Oleh :
MOEHAMMAD AL GHAZALI
100100101
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
MOEHAMMAD AL GHAZALI
100100101
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
i
Penelitian dengan Judul :
Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Siswa – Siswi SD Juara Medan Tahun 2013
Yang dipersiapkan oleh :
MOEHAMMAD AL GHAZALI 100100101
Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui untuk dilanjutkan ke Seminar Hasil Penelitian.
Medan, Desember 2013
Disetujui,
Dosen Pembimbing
ii
JUDUL : FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS
GIZI SISWA – SISWI SD JUARA MEDAN TAHUN 2013
NAMA : MOEHAMMAD AL GHAZALI
NIM : 100100101
Pembimbing Penguji I
(Sri Lestari, SP, M.Kes) (dr. Kristo A Nababan Sp.KK)
Penguji II
(dr. Erjan Fikri, SpB, SpBA)
Medan,
Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
( Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD – KGEH )
ABSTRAK
Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena anak sekolah adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Menurut penelitian LIPI (2004) Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia menderita gizi kurang dan hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004) menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan remaja 5-17 tahun berstatus gizi kurang. Oleh karena masih tingginya angka status gizi buruk pada anak, penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan desain cross sectional study dengan sampel yang berjumlah 153 orang yang terdiri dari siswa-siswi SD Juara Medan dan orang tua siswa-siswai kelas 1-6 SD. Dimulai dari Mei 2013 sampai Oktober 2013
Dalam penelitian ini didapatkan 13,7 % siswa SD Juara Medan yang menderita gizi buruk, 81,7 % siswa dengan gizi baik. Didapatkan hubungan antara pendapatan orangtua dengan status gizi anak. Tidak terdapat hubungan antara pola makan, pekerjaan orangtua, lingkungan tempat tinggal dan tingkat pendidikan orangtua dengan status gizi.
ABSTRACT
Human resource is a dominant factor in Nation development, while its quality depends on the condition of the children as a whole and particularly the children under school age. According to the LIPI (36%) of children under school age had malnutrition, while according to the survey on the health of household on national level (Survey Kesehatan
Rumah Tangga 2004) had described that 18% of children on specific school age which is
5-7 year had malnutrition. Due to those high rate of malnutrition among the school age children, it is reasonable to carried out the research to find the prevalence factors related with malnutrition among the children under school age.
Research is conducted by using analytic analysis with cross sectional study design, the research is carried out in SD Juara Medan, with 153 respondents, which consist of student between 1-6 grade and their parents. Start from Mei 2013 until October 2013.
The research shows that 13,7% of student are malnutrition, while the majority of 81,7% have good nutrition. The research indicated that parents income has related with nutrition status of the children, while meal pattern and habit, parent occupation, living environment and the level of parent education has not related with the nutrition status of the children
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini. Sebagai salah satu
area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan
hasil penelitian ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan
pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:
1. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Prof. Dr. Ir. H. Moehammad
Nawawi Loebis M.phil, Ph-D dan Ibunda Pristiwani Mei Hilda, kakak
penulis, Haghia Sophia, SH, LLM, serta abang penulis, Moehammad
Heikal Loebis, SE, yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan
dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
2. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Kepada Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K), selaku Pembantu Dekan
I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Kepada dr. Zaimah Z. Tala, Msi Sp.GK, selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5. Kepada dr. M. Rusda M.Ked (OG), Sp.OG (K), selaku Pembantu Dekan
III Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
6. Kepada dosen pembimbing dalam penulisan penelitian ini, Sri Lestari, SP,
M.Kes yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk
membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan
penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil
Nababan Sp.KK selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukan yang membangun untuk penelitian ini.
7. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Edi Ardiansyah, Sp.OG
yang telah menjadi dosen penasehat akademik penulis selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
8. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. M. Azhari dan dr.
Anggia Mulia yang senantiasa mendukung dan memberikan bantuan
dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
9. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh
sahabat-sahabat yang luar biasa, khususnya Rizky Keumala, Akbar Sinaga,
Harmen Reza, Yessi Serena, Fachreza Maulana, Egi Erico, M. Haristyah
Warli, Lutfi Farhan, M. Akim Nst, Rahmat Tahir, Ilham Surgawi, Fariz
Saleh, Aulia Erizal, Nanda Pasha, Mufti Muhammad, Tri Widi Wibowo,
Muttamamin Ula, Aga Diandra, Akbar Batubara, Irsazulharto, Octisa
Almira, Annisa Putri, Elvita Nora Susana, Adja Nazlia, Cut Trianisa, Suci
Putri Ayu, Dwi Atika, Lasa Siahaan, Arief Pratama, H5B2, Aulia Barizon,
Luthfi Walikran, abang-abang dan kakak-kakak senior di FK USU,
sahabat-sahabat saya di kantin lama FK USU yang tidak dapat disebutkan
satu persatu dan adik-adik saya di FK USU atas dukungan dan motivasi
yang sangat membantu penulis.
10.Kepada kepala sekolah dan guru – guru SD Juara Medan yang telah
membantu dalam pengumpulan data dalam penelitian ini.
Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru,
dalam area kompetensi KIPDI-3, telah memotivasi penulis untuk melaksanakan
penelitian yang berjudul ”Faktor – Faktor yang Berhubungan Dengan Kurang Gizi
Pada Siswa Siswi SD Juara Medan Tahun 2013” ini. semoga penelitian ini dapat
memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di
bidang ilmu kedokteran.
Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih
belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.
