• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Video Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sifat-sifat Cahaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Video Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sifat-sifat Cahaya"

Copied!
188
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

NUR ATIKAH

NIM 1112018300054

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh video pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada konsep sifat-sifat cahaya. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2016 di SD Dharma Karya UT Pondok Cabe. Dalam penelitian ini terdapat dua sampel, yaitu kelas V-2 sebagai kelas kontrol dan kelas V-3 sebagai kelas eksperimen. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan desain nonequivalent control group dan teknik pengambilan sampel berupa purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes berupa soal pilihan ganda dan instrumen nontes berupa angket. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji Independent Samples T-Test terhadap data posttest pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai Sig. (2-Tailed) sebesar 0,008, terlihat bahwa nilai Sig. (2-Tailed) < 0,05, sehingga H0 ditolak. Artinya,

video pembelajaran terbukti berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Rata-rata kemampuan kognitif siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan video pembelajaran secara signifikan lebih unggul dibanding kelas kontrol pada jenjang kognitif mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Respon siswa terhadap penggunaan video pembelajaran dalam proses pembelajaran IPA pada konsep sifat-sifat cahaya berada dalam kategri sangat baik dengan persentase 82,23.

Kata kunci : video pembelajaran, hasil belajar siswa, angket, sifat-sifat cahaya.

(6)

Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

This research aims to prove the effect of video learning to result of learning students on properties of light concept. The research was conducted on August 2016 in SD Dharma Karya UT Pondok Cabe. This research had two samples, the were V-2 as control class and V-3 as experiment class. The research method was quasi experiment with nonequivalent control group design and the sampling technique was purposive sampling. The instrument divided into two types, test with multiple choice objective test and non-test with questionnaire. Based on hypothesis testing that used Independent Samples T-Test data posttest at the 95% confidence level retrieved Sig. (2-Tailed) amounting to 0,008, Sig. (2-Tailed) < 0,05, so the zero hypothesis was rejected. It means, the video learning was proved influence to learn student result. The average on the skills of cognitive levels students in the experiment class that learning with video learning was significantly better than control class in memorizing (C1), understanding (C2), applying (C3), and analyzing (C4). The student response of video learning form on science learning process of properties of light concept were in very good categories with a percentage of 82,23.

Keywords : Video Learning, student’s learning result, questionnaire, properties of light.

(7)

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Video Pembelajaran

terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Sifat-sifat Cahaya”. Shalawat serta

salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,

beserta keluarga dan sahabatnya yang telah memberikan petunjuk kepada kita

semua sehingga kita dapat merasakan nikmat Iman dan Islam.

Ucapan terima kasih dan penulis haturkan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penelitian ini. Secara khusus, ucapan terima kasih tersebut

disampaikan kepada:

1. Prof. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

yang telah memberikan saran-sarannya.

3. Erina Hertanti, M. Si., selaku dosen pembimbing I atas segala bimbingan,

pengarahan, dan waktu yang diberikan kepada penulis selama proses

pembuatan skripsi ini.

4. Dr. Didi Suprijadi, MM, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan saran dan pengarahan selama proses pembuatan skripsi.

5. Takiddin, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis selama menjadi mahasiswi pendidikan guru

madrasah ibtidaiyah.

6. Pujo Widodo, M.Pd., selaku Wakil Kepala Sekolah SD Dharma Karya UT

Pondok Cabe.

7. M. Zulkarnain Jamil, S. Pd. dan Rita Apriyati, S. Pd. selaku guru kelas V SD

Dharma Karya UT Pondok Cabe.

8. Dewan guru, staf, karyawan, dan siswa-siswi SD Dharma Karya UT Pondok

Cabe, khususnya kelas V-2 dan V-3.

(8)

10. Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda Syahruddin dan Ibunda

Sugiyah, serta adik-adik tersayang Yanuar Dwi Syafitri & Layla Naqiya yang

tiada henti berdoa untuk penulis, yang selalu memberikan dukungan, do’a,

dan bantuan yang tidak dapat terbalaskan oleh apapun. Terima kasih juga

untuk cinta dan kasihnya.

11. Keluarga kecilku, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah 2012, yang

senantiasa berbagi dalam kebersamaan, ilmu, perjalanan dan pengalaman

hebat selama ini.

12. Saudariku, Hj Ebong, Ella, Pipi, Mba Chaul dan seluruh keluarga besar

SCUBOELA, N2R2 tercinta, Ka Laylatul Fajriyah, dan sahabat-sahabat

seperjuangan (Nurhas, Hanna, Meka, Lina, Iik, Mami Tika, Fitri, Uul, Aida),

sahabat kosan tersayang Azizah, Uswah, Nenden, Nada, Ufus serta seluruh

teman-teman yang pernah hadir dan membantu dalam kelancaran penyusunan

skripsi ini.

13. Ka Sinta, Ka Nova, Ka Kiki, Ka Eneng, Ka Rita, Ka Merri, Ka Dilla, Ka

Mutia, Ka Emil, Ka Arini yang selalu menjadi teman sharing mengenai

skripsi

14. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala bentuk bantuan, dorongan, saran, dan bimbingan yang

diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiin. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena

itu, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini

sangat dinantikan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, September 2016

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ... SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ...

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS .. 7

A. Kajian Teoritis ... 7

1. Hakikat Media Pembelajaran ... 7

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 7

b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 8

c. Macam-macam Media Pembelajaran ... 10

2. Hakikat Video Pembelajaran ... 12

a. Pengertian Video Pembelajaran ... 12

b. Karakteristik Media Video ... 13

c. Kelebihan dan Keterbatasan Video ... 14

d. Langkah-langkah Pemanfaatan Video ... 15

(10)

3. Hakikat Hasil Belajar Siswa ... 16

a. Ranah Kognitif ... 17

b. Ranah Afektif ... 19

c. Ranah Psikomotorik ... 21

4. Hakikat Cahaya ... 21

a. Peta Konsep Cahaya ... 21

b. Cahaya dan Sifatnya ... 22

c. Alat-alat Optik ... 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Perumusan Hipotesis ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Metode Penelitian ... 30

C. Desain Penelitian ... 30

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31

E. Variabel Penelitian ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

G. Instrumen Penelitian ... 32

1. Instrumen Tes ... 32

2. Instrumen Nontes ... 34

H. Kalibrasi Instrumen ... 34

1. Kalibrasi Instrumen Tes ... 34

a. Uji Validitas ... 35

b. Uji Reliabilitas ... 36

c. Taraf Kesukaran ... 37

d. Daya Pembeda ... 39

2. Kalibrasi Instrumen Nontes ... 40

I. Teknik Analisis Data ... 41

1. Analisis Data Tes ... 41

(11)

a. Uji Prasyarat Analisis Data Tes ... 41

b. Uji Hipotesis ... 44

c. Hipotesis Statistik ... 47

2. Analisis Data Nontes ... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 49

1. Hasil Pretest ... 49

2. Hasil Posttest ... 50

3. Rekapitulasi Data Hasil Belajar ... 50

a. Hasil Pretest dan Posttest ... 50

b. Kemampuan Berpikir Kognitif ... 51

4. Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 52

a. Uji Normalitas ... 52

b. Uji Homogenitas ... 53

5. Hasil Uji Hipotesis ... 54

6. Hasil Analisis Data Angket ... 55

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

BAB V PENUTUP ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN

(12)

