• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN INPUT

PRODUKSI USAHA TANI JAGUNG DI DESA SEI MANCIRIM

KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

HILMI F. ARIBOWO

070304039

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN INPUT

PRODUKSI USAHA TANI JAGUNG DI DESA SEI MANCIRIM

KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

SKRIPSI

Oleh :

HILMI F. ARIBOWO

070304039

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu syarat untuk dapat mengikuti penelitian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua Pembimbing

Anggota Pembimbing

(Dr.Ir. Rahmanta Ginting, Msi) (Ir. M. Jufri, MSi)

NIP. 196309281998031001

NIP. 196011101988037003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

ABSTRAK

Hilmi F. Aribowo (070304039) dengan judul skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi sebagai ketua pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi sebagai anggota pembimbing

Prospek usahatani tanaman jagung cukup cerah apabila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis salah satunya yaitu dengan memperhatikan efisiensi penggunaan input produksi, agar memperoleh produksi yang optimum. Selain itu permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik dalam kebutuhan pangan maupun non pangan sehingga peluang pasar masih terbuka lebar untuk usaha tani jagung. Tujuan penelitian adalah : untuk menjelaskan produktivitas jagung dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas jagung serta menganalisis tingkat efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas digunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung digunakan analisis model Regresi Linier Berganda, dan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi di daerah penelitian di gunakan analisis efisiensi ekonomi Hasil penelitian antara lain: Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi berdasarkan perbandingan dengan daerah lain akan tetapi masih relatif rendah jika di bandingkan dengan anjuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI. Hasil analisis pengaruh input produksi terhadap produksi usahatani jagung di peroleh faktor Bibit (x1), Pupuk SP36 (x2), Pupuk Za (x3) dan

Pupuk NPK (x4) secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi usahatani

jagung, sedangkan secara parsial faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung di daerah penelitian adalah bibit (x1) dan pupuk NPK (x4) untuk hasil

analisis efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung di daerah penelitian di peroleh nilai efisiensi faktor produksi > 1, yaitu belum optimal.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan

Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal,

Kabupaten Deli Serdang” Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Sumatera Utara, Medan

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir.

Rahmanta Ginting, MSi sebagai dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi selaku komisi pembimbing

dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2013

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

2.1 Tinjauan Pustaka... ... 9

2.2 Landasan Teori ... 13

2.3Kerangka Pemikiran ... 20

2.4Hipotesis Penelitian ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Model Analisis Data ... 25

(6)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 31

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Desa Sei Mencirim ... 31

4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah Desa Penelitian ... 31

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 31

4.1.3 Sarana dan Parasarana ... 33

4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 33

4.2.1 Umur…… ... 33

4.2.2 Pendidikan Petani Sampel ... 34

4.2.3 Pengalaman Bertani ... 35

4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 35

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

5.1 Produktivitas Jagung di Daerah Penelitian ... 37

5.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Jagung Per Petani dan Per Ha di daerah penelitian ... 38

5.3 Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Jagung Per Petani dan Per Ha di Daerah Penelitiani ... 57

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1. Kesimpulan ... 64

6.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Hasil Produksi Jagung di Sumatera Utara (2007-2011) ... 6

2. Luas Panen, Total Produksi, Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2011 ... 22

3. Tabel Produksi Jagung Menurut Kecamatan Tahun 2011 ... 23

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 32

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin ... 32

6. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 34

7. Umur Petani Responden di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 .. 34

8. Pendidikan Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 34 9. Petani Responden di Desa Sei Mencirim Berdasarkan Pengalaman Bertani Tahun 2013 ... 35

10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 ... 36

11. Produktivitas Jagung Daerah Pembanding ... 37

12. Data Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian 38

(8)

14. Hasil Uji Asumsi Multikoliniearitas Model Produksi Jagung

Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik

Kolinearitas ... 41

15. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian 44

16. Data Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

Jagung Per Ha Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian ... 48

17. Hasil Uji Asumsi Multikoliniearitas Model Produksi Jagung

Per Ha Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik

Kolinearitas ... 49

18. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi

Jagung Per Ha Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian ... 52

19. Analisis Efisiensi Ekonomi Faktor Produksi Jagung Per Petani

di Daerah Penelitian ... 59

20. Analisis Efisiensi Ekonomi Faktor Produksi Jagung Per Ha di

(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Kurva Produksi Law of Deminishing Return ... 17

2. Kerangka Pemikiran ... 20

3. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung ... 42

4. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Jagung ... 43

5. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung ... 50

(10)

ABSTRAK

Hilmi F. Aribowo (070304039) dengan judul skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi sebagai ketua pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi sebagai anggota pembimbing

Prospek usahatani tanaman jagung cukup cerah apabila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis salah satunya yaitu dengan memperhatikan efisiensi penggunaan input produksi, agar memperoleh produksi yang optimum. Selain itu permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik dalam kebutuhan pangan maupun non pangan sehingga peluang pasar masih terbuka lebar untuk usaha tani jagung. Tujuan penelitian adalah : untuk menjelaskan produktivitas jagung dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas jagung serta menganalisis tingkat efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas digunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung digunakan analisis model Regresi Linier Berganda, dan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi di daerah penelitian di gunakan analisis efisiensi ekonomi Hasil penelitian antara lain: Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi berdasarkan perbandingan dengan daerah lain akan tetapi masih relatif rendah jika di bandingkan dengan anjuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI. Hasil analisis pengaruh input produksi terhadap produksi usahatani jagung di peroleh faktor Bibit (x1), Pupuk SP36 (x2), Pupuk Za (x3) dan

Pupuk NPK (x4) secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi usahatani

jagung, sedangkan secara parsial faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung di daerah penelitian adalah bibit (x1) dan pupuk NPK (x4) untuk hasil

analisis efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung di daerah penelitian di peroleh nilai efisiensi faktor produksi > 1, yaitu belum optimal.

(11)

3. Bagaimana tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani jagung

di daerah penelitian ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut yaitu untuk :

1. Menganalisis berapa produksi dan produktivitas jagung di daerah penelitian.

2. Menganalisis apakah faktor produksi lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan

obat-obatan mempengaruhi produksi usahatani jagung di daerah penelitian.

3. Menganalisis tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani

jagung di daerah penelitian.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai:

1. Bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil

kebijaksanaan khususnya dalam bidang analisis usahatani tanaman jagung.

2. Bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang ingin mengetahui

sampai sejauh mana perkembangan usahatani tanaman jagung.

3. Bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke

Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke

Amerika. (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Tanaman jagung dikenal di Indonesia sejak 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh

orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentra produsen jagung paling

luas di Indonesia, antara lain adalah provinsi Jawa Timur, Jawa

Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Lampung dan Jawa

Barat. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh

provinsi di Indonesia (Rukmana, 2008).

Menurut Purwono dan Hartono (2011) secara umum klasifikasi dan sistematika

tanaman jagung sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Monocotyledone (berkeping satu)

Ordo : Graminae (rumput-rumputan)

Famili : Graminaceae

Genus : Zea

(13)

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim (annual). Susunan tubuh

(morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga,

dan buah. Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar ,

yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut

(Rukmana, 2008).

Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa

ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang akan

berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung

varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300cm

(Purwono dan Hartono, 2011).

Struktur daun jagung terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan

helaian daun. Jumlah daun tiap tanaman pohon bervariasi antara 8-48

helai. Ukuran daun berbeda-beda, yaitu panjang antara 30cm-150cm

dan lebar mencapai 15cm (Rukmana, 2008).

Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan

betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di

ujung batang. Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 dan

ke-8 dari bunga jantan (Purwono dan Hartono, 2011).

Biji jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Pada umumnya, biji

jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau

berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung

terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji, endosperm, dan embrio

(14)

Tanah berdebu dan kaya hara dan humus cocok untuk tanaman jagung. Tanaman

jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH

5,5-7,0. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung

adalah pH 6,8 (Rukmana, 2008).

Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya produktivitas jagung yaitu dengan

perbaikan varietas. Varietas jagung yang unggul dapat berupa varietas

hibrida. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan

menghasilkan produksi yang lebih tinggi, tetapi mempunyai beberapa

kelemahan antara lain harga benih yang mahal, hanya dapat

digunakan maksimal dua kali turunan, dan tersedia dalam jumlah

terbatas. Beberapa varietas unggul yang dapat dipilih adalah Hibrida

C-1, Hibrida C-2, Hibrida Pioner 1, Hibrida Pioner 2, Hibrida IPB 4,

Hibrida CPI-1, Kalingga, Wiyasa, Arjuna, Bastar Kuning, Kania

Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit,

Sadewa, Nakula, Hibrida CPI-2, Hibrida BISI-2, P-5, C-3 dan Semar 2

(Purwono dan Hartono, 2011).

Manfaat penggunaan benih unggul jagung bersertifikat adalah menghemat

jumlah pemakaian benih persatuan luas areal, pertumbuhan tanaman

relatif seragam, tingkat kemasukan merata sehingga dapat

mengurangi besarnya kehilangan atau susut hasil, menjamin

peningkatan hasil secara optimal, dan meningkatkan pendapatan

usahatani (Rukmana, 2008).

Agar hasil panen maksimal, diperlukan teknik pengolahan lahan sebelum

(15)

sisa-sisa tanaman sebelumnya, kegiatan dilanjutkan dengan persiapan

lahan yang diantaranya pembajakan agar diperoleh tanah yang

gembur, untuk tanah yang keras perlu dibajak sedalam 30cm

sedangkan tanah yang lunak cukup 15-20cm. Setelah diolah, setiap 3

meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar

saluran sekitar 25-30cm dengan kedalaman 30cm. Pada lahan dengan

pH kurang dari 5, harus diberi kapur, jumlah kapur yang diberikan

berkisar antara 1-3 ton per-hektar (Purwono dan Hartono, 2011).

Waktu yang paling tepat untuk menanam jagung adalah pada awal musim hujan

September-November dan pada awal kemarau Februari-April. Jarak

tanam bergantung pada varietas. Varietas berumur lama ditanam

dengan jarak 100 x 40cm sehingga populasi mencapai 50.000 tanam

per ha. Kondisi iklim mempengaruhi pola tanam, lahan kering

beriklim basah, tumpang sari adalah pilihan terbaik. Agar tanaman

dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, cara tanam jagung

mempertimbangkan beberapa hal seperti, kedalaman penempatan

benih berkisar 2,5-5cm, bergantung pada kondisi tanah, populasi

tanam antara 20.000-200.000 tanaman/ha, cara tanam adalah dengan

alur-alur yang dibuat teratur atau jarak tanam yang teratur dalam

alur sehingga memungkinkan penyiangan mekanis dua arah (Tim

Karya Tani Mandri, 2010).

Pemeliharaan tanaman jagung di lapangan meliputi kegiatan pokok seperti,

(16)

mengganti benih yang tidak tumbuh atau tumbuh abnormal. Selain

penyulaman ada pengairan yang biasanya dilakukan 1-2 kali seminggu

atau tergantung pada keadaan air tanah. Penjarangan tanaman

dengan mencabut tanaman yang tumbuh kurang baik, untuk disisakan

1-2 tanaman paling baik perlubang tanam, waktu penjarangan

dilakukan 2-3 minggu setelah tanam atau bersama-sama saat

penyiangan. Penyiangan dilakukan pada tanaman jagung yang

berumur ± 15 hari setelah tanaman atau pertumbuhan tanaman

mencapai setinggi lutut (Rukmana, 2008).

Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan ketersediaan unsur hara

yang memadai. Untuk memenuhinya dilakukan pemupukan, jenis dan

dosis pupuk harus mengacu pada hasil analisis tanah ataupun tanaman

di labratorium (Rukmana, 2008).

Banyak macam hama yang dapat menggagalkan panen jagung. Bagian-bagian

tanaman yang sering diserang pun sangat bervariasi. Ada hama yang

menyukai daun yang masih muda, pucuk daun, pangkal batang, dan

akar tanaman. Hampir semua bagian tanaman jagung dapat menjadi

sasaran serangan hama. Jadi, mencegah ataupun memberantasnya

merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam membudidayakan

tanaman jagung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung

dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan

buah jagung juga dapat dibedakan dalam empat tingkat : masak susu,

(17)

yang siap di panen adalah : umur panen adalah 86-96 hari setelah

tanam, jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai

mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji

bagian lembaga, biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan

tidak membekas (Tim Karya Tani Mandiri,

2011).

