MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK
PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH SISWA
(Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung TP 2012/2013)
Oleh
NADIA ANANDINA ARTA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Teams Achievement Divisions (STAD) MELALUI
MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK
PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH SISWA
(Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung TP 2012/2013)
Oleh
NADIA ANANDINA ARTA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model
pembelajaran tipe STAD melalui media video dalam peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa kelas X SMAN 7 Bandar Lampung.
Desain penelitian ini adalah tes awal-tes akhir tak equivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X8 dan X9 yang ditetapkan secara cluster random sampling. Data penelitian berupa data kuantitatif yang diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf
iii
aktivitas belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata penguasaan materi oleh siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol (eksperimen = 80,49; kontrol = 77,93). Selain itu, rata-rata persentase peningkatan aktivitas belajar siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 71,35; kontrol = 48,95). Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dengan media video berpengaruh tidak secara signifikan dalam
meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan materi Pencemaran Lingkungan oleh siswa.
Halaman
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 38
xiv
A. Simpulan ... 49
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN 1. Silabus ... 53
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 59
3. Lembar Kerja Kelompok ... 74
4. Soal Pretes dan Postes ... 93
5. Data Hasil Penelitian ... 102
6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 119
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan manusia yang mendasar yaitu pendidikan, dimana pengertian pendidikan telah diungkapkan dalam UU No.20 tahun 2003 (dalam Hasbullah, 2006:4) bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam pendidikan, menurut Hanafiah dan Suhana (2009:107) guru dalam melaksanakan tugasnya harus mampu memberdayakan potensi siswa sesuai dengan kecerdasan, bakat, dan minatnya sehingga siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran. Guru berperan sebagai motivator dan fasilitator artinya guru bukan satu-satunya sumber informasi, namun hanya mendampingi siswa dalam menemukan dan memecahkan permasalahan sehingga secara tidak langsung siswa berperan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
menggunakan metode ceramah, diskusi informasi dan belum menggunakan model pembelajaran kooperatif yang mendukung kegiatan pembelajaran.
Metode ceramah tidak efektif karena kurang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini telah diungkapkan oleh Roestiyah (1998:44) berikut ini :
Murid pasif mendengarkan dengan teliti dan mencatat, agar dapat mengambil kesimpulan, tanpa memikirkan bahwa ada masalah dalam pembelajaran itu
Begitu pula dengan metode diskusi informasi yang digunakan kurang melibatkan anggota kelompok diskusi untuk berkontribusi memberikan pendapat, sehingga hanya pendapat beberapa orang saja yang mendominasi dalam kelompoknya sementara anggota
kelompok yang lain pasif. Selain itu, untuk mendukung proses pembelajaran, guru di SMA N 7 Bandar Lampung jarang menggunakan fasilitas multimedia, padahal sekolah tersebut sudah memilikinya. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya keterampilan guru dalam mengoperasikan alat-alat yang tersedia.
Kurang efektifnya metode pembelajaran yang digunakan dan jarangnya penggunaan model pembelajaran kooperatif dan fasilitas multimedia diduga berdampak pada rendahnya aktivitas belajar. Aktivitas belajar yang rendah akan berdampak pada rendahnya penguasaan materi oleh siswa, khususnya pada materi pencemaran
lingkungan. Hal ini ditunjukkan dari hasil ulangan harian yang tergolong rendah yaitu 60. Hasil ini belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
sekolah yaitu ≥ 70.
yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Salah satu media yang dapat digunakan ialah video. Media video ini dapat digunakan dengan baik apabila
disampaikan dengan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran yang mungkin sesuai yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang disampaikan dengan video didukung oleh penelitian sebelumnya. Hasil penelitian Fakhriyah (2009:1) pada siswa kelas X MA Banat Kudus tahun pelajaran 2008/2009 menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang disampaikan dengan media video dapat berpengaruh terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement
Divisions (STAD) Melalui Media Video Terhadap Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi Pokok Pencemaran LingkunganOleh Siswa (Studi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung TP 2012/2013)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui media video berpengaruh dalam meningkatkan penguasaan materi pokok Pencemaran Lingkungan oleh siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran tipe STAD melalui media video dalam peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X SMA N 7 Bandar Lampung
2. Pengaruh penggunaan model pembelajaran tipe STAD melalui media video dalam peningkatan penguasaan materi pokok Pencemaran Lingkungan oleh siswa kelas X SMA N 7 Bandar Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal berharga sebagai calon guru yang profesional, terutama dalam merancang dan melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di sekolah.
