ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN INPUT
PRODUKSI USAHA TANI JAGUNG DI DESA SEI MANCIRIM
KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Oleh :
HILMI F. ARIBOWO
070304039
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN INPUT
PRODUKSI USAHA TANI JAGUNG DI DESA SEI MANCIRIM
KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Oleh :
HILMI F. ARIBOWO
070304039
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu syarat untuk dapat mengikuti penelitian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
Ketua Pembimbing
Anggota Pembimbing
(Dr.Ir. Rahmanta Ginting, Msi) (Ir. M. Jufri, MSi)
NIP. 196309281998031001
NIP. 196011101988037003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
ABSTRAK
Hilmi F. Aribowo (070304039) dengan judul skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi sebagai ketua pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi sebagai anggota pembimbing
Prospek usahatani tanaman jagung cukup cerah apabila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis salah satunya yaitu dengan memperhatikan efisiensi penggunaan input produksi, agar memperoleh produksi yang optimum. Selain itu permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik dalam kebutuhan pangan maupun non pangan sehingga peluang pasar masih terbuka lebar untuk usaha tani jagung. Tujuan penelitian adalah : untuk menjelaskan produktivitas jagung dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas jagung serta menganalisis tingkat efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas digunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung digunakan analisis model Regresi Linier Berganda, dan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi di daerah penelitian di gunakan analisis efisiensi ekonomi Hasil penelitian antara lain: Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi berdasarkan perbandingan dengan daerah lain akan tetapi masih relatif rendah jika di bandingkan dengan anjuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI. Hasil analisis pengaruh input produksi terhadap produksi usahatani jagung di peroleh faktor Bibit (x1), Pupuk SP36 (x2), Pupuk Za (x3) dan
Pupuk NPK (x4) secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi usahatani
jagung, sedangkan secara parsial faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung di daerah penelitian adalah bibit (x1) dan pupuk NPK (x4) untuk hasil
analisis efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung di daerah penelitian di peroleh nilai efisiensi faktor produksi > 1, yaitu belum optimal.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan
Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal,
Kabupaten Deli Serdang” Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Sumatera Utara, Medan
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir.
Rahmanta Ginting, MSi sebagai dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi selaku komisi pembimbing
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, September 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9
2.1 Tinjauan Pustaka... ... 9
2.2 Landasan Teori ... 13
2.3Kerangka Pemikiran ... 20
2.4Hipotesis Penelitian ... 21
III. METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 22
3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 24
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24
3.4 Model Analisis Data ... 25
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 31
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian Desa Sei Mencirim ... 31
4.1.1 Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah Desa Penelitian ... 31
4.1.2 Keadaan Penduduk ... 31
4.1.3 Sarana dan Parasarana ... 33
4.2 Karakteristik Petani Sampel ... 33
4.2.1 Umur…… ... 33
4.2.2 Pendidikan Petani Sampel ... 34
4.2.3 Pengalaman Bertani ... 35
4.2.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 35
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
5.1 Produktivitas Jagung di Daerah Penelitian ... 37
5.2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Jagung Per Petani dan Per Ha di daerah penelitian ... 38
5.3 Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor Produksi Jagung Per Petani dan Per Ha di Daerah Penelitiani ... 57
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
6.1. Kesimpulan ... 64
6.2. Saran ... 65
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Hasil Produksi Jagung di Sumatera Utara (2007-2011) ... 6
2. Luas Panen, Total Produksi, Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2011 ... 22
3. Tabel Produksi Jagung Menurut Kecamatan Tahun 2011 ... 23
4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 32
5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin ... 32
6. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian ... 34
7. Umur Petani Responden di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 .. 34
8. Pendidikan Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 34 9. Petani Responden di Desa Sei Mencirim Berdasarkan Pengalaman Bertani Tahun 2013 ... 35
10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 ... 36
11. Produktivitas Jagung Daerah Pembanding ... 37
12. Data Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian 38
14. Hasil Uji Asumsi Multikoliniearitas Model Produksi Jagung
Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik
Kolinearitas ... 41
15. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian 44
16. Data Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
Jagung Per Ha Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian ... 48
17. Hasil Uji Asumsi Multikoliniearitas Model Produksi Jagung
Per Ha Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik
Kolinearitas ... 49
18. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
Jagung Per Ha Per Periode (4 Bulan) di daerah Penelitian ... 52
19. Analisis Efisiensi Ekonomi Faktor Produksi Jagung Per Petani
di Daerah Penelitian ... 59
20. Analisis Efisiensi Ekonomi Faktor Produksi Jagung Per Ha di
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Kurva Produksi Law of Deminishing Return ... 17
2. Kerangka Pemikiran ... 20
3. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung ... 42
4. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Jagung ... 43
5. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung ... 50
ABSTRAK
Hilmi F. Aribowo (070304039) dengan judul skripsi “Analisis Efisiensi Penggunaan Input Produksi Usaha Tani Jagung di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang” dibawah bimbingan Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MSi sebagai ketua pembimbing dan Bapak Ir. M. Jufri, MSi sebagai anggota pembimbing
Prospek usahatani tanaman jagung cukup cerah apabila dikelola secara intensif dan komersial berpola agribisnis salah satunya yaitu dengan memperhatikan efisiensi penggunaan input produksi, agar memperoleh produksi yang optimum. Selain itu permintaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor komoditas jagung cenderung meningkat dari tahun ke tahun, baik dalam kebutuhan pangan maupun non pangan sehingga peluang pasar masih terbuka lebar untuk usaha tani jagung. Tujuan penelitian adalah : untuk menjelaskan produktivitas jagung dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas jagung serta menganalisis tingkat efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja). Metode analisis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas digunakan Fungsi Produksi model Coob-Douglas, untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani jagung digunakan analisis model Regresi Linier Berganda, dan untuk mengetahui tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi di daerah penelitian di gunakan analisis efisiensi ekonomi Hasil penelitian antara lain: Produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi berdasarkan perbandingan dengan daerah lain akan tetapi masih relatif rendah jika di bandingkan dengan anjuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI. Hasil analisis pengaruh input produksi terhadap produksi usahatani jagung di peroleh faktor Bibit (x1), Pupuk SP36 (x2), Pupuk Za (x3) dan
Pupuk NPK (x4) secara serempak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi usahatani
jagung, sedangkan secara parsial faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap hasil produksi jagung di daerah penelitian adalah bibit (x1) dan pupuk NPK (x4) untuk hasil
analisis efisiensi penggunaan input produksi usahatani jagung di daerah penelitian di peroleh nilai efisiensi faktor produksi > 1, yaitu belum optimal.
