• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Spermatozoa Cauda Epididimis Domba Garut yang diberi Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Spermatozoa Cauda Epididimis Domba Garut yang diberi Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ERA KRISTIANA BR BANGUN. Kualitas Spermatozoa Cauda Epididimis Domba Garut yang diberi Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur. Dibimbing oleh MOHAMAD AGUS SETIADI dan DEWI APRI ASTUTI.

Pakan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan kualitas spermatozoa. Pakan yang dapat digunakan antara lain limbah tauge dan legum Indigofera sp. Domba garut memiliki nilai ekonomi yang tinggi, namun dihadapkan dengan masalah terbatasnya jumlah pejantan unggul. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu melalui pemanfaatan spermatozoa dari cauda epididimisnya karena telah memiliki motilitas dan kemampuan membuahi oosit yang sama baiknya dengan spermatozoa hasil ejakulasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan (limbah tauge dan indigofera sp) dalam ransum domba terhadap peningkatan kualitas spermatozoa. Penelitian ini menggunakan 8 ekor domba garut, umur sekitar 11 bulan yang telah dipelihara selama 3 bulan. Ternak tersebut diberi dua perlakuan masing-masing 4 domba, perlakuan pertama dengan 30% limbah tauge dan perlakuan kedua 30% Indigofera sp. Parameter kualitas semen dianalisis sebagai berikut: data volume, warna dan konsistensi spermatozoa dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Data bobot testis, konsentrasi spermatozoa dan cytoplasmic droplet dianalisis menggunakan T-test. Korelasi antara bobot testis dan konsentrasi spermatozoa dianalisis menggunakan analisis regresi. Data motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, MPU spermatozoa dan abnormalitas sekunder spermatozoa menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial (2x4) sebanyak 4 ulangan. Faktor pertama adalah pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan faktor kedua adalah lama penyimpanan spermatozoa (0, 1, 2, 3). Data dianalisis dengan menggunakan Analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume, warna dan konsistensi semen yang diperoleh memiliki kualitas yang sama pada kedua perlakuan. Hasil analisis T-test menunjukkan bahwa perlakuan pakan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap bobot testis, konsentrasi spermatozoa dan cytoplasmic droplet spermatozoa (P>0.05). Tidak ada korelasi positif antara bobot testis dan konsentrasi spermatozoa (P>0.05) ditunjukkan dengan persamaan Y = 5654.26 - 3.96X ; R2 = 0.003. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan lama penyimpanan memberikan perbedaan yang nyata terhadap spermatozoa hidup (P<0.05). Membran plasma utuh spermatozoa dan motilitas spermatozoa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap perlakuan lama penyimpanan (P<0.05), namun tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap perlakuan jenis pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) (P>0.05). Kesimpulan dalam penelitian ini, pemberian pakan 30% limbah tauge dan 30% Indigofera sp belum secara signifikan mempengaruhi semua parameter pemeriksaan kualitas spermatozoa.

(2)

ABSTRACT

ERA KRISTIANA BR BANGUN. Quality of Caudal Epididymis Sperm of Garut Ram Fed with Waste Bean Sprout and Indigofera sp Using Egg Yolk Diluent. Supervised by MOHAMAD AGUS SETIADI and DEWI APRI ASTUTI.

Feed is one of the important factor to improve the quality of spermatozoa. Feed can be made from waste bean sprout and legume Indigofera sp. Garut ram has high economic value, but it is faced with the problem of limited number of a good quality of male. One of method that can be used to solve a problem is the utilization of cauda epididymal sperm since it has motility and an able to fertilize oocytes as well as ejaculated sperm.

The purpose of this research was to determine the effect of feeding (waste bean sprout and Indigofera sp) to increase the quality of garut ram sperm. This research used 8 garut male with age around 11 months and had been raised for 3 months. They were divided into two groups, the first group was fed with 30% waste bean sprout and the second group was fed with 30% Indigofera sp. Parameter of semen quality was analyzed as follow: for the volume, color and consistency were expressed by descriptively, while testis weight, sperm concentration and cytoplasmic droplet were tested by T-test and followed by regression test for correlation between testis weight and sperm concentration. Sperm motility, sperm viability, integrity of sperm plasma membrane and secondary abnormality were analyzed using Completely Randomized Design, Faktorial (2x4) with four replication. The first factor was type ration (waste bean sprout and Indigofera sp) and the second factor was storage time (day 0, 1st, 2nd, 3th). Data was analyzed by analysis of variance and continued with Duncan test to observed the different between treatments.

Results of the experiment showed that volume, color and consistency of semen were same in all treatments, while testis weight, sperm concentration and cytoplasmic droplet were not significant different in type ration treatments by T-test (P>0.05). There were no correlation between T-testis weight and sperm concentration (P>0.05) and expressed as Y = 5654.26 - 3.96X ; R2 = 0.003. Furthermore sperm viability were significant different in all treatments by analyzed of variance (P<0.05). The integrity of sperm plasma membrane and sperm motility were significant different in storage time treatment (P<0.05), but were not significant different in type ration by analyzed of variance (P>0.05). It can be summarized that both of 30% waste bean sprout and 30% Indigofera sp feed treatments were not significantly influence on all of parameter sperm quality.

(3)

INDIGOFERA sp PADA PENGENCER TRIS KUNING TELUR

ERA KRISTIANA BR BANGUN

B04080056

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)
(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Spermatozoa Cauda Epididimis Domba Garut yang diberi Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

(6)

ABSTRAK

ERA KRISTIANA BR BANGUN. Kualitas Spermatozoa Cauda Epididimis Domba Garut yang diberi Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur. Dibimbing oleh MOHAMAD AGUS SETIADI dan DEWI APRI ASTUTI.

