• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke Iskemik Dan Stroke Hemoragik Di Ruang Neurologi Di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke Iskemik Dan Stroke Hemoragik Di Ruang Neurologi Di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi Tahun 2011"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE HEMORAGIK DI RUANG NEUROLOGI DI RUMAH SAKIT

STROKE NASIONAL (RSSN) BUKITTINGGI TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

NIM 081000198 IRWANA USRIN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE HEMORAGIK DI RUANG NEUROLOGI DI RUMAH SAKIT

STROKE NASIONAL (RSSN) BUKITTINGGI TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Slah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM 081000198 IRWANA USRIN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : PENGARUH HIPERTENSI TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK DAN STROKE HEMORAGIK DI RUANG NEUROLOGI DI RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL (RSSN) BUKITTINGGI TAHUN 2011

Nama Mahasiswa : Irwana Usrin Nomor Induk Mahasiswa : 081000198

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Bistatistik dan Informasi Kesehatan Tanggal Lulus : 8 Februari 2013

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes

NIP. 19640826 199003 2 002 NIP. 19510520 19873 2 001 dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

Medan, April 2013 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang sehingga suplai darah ke otak terhambat, jika tidak segera ditangani akan berakhir dengan kematian otak tersebut. Kejadian stroke iskemik sekitar 70-85% dari total kejadian stroke. Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke iskemik. Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan stroke akan semakin besar, karena hipertensi dapat mempercepat pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos sehingga mempercepat proses aterosklerosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2011.

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan studi cross-sectional. Populasi adalah data penderita stroke yang dirawat inap di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi dari bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2011 sebanyak 510 kasus. Sampel adalah data penderita stroke yang dirawat inap di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 244 kasus. Sampel terdiri dari 146 pasien stroke iskemik dan 98 pasien stroke

hemoragik. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat dan mutivariat dengan metode regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kejadian stroke iskemik di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi cukup besar yaitu 59,8% dari total seluruh kasus stroke. Hipertensi terbukti secara signifikan memengaruhi kejadian stroke iskemik setelah dikontrol oleh status diabetes melitus

dengan Odds Rasio (OR) sebesar 8,462, yaitu risiko mengalami stroke iskemik pada penderita hipertensi 8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak hipertensi setelah dikontrol oleh status diabetesmelitus (95% CI 3,780 ; 18,944).

(5)

ABSTRACT

Ischemic stroke is a disease that begins with a series of changes in the brain which is attacked so that the blood supply to brain will be hampered, if it is not treated immediately it will end with the death of the brain. Incidence of ischemic stroke is about 70-85% of the total incidence of stroke. Hypertension is a major risk factor for the ischemic stroke. The higher patient’s blood pressure is, the greater stroke possibility, because hypertension can accelerate hardening of the arteries and lead to the destruction of fat in the smooth muscle cells so that it accelerates the process of atherosclerosis. This study aimed to determine the effect of hypertension on the incidence of ischemic stroke in neurology room at National Stroke Hospital Bukittinggi in 2011.

Type of research is observational study with cross-sectional design. Population is the stroke inpatient in neurology room at National Stroke Hospital Bukittinggi from January through December in 2011 with 510 cases. Sample is the stroke inpatient in neurology room at National Stroke Hospital Bukittinggi which fulfilled eligible inclusion criteria with 244 cases. The sample consists of 146 ischemic stroke patients and 98 hemorrhagic stroke patients. Data analysis was conducted by the steps of univariate, bivariate and mutivariat analysis by using multiple logistic regression method.

The results showed that the proportion of incident ischemic stroke in neurology room at National Stroke Hospital Bukittinggi was large enough that is 59.8% of the total cases of stroke. Hypertension is found significantly affect the incidence of ischemic stroke after controlled by diabetes mellitus status with Odds Ratio (OR) of 8.462, it meant that the risk of ischemic stroke among patient with hypertension would be 8 times greater than patient without hypertension after adjusted by diabetes mellitus status (95% CI 3.780; 18.944).

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : IRWANA USRIN

Tempat/Tanggal Lahir : Padang Panjang/29 September 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Nama Orang Tua : Usrel Efendi (Alm)

Anak ke : 2 (dua) dari 2 (dua) orang bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Darat No. 33 Kel. Petisah Hulu Kec. Medan Baru

Riwayat Pendidikan

Tahun 1996-2002 : SD N 31 Padang Tahun 2002-2005 : SMP N 2 Padang Tahun 2005-2008 : SMA N 10 Padang

(7)

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim,

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Hipertensi terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke

Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSS) Bukittinggi Tahun 2011”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini penulis persembahkan kepada ibunda tercinta Irma Nurmiati Manik yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing dengan penuh kasih sayang dan tidak henti mendoakan penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Allah memberikan kebahagiaan kepada ibunda tercinta baik di dunia maupun di akhirat. Amiiiin.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu sepantasnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

3. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Ibu dr. Yusniwarti Yusad, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan bimbingan, arahan, ilmu, motivasi serta dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes dan Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak dr. Ahmad Budi Arto, M.M Selaku direktur utama Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittingi.

8. Seluruh staff pegawai Diklat dan Rekam Medis Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data. 9. Bapak Besral yang telah bersedia memberikan arahan dan bimbingan kepada

penulis dalam menyelesaikan penelitian.

(9)

11.Sahabat tersayang Aris, Ina, Bian, Taul, Ipe, Camto , Yona dan Yudi yang selalu ada untuk memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Sahabat-sahabat seperjuangan di Departemen Kependudukan dan Biostatistika: Arifa, Suryati, Agnes, Caprin, Oji, Bg Syarif, Bg Ari, Bg Febri, Nia, Via, Linda dan Ulia yang saling menyemangati dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Sahabat-sahabatku yang senasib dan seperjuangan di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : Nadia, Purna, Novy, Berta, Neni, Budi, Jefri, Ando, Mei, Etha, Fera, Leny, Putri, Vero, Jelen, Putra, Doan, Naldy, Kak Desy, Dwi, Saura, Addah, Ika, Farah, Lia dan semua teman seperjuangan stambuk ’08 yang telah menjadi penyemangat dan memberikan kesan yang tidak terlupakan.

14.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Medan, April 2013 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus ... 5

1.4 Manfaat Penelitian. ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Stroke . ... 7

2.2 Pembagian Stroke ... 7

2.2.1 Stroke Iskemik ... 7

2.2.2 Stroke Hemoragik ... 9

2.3 Diagnosa Stroke ... 13

2.4 Pemeriksaan Stroke ... 14

2.5 Pencegahan Stroke ... 17

2.5.1 Pencegahan Primer ... 17

2.5.2 Pencegahan Sekunder ... 17

2.6 Faktor Risiko Stroke ... 17

2.6.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah ... 17

2.6.2 Faktor Risiko yang Dapat Diubah ... 19

2.7 Kerangka Konsep ... 27

2.8 Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian. ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian. ... 29

3.3 Populasi dan Sampel. ... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data. ... 30

3.5 Definisi Operasional. ... 30

3.6 Aspek Pengukuran. ... 31

(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN)

Bukittinggi ... 35

4.2 Analisis Univariat ... 37

4.3 Analisis Bivariat ... 39

4.4 Analisis Multivariat ... 41

4.4.1 Pemilihan Variabel Kandidat ... 42

4.4.2 Pemodelan Awal ... 42

4.4.3 Pemeriksaan Interaksi ... 42

4.4.4 Pemeriksaan Confounding ... 43

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengaruh Hipertensi terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi Tahun 2011 ... 46

