• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ekuitas Merek Kedai Telapak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Ekuitas Merek Kedai Telapak"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EKUITAS MEREK KEDAI TELAPAK

Oleh

TANHAUSER SIHALOHO H24086046

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

TANHAUSER SIHALOHO H24086046. Analisis Ekuitas Merek Kedai Telapak, dibawah bimbingan Ibu SITI RAHMAWATI

Pertumbuhan bisnis dengan nama kafe sangat dipengaruhi oleh fasilitas yang ditawarkan kafe tersebut seperti live music, internet gratis, tampilan kafe yang menarik dan lain-lain. Fasilitas-fasilitas yang diberikan tersebut akan memberi tambahan nilai bagi pihak kafe yang disebut dengan brand image. Dengan adanya brand image atau pandangan merek yang baik dari konsumen akan mempengaruhi perkembangan bisnis kedepannya dimana jika pandangan merek usaha memberi kesan yang baik pada konsumen berarti usaha tersebut telah memberi pelayanan yang memuaskan konsumen sebaliknya jika pandangan merek tidak memberi kesan yang baik berarti kegiatan usaha tersebut sudah gagal memberi kepuasan bagi konsumen. Merek adalah nama, istilah, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing, sehingga perlu bagi setiap perusahaan untuk mengetahui posisi merek mereka dibenak konsumen seperti halnya Kedai Telapak perlu mengetahui posisi merek mereka dibenak konsumennya.

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana posisi elemen-elemen brand equity merek Kedai Telapak di benak konsumen Kedai Telapak.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana posisi elemen-elemen brand kedai telapak yang meliputi brand awareness, brand association, perceived quality, dan brand loyalty di benak konsumen Kedai Telapak.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berasal dari penyebaran kuesioner kepada responden dan wawancara dengan pihak perusahaan, serta data sekunder yang diperoleh dari profil perusahaan, studi pustaka, dan internet. Metode pengolahan dan analisis data yaitu dengan Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Skala Likert, Rataan, uji Cochran dan analisis faktor

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa ekuitas merek Kedai Telapak belum kuat, hal ini berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan brand awareness Kedai Telapak belum kuat dimana Kedai Telapak hanya menempati posisi ketiga setelah Starbuck dan J.Co. Analisis brand association menunjukkan hanya 4 dari 10 atribut yang diberikan menjadi pembentuk merek Kedai Telapak yaitu: Kafe santai yang nyaman, Kafe dengan lokasi strategis, Kafe yang mencerminkan gaya hidup aktif, Kafe dengan suasana nyaman dan bersih. Hasil analisis perceived quality menunjukkan hasil skala puas (3,69) dengan rentang skala baik (3,41-4,20) dengan 3 faktor pembentuk persepsi kualitas yaitu 1. Pelayanan 2. Fasilitas dan Lokasi dan 3. Kualitas Produk . Hasil analisis brand loyalty menunjukkan konsumen belum kuat dimana berdasarkan hasil perhitungan

commited buyer 22,3 persen konsumen adalah konsumen setia (commited buyer)

(3)

ANALISIS EKUITAS MEREK KEDAI TELAPAK

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

TANHAUSER SIHALOHO

H24086046

PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi

: Analisis Ekuitas Merek Kedai Telapak

Nama Mahasiswa : Tanhauser Sihaloho

NRP

: H24086046

Menyetujui:

Dosen Pembimbing

Dra. Siti Rahmawati, M.Pd.

NIP. 19591231 198601 2 003

Mengetahui:

Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M. Munandar. M.Sc.

NIP. 19610123 1986 01 1 002

(5)

iv

RIWAYAT HIDUP

Tanhauser Sihaloho dilahirkan di Simarmata, pada tanggal 12 Maret 1986, merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Pinus Sihaloho dan Ibu Wartini br. Simarmata.

Pada tahun 1992 memulai pendidikan di SD Negeri 173803 Simarmata dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SLTPN 2 Simanindo dan lulus tahun 2001. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah di SMU swasta Methodist 1 Medan dan lulus tahun 2004.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan YME

yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana

Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna dan banyak kekurangan, hal ini disebabkan semata-mata karena

keterbatasan waktu dan kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki

penulis. Untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat diperlukan untuk

hal yang lebih baik. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis secara pribadi, maupun bagi para

(7)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini dapat selesai karena bimbingan,

bantuan serta dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Oleh karena itu,

penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1.

Ibu Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, motivasi dan saran kepada penulis selama penelitian.

2.

Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan Hardiana Widyastuti, S. Hut, MM selaku dosen

penguji sidang dan telah bersedia memberi kritik dan masukan yang membangun

penulis.

3.

Staf Pendidik dan staf Kependidikan Departemen Sarjana Manajemen

4.

Kedai Telapak, Bapak Ridwan dan karyawan yang telah memberikan kesempatan untuk

melakukan penelitian dan membantu selama penelitian sampai penyelesaian skripsi ini.

5.

Kedua orang tua tercinta atas segala doa dan dorongannya, yang selalu memberi

dorongan semangat yang besar kepada penulis.

6.

Hendro Shaloho “My Big Bro”, Andar Sihaloho ”My Young Bro” n Hartati Sihaloho

“My Sweet Sister” atas segala doa dan dorongannya, yang selalu memberi dorongan

semangat yang besar kepada penulis..

7.

Teman-temanku di Naposo HKBP Bogor, atas segala doa dan dorongannya, yang selalu

memberi dorongan semangat yang besar kepada penulis.

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Pengertian Restoran dan Kafe ... 6

2.2. Persaingan Usaha ... 8

2.3. Merek ... 11

2.4. Ekuitas Merek ... 12

2.5. Kesadaran Merek ... 15

2.6. Asosiasi Merek ... 16

2.7. Kesan Kualitas ... 19

2.8. Loyalitas Merek ... 23

2.9. Penelitian Terdahulu ... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1. Kerangka Pemikiran ... 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 29

3.4. Metode Pengambilan Data ... 29

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 30

3.5.1 Uji Validitas……… 31

3.5.2 Uji Reliabilitas ... 31

3.5.3 Analisis Deskriptif ... 32

3.5.4 Skala Likert dan Rataan ... 33

3.5.5 Analisis Faktor ... 33

(9)

viii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

4.1. Profil Kedai Telapak ... 37

4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan ... 38

4.1.2 Struktur Organisasi ... 38

4.2. Uji Instrumen Penelitian ... 39

4.2.1 Uji Validitas ... 40

4.1.2 Uji Reliabilitas ... 40

4.3. Karakteristik Responden ... 40

4.4. Analisis Brand Awareness ... 48

4.4.1 Top of Mind ... 49

4.4.2 Brand Recall ... 50

4.4.3 Brand Recognition ... 51

4.4.4 Brand Unaware ... 51

4.5. Analisis Asosiasi Merek (Brand Association) ... 53

4.6. Analisis Kesan Kualitas (Perceived Quality) ... 55

4.7. Analisis Brand Loyalty ... 59

4.7.1 Switcher ... 59

4.7.2 Habitual Buyer ... 60

4.7.3 Satisfied Buyer ... 61

4.7.4 Liking The Brand ... 62

4.7.5 Commited Buyer ... 63

4.7.6 Piramida Brand Loyalty ... 65

4.8. Ekuitas Merek Kedai Telapak ... 66

4.9. Implikasi Manajerial ... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

1. Kesimpulan ... 69

2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ………. ... ….……. 71

(10)

ix

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor ... 3

2. Jumlah Karyawan Kedai Telapak ... 39

3. 10 Top of Mind ... 49

4. 10 Brand Recall ... 50

5. Hasil Uji Cochran ... 53

6. Rataan Nilai Perceived Quality ... 55

7. Hasil Analisis Faktor ... 57

8. Hasil perhitungan Switcher Kedai Telapak ... 59

9. Hasil perhitungan Habitual Buyer Kedai Telapak ... 61

10. Hasil Perhitungan Satisfied Buyer Kedai Telapak ... 62

11. Hasil Perhitungan Liking The Brand Kedai Telapak ... 63

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Model Lima Kekuatan Persaingan ... 9