Pakan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan kualitas spermatozoa. Pakan yang dapat digunakan antara lain limbah tauge dan legum Indigofera sp. Domba garut memiliki nilai ekonomi yang tinggi, namun dihadapkan dengan masalah terbatasnya jumlah pejantan unggul. Salah satu cara yang dapat digunakan yaitu melalui pemanfaatan spermatozoa dari cauda epididimisnya karena telah memiliki motilitas dan kemampuan membuahi oosit yang sama baiknya dengan spermatozoa hasil ejakulasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan (limbah tauge dan indigofera sp) dalam ransum domba terhadap peningkatan kualitas spermatozoa. Penelitian ini menggunakan 8 ekor domba garut, umur sekitar 11 bulan yang telah dipelihara selama 3 bulan. Ternak tersebut diberi dua perlakuan masing-masing 4 domba, perlakuan pertama dengan 30% limbah tauge dan perlakuan kedua 30% Indigofera sp. Parameter kualitas semen dianalisis sebagai berikut: data volume, warna dan konsistensi spermatozoa dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Data bobot testis, konsentrasi spermatozoa dan cytoplasmic droplet dianalisis menggunakan T-test. Korelasi antara bobot testis dan konsentrasi spermatozoa dianalisis menggunakan analisis regresi. Data motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, MPU spermatozoa dan abnormalitas sekunder spermatozoa menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial (2x4) sebanyak 4 ulangan. Faktor pertama adalah pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan faktor kedua adalah lama penyimpanan spermatozoa (0, 1, 2, 3). Data dianalisis dengan menggunakan Analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume, warna dan konsistensi semen yang diperoleh memiliki kualitas yang sama pada kedua perlakuan. Hasil analisis T-test menunjukkan bahwa perlakuan pakan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap bobot testis, konsentrasi spermatozoa dan cytoplasmic droplet spermatozoa (P>0.05). Tidak ada korelasi positif antara bobot testis dan konsentrasi spermatozoa (P>0.05) ditunjukkan dengan persamaan Y = 5654.26 - 3.96X ; R2 = 0.003. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan lama penyimpanan memberikan perbedaan yang nyata terhadap spermatozoa hidup (P<0.05). Membran plasma utuh spermatozoa dan motilitas spermatozoa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap perlakuan lama penyimpanan (P<0.05), namun tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap perlakuan jenis pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) (P>0.05). Kesimpulan dalam penelitian ini, pemberian pakan 30% limbah tauge dan 30% Indigofera sp belum secara signifikan mempengaruhi semua parameter pemeriksaan kualitas spermatozoa.

(7)

ERA KRISTIANA BR BANGUN. Quality of Caudal Epididymis Sperm of Garut Ram Fed with Waste Bean Sprout and Indigofera sp Using Egg Yolk Diluent. Supervised by MOHAMAD AGUS SETIADI and DEWI APRI ASTUTI.

Feed is one of the important factor to improve the quality of spermatozoa. Feed can be made from waste bean sprout and legume Indigofera sp. Garut ram has high economic value, but it is faced with the problem of limited number of a good quality of male. One of method that can be used to solve a problem is the utilization of cauda epididymal sperm since it has motility and an able to fertilize oocytes as well as ejaculated sperm.

The purpose of this research was to determine the effect of feeding (waste bean sprout and Indigofera sp) to increase the quality of garut ram sperm. This research used 8 garut male with age around 11 months and had been raised for 3 months. They were divided into two groups, the first group was fed with 30% waste bean sprout and the second group was fed with 30% Indigofera sp. Parameter of semen quality was analyzed as follow: for the volume, color and consistency were expressed by descriptively, while testis weight, sperm concentration and cytoplasmic droplet were tested by T-test and followed by regression test for correlation between testis weight and sperm concentration. Sperm motility, sperm viability, integrity of sperm plasma membrane and secondary abnormality were analyzed using Completely Randomized Design, Faktorial (2x4) with four replication. The first factor was type ration (waste bean sprout and Indigofera sp) and the second factor was storage time (day 0, 1st, 2nd, 3th). Data was analyzed by analysis of variance and continued with Duncan test to observed the different between treatments.

Results of the experiment showed that volume, color and consistency of semen were same in all treatments, while testis weight, sperm concentration and cytoplasmic droplet were not significant different in type ration treatments by T-test (P>0.05). There were no correlation between T-testis weight and sperm concentration (P>0.05) and expressed as Y = 5654.26 - 3.96X ; R2 = 0.003. Furthermore sperm viability were significant different in all treatments by analyzed of variance (P<0.05). The integrity of sperm plasma membrane and sperm motility were significant different in storage time treatment (P<0.05), but were not significant different in type ration by analyzed of variance (P>0.05). It can be summarized that both of 30% waste bean sprout and 30% Indigofera sp feed treatments were not significantly influence on all of parameter sperm quality.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(9)

INDIGOFERA sp PADA PENGENCER TRIS KUNING TELUR

ERA KRISTIANA BR BANGUN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Nama : Era Kristiana Br Bangun

NIM : B04080056

Disetujui oleh

Prof. Dr. drh. Mohamad Agus Setiadi Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh. Agus Setiyono, MS, Ph,D. APVet Wakil Dekan

Fakultas Kedokteran Hewan - IPB

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini berjudul ”Kualitas Spermatozoa Cauda Epididimis Domba Garut yang diberi Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer TrisKuning Telur” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. drh. Mohamad Agus Setiadi selaku dosen pembimbing pertama atas bimbingan, dorongan, arahan, kritik dan sarannya selama penulis melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi

2. Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS selaku pembimbing kedua atas bimbingan, arahan dan sarannya selama penulis melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi

3. Drh. H. Abdul Gani Amri Siregar, MS selaku pembimbing akademik atas bimbingan, dorongan, arahan, kritik dan sarannya selama penulis melaksanakan perkuliahan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

4. Proyek Penelitian unggulan Fakultas Peternakan Tahun 2011

5. Bapak Bondan atas bantuan dan sarannya selama penulis melaksanakan penelitian

6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor 7. Ayahanda Membela Bangun, ibunda Rasmita br Barus, saudara-saudara

penulis Berna Dettha Bangun, Ika Rerina Bangun dan Teger Immanuel Bangun atas doa, nasehat, dukungan, semangatnya selama penulis menyelesaikan studi di FKH, IPB

8. Sahabat-sahabat sepenelitian penulis (Stevany, Devide, Endra) atas semua semangat, bantuan, kritikan, senyum dan air mata yang telah dilewati bersama selama melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi

9. Sahabat penulis (Stevany, Kak Putri, Ismi) atas dukungan dan semangat selama penulisan skrispi

10.Sahabat-sahabat Avenzoar 45 atas doa, semangat, dukungan, dorongan dan kebersamaan yang telah dilalui bersama

11. Sahabat-sahabat se-OMDA (IMKA IPB) dan teman-teman di “Grya Ananta” atas semangat, bantuan dan doanya

12.Keluarga besar Himpunan Profesi Satwaliar FKH IPB 13.Almamater tercintaku, Institut Pertanian Bogor

Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan membalas kebaikan mereka terhadap penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2013