Gambar 2.3 Lampu Kendaraan Bermotor ... 23

Gambar 2.4 Pemantulan Baur dan Teratur ... 24

Gambar 2.5 Skema Kerangka Berpikir ... 29

Gambar 4.1 Diagram Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Kognitif Siswa

pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 52

(13)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Nontes (Angket) ... 34

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 35

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes ... 36

Tabel 3.6 Kategori Reliabilitas ... 37

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 37

Tabel 3.8 Kategori Taraf Kesukaran ... 38

Tabel 3.9 Hasil Uji Taraf Kesukaran ... 38

Tabel 3.10 Kategori Daya Beda ... 39

Tabel 3.11 Hasil Analisis Daya Pembeda Butir Soal ... 40

Tabel 3.12 Uji Validitas Instrumen Nontes ... 40

Tabel 3.13 Kategori Uji Normalitas ... 43

Tabel 3.14 Kategori Uji Homogenitas ... 44

Tabel 3.15 Kategori Angket Siswa ... 47

Tabel 3.16 Kategori Presentase Angket Siswa ... 48

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kelas Hasil Pretest Eksperimen dan Kontrol ... 49

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kelas Hasil Posttest Eksperimen dan Kontrol .... 50

Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 51

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest pada Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 53

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kontrol . 54 Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ... 54

Tabel 4.7 Hasil Angket Respon Siswa terhadap Video Pembelajaran Sifat-sifat Cahaya ... 55

(14)

2. Lembar Kerja Siswa ... 89

3. Print Screen Video Pembelajaran Sifat-sifat Cahaya ... 98

Lampiran B Instrumen Penelitian ... 102

1. Instrumen Tes ... 103

2. Analisis Hasil Uji Instrumen ... 123

a. Uji Validitas Butir Soal ... 123

b. Uji Reliabilitas Instrumen ... 124

c. Uji Taraf Kesukaran ... 124

d. Uji Daya Pembeda ... 126

3. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen ... 127

4. Instrumen Tes Valid (Instrumen Penelitian) ... 129

5. Lembar Jawaban ... 135

6. Instrumen Nontes (Angket) ... 136

7. Lembar Uji Validitas Instrumen Nontes (Angket) ... 137

8. Lembar Validasi Ahli Media ... 139

9. Lembar Validasi Ahli Materi ... 143

Lampiran C Analisis Data Hasil Penelitian ... 145

1. Hasil Pretest ... 146

2. Hasil Posttest ... 147

3. Uji Normalitas Data Ptretest ... 148

a. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ... 148

b. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 148

4. Uji Normalitas Data Posttest ... 149

a. Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ... 149

b. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ... 149

5. Uji Homogenitas Data Pretest ... 150

6. Uji Homogenitas Data Posttest ... 150

(15)

10.Data Presentase Ranah Kognitif ... 154

Lampiran D Surat-surat Penelitian ... 160

1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 161

2. Surat Keterangan Penelitian ... 162

3. Surat Bimbingan Skripsi ... 163

4. Lembar Uji Referensi ... 165

5. Biodata Penulis ... 171

(16)

Salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) adalah Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA). Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam. Ilmu Pengetahuan

Alam terdiri dari fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori

yang merupakan produk dari proses ilmiah. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar

diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri

dan fenomena-fenomena yang terjadi di alam sekitarnya. Pembelajaran IPA

di Sekolah Dasar menekankan pada pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar siswa mampu memahami alam sekitar

melalui proses mencari tahu dan berbuat.

Namun pembelajaran IPA di Sekolah Dasar saat ini seperti yang

diungkapkan oleh Makbulah dalam penelitiannya, yaitu selalu menggunakan

cara menjelaskan konsep dengan ceramah dan penugasan.1 Metode ceramah konvensional tersebut menyebabkan kurang adanya interaksi edukatif antara

guru dengan siswa. Guru hanya berorientasi pada pencapaian materi yang

padat dan harus diselesaikan dalam waktu yang cukup singkat. Apabila siswa

dipaksa untuk selalu menerima materi secara terus menerus, maka siswa akan

merasa jenuh. Kejenuhan siswa dalam belajar akan berakibat fatal, yaitu

rendahnya kemampuan pemahaman terhadap materi pembelajaran yang

disampaikan oleh guru, sehingga hasil belajar siswa tidak akan tercapai secara

optimal.

Berdasarkam hasil observasi dan wawancara terhadap proses

pembelajaran IPA di SD Dharma Karya UT diperoleh informasi, diantaranya

pertama, siswa kurang tertarik pada mata pelajaran IPA, hal ini disebabkan

bahan kajiannya yang banyak, sehingga masih terdapat siswa yang

1

Makbulah, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi SIfat-sifat Cahaya dengan Pendekatan Keterampilan Proses, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012, h. 2

(17)

menganggap mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang sulit, rumit,

banyak hafalan, dan membosankan. Kedua, kurangnya alat peraga dan media

yang mendukung, ditambah lagi penggunaannya yang kurang efektif dan

kurang menarik bagi siswa. Akibatnya siswa kurang paham dengan konsep

yang dijelaskan guru, sehingga gambaran siswa terhadap suatu konsep

menjadi tidak seragam dan pemahaman siswa terhadap konsepnya menjadi

tidak utuh. Ketiga, nilai/hasil belajar IPA masih rendah, ini dapat dilihat dari

ulangan harian siswa sebesar 52% yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) sebesar 70.

Faktor lain yang menyebabkan hasil belajar siswa di bawah nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal ialah tingkat berpikir siswa Sekolah Dasar yang masih

konkret, nyata atau berpikir sesuai dengan peristiwa yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, sedangkan konsep yang terdapat dalam pembelajaran

IPA di Sekolah Dasar merupakan konsep yang abstrak. Salah satu

pembelajaran IPA yang sangat terkait dengan adanya konsep yang abstrak

adalah konsep cahaya. Siswa merasa kesulitan untuk meningkatkan hasil

belajar pada konsep cahaya. Kesulitan yang terjadi karena konsepnya yang

bersifat abstrak serta penggunaan media yang kurang memberikan

pemahaman yang jelas pada siswa. Padahal konsep ini sangat erat

hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Banyak siswa yang masih keliru

ketika ditanya mengenai konsep cahaya. Contohnya ketika mereka ditanya

apakah bulan merupakan sumber cahaya, masih banyak siswa yang

beranggapan bahwa bulan merupakan sumber cahaya dengan alasan bulan

dapat mengeluarkan cahayanya di malam hari.

