• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - DWI RANTO BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - DWI RANTO BAB I"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakekatnya transportasi yang menyangkut pergerakan orang dan barang telah dikenal secara alamiah sejak peradaban manusia ada di bumi meskipun pergerakan atau perpindahan itu masih dilakukan secara sederhana. Manusia zaman batu berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain dalam mencari makanan sambil membawa barang mereka yang masih relatif sedikit (Morlok, 1995: 34). Perpindahan yang terbatas dan primitif itu merupakan suatu awal dari cara hidup yang sekarang. Sepanjang sejarah transportasi, baik volume maupun teknologinya berkembang sangat pesat, tetapi dengan perkembangan teknologi, sarana transportasi yang ada saat ini sudah jauh berbeda dengan zaman dahulu. Jumlah sarana transportasi yang ada sekarang terus meningkat setiap tahunnya, memiliki daya angkut dalam jumlah yang besar dan waktu tempuh yang lebih singkat. Namun, perkembangan sarana transportasi tersebut perlu diimbangi dengan prasarana yang memadai, seperti terminal, jalan, dan jembatan yang mampu mendukung mobilisasi perpindahan manusia, barang, dan jasa serta mampu memberikan pelayanan terhadap peningkatan jumlah sarana transportasi.

(2)

maju. Pelayanan angkutan penumpang umum sangat bervariasi antara daerah yang satu dengan daerah lain dan belum sepenuhnya terpadu. Moda yang digunakan adalah transportasi jalan raya, transportasi jalan rel kereta api, transportasi sungai, dan transportasi udara. Angkutan umum perkotaan masih didominasi oleh angkutan jalan raya (bus), sementara angkutan kereta api di perkotaan hanya terdapat di Jakarta (Munawar, 2011: 107).

Moda transportasi darat di kota Purwokerto, selain kereta api adalah bus, taksi, becak, ojek, dan angkutan kota. Bus merupakan moda transportasi yang murah, relatif nyaman, dan efisien waktu. Banyak ragam bus atau perusahaan otomitif yang melayani trayek dengan tujuan ke berbagai kota di Pulau Jawa, Madura, Bali, dan sebagaian kota besar di Pulau Sumatera, yang memudahkan masyarakat Purwokerto untuk melakukan aktivitas perjalanan keluar kota Purwokerto. Transportasi darat sangat di butuhkan untuk melakukan perjalanan menuju kota di sekitar Purwokerto, bus merupakan sarana utama yang mampu menjangkau secara langsung daerah di sekitar kota Purwokerto. Di samping itu, bus merupakan moda transportasi yang menghubungkan antarkota dan antarprovinsi, misalnya, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, dan Yogyakarta.

(3)

berpindahnya penumpang, baik intra maupun antarmoda transportasi yang terjadi sebagai akibat adanya arus pergerakan manusia dan barang serta adanya tuntutan efisien transportasi. Pada daerah yang masih sepi biasanya angkutan umum berhenti, seperti kereta api, bus, truk, dan angkutan kota serta taksi berhenti apabila ada penumpang yang mau naik. Hal di atas tidak dapat dilakukan pada setiap tempat karena mungkin dapat mengakibatkan kelambatan dan kemacetan pada titik lalu lintas tertentu dan oleh karena itu mungkin lebih ekonomis bila pada tempat tertentu disediakan fasilitas untuk berhenti sehingga keamanan dan kenyamanan penumpang terjamin (Morlok, 1995: 91)

(4)

Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkat, atau mengalihkan suatu objek dari satu ke tempat lain, dimana ditempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Transportasi juga merupakan sebuah proses, yakni proses pindah, proses gerak, proses mengangkut dan mengalihkan dimana proses ini tidak bisa dilepaskan dari keperluan dengan adanya alat pendukung untuk menjamin lancarnya proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan. Alat pendukung apa yang dipakai untuk melakukan proses pindah, gerak, angkut, dan alih ini, bisa bervariasi tergantung pada bentuk objek yang akan dipindahkan, jarak antara suatu tempat ketempat lain, dan maksud objek yang akan dipindahkan (Miro, 2004: 5).