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Domba Garut 2

Limbah Tauge 3

Legum Indigofera sp 4

Proses Spermatogenesis 5

Pengenceran Spermatozoa 6

BAHAN DAN METODE 7

Tempat dan Waktu 7

Alat dan Bahan 7

Hewan Coba 8

Pemeliharaan 8

Ransum 8

Pelaksanaan Penelitian 9

Koleksi sampel 9

Pemeriksaan makroskpis 9

Penghitungan konsentrasi spermatozoa 9

Pengenceran dengan tris kuning telur 9

Pemeriksaan mikroskopis 9

Rancangan Percobaan 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

SIMPULAN DAN SARAN 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 24

(14)

ii

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrisi yang terdapat pada legum Indigofera sp 4 2 Komposisi bahan pakan ransum renelitian berdasarkan bahan kering 8 3 Karakteristik makroskopis spermatozoa cauda epididimis domba garut

yang diberi pakan limbah tauge atau Indigofera sp 11 4 Bobot testis dan konsentrasi spermatozoa cauda epididimis domba

garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp 12 5 Persentase motilitas spermatozoa cauda epididimis domba garut yang

diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp 14

6 Persentase hidup spermatozoa cauda epididimis domba garut yang

diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp 15

7 Persentase MPU spermatozoa cauda epididimis domba garut yang

diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp 16

8 Persentase cytoplasmic droplet spermatozoa cauda epididimis domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp 19 9 Persentase abnormalitas spermatozoa cauda epididimis domba garut

yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp 19

DAFTAR GAMBAR

1 Gambar limbah tauge 3

2 Gambar Indigofera sp 4

3 Gambar hubungan bobot testis dan konsentrasi spermatozoa 13 4 Gambar spermatozoa mati (a) dan spermatozoa hidup (b) 16 5 Gambar spermatozoa dengan membran plasma yang utuh (a) 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji-T bobot testis 25

2 Hasil uji-T konsentrasi spermatozoa 25

3 Hasil uji-T cytoplasmic droplet spermatozoa 25

4 Hasil uji korelasi bobot estis dan konsentrasi spermatozoa 25 5 Analisis ragam pengaruh perlakuan pakan dan lama

penyimpanan terhadap motilitas spermatozoa 26

6 Analisis ragam pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan

terhadap spermatozoa hidup 26

7 Analisis ragam pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan

terhadap keutuhan membran plasma spermatozoa 27

8 Analisis ragam pengaruh perlakuan pakan dan lama penyimpanan

(15)

Latar Belakang

Domba merupakan ternak yang mempunyai produktifitas yang tinggi, perputarannya cepat dan mudah dalam manajemen pemeliharaan. Salah satu domba yang keberadaannya dapat memberikan kontribusi nyata terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat adalah domba garut (Herdis et al., 2005). Domba garut jantan dapat dijadikan sebagai donor sperma dengan tujuan memperbaiki penampilan domba lokal yang lain melalui pendekatan teknologi reproduksi. Pejantan domba garut unggul memiliki populasi yang sangat sedikit dan harganya relatif mahal karena sering digunakan sebagai domba laga untuk kontes. Salah satu usaha yang dapat digunakan dalam mengatasi kendala tersebut adalah menerapkan teknologi reproduksi inseminasi buatan (IB).

Pakan merupakan bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan pada hewan untuk kelangsungan hidup, bereproduksi maupun berkembang biak. Protein dan vitamin E menjadi faktor penting untuk meningkatkan kualitas spermatozoa pejantan. Keseimbangan nutrien dalam pakan akan sangat membantu ternak untuk bisa tetap tumbuh dan bereproduksi secara normal. Pakan yang dapat digunakan antara lain limbah tauge dan legum Indigofera.sp.

Indigofera sp. merupakan tanaman dari kelompok leguminosa pohon. Leguminosa pohon ini memiliki prodiktivitas yang tinggi dan kandungan nutrien yang cukup baik, terutama kandungan proteinnya yang tinggi. Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, posfor, kalium dan kalsium (Simanihuruk & Sirait, 2009). Limbah tauge yaitu limbah organik yang merupakan bagian dari tauge yang tidak dikonsumsi, berupa kulit/tudung/tangkup tauge yang berwarna hijau. Kulit kecambah atau limbah dari kacang hijau dapat digunakan untuk bahan pakan ternak yang potensial sebagai salah satu bahan pakan penyusun konsentrat. Limbah ini memiliki kadar protein yang cukup tinggi yaitu sekitar 13-14 % (Rahayu et al., 2010) dan vitamin E sebesar 5287 mg/10g (Zakaria et al., 1997).

Mengingat domba garut yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, maka pemanfaatan spermatozoa dari pejantan yang kesulitan untuk kawin, sulit ditampung semennya, atau telah mati dapat dilakuka untuk meneruskan sifat-sifat unggul yang dimilikinya. Usaha pengembangbiakan domba garut dihadapkan pada masalah terbatasnya jumlah pejantan unggul. Terutama jika pejantan unggul mengalami kesulitan untuk ejakulasi secara alami serta tidak memberikan respon saat dilakukan penampungan semen menggunakan alat bantu. Hal-hal tersebut dapat mempersulit pengembangbiakan dan peningkatan populasi domba garut.

Menurut Rizal dan Herdis (2005), salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu melalui pemanfaatan spermatozoa dari cauda epididimisnya. Menurut Hafez dan Hafez (2000), spermatozoa yang berasal dari bagian cauda epididimis telah memiliki motilitas dan kemampuan membuahi oosit yang sama baiknya dengan spermatozoa hasil ejakulasi.

(16)

2

spermatozoa yang diambil dari cauda epididimis domba lokal yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera.sp. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengamati kualitas dan kemampuan/daya simpan spermatozoa dari cauda epididimis yang telah diberi pakan legume limbah tauge dan Indigofera sp.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh pemberian pakan (limbah tauge atau Indigofera sp) dalam ransum terhadap peningkatan kualitas spermatozoa cauda epididimis domba garut.

2. Mengetahui daya simpan spermatozoa yang diambil langsung pada cauda epididimis setelah pemberian pakan khusus.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk:

1. Mempertahankan kualitas pejantan unggul sebagai sumber bibit.

2. Memanfaatkan spermatozoa domba garut unggul yang mati/sulit untuk menampung semennya.

3. Mengoptimalkan produktivitas ternak domba garut.

TINJAUAN PUSTAKA

Domba Garut

Domba garut merupakan domba yang berasal dari Jawa Barat, yaitu Kabupaten Garut dan sekitarnya sehingga disebut dengan sebutan domba garut. Domba garut juga sering dikenal dengan domba Priangan. Domba garut ini termasuk dalam domba tipe besar jika dibandingkan dengan domba ekor tipis. Domba garut jantan yang baik performannya sering digunakan sebagai domba aduan/kontes.

