II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Tanaman jagung dikenal di Indonesia sejak 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentra produsen jagung paling luas di Indonesia, antara lain adalah provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Lampung dan Jawa Barat. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia (Rukmana, 2008).
Menurut Purwono dan Hartono (2011) secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim (annual). Susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah. Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar , yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut (Rukmana, 2008).
Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang akan berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya berkisar 60-300cm (Purwono dan Hartono, 2011).
Struktur daun jagung terdiri atas tiga bagian, yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Jumlah daun tiap tanaman pohon bervariasi antara 8-48 helai. Ukuran daun berbeda-beda, yaitu panjang antara 30cm-150cm dan lebar mencapai 15cm (Rukmana, 2008).
Bunga jagung juga termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di ujung batang. Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 dan ke-8 dari bunga jantan (Purwono dan Hartono, 2011).
Tanah berdebu dan kaya hara dan humus cocok untuk tanaman jagung. Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH 5,5-7,0. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk tanaman jagung adalah pH 6,8 (Rukmana, 2008).
Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya produktivitas jagung yaitu dengan perbaikan varietas. Varietas jagung yang unggul dapat berupa varietas hibrida. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi, tetapi mempunyai beberapa kelemahan antara lain harga benih yang mahal, hanya dapat digunakan maksimal dua kali turunan, dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul yang dapat dipilih adalah Hibrida C-1, Hibrida C-2, Hibrida Pioner 1, Hibrida Pioner 2, Hibrida IPB 4, Hibrida CPI-1, Kalingga, Wiyasa, Arjuna, Bastar Kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula, Hibrida CPI-2, Hibrida BISI-2, P-5, C-3 dan Semar 2 (Purwono dan Hartono, 2011).
Manfaat penggunaan benih unggul jagung bersertifikat adalah menghemat jumlah pemakaian benih persatuan luas areal, pertumbuhan tanaman relatif seragam, tingkat kemasukan merata sehingga dapat mengurangi besarnya kehilangan atau susut hasil, menjamin peningkatan hasil secara optimal, dan meningkatkan pendapatan usahatani (Rukmana, 2008).
sisa-sisa tanaman sebelumnya, kegiatan dilanjutkan dengan persiapan lahan yang diantaranya pembajakan agar diperoleh tanah yang gembur, untuk tanah yang keras perlu dibajak sedalam 30cm sedangkan tanah yang lunak cukup 15-20cm. Setelah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran sekitar 25-30cm dengan kedalaman 30cm. Pada lahan dengan pH kurang dari 5, harus diberi kapur, jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton per-hektar (Purwono dan Hartono, 2011).
Waktu yang paling tepat untuk menanam jagung adalah pada awal musim hujan September-November dan pada awal kemarau Februari-April. Jarak tanam bergantung pada varietas. Varietas berumur lama ditanam dengan jarak 100 x 40cm sehingga populasi mencapai 50.000 tanam per ha. Kondisi iklim mempengaruhi pola tanam, lahan kering beriklim basah, tumpang sari adalah pilihan terbaik. Agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, cara tanam jagung mempertimbangkan beberapa hal seperti, kedalaman penempatan benih berkisar 2,5-5cm, bergantung pada kondisi tanah, populasi tanam antara 20.000-200.000 tanaman/ha, cara tanam adalah dengan alur-alur yang dibuat teratur atau jarak tanam yang teratur dalam alur sehingga memungkinkan penyiangan mekanis dua arah (Tim Karya Tani Mandri, 2010).
mengganti benih yang tidak tumbuh atau tumbuh abnormal. Selain penyulaman ada pengairan yang biasanya dilakukan 1-2 kali seminggu atau tergantung pada keadaan air tanah. Penjarangan tanaman dengan mencabut tanaman yang tumbuh kurang baik, untuk disisakan 1-2 tanaman paling baik perlubang tanam, waktu penjarangan dilakukan 2-3 minggu setelah tanam atau bersama-sama saat penyiangan. Penyiangan dilakukan pada tanaman jagung yang berumur ± 15 hari setelah tanaman atau pertumbuhan tanaman mencapai setinggi lutut (Rukmana, 2008).
Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan ketersediaan unsur hara yang memadai. Untuk memenuhinya dilakukan pemupukan, jenis dan dosis pupuk harus mengacu pada hasil analisis tanah ataupun tanaman di labratorium (Rukmana, 2008).
