• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung TP 2012/2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung TP 2012/2013)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung TP 2012/2013) Oleh

Evi Susilawati

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Negeri 5 Bandarlampung tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah siswa kelas X.3 dan X.6 yang diambil dengan teknik purposive sampling dan desain yang digunakan adalah posttest only control design. Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan komunikasi matematis. Berdasarkan hasil uji hipotesis, diperoleh bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan pembelajaran dengan strategi TAPPS berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

(2)

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN STRATEGI THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung TP 2012/2013)

Oleh Evi Susilawati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ...

Sekretaris : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Caswita, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ...

Sekretaris : Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Caswita, M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Evi Susilawati dilahirkan di Kutosari pada Tanggal 28 Juli 1991, merupakan anak keempat dari lima bersaudara buah hati dari hasil pernikahan ayah yang bernama Salikun dengan ibu yang bernama Sri Wahyuni.

Penulis telah menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Sumbersari Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2003, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Sekampung Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2006, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Sekampung Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(6)

MOTTO

Orang yang sempurna bukanlah orang yang memiliki otak yang

sempurna, melainkan orang yang dapat mempergunakan

sebaik-baiknya bagian dari otaknya yang kurang sempurna.

(Aristoteles)

Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena

mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena

mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu

untuk menunggu inspirasi.

(Ernest Newman)

Jangan iri atas kemampuan orang lain, jika mereka bisa, kamu

juga bisa. Jangan remehkan dirimu, kamu kuat dari yang kamu

bayangkan.

(7)

PERSEMBAHAN

Segala Puji syukur ku panjatkan hanya kepada Yang Maha Satu Allah

SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW

Kupersembahkan buah karya kecilku ini kepada:

Ayah (Salikun) dan Ibu (Sri wahyuni) tercsayang yang telah memberikan

doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat yang takkan pernah habis,

yang selalu

sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada di kalaku sedih

dan senang, yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan

dan memberikanku yang terbaik dalam hidup ini.

Mamas, mbak dan adikku tersayang (mas Aan, mas Alek, mbak Leli, dan

dek Rini)

serta seluruh keluarga besarku, atas kebersamaannya,

semua doa, dan dukungan yang telah

kalian berikan kepadaku.

Para pendidik yang telah mendidikku, yang menjadikanku semakin

berwawasan

(8)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Pembelajaran Dengan Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving

Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran dekanat

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus Penguji Utama yang telah membahas, memberikan masukan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi.

3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

(9)

iii

5. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

7. Bapak Drs. Ahyak Toha, selaku Kepala SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang telah memberikan izin penelitian.

8. Ibu Dra. Siti Hajar dan ibu Husnul Khotimah, S.Pd., M.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan dan masukan selama penelitian.

9. Siswa-siswi SMA Negeri 5 Bandar Lampung atas kerja samanya.

10. Ayah (Salikun), Ibu (Sri Wahyuni), Mamas Ahmad Ansori, Mamas Ali Setiawan, Mbak Leli Triani, dan adik Rini Eka Puspita Sari tercinta yang selalu menyayangi, mendoakan, dan menjadi penyemangat hidupku.

11. Sahabat-sahabat karibku yang tersayang : Amalia Zulvia Widyaningrum, Ayu Mustika Ratu, Yusmayri Prayuda Sukma yang selama ini memberiku semangat, motivasi, dan selalu menemani saat suka dan duka. Kalian adalah anugerah terindah yang dikirim oleh Allah SWT dalam hidupku. Semoga persahabatan kita tak kan lekang oleh waktu.

12. Sahabatku terkasih Weny Atika terimakasih telah berjuang bersama, susah senang telah kita lalui dalam menyelesaikan skripsi ini. Adik-adik kosan Titin, Rahma, dan Lia Lestari terimakasih selalu membuatku tersenyum. 13. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2009 Kelas A Pendidikan

(10)

iv

Arini, Ayu, Tina, Leo, Ari, Ika, Ita, Mega, Novia, Risa, Sri, Erlis, Wiwin, Richa, Putri, Desiy, Tiren, Rika, Maria, Andin, Rara, Albert, Purbo, Ines, Eti, Meli, Meri, Rita, Silvira, Lia, Fitria, Sulis, Caca, Puspa, dan Vindy atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya.

14. Teman-teman angkatan 2009 Kelas B: Elvandri, Riandra, Medi, Udin dan yang lainnya. Kakak-kakakku angkatan 2006 non reguler: K’ Andi (yang telah membantuku selama ini dan memberiku semangat), K’ Goras, K’

Ramdan, K’ Rahmad, K’ Gede dan yang lainnya, angkatan 2007, dan angkatan 2008 serta adik-adikku angkatan 2010, 2011, dan 2012 terimakasih atas semangat, doa dan kebersamaannya.

15. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Negeri 1 Sekampung (Cici, Ma’in, Lisa, Agung, Widi, Mbak Gesti, Ida, Tri, dan Ama) atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa tak terlupakan.

