ANALISIS EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI
KENTANG (
Solanum tuberosum
) DI DESA AJIBUHARA
KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO
SKRIPSI
OCTA ELISA MANURUNG 100304126
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI USAHATANI
KENTANG (
Solanum tuberosum
) DI DESA AJIBUHARA
KECAMATAN TIGAPANAH KABUPATEN KARO
SKRIPSI
OCTA ELISA MANURUNG 100304126
AGRIBISNIS
Hasil Penelitian sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
(Ir. Thomson Sebayang, M.T.)
NIP. 195711151986011001 NIP. 196703031998022001 (Ir. Diana Chalil, M.Si,PhD)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
OCTA ELISA MANURUNG. Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usaha Tani Kentang (Solanum tuberosum) di Desa Ajibuhara Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, dibimbing oleh Ir. Thomson Sebayang, M.T dan Ir. Diana Chalil, M.Si, PhD
Hortikultura merupakan salah satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran, buah, tanaman berkhasiat obat dan tanaman hias. Salah satu komoditas hortikultura unggulan Provinsi Sumatera Utara adalah komoditas kentang (Solanum tuberosum). Kabupaten Karo merupakan salah satu sentral penghasil kentang terbesar di Sumatera Utara dengan luas lahan 3.272 ha dan produktivitas mencapai 16,49 ton/ha pada tahun 2012. Luas lahan Kabupaten Karo pada tahun 2012 lebih besar dibandingkan daerah sentra produksi kentang lainnya misalnya Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Dairi, namun produktivitasnya paling rendah dibanding kedua kabupaten tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi tanaman kentang, serta untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi dalam usahatani kentang. Desa Ajibuhara dipilih dengan metode purposive, penarikan sampel dilakukan dengan metode sensus. Data yang digunakan adalah data primer. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi model Cobb-Douglas untuk menganalisi faktor produksi yang mempengaruhi produksi kentang dan uji efisiensi dengan menggunakan fungsi produksi stokastik frontier untuk manganalisis tingkat efisiensi penggunaan factor produksi di daerah penelitian ini yang ditinjau dari efisiensi teknik, harga dan ekonomis.
Berdasarkan pengolahan data diketahui bahwa secara serempak (bersamaan) faktor produksi usahatani kentang yaitu bibit (X1), pupuk alami (X2), pupuk kimia (X3), insektisida (X4), fungisida (X5) dan tenaga kerja (X6) berpengaruh secara nyata terhadap produksi kentang. Tingkat efisiensi dari usahatani kentang ditinjau secara teknis mencapai 60 %, dari harga mencapai 13 % dan secara ekonomis mencapai 7,8 % dari potensial produksi yang diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang dikorbankan. Sehingga dalam usahatani kentang perlu diperhatikan penggunaan faktor produksi yang sesuai anjuran atau dosis yang ditentukan.
RIWAYAT HIDUP
OCTA ELISA MANURUNG, lahir di Balige pada tanggal 07 Oktober 1991. Anak pertama dari Ayahanda P. Manurung (+) dan Ibunda N.L. Doloksaribu. Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah :
1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar di SD Katolik “Sanfrancesco” Balige dan
tamat tahun 2004.
2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Katolik “Budi
Dharma” Balige dan tamat tahun 2007.
3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Balige dan
tamat tahun 2010.
4. Tahun 2010 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Selama dalam masa perkuliahan, penulis mengikuti PKL (Praktik Kerja
Lapangan) di Desa Adolina, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 8
2.1. Kerangka Teori ... 8
2.1.1. Tanaman Kentang ... 8
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Teori Produksi ... 11
2.2.2. Fungsi Produksi ... 12
2.2.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 13
2.2.4. Faktor Produksi Frontier ... 13
2.2.5. Return To Scale ... 16
2.2.6. Faktor Produksi ... 17
2.2.7. Efisiensi ... 19
2.3. Penelitian Terdahulu ... 23
2.5. Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 27
3.2. Metode Penentuan Sampel ... 28
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 29
3.4. Metode Analisis Data ... 29
3.4.1. Uji Linearitas ... 29
3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 30
3.4.3. Uji Hipotesis Pertama ... 33
3.4.4. Uji Hipotesis Kedua ... 35
3.5. Definisi dan Batasan Operasional ... 37
3.5.1. Definisi Operasional ... 37
3.5.2. Batasan Operasional ... 38
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN KARATERISTIK SAMPEL ... 39
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 39
4.1.1. Luas dan Letak Geografis Desa Ajibuhara ... 39
4.1.2. Keadaan Penduduk ... 40
4.2. Karakteristik Sampel ... 42
4.2.1. Usia ... 42
4.2.2. Tingkat Pendidikan ... 43
4.2.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 44
4.2.4. Pengalaman Berusahatani ... 44
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
5.1. Penggunaan Faktor Produksi Pada Usahatani Kentang ... 46
5.2. Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Produksi Usahatani Kentang . 49 5.2.1. Uji Linearitas ... 49
5.3. Tingkat Efisiensi Teknik, Harga, dan Ekonomi ... 58
5.3.1. Efisiensi Teknik ... 58
5.3.2. Efisiensi Harga ... 60
5.3.3. Efisiensi Ekonomis ... 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 62
6.1. Kesimpulan ... 62
6.2. Saran ... 62
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal.
1.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang di Sumatera Utara Tahun 2009-2012
2
1.2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tiga Kabupaten Penghasil Kentang 2012
4
3.1 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang Kabupaten Karo berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 – 2012
28
4.1.2.1 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo
41
4.1.2.2 Jumlah Penduduk menurut Mata pencaharian di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo
41
4.1.2.3 Sarana dan Prasarana di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo
42
4.2.1 Jumlah Petani Sampel menurut Kelompok Umur di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo
43
4.2.2 Tingkat Pendidikan Petani Kentang di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo
43
4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Kentang di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo
44
4.2.4 Pengalaman Berusahatani Petani Kentang di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo
44
5.1.1 Penggunaan dan Biaya Bibit Rata-rata Per Petani dan Per Hektar 46 5.1.2 Penggunaan dan Biaya Pupuk Rata-rata Per Petani dan Per Hektar 47 5.1.3 Penggunaan dan Biaya Pestisida Rata-rata Per Petani dan Per
Hektar
48
5.1.4 Penggunaan dan Biaya Tenaga Kerja Rata-rata Per Petani dan Per Hektar
48
5.2 Nilai Regresi dan Variabel Input Produksi Usahatani Kentang di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, 2014
55
5.2.1 Nilai Signifikansi Linearitas antara Bibit, Pupuk Alami, Pupuk Kimia, Insektisida, Fungisida dan Tenaga Kerja terhadap Produksi
50
5.2.2a Hasil Uji Multikolinearitas Masing-masing Faktor Produksi Usahatani Kentang
51
5.2.2c Hasil Uji Autokorelasi 54
5.3.1 Hasil Distribusi Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Kentang di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo
5.3.2 Hasil Distribusi Tingkat Efisiensi Harga Usahatani Kentang di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal.
