• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis efisiensi lingkungan usaha tani bawang merah berkelanjutan di Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur dengan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis efisiensi lingkungan usaha tani bawang merah berkelanjutan di Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur dengan metode Stochastic Frontier Analysis (SFA)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EFISIENSI LINGKUNGAN USAHA TANI BAWANG MERAH

BERKELANJUTAN DI KABUPATEN NGANJUK

JAWA TIMUR

DENGAN METODE

STOCHASTIC FRONTIER ANALYSIS

(SFA)

APRILIA SUFIYATI SAFITRI

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efisiensi Lingkungan Usaha Tani Bawang Merah Berkelanjutan di Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur dengan Metode Stochastic Frontier Analysis (SFA) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

APRILIA SUFIYATI SAFITRI. Analisis Efisiensi Lingkungan Usaha Tani Bawang Merah Berkelanjutan di Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur dengan Metode Stochastic Frontier Analysis (SFA). Dibimbing oleh INDAHWATI dan BUDI WARYANTO.

Tuntutan praktek pertanian berkelanjutan semakin dibutuhkan, terutama terkait dengan kontinuitas produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa mendatang. Bawang merah merupakan salah satu produk pertanian yang memiliki peran di dalam praktek pertanian berkelanjutan ini. Produksi bawang merah tidak terlepas dari faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya. Salah satu faktor produksi tersebut adalah pupuk Nitrogen. Penggunaan pupuk Nitrogen sangat baik untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan meningkatkan hasil buah, namun penggunaan pupuk Nitrogen yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif salah satunya adalah pencemaran lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi tingkat produksi bawang merah dan analisis efisiensi lingkungan terhadap penggunaan pupuk Nitrogen. Metode yang digunakan adalah analisis stokastik frontier (Stochastic Frontier Analysis/SFA) dengan fungsi produksi translog. Hasil analisis menunjukkan interaksi antara bibit dan pestisida, interaksi antara pemberian pupuk P dengan surplus Nitrogen, dan interaksi antara pemberian pupuk K dengan surplus Nitrogen adalah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi bawang merah di Nganjuk, Jawa Timur. Rata-rata nilai efisiensi lingkungan petani yang diperoleh sangat kecil yaitu sebesar 0.2765. Nilai ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk Nitrogen oleh petani tidak sesuai dosis yang dianjurkan sehingga menghasilkan surplus Nitrogen yang diduga dapat mencemari lingkungan.

Kata kunci: efisiensi lingkungan, fungsi produksi translog, pupuk Nitrogen, Stochastic Frontier Analysis (SFA)

ABSTRACT

APRILIA SUFIYATI SAFITRI. Analysis of Environmental Efficiency for Sustainable Shallots Farming in Nganjuk District-East Java Province with Stochastic Frontier Analysis (SFA) Method. Supervised by INDAHWATI and BUDI WARYANTO.

(5)

production levels and environmental efficiency of the use of Nitrogen fertilizers. The method used is Stochastic Frontier Analysis (SFA) with translog production function. Results of the analysis shows that interaction between seeds and pesticides, the interaction between P fertilizer with Nitrogen surplus, and the interaction between K fertilizer with Nitrogen surpluses are factors that influence shallots production in Nganjuk, East Java. The average value of environmental efficiency obtained is very small that is equal to 0.2765. This value indicates that the Nitrogen fertilizer used by the farmers is not the recommended dosage so it results surplus of Nitrogen that can pollute the environment.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Statistika pada

Departemen Statistika

APRILIA SUFIYATI SAFITRI

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

ANALISIS EFISIENSI LINGKUNGAN USAHA TANI BAWANG MERAH

BERKELANJUTAN DI KABUPATEN NGANJUK

JAWA TIMUR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Efisiensi Lingkungan Usaha Tani Bawang Merah Berkelanjutan di Kabupaten Nganjuk-Jawa Timur dengan Metode Stochastic Frontier Analysis (SFA)

Nama : Aprilia Sufiyati Safitri

NIM : G14100033

Disetujui oleh

Dr Ir Indahwati, MSi Pembimbing I

Ir Budi Waryanto, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Anang Kurnia, MSi Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan didapat sejak penulis melaksanakan praktek lapang di Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian pada tahun 2013. Tema yang dipilih yaitu mengenai efisiensi lingkungan usaha tani bawang merah di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Indahwati, MSi dan Bapak Ir Budi Waryanto, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir Budi Waryanto, MSi yang telah memberikan topik karya ilmiah ini sampai pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orangtua dan teman-teman Statistika 47 atas segala doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Fungsi Produksi 2

