• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pencarian Varian Gen Miostatin Pada Domba Komposit Sumatera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pencarian Varian Gen Miostatin Pada Domba Komposit Sumatera"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENCARIAN VARIAN GEN MIOSTATIN

PADA DOMBA KOMPOSIT SUMATERA

ANDALUSIA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

2

ABSTRAK

ANDALUSIA. Pencarian Varian Gen Miostatin Pada Domba Komposit Sumatera. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan BESS TIESNAMURTI.

Domba komposit sumatera merupakan bentuk silangan domba lokal ekor tipis Sumatera (DETS) dengan domba St. Croix (SC) dan Barbados Blackbelly (BB) dengan komposisi 50% DETS: 25% SC: 25%BB (Subandriyo et al. 2000). Miostatin atau growth differentiations factor 8

(GDF 8) merupakan anggota dari superfamili transforming growth factor-β (TGF-β) berfungsi sebagai pengontrol negatif pertumbuhan otot (McPherron et al.1997). Mutasi gen miostatin dapat mengganggu ekspresi dan aktifitasnya sehingga otot kerangka akan mengalami hipertropi ataupun hiperplasia (pertumbuhan otot yang melebihi normal), hal ini dikenal dengan fenomena double muscling. Mutasi pada makhluk hidup dapat terjadi secara alami dalam jangka waktu yang panjang, sehingga menghasilkan varian-varian baru dari makhluk hidup tersebut. Hasil pencarian varian gen miostatin pada domba komposit sumatera menggunakan dengan metode PCR-RFLP dengan enzim restriksi Hae III dan Mbo I tidak menunjukkan adanya keragaman. Metode PCR-SSCP menunjukkan adanya varian gen miostatin ekson 3 pada domba komposit dalam penelitian ini yaitu W, X, Y, dan Z dengan frekuensi berturut-turut 3.62 %, 37.35 %, 37.35 %, dan 21.69 %. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tipe SSCP gen miostatin ekson 3 tidak nyata mempengaruhi tipe kelahiran, bobot lahir, bobot sapih, dan pertambahan bobot badan pada domba komposit sumatera.

Kata-kata kunci: Domba komposit sumatera, miostatin, PCR-RFLP, PCR-SSCP

ABSTRACT

ANDALUSIA. Exploring Myostatin Gene in Sumatera Composite Sheep. Under supervising of ACHMAD FARAJALLAH and BESS TIESNAMURTI.

Sumatera composite sheep is a synthetic breed of Sumatera thin tail (STT) sheep with St. Croix (SC) and Barbados Blackbelly (BB) with genetic constituent of 50% STT : 25% SC: 25%BB (Subandriyo et al. 2000). Myostatin or growth differentiations factor 8 (GDF 8) is a member from super family transforming growth factor-β (TGF-β) act as a feedback negative that controlling muscle growth (McPherron et al.1997). Mutation in myostatin gene interact with the expression and activity of muscle growth. It can cause hypertrophy or hyperplasia (abnormally muscle growth), known as double muscling. Naturally, mutation can occur in a long and slow process that produce new variants. The result from exploring the myostatin gene in Sumatera composite sheep by PCR-RFLP using Hae III and Mbo I restriction enzyme showed no differences among the samples. PCR-SSCP methods showed four variants in myostatin gene reside at exon 3 of Sumatera composite sheep which are W, X, Y,and Z (3.62 %, 37.35 %, 37.35 %, and 21.69 %, respectively). SSCP types of myostatin gene exon 3 were not significantly influencing birth type. It can be concluded that SSCP technique of myostatin gene at exon 3 did not significantly affect (P>0.05) litter size, birth weight as well as average daily gain of Sumatera Composite Sheep.

(3)

3

PENCARIAN VARIAN GEN MIOSTATIN

PADA DOMBA KOMPOSIT SUMATERA

ANDALUSIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

4

Judul Skripsi: Pencarian Varian Gen Miostatin Pada Domba Komposit Sumatera

Nama :

Andalusia

NRP

: G 34103059

Menyetujui:

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si

Dr. Ir. BessTiesnamurti

NIP 131878947

NIP 080063117

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS

NIP 131473999

(5)

5

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul

Pencarian Varian Gen Miostatin Pada Domba Komposit Sumatera.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Bess Tiesnamurti selaku pembimbing serta seluruh staf Departemen Biologi, khususnya Staf Zoologi yang telah bersedia memberikan bimbingan, fasilitas, saran dan masukkan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Mama, Daddy, dan Adik-adik: Cordova dan Sevilla atas curahan doa, cinta, kasih sayang, dukungan dan pengertiannya yang tulus selama ini. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada keluarga besar Agus MB dan Moechidin serta teman-teman di Biologi 39, 40, 41, 42, Zoologiers, Malabar 8, SMU 6 Jakarta, FOSMA, Teens, dan FKA ESQ 165 Bogor Raya, Bunda Gina, Bunda Wiwi, Bunda Noortje, Mba Fina dan sahabat-sahabatku yang tak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk hari-hari indah, nasihat, spirit, motivasi dan perhatian yang selalu terjalin indah hingga saat ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini mungkin masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan tambahan informasi dan bermanfaat bagi masyarakat pertanian, khususnya peternakan.

Bogor, September 2007

(6)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Januari 1986 dari ayah Helmi Agus, SE dan ibu Muji Lestari. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Jakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Program Studi Biologi Jurusan biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(7)

7

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu ... 1

Sampel DNA... 1

Amplifikasi DNA... 1

Elektroforesis dan Visualisasi DNA ... 2

PCR-RFLP ... 2

PCR-SSCP ... 2

Analisa Statistik ... 2

HASIL Amplifikasi DNA... 2

PCR-RFLP ... 2

PCR-SSCP ... 3

Respon Bobot Lahir, Bobot Sapih, Pertambahan Bobot Badan dan Tipe Kelahiran Terhadap Tipe SSCP Gen Miostatin Ekson 3 ... 3

PEMBAHASAN Amplifikasi DNA... 3

PCR-RFLP ... 4

PCR-SSCP ... 4

Respon Bobot Lahir, Bobot Sapih, Pertambahan Bobot Badan dan Tipe Kelahiran Terhadap Tipe SSCP Gen Miostatin Ekson 3 ... 4

SIMPULAN... 5

SARAN... 5

(8)

8

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Tampilan Ternak Domba Komposit BALITNAK Bogor ... 3 2 Hasil Analisis Respon Tipe Kelahiran, Bobot Lahir, Bobot Sapih, Dan Pertambahan Bobot Badan Terhadap Tipe SSCP... ... 4

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Hasil Amplifikasi Gen Miostatin Ekson 3. ... ... 2 2 Hasil Pemotongan Gen Miostatin Ekson 3 dengan Enzim Restriksi Hae III (A)Dan

Mbo I (B)... ... 2 3 Hasil Elektroforesis Produk PCR-SSCP Sampel Domba Komposit Sumatera, (B)

Interpretasi Migrasi Untai Tunggal Pita DNA Hasil Elektroforesis Produk

PCR-SSCP ... ... 3 4 Sekuen Gen Miostatin Ekson 3 Gabungan dari Ovis Aries (Domba) Dan

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan salah satu hewan ternak populer di Indonesia setelah ayam, sapi dan kambing. Domba lokal di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain domba ekor tipis, domba ekor gemuk, domba garut (Utoyo et al. 1996) dan domba sumatera (Priyanto et al. 1999). Beberapa hasil silangan antar jenis domba-domba tersebut banyak ditemukan dalam rangka meningkatkan kualitas produksi domba, misalnya laju pertumbuhan yang cepat, kualitas karkas, tahan penyakit dan sifat prolifik (kemampuan beranak lebih banyak). Salah satu domba hasil persilangan yang sengaja dirakit untuk meningkatkan laju pertumbuhan adalah domba komposit sumatera. Domba komposit sumatera merupakan hasil silangan domba lokal ekor tipis Sumatera (DETS) dengan domba St. Croix (SC) dan Barbados Blackbelly (BB) dengan komposisi 50% DETS: 25% SC: 25%BB (Subandriyo et al. 2000).

Miostatin atau growth differentiations factor 8 (GDF 8) merupakan anggota dari superfamili transforming growth factor-β (TGF-β) yang mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi otot kerangka. Cara kerja miostatin dalam mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi otot adalah dengan menghambat aktifitas miogenin. Miogenin yang tidak bekerja menyebabkan mioblas tidak dapat berdiferensiasi menjadi miotube. Miotube ini nantinya akan berkembang menjadi serabut otot. Dengan kata lain, miostatin berfungsi sebagai pengontrol negatif pertumbuhan otot. Miostatin diekspresikan oleh gen miostatin yang pada sapi terdapat pada kromosom No. 2 (McPherron et al.1997). Pada sebagian besar vertebrata, ekspresi gen miostatin terjadi pascanatal (McNally 2004). Jika gen miostatin mengalami mutasi yang mengganggu ekspresi dan/atau aktifitasnya, maka otot kerangka akan mengalami hipertropi (serabut otot bertambah besar) ataupun hiperplasia (jumlah serabut otot bertambah banyak). Fenomena

double muscling pada sapi Belgian Blue dan Piedmontese adalah salah satu contoh mutasi pada ekson ketiga gen miostatin sehingga otot mengalami pertumbuhan yang melebihi normal (McPherron et al.1997, Oldham et al.

