EFEKTIVITAS DAM PARIT DI HULU DAS
CILIWUNG DALAM USAHA PENCEGAHAN BANJIR
LOVINA RAHAYU RATNAWATI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis efektivitas dam parit di hulu DAS Ciliwung dalam usaha penanggulangan banjir adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2008
Lovina Rahayu Ratnawati
ABSTRACT
LOVINA RAHAYU RATNAWATI. Effectiveness of Channel Reservoir in Upstream Region of Ciliwung Watershed in the Efforts of Flood Prevention. UNDER THE Supervision of SURIA DARMA TARIGAN and DWI P TEJO BASKORO.
Many attempts have been conducted to solve flood problems, and these have spent considerable amount of funding. However, the attempts have not produced optimum results. One alternative of such attempts is the construction of channel reservoir. Hopefully, the technology could appropriately utilize surface flow by collecting or damming up water flow in a channel (drainage network) during excess period in the rainy season, so that it could reduce peak yield of water and prevent flood.
The objectives of this research were studying the effectiveness of channel reservoir in overcoming flood and the multifunction of channel reservoir within watershed (DAS) scale. In the research, secondary data of land characteristic and population were used. In addition, primary data of water height at channel reservoir and irrigation canal were measured. Effectiveness of channel reservoir was calculated by comparing water yield before entering the channel reservoir and the water yield after passing the channel reservoir. Calculation of the multifunction of the channel reservoir was done by comparing the production benefit of cropping pattern which dominated the area of irrigation target before the existence of channel reservoir, and those after the channel reservoir existence.
Result of the research showed that the benefit of channel reservoir would be greater if the construction of channel reservoir was conducted in stages. Effectiveness of channel reservoir in DAS Citeko during rain condition or highest yield was 28.81 %, yield before entering the channel reservoir was 5,86 m3/detik, yield before entering the irrigation canal was 2,1% and yield after passing the channel reservoir was 3,6%. Channel reservoir Citeko 5 stored larger amount of water and performed greater effectiveness than those of channel reservoir Citeko 4. This is because channel reservoir Citeko 5 has smaller dimension but larger irrigation canal than channel reservoir Citeko 4. Result also showed that the existence of channel reservoir provide more benefit for farmer. The benefit cost ratio of land cultivation increased from 1,67 to 1,95 after channel reservoir exist. With the assumption that the life span of the channel reservoir was 5 to 10 years, and the existing cropping pattern is maintained, the value of b/c ratio of channel reservoir construction is 1,43. This implies that technology of channel reservoir could be conducted and adopted in other watersheds (DAS).
RINGKASAN
LOVINA RAHAYU RATNAWATI. Efektivitas Dam Parit Di Hulu DAS Ciliwung Dalam Usaha Pencegahan Banjir. Di bawah bimbingan SURIA DARMA TARIGAN dan DWI P TEJO BASKORO.
Penyelesaian permasalahan banjir di Jakarta telah banyak dilakukan dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Berbagai usaha dilakukan untuk menangani sungai Ciliwung, yaitu sungai utama yang mengaliri sebagian besar kota Jakarta. Namun usaha yang telah dilakukan belum menampakkan hasil yang optimal. Salah satu alternatif adalah dengan pembuatan dam parit. Teknologi dam parit diharapkan dapat mendayagunakan aliran permukaan dengan mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit (drainage network) saat kelebihan pada waktu musim hujan sehingga dapat menurunkan debit puncak dan mencegah adanya banjir.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji efektivitas dam parit dalam penanggulangan banjir dan mengetahui multifungsi dam parit dalam skala DAS. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa data biofisik lahan dan data kependudukan. Sedangkan data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran ketinggian air pada dam parit dan saluran irigasi. Data ketinggian air digunakan untuk menghitung debit air. Efektivitas dam parit dihitung dengan membandingkan debit sebelum masuk ke dam parit dengan debit setelah melewati dam parit. Sedangkan multifungsi dam parit dievaluasi dengan membandingkan keuntungan produksi pada pola tanam yang mendominasi daerah target irigasi sebelum ada dam parit dengan sesudah ada dam parit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas dam parit pada DAS Citeko tertinggi adalah 28,81 %, debit yang masuk ke dam parit sebesar 5,86 m3/detik, debit yang masuk ke saluran irigasi sebesar 2,1% dan debit yang keluar dari dam parit sebesar 3,6 %. Dimensi dam parit Citeko 5 lebih kecil daripada dam parit Citeko 4, akan tetapi saluran irigasi dam parit Citeko 5 lebih besar. Dam parit Citeko 5 dapat menampung air lebih banyak, sehingga lebih efektif dalam mengurangi debit dibandingkan dam parit Citeko 4. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebelum ada dam parit penggunaan lahan untuk tanaman jagung dapat diperoleh b/c ratio dari 1,67 menjadi 1,95. Bila biaya pembuatan dam parit adalah Rp. 10.000.000,- dan umur dam parit 5 sampai 10 tahun maka dengan pola tanam yang ada nilai b/c ratio dari pembuatan dam parit adalah 1,43. Artinya teknologi dam parit dapat dilaksanakan dan dapat diaplikasikan pada DAS lainnya.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang – undang
1.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b.
Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
Judul Tesis : Efektivitas Dam Parit Di Hulu DAS Ciliwung Dalam Usaha Pencegahan Banjir
Nama : Lovina Rahayu Ratnawati
NRP : A252050031
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Pengelolaan DAS Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 29 Juli 2008 Tanggal Lulus :
PRAKATA
Segala puji penulis panjatkan kepada Sang Pemilik Ilmu Pengetahuan, Allah swt atas segala ni’matnya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November ialah usaha pengendalian banjir, dengan judul Efektivitas Dam Parit Di Hulu DAS Ciliwung Dalam Usaha Pencegahan Banjir.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc dan Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc sebagai ketua dan anggota pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS yang menjadi dosen penguji. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc selaku ketua program studi. Terima kasih juga disampaikan kepada teman – teman S-2 program studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Angkatan 2005 yang telah memberikan dukungan untuk percepatan penyelesaian tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga Banjarnegara dan keluarga Tulungagung dan kepada suami tercinta (Eko Prasetyo, MM) atas segala cinta dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Magelang (Jawa Tengah) pada tanggal 10 Maret 1983 dari ayah bernama Kasam dan ibu bernama Subihartati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan sarjana ditempuh di jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Institut pertanian Bogor dengan program studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penulis bekerja sebagai staf konsultan di Aceh dan Bogor dari tahun 2005 hingga sekarang.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI ... i
ABSTRAK ... ii
RINGKASAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... vi
PRAKATA... vii
RIWAYAT HIDUP... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang... 1
Rumusan Masalah... 4
Tujuan Penelitian... 6
Manfaat Penelitian... 6
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai... 7
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai... 8
Penggunaan Lahan... 9
Banjir... 10
Dam Parit... 13
Hujan... 15
METODE PENELITIAN Tempat Dan Waktu Penelitian... 17
Pengumpulan Data... 17
Topografi... 17
Jenis Tanah... 18
Penggunaan Lahan... 18
Perhitungan Debit Pada Dam Parit... 20
Perhitungan Kecepatan... 20
Metode Rasional... 22
Analisis Multifungsi Dam Parit Dalam Skala Sub DAS... 23
KONDISI BIOFISIK WILAYAH Iklim... 25
Topografi... 26
Tanah... 27
Penggunaan Lahan... 31
Bangunan Dam Parit... 32
Data Hidrologi Dam Parit... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN Efektivitas Bangunan Dam Parit... 37
Dam Parit Dalam Penanggulangan Banjir... 39
Debit Aliran Rendah (Low Flow)………. 41
Debit Aliran Tinggi (High Flow)……….. 43
Efektivitas Dam Parit Dalam Penanggulangan Banjir……….. 44
Multifungsi Air Dam Parit... 47
KESIMPULAN DAN SARAN... 54
DAFTAR PUSTAKA... 56
EFEKTIVITAS DAM PARIT DI HULU DAS
CILIWUNG DALAM USAHA PENCEGAHAN BANJIR
LOVINA RAHAYU RATNAWATI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis efektivitas dam parit di hulu DAS Ciliwung dalam usaha penanggulangan banjir adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2008
Lovina Rahayu Ratnawati
ABSTRACT
LOVINA RAHAYU RATNAWATI. Effectiveness of Channel Reservoir in Upstream Region of Ciliwung Watershed in the Efforts of Flood Prevention. UNDER THE Supervision of SURIA DARMA TARIGAN and DWI P TEJO BASKORO.