16. Almamater yang telah mendewasakanku.

17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan pahala yang penuh berkah, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR DIAGRAM ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 5

C. Tujuan Penelitian ... ... 6

D. Manfaat Penelitian ... ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 9

1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) ... ... 9

2. Komunikasi Matematis ... ... 13

B. Kerangka Pikir ... ... 15

C. Anggapan Dasar ... 17

D. Hipotesis Penelitian ... 18

1. Hipotesis ... 18

(12)

vi

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... ... 19

B. Desain Penelitian ... ... 20

C. Prosedur Penelitian ... ... 21

D. Teknik Pengumpulan Data ... ... 22

E. Instrumen Penelitian... 22

F. Teknik Analisis Data ... 25

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 30

B. Pembahasan ... ... 32

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 36

B. Saran ... ... 36 DAFTAR PUSTAKA

(13)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Nilai Rata-rata Kelas SMA Negeri 5 Bandar Lampung... 19

3.2 Desain Penelitian ... 21

3.3 Pedoman Penskoran ... 22

(14)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman A.Perangkat Pembelajaran

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 38

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 73

A.3 Lembar Kerja Kelompok ... 101

B.Perangkat Tes B.1 Kisi-Kisi Soal Posttest ... 136

B.2 Soal-Soal Posttest ... 138

B.3 Kunci Jawaban ... 139

B.4 Form Penilaian Posttest ... 143

C.Analisis Data C.1 Data Awal Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 145

C.2 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ... 147

C.3 Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 149

C.4 Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dengan Pembelajaran TAPPS ... 151

C.5 Uji Normalitas Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Dengan Pembelajaran Konvensional ... 154

C.6 Uji Kesamaan Dua Variansi (Homogenitas)... 159

(15)

1. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki sumber daya manusia yang berkualitas maka akan semakin maju perkembangan ilmu dan teknologi di negara tersebut. Sebaliknya, jika sumber daya manusia suatu negara buruk maka dapat dipastikan perkembangan ilmu dan teknologi negara tersebut akan terhambat. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas pendidikan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 salah satu tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berilmu serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut maka dibentuklah kurikulum pendidikan. Materi kurikulum disusun dalam bentuk mata pelajaran salah satunya pelajaran matematika.

(16)

2 komunikasi, berpikir tingkat tinggi, berpikir kreatif, dan sebagainya. Pembelajaran matematika yang optimal akan membuat Mathematical Proficienncy peserta didik tergali secara maksimal, dengan usaha seperti ini akan membantu tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Sementara itu, tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, yaitu :

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan, dan pernyataan matematika

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagaram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dalam tujuan pembelajaran matematika di atas jelas bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu fokus dalam pembelajaran matematika.

(17)

3 Di era globalisasi ini menuntut manusia untuk selalu mengembangkan Iptek. Misalnya dalam handphone terdapat aplikasi-aplikasi yang semakin canggih yang mempermudah manusia untuk saling berkomunikasi. Aplikasi-aplikasi tersebut di-ciptakan oleh manusia dengan menggunakan bahasa pemrograman yang rumit. Namun bagi mereka yang mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang baik mereka mampu menganalogikan bahasa pemrograman yang rumit tersebut menjadi output berupa aplikasi sehingga lebih mudah dipahami dan digunakan oleh manusia. Oleh karena itu kemampuan komunikasi matematis merupakan hal yang sangat penting dan perlu ditingkatkan dalam pembelajaran matematika.

Rendah atau tingginya kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat dari hasil belajar matematika. Ketika siswa memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik maka mereka dapat membuat model atau merumuskankan masalah matematika yang dihadapi dan dengan mudah mereka dapat menemukan penye-lesaian dari masalah tersebut sehingga hasil belajar matematika yang mereka dapat memuaskan. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi rendah akan menga-lami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika sehingga hasil belajar matematika yang diperolehpun rendah. Ini berarti kemampuan komunikasi mate-matis sangat mempengaruhi hasil belajar matematika. Dengan kata lain hasil bel-ajar siswa yang tinggi menggambarkan kemampuan komunikasi siswa tersebut tinggi sedangkan hasil belajar siswa yang rendah menggambarkan kemampuan komunikasi siswa tersebut rendah.

(18)

pengeta-4 huannya dan dapat mendukung serta mengarahkan siswa pada kemampuan untuk berkomunikasi matematis. Proses pembelajaran seharusnya tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa. Seharusnya siswa diberikan waktu untuk berdiskusi dalam menjawab, menanggapi pertanyaan, dan pernyataan orang lain dengan argumentasi yang benar dan jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ruseffendi (2006: 283) belajar dengan aktif dapat menyebabkan ingatan kita mengenai yang kita pelajari itu lebih tahan lama, dan pengetahuan kita menjadi lebih luas dibandingkan dengan belajar secara pasif.

Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dapat dijadikan alternatif dalam upaya meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. TAPPS ini pertama kali diperkenalkan oleh Claparade, yang kemudian digunakan oleh Bloom dan Broder untuk meneliti proses pemecahan masalah pada siswa. Sedangkan un-tuk dapat menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah yang bersifat nonrutin sis-wa harus memahami maksud dari soal-soal tersebut. Untuk memahami maksud dari suatu soal dibutuhkan kemampuan komunikasi matematis yang baik. Jadi de-ngan menggunakan strategi pembelajaran TAPPS akan melatih kemampuan komu-nikasi matematis siswa.

(19)

se-5 perti ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya.

Berdasarkan observasi dan wawancara pada guru bidang studi matematika yang dilakukan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung diperoleh hasil bahwa di sekolah ini guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan pembelajaran yang seperti ini ternyata terdapat beberapa permasalahan pada pembelajaran mate-matika pada siswa. Siswa masih mengalami kesulitan dalam merefleksikan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika. Selain itu masih kurang-nya kemampuan siswa dalam menjelaskan ide situasi menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit, grafik dan aljabar. Hal ini mungkin terjadi karena pada pem-belajaran konvensional hanya terjadi komunikasi satu arah dan mengabaikan sifat sosial dari belajar matematika itu sendiri. Siswa hanya mendapatkan materi pel-ajaran dari guru dan tidak memiliki kesempatan berpikir sendiri atau berdiskusi dan bertukar pikiran mengenai ide-ide yang mereka pikirkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan.

B. Rumusan Masalah

(20)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan strategi TAPPS terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran khususnya di bidang pendidikan matematika terkait dengan pembelajaran

Thinking Aloud Pair Problem Solving dalam meningkatkan kemampuan komu-nikasi matematis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru dan calon guru matematika, diharapkan penelitian ini berguna

untuk menambah wawasan dalam pembelajaran matematika yaitu dengan menggunakan strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving dan keter-kaitannya dalam kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Bagi kepala sekolah, diharapkan dengan penelitian ini kepala sekolah

mem-peroleh informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

c. Bagi peneliti, diharapkan dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri,

(21)

7

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memperoleh kesamaan pendapat dan menghindari penafsiran yang berbeda tentang penelitian ini, berikut diberikan beberapa penjelasan istilah.

1. Pengaruh strategi TAPPS terhadap kemampuan komunikasi matematis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dampak yang timbul akibat pemberian pembelajaran dengan strategi TAPPS dalam pembelajaran matematika terha-dap komunikasi matematis. Dalam penelitian ini dikatakan pembelajaran de-ngan strategi TAPPS berpengaruh apabila kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS lebih baik dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kon-vensional.

2. TAPPS adalah strategi pembelajaran pemecahan masalah yang melibatkan dua sampai empat orang siswa bekerja sama untuk memecahkan masalah. Setelah mendapatkan materi, siswa diberikan soal yang akan mereka kerjakan. Dalam satu kelompok dibagi menjadi dua grup yang nantinya akan berperan sebagai

problem solver dan listener. Soal untuk problem solver dan listener berbeda. Setelah selesai berdiskusi grup pertama berperan sebagai problem solver

menjelaskan kepada grup kedua berperan sebagai listener mengenai soal yang telah didiskusikan. Kemudian mereka bertukar peran dan mulai menjalankan perannya.

(22)
(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)

Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan permasalahan yang mereka jumpai secara berpasangan, dengan satu anggota pasangan berfungsi sebagai pemecah permasalahan dan yang lainnya sebagai pendengar. Pemecah permasalahan mengucapkan semua pemikiran dan mereka saat mereka mencari sebuah solusi, pendengar mendorong rekan mereka untuk tetap berbicara dan menawarkan anggapan umum atau petunjuk jika bagian pemecah masalah tertekan.

(24)

10 Merujuk dari pendapat yang dikemukakan di atas disimpulkan strategi TAPPS merupakan strategi yang menuntut siswa berkelompok kemudian dala satu kelompok tersebut siswa akan berperan sebagai problem solver dan listener dalam menyelesaikan soal latihan yang diberikan. Sedangkan perincian tugas problem solver dan listener pada pembelajaran TAPPS dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Tugas seorang problem solver (PS)

1) Membaca soal listener mengetahui permasalahan yang akan dipecahkan. 2) Mulai menyelesaikan soal dengan cara sendiri. PS mengemukakan semua

pendapat serta gagasan yang terpikirkan, mengemukakan semua langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut serta menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana langkah tersebut diambil agar listener mengerti penyelesaian yang dilakukan PS.

3) PS harus lebih berani dalam mengungkapkan segala hasil pemikirannya. Anggaplah bahwa listener tidak sedang mengevaluasi.

4) Mencoba untuk terus menyelesaikan masalah sekalipun PS menganggap masalah tersebut sulit.

b. Tugas seorang listener (L)

1) Menuntun PS tetap berbicara, tetapi jangan menyela ketika PS sedang berpikir.

2) Memastikan bahwa langkah dari solusi permasalahan yang diungkapkan PS tidak ada yang salah dan tidak ada langkah yang terlewat.

