ABSTRAK
Terminal Imbanagara adalah Terminal angkutan umum yang terletak di Kabupaten
Ciamis.Pada dasarnya Kabupaten Ciamis sendiri telah memiliki terminal yaitu UPTD
Terminal Ciamis,tetapi seiring perkembangan transportasi terminal yang ada saat ini sudah
tidak bisa menampung kegiatan yang terjadi di terminal itu sendiri.Diperlukan terminal baru
sebagai penunjang kegiatan terminal untuk mewadahi kegiatan masyarakat Kabupaten
Ciamis dan sekitarnya
Lokasi yang dipilih dalam proyek ini adalah Jalan Raya Cikoneng karena lokasi tersebut
berada di lokasi yang srtategis dan berada di jalan primer Kabupaten Ciamis.Jalan tersebut
merupakan jalan penghubung antara Jawa Barat dan Jawa Tengah selain jalur pantura.
Tema yang diambil pada bangunan ini adalah Clarity atau kejelasan.Dengan penekana pada kejelasan sirkulasi,kejelasan langgam dan kejelasan urutan ruang. Terminal ini memberikan
kejelasan lokasi yang mudah diakses dan terlihat keberadaannya (lokasi). Dengan tema
Clarity yang memberi penekanan khusus pada kejelasan sirkulasi dengan pola sirkulasi linier (searah) diharapkan bias memberi kemudahan pada pengungjung Terminal.Selain dari pola
sirkulasi yang linier bentukan masa bangunan pun dibuat linier dilihat dari fungsi dan
kebutuhan ruang Terminal.Penerapan konsep selanjutnya yaitu penerapan terhadap kejelasan
langgam.Penggunaan langgam pada konsep desain Terminal Imbanagara adalah langgam
modern,penggunaan langgam diterpakan pada desain meminimalisir ornamen-ornamen serta
keseragaman pada bentuk masa dan keseragaman bahan material yang
digunakan.Memperbanyak unsur transparansi pada fasade bangunan merupakan salah satu penerapan tema terhadap desain yang mengingikan adanya keterlihatan kegiatan yang berada
di dalam oleh orang yang berada di luar ruangan.
TERMINAL KABUPATEN CIAMIS CLARITY
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH STUDIO PERANCANGAN TUGAS AKHIR SEMESTER 9
DISUSUN OLEH :
NAMA : LOGI TOFANI NIM : 1.04.06.015
DOSEN PEMBIMBING :
Ir.WANITA SUBADRA ABIOSO, MT.
DOSEN KOORDINATOR :
ILHAMDANIAH, ST.,MT.,MSc.
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
DAFTAR ISI
BAB II PENJELASAN KASUS………….………... 6
2.1 Data umum proyek……… 6
BAB III ELABORASI TEMA……….. 22
3.1 Pengertian………….……… 22
3.2 Elaborasi tema…...………... 22
3.2.1 Kejelasan sirkulasi……….…. 22
3.2.3 Kejelasan urutan ruang……… 28
3.3.1 Tinjauan umum……….... 37
BAB IV ANALISA LOKASI..……….……..…. 32
4.1 Lokasi rencana terminal...………... 32
4.2 Justifikasi lahan……….……….. 33
4.3 Gambaran umum keadaan lahan……….. 34
BAB V KONSEP RANCANGAN………... 35
5.1 Pendekatan desain……… 35
5.2 Tinjaun umum rancangan..……….….. 35
5.2.1 Karakteristik terminal……….. 35
5.2.2 Klasifikasi ukuran bis……….. 36
5.2.3 Kelas bis... 36
5.2.4 Pola parkir bis... 37
5.2.5 Pola platforms area kedatangan & keberangkatan…….. 37
5.2.6 Area kedatangan & keberangkatan……….… 38
5.2.7 Perputaran bis... 39
5.3 konsep rancangan dasar………... 39
5.3.1 Kejelasan sirkulasi... 40
5.3.2 Kejelasan langgam………. 51
5.3.3 Kejelasan urutan ruang……….. 52
5.4 Utilitas……….... 59
BAB VI RANCANGAN………. 62
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka berpikir………. 4
Gambar 2.1 Letak terminal Purabaya………... 14
Gambar 2.2 Runag merokok………. 15
Gambar 2.3 Shalter bus bandara Juanda……….. 15
Gambar 2.4 Papan informasi kebengrangkatan bus………... 15
Gambar 2.5 Lintasan bus terminal Purabaya.……….. 18
Gambar 2.6 Ruang tiket & R. tunggu terminal Purabaya……… 19
Gambar 2.7 Letak terminal Cicaheum………. 19
Gambar 2.8 Keadaan terminal Cicaheum………..……….. 20
Gambar 2.9 Fasilitas terminl Cicaheum……….. 20
Gambar 2.10 Fasilitas terminl Cicaheum..……… 20
Gambar 3.1 Sistem struktur rangka baja………. 27
Gambar 3.2 Skylight…………..………. 28
Gambar 5.1 Pola parkir dengan kemiringan 45° & tegak lurus……… 37
Gambar 5.2 Pola platforms tegak lurus dan memanjang……….. 37
Gambar 5.3 Pola platforms posisi miring……….………. 38
Gambar 5.4 Area kedatangan & keberangkatan……….. 38
Gambar 5.6 Perputaran bis 180° dan 90°………….……….. 39
Gambar 5.7 Perputaran bis 180° dan 90°………….……….. 39
Gambar 5. 8 Rencana lokasi terminal………..…….……….. 40
Gambar 5.9 Penerapan sirkulasi pada site.………….……….. 41
Gambar 5.10 Penerapan sirkulasi pada bangunan…….……….. 41
Gambar 5.11 Penerapan sirkulasi pada penyandang cacat……….. 42
Gambar 5.12 Ukuran dasar ruang……….……….….. 43
Gambar 5.13 Ukuran dasar ruang……….……….….. 44
Gambar 5.14 Ukuran dasar ruang……….……….….. 46
Gambar 5.15 Ukuran dasar ruang……….……….….. 48
Gambar 5.16 Program aktivitas pengguna……….……….….. 51
Gambar 5.17 Bentuk fasade bangunan.……….……….. 51
Gambar 5.18 Bentuk fasade area keberangkatan dan kedatangan………….….. 52
Gambar 5.19 Denah lantai dasar……….. 52
Gambar 5.20 Denah lantai 1 & 2..……….….. 53
Gambar 5.21 Presfektif kawasan..……….….. 53
Gambar 5.22 Site plan…………..……….….. 54
Gambar 5.23 Penetapan fungsi kawasan..……….….. 58
Gambar 5.24 Diagram air bersih………..……….….. 60
Gambar 5.25 Diagram air Kotor………..……….….. 60
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tipologi terminal…………...………. 13
Tabel 2.2 Trayek bus kota……….…… 17
Tabel 2.3 Tarayek bus AKDP..………. 18
Daftar Pustaka :
Juknis LLAJ,Terminal Transportasi
BAPEDA Kabupaten Ciamis
UPTD Terminal Kabupaten Ciamis
UPTD Terminal Purabaya Surabaya
UPTD Terminal Cicaheum Bandung
Cerver, Francisco Aseno (1997), The Architecture of Station and Terminal, New
York : Hearst Books International.
Laurens, Joyce Marcella (2004), Arsitektur dan Perilaku Manusia, Jakarta :
Grasindo.
Lynch, Kevin (1977), Image of the City.
Arsitek data
Blow,chisthoper ,Transport terminal in modal interchange
Vuchic, Vuchan R. (1981), Urban Public Transportation System and Technology :
Prentice Hall Inc.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
www.arcspace.com
www.google.com
www.google earth.com
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kabupaten Ciamis merupakan merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik,
pendidikan dan kebudayaan juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah Ciamis.
Peningkatan hasil produksi berbagai sektor di Kabupaten Ciamis akan mempercepat
laju pertumbuhan ekonomi yang berdampak dalam peningkatan mobilitas. Mobilitas bagi
masyarakat untuk melakukan aktivitas yang bernilai ekonomi dalam arti luas serta
pemenuhan kebutuhan sehari – hari dalam arti sempit.
Kabupaten Ciamis sendiri saat ini dilayani oleh terminal utama yaitu UPTD (Unit
Pelaksana Teknis Dinas) Terminal Bis Ciamis yang melayani kedatangan dari berbagai arah
penjuru Kabupaten Ciamis dan Daerah lainnya.
Pada awalnya kondisi terminal ini masih layak sebagai sebuah terminal bus,akan tetapi
perkembangan wilayah Kabupaten Ciamis dalam jangka menengah sampai jangka panjang
permasalahan yang perlu mendapat perhatian dan antisipasi dengan merencanakan Tataran
Transportasi Lokal untuk mendukung pelayanan transportasi dalam satu sistem yang terpadu.