2.2 Landasan Teori

Produksi adalah suatu kegiatan dalam penciptaan nilai tambah dari input atau masukan

untuk menghasilkan output berupa barang dan jasa yang diperoleh dengan suatu

kegiatan yang namanya proses produksi, dengan sasaran menetapkan cara yang optimal

dalam menggabungkan masukan untuk meminimumkan biaya, sehingga perusahaan

dapat mampu menciptakan kualitas produk yang lebih baik dan efisien yang lebih tinggi

dalam proses produksinya (Hernanto, 1991).

Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau yang dapat digunakan dalam

sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai hasil maksimum.

Ukuran dari terjadinya peningkatan produksi pertanian secara nasional adalah nilai

pertumbuhan produksi hasil-hasil pertanian dalam harga konstan. Kemampuan tanaman

memberikan suatu hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim dan lahan (Simanjuntak,

2004).

Faktor produksi adalah input produksi seperti, alam, tenaga kerja, modal, pengelolaan

(manajemen) yang akan mempengaruhi produksi usahatani jagung. Faktor produksi

alam dan tenaga kerja sering disebut faktor produksi primer, faktor produksi modal dan

pengelolaan disebut faktor produksi sekunder. Ada literatur yang menambahkan faktor

(18)

teknologi itu bukan terpisah, melainkan masuk ke masing-masing faktor produksi di

atas. Maksudnya ada teknologi yang berhubungan dengan alam, ada teknologi tersendiri

dalam tenaga kerja, dalam modal dan dalam manajemen. Dengan demikian faktor-faktor

produksi tetap empat (Tarigan, 2007).

Mubyarto (1995), mengatakan suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output), dalam sektor pertanian

terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output) yaitu sebagai

berikut :

1. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Pertanian

Lahan sebagai salah satu faktor yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang

mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecillnya

produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang

digunakan.

2. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Pertanian

Tenaga Kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang

mencari pekerjaaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus

rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih menggantungkan

hidupnya di sector pertanian. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal

dari keluarga sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan

anak-anak petani. Tenaga kerja dari dalam keluarga petani merupakan sumbangan

keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai

dengan uang.

(19)

Pemberian dosis pupuk yang tepat akan menghasilkan produk berkualitas. Pupuk

yang sering digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berasal

dari penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang, misalnya pupuk

kandang, pupuk hijau, dan pupuk kompos. Sementara itu pupuk anorganik adalah

pupuk yang sudah mengalami proses di pabrik misalnya urea, TSP dan KCL.

4. Pengaruh obat-obatan Terhadap Produksi Pertanian

Obat-obatan dapat menguntungkan usahatani namun disisi lain pestisida dapat

merugikan petani. Obat-obatan dapat kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan

pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain

pencemaran lingkungan, rusaknya buah, keracunan. Penggunaan obat-obatan

bertujuan untuk mencegah serangan hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan

turunnya produksi dan kualitas buah.

5. Pengaruh Bibit Terhadap Produksi Pertanian

Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul cenderung

menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, sehingga semakin unggul bibit

maka semakin baik produksi yang akan dicapai.

Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai

macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu

perusahaan (Soekartawi, 1995).

Di dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi produksi yaitu fungsi

yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor produksi.

Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:

Pada regresi sederhana :

(20)

Pada regresi berganda :

Y = f (X1, X2, X3,……, Xn)

Dimana :

Y = hasil produksi fisik

X, X1, …, Xn = faktor-faktor produksi (Mubyarto,1995).

Dalam teori ekonomi diambil satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi

yaitu fungsi produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang

disebut The Law Of Diminishing Returns. Erat kaitannya dengan diminishing returns

adalah produk marginal (MP), yaitu perubahan jumlah output sebagai akibat perubahan

1 satuan input variabel. Dengan demikian bentuk dari kurva MP mula-mula meningkat

kemudian kembali menurun. Sedangkan Produk Total (TP) menunjukkan tingkat

produksi total pada berbagai tingkat penggunaan input variabel. Produk Rata-rata (AP)

merupakan hasil rata-rata persatuan input variabel pada berbagai tingkat persamaan

input itu, atau produk

total dibagi dengan

jumlah satuan dari

input variabel.

(21)

Gambar 3 menunjukkan pada kurva TPP titik A merupakan titik inflection point, titik B

merupakan titik optimum point dengan nilai EP = 1 dan pada saaat tenaga kerja bernilai

5 pada kurva TPP dikatakan maximum point dengan nilai EP = 0. Bagian 1

menunjukkan bahwa elastisitas produksinya (EP) > 1, kondisi tersebut dikatan tidak

efisien, bagian 2 menunjukkan bahwa kondisi tersebut dikatakan efisien karena daerah

tersebut berada pada garis optimum dan maximum point dengan nilai 0 ≥ EP ≤ 1,

sedangkan bagian 3 menunjukkan nilai EP < 0 karena semakin jauh nilai dari titik

maksimum maka nilai nya akan semakin kecil.

Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input

sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian

akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal

(NPM) untuk suatu input sama dengan harga input atau dapat ditulis NPM= Px

(Soekartawi, 2003).

Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana

menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Pengertian efisien ini dapat

digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Efisiensi Teknis yaitu suatu kondisi yang jumlah pemakaian input tertentu

mempunyai average product dalam keadaan maksimum.

2. Efisiensi Ekonomi yaitu jika nilai produk marginal sama dengan harga

faktor produksi (Tarigan, K dan L. Sihombing, 2007).

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan

memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu dan efektif bila petani atau

(22)

dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber tersebut menghasilkan pengeluaran yang

melebihi masukan (Soekartawi, 1995).

2.3Kerangka Pemikiran

Jagung termasuk komoditi terpenting di Sumatera Utara, jagung termasuk ke dalam

kelompok pangan strategis yang permintaanya terus meningkat setiap tahunnya,

walaupun produksi jagung di Sumatera Utara terus meningkat tapi tidak dapat

mencukupi kebutuhan permintaan yang akhirnya memaksa pemerintah untuk

mengimport jagung. Setelah mengimport maka harga jagung import lebih murah dari

pada jagung lokal yang mengakibatkan kerugian pada petani jagung lokal.

Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Inputdalam usaha

tani jagung adalah luas lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan bibit. Sementara output

dari usaha tani jagung adalah produksi jagung. Input dalam usaha tani tersebut

mempunyai pengaruh terhadapproduksi jagung.