3) Membantu PS agar lebih teliti dalam mengungkapkan solusi permasa-lahannya.

(25)

11 bertanyalah kepada problem solver.

5) Jangan membiarkan PS melanjutkan jika PS membuat kesalahan. Disini tugas L menghindari untuk langsung mengoreksi, melainkan berikan pertanyaan penuntun yang mengarah ke jawaban yang benar.

Untuk lebih memudahkan dalam memahami pembelajaran matematika dengan strategi TAPPS ini, penulis menyajikannya dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Bagan 2.1

Proses Pembelajaran Matematika Dengan Strategi TAPPS

1. Setelah siswa memperoleh materi, guru membagikan masalah yang berbeda kepada problem solver (PS) dan listener (L)

2. PS dan L mempelajari masalah masing-masing.

3. PS mulai membacakan soal lalu mulai menyelesaikan permasalahan sambil menjelaskan setiap langkah penyelesaian kepada L.

4. L mengamati proses penyelesaian masalah, bertanya jika ada hal yang kurang dipahami, atau memberikan arahan dan penuntun jika PS mengalami kesulitan.

5. Guru berkeliling kelas mengamati dan membantu kelancaran diskusi.

7. Guru dan peserta didik membahas maslah yang telah diberikan secara bersama-sama.

6. Setelah soal pertama terpecahkan, PS dan L bertukar peran dan melakukan diskusi kembali seperti di atas.

(26)

12 Strategi TAPPS dapat dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar siswa. Siswa menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, menemukan pasangan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator.

Johnson & Chung (1999: 2) dalam sebuah jurnalnya mengungkapkan pendapat beberapa ahli mengenai kelebihan strategi TAPPS, yakni:

1) TAPPS memungkinkan siswa untuk melatih konsep, mengaitkannya dengan kerangka kerja yang sudah ada, dan menghasilkan pemahaman materi yang lebih mendalam.

2) TAPPS menuntut seorang problem solver untuk berpikir sambil menjelaskan sehingga pola berpikir mereka lebih terstruktur.

3) TAPPS membantu membangun kerangka kerja kontekstual yang dibutuhkan untuk meningkatkan pemahaman siswa.

4) Setiap anggota pada pasangan TAPPS dapat saling belajar mengenai strategi pemecahan masalah satu sama lain sehingga mereka sadar tentang proses berpikir masing-masing.

Selain memiliki kelebihan, Johnson & Chung (1999) berpendapat TAPPS juga memiliki kekurangan antara lain:

1) Berpikir sambil menjelaskan kepada orang lain bukanlah hal yang mudah. Seseorang pasti akan kesulitan untuk memilih kata, apalagi untuk orang yang tidak terbiasa berbicara.

(27)

13 masalah tersebut dengan lebih baik.

3) TAPPS memerlukan banyak waktu.

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa, strategi Thinking Aloud Pair Problem Solver (TAPPS) merupakan strategi pembelajaran dimana siswa bekerja kelompok secara berpasangan dan setiap siswa mempunyai peran masing-masing yaitu sebagai problem solving (pemecah masalah/PS) atau sebagai listener (pendengar/L) untuk menyelesaikan suatu masalah. Tugas PS adalah menyelesaikan permasalah yang telah ia dapat sambil menjelaskan setiap langkah penyelesaian kepada L. Setelah masalah terpecahkan, PS dan L bertukar peran dan menjalankan tugas sesuai dengan peran yang didapatkan sehingga semua siswa mempunyai peluang yang sama untuk menjalankan peran sebagai PS maupun L.

2. Komunikasi Matematis

Jujun (2007: 190) mengatakan, matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya, tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.

(28)

14 Latuheru (1988: 2) mengatakan bahwa komunikasi merupakan suatu transaksi pengertian atau pemahaman antara dua individu atau lebih melalui bentuk simbol dan signal. Sedangkan menurut Greenes dan Schulman (1996: 159) komunikasi matematis adalah: kemampuan (1) menyatakan ide matematika melalui ucapan, tulisan, demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang berbeda; (2) memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan, atau dalam bentuk visual; (3) mengkonstruk, menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan hubungannya.

Selanjutnya menurut Sullivan & Mousley dalam Ansari (2003: 17), komunikasi matematis bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis, dan akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasan-gagasan, ide-ide, dan pemahamannya tentang konsep dan proses matematika yang mereka pelajari.

Adapun indikator untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis menurut Sumarmo (2003: 4) adalah sebagai berikut:

1) Menghubungkankan benda-benda nyata, gambar, dan diagram kedalam ide matematika.

2) Menjelaskan ide situasi menggunakan metode lisan, tertulis, konkrit, grafik, gambar, dan aljabar.

3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

(29)

gagasan-15 gagasan, ide-ide, dan pemahamannya tentang materi matematika yang mereka pelajari, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah.