Tatralok ini menjadi dasar dalam mengembangkan sistem transportasi baik berkaitan dengan
jaringan,lokasi yang aksessibel dan visible atau ruang lalu lintas maupun pelayanan yang
menjadi bagian terpenting dalam hal ini.
Dari uraian diatas Kabupaten Ciamis membutuhkan terminal yang lebih representativ
sebagai terminal Kabupaten yang menjadi pusat transportasi dan berada di lokasi yang
1.2 RUMUSAN MASALAH
Terminal yang ada pada saat ini merupakan terminal Tipe B namun bedasarkan
persyaratan tentang terminal tipe B yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan yang
tercantum pada Petunjuk Teknis Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (Juknis LLAJ) kondisi
terminal saat ini tidak memenuhi persyaratan dikarenakan :
• Tidak mempunyai Parkir pengunjung • Tidak berada di jalan arteri
• Luas terminal kurang dari 3 ha sesuai peryaratan terminal tipe B untuk daerah Jawa dan Sumatra.
Bedasarkan faktor itulah diperlukan terminal yang memenuhi persyaratan sebagai
terminal tipe B yang dapat mewadahi kebutuhan transportasi darat yang berada di Kabupaten
Ciamis ataupun dari luar Kabupaten Ciamis.
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PROYEK
Maksud pengambilan objek studi (Proyek) adalah :
• Merancang terminal yang lebih aksesibel. • Merancang terminal yang lebih visibl. • Merancang terminal kelas B
• Mewujudkan pembangunan terminal sesuai RDTRK Ciamis (Rencana Detail Tata Ruang Kota)
Tujuan pengambilan objek studi (Proyek) adalah :
• Tujuan perancang merancang Terminal Imbanagara Kabupaten Ciamis adalah ingin mewujudkan Terminal angkutan umum yang lebih memadai dari segi sarana dan prasaran
bangunan Terminal.
1.4 MANFAAT PROYEK
Diharapkan Pembangungan Terminal Tipe B bisa memberikan pelayanan bagi
masyarakat umum dalam hal transportasi angkutan darat serta bisa menjadi pintu gerbang
1.5 METODA PENGUMPULAN DATA
1. Survei Lapangan : Survei lapangan dilakukan dengan cara mengamati dan pengenalan
langsung ke lokasi yang bertujuan menegtahui keadaan yang sebenarnya di lapangan.
2. Wawancara : Wawancara di lakukan kepada pihak Dinas terkait dalam hal ini
Dinas perhubungan Kabupaten Ciamis serta Unit Pelaksana Teknis Dinas Terminal
Kabupaten Ciamis dan BAPEDA Kabupaten Ciamis.
3. Studi Literatur : berguna untuk mengetahui standard dan ketentuan-ketentuan di dalam
membuat Terminal.
4. Studi banding: berguna untuk membandingkan kondisi terminal yang berkondisi baik
1.6 KERANGKA BERFIKIR
Latar Belakang Proyek
• Merancang terminal yang aksesibel dan visible
Analisa Survei kelayakan Lokasi
Potensi
• Berada di jalan arteri • Tingkat lalu lintas tinggi • Mudah dicapai
Masalah
• Lahan menjorok kedalam. Pengumpulan Data
Penerapan pada rancangan :
- Sirkulasi searah/linier. - Bentuk bangunan searah/linier. - Sitem bangunan pola grid 7.2m. - Langgam modern •Kejelasan sistem struktu •Kejelasan langgam •Kejelasan fungsi Pendalaman fungsi Terminal
•Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu
moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas-fasilitas parkir kendaraan pribadi.
Evaluasi
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Sebagai penjelasan strukturisasi, penulis dalam membuat laporan terlebih dahulu membuat
sistematika pembahasan. Sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I, memuat tentang latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, lingkup
perancangan, masalah perancangan, metoda pendekatan, kerangka berfikir dalam
perancangan Terminal Imbanagara Kabupaten Ciamis serta sistematika dari laporan tugas
akhir.
BAB II PENJELASAN KASUS
Pada bab II, memuat penjelasan mengenai proyek secara umum, program kegiatan dan studi
banding terhadap proyek sejenis.
BAB III ELABORASI TEMA
Pada bab III, memuat tentang pengertian tema, hubungan tema dengan rancangan proyek
yang dikerjakan yaitu menyangkut fungsi dan bentuknya
BAB IV ANALISA LOKASI
Pada bab IV, memuat tentang analisis fungsi bangunan dan analisis terhadap kondisi
lingkungan.
BAB V KONSEP PERANCANGAN
Pada bab V, memuat proses perencanaan dan perancangan bangunan mulai dari konsep dasar,
rencana tapak (site plan), rencana fungsi bangunan utama dan fungsi failitas pendukung serta penyelesaian ruang luar dan sistem utilitasnya baik bangunan maupun landscape.
BAB VI RANCANGAN
Pada bab VI berisikan tentang gambar hasil rancangan.
BAB II
PENJELASAN KASUS
2.1 DATA UMUM PROYEK
Kasus : Terminal Imbanagara Kabupaten Ciamis
Tema : Clarity
Sifat Proyek : Fiktif
Pemilik Proyek : Dinas Perhubungan Kabupaten Ciamis
Pemilik Dana : Dinas Perhubungan Kabupaten Ciamis
Lokasi : Jalan Raya Cikoneng Kabupaten Ciamis
Luas Lahan : 4.2 ha
KDB : 50 %
KLB : 0.5-1
2.2 PENGERTIAN JUDUL
Judul “Terminal Angkutan Umum Imbanagara Kabupaten Ciamis”, definisinya :
Terminal
Dalam pencapaian pembangunan nasional peranan transportasi memiliki posisi yang penting
dan strategi dalam pembangunan, maka perencanaan dan pengembangannya perlu ditata
dalam satu kesatuan sistem yang terpadu. Untuk terlaksananya keterpaduan intra dan antar
moda secara lancar dan tertib maka di tempat-tempat tertentu perlu di bangun dan
diselenggarakan terminal.
2.2.1 Tinjaun Umum Terminal
a) Definisi terminal
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal Transportasi merupakan:
• Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum.
• Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang.
• Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan kota.
b) Fungsi terminal
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995. Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:
• Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat
fasilitas-fasilitas informasi dan fasilitas-fasilitas parkir kendaraan pribadi.
• Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata lalu lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber
pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan umum.
• Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus dan sebagai fasilitas pangkalan.
c) Jenis terminal
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Terminal dibedakan berdasarkan jenis angkutan, menjadi: • Terminal Penumpang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan
dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta
pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.
• Terminal Barang, adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi.
d) Klasifikasi terminal
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No 31/1995, Terminal penumpang
berdasarkan fungsi pelayanannya dibagi menjadi:
• Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
• Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan.
e) Persyaratan lokasi terminal
Penentuan lokasi terminal penumpang harus memperhatikan:
• rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana umum jaringan
transportasi jalan.
• rencana umum tata ruang
• kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal
• keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda.
• kondisi topografi, lokasi terminal.
• kelestarian lingkungan.
Bedasarkan hasil kajian maka terminal Kabupaten Ciamis digolongkan pada terminal Tipe B
karena hanya melayani Antar kota dalam provinsi,ada pun persyaratan lokasi terminal tipe B
adalah sebagai berikut :
Persyaratan Lokasi Terminal Tipe B
• Terletak di Kotamadya atau Kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan kota dalam
propinsi.
• Terletak di jalan arteri atau kolektor
• Jarak antara dua terminal penumpang Tipe B atau dengan terminal tipe A
sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau lainnya.
• Tersedia luas lahan sekuarng-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau Jawa dan Sumatera,
dan 2 ha di pulau lainnya.
• Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sekurang-kurangnya
berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya.
2.2.2 Kriteria Pembangunan dan Perancangan Terminal
a. Kriteria pembangunan terminal Pembangunan terminal dilengkapi dengan:
• Rancang bangun terminal
• Analisis dampak lalu lintas
• Analisis mengenai dampak lingkungan
Dalam rancang bangun terminal penumpang harus memperhatikan:
• Fasilitas penumpang yang disyaratkan.
• Pembatasan yang jelas antara lingkungan kerja terminal dengan lokasi peruntukkan
lainnya, misalnya pertokoan, perkantoran, sekolah dan sebagainya.
• Pemisahan antara lalu lintas kendaraan dan pergerakan orang di dalam terminal.
