Internet Cafe Malang?

4. Diantara stressor individu, organisasi, dan lingkungan manakah yang paling berpengaruh terhadap stress kerja?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan stressor karyawan di Flux Internet Cafe Malang.

2. Untuk mengetahui tingkat stress karyawan yang mengalami stress.

3. Untuk menganalisis pengaruh antara stressor terhadap stress kerja karyawan di Flux Internet Cafe Malang.

4. Untuk mengetahui stressor yang paling berpengaruh terhadap stress kerja.

D.Batasan Penelitian

(17)

6 E. Manfaat Penelitian

1. Untuk Perusahaan

Diharapkan dengan adanya penelitian ini perusahaan bisa mengetahui stressor apa yang menyebabkan para karyawan menjadi stress, serta mengetahui stressor mana yang paling dominan diantara stressor individu, lingkungan, dan organisasi. Sehingga perusahaan bisa mengelola stress kerja karyawan dengan baik.

2. Untuk Peneliti Selanjutnya

(18)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pertama dari Janu (2005) yaitu tentang pengaruh stressor kerja terhadap stress kerja karyawan pada perusahaan AUTO 2000 Malang. Kemudian penelitian yang kedua dari Achmad Nur Udin (2004) yaitu tentang pengaruh stressor kerja terhadap stress kerja dan kinerja karyawan divisi jasa umum PERUM TIRTA I Malang.

Tabel 2.1

Tabel Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang

No Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

(19)

8

(Sumber: Digital Library Universitas Muhammadiyah Malang)

Posisi peneliti disini yaitu membandingkan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang sedang dilakukan sekarang. Hal ini bisa dilihat dari penelitian yang pertama dari Janu (2005) dan penelitian yang kedua dari Achmad Nur Udin (2004) yang membahas stressor on the job dan off the job. Dari kedua stressor tersebut, stressor mana yang paling dominan lalu dibandingkan antar obyek penelitian. Hasilnya adalah penelitian dari Janu (2005) mengatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara stressor on the job

(20)

9

stressor on the job dan off the job terhadap stress kerja dan kinerja karyawan divisi jasa umum PERUM JASA TIRTA I Malang.

B.Tinjauan Teori

1. Stres Kerja

Menurut Stephen. P.Robbins dalam bukunya perilaku organisasi (2006) Stres adalah ”kondisi dinamik yang didalamnya individu menghadapi peluang, kendala, atau

tuntutan yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting”. Menurut Ivancevich dan Matteson dalam Luthans

(2006), stress diartikan sebagai interaksi individu dengan lingkungan, tetapi kemudian diperinci lagi menjadi respon adaptif yang dihubungkan oleh perbedaan individu dan atau proses psikologi yang merupakan konsekuensi tindakan, situasi, atau kejadian eksternal (lingkungan) yang menempatkan tuntutan psikologis dan atau fisik secara berlebihan pada seseorang.

Menurut Gibson (2003) mendefinisikan stress dalam 3 kategori/sudut pandang, yaitu; stress yang didefiniskan dari definisi stimulus, definisi tanggapan, dan gabungan dari keduanya yang disebut dengan definisi stimulus-fisiologi. Definisi stimulus dari stress adalah kekuatan atau perangsang yang menekan individu sehingga menimbulkan suatu tanggapan (response) terhadap ketegangan (strain), dimana ketegangan tersebut dalam pengertian fisik mengalami perubahan bentuk.

(21)

10

stimulus-fisiologis, yaitu stress adalah konsekuensi dari pengaruh timbal-balik (interaksi) antara rangsangan lingkungan dan tanggapan individu.

Kemudian definsi stress kerja dari Gibson adalah sebagai suatu tanggapan adaptif, ditengahi oleh perbedaan individu dan/atau proses psikologis, yaitu suatu konsekuensi dari setiap kegiatan (lingkungan), situasi, atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan psikologis atau fisik. Menurut Beehr dan Newman dalam Luthans (2006) mendefinisikan stress kerja sebagai kondisi yang muncul dari interaksi antara manusia dan pekerjaan serta dikarakterisasikan oleh perubahan manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka.

Pengertian lain yang hampir sama dengan pendapat diatas yaitu menurut Anthony yang dikutip dalam Anik Widiyanti, 2008. Menyebutkan bahwa stress merupakan interaksi antara karakter lingkungan, dengan perubahan psikologis dan fisiologis yang menyebabkan penyimpangan dari performa normal mereka.