(5)

penumpang atau barang dan jalur gerak ialah lokasi dalam ruang di mana gerakan terjadi (Morlok, 1995 : 87).

Kebutuhan terminal bagi suatu kota sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, khususnya karakteristik sistem transportasi kota yang juga dipengaruhi oleh sistem aktivitas (tata guna lahan), sistem pergerakan, dan sistem jaringan jalan. Sebagai fasilitas perpindahan (transfer) lokasi terminal harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tata ruang kota untuk menjamin terciptanya struktur kota yang baik dan harus sesuai dengan keinginan pengguna untuk menjamin pemanfaatan terminal tersebut secara optimal. Selain itu, keberadaan terminal diharapkan dapat mampu memacu perkembangan dan pertumbuhan wilayah suatu kota.

Terminal bus merupakan salah satu sarana infrastruktur yang memberikan efek pemecahan masalah transportasi angkutan darat, dalam rangka pengaturan dan pengendalian sirkulasi angkutan umum, khususnya bus. Permasalahan pada bidang transportasi pada zaman sekarang bukanlah hal yang baru karena pada zaman sebelumnya permasalahan di bidang transportasi adalah hal yang wajar terjadi. Transportasi selalu berkaitan dengan masyarakat luas sebagai peggunanya. Moda transportasi merupakan alat, teknik untuk mempersingkat waktu tempuh yang dipergunakan oleh manusia dalam menjalankan segala macam dan bentuk aktivitas kehidupannya. Sistem transportasi merupakan kegiatan profesional yang tidak dibatasi oleh batas geografi, kegiatan lalu lintas tertentu dan transportasi.

(6)

efisien, sebagai salah satu prasyarat demi terjaminnya pelaksanaan pembangunan. Transportasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, timbul tuntutan untuk menyediakan sarana dan prasarana transportasi agar pergerakan mereka dapat berlangsung secara aman, nyaman, teratur, dan lancar serta ekonomis dari segi waktu dan biaya. Pembangunan terminal Bulupitu yang terletak di Kelurahan Teluk, Kecamatan Purwokerto Selatan merupakan bagian dari perkembangan untuk kota Purwokerto. Pembangunan terminal sangat berpotensi untuk pengembangan bangunan kota Purwokerto.

(7)

Secara fisik kawasan perencanaan terminal Bulupitu memiliki lingkungan yang dapat menunjang perkembangan kota Purwokerto. Terminal Bulupitu mempunyai posisi yang strategis dilalui oleh sirkulasi transportasi, baik skala lokal maupun regional letaknya berada di jalan arteri. Faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan komposisi penggunaan lahan adalah adanya fasilitas terminal yang ditunjang dengan jalur penghubung antara terminal sebagai simpul pergerakan orang dan barang dengan kawasan, baik di dalam maupun di luar kota Purwokerto. Hal demikian dapat memicu tumbuh dan berkembangnya bangunan-bangunan disekitarnya, terutama sarana perdagangan dan jasa.

(8)

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini ditinjau dari permasalahan secara umum berdasarkan latar belakang adalah perkembangan terminal Bulupitu sebagai terminal utama di kota Purwokerto. Pertanyaan yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut: 1. Sejarah ringkas keberadaan terminal di kota Purwokerto?

2. Perkembangan Terminal Bulupitu di kota Purwokerto?

3. Kendala-kendala apa saja yang menghambat perkembangan terminal Bulupitu di kota Purwokerto?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian mengenai sejarah perkembangan Terminal Bulupitu di kota Purwokerto pertama menjelaskan keberadaan terminal di kota Purwokerto, kedua untuk menjelaskan Terminal Bulupitu di kota Purwokerto, dan ketiga menjelaskan kendala-kendala yang menghambat perkembangan terminal Bulupitu di kota Purwokerto. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hal baru dalam penulisan sejarah Indonesia dan mampu melengkapi khasanah sejarah transportasi di kota Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian

(9)

Secara praktis, sumbangan lain dari penelitian ini sebagai bahan acuan untuk lebih mengoptimalkan fungsi terminal sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Masyarakat dan pemerintah juga ikut berperan serta meningkatkan kepedulian terhadap terminal untuk menciptakan terminal yang aman, nyaman, dan bersih.

