KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN
DESNA
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
Desna. KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN. Dibimbing oleh Hanedi Darmasetiawan dan Irzaman
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.) Fries) merupakan jamur kayu famili Agaricaceae dan dibudidayakan oleh masyarakat. Jamur ini banyak dikonsumsi masyarakat karena kandungan gizi yang tinggi dan memberi manfaat bagi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih yang dapat menghasilkan bibit jamur tiram putih yang terbaik. Manfaat penelitian ini adalah dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada petani tentang efisiensi waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih yang berproduksi paling tinggi. Telah dilakukan penelitian sterilisasi media yang dikemas dalam bentuk baglog dengan cara pengukusan menggunakan drum dengan variasi lama pengukusan 6 jam (2 jam pemanasan dan 4 jam sterilisasi), 8 jam (2 jam pemanasan, 6 jam sterilisasi), 10 jam (2 jam pemanasan dan 8 jam sterilisasi) Bahan bakar yang digunakan adalah LPG. Hasil efisiensi yang diperoleh dari perlakuan seperti yang dinyatakan diatas berturut-turut adalah 40,74%, 59,57% dan 53,14%. Massa jamur yang diperoleh pada proses pengukusan media 6 jam sebesar 7,003kg, sedangkan pada proses pengukusan media selama 8 jam dan10 jam menghasilkan masing-masing 14,035 kg dan 2,503 kg. Hasil penelitian secara fisik dan ekonomi ternyata proses pengukusan media jamur tiram selama 8 jam (2 jam pemanasan dan 6 jam sterilisasi) menghasilkan efisiensi dan massa yang tertinggi.
KAJIAN LAMANYA PROSES STERILISASI MEDIA JAMUR TIRAM PUTIH TERHADAP MUTU BIBIT YANG DIHASILKAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sajana Sains pada Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
Oleh: DESNA G74061117
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul : Kajian Lamanya Proses Sterilisai Media Jamur Tiram Putih terhadap Mutu Bibit yang Dihasilkan
Nama : Desna NRP : G74061117
Menyetujui
Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS Dr. Ir. Irzaman, M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 29 Desember 1988 dari pasangan Bapak A. Sianipar dan Ibu R. Purba. Penulis adalah putri pertama dari 4 bersaudara. Penulis menyelesaikan masa studi di SD Negeri Sindang Sari selama enam tahun, kemudian melanjutkan ke SLTPN 5 Bogor, selama tiga tahun dan melanjutkan ke jenjang menengah atas di SMAN 6 Bogor sampai tahun 2006. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan sarjana strata satu di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Kajian Lamanya Proses
Sterilisasi Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang Dihasilkan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua yang banyak berkorban demi keberhasilan penulis serta adik yang selalu memberikan doa, semangat kepada penulis.
2. Bapak Ir.Hanedi Darmasetiawan,MS selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penulis.
3. Bapak Dr.Ir.Irzaman,M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, motivasi, serta arahan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Akhiruddin Maddu, Msi dan Bapak Dr. Agus Kartono,M,Si selaku dosen penguji atas masukan dan sarannya.
5. Teman-teman di Departemen fisika FMIPA IPB (Sastri, Nady, Dina, Uliz, Afni, Mufti, Ninin, Acca, Cheqi, Ridwan, Santi, Rudi, Wandi, Pandu, Ocid, Chamot, dll) dan rekan-rekan di IPB yang senantiasa mendukung dan membantu penulis untuk menyelesaikan usulan penelitian ini.
6. Program Hibah Kompetitif Penelitian Unggulan Strategis Nasional 2009, DP2M Dikti, Republik Indonesia dengan nomor kontrak 413/SP2H/PP/DP2M/VI/2009 dan program penelitian Ilmu Pengetahuan Terapan/Penelitian Strategis Nasional 2010, DIPA IPB, Republik Indonesia dengan nomor kontrak 2/I3.24.4/SPK/PSN/2010 yang telah mendanai penelitian ini.
7. Seluruh Dosen Pengajar, staf dan karyawan di Departemen Fisika FMIPA IPB. 8. Rekan penelitian Tungku Sekam (ratih, galih, k’ Sukma, k’ B L, k’ acoy, dll.)
9. Teman-teman di Komisi Pelayanan Siswa UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB.
10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu, terimakasih banyak atas dukungannya.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua. Amin.
Bogor, Juni 2010
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ...viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Hipotesis ... 1
Tujuan Penelitian ... 1
Perumusan Masalah ... 1
TINJAUAN PUSTAKA ... 2
Jamur ... 2
Jamur Tiram ... 2
Budidaya Jamur Tiram Putih ... 3
Syarat Tumbuh ... 4
Rumah jamur (kubung) ... 4
Penumbuhan miselium ... 5
Penyiraman ... 5
Pengendalian hama ... 5
Pemanenan ... 5
Sterilisasi Jamur Tiram ... 5
Sterilisasi basah ... 6
Disinfectants ... 6
Sterilisasi dengan drum ... 6
Bahan Baku Pembuatan Media Tumbuh Jamur Tiram ... 6
Serbuk gergaji ... 6
Kapur ... 7
Tepung tapioka ... 7
Dedak padi... 7
Bibit Jamur ... 7
BAHAN DAN METODE ... 7
Tempat dan Waktu Penelitian ... 7
Bahan dan Alat ... 7
Metode Penelitian ... 8
Tahapan Budidaya Jamur Tiram ... 8
Pembuatan media jamur tiram putih dan proses sterilisasi media... 8
Inkubasi ... 8
Pemanenan ... 8
Pengukuran Lama Pendidihan Air dengan Menggunakan Kompor Gas ... 8
Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar ... 10
Membandingkan Hasil Pengukusan Media Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam. ... 10
Analisis Data Menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap ... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11
Perbandingan Hasil Pengukusan Media Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam ... 11
Faktor Tumbuh ... 14
Analisis Statistik Menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap... 16
KESIMPULAN DAN SARAN ... 16
Kesimpulan ... 16
Saran ... 16
DAFTAR PUSTAKA ... 17
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kandungan gizi jamur tiram ... 3
Tabel 2. Efisiensi bahan bakar setiap perlakuan sterilisasi media tumbuh ... 12
Tabel 3. Pertumbuhan jamur tiram ... 15
Tabel 4.Sidik ragam lamanya proses pengukusan terhadap energi yang dibutuhkan ... 15
Tabel 5.Sidik ragam lamanya proses pengukusan terhadap efisiensi bahan bakar ... 15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Jamur tiram (pleurotus ostreatus (l.) Fries.) ... 2
Gambar 2 Rumah jamur ... 4
Gambar 3 Rumah jamur ... 4
Gambar 4 Rak untuk penataan baglog ... 5
Gambar 5 Sterilisasi media dengan menggunakan drum ... 6
Gambar 6 Serbuk gergaji... 6
Gambar 7 Bibit jamur tiram putih (pleurotus ostreatus (l.) Fries) ... 7
Gambar 8 Diagram alir proses sterilisasi media ... 9
Gambar 9 Diagram alir penelitian ... 10
Gambar 10 Qn tiap ulangan lamanya sterilisasi media ... 13
Gambar 11 Qn rata-rata tiap ulangan lamanya sterilisasi media ... 13
Gambar 12 Efisiensi tiap ulangan lamanya sterilisasi media ... 13
Gambar 13 Efisiensi rata-rata tiap ulangan lamanya sterilisasi media ... 13
Gambar 14 Massa jamur tiap ulangan lamanya sterilisasi media ... 13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Media ... 19
a. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 1 ... 19
b. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 2 ... 20
c. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 1 ... 21
d. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 2 ... 22
e. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 1 ... 23
f. Proses pengukusan media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 2 ... 24
Lampiran 2 Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar ... 25
a. Perhitungan pengukusan bahan bakar 6 jam ulangan 1 ... 25
b. Perhitungan pengukusan bahan bakar 6 jam ulangan 2 ... 26
c. Perhitungan pengukusan bahan bakar 8 jam ulangan 1 ... 27
d. Perhitungan pengukusan bahan bakar 8 jam ulangan 2 ... 28
e. Perhitungan pengukusan bahan bakar 10 jam ulangan 1 ... 29
f. Perhitungan pengukusan bahan bakar 10 jam ulangan 2 ... 30
Lampiran 3 Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkap ... 31
a. Analisis efisiensi bahan bakar menggunakan rancangan acak lengkap ... 31
b. Analisis Qn (energi yang dibutuhkan) menggunakan rancangan acak lengkap ... 33
1
PENDAHULUANLatar Belakang
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.) Fries) merupakan jamur kayu famili Agaricaceae yang dibudidayakan oleh masyarakat. Jamur ini banyak dikonsumsi masyarakat karena kandungan gizi yang tinggi dan memberi manfaat bagi kesehatan. Pembudidayaan jamur tiram relatif mudah, karena mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan.