Medan, Desember 2013
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Abstrak ... iii
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 11
2.2. Anak Sekolah Dasar ... 12
2.3. ... Mas alah Kurang Gizi pada Anak Sekolah... 13
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 16
3.1. Kerangka Konsep ... 16
3.2. Definisi Operasional ... 16
3.3. Cara Ukur ... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19
4.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 19
4.3. Populasi dan Sampel ... 19
4.3.1. Populasi Penelitian ... 19
4.3.2. Besar Sampel ... 19
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 19
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 19
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21
5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21
5.2 Saran ... 21
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
6.1. Kesimpulan ... 29
6.2 Saran ... 30
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1. Standart Penilaian Status Gizi 19
Tabel 5.1. Sebaran Responden Menurut Karakteristik Sosiodemografi 23
Tabel 5.2. Gambaran Status Gizi Anak SD 24
Tabel 5.3. Gambaran Pola Makan Anak SD 24
Tabel 5.4. Sebaran Responden Menurut Lingkungan 26
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Kurva CDC Anak Perempuan 10
Gambar 2.2. Kurva CDC Anak Laki-laki 11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian
Lampiran 3 Surat persetujuan Ikut Dalam Penelitian
Lampiran 4 Kuisioner Penelitian
Lampiran 5 Ethical clearence
ABSTRAK
Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena anak sekolah adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini. Menurut penelitian LIPI (2004) Lebih dari sepertiga (36,1%) anak usia sekolah di Indonesia menderita gizi kurang dan hasil SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004) menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan remaja 5-17 tahun berstatus gizi kurang. Oleh karena masih tingginya angka status gizi buruk pada anak, penulis tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan desain cross sectional study dengan sampel yang berjumlah 153 orang yang terdiri dari siswa-siswi SD Juara Medan dan orang tua siswa-siswai kelas 1-6 SD. Dimulai dari Mei 2013 sampai Oktober 2013
Dalam penelitian ini didapatkan 13,7 % siswa SD Juara Medan yang menderita gizi buruk, 81,7 % siswa dengan gizi baik. Didapatkan hubungan antara pendapatan orangtua dengan status gizi anak. Tidak terdapat hubungan antara pola makan, pekerjaan orangtua, lingkungan tempat tinggal dan tingkat pendidikan orangtua dengan status gizi.
ABSTRACT
Human resource is a dominant factor in Nation development, while its quality depends on the condition of the children as a whole and particularly the children under school age. According to the LIPI (36%) of children under school age had malnutrition, while according to the survey on the health of household on national level (Survey Kesehatan
Rumah Tangga 2004) had described that 18% of children on specific school age which is
5-7 year had malnutrition. Due to those high rate of malnutrition among the school age children, it is reasonable to carried out the research to find the prevalence factors related with malnutrition among the children under school age.
Research is conducted by using analytic analysis with cross sectional study design, the research is carried out in SD Juara Medan, with 153 respondents, which consist of student between 1-6 grade and their parents. Start from Mei 2013 until October 2013.
The research shows that 13,7% of student are malnutrition, while the majority of 81,7% have good nutrition. The research indicated that parents income has related with nutrition status of the children, while meal pattern and habit, parent occupation, living environment and the level of parent education has not related with the nutrition status of the children
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh
keberhasilan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang
memiliki sifat yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta
cerdas. Bukti empiris menunjukkan bahwa hal ini ditentukan oleh status gizi yang
baik. Oleh karena itu masalah gizi kurang dan buruk dipengaruhi langsung oleh
faktor konsumsi pangan dan penyakit infeksi serta tidak langsung oleh pola asuh,
ketersediaan pangan, faktor sosial ekonomi budaya dan politik, dapat menjadi
faktor penghambat dalam pembangunan nasional (Dinkes Propinsi Sumatera
Utara, 2006).
Anak usia sekolah merupakan investasi bangsa, karena anak sekolah
adalah generasi penerus. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas
anak-anak saat ini. Upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) harus
dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya
anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian asupan zat gizi dengan
kualitas dan kuantitas yang baik. Namun, pemberian makanan pada anak tidak
selalu dilaksanakan dengan baik, yang dapat mengakibatkan gangguan pada
organ-organ dan system tubuh anak (Judarwanto 2006).
Populasi di dunia 2008 yang diperkirakan beresiko terhadap kurang gizi
Universitas Sumatera Utara
sekolah di Indonesia menderita gizi kurang dan hasil SKRT (Survei KesehatanRumah Tangga, 2004), menunjukkan bahwa terdapat 18% anak usia sekolah dan
remaja 5-17 tahun berstatus gizi kurang. Prevalansi gizi kurang paling tinggi pada
anak usia sekolah dasar (21%)..
Di Indonesia menunjukkan bahwa 37,8% anak SD/MI menderita Kurang
Energi Protein (KEP). Gizi kurang pada anak usia sekolah dan remaja umur 5-17
tahun sebesar 17,6% dan prevalensi gizi kurang paling tinggi terjadi pada anak
usia sekolah dasar (21%) dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2004
(SKRT, 2004).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 ditemukan
angka kekurangan gizi di Sumatera Utara adalah 12.4% untuk anak laki-laki dan
9.7% pada anak perempuan, angka kekurusan pada anak baru sekolah di Kota
Medan adalah 11.1% pada anak laki-laki dan 7.4% pada anak perempuan. Angka
ini lebih tinggi dari angka kekurusan Provinsi Sumatera Utara yaitu 12,4% pada
anak laki-laki dan 9,7% pada anak perempuan. Kecamatan Sunggal, sebagai salah
satu kecamatan yang berada di wilayah administrasi Kota Medan juga memiliki
prevalensi kekurusan yang tinggi. Sebanyak 3,7% anak sekolah mengalami
masalah kesehatan khususnya masalah gizi. (Laporan Tahunan Puskesmas
Sunggal, 2007).