Many attempts have been conducted to solve flood problems, and these have spent considerable amount of funding. However, the attempts have not produced optimum results. One alternative of such attempts is the construction of channel reservoir. Hopefully, the technology could appropriately utilize surface flow by collecting or damming up water flow in a channel (drainage network) during excess period in the rainy season, so that it could reduce peak yield of water and prevent flood.
The objectives of this research were studying the effectiveness of channel reservoir in overcoming flood and the multifunction of channel reservoir within watershed (DAS) scale. In the research, secondary data of land characteristic and population were used. In addition, primary data of water height at channel reservoir and irrigation canal were measured. Effectiveness of channel reservoir was calculated by comparing water yield before entering the channel reservoir and the water yield after passing the channel reservoir. Calculation of the multifunction of the channel reservoir was done by comparing the production benefit of cropping pattern which dominated the area of irrigation target before the existence of channel reservoir, and those after the channel reservoir existence.
Result of the research showed that the benefit of channel reservoir would be greater if the construction of channel reservoir was conducted in stages. Effectiveness of channel reservoir in DAS Citeko during rain condition or highest yield was 28.81 %, yield before entering the channel reservoir was 5,86 m3/detik, yield before entering the irrigation canal was 2,1% and yield after passing the channel reservoir was 3,6%. Channel reservoir Citeko 5 stored larger amount of water and performed greater effectiveness than those of channel reservoir Citeko 4. This is because channel reservoir Citeko 5 has smaller dimension but larger irrigation canal than channel reservoir Citeko 4. Result also showed that the existence of channel reservoir provide more benefit for farmer. The benefit cost ratio of land cultivation increased from 1,67 to 1,95 after channel reservoir exist. With the assumption that the life span of the channel reservoir was 5 to 10 years, and the existing cropping pattern is maintained, the value of b/c ratio of channel reservoir construction is 1,43. This implies that technology of channel reservoir could be conducted and adopted in other watersheds (DAS).
RINGKASAN
LOVINA RAHAYU RATNAWATI. Efektivitas Dam Parit Di Hulu DAS Ciliwung Dalam Usaha Pencegahan Banjir. Di bawah bimbingan SURIA DARMA TARIGAN dan DWI P TEJO BASKORO.
Penyelesaian permasalahan banjir di Jakarta telah banyak dilakukan dan menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Berbagai usaha dilakukan untuk menangani sungai Ciliwung, yaitu sungai utama yang mengaliri sebagian besar kota Jakarta. Namun usaha yang telah dilakukan belum menampakkan hasil yang optimal. Salah satu alternatif adalah dengan pembuatan dam parit. Teknologi dam parit diharapkan dapat mendayagunakan aliran permukaan dengan mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit (drainage network) saat kelebihan pada waktu musim hujan sehingga dapat menurunkan debit puncak dan mencegah adanya banjir.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji efektivitas dam parit dalam penanggulangan banjir dan mengetahui multifungsi dam parit dalam skala DAS. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder berupa data biofisik lahan dan data kependudukan. Sedangkan data primer diperoleh dengan melakukan pengukuran ketinggian air pada dam parit dan saluran irigasi. Data ketinggian air digunakan untuk menghitung debit air. Efektivitas dam parit dihitung dengan membandingkan debit sebelum masuk ke dam parit dengan debit setelah melewati dam parit. Sedangkan multifungsi dam parit dievaluasi dengan membandingkan keuntungan produksi pada pola tanam yang mendominasi daerah target irigasi sebelum ada dam parit dengan sesudah ada dam parit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas dam parit pada DAS Citeko tertinggi adalah 28,81 %, debit yang masuk ke dam parit sebesar 5,86 m3/detik, debit yang masuk ke saluran irigasi sebesar 2,1% dan debit yang keluar dari dam parit sebesar 3,6 %. Dimensi dam parit Citeko 5 lebih kecil daripada dam parit Citeko 4, akan tetapi saluran irigasi dam parit Citeko 5 lebih besar. Dam parit Citeko 5 dapat menampung air lebih banyak, sehingga lebih efektif dalam mengurangi debit dibandingkan dam parit Citeko 4. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebelum ada dam parit penggunaan lahan untuk tanaman jagung dapat diperoleh b/c ratio dari 1,67 menjadi 1,95. Bila biaya pembuatan dam parit adalah Rp. 10.000.000,- dan umur dam parit 5 sampai 10 tahun maka dengan pola tanam yang ada nilai b/c ratio dari pembuatan dam parit adalah 1,43. Artinya teknologi dam parit dapat dilaksanakan dan dapat diaplikasikan pada DAS lainnya.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang – undang
1.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a.
Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b.
Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
Judul Tesis : Efektivitas Dam Parit Di Hulu DAS Ciliwung Dalam Usaha Pencegahan Banjir
Nama : Lovina Rahayu Ratnawati
NRP : A252050031
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Pengelolaan DAS Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 29 Juli 2008 Tanggal Lulus :
PRAKATA
Segala puji penulis panjatkan kepada Sang Pemilik Ilmu Pengetahuan, Allah swt atas segala ni’matnya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November ialah usaha pengendalian banjir, dengan judul Efektivitas Dam Parit Di Hulu DAS Ciliwung Dalam Usaha Pencegahan Banjir.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, MSc dan Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc sebagai ketua dan anggota pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Sukandi Sukartaatmadja, MS yang menjadi dosen penguji. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Naik Sinukaban, MSc selaku ketua program studi. Terima kasih juga disampaikan kepada teman – teman S-2 program studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Angkatan 2005 yang telah memberikan dukungan untuk percepatan penyelesaian tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga Banjarnegara dan keluarga Tulungagung dan kepada suami tercinta (Eko Prasetyo, MM) atas segala cinta dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Magelang (Jawa Tengah) pada tanggal 10 Maret 1983 dari ayah bernama Kasam dan ibu bernama Subihartati. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan sarjana ditempuh di jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Institut pertanian Bogor dengan program studi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Penulis bekerja sebagai staf konsultan di Aceh dan Bogor dari tahun 2005 hingga sekarang.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI ... i
ABSTRAK ... ii
RINGKASAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... vi
PRAKATA... vii
RIWAYAT HIDUP... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang... 1
Rumusan Masalah... 4
Tujuan Penelitian... 6
Manfaat Penelitian... 6
TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai... 7
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai... 8
Penggunaan Lahan... 9
Banjir... 10
Dam Parit... 13
Hujan... 15
METODE PENELITIAN Tempat Dan Waktu Penelitian... 17
Pengumpulan Data... 17
Topografi... 17
Jenis Tanah... 18
Penggunaan Lahan... 18
Perhitungan Debit Pada Dam Parit... 20
Perhitungan Kecepatan... 20
Metode Rasional... 22
Analisis Multifungsi Dam Parit Dalam Skala Sub DAS... 23
KONDISI BIOFISIK WILAYAH Iklim... 25
Topografi... 26
Tanah... 27
Penggunaan Lahan... 31
Bangunan Dam Parit... 32
Data Hidrologi Dam Parit... 35
HASIL DAN PEMBAHASAN Efektivitas Bangunan Dam Parit... 37
Dam Parit Dalam Penanggulangan Banjir... 39
Debit Aliran Rendah (Low Flow)………. 41
Debit Aliran Tinggi (High Flow)……….. 43
Efektivitas Dam Parit Dalam Penanggulangan Banjir……….. 44
Multifungsi Air Dam Parit... 47
KESIMPULAN DAN SARAN... 54
DAFTAR PUSTAKA... 56
DAFTAR GAMBAR
1. Ilustrasi Dam Parit Bertingkat... 15
2. Peta Lokasi Tempat Penelitian... 19
3. Peta Lokasi Dam Parit Citeko... 19
4. Jumlah Curah Hujan dan Evapotranspirasi DAS Citeko... 25
5. Jumlah Curah Hujan dan Evapotranspirasi DAS Citeko... 26
6. Kurfa pF Pada Beberapa Tanah di DAS Citeko... 29
7. Penggunaan Lahan DAS Citeko... 32
8. Lokasi sub DAS Cibogo... 34
9. Bangunan Dam Parit CT-4... 38
10. Bangunan Dam Parit CT-5... 38
11. Fluktuasi Debit CT 4 – CT 5... 39
12. Fluktuasi Debit CT-4... 43
DAFTAR TABEL
1. Form Pengukuran Ketinggian Air... 21 2. Daya Berbagai Jenis Tanah Memegang Air dan Permeabilitas... 28 3. Data Hidrologi Dam Parit Citeko... 35 4. Pengukuran CT-4 Pada Kondisi Hujan dan Tidak Hujan... 40 5. Pengukuran CT-5 Pada Kondisi Hujan dan Tidak Hujan... 40 6. Debit Aliran Rendah... 41 7. Debit Aliran Tinggi... 43 8. Efektivitas Dam Parit dalam Mengurangi Debit... 45 9. Efektivitas Dam Parit dalam Mengurangi Debit... 45 10. Debit Air Berdasarkan Periode Ulang………... 46 11. Total Debit………. 49 12. Analisis Usaha Tanaman Padi... 50 13. Analisis Usaha Tanaman Jagung... 51 14. Nilai B/C Jagung dan Padi... 51 15. Analisis Usaha Tanaman Sawi... 52 16. Tabel B/C Ratio Dam Parit... 52
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun
1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di
Jakarta yang terjadi pada tahun 1997 selain menggenangi hampir seluruh penjuru kota
juga menjadi tragedi nasional yang menjadi perhatian dunia. Awal 2002 banjir
melanda Jakarta dan sekitarnya dan terjadi kembali pada awal 2007 banjir dengan
cakupan wilayah genangan yang lebih luas.