Dalam penelitiannya Ahmad Syakiri menemukan bahwa siswa juga

beranggapan bahwa terjadinya pelangi disebabkan karena turunnya bidadari

ke Bumi. Hal ini sangat bertentangan dengan tujuan pembelajaran IPA di

Sekolah Dasar, yaitu menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah

(18)

media yang lebih konkrit, tentunya siswa tidak akan keliru lagi dalam

memahami konsep.2

Disinilah guru sebagai fasilitator di dalam kelas, dihadapkan pada

persoalan tentang bagaimana cara menyampaikan materi pembelajaran

kepada siswa agar konsep tersebut dengan mudah dapat diterima dan

dipahami oleh siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, yaitu

menghindari miskonsepsi dalam menyampaikan materi pelajaran guru harus

memilih media pembelajaran yang tepat. Media yang kurang menarik

menyebabkan siswa cepat bosan dan jenuh, maka dari itu penggunaan media

yang tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran memiliki fungsi yang

sangat penting dalam menentukan tercapai atau tidaknya suatu tujuan

pembelajaran. Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan dan kemampuan

yang cukup tentang media pembelajaran.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan video pembelajaran,

yaitu sebuah alat bantu yang dapat menggambarkan sebuah objek bergerak

disertai dengan efek suara.3 Karakteristik dari media video adalah

memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih

realistik. Selain itu, media video sangat berpotensi dalam menarik minat dan

perhatian siswa, karena selain terdapat gambar-gambar (visual) yang menarik

juga terdapat suara (audio) yang membuat siswa lebih semangat untuk

belajar. Karakteristik lain yang dimiliki media video adalah dapat mengatasi

keterbatasan jarak dan waktu.4 Selain itu, dengan tampilan video yang menarik ditambah penjelasan yang sesuai akan menyeragamkan gambaran

siswa terhadap fenomena yang terjadi.

Berdasarkan karakteristik media video tersebut, maka

fenomena-fenomena pada konsep sifat-sifat cahaya yang konsepnya masih bersifat

2

Ahmad Syakiri, Penggunaan Media Internet untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Cahaya di Kelas V, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, 2013, h.3

3

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 49 4

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Referensi GP Persada Press, 2010), h. 127

(19)

abstrak dapat dijelaskan. Misalnya ketika menjelaskan fenomena sifat-sifat

cahaya, melalui video pembelajaran dapat ditampilkan proses cahaya

merambat lurus, yaitu menampilkan kondisi cahaya pada saat memancarkan

sinarnya yang merambat lurus. Fenomena ini dapat disajikan pada siswa

melalui video pembelajaran yang bergambar dan bersuara. Media yang

bergambar dan bersuara (video) dapat membantu pembelajaran yang

membutuhkan demonstrasi yang sulit menjadi mudah, sehingga pada waktu

mengajar guru lebih mudah menyajikan konsep. Demonstrasi yang sulit bisa

dipersiapkan dan direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru

bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya.

Selain menampilkan proses cahaya merambat lurus, pada video dapat

juga ditampilkan sifat-sifat cahaya yang lain, yaitu cahaya menembus benda

bening, cahaya dapat dipantulkan, dan cahaya dapat dibiaskan. Materi

sumber-sumber cahaya dan alat-alat optik juga cocok disampaikan dengan

menggunakan video, karena dapat mengembangkan imajinasi siswa dan

memberikan gambaran yang lebih realistis.

Penggunaan media pembelajaran video ini diharapkan dapat memberikan

suatu proses pembelajaran yang baru dan menyenangkan bagi siswa,

khususnya dalam mempelajari konsep sifat-sifat cahaya. Berdasarkan latar

belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

Pengaruh Video Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep

Sifat-sifat Cahaya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

beberapa permasalahan diantaranya:

1. Hasil belajar IPA siswa belum memuaskan, terlihat dari hasil belajar

siswa sebesar 52% yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(20)

2. Pengajaran IPA di sekolah yang cenderung bersifat konvensional,

sehingga sering mengabaikan pemahaman siswa pada materi yang telah

dipelajari dan dapat menimbulkan kesalahan konsep (miskonsepsi).

3. Guru tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat, sehingga siswa

kurang berminat dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Pemahaman pada pembelajaran IPA yang bersifat abstrak masih rendah,

salah satunya yaitu pada konsep sifat-sifat cahaya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi masalah pada

hasil belajar siswa. Pengukuran hasil belajar dalam penelitian ini hanya

berorientasi pada ranah kognitif yang merujuk Taksonomi Bloom. Ranah

kognitif yang diukur pada penelitian ini meliputi ingatan (C1), pemahaman

(C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Pada penelitian ini untuk mengatasi

masalah sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa akan digunakan

video pembelajaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan

masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah penggunaan video pembelajaran terbukti berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa pada konsep sifat-sifat cahaya?

2. Bagaimana hasil belajar siswa di setiap ranah kognitif setelah diberi

perlakuan menggunakan video pembelajaran?

3. Bagaimana respon siswa terhadap video pembelajaran dalam

(21)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk membuktikan adanya pengaruh video pembelajaran terhadap hasil

belajar siswa pada konsep sifat-sifat cahaya.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa di setiap ranah kognitif setelah

diberi perlakuan menggunakan video pembelajaran.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap video pembelajaran pada

konsep sifat-sifat cahaya.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sejumlah manfaat khususnya dalam dunia pendidikan,

diantaranya:

1. Memberikan informasi mengenai pemilihan media yang tepat dalam

melaksanakan pembelajaran konsep sifat-sifat cahaya.

2. Memberikan informasi dalam pengembangan media pembelajaran,

(22)

1. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari

kata medium Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau

pengantar.1 Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Menurut M. Miftah dalam jurnalnya, media adalah suatu alat atau

sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran

atau jembatan dalam kegiatan komunikasi (penyampaian dan

penerimaan pesan) antara komunikator (penyampai pesan) dan

komunikan (penerima pesan). Sedangkan istilah pembelajaran adalah

upaya untuk membelajarkan pebelajar. Membelajarkan berarti usaha

membuat seseorang belajar. Dalam upaya pembelajaran terjadi

komunikasi antara pebelajar (siswa) dengan guru, sehingga proses

pembelajaran seperti ini adalah sebagai bagian proses komunikasi antar

manusia (dalam hal ini yaitu antara pembelajar dan pebelajar). Jadi

pengertian media pembelajaran secara singkat dapat dikemukakan

sebagai sesuatu (bisa berupa alat, bahan, atau keadaan) yang digunakan

sebagai perantara komunikasi dalam kegiatan pembelajaran.2

Selain itu Yudhi Munadi mengatakan media pembelajaran dapat

dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan

menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta

1

Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 6

2

M. Miftah, Fungsi dan Peran Media Pembelajaran sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Belajar Siswa, Kwangsan Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol I No 2, Desember 2013 h. 97-98

(23)

lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat

melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.3

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar

dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan

sempurna.

b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Keberadaan media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses

belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri.