Stochastic Frontier Analysis (SFA) untuk Mengukur Tingkat Efisiensi

Lingkungan 3

Efisiensi Lingkungan 5

METODE 5

Data 5

Prosedur Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Perhitungan Surplus Nitrogen 7

Deskripsi Data 7

Pengujian Asumsi 8

Analisis Stochastic Frontier dengan Fungsi Produksi Translog 8 Hubungan antara Efisiensi Teknis dengan Efek Inefisiensi Teknis Petani 10

Efisiensi Lingkungan 11

SIMPULAN DAN SARAN 12

Simpulan 12

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(12)

DAFTAR TABEL

1 Deskripsi peubah produksi dan faktor produksi 7

2 Nilai elastisitas faktor produksi 9

3 Efek inefisiensi teknis petani 10

4 Nilai efisiensi lingkungan petani 11

5 Nilai faktor produksi dan efek inefisiensi dari petani dengan

efisiensi lingkungan terendah dan tertinggi 12

DAFTAR GAMBAR

1 Tiga fase produksi 3

2 Fungsi Stochastic Frontier 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai korelasi antar peubah bebas 15

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tuntutan praktek pertanian berkelanjutan dalam era saat ini semakin dibutuhkan, terutama terkait dengan kontinuitas produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa mendatang. Pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan konservasi sumberdaya alam dan berorientasi pada perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang. Konsep dasar sistem pertanian berkelanjutan adalah mempertahankan ekosistem alami lahan pertanian yang sehat, bebas dari bahan-bahan kimia yang mencemari lingkungan (Novitasari 2012). Faktor-faktor produksi dalam dunia pertanian seperti lahan, pupuk, pestisida dan sebagainya dapat mewujudkan pertanian berkelanjutan jika digunakan sesuai kebutuhannya agar efisien. Oleh karena itu, dibutuhkan analisis untuk mengukur tingkat efisiensi yang salah satunya adalah dengan model ekonometrika.

Ekonometrika merupakan alat analisis yang menggabungkan antara teori ekonomi, matematika, dan metodologi statistika. Fungsi produksi menjadi salah satu bagian dari ekonometrika yang digunakan untuk melihat hubungan antara faktor-faktor produksi dengan tingkat produksi yang dihasilkan (Juanda 2009). Metode pengukuran efisiensi dengan Stochastic Frontier Analysis (SFA) menggunakan fungsi produksi telah digunakan secara luas untuk analisis usaha tani, yaitu dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas atau fungsi produksi translog. Fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki keterbatasan yaitu salah satunya tidak memasukkan kontribusi interaksi antar faktor, sedangkan dalam fungsi produksi translog kontribusi interaksi antar faktor diperhitungkan. Penelitian menggunakan SFA dengan fungsi produksi translog untuk mengukur tingkat efisiensi, diantaranya dilakukan oleh Mkhabela (2011) dalam bidang peternakan serta penelitian yang dilakukan oleh Guo dan Marchand (2012) dalam bidang pertanian organik.

(14)

2

dari 500 kg setiap musimnya. Jumlah tersebut sangat berlebihan karena total serapan Nitrogen tanaman adalah sekitar 150 hingga 250 kg N/ha sehingga terdapat kelebihan Nitrogen di lahan pertanian tersebut atau disebut sebagai surplus Nitrogen. Surplus Nitrogen inilah yang berpotensi mencemari lingkungan (Ladiyani et al. 2007). Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dianalisis juga tingkat efisiensi lingkungan terhadap penggunaan pupuk Nitrogen agar pencemaran lingkungan akibat surplus Nitrogen dapat dikurangi. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh informasi tentang keberlanjutan usaha tani bawang merah khususnya dari aspek keberlanjutan lingkungan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis:

1. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi hasil produksi bawang merah 2. Tingkat efisiensi lingkungan usaha tani bawang merah dari pengaruh pupuk

Nitrogen.