Menurut Robert Kreitner (2005) secara formal, stres adalah suatu respon yang adaptif, dihubungkan oleh karakteristik dan/ atau proses psikologis individu, yang merupakan suatu konsekuensi dari setiap tindakan eksternal, situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis dan/ atau fisik khusus pada seseorang. Definisi ini bisa digambarkan menjadi tiga dimensi stres yang saling terkait : (1) tuntutan lingkunga, diartikan sebagai penyebab stres, yang menghasilkan (2) suatu respons yang adaptif yang dipengaruhi oleh (3) perbedaan individual.

(22)

11

atau pun berbahaya. Ia mengistilahkan stres yang positif atau yang menghasilkan suatu hasil yang positif sebagai eustres. Menerima suatu penghargaan di depan khalayak ramai atau secara berhasil menyelesaikan sebuah penugasan pekerjaan yang sulit merupakan contoh-contoh penyebab stres yang menghasilkan eustres.

Stres yang dirasakan menggambarkan persepsi keseluruhan seorang individu mengenai bagaimana stresor memengaruhi kehidupan. Persepi terhadap stresor ini merupakan suatu komponen yang penting di dalam proses stres karena orang menginterpretasikan stresor yang sama secara berlainan. Sebagai contoh, beberapa orang merasakan pengangguran sebagai suatu pengalaman pembebasan yang positif, sedangkan orang lain merasakannya sebagai suatu pengalaman melemahkan yang negatif.

Dari beberapa pengertian tentang stress, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa stress merupakan suatu respon individu terhadap kondisi lingkungan eksternal yang berupa peluang, kendala (contraints), atau tuntutan (demands), yang menghasilkan respon psikologis dan respon fisiologis, sehingga bisa berakibat pada penyimpangan fungsi normal atau pencapaian terhadap sesuatu yang sangat diinginkan dan hasilnya dipresepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Stress sebenarnya dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif. Stress yang dikondisikan sebagai sesuatu yang negatif disebut dengan distress, sedangkan stress yang memberikan dampak positif disebut eustress (Murtiningrum, 2006).

(23)

12

memandang stress dari sisi negatif akan menimbulkan dampak yang negatif pula. Stress dapat memiliki dampak yang sangat negatif pada perilaku organisasi dan kesehatan seorang individu. Stress berhubungan secara positif dengan ketidakhadiran, berhentinya karyawan, penyakit jantung koroner, dan infeksi yang disebabkan oleh virus (Frayne & Geringer, yang dikutip dalam Kreitner & Kinicki, 2005).

Stress tingkat menengah dapat memacu karyawan untuk bekerja dengan lebih lama, lebih keras, dan lebih baik. Di sisi lain, stress dengan level lebih rendah membuat karyawan tidak terpacu dan memiliki produktivitas yang rendah, dan stress dengan level lebih tinggi menyebabkan karyawan tidak memiliki kemampuan berprestasi dalam peningkatan kemampuan produksi dan mengelola stress itu sendiri (Anthony yang dikutip dalam Anik Widiyanti, 2007).

Tidak sedikit di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau beberapa organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah mengalami stres meskipun dalam taraf yang amat rendah. Dalam zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia semakin sibuk. Di situ pihak peralatan kerja semakin modern dan efisien, dan di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah. Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi pegawai yang lebih besar dari yang sudah-sudah. Sebagai akibatnya, pengalaman-pengalaman yang disebut stres dalam taraf yang cukup tinggi menjadi semakin terasa.

(24)

13

ahli antara lain Yoder dan Staudohar (2007) mendefinisikan Stres Kerja yang kurang lebih memiliki arti suatu tekanan akibat bekerja juga akan mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi fisik seseorang, di mana tekanan itu berasal dari lingkungan pekerjaan tempat individu tersebut berada.

Secara umum, seseorang yang mengalami stres pada pekerjaan akan menampilkan gejala-gejala yang meliputi 3 aspek, yaitu : Physiological, Psychological dan Behavior. Adapun faktor yang mempengaruhi stres kerja antara lain ada 3 faktor, yaitu : faktor lingkungan, faktor organisasi, faktor individu.