Penyelesaian permasalahan banjir di Jakarta telah banyak dilakukan dan
menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Berbagai usaha dilakukan untuk menangani
sungai Ciliwung, yaitu sungai utama yang mengaliri sebagian besar kota Jakarta.
Namun usaha yang telah dilakukan belum menampakkan hasil yang optimal. Salah
satu teknologi yang sedang dikembangkan adalah dengan menggunakan dam parit.
Dam parit dirancang untuk memanen hujan dan aliran permukaan dari daerah
tangkapan air kemudian sebagian dialirkan ke areal pertanian (target irigasi). Dam
parit dibangun hanya memanfaatkan luas badan saluran atau sungai sehingga tidak
mengurangi areal produktif. Selain itu, dam parit mampu mengurangi debit puncak
dan waktu respon di musim hujan, meningkatkan luas areal serapan dan peningkatan
cadangan air tanah serta aliran dasar sungai untuk peningkatan pengembangan
pertanian. Kemudian dengan ditampungnya air dalam dam parit dan dialirkan melalui
jaringan irigasi ke areal pertanian, terdapat kesempatan (waktu dan volume) air
meresap ke dalam tubuh tanah, sehingga akan mengurangi jumlah dan kecepatan
aliran permukaan. Berkurangnya kecepatan aliran permukaan dapat menurunkan
tingkat erosi dan sedimentasi di musim hujan. Air yang masuk ke dalam tubuh tanah
menjadi cadangan air tanah, sehingga resiko adanya banjir dapat terkurangi
(Balitklimat, 2005).
Daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung bagian hulu merupakan bagian yang
penting karena perubahan-perubahan yang terjadi pada DAS Ciliwung Hulu akan
berimplikasi lebih lanjut pada daerah yang ada di bawahnya (hilir). Selain itu, DAS
bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan bagian DAS.
Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air. Oleh karena itu perencanaan
bagian hulu seringkali menjadi fokus perhatian. Pengelolaan DAS sebagai suatu
kesatuan ekosistem berarti pengelolaan yang terintegrasi, menyeluruh, terpadu yang
mendasar pada satuan wilayah keruangan DAS sebagai satuan wilayah pengelolaan
sumberdaya alam yang berwawasan lingkungan. Oleh karena DAS sebagai satu
kesatuan ekosistem hulu-hilir, maka aktivitas alih fungsi lahan di daerah hulu dapat
memberikan dampak pada daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit air,
banjir, transpor sedimen serta material terlarut lainnya, demikian pula erosi pada
daerah hulu yang berlangsung intensif menyebabkan terangkutnya lapisan tanah yang
subur tersedimentasi di hilir.
Berbagai usaha yang mengarah pada konservasi tanah dan air di hulu sungai
Ciliwung telah dilakukan. Salah satunya adalah dengan dibuatnya dam parit di sub
Das Cibogo yang masuk pada anak sungai ciliwung. Dam parit adalah suatu bangunan
konservasi air berupa bendungan kecil pada parit-parit alamiah yang dapat menahan
air atau menampung air pada saat musim hujan dan menyimpannya untuk
dipergunakan pada saat musim kemarau. Dam parit berfungsi untuk menurunkan debit
puncak pada saat musim hujan dan dapat mengurangi debit air yang dialirkan ke hilir,
Dasar penentuan yang digunakan dalam menentukan potensi air permukaan
adalah informasi karakteristik DAS yang meliputi topografi, tanah, penggunaan lahan,
curah hujan, jaringan hidrologi dan lain – lain. Hal teresbut juga yang digunakan
dalam penentuan awal posisi pembuatan dam parit, sehingga metodologi yang
digunakan meliputi: (1) karakterisasi wilayah untuk menentukan lereng dan bentuk
wilayah daerah penelitian, dengan mengetahui keadaan topografinya dapat diketahui
batas DAS, daerah tangkapan air, target irigasi serta jaringan hidrologi, (2)
karakterisasi tanah dilakukan dengan pengamatan morfologi tanah dilapang dan
analisis sifat fisika tanah di laboratorium, (3) penggunaan lahan (luas, jenis dan
sebaran penggunaan lahan) dan pola tanam dilakukan melalui pengamatan lapang dan
wawancara dengan petani, (4) analisis kebutuhan air dilakukan dengan metode
analisis neraca air tanaman di daerah target irigasi, (5) penentuan jumlah, posisi, dan
dimensi dam parit ditentukan dengan memperhitungkan potensi air yang dapat
dipanen, bentuk dan posisi badan jalur sungai serta kebutuhan air untuk tanaman, (6)
pembangunan dam parit dilakukan dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang
tersedia (batu, pasir, tanah) dan sumberdaya manusia yang ada di daerah setempat.
Teknologi dam parit diharapkan dapat mendayagunakan aliran permukaan
dengan mengumpulkan atau membendung aliran air pada suatu parit (drainage
network) saat kelebihan pada waktu musim hujan sehingga dapat menurunkan debit
puncak dan mencegah adanya banjir. Teknologi dam parit diharapkan dapat menjadi
salah satu alternatif pemecahan masalah banjir yang juga terjadi di daerah – daerah
lain, sehingga keberadaan dam parit perlu dievaluasi untuk melihat keefektivannya.
Efektivitas dam parit dilihat dari kemampuannya dalam mengurangi debit air yang
melimpas ke saluran irigasi, konstruksi fisik dam parit dan aspek perencanaan
berdasar pada perbandingan besarnya biaya yang dikeluarkan dengan multifungsi
yang dihasilkan dari dam parit.
1.2 Rumusan Masalah
Kawasan DAS Ciliwung yang memiliki luas lebih kurang 38.260 ha berada di
dua propinsi, yakni Jawa Barat dan DKI, merupakan salah satu DAS prioritas yang
mempunyai kedudukan yang strategis (Syahrir, 2002). Bagian hulu terletak di
kawasan Bopunjur (Bogor-Puncak-Cianjur), sedang bagian hilir bermuara di teluk
Jakarta. Pesatnya pembangunan di kawasan Bopunjur yang ditandai dengan alih
fungsi lahan, disinyalir sebagai penyebab menurunnya fungsi kawasan tersebut
sebagai daerah penyangga. Data hasil pengukuran infiltrasi tanah di Sub DAS
Ciliwung hulu, diketahui bahwa kapasitas infiltrasi tanah di wilayah tersebut saat ini
mencapai 70 – 74 % dari total curah hujan tahunan (Irianto dan Pujilestari, 2002).
Menurut Pawitan (2002) antara tahun 1981 dan 1989 terjadi kenaikan debit puncak di
daerah hulu dari 46,5 m3/det menjadi 77,6 m3/det atau terjadi kenaikan sebesar 67%.
Kejadian banjir pada Februari 2002 menyebabkan 66% wilayah Jakarta terendam
banjir dan pada Februari 2007 mencapai kerugian Rp. 8 Trilyun (Bappenas, 2007).