5.2 Pengaruh Umur terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi Tahun 2011 ... 47

5.3 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi Tahun 2011 ... 48

5.4 Pengaruh Diabetes Melitus terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi Tahun 2011 ... 49

5.5 Pengaruh Hiperkolesterolemia terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi Tahun 2011 ... 50

5.6 Pengaruh Hipertensi Setelah Dikontrol Variabel Pengganggu terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi Tahun 2011 ... 51

5.7 Keterbatasan Penelitian ... 52

5.7.1 Keterbatasan Rancangan Penelitian ... 52

5.7.2 Keterbatasan Data Sekunder ... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 54

(12)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Survei Pendahuluan ... 56

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ... 57

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 58

Lampiran 4 Data Hasil Penelitian ... 59

Lampiran 5 Hasil Output SPSS Analisis Univariat ... 74

Lampiran 6 Hasil Output SPSS Analisis Bivariat ... 77

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagnosis Stroke ... 13

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Pengaruh Hipertensi terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik ... 31

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Utama dan Variabel Pengganggu yang Memengaruhi Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik ... 37

Tabel 4.2 Pengaruh Hipertensi dan Variabel Pengganggu terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi Tahun 2011 40

Tabel 4.3 Model Regresi Logistik Ganda dengan Metode Backward ... 42

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Interaksi ... 43

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Confounding ... 43

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Hipertensi terhadap Kejadian Stroke

(15)

ABSTRAK

Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang sehingga suplai darah ke otak terhambat, jika tidak segera ditangani akan berakhir dengan kematian otak tersebut. Kejadian stroke iskemik sekitar 70-85% dari total kejadian stroke. Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke iskemik. Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan stroke akan semakin besar, karena hipertensi dapat mempercepat pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos sehingga mempercepat proses aterosklerosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2011.

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan studi cross-sectional. Populasi adalah data penderita stroke yang dirawat inap di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi dari bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2011 sebanyak 510 kasus. Sampel adalah data penderita stroke yang dirawat inap di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 244 kasus. Sampel terdiri dari 146 pasien stroke iskemik dan 98 pasien stroke

hemoragik. Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat, bivariat dan mutivariat dengan metode regresi logistik ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kejadian stroke iskemik di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi cukup besar yaitu 59,8% dari total seluruh kasus stroke. Hipertensi terbukti secara signifikan memengaruhi kejadian stroke iskemik setelah dikontrol oleh status diabetes melitus

dengan Odds Rasio (OR) sebesar 8,462, yaitu risiko mengalami stroke iskemik pada penderita hipertensi 8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak hipertensi setelah dikontrol oleh status diabetesmelitus (95% CI 3,780 ; 18,944).

(16)

ABSTRACT

Ischemic stroke is a disease that begins with a series of changes in the brain which is attacked so that the blood supply to brain will be hampered, if it is not treated immediately it will end with the death of the brain. Incidence of ischemic stroke is about 70-85% of the total incidence of stroke. Hypertension is a major risk factor for the ischemic stroke. The higher patient’s blood pressure is, the greater stroke possibility, because hypertension can accelerate hardening of the arteries and lead to the destruction of fat in the smooth muscle cells so that it accelerates the process of atherosclerosis. This study aimed to determine the effect of hypertension on the incidence of ischemic stroke in neurology room at National Stroke Hospital Bukittinggi in 2011.

Type of research is observational study with cross-sectional design. Population is the stroke inpatient in neurology room at National Stroke Hospital Bukittinggi from January through December in 2011 with 510 cases. Sample is the stroke inpatient in neurology room at National Stroke Hospital Bukittinggi which fulfilled eligible inclusion criteria with 244 cases. The sample consists of 146 ischemic stroke patients and 98 hemorrhagic stroke patients. Data analysis was conducted by the steps of univariate, bivariate and mutivariat analysis by using multiple logistic regression method.

The results showed that the proportion of incident ischemic stroke in neurology room at National Stroke Hospital Bukittinggi was large enough that is 59.8% of the total cases of stroke. Hypertension is found significantly affect the incidence of ischemic stroke after controlled by diabetes mellitus status with Odds Ratio (OR) of 8.462, it meant that the risk of ischemic stroke among patient with hypertension would be 8 times greater than patient without hypertension after adjusted by diabetes mellitus status (95% CI 3.780; 18.944).

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip Junaidi (2011) adalah suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak secara fokal maupun global, yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab lain kecuali gangguan vaskular. Menurut Junaidi (2011) stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak ditangani dengan segera berakhir dengan kematian otak tersebut. Sedangkan

stroke hemoragik merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak, sehingga terjadi hematom.

Menurut World Health Organization (WHO) (2004) seperti yang dikutip pada laporan The Global Burden Disease, di dunia untuk semua kelompok umur

(18)

serangan pertama adalah 9 juta jiwa. Menurut peneliti dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), stroke banyak ditemukan di kalangan remaja dan orang muda dewasa. Laporan ini diterbitkan dalam Annals of Neurology, edisi 1 September 2011. Data di Amerika Serikat menunjukkan, jumlah pasien berusia 15-44 tahun yang menjalani perawatan di rumah sakit khusus stroke melonjak lebih dari sepertiga antara tahun 1995 dan 2008. Peningkatan ini diduga karena meningkatnya sebagian jumlah orang muda yang memiliki penyakit seperti tekanan darah tinggi dan diabetes melitus tipe II, penyakit yang sebenarnya berhubungan dengan orang dewasa yang lebih tua.

(19)

Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (Yastroki, 2012).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2007, prevalensi nasional stroke adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 11 provinsi dari 33 provinsi di Indonesia memiliki prevalensi di atas prevalensi nasional, termasuk provinsi Sumatera Barat dengan prevalensi 6,9% pada posisi ke-10 tertinggi di Indonesia. Di Sumatera Barat dari data yang ada pada Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi sebanyak 30% - 40% penderita

stroke iskemik yang dirawat di ruang neurologi berusia 30 – 50 tahun.

Kecenderungan peningkatan penyakit stroke usia muda tampak sejalan dengan peningkatan gizi berbagai makanan cepat saji, pola makanan yang sangat berlemak dan berkolesterol tinggi. Sedangkan yang telah diketahui bahwa pola makan di Sumatera Barat selalu didominasi dengan makanan yang sangat berlemak dan berkolesterol tinggi. Hal ini menyebabkan pergerseran usia penderita penyakit

stroke. Penyakit stroke yang dulunya sering ditemui pada lanjut usia sekarang ditemui pada usia muda (Angga, 2004; Gaharu, 2005).

(20)

kurang dan penggunaan obat anti hamil. Namun dari banyaknya faktor ysng memengaruhi kejadian stroke hanya hipertensi yang secara signifikan memengaruhi kejadian stroke sedangkan kadar lipid dan kebiasaan merokok tidak secara signifikan berhubungan dengan kejadian stroke (Sarini, 2008). Berbeda dengan hasil penelitian Aguslina (2002) yang menunjukkan bahwa umur, faktor genetik, kebiasaan merokok, obesitas dan hipertensi secara signifikan berhubungan dengan kejadian stroke. Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristiyawati (2009) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kejadian stroke dengan umur, hipertensi dan diabetes melitus. Sedangkan faktor risiko yang bersama-sama berhubungan dengan kejadian stroke usia muda (<40 tahun) yaitu riwayat hipertensi, faktor genetik dan tekanan darah sistolik >140 mmHg (Sitorus, 2006). Dengan demikian dapat dilihat bahwa dari beberapa penelitian yang dilakukan terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian stroke.

Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke iskemik. Sering disebut sebagai the silent killer karena hipertensi meningkatkan risiko terjadinya

stroke sebanyak 6 kali. Dikatakan hipertensi bila tekanan darah lebih besar dari 140/90 mmHg. Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan stroke akan semakin besar, karena terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah sehingga memudahkan terjadinya penyumbatan bahkan pecahnya pembuluh darah di otak. Jika serangan stroke terjadi berkali-kali, maka kemungkinan untuk sembuh dan bertahan hidup akan semakin kecil. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke

(21)

kejadian stroke iskemik, maka diharapkan dapat mencegah terjadinya stroke iskemik dan stroke iskemik ulangan (Junaidi, 2011).

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diketahui pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) tahun 2011.

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik dan

stroke hemoragik di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1 Untuk mengetahui proporsi kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2011. 2 Untuk mengetahui pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik dan

stroke hemoragik di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit dalam rangka meningkatkan upaya kesehatan masyarakat khususnya pada pasien stroke iskemik dan stroke

(22)

guna mencegah terjadinya stroke dan stroke ulangan di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Stroke

Menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang dikutip dalam Junaidi (2011) , stroke is a rapidly developing clinical sign of focal or global disturbance of cerebral function with symptoms lasting 24 hours or longer, or

leadding to death with no apparent cause other than vascular signs. Stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam, akibat gangguan aliran darah otak.

Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke

hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).

2.2 Pembagian Stroke 2.2.1 Stroke Iskemik

Stroke iskemik merupakan suatu penyakit yang diawali dengan terjadinya serangkaian perubahan dalam otak yang terserang yang apabila tidak ditangani dengan segera berakhir dengan kematian otak tersebut (Junaidi, 2011).

(24)

Kejadian stroke iskemik sekitar 70-80% dari total kejadian stroke. Menurut Junaidi (2011) jenis stroke iskemik berdasarkan perjalanan klinisnya yaitu:

a. TIA (Transient Ischemic Attack) atau serangan stroke sementara, gejala defisit neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam.

b. RIND (Reversible Ischemic Neurogical Deficits), kelainan atau gejala neurologis menghilang antara lebih kurang dari 24 jam sampai 3 minggu.

c. Stroke progresif atau stroke in evolution yaitu stroke yang gejala klinisnya secara bertahap berkembang dari yang ringan sampai semakin berat.

d. Stroke komplit atau completed stroke, yaitu stroke dengan defisit neurologis yang menetap dan sudah tidak berkembang lagi.

Stroke iskemik berdasarkan penyebabnya, menurut klasifikasi The National Institute of Neurological Disorders Stroke Part III trial (NINDS III) dibagi dalam empat golongan yaitu karena:

a. Aterotrombotik; penyumbatan pembuluh darah oleh kerak/plak dinding arteri. b. Kardioemboli; sumbatan arteri oleh pecahan plak (emboli) dari jantung. c. Lakuner; sumbatan plak pada pembuluh darah yang berbentuk lubang.

d. Penyebab lain; semua hal yang mengakibatkan tekanan darah turun (hipotensi) Secara umum pola gejala mengikuti pola berikut: kerusakan otak sebelah kiri akan menyebabkan gangguan tubuh sebelah kanan, dan sebaliknya. Gejala stroke

iskemik yang dikemukakan oleh Junaidi (2011) dikelompokkan berdasarkan bagian yang terserang, sebagai berikut:

a. Gejala yang disebabkan terserangnya sistem karotis:

(25)

2) Kelumpuhan lengan, tungkai, atau keduanya pada sisi yang sama.

3) Defisit motorik dan sensorik pada wajah. Wajah dan lengan atau tungkai saja secara unilateral.

4) Kesulitan untuk berbahasa, sulit mengerti atau berbicara. Pemakaian kata-kata yang salah atau diubah.

b. Gejala yang disebabkan oleh terserangnya sistem vertebrobasilaris:

1) Vertigo dengan atau tanpa nausea dan atau muntah, terutama bila disertai dengan diplopia, disfagi atau disartri.

2) Mendadak tidak stabil.

3) Gangguan visual, motorik, sensorik, unilateral atau bilateral. 4) Hemianopsia homonim

5) Serangan drop atau drop attack. 2.2.2 Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak yang disebabkan oleh perdarahan suatu arteri serebralis. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam jaringan otak, sehingga terjadi hematom (Junaidi, 2011).

(26)

a. Perdarahan intraserebral (PIS); diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah intraserebral sehingga darah keluar dari pembuluh darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan otak.

b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA); masuknya darah ke ruang subarakhnoid baik dari tempat lain (perdarahan subarakhnoid sekunder) atau sumber perdarahan berasal dari rongga subarakhnoid itu sendiri (perdarahan subarakhnoid primer).

Gejala klinis penderita stroke hemoragik dapat dikelompokkan berdasarkan jenis stroke hemoragik, seperti yang dikemukakan oleh Junaidi (2011) sebagai berikut:

a. Gejala klinis PIS:

1) Sakit kepala, muntah, pusing vertigo, gangguan kesadaran

2) Gangguan fungsi tubuh (defisit neurologis), tergantung pada lokasi perdarahan:

 Bila perdarahan ke kapsula interna (perdarahan kapsuler), maka

ditemukan:

- Hemiparese kontralateral - Hemiplegia

- Koma (bila perdarahan luas)

 Perdarahan luas/masif otak kecil/ serebelum (perdarahan serebeler)

(27)

 Perdarahan terjadi di pons (batang otak), maka akan ditemukan:

- Biasanya kuadriplegik dan flaksid, kadang dijumpai rigiditas deserebrasi.

- Pupil kecil dan reaksi cahaya minimal - Depresi pernapasan

- Hipertensi (reaktif) - Panas (febris)

- Penurunan kesadaran dengan cepat tanpa didahului sakit kepala, vertigo, mual atau muntah.

 Perdarahan di talamus:

- Defisit hemisensorik

- Hemiparesis atau hemiplegi kontralateral

- Afasia, anomia dan mutisme, bila mengenai hemisfer dominan

 Perdarahan putamen (area striata), daerah yang paling sering terkena

PIS

- Hemiparesis atau hemiplegi kontralateral

- Defisit hemisensorik dan mungkin disertai hemianopsia homonim - Afasia, bila mengenai hemisfer dominan

 Perdarahan di lobus, terdapat perdarahan di substansia alba

supratentorial

(28)

- Parietalis: defisit persepsi sensorik kontralateral dengan hemiparesis ringan.

- Oksipitalis: hemianopsia dengan atau tanpa hemiparesis minimal pada sisi ipsilateral dengan hemianopsia.

- Temporalis: afasia sensorik, bila area Wernicke hemisfer dominan terkena, hemianopsia atau kuadranopsia karena massa darah mengganggu radiasio optika.

b. Gejala klinis PSA:

1) Sakit kepala mendadak dan hebat dimulai dari leher 2) Nausea dan vomiting (mual dan muntah)

3) Fotofobia (mudah silau)

4) Paresis saraf okulomotorius, pupil anisokor, perdarahan retina pada funduskopi

5) Gangguan otonom (suhu tubuh dan tekanan darah naik) 6) Kaku leher (meningismus), bila pasien masih sadar

7) Gangguan kesadaran berupa rasa kantuk (somnolen) sampai kesadaran hilang (koma)

c. Gejala klinis PSA yang disertai dengan hematom intraserebral: 1) Lumpuh satu sisi (hemiparesis)

2) Gangguan bicara (afasia)

(29)

2.3 Diagnosa Stroke

Junaidi (2006) menyatakan bahwa diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu dalam menentukan lokasi kerusakan otak. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan harus diusahakan tidak memakan waktu terlalu lama, demi meminimalkan hilangnya waktu emas antara onset dan dimulainya terapi.

Menurut Junaidi (2006), gambaran klinis yang dapat digunakan untuk menentukan jenis stroke.

