II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Sertifikasi Profesi Guru
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat (11) disebutkan bahwa sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru dan dosen.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan Pasal 1 Ayat (1), yang dimaksud dengan sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan.
Sertifikat pendidik diberikan setelah yang bersangkutan terbukti telah
Menurut Muchlas Samani (2006:7):
Guru sebagai agen pembelajaran di Indonesia diwajibkan
memenuhi tiga persyaratan yaitu kualifikasi pendidikan minimum, kompetensi, dan sertifikasi pendidik. Ketiga persyaratan untuk mendapatkan sertifikat pendidik tersebut merupakan bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
Tuntutan evaluasi yang cermat dan komprehensif ini berlandaskan pada isi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 11 ayat (3) Tentang Guru dan Dosen, yang menyebutkan bahwa sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Jadi sertifikasi guru dari sisi proses akan berbentuk uji kompetensi yang cermat dan komprehensif. Jika seorang guru/calon guru dinyatakan lulus dalam uji kompetensi ini, maka dia berhak memperoleh sertifikat pendidik. Bentuk uji kompetensi dalam pelaksanaan sertifikasi guru terdiri dari ujian tertulis dan ujian kinerja. Untuk melengkapi kedua jenis tersebut, peserta sertifikasi juga akan diminta untuk menyusun self appraisal dan portofolio.
Menurut Muchlas Samani (2006: 11), sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran di sekolah dan sekaligus memberikan sertifikat pendidik bagi guru yang telah memenuhi persyaratan dan lulus uji sertifikasi.
Menurut Muchlas Samani (2006: 12-13):
Manfaat uji sertifikasi adalah Pertama, melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri. Kedua, melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional yang akan menghambat upaya peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumberdaya
juga berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan. Keempat, menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
Menurut Wina Sanjaya (2005: 7):
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma dan memerlukan pendidikan profesi.
Menurut Wina Sanjaya (2005: 8-9) untuk meyakinkan bahwa guru sebagai pekerjaan profesional maka syarat pokok pekerjaan profesional adalah
1) Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
2) Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalm bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas
3) Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat
keahliannya dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya
4) Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat
memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap efek yang ditimbulkan dari pekerjaan profesinya. Sebagai suatu profesi, kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pribadi, kompetensi profesional dan kompetensi sosial kemasyarakatan. Melalui sertifikasi diharapkan dapat dipilah mana guru yang profesional mana yang tidak sehingga yang berhak menerima tunjangan profesi adalah guru
Profesi guru memiliki tugas melayani masyarakat dalam bidang
pendidikan. Tuntutan profesi ini memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada msyarakat. Secara khusus guru di tuntut untuk memberikan layanan professional kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Sehingga guru yang dikatakan profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Guru yang
profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas. profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian.
Standar profesi merupakan prosedur dan norma-norma serta prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pedoman agar keluaran (out put) kuantitas dan kualitas pelaksanaan profesi tinggi sehingga kebutuhan orang dan masyarakat ketika diperlukan dapat dipenuhi. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005: 6), standar profesi guru adalah:
1) Guru bertanggung jawab (committed to) terhadap siswa dan belajarnya.
2) Guru mengetahui materi ajar yang mereka ajarkan dan bagaimana mengajar materi tersebut kepada siswa.
3) Guru bertanggung jawab untuk mengelola dan memonitor belajar siswa.
4) Guru berfikir secara sistematik tentang apa-apa yang mereka kerjakan dan pelajari dari pengalaman.
Standar di atas menunjukkan bahwa profesi guru merupakan profesi yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab guru akan selalu berhadap dengan siswa yang memiliki karakteristik dan pengetahuan yang berbeda-beda maka untuk membimbing siswa agar berkembang dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang secara tepat berubah, sehingga tuntutan ini mengharuskan guru untuk memenuhi standar penilaian yang ditetapkan, salah satunya adalah sertifikasi profesi guru.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dinyatakan bahwa sertifikasi profesi guru merupakan suatu sarana atau instrumen untuk mencapai tujuan yaitu menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, meningkatkan martabat guru dan
meningkatkan profesionalitas guru. Melalui sertifikasi profesi guru ini maka diharapkan guru akan termotivasi untuk mengaktualisasikan dirinya dalam merealisasikan berbagai tujuan tersebut.
Kaitannya antara sertifikasi profesi guru dengan motivasi kerja guru terletak pada tumbuhnya dorongan di dalam diri guru untuk melakukan berbagai kinerja secara profesional demi mencapai kualitas pendidikan dengan
Secara ideal sertifikasi profesi guru bertujuan bukan untuk mendapatkan tunjangan profesi, tetapi untuk dapat menunjukkan bahwa guru yang mengikuti program sertifikasi telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi guru. Sementara itu tunjangan profesi merupakan konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud. Dengan demikian maka diharapkan guru memiliki pemahaman bahwa untuk memperoleh sertifikat profesi harus mempersiapkan diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi sertifikasi. Pemahaman yang demikian akan membawa dampak positif, yaitu adanya kesadaran bahwa sertifikasi profesi guru dilaksanakan untuk meningkatkan motivasi kerja guru dalam berbagai aktivitasnya dalam dunia pendidikan.