Banjir mengarah pada terjadinya krisis air yang tidak dapat diatasi dengan cara
parsial dan sesaat. Hal ini disebabkan besaran, intensitas, frekuensi, dan durasinya
akhir-akhir ini sangat berbeda dibandingkan dengan periode sebelumnya. Untuk itu
diperlukan penerapan konsep manajemen pengelolaan air dengan penerapan masukan,
sistem dan keluaran. Masukan yang paling utama dalah sumber air yaitu curah hujan,
debit sungai dan air tanah dalam (air bumi). Sistem meliputi daerah aliran sungai,
sistem budidaya, dan manusia penghuninya. Keluaran meliputi produksi biomasa
Teknologi untuk mengantisipasi banjir yang telah diaplikasikan adalah
teknologi dam parit untuk menampung dan menahan kelebihan air di musim hujan
dan didistribusikan ke areal pertanian pada saat diperlukan. Dam parit dibangun hanya
memanfaatkan luas badan saluran atau sungai sehingga tidak mengurangi areal
produktif. Selain itu, dengan ditampungnya air dalam dam parit dan dialirkan melalui
jaringan irigasi ke areal pertanian terdapat kesempatan (waktu dan volume) untuk
meresapkan air ke dalam tubuh tanah (recharging) di sebagian areal DAS, sehingga
mengurangi resiko banjir di musim hujan (Balitklimat 2005). Akan tetapi selama ini
dimensi dam parit masih berdasar pada prediksi run off atau aliran permukaaan yang
ada dan lokasi dam parit masih didasarkan pada kondisi topografi daerah aliran
sungai. Selain itu, hal yang perlu dipertimbangkan adalah air hasil limpasan dari dam
parit agar dapat dimanfaatkan secara maksimal, yaitu saluran irigasi dibuat dengan
melewati lahan pertanian dan pemukiman penduduk. Permasalahan lain, seperti yang
terjadi pada bangunan pembendung air lainnya adalah adanya erosi yang mengendap
pada bangunan dan saluran sehingga dapat mengurangi efektivitas dam parit.
Penelitian ini dilakukan di DAS Citeko yang termasuk anak sungai DAS
Cibogo, bagian hulu DAS Ciliwung, di Kecamatan Mega Mendung Kabupaten
Bogor. Pemilihan lokasi pengamatan berdasarkan pertimbangan bahwa bagian hulu
DAS Ciliwung memiliki kontribusi besar dalam mengalirkan air pada DAS Ciliwung.
Selain itu keberadaan dam parit pada DAS Citeko telah difungsikan untuk mencegah
banjir pada DAS Ciliwung.
Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut :
1. Adanya banjir di DAS Ciliwung yang salah satu usaha pencegahannya adalah
dengan menggunakan teknologi dam parit.
2. Efektivitas dam parit dalam mencegah banjir, yaitu dengan mengetahui
kapasitas tampungan dam parit berdasarkan kontruksi bangunan dam parit.
3. Multifungsi dam parit dalam skala DAS.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengkaji efektivitas dam parit dalam penanggulangan banjir.
2. Mengetahui multifungsi dam parit dalam skala DAS.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat dijadikan referensi dan
bahan pertimbangan dalam usaha penanggulangan banjir menggunakan dam parit dan
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah yang
dibatasi oleh batas – batas topografi secara alami sehingga setiap air hujan yang jatuh
dalam DAS tersebut akan mengalir melalui titik tertentu (titik pengukuran di sungai)
dalam DAS tersebut. Pengertian DAS tersebut menggambarkan suatu wilayah yang
mengalirkan air yang jatuh diatasnya beserta sedimen dan bahan terlarut melalui titik
yang sama sepanjang suatu aliran atau sungai. DAS atau watersheed dapat terbagi
menjadi sub DAS dan sub – sub DAS, sehingga luas DAS pun akan bervariasi dari
beberapa puluh meter persegi sampai ratusan ribu hektar tergantung dimana titik
pengukuran ditempatkan (Sinukaban, 2001)
Hadinugroho (2002) mengemukakan bahwa DAS merupakan suatu sistem
lahan yang lengkap secara fisik dan terbatasi jelas, didalamnya dapat dijumpai
bebagai kombinasi topografi, tanah, hidrologi dan iklim. Dengan pengertian ini, maka
DAS membekali suatu jaringan pengatur tertentu dengan air beserta bahan terlarut di
dalam air.
DAS sebagai suatu sistem dan pengembangannya bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia secara lestari, sehingga sasaran pengembangan DAS akan
menciptakan ciri – ciri seperti : (1) mampu memberikan produktivitas lahan yang
tinggi, (2) mampu menjamin kelestarian DAS, yaitu mampu menjamin produktivitas
yang tinggi, erosi/ sedimen yang rendah dan fungsi DAS sebagai penyimpan air dapat
memberikan “water yield” yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, (3) mampu
menjaga adanya pemerataan pendapatan petani (equity) dan (4) mampu
mempertahankan kelestarian DAS terhadap goncangan yang terjadi (relisilient)
(Sinukaban, 1999).
2.2 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Pengelolaan DAS adalah suatu kegiatan untuk menggunakan semua
sumberdaya lahan, biofisik, sosial, ekonomi dalam DAS secara maksimal dalam
waktu yang tidak terbatas dan menekan bahaya kerusakan seminimal mungkin untuk
mencapai tujuan produksi pertanian yang optimum. Menurut Asdak (2002)
pengelolaan DAS adalah suatu proses formulasi dan implementasi kegiatan atau
program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam dan manusia yang terdapat di
daerah alian sungai untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan
terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah, yang berarti sebagai pengelolaan dan
alokasi sumberdaya alam di daerah aliran sungai termasuk pencegahan banjir dan
erosi serta perlindungan nilai keindahan yang berkaitan dengan sumberdaya.
pengelolaan DAS perlu mempertimbangkan aspek – aspek sosial, ekonomi, budaya
dan kelembagaan yang beroperasi di dalam dan di luar daerah aliran sungai yang
bersangkutan.
Menurut Sinukaban (2006) tujuan umum dari pengelolaan DAS adalah
keberlanjutan yang diukur dari pendapatan, produksi, teknologi dan erosi. Teknologi
yang dimaksud adalah teknologi yang dapat dilakukan oleh petani dengan
pengetahuan lokal tanpa intervensi dari pihak luar dan teknologi tersebut dapat
direplikasi berdasarkan faktor – faktor sosial budaya petani itu sendiri. Selanjutnya
erosi harus lebih kecil dari erosi yang dapat ditoleransi agar kelestarian produktivitas
dapat dipertahankan, sehingga dalam pengelolaan DAS ada 7 hal yang harus
dilakukan, yaitu : (1) mengkaji kemampuan lahan di wilayah DAS melalui studi
klasifikasi kemampuan lahan. (2) menggunakan tanah sesuai kemampuannya dan
mengurangi bahaya banjir dan sedimentasi, (4) meningkatkan dan mempertahankan
kesuburan tanah, (5) meningkatkan produkivitas tanah, (6) memperbaiki dan
mempertahankan fungsi hidrologis DAS dan (7) meningkatkan kesejahteraan manusia
di dalam DAS.
2.3 Penggunaan Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi dan vegetasi, dimana faktor – faktor tersebut mempengaruhi potensi
penggunaannya. Termasuk di dalamnya adalah akibat – akibat kegiatan manusia, baik
pada masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi di daerah – daerah pantai,
penebangan hutan dan akibat – akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi
garam (Hardjowigeno et all. 2001).
Lahan merupakan sumberdaya alam yang mempunyai keterbatasan baik
jumlah maupun daya dukungnya. Oleh karena itu dalam fenomena penggunaan lahan
diperlukan suatu perencanaan penggunaan lahan yang efisien berdasar atas kesamaan
hak dan dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat lestari. Untuk menentukan
alternatif penggunaan lahan untuk pertanian pada suatu lokasi, perlu adanya
penyesuaian dengan penggunaan lahan yang telah ada, keinginan petani, kemampuan
sumberdaya manusia dan kemampuan modal agar memudahkan bagi petani dalam
menerima teknologi yang disarankan (Ramdan, 1999).
2.4 Banjir
Banjir (floods) adalah salah satu bentuk ekstrim aliran permukaan (runoff
exstremes) di mana tinggi muka air sungai atau debit sungai melebihi suatu batas
yang ditetapkan untuk kepentingan tertentu (Isnugroho, 2002). Selanjutnya Hewlett
(1982) mengatakan bahwa banjir adalah 1) setiap aliran yang merusak harta benda
manusia, 2) setiap ketinggian muka air tubuh air alami (sungai, danau) yang melebihi
ketinggian normalnya. Pada suatu keadaan banjir, kerusakan terhadap harta benda
disebabkan oleh :
1. Ketinggian banjir atau ketinggian air, yang biasanya terjadi pada debit
maksimum
2. Lama waktu penggenangan, atau berapa lama air tertinggal pada atau di atas
ketinggian harta benda
3. Pelepasan sedimen atau pengendapannya, yang menentukan seberapa banyak
kerusakan lapangan atau timbunan lumpur akan terjadi.