2. Konsep Brand Equity ... 14

3. Piramida Kesadaran Merek ... 15

4. Nilai Asosiasi Merek ... 19

5. Piramida Loyalitas ... 24

6. Piramida Loyalitas Harapan ... 25

7. Kerangka Pemikiran ... 28

8. Struktur Organisasi ... 39

9. Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 41

10. Penyebaran Responden Berdasarkan Usia ... 42

11. Penyebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 43

12. Penyebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 44

13. Penyebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan… ... ………. 45

14. penyebaran Responden Berdasarkan Pendapatan... 46

15. Penyebaran Responden Berdasarkan Pengeluaran ... 47

16. Penyebaran Responden Berdasarkan Media Informasi ... 48

17. Pengenalan Merek ... 52

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 73

2. Hasil Uji Validitas Asosiasi Merek dan Persepsi Kualitas ... 74

3. Hasil Uji Reliabilitas Asosiasi Merek dan Persepsi Kualitas ... 80

4. Hasil Uji Cochran ... 85

5. Hasil Uji Analisis Faktor ... 90

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kondisi perekonomian dewasa ini banyak dipenuhi oleh persaingan yang

ketat diantara perusahaan-perusahaan yang baru maupun yang sedang

berkembang dan berorientasi pada bidang yang sama. Dalam menghadapi

persaingan yang ketat tersebut maka setiap perusahaan harus berusaha untuk

memenuhi tuntutan dari konsumennya agar dapat bertahan dan memenangkan

persaingan.

Perkembangan dunia yang semakin maju dan modern ditambah dengan

perbaikan ekonomi yang semakin membaik disertai dengan kian maraknya

mobilisasi manusia melakukan aktifitas di luar rumah mengakibatkan semakin

suburnya industri jasa dewasa ini. Restoran adalah salah satu jenis usaha pangan

yang bertempat disebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi

dengan peralatan, penyimpanan, penyajian dan penjualan makanan dan

minuman bagi umum ditempat usahanya dan memenuhi ketentuan persyaratan

yang ditetapkan dalam keputusan.

Kafe merupakan salah satu kelompok restoran, makan atau berkunjung ke

kafe mempunyai nilai tersendiri yang biasanya disebut “tempat yang Gaul”.

Pada masa sekarang kafe merupakan suatu lahan bisnis yang menarik

khususnya di kota-kota besar dengan dunia anak mudanya. Pertumbuhan bisnis

dengan nama kafe sangat dipengaruhi oleh fasilitas yang ditawarkan kafe

tersebut seperti live music, internet gratis, tampilan kafe yang menarik dan

lain-lain. Fasilitas-fasilitas yang diberikan tersebut akan memberi tambahan nilai

bagi pihak kafe yang disebut dengan brand image. Adanya brand image atau

pandangan merek yang baik dari konsumen akan mempengaruhi perkembangan

bisnis kedepannya dimana jika pandangan merek usaha memberi kesan yang

baik pada konsumen berarti usaha tersebut telah memberi pelayanan yang

memuaskan konsumen sebaliknya, jika pandangan merek tidak memberi kesan

yang baik berarti kegiatan usaha tersebut sudah gagal memberi kepuasan bagi

konsumen. Merek adalah nama, istilah, simbol, atau rancangan, atau kombinasi

(14)

produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang

dihasilkan oleh pesaing.

Pertumbuhan restoran di kota Bogor dari tahun ke tahun cenderung

mengalami peningkatan. Usaha tersebut saat ini menunjukkan tingkat

persaingan yang cukup tinggi. Secara umum, pada periode tersebut telah terjadi

peningkatan jumlah restoran, walaupun pada tahun 2008 ada penurunan

persentase dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penurunan ini dipicu oleh

adanya kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak akibat

kenaikan harga minyak mentah dunia. Hal ini menyebabkan pengusaha perlu

mengeluarkan biaya operasional yang lebih besar jika akan mendirikan restoran

di tahun 2008, akan tetapi ditahun 2009 perkembangan restoran dikota Bogor

kembali meningkat. Perkembangan jumlah restoran di kota Bogor periode

2004-2009 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun 2004 – 2009

Tahun Jumlah (Unit) Persentase (%)

2004 84 -

2005 86 2.3

2006 91 5.8

2007 93 2.1

2008 88 -5.3

2009 92 4.5

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bogor, 2010

Jumlah restoran yang terus meningkat, khususnya di kota Bogor

menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat antar restoran. Persaingan

tersebut mengharuskan para pengusaha restoran menerapkan strategi pasar

dengan menitikberatkan kepada konsumen . Usaha restoran semakin

berkembang karena beberapa alasan yakni:

1. Potensi pasar sangat besar dan akan selalu berubah.

2. Alat-alat yang menghidangkan makanan, sistem kontrol serta pertolongan

fisik lainnya yang telah berkembang selain akan membuat bisnis restoran

menjadi semakin mudah dan lancar, juga akan semakin menguntungkan.

3. Semakin meningkatnya travelling, banyaknya waktu luang, serta berbagai

hal lain yang mengakibatkan keadaan tertentu yang menambah alasan untuk

(15)

Hal ini dikarenakan konsumen sangatlah memegang peranan yang sangat

penting di dalam menentukan keberhasilan suatu usaha. Setiap restoran harus

bisa menciptakan kualitas produk dan pelayanan yang sebaik mungkin untuk

dapat memuaskan dan memenuhi harapan dari para konsumen. Kualitas produk

disini berarti produk tersebut telah dapat memuaskan konsumennya, dengan

kata lain produk tersebut menawarkan mutu, kinerja, dan pelengkap inovatif

yang terbaik dan unggul.

Melihat persaingan yang semakin besar pihak manajemen Kedai Telapak

harus meningkatkan kualitas mereka. Kedai Telapak berada di dalam kawasan

Pool Damri, Botani Square dan Kampus IPB Baranangsiang menyediakan

berbagai macam fasilitas, selain tempat makan, diantaranya hot spot area, live

music dan berhubung kafe ini berada di dalam kawasan Pool Damri, Botani

Square dan Kampus IPB membuat orang-orang setelah berkunjung dari kafe

dapat berbelanja atau ketempat lain.

Kedai Telapak sebagai salah satu kafe penting untuk selalu menjaga mutu

dari pelayanan demi memuaskan para pelanggannya sehingga memberi kesan

baik pada konsumen, dari kesan tersebut merek kafe akan selalu diingat dan

akan menjadi prioritas kunjungan jika ingin bersantai. Pelayanan yang

berkualitas dan memuaskan akan memberikan suatu dorongan kepada

konsumen untuk selalu menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan Kedai

Telapak. Pihak Kedai Telapak tentunya dapat meningkatkan kualitas dan

kepuasan para pelanggannya dengan cara memaksimumkan pengalaman yang

menyenangkan mereka dan meminimumkan ataupun menghilangkan

pengalaman yang kurang menyenangkan bagi para konsumen tersebut. Bila

konsumen telah merasa puas dengan apa yang mereka dapatkan, tidak jarang

konsumen akan memberikan informasi kepada rekan dan kerabatnya mengenai

apa yang telah mereka dapatkan di Kedai Telapak. Secara tidak langsung hal ini

akan sangat membantu Kedai Telapak dalam mempromosikan produknya.

Memperoleh konsumen yang loyal terhadap suatu merek tertentu restoran

tersebut haruslah memiliki kelebihan atau keunggulan tertentu yang tidak

dimiliki oleh para pesaingnya, salah satu keunggulan tersebut adalah jasa

pelayanan yang diberikan kepada para konsumen. Kepuasan yang dirasakan

(16)

1.2. Perumusan Masalah

Kedai Telapak akan memperoleh informasi untuk menyusun strategi agar

merek tersebut menjadi merek yang kuat. Penelitian ini dianggap penting bagi

Kedai Telapak dalam mengetahui seberapa jauh persepsi dari merek Kedai

Telapak di benak konsumen. Oleh karena itu, analisis ekuitas merek sangat

perlu dilakukan terhadap merek Kedai Telapak.

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana brand awareness merek Kedai Telapak dibenak konsumen?