2. Supervisi Kepala Sekolah
a. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah Menurut Sahertian (1998: 18):
Supervisi kepala sekolah adalah usaha kepala sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas lainnya, dalam memperbaiki pembelajaran menstimulasi, merefleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar.
Menurut Soetopo (1996: 59), supervisi adalah segala usaha dari petugas sekolah dalam memimpin guru dan petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan pendidikan
Menurut Soetopo (1996: 63-64), supervisi terbagi atas tiga bentuk, yaitu: 1) Supervisi tanpa sepengetahuan guru, di mana kepala sekolah
melakukan supervisi, berupa pengamatan dan penilaian kepada guru tanpa sepengetahuan guru yang bersangkutan.
2) Supervisi dengan sepengetahuan guru, di mana kepala sekolah melakukan supervisi, berupa pengamatan dan penilaian terhadap kinerja guru dengan sepengetahuan guru yang bersangkutan. Termasuk dalam supervisi ini adalah kunjungan kelas. 3) Supervisi atas undangan guru, dalam hal ini kepala sekolah
diundang oleh guru untuk melakukan supervisi atau pengawasan ketika guru sedang melakukan kegiatan belajar mengajar dengan para siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa supervisi adalah usaha atau kegiatan yang membantu guru dan melayani guru, dalam memperbaiki pengajaran agar dalam melaksanakan tugas lebih efektif. Supervisi tidak langsung diarahkan kepada siswa, tetapi kepada guru yang membina siswa, karena guru memegang peranan pokok dalam pengajaran. Supervisi dapat digunakan untuk menyeleksi
pertumbuhan jabatan dan mengetahui perkembangan guru-guru.
b. Supervisi Kelas
jauh sampai di mana ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dilaksanakan oleh guru. Dari data hasil kujungan kelas tersebut akan digunakan untuk membina kemampuan dan keterampilan guru dan sebagai evaluasi untuk melihat seberapa jauh kemampuan yang diperoleh guru.
c. Tujuan dan Fungsi Supervisi Kelas
Menurut Sahertian (1998: 43), tujuan supervisi kelas adalah menolong guru-guru dalam hal pemecahan kesulitankesulitan yang mereka hadapi. Dalam supervisi kelas yang diutamakan ialah mempelajarai sifat dan kualitas guru dalam membimbing siswa-siswanya.
Menurut Purwanto (2000: 55), tujuan supervisi antara lain membantu guru-guru agar:
1) Dapat melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan. 2) Dapat membimbing siswa-siswanya dalam proses belajar
mengajar.
3) Dapat mengefektifkan penggunaan sumber-sumber belajar. 4) Dapat mengevaluasi kemajuan belajar siswa-siswanya. 5) Dapat mencintai tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Menurut Sahertian (1998: 46-47), supervisi kelas berfungsi sebagai alat untuk memajukan cara mengajar. Supervisi kelas membantu pembentukan profesional guru, karena memberi kesempatan untuk meneliti prinsip-prinsip belajar dan mengajar itu sendiri.
Faktor eksternal merupakan faktor yang timbul dari luar pegawai tersebut seperti: kebijakan organisasi, pelaksanaan kebijaksanaan yang ditetapkan, supervisi oleh atasan, hubungan interpersonal dan kondisi kerja. Dalam hal ini supervisi oleh kepala sekolah
merupakan faktor eksternal yang dapat meningkatkan motivasi kerja guru.
Kepala sekolah yang melaksanakan supervisi dengan cara melakukan peninjauan secara langsung terhadap guru yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, akan dapat meningkatkan motivasi kerja guru, karena pada saat melakukan supervisi, kepala sekolah membawa lembar observasi sebagai penilaian terhadap guru yang
bersangkutan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat meningkatkan motivasi kerja yang sebaik-baiknya agar memperoleh penilaian yang baik dari kepala sekolah. Pada umumnya penilaian oleh kepala sekolah
merupakan poin penting bagi guru, untuk pengembangan karir dan prestasi guru pada masa-masa mendatang.
d. Pelaksanaan Supervisi Kelas
Menurut Ametembun (1997: 48-49), supervisi kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah hendaknya dipersiapkan mengenai:
1) Waktu Supervisi
Ketika memasuki ruangan kelas
a. Tidak mengganggu ketenangan guru dan siswa-siswa. b. Selalu memegang observasi.
2) Sasaran dan cara observasi a. Tujuan observasi
b. Cara mengobservasi mengambil tempat di belakang kelas dan melaksanakan observasi dengan wajar.
3) Cara partisipasi
c. Demonstrasi mengajar, jika diminta oleh guru yang bersangkutan.
4) Cara meninggalkan ruangan
Setelah meninggalkan ruangan buatlah perjanjian untuk membicarakan hasil supervisi.
5) Tindak lanjut supervisi berupa evaluasi bersama.
Sebagai akhir dari supervisi kelas tersebut selalu diakhiri dengan percakapan individual untuk bertukar pikiran membicarakan hasil
supervisi dan usaha peningkatan kemampuan guru. Dalam melaksanakan supervisi kelas yang baik perlu dipersiapkan oleh kepala sekolah tentang hal yang berkaitan dalam keberhasilan suatu kegiatan supervisi tersebut.