Penggunaan faktor-faktor produksi yaitu luas lahan, tenaga kerja, pupuk, obat-obatan

dan bibit perlu dianalisis untuk mengetahui efisiensi ekonomi dari penggunaan

faktor-faktor produksi tersebut terhadap jumlah produksi dengan cara membandingkan

tiap-tiap faktor produksi terhadap jumlah produksi jagung. Usahatani jagung dikatakan

memiliki efisiensi ekonomi apabila nilai efisiensi ekonomi sama dengan 1 dan

dikatakan tidak efisien apabila nilai efisienis ekonominya lebih kecil ataupun kurang

dari. Di dalam setiap kegiatan usahatani diperlukan analisis tingkat efisiensi. Hal ini

diperlukan untuk mengetahui apakah usahatani jagung sudah tergolong efisien dari segi

penggunaan faktor-faktor produksinya.

Saluran pemasaran merupakan aliran barang mulai dari produsen ke konsumen

(23)

antar lembaga menimbulkan biaya oleh karena adanya biaya

pemasaran maka timbulah perbedaan harga yang diterima oleh

produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen yang di sebut

marjin pemasaran. Semakin pendek rantai pemasaran maka semakin

efisien sistem pemasaran.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan dengan skema

kerangka pemikiran sebagai berikut :

Petani

Usahatani jagung

Produksi Faktor-faktor

produksi : 1. Luas

Lahan

2. Bibit

3. Pupuk

4. Tenaga Kerja

5. Obat-obatan

Produktivitas

Melebihi O ti l

Optimal Belum Optimal Efisiensi

(24)

Keterangan : Ada Hubungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian pada landasan teori dan identifikasi masalah, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Produksi dan produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi.

2. Faktor luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan

mempengaruhi produksi usahatani jagung di daerah penelitian.

(25)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu Desa Sei Mancirim

Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Alasan penentuan dan penetapan daerah

tersebut sebagai daerah penelitian karena desa Sei Mancirim Kecamatan Sunggal

merupakan salah satu sentra produksi tanaman jagung di Kabupaten Deli Serdang,

Sumatera Utara, dan dengan mempertimbangkan jarak, dan waktu dan ke daerah

penelitian.

Berikut adalah tabel daftar produksi jagung di Sumatra Utara dan khususnya Kab. Deli

Serdang

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2011

(26)

20. Padang Lawas Utara 428 1 524 35,60

Sumber/Source : BPS Provinsi Sumatera Utara/BPS-Statistics of Sumatera Utara Province

Tabel 3. Tabel Produksi Menurut Kecamatan Tahun 2011

Kecamatan Produksi

Gununung Meriah 681

STM Hulu 1.712

Sibolangit 947

Kutalimbaru 7.696

Pancur Batu 7.172

Namo Rambe 4.252

Biru-Biru 2.473

STM Hilir 1.563

Hamparan Perak 1.691

Labuhan Deli 27.576

Percut S. Tuan 3.032

Batang Kuis 2.622

Pantai Labu 2.234

Beringin 786

Lubuk Pakan 786

Pagar Merbau 436

Jumlah 85.405

(27)

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani yang memiliki usahatani

jagung. Pemilihan sampel ditentukan secara proposive (sengaja) dengan kriteria sampel

adalah petani yang sudah menanam jagung minimal 5 tahun. Jumlah populasi petani

jagung di Desa Sei mancirim sebanyak 180 KK dimana . Besarnya jumlah sampel

ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin

n = �

1+��2 = 180

1+180.10%2 = 64,28

dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir (10%).

Dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh n sebesar 64,28 yang dibulatkan

menjadi 64 sampel.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung

dengan responden yang menjadi sampel dengan daftar kuesioner yang

telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder berupa luas

lahan, besar produksi, besar produktivitas, perkembangan harga,

jumlah petani jagung diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait

yaitu: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat

Statistik Kabupaten Deli Serdang, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera

Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Dinas Perindustrian

(28)

Kantor Desa Sei Mancirim dan dari literatur, buku, dan media

internet yang sesuai dengan penelitian ini.

3.3 Metode Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis 1 dianalisis secara deskriptif, dengan membandingkan produksi dan

produktivitas yang dihasilkan petani di daerah penelitian dengan produktivitas

menurut anjuran (literatur).

b. Hipotesis 2 dianalisis dengan menggunakan analisis fungsi produksi, yaitu

regresi linier berganda dengan menganalisa apakah faktor luas lahan, bibit,

pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan mempengaruhi produksi jagung di

daerah penelitian.

Dalam bentuk matematika fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5 X5 + u

Dimana :

Y = Produksi Jagung (Kg)

X1 = Luas lahan usahatani jagung (Ha)

X2 = Penggunaan bibit (batang)

X3 = Penggunaan pupuk (Kg)

X4 = Penggunaan pbat-obatan (Kg)

X5 = Penggunaan Tenaga Kerja (Kg)

bo = Intercept

b1…bn = Koefisien Regresi

(29)

Menurut Agustira (2004), untuk menguji apakah variabel bebas yakni input

produksi Xi bersama-sama (serempak) berpengaruh terhadap variabel

tidak bebas (Y) digunakan uji –F. Hipotesis yang digunakan dalam uji

ini adalah :

H0 : bi = 0

H1 : Paling sedikit ada nilai bi ≠ 0

Fhitung = ������ =

�� (�−�) �

(�−��) (�−�) �

R2 = ��� ���

= �� ∑ �����+�� ∑ �����+⋯+�� ∑ �����

∑ ���

Keterangan :

MSR = Mean Square Regression (Rata-rata Kuadrat Regresi) MSE = Mean Square Error (Rata-rata Kuadrat Sisa)

SSR = Sum Square Regression (Jumlah Kuadrat Regresi) SST = Sum Square Total (Jumlah Kuadrat Total)

R2 = Koefisian Determinasi

Kesimpulan statistik :

Bila nilai Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yakni

input produksi (Xi) secara serempak berpengaruh nyata terhadap

(30)

diterima, artinya variabel bebas yakni input produksi (Xi) secara

serempak tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi (Y).