Domba garut berasal dari persilangan antara tiga bangsa yaitu domba lokal, domba Merino dan domba Kaapstad yang berasal dari Afrika. Ciri-ciri domba garut ini antara lain, berat domba jantan dapat mencapai 60-80 kg dan berat betina sekitar 30-40 kg, daun telinga relatif kecil dan kokoh dan bulu cukup banyak. Domba betina tidak bertanduk, sedangkan domba jantan mempunyai tanduk besar, kokoh, kuat dan melingkar (Mulyono, 2003). Kelebihan lain domba garut yaitu cepat dewasa kelamin, tidak mengenal musim kawin dan dapat melahirkan anak kembar dua ekor atau lebih.

(17)

Limbah Tauge

Kacang hijau yang sering juga disebut dengan mung bean, green gram, golden gram merupakan tanaman leguminosa yang banyak dikembangkan di Indonesia. Tauge kacang hijau (Vigna radiata) merupakan kecambah yang berasal dari biji kacang hijau sedangkan limbah tauge merupakan limbah organik bagian dari tauge yang tidak dikonsumsi, berupa kulit tauge/tudung/tangkup tauge yang berwarna hijau.

Kulit kecambah atau limbah dari tauge dapat digunakan untuk bahan pakan ternak yang potensial sebagai salah satu bahan pakan ternak penyusun konsentrat. Limbah tauge memiliki kandungan nutrisi yang baik yaitu kandungan serat kasarnya yang tinggi dan protein kasar yang hampir sama dengan konsentrat. Menurut Rahayu et al.(2010), kandungan nutrien yang terdapat dalam limbah tauge adalah protein kasar 13% - 14%, serat kasar 49,44%, lemak 1.17%, air 63.35% dan Total Digestible Nutrien (TDN) 64,65%.

Tauge kacang hijau (Vigna radiata) yang terbentuk melalui proses perkecambahan ini ternyata dapat mencegah berbagai macam penyakit dan mampu mempertahankan fertilitas pada individu jantan (Astawan, 2007). Hal tersebut terkait dengan kandungan antioksidan vitamin E yang dominan yaiu 1.5287 mg/10g (Zakaria et al., 1997) selain antioksidan lain seperti vitamin C dan selenium. Antioksidan yang dikandungnya mampu melindungi sel dari serangan radikal bebas pada saat spermatogenesis. Vitamn E merupakan agen pendorong/pemacu fertilitas, yaitu dengan menormalkan epitel pada tubuli seminiferi. Degenerasi epitel tubuli seminiferi akibat defisiensi vitamin E pada hewan jantan dapat menyebabkan penghambatan spermatogenesis dan menghentikan produksi sperma.

Kacang hijau memiliki kandungan gizi yang cukup baik, kacang hijau mengandung karbohidrat, lemak, selenium, magnesium dan beberapa jenis vitamin seperti vitamin B1, B2, B3, C dan E. Kandungan protein kacang hijau mencapai 24% dengan kandungan asam amino esensial seperti isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan. Kandungan protein yang tinggi tersebut sangat potensial digunakan sebagai pakan ternak yang mampu meningkatkan fertilitas/kualitas spermatozoa jantan.

Gambar 1 Limbah Tauge

(18)

4

Legum Indigofera sp

Indigofera sp merupakan tanaman dari kelompok leguminosa pohon yang memiliki potensi sebagai sumber hijauan pakan ternak (Tarigan et al., 2010). Tanaman ini toleran terhadap kekeringan, genangan dan salinitas sehingga menyebabkan sifat agronominya sangat diinginkan. Kandungan protein kasar Indigofera umumnya lebih tinggi dibanding dengan spesies legum lainnya.

Indigofera sp memiliki produktivitas yang tinggi dan kandungan nutrisi yang cukup baik terutama kandungan proteinnya yang tinggi (20.47% – 27.60%). Kandungan nutrisi lain yang terdapat pada Indigofera sp antara lain serat kasar, Neutral Detergent Fiber (NDF), Acid Detergent Fiber (ADF), Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO).

Spesies Indigofera sp dapat memenuhi kebutuhan Ca, Mg, Zn dan Mn ternak ruminansia. Kandungan mineral yang terdapat dalam tepung daun indigofera.sp yaitu, Ca sebesar 0.97%-4.52%, P 0.19%-0.33%, Mg 0.21%-1.07%, Cu 9.0-15.3 ppm, Zn 27.2-50.2 ppm dan Mn 137.4-281.3 ppm (Hassen et al., 2007). Zn yang terkandung dalam Indigofera ini diperlukan untuk perkembangan organ reproduksi jantan dan proses spermatogenesis. Selain itu, Zn ini berperan dalam proses produksi, penyimpanan dan sekresi hormon testosteron yang diperlukan dalam pematangan akhir spermatozoa.

Tanaman ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya akan nitrogen, posfor, kalium dan kalsium. Tarigan (2009) menyebutkan bahwa kandungan protein kasar, kalsium, dan fosfor semakin menurun seiring dengan

Gambar 2 Indigofera.sp (Sumber: Apdini, 2011)

Tabel 1. Kandungan nutrisi yang terdapat pada legum Indigofera sp Komponen

Protein kasar 20.47 – 27.60%

Serat kasar 10.97 – 21.40%

NDF 49.40 – 59.97%

ADF 26.23 – 37.82%

KCBK 67.39 – 81.80%

KCBO 65.77 – 80.47%

(19)

meningkatnya interval pemotongan, sedangkan kandungan bahan organik, NDF, ADF semakin tinggi dengan meningkatnya interval pemotongan.

Proses Spermatogenesis

Semen merupakan cairan atau suspensi semi gelatinous yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan (Hafez, 1987). Semen mengandung banyak spermatozoa yang berada dalam medium cair, yaitu plasma. Plasma merupakan suatu medium pembawa spermatozoa dari saluran reproduksi jantan ke dalam saluran reproduksi betina. Fungsi tersebut dapat dijalankan karena plasma semen mengandung bahan-bahan penyanggah dan makanan sebagai sumber energi bagi spermatozoa baik yang dapat digunakan secara langsung maupun secara tidak langsung (Toelihere, 1981). Setiap spermatozoa terdiri atas bagian kepala yang memiliki kumpulan bahan-bahan genetik dan bagian ekor yang menyebabkan spermatozoa dapat bergerak maju sendiri.

Ternak yang diberi pakan dengan kandungan nutrien yang tinggi terutama protein dan energi, dapat meningkatkan produksi sperma (Cameron et al., 1988). Sebaliknya, jika jumlah dan nilai nutrisi (protein) pada pakan yang diberikan pada ternak jantan rendah akan berpengaruh pada penurunan jumlah sperma, daya gerak spermatozoa dan fertilitas spermatozoa (Tillman et al., 1998).