Pembicaraan individual merupakan teknik supervisi yang sangat penting karena yang diciptakan bagi kepala sekolah untuk bekerja secara idividual dengan guru berhubungan dengan masalah profesionalnya. Sesuai dengan pendapat bahwa yang dimaksud dengan percakapan individual ialah pertemuan secara pribadi, face to face antara supervisor yang telah atau akan mengadakan supervisi kelas dengan guru yang akan dioservasi itu. Pertemuan itu merupakan percakapan atau dialog tukar menukar pikiran antara supervisor dengan supervisi sebelum atau sesudah.
Menurut Oemar Hamalik (2001: 36), percakapan pribadi merupakan percakapan antara supervisor dengan guru, untuk memecahkan masalah yang dihadapi guru. Tujuan percakapan pribadi adalah:
a) Mengembangkan segi-segi positif dari kegiatan guru. b) Mendorong guru mengatasi segi-segi kelemahannya dalam
mengajar di kelas.
3. Motivasi Kerja Guru a. Pengertian Motivasi
Menurut Widjaja (2000: 49):
Motivasi yang disebut juga daya perangsang atau daya pendorong adalah upaya yang dilakukan merangsang pegawai untuk mau bekerja dengan kegiatan-kegiatannya. Kegiatan yang dilakukan ini berbeda antara pegawai yang satu dengan lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan motif, tujuan dan kebutuhan dari masing-masing pegawai yang bekerja, juga oleh karena perbedaan waktu dan tempat. Dengan demikian maka dalam memberikan motivasi kepada pegawai haruslah diketahui daya rangsang mana yang lebih berkenan untuk diterapkan pada pegawainya
Menurut Siswanto (1999: 243), motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau moves dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai
kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.
Menurut Sarwoto (1997: 136):
Motivasi adalah proses pemberian motif (penggerak) bekerja para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien. Apabila motivasi ditinjau dari kepentingan pegawai atau dari segi pasif maka motivasi tampak sebagai kebutuhan dan sekaligus pendorong yang dapat menggerakkan semua potensi baik pegawai maupun sumber daya lainnya. Sedangkan apabila ditinjau dari kepentingan organisasi atau dari segi aktif, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan daya dan potensi pegawai agar
mampu bekerja secara efektif, efisien dan produktif sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
keyakinan bahwa dengan tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi maka tujuan pribadipun akan ikut tercapai dan berarti pemberian motivasi dapat dikatakan tepat guna.
b. Pengertian Motivasi Kerja Guru
Menurut Mulyasa (2005: 12):
Motivasi kerja guru adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam atau dari luar guru, yang dapat mempengaruhi pelaksanaan tugas-tugas guru dalam mengajar. Motivasi kerja guru merupakan dorongan bagi guru untuk menyadari dan melaksanakan peran dan fungsinya sebagai pendidik, motivasi kerja menjadi dinamika yang menggerakkan seseorang yang berprofesi sebagai guru.
Motivasi kerja guru dapat diamati dari kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya yang tentunya sudah dapat mencerminkan suatu pola kerja yang dapat meningkatkan mutu pendidikan kearah yang lebih baik. Guru akan bekerja secara profesional apabila memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, guru tidak akan bekerja secara profesional bilamana hanya memenuhi salah satu di antara dua persyaratan di atas.
menuju paling tinggi. Guru yang memiliki motivasi kerja terlihat dari kemampuan mengelola tugas, menemukan berbagai permasalahan dalam tugas dan mampu secara mandiri memecahkannya.
Menurut Mulyasa (2005: 12), ciri-ciri guru yang memiliki motivasi kerja yang tinggi adalah:
1) Memiliki inovasi dan mengembangkan kreativitas dalam melaksanakan kinerjanya
2) Memiliki komitmen pada siswa dan proses belajarnya
3) Memiliki pengusaan yang mendalam pada bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa,
4) Memiliki tanggung jawab dalam memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi
5) Memiliki kemampuan sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya
Motivasi kerja bagi seorang guru merupakan komponen yang sangat penting dalam melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Ketercapaian predikat guru yang profesional tidak serta merta diperoleh begitu saja paling tidak guru harus memiliki perspektif atau cara pandang tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagi guru yang lebih komprehensif, hal ini berarti motivasi kerja guru guru harus mengikuti irama perkembangan dan perubahan yang terjadi.
c. Faktor-Faktor Penggerak Motivasi Kerja
Menurut Siagian (1995: 97-98), faktor-faktor penggerak motivasi meliputi: 1) Prestasi (achievement). Seseorang yang memiliki keinginan
berprestasi sebagai kebutuhan dapat mendorong mencapai sasaran; melalui prestasi, sikap hidup untuk berani mengambil risiko guna mencapai sasaran yang lebih tinggi dapat dikembangkan.
memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi daripada penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah.
3) Tantangan (challenge). Adanya tantangan yang dihadapi, merupakan motivator kuat bagi manusia untuk mengatasinya. Suatu sasaran yang tidak menantang atau dengan mudah dapat dicapai biasanya tidak mampu menjadi motivator, bahkan
cenderung untuk menjadi kegiatan rutin. Tantangan demi tantangan biasanya akan menumbuhkan kegairahan untuk mengatasinya. 4) Tanggung jawab (responsibility). Adanya rasa ikut serta memiliki
(sense of belonging) akan menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab.