Kekurangan gizi merupakan penyakit tidak menular dapat terjadi pada
sekelompok masyarakat disuatu tempat. Hal ini berkaitan erat dengan berbagai
faktor dan harus selalu dikontrol terutama pada masyarakat yang tinggal di
negara-negara berkembang (Depkes, 2000).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah untuk mencari faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan status gizi pada siswa-siswi SD Juara Medan
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui prevalensi kekurangan gizi pada pada siswa-siswi
SD Juara Medan.
2. Mengetahui tingkat sosio ekonomi orang tua pada siswa-siswi SD
Juara Medan.
3. Mengatahui pola makan pada siswa-siswi SD Juara Medan.
4. Mengetahui higienitas dan sanitasi lingkungan tampat tinggal
siswa-siswi Juara Medan.
5. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak SD
1.4 Manfaat Penelitian
1.Penelitian ini di harapkan menjadi sebuah informasi penting pada
masyarakat tentang faktor-faktor yang berhubungan degan kurang gizi
pada anak SD
2.Penelitian ini dapat menjadi informasi penting bagi responden
3.Bagi institusi, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
sekolah di wilayah penelitian sebagai bahan evaluasi dalam promosi
kesehatan tentang penanganan status gizi
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi
2.1.1 Definisi Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baik
buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Status gizi yang baik diperlukan untuk
mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi
anak, serta menunjang prestasi olahraga (Irianto, 2006:65). Sedangkan Menurut
Sunita Almatsier (2009: 3) Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, yang dibedakan antara status gizi
buruk, kurang, baik, dan lebih.
a. Gizi lebih
Gizi lebih terjadi jika terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi
dan pengeluaran energi. Asupan energi yang berlebihan secara kronis akan
menimbulkan kenaikan berat badan, berat badan lebih (overweight) dan
obesitas. Makanan dengan kepadatan energi yang tinggi (banyak
mengandung lemak atau gula yang ditambahkan dan kurang mengandung
serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan energi yang positif
ini. Selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan
keseimbangan energi yang positif (Gibney, 2008:3).
b. Gizi baik
Gizi baik adalah gizi yang seimbang. Gizi seimbang adalah makanan yang
dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang beraneka ragam dan memenuhi
5 kelompok zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak
Universitas Sumatera Utara
c. Gizi kurangMenurut Moehji (2003:15) Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan
nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan vitamin yang dibutuhkan
oleh tubuh.
d. Gizi buruk
Gizi buruk merupakan istilah teknis yang biasanya digunakan oleh kalangan
gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk adalah kondisi seseorang yang
nutrisinya di bawah rata-rata. Hal ini merupakan suatu bentuk terparah dari
proses terjadinya kekurangan gizi menahun (Novitasari, 2012).
2.1.2 Pengukuran Status Gizi
Supariasa, dkk (2002:19), mendefinisikan antropometri adalah ukuran tubuh.
Maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat dan
tingkat gizi.
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang memberikan
gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa tubuh sangat
sensitif terhadap perubahan yang mendadak misalnya karena penyakit infeksi,
menurunnya nafsu makan atau menurunya makanan yang dikonsumsi maka berat
badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil.
Penggunaan indeks BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan
dan kekurangan yang perlu mendapat perhatian. Kelebihan indeks BB/U yaitu :
1. Dapat lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat
umum.
2. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan kelemahan dari indek BB/U adalah :1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila
terdapat oedema.
2. Memerlukan data umur yang akurat.
3. Sering terjadi kesalahan pengukuran misalnya pengaruh pakaian,
atau gerakan anak pada saat penimbangan.
4. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah
sosial budaya setempat. Dalam hal ini masih ada orang tua yang
tidak mau menimbangkan anaknya karena seperti barang dagangan
(Supariasa, 2002:56).
Indeks TB/U lebih menggambarkan status gizi masa lampau, dan dapat juga
digunakan sebagai indikator perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Keadaan
tinggi badan anak pada usia sekolah (tujuh tahun), menggambarkan status gizi
masa balitanya. Masalah penggunaan indek TB/U pada masa balita, baik yang
berkaitan dengan kesahlian pengukuran tinggi badan maupun ketelitian data umur.
Masalah-masalah seperti ini akan lebih berkurang bila pengukuran dilakukan pada
anak yang lebih tua karena pengukuran lebih mudah dilakukan dan penggunaan
selang umur yang lebih panjang (setelah tahunan atau tahunan) memperkecil
kemungkinan kesalahan data umur.
Kelemahan penggunaan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) yaitu :
1. Tidak dapat member gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas.
2. Dari segi operasional, sering dialami kesulitan dalam pengukuran terutama
bila anak mengalami keadaan takut dan tegang (Jahari, 1998).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan
perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik seseorang
sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-ukuran yang
baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan melakukan
Universitas Sumatera Utara
cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan (Supariasa, dkk.,2001).
Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara
antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan
secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan
kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran antropometri terdiri atas dua
dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh
mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat
mass) (Riyadi, 2004:35).
Pengukuran status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks
antropometri dan menggunakan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
anak sekolah.
Rumus IMT :
Dalam penelitian status gizi, khususnya untuk keperluan klasifikasi
diperlukan ukuran baku (reference). Pada tahun 2009, Standar Antropometri
WHO 2007 diperkenalkan oleh WHO sebagai standar antopometri untuk anak dan
remaja di dunia.