Secara umum pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase vegetetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur di dalam media. Miselia ini akan mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk pertumbuhan. Setelah beberapa waktu, miselium ini akan saling bertemu dan membentuk titik simpul. Simpul-simpul inilah yang selanjutnya berkembang menjadi tubuh buah yang disebut fase generatif.
Media jamur merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan selain faktor lingkungan. Oleh karena itu media tanam jamur harus dibuat menyerupai kondisi tempat tumbuh jamur tiram di alam. Produksi yang baik pada budidaya jamur dapat dicapai apabila keadaan medium serta kandungan nutrisi yang terdapat di dalamnya sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur. Selain itu macam isolat dan faktor lingkungan seperti suhu, PH, kelembaban, cahaya, aerasi juga turut berperan. Bahan dasar yang digunakan dalam media jamur tiram adalah serbuk gergaji, disamping itu terdapat bahan tambahan lain, misalnya bekatul, gips, kapur, dan lain-lain (Imtiaj 2008). Sterilisasi media merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam pembudidayaan jamur tiram. Media yang sudah dibuat biasanya masih mengandung banyak mikroba, khususnya jamur-jamur liar. Kegagalan panen banyak disebabkan oleh proses sterilisasi media yang kurang sempurna. Jamur-jamur liar yang masih ada dalam baglog akan tumbuh subur dan menghambat pertumbuhan jamur utama jika proses sterilisasi tidak sempurna. Beberapa teknik dapat dilakukan untuk sterilisasi
media jamur tiram. Salah satu teknik tersebut dengan cara mengukus media jamur tiram tersebut dengan menggunakan drum. Sterilisasi media jamur tiram dengan teknik pengukusan, biasanya memakai kayu bakar, minyak tanah, atau LPG sebagai bahan bakarnya. Teknik pengukusan yang akan dilakukan pada penelitian ini menggunakan kompor gas.
Penelitian ini mencoba membandingkan sterilisasi media jamur tiram dengan menggunakan lama pengukusan 6 jam (2 jam pemanasan dan 4 jam sterilisasi), 8 jam (2 jam pemanasan, 6 jam sterilisasi), 10 jam (2 jam pemanasan dan 8 jam sterilisasi) dengan menggunakan bahan bakar LPG. Pemanasan dilakukan pada suhu 27oC - 80oC, dan sterilisasi dilakukan pada suhu 80oC - 95oC. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada petani tentang efisiensi waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram yang berproduksi paling tinggi.
Perumusan Masalah
1. Berapa lama proses sterilisasi media tumbuh jamur tiram putih supaya dapat menghasilkan mutu jamur tiram putih yang baik?
2. Apakah bibit jamur tiram yang dihasilkan dipengaruhi oleh lamanya proses sterilisasi media yang dicobakan?
Hipotesis
Lamanya proses sterilisasi mempengaruhi mutu bibit jamur tiram putih yang dihasilkan.
Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah mempelajari waktu sterilisasi media tumbuh jamur tiram yang dapat menghasilkan bibit jamur tiram putih yang terbaik.
Manfaat Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKAJamur
Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman berklorofil. Oleh karena itu jamur mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi, yang dibuat dan dihasilkan oleh organisme lain untuk kebutuhan hidupnya, karena ketergantungannya terhadap organisme lain inilah maka jamur digolongkan sebagai tanaman heterotrof (Nasim 2001).
Pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan generatif. Fase vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur didalam media. Miselia ini akan mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa kompleks seperti lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk pertumbuhan. Setelah beberapa waktu, miselium ini akan saling bertemu dan membentuk titik simpul. Simpul-simpul inilah yang selanjutnya akan berkembang menjadi tubuh buah atau fruiting body yang
selanjutnya disebut fase generatif (Ibekwe 2008).
Secara umum jamur dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu (1) jamur pangan (edible mushroom), jamur yang berdaging dan enak dimakan (2) jamur obat, yaitu jamur yang memiliki khasiat obat dan digunakan untuk pengobatan (3) jamur beracun (4) jamur yang tidak tergolong kategori sebelumnya dan umumnya beragam jenisnya.
Jamur Tiram
Terdapat tiga jenis jamur tiram yang sering dibudidayakan pekebun, antara lain;
1. Jamur tiram putih (Pleurouts ostreotus), warna tubuh buah putih. 2. Jamur tiram coklat (P. Abalonus),
warna tubuh buah kecoklatan.
3. Jamur tiram kuning (Pleurotus sp), warna tubuh buah kuning.
Ketiga jamur tiram tersebut mempunyai sifat pertumbuhan yang hampir sama, tetapi masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu:
1. Jamur tiram putih tumbuh membentuk rumpun dalam satu media. Setiap rumpun mempunyai percabangan yang cukup banyak. Daya simpannya lebih lama, meskipun tudungnya lebih tipis
dibandingkan jamur tiram coklat maupun kuning.
2. Jamur tiram coklat mempunyai rumpun yang sangat sedikit tetapi tudungnya lebih tebal dan daya simpannya lebih lama.
3. Jamur tiram kuning mempunyai rumpun paling banyak dibandingkan dengan jamur tiram putih maupun coklat, tetapi jumlah cabangnya sedikit dan lebih tipis dibandingkan dengan jamur tiram coklat dan daya simpannya paling pendek.
Dari tiga jenis jamur tiram tersebut, jamur tiram putih dan coklat paling banyak dibudidayakan, karena mempunyai sifat adaptasi dengan lingkungan yang baik dan tingkat produktifitasnya cukup tinggi (Achmad 2009).
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.) Fries) merupakan jamur kayu famili Agaricaceae dan dibudidayakan oleh masyarakat. Kandungan gizi jamur tiram ini tinggi dan memberi manfaat bagi kesehatan (Hadar & Cohen 1986).
Sistematika jamur tiram putih(Pleurotus ostreatus (L.) Fries) digolongkan ke dalam: Kingdom : Fungi
Kelas : Basidiomycota Sub kelas : HomoBasidiomycetes Ordo : Agaricales Family : Tricholomataceae Genus : Pleurotus Spesies : P. osteatus (Alexopoulos 1996).
3
Disebut jamur tiram atau oyster mushroomkarena bentuk tudung agak membulat, lonjong, dan melengkung seperti cangkang tiram. Batang atau tangkai tanaman ini tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi agak kesamping, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
Jamur tiram termasuk golongan jamur kayu yang hidup sebagai saprofit dan tumbuh secara luas pada limbah hasil hutan dan pertanian, seperti hampir semua kayu keras, produk samping kayu (gergajian, kertas), tongkol jagung, ampas batang tebu, limbah kopi, pelepah pisang, limbah biji kapas, dan semua jerami serealia (Achmad 2009). Jamur tiram memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur kayu lainnya. Jamur tiram mengandung protein, lemak, posfor, zat besi, thiamin dan riboflavin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis jamur lain. Jamur tiram mengandung 18 macam asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh manusia dan tidak mengandung kolesterol.
Tabel 1 menunjukkan bahwa jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu yang enak dimakan serta mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dibanding dengan jamur kayu lainnya. (Sumarmi 2006)
Tabel 1. Kandungan gizi jamur per 100 gram
Zat Gizi Kandungan Energi (cal) Protein (%) Karbohidrat (%) Lemak (%) Tianin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) Kalsium (mg) Kalium (mg) Phosfor (mg) Natrium (mg) Zat besi (mg)
Serat (%) 367,0 10,5-30,4 56,6 1,7-2,2 0,2 4,7-4,9 77,2 314,0 3,8 717,0 837,0 3,4-18,2 7,5-8,7
Jamur tiram juga mengandung vitamin penting, terutama vitamin B, C, dan D. Vitamin B1 (tiamin), B2 (riboflavin), niasin dan provitamin D2 (ergosterol), dalam jamur tiram cukup tinggi. Mineral utama tertinggi adalah Zn, Fe, Mn, Mo, Co,Pb. Konsentrasi K, P, Na, Ca dan Me mencapai 56%-70% dari total abu dengan kadar K mencapai 45%. Mineral mikroelemen yang bersifat logam dalam jamur tiram kandungannya rendah, sehingga jamur ini aman dikonsumsi setiap hari (Widyastuti 2002).