2001). Walaupun jenis mutasi pada kedua sapi diatas berbeda, mutasi keduanya ternyata sama-sama mengganggu proses ekspresi gen akibat bergesernya kodon stop.

Mutasi pada makhluk hidup dapat terjadi secara alami dalam setiap gen dan dapat menyebabkan perubahan fisiologis atau morfologis yang semakin baik, semakin buruk, bahkan tidak menyebabkan perubahan sama sekali. Makhluk hidup yang mengalami mutasi ini disebut mutan. Mutan yang dapat bertahan hidup ini tentunya memiliki perbedaan dalam susunan nukleotida basa suatu gen sehingga di dalam populasi akan ada banyak keragaman (varian) dari makhluk hidup tersebut.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mencari varian gen miostatin pada domba komposit sumatera.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Juni 2007 di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (FMIPA IPB).

Sampel DNA

Sampel DNA domba yang digunakan dalam penelitian ini merupakan koleksi DNA dalam EtOH yang diekstraksi dari darah domba komposit sumatera yang laju pertumbuhannya sudah dikarakterisasi dengan baik (koleksi Dr. Bess Tiesnamurti BALITNAK Bogor yang disimpan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi FMIPA IPB). Sampel yang tersedia berjumlah 89 sampel yang terdiri dari jenis M (komposit sumatera) hasil persilangan antara DETS, SC dan BB.

Amplifikasi DNA

Amplifikasi DNA secara in vitro

menggunakan mesin TaKaRa Thermal Cycler. Sepasang primer yang digunakan untuk mengamplifikasi ruas ekson ketiga gen miostatin sebesar 610 pb mengikuti Tellgren

(10)

2

predenaturasi 92 oC selama 10 menit, denaturasi 94 oC selama 4 menit, penempelan primer pada suhu 51 oC selama 1 menit, pemanjangan ruas target pada suhu 72 oC selama 2 menit, dan pemanjangan akhir pada 72 oC selama 7 menit .

yij = Variabel terikat (tipe kelahiran,

bobot lahir, bobot sapih, dan pertambahan bobot badan.)

μ = Rataan umum

ai = Variabel bebas (tipe pita DNA) εi j = Galat eror

Elektroforesis dan Visualisasi DNA

Produk PCR diuji menggunakan PAGE 6% (polyacrylamide gel electrophoresis) yang dilanjutkan dengan pewarnaan perak mengikuti Tegelstrom (1986) yang dimodifikasi oleh Farajallah et al. (1998).

HASIL

Amplifikasi DNA

Produk PCR hasil amplifikasi menggunakan primer M03-30 dan M03-33 mempunyai ukuran 610 pb (Gambar 1).

PCR-RFLP

Gambar 1 Hasil amplifikasi gen miostatin ekson 3. Keterangan: M= marker 100 pb (Biorad), kolom 1 – 4: produk PCR

Produk PCR kemudian dipotong menggunakan enzim restriksi HaeIII dan

MboI mengikuti petunjuk produsen (NewEngland Biolabs). Pola pita hasil pemotongan enzim restriksi diuji menggunakan PAGE 6% yang dilanjutkan dengan pewarnaan perak.

PCR-SSCP

Produk PCR dimurnikan dengan metode pengendapan alkohol. Sebanyak 20 μl produk PCR ditambah dengan 5M NaCl 2 μl dan alkohol absolut 200 μl kemudian diinkubasi semalaman dalam suhu -20 oC. Molekul DNA diendapkan dengan sentrifuse selama 5 menit pada kecepatan 8000 rpm. Endapan DNA kemudian disuspensikan dengan larutan formamida 25 μl (formamida solution 80%, EDTA 10 mM bromtimol blue 1 mg/mL, dan xylene cyanol 1mg/mL) dan direndam dalam

water bath bersuhu 94 oC selama ± 10 menit agar untai ganda DNA terpisah menjadi untai tunggal (single strand). Setelah 10 menit sampel dipindahkan dengan cepat ke dalam

ice bath selama ± 5 menit untuk mencegah kedua untai yang sudah terpisah menyatu kembali. Konformasi untai tunggal kemudian diuji dengan PAGE 12% (akrilamid:bis akrilamid = 59:1). Elektroforesis dijalankan dengan kekuatan listrik sebesar 150 volt selama 240 menit pada suhu konstan 4 oC. Visualisasi dilakukan dengan pewarnaan perak seperti pada visualisasi produk PCR.

PCR-RFLP

Hasil pemotongan produk PCR menggunakan enzim restriksi HaeIII dan

MboI memberikan pola yang sama (Gambar 2

Gambar 2 Hasil pemotongan gen miostatin ekson 3 dengan enzim restriksi Hae III. Keterangan: M= marker 100 pb dan 3).

Gambar 3 Hasil pemotongan gen miostatin ekson 3 dengan enzim restriksi Mbo I. Keterangan: M= marker 100 pb

Analisa statistik

Uji statistik dilakukan untuk melihat keterpautan tipe gen dengan beberapa karakter ternak dengan model linier umum menggunakan program Minitab 14.

Model matematis yang diajukan adalah: yij = μ + ai + εi j

(11)

3

Tabel 1 T

Gambar 5 Sekuen gen miostatin ekson 3 gabungan dari Ovis aries (domba) dan Bos taurus (sapi). Sumber: www.ncbi.nlm.nih.gov

ampilan ternak domba komposit sumatera, BALITNAK, Bogor

Tipe Pita Keterangan

W X Y Z

Jumlah sampel 3 31 31 18

Frekuensi (%) 3.615 37 37 21

hir (kg)

t badan

136.667 110.914 108.495 119.074

.349 .349 .687

Rataan bobot la 1.933 2.329 2.387 2.450

Rataan bobot sapih (kg) 10.133 8.984 8.897 9.594

Rataan pertambahan bobo (gr/ekor/hari)

CR-SSCP

i DNA hasil SSCP dari 88 sam

Analisis SSCP memberikan hasil adanya var

Jenis kelam ibu, dan b

semua tipe kelamin betina. Selain u, jika ditelusuri menurut induknya bapak dan ibu berbangsa BC (Barbados x Croix) memiliki anak yang semuanya bertipe Z.

Re

ahan obot badan sebagai peubah terikat. Hasil

AHASAN

P

Visualisas

pel domba komposit menunjukkan adanya keragaman tipe DNA (polimorfik). Tipe-tipe DNA ini kemudian dikelompokkan menjadi empat tipe berdasarkan bentuk pemisahan rantai DNAnya yaitu W,X,Y, dan Z (Gambar 4).

ian/keragaman pola tipe pada gen miostatin ekson 3 (polimorfik), keempat tipe tersebut yaitu W=3 sampel, X=31 sampel, Y=31 sampel, dan Z=18 sampel. Frekuensi keempat pola tipe pita hasil SSCP tersebut adalah 3.615 % (W), 37.349 % (X), 37.349 % (Y), dan 21.687% (Z) (Tabel 1).

Perbandingan hasil SSCP ini dengan data sekunder milik BALITNAK Bogor (Jenis,

in, jenis domba komposit, bangsa angsa bapak). Menunjukkan bahwa

W berjenis it

spon Bobot lahir, Bobot Sapih, Pertambahan Bobot Badan dan Tipe Kelahiran Terhadap Tipe SSCP Gen Miostatin Ekson 3.

Analisis dilakukan dengan uji statistik model linier umum yaitu dengan tipe SSCP sebagai peubah bebas serta tipe kelahiran, bobot lahir, bobot sapih, dan pertamb b

analisis disajikan dalam Tabel 2.

PEMB

Amplifikasi DNA

Ukuran produk PCR sepanjang 610 pb sesuai dengan sekuen DNA miostatin domba dan sapi yang disimpan dalam GenBank

.ncbi.nlm.gov

(www no. acc. AF266758 dan B076403).