Klasifikasi status gizi anak dan remaja menurut WHO 2007 adalah sebagai
berikut :
Indeks BB/U :
a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
Universitas Sumatera Utara
c. Sangat Kurang : < -3 SDIndeks TB/U :
a. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
b. Pendek : ≥ -3 SD s/d < -2 SD
c. Sangat pendek : < -3 SD
Indeks IMT/U :
a. Sangat gemuk : > 3 SD
b. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD
c. Normal : ≥ -2 SD s/d ≤ 2 SD
d. Kurus : ≥ -3 SD s/d < -2 SD
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Kurva Status GiziUniversitas Sumatera Utara
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan
dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah
pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan
jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan
makan secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama,
adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier, 2009).
Timbulnya gizi kurang bukan saja karena makanan yang kurang tetapi juga
karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering
diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita gizi kurang. Sebaliknya
anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat
melemah, sehingga mudah diserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan
akhirnya mudah terkena gizi kurang (Soekirman, 2000). Sehingga disini terlihat
interaksi antara konsumsi makanan yang kurang dan infeksi merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi.
Menurut Schaible & Kauffman hubungan antara kurang gizi dengan penyakit
infeksi tergantung dari besarnya dampak yang ditimbulkan oleh sejumlah infeksi
terhadap status gizi itu sendiri. Beberapa contoh bagaimana infeksi bisa
berkontribusi terhadap kurang gizi seperti infeksi pencernaan dapat menyebabkan
diare, HIV/AIDS, tuberculosis, dan beberapa penyakit infeksi kronis lainnya bisa
menyebabkan anemia dan parasit pada usus dapat menyebabkan anemia. Penyakit
Infeksi disebabkan oleh kurangnya sanitasi dan bersih, pelayanan kesehatan dasar
yang tidak memadai, dan pola asuh anak yang tidak memadai (Soekirman, 2000).
Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola
pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang tidak memadai,
kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang tidak memadai
merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Makin tersedia air bersih yang
Universitas Sumatera Utara
dan sarana kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makinkecil risiko anak terkena penyakit dan kekurangan gizi (Unicef, 1998) Sedangkan
penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis
ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi
ketidak-seimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada
akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000).
2.2 Anak Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-13 tahun, memiliki fisik
lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan
orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari pada putra.
Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan
pemeliharaan jaringan. Karakteristik anak sekolah meliputi:
1. Pertumbuhan tidak secepat bayi.
2. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal).
3. Lebih aktif memilih makanan yang disukai.
4. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat.
5. Pertumbuhan lambat.
6. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.
Anak sekolah biasanya memiliki banyak aktivitas bermain yang menguras
banyak tenaga, dengan terjadinya ketidakseimbangan atara energi yang masuk dan
keluar, akibatnya tubuh anak menjadi kurus. Untuk mengatasinya harus
mengontrol waktu bermain anak sehingga anak memiliki waktu istirahat yang
cukup (Moehji, 2003:58).
Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan
tulang. Pada usia 10 tahun baik laki‐laki maupun perempuan tinggi dan berat
Universitas Sumatera Utara
tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki‐laki, (Soemantridkk, 2005).
Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari
pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan
yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama
tahun tahun di SD.
Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki‐laki dan perempuan kurang
lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih
pendek dan lebih langsing dari anak laki‐laki.
Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami
masa lonjakan pertumbuhan yang ditandai dengan lengan dan kaki yang
mulai tumbuh cepat.
Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat
dan lebih kuat daripada anak laki‐laki. Anak laki‐laki memulai lonjakan
pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun.
Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati
puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai
dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia 12‐13 tahun. Anak
laki‐laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara
usia 13‐16 tahun.
Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa
ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum
mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. Hampir setiap organ
atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan- perubahan ini. Anak
pubertas awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas)
berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi
Universitas Sumatera Utara
2.3 Masalah Kurang Gizi pada Anak Sekolah
Berbagai masalah kesehatan dijumpai di kalangan anak sekolah, diantaranya
adalah kurangnya pertumbuhan fisik secara optimal. Salah satu faktor yang sangat
menentukan adalah faktor gizi. Kurang gizi pada masa ini akan mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan badan, mental, kecerdasan dan mudah terserang
penyakit infeksi. Di samping kurang gizi, ditemukan juga masalah kesehatan pada
anak yang disebabkan gizi lebih yang dapat menyebabkan kegemukan dan anak
berisiko menderita penyakit degeneratif. Pada dasarnya seiring dengan
pertambahan usia anak, ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan
seimbang. Peran zat gizi ini penting untuk menunjang tumbuh kembang anak,
termasuk untuk menunjang kecerdasannya. Dalam hal pengaturan pola konsumsi
makan, orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis
makanan yang bergizi seimbang. Dikatakan juga bahwa bila terdapat kebiasaan
makan yang jelek pada anak, selain dipengaruhi oleh kebiasaan keluarga yang
jelek juga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga yang rendah. Dengan pendapatan
terbatas, tidak terpenuhinya variasi dan jumlah makanan yang dibutuhkan dalam
mengembangkan kebiasaan gizi yang baik pada anak (Gibeon, 2011)
Jumirah (2008) mengemukakan dalam penelitiannya, anak sekolah dasar di
kelurahan Namo Gajah Medan Tuntungan sebagian besar mempunyai status baik,
namun masih ditemukan kasus guzi kurang dan buruk. Berdasarkan indeks BB/U
bahwa 26,7% anak mengalami gizi kurang dan 1,1% gizi buruk. Sedangkankan
berdasarkan indeks TB/U ditemukan anak yang pendek sebanyak 12,6% dan
sangat pendek 5,6%.