Guru sadar bahwa tanpa bantuan media, maka materi pembelajaran

sukar untuk dicerna dan dipahami oleh siswa, terutama materi

pembelajaran yang rumit dan komplek. Setiap materi pembelajaran

mempunyai tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada bahan

pembelajaran yang memerlukan media pembelajaran. Berikut ini

beberapa fungsi dan peran media pembelajaran menurut Wina Sanjaya,

yaitu4:

1) Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu;

2) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu; dan

3) Menambah gairah dan motivasi belajar siswa.

4) Media pembelajaran memiliki nilai praktis sebagai berikut:

a) Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki

siswa;

b) Media dapat mengatasi batas ruang kelas;

c) Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara

peserta dengan lingkungan;

3

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: GP Press Group, 2013), h. 8

4

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet ke-4, h. 210

(24)

d) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan

tepat;

e) Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan;

f) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta

untuk belajar dengan baik;

g) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru;

h) Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa; dan

i) Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari

hal-hal yang konkret sampai yang abstrak.

Encyclopedia of Educational Research dalam Hamalik merincikan

manfaat media pendidikan sebagai berikut5:

1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir sehingga

mengurangi verbalisme;

2) Memperbesar perhatian siswa;

3) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,

sehingga membuat pelajaran lebih mantap;

4) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri di kalangan siswa;

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama melalui

gambar hidup; dan

6) Membantu tumbuhnya pengertian yang tidak mdah diperoleh dengan

cara lain dan membantu efisiensi serta keragaman yang lebih banyak

dalam belajar.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi dan manfaat

media pembelajaran ialah:

1) Mengatasi batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan

inderawi;

2) Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu;

3) Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan;

5

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Manual dan Digital,

(Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), Cet ke-1 Edisi Kedua, h. 23

(25)

4) Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk

belajar dengan baik;

5) Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal

yang konkret sampai yang abstrak; dan

6) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, terutama melalui

gambar hidup.

c. Macam-Macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang paling

sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat

dibuat oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi pabrik. Ada yang

sudah tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada

yang sengaja dirancang. Media yang telah dikenal dewasa ini tidak

hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Semua ini akan

dijelaskan pada pembahasan berikut:

1) Media audio

Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang

disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik

verbal maupun nonverbal.6 Jenis-jenis media yang termasuk media audio adalah program radio dan program media rekam (software),

yang disalurkan melalui hardware seperti radio dan alat-alat

perekam seperti phonograph record (disc recording), audio tape

(tape recorder) yang menggunakan pita magnetik (cassette), dan

compact disc.7

2) Media Visual

Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara.8 Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slide (film bingkai),

foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang

(26)

menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu,

dan film kartun.9 3) Media Audiovisual

Media audiovisual adalah media yang melibatkan indra

pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Sifat

pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan

verbal dan non verbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan

verbal dan non verbal yang terdengar layaknya media audio di atas.10 Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena

meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua.11 Media ini dibagi lagi ke dalam12:

a) Audiovisual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan

gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film

rangkai suara, dan cetak suara.

b) Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur

suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video

cassette.

4) Multimedia

Multimedia yaitu media yang melibatkan berbagai indera dalam

sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam media ini adalah

segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa

melalui komputer dan internet, bisa juga melalui pengalaman berbuat

dan pengalaman terlibat. Termasuk dalam pengalaman berbuat

adalah lingkungan nyata dan karyawisata; sedangkan termasuk

dalam pengalaman terlibat adalah permainan dan simulasi, bermain

peran dan forum teater.13

9

Syaiful Bahri Djaramah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2010), Cet ke-4, h. 124

10

Yudhi Munadi, Loc. Cit

11

Syaiful Bahri Djaramah dan Aswan Zain, Loc. Cit

12

Ibid.

13

Yudhi Munadi, Op. Cit., h. 57

(27)

2. Hakikat Video Pembelajaran a. Pengertian Video Pembelajaran

Video sebagai media audio visual yang menampilkan gerak,

semakin lama semakin popular dalam masyarakat kita. Pesan yang

disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita maupun

fiktif (seperti misalnya cerita), bisa bersifat informatif, edukatif,

maupun instruksional.14

Bambang memaparkan bahwa media video adalah media visual

gerak (motion pictures) yang dapat diatur percepatan gerakannya (gerak

dipercepat atau diperlambat). Hal ini memungkinkan media video

efektif bila digunakan untuk membelajarkan pengetahuan yang

berhubungan dengan unsur gerak (motion). Misalnya pada mata

pelajaran fisika, dapat digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang

berhubungan dengan gerak, seperti gerak partikel pada peristiwa

konduksi,konveksi, gerak jatuh bebas, dan lain sebagainya.15

Menurut Paul Bosner dalam Warsita menjelaskan bahwa video

pembelajaran merupakan aplikasi dari berbagai metode dan teknologi

audiovisual yang dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran. Media

video telah terbukti memiliki kemampuan yang efektif (penetrasi lebih

dari 70%) untuk menyampaikan informasi, hiburan, dan pendidikan.

Dengan demikian, salah stau media pembelajaran yang efektif dan

efisien dalam pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran adalah

media video pembelajaran. Media video pembelajaran adalah program

video yang dirancang, dikembangkan, dan digunakan untuk mencapai

tujuan pembelajaran.16

Menurut Arsyad, media video merupakan sebuah alat bantu yang

dapat menggambarkan sebuah objek bergerak disertai dengan efek

14

Arief S. Sadiman, dkk., Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h. 74

15

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: RIneka Cipta, 2008), h. 30

16

Ibid.,h. 30

(28)

suara. Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan

dikombinasikan dengan suara, menjadikan media ini memiliki daya

tarik bagi siswa selama belajar.17

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media video

merupakan serangkaian gambar bergerak dan juga dilengkapi dengan

suara, yang dijadikan alat bantu belajar bagi siswa dalam pencapaian

kompetensi dan tujuan pembelajaran. Media ini memberikan efek

terhadap pendengaran dan penglihatan, sehingga membuat siswa lebih

tertarik untuk mengikuti kegiatan belajar.

b. Karakteristik Media Video

Seperti halnya media lain, video sebagai salah satu jenis media

audiovisual juga memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik video

banyak kemiripannya dengan media film, diantaranya adalah18: 1) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu;

2) Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan;

3) Pesan yang disampaikannya cepat dan mudah diingat;

4) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa;

5) Mengembangkan imajinasi siswa;

6) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang

lebih realistis;

7) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang;

8) Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan, mampu

menunjukkan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan respon

yang diharapkan dari siswa;

9) Semua siswa dapat belajar dari video, baik yang pandai maupun

yang kurang pandai; dan

10) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

17

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 49 18

Yudhi Munadi, Op. Cit., h. 127

(29)

c. Kelebihan dan Keterbatasan Video

Kelebihan yang diperoleh dengan menggunakan video

pembelajaran sebagai media pembelajaran antara lain19:

1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari

rangsangan luar lainnya;

2) Dengan alat pita video sejumlah besar penonton dapat memperoleh

informasi dari ahli-ahli/ spesialis;

3) Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan direkam sebelumnya,

sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian

pada penyajiannya;

4) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang;

5) Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang sedang

bergerak atau objek yang berbahaya seperti harimau;

6) Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan

disisipi komentar yang akan didengar;

7) Gambar proyeksi biasa di-“beku”-kan untuk diamati dengan

seksama. Guru bisa mengatur dimana dia akan menghentikan

gerakan gambar tersebut, kontrol sepenuhnya di tangan guru; dan

8) Ruangan tak perlu digelapkan waktu menyajikannya.