• Pemisahan yang jelas antara jalur angkutan antar kota antar propinsi, angkutan antar kota
dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan. Manajemen lalu lintas di dalam
terminal dan di daerah pengawasan terminal.
b. Kriteria pembanguna terminal Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995: Sirkulasi lalu lintas
Jalan masuk dan keluar kendaraan harus lancar, dan dapat bergerak dengan mudah. Jalan
masuk dan keluar calon penumpang kendaraan umum harus terpisah dengan keluar masuk
kendaraan.
Kendaraan di dalam terminal harus dapat bergerak tanpa halangan yang tidak perlu. Sistem
sirkulasi kendaraan di dalam terminal ditentukan berdasarkan:
• Jumlah arah perjalanan
• Frekuensi perjalanan
• Waktu yang diperlukan untuk turun/naik penumpang
Sistem sirkulasi ini juga harus ditata dengan memisahkan jalur bus/kendaraan dalam kota
dengan jalur bus angkutan antar kota.
• jalur pemberangkatan kendaraan umum
• jalur kedatangan kendaraan umum
• tempat tunggu kendaraan umum
• tempat istirahat sementara kendaraan umum
• bangunan kantor terminal
• tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, menara pengawas, loket penjualan karcis,
rambu-rambu dan papan informasi, yang memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal
perjalanan, pelataran parkir kendaraan pengantar dan taksi.
• kamar kecil/toilet
• musholla
• kios/kantin
• ruang pengobatan
• ruang infromasi dan pengaduan telepon umum
• tempat penitipan barang
• Taman.
• Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, penjemput, sirkulasi barang dan pengelola
terminal.
• Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi perjalanan, kebiasaan penumpang dan fasilitas
penunjang
Fasilitas penunjang sebagai fasilitas pelengkap dalam pengoperasian terminal antara lain:
• Turun naik penumpang dan parkir bus harus tidak mengganggu kelancaran sirkulasi bus dan dengan memperhatikan keamanan penumpang.
• Luas bangunan ditentukan menurut kebutuhan pada jam puncak berdasarkan kegiatan adalah:
Luas pelataran parkir terminal tersebut di atas ditentukan berdasarkan kebutuhan pada jam
puncak berdasarkan:
• Frekuensi keluar masuk kendaraan
• Kecepatan waktu naik/turun penumpang
• Kecepatan waktu bongkar/muat barang
• Banyaknya jurusan yang perlu di tampung dalam sistem jalur
Sistem parkir kendaraan di dalam terminal harus ditata sedemikian rupa sehingga rasa aman,
mudah dicapai, lancar dan tertib. Ada beberapa jenis sistem tipe dasar pengaturan platform, teluk dan parkir adalah:
• Membujur, dengan platform yang membujur bus memasuki teluk pada ujung yang satu dan berangkat pada ujung yang lain. Ada tiga jenis yang dapat digunakan dalam
pengaturan membujur yaitu satu jalur, dua jalur, dan shallow saw tooth.
• Tegak lurus, teluk tegak lurus bus-bus diparkir dengan muka menghadap ke platform, maju memasuki teluk dan berbalik keluar. Ada beberapa jenis teluk tegak lurus ini yaitu
tegak lurus terhadap platform dan membentuk sudut dengan platform. 2.2.3 Alternatif Standar Terminal
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995:
Terminal penumpang berdasarkan tingkat pelayanan yang dinyatakan dengan jumlah arus
minimum kendaraan per satu satuan waktu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
• Terminal tipe A 50 -100 kendaraan/jam
• Terminal tipe B 25 – 50 kendaraan /jam
• Terminal tipe C 25 kendaraan/jam
Luas terminal penumpang
Untuk masing-masing tipe terminal memiliki luas berbeda, tergantung wilayah dan tipenya,
dengan ketentuan ukuran minimal:
• Untuk terminal tipe A di pulau Jawa dan Sumatra seluas 5 Ha, dan di pulau lainnya seluas
• Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa dan Sumatra seluas 3 Ha, dan dipulau
lainnya seluas 2 Ha.
• Untuk terminal tipe C tergantung kebutuhan.
Akses
Akses jalan masuk dari jalan umum ke terminal, berjarak minimal:
• Untuk terminal tipe A di pulau Jawa 100 m dan di pulau lainnya 50 m,
• Untuk terminal penumpang tipe B di pulau Jawa 50 m dan di pulau lainnya 30 m,
• Untuk terminal penumpang tipe C sesuai dengan kebutuhan.
Tipologi Terminal
Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995:
Secara tabel tipologi terminal dapat disarikan menjadi sebagai berikut:
Ketentuan TIPE A TIPE B TIPE C
Fungsi Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 2
Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas batas negara, angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan
Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan
Melayani angkutan (f) loket penjualan karcis (g) rambu-rambu dan papan informasi (h) pelataran parkir pengantar atau taksi
(a) jalur pemberangkatan dan kedatangan
(b) tempat parkir (c) kantor terminal (d) tempat tunggu (e) menara pengawas (f) loket penjualan karcis (g) rambu-rambu dan papan informasi
Lokasi Terminal (KM 31 TH 1995) pasal 11, 12, dan 13
1) terletak dalam jaringan trayek antar kota antar propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara
1) terletak dalam jaringan trayek antar kota dalam propinsi.
2) terletak di jalan arteri
2) terletak di jalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIA
3) jarak antar dua terminal penumpang tipe
5) Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 100 m
dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas IIIB 3) jarak antar dua terminal penumpang tipe A
4) Luas lahan yang tersedia sekurang-kurangnya 3 ha 5) Mempunyai akses jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal dengan jarak sekurang-kurangnya 50 m
2) terletak di jalan arteri dengan kelas jalan jalan masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal sesuai dengan pendapat dan Kepala Kanwil DepHub dan mendapat
Direktorat Jenderal Gubernur Bupati
2.2.4 Studi banding terhadap proyek sejenis
Studi banding ini dilakukan ke 2 tempat yaitu:
1. Terminal Purabaya
2. Terminal Cicaheum
1. UPTD Terminal Purabaya
Unit Pelaksana Teknis Daerah Terminal Purabaya terletak di Kota Surabaya Profinsi Jawa
Timur,letaknya berbatasan langsung dengan Kota Sidoarjo.Terminal ini lebih popular disebut
dengan Terminal Bungurasih.Terminal ini merupakan Terminal tersibuk di Indonesia dengan
jumlah pengunjung terminal 120.000 pengunjung perhari.Terminal Purabaya merupakan
Terminal tipe A dan merupakan Terminal terbesar di Asia Tenggara.
Terminal Purabaya di operasikan oleh Pemkot surabaya pada tahun 1991 di Desa
Bungurasih.Fasilitas: Shelter/Ruang Tunggu, Kios, Mushola, Toilet, Kantin, area parkir (24
jam).Terminal Purabaya atau lebih dikenal dengan Terminal Bungurasih ini dibangun oleh
Pemkot Surabaya sebagai terminal dengan tipe A yang artinya berfungsi untuk melayani
kendaraan umum sebagai Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dan Antar Kota Luar Propinsi
(AKLP), selain itu Terminal Purabaya juga melayani angkutan kota serta Lyn.
Saat ini, UPTD Terminal Purabaya sedikitnya telah menyiapkan 5 titik Posko Area Merokok
yang tersebar hampir di setiap sudut wilayah terminal. Diantaranya, Posko yang terletak di
sudut kanan dan kiri Ruang Tunggu Penumpang, area parkir Mobil, Angguna, Taksi, area
parkir bus malam, dan area parkir bus AKAP/AKDP.
Selain fasilitas tersebut, di Terminal Bungurasih ini tersedianya Shelter Bus Bandara Juanda,
dimana bus memeiliki full AC ini akan mengantarkan para penumpang yang hendak menuju
Bandara Juanda.
Pembangunan gedung baru di Terminal Purabaya yang mengacu pada Konsep Bandara
Convenience and Care Terminal (C2 Terminal).