E. Tinjauan Pustaka

(10)

Terminal transportasi merupakan titik simpul dalam satu jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. Selain itu, terminal juga merupakan tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas dan juga merupakan prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang serta merupakan unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisien kehidupan dalam struktur wilayah (Munawar, 2011: 68). Dapat ditarik kesimpulan bahwa terminal berarti suatu stasiun (station) tempat pemberangkatan, pemberhentian terakhir atau persinggahan angkutan kereta api, bus, dan penerbangan.

Transportasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat hal itu dapat di lihat dari sejarah transportasi di Indonesia. Kegiatan transportasi sudah dilakukan sejak zaman dahulu, bahkan dapat dikatakan bahwa kegiatan transportasi merupakan aktivitas yang sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Keterbatasan manusia dalam menjangkau jarak perjalanan yang ditempuh, yang dahulu hanya dilakukan dengan berjalan kaki, dan keterbatasan dalam membawa muatan yang dilakukan hanya dengan menjinjing, menjunjung di atas kepala, ataupun dengan cara memikul telah mendorong manusia untuk membuat penemuan baru di bidang transportasi, yang lebih maju. Kemajuan-kemajuan baru tersebut telah dikembangkan dalam hal prasarana dan sarana transportasi (ways and means of transportation). Usaha-usaha terus dilakukan, baik kendaraan

(11)

Hasil dari perkembangan dengan adanya penemuan baru khususnya di bidang transportasi, baik transportasi darat, udara maupun laut, seperti kendaraan bermotor, kereta api, kapal laut, dan pesawat telah mempermudah manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kemajuan di bidang transportasi merupakan hal yang nyata untuk menikmati hasil dari kemajuan-kemajuan di bidang transportasi. Kemajuan-kemajuan tersebut terlihat jelas dalam perubahan dari yang awalnya sederhana sampai yang canggih. Kemajuan tersebut telah berdampak terhadap taraf hidup seseorang dan telah membantu manusia dalam segala bidang kehidupan.

(12)

Terminal dapat dianggap sebagai alat pemproses, di mana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang, dan orang) diproses penuh sehingga dapat meneruskan perjalanan. Terminal adalah suatu fasilitas yang sangat kompleks. Banyak kegiatan tertentu yang dilakukan di sana, terkadang secara bersamaan secara paralel sering terjadi kemacetan yang cukup mengganggu. Terminal adalah titik pertemuan antara penumpang dan barang yang memasuki serta meninggalkan suatu sistem transportasi. Terminal bukan saja merupakan komponen fungsional utama dari sistem transportasi, tetapi juga merupakan prasarana yang memerlukan biaya yang besar dan titik kemacetan yang terjadi.

Di dalam peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 1993 tentang prasarana dan sarana lalu lintas jalan, terminal diklasifikasikan menjadi 3 bagian, diantaranya terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antarkota antarprovinsi (AKAP), angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (AK), dan angkutan pedesaan (ADES), Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi (AKDP), angkutan kota (AK), dan angkutan pedesaan (ADES), dan penumpang tipe C Berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan (ADES). Di antara ketiganya memiliki persamaan sebagai fasilitas umum yang melayani, baik kedatangan maupun keberangkatan dan ketiganya juga memiliki perbedaan dalam hal daya tampung angkutan umum dan trayek (Munawar, 2011: 68).

(13)

angkutan yang berfungsi pokok sebagai pelayanan umum, berupa tempat kendaraan umum, baik menaikkan maupun menurunkan penumpang dan barang, bongkar muat barang, sebagai tempat berpindahnya penumpang, baik intra maupun antarmoda transportasi yang terjadi sebagai akibat adanya arus pergerakan manusia dan barang serta adanya tuntutan efisien transportasi.