5) Pengembangan (development). Pengembangan kemampuan
seseorang baik dari pengalaman kerja atau kesempatan untuk maju, dapat meruakan motivasi kuat bagi pegawai untuk bekerja lebih giat atau lebih bergairah. Apalagi jika pengembangan organisasi dikaitkan dengan efektivitas dan prestasi kerja pegawai.
6) Keterlibatan (involvement). Rasa ikut terlibat (involved) dalam proses pengambilan keputusan dijadikan masukan untuk
manajemen organisasi, merupakan motivator yang cukup untuk pegawai. Rasa terlibat akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung
jawab, rasa dihargai yang merupakan “tantangan” yang harus
dijawab, melalui peran serta berprestasi, untuk mengembangkan usaha maupun pengembangan pribadi. Adanya rasa keterlibatan (involvement) bukan saja menciptakan rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa turut bertanggung jawab (sense of
responsibility), tetapi juga menimbulkan rasa untuk turut mawas diri untuk bekerja lebih efektif dan efisien serta lebih baik sekaligus menghasilkan produk yang lebih bermutu.
7) Kesempatan (opportunity). Kesempatan untuk maju dalam bentuk jenjang karier yang terbuka, dari tingkat bawah sampai pada tingkat top management akan merupakan motivator yang cukup kuat bagi pegawai. Bekerja tanpa harapan atau kesempatan untuk meraih kemajuan atau perbaikan nasib, tidak akan menjadi motivator untuk bekerja lebih efektif, efisien dan baik, sekaligus menghasilkan produk yang lebih bermutu.
rasa tanggung jawab, kemajuan dalam karier dan pertumbuhan profesional dan intelektual. Artinya guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik (lulus uji sertifikasi) akan memiliki motivasi yang tinggi untuk mendapatkan prestasi, mendapatkan penghargaan, menghadapi tantangan, melaksanakan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab, mengembangkan diri dan terlibat dalam berbagai kebijakan sekolah yang berkaitan dengan guru dan kegiatan belajar mengajar serta memiliki kesempatan untuk maju.
d. Tujuan dan Asas Motivasi
Menurut Hasibuan (2001: 77), tujuan motivasi adalah sebagai berikut: 1) Mengubah perilaku pegawai sesuai keinginan pemimpin 2) Meningkatkan kegairahan kerja pegawai
3) Meningkatkan disiplin kegiatan 4) Menjaga kestabilan pegawai
5) Meningkatkan tingkat kesejahteraan pegawai 6) Meningkatkan tingkat prestasi pegawai 7) Mempertinggi moral pegawai
8) Meningkatkan rasa tanggung jawab pegawai pada tugasnya 9) Meningkatkan produktivitas dan efisiensi
10)Memperdalam kecintaan pegawai terhadap organisasi 11)Memperbesar partisipasi pegawai terhadap organisasi
Selanjutnya menurut Hasibuan (2001: 79-80), asas-asas motivasi adalah sebagai berikut:
1) Asas Mengikutsertakan
Untuk mencapai hasil-hasil akan bertambah, jika para bawahan diberikan kesempatan untuk ikut serta berpartisipasi dalam keputusan-keputusan yang mempengaruhi hasil-hasil itu. 2) Asas Komunikasi
3) Asas Pengakuan
Untuk mencapai hasil-hasil cenderung meningkat, jika kepada bawahan diberikan pengakuan atas sumbangannya terhadap hasil-hasil yang dicapai. Bawahan akan kerja keras dan rajin bila mereka terus menerus mendapat pengakuan dan kepuasan dari usaha-usahanya.
4) Asas Wewenang yang didelegasikan
Untuk mencapai hasil-hasil akan bertambah kalau bawahan diberikan wewenang untuk mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi hasil-hasil itu. Pemimpin yang paling cakap adalah orang yang mendelegasikan sebanyak mungkin wewenang dan menghindari pengendalian yang teliti terperinci. 5) Asas Perhatian Timbal Balik
Asas ini menyatakan bahwa kita akan hanya memperoleh sedikit motivasi bila selalu ditekankan betapa pentingnya bagi orang-orang lain untuk mencapai tujuan-tujuan kita. Tujuan-tujuan dari suatu bagian atau seluruh organisasi. Semakin banyak atasan mengetahui keperluan bawahan, tujuan organisasi dapat dihubungkan dengan prestasi pribadinya, semakin besar perhatian mereka untuk mencapai tujuan organisasi.
B. Kerangka Pikir
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
berbagai faktor baik yang muncul dalam pribadi guru itu sendiri maupun yang terdapat di luar pribadi guru.
Salah satu penyebab rendahnya motivasi kerja guru tersebut dilatar belakangi oleh keadaan ekonomi guru yang kurang memadai, kondisi di lapangan
mencerminkan keadaan guru yang tidak sesuai dengan harapan, seperti adanya guru yang bekerja sambilan baik yang sesuai dengan profesinya maupun di luar profesi mereka, terkadang ada sebagian guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan sambilan dari pada kegiatan utamanya sebagai guru di sekolah. Implikasinya adalah apabila guru memiliki motivasi kerja yang rendah maka akan berdampak pada rendahnya kinerja mereka di sekolah.
Pemerintah memberikan perhatian serius terhadap profesi dan kesejehteraan guru dalam kapasitasnya sebagai pelaksana pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Perhatian tersebut pada dasarnya bertujuan agar para guru dapat meningkatkan profesionalitas dan kinerjanya dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik di lembaga pendidikannya pendidikannya masing-masing.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan sertifikasi profesi guru dan supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pikir berikut:
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
C. Hipotesis
Menurut Sudjana (2002: 187), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah dalam penelitian. Berdasarkan pengertian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara sertifikasi profesi guru dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.
2. Ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.
3. Ada hubungan antara sertifikasi profesi guru dan supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Sertifikasi Profesi Guru (X1)
Supervisi Kepala Sekolah (X2)
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan Ex Post Facto dan survey. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga,masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sedangkan verifikatif
menunjukkan penelitian mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Nawawi, 2003: 65). Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut (Sugiyono, 2005: 124).
Penelitian survei penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel sosiologis atau psikologis (Kerlinger dalam Riduwan, 2006: 17).
B. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, yang telah lulus uji sertifikasi melalui penilaian portofolio dan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) dengan jumlah 33 guru.
Sampel penelitian ditentukan sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2000: 112), yaitu apabila subjeknya kurang dari 100 maka diambil semua sebagai sampel penelitian. Teknik penarikan sampel menggunakan non-probability sampling dengan jenis sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Untuk sampel jenuh tidak perlu uji signifikasi dan jika sampel yang diambil sebanyak populasi maka data dianggap berdistribusi normal dan homogen (Sudjana, 2002: 79).
Berdasarkan pendapat di atas maka sampel dalam penelitian ini adalah
Seluruh guru SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat yang telah lulus uji sertifikasi melalui penilaian portofolio dan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) dengan jumlah 33 guru.
(Sumber: SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Tahun 2010)
C. Definisi Operasional Variabel
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Operasional Variabel Skala Ukur Alat Ukur
Sertifikasi Profesi Guru (X1)
Sertifikasi profesi guru adalah pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi
persyaratan kualifikasi pendidikan minimum dan penguasaan kompetensi guru.
Pendapat guru terhadap tujuan pelaksanaan sertifikasi melalui portofolio dan PLPG dalam
meningkatkan profesionalisme kerja guru
Pendapat guru terhadap manfaat pelaksanaan sertifikasi melalui portofolio dan PLPG dalam
meningkatkan profesionalisme kerja guru
Ordinal Angket
Supervisi Kepala Sekolah (X2) sekolah pada saat guru sedang mengajar di kelas.
Pendapat guru terhadap tujuan
pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah
Pendapat guru terhadap tatacara
pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah
Pendapat guru mengenai hasil supervisi oleh Kepala Sekolah Pendapat guru mengenai tindak lanjut hasil supervisi oleh Kepala Sekolah
Ordinal Angket
Motivasi Kerja Guru (Y)
Motivasi kerja guru adalah suatu keadaan kejiwaan dan sikap mental guru yang menimbulkan dorongan bagi guru untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya selaku pendidik demi tercapainya tujuan lembaga pendidikan (sekolah)
Motivasi guru untuk mendapatkan prestasi (achievement) dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik/ pengajar di sekolah
Motivasi guru untuk mendapatkan penghargaan(recognition) atau pengakuan atas pekerjaan yang tekah dilaksanakannya
Motivasi guru bahwa pelaksanaan tugasnya dalah tantangan (challenge) yang harus dihadapi
Motivasi guru bahwa melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab (responsibility)
Motivasi guru untuk mengembangkan diri dalam pekerjaannya (development)
Motivasi guru untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan di sekolah (involvement),
Motivasi guru untuk meraih kesempatan yang lebih maju dalam karirnya (opportunity),
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data lapangan dengan cara turun secara langsung ke lokasi penelitian.
2. Angket
Angket adalah suatu alat pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada subjek/responden penelitian 3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari berbagai dokumentasi, arsip atau agenda yang dibutuhkan dalam penelitian.
E. Uji Persyaratan Instrumen
1. Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan atau ketepatan suatu instrumen, yang diukur dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Kriteria pengujian, apabila rh > rt dengan taraf signifikan 0,05 maka
alat ukur dikatakan valid dan sebaliknya (Riduwan, 2006: 112).
2.Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan bahwa instrumen penelitian memiliki tingkat kepercayaan dan dapat dihandalkan, yang diukur dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut:
Selanjutnya untuk menginterpretasikan besarnya nilai reliabilitas angket digunakan skala sebagai berikut:.