2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih model pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa.
4. Bagi sekolah dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pembelajaran biologi di sekolah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari adanya pemyimpangan anggapan terhadap masalah yang dibahas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini ialah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran ini memiliki langkah-langkah yaitu : (1) melakukan perencanaan untuk mengajar kelas-utuh; (2) mengatur kelompok; (3) merencanakan studi tim; (4) menghitung skor dasar dan nilai perbaikan (dalam Eggens dan Kauchak, 2012:145).
2. Media yang digunakan dalam penelitian ini ialah video terkait dengan pencemaran lingkungan.
3. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini ialah Keterkaitan antara Kegiatan Manusia dengan Masalah Perusakan/Pencemaran Lingkungan dan Pelestarian Lingkungan yang terdapat dalam KD 4.2 biologi SMA kelas X
4. Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu kemampuan mengemukakan pendapat, bekerjasama dengan teman anggota kelompok, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, kemampuan bertanya, dan kemampuan menjawab pertanyaan.
6. Subjek penelitian adalah siswa kelas X8 dan X9 semester genap SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.
F. Kerangka Pikir
Kegiatan pembelajaran adalah suatu proses yang bernilai edukatif dimana proses tersebut melibatkan adanya interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan tersebut memiliki tujuan yaitu meningkatkan pengetahuan siswa dengan melihat adanya peningkatan hasil belajar siswa. Terdapat beberapa faktor yang menentukan tujuan tersebut antara lain guru, siswa, model pembelajaran, dan media yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Siswa merupakan individu yang memiliki karakter yang berbeda-beda. Setiap individu memiliki cara pandang, tingkat pemahaman, cara belajar, yang berbeda, dan sebagainya.
Guru sebagai motivator dan fasilitator yang dihadapkan oleh siswa yang memiliki karakter tersendiri diwajibkan untuk menggunakan model yang dapat mengakomodasi semua kebutuhan siswa, serta memanfaatkan berbagai media yang dapat mendukung dalam menyajikan pesan-pesan pembelajaran.
media video. Keunggulan media video diduga dapat memberikan hasil yang optimal bila dikombinasikan dengan pembelajaran yang sesuai salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa bekerja dan belajar dalam kelompok yang relatif heterogen. Maksud dari kelompok yang heterogen adalah anggota kelompok terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademik berbeda, jenis kelamin, dan suku yang beragam. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Adapun materi yang digunakan ialah pencemaran lingkungan dimana materi ini terdapat dalam KTSP dengan kompetensi dasar 4.2 yaitu menjelaskan kegiatan manusia dengan masalah perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan.
Variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan menjadi dua macam yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan video, sedangkan variabel terikat ialah aktivitas belajar dan penguasaan materi pokok pencemaran lingkungan oleh siswa. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan: X = Pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD melalui video, Y1 = Aktivitas Belajar siswa, Y2 = Penguasaan materi siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
X
Y
1G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. H0 = Penerapan model pembelajaran STAD melalui media video tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan materi pokok Pencemaran Lingkungan oleh siswa
H1 = Penerapan model pembelajaran STAD melalui media video berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan materi pokok Pencemaran Lingkungan oleh siswa
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono dalam Dewi, 2011:11). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan sepidol, fotografi, slide film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.
Model cooperative adalah pembelajaran yang melibatkan unsur siswa itu sendiri sehingga siswa dapat berinteraksi dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sulit dan setiap anggota saling memunculkan pemecahan masalah dengan selektif dalam masing-masing
Pembelajaran cooperative mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam tim (team) untuk menuntaskan tujuan belajar.