1.1. Daerah Sentra Produksi Tanaman Kentang di Sumatera Utara Tahun 2012
3
2.2.4 Fungsi Produksi Stochastik Frontier 16
2.2.7 Efisiensi Teknis dan Alokatif (orientasi input) 22
2.4 Skema Kerangka Pemikiran 26
4.4.1 Peta Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo 40
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1 Identitas Petani Kopi Sampel di Desa Ajibuhara, Kecamatan
Tigapanah, Kabupaten Karo, 2014
2 Penggunaan Bibit dan Total Biaya Per Petani dan Per Hektar
3 Penggunaan Pupuk Alami dan Total Biaya Per Petani dan Per Hektar 4 Penggunaan Pupuk Kimia dan Total Biaya Per Petani dan Per Hektar 5 Penggunaan Insektisida dan Total Biaya Per Petani dan Per Hektar 6 Penggunaan Fungisida dan Total Biaya Per Petani dan Per Hektar 7 Penggunaan TK Pengolahan Lahan-Penanaman serta Total Upah Per
Petani dan Per Hektar
8 Penggunaan TK Pemupukan serta Total Upah Per Petani dan Per
Hektar
9 Penggunaan TK Pembasmian Hama Penyakit serta Total Upah Per
Petani dan Per Hektar
10 Penggunaan TK Panen serta Total Upah Per Petani dan Per Hektar 11 Total Biaya Penyusutan Per Petani dan Per Hektar
12 Total Biaya Usahatani Kentang di Desa Ajibuhara
13 Penggunaan Faktor Produksi dan Produsi Usahatani Kentang di Desa Ajibuhara
14 Hasil Output Uji Linearitas dengan Menggunakan SPSS 16 15 Hasil Output Uji Asumsi Klasik dengan Menggunakan SPSS 16 16 Hasil Output Analisis Regresi Linear Berganda dengan Menggunakan
SPSS 16
ABSTRAK
OCTA ELISA MANURUNG. Analisis Efisiensi Faktor Produksi Usaha Tani Kentang (Solanum tuberosum) di Desa Ajibuhara Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo, dibimbing oleh Ir. Thomson Sebayang, M.T dan Ir. Diana Chalil, M.Si, PhD
Hortikultura merupakan salah satu subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran, buah, tanaman berkhasiat obat dan tanaman hias. Salah satu komoditas hortikultura unggulan Provinsi Sumatera Utara adalah komoditas kentang (Solanum tuberosum). Kabupaten Karo merupakan salah satu sentral penghasil kentang terbesar di Sumatera Utara dengan luas lahan 3.272 ha dan produktivitas mencapai 16,49 ton/ha pada tahun 2012. Luas lahan Kabupaten Karo pada tahun 2012 lebih besar dibandingkan daerah sentra produksi kentang lainnya misalnya Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Dairi, namun produktivitasnya paling rendah dibanding kedua kabupaten tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor produksi terhadap jumlah produksi tanaman kentang, serta untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi dalam usahatani kentang. Desa Ajibuhara dipilih dengan metode purposive, penarikan sampel dilakukan dengan metode sensus. Data yang digunakan adalah data primer. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi model Cobb-Douglas untuk menganalisi faktor produksi yang mempengaruhi produksi kentang dan uji efisiensi dengan menggunakan fungsi produksi stokastik frontier untuk manganalisis tingkat efisiensi penggunaan factor produksi di daerah penelitian ini yang ditinjau dari efisiensi teknik, harga dan ekonomis.
Berdasarkan pengolahan data diketahui bahwa secara serempak (bersamaan) faktor produksi usahatani kentang yaitu bibit (X1), pupuk alami (X2), pupuk kimia (X3), insektisida (X4), fungisida (X5) dan tenaga kerja (X6) berpengaruh secara nyata terhadap produksi kentang. Tingkat efisiensi dari usahatani kentang ditinjau secara teknis mencapai 60 %, dari harga mencapai 13 % dan secara ekonomis mencapai 7,8 % dari potensial produksi yang diperoleh dari kombinasi faktor produksi yang dikorbankan. Sehingga dalam usahatani kentang perlu diperhatikan penggunaan faktor produksi yang sesuai anjuran atau dosis yang ditentukan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai
penopang pembangunan juga sebagi sumber mata pencaharian penduduknya.
Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman bahan makanan,
subsektor hortikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan dan subsektor
kehutanan. Pada tahap awal pembangunan, sektor pertanian merupakan penopang
perekonomian. Dapat dikatakan demikian, karena pertanian membentuk proporsi
yang sangat besar bagi devisa negara, penyedia lapangan kerja dan sumber
pendapatan masyarakat (Khazanani, 2011).
Salah satu dari subsektor pertanian di Indonesia yang sedang semarak
dikembangkan adalah subsektor hortikultura. Hortikultura merupakan salah satu
subsektor penting dalam pembangunan pertanian. Secara garis besar, komoditas
hortikultura terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits),
tanaman berkhasiat obat (medicinal plants), tanaman hias (ornamental plants)
termasuk didalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai
sayuran, tanaman obat atau tanaman hias (Departemen Pertanian, 2014).
Menurut Dirjen Hortikultura tahun 2008, telah ditetapkan empat komoditas
unggulan Provinsi Sumatera Utara yaitu komoditas kentang, jeruk, kubis dan
dan India merupakan negara utama penghasil kentang di Asia, disusul oleh
Bangladesh, Korea Utara, Nepal, Pakistan, Vietnam dan Korea Selatan. Untuk
Asia kondisi terakhir, sepertinya Korea Selatan dan China merupakan negara
dengan produksi tertinggi mencapai sekitar 30 – 35 ton/hektar. Masih jauh
dibandingkan dengan Belanda yang mencapai sekitar 70 – 80 ton/hektar, Amerika
80 – 90 ton/hektar dan Australia kemungkinan tertinggi mencapai di atas 100
ton/hektar. Besar kemungkinan angka-angka di atas sekarang sudah lebih tinggi
lagi (Anonimous, 2011).
Indonesia masih tertinggal dalam produktivitasnya hanya 16,58 ton/hektar. Jauh
tertinggal dibandingkan Australia, Belanda, China dan lainnya. Sementara untuk
produktivitas kentang pada daerah Sumatera Utara dalam empat tahun terakhir
yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang di Sumatera Utara Tahun 2009-2012
Tahun
Luas
panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha)
2009 8013 129587 16,17
2010 7972 126203 15,83
2011 7203 123078 17,09
2012 7479 128966 17,24
Sumber : BPS, 2009-2012
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat luas areal mengalami fluktuatif, sama
halnya dengan produksi dan produktivitas dari tahun ke tahun. Untuk produksi
tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 2,61 % , disusul tahun 2011 kembali
namun berbeda dengan tahun 2011 dan 2012 masing-masing mengalami
peningkatan sebesar 7,95 % dan 0,87 %.
Untuk sentra produksi kentang pada daerah Sumatera Utara dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Gambar 1.1 Daerah Sentra Produksi Tanaman Kentang di Sumatera Utara Tahun 2012
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara,2012
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Kabupaten Karo merupakan daerah penghasil kentang terbesar karena menghasilkan 41,8 % dari total komoditas kentang yang ada di Sumatera Utara. Disusul oleh Kabupaten Simalungun sebesar 35,94 %, Samosir 11,47 %, Dairi 5,79 %, Tapanuli Utara 2,22 % dan kabupaten lainnya sebesar 2,48 %. Sementara untuk luas panen, produksi dan produktivitas kentang di tiga kabupaten sentra produksi kentang pada tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tiga Kabupaten Penghasil Kentang Tahun 2012
Kabupaten
2012 Luas
panen Produksi Produktivitas
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara, 2012
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa luas lahan, produksi dan produktivitas dalam tahun 2012 ini berbeda-beda, produktivitas terendah ada di Kabupaten Karo. Jika dilihat hasil produktivitas Kabupaten Karo masih rendah dibanding produktivitas rata-rata nasional dan potensi hasil sebesar 40 ton/Ha (Direktorat Perbenihan Hortikultura, 2010)
Selisih antara hasil aktual di Kabupaten Karo dengan hasil potensial yang
seharusnya menunjukkan adanya kesenjangan produktivitas. Menurut Tasman dan
Aima (2013) bahwa jurang hasil (yield gap) antara hasil aktual petani dan hasil di
lingkungan eksperimen dipertimbangkan terjadi dalam dua perbedaan; yield gap I
adalah perbedaan hasil antara hasil dalam lingkungan percobaan dan hasil
potensial dalam pertanian dan gap II sebagai perbedaan hasil antara hasil potensial
pertanian dengan hasil aktual pertanian. Gap I ini menunjukkan bahwa teknologi
dalam kondisi pertanian tidak memberi hasil setinggi dari lingkungan percobaan
atau mungkin teknologi yang tidak dapat ditransfer kepada petani. Gap II muncul
karena petani menggunakan input atau praktik kebiasaan yang menghasilkan hasil
lebih rendah dari kemungkinan hasil usaha pertaniannya. Ini dipertimbangkan
sebagai hambatan biologis dan sosioekonomis.