Secara umum, terminal (penumpang) mempunyai fungsi sebagai penampung dan pendukung keberlangsungan aktivitas, baik pengakhiran maupun pengawalan lintasan operasional bagi angkutan umum kota, berbagai aktivitas yang terjadi di terminal seperti bongkar atau muat, serta transfer penumpang dan barang, menampung penumpang dari waktu tiba sampai waktu pemberangkatan sesuai tujuan dari penumpang yang ingin dituju. Terminal juga sebagai bagian dari sistem transportasi dengan tujuan untuk melancarkan arus pergerkan penumpang dan barang, serta tata ruang yang mempunyai peranan penting dalam sebuah kehidupan wilayah dan kota .

(14)

Tersedianya taman di kawasan terminal Bulupitu merupakan salah satu yang membedakan dengan terminal lainnya.

Purwokerto adalah ibu kota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Berbagai julukan di sandang kota di jalur selatan Jawa Tengah ini dari kota wisata, kota kripik, kota translit, dan kota pendidikan. Purwokerto dikenal sebagai salah satu kota pelajar di Pulau Jawa, ini karenakan banyaknya jumlah sekolah dan perguruan tinggi di kota ini. Sebuah hal wajar jika Purwokerto predikat sebagai kota pelajar karena memang Purwokerto merupakan kota yang strategis untuk menimba ilmu. Selain itu, letak geografis yang mudah dijangkau dari beberapa kota, khususnya Pulau Jawa. Pertumbuhan kota Purwokerto sangat pesat disegala bidang, seperti pusat pendidikan, pusat kesehatan, perdagangan, pusat perbelanjaan, perbankan, dan jasa. Meskipun belum terdapat spesifikasi arah kebijakan pengembangan kawasan pertumbuhan tersebut secara khusus (Wibowo, dkk, 2015: 224).

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perkembangan terminal bus, antara lain yang pertama, Dadi Muradi (2005) dalam tesisnya yang berjudul Pemanfaatan Terminal Angkutan Umum Regional Terkait dengan Kebijakan Pengembangan Wilayah Kota Pangkalpinang. Penelitian untuk

(15)

pemanfaatan fungsi terminal dan kebijakan serta arah perkembangan kota Pangkalpinang.

Kedua, Risa Amelia (2011) dalam skripsinya yang berjudul Dimamika

Keberadaan Terminal Bareh Solok (1994-2014). Penulisan skripsi ini

mengungkapkan tentang keberadaan sebuah terminal angkutan dalam pertumbuhan dan perkembangan kota Solok. Pertumbuhan dan perkembangan sebuah kota itu dapat dilihat dari berbagai sektor, salah satu di antaranya bidang transportasi, yang berkaitan erat dengan aktivitas lalu lintas, sosial, dan perekonomian.

Ketiga, Sudarsono (2015) dalam skripsinya yang berjudul Efektivitas Pemungutan Retribusi Terminal di Terminal Regional Daya (Trd) Kota

Makassar. Penulisan skripsi ini mengungkapkan tentang pendapatan daerah adalah retribusi terminal yang dilakukan oleh perusahaan daerah terminal regional daya (TRD) kota Makassar tidak mengherankan apabila efektivitas dalam pemungutan retribusi terminal harus dibenahi agar bisa memberikan pemasukan bagi pendapatan asli daerah. Retribusi terminal yang dimaksud tentunya adalah pemungutan yang cepat, tepat, dan sesuai dengan target yang direncanakan.

Keempat, Mujoko Raharjo (2005) dalam tesisnya yang berjudul Analisis Variabel yang Mempengaruhi Kinerja Terminal Terboyo. Dalam penulisan

(16)

Kelima, Galih Ragil Triatmojo (2016) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kebutuhan Luas Parkir AKAP dan AKDP Terminal Purwokerto Sebagai

Terminal Tipe A. Penulisan skripsi ini mengungkapkan tentang perkembangan

kegiatan perekonomian merupakan faktor tarikan yang membuat tingkat mobilitas penduduk yang memakai transportasi darat, khususnya bus juga mengalami peningkatan. Penelitian ini menggunakan metode survai lapangan dengan melakukan pengamataan secara langsung di terminal Purwokerto dengan menempatkan surveyor pada titik-titik tertentu guna memudahkan dala pencatatan sehingga diperoleh data yang valid.