Testis merupakan organ reproduksi primer pada ternak jantan. Testis memiliki dua fungsi yaitu menghasilkan spermatozoa dan mensekresi hormon kelamin jantan (Salisbury & VanDemark, 1985). Setiap testis memiliki satu epididimis yang bertaut sangat rapat dengan testis. Epididimis terdiri dari tiga bagian, yaitu caput, corpus dan cauda epididimis. Caput epididimis membentuk suatu penonjolan dasar agak membentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis. Dekat ujung proximal testis caput epididimis ini menjadi pipih dan bersambung ke corpus epididimis yang berjalan distal di sepanjang tepi posterior testis. Pada ujung distal testis, corpus ini kemudian akan menjadi cauda epididimis (Toelihere,1981).

Cauda epididimis merupakan bagian yang digunakan sebagai tempat penyimpanan spermatozoa. Konsentrasi spermatozoa pada bagian cauda epididimis sangat tinggi. Kondisi di dalam epididimis adalah kondisi yang optimal untuk mempertahankan kehidupan spermatozoa yang berada dalam keadaan metabolisme sangat minim. Spermatozoa yang berasal dari cauda epididimis telah mengalami pematangan, sehingga memiliki kualitas yang sama dengan spermatozoa yang dikoleksi dari semen hasil ejakulasi. Apabila terjadi kematian ternak unggul secara mendadak dan jauh dari tempat pengolahan semen, maka penyimpanan cauda epididimis merupakan salah satu upaya dalam pelestarian sumber genetik unggul yang dimilikinya (Solihati et al., 2007).

(20)

6

Spermatogenesis merupakan proses pembelahan dan diferensiasi sel dengan produk akhir spermatozoa yang berlangsung di tubuli seminiferi testis yang terjadi secara teratur dan terarah. Spermatogenesis ini mulai berlangsung pada waktu pubertas, yaitu saat hewan mencapai dewasa kelamin. Spermatogenesis melibatkan spermatogonia, spermatosit dan spermatid. Prosesnya meliputi Spermatositogenesis (spermiocytogenesis) atau pembentukan spermatosit primer dan sekunder dari spermatogonia tipe A dan Spermiogenesis atau pembentukan spermatozoa dari spermatid (Hafez, 1987). Spermatositogenesis dikendalikan oleh FSH dari adenohypophysa dan spermiogenesis dikendalikan oleh LH dan testosteron.

Spermatogenesis membutuhkan kerja stimulasi kedua hormon gonadotropin yaitu LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle StimulatingHormone). Fungsi FSH yaitu untuk merangsang testis dan memacu proses spermatogenesis, yaitu pembentukan spermatogonia menjadi spermatid. LH berfungsi menstimulasi sel Leydig untuk memproduksi hormon testosteron di dalam testis. LH dan testosterone ini selanjutnya akan mempengaruhi proses spermiogenesis. Jadi FSH berfungsi untuk mengawali proses proliferasi spermatogenesis dan testosteron diperlukan untuk pematangan akhir spermatozoa. Karena testosteron disekresikan oleh sel leydig yang diatur oleh LH, maka secara tidak langsung LH juga merangsang spermatogenesis (Guyton, 1987).

Hormon testosteron pada hewan jantan juga berfungsi mengontrol aktivitas kelenjar-kelenjar asesoris, produksi spermatozoa dan pemeliharaan sistem saluran reproduksi jantan. Testosteron ini juga berfungsi membantu mempertahankan kondisi optimum pada spermatogenesis, transportasi spermatozoa dan deposisi spermatozoa ke dalam saluran reproduksi betina (Toelihere, 1981).

Pengenceran Spematozoa

Pengolahan spermatozoa yang dikoleksi atau ditampung dari cauda epididimis dalam bentuk semen cair atau beku sering dilakukan. Hal tersebut sering digunakan sebagai metode alternatif bagi hewan atau ternak yang memiliki kualitas genetik yang unggul namun semennya tidak dapat ditampung karena berbagai alasan. Koleksi spermatozoa dapat dilakukan dengan metode aspirasi menggunakan spuit jarum suntik langsung dari cauda epididimis hewan hidup yang sebelumnya telah dianastesi atau dari cauda epididimis hewan yang baru mati.

Spermatozoa tidak mampu untuk bertahan hidup dalam waktu yang lama kecuali jika ditambahkan unsur yang mampu menunjang kehidupan spermatozoa. Pengenceran semen biasa dilakukan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan kimiawi dari spermatozoa. Setiap pengencer biasanya memiliki kandungan/komponen yang berbeda-beda, sehingga memiliki kemampuan yang berbeda dalam menunjang kelangsungan hidup spermatozoa. Menurut Toelihere (1981), beberapa pengencer yang biasa digunakan antara lain pengencer tris kuning telur, pengencer susu, pengencer penyanggah kuning telur, pengencer yang mengandung gliserol dan pengencer air kelapa.

(21)

spermatozoa. Kuning telur dan air susu yang mengandung lipoprotein dan lecithin berfungsi melindungi spermatozoa dari cold shock. Berbagai bahan penyanggah (sitrat, fosfat dan tris) dapat digunakan untuk mempertahankan pH semen. Penisilin dan streptomisin merupakan zat-zat penghambat pertumbuhan organism (Toelihere, 1981).

Rizal dan Herdis (2005) melaporkan bahwa spermatozoa cauda epididimis domba garut memiliki kualitas yang memenuhi syarat untuk diolah menjadi semen beku menggunakan modifikasi pengencer tris. Eduard (1997), melaporkan hasil penelitian terhadap semen ejakulat domba Priangan bahwa pengencer tris kuning telur merupakan pengencer terbaik karena komposisinya lebih lengkap mengandung zat-zat makanan sebagai sumber energi dan juga terdapat unsur lain yang berfungsi mempertahankan daya hidup spermatozoa.