4. Energi kinetik aliran banjir, atau seberapa besar energi yang diberikan pada
bangunan, lapangan, jembatan atau dam.
5. Penambahan massa tanah yang menyebabkan kolapsnya tebing, urugan dan
bangunan pengendali erosi tebing (hillsides)
6. Kesalahan dalam menzonasi daerah dataran banjir atau batas atas harta benda.
Bila dihubungkan dengan penyebab banjir, dikenal lima jenis banjir:
1. Banjir karena curah hujan lama/ long – rain floods, banjir ini berhubungan
dengan curah hujan yang turun selama beberapa hari atau minggu dengan
intensitas rendah (tipe hujan siklon atau frontal). Kapasitas penyimpanan
permukaan dari DAS akhirnya dilewati dan sehingga tambahan hujan yang
turun bergerak cepat ke sungai.
2. Banjir karena mencairnya salju yang diakibatkan dari cepatnya peningkatan
suhu di daerah bersalju.
3. Banjir seketika/ flash floods, adalah banjir yang berasosiasi dengan hujan
4. Banjir karena tanah yang membeku/ frozen – soil floods adalah banjir yang
berasosiasi dengan jenis tanah yang spesifik yang membeku dan disebut
concrete frost.
5. Banjir pasang surut air laut/ tidal floods yang terjadi di daerah pantai, dan
seringkali diperburuk oleh air banjir pada bagian hulu sungai yang berlawanan
dengan naiknya air laut.
Dari ke lima jenis banjir tersebut, banjir yang umum terjadi di Indonesia
adalah banjir karena curah hujan yang lama, banjir seketika dan banjir pasang surut
air laut. Pada beberapa kejadian banjir, penyebabnya adalah kombinasi dari beberapa
jenis banjir tersebut.
Dalam kaitannya dengan pencegahan banjir maupun kekeringan (dalam
konsep DAS, upaya mencegah banjir di musim penghujan berarti juga mengurangi
bencana potensi bencana kekeringan pada saat musim kemarau) maka upaya yang
dilakukan adalah memanipulasi satu atau beberapa proses sekaligus yang terjadi
dalam sistem DAS tersebut yang berpengaruh terhadap hasil air dengan sasaran untuk
memperkecil potensi banjir dan dampaknya melalui berbagai pendekatan yang efisien
dan efektif antara lain dengan penerapan – penerapan konservasi tanah dan air (KTA)
yang tepat. Konsep konservasi tanah dan air tidak hanya difokuskan pada proses yang
berkaitan dengan erosi dan akibat lanjutan dari erosi tetapi juga mencegah kerusakan
tanah baik dari segi sifat fisiknya akibat erosi, atau sifat kimianya akibat penurunan
kesuburan dan memelihara produktivitas lahan melalui kombinasi pengelolaan dan
penggunaan tanah yang tepat.
Teknik KTA dalam pengendalian banjir adalah teknik manipulasi proses
dalam sistem DAS yang bertujuan mengurangi debit aliran pada musim penghujan
dan mempertahankan debit pada saat musim kemarau (salah satu indikator kondisi
DAS yang baik adalah kecilnya ratio debit maksimum dan minimum). Secara
sederhana, teknik yang dilakukan adalah untuk memelihara keseimbangan siklus
hidrologi dalam system DAS melalui upaya agar air hujan yang jatuh ke permukaan
bumi lebih banyak tertahan dan meresap ke dalam tanah sehingga dapat menambah
persediaan air tanah sekaligus menurunkan laju aliran permukaan agar tidak mengalir
dalam jumlah dan kecepatan yang membahayakan (banjir). Pada intinya upaya yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut di bagian hulu adalah meningkatkan
kapasitas infiltrasi, menurunkan laju aliran permukaan, mencegah sedimentasi, dan
pada bagian hilir adalah meningkatkan kapasitas infiltrasi ( Fakhrudin, 2003).
2.4 Dam Parit
Dam parit (channel reservoir) adalah suatu bangunan konservasi air yang
dapat menahan air atau menampung air pada saat musim hujan dan menyimpannya
untuk dipergunakan pada saat musim kemarau sebagai sumber irigasi. Untuk dapat
berfungsi dengan baik maka penentuan lokasi dam parit dilakukan berdasarkan
kondisi topografi setempat, jadi sangat spesifik. Dam parit bisa dibangun pada alur
sungai atau pada lahan yang tidak produktif, sehingga tidak mengurangi areal lahan
pertanian karena adanya dam parit. Posisi dam parit ditetapkan dengan
memperhitungkan tiga hal :
1. Kapasitas tampung air maksimal dam parit.
2. Distribusi air untuk suplemen irigasi.
3. Biaya yang efisien.
Prinsip dam parit adalah menampung kelebihan air pada musim hujan berupa aliran
permukaan (run off) dan menahan air lebih lama berada di hulu, agar dapat mengisi
cadangan air tanah (recharging). Bila air yang tersedia sepanjang tahun atau berada di
perencanaan yang baik, maka peluang untuk meningkatkan produktifitas lahan
meningkat (Balitklimat, 2005).
Efisiensi pemanen air DAS akan lebih meningkat apabila dam parit dibuat
secara bertingkat (cascade) atau dam parit linier dalam cascade sesuai dengan
topografi yang ada (Irianto., et al., 2001). Air yang dapat dipanen pada dam dam parit
pertama akan dialirkan secara gravitasi ke lahan irigasi tanaman dan kelebihan air
yang tidak tertampung di dam parit 1 akan mengalir mengikuti sungai alamiah yang
kemudian akan ditampung kembali di dam parit ke 2. Demikian seterusnya, air lebih
dari dam parit ke 2 akan ditampung kembali di dam parit ke 3. Jadi prinsipnya, air
hujan ditampung sebagai sumber air irigasi seefisien mungkin, dan yang mengalir ke
laut sesedikit mungkin. Secara totalitas,, air hujan yang jatuh ke permukaan tanah
digunakan semaksimal mungkin dan hanya sedikit yang terbuang atau tidak
dimanfaatkan. Konsep demikian dikenal dengan istilah penggunaan kembali (reuse)
sumber daya air yang bertujuan untuk meningkatkan secara maksimal nilai tambah air
dan meminimalkan resiko pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
[image:36.595.123.486.493.740.2]alir dan ilustrasi pada Gambar 1.
Gambar 1. Ilustrasi Dam Parit Bertingkat (Sumber Balitklimat., 2004)
Bangunan dam parit sekurang-kurangnya terdiri dari :
1. Talud/Jagaan ”(free board)”, berfungsi untuk menjaga pinggir parit tidak tergerus
oleh air dan akan menjadi pegangan bangunan bendung.
2. Bangunan bendung/tanggul, berfungsi untuk membendung aliran/meninggikan
muka air di parit.
3. Pengendali/Pintu Air, berfungsi untuk mengendalikan muka air di dalam parit
untuk dialirkan ke lahan usaha tani melalui saluran irigasi. Pengendali/pintu air ini
dapat dibangun di pinggir atau di tengah tanggul.
4. Saluran irigasi/drainase, berfungsi menyalurkan air dari bendung ke lahan usaha
tani.
2.5 Hujan
Hujan merupakan air yang jatuh dipermukaan bumi. Hujan merupakan salah
satu bentuk presipitasi yang paling banyak diukur selain salju, es, kabut dan embun.
Di daerah tropis umumnya dan di Indonesia khususnya yang dimksud presipitasi yang
diukur adalah hujan. Presipitasi adalah bentuk pengendapan atau pengembalian air
yang telah diuapkan ke atmosfir ke permukaan bumi. Pengembalian ini akan
berlangsung setelah uap air tersebut memenuhi syarat untuk dikembalikan ke
permukaan bumi, diantaranya adalah apabila uap air telah mengalami pengembunan
sehingga butir air atau es dan menmpunyai kecepatan jatuh dan ukuran yang cukup.
Sifat – sifat hujan yang penting lama hujan, intensitas hujan dan distribusi
hujan. (Sukartaatmaja, 2004). Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu
rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata
– rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Hal yang penting dalam pembuatan
beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau yaitu curah hujan harian, curah hujan
bulanan dan curah hujan tahunan. Hasil – hasil yang diperoleh ini dapat digunakan
untuk menentukan prospek dikemudian hari dan akhirnya untuk perancangan sesuai
dengan tujuan yang dimaksud.