A Gambar 4 (A) Hasil elektroforesis produk PCR-SSCP

(12)

4

Tabel 2 is respo ahira bot la obot s dan p mbahan bot terhadap tip

Peubah bebas er KT

Hasil analis n tipe kel n, bo hir, b apih, erta bo badan e SSCP

Sumb DB JK F P

Tipe sscp 3 0.556 0.185 0.35 0.790

Error 79 41.950 0.531

Tipe Kelahiran

Total 82 42.506

Tipe sscp 3 0.744 0.248 0.90 0.445

Error 79 21.750 0.275

Bobot Lahir

Total 82 22.494

Tipe sscp 3 9.25 3.08 0.42 0.736

Error 79 574.49 7.27

Bobot Sapih

Total 82 583.74

Tipe sscp 3 3102 1034 0.56 0.644 Error 79

Pertambahan bobot badan

146413 1853

149515

Total 82

PCR-RFLP

Pola yang sama pada hasil pemotongan produk PCR menggunakan enzim restriksi

HaeIII dan MboI memberikan arti bahwa sek

a selain sapi lebih terjaga dan sta l. Untuk mencari varian gen miostatin lakuan dengan metode deteksi PC ariasi sek pada gen miost (Jenis, Jenis kel min, jenis domba komposit, bangsa

erasal dari bapak dan ibu ber

bahwa mutasi ini tidak emiliki pengaruh pada fungsi protein miostatin dalam miogenesis. Walaupun begitu, usaha-usaha pencarian varian gen tetap harus bisa mencakup keseluruhan gen target uen DNA yang menjadi pengenal kedua

enzim tersebut sama pada semua sampel domba yang dianalisis.

Eksplorasi berbagai situs enzim retsriksi lain yang dilakukan dengan analisis homologi dari berbagai sekuen gen miostatin yang disimpan dalam Gen Bank tidak berpeluang untuk bisa menemukan keragaman gen miostatin lebih lanjut (data tidak diperlihatkan). Selain itu, Cieslak et al. (2003) melaporkan bahwa bagian ekson gen miostatin pad

bi

lebih lanjut di R-SSCP.

PCR-SSCP

Single-Strand Conformation Polymorphisms (SSCPs) adalah metode

elektroforesis yang populer untuk mengidentifikasi mutasi sekuen karena mudah, murah dan memiliki sensitifitas tinggi walau hanya satu nukleotida saja (Nataraj 1999) dapat mendeteksi polimorfisme dan mutasi titik pada berbagai posisi dalam fragmen DNA, meskipun mutasi yag terjadi hanya pada satu basa. (Orita et al.1998). Kesensitifitasan dari analsis SSCP merupakan hal yang cukup sulit dalam teknik karena sangat peka seperti kondisi elektroforesis, sensitifitas dipengaruhi beberapa faktor termasuk didalamnya tipe subtitusi basa, panjang fragmen, sekuen basa, kandungan G dan C dalam fragmen dan lokasi v

uen, tidak ada teori yang tepat memprediksi apakah SSCP dapat mendeteksi mutasi tertentu (Highsmith et al. 1999).

Analisis SSCP memberikan hasil adanya varian/keragaman pola tipe

atin ekson 3 (polimorfik), keempat tipe tersebut yaitu W=3 sampel, X=31 sampel, Y=31 sampel, dan Z=18 sampel. Frekuensi keempat pola tipe pita hasil SSCP tersebut adalah 3.62 % (W), 37.35 % (X), 37.35 % (Y), dan 21.69 % (Z) (Tabel 1).

Perbandingan hasil SSCP ini dengan data sekunder milik BALITNAK Bogor

a

ibu, dan bangsa bapak) menunjukkan bahwa semua tipe Z dan W berjenis kelamin betina. Selain itu, semua tipe Z jika ditelusuri menurut induknya b

bangsa BC (Barbados x St.Croix).

Respon Bobot Lahir, Bobot Sapih, Pertambahan Bobot Badan dan Tipe Kelahiran Terhadap Tipe SSCP Gen Miostatin Ekson 3

Hasil analisis menunjukkan bahwa tipe-tipe SSCP gen miostatin ekson 3 yang ditemukan dalam penelitian ini tidak terpaut dengan tipe kelahiran, bobot lahir, bobot sapih, dan pertambahan bobot badan. Sebagaimana telah disampaikan oleh Cockett

et al. (2001) bahwa fenomena hipertropi otot pada domba Texel terpaut dengan mutasi gen miostatin dibagian promotor. Hal yang sama juga ditemukan pada fenomena hipertropi pada babi (Cieslak et al. 2003). Kelebihan otot pada babi ditemukan sebagai konsekuensi dari hipertropi otot, khususnya pada babi jenis Pietrain dan Belgian Landrace, namun perbedaan ciri-ciri karkas dan genotip mengindikasikan

(13)

5

mulai dari p dan ekson

(Dunner 2003).

bahwa tipe SSCP gen miostatin ekson 3 tidak nyata mempengaruhi tipe kelahiran, bobot lahir, bobot sapih, dan an bobot badan pada domba komposi ra.

miostatin yang lebih lua

yang diperoleh dari penelitian tersebut bisa diguna n untuk mendeteksi keterpautannya

dengan t bobot

sapih, dan pertambaha obot badan.

Cies harsi T, Kapelanski W,

h J anim Sci

Coc

ted review].

Dun

Fara

Air Tawar (Reptilia: Testudines) di Indonesia Sebagai Dasar Pelestarian dan

litian dan

Hig

f

McN s –

McP

due to mutations in the

Nata

analysis for gel-based

Old Orit ingle-strand Priy domba Sub omba rambut Teg riation based Tell ants predates Uto

Animal Diversity in Indonesia. Jakarta: Ministry of Ari

romotor, intron

SIMPULAN

Varian gen miostatin ekson 3 dengan menggunakan metode PCR-RFLP dengan enzim restriksi Hae III dan Mbo I tidak menunjukkan adanya keragaman. Metode PCR-SSCP menunjukkan adanya varian gen miostatin ekson 3 pada domba komposit dalam penelitian ini yaitu W, X, Y, dan Z dengan frekuensi berturut-turut 3.62 %, 37.35 %, 37.35 %, dan 21.69 %. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan

pertambah t sumate

SARAN

Pencarian varian gen

s perlu dilakukan pada populasi domba-domba lokal Indonesia sebagai manifestasi dari proses adaptasi domba-omba tersebut di wilayah tropis Indnesia.

Penelitian lebih lanjut terhadap varian gen miostatin ekson 3 yang ditemukan dalam penelitian ini perlu diverifikasi dengan sekuensing. Selain itu, tipe-tipe

ka

ipe kelahiran, bobot lahir, n b

DAFTAR PUSTAKA

lak D, Blic

Pierzchala M. 2003. Investigation of polymorphisms in the porcine myostatin (GDF8; MSTN) gene. Czec

48(2):69-75.

kett NE, Shay TL, Smit M. 2001. Analysis of the sheep genome [invi

Physiol Genomics 7:69-78.

ner et al. 2003. Haplotype diversity of the myostatin gene among beef cattle breeds.

Genet Sel Evol 35: 103-118.

jallah A, Suryobroto B, Puntorini T. 1998. Analisis Keragaman Genetik dan Filogeni Molekular Bangsa Kura-Kura

Pemanfaatannya. Laporan Pelaksanaan RUT V/1. Lembaga Pene

Pengabdian Pada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB.

hsmith et al. 1999. Use of DNA toolbox for the characterization of mutation scanning methods. II: Evaluation o single-strand conformation polymorphism analysis. Electrophoresis 20:1195-1203.

ally EM. 2004. Powerful gene myostatin regulation of human muscle mass. N Engl J Med 350:2642-2644. herron AC, Lee SJ. 1997. Double muscling in cattle

myostatin gene. Proc Natl Acad Sci USA

94:12457-12461.

raj AJ, Glander IO, Kusukawa N. Highsmith WE. 1999. Single-strand conformation polymorphism and heteroduplex

mutation detection. Electrophoresis

20:117-1185.

ham et al. 2001. Molecular expression of myostatin and MyoD is greater in double-muscled than normal-double-muscled cattle fetuses. Am J Physiol Regulatory Integrative Comp Physiol 280:1488-1493. a M, Iwahana A, Kanazawa H, Hayashi K,

Sekiya T. 1998. Detection of polymorphisms of human DNA by gel electrophoresis as s

conformation polymorphisms. Proc Natl Acad Sci USA 86:2766-2770.

anto D, Siregar AR, Handiwirawan E, Subandriyo. 1999. Karakter domba introduksi dan pola konservasi

lokal sumatera di Sumatera Utara. Ilmu Ternak dan Veteriner 5(1):12-22.

andriyo, Setiadi B, Handiwirawan E, Suparyanto A. 2000. Performa domba komposit hasil persilangan antara domba lokal sumatera dengan d

pada kondisi dikandangkan. Ilmu Ternak dan Veteriner 5(2):73-83.

elstrom H. 1986. Mitokondrial DNA in natural population: an improved routine for screening of genetic va

on sensitive silver staining.