Dari hal ini dapat diketahui senjang produktivitas dapat terjadi manakala petani
tidak berupaya mengejar keuntungan yang tinggi. Sehingga prinsip-prinsip
efisiensi usaha tani perlu diperhatikan oleh petani agar persoalan meningkatkan
produksi bukan lagi merupakan masalah pokok dalam usaha pertanian.
Sekarang ini kendala petani bukan masalah tersedianya sarana produksi atau
yang diperoleh petani akan tinggi. Upaya petani dalam menjalankan usaha taninya
secara efisien merupakan hal yang sangat penting (Hanafie, 2010).
Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi penggunaan faktor – faktor produksi
usahatani kentang apakah sudah dilaksanakan secara efisien ataukah belum. Dari
penggunaan faktor – faktor produksi tersebut, penulis juga ingin mengetahui
seberapa besar output yang dihasilkan sehingga dapat sekaligus dianalisis tingkat
efisiensi meliputi efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomi dari
kombinasi penggunaan faktor produksi tersebut.
1.2. Identifikasi Masalah
Perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh faktor produksi (bibit, pupuk alami, pupuk kimia,
insektisida, fungisida dan tenaga kerja) kentang terhadap produksi usahatani
kentang di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo?
2. Bagaimana tingkat efisiensi teknis, harga dan ekonomi pada usahatani
kentang di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh faktor produksi kentang (bibit, pupuk alami,
pupuk kimia, insektisida, fungisida dan tenaga kerja) yang digunakan pada
usahatani kentang di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten
2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, harga dan ekonomi pada
usahatani kentang di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten
Karo.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi petani kentang dapat mengetahui pengunaan faktor produksi dan alokasi
tenaga kerja yang dapat memberikan tingkat efisien yang paling baik bagi
usahataninya.
2. Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam membuat dan
menentukan kebijakan atau program yang berkaitan dengan penggunaan input
produksi yang lebih efisien.
3. Sebagai bahan rujukan, tambahan informasi dan pengetahuan bagi penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tanaman Kentang
Kentang (Solanum tuberosum) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah
satu komoditas sayuran yang banyak mendatangkan keuntungan bagi petani,
mempunyai dampak baik dalam pemasaran dan ekspor, tidak mudah rusak seperti
sayuran lain, dan merupakan sumber kalori, protein dan juga vitamin
(Setiawati,dkk, 2007)
Meski kentang sudah biasa ditanam petani di dataran tinggi, untuk memperoleh
umbi yang optimal, dalam penanaman kentang di dataran tinggi dibutuhkan
kesiapan yang matang sebelum memulai menaman kentang . Pada dasarnya,
untuk menanam kentang di dataran tinggi yang harus disiapkan dengan seksama
adalah : (1) Penyiapan lahan; (2) Penyiapan pupuk kandang; (3) Penyediaan
benih umbi bertunas; (4) Penyediaan pupuk buatan dan pestisida; dan (5)
Penanaman.
1. Penyiapan Lahan
Lahan untuk bertanam kentang hendaknya bersih dari semak dan sisa-sisa akar
tanaman sebelumnya. Tanah diolah dengan cangkul atau traktor sedalam 30 - 40
cm sampai halus dan bersih dari gulma. Hal ini perlu dilakukan karena tanaman
berkembangnya umbi. Jika tanahnya keras atau lengket, umbi sulit berkembang
dan kualitas umbi yang dihasilkan tidak baik.
2. Penyiapan Pupuk Kandang dan Pupuk Kimia
Lahan yang sudah diolah diberi pupuk kandang atau kompos yang matang yang
ditebarkan secara merata atau ditaruh pada tempat penanaman benih kentang.
Meski begitu, sebaiknya pupuk kandang diletakkan dalam garitan atau alur
dangkal selebar ± 15 cm yang dibuat lurus dengan arah Timir-Barat dan jarak
antar garitan 70-80 cm. Pupuk kandang ditaruh dalam alur berjarak 25 - 30 cm.
Setiap satu hektar membutuhkan pupuk kandang/kompos sekitar 20 - 30 ton atau
0,5 - 0,8 kg/tanaman.
Sebelum benih ditanam, siapkan dahulu pupuk kimia N (Urea) , P ( SP-36) dan K
(KCl) karena pemberian pupuk buatan tersebut dilakukan bersamaan dengan
waktu penanaman benih kentang. Banyaknya pupuk yang disiapkan, setiap satu
hektar Urea 300 kg, SP-36 300 kg dan KCl 100 kg. Pupuk buatan yang diberikan
itu diberikan dengan dosis N (90 - 180 kg), P2O5 (60 - 80 kg) dan K2O ( 90 - 140
kg) setiap hektarnya.
3. Penyediaan Benih
Saat penanaman, sebaiknya gunakan benih kentang bentuk umbi yang sudah
bertunas dan berasal dari varietas bermutu, seperti varietas Granula, Atlantik,
ditanaman kentang tersebut. Untuk satu hektar membutuhkan benih 1.200 - 2.000
kg dengan berat umbi sekitar 30 - 60 gram/umbi.
Jika umbi kentang yang akan ditanam itu belum bertunas, simpan dulu dalam
tempat/gudang penyimpanan 3 - 6 bulan, tergantung dari varietas kentang. Untuk
mempercepat munculnya tunas dapat diberi Etelen cair (rendite) atau gas CS2
dengan dosis 20 - 25 cc/100 kg umbi kentang.
4. Penyediaan Pestisida
Selain itu disiapkan pula pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit yang
mungkin menyerang tanaman kentang yang sedang ditanam tersebut. Jenis
pestisida yang disiapkan disesuaikan dengan jenis hama dan penyakit yang umum
menyerang pertanaman kentang di daerah tersebut.
OPT penting yang menyerang tanaman kentang antara lain adalah penggerek
umbi kentang, kutu daun persik, lalat pengorok daun, trips, kumbang kentang,
tungau kuning, anjing tanah, hama uret, virus daun menggulung, penyakit busuk
daun, penyakit becak kering alternaria, penyakit layu bakteri, penyakit kudis dan
nematoda. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang.
Beberapa cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain adalah :
- Penggunaan border (jagung dan Tagetes sp.)
- Penggunaan musuh alami
- Penggunaan perangkap kuning dan feromon seks
- Penggunaan pestisida kimia sesuai dengan anjuran dan harus dilakukan dengan
benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan
waktu aplikasinya.
5. Penanaman
Setelah pupuk kandang/kompos ditaruh dalam alur, barulah umbi kentang
diletakkan satu per satu di atas pupuk kandang. Jarak penanaman 25 X 80 cm atau
30 X 70 cm. Selanjutnya diberi pupuk buatan sebanyak 14 - 15 gram/tanaman
yang terdiri dari campuran Urea, SP-36 dan KCL yang ditaruh di samping kanan
dan kiri umbi yang ditanam itu. Untuk mencegah hama orong-orong atau anjing
tanah bisa menggunakan Furdan 3 G sebanyak 30 kg/ha yang ditaburkan pada
benih umbi kentang yang ditanam tersebut.