3. Bagaimana tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani jagung
di daerah penelitian ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut yaitu untuk :
1. Menganalisis berapa produksi dan produktivitas jagung di daerah penelitian.
2. Menganalisis apakah faktor produksi lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan
obat-obatan mempengaruhi produksi usahatani jagung di daerah penelitian.
3. Menganalisis tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor produksi usahatani
jagung di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai:
1. Bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam mengambil
kebijaksanaan khususnya dalam bidang analisis usahatani tanaman jagung.
2. Bahan masukan bagi para pembaca dan khalayak ramai yang ingin mengetahui
sampai sejauh mana perkembangan usahatani tanaman jagung.
3. Bahan untuk melengkapi skripsi yang merupakan salah satu syarat dalam
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA
PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari
keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke
Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke
Amerika. (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Tanaman jagung dikenal di Indonesia sejak 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh
orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentra produsen jagung paling
luas di Indonesia, antara lain adalah provinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Lampung dan Jawa
Barat. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh
provinsi di Indonesia (Rukmana, 2008).
Menurut Purwono dan Hartono (2011) secara umum klasifikasi dan sistematika
tanaman jagung sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim (annual). Susunan tubuh
(morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga,
dan buah. Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar ,
yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut
(Rukmana, 2008).
Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa
ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang akan
berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung
varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300cm
(Purwono dan Hartono, 2011).
Struktur daun jagung terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan
helaian daun. Jumlah daun tiap tanaman pohon bervariasi antara 8-48
helai. Ukuran daun berbeda-beda, yaitu panjang antara 30cm-150cm
dan lebar mencapai 15cm (Rukmana, 2008).
Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan
betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di
ujung batang. Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 dan
ke-8 dari bunga jantan (Purwono dan Hartono, 2011).
Biji jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Pada umumnya, biji
jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau
berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung
terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji, endosperm, dan embrio
Tanah berdebu dan kaya hara dan humus cocok untuk tanaman jagung. Tanaman
jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH
5,5-7,0. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung
adalah pH 6,8 (Rukmana, 2008).
Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya produktivitas jagung yaitu dengan
perbaikan varietas. Varietas jagung yang unggul dapat berupa varietas
hibrida. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan
menghasilkan produksi yang lebih tinggi, tetapi mempunyai beberapa
kelemahan antara lain harga benih yang mahal, hanya dapat
digunakan maksimal dua kali turunan, dan tersedia dalam jumlah
terbatas. Beberapa varietas unggul yang dapat dipilih adalah Hibrida
C-1, Hibrida C-2, Hibrida Pioner 1, Hibrida Pioner 2, Hibrida IPB 4,
Hibrida CPI-1, Kalingga, Wiyasa, Arjuna, Bastar Kuning, Kania
Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit,
Sadewa, Nakula, Hibrida CPI-2, Hibrida BISI-2, P-5, C-3 dan Semar 2
(Purwono dan Hartono, 2011).
Manfaat penggunaan benih unggul jagung bersertifikat adalah menghemat
jumlah pemakaian benih persatuan luas areal, pertumbuhan tanaman
relatif seragam, tingkat kemasukan merata sehingga dapat
mengurangi besarnya kehilangan atau susut hasil, menjamin
peningkatan hasil secara optimal, dan meningkatkan pendapatan
usahatani (Rukmana, 2008).
Agar hasil panen maksimal, diperlukan teknik pengolahan lahan sebelum
sisa-sisa tanaman sebelumnya, kegiatan dilanjutkan dengan persiapan
lahan yang diantaranya pembajakan agar diperoleh tanah yang
gembur, untuk tanah yang keras perlu dibajak sedalam 30cm
sedangkan tanah yang lunak cukup 15-20cm. Setelah diolah, setiap 3
meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar
saluran sekitar 25-30cm dengan kedalaman 30cm. Pada lahan dengan
pH kurang dari 5, harus diberi kapur, jumlah kapur yang diberikan
berkisar antara 1-3 ton per-hektar (Purwono dan Hartono, 2011).
Waktu yang paling tepat untuk menanam jagung adalah pada awal musim hujan
September-November dan pada awal kemarau Februari-April. Jarak
tanam bergantung pada varietas. Varietas berumur lama ditanam
dengan jarak 100 x 40cm sehingga populasi mencapai 50.000 tanam
per ha. Kondisi iklim mempengaruhi pola tanam, lahan kering
beriklim basah, tumpang sari adalah pilihan terbaik. Agar tanaman
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, cara tanam jagung
mempertimbangkan beberapa hal seperti, kedalaman penempatan
benih berkisar 2,5-5cm, bergantung pada kondisi tanah, populasi
tanam antara 20.000-200.000 tanaman/ha, cara tanam adalah dengan
alur-alur yang dibuat teratur atau jarak tanam yang teratur dalam
alur sehingga memungkinkan penyiangan mekanis dua arah (Tim
Karya Tani Mandri, 2010).
Pemeliharaan tanaman jagung di lapangan meliputi kegiatan pokok seperti,
mengganti benih yang tidak tumbuh atau tumbuh abnormal. Selain
penyulaman ada pengairan yang biasanya dilakukan 1-2 kali seminggu
atau tergantung pada keadaan air tanah. Penjarangan tanaman
dengan mencabut tanaman yang tumbuh kurang baik, untuk disisakan
1-2 tanaman paling baik perlubang tanam, waktu penjarangan
dilakukan 2-3 minggu setelah tanam atau bersama-sama saat
penyiangan. Penyiangan dilakukan pada tanaman jagung yang
berumur ± 15 hari setelah tanaman atau pertumbuhan tanaman
mencapai setinggi lutut (Rukmana, 2008).
Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan ketersediaan unsur hara
yang memadai. Untuk memenuhinya dilakukan pemupukan, jenis dan
dosis pupuk harus mengacu pada hasil analisis tanah ataupun tanaman
di labratorium (Rukmana, 2008).
Banyak macam hama yang dapat menggagalkan panen jagung. Bagian-bagian
tanaman yang sering diserang pun sangat bervariasi. Ada hama yang
menyukai daun yang masih muda, pucuk daun, pangkal batang, dan
akar tanaman. Hampir semua bagian tanaman jagung dapat menjadi
sasaran serangan hama. Jadi, mencegah ataupun memberantasnya
merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam membudidayakan
tanaman jagung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung
dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan
buah jagung juga dapat dibedakan dalam empat tingkat : masak susu,
yang siap di panen adalah : umur panen adalah 86-96 hari setelah
tanam, jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai
mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji
bagian lembaga, biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan
tidak membekas (Tim Karya Tani Mandiri,
2011).