2. Tim terdiri dari siswa-siswa yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Bila memungkinkan tim merupakan campuran suku, budaya dan jenis kelamin. 4. Sistem penghargaan diorientasikan baik pada kelompok maupun individu (Estiti
dalam Dewi, 2011:13).
Para ahli telah menunjukkan bahwa Cooperative Learning dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit dan membantu siswa menumbuhkan keterampilan berpikir kritis.
Cooperative Learning juga dapat memberikan keunggulan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik (Trianto, 2007:44)
Cooperative Learning sangat tepat digunakan untuk melatih keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi serta keterampilan tanya-jawab (Ibrahim dalam Trianto, 2007:45). Selanjutnya Ahmadi dan Piasetya (2005:62) menuliskan bahwa:
Keunggulan Cooperative Learning adalah: (1) Melatih keterampilan intelektual, (2) Siswa terlibat secara langsung, (3) Saling tukar menukar informasi, (4) Melatih
Situasi pembelajaran cooperative didorong dan dituntut untuk bekerjasama dalam suatu tugas bersama, siswa harus mengkoordinasikan usaha-usahanya untuk menyelesaikan tugas. Pada pembelajaran cooperative dua atau lebih individu saling tergantung untuk suatu penghargaan apabila mereka berhasil sebagai satu kelompok.
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Keenam fase pembelajaran kooperatif dirangkum pada tabel berikut ini.
Tabel 1. langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
Langkah Indikator Tingkah laku guru
Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pem-belajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan di-capai serta memotivasi siswa.
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi ke-pada
siswa
Langkah 3 Mengorganisasikan siswa
dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menginformasikan penge-lompokan siswa
Langkah 4 Membimbing belajar
kelompok
Guru memotivasi serta memfa-silitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Langkah 6 Pemberian Penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar
individual dan kelompok.
Sumber: dimodifikasi dari Arends, dalam Suyatna (2007: 96)
Berdasarkan uraian di atas model pembelajaran kooperatif merupakan model
B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu metode yang
dikembangkan oleh Slavin dimana melibatkan “kompetisi” antarkelompok. Siswa
dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama-tama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu kelompoknya,
kemudian mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis.
Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi. Slavin menyatakan bahwa
metode STAD ini dapat diterapkan untuk beragam materi pelajaran, termasuk sains, yang di dalamnya terdapat unit tugas yang hanya memiliki satu jawaban yang benar (Huda, 2009 :116).
Terdapat langkah-langkah kerja yang dilakukan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD seperti yang telah dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (2012:145-151) yaitu :
1. Merencanakan pelajaran dengan STAD
Dalam merencanakan pelajaran dengan STAD ada empat langkah yang mencakup hal berikut :
a. Melakukan perencanaan untuk mengajar kelas utuh b. Mengatur kelompok
c. Merencanakan studi tim
2. Melakukan perencanan untuk mengajar kelas utuh
Saat menggunakan STAD, merancang rencana untuk mempresentasikan materi yang akan dipraktikkan oleh siswa di dalam kelompok.
2. Mengatur kelompok
Untuk menerapkan STAD secara efektif tim harus diatur terlebih dahulu. Tujuannya ialah menciptakan tim yang memiliki campuran kemampuan, gender, dan etnisitas.
3. Merencanakan studi tim
Sukses pembelajaran STAD tergantung pada bahan-bahan yang berkualitas tinggi untuk memadu interaksi di dalam kelompok. Disinilah tujuan belajar menjadi penting. Tujuan itu memastikan bahwa pengajaran kelompok dan studi tim selaras dengan tujuan belajar. 4. Menghitung skor dasar dan nilai perbaikan kesempatan
Setara untuk berhasil menjadi penting ketika menggunakan STAD. Kesempatan setara untuk berhasil berarti bahwa semua siswa, terlepas dari kemampuan atau latar belakang, bias berharap untuk diakui upayanya. Ini dicapai dengan memberi siswa perbaikan nilai jika skor mereka di dalam satu tes atau kuis lebih tinggi daripada skor dasar mereka. Skor dasar adalah nilai rata-rata siswa berdasarkan tes dan kuis masa lampau atau skor yang ditentukan oleh nilai semester lalu atau tahun lalu.