Sesudah benih kentang ditanam, benih segera ditutup/diurug tanah setebal 15 -
20 cm supaya benih tidak kekeringan kena sinar matahari. Untuk menutup tanah
pada umbi itu bisa dilakukan dengan cara tanah diantara barisan alur benih
dikeruk selebar 30 cm dengan kedalaman 30 - 40 cm. Dengan cara ini maka
terbentuklah guludan dan bagian tanah yang dikeruk membentuk selokan yang
berguna untuk drainase dan jalan bagi pekerja sewaktu melakukan pemeliharaan
tanaman.
Umbi kentang yang sudah ditanam itu perlu dipelihara sebagaimana mestinya
supaya pertumbuhannya optimal sehingga umbi kentang yang diperoleh nantinya
2.2.Landasan Teori 2.2.1. Teori Produksi
Istilah produksi dipergunakan dalam organisasi yang menghasilkan keluaran atau
output berupa barang dan jasa. Secara umum produksi diartikan sebagai suatu
kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran
(output) (Fuad, 2000).
2.2.2. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat
produksi yang diciptakannya. Tujuan dari kegiatan produksi adalah
memaksimalkan jumlah output dengan sejumlah input tertentu (Widyananto,
2010).
Nicholson (2002) dalam Widyananto (2010), menyatakan fungsi produksi adalah
suatu fungsi yang menunjukkan hubungan matematik antara input yang digunakan
untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Fungsi produksi dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
q = f ( K, L, M,.... )
Dimana q adalah output barang – barang tertentu selama satu periode, K adalah
input modal yang digunakan selama periode tersebut, L adalah input tenaga kerja
dalam satuan jam, M adalah input bahan mentah yang digunakan. Dari persamaan
diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah output tergantung dari kombinasi
penggunaan modal, tenaga kerja, dan bahan mentah. Semakin tepat kombinasi
Dalam teori ekonomi diambil pula satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi
produksi. Yaitu fungsi produksi dari semua produksi dimana semua produsen
dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut : The Law Of Diminishing
Returns. Hukum ini mengatakan bahwa bila satu macam input ditambah
penggunaannya, sedang input-input lain tetap maka tambahan output yang
dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula
menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah
(Widyananto, 2010)
2.2.3. Fungsi Produksi Cobb – Douglas
Fungsi Cobb-Douglas menjadi terkenal setelah diperkenalkan oleh Cobb, C.W.
dan Douglas, P.H. pada tahun 1928. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu
fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel
yang satu disebut dengan variabel dependen, yang dijelaskan (Y), dan yang lain
disebut variabel independen, yang menjelaskan, (X). Penyelesaian hubungan
antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi di mana variasi dari Y akan
dipengaruhi oleh variasi dari X.
Secara matematik fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan seperti persamaan
berikut ini.
Y = aX1b1X2b2….. Xibi….. Xnbneu
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan tersebut maka persamaan itu
diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan
tersebut. Persamaan tersebut dituliskan kembali untuk menjelaskan hal ini, yaitu:
Y = aX1b1X2b2eu
Logaritma dari persamaan diatas adalah:
Log Y = log a + b1 log X2 + b2 log X2 + v
Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah
bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, maka ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas.
Persyaratan ini antara lain:
a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma nol adalah
suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (Infinite)
b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi
pada setiap pengamatan (non-neutral difference in respective
technologies).
c. Setiap variable X adalah perfect competition.
d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah
tercakup pada factor kesalahan, u.
(Soekartawi, 1990)
2.2.4. Fungsi Produksi Frontier
Battese (1992) dalam Kurniawan (2012) menyatakan konsep produksi batas
(frontier production function) menggambarkan output maksimal yang dapat
dihasilkan dalam suatu proses produksi. Fungsi produksi frontier merupakan
fungsi produksi yang paling praktis atau menggambarkan produksi maksimal
yang dapat diperoleh dari variasi kombinasi factor produksi pada tingkat
pengetahuan dan teknologi tertentu (Doll dan Orazem, 1984). Fungsi produksi
setiap tingkat penggunaan input. Jadi fungsi tersebut mewakili kombinasi
inputoutput secara teknis paling efisien. Model fungsi produksi deterministic
frontier dinyatakan sebagai berikut:
Yi = f(xi;β).e-ui, I = 1,2 … N
dimana f(xi;β) adalah bentuk fungsi yang cocok (Cobb-Douglas atau Translog),
parameter β adalahparameter yang dicari nilaidugaannya dan ui adalah variabel
acak yang tidak bernilai negative yang diasosiaikan dengan factor-faktor spesifik
perusahaan yang memberikan kontribusi terhadap tidak tercapainya efisiensi
maksimal dari proses produksi.
Kelemahan dari model ini adalah tidak dapat menguraikan komponen residual ui
menjadi pengaruh efisiensi dan pengaruh eksternal yang tidak tertangkap (random
shock). Akibatnya nilai inefisiensi teknis cederung tinggi, karena dipengaruhi
sekaligus oleh dua komponen error yang tidak terpisah (Kebede, 2001). Model
stochastic frontier merupakan perluasan dari model asli deterministik untuk
mengukur efek-efek yang tak terduga (stochastic effects) di dalam batas produksi.
Stochastic frontier disebut juga composed error model karena error term terdiri
dari dua unsur, dimana εi = vi – ui dan i = 1, 2, .. N.
Variabel εi adalah spesifik error term dari observasi ke-i. Variabel acak vi
berguna untuk menghitung ukuran kesalahan dan faktor-faktor yang tidak pasti
seperti cuaca, pemogokan, serangan hama dansebagainya di dalam nilai variable
output, bersama-sama dengan efek gabungan dari variabel input yang tidak
terdefinisi di dalamfungsi produksi. Variabel acak vi merupakan variabel random
variansnya konstan atau N(0,σv2), simetris serta bebas dari ui. Variabel acak ui
merupakan variabel non negatif dan diasumsikan terdistribusi secara bebas.
Variabel ui disebut one-side disturbance yang berfungsi untuk menangkap efek
inefisiensi. Struktur dasar model stochastic frontier pada Persamaan 2.2
dijabarkan pada Gambar 1. Komponen yang pasti dari model batas yaitu f(xi; β)
digambarkan dengan asumsi memiliki karakteristik skala pengembalian yang
menurun. Petani i menggunakan input sebesat xi dan memperoleh output sebesar
yi.Akan tetapi output batasnya daripetani i adalah yi, melampaui nilai
pada bagian yang pasti dari fungsi produksi yaitu f(xi;β). Hal ini bisa terjadi
karena aktivitas produksinya dipengaruhi oleh kondisi yang menguntungkan,
dimana variabel vi bernilai positif. Sementara itu petani j menggunakan input
sebesar xj dan memperoleh hasil sebesar yj. Akan tetapi batas dari petani j adalah
yj*, berada di bawah bagian yang pasti dari fungsi produksi. Kondisi ini bisa
terjadi karena aktivitas produksinya dipengaruhi oleh kondisi yang tidak
menguntungkan, dimana vi bernilai negatif.
Komponen galat (error) yang sifatnya internal (dapat dikendalikan petani) dan
lazimnya berkaitan dengan kapabilitas managerial petani dalam mengelola
usahataninya direfleksikan oleh ui. Komponen ini sebarannya asimetris (one side)
yakni ui> 0. Jika proses produksi berlangsung efisien (sempurna) maka keluaran
yang dihasilkan berimpit dengan potensi maksimalnya berarti ui = 0.