2.2 Landasan Teori
Produksi adalah suatu kegiatan dalam penciptaan nilai tambah dari input atau masukan
untuk menghasilkan output berupa barang dan jasa yang diperoleh dengan suatu
kegiatan yang namanya proses produksi, dengan sasaran menetapkan cara yang optimal
dalam menggabungkan masukan untuk meminimumkan biaya, sehingga perusahaan
dapat mampu menciptakan kualitas produk yang lebih baik dan efisien yang lebih tinggi
dalam proses produksinya (Hernanto, 1991).
Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau yang dapat digunakan dalam
sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai hasil maksimum.
Ukuran dari terjadinya peningkatan produksi pertanian secara nasional adalah nilai
pertumbuhan produksi hasil-hasil pertanian dalam harga konstan. Kemampuan tanaman
memberikan suatu hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim dan lahan (Simanjuntak,
2004).
Faktor produksi adalah input produksi seperti, alam, tenaga kerja, modal, pengelolaan
(manajemen) yang akan mempengaruhi produksi usahatani jagung. Faktor produksi
alam dan tenaga kerja sering disebut faktor produksi primer, faktor produksi modal dan
pengelolaan disebut faktor produksi sekunder. Ada literatur yang menambahkan faktor
teknologi itu bukan terpisah, melainkan masuk ke masing-masing faktor produksi di
atas. Maksudnya ada teknologi yang berhubungan dengan alam, ada teknologi tersendiri
dalam tenaga kerja, dalam modal dan dalam manajemen. Dengan demikian faktor-faktor
produksi tetap empat (Tarigan, 2007).
Mubyarto (1995), mengatakan suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output), dalam sektor pertanian
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output) yaitu sebagai
berikut :
1. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Pertanian
Lahan sebagai salah satu faktor yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang
mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecillnya
produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang
digunakan.
2. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Pertanian
Tenaga Kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang
mencari pekerjaaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus
rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih menggantungkan
hidupnya di sector pertanian. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal
dari keluarga sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan
anak-anak petani. Tenaga kerja dari dalam keluarga petani merupakan sumbangan
keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai
dengan uang.
Pemberian dosis pupuk yang tepat akan menghasilkan produk berkualitas. Pupuk
yang sering digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berasal
dari penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang, misalnya pupuk
kandang, pupuk hijau, dan pupuk kompos. Sementara itu pupuk anorganik adalah
pupuk yang sudah mengalami proses di pabrik misalnya urea, TSP dan KCL.
4. Pengaruh obat-obatan Terhadap Produksi Pertanian
Obat-obatan dapat menguntungkan usahatani namun disisi lain pestisida dapat
merugikan petani. Obat-obatan dapat kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan
pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain
pencemaran lingkungan, rusaknya buah, keracunan. Penggunaan obat-obatan
bertujuan untuk mencegah serangan hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan
turunnya produksi dan kualitas buah.
5. Pengaruh Bibit Terhadap Produksi Pertanian
Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul cenderung
menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, sehingga semakin unggul bibit
maka semakin baik produksi yang akan dicapai.
Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai
macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu
perusahaan (Soekartawi, 1995).
Di dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi produksi yaitu fungsi
yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor produksi.
Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:
Pada regresi sederhana :
Pada regresi berganda :
Y = f (X1, X2, X3,……, Xn)
Dimana :
Y = hasil produksi fisik
X, X1, …, Xn = faktor-faktor produksi (Mubyarto,1995).
Dalam teori ekonomi diambil satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi
yaitu fungsi produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang
disebut The Law Of Diminishing Returns. Erat kaitannya dengan diminishing returns
adalah produk marginal (MP), yaitu perubahan jumlah output sebagai akibat perubahan
1 satuan input variabel. Dengan demikian bentuk dari kurva MP mula-mula meningkat
kemudian kembali menurun. Sedangkan Produk Total (TP) menunjukkan tingkat
produksi total pada berbagai tingkat penggunaan input variabel. Produk Rata-rata (AP)
merupakan hasil rata-rata persatuan input variabel pada berbagai tingkat persamaan
input itu, atau produk
total dibagi dengan
jumlah satuan dari
input variabel.
Gambar 3 menunjukkan pada kurva TPP titik A merupakan titik inflection point, titik B
merupakan titik optimum point dengan nilai EP = 1 dan pada saaat tenaga kerja bernilai
5 pada kurva TPP dikatakan maximum point dengan nilai EP = 0. Bagian 1
menunjukkan bahwa elastisitas produksinya (EP) > 1, kondisi tersebut dikatan tidak
efisien, bagian 2 menunjukkan bahwa kondisi tersebut dikatakan efisien karena daerah
tersebut berada pada garis optimum dan maximum point dengan nilai 0 ≥ EP ≤ 1,
sedangkan bagian 3 menunjukkan nilai EP < 0 karena semakin jauh nilai dari titik
maksimum maka nilai nya akan semakin kecil.
Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian
akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal
(NPM) untuk suatu input sama dengan harga input atau dapat ditulis NPM= Px
(Soekartawi, 2003).
Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana
menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Pengertian efisien ini dapat
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Efisiensi Teknis yaitu suatu kondisi yang jumlah pemakaian input tertentu
mempunyai average product dalam keadaan maksimum.
2. Efisiensi Ekonomi yaitu jika nilai produk marginal sama dengan harga
faktor produksi (Tarigan, K dan L. Sihombing, 2007).
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu dan efektif bila petani atau
dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber tersebut menghasilkan pengeluaran yang
melebihi masukan (Soekartawi, 1995).
2.3Kerangka Pemikiran
Jagung termasuk komoditi terpenting di Sumatera Utara, jagung termasuk ke dalam
kelompok pangan strategis yang permintaanya terus meningkat setiap tahunnya,
walaupun produksi jagung di Sumatera Utara terus meningkat tapi tidak dapat
mencukupi kebutuhan permintaan yang akhirnya memaksa pemerintah untuk
mengimport jagung. Setelah mengimport maka harga jagung import lebih murah dari
pada jagung lokal yang mengakibatkan kerugian pada petani jagung lokal.
Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Inputdalam usaha
tani jagung adalah luas lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan bibit. Sementara output
dari usaha tani jagung adalah produksi jagung. Input dalam usaha tani tersebut
mempunyai pengaruh terhadapproduksi jagung.
Penggunaan faktor-faktor produksi yaitu luas lahan, tenaga kerja, pupuk, obat-obatan
dan bibit perlu dianalisis untuk mengetahui efisiensi ekonomi dari penggunaan
faktor-faktor produksi tersebut terhadap jumlah produksi dengan cara membandingkan
tiap-tiap faktor produksi terhadap jumlah produksi jagung. Usahatani jagung dikatakan
memiliki efisiensi ekonomi apabila nilai efisiensi ekonomi sama dengan 1 dan
dikatakan tidak efisien apabila nilai efisienis ekonominya lebih kecil ataupun kurang
dari. Di dalam setiap kegiatan usahatani diperlukan analisis tingkat efisiensi. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui apakah usahatani jagung sudah tergolong efisien dari segi
penggunaan faktor-faktor produksinya.
Saluran pemasaran merupakan aliran barang mulai dari produsen ke konsumen
antar lembaga menimbulkan biaya oleh karena adanya biaya
pemasaran maka timbulah perbedaan harga yang diterima oleh
produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen yang di sebut
marjin pemasaran. Semakin pendek rantai pemasaran maka semakin
efisien sistem pemasaran.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan dengan skema
kerangka pemikiran sebagai berikut :
Petani
Usahatani jagung
Produksi Faktor-faktor
produksi : 1. Luas
Lahan
2. Bibit
3. Pupuk
4. Tenaga Kerja
5. Obat-obatan
Produktivitas
Melebihi O ti l
Optimal Belum Optimal Efisiensi
Keterangan : Ada Hubungan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian pada landasan teori dan identifikasi masalah, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Produksi dan produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi.
2. Faktor luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan
mempengaruhi produksi usahatani jagung di daerah penelitian.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive (sengaja) yaitu Desa Sei Mancirim
Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Alasan penentuan dan penetapan daerah
tersebut sebagai daerah penelitian karena desa Sei Mancirim Kecamatan Sunggal
merupakan salah satu sentra produksi tanaman jagung di Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara, dan dengan mempertimbangkan jarak, dan waktu dan ke daerah
penelitian.
Berikut adalah tabel daftar produksi jagung di Sumatra Utara dan khususnya Kab. Deli
Serdang
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2011
20. Padang Lawas Utara 428 1 524 35,60
Sumber/Source : BPS Provinsi Sumatera Utara/BPS-Statistics of Sumatera Utara Province
Tabel 3. Tabel Produksi Menurut Kecamatan Tahun 2011
Kecamatan Produksi
Gununung Meriah 681
STM Hulu 1.712
Sibolangit 947
Kutalimbaru 7.696
Pancur Batu 7.172
Namo Rambe 4.252
Biru-Biru 2.473
STM Hilir 1.563
Hamparan Perak 1.691
Labuhan Deli 27.576
Percut S. Tuan 3.032
Batang Kuis 2.622
Pantai Labu 2.234
Beringin 786
Lubuk Pakan 786
Pagar Merbau 436
Jumlah 85.405
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani yang memiliki usahatani
jagung. Pemilihan sampel ditentukan secara proposive (sengaja) dengan kriteria sampel
adalah petani yang sudah menanam jagung minimal 5 tahun. Jumlah populasi petani
jagung di Desa Sei mancirim sebanyak 180 KK dimana . Besarnya jumlah sampel
ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin
n = �
1+��2 = 180
1+180.10%2 = 64,28
dimana :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir (10%).
Dengan menggunakan rumus di atas maka diperoleh n sebesar 64,28 yang dibulatkan
menjadi 64 sampel.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung
dengan responden yang menjadi sampel dengan daftar kuesioner yang
telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder berupa luas
lahan, besar produksi, besar produktivitas, perkembangan harga,
jumlah petani jagung diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait
yaitu: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat
Statistik Kabupaten Deli Serdang, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera
Utara, Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Dinas Perindustrian
Kantor Desa Sei Mancirim dan dari literatur, buku, dan media
internet yang sesuai dengan penelitian ini.
3.3 Metode Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis 1 dianalisis secara deskriptif, dengan membandingkan produksi dan
produktivitas yang dihasilkan petani di daerah penelitian dengan produktivitas
menurut anjuran (literatur).
b. Hipotesis 2 dianalisis dengan menggunakan analisis fungsi produksi, yaitu
regresi linier berganda dengan menganalisa apakah faktor luas lahan, bibit,
pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan mempengaruhi produksi jagung di
daerah penelitian.
Dalam bentuk matematika fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5 X5 + u
Dimana :
Y = Produksi Jagung (Kg)
X1 = Luas lahan usahatani jagung (Ha)
X2 = Penggunaan bibit (batang)
X3 = Penggunaan pupuk (Kg)
X4 = Penggunaan pbat-obatan (Kg)
X5 = Penggunaan Tenaga Kerja (Kg)
bo = Intercept
b1…bn = Koefisien Regresi
Menurut Agustira (2004), untuk menguji apakah variabel bebas yakni input
produksi Xi bersama-sama (serempak) berpengaruh terhadap variabel
tidak bebas (Y) digunakan uji –F. Hipotesis yang digunakan dalam uji
ini adalah :
H0 : bi = 0
H1 : Paling sedikit ada nilai bi ≠ 0
Fhitung = ������ =
�� (�−�) �
(�−��) (�−�) �
R2 = ��� ���
= �� ∑ �����+�� ∑ �����+⋯+�� ∑ �����
∑ ���
Keterangan :
MSR = Mean Square Regression (Rata-rata Kuadrat Regresi) MSE = Mean Square Error (Rata-rata Kuadrat Sisa)
SSR = Sum Square Regression (Jumlah Kuadrat Regresi) SST = Sum Square Total (Jumlah Kuadrat Total)
R2 = Koefisian Determinasi
Kesimpulan statistik :
Bila nilai Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yakni
input produksi (Xi) secara serempak berpengaruh nyata terhadap
diterima, artinya variabel bebas yakni input produksi (Xi) secara
serempak tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi (Y).