Convience : Kenyamanan, aman, bersih, asri, rekreatif, hiburan, dan techno
• Ruang tunggu keberangkatan di lantai 2 , hall, Lobby yang luas, selasar penghubung,
bridge connection Ventilasi alam dan Mekanis
• Satuan Pengamanan Terminal, fasiltas keselamatan penumpang Gambar 2.2 Ruang merokok
Gambar 2.3 Shelter Bus Bandara Juanda
• Taman, Kolam, air mancur, art sclupture
• Art building + landscape, stand commersial, souvenir
• Panggung Hiburan (stage)
• Eskalator/travelator, Terminal Information Display & Board
Care pada :
• Penumpang, Pengantar/penjemput, Penyandang Cacat/lansia, Ibu – Bayi, Perokok,
Businessman, Karyawan, Awak Bus, Lingkungan
• Canopy-selasar,-pedestrian’s way, rest room, & mushola, locker , medical care, guide
signage, trolly
• Car drop off, parkir gedung untuk mobil + roda dua
• Ramp, unable/handycapesd toilet
• Play ground & Laktasi
• Smoking Area
• Bussines Centre : ATM, Warpostel, Mini office, Book store, Wifi area
• AC ruang kantor, Parkir karyawan, rest room, mushola, ruang monitor , relaksasi
• Asrama awak bus/angkutan umum, kantin, tempat cuci bis,bengkel
• Closed /transparant wall Main Building, IPAL
Pada tahap I yang telah selesai ini pembangunannya dilakukan pada Ruang Tunggu dan
Bridge Connection yakni Penghubung antara Ruang Tunggu dan Jalur Pemberangkatan Bus.
Ruang Tunggu yang terdiri dari 2 lantai ini juga akan dilengkapi dengan hall, escalator, dan
lobby yang luas. Dan di tahap II, yaitu proses pembangunan bridge (jembatan penghubung
ruang tunggu – jalur keberangkatan bus malam) dan gate di ruas jalur pemberangkatan bus
AKAP (Antar Kota Antar Propinsi).
Selain itu, Di Area Terminal Purabaya juga terdapat pusat perbelanjaan. Yaitu Mall
Ramayana Bungurasih. Letak nya di sebelah barat Terminal Purabaya. Banyak cara yang bisa
di lakukan menuju Mall Ramayana tersebut. Dari Terminal Purabaya bisa langsung berjalan
angkutan umum bisa naik Angkutan umum yang jurusan Waru – Sepanjang, Angkutan
tersebut berwarna Biru telor asin. Banyak para wisatawan atau penumpang yang berkunjung
ke Mall Ramayana sebelum berangkat ke kota atau tujuan masing-masing.
Trayek Bus Antar Kota yang terdapat pada Terminal Bungurasih :
No Jurusan/Trayek
1 Sby-Jombang-Madiun-Solo-Jogya-Semarang dst (Barat I)
2 Sby-Jombang-kdr-Tl.Agung-Trenggalek dst (Barat II
3 Sby-probolinggo-Banyuwangi dst (Timur)
4 Sby-Malang-Blitar dst (Selatan)
5 Surabaya – Madura
6 Surabaya – Tuban – Semarang
7 Sby-Semarang-Cirebon-Badung-Jakarta dst
8 Surabaya-Denpasar-Mataram-Bima dst
Trayek Bus Kota yang terdapat pada Terminal Bungurasih :
No Jurusan/Trayek Kode/Trayek
1 Purabaya – Ngagel – Semut PP Lyn A2
2 Purabaya – Darmo – Perak PP Lyn C
3 Purabaya – Bratang PP Lyn C
4 Purabaya – Joyoboyo PP Lyn E1
5 Purabaya – Darmo – Jemb Merah PP Lyn E2
6 Purabaya – Diponegoro – T O Wilangun PP Lyn F
7 Purabaya – Diponegoro – Jem Merah PP Lyn F1
8 Purabaya – Sepanjang – Darmo Permai PP Lyn G1
9 Purabaya – Darmo – Perak PP (Patas) Lyn P1
10 Purabaya – Darmo – T O Wilangun PP (Patas) Lyn P2
11 Purabaya – Tol Waru – Perak PP (Patas) Lyn P4
12 Purabaya – Tol Waru – Demak J. Merah PP (Patas) Lyn P5
13 urabaya – Diponegoro – T O Wilangun PP (Patas) Lyn P6
14 Purabaya – Tol Mayjen Sungkono – Tol Tandes – Tambak Oso Wilangun PP (Patas)
Lyn P7
15 Purabaya – Tol Waru – Tol Tandes – T. Oso Wilangun PP ( PAtas )
Lyn P8
16 Purabaya – Darmo – Perak PP (Patas AC) Lyn PAC1
17 Purabaya – Darmo – T O Wilangun PP (Patas AC) Lyn PAC2
18 Purabaya – Tol Waru – Perak PP (Patas AC) Lyn PAC4
19 Purabaya – Tol Waru – Demak J. Merah PP (Patas AC)
Lyn PAC5
20 Purabaya – Diponegoro – T O Wilangun PP (Patas AC)
Lyn PAC6
21 Purabaya – Tol – TOW (Patas AC) Lyn PAC8
2. UPTD Terminal Cicaheum
Unit Pelaksana Teknis Daerah Terminal Cicaheum merupakan Terminal yang terletak di
Kota Bandung yang melayani moda transportasi antar kota dalam Provinsi (AKDP).Terminal
Cicaheum sendiri merupakan Terminal penghubung dengan Terminal Leuwi Panjang.
Katagori Terminal
1. Terminal bis,AKDP dan angkutan kota.
2. Terminal utama dengan volume tinggi
3. Merupakan salah satu terminal primer dengan cakupan pelayanan regional.14 trayek
jalan,30 jenis bis dan 6 lintasan.
Gambar 2.6 Ruang tiket dan R. tunggu di Terminal Purabaya
Kelebihan Terminal Cicaheum :
•Memiliki sistem sirkulasi yang jelas dan mudah dipahami
•Orientasi keluar dan masuk kendaraan menggunakan sistem peron pararel •Memiliki pos pengamanan Kepolisian
•Memiliki kios sewa
•Terdapat pepohonan peneduh
•Memiliki papan informasi jalur trayek
Permasalahan Terminal Cicaheum :
•Kesemrawutan pada pintu keluar terminal antara bis dan angkot •Tidak memiliki lintasan tertutup untuk bis
Gambar 2.8 Keadaan Terminal Cicaheum
•Kesemrawutan akan pedagang kaki lima •Tidak memiliki ruang tunggu yang refresentatif
•Tidak memiliki area turun penumpang atau area kedatangan •Tidak memiliki ruang parkir pengunjung atau parkir karyawan
BAB III
ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian
“Sebagai bentuk penerapan kejelasan sirkulasi,langgam serta urutan ruang terhadap kebutuhan pengguna terminal yang aksesibel dan visibel”.
Kejelasan yang dimaksud dalam hal ini adalah bangunan terminal yang mengusung konsep
kejelasan sirkulasi,langgam, serta urutan ruang sebagai penerapan terhadap desain yang
menginginkan kejelasan aksesibel dan visible.
3.2 Elaborasi tema
Pengertian kejelasan menurut kamus Bahasa Indonesia adalah :
- Kejelasan adalah ke.je.las.an, keadaan jelas; kejernihan; kegamblangan: untuk
menyusun perencanaan suatu proyek, diperlukan adanya suatu ~ tujuan lebih dulu.
- Jelas adalah terang; nyata; gamblang.
Tema yang diusung adalah clarity,karena pengguna terminal menginginkan terminal yang mudah dan jelas dalam sistem sirkulasi,ruangan-ruangan yang mudah di akses serta nilai
estetis dari bangunan terminal tersebut.
Kejelsan tersebut diterapkan dalam :
• Kejelasan sirkulasi • Kejelasan langgam • Kejelasan urutan ruang 3.2.1 Kejelasan sirkulasi
Pengertian sirkulasi adalah :
• Suatu pola lalu lintas atau pergerakan yang ada dalam suatu are atau bangunan.di dalam bangunan,suatu pola pergerakan memberukan keluwesan,pertimbangan ekonomisdan fungsional.(aliran lalu lintas berarti perjalanan melalui bangunan seperti pintu, tangga, lift atau ramp).(dictionary of architecture and construction,cryill haris,1975).
• Peredaran (Kamus besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka)
• Tali yang terlihat dan menghubungkan ruang-ruang dalam suatu bangunan atau tali yang menghubungkan deretan ruang dalam dan ruang luar secara bersama-sama.(D.K.Ching).
dan penggunaan suatu lahan di atas suatu area dan di dalam bangunan yang mempertimbangkan aspek fungsional,ekonomis,keluwesan dan kenyamanan.
Ciri-ciri sirkulasi manusia :
•Kelonggaran dan flaxsibel dalam bergerak •Berkecepatan rendah
•Sesuai dengan skala manusia Ciri-ciri sirkulasi Kendaraan :
•Tergantung dari kecepatan dan ukuran kendaraan dan tidak flaxsibel dalam gerakan
•Membutuhkan jalur sirkulasi yang lebih luas dari pada manusia,tergantung dari ukuran kendaraanya sendiri.