Budidaya Jamur Tiram Putih
Ditinjau dari aspek biologinya, jamur tiram relatif lebih mudah dibudidayakan. Pengembangan jamur tiram tidak memerlukan lahan yang luas. Masa produksi jamur tiram relatif lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih singkat. Secara umum pertumbuhan jamur dibagi menjadi dua fase, yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Fase vegetatif ditandai dengan pertumbuhan dan penyebaran miselia jamur di dalam media. Miselia mengeluarkan enzim yang dapat menguraikan senyawa komplek seperti lignin menjadi senyawa yang lebih sederhana yang diperlukan untuk pertumbuhan. Setelah beberapa waktu, misellium ini akan saling bertemu yang selanjutnya akan berkembang menjadi tubuh buah yang disebut fase generatif (Moore & Landdecker 1996).
Siklus hidup kelas basidiomycetes akan membentuk tubuh buah atau basidium. Basidiospora membentuk miselium monokariotik yang haploid. Pada awalnya monokarion tersebut tidak bersepta, namun terbagi-bagi dalam sejumlah sel berinti tunggal dalam waktu yang cukup singkat. Selanjutnya terjadi plasmogami dengan cara fusi dua hifa monokariotik yang terjadi secara timbal balik yaitu inti hifa yang satu mengalir ke hifa lainnya, kemudian hifa tersebut akan mempunyai dua tipe genetik (dikariotik), dimana masing-masing sel dikarion mempunyai dua inti haploid. Dikarion dibentuk selama plasmogami terus berlangsung, sementara kondisi binukleat terus dipertahankan. Pada umumnya usaha untuk mempertahankan kondisi binukleat tersebut dilakukan dengan membentuk
clamp conection, yang menjadi ciri bagi
4
Miselium dikariotik melakukan asimilasitersembunyi jauh di dalam substrat. Saat kondisi sesuai untuk melakukan reproduksi, beberapa miselium dikariotik melakukan morfogenesis yang kompleks untuk membentuk basidiokarp, yang sudah dapat terlihat dengan mata telanjang. Beberapa sel basidiokarp, yang sudah dapat terlihat dengan mata telanjang. Beberapa basidiokarp ditransformasi menjadi tubuh buah.
Syarat Tumbuh
Budidaya jamur tiram dapat dilakukan secara optimal sepanjang tahun, jamur tiram seperti halnya tanaman lain yang dibudidayakan, memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai agar dapat tumbuh optimal. Kondisi lingkungan tersebut antara lain: suhu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium 200C-3O0C dengan kelembaban 80%-85%., cahaya, derajat keasaman, serta konsentrasi karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) (Imtiaj et al 2008).
Faktor nutrisi juga diperlukan untuk pertumbuhan jamur tiram, beberapa nutrisi tersebut antara lain: sumber karbon, sumber nitrogen, vitamin, dan mineral.
Rumah jamur (kubung)
Bangunan jamur sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu) beratap daun rumbia, anyaman bambu atau anyaman jerami padi, seperti pada Gambar 2 dan Gambar 3. Kubung dianjurkan dibangun pada tempat yang teduh dan tidak terkena pancaran sinar matahari secara langsung. Ini dimaksudkan untuk menjaga suhu dan kelembaban ruang kubung. Ukuran kumbung yang ideal adalah 84 m2 (panjang 12 m dan lebar 7 m) dan tinggi 3,5 m. Bentuk kumbung bisa bervariasi, bisa mirip gembong kereta api atau seperti rumah. Pada umumnya kumbung atau bangunan jamur terdiri dari beberapa ruangan, diantaranya:
Ruang persiapan
Ruang persiapan adalah ruangan yang berfungsi untuk melakukan kegiatan pengayakan, pencampuran, pewadahan, dan sterilisasi.
Ruang Inokulasi
Ruang Inokulasi adalah ruangan yang berfungsi untuk menanam bibit pada media tanam, ruang ini harus mudah dibersihkan, tidak banyak ventilasi untuk menghindari kontaminasi (adanya mikroba lain).
Ruang inkubasi
Ruangan ini memiliki fungsi untuk menumbuhkan miselium jamur pada media tanam yang sudah di inokulasi (Spawning). Kondisi ruangan diatur pada suhu 220C – 280C dengan kelembaban 60% – 80%. Ruangan ini dilengkapi dengan rak-rak bambu untuk menempatkan media tanam dalam kantong plastik (baglog) yang sudah di inokulasi.
Ruang penanaman :
Ruang penanaman (growing) digunakan untuk menumbuhkan tubuh buah jamur. Ruangan ini dilengkapi juga dengan rak-rak penanaman dan alat penyemprot atau pengabutan. Pengabutan berfungsi untuk menyiram dan mengatur suhu udara pada kondisi optimal 160C – 220C dengan kelembaban 80% – 90%.
Gambar 2. Rumah jamur
5
Gambar 4. Rak untuk penataan baglogPenumbuhan miselium
Media tanam yang baru diinokulasikan dengan posisi baglog berdiri. Tumbuhnya miselium sekitar 40 hari, pada media taman ditandai adanya benang-benang putih diseluruh permukaan media tanam. (Parlindungan 2003).
Kelembaban yang dibutuhkan adalah 60% – 80%. Bila pertumbuhan miselium telah mencapai 90%-95%, baglog disusun mendatar pada rak-rak kubung seperti terlihat pada Gambar 4.
Penyiraman
Pengaturan suhu dan RH dalam ruangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Penyiraman dilakukan ke seluruh ruangan kubung dan dilakukan dua kali sehari. Suhu rumah jamur 16°C-22°C dan RH: 80%-90%. Apabila suhu terlalu tinggi, sedang RH terlalu rendah, maka primordia (bakal jamur) akan kering dan mati.
Pengendalian hama
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam budidaya jamur tiram ini adalah masalah higienis. Menurut Suriawiria (2000) hama yang sering merusak media tanam jamur diantaranya adalah rayap, lalat, serangga tanah lainnya, cacing, tikus. Cara pengendalian yang biasa dilakukan dalam budidaya jamur tiram adalah menggunakan insektisisda Pengendalian penyakit yang disebabkan jenis jamur lain atau bakteri pengendaliaanya dengan membuang sedikit demi sedikit jamur penyakit agar pertumbuhan jamur penyakit terhambat.
Pemanenan
Kegiatan pemanenan menentukan kualitas jamur tiram. Menurut Cahyana et al (1999) pemanenan jamur tiram harus memperhatikan:
a. Penentuan saat panen
Panen dilakukan setelah pertumbuhan jamur mencapai tingkat yang optimal yaitu cukup besar, tetapi belum mekar penuh. Biasanya dilakukan 5 hari setelah tumbuh bakal jamur. (Astuti & Nurbana 2006). Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya.
b. Teknik pemanenan
Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut seluruh rumpun jamur yang ada, jangan memotong cabang jamur yang ukurannya besar saja, sebab dalam satu rumpun jamur mempunyai pertumbuhan yang sama. Apabila pemanenan hanya dilakukan pada jamur yang ukurannya besar saja maka jamur yang berukuran kecil tidak akan bertambah besar, bahkan kemungkinan mati.
c. Penanganan pascapanen
Jamur yang sudah dipanen tidak perlu dipotong hingga menjadi bagian perbagian tudung, tetapi hanya perlu dibersihkan kotoran yang menempel di bagian akarnya saja, dengan cara tersebut, disamping kebersihannya lebih terjaga, daya tahan simpan jamur lebih lama.
Sterilisasi Jamur Tiram
6
Sterilisasi basahTeknologi pengemasan aseptik untuk minuman yang sensitif terhadap asam kini telah dikembangkan. Konsep aseptis ini menggunakan larutan PAA (peracetic acid) sebagai medium sterilisasi, isolator mikrobial untuk pengendali lingkungan, Sistem aseptik ini digunakan dalam sterilisasi botol pet yang saat ini banyak digunakan dalam industri minuman. Dasar sterilisasi basah dengan dengan menggunakan PAA. Penggunaan PAA lebih baik daripada hidrogen peroksida (H2O2)
karena lebih efektif terhadap kontaminan. Suhu yang umum digunakan sekitar 650C atau kurang jika produknya asam. Larutan PAA tidak bermigrasi ke dalam molekul pet selama sterilisasi sehingga digunakan sebagai alternatif pengganti hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat bermigrasi ke
dalam matrik pet.
Disinfectants
Disinfectants atau disebut juga larutan sterilisasi dingin dapat merusak banyak mikroorganisme (bakteri, virus, kapang) tetapi tidak dapat mematikan spora bakteri. Cara ini tidak dapat menggantikan sterilisasi autoklaf.