Menurut Agustira (2004), untuk menguji apakah pengaruh bebas yakni input (Xi)
yang digunakan dari usahatani jagung secara parsial berpengaruh
nyata terhadap hasil produksi (Y) digunakan uji-t. Semua variabel
bebas (Xi) diuji satu persatu. Hipotesis yang diajukan adalah :
H0 : bi = 0
H1 : bi ≠ 0
Thitung = ����
(��)
Keterangan :
bi = Koefisien Regresi
Se = Simpangan Baku
Kesimpulan statistik :
Jka thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas (Xi) secara
nyata berpengaruh terhadap produksi. Sedangkan jika thitung < ttabel
maka H0 diterima, artinya variabel bebas (Xi) secara nyata tidak
berpengaruh terhadap produksi. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh
mana variabel bebas (Xi) dapat menjelaskan variabel tak bebas (Y)
digunakan nilai koefisien determinasi (R2).
c. Hipotesis 3 dianalisis dengan menggunakan analisis efisiensi penggunaan
faktor produksi yaitu efisiensi ekonomi. Efisiensi Ekonomi yaitu nilai produk
marginal input (NPMXi) sama dengan harga input (PXi). Rumus perhitungan
efisiensi ekonomi adalah :
MP = ΔY/ΔX
PY . ΔY/ΔX – PX = 0
PY . MP – PX = 0
PY . MP = PX
NPMXi (VMP) = Pxi
NPMXi (VMP) `
PXi
Dimana :
b = elastisitas produksi
Y = output rata-rata
X = input rata-rata
Py = harga output rata-rata
Pxi = harga input rata-rata
Dengan kriteria penilaian :
Jika NPMXi/PXi = 1 maka penggunaan faktor produksi sudah optimal,
NPMXi/PXi > 1 maka penggunaan faktor produksi belum optimal
dan harus ditambahkan,
NPMXi/PXi < 1 maka penggunaan faktor produksi sudah melebihi
optimal dan harus dikurangi.
3.4 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini,
maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Definisi
1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman jagung dalam
lahannya.
2. Usahatani jagung adalah suatu kegiatan untuk mengembangkan dan
membudidayakan usaha tanaman jagung.
3. Produksi tanaman jagung adalah semua hasil panen buah tanaman jagung
dalam satu kali musim tanam selama 2 tahun (Kg).
4. Produktivitas adalah banyaknya jagung yang dihasilkan persatuan luas lahan
(Kg/Ha).
5. Faktor produksi adalah komponen utama yang mutlak harus diperlukan
dalam melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan barang, pada
usahatani tanaman jagung terdiri dari lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan
obat-obatan.
6. Jumlah tenaga kerja efektif adalah semua tenaga kerja yang digunakan dalam
usahatani jagung baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar.
Semua tenaga kerja dikonversikan kedalam tenaga kerja laki-laki dan diukur
dalam satuan hari kerja orang (HKO), sedangkan harga tenaga kerja dinilai
berdasarkan upah per hari orang kerja saat penelitian dilakukan dan
dinyatakan dalam rupiah per HKO.
7. Luas lahan adalah luas lahan yang digunakan petani untuk menanam jagung.
Satuan yang digunakan untuk mengukur luas lahan adalah meter persegi (m2).
8. Pupuk adalah jumlah pupuk buatan yang digunakan untuk menanam jagung
dalam sekali musim tanam. Dalam pengukurannya jenis-jenis pupuk ini
9. Obat-obatan adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,
memikat, atau membasmi organisme pengganggu (ml dan Kg).
10. Bibit adalah jumlah pemakaian bibit jagung yang digunakan pada sekali
musim tanam.
11. Efisiensi adalah upaya penggunaan faktor-faktor produksi sekecil-kecilnya
untuk mendapatkan produksi jagung yang sebesar-besarnya.
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah di Sei Mancirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli
Serdang.
2. Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman Jagung di Desa
Sei Mancirim, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang.
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI
SAMPEL
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian Desa Sei Mencirim
4.1.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah Desa Penelitian
Desa Sei Mencirim di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera
Utara berada pada ketinggian 20-22 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata
27 - 32º C. dengan curah hujan 1832 mm/tahun dan kelembaban 65-85%. Luas wilayah
Desa Sei Mencirim yaitu 1083,53 ha, dengan luas pemukiman yaitu 288,5 ha dan luas
persawahan dan perkebunan yaitu 565 ha. Gambaran batas wilayah daerah penelitian
dapat dilihat di bawah ini :
Sebelah Utara : Sei Semayang, Medan Krio, Kecamatan Sunggal
Sebelah Selatan :Telaga Sari, Pancur Batu, Suka Maju, Kecamatan
Sunggal/Pancur Batu
Sebelah Barat :Desa Binjai Timur, Kutalombaru Kecamatan Binjai
Timur/Kutalimbaru
Sebelah Timur : Medan Krio/ Suka Maju, Kecamatan Sunggal
4.1.2 Keadaan penduduk
A. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Jumlah penduduk di Desa Sei Mencirim tahun 2011 adalah 12.850 jiwa dengan rincian
laki-laki sebanyak 6.552 jiwa dan perempuan sebanyak 6.298 jiwa. Data ini diperoleh
dari Data Monografi Desa Sei Mencirim Tahun 2011. Hal ini dapat dilihat pada tabel di
Tabel 4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur
No Golongan Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan
1 0-5 806 782
2 6-15 2299 2107
3 16-21 525 551
4 22-59 2607 2655
5 ≥ 60 315 203
Jumlah 6552 6298
Sumber : Data Monografi Desa 2011
Tabel 4, menunjukkan bahwa jumlah penduduk paling banyak terdapat pada golongan
umur 22-59 tahun yaitu sebesar 2607 jiwa laki-laki dan 2655 jiwa perempuan, dan
jumlah golongan paling sedikit adalah pada golongan umur ≥ 60 tahun yaitu sebesar
315 jiwa laki-laki dan 203 jiwa perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di
daerah penelitian dominan berada pada usia produktif.
B. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Penduduk di Desa Sei Mencirim 12850 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak
3128 KK. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :
Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Laki-Laki 6552 50,99
2 Perempuan 6298 49,01
Jumlah 12850 100
Sumber : Data Monografi Desa 2011
Tabel 5, menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah penduduk perempuan. Yaitu laki-laki sebanyak 6552 jiwa dengan
persentase 450,99% sedangkan perempuan sebanyak 6298 Jiwa dengan persentase
49,01%.
C. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di Desa Sei Mencirim yaitu sebagai petani
dan buruh tani. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :
No Lapangan Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Pegawai Negeri Sipil 351 2,73
2 Pegawai Kesehatan 7 0,05
3 PNS/ABRI 36 0,28
4 Pegawai swasta 273 2,124
5 Pensiun PNS/TNI/POLRI 35 0,27
6 Petani 863 6,716
7 Buruh Tani 313 2,44
8 Lain-lain 10972 85,39
Jumlah 12850 100
Sumber : Data Monografi Desa 2011
Tabel 6, menunjukkan bahwa komposisi penduduk yang terbesar menurut mata
pencaharian di Desa Sei Mencirim adalah sebagian besar merupakan umur yang belum
produktif atau pada masa pendidikan atau lansia yaitu 10972 jiwa dengan persentase
sebesar 85,39% dan mata pencaharian terkecil adalah pegawai kesehatan sebesar 7 jiwa
dengan persentase sebesar 0,05%.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang tersedia di Desa Sei Mencirim tersedia dengan baik, seperti
sarana pendidikan sebanyak 9 unit, sarana kesehatan sebanyak 16 unit, dan sarana
peribadatan sebanyak 20 unit. Kondisi jalan yang ada di Desa Sei Mencirim cukup baik
sehingga memudahkan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sehari-harinya.
4.2 Karakteristik Petani Sampel Desa Sei Mencirim 4.2.1. Umur
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan dalam
melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani kecenderungan
kemampuan bekerja semakin menurun. Hal ini berpengaruh pada produktivitasnya
dalam mengelola usahataninya. Kegiatan usahatani banyak mengandalkan fisik.
Keadaan umur petani rata-rata 49 tahun dengan interval antara 27-68 tahun. Klasifikasi
petani menurut kelompok umur terlihat pada tabel berikut:
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 28-50 31 48
2 >50 33 52
Jumlah 64 100
Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 1
Berdasarkan tabel 7 persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran umur
>50 sebanyak 31 orang dengan persentase sebesar 52 % dan persentase terkecil berada
pada kisaran umur 28-50 sebanyak 33 orang dengan persentase sebesar 52%. Artinya
peternak sampel di daerah penelitian berada pada usia yang produktif yang masih
berpotensi dalam mengoptimalkan usaha ternaknya.
4.2.2. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola suatu usaha tani.
Respon peternak dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usaha tenaknya
sangat erat dengan pendidikan formal. Karakteristik peternak sampel dari segi
pendidikan dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini :
Tabel 8. Pendidikan Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Tahun 2013 No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Pendidikan Dasar (SD) 13 20,31
2 Pendidikan Menengah Pertama (SMP)
19 29,69
3 Pendidikan Menengah Atas (SMA) 25 39,06
4 Perguruan Tinggi 7 10,94
Jumlah 64 100
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 1
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata petani sampel di daerah penelitian memiliki
tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas, yaitu sebanyak 25 orang dengan persentase
sebesar 39,06% sedangkan sisanya memiliki tingkat pendidikan menengah atas dan
sarjana.
Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah
pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan semakin
baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman petani mengolah usahatani
jagung dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9. Petani Responden di Desa Sei Mencirim Berdasarkan Pengalaman Tahun 2013
No Pengalaman (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 1-5 5 7,81
2 6-10 9 14,06
3 >10 50 78,13
Jumlah 64 100
Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 1
Dari Tabel 9, dapat dilihat bahwa persentase jumlah yang mempunyai pengalaman
beternak paling besar di daerah penelitian berada pada kisaran >10 tahun sebanyak 50
orang dengan persentase sebesar 78,13% dan yang mempunyai pengalaman bertani
paling kecil berada pada kisaran 1-5 tahun sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar
7,81%. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani sangat bervariasi, sehingga
masih ada pemula dan sebagian lagi sangat berpengalaman.
4.2.4. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga pada petani sampel rata-rata 4 orang, interval 2-7
orang. Jumlah tanggungan keluarga petani sampel dapat dilihat pada
tabel 9 di bawah ini :
Tabel 10. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Sei Mencirim Berdasarkan Tahun 2013
No Kelompok Jumlah Tanggungan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1 2-4 33 51,56
2 ≥5 31 48,44
Jumlah 20 100
Dari tabel 10, dapat dilihat bahwa persentase jumlah tanggungan keluarga yang
terbesar ada pada kelompok 2-4 orang sebanyak 33 orang dengan
persentase sebesar 51,56% dan selebihnya terdapat pada kelompok ≥5
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Produktivitas Jagung di Daerah Penelitian
Produktivitas jagung adalah produksi jagung (ton) yang dihasilkan pada setiap 1ha luas
tanam jagung. Besarnya produksi jagung di daerah penelitian adalah 307.994 kg atau
sekitar 308 ton dengan luas tanam sebesar 45,1 ha, maka produktivitas jagung di daerah
penelitian adalah 6,9 ton/ha. Untuk mengetahui apakah produktivitas jagung di daerah
penelitian tergolong tinggi, maka dibandingkan dengan produktivitas jagung di
Kecamatan Sunggal, produktivitas jagung di Kabupaten Deli Serdang, produktivitas
jagung di Sumatera Utara dan produktivitas jagung menurut Balai Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 11. Produktivitas Jagung Daerah Pembanding
No Tempat Produktivitas (Ton/Ha)
1 Kecamatan Sunggal 6,2 *
2 Kabupaten Deli Serdang 3,68 **
3 Sumatera Utara 5 ***
4 Pusat Penelitan dan Pengembangan Tanaman Pangan, Deptan, RI 2010
8,6 ****
Sumber : *Kecamatan Sunggal Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten Dairi 2011
**Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka, Badanusat Statistik Kabupaten Dairi 2011
*** Sumatera Utara Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara 2011 ****Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian RI 2010
Dari tabel 11, dilihat bahwa produktivitas jagung di Kecamatan Sunggal ton/ha,
produktivitas jagung di Kabupaten Deli Serdang 3,68 ton/ha dan produktivitas jagung di
Sumatera Utara sebesar 5 ton/ha, dibandingkan dengan produktivitas jagung di daerah
tinggi dari pada produktivitas Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang dan
Sumatera Utara.
Jika produktivitas jagung daerah penelitian dibandingkan dengan produktivitas jagung
hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan yaitu sebesar
8,56ton/ha, maka produktivitas jagung di daerah penelitian relatif lebih rendah dengan
produktivitas menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa usaha tani jagung di daerah penelitian
relatif tinggi di bandingkan dengan daerah lain sehingga hipotesis 1 yang menyatakan
produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi adalah benar dan dapat
diterima.