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Desember 2007 sampai
dengan Februari 2008 di dam parit Citeko sub DAS Ciliwung hulu, yang secara
administratif terletak di Kecematan Megamendung Kabupaten Bogor Propinsi Jawa
Barat. (Gambar 2)
Terdapat 7 lokasi dam parit pada DAS Citeko yang masing – masing lokasinya
ditetapkan berdasarkan ordo sungai 2 dan 3. Metode yang digunakan adalah dengan
mengetahui kondisi biofisik dari masing – masing dam parit kemudian
membandingkan efektivitas dari kelima dam parit di DAS Citeko. (Gambar 3)
3.2 Pengumpulan Data
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer meliputi data tinggi permukaan aliran permukaan
pada dam parit. Sedangkan data sekunder adalah data curah hujan dan informasi
biofisik dam parit yang meliputi jenis tanah, topografi, penggunaan lahan dan jenis
tanah.
3.2.1 Topografi
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua sifat topografi yang paling
berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemiringan lereng dinyatakan
dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak 100 m yang mempunyai selisih
tinggi 10 m membentuk lereng 10%. Kecuraman lereng 100 % sama dengan
kecuraman lereng 45º . Untuk mendapatkan data lereng dapat digunakan dua cara
yaitu dari peta topografi dan pengukuran langsung dengan menggunakan alat
1 : 7500
[image:40.595.98.502.377.737.2]Gambar 2. Peta Lokasi Tempat Penelitian
Gambar 3. Peta Lokasi Dam Parit Citeko
3.2.2 Jenis Tanah
Jenis tanah dapat diketahui dengan cara menggunakan peta tanah ataupun
pengukuran di lapang. Secara umum jenis tanah di hulu Ciliwung adalah tanah –
tanah andisol yang berasal dari endapan abu vulkan Gunung Pangrango. Jenis tanah
yang diamati di lapang meliputi struktur tanah dan tekstur tanah.
3.2.3 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan diperoleh berdasarkan informasi dari peta penggunaan
lahan yang sudah ada dan pengamatan lapangan dengan mencatat penggunaan lahan
yang mendapat manfaat dari dam parit dan pola penanaman.
3.3 Perhitungan Debit pada Dam Parit
3.3.1 Perhitungan Kecepatan
Sesuai dengan keadaan pembangunan dam parit yang telah ada di beberapa
mikro DAS di kawasan DAS Ciliwung, maka untuk keperluan menjawab tujuan
penelitian ini akan dilakukan penetapan potensi air yang dapat ditampung oleh dam
parit, yaitu dengan mengukur ketinggian permukaan air. Pengukuran tinggi
permukaan air pada dam parit digunakan meteran dengan waktu yang ditentukan
setelah hujan berhenti. Pengukuran tinggi permukaan air dari dasar penampang sungai
yang paling dalam sampai tinggi permukaan air.
Ketinggian air diukur pada tiga titik dam parit, yaitu ketinggian air sebelum
dam parit, setelah dam parit dan ketinggian air pada spillway. Ketiga titik pengukuran
ini digunakan untuk mengetahui besarnya debit yang masuk ke dalam dam parit, debit
yang keluar dari dam parit dan debit air yang masuk ke saluran irigasi. Pengukuran
ketinggian air pada tiga titik tersebut juga dilakukan pada setiap dam parit.
efektivitas dam parit, yaitu adanya air yang masuk ke saluran irigasi sehingga
mengurangi debit puncak dan mencegah banjir.
Pengukuran ketinggian air digunakan untuk menghitung kecepatan. Secara
teoritis perhitungan kecepatan aliran permukaan dapat dihitung berdasarkan rumus
yang telah dikemukakan oleh Manning tahun 1985. Selain perhitungan kecepatan
dengan rumus manning, kecepatan air juga diukur dengan menggunakan alat berupa
pelampung dan stopwatch. Pengukuran kecepatan dilakukan pada dua kondisi yaitu
pada kondisi hujan dan tidak hujan. Perhitungan kecepatan dengan menggunakan
rumus manning berdasarkan pada ketinggian air dan luas permukaan pada saluran
yaitu sebagai berikut :
2 1 3 2
1
S
R
n
V
=
Keterangan :
V = Kecepatan Air (m2/detik)
n = Kekasaran Permukaan
R = Jari – jari Hidrologi (m)
S = Kemiringan Saluran (m)
3.3.2 Pengukuran Debit
Hujan merupakan faktor masukkan yang tidak dapat dirubah. Penelitian ini
mengukur debit pada dam parit. Data curah hujan harian didapatkan dari stasiun
klimatologi terdekat dengan tempat penelitian. Tren dari aliran permukaan didapatkan
dengan mengukur aliran permukaan yang terjadi pada dam parit pada waktu debit
puncak terjadi kemudian menganalisa dari data hasil pengukuran dan data curah hujan
harian, sehingga dengan melihat tren yang ada dapat dianalisis efektivitas dam parit
dalam menurunkan debit sungai sebagai usaha mengendalikan banjir.
Q = V x A
Dimana :eQ = debit (m3/detik)
A = Luas Permukaan dam parit
V = Kecepatan air
3.3.3 Form Pengukuran Ketinggian Air
Tabel 1. Form Pengukuran Ketinggian Air
Lokasi : Tanggal :
a. Mulai hujan : b. Selesai hujan :
NO Sungai sebelum Dam (cm)
Dam Parit (cm) Sungai sesudah Dam (cm)
Tepi Tengah Tepi Tengah Tepi Tengah
3.4 Metode Rasional
Metode rasional telah digunakan secara meluas sejak pertengahan abad ke 19
untuk merancang sistem drainase/pengairan. Hal ini disebabkan karena kesederhanaan
metode ini. Ide utama dari metode ini adalah laju aliran permukaan akan meningkat
sampai waktu konsentrasi tertentu (Tc). Tc didefinisikan sebagai waktu dimana
seluruh bagian DAS, berkontribusi terhadap peningkatan aliran permukaan di outlet.
Intensitas hujan (i) dan luas DAS (A) adalah komponen utama dalam sistem,
pengaruh aliran permukaan yang terjadi juga disebabkan oleh faktor koefisien aliran
permukaan (C), nilai C berkisar antara 0-1. Rumus umum metode rasional adalah
sebagai berikut (Chow, 1988) :
Keterangan :
Q : debit puncak (m3/dtk)
C : koefisien run off, tergantung pada karakteristik DAS (tak berdimensi) I : intensitas curah hujan, untuk durasi hujan (D) sama dengan waktu
konsentrasi (Tc) (mm/jam) A : luas DAS (km2)
Konstanta 0.277 adalah faktor konversi debit puncak ke satuan (m3/dtk)
(Seyhan, 1995). Asumsi yang digunakan dalam perhitungan debit dengan
menggunakan metode rasional adalah :
1. Perhitungan laju puncak aliran permukaan di outlet adalah fungsi dari rata-rata
curah hujan selama waktu konsentrasi, jadi debit puncak bukan merupakan akibat
dari kejadian hujan yang lebih intensif pada waktu yang singkat, dimana mungkin
hanya sebagian wilayah DAS saja yang berkontribusi terhadap aliran permukaan
di outlet
2. Waktu konsentrasi, merupakan waktu dimana aliran permukaan terjadi dan aliran
tersebut merupakan kontribusi dari seluruh bagian di DAS
3. Intensitas hujan tetap selama kejadian hujan
3.5 Analisis multifungsi dam parit dalam skala sub DAS
Analisis multifungsi dam parit menggunakan beberapa pendekatan yaitu :
1. Menentukan efektivitas pembangunan dam parit dalam usaha pengendalian banjir.
Efektivitas adalah rasio dari debit yang keluar dari dam parit dengan debit yang
masuk ke dam parit. Air pada dam parit dibuang ke saluran irigasi malalui spilway
dan dialirkan ke area target irigasi, sehingga debit yang keluar dari dam parit
berkurang. Adanya penurunan debit diharapkan dapat mengurangi potensi banjir.
2. Menghitung nilai manfaat ekonomi dari dam parit. Penilaian nilai manfaat
ekonomi dari dam parit ditunjukkan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan
untuk membangun dam parit dibandingkan dengan manfaat yang dirasakan setelah
pembangunan dam parit. Manfaat ekonomi air dam parit dihitung dengan melihat
keuntungan produksi dari komoditas yang dominan dari lahan pertanian target
irigasi. Lahan yang digunakan untuk menghitung manfaat ekonomi air dam parit
adalah lahan yang terdapat pada target irigasi dam parit Citeko 4 atau CT4. Hal
tersebut didasarkan pada air yang masuk ke lahan pertanian target irigasi CT4
lebih banyak daripada CT5. Komoditas yang mendominasi pada lahan pertanian
CT4 adalah padi.