Sterilisasi dengan drum
Sterilisasi media yang telah dikemas dalam bentuk baglog pada budidaya jamur tiram, salah satunya dapat dilakukan dengan teknik mengukus menggunakan drum yang divisualisasikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Sterilisasi media dengan menggunakan drum
Bahan Baku Pembuatan Media Tumbuh Jamur Tiram
Serbuk gergaji
Bahan utama media tanam jamur dapat mencapai diatas 70% dari total bobot media tanam (baglog). Bahan baku dipilih yang ramah lingkungan dan aman dikonsumsi manusia. Bahan tersebut adalah serbuk gergaji yang ditunjukkan pada Gambar 6 mengandung selulosa, karbohidrat, serat, dan lignin. Jamur mampu mengubah selulosa dan lignin menjadi karbohidrat, yang selanjutnya dirombak menjadi protein. Agar jamur tumbuh sempurna, sebaiknya menggunakan serbuk gergaji yang kering dan bersih, tidak mengandung minyak atau getah. Bila mengandung keduanya maka jamur akan terhambat pertumbuhannya. Kadar air serbuk gergaji sekitar 15%-20% agar tahan lama disimpan. Jamur tiram sebaiknya menggunakan jenis kayu yang berdaya tahan rendah, seperti albasia. Jenis kayu terlarang untuk media jamur ialah pinus (Pinus mercusii), karena mengandung zat terpenoid atau belerang. Senyawa tersebut akan menghalangi pertumbuhan jamur. Selain serbuk gergaji kayu, beberapa bahan dasar lain yang dapat digunakan untuk media tanam jamur tiram, yaitu ampas tebu, tongkol jagung, rumput kering, limbah kapas dan daun teh.
.
7
KapurMerupakan sumber kalsium (Ca). untuk mengatur tingkat keasaman (pH) media tumbuh jamur. Gunakan kapur pertanian atau kalsium karbonat (CaCO3). Unsur
kalsium dan karbon memperkaya kandungan mineral media tanam, keduanya sangat diperlukan untuk pertumbuhan jamur (Chang & Miles 1989).
Tepung tapioka
Merupakan sumber kalsium atau karbohidrat tambahan, diperlukan untuk memperkuat dan memperkokoh media, agar media tanaman tidak mudah hancur atau rusak.
Dedak padi
Bekatul atau dedak ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi media tanam, terutama sebagai sumber karbohidrat, karbon (C), serta nitrogen (N). Sebaiknya dipilih bekatul yang masih baru, belum berbau tengik dan tidak rusak. Selain bekatul juga ditambahkan tepung jagung. Jumlah bahan nutrisi ini yang ditambahkan tidak lebih dari 20%. Sebelum bekatul digunakan, perlu dilakukan pengujian dengan cara:
Dedak asli beraroma khas, yaitu kulit padi yang tidak berbau apek. Jika dicampur bahan lain, bau khas itu tidak akan tercium.
Bila dikepal dan diremas agak menggumpal, tidak pecah.
Jika digenggam dan diletakkan di atas air, tidak seluruhnya tenggelam, sebagian ada yang mengapung di permukaan. (Sunarti 1998).
Bibit Jamur
Bibit yang ditanam berasal dari miselium jamur yang divisualisasikan pada Gambar 7. Agar miselium jamur dapat tumbuh dengan baik hingga berkembang menjadi tubuh buah jamur ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
Gambar 7. Bibit jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (L.) Fries)
a. Sanitasi, semua alat yang dipakai harus disterilisasi dan dicelup ke dalam alkohol, kemudian dipanaskan beberapa saat di api spirtus. Demikian juga dengan tangan harus dibasuh dan dicuci dengan alkohol.
b. Bibit jamur, kualitas bibit merupakan kunci keberhasilan dari budidaya jamur. Bila bibit yang digunakan telah kadaluwarsa, maka dapat dipastikan hasilnya tidak akan maksimal. Oleh karena itu pilih bibit yang baik, yaitu:
Bibit berasal dari strain atau varietas unggul.
Umur bibit optimal 45-60 hari.
Warna bibit merata, tidak ada bercak-bercak warna lain. Belum terdapat tubuh buah jamur yang tumbuh pada bibit tersebut.
Tidak terkontaminasi.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Serua Lama, Ciputat
– Tanggerang Selatan dan Bengkel Kayu, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
8
Bahan dan AlatBahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur, media yang terdiri atas serbuk gergaji, dedak, tepung jagung, kapur, air dan LPG sebagai bahan bakar.
Alat yang digunakan terdiri dari alat utama dan alat bantu. Alat utama dalam penelitian ini adalah seperangkat alat sterilisasi dengan metode mengukus dengan menggunakan drum. Alat bantu terdiri dari timbangan, penggaris, plastik, stopwatch, botol berwarna bening, kapas, gunting, pipa, karet, thermometer.
Metode Penelitian
Tahapan penelitian ini meliputi tahap pembuatan media jamur tiram putih dan proses sterilisasi media, pengukuran lama pendidihan air, penghitungan efisiensi bahan bakar, membandingkan hasil media yang telah di sterilisasi dengan metode pengukusan dengan menggunakan drum selama 6 jam, 8 jam, dan 10 jam. Penjabaran tahapan penelitian dibahas dalam sub bab selanjutnya:
Tahapan Budidaya Jamur Tiram
Pembuatan media jamur tiram putih dan proses sterilisasi media
Serbuk kayu yang diperoleh dari penggergajian mempunyai tingkat keseragaman yang kurang baik, hal ini berakibat tingkat pertumbuhan miselia kurang merata dan kurang baik. Mengatasi hal tersebut maka serbuk gergaji perlu di ayak. Ukuran ayakan sama dengan untuk mengayak pasir, pengayakan harus mempergunakan masker karena dalam serbuk gergaji banyak tercampur debu dan pasir.
Media jamur tiram putih dibuat dengan komposisi 100 kg serbuk gergaji, 16 kg dedak, 1 kg tepung jagung, 1 kg kapur, 60 % air dari bobot total campuran. Bahan-bahan yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan dicampur dengan serbuk gergaji selanjutnya disiram dengan air sekitar 50% – 60% atau bila kita kepal serbuk tersebut menggumpal tapi tidak keluar air. Hal ini menandakan kadar air sudah cukup.
Pembungkusan menggunakan plastik polipropilen (PP) dengan ukuran yang dibutuhkan. Cara membungkus yaitu dengan memasukkan media ke dalam plastik kemudian dipukul atau ditumbuk sampai padat dengan botol atau menggunakan filler (alat pemadat) kemudian disimpan
Teknik sterilisasi yang digunakan yaitu dengan mengukus media dengan menggunakan drum yang bertujuan menginaktifkan mikroba, bakteri, kapang, maupun khamir yang dapat mengganggu pertumbuhan jamur yang ditanam. Media baglog yang sudah dibuat kemudian disusun di dalam drum dengan kapasitas 84 baglog. Baglog tersebut dikukus hingga 6 jam (2 jam pemanasan dan 4 jam sterilisasi), 8 jam (2 jam pemanasan dan 6 jam sterilisasi), dan 10 jam (2 jam pemanasan dan 8 jam sterilisasi) dengan menggunakan kompor gas. Pemanasan dilakukan pada suhu 270C - 800C, dan sterilisasi dilakukan pada suhu 800C -950C.
Inokulasi
Inokulasi adalah kegiatan memasukan bibit jamur ke dalam media jamur yang telah disterilisasi. baglog didinginkan selama satu malam setelah sterilisasi, kemudian media ditanami bibit diatasnya dengan menggunakan sendok makan atau sendok bibit kemudian diikat dengan karet dan ditutup dengan kapas.
Inkubasi
Inkubasi dilakukan dengan cara menyimpan di ruang inkubasi dengan kondisi tertentu. Inkubasi dilakukan hingga seluruh media berwarna putih merata, biasanya media akan tampak putih merata antara 40 – 60 hari.
Pemanenan
9
disaring, diaduk dan dimasukkan
Serbuk gergaji
Dedak
Air
Kapur
Tepung jagung
Mulai
Plastik ukuran 2 kg
Plastik ditutup dengan
ring
Disumbat kapas
Dilapisi plastik
kembali
Media siap
disterilisasi
Pengukuran Lama Pendidihan Air dengan Menggunakan Kompor Gas Air yang digunakan untuk proses penguapan ini sebanyak 28,26 liter air (10 cm dari dasar drum). Pengukuran yang dilakukan yaitu menghitung massa LPG yang dipakai selama proses penguapan sehingga dapat diketahuilaju bahan bakar yang digunakan pada masing-masing bahan bakar. Pada tahap ini juga dilakukan pengukuran suhu bagian-bagian kompor gas dan drum yang digunakan untuk proses penguapan tersebut. Diagram alir penelitian seperti pada Gambar 8 dan Gambar 9.