2. Bagaimana brand association merek Kedai Telapak dibenak konsumen?

3. Bagaimana perceived quality merek Kedai Telapak dibenak konsumen?

4. Bagaimana brand loyalty merek Kedai Telapak dibenak konsumen?

5. Bagaimana Posisi ekuitas merek Kedai Telapak dibenak Konsumen?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji posisi brand awareness dibenak konsumen Kedai Telapak

terhadap merek Kedai Telapak.

2. Menganalisis brand association dibenak konsumen Kedai Telapak terhadap

merek Kedai Telapak.

3. Menganalisis perceived quality dibenak konsumen Kedai Telapak terhadap

merek Kedai Telapak.

4. Menganalisis brand loyalty dibenak konsumen Kedai Telapak terhadap

merek Kedai Telapak.

5. Mengetahui posisi ekuitas merek Kedai Telapak dibenak konsumen Kedai

Telapak.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perusahaan dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak manajemen

dalam mengambil keputusan mengenai strategi pemasaran. Selain itu hasil

penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam

upaya penerapan konsep ekuitas merek pada suatu merek produk, khususnya

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Restoran dan Kafé

Restoran adalah salah satu jenis usaha pangan yang bertempat

disebagian atau seluruh bangunan yang permanen dilengkapi dengan

peralatan, penyimpanan, penyanyian dan penjualan makanan dan minuman

bagi umum ditempat usahanya dan memenuhi ketentuan persyaratan yang

ditetapkan dalam keputusan.

Usaha restoran merupakan suatu bentuk usaha yang dalam

pelaksanaannya mengkombinasikan antara produk dan jasa. Adapun tujuan

operasionalnya adalah mencari keuntungan dan memberikan kepuasan bagi

konsumen (Kotler, 2002). Menurut Saidi (2007), ada delapan jenis restoran

yang berkembang saat ini, yaitu:

1. Fast food (Restoran layanan cepat)

Restoran jenis ini hanya dapat menyanyikan makanan tertentu saja. Jenis

restoran ini sangat popular di kota-kota besar. Sebagian restoran fast food

juga menyediakan delivery order (layanan pesan antar)/take out

(dibungkus untuk makan di luar restoran).

2. Gourmet (Restoran ala ruang makan di rumah mewah)

Restoran ini menawarkan suasanan yang tenang dan terdapat pada

sebagian besar lokasi hotel- hotel bercita rasa tinggi. Biasanya restoran

ini berbiaya operasional tinggi, karena membutuhkan dekorasi yang

berkelas dan membutuhkan banyak pelayan terlatih. Restoran jenis ini

pada umumnya memiliki konsumen tertentu.

3. Buffet (Prasmanan/masak sendiri)

Ciri utama restoran buffet ini adalah berlakunya satu harga untuk makan

sepuasnya apa yang disajikan pada buffet. Pelanggan dapat dengan

leluasa memilih dan masak sendiri menu-menu yang diinginkannya.

Sentuhan pelayan dari waiters (pelayan) relatif sedikit pada jenis restoran

(18)

4. Bistro/Grill (Restoran keluarga)

Jenis restoran ini umumnya memiliki banyak menu makanan dan

minuman dengan harga terjangkau. Pelayan yang ramah dan

kekeluargaan untuk memuaskan pelanggan menjadi ciri khas restoran ini.

Namun dari sisi dekorasi tidak semewah restoran jenis gourmet.

5. Restoran Istimewa

Restoran jenis ini biasanya terdapat jauh dari keramaian dan memberikan

kesan khusus, seperti di daerah pegunungan yang indah dan mudah

dijangkau banyak orang.

6. Restoran sederhana

Restoran ini menyanyikan menu yang tidak istimewa, yang terpenting

menu makanan dan minuman yang ditawarkan memiliki rasa enak,

higienis dan relatif murah bila dibandingkan dengan jenis restoran

lainnya.

7. Restoran Etnik

Restoran jenis ini menyajikan masakan daerah tertentu dan spesifik.

Dekorasi disesuaikan dengan etnik bersangkutan ditambah dengan

alunan musik etnik, bahkan pakaian seragam para pekerjanya bernuansa

etnik.

8. Restoran Padang

Restoran ini menyediakan makanan-makanan khas Padang. Restoran ini

biasanya dimiliki oleh sebagian besar orang Padang. Saat ini restoran

Padang sudah luas sampai ke berbagai belahan dunia, seperti Eropa dan

Amerika.

Pemerintah Indonesia yang terkait dengan jenis industri jasa boga yang

bergerak dalam bidang penyediaan pangan bagi masyarakat yaitu dinas

Pariwisata belum memisahkan batasan café secara spesifik. Selama ini

secara umum café masih termasuk bagian dari sebuah restoran. Hal ini

disebabkan karena konsep café yang terus berubah seiring dengan

(19)

Pada mulanya kafe hanyalah sebuah kedai kecil di suatu pasar malam

yang didirikan oleh pascal, seorang Armenia. Kedai ini digunakan orang

sebagai tempat untuk menghabiskan waktu luang sambil minum kopi. Ini

terjadi pada tahun 1672 di kota Paris. Namun perkembangan zaman telah

membawa perubahan pada Kafe. Kafe yang hadir saat ini tidak lagi hadir

dalam nuansa sederhana tetapi dalam nuansa kemewahan dengan layout

ruangan yang cukup nyaman, menu-menu spesial dan beberapa kafe juga

menyuguhkan music hidup (live music) bagi konsumennya. Oleh sebab itu

batasan tentang kafe kabur dan sulit ditetapkan.

Marsum dalam Sidabutar (1998), mendefenisikan kafe sebagai suatu

restoran kecil yang mengutamakan penjualan kue-kue, roti isi (sandwich),

kopi dan teh. Sedangkan kafe menurut Arifin (1995), yang dikutip oleh

Sidabutar (1998) kafe adalah suatu tempat yang menyajikan atau

menyediakan makanan atau minuman untuk sejumlah orang dengan sistem

penyajian yang singkat dan cepat. Namun pengaruh globalisasi yang

membawa masuk gaya hidup masyarakat luar perlahan-lahan telah berubah

konsep kafe pada saat ini. Kafe-kafe di kota besar kini tidak hanya

menyuguhkan kue-kue serta kopi dan teh saja namun juga minuman

beralkohol serta suguhan musik hidup (live music).

2.2. Persaingan Usaha

Satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai daya saing

perusahaan adalah besar laba ekonomi yang diperoleh perusahaan tersebut.

Sebuah perusahaan dapat dikatakan mempunyai daya saing yang kuat jika

perusahaan itu mampu memperoleh laba ekonaomi diatas rata-rata

perolehan laba ekonomi para pesaingnya didalam industri atau pasar yang

sama (Herlambang, 2002). Suatu Perusahaan akan memiliki daya saing

dalam suatu pasar hanya jika Perusahaan itu dapat menciptakan

nilaiekonomi yang lebih tinggi dibandingkan pesaingnya.

Menurut Anderson dalam Siswanto (2002) berpendapat bahwa

persaingan di bidang ekonomi merupakan salah satu bentuk persaingan

yang paling utama diantara sekian banyak persaingan antar manusia,

(20)

bidang ekonomi adalah persaingan usaha (bussines competition) yang

secara sederhana bisa didefenisikan sebagai persaingan antar penjual

didalam merebut pembeli dan pangsa pasar.

Persaingan dalam suatu industri terbentuk karena adanya lima kekuatan

pembentuk persaingan seperti halnya yang di kemukakan oleh Porter

(2008). Model analisis terhadap lima kekuatan persaingan yang

dikemukakan oleh Porter secara skematis disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Model Lima Kekuatan Persaingan (Porter, 2008)

1. Masuknya pendatang baru

Ancaman masuknya pendatanag baru ke dalam industri tergantung pada

rintangan masuk yang ada serta reaksi dari para pesaing yang sudah ada

yang dapat diperkirakan oleh pendatang baru. Sumber utama rintangan

masuk yaitu sakala ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal,

biaya peralihan pemasok, akses ke saluran distribusi, biaya tidak

menguntungkan terlepas dari skala, dan kebijakan pemerintah.