Berdasarkan uraian dapat disimpulkan bahwa kelebihan

menggunakan video adalah dapat menampilkan suatu proses atau

peristiwa secara jelas sehingga dapat menarik perhatian siswa dan

menjadi pusat perhatian saat proses pembelajaran berlangsung.

Selain memiliki kelebihan, video pun tidak luput dari kekurangan.

Keterbatasan dalam menggunakan video pembelajaran menurut Cecep

Kustandi ialah20:

1) Pengadaan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu

yang banyak;

19

Arief S. Sadiman, dkk., Op. cit., h. 74 20

Cecep Kustandi dan Bambang Sutjipto, Op. cit., h. 65

(30)

2) Pada saat video dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus

sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang

ingin disampaikan melalui video tersebut; dan

3) Video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan

tujuan belajar yang diinginkan, kecuali video itu dirancang dan

diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.

Selain itu Munadi menyebutkan beberapa keterbatasan video yakni

media ini terlalu menekankan pentingnya materi ketimbang proses

pengembangan materi tersebut. Dilihat dari ketersediaannya, masih

sedikit sekali video di pasaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

di sekolah. Disisi lain, produksi video sendiri membutuhkan waktu dan

biaya yang cukup banyak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kekurangan atau keterbatasan video

pembelajaran terletak pada proses pembuatannya yang membutuhkan

waktu lama dan jika video yang ingin digunakan harus sesuai dengan

kebutuhan maka video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk

kebutuhan sendiri.

d. Langkah-Langkah Pemanfaatan Video

Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya

memperhatikan hal-hal berikut21:

1) Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan

pembelajaran. Hubungan program video dengan tujuan

pembelajaran menurut Anderson, yaitu:

a) Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan untuk

hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal kembali dan

kemampuan memberikan rangsangan berupa gerak yang serasi.

Umpamanya, pengamatan terhadap kecepatan relatif suatu objek

atau benda yang bergerak, penyimpangan dalam gerak interaksi

21

Yudhi Munadi, Op. Cit., h. 127

(31)

antara objek dan benda. Mengajarkan pengenalan makna sebuah

konsep serta mengajarkan aturan-aturan dan nilai;

b) Pemakaian video untuk tujuan psikomotorik dapat digunakan

untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak. Melalui

media ini, siswa dapat langsung mendapat umpan balik secara

visual terhadap kemampuan mereka mencobakan keterampilan

yang menyangkut gerakan tadi; dan

c) Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat

menjadi media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap

dan emosi seseorang.

2) Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih

dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajaran.

3) Sesudah program video dipertunjukkan, perlu diadakan diskusi,

yang juga perlu dipersiapkan sebelumnya. Di sini siswa melatih diri

untuk mencari pemecahan masalah, membuat dan menjawab

pertanyaan.

4) Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali atau

lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu.

5) Agar siswa tidak memandang program video sebagai media

hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk memperhatikan

bagian-bagian tertentu.

6) Sesudah itu dapat dites berapa banyakkah yang dapat mereka

tangkap dari program video itu.

3. Hakikat Hasil Belajar Siswa

Menurut Ahmad Susanto makna hasil belajar yaitu

perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar.22 Sudjana menyebutkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

22

Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenadamedia, 2015), Cet ke-3, h. 5

(32)

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward

Kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni: Keterampilan dan

kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita.

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan

dalam kurikulum.23

Selain itu, hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak

belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.24

Soediarto mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan

suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program

pembelajaran sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.25

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perubahan perilaku, bertambahnya pengetahuan, dan kemampuan

keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar

mengajar yang diberikan guru sehingga siswa menjadi lebih baik lagi dari

sebelumnya. Pada hakikatnya kemampuan-kemampuan tersebut berupa

perubahan tingkah laku yang berdasarkan klasifikasi Bloom yaitu

mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental

(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak

adalah termasuk dalam ranah kognitif.26 Kategori-kategori dalam ranah kognitif ini adalah27:

23

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 2008) Cet ke-11, h. 22

24

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), Cet. 4, h. 3

25

Etin Solihatin, Strategi Pembelajaran PPKN, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 6 26

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), Cet ke-13, h. 49

27

Lorin W Anderson dan David R. Krathwohl, Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Cet ke-1, h. 99

(33)

1) Mengingat (Knowledge)

Mengingat adalah mengambil pengetahuan dari memori jangka

panjang. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah mengenali

(mengidentifikasi) dan mengingat kembali (mengambil). Proses

mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari

memori jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi

yang baru saja diterima. Sedangkan proses mengingat kembali

adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka

panjang ketika soalnya menghendaki demikian.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami adalah mengkontruksi makna dari materi

pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar

oleh guru. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah menafsirkan,

mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan,

membandingkan, dan menjelaskan.

3) Mengaplikasikan (Application)

Proses kognitif mengaplikasikan melibatkan penggunaan

prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau

menyelesaikan masalah. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua

proses kognitif, yakni mengeksekusi dan mengimplementasikan.

4) Menganalisis (Analysis)

Menganalisis adalah memecah-mecah materi jadi bagian-bagian

penyusunannya menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu

dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan

struktur atau tujuan. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah

membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.

5) Mengevaluasi (Evaluation)

Mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan kriteria

(34)

dan mengkritik. Memeriksa ini dengan cara mengkoordinasi,

mendeteksi, memonitor, dan menguji.

6) Mencipta

Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk

sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk

yang orisinal. Proses kognitif yang dilakukan siswa adalah

merumuskan atau membuat hipotesis, merencanakan atau

mendesain, dan memproduksi atau mengkontruksi.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.

Dalam ranah sikap itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yakni: (1)

menerima atau memerhatikan (receiving atau attending), (2) merespons

atau menanggapi (responding), (3) menilai atau menghargai (valuing),

(4) mengorganisasikan atau mengelola (organization), dan (5)

berkarakter (characterization).28 Berikut ini penjelasan masing-masing proses berpikir afektif, yakni29:

1) Kemampuan Menerima

Kemampuan menerima adalah kepekaan seseorang dalam

menerima rangsangan atau stimulus dari luar yang datang kepada

dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.