5.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Petani di Daerah Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian adalah luas
lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6),
obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8). Berikut ini diuraikan luas lahan (x1), bibit (x2),
pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan
tenaga kerja (x8) pada produksi jagung dalam tabel mengenai Regresi Linier Berganda
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian:
Tabel 12. Data Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) di Daerah Penelitian
Keterangan
Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 8
Setelah diperoleh data mengenai faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah
Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji asumsi
klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi model linier produksi jagung yang
dispesifikasi. Uji asumsi klasik produksi jagung disajikan sebagai berikut:
Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model yakni uji F test dan t test,
maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi
dalam model regresi linier produksi jagung yang dispesifikasi. Pengujian asumsi klasik
meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas dan uji heterokedastisitas.
Uji asumsi multikolinieritas
Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara
variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini
adalah dengan pendekatan Tollerance Value dan Variance Inflaction Factor (VIF). Jika
nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas
multikolinieritas. Namun, jika nilai Tollerance di bawah 0,1 dan VIF di atas 10 maka
terjadi multikolinieritas. Setelah dilakukan analisis pada data faktor-faktor produksi luas
lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6),
obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8), diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 13. Hasil uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinieritas
No. Variabel Bebas Colliniarity Statistics Tolerrance VIF
1. Luas Lahan .009 110.838
2. Bibit .044 22.908
3. Pupuk Urea .026 38.272
4. Pupuk SP36 .325 3.075
5. Pupuk Za .432 2.316
6. Pupuk NPK .259 3.866
7. Obat (Gromoxone) .030 32.933
8. Tenaga Kerja .042 23.852
Pada Tabel 13 menunjukkan bahwa pada variabel bebas pupuk SP36, pupuk Za, pupuk
NPK memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil
dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas. Akan tetapi pada
variable bebas lainnya, nilai toleransi (tolerance) nya lebih kecil dari 0,1 dan nilai VIF
lebih besar dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier produksi
jagung dengan variabel bebas lahan, bibit, pupuk Urea, pupuk SP36, pupuk Za, pupuk
NPK, obat-obatan dan tenaga kerja mengalami gejala multikolinieritas, yaitu antara
variable bebas terdapat saling keterkaitan sehingga untuk hal seperti ini, jika terjadi
gejala multikolinieritas maka dapat diatasi dengan mengeluarkan salah satu variabel
atau lebih. Dalam hal ini yang dikeluarkan adalah variabel lahan, pupuk urea, obat
(gromoxone) dan tenaga kerja. Hasil uji asumsi multikolinieritas setelah dikeluarkan
variabel tersebut di sajikan pada tabel berikut :
Tabel 14. Hasil uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinieritas
No. Variabel Bebas Colliniarity Statistics Tolerrance VIF
1. Bibit .201 4.966
2. Pupuk SP36 .362 2.764
3. Pupuk Za .464 2.156
4. Pupuk NPK .339 2.946
Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16
Dari Tabel 14, menunjukkan bahwa masing-masing variable bebas memiliki nilai
toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini
menunjukkan tidak terjadinya multikolinieritas. Maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi linier produksi jagung dengan variabel bebas bibit, pupuk SP36, pupuk Za dan
pupuk NPK terbebas dari masalah multikolinieritas.
Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model
regresi linier produksi ternak kelinci disajikan pada gambar berikut:
Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16
Gambar 3. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung
Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model
regresi linier produksi ternak kelinci pada gambar, menunjukkan bahwa penyebaran
titik-titik varian residual adalah sebagai berikut:
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
b. Titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar
d. Penyebaran titik-titik tidak berpola.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Maka dapat dinyatakan
model regresi linier produksi jagung di daerah penelitian terbebas dari masalah
heterokedastisitas.
Uji Asumsi Normalitas
Hasil uji asumsi normalitas residual model dengan regresi linier produksi ternak kelinci
menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar berikut:
Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16
Gambar 4. Grafik Uji Asumsi Normalitas Model Produksi Jagung
Gambar 4 menunjukkan bahwa grafik normal p-plot terlihat titik-titik menyebar di
sekitar garis diagonal serta arah penyebarannya mengikuti garis diagonal. Hal ini
dinyatakan bahwa model regresi linier produksi usahatani jagung di daerah penelitian
memenuhi asumsi normalitas.
Uji kesesuaian (Test Goodness Of Fit) Model dan Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis.
Hasil analisis hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi terhadap
hasil produksi jagung, disajikan pada tabel berikut:
Tabel 15. Hasil Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung di Daerah Penelitian
Variabel Koefisien Regresi
Std.
Error t hitung Signifikansi Keterangan
Konstanta 4.910 .240 20.435 .000 -
Bibit .680 .053 12.724 .000 Nyata
Pupuk SP36 .090 .044 2.074 .042 Nyata
Pupuk Za .039 .053 .744 .460 Tidak Nyata
Pupuk NPK .131 .054 2.421 .019 Nyata
R2 = 0,95 Fhitung = 311,39
Ftabel = 2,53
t tabel = 1,67
Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 16
Dari Tabel 15, diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar
0,95. Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa produksi jagung (Y) dapat
dijelaskan oleh variabel Bibit (x1), Pupuk SP36 (x2), Pupuk Za (x3) dan Pupuk NPK
(x4) sebesar 95% sedangkan sisanya sebesar 5% dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial
dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan α
5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut:
A. Uji pengaruh Variabel Secara Serempak
Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan uji F disajikan pada
tabel Model Summaryb (Analisis Data Primer lampiran ), menunjukkan bahwa nilai
kesalahan yang ditolerir yaitu α 5% atau 0,05 atau dapat diketahui melalui uji F. dimana
F hitung yang diperoleh sebesar 311,39 dan F tabel (4,59) sebesar 2,53. Sehingga F
hitung > F tabel (4,59). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima , yaitu
variabel bibit (x1),pupuk SP36 (x2), pupuk Za (x3) dan pupuk NPK (x4) secara serempak
berpengaruh nyata terhadap variabel produksi jagung (Y) di daerah penelitian.
B. Uji pengaruh Variabel Secara Parsial
Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan
dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Uji pengaruh variabel secara parsial
dapat diketahui dengan menggunakan uji t, berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa:
• Tabel 15, menunjukkan bahwa bibit (x1) diperoleh t-hitung (12,724) lebih besar dari
t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,00 lebih kecil dari α (0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu bibit secara parsial
berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.