Electrophoresis 7:226-229.

gren A, Berglund A, Savolainen P, Janis CM, Liberles DA. 2004. Myostatin rapid sequence evolution in rumin

domestication. Molecular Phylogenetics and Evolution 33:782-790.

yo DP, Djarsanto, Nasution SN. 1996. Animal Genetic Resources and Domestic

(14)
(15)

PENCARIAN VARIAN GEN MIOSTATIN

PADA DOMBA KOMPOSIT SUMATERA

ANDALUSIA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

2

ABSTRAK

ANDALUSIA. Pencarian Varian Gen Miostatin Pada Domba Komposit Sumatera. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan BESS TIESNAMURTI.

Domba komposit sumatera merupakan bentuk silangan domba lokal ekor tipis Sumatera (DETS) dengan domba St. Croix (SC) dan Barbados Blackbelly (BB) dengan komposisi 50% DETS: 25% SC: 25%BB (Subandriyo et al. 2000). Miostatin atau growth differentiations factor 8 (GDF 8) merupakan anggota dari superfamili transforming growth factor-ȕ (TGF-ȕ) berfungsi sebagai pengontrol negatif pertumbuhan otot (McPherron et al.1997). Mutasi gen miostatin dapat mengganggu ekspresi dan aktifitasnya sehingga otot kerangka akan mengalami hipertropi ataupun hiperplasia (pertumbuhan otot yang melebihi normal), hal ini dikenal dengan fenomena double muscling. Mutasi pada makhluk hidup dapat terjadi secara alami dalam jangka waktu yang panjang, sehingga menghasilkan varian-varian baru dari makhluk hidup tersebut. Hasil pencarian varian gen miostatin pada domba komposit sumatera menggunakan dengan metode PCR-RFLP dengan enzim restriksi Hae III dan Mbo I tidak menunjukkan adanya keragaman. Metode PCR-SSCP menunjukkan adanya varian gen miostatin ekson 3 pada domba komposit dalam penelitian ini yaitu W, X, Y, dan Z dengan frekuensi berturut-turut 3.62 %, 37.35 %, 37.35 %, dan 21.69 %. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tipe SSCP gen miostatin ekson 3 tidak nyata mempengaruhi tipe kelahiran, bobot lahir, bobot sapih, dan pertambahan bobot badan pada domba komposit sumatera.

Kata-kata kunci: Domba komposit sumatera, miostatin, PCR-RFLP, PCR-SSCP

ABSTRACT

ANDALUSIA. Exploring Myostatin Gene in Sumatera Composite Sheep. Under supervising of ACHMAD FARAJALLAH and BESS TIESNAMURTI.

Sumatera composite sheep is a synthetic breed of Sumatera thin tail (STT) sheep with St. Croix (SC) and Barbados Blackbelly (BB) with genetic constituent of 50% STT : 25% SC: 25%BB (Subandriyo et al. 2000). Myostatin or growth differentiations factor 8 (GDF 8) is a member from super family transforming growth factor-ȕ (TGF-ȕ) act as a feedback negative that controlling muscle growth (McPherron et al.1997). Mutation in myostatin gene interact with the expression and activity of muscle growth. It can cause hypertrophy or hyperplasia (abnormally muscle growth), known as double muscling. Naturally, mutation can occur in a long and slow process that produce new variants. The result from exploring the myostatin gene in Sumatera composite sheep by PCR-RFLP using Hae III and Mbo I restriction enzyme showed no differences among the samples. PCR-SSCP methods showed four variants in myostatin gene reside at exon 3 of Sumatera composite sheep which are W, X, Y,and Z (3.62 %, 37.35 %, 37.35 %, and 21.69 %, respectively). SSCP types of myostatin gene exon 3 were not significantly influencing birth type. It can be concluded that SSCP technique of myostatin gene at exon 3 did not significantly affect (P>0.05) litter size, birth weight as well as average daily gain of Sumatera Composite Sheep.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan salah satu hewan ternak populer di Indonesia setelah ayam, sapi dan kambing. Domba lokal di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain domba ekor tipis, domba ekor gemuk, domba garut (Utoyo et al. 1996) dan domba sumatera (Priyanto et al. 1999). Beberapa hasil silangan antar jenis domba-domba tersebut banyak ditemukan dalam rangka meningkatkan kualitas produksi domba, misalnya laju pertumbuhan yang cepat, kualitas karkas, tahan penyakit dan sifat prolifik (kemampuan beranak lebih banyak). Salah satu domba hasil persilangan yang sengaja dirakit untuk meningkatkan laju pertumbuhan adalah domba komposit sumatera. Domba komposit sumatera merupakan hasil silangan domba lokal ekor tipis Sumatera (DETS) dengan domba St. Croix (SC) dan Barbados Blackbelly (BB) dengan komposisi 50% DETS: 25% SC: 25%BB (Subandriyo et al. 2000).

Miostatin atau growth differentiations factor 8 (GDF 8) merupakan anggota dari superfamili transforming growth factor-β (TGF-β) yang mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi otot kerangka. Cara kerja miostatin dalam mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi otot adalah dengan menghambat aktifitas miogenin. Miogenin yang tidak bekerja menyebabkan mioblas tidak dapat berdiferensiasi menjadi miotube. Miotube ini nantinya akan berkembang menjadi serabut otot. Dengan kata lain, miostatin berfungsi sebagai pengontrol negatif pertumbuhan otot. Miostatin diekspresikan oleh gen miostatin yang pada sapi terdapat pada kromosom No. 2 (McPherron et al.1997). Pada sebagian besar vertebrata, ekspresi gen miostatin terjadi pascanatal (McNally 2004). Jika gen miostatin mengalami mutasi yang mengganggu ekspresi dan/atau aktifitasnya, maka otot kerangka akan mengalami hipertropi (serabut otot bertambah besar) ataupun hiperplasia (jumlah serabut otot bertambah banyak). Fenomena

double muscling pada sapi Belgian Blue dan Piedmontese adalah salah satu contoh mutasi pada ekson ketiga gen miostatin sehingga otot mengalami pertumbuhan yang melebihi normal (McPherron et al.1997, Oldham et al.

2001). Walaupun jenis mutasi pada kedua sapi diatas berbeda, mutasi keduanya ternyata sama-sama mengganggu proses ekspresi gen akibat bergesernya kodon stop.

Mutasi pada makhluk hidup dapat terjadi secara alami dalam setiap gen dan dapat menyebabkan perubahan fisiologis atau morfologis yang semakin baik, semakin buruk, bahkan tidak menyebabkan perubahan sama sekali. Makhluk hidup yang mengalami mutasi ini disebut mutan. Mutan yang dapat bertahan hidup ini tentunya memiliki perbedaan dalam susunan nukleotida basa suatu gen sehingga di dalam populasi akan ada banyak keragaman (varian) dari makhluk hidup tersebut.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mencari varian gen miostatin pada domba komposit sumatera.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Juni 2007 di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (FMIPA IPB).

Sampel DNA

Sampel DNA domba yang digunakan dalam penelitian ini merupakan koleksi DNA dalam EtOH yang diekstraksi dari darah domba komposit sumatera yang laju pertumbuhannya sudah dikarakterisasi dengan baik (koleksi Dr. Bess Tiesnamurti BALITNAK Bogor yang disimpan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi FMIPA IPB). Sampel yang tersedia berjumlah 89 sampel yang terdiri dari jenis M (komposit sumatera) hasil persilangan antara DETS, SC dan BB.

Amplifikasi DNA

Amplifikasi DNA secara in vitro

menggunakan mesin TaKaRa Thermal Cycler. Sepasang primer yang digunakan untuk mengamplifikasi ruas ekson ketiga gen miostatin sebesar 610 pb mengikuti Tellgren

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba merupakan salah satu hewan ternak populer di Indonesia setelah ayam, sapi dan kambing. Domba lokal di Indonesia dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain domba ekor tipis, domba ekor gemuk, domba garut (Utoyo et al. 1996) dan domba sumatera (Priyanto et al. 1999). Beberapa hasil silangan antar jenis domba-domba tersebut banyak ditemukan dalam rangka meningkatkan kualitas produksi domba, misalnya laju pertumbuhan yang cepat, kualitas karkas, tahan penyakit dan sifat prolifik (kemampuan beranak lebih banyak). Salah satu domba hasil persilangan yang sengaja dirakit untuk meningkatkan laju pertumbuhan adalah domba komposit sumatera. Domba komposit sumatera merupakan hasil silangan domba lokal ekor tipis Sumatera (DETS) dengan domba St. Croix (SC) dan Barbados Blackbelly (BB) dengan komposisi 50% DETS: 25% SC: 25%BB (Subandriyo et al. 2000).