Sebaliknya jika ui> 0 berarti berada di bawah potensi maksimumnya. Distribusi
menyebar setengah normal (uit ~ |N(0,σv2|) dan menggunakan metode pendugaan
Maximum Likelihood. Metode pendugaan MaximumLikelihood Estimation (MLE)
pada model stochastic frontier dilakukan melalui proses dua tahap. Tahap
pertama menggunakan metode OLS untuk menduga parameter teknologi dan
input produksi (βm). Tahap kedua menggunakan metode MLE untuk menduga
keseluruhan parameter factor produksi (βm), intersep (β0) dan varians dari kedua
komponen kesalahan vi dan ui (σv2 dan σu2). Fungsi produksi frontier oleh
beberapa penulis diturunkan dari fungsi produksi Cobb-Douglas, dimana menurut
Teken dan Asnawi (1981) dalam Kurniawan (2012) dikemukakan bahwa apabila
peubah-peubah yang terdapat dalam fungsi Cobb-Douglas dinyatakan dalam
bentuk logaritma, maka fungsi tersebut akan menjadi fungsi linear additive.
(Kurniawan, 2012).
2.2.5. Return To Scale
Return to Scale (RTS) atau keadaan skala usaha perlu diketahui untuk
mengetahui kombinasi penggunaan faktor produksi. Terdapat tiga kemungkinan
1. Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2 + ... + bn) < 1. Dalam keadaan
demikian, dapat diartikan bahwa apabila setiap input produksi digandakan
sebanyak 2 kali maka produksi yang dihasilkan lebih kecil dari penggandaan
produksi
2. Constant returns to scale, bila (b1 + b2 + ... + bn) = 1. Dalam
keadaandemikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan faktor produksi
sebanyak 2 kali akan proporsional dengan penambahan produksi 2 kali dari
sebelumnya.
3. Increasing returns to scale, bila (b1 + b2 + ... + bn) > 1. Dalam keadaan
demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penggandaaan faktor produksi sebanyak
2 kali akan menghasilkan produksi yang lebih besar lebih dari 2 kali dari produksi
sebelumnya.
2.2.6. Faktor Produksi Faktor produksi terdiri dari:
1. Modal
Modal yaitu sumber ekonomi diluar tenaga kerja yang dibuat oleh manusia.
Dalam pengertian luas dan umum merupakan keseluruhan nilai dari
sumber-sumber ekonomi non manusiawi (Hanafie, 2010).
Menurut Mubyarto (1989), modal adalah barang atau uang yang bersama-sama
faktor-faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru
yaitu, dalam hal ini, hasil pertanian. Modal petani berupa barang adalah ternak
beserta kandangnya, cangkul, bajak dan alat-alat pertanian lain, pupuk, bibit, hasil
panen yang belum dijual, tanaman yang masih disawah dan lain-lain. Menurut
bangunan dan modal tidak tetap yang meliputi alat-alat, bahan, uang tunai,
piutang di bank, tanaman, ternak, ikan di kolam. Penggunaan modal berfungsi
membantu meningkatkan produktivitas dan menciptakan kekayaan serta
pendapatan usahatani.
2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan kemampuan fisik dan mental orang-orang sewaktu
mereka berkontribusi pada produksi di dalam perekonomian (Griffin dan Ebert,
2007)
Dalam pertanian Indonesia harus dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja
dalam usahatani kecil-kecilan (usahatani pertanian rakyat) dan persoalan tenaga
kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besar yaitu perkebunan, kehutanan,
peternakan dan sebagainya. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal
dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, isteri,
dan anak-anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini
merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan
tidak pernah dinilai dalam uang (Mubyarto, 1989).
2.2.7. Efisiensi
Suatu metode produksi dapat dikatakan lebih efisien dari metode lainnya jika
metode tersebut menghasilkan output yang lebih besar pada tingkat korbanan
yang sama. Suatu metode produksi yang menggunakan korbanan yang paling
kecil, juga dikatakan lebih efisien dari metode produksi lainnya, jika
didekati dari dua sisi pendekatan yaitu dari sisi alokasi penggunaan input dan dari
sisi output yang dihasilkan. Pendekatan dari sisi input yang dikemukakan Farrell
(1957), membutuhkan ketersediaan informasi harga input dan sebuah kurva
isoquant yang menunjukkan kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan
output secara maksimal. Pendekatan dari sisi output merupakan pendekatan yang
digunakan untuk melihat sejauh mana jumlah output secara proporsional dapat
ditingkatkan tanpa mengubah jumlah input yang digunakan.
Menurut Lau dan Yotopoulos (1971) dalam Kurniawan (2012) konsep efisiensi
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) efisiensi teknis (technicalefficiency), (2)
efisiensi harga (price efficiency), dan (3) efisiensi ekonomis (economic efficiency).
Efisiensi teknis mengukur tingkat produksi yang dicapai pada tingkat penggunaan
input tertentu.
Seorang petani secara teknis dikatakan lebih efisien dibandingkan petani lain,
apabila dengan penggunaan jenis dan jumlah input yang sama, diperoleh output
fisik yang lebih tinggi. Efisiensi teknis dianggap sebagai kemampuan untuk
berproduksi pada isoquant batas. Sebaliknya, inefisiensi teknis mengacu pada
penyimpangan dari isoquant frontier. Konsep efisiensi dari sisi input
diilustrasikan oleh Farrell (1957) pada Gambar 2.2.7 Konsep efisiensi Farrel ini
Keterangan :
P = input
Q = efisiensi teknis dan inefisiensi alokatif Q’ = efisiensi teknis dan efisiensi alokatif AA’ = kurva rasio harga input
SS’ = isoquant fully efficient
Gambar 2.2.7 Efisiensi Teknis dan Alokatif (orientasi input) Sumber : Farell (1957) dalam Kurniawan (2012)
Pada Gambar 2, kurva isoquant frontier SS’ menunjukkan kombinasi input per
output (x1/y dan x2/y) yang efisien secara teknis untuk menghasilkan output Y0=
1. Titik P dan Q menggambarkan dua kondisi suatu perusahaan dalam
berproduksi menggunakan kombinasi input dengan proporsi input x1/y dan x2/y
yang sama. Keduanya berada pada garis yang sama dari titik O untuk
memproduksi satu unit Y0. Titik P berada di atas kurva isoquant, sedangkan titik
Q menunjukkanperusahaan beroperasi pada kondisi secara teknis efisien (karena
beroperasi pada kurva isoqua nt frontier). Titik Q mengimplikasikan bahwa
perusahaan memproduksi sejumlah output yang sama dengan perusahaan di titik
P, tetapi dengan jumlah input yang lebih menunjukkan efisiensi teknis (TE)
perusahaan P, yang menunjukkan proporsi dimana kombinasi input pada P dapat
konstan, sedangkan output tetap. Menurut Kumbakhar dan Lovell (2000) dalam
Kurniawan (2012), produsen dikatakan efisien secara teknis jika dan hanya jika
tidak mungkin lagi memproduksi lebih banyak output dari yang telah ada tanpa
mengurangi sejumlah output lainnya atau dengan menambah sejumlah input
tertentu.
Menurut Bakhshoodeh dan Thomson (2001) dalam Kurniawan (2012), petani
yang efisien secara teknis adalah petani yang menggunakan lebih sedikit input
dari petani lainnya untuk memproduksi sejumlah ouput pada tingkat tertentu atau
petani yang dapat menghasilkan output yang lebih besar dari petani lainnya
dengan menggunakan sejumlah input tertentu. Berdasarkan definisi di atas,
efisiensi teknis dapat diukur dengan pendekatan dari sisi output dan sisi input.