10
Gambar 9. Diagram alir penelitianPenghitungan Efisiensi Bahan Bakar Dalam penghitungan efisiensi kompor gas perlu mengetahui jumlah energi yang dibutuhkan untuk memasak dengan menggunakan persamaan (Desna 2010):
(1) Keterangan :
Qn = laju energi yang
dibutuhkan (kcal/jam) Ma = massa air awal (kg)
Mu = massa air yang menguap (kg)
c = kalor jenis air (kcal/kg0C)
ΔT = perubahan suhu (0C) t1,2 = waktu pemasakan (jam)
KU = kalor uap (kcal/kg)
Pemasukan energi mengacu pada jumlah energi yang diperlukan, dalam istilah bahan bakar, energi yang harus dimasukan ke dalam kompor. Hal ini dapat dihitung menggunakan persamaan berikut, (Belonio 1985, Irzaman 2008, Rifki 2008):
(2) Keterangan:
FCR = (Fuel Consumption Rate) laju bahan bakar yang dibutuhkan (kg/jam)
Qn = laju energi yang dibutuhkan (kcal/jam)
HVF = (Heat Value Fuel) energi yang terkandung dalam bahan bakar (kcal/kg)
ξg = efisiensi kompor (%)
Membandingkan Hasil Pengukusan Media Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam dengan Menggunakan Kompor Gas.
Setelah media disterilisasi dan suhu baglog turun hingga suhu kamar, inokulasikan bibit pada baglog tersebut. Setelah ± 40 hari, maka didapatkan data banyaknya media jamur yang masih terkontaminasi bakteri dan yang sudah benar-benar steril. Pada tahap ini pula, dapat dibandingkan Selesai
Penyusunan laporan Karakterisasi
Membandingkan hasil dan analisis RAL Media siap
disterilisasi
Drum berisi air ± 28 liter
6 jam 8 jam 10 jam
dikukus
Pembibitan (inokulasi) (± 1 hari)
Inkubasi (± 40 hari)
Panen
Pengolahan data Pembuatan media
11
banyaknya jamur yang dihasilkan padaproses sterilisasi 6 jam, 8 jam dan 10 jam dengan menggunakan kompor gas.
Analisis Data Menggunakan Metode Rancangan Acak Lengkap
Perlakuan merupakan suatu prosedur atau metode yang diterapkan pada unit percobaan. Unit percobaan adalah unit terkecil dalam suatu percobaan yang diberi suatu perlakuan.
Suatu percobaan yang dirancang dengan hanya melibatkan beberapa taraf sebagai perlakuan disebut dengan percobaan suatu faktor. Penerapan percobaan satu faktor dalam rancangan acak lengkap biasanya digunakan jika kondisi unit percobaan yang digunakan relatif homogen.
Rumus untuk menghitung jumlah kuadrat dibedakan menjadi dua yaitu untuk percobaan dengan ulangan setiap perlakuan sama dan ulangan setiap perlakuan tidak sama. Untuk perlakuan sama dapat dirumuskan sebagai berikut (Mattjik 2006): FK = faktor koreksi
(3)
JKT = jumlah kuadrat total
(4) JKP = jumlah kuadrat perlakuan
(5) JKG = Jumlah kuadrat galat
(6) (7) KTP = Kuadrat tengah perlakuan
(8) KTG = Kuadrat tengah galat
(9)
(10)
Keterangan:
t = perlakuan r = ulangan y = rata-rata umum DbP = derajat bebas perlakuan DbG = derajat bebas galat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penanaman jamur dilakukan di rumah jamur yang terletak di daerah Serua Lama, Tangerang Selatan. Sejak inokulasi dilakukan sampai terbentuknya tubuh buah, kondisi lingkungan terus diperhatikan. untuk menjaga kestabilan kelembaban dan suhu lingkungan di dalan rumah tanam dilakukan secara manual, yaitu dengan menyiram lantai dan menyemprotkan ke udara sebanyak dua kali dalam sehari, sekitar Pukul 09.00 dan 16.00. Selain penyiraman lantai juga dilakukan penyiraman media dengan menggunakan spray agar media tidak kekeringan atau penyiraman hanya dilakukan pada plastik baglognya saja, yaitu pada saat primordia (bakal tubuh buah) sudah muncul untuk mencegah pembusukan primordia dan penghambatan pertumbuhan tubuh buah. Selama penelitian ini dilakukan, kondisi kelembaban dan suhu pada pagi, sore dan malam hari dirumah tanam sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tubuh buah jamur (kelembaban 60%-90% dan suhu 23oC -30oC)
Perbandingan Hasil Pengukusan Media Selama 6 Jam, 8 Jam, dan 10 Jam Pembakaran merupakan suatu proses fisika dan kimia yang terjadi karena kombinasi yang sangat cepat antara oksigen dan elemen atau campuran kimia yang mengasilkan panas. (Rifki 2008).
Di dalam pembakaran bahan bakar atau limbah komponen utama terdiri dari karbon dan hidrogen menimbulkan kalor seperti ditunjukkan pada reaksi berikut:
C + 02 CO2 + energi
12
Nilai efisiensi bahan bakar mencapai40,74% pada proses pengukusan 6 jam, 59,57% pada proses pengukusan 8 jam, dan 53,14% untuk proses pengukusan 10 jam. Laju konsumsi bahan bakar (FCR) pada sterilisasi media dan energi kalor yang dibutuhkan (Qn) pada proses sterilisasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Pada Tabel 2 dapat dilihat laju konsumsi bahan bakar (FCR) rata-rata pada proses pengukusan media dengan menggunakan kompor berbahan bakar LPG ini sebesar 10
kg/hari pada proses pengukusan selama 6 jam, 9 kg/hari pada proses pengkusan 8 jam, dan 10,8 kg/hari untuk proses pengukusan 10 jam. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan persamaan 1 dan persamaan 2 yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Energi kalor rata-rata yang dibutuhkan (Qn) untuk proses pengukusan media selama 6 jam, 8 jam, 10 jam secara berturut-turut adalah 47945,88 kcal/hari, 63086,29 kcal/hari, dan 67267,38 kcal/hari.
Tabel 2. Perbandingan efisiensi bahan bakar setiap perlakuan lamanya proses pengukusan media tumbuh jamur tiram putih.
Lamanya Pengukusan (jam) Ulangan FCR (kg/hari) Waktu (hari) Qn (kcal/hari) Efisiensi (%) Rata-rata efisiensi (%) Mendidih Menguap
6
1 10 0,1250 0,125 46120,32 39,19
40,74
2 10 0,0694 0,180 49771,43 42,29
8
1 9,0 0,0833 0,250 66595,76 62, 88
59,57
2 9,0 0,0833 0,250 59576,83 56,26
10
1 9,6 0,0694 0,420 62162,51 55,03
53,14
2 12,0 0,0625 0,420 72373,24 51,25
Berdasarkan Gambar 10 dan Gambar 11 dapat dilihat pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap energi yang dibutuhkan. Semakin lama proses pengukusan maka energi yang dibutuhkan semakin besar, yang artinya laju energi meningkat sebagai akibat semakin lama proses pengukusan. Hasil akhir yang diperoleh ternyata pengukusan media selama 10 jam memerlukan energi yang lebih besar dibanding proses pengukusan pada 6 jam dan 8 jam.
Berdasarkan Gambar 12 dan Gambar 13 dapat dilihat pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap efisiensi. Lamanya
proses pengukusan tidak berbanding lurus dengan efisiensi. Hasil akhir yang diperoleh ternyata pengukusan media selama 8 jam memiliki nilai efisiensi yang tertinggi, dibanding proses pengukusan pada 6 jam dan 10 jam.
13
Gambar 10. Qn tiap ulangan lamanyaproses pengukusan media
Gambar 11. Qn rata-rata tiap ulangan lamanya pengukusan media
Gambar 12. Efisiensi tiap ulangan lamanya proses pengukusan media
Gambar 13. Efisiensi rata-rata tiap ulangan lamanya proses pengukusan media
Gambar 14. Massa jamur tiap ulangan lamanya pengukusan media.