Pengenceran semen menggunakan pengencer tris kuning telur memperlihatkan efek nyata dalam mempertahankan motilitas spermatozoa. Hal tersebut dikarenakan pengencer tris kuning telur memiliki komposisi bahan yang lebih lengkap (tris hydroxymethyl aminomethan, asam sitrat, fruktosa, antibiotik, lipoprotein dan lecitin) yang menyediakan zat makanan dan sumber energi yang penting bagi spermatozoa untuk mempertahankan kehidupannya (Solihati, 2008). Lipoprotein dan lecitin berfungsi untuk mempertahankan serta melindungi integritas selubung lipoprotein spermatozoa, fruktosa berfungsi sebagai sumber energi. Selain itu, tris berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan pH akibat asam laktat yang dihasilkan dari metabolisme spermatozoa dan dapat mempertahankan tekanan osmosa dan keseimbangan elektrolit.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011. Pemeliharaan domba garut dan pengambilan sampel epididimis dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian sampel spermatozoa asal cauda epididimis dilakukan di Laboratorium Fertilisasi In Vitro Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tabung effendorf, tabung pengencer, objek glass, cover glass, counting chamber (kamar hitung neubauer), pipet, pipet ukur, spoit jarum suntik, syring, gunting stainless steel, timbangan mikro, thermometer, mikroskop, water bath, mikropipet (10 μl dan

1000 μl), tissue, heating table.

(22)

8

Hewan Coba

Delapan ekor domba garut jantan dengan umur + 8 bulan dikandangkan dalam kandang individu dan diambil spermatozoa dari cauda epididimisnya setelah domba tersebut dipotong saat umur domba sekitar 11 bulan. Rataan bobot badan awal domba sebesar 14.93 kg. Domba tersebut dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 4 ekor. Penelitian ini tidak menggunakan kontrol.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan selama tiga bulan dengan pemberian ransum seperti di bawah. Kelompok pertama diberikan pakan yang mengandung 30% limbah tauge dan kelompok dua diberikan pakan yang mengandung 30% Indigofera sp sebagai sumber hijauan dalam ransum. Kedua ransum komplit dibuat menjadi pelet untuk mengurangi tingkah laku domba dalam memilih pakan yang dikonsumsi.

Ransum

Pakan yang digunakan pada penelitian ini yaitu pakan dalam bentuk pelet. Pakan diberikan sebanyak 1 kg/hari dengan rasio hijauan dan konsentrat 30:70. Sumber protein hijauan berasal dari limbah tauge dan legum Indigofera sp sedangkan konsentrat terdiri atas onggok, jagung kuning, dan bungkil kelapa. Jumlah protein kasar dalam ransum komplit baik pada perlakuan pakan 30% limbah tauge dan pada 30% Indigofera sp masing-masing sebesar 18%. Kadar zat makanan ransum disesuaikan dengan kebutuhan domba masa pertumbuhan (NRC, 2007). Ransum dan air minum diberikan ad libitum.

Tabel 2. Komposisi bahan pakan ransum penelitian berdasarkan bahan kering

(23)

Pelaksanaan Penelitian

Koleksi semen

Pengambilan sampel dilakukan pada organ testis tepatnya di bagian cauda epididimis setelah pemotongan domba yang berumur + 11 bulan. Testis dibawa ke laboratorium dengan wadah yang berisi cairan NaCl fisiologis 0,9%. Testis

kemudian ditimbang setiap bagiannya kiri maupun kanan. Pengambilan semen dilakukan melalui penyayatan bagian cauda epididimis kedua testis dan diambil menggunakan spoit jarum suntik. Semen yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam satu tabung effendorf untuk diamati.

Pemeriksaan makroskopis • Warna Semen

Semen yang deperoleh, kemudian dilihat/diperhatikan warnanya apakah berwarna putih, krem atau krem susu.

• Konsistensi Semen

Tabung yang berisi semen dibalik sejauh 45o, kemudian dikembalikan seperti semula. Kecepatan semen kembali ke dasar tabung diperhatikan.

Penghitungan konsentrasi spermatozoa

Perhitungan konsentrasi spermatozoa hanya dilakukan sekali pada awal pengambilan sampel menggunakan kamar hitung Neubauer. Sebanyak 1µl semen segar dicampurkan dengan 499 µl Formal saline, dihomogenkan. Campuran diteteskan ke dalam kamar hitung Neubauer. Kemudian dievaluasi dengan pembesaran 400x pada 5 kotak haemocytometer yaitu pada keempat kotak yang ada di tepi dan 1 kotak pada bagian tengah.

Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan rumus:

[ ] =� (25 106) /

Pengenceran dengan tris kuning telur

Pengencer tris kuning telur dibuat dari campuran sitrat tris dengan kuning telur yang telah dikeluarkan dari selaputnya dengan perbandingan 1:8. Sebanyak 2 ml pengencer tris kuning telur ditambah semen segar sebanyak 0,25 ml. Campuran tersebut kemudian disimpan dalam refrigerator dengan suhu 4ºC, disimpan dan dievaluasi selama 3 hari berturut-turut.

Pemeriksaan mikroskopis

Sampel yang diencerkan disimpan dan dievaluasi selama + 3 hari berturut-turut. Parameter yang diamati antara lain, motilitas, Hypoosmotic Swelling (HOS) test, konsentrasi, persentase hidup mati dan abnormalitasnya.

• Motilitas

(24)

10

berbeda di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x. Hasil yang diperoleh berkisar 0-100%.

• HOS Test (Hypoosmotic Swelling Test)

Persentase MPU merupakan persentase spermatozoa yang memiliki membran plasma utuh yang ditandai dengan terjadinya pembengkakan dan pembengkokan ekor spermatozoa. MPU ini dievaluasi menggunakan metode hypoosmotic swelling (HOS) test. Sebanyak 499 µl reagen HOS ditambah 1 µl semen dihomogenkan dan diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 30 menit. Campuran tersebut kemudian dievaluasi menggunakan gelas objek di bawah mikoskop dengan pembesaran 400x terhadap minimum 200 spermatozoa.

Persentase membran plasma utuh dihitung dengan rumus:

= ∑ � ℎ

∑ � �ℎ� � 100%

• Persentase Hidup/Mati

Persentase hidp adalah persentase spermatozoa yang hidup. Spermatozoa yang hidup dievaluasi dengan preparat ulas menggunakan pewarnaan eosin negrosin di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x minimal 200 spermatozoa.

Persentase spermatozoa yang hidup dihitung dengan rumus:

= ∑ ℎ�

∑ � �ℎ� � 100%

• Abnormalitas

Pemeriksaan abnormalitas dihitung dari jumlah persentase spermatozoa yang masih memiliki cytoplasmic droplet dan spermatozoa yang mengalami abnormalitas sekunder. Penghitungan dilakukan menggunakan preparat ulas diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x minimal 200 spermatozoa.

Persentase abnormalitas dihitung dengan rumus:

= ∑

∑ � �ℎ� � 100%

Rancangan Percobaan

(25)

tauge dan Indigofera sp) dan faktor kedua adalah lama penyimpanan spermatozoa (0, 1, 2, 3). Data dianalisis dengan menggunakan Analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan (Santoso, 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Makroskopis Spermatozoa Asal Cauda Epididimis

Hasil evaluasi makroskopis terhadap spermatozoa asal cauda epididimis domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan pakan Indigofera sp dapat dilihat pada Tabel 3.