Menurut Agustira (2004), untuk menguji apakah pengaruh bebas yakni input (Xi)

yang digunakan dari usahatani jagung secara parsial berpengaruh

nyata terhadap hasil produksi (Y) digunakan uji-t. Semua variabel

bebas (Xi) diuji satu persatu. Hipotesis yang diajukan adalah :

H0 : bi = 0

H1 : bi ≠ 0

Thitung = ����

(��)

Keterangan :

bi = Koefisien Regresi

Se = Simpangan Baku

Kesimpulan statistik :

Jka thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas (Xi) secara

nyata berpengaruh terhadap produksi. Sedangkan jika thitung < ttabel

maka H0 diterima, artinya variabel bebas (Xi) secara nyata tidak

berpengaruh terhadap produksi. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh

mana variabel bebas (Xi) dapat menjelaskan variabel tak bebas (Y)

digunakan nilai koefisien determinasi (R2).

c. Hipotesis 3 dianalisis dengan menggunakan analisis efisiensi penggunaan

faktor produksi yaitu efisiensi ekonomi. Efisiensi Ekonomi yaitu nilai produk

marginal input (NPMXi) sama dengan harga input (PXi). Rumus perhitungan

efisiensi ekonomi adalah :

(31)

MP = ΔY/ΔX

PY . ΔY/ΔX – PX = 0

PY . MP – PX = 0

PY . MP = PX

NPMXi (VMP) = Pxi

NPMXi (VMP) `

PXi

Dimana :

b = elastisitas produksi

Y = output rata-rata

X = input rata-rata

Py = harga output rata-rata

Pxi = harga input rata-rata

Dengan kriteria penilaian :

Jika NPMXi/PXi = 1 maka penggunaan faktor produksi sudah optimal,

NPMXi/PXi > 1 maka penggunaan faktor produksi belum optimal

dan harus ditambahkan,

NPMXi/PXi < 1 maka penggunaan faktor produksi sudah melebihi

optimal dan harus dikurangi.

3.4 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini,

maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

(32)

Definisi

1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman jagung dalam

lahannya.

2. Usahatani jagung adalah suatu kegiatan untuk mengembangkan dan

membudidayakan usaha tanaman jagung.

3. Produksi tanaman jagung adalah semua hasil panen buah tanaman jagung

dalam satu kali musim tanam selama 2 tahun (Kg).

4. Produktivitas adalah banyaknya jagung yang dihasilkan persatuan luas lahan

(Kg/Ha).

5. Faktor produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan

dalam melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan barang, pada

usahatani tanaman jagung terdiri dari lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan

obat-obatan.

6. Jumlah tenaga kerja efektif adalah semua tenaga kerja yang digunakan dalam

usahatani jagung baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar.

Semua tenaga kerja dikonversikan kedalam tenaga kerja laki-laki dan diukur

dalam satuan hari kerja orang (HKO), sedangkan harga tenaga kerja dinilai

berdasarkan upah per hari orang kerja saat penelitian dilakukan dan

dinyatakan dalam rupiah per HKO.

7. Luas lahan adalah luas lahan yang digunakan petani untuk menanam jagung.

Satuan yang digunakan untuk mengukur luas lahan adalah meter persegi (m2).

8. Pupuk adalah jumlah pupuk buatan yang digunakan untuk menanam jagung

dalam sekali musim tanam. Dalam pengukurannya jenis-jenis pupuk ini

(33)

9. Obat-obatan adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,

memikat, atau membasmi organisme pengganggu (ml dan Kg).

10. Bibit adalah jumlah pemakaian bibit jagung yang digunakan pada sekali

musim tanam.

11. Efisiensi adalah upaya penggunaan faktor-faktor produksi sekecil-kecilnya

untuk mendapatkan produksi jagung yang sebesar-besarnya.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah di Sei Mancirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli

Serdang.

2. Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman Jagung di Desa

Sei Mancirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.

(34)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI

SAMPEL

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian Desa Sei Mencirim

4.1.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah Desa Penelitian

Desa Sei Mencirim di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera

Utara berada pada ketinggian 20-22 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata

27 - 32º C. dengan curah hujan 1832 mm/tahun dan kelembaban 65-85%. Luas wilayah

Desa Sei Mencirim yaitu 1083,53 ha, dengan luas pemukiman yaitu 288,5 ha dan luas

persawahan dan perkebunan yaitu 565 ha. Gambaran batas wilayah daerah penelitian

dapat dilihat di bawah ini :

Sebelah Utara : Sei Semayang, Medan Krio, Kecamatan Sunggal

Sebelah Selatan :Telaga Sari, Pancur Batu, Suka Maju, Kecamatan

Sunggal/Pancur Batu

Sebelah Barat :Desa Binjai Timur, Kutalombaru Kecamatan Binjai

Timur/Kutalimbaru

Sebelah Timur : Medan Krio/ Suka Maju, Kecamatan Sunggal

4.1.2 Keadaan penduduk

A. Komposisi Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk di Desa Sei Mencirim tahun 2011 adalah 12.850 jiwa dengan rincian

laki-laki sebanyak 6.552 jiwa dan perempuan sebanyak 6.298 jiwa. Data ini diperoleh

dari Data Monografi Desa Sei Mencirim Tahun 2011. Hal ini dapat dilihat pada tabel di

(35)

Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

No Golongan Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan

1 0-5 806 782

2 6-15 2299 2107

3 16-21 525 551

4 22-59 2607 2655

5 ≥ 60 315 203

Jumlah 6552 6298

Sumber : Data Monografi Desa 2011

Tabel 4, menunjukkan bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat pada golongan

umur 22-59 tahun yaitu sebesar 2607 jiwa laki-laki dan 2655 jiwa perempuan, dan

jumlah golongan paling sedikit adalah pada golongan umur ≥ 60 tahun yaitu sebesar

315 jiwa laki-laki dan 203 jiwa perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di

daerah penelitian dominan berada pada usia produktif.

B. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Penduduk di Desa Sei Mencirim 12850 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak

3128 KK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :

Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-Laki 6552 50,99

2 Perempuan 6298 49,01

Jumlah 12850 100

Sumber : Data Monografi Desa 2011

Tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah penduduk perempuan. Yaitu laki-laki sebanyak 6552 jiwa dengan

persentase 450,99% sedangkan perempuan sebanyak 6298 Jiwa dengan persentase

49,01%.

C. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Desa Sei Mencirim yaitu sebagai petani

dan buruh tani. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :

(36)

No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pegawai Negeri Sipil 351 2,73

2 Pegawai Kesehatan 7 0,05

3 PNS/ABRI 36 0,28

4 Pegawai swasta 273 2,124

5 Pensiun PNS/TNI/POLRI 35 0,27

6 Petani 863 6,716

7 Buruh Tani 313 2,44

8 Lain-lain 10972 85,39

Jumlah 12850 100

Sumber : Data Monografi Desa 2011

Tabel 6, menunjukkan bahwa komposisi penduduk yang terbesar menurut mata

pencaharian di Desa Sei Mencirim adalah sebagian besar merupakan umur yang belum

produktif atau pada masa pendidikan atau lansia yaitu 10972 jiwa dengan persentase

sebesar 85,39% dan mata pencaharian terkecil adalah pegawai kesehatan sebesar 7 jiwa

dengan persentase sebesar 0,05%.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sei Mencirim tersedia dengan baik, seperti

sarana pendidikan sebanyak 9 unit, sarana kesehatan sebanyak 16 unit, dan sarana

peribadatan sebanyak 20 unit. Kondisi jalan yang ada di Desa Sei Mencirim cukup baik

sehingga memudahkan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya.

4.2 Karakteristik Petani Sampel Desa Sei Mencirim 4.2.1. Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan dalam

melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani kecenderungan

kemampuan bekerja semakin menurun. Hal ini berpengaruh pada produktivitasnya

dalam mengelola usahataninya. Kegiatan usahatani banyak mengandalkan fisik.

Keadaan umur petani rata-rata 49 tahun dengan interval antara 27-68 tahun. Klasifikasi

petani menurut kelompok umur terlihat pada tabel berikut:

(37)

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 28-50 31 48

2 >50 33 52

Jumlah 64 100

Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 1

Berdasarkan tabel 7 persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran umur

>50 sebanyak 31 orang dengan persentase sebesar 52 % dan persentase terkecil berada

pada kisaran umur 28-50 sebanyak 33 orang dengan persentase sebesar 52%. Artinya

peternak sampel di daerah penelitian berada pada usia yang produktif yang masih

berpotensi dalam mengoptimalkan usaha ternaknya.

4.2.2. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola suatu usaha tani.

Respon peternak dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usaha tenaknya

sangat erat dengan pendidikan formal. Karakteristik peternak sampel dari segi

pendidikan dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini :

Tabel 8. Pendidikan Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pendidikan Dasar (SD) 13 20,31

2 Pendidikan Menengah Pertama (SMP)

19 29,69

3 Pendidikan Menengah Atas (SMA) 25 39,06

4 Perguruan Tinggi 7 10,94

Jumlah 64 100

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata petani sampel di daerah penelitian memiliki

tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas, yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase

sebesar 39,06% sedangkan sisanya memiliki tingkat pendidikan menengah atas dan

sarjana.

(38)

Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah

pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan semakin

baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman petani mengolah usahatani

jagung dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Petani Responden di Desa Sei Mencirim Berdasarkan Pengalaman Tahun 2013

No Pengalaman (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 1-5 5 7,81

2 6-10 9 14,06

3 >10 50 78,13

Jumlah 64 100

Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 1

Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa persentase jumlah yang mempunyai pengalaman

beternak paling besar di daerah penelitian berada pada kisaran >10 tahun sebanyak 50

orang dengan persentase sebesar 78,13% dan yang mempunyai pengalaman bertani

paling kecil berada pada kisaran 1-5 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar

7,81%. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani sangat bervariasi, sehingga

masih ada pemula dan sebagian lagi sangat berpengalaman.

4.2.4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga pada petani sampel rata-rata 4 orang, interval 2-7

orang. Jumlah tanggungan keluarga petani sampel dapat dilihat pada

tabel 9 di bawah ini :

Tabel 10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Berdasarkan Tahun 2013

No Kelompok Jumlah Tanggungan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1 2-4 33 51,56

2 ≥5 31 48,44

Jumlah 20 100

(39)

Dari tabel 10, dapat dilihat bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga yang

terbesar ada pada kelompok 2-4 orang sebanyak 33 orang dengan

persentase sebesar 51,56% dan selebihnya terdapat pada kelompok ≥5

(40)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Produktivitas Jagung di Daerah Penelitian

Produktivitas jagung adalah produksi jagung (ton) yang dihasilkan pada setiap 1ha luas

tanam jagung. Besarnya produksi jagung di daerah penelitian adalah 307.994 kg atau

sekitar 308 ton dengan luas tanam sebesar 45,1 ha, maka produktivitas jagung di daerah

penelitian adalah 6,9 ton/ha. Untuk mengetahui apakah produktivitas jagung di daerah

penelitian tergolong tinggi, maka dibandingkan dengan produktivitas jagung di

Kecamatan Sunggal, produktivitas jagung di Kabupaten Deli Serdang, produktivitas

jagung di Sumatera Utara dan produktivitas jagung menurut Balai Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 11. Produktivitas Jagung Daerah Pembanding

No Tempat Produktivitas (Ton/Ha)

1 Kecamatan Sunggal 6,2 *

2 Kabupaten Deli Serdang 3,68 **

3 Sumatera Utara 5 ***

4 Pusat Penelitan dan Pengembangan Tanaman Pangan, Deptan, RI 2010

8,6 ****

Sumber : *Kecamatan Sunggal Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi 2011

**Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, Badanusat Statistik Kabupaten Dairi 2011

*** Sumatera Utara Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011 ****Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI 2010

Dari tabel 11, dilihat bahwa produktivitas jagung di Kecamatan Sunggal ton/ha,

produktivitas jagung di Kabupaten Deli Serdang 3,68 ton/ha dan produktivitas jagung di

Sumatera Utara sebesar 5 ton/ha, dibandingkan dengan produktivitas jagung di daerah

(41)

tinggi dari pada produktivitas Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dan

Sumatera Utara.

Jika produktivitas jagung daerah penelitian dibandingkan dengan produktivitas jagung

hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan yaitu sebesar

8,56ton/ha, maka produktivitas jagung di daerah penelitian relatif lebih rendah dengan

produktivitas menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha tani jagung di daerah penelitian

relatif tinggi di bandingkan dengan daerah lain sehingga hipotesis 1 yang menyatakan

produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi adalah benar dan dapat

diterima.