Keenam, Anandha Pramuditha (2015) Kajian Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Partisi di Terminal Bus Purwokerto Kabupaten Banyumas. Penulisan

skripsi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pedagang partisi di terminal bus Purwokerto Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menggunakan metode survai, populasi dalam penelitian ini adalah pedagang partisi yang berjualan di terminal bus Purwokerto sebanyak 73 pedagang.

(17)

F. Landasan Teori dan Pendekatan

Sosiologi menyoroti hubungan timbal balik antara unsur-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-norma atas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dengan lembaga keagamaan. Unsur-unsur masyarakat tadi mempunyai hubungan yang tetap dan harmonis, serta merupakan unsur integrasi (Soekanto, 1982: 350). Di dalam tingkat perkembangan sosiologi yang demikian itu, di mana teori yang diutamakan, sedangkan ilmunya belum dianggap untuk dipelajari sendiri. Tidak dapat diharapkan perkembangaan penelitian sosiologis yang mencoba menemukan kenyataan-kenyataan sosiologis dalam masyarakat Indonesia.

Sejarah perkotaan saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, perkembangan tidak lepas dari pengaruh perkembangan masalah sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan yang mulai bergeser ke wilayah perkotaan. Wilayah perkotaan mempunyai keunikan dan karakteristik masing-masing, berbagai aktivitas masyarakat telah membentuk sebuah pola kehidupan yang dinamis. Daerah kota bisa sederhana dan juga bisa kompleks, daerah perkotaan dapat mempunyai suasana pedesaan atau suasana perbengkelan industri, dapat bersuasana damai atau penuh dengan segala macam pertentangan. Daerah perkotaan bisa berukuran kecil dan mudah dipelihara ataupun sangat besar dan dipenuhi dengan masalah-masalah ekonomi dan pertentangan.

(18)

yang akurat dan reliable. Sistem mass rapid translit menghubungkan kawasan sub urban dan rural urban kekawasan urban dan CBD (Central Business District) dan

juga terpadu dengan angkutan lain seperti bus dengan jadwal yang rapi dan headway yang diatur ketat. Tidak terdapat bus yang berhenti di sembarang tempat

karena bus hanya berhenti di tempat pemberhentian bus seperti halte dan shelter. Halte yang disediakan pun bersih, aman, dan nyaman. Sistem ticketing juga berjalan baik, dengan cara manual ataupun otomatis (Munawar, 2011: 43).

Pengembangan wilayah (regional development) terjadi karena urbanisasi atau arus perpindahan penduduk dari daerah pedalaman ke kota-kota. Banyaknya gejala dalam perkembangan kota telah membawa perubahan pada tingkat produktivitas wilayah, yang diukur melalui populasi, kesempatan kerja, pendapatan dan nilai tambah industri. Selain itu, pengembangan wilayah juga mencakup pengembangan sosial, seperti perbaikan derajat kesehatan dan kesejahteraan, kualitas lingkungan, dan fasilitas umum (Muradi, 2005: 40). Pembangunan terminal di wilayah pinggiran kota akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan wilayah disekitarnya. Keberadaan terminal dapat menambah aktivitas, seperti perdagangan, jasa, dan transportasi di wilayah tersebut sehingga mampu meningkatkan aksesbilitas serta dapat menyerap tenaga kerja, ini dapat memberikan nilai tambah yang mampu menarik sumberdaya ke sekitar lokasi tersebut. Apabila hal ini terus berkembang dapat menyebabkan peningkatan kondisi wilayah tersebut.

(19)

pengembangan wilayah adalah perkembangan transportasi, baik darat, udara, maupun laut. Pada dasarnya perkembangan dalam bidang transportasi, baik sarana maupun prasarana akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi maupun jasa. Perkembangan transpotasi itu seperti magnet akan selalu menarik perhatian massyarakat dari yang tadinya sepi menjadi ramai setelah adanya jalur transportasi. Perkembangan di bidang transportasi semakin lama akan semakin meninggat hal demikian karena bertambah banyak pengguna jasa transportasi yang membutuhkan.