Tabel 2.1 Diagnosis Stroke

Jenis Stroke Nyeri Kepala Gangguan Kesadaran

Defisit Fokal/ Kelainan/ Kelumpuhan

Stroke Iskemik

Stroke Perdarahan (PIS)

Stroke Perdarahan (PSA)

Ringan/tidak ada Berat

Berat

Ringan/tidak ada Berat

Sedang

Berat Berat

Ringan/tidak ada

Keterangan: PIS=Perdarahan intraserebral;PSA=Perdarahan subarachnoid.

Gejala pada penderita stroke iskemik memiliki kemiripan dengan gejala penyakit lain, sehingga perlu dipertimbangkan beberapa penyakit yang memiliki gejala yang mirip dengan stroke akut. Junaidi (2006) menyatakan, diagnosa banding untuk penyakit stroke antara lain:

a. Trauma kepala atau leher

(30)

c. Ensefalopati hipertensi/gangguan otak karena hipertensi d. Massa intrakranial: tumor, hematom/darah di otak

e. Serangan kejang dengan gangguan saraf yang bersifat sementara (paralisis Todd’s)

f. Migraine dengan gangguan saraf sementara

g. Gangguan metabolik: hiperglikemia, hipoglikemia, iskemia pasca-henti jantung, keracunan bahan beracun, gangguan endokrin (myxedema), uremia

h. Gangguan psikiatrik/kejiwaan

i. Syok disertai hipoperfusi susunan saraf pusat 2.4 Pemeriksaan Stroke

Junaidi (2006) pernah mengungkapkan, dalam mengobati pasien stroke perlu diperhatikan proses atau tahapannya, sehingga pengobatan tepat sasaran. Beberapa fase pengobatan pada penyakit stroke antara lain:

1. Fase akut: umumnya berlangsung antara 4-7 hari. Sasaran pada fase ini adalah pasien selamat.

2. Fase pemulihan: setelah fase akut berlalu, selanjutnya adalah fase pemulihan yang berlangsung sekitar 2-4 minggu. Sasarannya adalah pasien belajar lagi keterampilan motorik yang terganggu dan belajar penyesuaian baru untuk mengimbangi keterbatasan yang terjadi.

3. Rehabilitasi: sasarannya adalah melanjutkan proses pemulihan untuk mencapai perbaikan kemampuan fisik, mental, sosial dan kemampuan bicara.

(31)

biasanya dianjurkan untuk melakukan kontrol tensi secara rutin dan mengendalikan kadar gula darah.

Penyakit stroke tidak selalu bisa diprediksi, diperlukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan bahwa pasien benar-benar menderita stroke. Menurut Junaidi (2011), terdapat beberapa langkah pemeriksaan yang akan dilakukan tim medis yaitu sebagai berikut:

a. Pencitraan CT-scan (Computerized Tomography Scanning): pasien dimasukkan ke dalam suatu tabung besar untuk dipotret pada bagian otak yang terserang/rusak.

b. MRI (Magnetic Resonance Imaging): jika pada pemindaian CT-scan tidak menunjukkan adanya sumbatan atau kerusakan, akan dilakukan pemotretan dengan MRI atau pencitraan getaran magnetis, atau dengan PET (positron Emission Tomography), yang mampu mendeteksi kelainan yang lebih detail. Tes-tes tersebut biasanya segera dilakukan karena dalam sebulan tanda otak yang terserang akan hilang.

c. DWI (Difussion Weighted Imaging): mendeteksi gerakan proton dari molekul air dalam sel-sel otak, yaitu dengan memanfaatkan Brownian movement molekul air. Cara ini bisa mendeteksi iskemia otak fokal dalam waktu 14 menit pada

stroke eksperimen dan dalam waktu kurang dari 2 jam pada manusia.

(32)

e. Doppler: mampu melihat progresi penyempitan atau vasospasme arteri pensuplai darah ke otak, intra maupun ekstrakranial.

f. PET ( Photon Emission Tomography): untuk mengukur dan membedakan daerah iskemik yang masih reversible.

g. ECG/EKG: menunjukkan grafik detak jantung untuk mendeteksi penyakit jantung yang mungkin mendasari serangan stroke serta tekanan darah tinggi. h. EEG: aktivitas listrik otak pasien akan dimonitor dengan menggunakan

Electroencephalogram (EEG), yang dapat menemukan epilepsi atau kelainan listrik lainnya.

i. Tes darah: tes darah akan dilakukan secara rutin untuk beberapa alasan yaitu ada kemungkinan penyebab stroke adalah kelainan darah seperti anemia, leukemia

dan polisitemia (terlalu banyak sel darah merah, darah jadi kental), atau kekurangan vitamin. Tes darah juga dapat mengetahui masalah darah yang menghalangi pemulihan seperti penyakit ginjal, hati, diabetes, infeksi, atau dehidrasi (kekurangan cairan).

j. Angiogram atau arteriogram: yaitu sinar rontgen (X) terhadap arteri, dengan memasukkan cairan kontras ke dalam arteri. Tindakan ini dapat menimbulkan komplikasi, sehingga sebagai gantinya dilakukan angiografi, suatu tindakan non-invasive berupa penyelidikan ultrasonik pada arteri karotis; yaitu pembuluh nadi besar di leher yang memasok darah ke otak.

(33)

2.5 Pencegahan Stroke 2.5.1 Pencegahan Primer

Pencegahan primer bertujuan untuk mencegah serangan stroke yang terjadi pertama kali. Junaidi (2011) menyatakan bahwa untuk mencegah serangan, langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu memodifikasi faktor risiko dengan cara:

1. Menjaga kadar lemak dan kolesterol dalam tubuh.

2. Segera periksa ke dokter jika terjadi kelainan pada pembuluh nadi 3. Olah raga yang teratur.

4. Menghindari stres (hidup lebih santai) 2.5.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya stroke

susulan atau stroke ulangan. Pencegahan sekunder dilakukan melalui pengobatan pada faktor risiko. Pencegahan sekunder dapat dilakukan melalui terapi obat untuk mengatasi penyakit dasarnya, seperti penyakit jantung, diabetes melitus dan hipertensi(Junaidi, 2011).

2.6 Faktor Risiko Stroke

Junaidi (2011) menyatakan secara umum faktor risiko stroke dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko yang tidak dapat diubah.

2.6.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah 1. Faktor Keturunan

(34)

1.200 kasus kembar monozygot dibandingkan 1.100 kasus kembar dizygot, berbeda bermakna antara 17,7% dan 3,6%. Jenis stroke bawaan adalah cerebral autosomal-dominant arteriopathy dengan infark subkortikal dan leukoenselopati (CADASIL) telah diketahui lokasi gennya pada kromosom 19q12.

2. Umur

Umur merupakan faktor risiko stroke iskemik yang tidak dapat diubah. Insiden stroke iskemik meningkat dengan bertambahnya usia. Penyakit stroke baik

stroke hemoragik maupun stroke iskemik sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua, namun sekarang ada kecenderungan juga diderita oleh kelompok usia muda (<40 tahun). Hal ini terjadi karena adanya perubahan gaya hidup terutama orang muda perkotaan modern, seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga dan stres (Sitorus, 2006; Junaidi, 2011).

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), mengungkapkan stroke

(35)

sebesar 31% dalam usia 5-14 tahun. Ada peningkatan sebesar 30% untuk orang berusia 15-34 tahun dan 37% pada pasien antara usia 35-44 tahun.

3. Jenis Kelamin

Laki-laki cenderung untuk menderita stroke lebih tinggi dibandingkan wanita, dengan perbandingan 1,3 : 1, kecuali pada usia lanjut laki-laki dan wanita hampir tidak berbeda. Laki-laki yang berumur 45 tahun bila bertahan hidup sampai 85 tahun kemungkinan terkena stroke 25%, sedangkan risiko bagi wanita hanya 20%. Pada laki-laki cenderung terkena stroke iskemik sedangkan wanita lebih sering menderita perdarahan subarakhnoid dan kematiannya 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Junaidi, 2011).