2. Kategori Stres Kerja

Menurut Phillip L (dikutip Jacinta, 2002), seseorang dapat dikategorikan mengalami stres jika:

a. Urusan stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stress kerja.

b. Mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu.

c. Diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut

(25)

14

a. Physiological memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada metabolisme tubuh, meningkatnya kecepatan detak jantung dan napas, meningkatnya tekanan darah, timbulnya sakit kepala dan menyebabkan serangan jantung.

b. Psychological memiliki indikator yaitu: terdapat ketidakpuasan hubungan kerja, tegang, gelisah, cemas, mudah marah, kebosanan dan sering menunda pekerjaan.

c. Behavior memiliki indikator yaitu: terdapat perubahan pada produktivitas, ketidakhadiran dalam jadwal kerja, perubahan pada selera makan, meningkatnya konsumsi rokok dan alkohol, berbicara dengan intonasi cepat, mudah gelisah dan susah tidur.

3. Faktor Penyebab Stres Kerja

Menurut (Robbin, 2006) penyebab stres itu ada 3 faktor yaitu:

a. Faktor Lingkungan.

Ada beberapa faktor yang mendukung faktor lingkungan. Yaitu:

1) Perubahan situasi bisnis yang menciptakan ketidakpastian ekonomi. Bila perekonomian itu menjadi menurun, orang menjadi semakin mencemaskan kesejahteraan mereka.

(26)

15

3) Kemajuan teknologi. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, maka hotel pun menambah peralatan baru atau membuat sistem baru. Yang membuat karyawan harus mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri dengan itu.

4) Terorisme adalah sumber stres yang disebabkan lingkungan yang semakin meningkat dalam abad ke 21, seperti dalam peristiwa penabrakan gedung WTC oleh para teroris, menyebabkan orang-orang Amerika merasa terancam keamanannya dan merasa stress.

b. Faktor Organisasi

Menurut Robbins (2006) banyak sekali faktor di dalam organisasi yang dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi beberapa faktor dimana contoh-contoh itu terkandung di dalamnya yaitu:

1) Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait dengan tuntutan atau tekanan untuk menunaikan tugasnya secara baik dan benar.

(27)

16

3) Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang diciptakan oleh karyawan lain. Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat menimbulkan stres yang cukup besar, khususnya di antara para karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi.

4) Struktur Organisasi menentukan tingkat diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan dan peraturan dan dimana keputusan itu diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada karyawan merupakan potensi sumber stres.

c. Faktor Individu

Menurut Robbins (2006) faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik kepribadian bawaan.

1) Faktor persoalan keluarga. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang menganggap bahwa hubungan pribadi dan keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga. Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh masalah hubungan yang menciptakan stress dalam bekerja bagi karyawan.

(28)

17

3) Karakteristik kepribadian bawaan. Faktor individu yang penting mempengaruhi stres adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang. Artinya gejala stres yang diungkapkan pada pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam kepribadian orang itu.

Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan kesamaan persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati, 2000), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak bisa mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 2000) memandangnya sebagai respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan tindakan ekstcrnai, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun psikologis.

Berbeda dengan pakar di atas, Landy (dalam Margiati, 2000) memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi penting bagi dirinya. Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penling tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dalam Dwiyanti, 2001)

(29)

18

bahwa satu dari enam karyawan melaporkan bahwa ia dibuat sedemikian marahnya oleh rekan kerja sehingga merasa ingin memukul orang tersebut.

Jumlah kemarahan tertahan yang paling besar dialami oleh para pekerja dibawah usia 35 tahun dan para pekerja klerikal, kantoran, dan dibagian penjualan. Penelitian juga memberikan banyak bukti yang mendukung kesimpulan bahwa stres memengaruhi kesehatan fisik kita secara negatif. Stres memberikan kontribusi pada persoalan kesehatan berikut ini: kemampuan yang menurun untuk menyangkal penyakit dan infeksi, tekanan darah tinggi, penyakit arteri koroner, sakit kepala karena tegang, nyeri punggung, diare, dan sembelit.

Kepenatan adalah sebuah persoalan yang disebabkan oleh stres yang umum terjadi di antara para anggota profesi yang “membantu” seperti mengajar, kerja sosial, sumber

daya manusia, perawatan, dan penegakan hukum. Ini tidak melibatkan suatu perasaan, sikap atau hasil fisiologis yang khusus yang mendarah daging pada suatu titik tertentu dalam suatu waktu. Sebaliknya, kepenatan adalah suatu kondisi yang muncul dari waktu ke waktu dan ditandai dengan kelelahan emosional dan suatu kombinasi dari sikap-sikap negatif.