Pengukuran efisiensi teknis dari sisi output (indeks efisiensi Timmer) merupakan
rasio dari output observasi terhadap output batas. Indeks efisiensi ini digunakan
sebagai pendekatan untuk mengukur efisiensi teknis di dalam analisis stochastic
frontier. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input merupakan rasio dari input
atau biaya batas (frontier) terhadap input atau biaya observasi. Bentuk umum dari
ukuran efisiensi teknis yang dicapai oleh observasi ke-i pada waktu ke-t
didefinisikan sebagai berikut.
dimana nilai TEi antara 0 dan 1 atau 0 <TEi< 1. Pada saat produsen telah
menggunakan sumberdayanya pada tingkat produksi yang masih mungkin
penghambat. Tetapi banyak factor yang mempengaruhi tidak tercapainya efisiensi
teknis di dalam fungsi produksi. Penentuan sumber dari inefisiensi teknis ini tidak
hanya memberikan informasi tentang sumber potensial dari inefisiensi, tetapi juga
saran bagi kebijakan yang harus diterapkan atau dihilangkan untuk mencapai
tingkat efisiensi total (Kurniawan, 2012).
McEachern (2001) dalam Anandra (2010) menyatakan efisiensi harga atau
alokatif menujukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi alokatif tercapai jika
perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai
produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Bila petani
mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha taninya, misalnya karena
pengaruh harga, maka petani tersebut dapat dikatakan mengalokasikan input
usaha taninya secara efisien. Efisiensi alokatif ini terjadi bila perusahaan
memproduksi output yang paling disukai oleh konsumen.
Menurut Widyananto (2010) konsep yang digunakan dalam efisiensi ekonomi
adalah meminimalkan biaya artinya suatu proses produksi akan efisien secara
ekonomis pada suatu tingkatan output apabila tidak ada proses lain yang dapat
menghasilkan output serupa dengan biaya yang lebih murah.
2.3. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi refrensi dalam penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Annora Khazanani (2011) mengenai “Analisis Efisiensi
Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Cabai Kabupaten Temanggung
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor
produksi terhadap jumlah produksi cabai, serta untuk menganalisis tingkat
efisiensi penggunaan faktor produksi dalam usahatani cabai di Kecamatan Bulu,
Kabupaten Temanggung. Selain itu jugauntuk menganalisis besarnya tingkat
keuntungan yang dapat diperoleh petani.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode accidental sampling. Responden
dalam penelitian ini adalah petani cabai di Kecamatan Bulu yang berjumlah 92
orang. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi
dengan pendekatan frontier stokastik dengan Metode Maximum Likelihood.
Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa terdapat empat variabel yang
secara signifikan mempengaruhi produksi cabai yaitu variabel luas lahan (X1),
bibit (X2), tenaga kerja (X3) dan pupuk (X4). Sedangkan variabel pestisida (X5)
tidak signifikan dalam mempengaruhi produksi cabai.
Usahatani cabai di desa tersebut masih menguntungkan, hal ini ditunjukkan oleh
nilai R/C Rasio sebesar 1,277. Kondisi usahatani cabai di Temnggung
menunjukkan skala hasil yang menurun maka diperlukan perbaikan dalam proses
produksi cabai. Penggunaan faktor produksi bibit dan tenaga kerja masih belum
efisien, dan penggunaannya perlu ditambah untuk memperoleh tingkat efisiensi
yang lebih tinggi. Sedangkan faktor produksi pupuk dan pestisida penggunaannya
telah melampaui batas efisiensi, sehingga perlu dikurangi untuk memperoleh
Kemudian penelitian oleh Claudio Satrya Widyananto (2010) “Analisis Efisiensi
Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Bawang Putih (Studi Kasus
di Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo)”
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pengaruh faktor-faktor
produksi terhadap jumlah produksi bawang putih, serta untuk menganalisis tingkat
efisiensi penggunaan faktor produksi dalam usahatani bawang putih di
KecamatanSapuran, Kabupaten Wonosobo.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode snow ball sampling. Responden
dalam penelitian ini adalah petani bawang putih di Kecamatan Sapuran yang
berjumlah 99 orang. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi linier berganda dan uji efisiensi untuk manganalisis data
penelitian ini.
Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil bahwa semua varibel yang secara
signifikan mempengaruhi produksi bawang putih yaitu variabel luas lahan (X1),
bibit (X2), pupuk (X3), dan variabel tanaga kerja (X5) signifikan dalam
mempengaruhi produksi bawang putih. Nilai rata-rata efisiensi teknis petani
bawang putih adalah 0,58 dan nilai efisiensi harganya adalah 2,018. Sehingga
nilai efisiensi ekonominya adalah 1,170. Nilai efisiensi teknis, efisiensi harga, dan
efisiensi ekonomi tidak sama dengan satu, artinya tidak efisien sehingga perlu
penambahan penggunaan faktor produksi. Selain itu dengan adanya kondisi
bahwa kondisi usahatani bawang putih di daerah penelitian ini layak untuk
dikembangkan atau dilanjutkan. Dalam proses produksi bawang putih, tingkat
kesuburan tanah juga perlu diperhatikan karena lahan yang digunakan untuk
penanaman bawang putih digunakan secara bergantian untuk menanam tanaman
lain.
Khotimah, Husnul (2010) dalam “Analisis Efisiensi Teknis dan Pendapatan
Usahatani Ubi Jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan, Jawa Barat :
Pendekatan Stochastic Production Frontier”. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk : (1) menganalisis keragaan usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus
Kabupaten Kuningan, (2) menganalisis fungsi produksi stochastic frontier dan
efisiensi teknis usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan (3) menganalisis tingkat
pendapatan usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan.
Hasil analisis keragaan usahatani ubi jalar di Kecamatan Cilimus Kabupaten
Kuningan dilihat dari teknik budidaya dilakukan menurut kebiasaan yang telah
terbentuk dari pengalaman dan belum dapat dikatakan intensif dalam aktifitas
pemeliharaan. Penggunaan sarana produksi usahatani ubi jalar terdiri dari
penggunaan bibit ubi jalar yang lebih banyak dari anjuran karena jarak tanam
diperkecil, pupuk dan pestisida yang digunakan petani beragam, alat-alat
pertanian yang digunakan tidak sebanding dengan luas lahan yang diusahakan.
Lahan terdiri dari lahan milik, lahan sewa, lahan sakap, dan lahan bengkok
(HGP). Jumlah TKLK lebih banyak digunakan dibandingkan TKDK, dan modal
Hasil estimasi dari parameter Maximum Likelihood untuk fungsi produksi
Cobb-Douglass Stochastic Frontier menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh
nyata terhadap produksi ubi jalar adalah variabel lahan, benih/lahan, tenaga
kerja/lahan, pupuk P/lahan, dan pupuk K/lahan, sedangkan variabel pupuk
N/lahan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ubi jalar. Semua variabel yang
diestimasi berpengaruh positif terhadap produksi ubi jalar.
Tingkat efisiensi teknis rata-rata usahatani ubi jalar adalah 0,75 atau 75 persen
dari produksi maksimum, hal ini menunjukan bahwa usahatani ubi jalar di
Kecamatan Cilimus telah cukup efisien dan masih terdapat peluang meningkatkan
produksi sebesar 25 persen untuk mencapai produksi maksimum. Faktor-faktor
yang berpengaruh nyata dan positif terhadap efek inefisiensi teknis usahatani ubi
jalar adalah variabel pengalaman, lama kerja di luar usahatani, dan status
kepemilikan lahan. Variabel umur, pendidikan, dan pendapatan di luar usahatani
berpengaruh negatif dan nyata terhadap inefisiensi teknis usahatani ubi jalar.