2. Ancaman produk pengganti

Produk pengganti membatasi laba potensial dari industri dengan

menetapkan harga pagu (ceiling price) yang dapat diberikan oleh

perusahaan dalam idustri. Makin menarik alternatif harga yang

ditawarkan oleh produk pengganti, makin ketat pembatasan laba

industri.

3. Kekuatan tawar- menawar pembeli

Kekuatan tawar pembeli yang besar tidak diinginkan dan akan

menyulitkan perusahaan, sehingga diperlukan usaha-usaha untuk Ancaman Produk

Pengganti

Persaingan diantara para Pesaing yang ada

Kekuatan tawar-menawar pembeli Kekuatan

tawar-menawar pemasok

(21)

meniadakan atau mengurangi kekuatan yang dapat menurunkan daya

tarik industri di perusahaan yang akan beroperasi.

Kelompok pembeli disebut kuat jika terdapat tujuh indikator sebagai

berikut:

a. Kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar relatif

terhadap penjualan pihak penjual.

b. Produk yang dibeli dari industri merupakan bagian dari biaya atau

pembelian yang cukup besar dari pembeli.

c. Produk yang dibeli dari industri adalah produk standar atau tidak

terdiferensiasi

d. Pembeli mengahadapi biaya pengalihan yang kecil.

e. Pembeli mendapatkan laba yang kecil.

f. Pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik

g. Pembeli mempunyai informasi yang lengkap.

4. Kekuatan tawar- menawar pemasok

Kelompok pemasok dikatakan kuat jika terdapat hal-hal berikut:

Para pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih

terkonsentrasi dibandingkan dengan industri dimana mereka menjual.

a. Pemasok tidak mengahadapi produk pengganti lain untuk dijual

kepada industri.

b. Industri tidak merupakan pelanggan yang penting bagi kelompok

pemasok.

c. Produk pemasok merupakan input penting bagi bisnis pembeli.

d. Produk kelompok pemasok terdiferensiasi atau pemasok telah

menciptakan biaya pengalihan.

e. Kelompok pemasok memperlihatkan ancaman yang meyakinkan

untuk melakukan integrasi maju.

5. Persaingan diantara para pesaing yang ada

Persaingan yang tajam merupakan akibat dari sejumlah faktor-faktor

struktural yang saling berinteraksi, yaitu:

a. Jumlah pesaing yang banyak atau seimbang.

(22)

c. Biaya tetap atau biaya penyimpanan yang tinggi.

d. Ketiadaan diferensiasi atau biaya peralihan.

e. Penambahan kapasitas dalam jumlah besar.

f. Pesaing yang beragam.

g. Taruhan strategi yang besar.

h. Hambatan penguduran diri yang tinggi.

2.3. Merek

Menurut American Marketing Asscociation dalam Rangkuti (2002).

Defenisi merek adalah sebagai berikut:”Merek adalah nama, istilah, tanda,

symbol, atau rancangan, atau kombinasi dari hal-hal tersebut yang bertujuan

untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang atau sekelompok

penjual dan untuk membedakannya dari produk atau jasa yang dihasilkan

oleh pesaing.

Kotler (2002) menjelaskan pada hakikatnya merek mengidentifikasikan

penjualan atau pembuat. Merek dapat berupa nama, merek dagang, logo,

atau simbol lainnya. Merek sebenarnya janji penjual untuk secara konsisten

memberikan keistimewaan, manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli.

Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu.

Menurut Simamora (2002), manfaat merek bagi pembeli adalah untuk

menjamin kekonsistenan mutu produk, meningkatkan efisiensi pembeli

karena dalam merek terkandung informasi tentang produk terbaru dalam

mencegah peniruan dari pesaing. Dalam sebuah merek terkandung

nilai-nilai yang mendukung merek produk. Menurut Aaker (1997), setiap merek

mengandung tiga hal, yaitu:

1. Nilai Fungsional

Nilai atribut produk yang mengutamakan kegunaan kepada konsumen.

2. Nilai Emosional

Nilai atribut produk yang melibatkan emosi pembeli atau pemakaian

dalam menawarkan produk.

3. Nilai Ekspresi Diri

Nilai atribut produk yang menonjolkan perasaan bangga, nyaman, dan

(23)

Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten

memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih

dari sekedar jaminan kualitas karena didalamnya tercakup enam pengertian

berikut ini (Durianto, dkk, 2001).

1. Atribut produk, seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain,

dan lai-lain.

2. Manfaat. Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen

sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut

merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau

manfaat emosional.

3. Nilai. Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.

4. Budaya. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu.

5. Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali

produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk

mendongkrak atau menopang merek produknya

6. Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut.

2.4. Ekuitas Merek

Menurut Durianto.dkk (2001), brand equity adalah seperangkat aset

dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan

simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh

sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan. Agar aset

dan liabilitas mendasari ekuitas merek, maka aset dan liabilitas mendasari

ekuitas merek harus berhubungan dengan nama atau sebuah simbol,

sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan simbol merek,

beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas akan

berubah pula. Ekuitas dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen

dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu

dalam penggunaan kedekatan asosiasi dengan berbagai karakteristik merek.

Kenyataannya, kesan kualitas dan asosiasi merek dapat mempertinggi

(24)

Menurut Aaker (1991), Ekuitas merek adalah Is a set of a brand assets

and liabilities; is linked to the brand’s name and Symbols: can substract

from as well as add to, the value provided by a product or service; and

provides value to customers as well as to the firm. Brand equity adalah

seperangkat aset dan liabilitas yang berkaitan dengan suatu nama merek dan

simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh

sebuah produk atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.

Menurut Aaker dalam Durianto, dkk (2001), ekuitas merek dapat

dikelompokkan ke dalam lima kategori yang dapat terlihat pada Gambar 2.

Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang dimilikinya di

pasar, perusahaan harus dapat mengembangkan suatu produk yang memiliki

ekuitas merek yang kuat. Menurut Aaker (1991) ekuitas merek dapat

dikelompokkan ke dalam lima kategori yang meliputi:

1. Kesadaran merek

Kesadaran merek menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli

untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan

bagian dari kategori produk tertentu.

2. Asosiasi merek mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu

kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat,

atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis dan lain-lain.

3. Kesan kualitas

Kesan kualitas mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan

kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan

dengan maksud yang diharapkan.

4. Loyalitas merek mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan

suatu merek produk.

5. Aset-aset merek lainnya

Keempat elemen ekuitas merek di luar aset-aset merek lainnya dikenal

dengan elemen-elemen utama dari ekuitas merek, elemen ekuitas merek

yang kelima secara langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat

(25)

Konsep ekuitas merek ini dapat ditampilkan pada gambar 2. Pada

gambar 2 juga memperlihatkan kemampuan ekuitas merek dalam

menciptakan nilai bagi perusahaan maupun konsumen atau pelanggan atas

dasar lima elemen yang telah disebutkan.

Gambar 2. Konsep Brand Equity (Aaker, 2001)

Menurut Aaker dalam Kotler (2002), terdapat lima tingkat sikap

pelanggan terhadap merek mulai dari terendah hingga tertinggi, yaitu:

1. Pelanggan akan mengerti merek terutama untuk alasan harga. Tidak ada

kesetiaan merek.

2. Pelanggan puas. Tidak ada alasan untuk berganti merek.

3. Pelanggan puas dan merasa rugi bila berganti merek.

4. Pelanggan menghargai merek itu dan menganggapnya sebagai teman.

5. Pelanggan terikat dengan merek itu.

Ekuitas merek sangat berkaitan dengan seberapa banyak pelanggan

suatu merek berada pada tingkat 3, 4 dan 5. Ekuitas merek juga sangat

berkaitan dengan tingkat pengukuran merek, mutu merek yang diyakini,

asosiasi mental dan emosional yang kuat, serta aktiva lain seperti paten,

merek dagang dan hubungan saluran distribusi.