3. Keuntungan pembangunan dam parit dihitung menggunakan b/c ratio, yaitu
perbandingan antara keuntungan produksi selama 5 tahun (umur minimal dam
parit) dengan biaya pembuatan dam parit. Bila nilai b/c lebih dari 1 maka
pembangunan dam parit memberi manfaat dan layak dilaksanakan. Akan tetapi
jika nilai b/c kurang dari 1 maka pembangunan dam parit tidak bermanfaat dan
tidak layak dilaksanakan. Bila pembangunan dam parit bermanfaat maka dapat
No. Jumlah Kebutuhan Air Rata-rata Untuk : Liter per hari*)
1. Semua kebutuhan rumah tangga setiap orang 130 – 380
2. Tanaman padi tiap m2
3. Sayur mayur tiap m2
4. Tanaman keras tiap pohonnya
5. Seekor kuda atau keledai (450 kg) 30 – 45
6. Seekor sapi jantan atau sapi yang tidak menyusui (450 kg) 35 – 70
7. Seekor sapi perah (450 kg) **) 70 – 150
8. Seekor babi (45 kg) 4 – 6
9. Seekor domba (45 kg) 4 – 6
[image:46.595.87.512.403.711.2]10. 100 ekor ayam 20 - 35
Tabel 2. Perkiraan Jumlah Pemakaian Air Aliran Dam Parit
*) Suhu udara sekitar 320C
**)Termasuk untuk pembersihan kandang, Sumber : Frevert et al., dalam Arsyad,
2000
Alat dan Bahan
1. Peta tematik digital mencakup informasi penggunaan lahan, topografi, jenis tanah
dan jaringan hidrologi skala 1 : 25.000
3. uk mengukur tinggi permukaan air aliran sungai
4. Seperangkat alat tulis
5. Data iklim harian
Lokasi : Tanggal :
a. Mulai hujan : b. Selesai hujan :
Sungai sebelum Dam (cm)
Dam Parit (cm) Sungai sesudah Dam (cm)
NO
Tepi Tengah Tepi Tengah Tepi Tengah
1
2.3. Metodologi
2.3.1. Kriteria dan indikator desain bangunan dam parit
3.
Berdasarkan pendekatan tersebut di atas maka tahapan kegiatan utama
penelitian untuk validasi pengembangan dam parit dan aplikasi irigasi, yaitu :
Shwab et al. 1981 dalam Arsyad 2000 telah menyusun Nilai Cr yang ditentukan
berdasarkan tipe penggunaan lahan seperti disajikan pada Tabel 2 dan 3
Tabel 2. Koefisien aliran permukaan (Cr) untuk DAS pertanian
Faktor konversi dari Kelompok B ke
Tanaman penutup dan kondisi hidrologi Kelompok
A
Kelompok
C
Kelompok
D
1. Tanaman dalam baris buruk 0.89 1.09 1.12
2. Tanaman dalam baris baik 0.86 1.09 1.14
3. Padi-padian, buruk 0.86 1.11 1.16
4. Padi-padian, baik 0.84 1.11 1.16
5. Padang rumput gembala, lahan kering
dengan pergiliran tanaman, baik
0.81 1.13 1.18
baik
7. Hutan dewasa, baik 0.45 1.27 1.40
Keterangan :
Kelompok A : Pasir dalam, loess dalam, debu yang beragregat (Entisols)
Kelompok B : loess dangkal, lempung berpasir (Entisols)
Kelompok C : lempung berliat, lempung berpasir dangkal, tanah berkadar bahan
organik rendah dan tanah-tanah berkadar liat tinggi (Inceptisols,
Alfisols, Ultisols, oxisols)
Kelompok D : tanah-tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat berat,
plastis dan tanah-tanah salin tertentu (Vertisols, Halaquepts)
Tabel 3. Koefisien aliran permukaan (C) untuk daerah urban
Macam daerah Koefisien Cr
1. Daerah perdagangan
-Pertokoan (down town)
-Pinggiran
0.70 – 0.90
0.50 – 0.70
2. Pemukiman
-Perumahan Satu Keluarga
-Perumahan Berkelompok, Terpisah-Pisah
-Perumahan Berkelompok, Bersambungan
-Suburban
-Daerah Apartemen
0.30 – 0.50
0.40 – 0.60
0.60 – 0.75
0.25 – 0.40
0.50 – 0.70
3. Industri
-Daerah ringan 0.50 – 0.80
-Daerah berat (padat) 0.60 – 0.90
4. Taman, pekuburan 0.10 – 0.25
5. Tempat bermain 0.20 – 0.35
6. Daerah stasiun Kereta Api 0.20 – 0.40
7. Daerah belum diperbaiki 0.10 – 0.30
8. Jalan 0.70 – 0.95
9. Bata
-Jalan, hamparan
-Atap
0.75 – 0.85
0.75 – 0.95
3. Menentukan kebutuhan air di lokasi target irigasi dam parit
Pada bagian ini terdapat 3 sektor kebutuhan yang perlu diperhatikan yaitu :
kebutuhan air untuk tanaman, manusia dan ternak.
Kebutuhan air tanaman dapat dihitung dengan software WARM
(Runtunuwu. et all 2004). Software ini menghitung kebutuhan air berdasarkan indeks
kecukupan air yaitu nisbah antara evapotranspirasi aktual tanaman dengan
potensial/maksimalnya (ETR/ETM). Kisaran nilai dari indeks kecukupan air adalah
dari 0-1, semakin tinggi nilainya maka semakin baik potensi produksi tanaman,
sebaliknya semakin rendah nilainya maka tanaman tersebut berpotensi mengalami
penurunan hasil atau bahkan gagal berproduksi akibat kekurangan air. Untuk nilai
ETR/ETM yang rendah, perlu dilakukan tindakan penambahan irigasi suplementer.
Setiap tanaman akan berbeda-beda batas toleransi kekeringannya. Kebutuhan air
[image:51.595.85.513.71.329.2]untuk manusia dan ternak disajikan pada Tabel 1.
No. Jumlah kebutuhan air rata-rata untuk : Liter per hari*)
11. Semua kebutuhan rumah tangga setiap orang 130 – 380
12. Seekor kuda atau keledai (450 kg) 30 – 45
13. Seekor sapi jantan atau sapi yang tidak menyusui
(450 kg)
35 – 70
14. Seekor sapi perah (450 kg) **) 70 – 150
15. Seekor babi (45 kg) 4 – 6
16. Seekor domba (45 kg) 4 – 6
17. 100 ekor ayam 20 - 35
*) Suhu udara sekitar 320C
**)Termasuk untuk pembersihan kandang, Sumber : Frevert et al., dalam Arsyad,
2000
4. Aplikasi Teknik Pemberian Irigasi
Aplikasi teknik pemberian air irigasi akan dilakukan berdasarkan kondisi
lapang, dengan alternatif pemberian yang memungkinkan dilaksanakan oleh petani
setempat adalah dengan metode gravitasi atau penyiraman secara tradisional dengan
pengangkutan air untuk memenuhi kebutuhan air tanaman berasal dari sumber air
(dam parit). Aplikasi teknik pemberian air irigasi dilakukan apabila nilai ETR/RTM
kurang dari 0,65 yang terjadi pada musim kemarau. Pengamatan akan dilakukan pada
pertanaman di lahan petani dengan pengaturan jadwal tanam yang sesuai. Hasil
pengamatan produksi diharapkan dapat memberi gambaran perbedaan produksi akibat
pemberian irigasi tambahan.
5. Mempelajari Dampak Pengembangan Dam Parit terhadap Karakteristik DAS
Dampak pembangunan dam parit selain dapat dilihat dari segi peningkatan
produktivitas lahan juga dapat dilihat pada perubahan fungsi hidrologis DAS. Untuk
melihat perubahan karakteristik DAS dilakukan pemodelan fungsi transfer dengan
menggunakan model H2U yang telah dimodifikasi (Kartiwa, 2004). Selanjutnya,
dengan menetapkan kecepatan aliran lereng yang menuju ke jalur aliran sungai, pdf
waktu tempuh butir hujan pada lereng dapat dihitung berdasarkan persamaan sebagai
berikut: o v l t V o v v e l V t . . ) ( − = ρ dengan :
ρv(t) : pdf lereng sebagai fungsi waktu t.
v
V
: kecepatan aliran rata-rata pada lereng
lo : panjang rata-rata jalur hidraulik pada lereng
t : interval waktu
Sedangkan untuk menghitung pdf waktu tempuh butir hujan pada jaringan
sungai, digunakan persamaan sebagai berikut:
L t V n n n RH RH RH e t n L V n
t 2.