Dalam system sirkulasi,perjalanan yang dilakukan mempunyai dua tujuan yaitu :
•Mempunyai maksud tertentu dan berorientasi ke tempat tujuan,lebih bersifat langsung.Pemakai mengharapkan bahwa perjalanan dalam system ini akan lebih singkat dan cepat dengan jarak seminimal mungkin.
•Bersifat rekreasi dengan waktu tidak menjadi batasan.Kenyamanan dan kenikmatan lebih dutamakan.
Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang suatu sistem sirkulasi,yaitu :
•Aspek-aspek estetis yang dapat menimbulkan aspek emosional. •Perencanaan yang lebih baik pada tingkat keamanannya.
•Kesan estetis pertama yang diperoleh pada daerah sirkulasi banyak berpengaruh terhadap banguna secara keseluruhan
•Pencapaian ke dalam meyebabkan penerimaan bangunan secara keseluruhan akan menarik, menyenangkan dan mengejutkan.
•Pencapaian ke dalam hall yang luas dan menarik dengan melalui sebuah pintu yang tinggi kemudian ke dalam koridor selasar yang bagus akan mengakibatkan nilai bangunan secara keseluruhan menjadi menarik,menyenangkan dan mengejutkan.
Polasirkulasi secara umum :
1. Linier
Jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir utama deretan ruang.
Jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang,
atau membentuk putaran (loop).
2. Radial
Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari sebuah pusat bersama.
3. Spiral (Berputar)
Suatu jalan tunggal menerus yang berasal dan titik pusat, mengelilingi pusatnya dengan jarak
4. Grid
Konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang saling berpotongan pada jarak
yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan ruang segi empat.
5. Jaringan
Konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu dalam
ruang.
Penitik beratan penerapan konsep desain adalah pada pola sirkulasi,dengan tema
clarity mengusung pola sirkulasi linier.Pada pola sirkulasi ini menggunakan pola sirkulasi searah.Konsep ini akan sangat tepet penerapannya karena pengguna meninginkan kejelasan
dalam sirkulasi begitu pula dengan kendaran (bis dalam hal ini) menginginkan siskulasi yang
searah yang tidak membingungkan bagi pengemudi baik itu bus yang transit atau bus yang
hanya melintas.
3.2.2 Kejelasan langgam
Ada 3 langgam di dalam dunia yaitu : •Langgam arsitektur klasik
•Langgam arsitektur gotik •Langgam arsitektur modern
Penekanan dalam konsep rancanagn adalah menggunakan langgam arsitektur
modern. Istilah modern sebagai satu konsep atau gaya dalam rancangan tengah marak
digunakan, khususnya sejak sekitar tahun 1990-an. Sekalipun konsep dasar modern ini telah
dan berkembang sejak tahun 1920-an setelah kelahiran gaya arsitektur International Style yang mengusung tema functionalism (fungsinal), clarity (kejelasan) dan simplicity (kesederhanaan).
Ada beberapa pengertian mengenai konsep modern :
1.Bangunan modern adalah bersifat singular, seragam dan tunggal. Pengertian ini lahir
dikarnakan dampak sejarah munculnya revolusi industri di eropa pada saat itu yang secara
tidak langsung mempengaruhi pola perkembangan arsitektur. Dari kemajuan teknologi
industri tersebut molailah berpengaruh pada proses rancangan, konstruksi, struktur dan
efisiensi. Arsitektur molai diproduksi dengan cara masal seperti halnya mobil yang di
produksi secara masal, seragam dan tunggal.
2. Gaya modern adalah gaya yang simple, bersih, fungsional, stylish, trendy, up-to-date.
Pengertian ini lahir berkaitan dengan perkembangan gaya hidup penikmat karya arsitektur
yang semakain modern, serba cepat, mudah, berkualitas dan fungsional, didukung dengan
teknologi industri yang canggih.
3. Gaya modern merupakan perencanaan konsep yang mengusung fungsi ruang sebagai titik
awal desain. Pengertian ini sejalan dengan pemahaman bahwa Prinsip arsitektur modern ini
sebenarnya mengikuti prinsip arsitektur ‘form follow function’ atau bentuk mengikuti fungsi.
Konsep modern dalam arsitektur merupakan satu pendekatan estetik yang menekankan
pada hal-hal yang bersifat esensial dan fungsional baik dalam estetika spatial, bentuk dan
struktural. Secara spatial ruang-ruang spesifik disusun sedemikain rupa agar memiliki tingkat
fleksibelitas yang tinggi dalam ketersusunan dan kemudahan fungsinya. Bentuk-bentuk
geometris elementer yang praktis tanpa ornamen merupakan karakter utama yang
mendominasi permukaan dan massa bangunan. Inovasi berbagai material seperti baja, beton,
dan kaca, standardisasi dan efisiensi memberi tantangan baru dalam teknologi dunia rancang
bangun. Prinsipnya semakin sederhana, maka kualitas sebuah desain, fungsi ruang yang ada,
dan penyelesaian sistem struktur akan semakin lebih baik. Minimum adalah tujuan sekaligus
nilai dari estetika itu sendiri. Kontinuitas rancangan sejak gagasan penentuan garis lurus,
bidang datar dan pertemuan bidang serba siku tegak lurus, konstruksi volumetrik dan
ringkas, ruang multifungsi dan berurut serta kejelasan sistem struktur merupakan ciri utama
konsep arsitektur modern.
Modern juga tampak pada sikap dan perilaku perancang dalam berargumentasi, mengenali
dan menuntun klien agar menyadari dan berseda mereduksi berbagai kebutuhan yang tidak
penting. Hanya fungsi esensial yang dipertahankan sehingga bangunan disebut modern
karena hasil sebuah proses untuk mendapatkan ruang yang betul-betul termanfaatkan.
Modern tidak ditampilkan sekadar tujuan akhir bentuk tetapi juga keberhasilan dalam
memurnikan fungsi itu sendiri.
Arsitektur modern adalah ekspresi masyarakat urban kontemporer yang kompetitif melalui
sebuah cara hidup jujur, praktis dan sederhana secara total. (Dikutif dari www.Google.com) Arsitektur modern ditandai dengan :
• Penekanan garis horizontal dan vertikal
• ciptaan ornamen menggunakan struktur dan tema bangunan, atau penolakan terhadap ornamen.
• penyederhanaan bentuk dan penghapusan "detail yang tidak perlu" Sistem struktur
Dalam langgam arsitektur modern kejelasan sistem struktur merupakan cirri
utama.Dalam hal ini perancang menggunakan sistem struktur rangka baja.
Skylight
Skylight adalah sebuah sistem bangunan yang dapat dibangun dimana saja pada lokasi
proyek,dirakit,dipesan ataupun sesuai dengan standard stok yang dijual.Selain lebih
menghemat pembiayaan dalam segi pencahayaan pada skylight yang dapat terbuka juga dapat
digunakan sebagai penyalur udara ke atas sehingga menurunkan panas suhu ruang di
dalamnya.
Macam-macam jenis skylight yang umum digunakan :
• Bentuk acrylic dengan finishing mar-resistant (anti kotor) • Bentuk kaca flat acrylic
• Polycarbinate
• Kaca keras dan kaca berlapis • Kaca tipis dengan pandangan cerah • Bertekstur,atau kaca buram. 3.2.3 Kejelasan urutan ruang.
Secara spatial ruang-ruang spesifik disusun sedemikain rupa agar memiliki tingkat
fleksibelitas yang tinggi dalam ketersusunan dan kemudahan fungsinya.Susunan dan tata
Zoning ruang dalam:
Keterangan :
Gambar 3.3 Denah lantai dasar (zoning)
Zona Keberangkatan
Zona Kedatangan
Zona Kawasan rencana terminal :
Gambar 3.5 Peresfektif kawasan
Gambar 3.6 Site Plan A
B B
C D
E
A. Hirarki ruang
Hirarki ruangan disusun dengan pertimbangan adanya pembagian ruangan publik dan privet
maksudnya adanya ruang yang digunakan sebagai pelayanan kepetingan umum dan ada
ruangan yang digunakan sebagai kantor.
B.Pola ruang
Karena fungsi bangunan sebagai terminal maka pola ruangan fleksibel artinya mudah
dijangkau atau diakses oleh siapa saja dengan memperhatikan kejelasan fungsi tiap
ruangan.
C.Sifat ruang
Sifat ruang per ruang yang dinamis / mengalir memberikan kemudahan pada penggunanya
untuk mengakses setiap ruangan.