Miostatin atau growth differentiations factor 8 (GDF 8) merupakan anggota dari superfamili transforming growth factor-β (TGF-β) yang mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi otot kerangka. Cara kerja miostatin dalam mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi otot adalah dengan menghambat aktifitas miogenin. Miogenin yang tidak bekerja menyebabkan mioblas tidak dapat berdiferensiasi menjadi miotube. Miotube ini nantinya akan berkembang menjadi serabut otot. Dengan kata lain, miostatin berfungsi sebagai pengontrol negatif pertumbuhan otot. Miostatin diekspresikan oleh gen miostatin yang pada sapi terdapat pada kromosom No. 2 (McPherron et al.1997). Pada sebagian besar vertebrata, ekspresi gen miostatin terjadi pascanatal (McNally 2004). Jika gen miostatin mengalami mutasi yang mengganggu ekspresi dan/atau aktifitasnya, maka otot kerangka akan mengalami hipertropi (serabut otot bertambah besar) ataupun hiperplasia (jumlah serabut otot bertambah banyak). Fenomena

double muscling pada sapi Belgian Blue dan Piedmontese adalah salah satu contoh mutasi pada ekson ketiga gen miostatin sehingga otot mengalami pertumbuhan yang melebihi normal (McPherron et al.1997, Oldham et al.

2001). Walaupun jenis mutasi pada kedua sapi diatas berbeda, mutasi keduanya ternyata sama-sama mengganggu proses ekspresi gen akibat bergesernya kodon stop.

Mutasi pada makhluk hidup dapat terjadi secara alami dalam setiap gen dan dapat menyebabkan perubahan fisiologis atau morfologis yang semakin baik, semakin buruk, bahkan tidak menyebabkan perubahan sama sekali. Makhluk hidup yang mengalami mutasi ini disebut mutan. Mutan yang dapat bertahan hidup ini tentunya memiliki perbedaan dalam susunan nukleotida basa suatu gen sehingga di dalam populasi akan ada banyak keragaman (varian) dari makhluk hidup tersebut.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan mencari varian gen miostatin pada domba komposit sumatera.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Juni 2007 di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (FMIPA IPB).

Sampel DNA

Sampel DNA domba yang digunakan dalam penelitian ini merupakan koleksi DNA dalam EtOH yang diekstraksi dari darah domba komposit sumatera yang laju pertumbuhannya sudah dikarakterisasi dengan baik (koleksi Dr. Bess Tiesnamurti BALITNAK Bogor yang disimpan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi FMIPA IPB). Sampel yang tersedia berjumlah 89 sampel yang terdiri dari jenis M (komposit sumatera) hasil persilangan antara DETS, SC dan BB.

Amplifikasi DNA

Amplifikasi DNA secara in vitro

menggunakan mesin TaKaRa Thermal Cycler. Sepasang primer yang digunakan untuk mengamplifikasi ruas ekson ketiga gen miostatin sebesar 610 pb mengikuti Tellgren

(19)

2

predenaturasi 92 oC selama 10 menit, denaturasi 94 oC selama 4 menit, penempelan primer pada suhu 51 oC selama 1 menit, pemanjangan ruas target pada suhu 72 oC selama 2 menit, dan pemanjangan akhir pada 72 oC selama 7 menit .

yij = Variabel terikat (tipe kelahiran,

bobot lahir, bobot sapih, dan pertambahan bobot badan.)

μ = Rataan umum

ai = Variabel bebas (tipe pita DNA) εi j = Galat eror

Elektroforesis dan Visualisasi DNA

Produk PCR diuji menggunakan PAGE 6% (polyacrylamide gel electrophoresis) yang dilanjutkan dengan pewarnaan perak mengikuti Tegelstrom (1986) yang dimodifikasi oleh Farajallah et al. (1998).

HASIL

Amplifikasi DNA

Produk PCR hasil amplifikasi menggunakan primer M03-30 dan M03-33 mempunyai ukuran 610 pb (Gambar 1).

PCR-RFLP

Gambar 1 Hasil amplifikasi gen miostatin ekson 3. Keterangan: M= marker 100 pb (Biorad), kolom 1 – 4: produk PCR

Produk PCR kemudian dipotong menggunakan enzim restriksi HaeIII dan

MboI mengikuti petunjuk produsen (NewEngland Biolabs). Pola pita hasil pemotongan enzim restriksi diuji menggunakan PAGE 6% yang dilanjutkan dengan pewarnaan perak.

PCR-SSCP

Produk PCR dimurnikan dengan metode pengendapan alkohol. Sebanyak 20 μl produk PCR ditambah dengan 5M NaCl 2 μl dan alkohol absolut 200 μl kemudian diinkubasi semalaman dalam suhu -20 oC. Molekul DNA diendapkan dengan sentrifuse selama 5 menit pada kecepatan 8000 rpm. Endapan DNA kemudian disuspensikan dengan larutan formamida 25 μl (formamida solution 80%, EDTA 10 mM bromtimol blue 1 mg/mL, dan xylene cyanol 1mg/mL) dan direndam dalam

water bath bersuhu 94 oC selama ± 10 menit agar untai ganda DNA terpisah menjadi untai tunggal (single strand). Setelah 10 menit sampel dipindahkan dengan cepat ke dalam

ice bath selama ± 5 menit untuk mencegah kedua untai yang sudah terpisah menyatu kembali. Konformasi untai tunggal kemudian diuji dengan PAGE 12% (akrilamid:bis akrilamid = 59:1). Elektroforesis dijalankan dengan kekuatan listrik sebesar 150 volt selama 240 menit pada suhu konstan 4 oC. Visualisasi dilakukan dengan pewarnaan perak seperti pada visualisasi produk PCR.

PCR-RFLP

Hasil pemotongan produk PCR menggunakan enzim restriksi HaeIII dan

MboI memberikan pola yang sama (Gambar 2

Gambar 2 Hasil pemotongan gen miostatin ekson 3 dengan enzim restriksi Hae III. Keterangan: M= marker 100 pb dan 3).

Gambar 3 Hasil pemotongan gen miostatin ekson 3 dengan enzim restriksi Mbo I. Keterangan: M= marker 100 pb

Analisa statistik

Uji statistik dilakukan untuk melihat keterpautan tipe gen dengan beberapa karakter ternak dengan model linier umum menggunakan program Minitab 14.

Model matematis yang diajukan adalah: yij = μ + ai + εi j

(20)

2

predenaturasi 92 oC selama 10 menit, denaturasi 94 oC selama 4 menit, penempelan primer pada suhu 51 oC selama 1 menit, pemanjangan ruas target pada suhu 72 oC selama 2 menit, dan pemanjangan akhir pada 72 oC selama 7 menit .

yij = Variabel terikat (tipe kelahiran,

bobot lahir, bobot sapih, dan pertambahan bobot badan.)

μ = Rataan umum

ai = Variabel bebas (tipe pita DNA) εi j = Galat eror

Elektroforesis dan Visualisasi DNA

Produk PCR diuji menggunakan PAGE 6% (polyacrylamide gel electrophoresis) yang dilanjutkan dengan pewarnaan perak mengikuti Tegelstrom (1986) yang dimodifikasi oleh Farajallah et al. (1998).

HASIL

Amplifikasi DNA

Produk PCR hasil amplifikasi menggunakan primer M03-30 dan M03-33 mempunyai ukuran 610 pb (Gambar 1).

PCR-RFLP

Gambar 1 Hasil amplifikasi gen miostatin ekson 3. Keterangan: M= marker 100 pb (Biorad), kolom 1 – 4: produk PCR

Produk PCR kemudian dipotong menggunakan enzim restriksi HaeIII dan

MboI mengikuti petunjuk produsen (NewEngland Biolabs). Pola pita hasil pemotongan enzim restriksi diuji menggunakan PAGE 6% yang dilanjutkan dengan pewarnaan perak.

PCR-SSCP

Produk PCR dimurnikan dengan metode pengendapan alkohol. Sebanyak 20 μl produk PCR ditambah dengan 5M NaCl 2 μl dan alkohol absolut 200 μl kemudian diinkubasi semalaman dalam suhu -20 oC. Molekul DNA diendapkan dengan sentrifuse selama 5 menit pada kecepatan 8000 rpm. Endapan DNA kemudian disuspensikan dengan larutan formamida 25 μl (formamida solution 80%, EDTA 10 mM bromtimol blue 1 mg/mL, dan xylene cyanol 1mg/mL) dan direndam dalam

water bath bersuhu 94 oC selama ± 10 menit agar untai ganda DNA terpisah menjadi untai tunggal (single strand). Setelah 10 menit sampel dipindahkan dengan cepat ke dalam

ice bath selama ± 5 menit untuk mencegah kedua untai yang sudah terpisah menyatu kembali. Konformasi untai tunggal kemudian diuji dengan PAGE 12% (akrilamid:bis akrilamid = 59:1). Elektroforesis dijalankan dengan kekuatan listrik sebesar 150 volt selama 240 menit pada suhu konstan 4 oC. Visualisasi dilakukan dengan pewarnaan perak seperti pada visualisasi produk PCR.

PCR-RFLP

Hasil pemotongan produk PCR menggunakan enzim restriksi HaeIII dan

MboI memberikan pola yang sama (Gambar 2

Gambar 2 Hasil pemotongan gen miostatin ekson 3 dengan enzim restriksi Hae III. Keterangan: M= marker 100 pb dan 3).