4. Ras

Tingkat kejadian stroke di seluruh dunia tertinggi dialami oleh orang Jepang dan Cina. Menurut Broderick dkk melaporkan orang negro Amerika cenderung berisiko 1,4 kali lebih besar mengalami perdarahan intraserebral (dalam otak) dibandingkan dengan kulit putih. Orang Jepang dan Afrika-Amerika cenderung mengalami stroke perdarahan intrakranial. Sedang orang kulit putih cenderung terkena stroke iskemik, akibat sumbatan ekstrakranial lebih banyak.

2.6.2 Faktor Risiko yang Dapat Diubah 1. Stres

(36)

hormon-hormon yang membuat tubuh waspada seperti kortisol, katekolamin, epinefrin dan adrenalin. Dengan dikeluarkannya adrenalin atau hormon kewaspadaan lainnya secara berlebihan akan berefek pada peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Hal ini bila terlalu keras dan sering dapat merusak dinding pembuluh darah dan menyebabkan terjadi plak. Selain itu, kecenderungan dari orang yang sedang stres umumnya mendorong seseorang melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri seperti minum minuman keras, merokok, makan dan ngemil secara berlebihan.

2. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg (Sudoyo, 2009).

(37)

3. Merokok

Meskipun mengetahui merokok tidak baik untuk kesehatan, kebiasaan merokok masih saja dilakukan oleh banyak orang dengan berbagai alasan. Perokok sebenarnya membuka dirinya terhadap risiko penyakit jantung dan stroke iskemik. Bagi perokok diperlukan waktu yang lama yaitu sekitar setahun untuk mengurangi risiko secara optimal setelah berhenti merokok.

Peranan rokok pada proses aterosklerosis adalah:

• Meningkatkan kecenderungan sel-sel darah menggumpal pada dinding arteri. Hal

ini meningkatkan risiko pembentukan trombus/plak.

• Merokok dapat menurunkan jumlah HDL dan menurunkan kemampuan HDL

dalam menyingkirkan kolesterol LDL yang berlebihan.

• Merokok meningkatkan oksidasi lemak yang berperan pada perkembangan

aterosklerosis.

Merokok juga dapat mengurangi kemampuan seseorang dalam menanggulangi stres karena zat kimia dalam rokok terutama karbon monoksida akan mengikat oksigen dalam darah sehingga kadar oksigen dalam darah berkurang. Akibatnya metabolisme tidak berjalan dengan semestinya.

4. Minum Alkohol

(38)

merupakan racun pada otak dan pada tingkatan yang tinggi dapat mengakibatkan otak berhenti berfungsi.

5. Aktivitas Fisik Rendah

Aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan tekanan darah dan gula darah, meningkatkan kadar kolesterol HDL, dan menurunkan kolesterol LDL, menurunkan berat badan, mendorong berhenti merokok. Olahraga rutin tidak hanya membentuk kemampuan sistem kardiovaskular namun juga membangun kemampuan untuk mengatasi stres baik fisik maupun psikis/emosional. Olahraga rutin mampu menghilangkan produk sampingan biokimiawi dari stres, lemak darah, gula darah, kolesterol, membakar habis produk sampingan hormon, dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

6. Diabetes Melitus

Diabetesmelitus menyebabkan kadar lemak darah meningkat karena konversi lemak tubuh yang terganggu. Dikatakan menderita diabetes melitus jika kadar gula darah >200 mg/dl (Sudoyo, 2009). Bagi penderita diabetes melitus peningkatan kadar lemak darah akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke iskemik.

Diabetes melitus mempercepat terjadinya aterosklerosis baik pada pembuluh darah kecil (mikroangiopati) maupun pembuluh darah besar (makroangiopati) di seluruh pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi pada penderita stroke iskemik akan memperbesar meluasnya area infark (sel mati) karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa yang dilakukan secara anaerob yang merusak jaringan otak (Junaidi, 2011).

(39)

Obesitas atau kegemukan dapat meningkatkan kejadian stroke iskemik terutama bila disertai dengan dislipidemia dan atau hipertensi, melalui proses aterosklerosis. Obesitas juga dapat menyebabkan terjadinya stroke lewat efek snoring atau mendengkur dan sleep apnea, karena terhentinya suplai oksigen secara mendadak di otak. Kegemukan juga membuat seseorang cenderung mempunyai tekanan darah tinggi, meningkatkan risiko terjadinya penyakit kencing manis/diabetes melitus, juga meningkatkan produk sampingan metabolisme yang berlebihan yaitu oksidan/radikal bebas.

8. Hiperkolesterolemia

Kolesterol merupakan zat di dalam aliran darah di mana semakin tinggi kolesterol maka semakin besar pula kemungkinan dari kolesterol tersebut tertimbun pada dinding pembuluh darah. Hal ini menyebabkan saluran pembuluh darah menjadi lebih sempit sehingga mengganggu suplai darah ke otak. Inilah yang dapat menyebabkan terjadinya stroke iskemik. Kolesterol merupakan satu faktor risiko yang sangat besar peranannya pada penyakit jantung dan stroke iskemik. Dikatakan menderita hiperkolesterolemia jika HDL kurang dari 35 mg/dl dan LDL lebih dari 190 mg/dl (Sudoyo, 2009; Junaidi, 2011).

9. Minum Kopi

(40)

saluran/lumen pembuluh darah melalui proses aterosklerosis dan dapat menyebabkan penyakit jantung dan stroke iskemik.

10.Pola Makan

Pola makan dapat memengaruhi risiko stroke iskemik melalui efeknya pada tekanan darah, kadar kolesterol serum, gula darah, berat badan dan sebagai prosekutor aterosklerosis lainnya. Pengurangan asupan garam natrium dan penambahan garam kalium (potasium) pada beberapa penelitian ternyata dapat menurunkan kejadian stroke, melalui efeknya terhadap pengurangan natrium yang dapat meningkatkan tekanan darah.

11.Pil KB (Kontrasepsi Oral)

Obat kontrasepsi oral dapat menimbulkan kejadian stroke iskemik telah diterima dengan luas. Hanya saja berapa besar dosisnya belum ada kesesuaian pendapat. Penelitian Cohort pada 23.000 wanita di Swedia dan hampir 2000 wanita di Inggris menunjukkan adanya penurunan risiko stroke iskemik dengan pemberian hormon post menopause.

12.Homosisteinemia

Homosistein merupakan asam amino yang mengandung sulfur, dihasilkan melalui proses demetilasi asam amino metionin. Homosistein dalam plasma terdapat dalam beberapa bentuk dan kadarnya dalam plasma total dinyatakan dengan

(41)

diatur secara genetik dan asupan asam folat, vitamin B6 (piroksidin) dan vitamin B12

Meningkatnya kadar homosistein berkaitan dengan meningkatnya risiko aterosklerosis koroner, penyakit stroke (serebrovaskuler), penyakit vaskuler perifer, tromboembolik termasuk infark miokardial. Homosistein dapat menyebabkan aterosklerosis melalui mekanisme yang melibatkan peningkatan aktivasi platelet, hiperkoagulasi, peningkatan proliferasi sel otot polos, sitotoksisitas, induksi disfungsi endotel dan stimulasi oksidasi LDL.

(kobalamin).