5. Menerapkan pelajaran menggunakan STAD
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD fase-fase yang dilakukan yaitu :
d. Fase mengakui prestasi - Pemberian skor tim - Penghargaan tim
- Menggunakan poin perbaikan dalam memberikan nilai
Hanafiah dan Suhana (2009:44)mengemukakan bahwa ada tujuh langkah dalam model pembelajaran kooperetif tipe STAD yaitu: (1) Siswa diberikan tes awal dan diperoleh skor awal; (2) siswa dibagi kedalam kelompok kecil 4-5 orang secara heterogen menurut prestasi, jenis kelamin, ras atau suku; (3) guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa; (4) guru menyajikan bahan pelajaran dan siswa bekerja dalam tim; (5) guru membimbing kerja kelompok siswa; (6) siswa diberi tes tentang materi yang telah diajarkan dan; (7) memberikan penghargaan.
C. Aktivitas Belajar Siswa
Pada dasarnya belajar adalah melakukan untuk merubah tingkah laku dan tindakan yang di alami oleh seseorang. Seperti yang di ungkapkan oleh Dimyati dan Mudjiono (dalam Rahayu, 2011:13), bahwa belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri.
Aktivitas adalah segala usaha yang mengarah pada perubahan perilaku untuk mencapai tujuan yang terarah dan yang di harapkan. Siswa yang dikatakan aktif jika tidak melakukan penyimpangan, hal ini sesuai dengan pendapat Hopkins (1993:105).
bahwa dalam belajar sangat di perlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang di lakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.
Aktivitas siswa menurut Diedrich (dalam Rahayu, 2011:14) di golongkan ke dalam delapan jenis kegiatan, yaitu:
1. Kegiatan-kegiatan visual, meliputi kegiatan; membaca, melihat gambar, mengamati, eksperimen, pameran, dan mengamati orang lain atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan, meliputi kegiatan; menyatakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberikan saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, meliputi kegiatan; mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, dan mendengarkan suatu permainan.
4. Kegiatan-kegiatan menulis, meliputi kegiatan; menulis laporan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, mengerjakan lembar kerja, menulis cerita, dan mengisi angket. 5. Kegiatan-kegiatan menggambar, meliputi kegiatan; menggambar, membuat grafik,
diagram peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan matrik, meliputi kegiatan; melakukan percobaan, melaksanakan pameran, menyelanggarakan permainan, dan membuat model.
7. Kegiatan-kegiatan mental, meliputi kegiatan; mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, dan membuat keputusan.
Azas aktivitas menuntut guru untuk membangkitkan aktivitas siswa baik secara jasmani maupun rohani pada waktu siswa menerima pelajaran. Untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, guru harus mampu menentukan bentuk pengalaman belajar yang tepat sehingga dapat mempraktekkan kemampuan dan keterampilan.
D. Penguasaan Materi
Penguasaan materi menurut Arikunto (2008:115) merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan materi bukan hanya sekedar
mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis.
Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif. Menurut Sudijono (2008:50-52), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut : 1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.
2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
3. Penerapan atau aplikasi (Application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.
4. Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.
5. Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
6. Penilaian atau evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Menurut Thoha (dalam Rahayu, 2011:18) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Arikunto (2008:53) menyatakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tingkat penguasaan materi oleh siswa dapat diketahui melalui pedoman penilaian. Bila
cukup baik, dan bila nilai siswa < 55 maka dikategorikan kurang baik (Arikunto, 2008:245).