TINJAUAN PUSTAKA

Fungsi Produksi

Secara umum produksi dalam usahatani ditentukan oleh faktor-faktor produksi seperti tanah, tanaga kerja, modal dan manajemen. Hubungan teknis antara input dan output dapat dinyatakan dalam bentuk fungsi produksi. Fungsi produksi menerangkan hubungan teknis yang mentransformasi input atau sumberdaya menjadi output atau komoditas. Bentuk umum fungsi produksi dapat dinyatakan seperti di bawah ini (Agung et al. 2008):

Q = f (X1, X2,..., Xk)

dengan Q adalah output yang merupakan fungsi dari k-buah input Xi > 0, i =

1,2,...k.

(15)

3

Gambar 1 Tiga fase produksi

Fungsi produksi Cobb-Douglas dan fungsi produksi translog merupakan contoh dari fungsi produksi. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah fungsi yang sering digunakan sebagai model analisis produksi usaha tani, karena penggunaannya yang lebih sederhana dan mudah untuk melihat hubungan input-output. Secara matematis fungsi produksi Cobb-Douglas dituliskan sebagai berikut (Agung et al. 2008):

Ln Yi = β0 + βj ln (Xij) + , i = 1,2,...n; j = 1,2,...p

dengan Y adalah output, β0 adalah intersep fungsi produksi, βjadalah parameter

dari setiap faktor produksi, i adalah indeks untuk individu petani, dan j adalah indeks untuk faktor produksi yang digunakan serta  adalah galat acak.

Fungsi produksi translog pertama kali diperkenalkan oleh Berndt dan Christensen pada tahun 1993. Secara matematis fungsi produksi translog dituliskan sebagai berikut (Agung et al. 2008):

Ln Yi = β0 + βj ln(Xij) + 0.5 jk βjk ln(Xij) ln(Xik) +

Pada fungsi produksi translog interaksi antar faktor produksi diperhitungkan pengaruhnya terhadap hasil produksi. Interaksi ini berfungsi untuk melihat pengaruh secara bersama-sama antar faktor produksi terhadap tingkat produksi yang dihasilkan. Hal ini yang menjadi salah satu kelebihan dari fungsi produksi translog dibandingkan dengan fungsi produksi Cobb-Douglas.

Stochastic Frontier Analysis (SFA) untuk Mengukur Tingkat Efisiensi

Lingkungan

(16)

4

seperti tingkat pendidikan petani, usia petani, dan seberapa lama menjadi petani, sehingga bentuk umum SFA untuk satu peubah input dapat dituliskan sebagai berikut:

Yi = f (Xi ; β) x exp { Vi– Ui } (1)

dengan Yi adalah tingkat produksi (output), Xi adalah peubah input yang digunakan, β adalah parameter yang akan diduga, Vi adalah peubah acak yang berkaitan dengan faktor -faktor eksternal seperti iklim dan hama serta sebarannya simetris dan menyebar normal, dan Ui adalah peubah acak tak negatif yang mempengaruhi tingkat inefisiensi dan berkaitan dengan faktor-faktor internal serta diasumsikan menyebar setengah normal.

Gambar 2 Fungsi Stochastic Frontier

Gambar 2 menjelaskan bahwa terdapat dua petani yaitu petani i dan j. Petani i menggunakan input sebesar Xi dan menghasilkan output batas atau frontier yang melampaui nilai dari fungsi produksi f(Xi; ). Hal ini dapat terjadi karena aktivitas

produksinya dipengaruhi oleh kondisi yang menguntungkan dimana Vi bernilai

positif. Petani j menggunakan input sebesar Xj dan menghasilkan output batas atau frontier di bawah dari fungsi produksi f(Xi; ). Hal ini dapat terjadi karena

aktivitas produksinya dipengaruhi oleh kondisi yang tidak menguntungkan dimana Vj bernilai negatif.

Reinhard (1999) menerapkan SFA dengan menambahkan satu peubah yang dinilai dapat merusak lingkungan yang bertujuan untuk mendapatkan nilai dari efisiensi lingkungan. Peubah tersebut adalah surplus Nitrogen. Bentuk umum SFA dalam Reinhard (1999) dituliskan sebagai berikut:

(17)

5 Persamaan (2) sama dengan persamaan (1) kecuali ada tambahan faktor Zi yaitu peubah input yang dinilai dapat merusak lingkungan (surplus Nitrogen). Dengan fungsi produksi translog, model lengkapnya dapat dinyatakan sebagai berikut (Reinhard 1999):

(Xij) adalah logaritma dari peubah input ke j yang digunakan oleh petani ke i, ln