Hiperhomosisteinemia derajat sedang berkaitan erat dengan meningkatnya risiko kejadian stroke iskemik, aterosklerotik vaskuler, infark serebral dan trombosis vena. Diperkirakan homosistein memengaruhi efek prokoagulan dengan menurunkan aktivitas tissue plasminogen activator (tPA) dan merusak sekresi von Willebrand factor (v WF), serta meningkatkan aktivitas PAI-1. Hal ini menandakan adanya interaksi dengan sistem fibrinolotik dimana homosistein dapat menyebabkan kejadian tromboembolik.

14.Kelainan Pembekuan darah (Koagulasi)

(42)

Defisiensi protein antikoagulan yang berpengaruh pada pembentukan trombus terdiri dari antithrombin III (AT III), protein C, protein S dan faktor V.

15.Fibrinogen

Peningkatan fibrinogen dan kelainan sistem fibrinolitik berkaitan dengan terjadinya infark miokard dan stroke. Kadar fibrinogen >2,75 g/l mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit jantung koroner dan stroke. Peningkatan kadar fibrinogen 1 g/l akan meningkatkan risiko infark sebanyak 45%.

Penelitian Kristensen menunjukkan bahwa peningkatan kadar fibrinogen secara independen berkaitan dengan stroke iskemik pada dewasa muda. Peningkatan kadar fibrinogen dan enzim profibrinolitik, tPA dan PAI-1 terbukti merupakan prediktor kuat untuk infark miokard. Kadar fibrinogen diketahui meningkat dengan cepat setelah terjadinya stroke dihubungkan dengan respon fase akut yang dihasilkan dari iskemik otak dan nekrosis.

16.Faktor Obat

Obat-obatan dapat menyebabkan terjadinya stroke iskemik, obat dapat menimbulkan stroke iskemik melalui beberapa mekanisme berikut:

• Timbulnya gangguan jantung akibat obat seperti aritmia, hipertensi dan hipotensi

• Turunnya aliran darah otak

• Perubahan reologi darah

• Vaskulitis

• Vasospasme

(43)

Beberapa obat yang kemungkinan menyebabkan stroke iskemik antara lain antikoagulan, allopurinol, androgen, calcium antagonists, immunoglobin, nikotin, beta-blocker, antineoplastik, oral contraceptives dosis tinggi, drug abuse, trombolitik, kontras radiologi, nitrat, praziquantel, sitokin, isotertionin, pseudoefedrin, epsilon amino caproic acid, derivate ergot termasuk bromocriptin, fenfluramin, eritropoitin, ginseng dan gingko biloba.

[image:43.612.122.524.354.551.2]

Stroke dapat terjadi karena adanya dua atau lebih faktor risiko (multirisk factors), bukan hanya satu faktor. Pada penelitian ini faktor risiko yang akan diteliti yaitu hipertensi, umur, jenis kelamin, diabetes melitus dan hiperkolesterolemia. 2.7 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Hipertensi terhadap Kejadian

Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini yaitu: Ada pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik di ruang neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2011.

Hipertensi

- Umur

- Jenis kelamin - Diabetesmelitus

- Hiperkolesterolemia

Stroke Hemoragik Stroke Iskemik Variabel Independen

Variabel Dependen

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan studi cross-sectional. Studi cross-sectional digunakan untuk mempelajari hubungan antara faktor risiko dengan efek atau penyakit pada satu waktu, jadi tidak ada follow-up pada studi cross-sectional (Ghazali dkk, 2011).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi. Lokasi penelitian ini dipilih dengan alasan bahwa Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi merupakan rumah sakit yang menjadi pusat rujukan penanganan penderita stroke. Penelitian dilakukan pada bulan September-Januari 2013.

3.3 Populasi dan Sampel

(45)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu data penderita stroke

rawat inap di ruang neurologi yang diperoleh dari rekam medik Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2011.

3.5 Defenisi Operasional

1. Stroke adalah status pasien menderita stroke iskemik atau stroke hemoragik yang tercatat pada rekam medis pasien, dikategorikan menjadi:

0 = Stroke hemoragik 1 = Stroke iskemik

2. Hipertensi adalah status pasien menderita hipertensi atau tidak yang dilihat dari catatan rekam medis pasien, dikategorikan menjadi:

0 = Tidak hipertensi (bila tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan darah diastolik < 90 mmHg)

1 = Hipertensi (bila tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg)

3. Umur adalah lamanya hidup penderita sejak dilahirkan hingga saat didiagnosa

stroke iskemik berdasarkan catatan rekam medis penderita pada saat pertama kali berobat ke Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi, dikategorikan menjadi:

0 = <40 tahun 1 = 40-60 tahun

(46)

0 = Perempuan 1 = Laki-laki

5. Diabetesmelitus adalah status pasien menderita Diabetesmelitus atau tidak yang dilihat dari catatan rekam medis pasien, dikategorikan menjadi:

0 = Tidak diabetes melitus (jika kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl) 1 = Diabetes melitus (jika kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl)

6. Hiperkolesterolemia adalah status pasien menderita hiperkolesterolemia atau tidak yang dilihat dari catatan rekam medis pasien, dikategorikan menjadi:

0 = Tidak hiperkolesterolemia (jika HDL ≥ 35 mg/dl dan LDL 190 mg/dl) 1 = Hiperkolesterolemia (jika HDL < 35 mg/dl dan LDL > 190 mg/dl) 3.6 Aspek Pengukuran

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Pengaruh Hipertensi terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik

Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala Ukur

Stroke

Status pasien menderita

stroke iskemik atau stroke hemoragik yang tercatat pada rekam medis pasien

0 = Stroke

hemoragik 1 = Stroke

iskemik

Nominal

Hipertensi

Status pasien menderita hipertensi atau tidak yang dilihat dari catatan rekam medis pasien. Dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg

0 = Tidak hipertensi 1 = Hipertensi

[image:46.612.121.534.429.622.2]
(47)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala Ukur

Umur

Lamanya hidup penderita sejak dilahirkan hingga saat didiagnosa

stroke iskemik berdasarkan catatan rekam medis penderita pada saat pertama kali berobat ke RSSN Bukittinggi

0 = <40 tahun 1 = 40-60 tahun

Ordinal

Jenis kelamin

Ciri khusus (organ reproduksi) yang dimiliki penderita sejak lahir sesuai dengan yang tercatat pada rekam medis

0 = Perempuan 1 = Laki-laki

Nominal

Diabetesmelitus

Status pasien menderita Diabetes melitus atau tidak yang dilihat dari catatan rekam medis pasien. Dikatan menderita Diabetes melitus jika kadar gula darah sewaktu di atas 200 mg/dl

0 = Tidak diabetes melitus

1 = Diabetesmelitus

Nominal

Hiperkolesterolemia

Status pasien menderita

hiperkolesterolemia atau tidak yang dilihat dari catatan rekam medis pasien. Dikatakan

hiperkolesterolemia jika HDL kurang dari 35 mg/dl dan LDL lebih dari 190 mg/dl

0 = Tidak

hiperkolesterolemia 1 = Hiperkolesterolemia

[image:47.612.117.542.109.653.2]
(48)

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu dengan analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat.

1. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk masing-masing variabel atau disebut juga dari analisis berdistribusi tunggal (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan kejadian stroke iskemik dan

stroke hemoragik berdasarkan variabel utama (hipertensi) dan variabel pengganggu (umur, jenis kelamin, diabetes melitus dan hiperkolesterolemia) dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan dua variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel utama (hipertensi) dan variabel dependen (kejadian stroke) setelah dikontrol oleh variabel pengganggu (umur, jenis kelamin, diabetes melitus dan hiperkolesterolemia). Analisis data yang dilakukan untuk melihat hubungan tersebut adalah dengan menggunakan uji chi-square, karena variabel dependen merupakan data kategorik dan variabel independennya juga data kategorik (Yasril, 2009).