Banyak macam hama yang dapat menggagalkan panen jagung. Bagian-bagian tanaman yang sering diserang pun sangat bervariasi. Ada hama yang menyukai daun yang masih muda, pucuk daun, pangkal batang, dan akar tanaman. Hampir semua bagian tanaman jagung dapat menjadi sasaran serangan hama. Jadi, mencegah ataupun memberantasnya merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam membudidayakan tanaman jagung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
yang siap di panen adalah : umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam, jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga, biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas (Tim Karya Tani Mandiri, 2011).
2.2 Landasan Teori
Produksi adalah suatu kegiatan dalam penciptaan nilai tambah dari input atau masukan
untuk menghasilkan output berupa barang dan jasa yang diperoleh dengan suatu
kegiatan yang namanya proses produksi, dengan sasaran menetapkan cara yang optimal
dalam menggabungkan masukan untuk meminimumkan biaya, sehingga perusahaan
dapat mampu menciptakan kualitas produk yang lebih baik dan efisien yang lebih tinggi
dalam proses produksinya (Hernanto, 1991).
Proses produksi diartikan sebagai kaidah-kaidah atau yang dapat digunakan dalam
sumber daya yang terbatas dalam proses produksi agar tercapai hasil maksimum.
Ukuran dari terjadinya peningkatan produksi pertanian secara nasional adalah nilai
pertumbuhan produksi hasil-hasil pertanian dalam harga konstan. Kemampuan tanaman
memberikan suatu hasil produksi ditentukan oleh bibit, iklim dan lahan (Simanjuntak,
2004).
Faktor produksi adalah input produksi seperti, alam, tenaga kerja, modal, pengelolaan
(manajemen) yang akan mempengaruhi produksi usahatani jagung. Faktor produksi
alam dan tenaga kerja sering disebut faktor produksi primer, faktor produksi modal dan
pengelolaan disebut faktor produksi sekunder. Ada literatur yang menambahkan faktor
teknologi itu bukan terpisah, melainkan masuk ke masing-masing faktor produksi di
atas. Maksudnya ada teknologi yang berhubungan dengan alam, ada teknologi tersendiri
dalam tenaga kerja, dalam modal dan dalam manajemen. Dengan demikian faktor-faktor
produksi tetap empat (Tarigan, 2007).
Mubyarto (1995), mengatakan suatu fungsi produksi akan berfungsi ketika terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output), dalam sektor pertanian
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi (output) yaitu sebagai
berikut :
1. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Produksi Pertanian
Lahan sebagai salah satu faktor yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang
mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecillnya
produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang
digunakan.
2. Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Produksi Pertanian
Tenaga Kerja merupakan penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang
mencari pekerjaaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus
rumah tangga. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia masih menggantungkan
hidupnya di sector pertanian. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal
dari keluarga sendiri yang terdiri dari ayah sebagai kepala keluarga, istri dan
anak-anak petani. Tenaga kerja dari dalam keluarga petani merupakan sumbangan
keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai
dengan uang.
Pemberian dosis pupuk yang tepat akan menghasilkan produk berkualitas. Pupuk
yang sering digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berasal
dari penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang, misalnya pupuk
kandang, pupuk hijau, dan pupuk kompos. Sementara itu pupuk anorganik adalah
pupuk yang sudah mengalami proses di pabrik misalnya urea, TSP dan KCL.
4. Pengaruh obat-obatan Terhadap Produksi Pertanian
Obat-obatan dapat menguntungkan usahatani namun disisi lain pestisida dapat
merugikan petani. Obat-obatan dapat kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan
pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain
pencemaran lingkungan, rusaknya buah, keracunan. Penggunaan obat-obatan
bertujuan untuk mencegah serangan hama dan penyakit yang dapat mengakibatkan
turunnya produksi dan kualitas buah.
5. Pengaruh Bibit Terhadap Produksi Pertanian
Bibit menentukan keunggulan dari suatu komoditas. Bibit yang unggul cenderung
menghasilkan produk dengan kualitas yang baik, sehingga semakin unggul bibit
maka semakin baik produksi yang akan dicapai.
Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai
macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu
perusahaan (Soekartawi, 1995).
Di dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi produksi yaitu fungsi
yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor produksi.
Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:
Pada regresi sederhana :
Pada regresi berganda :
Y = f (X1, X2, X3,……, Xn)
Dimana :
Y = hasil produksi fisik
X, X1, …, Xn = faktor-faktor produksi (Mubyarto,1995).