(Zi) adalah logaritma dari peubah input yang dinilai dapat merusak lingkungan

(surplus Nitrogen) oleh petani ke i, ui adalah peubah acak tak negatif, dan mempengaruhi tingkat inefisiensi dan berkaitan dengan faktor-faktor internal serta diasumsikan menyebar setengah normal (u

i ~ | N(u,σu 2

|), vi adalah peubah acak yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal (iklim, hama) sebarannya simetris dan menyebar normal (v

Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah hasil produksi. Efisiensi lingkungan adalah ukuran yang memenuhi kombinasi antara tekanan faktor produksi yang digunakan dengan kemampuan penggunaannya (Mkhabela 2011). Efisiensi Lingkungan dalam Mkhabela (2011), Reinhard (1999), Guo dan Marchand (2012) dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

ln EEi = [-(βz+∑βjzlnXij+ βzzlnZi) ± {(βz+ ∑βjzlnXij+ βzzlnZi)2–2βzzUi}0.5]/βzz (4)

dengan ln EEi adalah efisiensi lingkungan petani ke-i, Xij adalah peubah input petani, Zi adalah surplus Nitrogen pada petani ke-i, Ui adalah faktor inefisiensi,

dan βz, βjz, βzz adalah parameter yang akan diduga.

METODE

Data

(18)

6

satu peubah yang dinilai dapat merusak lingkungan (Z). Peubah Z atau surplus Nitrogen didefinisikan sebagai selisih antara penggunaan pupuk Nitrogen riil dengan anjuran penggunaan pupuk Nitrogen. Dosis anjuran pupuk Nitrogen untuk menanam bawang merah yang dijadikan acuan perhitungan surplus Nitrogen pada penelitian ini adalah sebesar 200kg/ha (Dewi 2012). Peubah-peubah yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

Y : Hasil produksi bawang merah (kg/luas lahan).

Prosedur Analisis Data

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Melakukan eksplorasi data dan melakukan pemeriksaan asumsi, yaitu asumsi kenormalan, kehomogenan ragam, multikolinearitas dan autokorelasi (Draper dan Smith 1992). Jika terjadi pelanggaran asumsi maka akan ditangani

2. Menduga keseluruhan parameter faktor produksi (βj) dan intersep (β

0) serta menganalisis faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap hasil produksi bawang merah. Hasil dugaan diperoleh dengan metode pendugaan Maximum Likelihood Estimation (MLE) berdasarkan model fungsi produksi translog pada persamaan (3) dan diperoleh persamaan operasional sebagai berikut:

3. Menghitung nilai elastisitas faktor-faktor produksi dengan menggunakan rumus (Guo dan Marchand 2012):

(19)

7 4. Menggunakan persamaan (4) untuk mencari nilai efisiensi lingkungan masing-masing petani dan diperoleh persamaan operasional sebagai berikut: Ln EEi = [-(βz + β1z ln X1 + β2z ln X2 + β3z ln X3 + β4z ln X4 + β5z ln X5 + β6z ln X6 + βzz ln Z) – {( βz + β1z ln X1 + β2z ln X2 + β3z ln X3 + β4z ln X4 + β5z ln X5 + β6z ln X6 + βzz ln Z)2 – 2*βzz*Ui}0.5]/ βzz

5. Interpretasi hasil efisiensi lingkungan yang dihasilkan para petani dan memberikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan Surplus Nitrogen

Dosis anjuran pupuk Nitrogen untuk menanam bawang merah menurut Dewi (2012) adalah 200kg/ha. Perhitungan surplus Nitrogen pada penelitian ini dilakukan dengan mengurangkan dosis riil yang digunakan oleh petani dengan dosis yang dianjurkan. Satuan surplus Nitrogen yang digunakan adalah kg/ha. Berdasarkan hasil perhitungan, terdapat 106 atau 55.21% petani yang mengalami surplus Nitrogen. Petani sisanya yaitu 86 atau 44.79% petani tidak mengalami surplus Nitrogen, sehingga hanya 106 petani saja yang akan dianalisis tingkat efisiensi lingkungannya.

