• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Siswa – Siswi SD Juara Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Siswa – Siswi SD Juara Medan Tahun 2013"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

MOEHAMMAD AL GHAZALI

100100101

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

MOEHAMMAD AL GHAZALI

100100101

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

i

Penelitian dengan Judul :

Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Siswa – Siswi SD Juara Medan Tahun 2013

Yang dipersiapkan oleh :

MOEHAMMAD AL GHAZALI 100100101

Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Seminar Hasil Penelitian.

Medan, Desember 2013

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(4)

ii

JUDUL : FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS

GIZI SISWA – SISWI SD JUARA MEDAN TAHUN 2013

NAMA : MOEHAMMAD AL GHAZALI

NIM : 100100101

Pembimbing Penguji I

(Sri Lestari, SP, M.Kes) (dr. Kristo A Nababan Sp.KK)

Penguji II

(dr. Erjan Fikri, SpB, SpBA)

Medan,

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD – KGEH )

(5)

ABSTRAK

Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena anak sekolah adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Menurut penelitian LIPI (2004) Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia menderita gizi kurang dan hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004) menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan remaja 5-17 tahun berstatus gizi kurang. Oleh karena masih tingginya angka status gizi buruk pada anak, penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan desain cross sectional study dengan sampel yang berjumlah 153 orang yang terdiri dari siswa-siswi SD Juara Medan dan orang tua siswa-siswai kelas 1-6 SD. Dimulai dari Mei 2013 sampai Oktober 2013

Dalam penelitian ini didapatkan 13,7 % siswa SD Juara Medan yang menderita gizi buruk, 81,7 % siswa dengan gizi baik. Didapatkan hubungan antara pendapatan orangtua dengan status gizi anak. Tidak terdapat hubungan antara pola makan, pekerjaan orangtua, lingkungan tempat tinggal dan tingkat pendidikan orangtua dengan status gizi.

(6)

ABSTRACT

Human resource is a dominant factor in Nation development, while its quality depends on the condition of the children as a whole and particularly the children under school age. According to the LIPI (36%) of children under school age had malnutrition, while according to the survey on the health of household on national level (Survey Kesehatan

Rumah Tangga 2004) had described that 18% of children on specific school age which is

5-7 year had malnutrition. Due to those high rate of malnutrition among the school age children, it is reasonable to carried out the research to find the prevalence factors related with malnutrition among the children under school age.

Research is conducted by using analytic analysis with cross sectional study design, the research is carried out in SD Juara Medan, with 153 respondents, which consist of student between 1-6 grade and their parents. Start from Mei 2013 until October 2013.

The research shows that 13,7% of student are malnutrition, while the majority of 81,7% have good nutrition. The research indicated that parents income has related with nutrition status of the children, while meal pattern and habit, parent occupation, living environment and the level of parent education has not related with the nutrition status of the children

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu

area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan

hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan

pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam

menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Prof. Dr. Ir. H. Moehammad

Nawawi Loebis M.phil, Ph-D dan Ibunda Pristiwani Mei Hilda, kakak

penulis, Haghia Sophia, SH, LLM, serta abang penulis, Moehammad

Heikal Loebis, SE, yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan

dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

2. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K), selaku Pembantu Dekan

I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada dr. Zaimah Z. Tala, Msi Sp.GK, selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada dr. M. Rusda M.Ked (OG), Sp.OG (K), selaku Pembantu Dekan

III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, Sri Lestari, SP,

M.Kes yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk

membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan

penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil

(8)

Nababan Sp.KK selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan

masukan yang membangun untuk penelitian ini.

7. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Edi Ardiansyah, Sp.OG

yang telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani

pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

8. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. M. Azhari dan dr.

Anggia Mulia yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan

dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

9. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh

sahabat-sahabat yang luar biasa, khususnya Rizky Keumala, Akbar Sinaga,

Harmen Reza, Yessi Serena, Fachreza Maulana, Egi Erico, M. Haristyah

Warli, Lutfi Farhan, M. Akim Nst, Rahmat Tahir, Ilham Surgawi, Fariz

Saleh, Aulia Erizal, Nanda Pasha, Mufti Muhammad, Tri Widi Wibowo,

Muttamamin Ula, Aga Diandra, Akbar Batubara, Irsazulharto, Octisa

Almira, Annisa Putri, Elvita Nora Susana, Adja Nazlia, Cut Trianisa, Suci

Putri Ayu, Dwi Atika, Lasa Siahaan, Arief Pratama, H5B2, Aulia Barizon,

Luthfi Walikran, abang-abang dan kakak-kakak senior di FK USU,

sahabat-sahabat saya di kantin lama FK USU yang tidak dapat disebutkan

satu persatu dan adik-adik saya di FK USU atas dukungan dan motivasi

yang sangat membantu penulis.

10.Kepada kepala sekolah dan guru – guru SD Juara Medan yang telah

membantu dalam pengumpulan data dalam penelitian ini.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru,

dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan

penelitian yang berjudul ”Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kurang Gizi

Pada Siswa Siswi SD Juara Medan Tahun 2013” ini. semoga penelitian ini dapat

memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di

bidang ilmu kedokteran.

Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan

(9)

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih

belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, Desember 2013

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 11

2.2. Anak Sekolah Dasar ... 12

2.3. ... Mas alah Kurang Gizi pada Anak Sekolah... 13

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16

3.1. Kerangka Konsep ... 16

3.2. Definisi Operasional ... 16

3.3. Cara Ukur ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

(11)

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 19

4.3. Populasi dan Sampel ... 19

4.3.1. Populasi Penelitian ... 19

4.3.2. Besar Sampel ... 19

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 19

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.2 Saran ... 21

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

6.1. Kesimpulan ... 29

6.2 Saran ... 30

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1. Standart Penilaian Status Gizi 19

Tabel 5.1. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Sosiodemografi 23

Tabel 5.2. Gambaran Status Gizi Anak SD 24

Tabel 5.3. Gambaran Pola Makan Anak SD 24

Tabel 5.4. Sebaran Responden Menurut Lingkungan 26

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Kurva CDC Anak Perempuan 10

Gambar 2.2. Kurva CDC Anak Laki-laki 11

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Surat persetujuan Ikut Dalam Penelitian

Lampiran 4 Kuisioner Penelitian

Lampiran 5 Ethical clearence

(15)

ABSTRAK

Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena anak sekolah adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Menurut penelitian LIPI (2004) Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia menderita gizi kurang dan hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004) menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan remaja 5-17 tahun berstatus gizi kurang. Oleh karena masih tingginya angka status gizi buruk pada anak, penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan desain cross sectional study dengan sampel yang berjumlah 153 orang yang terdiri dari siswa-siswi SD Juara Medan dan orang tua siswa-siswai kelas 1-6 SD. Dimulai dari Mei 2013 sampai Oktober 2013

Dalam penelitian ini didapatkan 13,7 % siswa SD Juara Medan yang menderita gizi buruk, 81,7 % siswa dengan gizi baik. Didapatkan hubungan antara pendapatan orangtua dengan status gizi anak. Tidak terdapat hubungan antara pola makan, pekerjaan orangtua, lingkungan tempat tinggal dan tingkat pendidikan orangtua dengan status gizi.

(16)

ABSTRACT

Human resource is a dominant factor in Nation development, while its quality depends on the condition of the children as a whole and particularly the children under school age. According to the LIPI (36%) of children under school age had malnutrition, while according to the survey on the health of household on national level (Survey Kesehatan

Rumah Tangga 2004) had described that 18% of children on specific school age which is

5-7 year had malnutrition. Due to those high rate of malnutrition among the school age children, it is reasonable to carried out the research to find the prevalence factors related with malnutrition among the children under school age.

Research is conducted by using analytic analysis with cross sectional study design, the research is carried out in SD Juara Medan, with 153 respondents, which consist of student between 1-6 grade and their parents. Start from Mei 2013 until October 2013.

The research shows that 13,7% of student are malnutrition, while the majority of 81,7% have good nutrition. The research indicated that parents income has related with nutrition status of the children, while meal pattern and habit, parent occupation, living environment and the level of parent education has not related with the nutrition status of the children

(17)

Universitas Sumatera Utara

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

keberhasilan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

memiliki sifat yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta

cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini ditentukan oleh status gizi yang

baik. Oleh karena itu masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh

faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi serta tidak langsung oleh pola asuh,

ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi budaya dan politik, dapat menjadi

faktor penghambat dalam pembangunan nasional (Dinkes Propinsi Sumatera

Utara, 2006).

Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena anak sekolah

adalah generasi penerus. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas

anak-anak saat ini. Upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) harus

dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya

anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian asupan zat gizi dengan

kualitas dan kuantitas yang baik. Namun, pemberian makanan pada anak tidak

selalu dilaksanakan dengan baik, yang dapat mengakibatkan gangguan pada

organ-organ dan system tubuh anak (Judarwanto 2006).

Populasi di dunia 2008 yang diperkirakan beresiko terhadap kurang gizi

(18)

Universitas Sumatera Utara

sekolah di Indonesia menderita gizi kurang dan hasil SKRT (Survei Kesehatan

Rumah Tangga, 2004), menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan

remaja 5-17 tahun berstatus gizi kurang. Prevalansi gizi kurang paling tinggi pada

anak usia sekolah dasar (21%)..

Di Indonesia menunjukkan bahwa 37,8% anak SD/MI menderita Kurang

Energi Protein (KEP). Gizi kurang pada anak usia sekolah dan remaja umur 5-17

tahun sebesar 17,6% dan prevalensi gizi kurang paling tinggi terjadi pada anak

usia sekolah dasar (21%) dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2004

(SKRT, 2004).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 ditemukan

angka kekurangan gizi di Sumatera Utara adalah 12.4% untuk anak laki-laki dan

9.7% pada anak perempuan, angka kekurusan pada anak baru sekolah di Kota

Medan adalah 11.1% pada anak laki-laki dan 7.4% pada anak perempuan. Angka

ini lebih tinggi dari angka kekurusan Provinsi Sumatera Utara yaitu 12,4% pada

anak laki-laki dan 9,7% pada anak perempuan. Kecamatan Sunggal, sebagai salah

satu kecamatan yang berada di wilayah administrasi Kota Medan juga memiliki

prevalensi kekurusan yang tinggi. Sebanyak 3,7% anak sekolah mengalami

masalah kesehatan khususnya masalah gizi. (Laporan Tahunan Puskesmas

Sunggal, 2007).

Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular dapat terjadi pada

sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan berbagai

faktor dan harus selalu dikontrol terutama pada masyarakat yang tinggal di

negara-negara berkembang (Depkes, 2000).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mencari faktor-faktor

(19)

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan status gizi pada siswa-siswi SD Juara Medan

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui prevalensi kekurangan gizi pada pada siswa-siswi

SD Juara Medan.

2. Mengetahui tingkat sosio ekonomi orang tua pada siswa-siswi SD

Juara Medan.

3. Mengatahui pola makan pada siswa-siswi SD Juara Medan.

4. Mengetahui higienitas dan sanitasi lingkungan tampat tinggal

siswa-siswi Juara Medan.

5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak SD

1.4 Manfaat Penelitian

1.Penelitian ini di harapkan menjadi sebuah informasi penting pada

masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan degan kurang gizi

pada anak SD

2.Penelitian ini dapat menjadi informasi penting bagi responden

3.Bagi institusi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi

sekolah di wilayah penelitian sebagai bahan evaluasi dalam promosi

kesehatan tentang penanganan status gizi

(20)

Universitas Sumatera Utara

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

2.1.1 Definisi Status Gizi

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik

buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk

mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi

anak, serta menunjang prestasi olahraga (Irianto, 2006:65). Sedangkan Menurut

Sunita Almatsier (2009: 3) Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara status gizi

buruk, kurang, baik, dan lebih.

a. Gizi lebih

Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi

dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan

menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan

obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak

mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandung

serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif

ini. Selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan

keseimbangan energi yang positif (Gibney, 2008:3).

b. Gizi baik

Gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah makanan yang

dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi

5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak

(21)

Universitas Sumatera Utara

c. Gizi kurang

Menurut Moehji (2003:15) Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan

nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang dibutuhkan

oleh tubuh.

d. Gizi buruk

Gizi buruk merupakan istilah teknis yang biasanya digunakan oleh kalangan

gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang

nutrisinya di bawah rata-rata. Hal ini merupakan suatu bentuk terparah dari

proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Novitasari, 2012).

2.1.2 Pengukuran Status Gizi

Supariasa, dkk (2002:19), mendefinisikan antropometri adalah ukuran tubuh.

Maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat dan

tingkat gizi.

Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan

gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat

sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi,

menurunnya nafsu makan atau menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat

badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil.

Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan

dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian. Kelebihan indeks BB/U yaitu :

1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat

umum.

2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.

(22)

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan kelemahan dari indek BB/U adalah :

1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila

terdapat oedema.

2. Memerlukan data umur yang akurat.

3. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian,

atau gerakan anak pada saat penimbangan.

4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah

sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang

tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti barang dagangan

(Supariasa, 2002:56).

Indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lampau, dan dapat juga

digunakan sebagai indikator perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Keadaan

tinggi badan anak pada usia sekolah (tujuh tahun), menggambarkan status gizi

masa balitanya. Masalah penggunaan indek TB/U pada masa balita, baik yang

berkaitan dengan kesahlian pengukuran tinggi badan maupun ketelitian data umur.

Masalah-masalah seperti ini akan lebih berkurang bila pengukuran dilakukan pada

anak yang lebih tua karena pengukuran lebih mudah dilakukan dan penggunaan

selang umur yang lebih panjang (setelah tahunan atau tahunan) memperkecil

kemungkinan kesalahan data umur.

Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu :

1. Tidak dapat member gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.

2. Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama

bila anak mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari, 1998).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan

perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang

sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang

baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan

(23)

Universitas Sumatera Utara

cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan (Supariasa, dkk.,

2001).

Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara

antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan

secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan

kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua

dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh

mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat

mass) (Riyadi, 2004:35).

Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks

antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)

anak sekolah.

Rumus IMT :

Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi

diperlukan ukuran baku (reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri

WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai standar antopometri untuk anak dan

remaja di dunia.

Klasifikasi status gizi anak dan remaja menurut WHO 2007 adalah sebagai

berikut :

Indeks BB/U :

a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD

(24)

Universitas Sumatera Utara

c. Sangat Kurang : < -3 SD

Indeks TB/U :

a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD

b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD

c. Sangat pendek : < -3 SD

Indeks IMT/U :

a. Sangat gemuk : > 3 SD

b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD

c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD

d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD

(25)

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Kurva Status Gizi

(26)
(27)

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan

dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah

pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan

jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan

makan secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama,

adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier, 2009).

Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga

karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering

diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya

anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat

melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan

akhirnya mudah terkena gizi kurang (Soekirman, 2000). Sehingga disini terlihat

interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal

yang saling mempengaruhi.

Menurut Schaible & Kauffman hubungan antara kurang gizi dengan penyakit

infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi

terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa

berkontribusi terhadap kurang gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan

diare, HIV/AIDS, tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa

menyebabkan anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia. Penyakit

Infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar

yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai (Soekirman, 2000).

Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola

pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.

Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai,

kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai

merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang

(28)

Universitas Sumatera Utara

dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin

kecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998) Sedangkan

penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis

ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi

ketidak-seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada

akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000).

2.2 Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-13 tahun, memiliki fisik

lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan

orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra.

Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan

pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak sekolah meliputi:

1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.

2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal).

3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.

4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.

5. Pertumbuhan lambat.

6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.

Anak sekolah biasanya memiliki banyak aktivitas bermain yang menguras

banyak tenaga, dengan terjadinya ketidakseimbangan atara energi yang masuk dan

keluar, akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus

mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat yang

cukup (Moehji, 2003:58).

Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan

tulang. Pada usia 10 tahun baik laki‐laki maupun perempuan tinggi dan berat

(29)

Universitas Sumatera Utara

tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki‐laki, (Soemantri

dkk, 2005).

Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari

pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan

yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama

tahun tahun di SD.

Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang

lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih

pendek dan lebih langsing dari anak laki‐laki.

Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami

masa lonjakan pertumbuhan yang ditandai dengan lengan dan kaki yang

mulai tumbuh cepat.

Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat

dan lebih kuat daripada anak lakilaki. Anak lakilaki memulai lonjakan

pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun.

Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati

puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai

dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12‐13 tahun. Anak

lakilaki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara

usia 13‐16 tahun.

Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa

ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum

mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ

atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan- perubahan ini. Anak

pubertas awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas)

berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi

(30)

Universitas Sumatera Utara

2.3 Masalah Kurang Gizi pada Anak Sekolah

Berbagai masalah kesehatan dijumpai di kalangan anak sekolah, diantaranya

adalah kurangnya pertumbuhan fisik secara optimal. Salah satu faktor yang sangat

menentukan adalah faktor gizi. Kurang gizi pada masa ini akan mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan badan, mental, kecerdasan dan mudah terserang

penyakit infeksi. Di samping kurang gizi, ditemukan juga masalah kesehatan pada

anak yang disebabkan gizi lebih yang dapat menyebabkan kegemukan dan anak

berisiko menderita penyakit degeneratif. Pada dasarnya seiring dengan

pertambahan usia anak, ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan

seimbang. Peran zat gizi ini penting untuk menunjang tumbuh kembang anak,

termasuk untuk menunjang kecerdasannya. Dalam hal pengaturan pola konsumsi

makan, orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis

makanan yang bergizi seimbang. Dikatakan juga bahwa bila terdapat kebiasaan

makan yang jelek pada anak, selain dipengaruhi oleh kebiasaan keluarga yang

jelek juga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga yang rendah. Dengan pendapatan

terbatas, tidak terpenuhinya variasi dan jumlah makanan yang dibutuhkan dalam

mengembangkan kebiasaan gizi yang baik pada anak (Gibeon, 2011)

Jumirah (2008) mengemukakan dalam penelitiannya, anak sekolah dasar di

kelurahan Namo Gajah Medan Tuntungan sebagian besar mempunyai status baik,

namun masih ditemukan kasus guzi kurang dan buruk. Berdasarkan indeks BB/U

bahwa 26,7% anak mengalami gizi kurang dan 1,1% gizi buruk. Sedangkankan

berdasarkan indeks TB/U ditemukan anak yang pendek sebanyak 12,6% dan

sangat pendek 5,6%.

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting sehingga

kondisi keluarga akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak. Peranan

sosial ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak sangat luas dan uraian ini

bergantung dari sudut orientasi mana akan dilakukan. Dari sudut ekonomi,

(31)

Universitas Sumatera Utara

kemiskinan akan berpengaruh besar terhadap kondisi fisik dan mental tiap

anggota keluarga. (Singgih, 2000)

Kurang gizi pada anak sekolah pada umumnya disebabkan karena kebiasaan

makan anak yang tidak teratur. Dimana pada masa ini anak mulai memilih sendiri

makanan yang disenangi dan sudah menyukai makanan di luar rumah. Selain dari

perubahan pola makan, anak-anak pada usia ini juga mengalami pergeseran status

gizi karena tingkat pengetahuan dan kebiasaan jajannya. (Santoso S, 2004)

Masalah kurang gizi yang sering ditemukan dan berdampak pada prestasi

belajar dan pertumbuhan fisik anak SD antara lain Kurang Energi Protein (KEP),

Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin

A. (Almatsier, 2009)

a) Kurang Energi Protein (KEP)

Suatu kondisi dimana jumlah asupan zat gizi yaitu energi dan protein

kurang dari yang dibutuhkan. Akibat buruk dari KEP bagi anak SD adalah

anak menjadi lemah daya tahan tubuhnya dan terjadi penurunan

konsentrasi belajar.

b) Anemia Gizi Besi

Suatu kondisi pada anak SD dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah

kurang dari normal (kurang dari 12 gr %). Akibat buruk dari anemia gizi

besi adalah anak menjadi lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5 L) dan

mengurangi daya serap otak terhadap pelajaran.

c) Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)

Suatu gejala yang diakibatkan oleh kekurangan asupan yodium dalam

makanan sehari-hari yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Masalah

GAKY pada umumnya ditemukan di dataran tinggi. Akibat buruk GAKY

(32)

Universitas Sumatera Utara

d) Kurang Vitamin A (KVA)

Suatu kondisi yang diakibatkan oleh jumlah asupan vitamin A tidak

memenuhi kebutuhan tubuh. Akibat buruk dari kurang vitamin A adalah

menurunya daya tahan tubuh terhadap infeksi sehingga anak mudah sakit.

(33)

Universitas Sumatera Utara

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

• Lingkungan tempat tinggal

• Pendidikan orang tua

(34)

Universitas Sumatera Utara

Kuesioner Kuesioner - Frekuensi Makan

Kuesioner Kuesioner - Buruh tetap - Buruh lepas

(35)

Universitas Sumatera Utara

seperti tanah, air,

energi surya,

mineral, serta flora

dan fauna yang

tumbuh di atas

tanah maupun di

dalam lautan,

dengan

kelembagaan yang

meliputi ciptaan

manusia seperti

keputusan

bagaimana

menggunakan

lingkungan fisik

tersebut.

jamban - Pengolahan

(36)

Universitas Sumatera Utara

(PERUBAHAN PEDOMAN : STATUS GIZI DIHITUNG DENGAN IMT :

WHO 2007) revisi juli 2010

Tabel 1.1.

STANDAR PENILAIAN STATUS GIZI UMUR 8-18 TAHUN

BERDASAR IMT MENURUT UMUR (WHO 2007)

UMUR

(Thn) Laki-laki Perempuan

Kurus Normal Gemuk Kurus Normal Gemuk

6 < 13,0 13,1 - 18,4 > 18,5 < 12,7 12,8 - 19,1 > 19,2

7 < 13,2 13,3 - 18,9 > 19,0 < 12,7 12,8 - 19,7 > 19,8

8 < 13,3 13,4 - 19,6 > 19,7 < 12,9 13,0 - 20,7 > 20,8

9 < 13,5 13,6 - 20,4 > 20,5 < 13,1 13,2 - 21,4 > 21,5

10 < 13,7 13,8 - 21,3 > 21,4 < 13,5 13,6 - 22,5 > 22,6

11 < 14,1 14,2 - 22,4 > 22,5 < 13,9 14,0 - 23,6 > 23,7

12 < 14,5 14,6 - 23,7 > 23,8 < 14,4 14,5 - 24,8 > 24,9

13 < 14,9 15,0 - 24,7 > 24,8 < 14,9 15,0 - 26,1 > 26,2

14 < 15,5 15,6 - 25,8 > 25,9 < 15,5 15,6 - 27,2 > 27,3

15 < 16,0 16,1 - 26,9 > 27,0 < 15,9 16,0 - 28,1 > 28,2

16 < 16,5 16,6 - 27,8 > 27,9 < 16,2 16,3 - 28,8 > 28,9

17 < 16,9 17,0 - 28,5 > 28,6 < 16,4 16,5 - 29,2 > 29,3

(37)

Universitas Sumatera Utara

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik

yang bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab gizi buruk pada

siswa-siswi SD Juara Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross

sectional, yaitu pengumpulan data atau pengukuran variabel yang diteliti

dilakukan hanya satu kali tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan

pengukuran.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Juara Medan pada Mei 2013 –

Oktober 2013

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi terjangkau penelitian ini adalah siswa-siswi SD Juara Medan dan

orang tua dari kelas 1 – 6 yang berjumlah 153 orang

4.3.2 Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 153

siswa-siswi SD Juara medan. Sampel diambil dengan cara total sampling.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer

diperoleh dari kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang telah

disusun, berupa status gizi siswa yang dengan cara penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan, sedangkan data sosiodemografi dan data kebiasaan

(38)

Universitas Sumatera Utara

4.5 Pengolahan dan Analisa

Data primer yang diambil yakni data yang diperoleh dari kuesioner yang

diberikan kepada responden. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa

tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas

maupun data responden serta memastikan bahwa jawaban telah diisi sesuai

petunjuk, tahap kedua coding yaitu member kode atau angka tertentu pada

kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap

ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program computer

dengan menggunakan program SPSS, tahap keempat adalah melakukan cleaning

yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan

(39)

Universitas Sumatera Utara

tengah-tengah pemukiman warga, sekolah ini memiliki 6 ruang kelas ( I-VI SD),

satu ruang guru berserta kepala sekolah, dan satu tempat ibadah. Sekolah ini

belum memiliki kantin dan ruang UKS. Disekitar pekarangan sekolah terdapat

makanan, minuman dan jajanan yang dijual oleh penduduk sekitar. Responden

penelitian berasal dari kelas satu sampai 6 yang berjumlah 153 orang. Sampel dari

penelitian ini merupakan orang tua siswa yang berjumlah 153. Keseluruhan

anak-anak biasanya membawa bekal dari rumah untuk makan siang mereka.

5.2 Karakteristik Sosiodemografi Responden

Tabel 5.1 Sebaran Responden Menurut Karakteristik Sosiodemografi

Karakterisitik Jumlah %

(40)

Universitas Sumatera Utara

Sebaran responden menurut karakteristik sosiodemografi orang tua

didapatkan bahwa frekuensi pendapatan orang tua yang tersering adalah

pendapatan menengah yaitu 128 orang (83,7%), untuk pendidikan orang tua yaitu

SMP/SMA dengan jumlah 124 orang (81,1%), untuk pekerjaan orang tua yang

yaitu ibu rumah tangga atau tidak bekerja yang berjumlah 94 orang (61,4%) untuk

jumlah anak yaitu lebih atau sama dengan tiga orang anak yang berjumlah 105

orang (68,7%).

Tabel 5.2 Gambaran Status Gizi Anak SD

Status Gizi n %

ditemukan adalah kurang gizi yang berjumlah 125 orang (81,7%).

Tabel 5.3 Gambaran Pola Makan Anak SD

Pola Makan n %

Makanan 4 Sehat 5 sempuran

Terpenuhi 108 70,8

Tidak Terpenuhi 45 29,4

(41)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pola makan, didapati jumlah responden tersering adalah yang

dengan frekuensi makan 3 kali sehari serjumlah 137 orang (89,5%), yang

memasak di rumah serjumlah 139 orang (90,8%), yang dengan kebersihan

makanan terjaga serjumlah 153 orang (100%) dan yang dengan memenuhi

(42)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.4 Sebaran Responden Menurut Lingkungan

Faktor Lingkungan n %

Bening, Tidak Berasa, Tidak Berbau 150 98

(43)

Universitas Sumatera Utara

Menurut ligkungan tempat tinggal, didapati jumlah responden tersering

adalah yang menggunakan air kemasan serjumlah 78 orang (51%), yang memasak

air sampai mendidih sejumlah 87 orang (56,9%), yang dengan kondisi air minum

bening, tidak berasa dan tidak berbau sejumlah 150 orang (98%), yang dengan

tipe jamban kloset sejumlah 137 orang (89,5%), yang dengan pembuangan

sampah dengan tong sampah sejumlah 130 orang (85%), yang dengan pengolahan

sampah diangkat petugas sejumlah 96 orang (62,7%)

Tabel 5.4 Sebaran Status Gizi Menurut Sosiodemografi

(44)

Universitas Sumatera Utara

Hasil dari jumlah faktor sosiodemografi dengan sebaran status gizi yang

didapat pada penelitian kemudian diuji statistik chi-square untuk mencari

hubungan antar variable tersebut. Dari hasil uji statistik didapati bahwa

pendapatan orang tua berhubungan dengan status gizi anak dilihat dari niai p <

0,05, sedangkan pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan pola makan tidak

berhubungan dengan status gizi anak yang dilihat dari nilai p > 0,05.

5.3 Pembahasan

Yang menjadi responden pada penelitian ini adalah orang tua dari siswa

siswi kelas 1 sampai kelas 6 SD Swasta Juara Medan. Rata-rata berat badan anak

adalah 26,7 kg dan rata-rata tinggi badan anak 127,37 cm.

Prevalensi status gizi siswa adalah 7 orang (4,6%) dengan status gizi

gemuk, 21 orang (13,7%) status gizi normal dan 125 orang (81,7%) dengan status

gizi kurang. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki

status gizi normal, walapun masih terdapat siswa dengan status gizi kurang dan

gemuk

Karakteristik sosiodemografi orang tua terbanyak didapatkan bahwa

frekuensi pendapatan orang tua yang tersering adalah pendapatan menengah,

untuk pendidikan orang tua yaitu SMP/SMA, untuk pekerjaan orang tua yaitu ibu

rumah tangga atau tidak bekerja dan untuk jumlah anak yaitu lebih atau sama

dengan tiga orang anak.

Berdasarkan pola makan, didapati jumlah responden terbanyak adalah

yang dengan frekuensi makan 3 kali sehari, yang memasak di rumah, yang dengan

kebersihan makanan terjaga dan yang dengan memenuhi makanan 4 sehat 5

sempurna.

Dari hasil uji statistik didapati bahwa pendapatan orang tua berhubungan

dengan status gizi anak, sedangkan pendidikan orangtua, pekerjaan, jumlah anak

(45)

Universitas Sumatera Utara

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Aritonang (2004) yang menyatakan

terdapat hubungan antara pola konsumsi pangan dengan status gizi. Penulis

menduga hal ini dikarenakan ada anak yang pola makan 3 kali sehari, namun

makanan yang dikonsumsi bukan merupakan makanan yang bergizi, yaitu

makanan 4 sehat 5 sempurna.

Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara pekerjaan orangtua

dengan status gizi anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Primasari (2008) yang

menyatakan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ayah maupun ibu terhadap

status gizi anak.

Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan

orangtua dengan status gizi anak. Hal ini sama dengan penelitian Primasari (2008)

yang mengatakan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orangtua dengan

status gizi anak.

Dalam penelitian ini didapatkan hubungan antara pendapatan orangtua

dengan status gizi. Repi dkk. (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara pendapatan ayah dengan status gizi. Perbedaan ini dapat

diakibatkan oleh perbedaan definisi kategori pendapatan atau pengaruh faktor lain

yang lebih dominan. Pendapatan orang tua dapat berdampak pada kemampuan

keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi.

Hasil berbeda disampaikan oleh Pahlevi (2012) yang dalam penelitiannya

di SD 02 Banyumanik menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu, pendidikan

ibu, pendapatan keluarga, penyakit infeksi, tingkat konsumsi energi, dan tingkat

konsumsi protein berhubungan dengan status gizi.

Untuk itu sekolah dapat berperan aktif untuk memberikan informasi

kepada orang tua siswa dalam menjaga status gizi anaknya. Fasilitas kesehatan

terdekat juga dapat berperan melalui pemeriksaan kesehatan rutin dan kontrol

(46)

Universitas Sumatera Utara

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapati kesimpulan yaitu status gizi siswa SD Juara

Medan terbanyak adalah normal, dimana terdapat hubungan antara pendapatan

orang tua dengan status gizi anak.

6.2 Saran

1. Bagi siswa-siswi perlunya edukasi tentang pentingnya makanan 4 sehat 5

sempurna.

2. Perlunya edukasi kepada orangtua siswa-siswi tentang bagaimana menjaga

kebersihan perorangan untuk keluarga.

3. Perlu edukasi kepada siswa-siswi tentang pentingnya gizi terhadap

pertumbuhan tubuh.

(47)

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hal 3

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010.

Riset Kesehatan Dasar 2010

CDC, 2005. Growth Charts. Available from: www.cdc.gov. [Accesed 17 April

2010]

Depkes RI, 2000. Pedoman Pemantauan Konsumsi Gizi. Jakarta: Direktorat

Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

Dinas Kesehatan, 2006. Indonesia Sehat 2010. Available from: www.aids-ina.org.

[Accesed 01 April 2010]

DITPTKSD, 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belaja rAnak.

Available from: http://ditptksd.go.id [Accesed 12 Februari 2012].

Gibeon, J.P.S., 2010. Gambaran Kecenderungan Status Gizi Anak Baru Masuk

Sekolah Dasar di Kematan Medan Sunggal Tahun 2007-2010. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.

Gibney, M. J. 2008. Public Health Nutrition. Jakarta: EGC. Hal 3.

Irianto, D.P., 2006. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Edisi ke

(48)

Universitas Sumatera Utara

Judarwanto, W., 2006. Perilaku Makan Anak Sekolah. Available from:

http://gizi.depkes.go.id/makalah/download/perilaku%20makan%20anak%

20sekolah.pdf. [Accessed 04 Juni 2013]

Jumirah, Lubis, Z., Aritonang, E., 2008. Status Gizi dan Tingkat Kecukupan

Energi Protein Anak Sekolah Dasar di Desa Namo Gajah, Kecamatan

Medan Tuntungan. Info Kesehatan Masyarakat 12(1): 1-104.

Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta:Bhutakarya. Hal 15; 58

Novitasari, D.A., 2012 Faktor-Faktor Resiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balitas

yang Dirawat Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Skripsi. Program

Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas

Diponegoro, Semarang.

Primasari, T., 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Kurang

Pada Siswa Sekolah Dasar di 3 Kecamatan Kabupaten Kampar Tahun

2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Repi, A., Kawengian, S.E.S., Bolang, A.S.L., 2013. Hubungan Antara Status

Sosial Ekonomi Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5

SDN 1 Tounelet dan SD Katolik St. Monica Kecamatan Langowan Barat.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

Riyadi, A.Y. 2004. Upaya-upaya Perbaikan Gizi di Indonesia. Jakarta: PT

(49)

Universitas Sumatera Utara

Simarmata, D., 2009. Kajian Ketersediaan Pangan Rumah Tangga, Status

Ekonomi Keluarga, Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Melati Kecamatan Perbaungan Tahun 2009.

Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Soemantri, S dan Tin A, 2004. Survey Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Supariasa, I.D.N., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kedokteran EGC. Hal 19;

56

(50)

Nama : Moehammad Al Ghazali Loebis

Tempat / tanggal lahir : Medan/ 22 – 12 - 1993

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Komp. Tasbih Blok B No.17 A

Nomor Telepon : 089627537141

Orang Tua : Prof. Dr. H. M. Nawawi Loebis M phil.Ph-D (Ayah)

Hj. Pristiwani Mei Hilda (Ibu)

Riwayat Pendidikan : SD YP Shafiyyatul Amaliah Medan (1998 – 2004)

SMP YP Shafiyyatul Amaliah Medan (2004 – 2007)

SMA YP Shafiyyatul Amaliah Medan (2007 – 2010)

Fakultas Kedokteran USU (2010 – sekarang)

(51)

Alamat Responden :

Identitas Responden

• Nama :

• Umur :

• Pekerjaan :

• Pendapatan per bulan :

Pendidikan :

a. Tidak Sekolah/tidak tamat SD

b. Tamat SD

c. Tamat SLTP

d. Tamat SLTA

e. Tamat Akademi

f. Sarjana

Jumlah anak :

Identitas Anak

• Nama :

• Umur :

• Jenis kelamin :

Pola Makan

1. Apakah pola makan teratur (3 kali sehari) ?

a. Ya

(52)

b. Tidak ( Sebutkan cara anda mendapatkan makanan tersebut

………)

3. Apakah Anda memperhatikan kebersihan makanan yang dihidangkan

kepada anak anda?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah makanan yang dihidangkan mengikuti kaidah 4 Sehat 5

sempurna?

a. Ya

b. Tidak

Faktor Lingkungan

1. Sumber air minum keluarga

a. Sumur gali

b. PAM/Sumur bor

c. Air kemasan

2. Kebiasaan minum keluarga

a. Tidak di masak

b. Kadang-kandang di masak

c. Di masak sampai mendidih

3. Kondisi air minum

a.Keruh, berasa dan bebau

b. Bening, tidak berasa dan berbau

(53)

c. Closet

5. Keadaan jamban

a. Tidak terawat sama sekali

b. Jarang dibersihkan

c. Terawat dan bersih

6. Jenis tempat pembuangan sampah

a. Tidak ada

b. Lubang tanah galian

c. Tong sampah

7. Cara pengolahan sampah

a. Tidak diolah dan dibiarkan berserakan

b. Dibakar

c. Diangkut petugas kebersihan

(54)
(55)
(56)
(57)

% of Total .0% 1.3% 5.9% 7.2%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(58)

Valid a 2 1.3 1.3 1.3

b 1 .7 .7 2.0

c 1 .7 .7 2.6

d 149 97.4 97.4 100.0

Total 153 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid buruh tetap 25 16.3 16.3 16.3

buruh lepas 34 22.2 22.2 38.6

ibu rumah tangga 94 61.4 61.4 100.0

Total 153 100.0 100.0

imt

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Gemuk 7 4.6 4.6 4.6

Kurus 21 13.7 13.7 18.3

Normal 125 81.7 81.7 100.0

(59)

imt Gemuk Count 1 0 0 4 2 0 7

Pearson Chi-Square 10.108a 10 .431

Likelihood Ratio 11.004 10 .357

N of Valid Cases 153

(60)

% within imt .0% 42.9% 57.1% 100.0%

% within Pekerjaan .0% 8.8% 4.3% 4.6%

% of Total .0% 2.0% 2.6% 4.6%

Kurus Count 2 6 13 21

% within imt 9.5% 28.6% 61.9% 100.0%

% within Pekerjaan 8.0% 17.6% 13.8% 13.7%

% of Total 1.3% 3.9% 8.5% 13.7%

Normal Count 23 25 77 125

% within imt 18.4% 20.0% 61.6% 100.0%

% within Pekerjaan 92.0% 73.5% 81.9% 81.7%

% of Total 15.0% 16.3% 50.3% 81.7%

Total Count 25 34 94 153

% within imt 16.3% 22.2% 61.4% 100.0%

% within Pekerjaan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 16.3% 22.2% 61.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 4.088a 4 .394

Likelihood Ratio 5.014 4 .286

N of Valid Cases 153

(61)

% within imt .0% 28.6% 28.6% 28.6% 14.3% .0% 100.0%

% within jumlahanak .0% 4.8% 4.5% 4.2% 9.1% .0% 4.6%

% of Total .0% 1.3% 1.3% 1.3% .7% .0% 4.6%

Kurus Count 1 5 6 5 4 0 21

% within imt 4.8% 23.8% 28.6% 23.8% 19.0% .0% 100.0%

% within jumlahanak 16.7% 11.9% 13.6% 10.4% 36.4% .0% 13.7%

% of Total .7% 3.3% 3.9% 3.3% 2.6% .0% 13.7%

Normal Count 5 35 36 41 6 2 125

% within imt 4.0% 28.0% 28.8% 32.8% 4.8% 1.6% 100.0%

% within jumlahanak 83.3% 83.3% 81.8% 85.4% 54.5% 100.0% 81.7%

% of Total 3.3% 22.9% 23.5% 26.8% 3.9% 1.3% 81.7%

Total Count 6 42 44 48 11 2 153

% within imt 3.9% 27.5% 28.8% 31.4% 7.2% 1.3% 100.0%

% within jumlahanak 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 3.9% 27.5% 28.8% 31.4% 7.2% 1.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 6.953a 10 .730

Likelihood Ratio 6.354 10 .785

N of Valid Cases 153

(62)

% within imt 85.7% 14.3% 100.0%

% within polamakan1 4.4% 6.3% 4.6%

% of Total 3.9% .7% 4.6%

Kurus Count 19 2 21

% within imt 90.5% 9.5% 100.0%

% within polamakan1 13.9% 12.5% 13.7%

% of Total 12.4% 1.3% 13.7%

Normal Count 112 13 125

% within imt 89.6% 10.4% 100.0%

% within polamakan1 81.8% 81.3% 81.7%

% of Total 73.2% 8.5% 81.7%

Total Count 137 16 153

% within imt 89.5% 10.5% 100.0%

% within polamakan1 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 89.5% 10.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .130a 2 .937

Likelihood Ratio .120 2 .942

N of Valid Cases 153

Gambar

Gambar 2.1. Kurva Status Gizi
Gambar 2.2 Kurva Status Gizi
Tabel 5.1 Sebaran Responden Menurut Karakteristik Sosiodemografi
Tabel 5.2 Gambaran Status Gizi Anak SD
+3

Referensi

Dokumen terkait

Adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan Infeksi Ascaris lumbricoides dengan Status Gizi Pada Siswa-Siswi

Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku membaca label informasi nilai gizi

Pengaruh Pola Asuh Terhadap Status Gizi Bayi Pada Keluarga Miskin dan Tidak Miskin DI Kabupaten Aceh Utara. Universitas

Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsumsi sayur dan buah dengan status gizi, Hal ini tidak sejalan dengan penelitian

Berdasarkan uji statistic chi square dengan nilai &lt; , ini berarti ada hubungan pola asuh dengan kejadian status gizi pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kassi

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square antara variabel kejadian kecacingan dengan status gizi berdasarkan IMT/U didapatkan 4 sel (50%)

Hasil uji statistik chi-square pada penelitian ini, menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan kasus gigi berjejal pada murid SMP Kecamatan

Hasil : Hasil dari uji statistik dengan chi square didapatkan bahwa faktor yang berhubungan dengan perkembangan balita adalah umur p=0,020, berat badan lahir p=0,002, status gizi