• Tabel 15, menunjukkan bahwa pupuk SP36 (x2) diperoleh t-hitung (2,074) lebih
besar dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,0042 lebih kecil
dari α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu pupuk
SP36 secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah
penelitian.
• Tabel 15, menunjukkan bahwa pupuk Za (x3) diperoleh t-hitung (0,74) lebih kecil
dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,46 lebih kecil dari α
(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima atau H1 ditolak, yaitu pupuk Za
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah
• Tabel 15, menunjukkan bahwa pupuk NPK (x4) diperoleh t-hitung (2,42) lebih
besar dari t-tabel(1,67) dan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,01 lebih kecil dari α
(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak atau H1 diterima, yaitu pupuk NPK
secara parsial berpengaruh nyata terhadap produksi jagung di daerah penelitian.
Untuk interpretasi analisis regresi, maka konstanta dan koefisien regresi yang didapat
dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya dikembangkan dalam
bentuk non linier Cobb-Douglas. Persamaan Cobb-Douglas hubungan input usaha
ternak terhadap produksi usaha ternak kelinci adalah sebagai berikut:
Y = 4,91X10,68 X2 0,09 X3 0,039 X4 0,131
Dimana interpretasi dari persamaan tersebut adalah:
Hasil koefisien regresi sebesar 0,68 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan
bibit (X1) sebesar 1% maka akan menambah produksi sebesar 0,68%. Sebaliknya
setiap adanya pengurangan bibit (X1) sebesar 1% maka akan mengurangi produksi
(Y) sebesar 0,68%.
Hasil koefisien regresi sebesar 0,09 menunjukkan bahwa setiap adanya pertambahan
pupuk SP36 (X2) sebesar 1% maka akan menambah produksi sebesar 0,09%.
Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk SP36 (X2) sebesar 1% maka akan
mengurangi produksi (Y) sebesar 0,09%.
Hasil koefisien regresi sebesar 0,039 menunjukkan bahwa setiap adanya
pertambahan pupuk Za (X3) sebesar 1% maka akan meningkatkan produksi sebesar
0,039%. Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk Za (X3) sebesar 1% maka
akan mengurangi produksi (Y) sebesar 0,039%.
Hasil koefisien regresi sebesar 0,131 menunjukkan bahwa setiap adanya
sebesar 0,131%. Sebaliknya setiap adanya pengurangan pupuk NPK (X4) sebesar
1% maka akan mengurangi produksi (Y) sebesar 0,131%.
Dengan demikian hipotesis kedua (2) yang menyatakan bahwa variabel bibit (x1),pupuk
SP36 (x2), pupuk Za (x3) dan pupuk NPK (x4) berpengaruh nyata terhadap produksi
jagung di daerah penelitian dapat diterima.
5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Ha di Daerah Penelitian
Untuk melihat apakah faktor-faktor luas lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk
SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8)
mempengaruhi produksi jagung per Ha di daerah penelitian. Berikut ini diuraikan luas
lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6),
obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8) pada produksi jagung dalam tabel mengenai
Regresi Linier Berganda faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah
penelitian:
Tabel 16. Data Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung Per Ha Per Periode (4 Bulan) di Daerah Penelitian
Keterangan
Sumber : Analisa Data Primer, Lampiran 9
Setelah diperoleh data mengenai faktor yang mempengaruhi produksi jagung per ha di
daerah penelitian, maka data tersebut dianalisis dengan metode analisis regresi linier
berganda. Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji
asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi model linier produksi
Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model yakni uji F test dan t test,
maka perlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi-asumsi
dalam model regresi linier produksi jagung yang dispesifikasi. Pengujian asumsi klasik
meliputi uji multikolinieritas, uji normalitas dan uji heterokedastisitas.
A. Uji asumsi multikolinieritas
Uji ini pada dasarnya digunakan untuk menguji apakah ada hubungan linier di antara
variabel-variabel bebas dalam model regresi. Salah satu pendeteksian pengujian ini
adalah dengan pendekatan Tollerance Value dan Variance Inflaction Factor (VIF). Jika
nilai Tollerance mendekati 1 dan VIF sekitar angka 10 maka variabel dikatakan bebas
multikolinieritas. Namun, jika nilai Tollerance di bawah 0,1 dan VIF di atas 10 maka
terjadi multikolinieritas. Setelah dilakukan analisis pada data faktor-faktor produksi luas
lahan (x1), bibit (x2), pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6),
obat-obatan (x7) dan tenaga kerja (x8), diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 17. Hasil uji Asumsi Multikolinieritas Model Produksi Jagung Per Petani Per Periode (4 Bulan) Menggunakan Statistik Kolinieritas
No. Variabel Bebas Colliniarity Statistics Tolerrance VIF
1. Luas Lahan 0,171 5,854
2. Bibit 0,820 1,219
3. Pupuk Urea 0,560 1,785
4. Pupuk SP36 0,817 1,225
5. Pupuk Za 0,476 2,100
6. Pupuk NPK 0,447 2,239
7. Obat (Gromoxone) 0,796 1,256
8. Tenaga Kerja 0,417 2,396
Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 17
Dari Tabel 17, menunjukkan bahwa masing-masing variable bebas memiliki nilai
toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10. Hal ini
regresi linier produksi jagung per ha dengan variabel bebas luas lahan (x1), bibit (x2),
pupuk urea(x3), pupuk SP36(x4), pupuk Za(x5), pupuk NPK(x6), obat-obatan (x7) dan
tenaga kerja (x8), terbebas dari masalah multikolinieritas.
B. Uji Asumsi Heterokedastisitas
Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model
regresi linier produksi ternak kelinci disajikan pada gambar berikut:
Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 17
Gambar 5. Grafik Uji Heterokedastisitas Model Produksi Jagung
Hasil uji asumsi heterokedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk model
regresi linier produksi ternak kelinci pada gambar, menunjukkan bahwa penyebaran
titik-titik varian residual adalah sebagai berikut:
e. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
g. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola bergelombang menyebar
kemudian menyempit dan melebar kembali.
h. Penyebaran titik-titik tidak berpola.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. Maka dapat dinyatakan
model regresi linier produksi jagung di daerah penelitian terbebas dari masalah
heterokedastisitas.
Uji Asumsi Normalitas
Hasil uji asumsi normalitas residual model dengan regresi linier produksi ternak kelinci
menggunakan analisis grafik disajikan pada gambar berikut:
Sumber : Analisa Data Primer,Lampiran 17