Gambar 3 Hasil pemotongan gen miostatin ekson 3 dengan enzim restriksi Mbo I. Keterangan: M= marker 100 pb

Analisa statistik

Uji statistik dilakukan untuk melihat keterpautan tipe gen dengan beberapa karakter ternak dengan model linier umum menggunakan program Minitab 14.

Model matematis yang diajukan adalah: yij = μ + ai + εi j

(21)

3

Tabel 1 T

Gambar 5 Sekuen gen miostatin ekson 3 gabungan dari Ovis aries (domba) dan Bos taurus (sapi). Sumber: www.ncbi.nlm.nih.gov

ampilan ternak domba komposit sumatera, BALITNAK, Bogor

Tipe Pita Keterangan

W X Y Z

Jumlah sampel 3 31 31 18

Frekuensi (%) 3.615 37 37 21

hir (kg)

t badan

136.667 110.914 108.495 119.074

.349 .349 .687

Rataan bobot la 1.933 2.329 2.387 2.450

Rataan bobot sapih (kg) 10.133 8.984 8.897 9.594

Rataan pertambahan bobo (gr/ekor/hari)

CR-SSCP

i DNA hasil SSCP dari 88 sam

Analisis SSCP memberikan hasil adanya var

Jenis kelam ibu, dan b

semua tipe kelamin betina. Selain u, jika ditelusuri menurut induknya bapak dan ibu berbangsa BC (Barbados x Croix) memiliki anak yang semuanya bertipe Z.

Re

ahan obot badan sebagai peubah terikat. Hasil

AHASAN

P

Visualisas

pel domba komposit menunjukkan adanya keragaman tipe DNA (polimorfik). Tipe-tipe DNA ini kemudian dikelompokkan menjadi empat tipe berdasarkan bentuk pemisahan rantai DNAnya yaitu W,X,Y, dan Z (Gambar 4).

ian/keragaman pola tipe pada gen miostatin ekson 3 (polimorfik), keempat tipe tersebut yaitu W=3 sampel, X=31 sampel, Y=31 sampel, dan Z=18 sampel. Frekuensi keempat pola tipe pita hasil SSCP tersebut adalah 3.615 % (W), 37.349 % (X), 37.349 % (Y), dan 21.687% (Z) (Tabel 1).

Perbandingan hasil SSCP ini dengan data sekunder milik BALITNAK Bogor (Jenis,

in, jenis domba komposit, bangsa angsa bapak). Menunjukkan bahwa

W berjenis it

spon Bobot lahir, Bobot Sapih, Pertambahan Bobot Badan dan Tipe Kelahiran Terhadap Tipe SSCP Gen Miostatin Ekson 3.

Analisis dilakukan dengan uji statistik model linier umum yaitu dengan tipe SSCP sebagai peubah bebas serta tipe kelahiran, bobot lahir, bobot sapih, dan pertamb b

analisis disajikan dalam Tabel 2.

PEMB

Amplifikasi DNA

Ukuran produk PCR sepanjang 610 pb sesuai dengan sekuen DNA miostatin domba dan sapi yang disimpan dalam GenBank

.ncbi.nlm.gov

(www no. acc. AF266758 dan B076403).

A Gambar 4 (A) Hasil elektroforesis produk PCR-SSCP

(22)

3

Tabel 1 T

Gambar 5 Sekuen gen miostatin ekson 3 gabungan dari Ovis aries (domba) dan Bos taurus (sapi). Sumber: www.ncbi.nlm.nih.gov

ampilan ternak domba komposit sumatera, BALITNAK, Bogor

Tipe Pita Keterangan

W X Y Z

Jumlah sampel 3 31 31 18

Frekuensi (%) 3.615 37 37 21

hir (kg)

t badan

136.667 110.914 108.495 119.074

.349 .349 .687

Rataan bobot la 1.933 2.329 2.387 2.450

Rataan bobot sapih (kg) 10.133 8.984 8.897 9.594

Rataan pertambahan bobo (gr/ekor/hari)

CR-SSCP

i DNA hasil SSCP dari 88 sam

Analisis SSCP memberikan hasil adanya var

Jenis kelam ibu, dan b

semua tipe kelamin betina. Selain u, jika ditelusuri menurut induknya bapak dan ibu berbangsa BC (Barbados x Croix) memiliki anak yang semuanya bertipe Z.

Re

ahan obot badan sebagai peubah terikat. Hasil

AHASAN

P

Visualisas

pel domba komposit menunjukkan adanya keragaman tipe DNA (polimorfik). Tipe-tipe DNA ini kemudian dikelompokkan menjadi empat tipe berdasarkan bentuk pemisahan rantai DNAnya yaitu W,X,Y, dan Z (Gambar 4).

ian/keragaman pola tipe pada gen miostatin ekson 3 (polimorfik), keempat tipe tersebut yaitu W=3 sampel, X=31 sampel, Y=31 sampel, dan Z=18 sampel. Frekuensi keempat pola tipe pita hasil SSCP tersebut adalah 3.615 % (W), 37.349 % (X), 37.349 % (Y), dan 21.687% (Z) (Tabel 1).

Perbandingan hasil SSCP ini dengan data sekunder milik BALITNAK Bogor (Jenis,

in, jenis domba komposit, bangsa angsa bapak). Menunjukkan bahwa

W berjenis it

spon Bobot lahir, Bobot Sapih, Pertambahan Bobot Badan dan Tipe Kelahiran Terhadap Tipe SSCP Gen Miostatin Ekson 3.

Analisis dilakukan dengan uji statistik model linier umum yaitu dengan tipe SSCP sebagai peubah bebas serta tipe kelahiran, bobot lahir, bobot sapih, dan pertamb b

analisis disajikan dalam Tabel 2.

PEMB

Amplifikasi DNA

Ukuran produk PCR sepanjang 610 pb sesuai dengan sekuen DNA miostatin domba dan sapi yang disimpan dalam GenBank

.ncbi.nlm.gov

(www no. acc. AF266758 dan B076403).

A Gambar 4 (A) Hasil elektroforesis produk PCR-SSCP

(23)

4

Tabel 2 is respo ahira bot la obot s dan p mbahan bot terhadap tip

Peubah bebas er KT

Hasil analis n tipe kel n, bo hir, b apih, erta bo badan e SSCP

Sumb DB JK F P

Tipe sscp 3 0.556 0.185 0.35 0.790

Error 79 41.950 0.531

Tipe Kelahiran

Total 82 42.506

Tipe sscp 3 0.744 0.248 0.90 0.445

Error 79 21.750 0.275

Bobot Lahir

Total 82 22.494

Tipe sscp 3 9.25 3.08 0.42 0.736

Error 79 574.49 7.27

Bobot Sapih

Total 82 583.74

Tipe sscp 3 3102 1034 0.56 0.644 Error 79

Pertambahan bobot badan

146413 1853

149515

Total 82

PCR-RFLP

Pola yang sama pada hasil pemotongan produk PCR menggunakan enzim restriksi

HaeIII dan MboI memberikan arti bahwa sek

a selain sapi lebih terjaga dan sta l. Untuk mencari varian gen miostatin lakuan dengan metode deteksi PC ariasi sek pada gen miost (Jenis, Jenis kel min, jenis domba komposit, bangsa

erasal dari bapak dan ibu ber

bahwa mutasi ini tidak emiliki pengaruh pada fungsi protein miostatin dalam miogenesis. Walaupun begitu, usaha-usaha pencarian varian gen tetap harus bisa mencakup keseluruhan gen target uen DNA yang menjadi pengenal kedua

enzim tersebut sama pada semua sampel domba yang dianalisis.

Eksplorasi berbagai situs enzim retsriksi lain yang dilakukan dengan analisis homologi dari berbagai sekuen gen miostatin yang disimpan dalam Gen Bank tidak berpeluang untuk bisa menemukan keragaman gen miostatin lebih lanjut (data tidak diperlihatkan). Selain itu, Cieslak et al. (2003) melaporkan bahwa bagian ekson gen miostatin pad

bi

lebih lanjut di R-SSCP.

PCR-SSCP

Single-Strand Conformation Polymorphisms (SSCPs) adalah metode

elektroforesis yang populer untuk mengidentifikasi mutasi sekuen karena mudah, murah dan memiliki sensitifitas tinggi walau hanya satu nukleotida saja (Nataraj 1999) dapat mendeteksi polimorfisme dan mutasi titik pada berbagai posisi dalam fragmen DNA, meskipun mutasi yag terjadi hanya pada satu basa. (Orita et al.1998). Kesensitifitasan dari analsis SSCP merupakan hal yang cukup sulit dalam teknik karena sangat peka seperti kondisi elektroforesis, sensitifitas dipengaruhi beberapa faktor termasuk didalamnya tipe subtitusi basa, panjang fragmen, sekuen basa, kandungan G dan C dalam fragmen dan lokasi v

uen, tidak ada teori yang tepat memprediksi apakah SSCP dapat mendeteksi mutasi tertentu (Highsmith et al. 1999).