Selain itu, peningkatan perdagangan dan transportasi yang ada pada wilayah itu akan mempengaruhi hampir seluruh sektor. Perubahan ini menyebabkan perkembangan wilayah kota secara keseluruhan. Di samping itu karena terminal sebagai tempai transit, baik untuk angkutan umum penumpang antarkota maupun antarwilayah, mempunyai peran yang penting. Terminal sebagai simpul pertemuan angkutan umum penumpang menjadi titik potensial pengembangan kawasan, pusat kegiatan, pertumbuhan, dan perkembangan wilayah.

(20)

senantiasa diperhatikan dalam setiap perencanaan pembangunan, baik secara nasional maupun regional (Adisasmita, 2014: 6)

Untuk mengembangkan sebuah wilayah secara optimal, dibutuhkan intervensi dan kebijakan pemerintah agar mekanisme pasar tidak menimbulkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan. Kebijakan tersebut meliputi upaya-upaya pengembangan kegiatan-kegiatan sosial ekonomi di kawasan-kawasan yang terdapat di dalam wilayah tersebut agar kegiatan-kegiatan tersebut tersebar sesuai dengan potensi kawasan dan infrastruktur pendukungnya. Kebijakan pengembangan wilayah adalah berupa arahan-arahan pengembangan kawasan-kawasan produksi, pusat permukiman, simpul-simpul transportasi (laut, darat, dan udara), serta jaringan infrastruktur pendukungnya sesuai dengan tujuan sosial ekonomi yang diharapkan. Perumusan kebijakan ini biasanya didasarkan pada kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah.

(21)

pembangunan fisik perkotaan, mengembangkan kaitan produktif antara kegiatan-kegiatan ekonomi perkotaan, memperbaiki program tarif pelayanan perkotaan, dan struktur pemerintah kota (Adisasmita, 2014: 106).

Pendekatan yang akan digunakan dalam menjawab berbagai masalah dalam skripsi ini adalah menggunakan pendekatan sosiologi. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia yang menguasi kehidupan ini (Shadily,1993: 1). Sosiologi mempelajarai manusia sebagai anggota masyarakat, maka dengan sendirinya ia meliputi atau sedikitnya erat bertalian dengan ilmu-ilmu lain, seperti hukum, ekonomi, ilmu-jiwa, antropologi, dan lainnya sehingga pendekatan sosiologis akan memberikan gambaran secara sistematis perkembangan Terminal Bulupitu di kota Purwokerto (2006-2016). Pendekatan sistem memusatkan memperhatikan pada suatu kesatuaan yang mencakup unsur-unsur serta hubungan berpengaruh-mempengaruhi. Sejarah struktural dengan pendekatan rangkap dapat melakukan analisis dan mengungkapkan perubahan sosialnya (Kartodirdjo, 1992: 57).

G. Metode Penelitian

(22)

penelitian sejarah yang meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi sejarah lisan, dan historiografi (penulisan). Tahapan tersebut saling berkaitan, bersamaan waktu, dan sekaligus tidak terpisahkan yang satu dengan lainnya (Daliman, 2012: 29).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat langkah, sebagai berikut:

1. Heuristik

(23)

2. Kritik (verifikasi)

Setelah sumber dokumen dan sejarah lisan diperoleh, peneliti harus melakukan langkah kritik atau verifikasi. Verifikasi berusaha menilai apakah sumber ini asli selanjutnya bisa dipercaya. Di sini, ada dua hal yang dituntut, yaitu keotentikan melalui kritik ekstern dan kekredibilitasan dengan cara kritik intern. Keotentikan melihat dari sisi luar data, kekredibilitas mengkritisi hal-hal berkaitan dengan isi data (Priyadi, 2013: 118). Dilakukan untuk mendapatkan keotentikan sumber lisan, maka pelaku dan penyaksi harus diperhatikan apakah ia buta atau tidak, tuli atau tidak, bisu atau tidak, dan pikun atau tidak cacat dan mundurnya fisik seseorang berpengaruh dalam memberikan kesaksian. Masalah fisik tidak menjadi masalah, maka mereka adalah sumber yang otentik (Priyadi, 2011: 75).