Kemampuan menerima atau memerhatikan terlihat dari kemauan

untuk memerhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Contoh hasil

belajar afektif jenjang menerima adalah peserta didik menyadari

bahwa disiplin wajib ditegakkan, sifat malas dan tidak disiplin harus

disingkirkan jauh-jauh.

2) Kemampuan Merespons

Kemampuan merespons adalah kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam

28

Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Baru, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), Cet ke-3, h. 105

29

Ibid.

(35)

fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah

satu cara. Kemampuan merespons juga dapat diartikan kemampuan

menunjukkan perhatian yang aktif, kemampuan melakukan sesuatu,

dan kemampuan menanggapi. Contoh hasil belajar ranah afektif

jenjang menanggapi adalah peserta didik tumbuh hasratnya untuk

mempelajari lebih jauh atau menggali lebih dalam lagi tentang

konsep disiplin.

3) Kemampuan Menilai

Kemampuan menilai adalah kemampuan memberikan nilai atau

penghargaan terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila

kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian

atau penyesalan. Contoh hasil belajar afektif jenjang valuing adalah

tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik untuk berlaku

disiplin, baik di sekolah, rumah maupun masyarakat.

4) Kemampuan Mengatur atau Mengorganisasikan

Kemampuan mengatur atau mengorganisasikan artinya

kemampuan mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk

nilai baru yang lebih universal, yang membawa kepada perbaikan

umum. Contoh hasil belajar afektif jenjang kemampuan

mengorganisasikan adalah peserta didik mendukung penegakan

disiplin.

5) Kemampuan Menerima

Kemampuan berkarakter (characterization) atau menghayati

adalah kemampuan memadukan semua sistem nilai yang telah

dimiliki seseorang yang memengaruhi pola kepribadian dan tingkah

lakunya. Contoh hasil belajar afektif jenjang kemampuan berkarakter

adalah peseta didik menjadikan nilai disiplin sebagai pola pikir

(36)

c. Ranah Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan

(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan

keterampilan, yakni30:

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar);

2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;

3) Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual,

membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;

4) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan

ketepatan;

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai

pada keterampilan yang kompleks; dan

6) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive

seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di

antara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai

oleh para guru di sekolah. Hal ini dikarenakan ranah kognitif berkaitan

dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan

pengajaran.31

4. Hakikat Cahaya

a. Peta Konsep Cahaya

Cahaya merupakan salah satu bentuk energi. Cahaya mempunyai

peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Cahaya membuat

dunia ini terang benderang. Pada penelitian ini, pembahasan yang akan

dipelajari ialah sifat-sifat cahaya dan alat-alat optik yang memanfaatkan

sifat-sifat cahaya tersebut. Untuk lebih jelasnya, peta konsep sifat-sifat

cahaya dapat dilihat pada gambar 2.1.

30

Nana Sudjana, Op. Cit., h. 30

31

Ibid., h. 23

(37)

Gambar 2.1. Peta Konsep Sifat-sifat Cahaya

b. Cahaya dan Sifatnya

Cahaya dapat berasal dari matahari, lampu, senter, dan lain

sebagainya. Benda-benda yang dapat memancarkan cahaya sendiri

disebut sumber cahaya. Benda-benda yang tidak memancarkan cahaya

sendiri disebut benda gelap. Sumber cahaya yang kita lihat sehari-hari

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu32:

1) Sumber cahaya alami, misalnya matahari dan bintang-bintang di

angkasa.

2) Sumber cahaya buatan, sumber cahaya yang diciptakan manusia,

misalnya lampu pijar atau lampu tabung (tube lamp).

Cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya mempunyai

sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat-sifat cahaya banyak manfaatnya bagi kehidupan.

Sifat-sifat cahaya yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah cahaya

merambat lurus, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat

dipantulkan, dan cahaya dapat dibiaskan.

1) Cahaya Merambat Lurus

Cahaya merambat mengikuti garis lurus. Cahaya yang masuk

lewat celah-celah jendela akan mengikuti garis lurus. Sifat cahaya

32

Agus Sugianto, dkk, Pembelajaran IPA MI, (Bandung: UPI PRESS, 2009), h. 13 Cahaya

Sifat

Merambat lurus

Dapat dipantulkan Menembus benda bening

Alat Optik

Dapat dibiaskan

Memiliki Dimanfaatkan untuk membuat

Antara lain Seperti Lup

Mikroskop

Kamera

Periskop Teleskop

Dapat diuraikan

(38)

yang merambat lurus ini, kemudian dimanfaatkan oleh manusia

dengan menerapkan prinsip tersebut pada lampu senter dan lampu

kendaraan bermotor.33 Seperti terlihat pada gambar 2.2 dan 2.3.

Gambar 2.2 Sorotan Lampu Senter

Gambar 2.3 Lampu Kendaraan Bermotor

2) Cahaya Menembus Benda Bening

Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda

dibedakan menjadi dua, yaitu benda tembus cahaya dan benda tidak

tembus cahaya. Benda tembus cahaya dapat meneruskan cahaya

yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca dan

gelas bening. Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan

cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda ini akan

membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya, yaitu

karton, kertas, kayu, batu, dan hewan.34

3) Cahaya Dapat Dipantulkan

Ketika cahaya mengenai permukaan yang licin, seperti cermin

datar,cahaya akan dipantulkan. Cermin datar akan memantulkan

sinar pada satu arah saja. Perhatikanlah gambar 2.4 (a).

Permantulan cermin ini disebut pemantulan teratur. Akan tetapi,

jika cahaya mengenai permukaan kasar, pantulan cahayanya akan

33

Neti Lim, Linda, dan Yuliari, Panduan Belajar dan Evaluasi IPA, (Jakarta: Grasindo, 2009), h. 80

34

Ita Syuri dan Nurhasanah, Next Step IPA Aktif 5, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 168

(39)

terhambur ke segala arah. Pemantulan cahaya seperti ini disebut

pemantulan baur. Amatilah gambar 2.4 (b).

Gambar 2.4 Pemantulan Baur dan Teratur

4) Cahaya Dapat Dibiaskan

Pembiasan adalah pembelokan arah penjalaran gelombang

(sinar) karena melewati dua medium yang memiliki kerapatan

berbeda. Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya

saat melewati bidang batas dua medium bening yang berbeda

indeks biasnya.35

Pembiasan cahaya sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari. Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada

kedalaman sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada

pensil yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil

tersebut akan tampak patah.36

5) Cahaya Dapat Diuraikan

Cahaya putih merupakan gabungan dari beberapa cahaya

warna dengan panjang gelombang yang berbeda. Jika cahaya putih

datang dari udara ke prisma kaca, cahaya tersebut akan dibiaskan

oleh prisma kaca hingga terurai menjadi cahaya berwarna, seperti

merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Peristiwa ini

disebut dispersi cahaya.