Sedangkan variabel penyuluhan berdampak negatif dan tidak nyata terhadap
inefisiensi teknis usahatani ubi jalar.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran untuk
peningkatan produksi dan efisiensi teknis usahatani ubi jalar di Kecamatan
Cilimus Kabupaten Kuningan, antara lain : (1) ekstensifikasi lahan tanam ubi jalar
di Kecamatan Cilimus, (2) penambahan tenaga kerja, khususnya pada aktifitas
pemeliharaan, (3) pendekatan penyuluhan pertanian yang tepat agar tingkat
kepercayaan petani meningkat dan penyuluhan dapat berdampak signifikan
SLPTT Ubi Jalar, (4) penelitian lebih lanjut mengenai efisiensi usahatani,
khususnya efisiensi alokatif dan ekonomis yang belum dilakukan pada penelitian
ini.
2.4. Kerangka Pemikiran
Menurut Departemen Pertanian tanaman kentang merupakan salah satu komoditas
yang ditingkatkan dalam sektor hortikultura di Sumatera Utara. Untuk itu
usahatani kentang layak untuk lebih dikembangkan. Dimana dalam
mengusahakannya pun petani perlu bertindak sebagai manajer yang
memperkirakan atau memperhitungkan input dan output yang digunakan sehingga
usaha tani ini pun dapat menguntungan bagi petani. Di bawah ini gambar skema
Keterangan :
: menyatakan pengaruh
: menyatakan hubungan
Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran
2.5. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang sudah dibuat maka
hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Terdapat pengaruh signifikan faktor produksi (bibit, pupuk alami, pupuk kimia,
insektisida, fungisida dan tenaga kerja) kentang terhadap hasil produksi Input
Produksi : -bibit
-pupuk alami -pupuk kimia -insektisida -fungisida -tenagakerja
Usaha tani kentang
Proses produksi
Biaya Input Produksi
Output produksi
Efisiensi Harga Efisiensi
Teknik
2. Penggunaan faktor produksi pada usahatani kentang di Desa Ajibuhara,
Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo belum efisien secara teknis, harga dan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Daerah ini dipilih
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Tigapanah
juga merupakan salah satu daerah yang menghasilkan tanaman kentang di
Kabupaten Karo dan pada tahun 2012 Kecamatan Tigapanah memiliki
produktivitas paling rendah dari 8 kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten
Karo. Sehingga dianggap perlu meneliti di daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat
Tabel 3.1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kabupaten Karo berdasarkan Kecamatan Tahun 2011-2012
Kecamatan
2011 2012
Luas
panen Produksi Produktivitas
Luas
panen Produksi Produktivitas
Ha Ton Ku/Ha Ha Ton Ku/Ha Sumber : BPS Karo Dalam Angka 2011-2012
3.2.Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani kentang di Desa Ajibuhara Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo. Jika dilihat dari data Kecamatan Tigapanah dalam
angka, tidak terdapat informasi mengenai data jumlah petani kentang berdasarkan
tiap desa di Kecamatan Tigapanah. Sehingga diperoleh keterangan langsung dari
salah satu pegawai Kecamatan Tigapanah yang menyatakan ada tiga daerah yaitu
Ajimbelang, Ajibuhara dan Ajijulu yang merupakan sentra penanaman sayuran.
Kemudian tinjau lokasi dilakukan ketiga desa tersebut dan berkomunikasi
Ajibuhara yang paling banyak menanam komoditas kentang dengan jumlah petani
60 KK, sementara 2 desa lainnya Ajimblang dan Ajijulu memiliki petani kentang
di daerah tersebut tidak mencapai 50 KK. Sehingga ditentukanlah sampel dalam
penelitian ini di Desa Ajibuhara secara sensus, yaitu 60 KK.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh dengan cara wawancara kepada petani yang menjadi sampel secara
langsung dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Data primer yang
digunakan antara lain meliputi: data penggunaan faktor produksi usaha tani
kentang, dan jumlah produksi dalam satu kali musim tanam kentang.
3.4. Metode Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari data primer diolah dan dianalisis dengan metode
kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap produksi dan efisiensi produksi ubi jalar di Desa Ajibuhara.
Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan program SPSS 16 dan Frontier
4.1. ProgramFrontier versi 4.1 digunakan untuk mendapatkan estimasi nilai parameter
dari maximum-likelihood untuk model fungsi produksi stochastic frontier. Berikut
Keterangan : Y = produksi
C = total biaya produksi
X1-X6 = faktor produksi secara berturut-turut : bibit, pupuk alami, pupuk kimia, insektisida, fungisida, tenaga kerja
P1-P6 = harga tiap faktor produksi secara berturut-turut : bibit, pupuk alami,
pupuk kimia, insektisida, fungisida, tenaga kerja
Gambar 3.4. Bagan Metode Analisis Data
Ln Y= lnbo + b1lnx1+ b2lnx2 + b3lnx3 +b4lnx4 +b5lnx5 + b6lnx6
Ln C= ln Y + d1lnP1+ d2lnP2 + d3lnP3 +d4lnP4 +d5lnP5 + d6lnP6
3.4.1. Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan salah satu uji persyaratan analisis atau uji asumsi
statistik yang bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan
sebagai prasyarat dalam analisis regresi linear (Anonimous, 2013)
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Menurut Gujarati (2003) dalam Widyananto (2010), sebelum dilakukan estimasi
model regresi berganda, data yang digunakan harus dipastikan terbebas dari
penyimpangan asumsi klasik untuk multikolinearitas, heteroskesdasitas, dan
autokorelasi. Uji klasik ini dapat dikatakan sebagai kriteria ekonometrika untuk
melihat apakah hasil estimasi memenuhi dasar linear klasik atau tidak. Dengan
terpenuhinya asumsi asumsi klasik ini maka estimator OLS dari koefisien regresi
adalah penaksir tak bias linear terbaik (Best Linear Unbiazed Estimator). Setelah
data dipastikan bebas dari penyimpangan asumsi klasik, maka dilanjutkan dengan
uji hipotesis dan kemudian dilakukan uji efisiensi sehingga tujuan penelitian yang
kedua dapat terjawab, yakni untuk menghitung tingkat efisiensi teknis
penggunaan faktor produksi pada usahatani.
Persamaan yang diperoleh dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara statistik
jika memenuhi asumsi klasik, yaitu memenuhi asumsi bebas multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Pengujian asumsi klasik ini dilakukan
a. Multikolearitas
Menurut Gujarati (2003) dalam Widyananto (2010) multikolinearitas berarti ada
hubungan linear (korelasi) yang sempurna atau pasti, diantara beberapa atau
semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi
ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel
independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
2. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2)
variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam
pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan
diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen
lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai nilai VIF yang tinggi
(karena VIF = 1/tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF
< 10 (Widyananto, 2010)
b. Heteroskedastisitas
Imam Ghozali (2005) dalam Widyananto (2010) menyatakan uji
heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
yaitu dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen
yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu
pada grafik scatterplot dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi─Y sesungguhnya) yang telah di-studentized.