5.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Petani di Daerah Penelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian adalah luas

lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6),

obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8). Berikut ini diuraikan luas lahan (x1), bibit (x2),

pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan

tenaga kerja (x8) pada produksi jagung dalam tabel mengenai Regresi Linier Berganda

faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian:

Tabel 12. Data Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) di Daerah Penelitian

Keterangan

Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 8

Setelah diperoleh data mengenai faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah

(42)

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji asumsi

klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi model linier produksi jagung yang

dispesifikasi. Uji asumsi klasik produksi jagung disajikan sebagai berikut:

Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model yakni uji F test dan t test,

maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi

dalam model regresi linier produksi jagung yang dispesifikasi. Pengujian asumsi klasik

meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas dan uji heterokedastisitas.

Uji asumsi multikolinieritas

Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara

variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini

adalah dengan pendekatan Tollerance Value dan Variance Inflaction Factor (VIF). Jika

nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas

multikolinieritas. Namun, jika nilai Tollerance di bawah 0,1 dan VIF di atas 10 maka

terjadi multikolinieritas. Setelah dilakukan analisis pada data faktor-faktor produksi luas

lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6),

obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8), diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 13. Hasil uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinieritas

No. Variabel Bebas Colliniarity Statistics Tolerrance VIF

1. Luas Lahan .009 110.838

2. Bibit .044 22.908

3. Pupuk Urea .026 38.272

4. Pupuk SP36 .325 3.075

5. Pupuk Za .432 2.316

6. Pupuk NPK .259 3.866

7. Obat (Gromoxone) .030 32.933

8. Tenaga Kerja .042 23.852

(43)

Pada Tabel 13 menunjukkan bahwa pada variabel bebas pupuk SP36, pupuk Za, pupuk

NPK memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil

dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas. Akan tetapi pada

variable bebas lainnya, nilai toleransi (tolerance) nya lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF

lebih besar dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier produksi

jagung dengan variabel bebas lahan, bibit, pupuk Urea, pupuk SP36, pupuk Za, pupuk

NPK, obat-obatan dan tenaga kerja mengalami gejala multikolinieritas, yaitu antara

variable bebas terdapat saling keterkaitan sehingga untuk hal seperti ini, jika terjadi

gejala multikolinieritas maka dapat diatasi dengan mengeluarkan salah satu variabel

atau lebih. Dalam hal ini yang dikeluarkan adalah variabel lahan, pupuk urea, obat

(gromoxone) dan tenaga kerja. Hasil uji asumsi multikolinieritas setelah dikeluarkan

variabel tersebut di sajikan pada tabel berikut :

Tabel 14. Hasil uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinieritas

No. Variabel Bebas Colliniarity Statistics Tolerrance VIF

1. Bibit .201 4.966

2. Pupuk SP36 .362 2.764

3. Pupuk Za .464 2.156

4. Pupuk NPK .339 2.946

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16

Dari Tabel 14, menunjukkan bahwa masing-masing variable bebas memiliki nilai

toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini

menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan bahwa model

regresi linier produksi jagung dengan variabel bebas bibit, pupuk SP36, pupuk Za dan

pupuk NPK terbebas dari masalah multikolinieritas.

(44)

Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model

regresi linier produksi ternak kelinci disajikan pada gambar berikut:

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16

Gambar 3. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung

Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model

regresi linier produksi ternak kelinci pada gambar, menunjukkan bahwa penyebaran

titik-titik varian residual adalah sebagai berikut:

a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.

b. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

c. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar

(45)

d. Penyebaran titik-titik tidak berpola.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Maka dapat dinyatakan

model regresi linier produksi jagung di daerah penelitian terbebas dari masalah

heterokedastisitas.

Uji Asumsi Normalitas

Hasil uji asumsi normalitas residual model dengan regresi linier produksi ternak kelinci

menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar berikut:

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16

Gambar 4. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Jagung

Gambar 4 menunjukkan bahwa grafik normal p-plot terlihat titik-titik menyebar di

sekitar garis diagonal serta arah penyebarannya mengikuti garis diagonal. Hal ini

(46)

dinyatakan bahwa model regresi linier produksi usahatani jagung di daerah penelitian

memenuhi asumsi normalitas.

Uji kesesuaian (Test Goodness Of Fit) Model dan Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis.

Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi terhadap

hasil produksi jagung, disajikan pada tabel berikut:

Tabel 15. Hasil Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung di Daerah Penelitian

Variabel Koefisien Regresi

Std.

Error t hitung Signifikansi Keterangan

Konstanta 4.910 .240 20.435 .000 -

Bibit .680 .053 12.724 .000 Nyata

Pupuk SP36 .090 .044 2.074 .042 Nyata

Pupuk Za .039 .053 .744 .460 Tidak Nyata

Pupuk NPK .131 .054 2.421 .019 Nyata

R2 = 0,95 Fhitung = 311,39

Ftabel = 2,53

t tabel = 1,67

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16

Dari Tabel 15, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar

0,95. Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa produksi jagung (Y) dapat

dijelaskan oleh variabel Bibit (x1), Pupuk SP36 (x2), Pupuk Za (x3) dan Pupuk NPK

(x4) sebesar 95% sedangkan sisanya sebesar 5% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial

dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan α

5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut:

A. Uji pengaruh Variabel Secara Serempak

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F disajikan pada

tabel Model Summaryb (Analisis Data Primer lampiran ), menunjukkan bahwa nilai

(47)

kesalahan yang ditolerir yaitu α 5% atau 0,05 atau dapat diketahui melalui uji F. dimana

F hitung yang diperoleh sebesar 311,39 dan F tabel (4,59) sebesar 2,53. Sehingga F

hitung > F tabel (4,59). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima , yaitu

variabel bibit (x1),pupuk SP36 (x2), pupuk Za (x3) dan pupuk NPK (x4) secara serempak

berpengaruh nyata terhadap variabel produksi jagung (Y) di daerah penelitian.

B. Uji pengaruh Variabel Secara Parsial

Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan

dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Uji pengaruh variabel secara parsial

dapat diketahui dengan menggunakan uji t, berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa:

• Tabel 15, menunjukkan bahwa bibit (x1) diperoleh t-hitung (12,724) lebih besar dari

t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil dari α (0,05).

Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu bibit secara parsial

berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

• Tabel 15, menunjukkan bahwa pupuk SP36 (x2) diperoleh t-hitung (2,074) lebih

besar dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0042 lebih kecil

dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu pupuk

SP36 secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah

penelitian.