0,800 – 1,000 = Reliabilitas Sangat tinggi 0,600 – 0,799 = Reliabilitas Tinggi 0,400 – 0,599 = Reliabilitas Cukup 0,200 – 0,399 = Reliabilitas Rendah 0,000 – 0,199 = Reliabilitas Sangat rendah
Kriteria pengujian apabila rh<rt pada taraf signifikan 0,05 maka angket sebagai
F. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui hubungan sertifikasi profesi guru (X1) dan supervisi kepala
sekolah (X2) dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten
Tulang Bawang Barat secara parsial (terpisah), digunakan model analisis Korelasi Product Moment, sebagai berikut:
rxy = Nilai korelasi antara variabel X dan variabel Y
XY = Jumlah perkalian variabel X dengan variabel Y X = Jumlah skor angket variabel X
Y = Jumlah skor angket variabel Y
X2 = Jumlah perkalian kuadrat dari hasil angket variabel X Y2 = Jumlah perkalian kuadrat dari hasil angket variabel Y N = Jumlah sampel (Riduwan, 2004: 136)
Selanjutnya untuk mengetahui hubungan sertifikasi profesi guru (X1) dan
supervisi kepala sekolah (X2) dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1
Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat secara simultan (bersama-sama), digunakan model analisis Korelasi Product Moment, sebagai berikut:
Rx1x2y = Korelasi variabel X dan Y secara bersama-sama dengan variabel Y
rx1y = Korelasi product moment antara variabel X1 dengan Y
rx2y = Korelasi product moment antara variabel X2 dengan Y
rx1x2 = Korelasi product moment antara variabel X1 dan X2
Kemudian nilai hubungan antara variabel yang diperoleh diinterpretasikan dalam kriteria koefesien korelasi sebagai berikut:
Nilai r Interpretasi nilai r
0,800 sampai dengan 1,000 Korelasi sangat kuat 0,600 sampai dengan 0,799 Korelasi kuat 0,400 sampai dengan 0,599 Korelasi cukup kuat 0,200 sampai dengan 0,399 Korelasi rendah
0,001 sampai dengan 0,199 Korelasi sangat tidak rendah
Selanjutnya untuk menentukan besar kecilnya sumbangan variabel X1 dan X2
dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut:
KP = r2 x 100%
Keterangan:
KP = Nilai Koefisien Determinan r = Nilai Koefisien Korelasi (Riduwan, 2004: 138)
G. Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua digunakan dasar nilai r korelasi product moment sebagai rhitung pada dk = n = 33. Ketentuannya adalah apabila r
hitung > r tabel aka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya ada hubungan. Sebaliknya
apabila r hitung < r tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada
Selanjutnya untuk menguji hipotesis ketiga digunakan Uji F, yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dan nilai F tabel pada taraf signifikan 95% dengan
derajat kebebasan DF1= k - 1 dan DF2 = n - 2. Ketentuannya adalah apabila r hitung
> r tabel aka Ho ditolak dan Hi diterima, artinya ada hubungan. Sebaliknya apabila r
hitung < r tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak, artinya tidak ada hubungan.
DAFTAR PUSTAKA
Ametembun.1997. Supervisi Pendidikan. Suri. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Bina Aksara. Jakarta.
Depdiknas, 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga pengajar (Pengembangan Profesionalisme Guru). Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan
Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas. Jakarta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.
Hasibuan, Malayu SP. 2001, Manajemen Personalia, Bina Kawan Club, Yogyakarta.
Mulyasa, 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Remaja Rosda Karya. Bandung. Nawawi, Hadari. 2003. Pengantar Metodologi Research. Alumni. Bandung. Oemar Hamalik. 2001. Himpunan Pedoman administrasi dan Supervisi
Pendidikan. FIP-FKIP. Bandung.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. http://www.depdiknas.go.id.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan http://www.depdiknas.go.id.
Purwanto, M. Ngalim 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Remaja Karya. Bandung.
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung. Sahertian. Piet A. 1998. Prinsip Teknik Supervisi Pendidikan. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Siagian, Sondang P. 1995, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 2001. Metode Penelitian Survey. Edisi Revisi. LP3ES. Jakarta
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
Sutopo, Hendiyat. 1996. Kepemipinan Supervisi Pendidikan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional http://www.depdiknas.go.id.
KISI-KISI ANGKET
Variabel Konsep Variabel Operasional Variabel Skala Ukur Alat Ukur
Sertifikasi Profesi Guru (X1)
Sertifikasi profesi guru adalah pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi
persyaratan kualifikasi pendidikan minimum dan penguasaan kompetensi guru.
Pendapat guru terhadap tujuan pelaksanaan sertifikasi melalui portofolio dan PLPG dalam
meningkatkan profesionalisme kerja guru
Pendapat guru terhadap manfaat pelaksanaan sertifikasi melalui portofolio dan PLPG dalam
meningkatkan profesionalisme kerja guru
Ordinal Angket
Supervisi kepala sekolah (X2) sekolah pada saat guru sedang mengajar di kelas.
Pendapat guru terhadap tujuan pelaksanaan supervisi oleh Kepala Sekolah
Pendapat guru terhadap tatacara pelaksanaan supervisi oleh Kepala Sekolah
Pendapat guru mengenai hasil supervisi oleh Kepala Sekolah Pendapat guru mengenai tindak lanjut hasil supervisi oleh Kepala Sekolah
Ordinal Angket
Motivasi Kerja Guru (Y)
Motivasi kerja guru adalah suatu keadaan kejiwaan dan sikap mental guru yang menimbulkan dorongan bagi guru untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya selaku pendidik demi tercapainya tujuan lembaga pendidikan (sekolah)
Motivasi guru untuk mendapatkan prestasi (achievement) dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik/ pengajar di sekolah
Motivasi guru untuk mendapatkan penghargaan(recognition) atau pengakuan atas pekerjaan yang tekah dilaksanakannya
Motivasi guru bahwa pelaksanaan tugasnya dalah tantangan (challenge) yang harus dihadapi
Motivasi guru bahwa melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab (responsibility)
Motivasi guru untuk mengembangkan diri dalam pekerjaannya (development)
Motivasi guru untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan di sekolah (involvement),
Motivasi guru untuk meraih kesempatan yang lebih maju dalam karirnya (opportunity),
A. Identitas Responden
Isilah Identitas Bapak/Ibu dengan benar:
1. Nama : ………
2. Jenis Kelamin : ………
3. Tempat Tanggal Lahir : ……… 4. Tahun Sertifikasi : ……… 5. Guru Bidang Studi : ………
6. Lama Mengajar : ………
B. Angket Penelitian
Isilah angket penelitian ini dengan memberikan tanda ( ) pada pilihan
jawaban yang tersedia di kolom sebelah kanan. Adapun Pilihan Jawaban yang disediakan adalah sebagai berikut:
SS = Sangat Setuju S = Setuju
RR = Ragu-Ragu TS = Tidak Setuju
Sertifikasi Profesi Guru
1 Sertifikasi dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional 2 Sertifikasi dilaksanakan dengan tujuan untuk
meningkatkan mutu hasil pendidikan
3 Manfaat sertifikasi adalah melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra profesi guru.
4 Manfaat sertifikasi adalah melindungi
masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional.
5 Manfaat sertifikasi adalah meningkatkan kesejahteraan guru
6 Penilaian Portofolio merupakan metode yang tepat untuk mendapatkan sertifikasi guru 7 Portofolio dalam proses sertifikasi
menggambarkan pengetahuan, keterampilan dan kelayakan guru untuk mendapatkan sertifikat pendidik
8 Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru merupakan metode yang tepat untuk mendapatkan sertifikasi guru
9 Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru dalam sertifikasi dapat meningkatkan pengetahuan guru tentang profesionalisme kerja
10 Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru dalam sertifikasi dapat meningkatkan pengalaman dan keterampilan guru dalam mengajar
sebagai bentuk pengawasan terhadap para guru dalam melaksanakan KBM
13 Supervisi oleh kepala sekolah dilaksanakan sebagai bentuk pembinaan terhadap para guru untuk meningkatkan profesionalisme kerja 14 Pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam
bentuk kunjungan kelas pada saat KBM dilaksanakan adalah efektif
15 Kepala Sekolah selalu melakukan konformasi kepada guru sebelum melakukan supervisi kunjungan kelas
16 Kedatangan kepala sekolah ke dalam kelas ketika KBM sedang berlangsung tidak mengganggu aktivitas belajar siswa
17 Dalam melakukan supervisi kunjungan kelas, Kepala sekolah selalu menggunakan lembar observasi sebagai penilain terhadap kualitas guru dan KBM yang dilaksanakan
18 Kepala sekolah melaksanakan supervisi
kunjungan kelas secara wajar dan proporsional dalam arti memberikan penilaian secara objektif 19 Dalam melakukan supervisi kunjungan kelas,
Kepala sekolah mengambil tempat duduk di belakang kelas, sehingga tidak memecah konsentrasi siswa
20 Dalam melakukan supervisi kunjungan kelas, partisipasi Kepala sekolah hanya dilaksanakan apabila diminta oleh guru
21 Setelah melakukan supervisi kunjungan kelas, Kepala Sekolah selalu membuat perjanjian dengan guru untuk membicarakan hasil supervisi.
22 Hasil supervisi kunjungan kelas yang
pendidik karena termotivasi untuk mendapatkan prestasi
24 Guru berupaya untuk meraih prestasi tersebut dengan cara meningkatkan kualitas pekerjaan dan bekerja secara profesional
25 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pendidik karena termotivasi untuk mendapatkan penghargaan atau pengakuan dari atasan atau dari instansi (Dinas Pendidikan)
26 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pendidik karena menganggap bahwa pekerjaan Guru adalah tantangan yang harus dihadapi. 27 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai
pendidik karena menganggap bahwa pekerjaan adalah tanggung jawab yang harus diselesaikan. 28 Guru menganggap bahwa tanggung jawab dalam
bekerja tersebut harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan dengan kualitas hasil pekerjaan yang maksimal
29 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pendidik karena hal tersebut dapat
mengembangkan potensi diri
30 Guru selalu mengagendakan peningkatan dalam pelaksanaan pekerjaan agar potensi diri dapat dikembangkan secara maksimal dan positif dari waktu ke waktu
31 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pendidik karena termotivasi untuk bisa terlibat atau berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan di sekolah
32 Guru melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pendidik karena termotivasi untuk bisa meraih kesempatan yang lebih maju dalam karir 33 Guru berusaha semaksimal mungkin untuk
HUBUNGAN SERTIFIKASI PROFESI GURU DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI KERJA GURU DI SMA NEGERI 1
TUMIJAJAR KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
(Skripsi)
Oleh
NUR OKTAVIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
HUBUNGAN SERTIFIKASI PROFESI GURU DAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN MOTIVASI KERJA GURU DI SMA NEGERI 1
TUMIJAJAR KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Oleh
NUR OKTAVIA
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan, sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan tidak dapat dipisahkan dari peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan kinerja guru adalah melalui program sertifikasi dan supervisi kepala sekolah.
Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan Ex Post Facto dan survey. Sampel penelitian adalah guru SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat yang telah lulus uji sertifikasi dengan jumlah 33 guru. Pengumpulan data dilakukan teknik observasi, angket dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan model korelasi product momenti dan korelasi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Sertifikasi profesi guru berhubungan secara signifikan dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan nilai hubungan sebesar 79.3%. Pengujian hipotesis menunjukkan nilai r hitung > r tabel, yaitu 0.793 > 0.324.