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan terpenting sehingga
kondisi keluarga akan sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak. Peranan
sosial ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak sangat luas dan uraian ini
bergantung dari sudut orientasi mana akan dilakukan. Dari sudut ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
kemiskinan akan berpengaruh besar terhadap kondisi fisik dan mental tiapanggota keluarga. (Singgih, 2000)
Kurang gizi pada anak sekolah pada umumnya disebabkan karena kebiasaan
makan anak yang tidak teratur. Dimana pada masa ini anak mulai memilih sendiri
makanan yang disenangi dan sudah menyukai makanan di luar rumah. Selain dari
perubahan pola makan, anak-anak pada usia ini juga mengalami pergeseran status
gizi karena tingkat pengetahuan dan kebiasaan jajannya. (Santoso S, 2004)
Masalah kurang gizi yang sering ditemukan dan berdampak pada prestasi
belajar dan pertumbuhan fisik anak SD antara lain Kurang Energi Protein (KEP),
Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin
A. (Almatsier, 2009)
a) Kurang Energi Protein (KEP)
Suatu kondisi dimana jumlah asupan zat gizi yaitu energi dan protein
kurang dari yang dibutuhkan. Akibat buruk dari KEP bagi anak SD adalah
anak menjadi lemah daya tahan tubuhnya dan terjadi penurunan
konsentrasi belajar.
b) Anemia Gizi Besi
Suatu kondisi pada anak SD dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal (kurang dari 12 gr %). Akibat buruk dari anemia gizi
besi adalah anak menjadi lesu, lemah, letih, lelah, dan lalai (5 L) dan
mengurangi daya serap otak terhadap pelajaran.
c) Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)
Suatu gejala yang diakibatkan oleh kekurangan asupan yodium dalam
makanan sehari-hari yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Masalah
GAKY pada umumnya ditemukan di dataran tinggi. Akibat buruk GAKY
Universitas Sumatera Utara
d) Kurang Vitamin A (KVA)Suatu kondisi yang diakibatkan oleh jumlah asupan vitamin A tidak
memenuhi kebutuhan tubuh. Akibat buruk dari kurang vitamin A adalah
menurunya daya tahan tubuh terhadap infeksi sehingga anak mudah sakit.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
• Lingkungan tempat tinggal
• Pendidikan orang tua
Universitas Sumatera Utara
Kuesioner Kuesioner - Frekuensi Makan
Kuesioner Kuesioner - Buruh tetap - Buruh lepas
Universitas Sumatera Utara
seperti tanah, air,energi surya,
mineral, serta flora
dan fauna yang
tumbuh di atas
tanah maupun di
dalam lautan,
dengan
kelembagaan yang
meliputi ciptaan
manusia seperti
keputusan
bagaimana
menggunakan
lingkungan fisik
tersebut.
jamban - Pengolahan
Universitas Sumatera Utara
(PERUBAHAN PEDOMAN : STATUS GIZI DIHITUNG DENGAN IMT :WHO 2007) revisi juli 2010
Tabel 1.1.
STANDAR PENILAIAN STATUS GIZI UMUR 8-18 TAHUN
BERDASAR IMT MENURUT UMUR (WHO 2007)
UMUR
(Thn) Laki-laki Perempuan
Kurus Normal Gemuk Kurus Normal Gemuk
6 < 13,0 13,1 - 18,4 > 18,5 < 12,7 12,8 - 19,1 > 19,2
7 < 13,2 13,3 - 18,9 > 19,0 < 12,7 12,8 - 19,7 > 19,8
8 < 13,3 13,4 - 19,6 > 19,7 < 12,9 13,0 - 20,7 > 20,8
9 < 13,5 13,6 - 20,4 > 20,5 < 13,1 13,2 - 21,4 > 21,5
10 < 13,7 13,8 - 21,3 > 21,4 < 13,5 13,6 - 22,5 > 22,6
11 < 14,1 14,2 - 22,4 > 22,5 < 13,9 14,0 - 23,6 > 23,7
12 < 14,5 14,6 - 23,7 > 23,8 < 14,4 14,5 - 24,8 > 24,9
13 < 14,9 15,0 - 24,7 > 24,8 < 14,9 15,0 - 26,1 > 26,2
14 < 15,5 15,6 - 25,8 > 25,9 < 15,5 15,6 - 27,2 > 27,3
15 < 16,0 16,1 - 26,9 > 27,0 < 15,9 16,0 - 28,1 > 28,2
16 < 16,5 16,6 - 27,8 > 27,9 < 16,2 16,3 - 28,8 > 28,9
17 < 16,9 17,0 - 28,5 > 28,6 < 16,4 16,5 - 29,2 > 29,3
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik
yang bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab gizi buruk pada
siswa-siswi SD Juara Medan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross
sectional, yaitu pengumpulan data atau pengukuran variabel yang diteliti
dilakukan hanya satu kali tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan
pengukuran.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Juara Medan pada Mei 2013 –
Oktober 2013
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi terjangkau penelitian ini adalah siswa-siswi SD Juara Medan dan
orang tua dari kelas 1 – 6 yang berjumlah 153 orang
4.3.2 Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi yang berjumlah 153
siswa-siswi SD Juara medan. Sampel diambil dengan cara total sampling.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
diperoleh dari kuesioner yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disusun, berupa status gizi siswa yang dengan cara penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan, sedangkan data sosiodemografi dan data kebiasaan
Universitas Sumatera Utara
4.5 Pengolahan dan Analisa
Data primer yang diambil yakni data yang diperoleh dari kuesioner yang
diberikan kepada responden. Pengolahan data dilakukan melalui beberapa
tahapan, tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas
maupun data responden serta memastikan bahwa jawaban telah diisi sesuai
petunjuk, tahap kedua coding yaitu member kode atau angka tertentu pada
kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap
ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program computer
dengan menggunakan program SPSS, tahap keempat adalah melakukan cleaning
yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan
Universitas Sumatera Utara
tengah-tengah pemukiman warga, sekolah ini memiliki 6 ruang kelas ( I-VI SD),
satu ruang guru berserta kepala sekolah, dan satu tempat ibadah. Sekolah ini
belum memiliki kantin dan ruang UKS. Disekitar pekarangan sekolah terdapat
makanan, minuman dan jajanan yang dijual oleh penduduk sekitar. Responden
penelitian berasal dari kelas satu sampai 6 yang berjumlah 153 orang. Sampel dari
penelitian ini merupakan orang tua siswa yang berjumlah 153. Keseluruhan
anak-anak biasanya membawa bekal dari rumah untuk makan siang mereka.
5.2 Karakteristik Sosiodemografi Responden
Tabel 5.1 Sebaran Responden Menurut Karakteristik Sosiodemografi
Karakterisitik Jumlah %
Universitas Sumatera Utara
Sebaran responden menurut karakteristik sosiodemografi orang tuadidapatkan bahwa frekuensi pendapatan orang tua yang tersering adalah
pendapatan menengah yaitu 128 orang (83,7%), untuk pendidikan orang tua yaitu
SMP/SMA dengan jumlah 124 orang (81,1%), untuk pekerjaan orang tua yang
yaitu ibu rumah tangga atau tidak bekerja yang berjumlah 94 orang (61,4%) untuk
jumlah anak yaitu lebih atau sama dengan tiga orang anak yang berjumlah 105
orang (68,7%).
Tabel 5.2 Gambaran Status Gizi Anak SD
Status Gizi n %
ditemukan adalah kurang gizi yang berjumlah 125 orang (81,7%).
Tabel 5.3 Gambaran Pola Makan Anak SD
Pola Makan n %
Makanan 4 Sehat 5 sempuran
Terpenuhi 108 70,8
Tidak Terpenuhi 45 29,4
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan pola makan, didapati jumlah responden tersering adalah yangdengan frekuensi makan 3 kali sehari serjumlah 137 orang (89,5%), yang
memasak di rumah serjumlah 139 orang (90,8%), yang dengan kebersihan
makanan terjaga serjumlah 153 orang (100%) dan yang dengan memenuhi
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4 Sebaran Responden Menurut Lingkungan
Faktor Lingkungan n %
Bening, Tidak Berasa, Tidak Berbau 150 98
Universitas Sumatera Utara
Menurut ligkungan tempat tinggal, didapati jumlah responden terseringadalah yang menggunakan air kemasan serjumlah 78 orang (51%), yang memasak
air sampai mendidih sejumlah 87 orang (56,9%), yang dengan kondisi air minum
bening, tidak berasa dan tidak berbau sejumlah 150 orang (98%), yang dengan
tipe jamban kloset sejumlah 137 orang (89,5%), yang dengan pembuangan
sampah dengan tong sampah sejumlah 130 orang (85%), yang dengan pengolahan
sampah diangkat petugas sejumlah 96 orang (62,7%)
Tabel 5.4 Sebaran Status Gizi Menurut Sosiodemografi
Universitas Sumatera Utara
Hasil dari jumlah faktor sosiodemografi dengan sebaran status gizi yangdidapat pada penelitian kemudian diuji statistik chi-square untuk mencari
hubungan antar variable tersebut. Dari hasil uji statistik didapati bahwa
pendapatan orang tua berhubungan dengan status gizi anak dilihat dari niai p <
0,05, sedangkan pendidikan, pekerjaan, jumlah anak dan pola makan tidak
berhubungan dengan status gizi anak yang dilihat dari nilai p > 0,05.
5.3 Pembahasan
Yang menjadi responden pada penelitian ini adalah orang tua dari siswa
siswi kelas 1 sampai kelas 6 SD Swasta Juara Medan. Rata-rata berat badan anak
adalah 26,7 kg dan rata-rata tinggi badan anak 127,37 cm.
Prevalensi status gizi siswa adalah 7 orang (4,6%) dengan status gizi
gemuk, 21 orang (13,7%) status gizi normal dan 125 orang (81,7%) dengan status
gizi kurang. Dari hasil ini dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa memiliki
status gizi normal, walapun masih terdapat siswa dengan status gizi kurang dan
gemuk
Karakteristik sosiodemografi orang tua terbanyak didapatkan bahwa
frekuensi pendapatan orang tua yang tersering adalah pendapatan menengah,
untuk pendidikan orang tua yaitu SMP/SMA, untuk pekerjaan orang tua yaitu ibu
rumah tangga atau tidak bekerja dan untuk jumlah anak yaitu lebih atau sama
dengan tiga orang anak.
Berdasarkan pola makan, didapati jumlah responden terbanyak adalah
yang dengan frekuensi makan 3 kali sehari, yang memasak di rumah, yang dengan
kebersihan makanan terjaga dan yang dengan memenuhi makanan 4 sehat 5
sempurna.
Dari hasil uji statistik didapati bahwa pendapatan orang tua berhubungan
dengan status gizi anak, sedangkan pendidikan orangtua, pekerjaan, jumlah anak
Universitas Sumatera Utara
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Aritonang (2004) yang menyatakanterdapat hubungan antara pola konsumsi pangan dengan status gizi. Penulis
menduga hal ini dikarenakan ada anak yang pola makan 3 kali sehari, namun
makanan yang dikonsumsi bukan merupakan makanan yang bergizi, yaitu
makanan 4 sehat 5 sempurna.
Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara pekerjaan orangtua
dengan status gizi anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Primasari (2008) yang
menyatakan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan ayah maupun ibu terhadap
status gizi anak.
Dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan
orangtua dengan status gizi anak. Hal ini sama dengan penelitian Primasari (2008)
yang mengatakan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan orangtua dengan
status gizi anak.
Dalam penelitian ini didapatkan hubungan antara pendapatan orangtua
dengan status gizi. Repi dkk. (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara pendapatan ayah dengan status gizi. Perbedaan ini dapat
diakibatkan oleh perbedaan definisi kategori pendapatan atau pengaruh faktor lain
yang lebih dominan. Pendapatan orang tua dapat berdampak pada kemampuan
keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi.
Hasil berbeda disampaikan oleh Pahlevi (2012) yang dalam penelitiannya
di SD 02 Banyumanik menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu, pendidikan
ibu, pendapatan keluarga, penyakit infeksi, tingkat konsumsi energi, dan tingkat
konsumsi protein berhubungan dengan status gizi.
Untuk itu sekolah dapat berperan aktif untuk memberikan informasi
kepada orang tua siswa dalam menjaga status gizi anaknya. Fasilitas kesehatan
terdekat juga dapat berperan melalui pemeriksaan kesehatan rutin dan kontrol
Universitas Sumatera Utara
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Dari hasil penelitian didapati kesimpulan yaitu status gizi siswa SD Juara
Medan terbanyak adalah normal, dimana terdapat hubungan antara pendapatan
orang tua dengan status gizi anak.
6.2 Saran
1. Bagi siswa-siswi perlunya edukasi tentang pentingnya makanan 4 sehat 5
sempurna.
2. Perlunya edukasi kepada orangtua siswa-siswi tentang bagaimana menjaga
kebersihan perorangan untuk keluarga.
3. Perlu edukasi kepada siswa-siswi tentang pentingnya gizi terhadap
pertumbuhan tubuh.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hal 3
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2010.
Riset Kesehatan Dasar 2010
CDC, 2005. Growth Charts. Available from: www.cdc.gov. [Accesed 17 April
2010]
Depkes RI, 2000. Pedoman Pemantauan Konsumsi Gizi. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Dinas Kesehatan, 2006. Indonesia Sehat 2010. Available from: www.aids-ina.org.
[Accesed 01 April 2010]
DITPTKSD, 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belaja rAnak.
Available from: http://ditptksd.go.id [Accesed 12 Februari 2012].
Gibeon, J.P.S., 2010. Gambaran Kecenderungan Status Gizi Anak Baru Masuk
Sekolah Dasar di Kematan Medan Sunggal Tahun 2007-2010. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.
Gibney, M. J. 2008. Public Health Nutrition. Jakarta: EGC. Hal 3.
Irianto, D.P., 2006. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Edisi ke
Universitas Sumatera Utara
Judarwanto, W., 2006. Perilaku Makan Anak Sekolah. Available from:http://gizi.depkes.go.id/makalah/download/perilaku%20makan%20anak%
20sekolah.pdf. [Accessed 04 Juni 2013]
Jumirah, Lubis, Z., Aritonang, E., 2008. Status Gizi dan Tingkat Kecukupan
Energi Protein Anak Sekolah Dasar di Desa Namo Gajah, Kecamatan
Medan Tuntungan. Info Kesehatan Masyarakat 12(1): 1-104.
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta:Bhutakarya. Hal 15; 58
Novitasari, D.A., 2012 Faktor-Faktor Resiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balitas
yang Dirawat Di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Skripsi. Program
Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro, Semarang.
Primasari, T., 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi Kurang
Pada Siswa Sekolah Dasar di 3 Kecamatan Kabupaten Kampar Tahun
2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Repi, A., Kawengian, S.E.S., Bolang, A.S.L., 2013. Hubungan Antara Status
Sosial Ekonomi Dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kelas 4 dan 5
SDN 1 Tounelet dan SD Katolik St. Monica Kecamatan Langowan Barat.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.
Riyadi, A.Y. 2004. Upaya-upaya Perbaikan Gizi di Indonesia. Jakarta: PT
Universitas Sumatera Utara
Simarmata, D., 2009. Kajian Ketersediaan Pangan Rumah Tangga, StatusEkonomi Keluarga, Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Anak Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Melati Kecamatan Perbaungan Tahun 2009.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Soemantri, S dan Tin A, 2004. Survey Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Supariasa, I.D.N., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kedokteran EGC. Hal 19;
56
Nama : Moehammad Al Ghazali Loebis
Tempat / tanggal lahir : Medan/ 22 – 12 - 1993
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Alamat : Komp. Tasbih Blok B No.17 A
Nomor Telepon : 089627537141
Orang Tua : Prof. Dr. H. M. Nawawi Loebis M phil.Ph-D (Ayah)
Hj. Pristiwani Mei Hilda (Ibu)
Riwayat Pendidikan : SD YP Shafiyyatul Amaliah Medan (1998 – 2004)
SMP YP Shafiyyatul Amaliah Medan (2004 – 2007)
SMA YP Shafiyyatul Amaliah Medan (2007 – 2010)
Fakultas Kedokteran USU (2010 – sekarang)
Alamat Responden :
Identitas Responden
• Nama :
• Umur :
• Pekerjaan :
• Pendapatan per bulan :
Pendidikan :
a. Tidak Sekolah/tidak tamat SD
b. Tamat SD
c. Tamat SLTP
d. Tamat SLTA
e. Tamat Akademi
f. Sarjana
Jumlah anak :
Identitas Anak
• Nama :
• Umur :
• Jenis kelamin :
Pola Makan
1. Apakah pola makan teratur (3 kali sehari) ?
a. Ya
b. Tidak ( Sebutkan cara anda mendapatkan makanan tersebut
………)
3. Apakah Anda memperhatikan kebersihan makanan yang dihidangkan
kepada anak anda?
a. Ya
b. Tidak
4. Apakah makanan yang dihidangkan mengikuti kaidah 4 Sehat 5
sempurna?
a. Ya
b. Tidak
Faktor Lingkungan
1. Sumber air minum keluarga
a. Sumur gali
b. PAM/Sumur bor
c. Air kemasan
2. Kebiasaan minum keluarga
a. Tidak di masak
b. Kadang-kandang di masak
c. Di masak sampai mendidih
3. Kondisi air minum
a.Keruh, berasa dan bebau
b. Bening, tidak berasa dan berbau
c. Closet
5. Keadaan jamban
a. Tidak terawat sama sekali
b. Jarang dibersihkan
c. Terawat dan bersih
6. Jenis tempat pembuangan sampah
a. Tidak ada
b. Lubang tanah galian
c. Tong sampah
7. Cara pengolahan sampah
a. Tidak diolah dan dibiarkan berserakan
b. Dibakar
c. Diangkut petugas kebersihan
% of Total .0% 1.3% 5.9% 7.2%
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid a 2 1.3 1.3 1.3
b 1 .7 .7 2.0
c 1 .7 .7 2.6
d 149 97.4 97.4 100.0
Total 153 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid buruh tetap 25 16.3 16.3 16.3
buruh lepas 34 22.2 22.2 38.6
ibu rumah tangga 94 61.4 61.4 100.0
Total 153 100.0 100.0
imt
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Gemuk 7 4.6 4.6 4.6
Kurus 21 13.7 13.7 18.3
Normal 125 81.7 81.7 100.0
imt Gemuk Count 1 0 0 4 2 0 7
Pearson Chi-Square 10.108a 10 .431
Likelihood Ratio 11.004 10 .357
N of Valid Cases 153
% within imt .0% 42.9% 57.1% 100.0%
% within Pekerjaan .0% 8.8% 4.3% 4.6%
% of Total .0% 2.0% 2.6% 4.6%
Kurus Count 2 6 13 21
% within imt 9.5% 28.6% 61.9% 100.0%
% within Pekerjaan 8.0% 17.6% 13.8% 13.7%
% of Total 1.3% 3.9% 8.5% 13.7%
Normal Count 23 25 77 125
% within imt 18.4% 20.0% 61.6% 100.0%
% within Pekerjaan 92.0% 73.5% 81.9% 81.7%
% of Total 15.0% 16.3% 50.3% 81.7%
Total Count 25 34 94 153
% within imt 16.3% 22.2% 61.4% 100.0%
% within Pekerjaan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 16.3% 22.2% 61.4% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 4.088a 4 .394
Likelihood Ratio 5.014 4 .286
N of Valid Cases 153
% within imt .0% 28.6% 28.6% 28.6% 14.3% .0% 100.0%
% within jumlahanak .0% 4.8% 4.5% 4.2% 9.1% .0% 4.6%
% of Total .0% 1.3% 1.3% 1.3% .7% .0% 4.6%
Kurus Count 1 5 6 5 4 0 21
% within imt 4.8% 23.8% 28.6% 23.8% 19.0% .0% 100.0%
% within jumlahanak 16.7% 11.9% 13.6% 10.4% 36.4% .0% 13.7%
% of Total .7% 3.3% 3.9% 3.3% 2.6% .0% 13.7%
Normal Count 5 35 36 41 6 2 125
% within imt 4.0% 28.0% 28.8% 32.8% 4.8% 1.6% 100.0%
% within jumlahanak 83.3% 83.3% 81.8% 85.4% 54.5% 100.0% 81.7%
% of Total 3.3% 22.9% 23.5% 26.8% 3.9% 1.3% 81.7%
Total Count 6 42 44 48 11 2 153
% within imt 3.9% 27.5% 28.8% 31.4% 7.2% 1.3% 100.0%
% within jumlahanak 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 3.9% 27.5% 28.8% 31.4% 7.2% 1.3% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 6.953a 10 .730
Likelihood Ratio 6.354 10 .785
N of Valid Cases 153
% within imt 85.7% 14.3% 100.0%
% within polamakan1 4.4% 6.3% 4.6%
% of Total 3.9% .7% 4.6%
Kurus Count 19 2 21
% within imt 90.5% 9.5% 100.0%
% within polamakan1 13.9% 12.5% 13.7%
% of Total 12.4% 1.3% 13.7%
Normal Count 112 13 125
% within imt 89.6% 10.4% 100.0%
% within polamakan1 81.8% 81.3% 81.7%
% of Total 73.2% 8.5% 81.7%
Total Count 137 16 153
% within imt 89.5% 10.5% 100.0%
% within polamakan1 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 89.5% 10.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square .130a 2 .937
Likelihood Ratio .120 2 .942
N of Valid Cases 153