E. Media Video
Video berasal dari bahasa Latin, video-vidi-visum yang artinya melihat (mempunyai daya penglihatan). Video, dilihat sebagai media penyampai pesan, termasuk media visual atau media pandang-dengar (Setyosari dan Sihkabuden, 2005:1). Media audio-visual dapat dibagi menjadi dua jenis, pertama dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; kedua, media audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie), televise, dan video termasukjenis pertama,
sedangkan slide, opaque, OHP, dan peralatan visual lainnya yang diberi suara termasuk jenis yang kedua (Munadi, 2008:113).
masyarakat. Disamping itu manajerial juga dapat dilatihkan melalui pemanfaatan media video.
Pengajar dapat memilih program-program video yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, kemudian menyaksikan bersama-sama di ruang kelas, selanjutnya membahas atau mndiskusikannya. Selain digunakan untuk melihat program-program yang telah siap pakai, media video juga dapat digunakan untuk merekam aktivitas peserta didik yang tengah berlatih menguasai keterampilan interpersonal, kemudian rekaman tersebut dibahas dan dianalisis oleh sesama rekan peserta didik dan pengaja. Kemampuan video untuk mengabadikan kejadian-kejadian faktual dalam bentuk dokumenter bermanfaat untuk membantu pengajar dalam menengahkan fakta, kemudian membahas fakta tersebut secara lebih jelas dan mendiskusikannya di ruang kelas (Hamzah, 2007:126).
Keuntungan menggunakan media audio-visual antara lain :
1. Alat-alat audio-visual mempermudah orang menyampaikan dan menerima pelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan salah pengertian.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di SMA Negeri 7 Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari sembilan kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Pada tahap pertama, dari seluruh populasi yang ada dilakukan random dan diambil dua kelas secara acak sebagai sampel penelitian, kelas yang terpilih yaitu X8 dengan jumlah 32 siswa dan X 9 dengan jumlah 32 siswa. Kemudian dari dua kelas yang terpilih dilakukan random kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga terpilih kelas X8 yang sebagai kelas kontrol (model kooperatif tipe STAD) dan kelas X 9 sebagai kelas eksperimen (model kooperatif tipe STAD melalui media video).
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain tes awal-tes akhir tak equivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD melalui media video, sedangkan kelas kontrol hanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Hasil tes awal dan tes akhir pada kedua kelas subyek dibandingkan. Struktur desainnya adalah sebagai berikut :
Keterangan : I = kelas eksperimen ; II = kelas kontrol;
O1 = tes awal; O2 = tes akhir; X = perlakuan eksperimen (menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui media video); dan C=kontrol (pembelajaran hanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD) (modifikasi dari Purwanto dan Sulistyastuti, 2007:90).
Gambar 2. Desain pretest-posttest non equivalen.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan di FKIP Unila untuk diberikan kepada sekolah tempat diadakan penelitian
I
O1X O
2b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Kelompok (LKK).
e. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.
f. Mencari video yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan yang terdiri atas pencemaran air, udara, tanah, dan suara, serta pelestarian lingkungan.
g. Membentuk kelompok diskusi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa, 2 siswa dengan nilai tinggi, 1 siswa dengan nilai sedang, dan 2 siswa dengan nilai yang rendah. Setiap kelompok terdiri atas 5 orang siswa (Lie, 2004:42).
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model STAD melalui media video untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran tipe STAD untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas mengenai keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah kerusakan dan pencemaran lingkungan. Pertemuan kedua membahas tentang keterkaitan antara kegiatan manusia dengan upaya pelestarian lingkungan.
1) Kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melalui media video
a. Pendahuluan
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3) Apersepsi :
Pertemuan I : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar dalam sebuah slide seseorang yang sedang merokok sembarangan di muka umum.
Kemudian guru memberikan pertanyaan “Apakah dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan yang terlihat pada gambar?”
Pertemuan II : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar seorang anak yang sedang membuang sampah pada tempatnya dan memberikan pertanyaan “Apakah manfaat dari kegiatan yang terlihat pada
gambar?”
4) Motivasi :
Pertemuan I : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai macam kerusakan lingkungan, sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga lingkungan disekitar kita.