Menurut Kotler (2002), ekuitas merek yang tinggi memberikan

sejumlah keunggulan kompetitif, yaitu:

Brand

Equity

Brand Awareness

Other proprietary Brand assets Brand Loyalty

Brand Association

Memberikan nilai kepada Pelanggan dengan memperkuat: 1. Intrepretasi

2. Rasa percaya diri dalam pembelian

3. Pencapaian kepuasan pelanggan

Memberikan nilai kepada perusahaan dengan memperkuat: 1. Effesiensi dan Efektifitas

promosi 2. Loyalitas merek 3. Harga/ laba 4. Perluasan merek

5. Peningkatan perdagangan 6. Keuntungan kompetitif

(26)

1. Perusahaan akan menikmati biaya pemasaran yang lebih kecil, karena

tingkat kesadaran dan kesetiaan merek konsumen yang tinggi.

2. Perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih kuat dalam negosiasi

dengan distributor dan pengecer, karena pelanggan mengharapkannya

mempunyai merek tersebut.

3. Perusahaan dapat mengenalkan biaya yang lebih tinggi dari pesaingnya,

karena merek tersebut memiliki mutu yang diyakini lebih tinggi.

4. Perusahaan dapat lebih mudah meluncurkan perluasan merek, karena

merek tersebut memiliki kredibilitas tinggi.

5. Merek tersebut memberikan pertahanan terhadap persaingan harga yang

ketat.

2.5. Kesadaran merek

Menurut Aaker (1991) Brand Awareness adalah the ability of a

potential buyer recognize or recall that a brand is a member of a certain

product category. Kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon

pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek

merupakan bagian dari kategori produk tertentu. Kesadaran merek

menggambarkan keberadaan merek didalam pikiran konsumen, yang dapat

menjadi penentu dalam beberapa kategori dan biasanya mempunyai peranan

kunci dalam brand equity (Durianto dkk., 2001). Kesadaran merek dapat

digambarkan sebagai piramida dan dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah

ini.

Top Of Mind

Brand Recall

Brand Recognition

Brand Unaware

Gambar 3. Piramida Kesadaran Merek (Durianto dkk, 2001)

Kesadaran merek dapat dibagi dalam beberapa tingkatan, yakni:

(27)

Tingkat ini merupakan tingkat yang paling rendah dalam kesadaran

merek. Pada posisi ini konsumen sama sekali tidak menyadari

keberadaan produk.

2. Pengenalan merek (brand recognition)

Pada tingkat ini, konsumen mengenal merek produk tetapi diperlukan

bantuan untuk mengenalnya.

3. Pengingatan kembali merek (brand recall)

Tingkat pengingatan kembali didasarkan pada permintaan seseorang

untuk merek tertentu dalam suatu kelas produk. Hal ini diistilahkan

dengan pengingatan pada bantuan.

4. Puncak pikiran (top of mind)

Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan

pengingatan dan ia menyebutkan secara spontan satu nama merek

tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dibenak

konsumen.

Agar pengenalan merek dicapai dan diperbaiki dapat ditempuh dengan

cara berikut (Durianto, dkk., 2001).

1. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda

dibandingkan dengan lainnya serta harus ada hubungan antara merek

dengan kategorinya.

2. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik, sehingga membantu

konsumen untuk mengingat merek.

3. Jika produk memiliki simbol, hendaknya simbol yang dipakai dapat

dihubungkan dengan mereknya.

4. Perluasan nama merek dapat dipakai agar mereka semakin banyak

diingat pelanggan.

5. Brand awareness dapat diperkuat dengan memakai suatu isyarat yang

sesuai kategori produk, mereka atau keduanya.

6. Melakukan pengulangan untuk meningkatkan pengingatan, karena

(28)

2.6. Asosiasi merek

Semakin banyaknya asosiasi yang berhubungan, maka semakin kuat

pula citra merek tersebut (Durianto, dkk, 2001). Asosiasi-asosiasi yang

terkait dengan merek umumnya dihubungkan dengan berbagai hal berikut:

1. Product Attributes

Mengasosiasikan atribut atau karakteristik suatu produk merupakan

strategi positioning yang paling sering digunakan. Mengembangkan

asosiasi semacam ini efektif karena jika atribut tersebut bermakna,

asosiasi dapat secara langsung diterjemahkan dalam alasan pembelian

suatu merek.

2. Intangible Attributes

Suatu faktor tidak berwujud merupakan atribut umum, seperti halnya

persepsi kualitas, kemajuan teknologi, atau kesan nilai yang

mengikhtisarkan serangkaian atribut yang objektif.

3. Customers Benefits

Manfaat bagi pelanggan dapat dibagi menjadi dua, yaitu rational benefit

(manfaat rasional) dan Psycological benefits (manfaat psikologis).

Manfaat rasional berkaitan dengan atribut dari produk yang dapat

menjadi bagian dari proses pengambilan keputusan yang rasional.

Manfaat psikologis sering kali merupakan konsekuensi ekstrem daalm

pembentukan sikap, berkaitan dengan perasaan yang ditimbulkan ketika

membeli atau menggunakan merek tersebut.

4. Relatives Price

Evaluasi terhadap suatu merek disebagian kelas produk ini akan awali

dengan penentuan posisi merek tersebut dalam satu atau dua dari tingkat

harga.

5. Application

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan

suatu penggunaan atau aplikasi tertentu.

6. Users/Customers

Pendekatan ini adalah dengan mengasosiasikan merek tersebut dengan

(29)

7. Celebrity/Person

Mengaitkan orang terkenal atau artis dengan sebuah merek dapat

mentransfer asosiasi kuat yang dimiliki oleh orang terkenal ke merek

tersebut.

8. Life style/Personality

Asosiasi sebuah merek dengan suatu gaya hidup dapat diilhami oleh para

pelanggan merek tersebut dengan aneka kepribadian dan gaya hidup

yang hampir sama.

9. Product Class

Mengasosiasikan sebuah merek menurut kelas produknya.

10. Competitiors

Mengetahui pesaing dan berusaha menyamai atau bahkan mengungguli

pesaing.

11. Country/Geographic Area

Sebuah negara dapat menjadi simbol yang kuat asalkan memiliki

hubungan yang erat dengan produk, bahan, dan kemampuan. Contoh:

Negara Perancis diasosikan dengan mode pakaian dan parfum. Asosiasi

tersebut dapat dieksploitasikan dengan mengaitkan merek pada sebuah

negara.

Menurut Rangkuti (2002), terdapat lima keuntungan brand association,

yaitu:

1. Membantu proses penyusunan informasi

Asosiasi-asosiasi yang terdapat pada suatu merek, dapat membantu

mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan

mudah dikenal oleh pelanggan.

2. Differensiasi

Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat penting bagi

usaha pembedaan. Asosiasi- asosiasi merek dapat memainkan peran

penting dalm membedakan suatu merek dengan merek yang lain.

3. Alasan untuk membeli

Pada umumnya, asosiasi merek sangat membantu para konsumen untuk

(30)

4. Penciptaan sikap atau perasaan positif

Asosiasi merek dapat merangsang perasaan positif yang pada gilirannya

akan berdampak positif terhdap produk yang bersangkutan.

5. Landasan untuk keluasan

Asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi suatu perluasan

merek, yaitu dengan menciptakan rasa kesesuaian antara suatu merek

dan sebuah produk baru

Adapun nilai-nilai asosiasi merek dapat dilihat pada Gambar 4.

[image:30.612.189.482.242.386.2]

Gambar 4. Nilai Asosiasi Merek (Durianto, dkk 2001)

2.7. Kesan Kualitas

Menurut Aaker (1991), perceived quality didefinisikan sebagai the

customer’s perception of the overall quality or superiority of a product or

service with respect to its intended purpose. Kesan kualitas adalah persepsi

pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau

jasa layanan berkenaan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan.

Kesan kualitas ini akan membentuk persepsi kualitas dari suatu produk

di mata pelanggan. Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk

atau jasa dapat menentukan nilai dari suatu produk atau jasa tersebut dan

berpengaruh secara langsung kepada keputusan pembelian konsumen dan

loyalitas mereka terhadap merek. Kesan kualitas yang positif akan

mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap suatu

produk. Sebaliknya, jika kesan kualitas pelanggan negatif, produk tidak

akan bertahan lama di pasar.