Dalam teori ekonomi diambil satu asumsi dasar mengenai sifat dari fungsi produksi
yaitu fungsi produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang
disebut The Law Of Diminishing Returns. Erat kaitannya dengan diminishing returns
adalah produk marginal (MP), yaitu perubahan jumlah output sebagai akibat perubahan
1 satuan input variabel. Dengan demikian bentuk dari kurva MP mula-mula meningkat
kemudian kembali menurun. Sedangkan Produk Total (TP) menunjukkan tingkat
produksi total pada berbagai tingkat penggunaan input variabel. Produk Rata-rata (AP)
merupakan hasil rata-rata persatuan input variabel pada berbagai tingkat persamaan
input itu, atau produk
total dibagi dengan
jumlah satuan dari
input variabel.
Gambar 3 menunjukkan pada kurva TPP titik A merupakan titik inflection point, titik B
merupakan titik optimum point dengan nilai EP = 1 dan pada saaat tenaga kerja bernilai
5 pada kurva TPP dikatakan maximum point dengan nilai EP = 0. Bagian 1
menunjukkan bahwa elastisitas produksinya (EP) > 1, kondisi tersebut dikatan tidak
efisien, bagian 2 menunjukkan bahwa kondisi tersebut dikatakan efisien karena daerah
tersebut berada pada garis optimum dan maximum point dengan nilai 0 ≥ EP ≤ 1,
sedangkan bagian 3 menunjukkan nilai EP < 0 karena semakin jauh nilai dari titik
maksimum maka nilai nya akan semakin kecil.
Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input
sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian
akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal
(NPM) untuk suatu input sama dengan harga input atau dapat ditulis NPM= Px
(Soekartawi, 2003).
Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana
menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Pengertian efisien ini dapat
digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Efisiensi Teknis yaitu suatu kondisi yang jumlah pemakaian input tertentu mempunyai average product dalam keadaan maksimum.
2. Efisiensi Ekonomi yaitu jika nilai produk marginal sama dengan harga faktor produksi (Tarigan, K dan L. Sihombing, 2007).
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu dan efektif bila petani atau
dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber tersebut menghasilkan pengeluaran yang
melebihi masukan (Soekartawi, 1995).
2.3Kerangka Pemikiran
Jagung termasuk komoditi terpenting di Sumatera Utara, jagung termasuk ke dalam
kelompok pangan strategis yang permintaanya terus meningkat setiap tahunnya,
walaupun produksi jagung di Sumatera Utara terus meningkat tapi tidak dapat
mencukupi kebutuhan permintaan yang akhirnya memaksa pemerintah untuk
mengimport jagung. Setelah mengimport maka harga jagung import lebih murah dari
pada jagung lokal yang mengakibatkan kerugian pada petani jagung lokal.
Produksi merupakan suatu proses transformasi input menjadi output. Inputdalam usaha
tani jagung adalah luas lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan bibit. Sementara output
dari usaha tani jagung adalah produksi jagung. Input dalam usaha tani tersebut
mempunyai pengaruh terhadapproduksi jagung.
Penggunaan faktor-faktor produksi yaitu luas lahan, tenaga kerja, pupuk, obat-obatan
dan bibit perlu dianalisis untuk mengetahui efisiensi ekonomi dari penggunaan
faktor-faktor produksi tersebut terhadap jumlah produksi dengan cara membandingkan
tiap-tiap faktor produksi terhadap jumlah produksi jagung. Usahatani jagung dikatakan
memiliki efisiensi ekonomi apabila nilai efisiensi ekonomi sama dengan 1 dan
dikatakan tidak efisien apabila nilai efisienis ekonominya lebih kecil ataupun kurang
dari. Di dalam setiap kegiatan usahatani diperlukan analisis tingkat efisiensi. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui apakah usahatani jagung sudah tergolong efisien dari segi
penggunaan faktor-faktor produksinya.
antar lembaga menimbulkan biaya oleh karena adanya biaya pemasaran maka timbulah perbedaan harga yang diterima oleh produsen dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen yang di sebut marjin pemasaran. Semakin pendek rantai pemasaran maka semakin efisien sistem pemasaran.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan dengan skema kerangka pemikiran sebagai berikut :
Petani
Usahatani jagung
Produksi Faktor-faktor
produksi : 1. Luas
Lahan
2. Bibit
3. Pupuk
4. Tenaga Kerja
5. Obat-obatan
Produktivitas
Melebihi O ti l
Optimal Belum Optimal Efisiensi
Keterangan : Ada Hubungan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran 2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian pada landasan teori dan identifikasi masalah, maka hipotesis dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Produksi dan produktivitas jagung di daerah penelitian tergolong tinggi. 2. Faktor luas lahan, bibit, pupuk, tenaga kerja dan obat-obatan