(49)

Tahapan pemodelan yaitu:

1) Lakukan pemodelan lengkap, mencakup variabel utama, semua kandidat pengganggu dan kandidat interaksi (interaksi dibuat antara variabel utama dengan semua variabel pengganggu)

2) Lakukan penilaian interaksi dengan cara mengeluarkan variabel interaksi yang nilai p (Wald) yang tidak signifikan secara berurutan mulai dari yang nilai p (Wald) terbesar.

3) Lakukan uji confounding, dengan cara mengeluarkan variabel pengganggu satu per satu dimulai dari yang memiliki nilai p (Wald) terbesar, bila setelah dikeluarkan diperoleh selisih OR faktor/variabel utama >10% antara sebelum dan sesudah variabel pengganggu dikeluarkan, maka variabel tersebut dinyatakan sebagai variabel pengganggu dan harus tetap berada dalam model.

Model regresi logistik ganda yaitu: �(�) = 1

1+�−(�+�1�1+�2�2+⋯+� ���)

Keterangan:

�(�) = probabilitas kejadian stroke iskemik

� = konstanta

β = koefisien regresi

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi

Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) merupakan satu-satunya rumah sakit dengan pusat rujukan stroke nasional di Indonesia di samping sebagai Rumah Sakit Umum Pusat (UPT/Unit Pelaksana Teknis Ditjen Yanmed Depkes Pusat). RSSN ini awalnya berasal dari RSUP Bukittinggi yang secara historis berasal dari Rumah Sakit Immanuel yang dikelola oleh Yayasan Baptis Indonesia sejak tahun 1978. Berdasarkan Surat Keputusan Menkes RI No. 365/Menkes/SK/VIII/1982 RSUP Bukittinggi merupakan RSU vertikal kelas C UPT Vertikal Depkes. Kemudian tahun 2002 dengan adanya SK Menkes No. 21/Menkes/SK/I/2002 RSUP Bukittinggi ditetapkan sebagai Pusat Pengembangan Pengelolaan Stroke Nasional (P3SN), selanjutnya berdasarkan SK Menkes No.105/Menkes/SK/IV/2005 ditingkatkan kelembagaannya menjadi Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi.

Jenis pelayanan yang dilaksanakan yaitu vital care khusus stroke dengan unggulan pelayanan rehabilitasi stroke. Di samping itu jenis pelayanan lainnya yang juga dilaksanakan guna mendukung pelayanan rumah sakit seperti penyakit dalam, kebidanan, anak, perinatologi, mata dan jantung. Untuk penunjang lainnya meliputi elektromedis, farmasi, rehabilitasi medik, radiologi, serta tindakan medik.

Visi

- Menjadi rumah sakit terdepan dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian

(51)

Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan komprehensif stroke berorientasi pada kepuasan pelanggan

2. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian stroke

3. Membangun dan mengembangkan jejaring pelayanan stroke

4. Mengembangkan inovasi pelayanan stroke terpadu yang mendukung wisata kesehatan

5. Menyelenggarakan fungsi manajemen rumah sakit yang profesional dan akuntabel

Motto

- Kemandirian pasien stroke tujuan pelayanan kami Budaya kerja

- “Cantik” : Cepat, Akurat, Nyaman, Tepat, Inovatif dan Kreatif

Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman, Bukittinggi, Sumatera Barat. Untuk ketenagaan jumlah seluruhnya adalah 413 orang dengan rincian sebagai berikut:

a. Dokter:

(52)

b. Perawat : 171 orang

c. Bidan : 10 orang

d. Farmasi : 18 orang e. Tenaga kesehatan lainnya : 50 orang f. Tenaga non-medis : 119 orang 4.2Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap satu variabel atau disebut juga dengan analisis berdistribusi tunggal (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan masing-masing variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

[image:52.612.115.531.454.667.2]

Distribusi frekuensi berdasarkan variabel utama dan variabel pengganggu yang memengaruhi kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Variabel Utama dan Variabel Pengganggu yang Memengaruhi Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik

Variabel

Stroke

Total Stroke Iskemik Stroke Hemoragik

n % n % n %

Hipertensi

Hipertensi 137 70,6 57 29,4 194 100,0 Tidak hipertensi 9 18,0 41 82,0 50 100,0 Umur

40-60 tahun 138 59,2 95 40,8 233 100,0

<40 tahun 8 72,7 3 27,3 11 100,0

Jenis kelamin

Laki-laki 93 61,2 59 38,8 152 100,0

(53)

Tabel 4.1 (Lanjutan)

Variabel

Stroke

Total Stroke Iskemik Stroke Hemoragik

n % n % n %

Diabetes melitus

Diabetesmelitus 39 41,5 55 58,5 94 100,0 Tidak diabetesmelitus 107 71,3 43 28,7 150 100,0 Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia 81 56,3 63 43,8 144 100,0 Tidak hiperkolesterolemia 65 65,0 35 35,0 100 100,0

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 194 orang yang menderita hipertensi sebanyak 137 orang (70,6%) mengalami stroke iskemik, dan dari 50 orang yang tidak hipertensi sebanyak 9 orang (18,0%) yang mengalami stroke iskemik. Pada kelompok umur 40-60 tahun dari 233 orang terdapat 138 orang (59,2%) yang mengalami stroke iskemik, sedangkan pada kelompok umur <40 tahun dari 11 orang terdapat 8 orang (72,7%) yang mengalami stroke iskemik. Pasien yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 152 orang dan 93 orang (61,2%) diantaranya yang mengalami stroke iskemik, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan terdapat 92 orang dan 53 orang (57,6%) diantaranya yang mengalami stroke iskemik. Sebanyak 94 orang menderita diabetes melitus dan 39 orang (41,5%) diantaranya mengalami

[image:53.612.112.526.110.254.2]
(54)

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel utama (hipertensi) dan variabel pengganggu (umur, jenis kelamin, diabetes melitus dan hiperkolesterolemia) terhadap kejadian stroke iskemik dan stroke

hemoragik dengan menggunakan uji Chi square pada tingkat kepercayaan 95%

(α=0,05) dengan menggunakan tabel 2x2. Besarnya nilai Odds Rasio (OR)

ditentukan dengan rumus ad/bc dimana:

1. Bila OR = 1 berarti variabel yang diduga sebagai faktor risiko tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek (stroke iskemik), atau bersifat netral.

2. Bila OR > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti variabel tersebut berpengaruh terhadap terjadinya efek (stroke iskemik)

3. Bila OR < 1 dan rentang interval kepercayaan tidak mencakup angka 1, berarti variabel tersebut merupakan penghambat terjadinya efek (stroke iskemik).

4. Bila nilai interval kepercayaan OR mencakup angka 1, maka berarti variabel tersebut belum dapat disimpulkan berpengaruh terhadap terjadinya efek atau sebagai penghambat terjadinya efek.

Pengaruh hipertensi dan variabel pengganggu terhadap kejadian stroke

(55)
[image:55.612.111.529.142.414.2]

Tabel 4.2 Pengaruh Hipertensi dan Variabel Pengganggu terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi Tahun 2011

Faktor p OR 95% CI

Hipertensi

0,0001 10,95 [5,00 ; 24,00] Hipertensi

Tidak hipertensi Umur

0,3721 0,55 [0,14 ; 2,11] 40-60 tahun

<40 tahun Jenis kelamin

0,6764 1,16 [0,68 ; 1,96] Laki-laki

Perempuan Diabetes melitus

0,0001 0,29 [0,17 ; 0,49]

Diabetesmelitus

Tidak diabetesmelitus

Hiperkolesterolemia

0,2156 0,69 [0,41 ; 1,17] Hiperkolesterolemia

Tidak hiperkolesterolemia

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui OR hipertensi terhadap kejadian

stroke iskemik sebesar 10,95. Hal ini berarti bahwa hipertensi secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian stroke iskemik dan merupakan faktor risiko terjadinya stroke iskemik, yakni risiko mengalami stroke iskemik pada penderita hipertensi 11 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak hipertensi (95% CI 5,00 ; 24,00).