Keterangan gambar :
A : Terminal Angkot E :Lintasan bis
B : Parkir kendaraan F :Perawatan bis
C : Check Point Bis Pariwisata G :Pul bis
D : Masa bangunan Utama
Privet
BAB IV ANALISA LOKASI 4.1 Lokasi Rencana Terminal
Usulan Lokasi : Jalan Raya Cikoneng,Kabupaten Ciamis
Luas Lahan : 4.2 ha
Batasan Lahan :
Utara :Persawahan
Selatan : Jalan raya Cikoneng dan Dinas PU
Barat :Pemukiman Penduduk dan Persawahan
Timur :Pemukiman Pendudukan dan Persawahan
KDB : 50 %
KLB : 0.5 - 1
GSB : 5 meter
Pemilik Proyek : Dinas Perhubungan Kabupaten Ciamis
RENCANA
LOKASI
Jln.Raya Cikoneng
4.2 Justifikasi Lahan
Alasan Pemilihan Lokasi di dasarkan kepada pertimbangan :
•Rencana dari Dinas Perhubungan Kabupaten Ciamis untuk membangun terminal di kawasan tersebut.
•Dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota Ciamis tahun 2000 ditegaskan bahwa di Desa Imbanagara akan dibangun terminal bus Tipe B
•Berada di jalur lintas Bandung-Yogyakarta-Surabaya Potensi dan permasalahan lahan :
Potensi :
•Mudah dicapai •Berada di jalan arteri •Tingkat lalu lintas tinggi
Kondisi Rencana Lokasi :
Pemukiman Penduduk
Pemukiman Penduduk
Pomb bensin
Rencana Kantor PU
Gerbang Kab.Ciamis
4.3 Gambaran Umum Keadaan Lahan
Keadaan lahan secara umum tidak memiliki kontur,artinya rencana lokasi berada di tempat
datar dan berada di area persawahan.
Lokasi juga berada berdekatan dengan pintu gerbang masuk ke Kota Ciamis dan sekitarnya.
Serta lokasi berada di antara jalan penghubung antara Kabupaten Ciamis dengan Kabupaten
Tasikmalaya.
Arah mata angin menjadi faktor utama dalam penerapan desain,khususnya arah terbit dan
tenggelamnya matahari.
Gambar 4.3 Keadaan lahan
Gambar 4.4 Keadaan lahan
BAB V
KONSEP RANCANGAN
5.1 Pendekatan Desain
Terminal Imbanagara ini adalah respon terhadap keberadaan terminal yang ada saat ini.
Terminal ini memberikan kejelasan lokasi yang mudah diakses dan terlihat keberadaannya
(lokasi). Dengan tema Clarity yang memberi penekanan khusus pada kejelasan sirkulasi dengan pola sirkulasi linier (searah) diharapkan bias memberi kemudahan pada pengungjung
Terminal.Selain dari pola sirkulasi yang linier bentukan masa bangunan pun dibuat linier
dilihat dari fungsi dan kebutuhan ruang Terminal.Penerapan konsep selanjutnya yaitu
penerapan terhadap kejelasan langgam.Penggunaan langgam pada konsep desain Terminal
Imbanagara adalah langgam modern,penggunaan langgam diterpakan pada desain
meminimalisir ornamen-ornamen serta keseragaman pada bentuk masa dan keseragaman
bahan material yang digunakan.Memperbanyak unsur transparansi pada fasade bangunan merupakan salah satu penerapan tema terhadap desain yang mengingikan adanya keterlihatan
kegiatan yang berada di dalam oleh orang yang berada di luar ruangan.
5.2 Tinjauan umun rancangan 5.2.1 Karakteristi Terminal
1. Terminal antar kota (sub urban interstate terminal)
• Melayani kegiatan antar kota baik jarak jauh maupun jarak dekat • Berakses langsung dengan transportasi regional,taksi dan mobil • Terdapat fasilitas perbaikan kerusakan bis jarak jauh
• Banyak terdapat ruang sewa sebagai pendapatan lain terminal • Berlokasi di daerah hunian padat
2. Terminal dalam kota (intercity bus terminal)
• Sebagai pusat pengumpul dan simpul distribusi dari dan ke bagian wilayah kota
• Berlokasi di sekeliling kota sebagai penghubung dengan lalu lintas transit cepat
3. Terminal sub urban (urban-sub urban commuter terminal)
• Terletak di pinggiran kota • Untuk menghindari macet • Dekat dengan jalur raya kota
• Melayani kegiatan angkutan dari sub urban ke pusat kota 4. Terminal bus bandara
• Melayani transportasi penumpang pesawat udara dari pusat kota ke airport dan sebaliknya
• Mempunyai akses dengan system transit local,taksi,dan kendaraan angkutan kota lainnya
• Orientasi pada kedatangan dan keberangkatan pesawat udara,informasi jadwal penerbangan,penjualan tiket dan fasilitas check in.
• Terletak di pusat kota
5.2.2 Klasifikasi ukuran bus
• Bis besar.Panjang 13 meter,lebar 3 meter,tinggi 3.42 meter dengan kapasitas penumpang 45-50 orang.
• Bis sedang.Panjang 10 meter,lebar 2.4 meter,tinggi 3 meter kapasitas penumpang 25-30 orang
• Bis kecil (colf elf,mikrolet).Panjang 5 meter lebar 1.8 meter tinggi 2.5 meter kapasitas 12-15 orang.
5.2.3 Kelas bis • Bis pariwisata
Bis yang diesewakan tiap unit,20 bangku penumpang
• Super eksekutif
Bis dengan tingkat pelayanan tertinggi(makanan kecil minuman lainnya)kapasits
penumpang 8-10 orang
• Eksekutif
Bis dengan pelayanan khusus,kapasits penumpang 25-30 orang
Bis yang dilengkapi AC,kapasits penumpang 36-40 orang
• Ekonomi
Pelayanan termurah dengan jumlah penumpang sebanyak-banyaknya.
5.2.4 Pola parkir bis
Dalam rancangan terminal bis di Imbanagara ini menggunakan pola parker tegak lurus dan
kemiringan 45° ,karena disesuaikan dengan kebutuhan parkir
5.2.5 Pola platforms,area kedatangan & keberangkatan bis
Gambar 5.1 Pola parkir dengan kemiringan 45° & tegak lurus (arsitek data)
5.2.6 Area kedatangan & area keberangkatan bis
Gambar 5.3 Pola platforms posisi miring
(arsitek data)
Gambar 5.4 Area kedatangan & keberangkatan
(arsitek data)
Gambar 5.5 Parkir area kedatangan & keberangkatan
5.2.7 Perputaran bis
5.3 Konsep Rancangan Dasar
Dalam Konsep rancangan yang bertemakan clarity dibatasi beberapa ruang lingkup perencangan yaitu:
• Kejelasan Sirkulasi • Kejelasan Langgam • Kejelasan Urutan Ruang
Sebagai salah satu penerapan terhadap tema maka pemilihan lokasi pun menjadi faktor utama
agar ada kemudahan aksesibel dan visible.Pemilihan loakasi berada di jalan raya Cikoneng Gambar 5.6 Perputaran bis 180° dan 90°
(arsitek data)
Gambar 5.7 Perputaran bis 180° dan 90°
Lokasi tersebut berada di jalan penghubung antara Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten
Ciamis serta penghubung antara Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tangah.Lokasi tersebut
berdekatan dengan gerbang masuk ke Kota Ciamis sehingga mudah diakses ke mana saja.
5.3.1 Kejelasan Sirkulasi Sirkulasi dibagi menjadi 2 yaitu:
• Sirkulasi kendaraan • Sirkulasi orang
Pada Penerapan terhadap desain pola sirkulasi menggunakan pola linier,karena ingin
memberi kemudahan bagi para pengguna atau pengunjung.
A.Penerapan Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi Kendaraan mejdi prioritas utama dalam perancangan karena ingin memberi
kemudahan bagi para pegguna kendaraan baik itu kendaran umum maupun kendaran pribadi.
Secara umum sirkulasi kendaraan pribadi dan kendaraan umum terpisah agar tidak terjadi
cross antara keduanya.Begitu juga dengan sirkulasi orang yang sangan memperhatikan betul sirkulasi bagi penyandang cacat.Penempatan parkir kendaraan pun ditempatkan pada
tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh pengunjung serta pemisahan tempat-tempat parkir antara area
kedatangan dan area keberangkatan,hal ini sangat penting karena merupakan penerapan
terhadap konsep kejelasan sirkulasi.