• Tabel 15, menunjukkan bahwa pupuk Za (x3) diperoleh t-hitung (0,74) lebih kecil

dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,46 lebih kecil dari α

(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, yaitu pupuk Za

secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah

(48)

• Tabel 15, menunjukkan bahwa pupuk NPK (x4) diperoleh t-hitung (2,42) lebih

besar dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,01 lebih kecil dari α

(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu pupuk NPK

secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.

Untuk interpretasi analisis regresi, maka konstanta dan koefisien regresi yang didapat

dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya dikembangkan dalam

bentuk non linier Cobb-Douglas. Persamaan Cobb-Douglas hubungan input usaha

ternak terhadap produksi usaha ternak kelinci adalah sebagai berikut:

Y = 4,91X10,68 X2 0,09 X3 0,039 X4 0,131

Dimana interpretasi dari persamaan tersebut adalah:

 Hasil koefisien regresi sebesar 0,68 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan

bibit (X1) sebesar 1% maka akan menambah produksi sebesar 0,68%. Sebaliknya

setiap adanya pengurangan bibit (X1) sebesar 1% maka akan mengurangi produksi

(Y) sebesar 0,68%.

 Hasil koefisien regresi sebesar 0,09 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan

pupuk SP36 (X2) sebesar 1% maka akan menambah produksi sebesar 0,09%.

Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk SP36 (X2) sebesar 1% maka akan

mengurangi produksi (Y) sebesar 0,09%.

 Hasil koefisien regresi sebesar 0,039 menunjukkan bahwa setiap adanya

pertambahan pupuk Za (X3) sebesar 1% maka akan meningkatkan produksi sebesar

0,039%. Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk Za (X3) sebesar 1% maka

akan mengurangi produksi (Y) sebesar 0,039%.

 Hasil koefisien regresi sebesar 0,131 menunjukkan bahwa setiap adanya

(49)

sebesar 0,131%. Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk NPK (X4) sebesar

1% maka akan mengurangi produksi (Y) sebesar 0,131%.

Dengan demikian hipotesis kedua (2) yang menyatakan bahwa variabel bibit (x1),pupuk

SP36 (x2), pupuk Za (x3) dan pupuk NPK (x4) berpengaruh nyata terhadap produksi

jagung di daerah penelitian dapat diterima.

5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Ha di Daerah Penelitian

Untuk melihat apakah faktor-faktor luas lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk

SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8)

mempengaruhi produksi jagung per Ha di daerah penelitian. Berikut ini diuraikan luas

lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6),

obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8) pada produksi jagung dalam tabel mengenai

Regresi Linier Berganda faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah

penelitian:

Tabel 16. Data Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Ha Per Periode (4 Bulan) di Daerah Penelitian

Keterangan

Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 9

Setelah diperoleh data mengenai faktor yang mempengaruhi produksi jagung per ha di

daerah penelitian, maka data tersebut dianalisis dengan metode analisis regresi linier

berganda. Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji

asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi model linier produksi

(50)

Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model yakni uji F test dan t test,

maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi

dalam model regresi linier produksi jagung yang dispesifikasi. Pengujian asumsi klasik

meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas dan uji heterokedastisitas.

A. Uji asumsi multikolinieritas

Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara

variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini

adalah dengan pendekatan Tollerance Value dan Variance Inflaction Factor (VIF). Jika

nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas

multikolinieritas. Namun, jika nilai Tollerance di bawah 0,1 dan VIF di atas 10 maka

terjadi multikolinieritas. Setelah dilakukan analisis pada data faktor-faktor produksi luas

lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6),

obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8), diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 17. Hasil uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinieritas

No. Variabel Bebas Colliniarity Statistics Tolerrance VIF

1. Luas Lahan 0,171 5,854

2. Bibit 0,820 1,219

3. Pupuk Urea 0,560 1,785

4. Pupuk SP36 0,817 1,225

5. Pupuk Za 0,476 2,100

6. Pupuk NPK 0,447 2,239

7. Obat (Gromoxone) 0,796 1,256

8. Tenaga Kerja 0,417 2,396

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 17

Dari Tabel 17, menunjukkan bahwa masing-masing variable bebas memiliki nilai

toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini

(51)

regresi linier produksi jagung per ha dengan variabel bebas luas lahan (x1), bibit (x2),

pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan

tenaga kerja (x8), terbebas dari masalah multikolinieritas.

B. Uji Asumsi Heterokedastisitas

Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model

regresi linier produksi ternak kelinci disajikan pada gambar berikut:

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 17

Gambar 5. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung

Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model

regresi linier produksi ternak kelinci pada gambar, menunjukkan bahwa penyebaran

titik-titik varian residual adalah sebagai berikut:

e. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.

(52)

g. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar

kemudian menyempit dan melebar kembali.

h. Penyebaran titik-titik tidak berpola.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Maka dapat dinyatakan

model regresi linier produksi jagung di daerah penelitian terbebas dari masalah

heterokedastisitas.

Uji Asumsi Normalitas

Hasil uji asumsi normalitas residual model dengan regresi linier produksi ternak kelinci

menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar berikut:

Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 17

Gambar

Gambar 1. kurva Law of Diminishing Returns
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2011
Tabel 3. Tabel Produksi Menurut Kecamatan Tahun 2011
Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet Rakyat Kecamatan Dolok Merawan, Kabupaten..., 2000... : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi tingkat produksi bawang merah dan analisis efisiensi lingkungan terhadap

Metode analisis ini menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas stohastic untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi produksi padi dan inefisiensi teknis usahatani padi

Faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas usaha tani padi sawah di Desa Pematang Lalang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dalam penelitian

Terdapat tiga variabel yang mempengaruhi efi- siensi penggunaan faktor-faktor produksi pada usaha tani jagung di kabupaten Grobogan, tiga variabel tersebut adalah

Pengaruh dari penggunaan faktor- faktor produksi terhadap usahatani jagung dapat diketahui dengan menggunakan analisis fungsi Cobb-Douglas, dimana tingkat produksi (Y)

Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jangkrik disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat dua variabel yang berpengaruh nyata terhadap variabel produksi

Pendapatan bersih adalah nilai produksi secara keseluruhan sesudah di kurangi total biaya produksi Total Cost, TC, dengan rumus sebagai berikut: I = TR – TC Keterangan : I :