(56)

tentu juga merupakan penghambat kejadian stroke iskemik. Begitu juga dengan jenis kelamin yang belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko berpengaruh terhadap kejadian stroke iskemik atau sebagai penghambat kejadian stroke iskemik dengan interval kepercayaan 95% yaitu antara 0,68 sampai dengan 1,96, dan hiperkolesterolemia dengan interval kepercayaan 95% yaitu antara 0,41 sampai dengan 1,17.

Sedangkan faktor pengganggu diabetes melitus terhadap kejadian stroke

iskemik memiliki nilai OR<1 yaitu sebesar 0,29 yang berarti diabetesmelitus bersifat menghambat terjadinya stroke iskemik, yakni risiko untuk mengalami stroke iskemik pada penderita diabetesmelitus 0,29 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak

diabetes melitus (95% CI 0,17 ; 0,49), namun akan memengaruhi untuk kejadian

stroke hemoragik. Hal ini terjadi karena diabetes melitus akan mempercepat terjadinya aterosklerosis baik pada pembuluh darah kecil maupun pembuluh darah besar di seluruh pembuluh darah termasuk pembuluh darah otak dan jantung. Sehingga akan memperluas infark (sel mati) karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa yang dilakukan secara anaerob yang akan merusak jaringan otak.

4.4 Analisis Multivariat

(57)

variabel independen terhadap variabel dependen setelah dikontrol oleh variabel pengganggu.

4.4.1 Pemilihan Variabel Kandidat

Variabel kandidat yang menjadi model multivariat didapatkan dari hasil analisis bivariat (uji chi-square). Variabel yang menjadi kandidat model multivariat adalah variabel independen dengan nilai p<0,25 dalam analisis bivariat. Variabel-variabel independen yang masuk ke dalam model multivariat yaitu hipertensi,

diabetesmelitus dan hiperkolesterolemia 4.4.2 Pemodelan Awal

Selanjutnya variabel kandidat multivariat dimasukkan ke dalam model multivariat untuk dianalisis menggunakan regresi logistik ganda dengan metode

[image:57.612.112.531.554.618.2]

backward, yaitu memasukkan semua variabel independen ke dalam model, tetapi kemudian satu per satu variabel independen dikeluarkan dari model berdasarkan kriteria kemaknaan statistik tertentu. Variabel yang pertama kali dikeluarkan adalah variabel yang mempunyai korelasi parsial terkecil dengan variabel dependen. Hasil analisis regresi logistik ganda dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Model Regresi Logistik Ganda dengan Metode Backward

Variabel B Exp (B) SE p 95% CI

Hipertensi 2,136 8,462 0,411 0,0001 [3,780 ; 18,944]

Diabetes melitus -0,848 0,428 0,304 0,0053 [0,236 ; 0,777] Constant -0,971 0,379 0,413 0,0187

4.4.3 Pemeriksaan Interaksi

(58)
[image:58.612.112.537.221.302.2]

menggunakan metode enter, yaitu memasukkan semua variabel independen dengan serentak satu langkah tanpa melewati kriteria kemaknaan statistik tertentu sehingga dapat melakukan pertimbangan aspek substansi. Hasil pemeriksaan interaksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Interaksi

Variabel B Exp (B) SE p 95% CI

Hipertensi 1,822 6,182 0,583 0,002 [1,971 ; 19,388]

Diabetesmelitus -1,355 0,258 0,763 0,076 [0,058 ; 1,151] HT*DM 0,603 1,828 0,832 0,462 [0,358 ; 9,342]

Constant -0,693 0,500 0,548 0,206

Variabel dikatakan berinteraksi bila memiliki nilai p<0,05. Namun berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada interaksi, karena antara HT dan DM memiliki nilai p>0,05. Karena tidak ada interaksi, maka dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan confounding.

4.4.4 Pemeriksaan Confounding

Pemeriksaan confounding dilakukan dengan melihat perbedaan nilai OR untuk variabel utama dengan dikeluarkannya variabel kandidat pengganggu dimulai dari nilai p terbesar secara bertahap, bila perubahan nilai OR untuk variabel utama >10%, maka variabel tersebut dianggap sebagai variabel pengganggu.

Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Confounding

Persamaan OR 95% CI Selisih OR

[image:58.612.117.533.604.653.2]
(59)

Ternyata setelah variabel diabetes melitus dikeluarkan perubahan OR variabel utama (hipertensi) lebih dari 10%, maka diabetes melitus tidak dapat dikeluarkan dan merupakan variabel pengganggu.

[image:59.612.112.532.248.314.2]

Karena diabetes melitus merupakan variabel pengganggu, maka diperoleh model akhir sebagai berikut:

Tabel 4.6 Model Akhir Regresi Logistik Ganda

Variabel B Exp (B) SE p 95% CI

Hipertensi 2,136 8,462 0,411 0,0001 [3,780 ; 18,944]

Diabetesmellitus -0,848 0,428 0,304 0,0053 [0,236 ; 0,777]

Constant -0,971 0,379 0,413 0,0187

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa risiko mengalami stroke

iskemik pada penderita hipertensi 8 kali lebih besar dibandingkan yang tidak hipertensi setelah dikontrol oleh variabel diabetesmelitus.

Probabilitas seseorang untuk mengalami stroke iskemik berdasarkan prediktor dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut:

�(�) = 1

1 +�−(�+�1�1+�2�2+⋯+����)

�(�) = 1

1 +�−(−0,971+2,136(HT )+(−0,848)(��))

Risiko terjadinya stroke iskemik jika seseorang memiliki riwayat hipertensi dan diabetesmelitus adalah sebesar:

�(�) = 1

1 +�−(−0,971+2,136(1)+−0,848(1))

�(�) = 1

(60)

Bila seseorang hanya memiliki riwayat hipertensi, maka probabilitas terjadinya stroke is

Gambar

Tabel 2.1 Diagnosis Stroke
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Pengaruh Hipertensi terhadap Kejadian  Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Pengaruh Hipertensi terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik
Tabel 3.1 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk membandingkan kadar lipid antara penderita stroke iskemik dan stroke hemoragik, ditemukan hasil bahwa terdapat perbedaan

Tujuan : Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui Adakah terdapat hubungan kadar gula darah sewaktu dengan kejadian stroke iskemik ulang di Rumah Sakit Umum

hubungan kadar gula darah sewaktu dengan kejadian stroke iskemik ulang di. Rumah Sakit Umum

Hubungan Hipertensi, Obesitas dan Diabetes Melitus dengan Kejadian Stroke Di Poli Saraf Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi Tahun 2017.. HUBUNGAN HIPERTENSI, OBESITAS DAN

Pasien stroke iskemik maupun hemoragik paling banyak sampai di rumah sakit adalah setelah 1 – 7 hari, gejala klinis stroke iskemik paling banyak ditemui adalah

Evaluasi Penggunaan Obat Stroke Iskemik pada Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.. Practice Guidelines for Themanagement of Arterial Hypertension of

GAMBARAN OBESITAS PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK YANG DIRAWAT INAP DI SMF NEUROLOGI RSUP H... GAMBARAN OBESITAS PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK YANG DIRAWAT INAP DI SMF NEUROLOGI

Hasil penelitian menunjukkan dari 35 orang pasien yang menggunakan alprazolam di bangsal rawat inap neurologi Rumah Sakit Stroke Nasional 29 angka kejadian DRPs