35

Lina Listiana, Ilmu Pengetahuan Alam 2 Edisi Pertama, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009) h. 6.18

36

Ita Syuri dan Nurhasanah, Op. cit., h. 171

(40)

c. Alat-alat Optik37

Alat optik adalah alat-alat yang digunakan untuk melihat benda.

Ciri alat-alat optik adalah memiliki lensa, ada dua jenis alat optik yaitu

alat optik alami misalnya mata dan alat optik buatan misalnya kaca

pembesar, mikroskop, kamera, teleskop, periskop dan proyektor.

1) Kaca pembesar (Lup)

Kaca pembesar atau luv terdiri dari satu lensa cembung,

fungsinya untuk melihat benda yang kecil.

2) Periskop

Periskop digunakan pada kapal selam. Fungsi utamanya untuk

mengamati keadaan dipermukaan laut dari dalam kapal selam.

3) Mikroskop

Mikroskop digunakan di laboratorium untuk mengamati bakteri

yang sangat kecil. Mikroskop dapat memperbesar bayangan benda

sampai ratusan hingga ribuan kali.

4) Kamera Foto

Kamera adalah alat yang digunakan untuk memotret. Kamera

menggunakan lensa positif.

5) Teleskop

Teleskop atau teropong adalah alat yang digunakan untuk

melihat benda-benda yang sangat jauh, misalnya benda di ruang

angkasa.

6) Periskop

Periskop digunakan oleh para awak kapal selam untuk melihat

benda di permukaan laut.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan media video dapat

disebutkan sebagai berikut:

37

S Rositawati dan Aris Muharam, Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam, (Jakarta: Pusat Perbukuan, 2008), h. 105-111

(41)

1. Syayid Qosim dkk (2015) dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Video Kartun

terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMAN 1 SIKUR Tahun

Ajaran 2014/2015 memberikan informasi bahwa penggunaan video

kartun sebagai salah satu media dalam penerapan pembelajaran berbasis

masalah dapat menarik minat dan merangsang siswa untuk lebih

memperhatikan masalah yang diberikan, sehingga siswa akan lebih

mengerti masalah yang diberikan dan kegiatan pembelajaran lebih

terarah.38

2. Ni Wayan Swintari, Komang Ngurah Wiyasa, dan I Gede Meter (2014)

dalam jurnalnya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Learning

Cycle 5E Berbantuan Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar IPA

Siswa Kelas IV SDN 4 Peliatan Tahun Ajaran 2013/2014 menyimpulkan

bahwa dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan rumus uji-t

ditemukan bahwa thitung = 2,488 > ttabel = 2,021 sehingga terdapat

perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan

media audiovisual dan siswa yang mengikuti model pembelajaran

konvensional pada siswa kelas IV SDN 4 Peliatan tahun pelajaran

2013/2014.39

3. Gustina Betaria Sinaga dan Usler Simarmata (2014) dalam jurnalnya

yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview,

Presentation, Exercise, Summary) Berbantuan Audio Visual terhadap

Hasil Belajar Siswa pada Materi Kalor di Kelas X Semester II SMA N 11

Medan T.P. 2013/2014 memberikan kesimpulan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan model pembelajaran ROPES (Review,

38

Syayid Qosim, dkk, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Video Kartun terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMAN 1 SIKUR Tahun Ajaran 2014/2015, Jurnal Pijar MIPA, Vol X No. 1, 2015, h. 1-5

39

Ni Wayan Swintari, Komang Ngurah Wiyasa, dan I Gede Meter, Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Berbantuan Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 4 Peliatan Tahun Pelajaran 2013/2014, e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, Vol. 2 No.1, 2014, h. 1-12

(42)

Overview, Presentation, Exercise, and Summary) berbantu media audio

visual lebih baik daripada pembelajaran konvensional pada materi kalor

di kelas X semester II SMAN 11 Medan T.P 2013/2014.40

4. Eni Suharwati (2014) dalam jurnalnya yang berjudul Meningkatkan

Minat dan Hasil Belajar Apresiasi Tari Berpasangan Nusantara Melalui

Media Audio Visual pada Siswa Kelas 8 SMP Negeri 3 Petarukan

mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan media audio visual

dapat memberikan gambar nyata dan memberikan kejelasan terhadap

materi yang dipelajari sehingga siswa menjadi lebih tertarik yang

kemudian menumbuhkan minat siswa untuk belajar mengapresiasi tari

berpasangan.41

5. Rina Muktinurasih (2014) dalam jurnalnya yang berjudul Upaya

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Apreasiasi terhadap

Keunikan Seni Musik Daerah Setempat dengan Menggunakan Media

Audio Visual pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Randudongkal

memberikan informasi bahwa nilai yang didapat siswa mengalami

peningkatan di tiap siklusnya setelah menggunakan media audio visual.

Sehingga pembelajaran mengalami keberhasilan yang sangat

signifikan.42

C. Kerangka Berpikir

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang mempelajari

fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan Alam memiliki banyak

karakteristik fenomena, diantaranya fenomena yang bersifat abstrak.

Sementara pada jenjang Sekolah Dasar tingkat berpikir siswa masih bersifat

konkret, dan pada beberapa proses pembelajaran guru hanya

40

Gusnita Betaria Sinaga dan Usler Simarmata, Pengaruh Model Pembelajaran ROPES (Review, Overview, Presentation, Exercise, Summary), Jurnal Inpafi, Vol 2, No. 3, 2014, h. 1-7

41

Eni Suharwati, Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Apresiasi Tari Berpasangan Nusantara Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas 8 SMP Negeri 3 Petarukan, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol 31 No. 2, 2014, h. 93-100

42

Rina Muktinurasih, Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Apreasiasi terhadap Keunikan Seni Musik Daerah Setempat dengan Menggunakan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Randudongkal, Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol 31 No. 2, 2014, h. 133-140

(43)

menyampaikannya melalui bahasa verbal. Akibatnya siswa kurang paham

dengan fenomena-fenomena yang terjadi, sehingga gambaran siswa terhadap

suatu fenomena menjadi tidak seragam. Hal semacam ini dapat menimbulkan

kesalahan konsep (miskonsepsi) pada siswa. Artinya dibutuhkan media

pembelajaran yang dapat membantu guru menyajikan fenomena IPA melalui

gambaran nyata serta dapat menanamkan konsep dengan benar dan tepat.

Pada masalah tersebut di atas, salah satu solusi yang dianggap tepat

untuk mengatasinya adalah menggunakan video pembelajaran. Video

pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan, yaitu dapat memperjelas

hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik. Selain itu,

dengan tampilan video yang menarik ditambah penjelasan yang sesuai, akan

menyeragamkan gambaran siswa terhadap fenomena yang terjadi. Artinya,

melalui video pengamatan siswa terhadap suatu fenomena dapat menjadi

seragam, sehingga pemahaman siswa terhadap konsep menjadi utuh.