Gambar 15. Massa jamur rata-rata tiap ulangan lamanya proses pengukusan media 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
6 8 10
Q n (en en rg i y a n g d ib u tu h k a n ) k ca l/ h a ri
lamanya proses pengukusan (jam)
ulangan 1 ulangan 2 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000
6 8 10
en e rg i ra ta -r a ta y a n g d ib u tu h k a n (k ca l/ h r)
lamanya proses pengukusan (jam)
0 10 20 30 40 50 60 70
6 8 10
efi si en si (% )
lamanya proses pengukusan (jam)
ulangan 1 ulangan 2 0 10 20 30 40 50 60 70
6 8 10
efisien
si
(%
)
lamanya proses pengukusan (jam)
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000
6 8 10
m a ssa j a m u r t ir a m ( g r a m )
lamanya proses pengukusan (jam)
ulangan 1 ulangan 2 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
6 8 10
m a ss a ja m u r tira m
lamanya proses pengukusan (jam)
14
Faktor TumbuhAgar jamur tiram dapat tumbuh dengan optimal, diperlukan kondisi lingkungan yang sesuai, yaitu:
a. Suhu
Pertumbuhan jamur sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu didalam rumah tanam jamur, oleh karena itu kondisi suhu tersebut harus selalu terkontrol. Pada umumnya jamur akan tumbuh baik pada kisaran suhu antara 23oC – 28oC. Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi dibandingkan suhu pada saat pertumbuhan (pembentukan tubuh buah). Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara 23oC–28oC, sedang suhu untuk pertumbuhan jamur tiram berkisar antara 16oC–23oC
b. Kelembaban (Relative humidity, RH), Seperti halnya suhu, kelembaban nisbi pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi dan pembentukan tubuh buah juga berbeda. Pada saat inkubasi kelembaban yang dibutuhkan adalah 60%–80%, sedang untuk pembentukan tubuh buah 80%–90%. Pengaturan suhu dan RH dalam ruangan dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Apabila suhu terlalu tinggi, sedang RH terlalu rendah, maka primordia (bakal jamur) akan kering dan mati, demikian pula sebaliknya.
c. Cahaya
Pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram sangat peka terhadap cahaya, misal cahaya matahari secara langsung. Intensitas cahaya yang diperlukan pada saat pertumbuhan sekitar 10 % atau sebanding dengan kuat penerangan kurang dari 40 lux. Cahaya merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan miselium, proses pembentukan dan pertumbuhan tubuh buah jamur. Cahaya yang terlalu kuat dapat menghambat pertumbuhan bahkan
dapat menghentikan pertumbuhan. Efek cahaya juga dapat merusak vitamin yang dibentuk oleh jamur. Pada fase pertumbuhan generatif, cahaya diperlukan untuk merangsang pembentukan bakal tubuh buah, pembentukan tudung dan perkembangannya. Kekurangan cahaya mengakibatkan pertumbuhan tangkai lebih panjang dari pada ukuran normalnya dan pertumbuhan tudung kurang berkembang sehingga ukurannya lebih kecil dari normalnya.
d. Faktor nutrisi
Faktor nutrisi sangat diperlukan untuk pertumbuhan jamur tiram, beberapa nutrisi tersebut antara lain: sumber nitrogen, vitamin, mineral dan sumber karbon. Pembentukan tubuh buah akan terhambat pada konsentrasi karbon dioksida yang tinggi. Oksigen dibutuhkan untuk proses pembentukan dan pertumbuhan tubuh buah jamur. Jika kekurangan O2 atau terlalu banyak
kadar karbon dioksida di udara, maka tangkai tubuh buah jamur akan tumbuh memanjang dan tudungnya menjadi kurang berkembang.
Kondisi lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan jamur pada penelitian ini adalah bentuk, ukuran, luasan baglog dan bentuk, ukuran, warna, jenis ketebalan plastik.
15
Tabel 3. Pertumbuhan jamur tiramLamanya pengukusan
(jam)
Ulangan
Baglog hasil sterilisasi
Kontaminasi
Baglog yang berbuah
Massa jamur (g)
Rata-rata (g/baglog)
6
1
84
30 54 8.820 163,302
84
51 33 5.190 157,278
1
84
35 49 9.650 196,932
84
4 80 18.420 230,2510
1
84
66 18 3.640 202,202
84
74 10 1.370 137,00Tabel 4. Sidik ragam pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap efisiensi bahan bakar Sumber
keragaman
Derajat
bebas Jumlah kuadrat
Kuadrat
tengah F.hitung F.tabel F.tabel Perlakuan (t-1) 2 367,630 183,815 15,890* 9,552
Galat t(r-1) 3 34,720 11,570 15,890** 5,462
Total 5 402,350
Tabel 5. Sidik ragam pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap energi yang dibutuhkan Sumber
keragaman
Derajat
bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F.hitung F.tabel F.tabel
Perlakuan (t-1) 2 9,552
Galat t(r-1) 3 5,462
Total 5
Tabel 6. Sidik ragam pengaruh lamanya proses pengukusan terhadap pertumbuhan jamur tiram Sumber
keragaman
Derajat bebas
Jumlah kuadrat
Kuadrat
tengah F.hitung F.tabel F.tabel
Perlakuan (t-1) 2 9,552
Galat t(r-1) 3 5,462
16
Analisis Statistik Menggunakan MetodeRancangan Acak Lengkap
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 4 dan perhitungan pada Lampiran 3 bagian (a) dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses pengukusan berpengaruh nyata terhadap efisiensi bahan bakar, karena Fhit .> Ftabel.
Secara fisis artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan efisiensi bahan bakar yang pada batas tertentu menghasilkan nilai efisiensi tertinggi yaitu pada proses pengukusan 8 jam.
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 5 dan perhitungan pada Lampiran 3 bagian (b) dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses pengukusan tidak berpengaruh nyata terhadap energi yang dibutuhkan, karena Fhit
< Ftabel. Secara fisis artinya perubahan
lamanya proses pengukusan tidak mengakibatkan perubahan energi yang dibutuhkan. Penggunaan bahan bakar yang berbeda jumlahnya, menghasilkan energi yang dibutuhkan relatif sama sampai awal menuju proses sterilisasi. Pada proses sterilisasi semakin lama proses sterilisasi, mengakibatkan energi yang dibutuhkan semakin besar.
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada Tabel 6 dan perhitungan pada Lampiran 3 bagian (c) dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses pengukusan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jamur, karena Fhit > Ftabel.
Secara fisis artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan massa jamur yang dihasilkan dimana pada batas tertentu menghasilkan nilai efisiensi tertinggi yaitu pada proses pengukusan 8 jam.
KESIMPULAN
Budidaya jamur tiram putih bisa dilakukan di dalam rumah jamur atau kubung dengan media tanam terdiri atas bahan dasar yaitu serbuk kayu gergaji dan bahan tambahan antara lain: bekatul, gips, dan kapur. Syarat rumah jamur memiliki suhu ruangan 280C dengan kelembaban 80 %-90 %. Pada saat inkubasi kelembaban yang dibutuhkan
adalah 60 %-80 %, sedang untuk pembentukan tubuh buah memerlukan kelembaman 80 %-90 % dan kadar air media yang cocok sekitar 60 %. Suhu yang diperlukan untuk proses inkubasi antara 23oC -28oC.
Efisiensi yang dihasilkan pada proses pengukusan 8 jam menghasilkan nilai efisiensi lebih besar dan menghasilkan massa yang lebih besar dibandingkan dengan lamanya pengukusan 6 jam dan 10 jam. Berdasarkan analisis statistik menggunakan metode rancangan acak lengkap dapat disimpulkan bahwa perlakuan lamanya proses pengukusan tidak berpengaruh nyata terhadap terhadap energi yang dibutuhkan, karena Fhit < Ftabel. Secara
fisis artinya ialah perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan energi yang dibutuhkan. Penggunaan bahan bakar yang berbeda jumlahnya, menghasilkan energi yang dibutuhkan relatif sama mengakibatkan energi yang dibutuhkan semakin besar. Perlakuan lamanya proses pengukusan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan jamur dan efisiensi karena Fhit > Ftabel. Secara fisis
artinya perubahan lamanya proses pengukusan mengakibatkan perubahan massa jamur dan nilai efisiensi. Pada batas tertentu menghasilkan nilai efisiensi dan massa tertinggi yaitu pada proses pengukusan 8 jam.
SARAN
17
yang diambil secara acak untuk mengetahuikeberadaan mikroorganisme lain yang mengganggu pertumbuhan jamur yang terdapat pada media maupun bibit.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad SA, Kadam JA, Mane VP, Patil SS, Baig MMV. 2009. Biological Efficienci And Nutritional Contents Of Pleurotus florida (Mont) Singer Cultivation on Different Agro-Wastes. Nature and Science: 7(1); 1545-0740.
Alexopoulos CJ, Mims CW. 1996. Introductory Mycology. Jhon Wiley and sons, New York.