Analisis SSCP memberikan hasil adanya varian/keragaman pola tipe

atin ekson 3 (polimorfik), keempat tipe tersebut yaitu W=3 sampel, X=31 sampel, Y=31 sampel, dan Z=18 sampel. Frekuensi keempat pola tipe pita hasil SSCP tersebut adalah 3.62 % (W), 37.35 % (X), 37.35 % (Y), dan 21.69 % (Z) (Tabel 1).

Perbandingan hasil SSCP ini dengan data sekunder milik BALITNAK Bogor

a

ibu, dan bangsa bapak) menunjukkan bahwa semua tipe Z dan W berjenis kelamin betina. Selain itu, semua tipe Z jika ditelusuri menurut induknya b

bangsa BC (Barbados x St.Croix).

Respon Bobot Lahir, Bobot Sapih, Pertambahan Bobot Badan dan Tipe Kelahiran Terhadap Tipe SSCP Gen Miostatin Ekson 3

Hasil analisis menunjukkan bahwa tipe-tipe SSCP gen miostatin ekson 3 yang ditemukan dalam penelitian ini tidak terpaut dengan tipe kelahiran, bobot lahir, bobot sapih, dan pertambahan bobot badan. Sebagaimana telah disampaikan oleh Cockett

et al. (2001) bahwa fenomena hipertropi otot pada domba Texel terpaut dengan mutasi gen miostatin dibagian promotor. Hal yang sama juga ditemukan pada fenomena hipertropi pada babi (Cieslak et al. 2003). Kelebihan otot pada babi ditemukan sebagai konsekuensi dari hipertropi otot, khususnya pada babi jenis Pietrain dan Belgian Landrace, namun perbedaan ciri-ciri karkas dan genotip mengindikasikan

(24)

5

mulai dari p dan ekson

(Dunner 2003).

bahwa tipe SSCP gen miostatin ekson 3 tidak nyata mempengaruhi tipe kelahiran, bobot lahir, bobot sapih, dan an bobot badan pada domba komposi ra.

miostatin yang lebih lua

yang diperoleh dari penelitian tersebut bisa diguna n untuk mendeteksi keterpautannya

dengan t bobot

sapih, dan pertambaha obot badan.

Cies harsi T, Kapelanski W,

h J anim Sci

Coc

ted review].

Dun

Fara

Air Tawar (Reptilia: Testudines) di Indonesia Sebagai Dasar Pelestarian dan

litian dan

Hig

f

McN s –

McP

due to mutations in the

Nata

analysis for gel-based

Old Orit ingle-strand Priy domba Sub omba rambut Teg riation based Tell ants predates Uto

Animal Diversity in Indonesia. Jakarta: Ministry of Ari

romotor, intron

SIMPULAN

Varian gen miostatin ekson 3 dengan menggunakan metode PCR-RFLP dengan enzim restriksi Hae III dan Mbo I tidak menunjukkan adanya keragaman. Metode PCR-SSCP menunjukkan adanya varian gen miostatin ekson 3 pada domba komposit dalam penelitian ini yaitu W, X, Y, dan Z dengan frekuensi berturut-turut 3.62 %, 37.35 %, 37.35 %, dan 21.69 %. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan

pertambah t sumate

SARAN

Pencarian varian gen

s perlu dilakukan pada populasi domba-domba lokal Indonesia sebagai manifestasi dari proses adaptasi domba-omba tersebut di wilayah tropis Indnesia.

Penelitian lebih lanjut terhadap varian gen miostatin ekson 3 yang ditemukan dalam penelitian ini perlu diverifikasi dengan sekuensing. Selain itu, tipe-tipe

ka

ipe kelahiran, bobot lahir, n b

DAFTAR PUSTAKA

lak D, Blic

Pierzchala M. 2003. Investigation of polymorphisms in the porcine myostatin (GDF8; MSTN) gene. Czec

48(2):69-75.

kett NE, Shay TL, Smit M. 2001. Analysis of the sheep genome [invi

Physiol Genomics 7:69-78.

ner et al. 2003. Haplotype diversity of the myostatin gene among beef cattle breeds.

Genet Sel Evol 35: 103-118.

jallah A, Suryobroto B, Puntorini T. 1998. Analisis Keragaman Genetik dan Filogeni Molekular Bangsa Kura-Kura

Pemanfaatannya. Laporan Pelaksanaan RUT V/1. Lembaga Pene

Pengabdian Pada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB.

hsmith et al. 1999. Use of DNA toolbox for the characterization of mutation scanning methods. II: Evaluation o single-strand conformation polymorphism analysis. Electrophoresis 20:1195-1203.

ally EM. 2004. Powerful gene myostatin regulation of human muscle mass. N Engl J Med 350:2642-2644. herron AC, Lee SJ. 1997. Double muscling in cattle

myostatin gene. Proc Natl Acad Sci USA

94:12457-12461.

raj AJ, Glander IO, Kusukawa N. Highsmith WE. 1999. Single-strand conformation polymorphism and heteroduplex

mutation detection. Electrophoresis

20:117-1185.

ham et al. 2001. Molecular expression of myostatin and MyoD is greater in double-muscled than normal-double-muscled cattle fetuses. Am J Physiol Regulatory Integrative Comp Physiol 280:1488-1493. a M, Iwahana A, Kanazawa H, Hayashi K,

Sekiya T. 1998. Detection of polymorphisms of human DNA by gel electrophoresis as s

conformation polymorphisms. Proc Natl Acad Sci USA 86:2766-2770.

anto D, Siregar AR, Handiwirawan E, Subandriyo. 1999. Karakter domba introduksi dan pola konservasi

lokal sumatera di Sumatera Utara. Ilmu Ternak dan Veteriner 5(1):12-22.

andriyo, Setiadi B, Handiwirawan E, Suparyanto A. 2000. Performa domba komposit hasil persilangan antara domba lokal sumatera dengan d

pada kondisi dikandangkan. Ilmu Ternak dan Veteriner 5(2):73-83.

elstrom H. 1986. Mitokondrial DNA in natural population: an improved routine for screening of genetic va

on sensitive silver staining.

Electrophoresis 7:226-229.

gren A, Berglund A, Savolainen P, Janis CM, Liberles DA. 2004. Myostatin rapid sequence evolution in rumin

domestication. Molecular Phylogenetics and Evolution 33:782-790.

yo DP, Djarsanto, Nasution SN. 1996. Animal Genetic Resources and Domestic

(25)

5

mulai dari p dan ekson

(Dunner 2003).

bahwa tipe SSCP gen miostatin ekson 3 tidak nyata mempengaruhi tipe kelahiran, bobot lahir, bobot sapih, dan an bobot badan pada domba komposi ra.

miostatin yang lebih lua

yang diperoleh dari penelitian tersebut bisa diguna n untuk mendeteksi keterpautannya

dengan t bobot

sapih, dan pertambaha obot badan.

Cies harsi T, Kapelanski W,

h J anim Sci

Coc

ted review].

Dun

Fara

Air Tawar (Reptilia: Testudines) di Indonesia Sebagai Dasar Pelestarian dan

litian dan

Hig

f

McN s –

McP

due to mutations in the

Nata

analysis for gel-based

Old Orit ingle-strand Priy domba Sub omba rambut Teg riation based Tell ants predates Uto

Animal Diversity in Indonesia. Jakarta: Ministry of Ari

romotor, intron

SIMPULAN

Varian gen miostatin ekson 3 dengan menggunakan metode PCR-RFLP dengan enzim restriksi Hae III dan Mbo I tidak menunjukkan adanya keragaman. Metode PCR-SSCP menunjukkan adanya varian gen miostatin ekson 3 pada domba komposit dalam penelitian ini yaitu W, X, Y, dan Z dengan frekuensi berturut-turut 3.62 %, 37.35 %, 37.35 %, dan 21.69 %. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan

pertambah t sumate

SARAN

Pencarian varian gen

s perlu dilakukan pada populasi domba-domba lokal Indonesia sebagai manifestasi dari proses adaptasi domba-omba tersebut di wilayah tropis Indnesia.

Penelitian lebih lanjut terhadap varian gen miostatin ekson 3 yang ditemukan dalam penelitian ini perlu diverifikasi dengan sekuensing. Selain itu, tipe-tipe

ka

ipe kelahiran, bobot lahir, n b

DAFTAR PUSTAKA

lak D, Blic

Pierzchala M. 2003. Investigation of polymorphisms in the porcine myostatin (GDF8; MSTN) gene. Czec

48(2):69-75.

kett NE, Shay TL, Smit M. 2001. Analysis of the sheep genome [invi

Physiol Genomics 7:69-78.

ner et al. 2003. Haplotype diversity of the myostatin gene among beef cattle breeds.