Deskripsi Data

Deskripsi data dilakukan terhadap peubah respon dan tujuh peubah penjelas. Ringkasan data peubah yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Deskripsi peubah produksi dan faktor produksi

Rata-rata produksi bawang merah sebesar 3.39 ton yang dihasilkan dari lahan dengan luas rata-rata 0.23 hektar atau untuk 1 hektar lahan, petani rata-rata mendapatkan produksi bawang merah sebesar 14.74 ton. Rata-rata jumlah input

Peubah Simbol Rata-rata Simpangan baku Minimun Maksimum

(20)

8

produksi pada rata-rata luas lahan 0.23 hektar, yaitu untuk input bibit adalah 264.33 kg, pupuk P sebesar 60.5 Pkg/luas lahan, pupuk K sebesar 80.73 Kkg/luas lahan, pestisida 3.9 liter, penggunaan tenaga kerja 32 HKSP, dan surplus Nitrogen sebesar 72.07 kg/ha. Keragaman produksi dan penguasaan lahan cukup tinggi, sedangkan keragaman terendah adalah penggunaan tenaga kerja.

Rata-rata surplus Nitrogen dari 106 petani bawang merah adalah sebesar 72.07 kg/ha atau terjadi surplus sekitar 64 persen dari dosis yang dianjurkan (200kg/ha). Kelebihan atau surplus Nitrogen yang dihasilkan ini cukup besar, sehingga akan berpengaruh terhadap produksi bawang merah dan dapat mencemari lingkungan.

Pengujian Asumsi

Pengujian asumsi yang dilakukan yaitu asumsi normalitas, kehomogenan ragam, kebebasan sisaan dan multikolinearitas. Taraf nyata yang digunakan adalah 5%. Pengujian asumsi kenormalan dilakukan dengan uji formal Kolmogorov-Smirnov. Hasil pengujian asumsi kenormalan untuk data awal menghasilkan p-value lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, sehingga dilakukan transformasi terhadap nilai Y. Transformasi yang dilakukan ialah √ . Setelah dilakukan transformasi, dihasilkan p-value yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0.059, maka sisaan menyebar normal. Pengujian asumsi kehomogenan ragam dilakukan dengan uji formal Gletser dan didapatkan p-value sebesar 0.307, sehingga sisaan dikatakan homogen. Uji formal Runs Test dilakukan untuk melakukan pengujian asumsi selanjutnya yaitu kebebasan sisaan. Berdasarkan uji ini diperoleh p-value sebesar 0.969 sehingga sisaan saling bebas. Masalah multikolinearitas dalam fungsi produksi translog tidak dapat dihindarkan (Pavelescu 2010). Hal ini disebabkan, pada model terdapat faktor interaksi antara dua peubah bebas, sehingga menyebabkan nilai korelasi yang tinggi. Oleh karena itu, korelasi antara satu peubah bebas dan interaksinya dapat diabaikan. Pada penelitian ini, didapat hasil bahwa nilai korelasi peubah bebas dan interaksinya sangat tinggi. Peneliti kemudian melakukan pengujian korelasi dengan melihat nilai korelasi peubah bebas satu dengan lainnya, dengan mengabaikan nilai korelasi terhadap interaksinya. Berdasarkan hasil pengujian ini, nilai korelasi yang didapat tidak lebih dari 0.8 sehingga tidak terdapat multikolinearitas antar peubah (Lampiran 1).

Analisis Stochastic Frontier denganFungsi Produksi Translog

(21)

9 interaksi antara pupuk P dengan surplus Nitrogen serta interaksi antara pupuk K dengan surplus Nitrogen juga secara bersama-sama mempengaruhi tingkat produksi bawang merah. Besarnya pengaruh diantara faktor produksi dapat dilihat dari nilai elastisitas yang dimiliki oleh masing-masing faktor produksi.

Elastisitas menyatakan seberapa besar perubahan faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi. Koefisien parameter dugaan β pada fungsi produksi translog bukan merupakan nilai elastisitas inputnya (Lampiran 2). Nilai elastisitas pada fungsi produksi translog dihitung dengan menggunakan rumus pada persamaan (5) dan hasilnya disajikan pada Tabel 2. Nilai elastisitas ini, didasarkan pada peubah Y yang ditransformasi.

Tabel 2 Nilai elastisitas faktor produksi Faktor produksi Nilai elastisitas

Berdasarkan Tabel 2, nilai elastisitas bibit merupakan yang tertinggi yaitu 0.1687, artinya setiap kenaikan penggunaan bibit sebesar 10 persen akan menaikkan hasil produksi sebesar 1.69 persen. Selain bibit, nilai elastisitas surplus Nitrogen juga cukup besar jika dibandingkan dengan peubah pupuk P, pupuk K, pestisida, luas lahan, dan tenaga kerja yaitu -0.0063. Nilai ini berarti bahwa setiap kenaikan surplus Nitrogen akibat penggunaan dosis pupuk Nitrogen yang berlebihan sebesar 10 persen akan menurunkan produksi bawang merah sebesar 0.063 persen. Penurunan produksi akibat surplus Nitrogen ini tidak terlalu besar, namun jika terus dilakukan penggunaan pupuk Nitrogen yang tidak sesuai dosis akan membuat produksi bawang merah semakin menurun bahkan akan menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu pencemaran lingkungan (Reinhard 1999).