Dalam penelitian ini, untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis, siswa diberi tes berupa soal-soal tentang materi yang diajarkan. Dengan mengacu kepada pendapat NCTM (1989: 214) indikator kemampuan komunikasi matematis yang diamati dalam penelitian ini dapat dilihat dari : (1) kemampuan mengeks-presikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya; (2) kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya; (3) kemam-puan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.

B. Kerangka Pikir

(30)

16 klarifikasi, bekerja sama, menulis, dan akhirnya melaporkan apa yang telah dipelajari.

Strategi TAPPS merupakan salah satu strategi yang dikembangkan untuk meneliti proses pemecahan masalah pada siswa SMA. Pemecahan masalah menuntut siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis. Saat dihadapkan pada soal pemecahan masalah, membuat model merupakan langkah yang sangat penting untuk memahami, memperjelas, dan merumuskan masalah. Dalam proses menemukan penyelesaian, hasil sementara mungkin perlu dirangkum dan disajikan. Selanjutnya ketika sudah didapatkan penyelesaiannya, hasil dari penyelesaian tersebut juga perlu disajikan kepada orang lain disertai penjelasan. Proses-proses tersebut merupakan rangkaian kemampuan komunikasi matematis. Oleh karena itu dengan menggunakan strategi TAPPS ini akan melatih kemampuan komunikasi matematis siswa.

Selain itu strategi TAPPS merupakan strategi pembelajaran matematika yang banyak melibatkan siswa selama proses pembelajaran. Strategi ini menempatkan siswa sebagai subyek belajar sehingga siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran. Pada strategi ini siswa berpasang-pasangan, dalam pasangan tersebut siswa diberikan permasalahan yang berbeda. Setiap siswa mencari jawa-ban atas permasalahan yang telah didapatkan kemudian secara bergantian mereka menjelaskan cara penyelesaian permasalahan tersebut kepada pasangannya.

Pada saat Problem Solver (PS) menjelaskan mengenai penyelesaian masalah,

(31)

17 tersebut. Ketika dirasa langkah yang diambil oleh PS kurang tepat, L akan bertanya sehingga PS akan berpikir ulang dan terjadilah interaksi dalam upaya menyelesaikan permasalahan tersebut. Tahap inilah yang akan melatih semua siswa untuk menggunakan kemampuan komunikasi matematis mereka untuk memahami maksud dari permasalahan yang tersaji dan mencari tahu penyelesaian yang benar. Tahapan seperti ini lebih baik dibandingkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan tidak memiliki kesempatan untuk berdiskusi bersama teman.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran dengan strategi TAPPS akan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

C. Anggapan Dasar

1. Seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung selama ini mem-peroleh materi pelajaran matematika yang sama dan sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

(32)

18

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Hipotesis

Pembelajaran dengan strategi TAPPS berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

2. Hipotesis Kerja

(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdistribusi dalam tujuh kelas. Nilai rata-rata ujian semester ganjil kelas X disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Nilai Rata-rata Kelas SMA Negeri 5 Bandar Lampung

No Kelas Nilai Rata-rata

1 X.1 58,58

2 X.2 60,67

3 X.3 57,53

4 X.4 53,53

5 X.5 59,58

6 X.6 57,34

7 X.7 55,06

Rata-rata Populasi 57,47

Sumber : SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013

(34)

20 yaitu kelas X.3 dan X.6. Selanjutnya dipilih kelas X.6 sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas X.3 sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Karena sampel yang diambil memiliki kemampuan kognitif yang relatif sama maka desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control design. Struktur desain posttest only control design menurut Furchan (1982: 368) yaitu berikut.

Table 3.2 Desain penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

A X1 Y1

B X2 Y2

Keterangan :

A : kelas eksperimen B : kelas kontrol

X1 : pembelajaran dengan strategi TAPPS

X2 : model pembelajaran konvensional

Y1 : skor posttest pada kelas eksperimen

Y2 : skor posttest pada kelas kontrol

(35)

21

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitan ini yaitu sebagai berikut. 1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan seperti observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti, menentukan sampel penelitian, menyusunan perangkat pembelajaran untuk pembelajaran dengan strategi TAPPS dan pembelajaran konvensional yang terdiri dari Rencana Pelak-sanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK), kisi-kisi soal, soal tes, dan kunci jawaban soal tes kemampuan komunikasi matematis yang merujuk pada pedoman penskoran.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi: pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan berdasarkan RPP pembelajaran dengan strategi TAPPS sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berdasarkan RPP dengan pembelajaran konvensional.

3. Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol setelah diberikan perlakuan.

5. Analisis Data

6. Penarikan Kesimpulan

(36)

22

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kemampuan komunikasi matematis siswa yang diperoleh melalui tes pada akhir pembelajaran. Data kemampuan komunikasi matematis tersebut berasal dari data kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS dan data kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran konvensional. yang diberikan tidak berarti. matematis masuk akal namun hanya sebagian yang lengkap dan benar

4 Penjelasan matematis

(37)

23 Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes kemampuan komunikasi matematis. Tes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui kemam-puan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi TAPPS dan pembelajaran konvensional. Setiap butir soal memiliki satu atau lebih indikator kemampuan komunikasi matematis. Tabel 3.3 di atas merupakan pedoman penskoran tes yang digunakan dalam penelitian ini.

Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba yang kemudian dilakukan analisis mengenai validitas isi dan reliabilitas butir soal.

1. Uji Validitas Isi

Untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan akurat maka tes yang akan digunakan harus memenuhi validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang ditin-jau dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi trigono-metri yang diteskan. Validitas isi ini dikonsultasikan terlebih dahulu kepada guru mata pelajaran matematika kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung sebelum diujikan ke kelas sampel dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMA, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika.

(38)

24

tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data telah me-menuhi validitas isi, hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran B.3.

Setelah perangkat tes dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan. Uji co-ba dilakukan di luar sampel penelitian tetapi masih dalam populasi yaitu di kelas X.4. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas butir soal.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat diperca-ya atau diandalkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha, Sudijono (2008: 208) adalah sebagai berikut:

11 =

� −1 1−

��2

��2

Keterangan:

11 = koefisien reliabilitas tes

��2 = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

��2 = varian total

� = banyaknya item tes yang dikeluarkan dalam tes

Menurut Sudijono, suatu tes dikatakan memiliki keajegan yang baik apabila koefisien reliabilitasnya sama dengan atau lebih besar dari 0,70 ( 11 ≥ 0,70),

sehingga penelitian ini interpretasi reliabilitas tes yang digunakan adalah ≥ 0,70.

(39)

25 Karena instrumen tes kemampuan komunikasi matematis tersebut telah memenuhi kriteria valid dan reliabel maka instrumen tes kemampuan komunikasi matematis tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah dalam melakukan analisis data hasil tes adalah:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi Kua-drat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut:

Hipotesis:

Ho : populasi berdistribusi normal.

H1 : populasi berdistribusi tidak normal.

�ℎ� ��2 =

(�)2

2

�=1

Keterangan :

�2 = harga Chi-kuadrat

� = frekuensi harapan

�� = frekuensi observasi

= banyaknya kelas interval

Keputusan Uji:

Terima H0 jika �ℎ� ��2 <�2 . Taraf signifikansi yang digunakan adalah α =

(40)

26 Setelah dilakukan perhitungan data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS diperoleh x2hitung= 3,29 dan

data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional x2hitung = 1,59 dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk = k - 3, dari tabel chikuadrat diperoleh x²tabel = 7,81. Ternyata data kemampuan komunikasi

mate-matis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS maupun data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konven-sional memiliki �ℎ� ��2 < �ℎ� ��2 . Berarti keputusan uji normalitas pada peneli-tian ini adalah terima H0 yaitu populasi berdistribusi normal. Dapat disimpulkan

bahwa data kemampuan komunikasi maematis siswa yang mengikuti pembel-ajaran dengan strategi TAPPS dan data kemampuan komunikasi maematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berdistribusi normal. Perhitungan da-pat dilihat pada Lampiran C.4 dan C.5.

2) Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data kemampuan komunikasi matematis siswa yang menngikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki varians sama atau sebaliknya. Adapun hipotesis untuk uji ini terdapat pada Sudjana (2005: 250), yaitu :

H0: σ12= σ22 (kedua populasi memiliki varian yang sama).

H1: σ12≠ σ22 (kedua populasi memiliki varian yang berbeda).

(41)

27

Setelah dilakukan perhitungan data post-test, diperoleh nilai Fhitung= 1,10 dan nilai 1

2�(�1−1,�2−1)

= 1,82 dengan taraf nyata α = 0,05. Ternyata diperoleh hasil bahwa data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS dan data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki ℎ� �� < yang berarti H0

diterima, yaitu kedua populasi memiliki varian yang sama. Dapat disimpulkan bahwa data kemampuan komunikasi maematis siswa yang mengikuti pembelaja-ran dengan strategi TAPPS dan data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki varian yang sama. Perhitu-ngan dapat dilihat pada Lampiran C.6.

3) Uji Hipotesis

(42)

28 Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 243) sebagai berikut:

Hipotesis uji :

H0 ∶ �1 = �2 (rata-rata nilai komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan strategi TAPPS sama dengan rata-rata nilai komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

H1 ∶ �1 > �2 (rata-rata nilai komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan strategi TAPPS lebih dari rata-rata nilai komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

Statistik yang digunakan untuk uji ini adalah:

ℎ� �� = � 1− � 2

�1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

(43)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdistribusi dalam tujuh kelas. Nilai rata-rata ujian semester ganjil kelas X disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Nilai Rata-rata Kelas SMA Negeri 5 Bandar Lampung

No Kelas Nilai Rata-rata

1 X.1 58,58

2 X.2 60,67

3 X.3 57,53

4 X.4 53,53

5 X.5 59,58

6 X.6 57,34

7 X.7 55,06

Rata-rata Populasi 57,47

Sumber : SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013

(44)

20 yaitu kelas X.3 dan X.6. Selanjutnya dipilih kelas X.6 sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas X.3 sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Karena sampel yang diambil memiliki kemampuan kognitif yang relatif sama maka desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control design. Struktur desain posttest only control design menurut Furchan (1982: 368) yaitu berikut.