Anonim. 2008. Jamur Tiram Putih. http://id.wikipedia.org/wiki/jamur.
Astuti W, Nurbana S. 2006. Budidaya Jamur Tiram. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jawa Timur.
Belonio AT. 2005. Rice Husk Gas Stove Handbook. Appropriate Techonology Center. Department of Agricultural Engineering and Environmental Management. College of Agriculture Central Philippine University Iloilo City, Philippines.
Cahyana YA, Muchrodji, Bakrun, M. 1999. Jamur Tiram. Penebar Swadaya, Jakarta. Chang ST, Miles PG. 1989. Edible Mushrooms and their Cultivation. CRC. Boca Raton, FL,USA. 345 pp.
Giancoli DC. 2001. Physics: Principles With Application, Fifth Edition. Diterjemahkan oleh Yuhilza Hanum dengan judul Fisika Edisi Kelima 1. Jakarta : Erlangga.
Desna, RD Puspita, H Darmasetiawan, Irzaman, Siswadi. 2010. Kajian Proses sterilisasi Media Jamur Tiram Putih Terhadap Mutu Bibit Yang dihasilkan. Kumpulan Abstrak Seminar Nasional Pendidikan dan Penelitian Fisika Dalam Mengantisipasi Perubahan Fenomena Alam. Universitas Diponegoro Semarang, halaman 4.
Hadar Y, Cohen E. 1986. Chemical Composition of the Edible Mushroom Pleurotus Ostreatus Produced by Fermentation. Applied and Environmental
Microbiology, American Society for Microbiology, 51 (6); 1352-1354.
Ibekwe VI, Azubuike PI, Ezeji EU, Chinakwe EC. 2008. Effect of Nutrient Sources and Environmental Factors on the Cultivation and Yield of Oyster Mushroom (Pleurotus ostreotus). Pakistan Journal of Nutrition: 7(2); 349-351.
Imtiaj A, Rahman SA. 2008. Short Note (Nota Corta) Economic Viability of Mushroom Cultivation to Poverty reduction in Bangladesh. Tropical and Subtropical Agroecosystems: 8; 93-99.
Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, A.D. Husin, M.N. Indro. Development of Cooking Stove with Rice Husk Fuel. Workshop on Renewable Energy Technology Applications to Support E3 Village (Energy, Economics and Enviroment), Universitas Persada Jakarta, halaman 82 – 85, Juli (2008).
Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, A. D. Husin, M. N. Indro, C. Arif. 2008. Optimization of Energy Efficiency of Cooking Stove with Rice-Husk Fuel. Japan – Inonesia Symposium and Expo, Jakarta.
Irzaman, H. Darmasetiawan, H. Alatas, Irmansyah, A.D. Husin, M.N. Indro, H. Hardhienata, K. Abdullah, T. Mandang, S. Tojo. 2009. Optimization of Thermal Efficiency of Cooking Stove with Rice-Husk Fuel in Supporting the Proliferation of Alternative Energy in Indonesia. Proceeding Symposium on Advanced Technological Development of Biomass Utilization in Southeast Asia, page 40 – 43, Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT), Japan.
Mattjik AA. 2006. Perancangan Percobaan. IPB Press. Bogor.
Moore E, Landecker. 1996. Fundamenttals of the Fungi. Edisi IV, Prentice hall, Inc, New Jersey.
Nasim G, Malik SH, Bajwa R, Afzal M, Mian SW. 2001. Effect of three Different Culture Media on Mycellial Growth of Oyster and Chinese Mushroom. Journal of Biologi Science: 1(12);1130-1133.
18
Alang-alang. Jurnal Natur Indonesia: 5 (2);152-156.
Rifki M, Irzaman, H. Alatas. 2008. Optimasi Efisiensi Tungku Sekam dengan Ventilasi Lubang Utama pada Badan Kompor. Prosiding Seminar Nasional Sains, FMIPA IPB, halaman 155 – 161.
Sunarti A. 1998. Serbuk Kayu untuk Jamur. Trubus, Juli, No.344, Jakarta.
Sumarmi. 2006. Botani dan Tinjauan Gizi Jamur Tiram Putih. Jurnal Inovasi Pertanian: vol. ; 2.
20
Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Mediaa. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 1 Suhu ruang :
31
ºC
T0 bahan : 31ºC
Tingggi Air : 10 cm = 0.1 m Sisa air : 7,5 cm = 0,075 m Air yang terpakai : 2,5 cm = 0,025 m Volum air : 0,02826 m3 Diameter drum : 60 cm = 0,6 m Suhu awal drum : 34º C
Gas yang digunakan : 2 kg
HVF : 11767 kcal
Waktu (menit)
Air + drum (ºC)
Penampang (ºC)
Suhu bahan tiap tingkatan (ºC)
Penyangga (ºC)
1 2 3 4
0’ 34 34 35 35 35 35 36
30’ 59 41 47 45 45 38 111
60’ 78 48 52 48 47 39 95
90’ 88 56 72 55 51 40 117
120’ 91 66 59 57 49 57 124
150’ 98 72 65 61 51 61 143
180’ 98 79 75 69 55 70 139
210’ 103 82 81 78 74 75 149
240’ 103 84 82 80 61 80 139
270’ 104 89 92 86 95 94 158
300’ 104 101 97 95 80 98 139
330’ 101 99 97 97 95 98 150
21
Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Mediab. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 6 jam ulangan 2 Suhu ruang : 33º C
T0 bahan : Lapisan 1 = 36º C; Lapisan 2 = 37ºC; Lapisan 3 = 37ºC
Dinding :1= 33º C; 2º C = 34º C; 3 = 35º C; 4 = 35º C
Dinding+air : 30ºC
Tingggi Air : 10,5 cm = 0.105 m
Sisa air : 8 cm
Air yang terpakai : 3.5 cm Volume air : 0,02826 m3 Diameter drum : 60 cm = 0,6 m Suhu awal drum : 34º C
Gas yang digunakan : 2,5 kg
HVF : 11767 kcal
Mendidih (100º C) : 100 menit Waktu
(Menit)
Air + drum (ºC)
Suhu bahan tiap tingkatan (ºC) Penyangga (0C)
Penampang (ºC)
1 2 3 4
0’ 30 35 36 37 39 33 31
30’ 70 47 45 43 41 145 306
60’ 89 60 58 57 51 208 337
90’ 94 72 67 66 54 201 364
120’ 101 77 74 75 61 195 345
150’ 102 81 84 85 78 215 296
180’ 100 87 91 85 77 221 406
210’ 103 90 96 95 88 200 445
240’ 102 94 95 98 98 215 453
270’ 103 98 95 97 98 190 411
300’ 104 99 99 99 99 188 389
330’ 102 100 100 100 100 188 394
22
Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Mediac. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 1 Suhu ruang : 33ºC
T0 bahan : Lapisan 1 = 36º C; Lapisan 2 = 37ºC; Lapisan 3 = 37ºC
Dinding :1=28 º C; 2 =29 º C; 3 = 29º C; 4 =30 º C Dinding+air : 27 ºC
Tingggi Air : 10,5 cm = 0.105 m Sisa air : 3,5 cm
Air yang terpakai : 8 cm Volume air : 0,02826 m3 Diameter drum : 60 cm = 0,6 m Suhu awal drum : 27º C
Gas yang digunakan : 3 kg
HVF : 11767 kcal
Mendidih (100º C) : 120 menit
Waktu (menit)
Air + drum (0C)
Suhu bahan tiap tingkatan (0C) Penyangga (0C)
Penampang (0C)
1 2 3 4
0’ 27 28 29 29 30 30 27
30’ 73 47 41 40 35 94 191
60’ 95 64 64 58 56 114 201
90’ 98 62 55 56 60 114 203
120’ 100 66 67 66 65 133 278
150’ 100 80 83 83 87 112 386
180’ 100 89 88 87 94 130 454
210’ 100 95 95 91 97 124 429
240’ 100 93 95 92 97 137 420
270’ 100 94 97 95 98 134 446
300’ 101 94 96 95 97 120 442
330’ 100 95 96 94 98 122 443
360’ 100 95 96 96 99 123 453
390’ 104 95 95 96 98 130 401
420’ 103 97 98 97 100 123 422
450’ 101 97 96 95 100 134 432
23
Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Mediad. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 8 jam ulangan 2 Suhu ruang : 27ºC
T0 bahan :1= 30ºC; 2 = 31ºC; 3 = 31ºC; 4 = 32ºC
Dinding+air : 28 ºC
Tingggi Air : 10,5 cm = 0.105 m Sisa air : 5,5 cm