Membantu proses penyusunan informasi

Differensiasi /posisi

Alasan untuk membeli

Menciptakan sikap/ perasaan positif

(31)

Kesan kualitas merupakan persepsi dari pelanggan maka kesan kualitas

tidak dapat ditentukan secara objektif. Persepsi pelanggan akan melibatkan

apa yang penting bagi pelanggan karena setiap pelanggan memiliki

kepentingan (yang diukur secara relatif) yang berbeda-beda terhadap suatu

produk atau jasa.

Berbagai hal yang harus diperhatikan dalm membangun kesan kualitas

(Aaker, 1997):

1. Komitmen terhadap kualitas

Perusahaan harus mempunyai komitmen terhadap kualitas serta

memelihara kualitas secara terus menerus. Upaya memelihara kualitas

bukan hanya basa-basi tetapi tercermin dalam tindakan tanpa kompromi.

2. Budaya kualitas

Komitmen kualitas baru terefleksi dalam budaya perusahaan, norma

perilakunya, dan nilai-nilainya. Jika perusahaan dihadapkan kepada

kualitas dan biaya maka kualitas yang harus dimenangkan.

3. Informasi masukan dari pelanggan

Pada akhirnya dalam membangun kesan kualitas pelangganlah yang

mendefenisikan kualitas. Sering kali para pemimpin keliru dalam

memperkirakan apa yang dianggap penting oleh pelanggannya.

4. Sasaran/standar yang jelas

Sasaran kualitas harus jelas dan tidak terlalu umum karena sasaran

kualitas yang terlalu umum cenderung menjadi tidak bermanfaat.

Kualitas juga harus memiliki standar yang jelas, dapat dipahami dan

diprioritaskan. Terlalu banyak sasaran tanpa prioritas sama saja dengan

tidak mempunyai sasaran yang fokus yang pada akhirnya akan

membahayakan perusahaan itu sendiri.

5. Kembangkan karyawan yang berinisiatif

Karyawan harus dimotivasi dan diizinkan untuk berinisiatif serta

dilibatkan dalam mencari solusi masalah yang dihadapi dengan

pemikiran yang kreatif dan inovatif. Karyawan juga secara aktif

(32)

Menurut Garvin dalam Durianto, dkk (2001) kesan kualitas dibagi

dalam tujuh dimensi yaitu:

1. Kinerja: melibatkan berbagai karakteristik operasional utama. Karena

faktor kepentingan pelanggan berbeda satu sama lain. Sering kali

pelanggan mempunyai sikap yang berbeda dalam menilai atribut-atribut

kinerja.

2. Pelayanan: mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan dalam

produk tersebut.

3. Ketahanan: mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.

4. Keandalan: konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari

satu pembelian ke pembelian berikutnya.

5. Karakteristik produk: bagian-bagian tambahan dari produk. Penambahan

ini biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting ketika dua merek

produk terlihat hampir sama. Bagian-bagian tambahan ini memberikan

penekanan bahwa perusahaan memahami kebutuhan pelanggannya yang

dinamis sesuai perkembangan.

6. Kesesuaian dengan spesifikasi: merupakan pandangan mengenai kualitas

proses manufaktur (tidak ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi

yang telah ditentukan dan diuji.

7. Hasil: mengarah kepada kualias yang dirasakan yang melibatkan enam

dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat menghasilkan “ hasil

akhir” produk yang baik maka kemungkinan produk tersebut tidak akan

mempunyai atribut kualitas lain yang penting.

Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Aritonang

(2005), dimensi kualitas jasa terdiri dari dimensi: Tangibles, Reliability,

Responsiveness, Assurance dan Empathy. Kelima dimensi ini dikenal

sebagai SERVQUAL.

Penjelasan mengenai kelima dimensi SERVQUAL dikemukakan sebagai

berikut:

1. Tangibles

Dimensi ini mencakup kondisi peralatan, serta penampilan pekerja.

(33)

kali berpedoman pada kondisi yang terlihat mengenai jasa dalam

melakukan evaluasi.

2. Reliability

Dimensi ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memberikan

pelayanan secara akurat dan andal, dapat dipercaya, bertanggung jawab,

atas apa yang dijanjikan, tidak pernah memberikan janji yang berlebihan

dan selalu memenuhi janjinya.

3. Responsiveness

Dimensi ini mencakup keinginan untuk membantu pelanggan dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tepat, selalu memperoleh definisi

yang tepat dan segera mengenai pelanggan. Dimensi ketanggapan ini

merefleksikan komitmen perusahaan untuk memberikan pelayanannya

tepat pada waktunya. Dimensi ini berkaitan dengan keinginan dan atau

kesiapan pekerja untuk melayani.

4. Assurance

Dimensi ini mencakup pengetahuan dan kesopanan pekerja serta

kemampuannya untuk memberikan kepercayaan kepada pelanggan.

Dimensi ini merefleksikan kompetensi perusahaan keramahan kepada

pelanggan , dan keamanan operasinya.

5. Empathy

Dimensi ini menunjukkan derajat perhatian yang diberikan kepada setiap

pelanggan. Dimensi ini juga merefleksikan kemampuan pekerja untuk

menyelami perasaan pelanggan sebagaimana jika pekerja itu sendiri

mengalaminya.

Selain dimensi kualitas jasa, dimensi kualitas yang berkaitan yang berkaitan

dengan barang dikemukakan oleh Garvin (1988) dalam Aritonang (2005),

mengemukakan beberapa dimensi mengenai kualitas barang.

1. Performance, yaitu kepuasan atas karakteristik utama beroperasinya

produk.

2. Features, yaitu karakteristik sekunder yang melengkapi fungsi dasar

(34)

3. Reliability, yaitu kemungkinan produk gagal atau tidak berfungsi selama

satu periode tertentu.

4. Conformance, yaitu seberapa dekat kesesuaian antara desaindan operasi

produk sebagaimana spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya atau

harapan pengguna.

5. Durability, yaitu jumlah manfaat yang diperoleh dari produk sebelum

produk itu secara fisik memburuk atau menjadi tidak terpakai

6. Serviceability, yaitu kecepatan, keramahan, kompetensi, dan kemudahan

transaksi.

7. Asthetics, yaitu unsur penilaian subjektif pribadi mengenai bagaimana

suatu produk terlihat.

8. Reputation, yaitu citra dan reputasi umum perusahaan.

2.8. Loyalitas merek

Pengertian loyalitas merek adalah ukuran dari kesetiaan konsumen

terhadap suatu merek (Rangkuti, 2002). Menurut Aaker (1991) “Brand

loyalty is a measure of the attachment that a customer has to a brand”.

Loyalitas merek adalah suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah

merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin

tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek produk lain. Terutama jika

pada merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga

ataupun atribut lain.

Loyalitas merek merupakan salah satu indikator inti dari ekuitas merek

yang terkait dengan peluang penjualan, yang berarti jaminan perolehan laba

perusahaan di masa mendatang. Pelanggan yang loyal pada umumnya akan

melanjutkan pembelian merek tersebut walaupun dihadapkan pada banyak

alternatif merek produk pesaing. Terdapat beberapa tingkatan loyalitas

merek dan memiliki tingkatan sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 5

(35)

Commited buyer

Menyukai merek

Pembeli yang puas dengan biaya peralihan

Pembeli yang puas/ bersifat kebiasan, tidak ada masalah untuk beralih

[image:35.612.212.493.83.213.2]

Berpindah-pindah, peka terhadap perubahan harga, tidak ada loyalitas merek

Gambar 5. Piramida Loyalitas (Rangkuti, 2002)

1. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama

sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan

demikian, merek memainkan peran kecil dalam keputusan pembelian.

Pada umumnya, jenis konsumen ini suka berpindah-pindah merek atau

disebut tipe konsumen switcher atau price buyer (konsumen lebih

memperhatikan harga didalam melakukan pembelian).

2. Tingkat kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang ia

gunakan, atau minimal ia tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya,

tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup memadai untuk

mendorong suatu perubahan, terutama apabila pergantian ke merek lain

memerlukan suatu tambahan biaya. Para pembeli tipe ini dapat disebut

pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).

3. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun mereka memikul

biaya peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang, atau resiko

sehubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain.

Kelompok ini biasanya disebut dengan konsumen loyal yang merasakan

adanya suatu pengorbanan apabila ia melakukan pergantian ke merek

lain. Para pembeli tipe ini disebut satisfied buyer

4. Tingkat keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merek

tersebut. Pilihan mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu

asosiasi seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya,

atau kesan kualitas yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut

sahabat merek, karena terdapat perasaan emosional dalam menyukai

(36)

5. Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia, mereka mempunyai

suatu kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna suatu

merek. Merek tersebut sangat penting bagi mereka baik dari segi

fungsinya, maupun sebagai ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya

(commited buyer).

Meskipun demikian, bagi merek dengan ekuitas merek yang kuat,

tingkatan dalam loyalitas mereknya diharapkan membentuk segitiga

terbalik. Maksudnya, semakin keatas semakin melebar, sehingga diperoleh

jumlah commited buyer yang lebih besar daripada switcher seperti pada

tampak pada Gambar 6.

Commited Buyer

Liking The Brand

Satisfied Buyer

Habitual Buyer

[image:36.612.245.405.283.427.2]

Switcher

Gambar 6. Piramida Loyalitas Harapan (Durianto dkk, 2001)

2.9. Penelitian Terdahulu

Funi Murdianti (2011) melakukan Analisis Faktor yang

Dipertimbangkan Pelanggan dalam Melakukan Pembelian Jasa di Kedai

Telapak Bogor. Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi karakteristik

umum pelanggan Kedai Telapak, mengindentifikasi keputusan pembelian

pelanggan di Kedai Telapak, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang

dipertimbangkan pelanggan dalam melakukan pembelian jasa di Kedai

Telapak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kedai Telapak telah berhasil

membidik segmentasi pengunjungnya yaitu kelas menengah dengan

pelanggan berusia 21-30 tahun, berpendidikan Sarjana (S1) dan

berpendapatan Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000. Keputusan pembelian

(37)

informasi mengenai keberadaan Kedai Telapak diperoleh dari teman dan hal

yang penting yang ingin diketahui pelanggan adalah jenis & rasa makanan

dan minuman. Pelanggan melakukan pembelian di Kedai Telapak karena

lokasi yang strategis dan mudah dijangkau. Pelanggan datang terencana ke

Kedai Telapak dan tujuan utama datang adalah untuk meeting/keperluan

pekerjaan. Yang mempengaruhi kunjungan adalah teman dan biasanya

pelanggan datang ke Kedai Telapak di hari tak tentu, demikian pula dengan

waktu kunjungan. Pelanggan setidaknya melakukan kunjungan lebih dari 5

kali dalam sebulan. Promosi penjualan yang dirasa akan menarik pelanggan

adalah keragaman menu. Pelanggan merasa biasa saja setelah melakukan

kunjungan ke Kedai Telapak. Jika ada kenaikan harga, maka pelanggan

akan mengurangi frekuensi pembelian selanjutnya. Pada umumnya

pelanggan akan melakukan kunjungan kembali setelah kunjungan

sebelumnya. Variabel yang menjadi pertimbangan pelanggan dalam

melakukan pembelian jasa di Kedai Telapak adalah kepekaan karyawan

menerima keluhan pelanggan, kepekaan karyawan memahami kebutuhan

pelanggan, kecepatan waktu tunggu pemesanan dan ketanggapan karyawan

mengenai produk. Komponen utama pada keputusan pembelian jasa di

Kedai Telapak adalah sikap dan kemampuan karyawan, produk, hospitality

& caretaking, dan pelayanan.

Pratama (2006) melakukan analisis brand equity Pocari Sweat, dalam

persaingan industri minuman. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis

brand equity Pocari Sweat pada elemen brand awareness, brand

association, perceived quality, dan brand loyalty. Untuk melihat adanya

tingkat persaingan dalam industri minuman secara keseluruhan, dalam

penelitian ini melibatkan beberapa merek minuman lainnya yaitu ProSweat,

Mizone, Aqua, dan Coca-cola. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis

yang berupa metode Spearman-Brown, Product Moment, Alfa Cronbach,

Skala Likert, Skala Semantic Differential, Uji Cochran, Analisis Biplot dan

analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen kesadaran

merek Pocari Sweat mendapatkan dua brand image yaitu rasa aman dan

(38)

menunjukkan bahwa merek Pocari Sweat lebih unggul dibandingkan merek

lainnya dalam atribut manfaat, aman bagi kesehatan, menghilangkan

dehidrasi dan memulihkan stamina. Analisa pada loyalitas merek

menunjukkan Pocari Sweat belum memiliki loyalitas merek yang kuat. Hal

ini tercermin dari bentuk piramida loyalitas merek yang mengecil pada

tingkatan liking the brand dan commited buyer.

Muchlis (2005) dengan judul Analisis Ekuitas Merek Pada Merek Kopi

Bubuk dan Merek Kopi Instan di Wilayah Jakarta timur yang bertujuan

menganalisis ekuitas merek kopi bubuk dan kopi instan, serta

mengidentifikasi segmen pasar dari kopi bubuk berdasarkan rataan

pengeluaran responden yang terhadap merek kopi. Dalam menjawab tujuan

tersebut digunakan alat analisis uji Reliabilitas Hoyt, Uji Cochran, model

Fishbein dan analisis deskriptif. Data primer diperoleh dengan melakukan

observasi melalui wawancara dengan konsumen, sedangkan data sekunder

diperoleh dari BPS dan literatur lainnya.

Hasil analisis kesadaran merek diperoleh bahwa kopi instan merek

Nescafe dan merek Kapal Api untuk produk kopi bubuk mencapai

kesadaran merek yang ideal. Semua responden mengingat merek ini tanpa

bantuan dalam mengingatnya.

Merek yang mempunyai ekuitas merek yang paling kuat diantara

merek-merek kopi instan adalah merek Nescafe dan kopi bubuk merek yang

mempunyai ekuitas merek kuat adalah merek Kapal Api. Segmen pasar

prioritas untuk kopi instan merek adalah konsumen golongan menengah ke

atas. Segmen pasar prioritas untuk merek Torabika dan ABC adalah

konsumen pada golongan menengah ke bawah. Segmen pasar untuk kopi

bubuk menunjukkan adanya persaingan kedua merek, yaitu Kapal Api dan

Ayam Merak sama-sama bersaing untuk memperebutkan segmen

pengeluaran menengah ke bawah.

Manuhutu (2003) menganalisis ekuitas merek atas merek-merek the

dalam botol. Metode analisis yang digunakan adalah analisis Hoyt, uji

Cochran dan Brand Switching Pattern Matrix. Hasil penelitian ini

(39)

tertinggi. Seluruh merek yang diteliti belum ada yang memiliki tingkat

kesetiaan merek yang cukup kuat disegmen responden Bogor. Urutan

ekuitas merek dari yang paling tinggi berturut-turut sampai yang paling

rendah yaitu teh botol Sosro, Tehkita, Fruit tea, Freshtea, 2Tang, Teh Giju,

dan S-Tee. Persamaan yang terdapat pada penelitian tersebut dengan

penelitian ini yaitu memiliki tujuan yang sama untuk menganalisis posisi

tingkat kesadaran merek, menganalisis asosiasi merek, menganalisis kesan

kualitas dan menganalisis loyalitas merek dengan metode yang sama pula

menggunakan analisis deskriptif, skala Semantic differential, skala likert,

nilai rata-rata dan uji Cochran. Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian,

judul penelitian yang menganalisa mengenai Analisis brand equity Kafe

Kedai Telapak, yang bertujuan menganalisis bagaimana posisi merek Kedai

(40)

III. METODE PENELITIAN

[image:40.612.70.486.116.567.2]

3.1. Kerangka Pemikiran

Gambar 7. Kerangka pemikiran

Ekuitas merek merupakan seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan

dengan suatu merek, nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang

diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan.