Hasil evaluasi makroskopis spermatozoa segar asal cauda epididimis domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp diperoleh volume: rataan 0.9 ml dan 0.8 ml, warna: krem dan konsistensi: kental. Hasil tersebut menunjukan bahwa volume yang diperoleh dari penelitian ini lebih besar dari volume yang diperoleh dari peneliti sebelumnya (Solihati, 2008) yaitu sebesar 0.5 l.

Perbedaan volume semen yang dihasilkan oleh setiap pejantan tergantung umur, ras hewan, berat dan besar testis, frekuensi penampungan dan beberapa faktor lainnya. Semen domba mempunyai volume rendah tetapi memiliki konsentrasi spermatozoa yang tinggi sehingga memperlihatkan warna krem atau warna susu. Warna dari semen sangat dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa yang terkandung di dalam semen tersebut.Semakin keruh semen biasanya jumlah spermatozoa per mililiter semen semakin banyak. Semen normal memiliki warna seperti susu atau krem keputih-putihan dan keruh (Toelihere, 1981). Semen domba secara umum memiliki konsistensi yang kental. Salisbury & VanDemark (1985) menyatakan bahwa derajat kekentalan (konsistensi) semen dapat digunakan sebagai parameter pendugaan yang cepat dan mudah untuk mengukur konsentrasi spermatozoa dalam semen. Pakan yang memiliki kandungan protein yang tinggi akan menghasilkan sifat fisik semen yang lebih baik dalam hal volume, konsistensi dan warna semen.

Berdasarkan hasil evaluasi dari penelitian ini, secara umum terlihat bahwa karakteristik makroskopis spermatozoa segar asal cauda epididimis domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan pakan Indigofera sp memiliki kualitas yang memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi semen cair dan selanjutnya dilakukan pendinginan dan penyimpanan untuk mengetahui kualitas dan daya tahan hidupnya.

Tabel 3 Karakteristik makroskopis spermatozoa cauda epididimis domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Pemeriksaan

Perlakuan

(26)

12

Konsentrasi Spermatozoa di Cauda Epididimis

Jumlah spermatozoa per milliliter semen disebut sebagai konsentrasi spermatozoa. Data bobot testis dan konsentrasi spermatozoa dari cauda epididimis yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp disajikan pada Tabel 4.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan pakan (limbah tauge dan indigofera sp) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap konsentrasi spermatozoa (P>0.05), namun cenderung berbeda nyata terhadap bobot testis domba (P=0.08). Menurut Toelihere (1981), bobot testis domba dewasa yaitu sebesar 275 gram. Bobot testis pada penelitian ini (145.9-167.7g) terlihat lebih rendah dari bobot testis domba dewasa menurut Toelihere (1981). Hal tersebut diduga dikarenakan domba yang digunakan pada penelitian ini adalah domba muda (+ 11 bulan) yang masih berada dalam masa pubertas sehingga bobot testisnya cenderung lebih kecil.

Nilai konsentrasi spermatozoa diperoleh pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Rizal dan Herdis (2005) yaitu sebesar 13993.33 juta sel/ml. Hasil analisis regresi antara bobot testis dan konsentrasi spermatozoa pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi yang positif (tidak ada hubungan) antara bobot testis dan konsentrasi spermatozoa terhadap perlakuan pakan. Hal ini diduga karena domba yang digunakan masih muda (masih dalam masa pubertas) dan domba tersebut baru pertama kali diambil semennya.

Fungsi dari kedua epididimis yang terdapat dalam testis adalah sebagai tempat konsentrasi spermatozoa. Mekanisme tersebut terjadi karena sel-sel epitel pada dinding epididimis mengabsorbsi cairan asal testis. Menurut hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa konsentrasi spermatozoa pada bagian cauda epididimis lebih tinggi dari konsentrasi spermatozoa hasil ejakulat. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar spermatozoa dideposisi/disimpan di dalam cauda epididimis, spermatozoa terkonsentrasi di bagian yang memiliki lumen yang besar (Feradis, 2010).

Menurut Hafez (1987), aktivitas reproduksi ternak jantan akan meningkat sejalan dengan adanya perbaikan kualitas nutrisi dalam pakan selama produksi. Salah satu faktor nutrisi yang sangat berpengaruh adalah kandungan protein dalam ransumnya. Dalam penelitian ini, ransum (limbah tauge dan indigofera sp) yang digunakan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi (16%-18%) yang mampu meningkatkan kualitas spermatozoa termasuk nilai konsentrasi spermatozoa yang diperoleh. Namun dari hasil penelitian ini terlihat bahwa nilai konsentrasi spermatozoa relatif rendah dan tidak adanya korelasi antara bobot testis dan konsentrasi spermatozoa.

Perbedaan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (Rizal dan Herdis, 2005) diduga karena umur domba yang digunakan Tabel 4 Bobot testes dan konsentrasi spermatozoa cauda epididimis domba

garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Perlakuan Bobot testes (g) Konsentrasi

(106 sel/ml)

Limbah tauge 167.7 + 23.5 5363 + 2058

(27)

belum mampu secara optimal dalam memproduksi spermatozoa. Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah domba garut yang berumur 11 bulan yang diduga masih dalam masa pubertas sehingga peningkatan volume spermatozoa, jumlah spermatozoa motil dan konsentrasi spermatozoa belum terlalu terlihat. Peningkatan volume spermatozoa, jumlah sperma motil dan konsentrasi spermatozoa baru akan terjadi pada bulan ke-6 sampai bulan ke- 9 sesudah awal pubertas (Toelihere, 1981).

Selain itu rendahnya nilai konsentrasi spermatozoa diduga dipengaruhi oleh status fisiologis domba karena baru pertama kali dilakukan koleksi semen dan juga dipengaruhi oleh interval waktu pengambilan semen. Pengambilan semen asal cauda epdidimis ini dilakukan sehari setelah pengambilan semen ejakulat sehingga diduga spermatozoa yang terkonsentrasi pada bagian cauda ini menjadi lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan proses spermatogenesis untuk menghasilkan spermatozoa matang pada domba memerlukan waktu sekitar 45-49 hari (Toelihere, 1981) sehingga diduga pada saat pengambilan sampel pada cauda epididimis, spermatozoa yang diproduksi belum mencukupi.