Memaksimalkan video sebagai bagian dalam pembelajaran di kelas, menjadi

salah satu alternatif bagaimana siswa dapat memahami konsep yang

dipelajari, sehingga diharapkan dapat meminimalisir miskonsepsi pada siswa.

Dengan demikian, penggunaan video pembelajaran diharapkan dapat

membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Secara keseluruhan

(44)

Gambar 2. 5 Skema Kerangka Berpikir D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian

yang dapat dirumuskan adalah video pembelajaran berpengaruh terhadap hasil

belajar IPA siswa pada konsep sifat-sifat cahaya.

1. Konsep dalam pembelajaran IPA bersifat abstrak. 2. Siswa kesulitan memahami konsep IPA, karena guru

hanya menjelaskan dengan bahasa verbal. 3. Terjadi miskonsepsi pada siswa.

Penggunaan video pembelajaran

1. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran yang lebih realistik.

2. Meminimalisir miskonsepsi pada siswa.

3. Menyeragamkan gambaran siswa terhadap fenomena yang terjadi karena tampilan video yangmenarik.

(45)

Penelitian ini dilaksanakan di SD Dharma Karya UT, yang beralamat di

Jalan Pala Raya No. 3 Pondok Cabe Udik Pamulang Tangerang Selatan.

Penelitian berlangsung pada semester ganjil Tahun Ajaran 2016/2017.

B.Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimen atau

eksperimen semu. Metode kuasi eksperimen yaitu metode penelitian yang

pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel

yang dipandang paling dominan.1 Variabel yang paling dominan ialah yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu video pembelajaran.

C.Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana penelitian

dilaksanakan. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

nonequivalent control group design, dimana penelitian ini dilakukan pada dua

kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain ini

hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain

ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara

random.2 Hal ini dilakukan agar kedua kelompok memiliki homogenitas yang relatif sama. Sebelum diberikan perlakuan, pada kedua kelompok dilakukan

pretest untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa pada konsep yang

bersangkutan, yaitu konsep sifat-sifat cahaya. Selanjutnya keduanya diberikan

perlakuan yang berbeda, yaitu kelompok eksperimen akan diberikan

pembelajaran menggunakan media video, sedangkan kelompok kontrol

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 59

2

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet ke-8, h. 79

(46)

diberikan pembelajaran secara konvensional dengan menggunakan media

powerpoint. Setelah itu pada kedua kelompok akan dilakukan posttest untuk

mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep yang

bersangkutan setelah diberikan perlakuan. Gambaran mengenai desain

penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Kelompok Test awal

Pretest

Perlakuan Test akhir

Postest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan :

O1 : Tes awal (pretest) untuk kelas eksperimen dan kontrol

O2 : Tes akhir (posttest) untuk kelas eksperimen dan kontol

X1 : Perlakuan menggunakan media video

X2 : Perlakuan menggunakan pembelajaran konvensional

D.Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.3 Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SD Dharma Karya UT, sedangkan populasi

terjangkaunya adalah siswa kelas V SD Dharma Karya UT. Sampel adalah

sebagian wakil populasi yang diteliti.4 Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelas V-2 sebagai kelas kontrol dan kelas V-3 sebagai

kelas eksperimen. Penentuan sampel dilakukan dengan memilih dua kelas

yang memiliki kesamaan karakter, baik dari aspek kognitif, afektif, dan

psikomoriknya. Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi terjangkau

melalui teknik cluster sampling (area sampling). Pengambilan sampel dengan

teknik ini digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti

atau sumber data sangat luas.5

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet ke-14, h. 173

4

Ibid.,h. 174 5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet ke-8, h. 83

(47)

E.Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.6 Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian, yaitu satu variabel bebas dan

satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah video

pembelajaran, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa pada

konsep sifat-sifat cahaya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

cara yang digunakan untuk memperoleh data-data empiris yang dapat

digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. Pada penelitian ini terdapat dua

teknik pengumpulan data. Pertama, dengan teknik memberikan tes berupa tes

hasil belajar IPA yang diperoleh dari pelaksanaan pretest dan posttest pada

kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kedua, dengan teknik memberikan

angket respon siswa mengenai penggunaan video pembelajaran pada kelas

eksperimen.

G.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam penelitian

untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.7 Instrumen

yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan nontes.

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan berupa tes objektif soal pilihan ganda

yang mengukur aspek kognitif, meliputi mengingat (C1), memahami (C2),

menerapkan (C3), dan (C4) menganalisis. Soal pilihan ganda adalah bentuk

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet ke-14, h. 38

7

Ibid., h. 102

(48)

tes yang mempunyai satu jawaban yang benar dan paling tepat.8 Kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes

No Indikator Aspek Kognitif Σ

Soal

% Soal

C1 C2 C3 C4

1 Mengidentifikasi

sumber-sumber cahaya.

1*, 2*,

3* 3 soal

6,81 %

2 Menguraikan sifat-sifat

cahaya.

Menunjukkan sifat cahaya dapat merambat lurus dalam kehidupan sehari-hari.

Menunjukkan contoh sifat cahaya menembus benda bening. sifat cahaya yang mengenai cermin.

Menunjukkan sifat cahaya dapat dipantulkan.

Memberi contoh sifat cahaya dapat dibiaskan dalam kehidupan sehari-hari.

8 Menunjukkan sifat cahaya dapat diuraikan 33,

34*, 35

Menjelaskan alat optik dan kegunaannya.

Keterangan: *butir soal yang valid

8

Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), Cet ke-1, h. 97

Gambar

Gambar 2.1. Peta Konsep Sifat-sifat Cahaya
Gambar 2.2 Sorotan Lampu Senter
Gambar 2.4 Pemantulan Baur dan Teratur
Gambar 2. 5 Skema Kerangka Berpikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat-sifat Cahaya Melalui Model Pembelajaran Science, Environment, Technology, And Society

meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan metode inkuiri pada. pembelajaran ipa tentang pokok bahasan sifat-sifat cahaya (Penelitian

Simpulan dari penelitian ini adalah melalui model The Power of Two dapat meningkatkan penerapan konsep sifat-sifat cahaya siswa kelas V SD Angkasa Lanud Adi

Tujuan penelitian ini yaitu (1) mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas V SD

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFE) dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya

video pada siswa kelas V SD Negeri Bangsalan 1, Kecamatan Teras, Kabu-paten Boyolali tahun ajaran 2015/2016. Pada kondisi awal atau pratindakan ketuntasan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada nilai rata-rata pemahaman konsep sifat-sifat cahaya antara kelas eksperimen

Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah sebuah produk media pembelajaran video animasi materi sifat-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar melalui penelitian dan