(30)

19

Hal ini mendukung gagasan bahwa kepenatan berkembang dalam beberapa tahapan. Meskipun demikian, para peneliti belum sepenuhnya sepakat mengenai susunan dari tahapan-tahapan ini. Akhirnya, kepenatan jauh lebih kuat kaitannya dengan permintaan kerja para karyawan daripada dengan sumber daya yang diterima oleh orang di tempat kerja. Ini menyatakan bahwa organisasi seharusnya secara khusus peka terhadap beban kerja para karyawan. Menghilangkan stresor pribadi/individu dan stresor pekerjaan serta organisasional adalah cara yang paling langsung untuk mencegah kepenatan. Para manajer juga dapat mengurangi kepenatan dengan menyeimbangkan dampaknya.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya bcberapa atribut tertentu dapat rnempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan. Usaha mengatasi stres dapat berupa perilaku melawan stres (flight) atau freeze (berdiam diri). Dalam kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres.

4. Strategi Manajemen Stres Kerja

(31)

20

Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja.

Dalam hubungannya dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus bekerja secara dekat (Margiati, 2000).

Suprihanto dkk (2003) mengatakan bahwa dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya mengalami stres yang ringan. Alasannya karena pada tingkat stres lertentu akan memberikan akibat positif, karena hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang tinggi atau stres ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja karyawan.

(32)

21

tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.

a. Pendekatan Individual

Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mcngurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu; pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa.

Latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yangberat. Selain itu untuk mengurangi sires yang dihadapi pekerja pcrlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Sebagai stratcgi terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan roengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.

b. Pendekatan Organisasional

(33)

22

C.Kerangka Pemikiran

Menurut Robbin (2006) dapat diuraikan bahwa stressor individu, organisasi, dan lingkungan dapat mempengaruhi terhadap stres kerja. Stressor dibagi menjadi tiga, yaitu : (1) stressor individu, (2) stressor organisasi, (3) stressor lingkungan. Sedangkan stres kerja terdiri dari tiga, yaitu : (1) fisiologis, (2) psikologis, (3) tingkah laku.

Gambar 1

Kerangka Pikir

Robbin (2006)

D.Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara dari peneliti sebelum melakukan analisis atau penelitian lebih lanjut di tempat obyek penelitian. Dalam penelitian kali ini, peneliti memiliki dua hipotesis.

1. Stressor yang terdiri dari stressor individu, organisasi, dan lingkungan berpengaruh terhadap stres kerja karyawan di Flux Internet Cafe Malang.

2. Stressor individu memiliki pengaruh yang paling kuat diantara stressor lainnya terhadap stress kerja karyawan di Flux Internet Cafe Malang.

STRESSOR : INDIVIDU (X1) ORGANISASI (X2) LINGKUNGAN (X3)

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian lingkungan kerja adalah suatu kondisi atau keadaan yang ada di sekitar lingkungan tempat bekerja

PENGARUH STRESSOR TERHADAP PRESTASI KERJA MELALUI STRESS KERJA PADA KARYAWAN PTPN XII (PERSERO) KEBUN NGRANGKAH PAWON

Jerry Rivanto, 2009, Pengaruh stressor terhadap stress kerja dan kinerja karyawan pada Perusahaan Susu Sapi Anugrah Kediri, Skripsi Universitas Muhammadiyah

stressor on the job dan stressor of the job terhadap stres kerja yang meliputi stres fisiologis, stres psikologis, stres perilaku dan kinerja karyawan PT. Yopa Mitra Pergani

Merupakan penyebab stress yang ditimbulkan dari kondisi lingkungan pekerjaan ataub. perusahaan yang

“stress kerja berpengaruh secara negatif terhadap produktivitas kerja karyawan. Stress kerja yang dialami oleh karyawan PT.Sinar Surya Bajaprofilindo merupakan faktor beberapa

Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari pengaruh masing-masing variabel independent, yaitu stress kerja yang meliputi stress fisiologis, stress psikologis dan

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konflik kerja merupakan pertentangan antara individu, antara kelompok dan antara organisasi