Air yang terpakai : 5.5 cm Volume air : 0,02826 m3 Diameter drum : 60 cm = 0,6 m Suhu awal drum : 27º C
Gas yang digunakan : 3 kg
HVF : 11767 kcal
Mendidih (100º C) : 120 menit
Waktu (menit)
Air + drum (ºC)
Suhu bahan tiap tingkatan (ºC)
Penyangga (ºC)
Penampang (ºC)
Ruang (ºC)
1 2 3 4
0’ 27 30 31 31 32 32 27 27
30’ 76 50 44 42 36 113 340 35
60’ 87 60 58 56 53 113 329 36
90’ 92 67 62 59 61 113 338 36
120’ 100 73 68 65 65 123 357 37
150’ 100 78 78 80 77 131 364 36
180’ 102 87 80 81 80 132 376 37
210’ 101 88 82 81 82 116 420 37
240’ 104 89 85 90 98 128 OL 37
270’ 100 90 90 93 98 118 466 36
300’ 103 91 92 93 97 123 473 36
330’ 102 95 97 97 100 135 452 36
360’ 103 98 99 98 101 159 454 37
390’ 103 100 99 100 100 160 466 37
420’ 103 100 100 100 100 160 441 37
450’ 102 100 100 100 100 149 441 36
480’ 102 100 100 100 100 154 473 36
24
Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Mediae. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 1 Suhu ruang : 31.7º C
T0 bahan :1= 30ºC; 2 =31 ºC; 3 =32 ºC; 4 =33 ºC
Dinding+air : 27 ºC
Tingggi Air : 10,5 cm = 0.105 m Sisa air : 1,5 cm
Air yang terpakai : 9 cm Volum air : 0,02826 m3 Diameter drum : 60 cm = 0,6 m Suhu awal drum : 26º C
Gas yang digunakan : 4 kg Mendidih (100º C) : 100 menit
Waktu (menit)
Air + drum (ºC)
Suhu bahan tiap tingkatan (ºC) Penyangga (ºC)
Penampang (ºC)
Ruang (ºC)
RH (%)
Uap (ºC)
1 2 3 4
0’ 27 30 31 31 31 27 26 31.3 67 31
30’ 80 52 40 40 34 140 363 32.2 67 34
60’ 95 58 50 50 41 143 224 33.5 65 65
90’ 99 62 59 59 74 168 310 33.9 62 84
120’ 101 77 81 81 93 162 258 33.8 59 94
150’ 102 83 84 84 93 126 310 36.4 57 96
180’ 100 87 88 87 94 135 233 33.3 51 97
210’ 100 93 92 94 96 129 249 31.3 58 99
240’ 101 99 96 99 98 139 180 31.2 61 101
270’ 103 101 97 97 100 135 191 31.5 61 101
300’ 100 99 95 97 99 127 183 32.8 59 101
330’ 100 99 95 99 100 124 165 33.1 57 101
360’ 103 100 97 99 100 137 171 32.9 55 101
390’ 101 99 97 99 100 128 229 33.6 55 101
420’ 100 99 98 99 100 129 217 33.9 55 101
450’ 101 100 99 99 100 132 210 33.7 54 100
480’ 100 100 99 99 100 134 253 31.7 61 100
510’ 100 100 99 100 100 148 231 30.8 65 100
540’ 100 100 99 100 101 151 215 31.6 64 101
570’ 101 100 99 101 100 151 219 31.3 64 100
600’ 101 101 99 100 101 160 242 31.5 64 101
25
Lanjutan Lampiran 1. Data Proses Sterilisasi Mediaf. Proses sterilisasi media dengan pengukusan selama 10 jam ulangan 2 Suhu ruang : 27º C
T0 bahan :1= 30ºC; 2 = 31ºC; 3 = 31ºC; 4 = 3 ºC
Dinding+air : 28 ºC
Tingggi Air : 10,5 cm = 0.105 m Sisa air : 5,5 cm
Air yang terpakai : 5.5 cm Volume air : 0,02826 m3 Diameter drum : 60 cm = 0,6 m Suhu awal drum : 27º C
Gas yang digunakan : 5 kg
HVF : 11767 kcal
Mendidih (100º C) : 120 menit Waktu
(menit)
Air + drum (ºC)
Suhu bahan tiap tingkatan (ºC) Penyangga (ºC)
Penampang (ºC)
Ruang (ºC)
RH (%)
Uap (0C)
1 2 3 4
0’ 27 30 31 32 33 28 26 31.7 62 33
30’ 71 47 43 41 35 127 191 33.6 60 35
60’ 90 66 60 56 45 138 201 34.3 56 48
90’ 100 69 74 70 61 142 203 34.4 55 65
120’ 101 67 63 63 72 149 278 35.2 53 65
150’ 101 74 74 75 80 150 427 34.1 54 85
180’ 101 83 85 84 87 150 386 35.3 53 90
210’ 101 91 91 92 94 159 454 33.9 55 97
240’ 102 95 95 95 95 153 440 34.1 56 97
270’ 101 98 98 98 97 153 429 32.3 59 97
300’ 104 98 98 98 97 156 457 31.2 64 98
330’ 101 98 98 98 98 156 446 33.3 66 98
360’ 101 99 99 99 99 155 442 33.5 63 99
390’ 101 99 99 99 99 158 443 33.8 63 99
420’ 101 99 99 99 99 159 453 34.1 59 99
450’ 101 98 98 98 99 153 401 32.1 59 99
480’ 101 97 97 97 97 151 OL 29.1 64 99
510’ 101 98 98 98 98 150 OL 30 68 99
540’ 105 99 99 99 99 151 OL 30.4 70 100
570’ 103 99 99 100 100 156 OL 30.6 71 100
600’ 101 99 99 99 99 156 OL 30.7 70 100
26
Lampiran 2.
Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
a.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 1
27
Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
b.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 6 jam ulangan 2
28
Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
c.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 1
29
Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
d.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 8 jam ulangan 2
30
Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
e.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 1
31
Lanjutan Lampiran 2. Perhitungan Efisiensi Bahan Bakar
f.
Perhitungan efisiensi bahan bakar 10 jam ulangan 2
Efisiensi bahan bakar
32
Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkapa. Analisis efisiensi bahan bakar menggunakan rancangan acak lengkap.
Lamanya pengukusan Ulangan Rata-Rata
I II
6 39,19 42,29 40,74
8 62,88 56,26 59,57
10 55,03 51,03 53,03
Rataan Umum 51,11
FK: Faktor Koreksi
JKT: Jumlah Kuadarat Total
JKP: Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKG: Jumlah Kuadrat Galat
KTP: Kuadrat Tengah Perlakuan
33
Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak LengkapTabel sidik ragam lamanya sterilisasi terhadap efisiensi bahan bakar
Sumber keragaman
Derajat
bebas Jumlah kuadrat
Kuadrat
tengah F.hitung F.tabel F.tabel Perlakuan (t-1) 2 367,630 183,815 15,890* 9,552
Galat t(r-1) 3 34,720 11,570 15,890** 5,462
Total 5 402,350
Koefisien keragaman diperoleh sebesar:
34
Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkapb. Analisis Qn (energi yang dibutuhkan) menggunakan rancangan acak lengkap.
Lamanya pengukusan (jam)
Ulangan
Rata-Rata
I II
6 46120,32 49771,43 47945,88
8 66595,76 59576,83 63086,29
10 62162,51 72377,24 67269,88
Rataan Umum 59434,02
FK: Faktor Koreksi
JKT: Jumlah Kuadarat Total
JKP: Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKG: Jumlah Kuadrat Galat
KTP: Kuadrat Tengah Perlakuan
35
Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak LengkapTabel sidik ragam pengaruh lamanya proses sterilisasi terhadap energi yang dibutuhkan
Sumber keragaman
Derajat
bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F.hitung F.tabel F.tabel
Perlakuan (t-1) 2 9,552
Galat t(r-1) 3 5,462
Total 5
Koefisien keragaman diperoleh sebesar:
36
Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak Lengkapc. Analisis massa jamur tiram putih menggunakan rancangan acak lengkap
Perlakuan (jam) Ulangan Rata-Rata
I II
6 8,820 5,190 7,005
8 9,650 18,420 14,035
10 3,640 13,700 2,505
Rataan Umum 7,848
FK: Faktor Koreksi
JKT: Jumlah Kuadarat Total
JKP: Jumlah Kuadrat Perlakuan
JKG: Jumlah Kuadrat Galat
KTP: Kuadrat Tengah Perlakuan
37
Lanjutan Lampiran 3. Analisis Statistik Menggunakan Rancangan Acak LengkapTabel sidik pengaruh lamanya proses pengkusan terhadap pertumbuhan amur tiram
Sumber ke