(2) Supervisi kepala sekolah berhubungan secara signifikan dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan nilai hubungan sebesar 78,7%. Pengujian hipotesis menunjukkan nilai r hitung > r tabel,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan diarahkan kepada:
1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa
2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna
3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat 4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran
5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat 6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
(Sumber: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Guru harus memiliki kemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis.
Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis
2) Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan
3) Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Harapan dalam undang-undang tersebut menunjukkan adanya perubahan
paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan
kemampuannya terutama memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Permasalahan yang melatar belakangi penelitian ini adalah secara ideal guru memiliki motivasi kerja yang baik sebagai penggerak untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya dalam penyelenggaraaan pendidikan, namun pada
Hal ini sesuai dengan pendapat Siagian (1995:164-165), bahwa pada dasarnya ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi kerja seseorang. yaitu:
1. Faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari dalam diri seseorang seperti keberhasilan mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, sifat pekerjaan yang dilakukan, rasa tanggung jawab, kemajuan dalam karier dan pertumbuhan profesional dan intelektual.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang timbul dari luar diri seseorang seperti kebijakan organisasi, pelaksanaan kebijaksanaan yang
ditetapkan, supervisi dari atasan, hubungan interpersonal dan kondisi kerja.
Salah satu penyebab rendahnya motivasi kerja guru tersebut dilatar belakangi oleh keadaan ekonomi guru yang kurang memadai, kondisi di lapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak sesuai dengan harapan, seperti adanya guru yang bekerja sambilan baik yang sesuai dengan profesinya maupun di luar profesi mereka, terkadang ada sebagian guru yang secara totalitas lebih menekuni kegiatan sambilan dari pada kegiatan utamanya sebagai guru di sekolah. Implikasinya adalah apabila guru memiliki motivasi kerja yang rendah maka akan berdampak pada rendahnya kinerja mereka di sekolah.
Pemerintah memberikan perhatian serius terhadap profesi dan kesejehteraan guru dalam kapasitasnya sebagai pelaksana pendidikan nasional. Perhatian pemerintah tersebut di antaranya dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007 Tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Perhatian tersebut pada dasarnya bertujuan agar para guru dapat meningkatkan profesionalitas dan
Sertifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari sertifikasi guru yang diperoleh melalui penilaian portofolio maupun Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) sebagaimana diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan
dokumen yang mendeskripsikan kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan profesi,
keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; dan penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.
Guru yang tidak lulus penilaian portofolio dapat melengkapi dokumen portofolio agar mencapai nilai lulus atau mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) yang diakhiri dengan ujian sesuai persyaratan yang ditentukan oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi.
Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam upaya peningkatan motivasi kerja guru adalah supervisi kepala sekolah. Supervisi ini merupakan bentuk pembinaan dan bimbingan kepala sekolah selaku supervisor di sekolah yang mempunyai
SMA Negeri 1 Tumijajar merupakan lembaga pendidikan tingkat menengah atas di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang di dalamnya terdapat 63 guru berlatar belakang pendidikan Strata Satu (S1). Dari jumlah tersebut sebanyak 33 guru (52,38%) telah mendapatkan sertifikat pendidik atau lulus ujian sertifikasi melalui penilaian portofolio dan Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG).
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan penelitian dalam rangka menyusun skripsi yang berjudul: ”Hubungan Sertifikasi Profesi Guru dan Supervisi Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru di SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan sertifikasi profesi guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
2. Supervisi kepala sekolah pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
3. Motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
4. Hubungan sertifikasi profesi guru dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
6. Hubungan sertifikasi profesi guru dan supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini dibatasi masalah yaitu sertifikasi profesi guru (X1), supervisi kepala
sekolah (X2), dan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten
Tulang Bawang Barat (Y).
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitiaan ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan sertifikasi profesi guru dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat?
2. Apakah ada hubungan supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat?
3. Apakah ada hubungan sertifikasi profesi guru dan supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Untuk mengetahui hubungan supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
3. Untuk mengetahui hubungan sertifikasi profesi guru dan supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan penjelasan secara terperinci dan sistematis mengenai hubungan sertifikasi profesi guru dan supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak yang
membutuhkan informasi ilmiah mengenai hubungan sertifikasi profesi guru dan supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Objek Penelitian
Ruang lingkup objek penelitian ini adalah sertifikasi profesi guru, supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru
2. Subjek Penelitian
Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah seluruh guru yang telah
mendapatkan sertifikat pendidik di SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
3. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2010. 5. Ilmu Penelitian
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara sertifikasi profesi guru dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, artinya semakin baik pelaksanaan sertifikasi profesi guru maka semakin tinggi motivasi kerja guru.
2. Ada hubungan antara supervisi kepala sekolah dengan motivasi kerja guru pada SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, artinya semakin baik pelaksanaan supervisi kepala sekolah maka semakin tinggi motivasi kerja guru.
B. Saran
Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Guru SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat yang telah tersertifikasi hendaknya mewujudkan motivasi kerja yang telah ada
sebagaimana dihasilkan pada penelitian ini ke dalam bentuk kinerja guru secara nyata, yaitu melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif, efesien dan profesional dalam mengaktualisasikan peran dan fungsi guru sebagai pengajar dan pendidik.
2. Kepala SMA Negeri 1 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat