• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA VARIASI MENGAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI DI KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA VARIASI MENGAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI DI KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL"

Copied!
225
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV

SD NEGERI DI KECAMATAN BOJA

KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

UTAMI KUSUMA ARUM

1401412168

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)

v

“Guru terbaik bukanlah yang hanya bisa menerangkan materi, tetapi guru yang

dapat memberikan motivasi dan tantangan kepada murid-muridnya agar bisa

menjelaskan sendiri” (Ralph Marstone).

“Guru yang mengajar tanpa membangkitkan minat belajar siswanya bagaikan menempa besi dingin” (Horace Manu).

PERSEMBAHAN:

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah

SWT, karya tulis ini penulis persembahkan

untuk:

1. Orang tua tercinta (Ibu Hartini dan

Almarhum Bapak Warsito H.S), terima kasih

telah memberikan segala doa, dukungan,

motivasi dan kasih sayang yang selalu

menyertai setiap langkahku.

(6)

vi

kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Skripsi berjudul “Hubungan antara Variasi Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri di

Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”. Skripsi ini merupakan syarat akademis

dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati

peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk menuntut ilmu di

Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhrudin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan izin penelitian.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang

telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar skripsi

ini.

4. Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan

bimbingan, saran dan selalu memberikan motivasi bagi peneliti.

5. Dra. Sri Susilaningsih, M.Pd. Dosen Pembimbing 2 yang yang telah

memberikan bimbingan, saran dan selalu memberikan motivasi bagi peneliti.

6. Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd. Dosen Penguji.

7. Seluruh Kepala Sekolah Dasar Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja

Kabupaten Kendal yang telah memberi izin melaksanakan penelitian.

8. Seluruh guru kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja

Kabupaten Kendal yang telah membantu peneliti dalam melaksanakan

(7)

vii

yang berlimpah dari Allah SWT. Semoga skripsi yang ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak.

Semarang, 22 Agustus 2016

Peneliti

Utami Kusuma Arum

(8)

viii

Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. A. Zaenal Abidin, M.Pd. dan Dra. Sri Susilaningsih, M.Pd.

Proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal yang dilakukan guru masih monoton dan belum bervariasi mengakibatkan siswa mengalami kejenuhan saat mengikuti proses pembelajaran dan membuat siswa kurang termotivasi dalam belajar.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara variasi mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal yang berjumlah 230 siswa. Sampel diambil sebanyak 40% dari total populasi dengan teknik Proportional Random Sampling, diperoleh 95 siswa. Data diperoleh dengan metode angket sebagai pengumpul data utama. Observasi, wawancara, dan dokumentasi digunakan sebagai data pendukung. Data dianalisis dengan analisis deskriptif dan uji hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi mengajar termasuk dalam kategori baik dengan perolehan skor rata-rata 80,57. Motivasi belajar termasuk dalam kategori tinggi dengan perolehan skor rata-rata 77,39. Hasil uji hipotesis diperoleh lebih besar dari (0,698 > 0,263) termasuk dalam kategori

koefisien korelasi kuat. Dengan demikian, hipotesis “ada hubungan yang

signifikan antara variasi mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas IV SD

Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal” diterima.

Simpulan penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara variasi mengajar dengan motivasi belajar siswa. Saran bagi guru, hubungan variasi mengajar dengan motivasi belajar diharapkan menjadi pertimbangan guru untuk menggunakan variasi mengajar dalam setiap kegiatan pembelajaran.

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori ... 10

2.1.1 Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran ... 10

2.1.1.1 Belajar ... 10

2.1.1.2 Mengajar ... 13

2.1.1.3 Pembelajaran ... 18

2.1.2 Variasi Mengajar ... 22

2.1.2.1 Pengertian Variasi Mengajar ... 22

2.1.2.2 Tujuan Variasi Mengajar... 23

2.1.2.3 Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar ... 25

(10)

x

2.1.3.4 Ciri-ciri Motivasi Belajar ... 40

2.1.3.5 Bentuk-bentuk Motivasi ... 42

2.1.4 Hubungan antara Variasi Mengajar dengan Motivasi Belajar ... 45

2.2 Kajian Empiris ... 47

2.3 Kerangka Berpikir ... 50

2.4 Hipotesis ... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 54

3.2 Prosedur Penelitian ... 54

3.3 Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 55

3.3.1 Subjek Penelitian ... 55

3.3.2 Lokasi Penelitian ... 55

3.3.3 Waktu Penelitian ... 55

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 55

3.4.1 Populasi Penelitian... 55

3.4.2 Sampel Penelitian ... 56

3.5 Variabel Penelitian... 58

3.5.1 Variabel Independen ... 58

3.5.2 Variabel Dependen ... 59

3.5.3 Definisi Operasional Variabel ... 59

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 60

3.6.1 Angket (Kuesioner) ... 61

3.6.2 Wawancara ... 61

3.6.3 Observasi ... 62

3.6.4 Dokumentasi ... 62

3.7 Uji Coba Instrumen, Validitas, Reliabilitas ... 63

(11)

xi

3.8.1.1 Analisis Deskriptif ... 68

3.8.2 Uji Prasyarat Analisis ... 70

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 70

3.8.2.2 Uji Linieritas ... 71

3.8.3 Analisis Data Akhir ... 71

3.8.3.1 Analisis Uji Hipotesis ... 71

3.8.3.2 Uji Sigifikansi ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 74

4.1.1 Analisis Deskriptif Data Hasil Penelitian ... 74

4.1.1.1 Analisis Deskriptif Variasi Mengajar ... 74

4.1.1.2 Analisis Deskriptif Motivasi Belajar ... 86

4.1.2 Uji Prasyarat Analisis ... 98

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 98

4.1.2.2 Uji Linieritas ... 99

4.1.3 Uji Hipotesis ... 100

4.1.3.1 Uji Korelasi ... 101

4.1.3.2 Uji Signifikansi ... 102

4.2 Pembahasan ... 103

4.2.1 Pemaknaan Temuan ... 103

4.2.1.1 Hasil Analisis Variasi Mengajar ... 103

4.2.1.2 Hasil Analisis Motivasi Belajar ... 108

4.2.1.3 Hasil Analisis Hubungan antara Variasi Mengajar dengan Motivasi Belajar ... 113

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 116

4.2.2.1 Implikasi Teoretis ... 116

(12)

xii

5.2.1 Bagi Guru... 119

5.2.2 Bagi Siswa ... 119

5.2.3 Bagi Sekolah ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(13)

xiii

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 56

Tabel 3.2 Data Pengambilan Sampel Penelitian ... 58

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Variasi Mengajar ... 65

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ... 66

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas ... 68

Tabel 3.6 Pedoman pemberian skor instrumen ... 68

Tabel 3.7 Kategori Variasi Mengajar dan Motivasi Belajar Siswa ... 70

Tabel 3.8 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ... 72

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Angket Variasi Mengajar Guru Kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 74

Tabel 4.2 Skor Rata-rata Setiap Indikator Angket Variasi Mengajar ... 76

Tabel 4.3 Hasil Observasi Variasi Mengajar Guru Kelas IV SD Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 77

Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Indikator Variasi Suara ... 78

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Indikator Pemusatan Perhatiasn Siswa ... 79

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Kesenyapan ... 80

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Mengadakan Kontak Pandang ... 81

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Indikator Gerakan Badan dan Mimik ... 82

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Indikator Perubahan Posisi Guru ... 83

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Indikator Variasi Penggunaan Alat Bantu Pengajaran ... 84

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Indikator Variasi Pola Interaksi ... 85

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Angket Motivasi Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 86

(14)

xiv

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Indikator Ulet Menghadapi Kesulitan ... 91

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Indikator Menunjukkan Minat Terhadap Bermacam-macam Masalah ... 92

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Indikator Lebih Senang Bekerja Mandiri ... 93

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Indikator Cepat Bosan pada Tugas-tugas Yang Rutin ... 94

Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Indikator Dapat Mempertahankan Pendapat 95 Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Indikator Tidak Mudah Melepaskan Hal Yang Diyakini ... 96

Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Indikator Senang Mencari dan Memecahkan Soal-soal ... 97

Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas ... 98

Tabel 4.24 Hasil Uji Linieritas ... 100

(15)

xv

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 52

Gambar 4.1 Diagram Hasil Angket Variasi Mengajar ... 75

Gambar 4.2 Diagram Hasil Angket Motivasi Belajar ... 87

(16)

xvi

Lampiran 1 Hasil Wawancara Pra Penelitian ... 124

Lampiran 2 Kisi-kisi Angket Uji Coba ... 126

Lampiran 3 Angket Uji Coba ... 128

Lampiran 4 Lembar Angket Uji Coba ... 137

Lampiran 5 Tabulasi Data Uji Coba AngketVariabel Variasi Mengajar ... 140

Lampiran 6 Tabulasi Data Uji Coba Angket Variabel Motivasi Belajar ... 141

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Angket Variabel Variasi Mengajar ... 142

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Angket Variabel Motivasi Belajar ... 143

Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Angket Variasi Mengajar dan Motivasi Belajar ... 144

Lampiran 10 Kisi-Kisi Angket Penelitian ... 145

Lampiran 11 Angket Penelitian ... 147

Lampiran 12 Lembar Angket Penelitian ... 154

Lampiran 13 Rekapitulasi Data Hasil Analisis Deskriptif Angket Variabel Variasi Mengajar ... 156

Lampiran 14 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Variasi Mengajar Tiap Indikator ... 159

Lampiran 15 Rekapitulasi Data Hasil Analisis Deskriptif Angket Variabel Motivasi Belajar ... 163

Lampiran 16 Hasil Analisis Deskriptif Variabel Motivasi Belajar Tiap Indikator ... 166

Lampiran 17 Kisi-kisi Observasi ... 170

Lampiran 18 Lembar Observasi ... 171

Lampiran 19 Lembar Hasil Observasi ... 175

Lampiran 20 Rekapitulasi Data Hasil Observasi Variabel Variasi Mengajar 178 Lampiran 21 Rekapitulasi Data Hasil Observasi Variabel Motivasi Belajar 179

(17)

xvii

Lampiran 27 Hasil Uji Normalitas ... 185

Lampiran 28 Hasil Uji Linieritas ... 186

Lampiran 29 Hasil Uji Korelasi ... 187

Lampiran 30 Daftar Responden Uji Coba Angket ... 188

Lampiran 31 Daftar Sampel Siswa Kelas IV SD Negeri Gugus Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal ... 189

Lampiran 32 Surat Ijin Penelitian ... 190

Lampiran 33 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 198

(18)

1

1.1

LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas

sumber daya manusia, karena dengan adanya pendidikan akan meningkatkan

dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang dapat menjamin

kelangsungan hidup suatu negara. Undang-undang No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Sisdiknas 2011:3).

Salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan dapat dilihat dari

bagaimana proses pembelajaran yang terjadi antara pendidik dengan peserta

didik di sekolah. Guru sebagai pendidik sesuai dalam Undang-Undang

Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab XI tentang Pendidik dan Tenaga

Kependidikan pasal 39 menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga

profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan

pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat,

(19)

dijelaskan bahwa kewajiban bagi seorang pendidik adalah menciptakan

suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan

dialogis (Sisdiknas 2011:27).

Peran guru sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Seorang

guru perlu menyiapkan siswa sebaik mungkin untuk siap menerima dan

mengikuti proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan belajar yang

telah ditetapkan. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru hendaknya

dapat menarik perhatian siswa dan membangkitkan semangat siswa untuk

selalu berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Hal tersebut membutuhkan

kemampuan khusus guru dalam mengajar yaitu penggunaan variasi mengajar.

Usman (2013:84) menjelaskan bahwa variasi dalam pembelajaran

merupakan suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar

mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga dalam

situasi belajar mengajar, murid senantiasa menunjukkan ketekunan,

antusiasme, serta penuh partisipasi. Kurangnya keterampilan mengadakan

variasi dalam proses pembelajaran akan menimbulkan kebosanan dan

kejenuhan pada siswa dalam kegiatan belajar.

Faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan

belajar yang monoton akan mengakibatkan perhatian, motivasi, dan minat

siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun (Hasibuan 2012:64).

Dalam kondisi tersebut, dengan adanya variasi yang dilakukan guru dalam

proses pembelajaran, diharapkan akan mengatasi kebosanan dan kejenuhan

(20)

Selain untuk mengatasi kebosanan pada siswa, penggunaan variasi

dalam mengajar akan meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi,

memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat peserta didik, memupuk

perilaku positif peserta didik terhadap pembelajaran, dan memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemampuannya (Mulyasa 2011:78). Variasi dalam

kegiatan pembelajaran penting untuk dilakukan seorang guru dalam proses

pembelajaran untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan

dan tidak membosankan untuk siswa.

Pembelajaran yang menyenangkan dengan penggunaan variasi

mengajar yang dilakukan guru, diharapkan dapat merangsang dan

menumbuhkan motivasi belajar pada siswanya agar proses pembelajaran

berlangsung efektif dan efisien dalam mencapai tujuan belajar. Dengan

adanya motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa dalam proses

pembelajaran akan meningkatkan intensitas siswa dalam belajar, sehingga

prestasi belajar yang akan dicapai dapat meningkat dan tujuan belajar dapat

tercapai.

Sardiman (2012:75) menyatakan bahwa motivasi dalam kegiatan

belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga

(21)

dalam diri seseorang dapat membantu dalam memahami dan menjelaskan

perilaku individu, termasuk perilaku individu yang sedang belajar.

Uno (2015:27) menyatakan ada beberapa peranan penting dari motivasi

dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam menentukan hal-hal yang

dapat dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan belajar yang hendak

dicapai, menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan

menentukan ketekunan belajar. Dengan adanya motivasi belajar dalam diri

siswa, akan mendorong siswa tersebut untuk meningkatkan prestasi dalam

kegiatan belajar.

Berdasarkan hasil laporan beberapa lembaga internasional,

menunjukkan prestasi dan perkembangan kualitas pendidikan di Indonesia

masih tertinggal apabila dibandingkan dengan negara-negara berkembang

yang lain. Menurut Education Developement Index (EDI) tahun 2010,

kualitas pendidikan Indonesia menempati peringkat 64 dari 120 negara

(Unesco 2012). Hasil survei selanjutnya, menurut laporan PISA (Programme

for International Student Assessment) yang berhubungan dengan kemampuan

literasi sains, membaca dan matematika pada tahun 2012 menunjukkan

bahwa rata skor prestasi siswa Indonesia berada signifikan di bawah

rata-rata internasional. Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara (OEDC

2012). Sementara itu, hasil kajian The World Bank (Bank Dunia 2011:25)

menunjukkan bahwa skor rata-rata uji kompetensi guru sekolah dasar yang

dilakukan Kemdiknas tahun 2004 masih tergolong rendah, yaitu hanya sekitar

(22)

Pada kenyataan di sekolah, berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan peneliti dengan beberapa guru kelas IV SD Negeri di Gugus

Ahmad Yani Kecamatan Boja Kabupaten Kendal diketahui bahwa variasi

mengajar yang dilakukan guru adalah sebagai berikut: (1) guru belum optimal

dalam memvariasikan suara pada saat mengajar, hal ini menyebabkan siswa

merasa bosan dengan penjelasan guru; (2) guru belum optimal dalam

memusatkan perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran, sehingga siswa

masih banyak yang kurang memperhatikan; (3) guru masih cenderung

menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru; (4) guru belum

sepenuhnya melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, pola interaksi yang

dilakukan masih dominan dengan pola interaksi satu arah dari guru ke siswa;

(5) guru juga belum optimal dalam merubah posisi pada saat mengajar, masih

dominan berada di depan kelas saat menjelaskan pelajaran; (6) guru belum

mengembangkan pembentukan diskusi dalam pembelajaran; (7) penggunaan

media dan alat peraga juga masih belum optimal karena ketersediaan media

dan alat peraga yang terbatas di sekolah.

Dilihat dari faktor siswa, motivasi belajar siswa masih kurang yang

terlihat dari saat proses pembelajaran berlangsung, sebagian siswa terlihat

bosan dan kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa kurang tekun dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Saat diberikan PR, masih ada saja

siswa yang tidak mengerjakan. Partisipasi siswa dalam pembelajaran juga

masih belum optimal, siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Siswa

(23)

kurang yakin dan kurang percaya diri dalam mempertahankan hal yang

diyakininya. Siswa juga kurang senang untuk mengerjakan soal-soal yang ada

di buku terlihat dari siswa yang justru mengobrol saat ada waktu luang di

kelas.

Sesuai akar permasalahan yang ada, untuk memecahkan masalah

pembelajaran dalam proses belajar mengajar seperti yang telah diuraikan

tersebut, mengingat pentingnya variasi dalam mengajar serta motivasi belajar

pada diri siswa, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui

pandangan siswa tentang variasi mengajar guru dan apakah memiliki

hubungan dengan motivasi belajar siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Ratih Endang Palupi dan Rini Endah

Sugiharti tahun 2014 yang berjudul “Hubungan Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Harapan Jaya XV.

Sedangkan sampel yang digunakan adalah siswa kelas VA dan VB dengan

jumlah 100 siswa. Dari hasil perhitungan melalui SPSS didapat nilai rxy

product momen sebesar 0,606 yang berarti H1 diterima dengan koefisien

determinasi sebesar 36,7% menunjukkan angka kontribusi dari keterampilan

guru dalam mengelola kelas terhadap motivasi belajar siswa. Sedangkan

63,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara keterampilan guru dalam mengelola kelas dengan motivasi

(24)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Hendrik Eko Prasetiyo tahun 2015

dengan judul “Hubungan Persepsi Penerapan Metode TGT, Teknik Reward

and Punishment dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V

SDN I Ngrejo Tulungagung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

peningkatan kegairahan/motivasi anak didik untuk mengikuti pembelajaran,

hal ini diketahui dari hasil wawancara secara sampling terhadap 5 siswa

secara acak, diketahui 4 diantaranya mengaku senang terhadap metode yang

diperankan oleh guru. Terdapat hubungan positif secara bersama-sama antara

metode TGT, reward and punishment dan motivasi belajar terhadap hasil

belajar siswa, dengan koefisien korelasi berganda sebesar 0,844.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, peneliti

akan mengkaji permasalahan tersebut melalui penelitian dengan judul

“Hubungan antara Variasi Mengajar dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV

SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal”.

1.2

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

Apakah ada hubungan yang signifikan antara variasi mengajar dengan

motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri di Kecamatan Boja Kabupaten

(25)

1.3

TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian adalah sebagai

berikut.

Untuk mengetahui adakah hubungan yang signifikan antara variasi

mengajar dengan motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri di Kecamatan

Boja Kabupaten Kendal.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoretis maupun secara praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

a. Memberikan kontribusi bagi pendidikan

b. Memperluas khasanah pengetahuan guru tentang ada tidaknya

hubungan antara variasi mengajar dengan motivasi belajar siswa serta

bagaimanakah hubungan diantara kedua variabel tersebut.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Diharapkan siswa selalu meningkatkan motivasi belajar dan aktif dalam

mengikuti pembelajaran dengan penuh konsentrasi dan perhatian.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru untuk

menciptakan proses belajar mengajar yang bisa menumbuhkan

ketertarikan siswa dengan memberikan variasi mengajar dalam

(26)

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

sekolah ada tidaknya hubungan antara variasi mengajar dengan

motivasi belajar siswa serta bagaimanakah hubungan diantara kedua

variabel tersebut.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan

menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dalam

(27)

10

2.1

KAJIAN TEORI

2.1.1 Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran

2.1.1.1 Belajar

Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang

paling pokok. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku

setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan

dikerjakan oleh seseorang. Belajar diartikan sebagai usaha sadar seseorang

untuk melakukan perubahan tingkah laku menjadi lebih baik, yang

merupakan hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.

Didukung pula pendapat beberapa ahli, diantaranya Daryanto

(2010:2) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Sardiman (2012:21) menerangkan bahwa belajar itu

senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

meniru, dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek

(28)

Sementara itu, Uno (2015:15) mengungkapkan bahwa belajar adalah

pemerolehan pengalaman baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan

perilaku yang relatif menetap. Perubahan perilaku diakibatkan adanya proses

dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau

melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap

suatu objek yang ada dalam lingkungan belajar.

Belajar merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Belajar

dilakukan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Pada intinya,

secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis, yaitu: (1) ingin mendapatkan

pengetahuan, yang ditandai dengan kemampuan berpikir siswa; (2)

penanaman konsep dan keterampilan, yang berhubungan dengan penguasaan

keterampilan siswa, baik keterampilan jasmaniah yang menitikberatkan pada

keterampilan gerak tubuh seseorang yang sedang belajar ataupun

keterampilan rohani yang menyangkut keterampilan berpikir serta kreativitas

untuk menyelesaikan suatu masalah; dan (3) pembentukan sikap, yang

berkaitan dengan penanaman nilai-nilai dalam menumbuhkan sikap mental,

perilaku, dan kepribadian anak didik (Sardiman 2012:26).

Dalam mencapai tujuan belajar yang diharapkan, suatu kegiatan

belajar perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar untuk dijadikan acuan

agar proses belajar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Daryanto

(2010:23-24) menyatakan bahwa calon guru seharusnya sudah dapat

(29)

dilaksanakan dalam situasi dan kondisi berbeda oleh setiap siswa secara

individual. Prinsip-prinsip tersebut adalah:

1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif,

meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan

instruksional.

2) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur,

penyajian yang sederhana sehingga siswa mudah menangkap

pengertiannya.

3) Belajar harus dapat menimbulkan motivasi yang kuat pada siswa untuk

mencapai tujuan instruksional.

4) Belajar itu proses kontinyu maka harus tahap demi tahap menurut

perkembangannya.

5) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.

6) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya.

7) Belajar memerlukan sarana yang cukup sehingga siswa dapat belajar

dengan tenang.

8) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya.

9) Belajar adalah proses hubungan antara pengertian yang satu dengan

pengertian yang lain, sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan,

stimulus yang diberikan respon yang diharapkan.

10) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian

(30)

Dengan demikian untuk mencapai keberhasilan dalam belajar,

prinsip-prinsip belajar harus dimengerti dan diterapkan oleh seorang guru

agar proses belajar menjadi lebih efektif dan bermakna bagi siswa. Dengan

penggunaan cara mengajar yang tepat oleh seorang guru, akan ikut

menentukan keberhasilan siswa dalam melaksanakan proses belajarnya di

sekolah.

2.1.1.2 Mengajar

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep berbeda yang tidak

dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Belajar mengacu kepada

kegiatan yang dilakukan siswa, sedangkan mengajar lebih mengacu kepada

kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru. Pada dasarnya, mengajar

merupakan aktivitas yang dilakukan guru dalam menciptakan sistem

lingkungan yang mendukung siswa dalam proses belajar sehingga tujuan

belajar siswa dapat tercapai.

Hal tersebut didukung pernyataan dari berbagai ahli, diantaranya

Hasibuan (2012:3) yang menyatakan bahwa mengajar adalah penciptaan

sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem

lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi,

yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan

siswa yang memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu,

jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar mengajar

(31)

Menurut pendapat Alvin W. Howard yang dikutip Daryanto (2010:

162) mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing

seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude

ideal (cita-cita), apprectons (penghargaan), dan knowledge. Sementara

pendapat Mursell dalam Slameto (2010: 33) mengajar digambarkan sebagai

“mengorganisasikan belajar”, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar

menjadi berarti atau bermakna bagi siswa.

Guru yang mengajar di depan kelas harus memperhatikan

prinsip-prinsip dalam mengajar sebagai pedoman guru dalam mengajar. Pendapat

Mursel dalam Daryanto (2010: 169-179) mengemukakan prinsip-prinsip

mengajar yang disimpulkan menjadi enam prinsip sebagai berikut: (1)

konteks, yang berkaitan dengan perhatian guru terhadap situasi problematik

yang mencakup tugas untuk belajar; (2) fokus, guru perlu memperhatikan

bahwa belajar yang penuh makna dan efektif harus diorganisasikan di suatu

fokus; (3) sosialisasi, bahwa dalam proses belajar guru perlu melatih siswa

bekerja sama dalam kelompok; (4) individualisasi, bahwa dalam

mengorganisasi belajar mengajar guru perlu memperhatikan taraf

kesanggupan siswa; (5) Sequence, yang berkaitan dengan keterkaitan antar

unit dalam kegiatan belajar; dan (6) evaluasi, yang bertujuan untuk meneliti

hasil dan proses belajar siswa, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang

melekat pada proses belajar.

Selain memperhatikan berbagai prinsip mengajar yang disampaikan

(32)

melakukan tugas mengajarnya dengan baik. Diperlukan

keterampilan-keterampilan yang perlu dikuasai guru dalam mengajar untuk kelancaran

proses belajar mengajar agar dapat berjalan secara efektif dan efisien.

Turney dalam Mulyasa (2011:69) mengungkapkan delapan

keterampilan mengajar yang dianggap berperan penting dalam menentukan

keberhasilan pembelajaran. Keterampilan yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1). Keterampilan Bertanya.

Keterampilan bertanya sangat perlu dikuasai oleh guru, hal ini karena

hampir pada setiap kegiatan pembelajaran guru mengajukan pertanyaan.

Bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun

dengan baik akan memberikan dampak positif terhadap siswa.

2). Keterampilan Memberi Penguatan.

Memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam

merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang

memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.

3). Keterampilan Mengadakan Variasi.

Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus dikuasai guru

dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan siswa agar selalu

antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi adalah perubahan dalam

proses kegiatan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, serta

(33)

4). Keterampilan Menjelaskan.

Menjelaskan merupakan suatu aspek penting yang harus dimiliki guru,

mengingat sebagian besar pembelajaran menuntut guru untuk

memberikan penjelasan. Menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan

yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan

hubungan.

5). Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran.

Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang

dilakukan guru. Membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru

untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian

siswa. Menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri

kegiatan inti pelajaran.

6). Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil.

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil

kesimpulan dan memecahkan masalah. Diskusi kelompok kecil bertujuan

untuk berbagi informasi atau pengalaman, mengambil keputusan, atau

memecahkan suatu masalah.

7). Keterampilan Mengelola Kelas.

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan

iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi

(34)

8). Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan.

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk

pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap

setiap siswa, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan

siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya.

Keterampilan dasar mengajar tersebut penting dikuasai oleh seorang

guru untuk menjadi pendidik yang profesional. Dengan pemahaman dan

kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh dan

terintegrasi, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses

pembelajaran dan lebih memotivasi siswa dalam belajar sehingga pencapaian

prestasi belajar siswa akan lebih baik.

Seorang guru juga harus mampu menyesuaikan penggunaan

keterampilan mengajar dengan tujuan belajar dan kebutuhan siswa. Dalam

kaitannya dengan motivasi siswa dalam belajar, diantara delapan

keterampilan mengajar guru tersebut, keterampilan mengadakan variasi perlu

mendapat perhatian lebih oleh seorang guru. Hal ini dikarenakan dengan

adanya variasi mengajar yang dilakukan guru, kegiatan belajar siswa akan

lebih bervariasi dan tidak monoton sehingga siswa akan lebih tertarik dan

tidak merasakan kebosanan dalam proses belajarnya. Dengan kegiatan belajar

mengajar yang bervariasi juga diharapkan akan lebih menimbulkan semangat,

ketekunan, keantusiasan, dan juga akan lebih memotivasi siswa dalam

belajar. Pembelajaran akan dirasa lebih menyenangkan dan lebih bermakna

(35)

Oleh karena itu, guru perlu menguasai keterampilan dasar mengajar

dan mampu menggunakannya sesuai dengan kebutuhan siswa dalam proses

belajarnya. Pengggunaan keterampilan mengajar akan membantu dalam

pencapaian tujuan belajar dan proses pembelajaran akan berlangsung lebih

efektif dan efisien.

2.1.1.3Pembelajaran

Pembelajaran atau yang bisa juga disebut sebagai proses belajar

mengajar, dapat diartikan sebagai interaksi yang dilakukan antara guru

dengan siswa dalam rangka memberikan pengalaman untuk merubah tingkah

laku siswa menjadi lebih baik. Dalam proses pembelajaran, guru membantu

siswa untuk memperoleh pengetahuan serta memfasilitasi siswa

mengembangkan potensi yang dimiliki siswa.

Hal tersebut didukung pendapat dari Winataputra (2008:1:18) yang

menyatakan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar

pada diri peserta didik. Sejalan dengan pendapat tersebut, Aqib (2013:66)

menjelaskan proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya secara

sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran

berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi.

Sementara itu, Huda (2014:6) menyatakan bahwa pembelajaran

merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Yang

(36)

berpengaruh terhadap perilaku dan kapasitas seseorang atau suatu kelompok.

Hamdani (2011:71-72) menjelaskan pembelajaran secara umum adalah

kegiatan yang dilakukan guru sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah

yang lebih baik. Pembelajaran adalah upaya guru menciptakan iklim dan

pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa

yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta

antarsiswa.

Darsono dalam Hamdani (2011:47) berpendapat bahwa ciri-ciri

pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran dilakukan secara sadar

dan direncanakan secara sistematis; (2) pembelajaran dapat menumbuhkan

perhatian dan motivasi siswa dalam belajar; (3) pembelajaran dapat

menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa; (4)

pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik;

(5) pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenangkan bagi siswa; (6) pembelajaran dapat membuat siswa siap

menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis; (7) pembelajaran

menekankan keaktifan siswa; dan (8) pembelajaran dilakukan secara sadar

dan sengaja.

Pembelajaran apabila ditinjau dari pendekatan sistem, maka dalam

prosesnya akan melibatkan berbagai komponen. Komponen-komponen

(37)

1). Tujuan

tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan

pembelajaran adalah instructional effect biasanya itu berupa

pengetahuan, dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara

ekspisit dalam tujuan pembelajaran khusus semakin spesifik dan

operasional.

2). Subjek belajar

subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama

karena berperan sebagai subjek sekaligus objek. Sebagai subjek karena

peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar.

Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai

perubahan perilaku pada diri subjek belajar.

3). Materi pelajaran

materi pelajaran juga merupakan komponen utama dalam proses

pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk

dari kegiatan pembelajaran.

4). Strategi pembelajaran

strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses

pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

5). Media pembelajaran

media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan pendidik dalam

(38)

6). Penunjang

komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah

fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan

semacamnya (Rifa’i 2012:159).

Ciri-ciri dan komponen pembelajaran yang diuraikan tersebut dapat

dijadikan pedoman bagi guru dalam memperlancar dan mempermudah untuk

menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran akan

berjalan dengan baik apabila guru sebagai pemimpin dalam kelas mampu

merancang pembelajaran yang akan dilaksanakannya dengan baik pula.

Peran guru sangat penting dalam suatu proses pembelajaran. Seorang

guru perlu memunculkan motivasi belajar dalam diri siswa dan menyiapkan

siswa sebaik mungkin untuk siap menerima dan mengikuti proses

pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.

Motivasi dan kesiapan siswa dapat dimunculkan oleh guru dalam proses

pembelajaran melalui penerapan berbagai keterampilan mengajar guru,

terutama keterampilan dalam mengadakan variasi.

Dengan penggunaan variasi mengajar, maka diharapkan akan

memunculkan motivasi belajar dalam diri siswa sehingga dalam pelaksanaan

proses pembelajaran, siswa akan lebih tertarik dan pembelajaran menjadi

(39)

2.1.2 Variasi Mengajar

2.1.2.1 Pengertian Variasi Mengajar

Demi tercapainya pembelajaran yang efektif dan efisien,

kemampuan mengelola pembelajaran merupakan hal penting bagi guru agar

terwujud kompetensi profesionalnya. Salah satunya yaitu dengan menguasai

keterampilan dalam mengadakan variasi. Variasi dalam mengajar merupakan

keanekaan perbuatan guru yang dilakukan dalam proses belajar mengajar

untuk mengurangi kebosanan dan dapat menarik perhatian siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran

Didukung pendapat beberapa ahli, diantaranya yaitu Usman

(2013:84) menyatakan bahwa variasi diartikan sebagai suatu kegiatan guru

dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk

mengatasi kebosanan murid sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid

senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.

Sejalan dengan Hasibuan (2012:64) yang menjelaskan bahwa variasi adalah

perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan mengatasi

kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa

menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif.

Anitah (2008:7.38) menyatakan bahwa variasi adalah keanekaan

yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berupa

perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat untuk

(40)

Mulyasa (2011:78) menyatakan bahwa variasi dalam pembelajaran

adalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan

motivasi belajar peserta didik, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.

Sementara itu, Aqib (2013:86-87) menyatakan variasi dalam kegiatan

pembelajaran yaitu perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan

meningkatkan motivasi siswa, serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan.

2.1.2.2 Tujuan Variasi Mengajar

Variasi mengajar sangat diperlukan dalam suatu proses

pembelajaran. Siswa akan mengalami kebosanan apabila seorang guru

mengajar dengan cara yang sama setiap harinya. Oleh karenanya guru perlu

menguasai keterampilan mengadakan variasi dalam mengajar dengan tujuan

untuk mengatasi kebosanan yang terjadi pada diri siswa. Selain itu, kegiatan

memberikan variasi pada saat mengajar juga dilaksanakan untuk mencapai

tujuan-tujuan lain yang diinginkan dalam pembelajaran.

Menurut Anitah (2008:7.39) variasi dalam kegiatan pembelajaran

bertujuan antara lain untuk hal-hal berikut.

1). Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar.

2). Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu.

3). Mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki

hal-hal baru.

4). Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam.

5). Meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan

(41)

Usman (2013:84) menyampaikan tujuan dan manfaat variasi

mengajar adalah sebagai berikut.

1). Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek

belajar mengajar yang relevan.

2). Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin

mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.

3). Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah

dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar

yang lebih baik.

4). Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara

menerima pelajaran yang disenanginya.

Mulyasa (2011:78-79) menyatakan variasi dalam pembelajaran

bertujuan antara lain:

1). Meningkatkan perhatian siswa terhadap materi standar yang relevan.

2). Memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat siswa terhadap

berbagai hal baru dalam pembelajaran.

3). Memupuk perilaku positif siswa terhadap pembelajaran.

4). Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan

tingkat perkembangan dan kemampuannya.

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat dipahami betapa pentingnya

variasi mengajar yang dilakukan oleh seorang guru. Variasi mengajar

dilakukan dengan berbagai tujuan seperti untuk menghilangkan kebosanan

(42)

siswa, mengaktifkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, dan dapat

memacu semangat siswa untuk menemukan hal-hal baru dalam pembelajaran.

Dengan variasi yang dilakukan guru, bukan hanya siswa yang akan

memperoleh kepuasan belajar, guru juga akan memperoleh kepuasan dalam

mengajar.

2.1.2.3 Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar

Dalam melaksanakan variasi mengajar saat proses pembelajaran

berlangsung, agar variasi yang dilakukan dapat berfungsi secara efektif, guru

perlu memperhatikan prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Menurut

Anitah (2008:7.47), prinsip penggunaan variasi mengajar adalah sebagai

berikut.

1). Variasi yang dibuat harus mengandung maksud tertentu serta sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai, karakteristik kemampuan siswa, latar

belakang sosial budaya, materi yang sedang disajikan, dan kemampuan

guru menciptakan variasi tersebut.

2). Variasi harus terjadi secara wajar, tidak berlebihan sehingga tidak

mengganggu terjadinya proses belajar.

3). Variasi harus berlangsung secara lancar dan berkesinambungan, sehingga

tidak merusak suasana kelas, dan tidak mengganggu jalannya kegiatan

belajar.

4). Komponen-komponen variasi yang memerlukan pengorganisasian dan

perencanaan yang baik perlu dirancang secara cermat dan dicantumkan

(43)

Hasibuan (2012:66) menyatakan prinsip-prinsip yang perlu dipahami

dalam variasi mengajar sebagai berikut:

1). Perubahan yang digunakan harus bersifat efektif.

2). Penggunaan teknik variasi harus lancar dan tepat.

3). Penggunaan komponen-komponen variasi harus benar-benar terstruktur

dan direncanakan sebelumnya.

4). Penggunaan komponen variasi harus luwes dan spontan berdasarkan

balikan siswa.

Selain itu, pendapat Usman (2013:85) menyatakan prinsip

penggunaan variasi adalah sebagai berikut.

1). Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan

dengan tujuan yang hendak dicapai.

2). Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga

tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.

3). Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam

rencana pelajaran atau satuan pelajaran.

Jadi agar penggunaan variasi mengajar yang dilakukan guru dapat

efektif terlaksana dalam pembelajaran, maka ada hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan variasi mengajar, seperti penggunaan variasi

disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, variasi juga harus terjadi

secara wajar dan lancar, serta saat akan mengadakan variasi pengajaran maka

(44)

terlaksananya pembelajaran dapat berjalan baik dan sesuai seperti tujuan yang

diharapkan.

2.1.2.4 Komponen Variasi Mengajar

Selain memperhatikan prinsip saat menggunakan variasi dalam

mengajar, perlu pula dimengerti berbagai komponen variasi mengajar sebagai

panduan dalam pelaksanaan dalam proses pembelajaran. Pada dasarnya,

variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3

kelompok, yaitu: (1) variasi dalam gaya mengajar; (2) variasi dalam

penggunaan alat bantu pembelajaran; (3) variasi dalam pola interaksi dan

kegiatan siswa. Ketiga jenis variasi tersebut mempunyai prinsip penggunaan

dan tujuan masing-masing.

1). Variasi dalam gaya mengajar.

Hal-hal yang berkaitan dengan variasi gaya mengajar yang dilakukan

oleh seorang guru meliputi penggunaan variasi suara (teacher voice),

pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru

(teacher silence), mengadakan kontak pandang (eye contact and movement),

gerakan badan dan mimik, serta perubahan dalam posisi guru (teachers

movement).

a. Penggunaan variasi suara.

Menurut Anitah (2008:7.41) suara guru merupakan faktor yang

sangat penting di dalam kelas karena sebagian besar kegiatan di kelas akan

bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara lisan. Sementara itu,

(45)

menjadi lembut, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat berubah menjadi

lambat, dari gembira menjadi sedih, atau pada suatu saat memberikan tekanan

pada kata-kata tertentu.

Sardiman (2012:202-203) menyatakan bahwa yang termasuk dalam

pengertian suara ialah kekuatan atau kekerasan, lagu bicara (intonasi),

tekanan bicara dan kelancaran bicara.

Guru yang baik akan terampil mengatur volume suaranya, sehingga

pesan dapat mudah ditangkap dan dipahami oleh seluruh siswa. Demikian

pentingnya suara untuk diperhatikan karena merupakan alat komunikasi

dalam interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran.

b. Pemusatan perhatian siswa.

Dalam mengajar, guru sering menginginkan agar siswa

memperhatikan butir-butir penting yang sedang disampaikan. Hal ini dapat

dilakukan guru dengan mengucapkan kata-kata tertentu secara khusus disertai

isyarat atau gerakan seperlunya. Misalnya guru mengucapkan kata-kata

berikut.

1). “Ini penting diingat”, sambil menulis istilah yang perlu diingat 2). “Perhatikan baik-baik”, sambil menunjuk gambar di papan tulis 3). “Jangan lupakan ini”, sambil menggarisbawahi kata-kata yang

dimaksud

(46)

c. Kesenyapan atau kebisuan guru.

Adanya kesenyapan, kebisuan atau selingan diam yang tiba-tiba dan

disengaja selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk

menarik perhatian siswa. Perubahan stimulus dari adanya suara kepada

keadaan tenang atau senyap, atau dari adanya kesibukan atau kegiatan lalu

dihentikan akan dapat menarik perhatian karena siswa ingin tahu apa yang

terjadi (Usman 2013:85).

Hasibuan (2012:66) juga menyatakan pada saat guru menerangkan

sering diperlukan kegiatan berhenti sejenak secara tiba-tiba. Kesenyapan

semacam ini bertujuan meminta perhatian siswa. Ada kalanya kesenyapan

dikerjakan bila guru akan berpindah dari segmen mengajar satu ke segmen

mengajar yang lain.

d. Mengadakan Kontak Pandang.

Menurut Sardiman (2012:199) yang dimaksud dengan kontak dalam

hal ini menyangkut hubungan batiniah antara guru dan siswa dalam kaitannya

dengan bahan yang sedang dibahas bersama. Hal ini tercermin terutama

dalam tanggapan siswa baik mengenai sinar matanya maupun

gerakan-gerakan anggota badannya.

Bila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya,

sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata

murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang intim dengan mereka.

Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan untuk

(47)

e. Gerakan badan dan mimik.

Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, dan gerakan

badan adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya

untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang

dimaksudkan. Ekspresi wajah misalnya tersenyum, mengerutkan dahi,

cemberut, menaikkan alis mata, untuk menunjukkan rasa kagum, tercengang,

atau heran. Gerakan kepala bermacam-macam, misalnya menganggukkan,

menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala untuk menunjukkan

sesuatu atau sebaliknya. Jari dapat digunakan untuk menunjukkan ukuran,

jarak arah ataupun menjentik untuk menarik perhatian. Menggoyangkan

tangan dapat berarti “tidak”, mengangkat tangan keduanya dapat berarti “apa

lagi?” (Usman 2013:85-86).

f. Perubahan dalam posisi guru.

Posisi guru ketika mengajar di dalam kelas juga berpengaruh kepada

kegairahan siswa belajar. Menurut Hasibuan (2012:66), perhatian siswa dapat

ditingkatkan melalui perubahan posisi guru dalam proses interaksi dan

komunikasi.

Sebagai seorang guru, selama mengajar guru tidak seharusnya

terpaku di satu tempat. Guru dapat memvariasikan posisinya secara wajar,

misalnya berdiri di depan kelas, pindah ke samping atau ke tengah, ke

belakang atau duduk sebentar. Ada kalanya karena tujuan tertentu guru

berjalan-jalan diantara siswa untuk melihat siswa yang sedang bekerja, di saat

(48)

mendapat kesukaran. Perubahan posisi guru harus dilakukan dengan niat

tertentu serta terkesan wajar dan tidak dibuat-buat (Anitah, 2008:7.43).

2). Variasi penggunaan alat bantu pengajaran.

Alat dan media pembelajaran merupakan suatu faktor penting dalam

kegiatan pembelajaran. Konsep yang sukar dan membosankan untuk disimak

akan menjadi menarik jika disajikan dengan menggunakan media dan alat

yang tepat (Anitah, 2008:7.45).

Pergantian penggunaan jenis media yang satu kepada jenis yang lain

mengharuskan anak menyesuaikan alat inderanya sehingga dapat

mempertinggi perhatiannya karena setiap anak mempunyai perbedaan

kemampuan dalam menggunakan alat inderanya (Usman 2013:86).

Menurut Hasibuan (2012:66-67) variasi di dalam setiap jenis media

atau variasi antarjenis media perlu diperhatikan dalam proses belajar

mengajar. Ditinjau dari reseptor penerima rangsang yang disampaikan, maka

media dan bahan pengajaran penerima dapat digolongkan menjadi:

1) media dan bahan pengajaran yang dapat didengar (oral);

2) media dan bahan pengajaran yang dapat dilihat (visual);

3) media dan bahan pengajaran yang dapat disentuh, diraba, atau

dimanipulasikan (media taktil).

Dapat diartikan bahwa variasi dalam penggunaan media dan alat

pengajaran merupakan salah satu faktor penting untuk menarik perhatian

(49)

digunakan media dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat

didengar, dilihat, dan diraba.

3). Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa.

Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar

sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh

guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Penggunaan variasi pola

interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta

untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid dalam mencapai

tujuan (Usman 2013:87).

Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok, dan perorangan

sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat berupa

mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan, atau demonstrasi

(Aqib 2013:87).

Anitah (2008:7.44) memberikan berbagai contoh variasi pola

interaksi sebagai berikut:

a. Kegiatan klasikal

1) mendengarkan informasi dan tanya jawab secara klasikal

2) demonstrasi oleh guru atau siswa tentang satu keterampilan

b. Kegiatan kelompok kecil

1) mendiskusikan pemecahan suatu masalah

2) menyelesaikan suatu proyek

3) melakukan suatu percobaan

(50)

c. Kegiatan berpasangan

1) merundingkan jawaban pertanyaan

2) latihan menggunakan alat tertentu

d. Kegiatan perorangan

1) membaca atau menelaah suatu materi

2) mengerjakan tugas-tugas individual.

Dari beberapa contoh tersebut, jelas bahwa variasi pola interaksi

siswa sangat beragam. Pola interaksi dapat diubah dari interaksi satu arah ke

interaksi dua arah sampai ke semua arah.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sebaiknya

seorang guru melakukan variasi dalam mengajarnya. Dengan melakukan

variasi dalam mengajar, maka suasana kelas tidak terasa membosankan bagi

siswa. Guru yang banyak melakukan improvisasi dalam variasi mengajar

tentunya akan menarik perhatian siswanya untuk mengikuti pelajaran

sehingga berpengaruh pada peningkatan dalam prestasi belajarnya. Seorang

guru hendaknya selalu mengusahakan agar variasi yang digunakan dalam

mengajar dapat mendukung penjelasan yang disampaikan.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan tersebut, untuk

mengetahui variasi mengajar yang dilakukan guru dalam penelitian ini, maka

ditetapkan indikator sebagai berikut: (a) variasi suara; (b) pemusatan

perhatian siswa; (c) kesenyapan atau kebisuan guru; (d) mengadakan kontak

pandang; (e) gerakan badan dan mimik; (f) perubahan dalam posisi guru; (g)

(51)

Variasi mengajar guru dapat dikatakan baik apabila telah mencakup

indikator-indikator tersebut. Dengan penggunaan variasi mengajar,

diharapkan proses pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa dan lebih

memotivasi siswa dalam kegiatan belajarnya. Hal tersebut dikarenakan

dengan kegiatan pembelajaran yang lebih bervariasi, siswa akan merasa lebih

senang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga

memunculkan motivasi belajar dalam diri siswa yang membuatnya lebih giat,

tekun, dan lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran yang belangsung.