Pertemuan II : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan, sehingga lingkungan dapat terjaga hingga generasi selanjutnya.
b. Kegiatan inti
1) Penyajian materi
Guru menyajikan materi pencemaran lingkungan dengan menggunakan media video.
Setelah video disajikan siswa mengelompok dalam kelompok kecil yang telah ditentukan (secara heterogen) untuk mengerjakan lembar kerja kelompok yang diberikan. Dalam mengerjakan lembar kerja ada beberapa kebijakan yang perlu diperhatikan yaitu setiap kelompok membahas lembar kerja yang berisi
pertanyaan dan harus dijawab siswa dengan cara bekerjasama saling berdiskusi. 3) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Setelah setiap kelompok mengerjakan lembar kerja, kemudian guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
4) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. Kelompok terbaik ditentukan dari banyaknya anggota kelompok yang melakukan aktivitas belajar yang diamati sesuai kriteria yang telah ditentukan seperti bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan ide.
c. Penutup
1) Siswa bersama-sama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2) Siswa mengerjakan soal postes pada pertemuan II.
2) Kelas Kontrol menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD a. Pendahuluan
1) Guru memberikan pretes dalam bentuk uraian pada pertemuan I. 2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3) Guru memberikan apersepsi :
muka umum. Kemudian guru memberikan pertanyaan “Apakah dampak yang ditimbulkan dari kegiatan yang terlihat pada gambar?”
Pertemuan II : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar seorang anak yang sedang membuang sampah pada tempatnya dan memberikan pertanyaan “Apakah manfaat dari kegiatan yang terlihat pada
gambar?”
3) Motivasi :
Pertemuan I : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai macam kerusakan lingkungan, sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga lingkungan disekitar kita.
Pertemuan II : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan, sehingga lingkungan dapat terjaga hingga generasi selanjutnya.
b. Kegiatan Inti 1) Penyajian materi
Guru menyajikan materi pencemaran lingkungan secara garis besar. 2) Belajar dalam kelompok
kerja yang berisi pertanyaan dan harus dijawab siswa dengan cara bekerjasama saling berdiskusi.
Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
Setelah setiap kelompok mengerjakan lembar kerja, kemudian guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
c. Penutup
1) Siswa bersama-sama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. 2) Siswa mengerjakan soal postes pada pertemuan II.
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data a. Jenis Data
Data penelitian berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yaitu penguasaan materi siswa yang diperoleh dari hasil pretes, dan postes. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa yaitu aktivitas bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat/ ide.
b. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Aktivitas Siswa
diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
b. Penguasaan Materi
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui pretes dan postes. Pretes dilakukan di awal pertemuan I, dan postes dilakukan di akhir pertemuan II. Pretes dan
postes dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan bentuk dan jumlah soal yang sama. Bentuk soal adalah soal uraian. Pretes yang diberikan pada awal pertemuan I, mempunyai bentuk dan jumlah yang sama dengan postes yang diberikan di akhir pertemuan II.
F. Teknik Analisis Data a) Analisis data kualitatif
1. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa.
Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Keterangan :
a. Bertanya:
1. Tidak bertanya
2. Bertanya, tetapi tidak mengarah pada permasalahan
3. Bertanya sesuai dengan permasalahan pada materi pokok Pencemaran Lingkungan
b. Menjawab pertanyan:
1. Tidak menjawab pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan, tetapi tidak sesuai dengan permasalahan 3. Menjawab pertanyan dengan baik
c. Mengemukakan pendapat/ide :
1. Tidak mengungkapkan ide/pendapat (diam saja)
2. Kemampuan mengemukakan pendapat/ide tetapi tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Pencemaran Lingkungan
3. Kemampuan mengemukakan pendapat/ide tetapi sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Pencemaran Lingkungan
Menghitung rata-rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus :
Ket : X = Rata-rata skor aktivitas siswa
Xi = Jumlah skor aktivitas yang diperoleh n = Jumlah skor aktivitas maksimum
Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa Sesuai Klasifikasi pada tabel 3 yang dimodifikasi Belina (dalam Rahayu, 2011:27)
Tabel 3. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
Kategori Interpretasi
0,00 – 29,99 Sangat Rendah 30,00 – 54,99 Rendah 55,00 – 74,99 Sedang 75,00 – 89,99 Tinggi 90,00 – 100,00 Sangat Tinggi
b) Analisis data kuantitatif
Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes dihitung N-gain nya kemudian dianalisis secara statistik.