Table 3.2 Desain penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

A X1 Y1

B X2 Y2

Keterangan :

A : kelas eksperimen B : kelas kontrol

X1 : pembelajaran dengan strategi TAPPS

X2 : model pembelajaran konvensional

Y1 : skor posttest pada kelas eksperimen

Y2 : skor posttest pada kelas kontrol

(45)

21

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitan ini yaitu sebagai berikut. 1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan seperti observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti, menentukan sampel penelitian, menyusunan perangkat pembelajaran untuk pembelajaran dengan strategi TAPPS dan pembelajaran konvensional yang terdiri dari Rencana Pelak-sanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK), kisi-kisi soal, soal tes, dan kunci jawaban soal tes kemampuan komunikasi matematis yang merujuk pada pedoman penskoran.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan meliputi: pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan berdasarkan RPP pembelajaran dengan strategi TAPPS sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan berdasarkan RPP dengan pembelajaran konvensional.

3. Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi Matematis 4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan tes kemampuan komunikasi matematis pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol setelah diberikan perlakuan.

5. Analisis Data

6. Penarikan Kesimpulan

(46)

22

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kemampuan komunikasi matematis siswa yang diperoleh melalui tes pada akhir pembelajaran. Data kemampuan komunikasi matematis tersebut berasal dari data kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS dan data kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran konvensional. yang diberikan tidak berarti. matematis masuk akal namun hanya sebagian yang lengkap dan benar

4 Penjelasan matematis

(47)

23 Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes kemampuan komunikasi matematis. Tes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui kemam-puan komunikasi matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi TAPPS dan pembelajaran konvensional. Setiap butir soal memiliki satu atau lebih indikator kemampuan komunikasi matematis. Tabel 3.3 di atas merupakan pedoman penskoran tes yang digunakan dalam penelitian ini.

Sebelum instrumen tes digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba yang kemudian dilakukan analisis mengenai validitas isi dan reliabilitas butir soal.

1. Uji Validitas Isi

Untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan akurat maka tes yang akan digunakan harus memenuhi validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang ditin-jau dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi trigono-metri yang diteskan. Validitas isi ini dikonsultasikan terlebih dahulu kepada guru mata pelajaran matematika kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung sebelum diujikan ke kelas sampel dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas X SMA Negeri 5 Bandar Lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMA, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika.

(48)

24

tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data telah me-menuhi validitas isi, hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran B.3.

Setelah perangkat tes dinyatakan valid, maka perangkat tes diujicobakan. Uji co-ba dilakukan di luar sampel penelitian tetapi masih dalam populasi yaitu di kelas X.4. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas butir soal.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana instrumen dapat diperca-ya atau diandalkan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha, Sudijono (2008: 208) adalah sebagai berikut:

11 =

� −1 1−

��2

��2

Keterangan:

11 = koefisien reliabilitas tes

��2 = jumlah varian skor dari tiap-tiap butir item

��2 = varian total

� = banyaknya item tes yang dikeluarkan dalam tes

Menurut Sudijono, suatu tes dikatakan memiliki keajegan yang baik apabila koefisien reliabilitasnya sama dengan atau lebih besar dari 0,70 ( 11 ≥ 0,70),

sehingga penelitian ini interpretasi reliabilitas tes yang digunakan adalah ≥ 0,70.

(49)

25 Karena instrumen tes kemampuan komunikasi matematis tersebut telah memenuhi kriteria valid dan reliabel maka instrumen tes kemampuan komunikasi matematis tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

E. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah dalam melakukan analisis data hasil tes adalah:

1) Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi Kua-drat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut:

Hipotesis:

Ho : populasi berdistribusi normal.

H1 : populasi berdistribusi tidak normal.

�ℎ� ��2 =

(�)2

2

�=1

Keterangan :

�2 = harga Chi-kuadrat

� = frekuensi harapan

�� = frekuensi observasi

= banyaknya kelas interval

Keputusan Uji:

Terima H0 jika �ℎ� ��2 <�2 . Taraf signifikansi yang digunakan adalah α =

(50)

26 Setelah dilakukan perhitungan data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS diperoleh x2hitung= 3,29 dan

data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional x2hitung = 1,59 dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk = k - 3, dari tabel chikuadrat diperoleh x²tabel = 7,81. Ternyata data kemampuan komunikasi

mate-matis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS maupun data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konven-sional memiliki �ℎ� ��2 < �ℎ� ��2 . Berarti keputusan uji normalitas pada peneli-tian ini adalah terima H0 yaitu populasi berdistribusi normal. Dapat disimpulkan

bahwa data kemampuan komunikasi maematis siswa yang mengikuti pembel-ajaran dengan strategi TAPPS dan data kemampuan komunikasi maematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berdistribusi normal. Perhitungan da-pat dilihat pada Lampiran C.4 dan C.5.