Nilai dugaan parameter sigma-squared (σ2) yang merupakan total keragaman yang disumbangkan oleh efek inefisiensi dan efek eksternal diperoleh sebesar 0.0033. Nilai dugaan parameter sigma-squared (σ2) ini nyata pada taraf nyata 0.05 atau keragaman produksi bawang merah yang disumbangkan oleh efek inefisiensi (ui) maupun efek eksternal (vi) sebesar 0.0033 atau sebesar 0.33 persen.

Parameter kedua adalah gamma ( ) yang merupakan rasio dari keragaman efek inefisiensi (ui) terhadap keragaman total produksi (σ2) diperoleh nilai dugaan

(22)

10

Tabel 3 Efek inefisiensi teknis petani

Efek Inefisiensi Koefisien t hitung

Usia petani (δ1) -0.0004 -0.5133

Lama pendidikan formal petani (δ2)

-0.0031 -1.2516

Lama menjadi petani (δ3) -0.0006 -0.6451

Hubungan antara Efisiensi Teknis dengan Efek Inefisiensi Teknis Petani

Efisiensi teknis berkaitan dengan cara pengolahan faktor-faktor produksi yang digunakan oleh petani. Nilai efisiensi teknis berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, maka secara teknis petani sudah efisien. Rata-rata efisiensi teknis yang diperoleh dari 106 petani adalah 0.9475. Nilai efisiensi ini cukup besar, maka petani bawang merah di Nganjuk secara teknis dalam penggunaan faktor-faktor produksi sudah efisien. Perhitungan efisiensi teknis pada penelitian ini dilakukan melalui bantuan program komputer Frontier 4.1.

Efek inefisiensi teknis mencerminkan kondisi sosial ekonomi petani atau sebagai akibat faktor internal petani. Efek inefisiensi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga peubah, yaitu usia petani, lama pendidikan formal petani, dan lama menjadi petani. Efek inefisiensi ini menjelaskan pengaruh kinerja petani di lapangan terhadap tingkat efisiensinya secara teknis.

Hubungan antara efisiensi teknis dengan efek inefisiensi teknis petani dapat dilihat melalui model sebagai berikut:

ui = δ0 + δ1I1 + δ2I2 + δ3I3 +

dimana I1 adalah usia petani (tahun), I2 adalah lama pendidikan formal petani

(tahun), dan I3 adalah lama menjadi petani (tahun) serta  adalah galat acak. Nilai

yang diharapkan yaitu δ0>0, δ1>0, δ2<0, δ3<0. Hasil dugaan efek inefisiensi teknis petani berdasarkan model di atas disajikan pada Tabel 3.

(23)

11

Tabel 5 Nilai faktor produksi dan efek inefisiensi dari petani dengan efisiensi lingkungan terendah dan tertinggi Faktor produksi dan efek inefisiensi Efisiensi lingkungan

Minimum Maksimum Hasil produksi (kg/luas lahan) 2500 7000

Luas lahan (m2) 2500 1400

Bibit (kg/luas lahan) 200 100

Pupuk P (Pkg/luas lahan) 4.8 24

Pupuk K (Kkg/luas lahan) 4.8 69

Pestisida (ml/luas lahan) 1960 678

Tenaga kerja (HKSP) 13 14

Surplus Nitrogen (kg/luas lahan) 104.9 8.6

Usia petani (tahun) 65 38

Lama pendidikan formal petani

(tahun) 9 12

Lama menjadi petani (tahun) 9 28

Tabel 4 Nilai efisiensi lingkungan petani

Efisiensi Lingkungan Jumlah petani Persentase (%) 0.0 ≤ EE < 0.1 5 4.72

Perhitungan efisiensi lingkungan dilakukan dengan menggunakan nilai β duga yang sudah diperoleh dari persamaan fungsi produksi translog. Nilai beta yang digunakan hanya yang berinteraksi dengan Z atau surplus Nitrogen. Beta tersebut yaitu z zz 1z 2z 3z 4z 5z dan 6z. Berdasarkan hasil analisis,