2.1.3 Motivasi Belajar

2.1.3.1 Pengertian Motivasi Belajar

Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan pembelajaran tidak

hanya ditentukan oleh guru yang mengajar, melainkan juga ditentukan oleh

siswa sebagai subjek dalam proses pembelajaran. Proses belajar yang

dilakukan siswa dipengaruhi dari berbagai faktor, baik faktor intrinsik

ataupun ekstrinsik. Salah satu faktor intrinsik yang penting dalam diri siswa

adalah motivasi. Menurut Uno (2015:3), istilah motivasi berasal dari kata

motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri

individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.

Kata ”motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan

(52)

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif

(Sardiman 2010:73).

Menurut Slavin dalam Rifa’i (2012:135), motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang

secara terus-menerus. Sedangkan menurut Mc. Donald seperti yang dikutip

oleh Sardiman (2012:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri

seseorang yang ditandai dengan munculnya ”feeling” dan didahului dengan

tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan

arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek

belajar itu dapat tercapai (Sardiman 2012:75).

Menurut Uno (2015:23) motivasi dan belajar merupakan dua hal

yang saling mempengaruhi. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa

indikator atau unsur yang mendukung.

Hamdani (2011:290) menyatakan motivasi atau minat belajar

merupakan hasrat untuk belajar dari seorang individu. Seorang siswa dapat

belajar secara lebih efisien apabila ia berusaha untuk belajar secara maksimal.

Motivasi belajar dapat datang dari dalam diri siswa yang rajin membaca buku

(53)

Dari berbagai pendapat ahli tersebut, peneliti dapat mengasumsikan

bahwa motivasi belajar diartikan sebagai suatu dorongan pada diri siswa

untuk melakukan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan. Jadi

motivasi belajar dapat menentukan keberhasilan proses belajar seseorang.

2.1.3.2 Macam-macam Motivasi Belajar

Motivasi belajar dibedakan menjadi beberapa macam atau jenis

motivasi yang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Menurut Sardiman

(2012:86-90) motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.

Berbagai macam motivasi dapat terbagi sebagai berikut.

1). Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya.

Dilihat dari dasar pembentukanya, motivasi dibedakan menjadi

motif-motif bawaan dan motif-motif-motif-motif yang dipelajari. Motif-motif-motif bawaan,

adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi ada tanpa

dipelajari. Sebagai contoh misalnya seperti dorongan untuk makan,

dorongan untuk bekerja, dan untuk beristirahat. Sedangkan

motif-motif yang dipelajari adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari,

seperti dorongan untuk belajar cabang ilmu pengetahuan, dan

dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat.

2). Motivasi menurut pembagian Woodworth dan Marquis.

Menurut Woodworth dan Marquis, motivasi dibedakan menjadi 3

macam, yaitu (1) motif atau kebutuhan organis yang meliputi

kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, dan beristirahat; (2)

(54)

dorongan untuk membalas, dan untuk memburu; (3) motif-motif

objektif, yang meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,

melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.

3). Motivasi jasmaniah dan rohaniah.

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi menjadi dua

jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi

jasmaniah yang dimaksudkan seperti misalnya: refleks, insting

otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah

adalah kemauan.

4). Motivasi instrinsik dan ekstrinsik.

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti contoh

bahwa seorang belajar, memang benar-benar ingin mengetahui segala

sesuatu bukan karena ingin pujian. Sedangkan motivasi ekstrinsik

adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya

perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai

bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan

diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak

berkaitan dengan aktivitas belajar.

Di samping itu, Frandsen dalam Sardiman (2012:87) masih

(55)

a). Cognitive motives.

Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan

individual. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan

belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan

intelektual.

b). Self-expression.

Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting

kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana

sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Jadi

dalam hal ini seseorang memiliki keinginan untuk aktualisasi diri.

c). Self-enhancement.

Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan

meningkatkan kemajuan diri seseorang. Dalam belajar dapat diciptakan

suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu

prestasi.

Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa terdapat

bermacam-macam jenis motivasi apabila dilihat dari berbagai sudut pandang. Namun

pada intinya, motivasi dalam diri seseorang dapat berasal dari diri siswa sejak

dia dilahirkan, dan juga dapat berasal dari proses interaksinya dengan

lingkungan yang keduanya baik dari dalam diri siswa maupun dari luar siswa

(56)

2.1.3.3 Fungsi Motivasi Belajar

Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Prestasi belajar

yang didapat siswa akan menjadi lebih optimal, jika anak tersebut memiliki

motivasi belajar yang tinggi dalam dirinya. Makin tepat motivasi yang

diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Sehubungan dengan hal

tersebut, ada tiga fungsi motivasi, yaitu:

1) mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor

yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan

kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman

2012:84-85).

Uno (2015:27) menyatakan bahwa ada beberapa peranan penting

dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain dalam (1)

menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar; (2) memperjelas

tujuan belajar yang hendak dicapai; (3) menentukan ragam kendali terhadap

(57)

Menurut Hamdani (2011:292-293) fungsi motivasi yang berkenaan

dengan proses belajar mengajar antara lain sebagai berikut.

1). Fungsi penggerak dalam motivasi.

Penggerak dalam motivasi belajar untuk siswa dapat dilakukan

melalui berbagai cara, antara lain dengan metode penemuan, motivasi

kompetensi, belajar terpogram, dan prosedur brainstorming

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 3.2
Tabel 3.4
Tabel 3.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk (1) untuk mengetahui persiapan dan upaya yang dilakukan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XI Jawa Madura dalam menerapkan Sistem

melebihi laju pertumbuhan penduduknya yang cenderung menurun. Kabupaten Rote Ndao yang miskin akan sumberdaya alam dan lingkungannya yang tandus dan gersang dapat membangun

tertentu, yang sudah barang tentu akan berbeda, (b) Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat

[r]

commit to user ìò Õ«¿¬ Ì»µ¿²

(6) Dalam hal ketentuan mengenai persyaratan intensitas Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum ditetapkan, maka ketentuan mengenai persyaratan intensitas

Hasil penelitian terhadap tulisan pengumuman resmi siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 6 tanjungpinang Tahun Pelajaran 2013/2014, yaitu Kemahiran Menulis

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN RESITASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KORESPONDASI PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMK PGRI 2 CIMAHIUniversitas