Genet Sel Evol 35: 103-118.

jallah A, Suryobroto B, Puntorini T. 1998. Analisis Keragaman Genetik dan Filogeni Molekular Bangsa Kura-Kura

Pemanfaatannya. Laporan Pelaksanaan RUT V/1. Lembaga Pene

Pengabdian Pada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB.

hsmith et al. 1999. Use of DNA toolbox for the characterization of mutation scanning methods. II: Evaluation o single-strand conformation polymorphism analysis. Electrophoresis 20:1195-1203.

ally EM. 2004. Powerful gene myostatin regulation of human muscle mass. N Engl J Med 350:2642-2644. herron AC, Lee SJ. 1997. Double muscling in cattle

myostatin gene. Proc Natl Acad Sci USA

94:12457-12461.

raj AJ, Glander IO, Kusukawa N. Highsmith WE. 1999. Single-strand conformation polymorphism and heteroduplex

mutation detection. Electrophoresis

20:117-1185.

ham et al. 2001. Molecular expression of myostatin and MyoD is greater in double-muscled than normal-double-muscled cattle fetuses. Am J Physiol Regulatory Integrative Comp Physiol 280:1488-1493. a M, Iwahana A, Kanazawa H, Hayashi K,

Sekiya T. 1998. Detection of polymorphisms of human DNA by gel electrophoresis as s

conformation polymorphisms. Proc Natl Acad Sci USA 86:2766-2770.

anto D, Siregar AR, Handiwirawan E, Subandriyo. 1999. Karakter domba introduksi dan pola konservasi

lokal sumatera di Sumatera Utara. Ilmu Ternak dan Veteriner 5(1):12-22.

andriyo, Setiadi B, Handiwirawan E, Suparyanto A. 2000. Performa domba komposit hasil persilangan antara domba lokal sumatera dengan d

pada kondisi dikandangkan. Ilmu Ternak dan Veteriner 5(2):73-83.

elstrom H. 1986. Mitokondrial DNA in natural population: an improved routine for screening of genetic va

on sensitive silver staining.

Electrophoresis 7:226-229.

gren A, Berglund A, Savolainen P, Janis CM, Liberles DA. 2004. Myostatin rapid sequence evolution in rumin

domestication. Molecular Phylogenetics and Evolution 33:782-790.

yo DP, Djarsanto, Nasution SN. 1996. Animal Genetic Resources and Domestic

(26)

5

mulai dari p dan ekson

(Dunner 2003).

bahwa tipe SSCP gen miostatin ekson 3 tidak nyata mempengaruhi tipe kelahiran, bobot lahir, bobot sapih, dan an bobot badan pada domba komposi ra.

miostatin yang lebih lua

yang diperoleh dari penelitian tersebut bisa diguna n untuk mendeteksi keterpautannya

dengan t bobot

sapih, dan pertambaha obot badan.

Cies harsi T, Kapelanski W,

h J anim Sci

Coc

ted review].

Dun

Fara

Air Tawar (Reptilia: Testudines) di Indonesia Sebagai Dasar Pelestarian dan

litian dan

Hig

f

McN s –

McP

due to mutations in the

Nata

analysis for gel-based

Old Orit ingle-strand Priy domba Sub omba rambut Teg riation based Tell ants predates Uto

Animal Diversity in Indonesia. Jakarta: Ministry of Ari

romotor, intron

SIMPULAN

Varian gen miostatin ekson 3 dengan menggunakan metode PCR-RFLP dengan enzim restriksi Hae III dan Mbo I tidak menunjukkan adanya keragaman. Metode PCR-SSCP menunjukkan adanya varian gen miostatin ekson 3 pada domba komposit dalam penelitian ini yaitu W, X, Y, dan Z dengan frekuensi berturut-turut 3.62 %, 37.35 %, 37.35 %, dan 21.69 %. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan

pertambah t sumate

SARAN

Pencarian varian gen

s perlu dilakukan pada populasi domba-domba lokal Indonesia sebagai manifestasi dari proses adaptasi domba-omba tersebut di wilayah tropis Indnesia.

Penelitian lebih lanjut terhadap varian gen miostatin ekson 3 yang ditemukan dalam penelitian ini perlu diverifikasi dengan sekuensing. Selain itu, tipe-tipe

ka

ipe kelahiran, bobot lahir, n b

DAFTAR PUSTAKA

lak D, Blic

Pierzchala M. 2003. Investigation of polymorphisms in the porcine myostatin (GDF8; MSTN) gene. Czec

48(2):69-75.

kett NE, Shay TL, Smit M. 2001. Analysis of the sheep genome [invi

Physiol Genomics 7:69-78.

ner et al. 2003. Haplotype diversity of the myostatin gene among beef cattle breeds.

Genet Sel Evol 35: 103-118.

jallah A, Suryobroto B, Puntorini T. 1998. Analisis Keragaman Genetik dan Filogeni Molekular Bangsa Kura-Kura

Pemanfaatannya. Laporan Pelaksanaan RUT V/1. Lembaga Pene

Pengabdian Pada Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB.

hsmith et al. 1999. Use of DNA toolbox for the characterization of mutation scanning methods. II: Evaluation o single-strand conformation polymorphism analysis. Electrophoresis 20:1195-1203.

ally EM. 2004. Powerful gene myostatin regulation of human muscle mass. N Engl J Med 350:2642-2644. herron AC, Lee SJ. 1997. Double muscling in cattle

myostatin gene. Proc Natl Acad Sci USA

94:12457-12461.

raj AJ, Glander IO, Kusukawa N. Highsmith WE. 1999. Single-strand conformation polymorphism and heteroduplex

mutation detection. Electrophoresis

20:117-1185.

ham et al. 2001. Molecular expression of myostatin and MyoD is greater in double-muscled than normal-double-muscled cattle fetuses. Am J Physiol Regulatory Integrative Comp Physiol 280:1488-1493. a M, Iwahana A, Kanazawa H, Hayashi K,

Sekiya T. 1998. Detection of polymorphisms of human DNA by gel electrophoresis as s

conformation polymorphisms. Proc Natl Acad Sci USA 86:2766-2770.

anto D, Siregar AR, Handiwirawan E, Subandriyo. 1999. Karakter domba introduksi dan pola konservasi

lokal sumatera di Sumatera Utara. Ilmu Ternak dan Veteriner 5(1):12-22.

andriyo, Setiadi B, Handiwirawan E, Suparyanto A. 2000. Performa domba komposit hasil persilangan antara domba lokal sumatera dengan d

pada kondisi dikandangkan. Ilmu Ternak dan Veteriner 5(2):73-83.

elstrom H. 1986. Mitokondrial DNA in natural population: an improved routine for screening of genetic va

on sensitive silver staining.

Electrophoresis 7:226-229.

gren A, Berglund A, Savolainen P, Janis CM, Liberles DA. 2004. Myostatin rapid sequence evolution in rumin

domestication. Molecular Phylogenetics and Evolution 33:782-790.

yo DP, Djarsanto, Nasution SN. 1996. Animal Genetic Resources and Domestic

Gambar

Gambar 1  Hasil amplifikasi gen miostatin ekson 3.
Tabel 1 Tampilan ternak domba komposit sumatera, BALITNAK, Bogor
Tabel 2  Hasil analisis respoahirabot laobot s dan pmbahanbot terhadap tipn tipe keln, bohir, bapih,erta bobadan e SSCP
Gambar 2  Hasil pemotongan gen miostatin ekson
+5

Referensi

Dokumen terkait

Melalui kegiatan Pembelajaran daring dengan pendekatan saintifik menggunakan metode observasi, diskusi, presentasi dan model pembelajaran discovery learning peserta didik

Bidang ini dalam melakukan fungsinya (call control) berdasarkan pesan pensinyalan yang diterimanya dari Transport Plane untuk membangun dan membubarkan koneksi media

Metode ini dipilih agar diperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai perilaku sosial anggota pencak silat persaudaraan setia hati terate di

Secara konseptual penelitian ini akan menelaah dua faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar fisika siswa, yairu motivasi belajar dan pengetahuan matematika

Sehingga kebijakan yang diambil sangat menentukan permasalahan keberhasilan dari program yang akan dilakukan untuk pengentasan kemiskinan bagi masyarakat apakah

21 Ali al- Wardi, seorang cendekiawan Syi’ah Irak dan penulis beberapa buku kontroversial, termasuk Manzilat al- ‘Aql al -Basyari (Kedudukan Akal Manusia), adalah orang

Sedangkan konsep sistem pendidikan nasional masih bergantung pada konsep tentang sistem, konsep tentang pendidikan dan konsep tentang pendidikan nasional, adapun

All will certainly be so very easy without complex thing to move from site to website to get guide Discrete Probability (Undergraduate Texts In Mathematics) By Hugh Gordon desired.