rata-rata nilai efisiensi lingkungan dari 106 petani bawang merah di Nganjuk, Jawa Timur adalah sebesar 0.2765, artinya secara umum petani belum efisien secara lingkungan atau penggunaan pupuk Nitrogen belum sesuai dosis anjuran. Nilai maksimum efisiensi lingkungan yang diperoleh sebesar 0.4242, sedangkan nilai minimum efisiensi lingkungannya sebesar 0.0347. Ragam dari efek inefisiensi teknis petani diperoleh sebesar 0.00012. Nilai ini sangat kecil, sehingga sesuai dengan nilai dugaan parameter gamma yang menyatakan bahwa keragaman yang disumbangkan oleh efek inefisiensi terhadap keragaman total hanya sebesar 0.44 persen. Menurut Kurniawan (2008), batas pencapaian efisiensi yang baik yaitu sebesar 0.8. Persentase nilai efisiensi lingkungan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 menunjukkan bahwa persentase petani yang nilai efisiensi lingkungannya paling besar yaitu berada diantara nilai 0.3-0.4 yaitu sebesar 49.06 persen, sedangkan persentase terkecil terletak antara 0.4-0.5 yaitu sebesar 2.83 persen.

(24)

12

Karakteristik faktor produksi dari petani yang memiliki nilai efisiensi lingkungan terendah dan tertinggi berdasarkan faktor-faktor produksi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan petani yang memperoleh nilai efisiensi lingkungan terkecil atau minimum yaitu 0.0347 memiliki tingkat surplus Nitrogen yang tinggi sebesar 104.9 kg/ha, sedangkan petani dengan efisiensi lingkungan terbesar atau maksimum yaitu sebesar 0.4242 memiliki tingkat surplus Nitrogen yang rendah sebesar 8.6 kg/ha. Hasil produksi juga menunjukkan bahwa petani yang memiliki nilai efisiensi lingkungan maksimum memperoleh hasil produksi yang lebih besar yaitu 7000 kg/ha dibandingkan dengan petani yang memiliki efisiensi lingkungan minimum yaitu 2500 kg/ha.

Efek inefisiensi seperti usia petani, lama pendidikan formal petani dan lama menjadi petani menunjukkan bahwa petani dengan usia yang semakin tua, menjalani pendidikan formal yang tidak lama dan belum lama menjadi petani memperoleh nilai efisiensi lingkungan yang minimum. Hal yang sebaliknya ditunjukkan oleh petani dengan usia yang lebih muda, menjalani pendidikan formal yang lebih lama dan sudah lama menjadi petani memperoleh nilai efisiensi lingkungan yang lebih baik atau maksimum. Hasil ini sesuai dengan asumsi bahwa usia petani yang lebih muda, semakin lama menjalani pendidikan formal dan lebih lama berpengalaman menjadi petani akan semakin efisien secara lingkungan maupun teknis. Hal ini disebabkan, karena petani yang semakin tua akan semakin tidak produktif untuk bertani sehingga hasil produksi akan menurun. Pendidikan formal juga dinilai penting untuk memberikan pengetahuan kepada petani mengenai cara bertani yang baik atau menggunakan dosis sesuai anjuran, sehingga semakin lama petani menjalani pendidikan formal akan membuat efisiensi secara teknis maupun lingkungan dapat tercapai. Pengalaman juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan nilai efisiensi lingkungan ataupun teknis, karena semakin petani berpengalaman akan membuat usaha tani menjadi lebih baik dalam hal penggunaan input-input produksi sehingga nilai efisiensi lingkungan dan teknis akan meningkatkan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Analisis stochastic frontier dengan fungsi produksi translog dalam penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa produksi bawang merah dipengaruhi oleh interaksi antara bibit dengan pestisida, interaksi antara pupuk P dengan surplus Nitrogen, dan interaksi antara pupuk K dengan surplus Nitrogen. Kontribusi terbesar terhadap hasil produksi bawang merah dapat dilihat dari nilai elastisitasnya. Nilai elastisitas bibit merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 0.1687.

(25)

13 Rata-rata tingkat efisiensi lingkungan yang diukur berdasarkan surplus Nitrogen petani masih sangat rendah, sehingga dikhawatirkan dampak negatif dari kelebihan Nitrogen ini mencemari lingkungan dan hasil produksi bawang merah akan semakin buruk.