B.Penerapan Sirkulasi orang
Karena bangunan ini terdiri dari 2 lantai maka ada 2 macam sirkulasi yaitu vertikal dan
horizontal.Penerapan sirkulasi vertikal dibantu dengan tangga dan penerapan sirkulasi
horizontal adalah mengikuti bentukan masa bangunan.Pemisahan antara area kedatangan dan
area keberangkatan merupakan bentuk penerapan tema maka pola sirkulasi orang dalam
bangunan adalah dapat dilihat pada gambar :
Gambar 5.9 Penerapan sirkulasi pada site
Adapun perlakuan bagi penyandang cacat:
Tujuan pada perencanaan terminal ini ingin member kemudahan bagi para pengujungnya,hal ini berlaku bagi pengunjung yang memiliki kekurangan.Aksessibel merupakan tujuna bagi parancang dalam merancang terminal Imbanagara ini.
Aksesibel berarti tingkat kemudahan untuk dapat menuju,mencapai, memasuki dan
menggunakan secara mandiri tanpa merasa menjadi obyek belas kasihan (object of charity).
Untuk persyaratan teknis aksesibilitas yang mungkin diterapkan dalam perancangan
khususnya di Indonesia dapat dilihat pada KepMen PU 468/KPTS/1998 tentang Persyaratan
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
AZAS-AZAS
Ada beberapa azas dalam aksesibilitas yang harus diperhatikan antara lain (Darmawan,
2009):
- Kemudahan, yaitu semua orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan yang bersifat
umum dalam suatu lingkungan.
- Kegunaan,yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau bengunan
yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
- Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan terbangun,
harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang.
- Kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk, dan mempergunakan semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan dengan tanpa
membutuhkan bantuan orang lain.
ELEMEN BANGUNAN
Ukuran dasar ruangan
Ukuran dasar ruang di terapkan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan, bangunan
dengan fungsi yang memungkinkan digunakkan oleh orang banyak secara sekaligus, dan
menggunakan ukuran dasar maksimum.
Ukuran dasar minimum dan maksimum yang digunakan dalam pedoman ini,dapat ditambah
atau dikurangi sepanjang asas asas aksebilitas dapat tercapai.
Pintu
a. Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah di buka dan di tutup oleh penyandang cacat.
b. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm dan pintu pintu yang
kurang penting memiliki lebar bukaan minimal 80 cm
c. Didaerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari adanya ramp atau ketinggian
lantai.
d. Jenis pintu yang penggunaannya tidak di anjurkan :- Pintu geser
- Pintu yang berat dan sulit untuk di buka/ditutup
- Pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil.
- Pintu yang terbuka kekedua arah (dorong dan tarik)
- Pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi tunanetra.
e. Penggunaan pintu otomatis di utamakan yang peka terhadap bahaya kebakaran. Pintu
tersebut tidak boleh membuka sepenuhnya dalam waktu lebih cepat lebih cepat dari 5 detik
dan mudah untuk menutup kembali.
g. Alat alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat menutup dengan
sempurna karena pintu yang terbuka sebagian dapat membahayakan penyandang cacat
h. Plat tending yang diletakkan dibagian bawah pintu diperlukan bagi pengguna kursi roda
Ramp
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu sebagai
alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga/peyandang cacat.
a Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7º perhitungan kemiringan
tersebut tidak termasuk awalan atau akhiran ramp( curb ramps landing). Sedangkan
kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum 6 º.
b. Panjang mendatar dari satu ramp ( dengan kemiringan 7 º) tidak boleh lebih dari 900 cm.
Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
c. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman dan 136 cm dengan tepi
pengaman. Untuk ramp yang digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan
barang harus dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai
untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri2.
d. Bordes (muka datar) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar
sehingga memungkinkan sekurang kurangnya untuk memutar kursi roda dengan ukuran
minimum 160 cm.
e. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur sehingga tidak
licin baik diwaktu hujan.
f. Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm dirancang untuk menghalangi roda kursi roda
agar tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu
lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu
jalan umum.
g. Ramp harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga membantu pencahayaan
di ramp waktu malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian bagian ramp yang memiliki
ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian bagian yang membahayakan.
h. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan( handrail) yang dijamin kekuatannya
denga ketinggian yang sesuai.
Tangga
a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam.
b. Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60 derajat.
c. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan pengguna tangga.
d. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat ( handrail) minimum pada salah satu sisi
tangga.
e. Pegangam rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung ujungnya ( puncak dan
bagian bawah) dengan 30 cm.
f. Pegangan rambat harus mudah di pegang dengan ketinggian 65 - 80 cm dari lantai,bebas
dari elemen konstruksi yang mengganggu da bagian ujungnya harus bulat atau di belokkan
dengan baik kearah lantai, dinding atau tiang.
g. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan harus di rancang sehingga tidak ada air hujan
yang menggenang pada lantai.
Kamar Kecil
a. Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan rambu “
penyandang cacat “ pada bagian luarnya.
b. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk dan
keluar pengguna kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi roda (45 –
50 cm).
d. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan rambat ( handrail ) yang
memiliki posisi dan ketinggian yang disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan
penyandang cacat yang lain.
e. Pegangan di sarankan memiliki bentuk siku siku mengarah ke atas untuk membantu
f. Letak kertas tisu,air, kran air atau pancuran (shower) dan perlengkapan seperti tempat
sabun dan pengering tangan harus di pasangsedemikian hingga mudah digunakan oleh orang
yang memiliki keterbatasan keterbatasan fisik dan bisa di jangkau pengguna kursi roda.
g. Kran pengungkit sebaiknya dipasang pada wastafel.
h. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
i. Pintu harus mudah di buka untuk memudahkan pengguna kursi roda untuk membuka dan
menutup.
j. Kunci kunci toilet atau grendel di pilih sedemikian sehingga bisa di buka dari luar jika
terjadi kondisi darurat.
k. Pada tempat tempat yang mudah di capai seperti pada daerah pintu masuk, dianjurkan
untuk menyediakan tombol pencahayaan darurat (emergency light button) bila sewaktu waktu
terjadi pemadaman listrik.
Wastafel
a. Wastafel harus di pasang sedemikian sehingga tinggi permukaannya dan lebar depannya
dapat di manfaatkan oleh pengguna kursi roda dengan baik.
b. Ruang gerak bebas yang cukup harus disediakan di depan wastafel.
c. Wastafel harus memiliki ruang gerak dibawahnya sehingga tidak menghalangi lutut dan
kaki pengguna kursi roda.
d. Pemasangan ketinggian cermin di perhitungkan terhadap pengguna kursi roda
PERLENGKAPAN DAN PERALATAN KONTROL
Sistem alarm/peringatan
1. Harus tersedia peralatan peringatan yang terdiri dari system peringatan suara ( vocal
alarms) system peringatan bergetar ( vibrating alarms ) dan berbagai petunjuk serta
pertandaan untuk melarikan diri pada situasi darurat
2. Stop kontak harus dipasang dekat tempat tidur untuk mempermudah pengoperasian system
alarm.
3. Semua pengontrolperalatan listrik harus dapat dioperasikan dengan satu tangan dan tidak
memerlukan pegangan yang sangat kencang atau sampai dengan memutar lengan.
Tombol dan stop kontak
Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan mudah di
jangkau oleh enyandang cacat.
Rambu
Penggunaan rambu terutama di butuhkan pada:
1. Arah dan tujuan jalur pedestrian.
2. KM/WC umum, telpon umum
3. Parkir khusus penyandang cacat
4. Nama fasilitas dan tempat
Persyaratan rambu yang di gunakan
1. Rambu huruf timbul atau huruf Braille yang dapat di baca oleh tunanetra dan penyandang
cacat lainnya.
2. Rambu yang berupa gambar dan symbol yang mudah dan cepat di tafsirkan artinya.
3. Rambu yang berupa tanda dan symbol internasional.
4. Rambu yang menerapkan metode khusus (missal: perbedaan perkerasan tanah,warna
kontras dll)
5. Karakter dan latar belakang rambu harus di buat dari bahan yang tidak silau. Karakter dan
simbul harus kontras dengan latar belakangnya, dengan permainan terang gelap.
6. Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai rasio lebar dan tinggi antara 3
:5 dan 1:1 serta ketebalan huruf antara 1 : 5 dan 1 : 10
7. Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus di ukur sesuai dengan jarak pandang
dari tempat rambu itu dibaca.
Lokasi penempatan rambu
1. Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas pandang tanpa penghalang.
2. Satu kesatuan system dengan lingkungan
3. Cukup mendapat pencahayaan termasuk penambahan lampu ada kondisi gelap.
Jalur untuk Pejalan Kaki
1. Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca bertekstur halus dan tidak licin. Apabila
harus terjadi gundukan tingginya tidak lebih dari 1,25 cm. Bila menggunakan karpet maka
ujungnya harus kencang dan mempunyai trim yang permanen.
2. Kemiringan maksimum 7 derajat dan pada setiap 9 m disarankan terdapat pemberhentian
untuk istirahat.