Untuk mendapatkan N-gain dengan menggunakan rumus Hake (dalam Eka Sulastri, 2011:26) yaitu:
Keterangan:
Spost = rata-rataskor postes Spre = rata-rataskor pretes
Smax = skor maksimum
N-gain pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dianalisa menggunakan uji yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa :
1. Uji Normalitas Data (Uji Lilliefors)
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan bantuan program SPSS versi 16.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal
b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).
2. Kesamaan Dua Varians
Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS 16.
a. Hipotesis
H1 : Kedua sample mempunyai varians berbeda
b. Kriteria Uji
- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima
- Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004:13).
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t melalu program SPSS 16.
a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis
H0 = Rata-rata skor N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata skor N-gain kedua sampel tidak sama
2) Kriteria Uji
- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka H0 ditolak
- Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 13).
b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis
kelompok kontrol.
H1 = rata-rata skor N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari
kelompok kontrol.
2) Kriteria Uji
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
(Pratisto, 2004:10)
3) Uji Mann-Whitney U
Apabila data yang didapatkan tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji
Mann-Whitney U
a. Hipotesis
H0 = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H1= Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
b. Kriteria Uji
- Jika p-value > 0,05 maka terima H0
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penerapan model pembelajaran STAD melalui media video berpengaruh secara tidak
signifikan dalam meningkatkan penguasaan materi pokok Pencemaran Lingkungan oleh siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran STAD melalui media video berpengaruh secara tidak signifikan dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
B. Saran
Untuk kepentingan pembelajaran, maka penulis menyarankan sebagai berikut :
1. Guru biologi dapat menggunakan model pembelajaran STAD melalui media video sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan materi siswa pada Materi Pokok Pencemaran Lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A dan J. T. Piasetya. 2005. Strategibelajarmengajar. Bandung: Pustaka setia. Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arsyad, A. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Dewi, E. 2011. Pengaruh Penerapan Model Cooperative Tipe Think Pair Share terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pokok Mengenal Dunia Tumbuhan. Lampung: Universitas Lampung.
Eggen, P dan D. Kauchak. 2012. Strategie and Models for Teachers: Teaching Content and Thinking Skills, Sixth Edition. Boston : Pearson Education.
Fakhriyah, F. 2009. Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) yang Dilengkapi dengan Media Video pada Materi Jamur di MA NU Banat Kudus. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Hamzah, B. 2007. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafiah, N dan C. Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika Aditama. Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Hopkins, D. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia. Open Univercity Press.
Huda, M. 2009. Cooperative Learning. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Lie, A. 2004. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia. Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran, Sebuah Pendekatan Baru. Ciputat: Gaung Persada
Press.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Purwanto dan Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.
Rahayu, A. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing terhadap Aktivitas dan Penguasaan Materi oleh Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem Kelas VII SMP Negeri 1 Padangcermin. Lampung: Universitas Lampung.
Roestiyah. 1998. Didaktik Metodik. Jakarta: Bumi Aksara.
Setyosari, P dan Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas.
Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sulastri, E. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisions)Terhadap Aktivitas dan Penguasaan Materi Pokok Ekosistem. Lampung :Universitas Lampung.
Suleiman, A. 1988. Media Audio-Visual untuk Pengajaran, Penerangan, dan Penyuluhan. Jakarta: PT Gramedia.
Suyatna, A. 2007. Model-Model Pembelajaran. Lampung: Universitas Lampung
Trianto. 2007. Model-model pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivisme. Jakarta: Persentasi pustaka publisher.