Dasar analisis :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskodastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Widyananto, 2010)
c. Autokorelasi
Menurut Widyananto (2010), Autokorelasi adalah korelasi antara anggota–
anggota serangkaian observasi yang diurutkan berdasarkan waktu dan ruang. Uji
autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi
Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order
autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model
regresi atau tidak ada variabel lag di antara variabel independen. Hipotesis yang
akan diuji adalah :
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi yaitu :
3.4.3. Uji Hipotesis Pertama
Fungsi Cobb Douglas dinyatakan oleh hubungan X dan Y atau Y=
f(X1,X2,....,Xn). Sementara dalam penelitian ini model persamaan menjadi :
Ln Y = Ln a + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + b5LnX5 + b6LnX6 + e Dimana :
Y = jumlah produksi kentang yang dihasilkan dalam satu musim tanam (kg)
a,b = besaran yang akan diduga
e = bilangan natural (2,718)
X1 = jumlah bibit yang digunakan dalam satu musim tanam (kg)
X2 = jumlah pupuk kandang yang digunakan dalam satu musim tanam (kg)
X4 = jumlah insektisida yang digunakan dalam satu musim tanam (L)
X5 = jumlah fungisida yang digunakan dalam satu musim tanam (kg)
X6 = jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam satu musim tanam (HKO)
Untuk mendapatkan hasil analisis produksi Cobb Douglas yang telah diubah
menjadi fungsi linear maka diperlukan uji hipotesis sebagai berikut :
1. Uji Secara Serentak (F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (Imam Ghozali, 2005). Pengujian F ini
dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan F tabel, maka
kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa semua variabel
independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.
2. Koefisien Determinasi (R2)
Dalam suatu penelitian atau observasi, perlu dilihat seberapa jauh model yang
terbentuk dapat menerangkan kondisi yang sebenarnya. Dalam analisis regresi
dikenal suatu ukuran yang dapat dipergunakan untuk keperluan tersebut, yang
dikenal dengan koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi merupakan
suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel independen
terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain koefisien determinasi
menunjukkan variasi turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh linier X. Bila
nilai koefisien determinasi yang diberi simbol R2 mendekati angka 1, maka
sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut dapat
dibenarkan,Gujarati (1997) dalam Widyananto (2010)
Adapun kegunaan koefisien determinasi adalah :
a. Sebagai ukuran ketepatan / kecocokan garis regresi yang dibuat dari hasil
estimasi terhadap sekelompok data hasil observasi. Semakin besar nilai R2, maka
semakin bagus garis regresi yang terbentuk; dan semakin kecil nilai R2 , maka
semakin tidak tepat garis regresi tersebut mewakili data hasil observasi.
b. Untuk mengukur proporsi (Presentase) dari jumlah variasi Y yang diterangkan
oleh model regresi atau untuk mengukur besar sumbangan dari variabel X
terhadap variabel Y.
3. Uji Individual (t)
Imam Ghozali, (2005) dalam Widyananto (2010), menyatakan uji statistik t pada
dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesis sebagai
berikut :
Ho : tidak ada pengaruh antara bibit, pestisida, pupuk, tenaga, kerja terhadap hasil
produksi usahatani kentang
H1 : ada pengaruh antara bibit, pestisida, pupuk, tenaga, kerja terhadap hasil
produksi usahatani kentang
Dengan asumsi :
1. T hitung< T tabel, maka Ho diterima
2. T hitung> T tabel, maka H1 diterima
3.4.4. Uji Hipotesis kedua
Uji efisiensi digunakan untuk melihat apakah factor produksi yang digunakan
pada usahatani kentang di Desa Ajibuhara Kecamatan Tigapanah, Kabupaten
Karo sudah efisien atau belum. Uji efisiensi meliputi:
1. Efisiensi Teknis
Salah satu pendekatan dalam kajian fungsi produksi adalah model stochastic
production frontier (SPF) (Kirkley et al. 1995). Model SPF diperkenalkan oleh
Aigner et al. (1977) dan Meeussen and van der Broeck (1977), dan pertama kali
dikemukakan oleh Farrell dalam upaya menjembatani antara teori dan hasil
empiris. Persamaan stochastic production frontier diestimasi dengan pendekatan
maximum likelihood estimates (MLE) berdasarkan hipotesis bahwa petani selalu
memaksimalkan keuntungan dalam setiap aktivitas usaha tani (Hiariey, 2009)
Keunggulan model SPF yaitu dapat mengakomodir gangguan acak (random
noise) yang diakibatkan oleh faktor eksternal pada fungsi produksi yang telah
memiliki gangguan acak sebelumnya. Hal tersebut memungkinkan fungsi SPF
dapat menjelaskan masalah efisiensi teknik. Oleh karena itu, pendekatan SPF
merupakan model yang efektif untuk menghitung efisiensi teknis (Hiariey, 2009)
Sementara, untuk mendapatkan efisien teknis (TE) dari usaha tani kentang
dengan dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
TE = exp[E( ui | ei )] Dimana :
Untuk mengetahui efisiensi teknik maka diperlukan data penggunaan faktor
produksi seperti jumlah bibit, pupuk alami, pupuk kimia, insektisida, fungisida
dan tenaga kerja yang sudah dilogaritmanaturalkan terlebih dahulu. Kemudian
akan didapat nilai harapan (mean) efisiensi tekniknya dengan menggunakan
frontier 4.1.
Kriteria ujinya apabila EH < 1 maka usahatani belum efisien, sementara apa
EH=1 maka usatani sudah mencapai tingkat efisien.
2. Efisiensi Harga
Menurut Kurniawan, dkk, 2008, pengukuran efisiensi alokatif dan ekonomis
dapat dilakukan dengan menurunkan fungsi biaya dual dari fungsi produksi
Cobb-Douglas yang homogenous. Caranya yaitu dengan meminimumkan fungsi
biaya input sehingga diperoleh fungsi biaya dual frontier
C = f(Y, P1, P2, P3, P4, P5, P6)
dengan C adalah biaya produksi kentang, Y adalah hasil produksi kentang, dan
P1-P6 berturut-turut adalah harga bibit, harga pupuk alami, harga pupuk kimia,
harga insektisida, harga fungisida, harga (upah) tenaga kerja yang
dilogaritmanaturalkan terlebih dahulu. Kemudian akan didapat nilai harapan
(mean) efisiensi harga dengan menggunakan frontier 4.1.
Kriteria ujinya apabila EH < 1 maka usahatani belum efisien, sementara apa
3. Efisiensi Ekonomi
Nicholson (2002) dalam Khazanani (2011) menyatakan efisiensi ekonomi
merupakan hasil kali antara seluruh efisiensi teknis dengan efisiensi harga dari
seluruh faktor input, sebuah alokasi sumber daya yang efisien secara teknis
dimana kombinasi output yang diproduksi juga mencerminkan preferensi
masyarakat. Dengan kata lain efisiensi ekonomi akan tercapai jika tercapai
efisiensi teknis dan efisiensi harga.
EE = ET . EH
Dimana :
EE : Efisiensi Ekonomi
ET : Efisiensi Tehnik
EH : Efisiensi Harga
Kriteria ujinya dilihat dari nilai efisiensi ekonomi sama dengan satu, maka
usahatani yang dilakukan sudah mencapai tingkat efisiensi.
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional
3.5.1. Definisi
1. Efisiensi merupakan penggunaan input yang minimal untuk menghasilkan
output yang maksimal dalam suatu proses produksi.
2. Usahatani merupakan pengalokasian sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien utuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.
4. Pupuk alami adalah unsur hara tambahan yang dibutuhkan tanaman yang
berasal dari dedaunan busuk dan kotoran hewan.
5. Pupuk kimia adalah unsur hara kimia tambahan yang dibutuhkan tanaman.
6. Insektisida merupakan zat kimia beracun yang digunakan untuk membunuh
serangga.
7. Fungisida merupakan zat kimia beracun yang digunakan untuk membunuh
jamur.
8. Tenaga kerja adalah orang yang mengusahakan sesuatu untuk menghasilkan
produksi tanaman kentang.
9. Produksi kentang merupakan hasil panen yang diperoleh dalam 1 kali proses
produksi.
3.5.2. Batasan Operasional
1. Penelitian ini dilakukan di Desa Ajibuhara, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten
Karo.
2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2014
3. Sampel penelitian adalah seluruh petani kentang yang ada di Desa Ajibuhara