. . 1 2 2 . . 2 1 . . 2 . ) ( − − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ Γ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ = ρ dengan :
ρRH(t) : pdf jaringan sungai sebagai fungsi waktu t.
n : order maksimum DAS
VRH : kecepatan aliran rata-rata pada jaringai sungai
: fungsi gamma Γ
t : interval waktu
Untuk mendapatkan pdf DAS, dihitung berdasarkan hasil konvolusi antara pdf lereng
dengan pdf jaringan sungai :
) ( )
( )
(t v t RH t
DAS ρ ρ
ρ = ⊗
ρDAS(t): pdf DAS sebagai fungsi waktu t.
ρv(t) : pdf lereng sungai sebagai fungsi waktu t.
ρRH(t) : pdf jaringan sungai sebagai fungsi waktu t.
Untuk menghitung debit aliran permukaan, digunakan rumus sebagai berikut :
[
(
)
(
)
]
)
(
t
S
PN
t
t
Q
=
⊗
ρ
Q(t) : debit aliran permukaan pada waktu t
S : luas DAS
PN(t) : intensitas hujan neto pada waktu t
ρ(t) : pdf waktu tempuh butir hujan pada waktu t
dihitung dari pdf panjang alur hidraulik berdasarkan penetapan kecepatan
aliran
8 : simbol konvolusi
Setelah diketahui volume debit maka dengan mengintegrasikan parameter
kapasitas simpan dam parit dalam model, maka dapat ditentukan perubahan
karakteristik aliran permukaan sesaat. Diagram alir kegiatan analisis manfaat dam
parit untuk mengetahui aliran sesaat disajikan pada Gambar 1.
31 Karakteristik
Geometrik DAS
Karakteristik Morfometrik DAS
Model prediksi aliran permukaan H2U Kecepatan aliran (VL dan Vl)
di Mikro DAS
Q aliran permukaan sesaat (waktu respon dan volume)
Gambar 1. Diagram alir kegiatan analisis manfaat dam parit untuk mitigasi banjir Panen hujan dan aliran permukaan dengan teknologi dam parit untuk
menurunkan debit puncak dan memperpanjang waktu respon DAS selang waktu
antara curah hujan maksimum dan debit puncak. Hubungan antara curah hujan, debit
aliran dan waktu respon disajikan pada Gambar 2.
Sesudah panen Sebelum panen
t1
t2
Q2 Q1
Hujan
0 10 20 30 40
80 60 40 20 0
0 250 500 750 1000 1250
Debit (m
3/dt
)
H
u
ja
n (m
m)
Gambar 2. Hubungan antara curah hujan, debit aliran dan waktu respon
Q1 adalah volume dan waktu terjadinya debit puncak sebelum dibangun dam parit.
Q2 adalah volume dan waktu terjadidnya debit puncak setelah dibangun dam parit.
6. Pengamatan karakteristik debit di lapangan
Pengamatan dilakukan dengan mengamati tinggi permukaan air harian
menggunakan fiskal yang dipasang pada inlet dan intake masing masing dam parit.
Pengamatan harian dilakukan pada jam yang sama sehingga dapat diketahui
perubahan debit harian selama setahun. Untuk memvalidasi perilaku debit akan
dilakukan pengamatan kurva debit yaitu pengamatan debit dari sebelum hujan sampai
selesainya hujan dan debit kembali normal pada salah satu DAS mikro.
Penelitian ini dilaksanakan di hulu sungai Ciliwung, selain karena rawan
banjir sungai ciliwung merupakan sungai strategis yang menjadi tumpuan kehidupan
masyarakat Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia. Terakhir kali pada tahun 2007
telah terjadi banjir besar – besaran yang sempat melumpuhkan ibukota Indonesia
Distribusi curah hujan yang tidak merata secara spasial dan temporal
menyebabkan kelebihan air di musim hujan dan kekurangan air di musim kemarau.
Pengelolaan sumber daya air baik yang berasal dari curah hujan, mata air maupun air
tanah dalam belum dilakukan secara optimal. Keadaan tersebut menyebabkan
terjadinya kekurangan pasokan/kekeringan air di musim kemarau dan kelebihan air di
musim hujan (banjir) yang berdampak terganggunya proses produksi pertanian.
Pengembangan teknologi dam parit berfungsi menampung curah hujan dan aliran
permukaan dan mendidtribusikan ke lahan pertanian, sehingga dapat meningkakan
ketersediaan air bagi pertanian di musim kemarau dan mengurangi volume dan
kecepatan laju aliran permukaan di musim hujan. Untuk keperluan tersebut penelitian
potensi air hujan yang dapat dipanen, debit aliran permukaan, posisi dan dimensi dam
parit serta perhitungan kebutuhan air penting dilakukan. Selain itu pembangunan dam
parit, bak penampungan air dan jaringan irigasi diperlukan dalam suatu sistem
pengelolaan sumberdaya air untuk meningkatkan produktivitas lahan.
Adanya sedimentasi yang berasal dari hasil erosi dan kemudian terakumulasi
kedalam waduk dam parit. Erosi dan sedimentasi tidak hanya menurunkan debit
sungai tetapi juga mengurangi volume air waduk. Sedimentasi pada dam parit tidak
hanya mengurangi volume waduk pada dam tetapi juga mengurangi volume air yang
akan dialirkan ke lahan – lahan pertanian.
Sementara itu, apabila dalam praktek pengelolaan DAS dan penerapan tata
guna lahan yang tidak dilakukan secara terpadu dan tidak terencana dengan baik,
salah satunya dapat mempengaruhi proses terjadinya erosi dan sedimentasi. Erosi
adalah proses terkikisnya dan terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah oleh media
alami yang berupa air (air hujan). Tanah dan bagian-bagian tanah yang terangkut dari
adalah proses terangkutnya/ terbawanya sedimen oleh suatu limpasan/aliran air yang
diendapkan pada suatu tempat yang kecepatan airnya melambat atau terhenti seperti
pada saluran sungai, waduk, danau maupun kawasan tepi teluk/laut (Arsyad, 1989).
Erosi dapat mempengaruhi produktivitas lahan yang biasanya mendominasi DAS
bagian hulu dan dapat memberikan dampak negatif pada DAS bagian hilir (sekitar
muara sungai) yang berupa hasil sedimen.
Salah satu indikator pesatnya pembangunan di kawasan tersebut adalah pertumbuhan penduduk. Menurut sensus penduduk tahun 1980 dan 2000 jumlah penduduk kawasan Bopunjur dalam kurun waktu dua puluh tahun, penduduknya mencapai dua kali lipat, yakni dari 5,7 juta menjadi 11,7 juta. Faktor demografi yang paling berpengaruh terhadap pesatnya pertumbuhan tersebut adalah dari faktor imigrasi, dimana dalam tahun 2000 tercatat jumlah imigran yang masuk ke daerah tersebut sebesar 1,1 juta orang (Alihar, 2002). Perkembangan penduduk yang pesat akan seiring dengan peningkatan kebutuhan akan lahan. Menurut Hardjanto (2002) dalam kurun waktu 10 tahun (tahun 1990 – 2000), di kawasan Bopunjur telah terjadi peningkatan
penggunaan lahan untuk pemukiman sebesar 300% dari 5.999,8 ha menjadi 18.644,8 ha, sebaliknya telah terjadi penurunan luas sawah sebanyak lebih dari 50% yaitu dari 28.348,7 ha menjadi 10.825,8 ha. Rencana Tata Ruang Bopunjur (Keppres No. 114/ 1999) mengarahkan sebagian besar kawasan tersebut sebagai daerah resapan (84%), sedangkan kawasan perkotaan hanya 16 % (Hardjanto,2002)
Hujan merupakan air yang jatuh dipermukaan bumi. Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi yang paling banyak diukur selain salju, es, kabut dan embun. Di daerah tropis umumnya dan di Indonesia khususnya yang dimksud presipitasi yang diukur adalah hujan. Presipitasi adalah bentuk pengendapan atau pengembalian air yang telah diuapkan ke atmosfir ke permukaan bumi. Pengembalian ini akan berlangsung setelah uap air tersebut memenuhi syarat untuk dikembalikan ke permukaan bumi, diantaranya adalah apabila uap air telah mengalami pengembunan sehingga butir air atau es dan menmpunyai kecepatan jatuh dan ukuran yang cukup. Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjiradalah curah hujan rata – rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Hal yang penting dalam pembuatan rancangan dan rencana adalah distribusi curah hujan. Distribusi curah hujan berbeda – beda sesuai dengan jangka waktu yang ditinjau yaitu curah hujan harian, curah hujan bulanan dan curah hujan tahunan. Hasil – hasil y