Terdapat empat elemen utama ekuitas merek yaitu kesadaran merek, asosiasi merek,

kesan kualitas merek dan loyalitas merek.

Pertama dilakukan analisis kesadaran merek untuk mengetahui posisi kesadaran

merek Kedai Telapak dibenak konsumen Kedai Telapak. Kedua, dilakukan asosiasi

merek untuk mengetahui asosiasi merek atau brand image Kedai Telapak dibenak

pelanggan. Ketiga, dilakukan analisis kesan kualitas untuk mengetahui persepsi mutu

Merek

Pemilihan salah satu merek Kafe

Kedai Telapak

Analisis brand equity

Analisis brand awareness

Analisis brand association

Analisis perceived

quality

Analisis brand loyalty

Analisis Deskriptif

Uji Cochran

Skala likert & Rataan Analisis Deskriptif

Piramida Brand Loyalty

Ekuitas Merek Kedai Telapak

Implikasi manejerial 1. Top Of Mind

2. Brand Recall 3. Brand Recognition 4. Brand unaware

1. Switcher

2. Habitual Buyer 3. Satisfied Buyer 4. Liking The Brand 5. Commited Buyer

Analisis Deskriptif Skala likert &

Rataan

Brand image

Analisis Faktor

(41)

merek Kedai Telapak yang dirasakan konsumen. Keempat,dilakukan analisis loyalitas

merek untuk mengetahui loyalitas pelanggan Kedai Telapak terhadap merek Kedai

Telapak. Suatu produk yang memiliki ekuitas merek yang kuat dapat membentuk

landasan merek yang kuat dan mampu mengembangkan keberadaan merek dalam

persaingan apa pun dalam waktu yang lama. Konsumen menjadikan merek sebagai

salah satu pertimbangan penting ketika hendak membeli suatu produk atau jasa.

Kedai Telapak akan memperoleh informasi yang dapat dijadikan salah satu modal

untuk menentukan keunggulan kompetitif dan komparatif Kedai Telapak dengan

mengetahui kekuatan merek. Kerangka pemikiran dalam penilitian ini dapat dilihat

pada Gambar 7. Hasil seluruh analisis tersebut dapat diketahui sebagai kekuatan merek

Kedai Telapak. Ekuitas merek yang kuat memungkinkan preferensi dan loyalitas dari

konsumen terhadap perusahaan semakin kuat.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kedai Telapak yang berlokasi di Gedung Alumni IPB

Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive). Adapun waktu

penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2011.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan didalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner pada responden dan

wawancara dengan pihak manjemen perusahaan, sedangkan data sekunder diperoleh

melalui studi literatur, baik yang diperoleh dari data dan dokumen perusahaan, studi

pustaka, internet, dan berbagai sumber lainnya.

3.4. Metode Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara,

dan penyebaran kuesioner untuk mendapatkan data primer, sedangkan untuk

mendapatkan data sekunder berasal dari studi pustaka.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara dengan pihak manajemen perusahaan, hal ini dilakukan dalam bentuk

diskusi dan melalui percakapan dua arah atas inisiatif dengan terlebih dahulu

menyusun daftar pertanyaan sebelumnya untuk memudahkan memperoleh informasi

(42)

2. Kuesioner yang bertujuan untuk mendapatkan data mengenai pelayanan yang

diharapkan oleh para konsumen dan bagaimana tingkat kepuasan terhadap

pelayanan yang telah diberikan oleh Kedai Telapak. Sebelum kuesioner disebarkan,

dilakukan uji coba kuesioner terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengetahui

tingkat validitas dan reliabilitas kuesioner. Kuesioner selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 1.

3. Studi Pustaka dengan cara mengumpulkan data dan informasi baik yang berasal dari

data internal perusahaan maupun pihak eksternal seperti pustaka, literatur,

laporan-laporan serta penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan yang

dihadapi.

Teknik pemilihan sampel menggunakan metode non-probability sampling (sampel

tidak acak) dengan insidental sampling adalah pemilihan sampel tidak direncanakan

atau secara kebetulan. Sampel yang dipilih adalah konsumen yang kebetulan sedang

makan atau minum di Kedai Telapak. Jumlah sampel yang diwawancarai dalam

penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin, dengan rumus:

………. (1)

dimana:

n = Ukuran Sampel

N = Populasi Pengunjung Kedai Telapak

e = Kesalahan dalam pengambilan sampel ditetapkan 10%

Berdasarkan data kunjungan konsumen, diperoleh jumlah rata kunjungan perbulan

sekitar 3000 pengunjung, maka diproleh nilai sebesar:

= 96.77 100

Berdasarkan perhitungan di atas maka jumlah responden yang akan diambil adalah

sebanyak 100 responden dan 30 responden pembanding yang berasal dari luar Kedai

Telapak, sehingga total responden berjumlah 130 responden.

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan rumus

statistika melalui program Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows. Hasil tersebut

kemudian dianalisis menggunakan metode analisis ekuitas merek. Alat analisis yang

digunakan adalah analisis deskriptif, skala likert dan nilai rata-rata, analisis faktor serta

(43)

3.5.1 Uji Validitas

Setelah Kuesioner terbentuk, langkah awal yang dilakukan adalah menguji

validitas kuesioner. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment, uji validitas ini digunakan untuk menghitung korelasi (r) antara data

pada masing-masing pertanyaan dengan skor total. Validitas menunjukkan sejauh mana

alat ukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Kuesioner yang dikatakan memiliki

butir-butir pertanyaan kuesioner yang saling berhubungan dengan konsep-konsep yang

diinginkan. Apabila ada pertanyaan yang tidak berhubungan, maka pertanyaan tersebut

tidak valid, dan akan dihilangkan atau diganti dengan konsep pertanyaan lain yang

lebih sahih (Umar, 2003).

Rumus yang digunakan:

………. (2)

Keterangan :

rxy = Korelasi antara X dan Y x = Skor pernyataan

y = Skor Total

n = Jumlah responden

Uji validitas dilakukan pada 30 responden di mana nilai korelasi yang dihitung

dinyatakan sahih apabila nilai r lebih dari 0,361. Pengujian validitas diolah dengan

menggunakan software SPSS dan excel.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur dapat

diandalkan. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur ketepatan atau kejituan suatu

instrument jika dipergunakan untuk mengukur himpunan objek yang sama berkali-kali

akan mendapatkan hasil yang serupa.

Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur

didalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur memiliki kemampuan untuk

memberikan hasil pegukuran yang konsisten. Dalam hal ini terdapat beberapa teknik

yang digunakan dalam pengukuran reliabilitas. Dalam penelitian ini, teknik reliabilitas

yang digunakan adalah teknik Alpha Cronbach dan Metode Spearman-Brown. Teknik

Alpha Cronbach digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan

0-1, tetapi merupakan rentangan antara beberapa nilai, misalnya 0-10

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun 2004 – 2009
Gambar 1. Model Lima Kekuatan Persaingan (Porter, 2008)
Gambar 2. Konsep Brand Equity (Aaker, 2001)
Gambar 3. Piramida Kesadaran Merek (Durianto dkk, 2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Variabel Makro dan Mikro Ekonomi terhadap Likuiditas Bank Syariah di Indonesia” ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Menyetujui memberikan kuasa dan wewenang kepada Direktur Utama Perseroan atau salah satu anggota Direksi Perseroan lainnya dengan hak substitusi untuk melakukan segala tindakan

Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi melaksanakan diet pada pasien diabetes mellitus rawat jalan di RSUD Dr.. Bagi RSUD

Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang

Motivator; guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta

Berdasarkan pengertian di atas maka yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah “ Pola Asuh Singel Parent Dalam Membentuk Kematangan emosi Remaja Didesa Campang Tiga

Kewenangan penyidik untuk mengeluarkan SP3 dalam kasus tindak pidana, diberikan kepada tersangka yang kasusnya tidak ditemukan kerugian negara; pada saat

Pemilihan varietas yang unggul meliputi Reskin, Gada, Imperial10, Osaka03, dan Maruti dilakukan untuk mendapatkan varietas yang tahan terhadap serangan Fusarium oxysporum