.

Saran

Model regresi yang dibangun pada penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam mengevaluasi program pemerintah pada usaha tani bawang merah yang melibatkan petani, karena dapat mengukur tingkat efisiensi petani secara teknis dan terhadap lingkungan. Pemerintah sebaiknya melakukan pengawasan terhadap para petani agar petani dapat dengan mudah mendapatkan informasi khususnya mengenai dosis penggunaan pupuk. Pelatihan dan bimbingan juga dirasa dapat membantu menaikkan tingkat efisiensi lingkungan petani bawang merah di Nganjuk, Jawa Timur sehingga pertanian berkelanjutan dapat dicapai. Selain itu, analisis stochastic frontier dengan fungsi produksi translog dalam penelitian ini dapat dikembangkan dengan menggunakan dua peubah yang dinilai dapat merusak lingkungan dan diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih baik dan lebih informatif.

DAFTAR PUSTAKA

Agung I, Pasay N, Sugiharso. 2008. Teori Ekonomi Mikro Suatu Analisis Produksi Terapan. Jakarta(ID): PT Raja Grafindo Persada.

Dewi N. 2012. Untung Segunung Bertanam Aneka Bawang. Yogyakarta (ID): Pustaka Baru Pres.

Draper N, Smith H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Applied Regression Analysis. Ed ke-2.

Guo H, Marchand S. 2012. The Environmental Efficiency of Organic Farming in Developing Countries: A Case Study From China. Etudes et Documents. 13. Juanda B. 2009. Ekonometrika: Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB

Press.

Kurniawan AY. 2008. Analisis Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing Usaha Tani Jagung Pada Lahan Kering di Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ladiyani. 2007. Pengelolaan Hara Nitrogen untuk Komoditas Sayuran Dataran Tinggi pada Aquandic Dystrudepts Karang Anyar, Jawa Tengah. Badan Litbang Pertanian. 258.

Mkhabela TS. 2011. An Econometric Analysis of the Economic and Environmental Efficiency of Dairy Farms in the KwaZulu-Natal Midlands [disertasi]. Afirika Selatan (ZA): Stellenbosch University.

(26)

14

Pavelescu FM. 2010. Some Aspects of The Translog Production Function Estimation [disertasi]. Rumania (RO): Institute of National Economy Romanian Academy.

Putrasamedja S, Suwandi. 1996. Varietas Bawang Merah di Indonesia. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

(27)

15 Lampiran 1 Nilai korelasi antar peubah bebas

X1 X2 X3 X4 X5 X6

X1

X2 0.536

X3 -0.007 0.002

X4 -0.015 0.049 0.072

X5 0.620 0.545 -0.137 -0.057

X6 0.298 0.337 0.171 -0.034 0.348

(28)

16

Parameter regresi Koefisien regresi Galat

baku t hitung t tabel

(29)

17

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 04 April 1992 dari ayah bernama Ahmad Iqbal dan ibu bernama Sunarti. Penulis merupakan anak Sulung dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Paseban 18 Pagi pada tahun 2004. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 76 Jakarta dan tamat pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Jakarta dan lulus pada tahun 2010. Setelah tamat SMA, penulis diterima di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur masuk USMI.

Gambar

Gambar 1  Tiga fase produksi
Gambar 2  Fungsi Stochastic Frontier
Tabel 1  Deskripsi peubah produksi dan faktor produksi
Tabel 2  Nilai elastisitas faktor produksi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pergerakan harga bawang merah enam kota besar di Indonesia, menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga bawang merah

BOGOR 2015.. Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHA TANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN NGANJUK JAWA TIMUR” karya

Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Dan pendapatan Usahatani Bawang Merah di Desa Clarak Kecamata Leces Kabupaten Probolinggo, Hanna Maria Kristina Melani, 081510601070;

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia dengan pendekatan Two Stage Sthochastic Frontier Approach (Studi Analisis di Bank

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH DI KABUPATEN KARO..

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi produksi biji kakao di Bali, (2) menganalisis efisiensi produksi biji kakao yang dihasilkan

Adapun judul dalam penelitian ini adalah “ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN BANGKA TENGAH ”.. Ucapan terima kasih

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui efisiensi Budidaya Bawang Merah, Menghitung Produktivitas Usahatani Bawang Merah., Menghitung Produktifitas Budidaya Bawang