2) Uji Homogenitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data kemampuan komunikasi matematis siswa yang menngikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki varians sama atau sebaliknya. Adapun hipotesis untuk uji ini terdapat pada Sudjana (2005: 250), yaitu :

H0: σ12= σ22 (kedua populasi memiliki varian yang sama).

H1: σ12≠ σ22 (kedua populasi memiliki varian yang berbeda).

(51)

27

Setelah dilakukan perhitungan data post-test, diperoleh nilai Fhitung= 1,10 dan nilai 1

2�(�1−1,�2−1)

= 1,82 dengan taraf nyata α = 0,05. Ternyata diperoleh hasil bahwa data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS dan data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki ℎ� �� < yang berarti H0

diterima, yaitu kedua populasi memiliki varian yang sama. Dapat disimpulkan bahwa data kemampuan komunikasi maematis siswa yang mengikuti pembelaja-ran dengan strategi TAPPS dan data kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki varian yang sama. Perhitu-ngan dapat dilihat pada Lampiran C.6.

3) Uji Hipotesis

(52)

28 Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 243) sebagai berikut:

Hipotesis uji :

H0 ∶ �1 = �2 (rata-rata nilai komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan strategi TAPPS sama dengan rata-rata nilai komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

H1 ∶ �1 > �2 (rata-rata nilai komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan strategi TAPPS lebih dari rata-rata nilai komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)

Statistik yang digunakan untuk uji ini adalah:

ℎ� �� = � 1− � 2

�1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

(53)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan strategi TAPPS berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMA Negeri 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi TAPPS lebih baik dari rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Diharapkan pembelajaran dengan strategi TAPPS dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar-mengajar. Namun untuk hasil yang lebih optimal sebaiknya harus melakukan perencanaan yang matang dalam menyusun perangkat pembelajaran, selain itu harus mengelola waktu seoptimal mungkin agar proses pembelajaran kondusif.

(54)
(55)

DAFTAR PUSTAKA

Alisah, Evawati & Eko P. Dharmawan. 2007. Filsasafat Dunia Matematika

Pengantar untuk Memahami Konsep-Konsep Matematika. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anita. 2007. Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Pada Topik Larutan Penyangga untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa. Tesis Magister PPS UPI: Tidak Diterbitkan.

Ansari, B.I. 2003. Menumbuh Kembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write. Disertasi Doktor, Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Cai, J.L. dan Jacabcsin, M.S. 1996. The Role of Open Ended Tasks and Holistic Skoring Rubrics: Assesing Student’ Mathematics K-12 and Beyond. Virgina: NCTM.

Felder, Richard M and Brent, Rebecca. 1994. “Cooperatif Learning in Technical

Courses; Procedures, Pitfalls, and Payoffs”. [Online], Tersedia: http://www.ncsu.edu/felder-public/Coopreport.html, diakses tanggal 04 November 2012.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Greenes, C & Schulman, L. 1996. Communication Prossesses in Mathematical Exploration end Investigation. USA: NCTM.

Johnson & Chung. 1999. The Effect of Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) on the Troubleshooting Ability of Aviation Technician Students. Jurnal of Industrial Teacher Education (Volume 37, Number 1). [Online], Tersedia: http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JITE/v37n1/john.html, diakses tanggal 04 November 2012.

(56)

Latuheru, J. D. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses pembelajaran Masa Kini. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standarts for School Mathematics.Reston, VA: NCTM.

Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tasito.

Sumarmo, U. 2003. Pembelajaran Matematika Untuk Mendukung Pelaksanaan

Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: UPI.

Gambar

Tabel 3.1 Nilai Rata-rata Kelas SMA Negeri 5 Bandar Lampung
Table 3.2 Desain penelitian
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran
Tabel 3.1 Nilai Rata-rata Kelas SMA Negeri 5 Bandar Lampung
+3

Referensi

Dokumen terkait

Menurut pendapat anda, apa langkah-langkah yang paling Menurut pendapat anda, apa langkah-langkah yang paling mungkin dilaksanakan pemerintah Indonesia dalam rangka

Menurut Mason (1996, Hal 490), pengertian dari analisis regresi adalah suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua

Sinar Matahari adalah merupakan sumber energi alternatif yang sangat penting karena dengan menggunakan sel surya energi matahari dapat diubah langsung menjadi energi

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

karena itu, dalam penelitian kualitatif diperlukan triangulasi. 330) mengemukakan bahwa “trian gulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan

Memimpin dan mengoordinasikan kegiatan Bagian Tata Usaha serta menyusunperencanaan dan mengelola keuangan, kepegawaian, persuratan, kearsipan, barang

Kepada peserta lelang yang berkeberatan dengan hasil pelelangan ini diberikan masa sanggah selama 4 (Empat) hari terhitung sejak tanggal pengumuman ini. Demikian pengumuman