3. Area istirahat. Terutama digunakan untuk membantu pengguna jalan penyandang cacat
4. Pencahayaan Berkisar antara 50-150 lux tergantung pada intensitas pemakaian, tingkat
bahaya dan kebutuhan keamanan.
5. Perawatan dibutuhkan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan
6. Drainase dibuat tegak lurus dengan arah jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 cm mudah
dibersihkan dan perletakan lubang di jauhkan dari tepi ramp.
7. Ukuran lebar minimum jalur pedestrian adalah 136 cm untuk jalur satu arah dan 180 cm
untuk jalur dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon tiang, rambu rambu dan benda
benda pelengkap jalan yang menghalang.
8. Tepi pengaman disiapkan bagi penghentian roda kendaraan dan tongkattuna netra kea rah
area yang berbahaya. Tepi pengaman di buat setinggi minimum 10 cm dan lebar 15 cm
sepanjang jalur pedestrian.
AREA PARKIR
Fasilitas parkir kendaraan
1. Tempat parkir penyandang cacat terletak pada rute terdekat menuju bangunan/fasilitas
yang di tuju dengan jarak maksimum 60 meter.
2. Jika tempat parkir tidak berhubungan langsung dengan bangunan , misalnya pada parkir
taman dan tempat terbuka lainnya, maka tempat parkir harus diletakkan sedekat mungkin
dengan pintu gerbang masuk dan jalur pedestrian.
3. Area parkir arus cukup mempunyai ruang bebas di sekitarnya sehingga pengguna berkursi
roda dapat dengan mudah masuk dan keluar dari kendaraannya.
4. Area parkir khusus penyandang cacat di tandai dengan symbol/tanda parkir penyandang
cacat yang berlaku
5. Pada lot parkir penyandang cacat disediakan ramp trotoir di kedua sisi kendaraan.
6. Ruang parkir mempunyai lebar 375 cm untuk parkir tunggal atau 625 cm untuk parkir
ganda dan sudah dihubungkan dengan ramp dan jalan menuju fasilitas fasilitas lainnya.
Daerah menaik turunkan (drop-out) penumpang
1. Kedalaman minimal dari daerah naik turun penumpang dari jalan atau jalur lalu lintas
sibuk adalah 360 cm dan dengan panjang minimal 600 cm
2. Dilengkapi dengan fasilitas ramp, jalur pedestrian dan rambu penyandang cacat
3. Kemiringan maksimal 5 derajat dengan permukaan yang rata di semua bagian.
4. Diberi rambu penyandang cacat yang biasa digunakan untuk mempermudah dan
c.Sopr dan Awak bis
5.3.2 Kejelasan Langgam
Salah satu penerapan tema terhadap konsep desain yaitu kejelasan langgam.Dalam hal ini
menggunakan langgam arsitektur modern.Ciri langgam arsitektur modern :
• Masa tunggal atau singular dan seragam
• Bersih tanpa ornamen yang beratserta fungsional
• Sistem struktur merupakan ciri utama langgam arsitektur modern. Beberapa penerapan tema terhadap desain :
GERBANG UTAMA
PENURUNAN
PENUMPANG PARKIR BIS
LINTASAN PUL BIS
KANTIN PERAWATAN
AREA
KEBERANGKATAN MENARA
PENGAWAS
EXIT AREA
Pada fasade bangun meminimalisir ornamen-ornamen sesuai konsep kejelasan langgam yaitu langgam modern dan meperlihatkan pada penggunaan system struktur yaitu baja ringan.Pada
fasade depan juga dibuat banyak menggunakan unsur transfaran yang bertujuan untuk hubungan dari dalam keluar atupun sebaliknya.
5.3.3 Kejelasan Urutan ruang
Secara spatial ruang-ruang spesifik disusun sedemikain rupa agar memiliki tingkat
fleksibelitas yang tinggi dalam ketersusunan dan kemudahan fungsinya.Susunan dan tata
letek ruang teratur. Batas antara ruang jelas terutama antara ruang dalam dan ruang luar.
Zoning ruang dalam:
Gambar 5.18 Bentuk fasade area kedatangan & area keberangkatan
Keterangan :
Zona Kawasan rencana terminal : Zona Keberangkatan
Zona Kedatangan
Gambar 5.20 Denah 1 & 2 (zoning)
A. Hirarki ruang
Hirarki ruangan disusun dengan pertimbangan adanya pembagian ruangan publik dan privet
maksudnya adanya ruang yang digunakan sebagai pelayanan kepetingan umum dan ada
ruangan yang digunakan sebagai kantor. Keterangan gambar :
A : Terminal Angkot E :Lintasan bis
B : Parkir kendaraan F :Perawatan bis
C : Check Point Bis Pariwisata G :Pul bis
D : Masa bangunan Utama
Privet
Publik
Gambar 5.22 Site PlanA
B B
C D E
B.Pola ruang
Karena fungsi bangunan sebagai terminal maka pola ruangan fleksibel artinya mudah
dijangkau atau diakses oleh siapa saja dengan memperhatikan kejelasan fungsi tiap
ruangan.
Adapun kebutuhan ruang pada terminal ini adalah:
Kebutuhan ruang area kedatangan
Nama ruang Dimensi Jumlah Ruang Luas Total (Dalam m²)
Kebutuhan ruang area keberangkatan
Mushalla,T.wudhu & Pantry 5.2 x 14.4 1 74.88
Ruang Tunggu Bisnis 7.2 x7.2 1 51.8
Janitor 4.2 x 2 1 8.4
Big Shop 14.4 x 7.2 1 103.68
Jumlah 1812.64 Kebutuhan ruang area lobby
Nama ruang Dimensi Jumlah Ruang Luas Total (Dalam m²)
Kebutuhan ruang utilitas & perawatan bis
Nama ruang Dimensi Jumlah Ruang Luas Total (Dalam m²)
Jenis Parkir Kapasitas (unit)
Jenis Parkir Kapasitas (unit)
Jumlah
Parkir mobil bus (4 x 12) 79 3792
Jumlah 3792 Kebutuhan ruang check poin bus pariwisata & pul bis
Nama ruang Dimensi Jumlah Ruang Luas Total (Dalam m²) Kebutuhan luas llintasan dan ruang tunggu
Nama ruang Dimensi Jumlah Ruang Luas Total (Dalam m²)
Lintasan angkot 14.4 x 32.4 1 466.56
R.tunggu angkot 7.2 x 43.2 1 311.04
Lintasan bis 15 x 45 1 675
Jumlah 1452.6
C.Sifat ruang
Sifat ruang per ruang yang dinamis / mengalir memberikan kemudahan pada penggunanya
untuk mengakses setiap ruangan.
Adapun perencanan pada ruang dalam site yang memperhatikan keterkaitan dengan fungsi
dari masing-masing bangunan.
Penempatan fungsi dari masing-masing kebutuhan ruang melihat dari kebutuhan akan
kegiatan yang dilakukan,contoh pada area keberangkatan.Perletakannya disimpan berdekatan
dengan pintu keluar terminal dengan kebutuhan ruang yang sanga besar karena melayani
beberapa trayak.
Adapun trayek yang dilayani oleh terminal Imbanagara
Trayek AKDP, AKAP & Trayek dalam Kabupaten Ciamis terdiri atas :
1. Ciamis - Tanggerang – Serang - Merak
2. Ciamis – Jakarta - Bekasi
3. Ciamis – Bandung
Pul bis
Area keberangkatan
Area kedatangan
perawatan
Terminal angkot
4. Ciamis – Cirebon – Semarang
5. Ciamis – Purwokerto – Yogyakarta – Kudus – Surabaya
6. Ciamis – Magelang – Semarang
7. Ciamis – Bamjar – Pangandaran – Cijulang
8. Ciamis – Tasikmalaya
9. Ciamis – Kawali – Raja Desa
Trayek Lokal Dalam Kota :
Angkutan Kota 01,02,03,04,05,06,07,08,09,10,11,12.
Ada pun jumlah bis yang masuk ke terminal yang ada pada saat ini dar data bulan Februari
yaitu sekitar 3.752 yang apabila di rata-ratakan perharinya adalah 125 bis(untuk semua
jurusan dan ukuran bis).Ada pula jumlah penumpangnya 84.035 apabila dirata-ratakan
perharinya adalah 2.710(untuk semua jurusan dan ukuran bis)
5.4 Utilitas
Penerapan utilitas pada rancangan desain memperhatikan beberapa pertimbangan yang terdiri atas :
• Air bersih • Air kotor • Hydrant • Air hujan
1.Air bersih
Air bersih bersumber dari 2 sumber yaitu :
• PDAM
• Sumur galian