Mencari kekredibilitasan dengan cara kritik intern apakah data yang diperoleh dapat dipercaya. Penulis mengumpulkan hasil dari wawancara kemudian dinilai, diseleksi, dan diuji kebenarannya agar mendapat data yang valid mengenai sejarah perkembangan terminal Bulupitu kota Purwokerto (2006-2016). Keotentikan melihat dari sisi luar sumber, kekredibilitasan mengkritisi hal-hal berkaitan dengan isi sumber. Keotentikan ini menyangkut data yang berupa sumber tertulis dan sumber sejarah lisan.

3. Interpretasi (Penafsiran)

(24)

memasuki tahapan menulis, maka ia mengerahkan segala daya pikirannya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang utama penggunaan pikiran-pikiraan kritis dan analisisnya karena ia pada akhirnya harus menghasilkan penelitiannya dan penemuannya dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi (Sjamsuddin, 2007: 156). Dalam penulisan sejarah diperlukan dua komponen, yaitu fakta sejarah dan interpretasi (penafsiran). Dalam menginterpretasikan fakta sejarah, peneliti berusaha mendeskripsikan secara detail. Deskripsi ini dilakukan agar fakta-fakta yang sudah diperoleh akan menampilkan jaringan antara fakta sehingga fakta-fakta itu saling bersinergi. Fakta yang satu akan menjelaskan fakta yang lain. Setelah dianalisis, peneliti akan mensintetiskan deskripsi dari hasil analisis. Sintetis berarti merangkai hasil-hasil analisis fakta yang berdiri sendiri-sendiri sehingga fakta-fakta itu saling bertautan, saling menyulam, dan saling membentuk jaring, atau teks sejarah yang menguatkan (Priyadi, 2013: 122).

4. Penulisan (Historiografi)

(25)

penelitian adalah menjawab masalah-masalah yang telah diajukan. Pada hakikatnya, penyajian historigrafi meliputi pengantar, hasil penelitian, dan simpulan (Priyadi, 2011 : 92). Pada tahap ini peneliti berusaha menulis tentang Perkembangan Terminal Bulupitu kota Purwokerto (2006-2012).

H. Sistematika Penyajian

Agar penulisan skripsi ini tersusun secara sistematika, maka penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

Bab pertama berisi tentang pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitin, kajian pustaka, penelitian relevan, kajian teori, metodelogi penelitian, serta sistematika penyajian. Bab ini yang menjadi kerangka dasar pemikiran dan kemungkinan menjadi pijakan penulis untuk memulai penelitian dengan objek terminal Bulupitu di kota Purwokerto.

Bab kedua, merupakan awal bagi penulis untuk memulai mendiskripsikan dan menganalisis hasil penelitian yang telah diperoleh. Pada bagian akan membahas mengenai sejarah ringkas keberadaan terminal di kota Purwokerto, yaitu, selayang pandang kota Purwokerto, terminal bus Kebondalem, dan terminal bus Karangklesem.

Referensi

Dokumen terkait

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Muhammadiyah Semarang yang sedang melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA DI RUANG AYYUB

Berdasarkan gambar 4.39 diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai kualitas suatu sistem (quality) maka kinerja sistem tersebut semakin baik, semakin tinggi

Setelah dilakukan analisis terhadap nilai-nilai budaya yang terdapat dalam kaba Gadih Basanai ditemukan cerita ini mengandung nilai budaya berkaitan dalam hubungan

Selain variabel-variabel tersebut, untuk membentuk suatu model dinamis guna lahan permukiman dalam memproyeksikan besarnya kebutuhan permukiman pada masa mendatang,

Pada penelitian ini, anggrek ditemukan di beberapa lokasi eksplorasi yakni Pulau Abang Besar, Pulau Air Jambu, Pulau Air Saga, Pulau Pengalap, Pulau Ranup busung dan Pulau

Hasil penelitian yang diperoleh adalah kasus spondilitis tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 sebanyak 44 pasien.. Penyakit ini dapat menyerang segala jenis kelamin dan

Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode Viola Jones dan Eigenface untuk dapat mendeteksi dan mengenali seberapa banyak