Hubungan antara bobot testis dan konsentrasi spermatozoa dapat dituliskan dalam bentuk persamaan:

Y = 5654.26 - 3.96X ; R2 = 0.003 Dimana: Y = Konsentrasi spermatozoa

X = Bobot testis

(28)

14

Motilitas Spermatozoa

Spermatozoa dalam suatu kelompok mempunyai kecenderungan untuk bergerak bersama-sama ke satu arah yang menyerupai gelombang-gelombang tebal atau tipis, bergerak cepat atau lamban tergantung dari konsentrasi spermatozoa hidup yang terdapat di dalamnya. Gelombang-gelombang yang dihasilkan oleh spermatozoa ini disebut dengan gerakan massa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gerakan massa pada perlakuan yang diberi pakan pakan limbah tauge dan indigofera sp sangat baik (+++). Hasil tersebut sesuai dengan hasil yang diperoleh Garner & Hafez (2000) yaitu sangat baik (+++).

Hasil penelitian terhadap persentase motilitas spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp dapat dilihat pada Tabel 5.

Motilitas spermatozoa sangat bergantung pada suplai energi berupa Adenosin Triphosphate (ATP) hasil metabolisme. Metabolisme berlangsung dengan baik jika membran plasma berada dalam keadaan utuh sehingga mampu mengatur substrat atau elektrolit yang diperlukan untuk metabolisme. Selain itu, pakan juga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi motilitas spermatozoa. Pakan (limbah tauge dan indigofera sp) yang digunakan dalam penelitian ini mengandung masing-masing mineral Zinc (Zn) dan vitamin E dan kandungan protein yang cukup tinggi.

Pakan yang memiliki kandungan protein yang tinggi akan menghasilkan sifat fisik semen yang lebih baik (Dethan et al., 2010). Vitamin E dalam limbah tauge mampu untuk melawan radikal bebas dan sebagai antioksidan yang berfungsi sebagai pelindung terhadap peroksidasi lemak di dalam membran. Berdasarkan penelitian sebelumnya, disebutkan bahwa vitamin E mampu mengurangi kerusakan spermatozoa saat proses spermatogenesis terhadap kerusakan peroksidatif dan penurunan motilitas spermatozoa hewan jantan sehingga mampu untuk mempertahankan motilitas dari spermatozoa. Zinc (Zn) dalam Indigofera sp diperlukan untuk perkembangan reproduksi jantan. Mineral ini mampu meningkatkkan motilitas dan jumlah spermatozoa. Zn dilaporkan terlibat dalam katabolisme lipida yang merupakan sumber energi utama yang dibutuhkan untuk pergerakan spermatozoa (Astuti et al., 2008).

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memberikan perbedaan yang nyata terhadap motilitas spermatozoa (P<0.05), namun perlakuan pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap motilitas spermatozoa (P>0.05). Berdasarkan Tabel 5 di atas, terlihat adanya penurunan motilitas yang signifikan setiap harinya. Hal

Tabel 5 Persentase motilitas spermatozoa cauda epididimis domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Perlakuan Waktu Penyimpanan H- (%) Rataan

0 1 2 3

Limbah tauge 62.5 + 6.5 46.3 + 11.1 17.5 + 7.1 2.5 + 2.9 32.2 + 25.1

Indigofera sp 61.3 + 12.5 47.5 + 14.4 18.8 + 11.1 3.8 + 4.8 32.8 + 25.6

Rataan 61.9 + 9.2d 46.9 + 11.9c 18.1 + 8.4b 3.1 + 3.7a

(29)

tersebut dikarenakan motilitas spermatozoa sangat berpengaruh terhadap lamanya waktu penyimpanan yang dilakukan. Semakin lama sampel spermatozoa yang disimpan maka motilitas spermatozoa juga akan semakin berkurang. Namun dari data yang diperoleh tersebut, terlihat bahwa nilai persentase motilitas spermatozoa pada kedua perlakuan yang dapat digunakan untuk IB hanya sampai hari pertama, karena pada hari ke-dua dan seterusnya motilitas spermatozoa turun secara drastis. Menurut Hafez & Hafez (2000), semen yang layak digunakan untuk IB adalah semen yang memenuhi syarat progresif minimal yaitu 40%.

Menurut Rizal dan Herdis (2005), spermatozoa asal cauda epididimis tidak mendapat perlindungan berupa glikoprotein yang disintesis oleh kelenjar vesikularis hewan yang akan disekresikan ke dalam plasma semen. Glikoprotein tersebut sangat penting dalam melindungi membran plasma sel spermatozoa dari kerusakan sehingga jika glikoprotein ini tidak ditemukan maka membran plasma dari spermatozoa akan mudah rusak dan dapat menyebabkan penurunan motilitas.

Selain hal tersebut, faktor lain yang diduga mempengaruhi rendahnya persentase motilitas dalam penelitian ini berkaitan dengan jumlah konsumsi protein kasar domba garut tersebut. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa konsumsi domba terhadap protein kasar dalam ransum komplit yang mengandung limbah tauge yaitu sebesar 174 g/ekor/hari dan yang mengandung Indigofera sp yaitu sebesar 138 g/ekor/hari. Jumlah konsumsi protein kasar dalam penelitian ini lebih rendah dari konsumsi protein domba dengan bobot hidup 30 kg menurut NRC (2007) yaitu sebesar 192 g/ekor/hari. Jumlah konsumsi protein kasar yang rendah diduga menyebabkan motilitas dan parameter (konsentrasi) masih belum memenuhi standar spermatozoa untuk IB. Faktor lainnya yang berkaitan dengan rendahnya persentase motilitas ini yaitu karena domba yang digunakan dalam penelitian ini merupakan domba muda (pubertas awal) yang masih dalam proses pertumbuhan. Hal tersebut menyebabkan protein yang dikonsumsi oleh domba tersebut tidak hanya digunakan untuk proses reproduksi tetapi juga digunakan untuk proses pertumbuhannya.

Spermatozoa Hidup dan Keutuhan Membran Plasma

Nilai persentase spermatozoa hidup dan membrane plasma utuh spermatozoa dari cauda epididimis domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan pakan Indigofera sp dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.

Tabel 6 Persentase hidup spermatozoa cauda epididimis domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Perlakuan Waktu Penyimpanan H- (%) Rataan

0 1 2 3

Limbah tauge 77.5 + 4.7 69.0 + 3.7 64.3 + 3.3 45.5 + 11.6 64.1 + 13.5p

Indigofera sp 80.5 + 5.9 79.5 + 3.6 67.3 + 8.6 55.5 + 7.9 70.7 + 12.5q

Rataan 79.0 + 5.2c 74.3 + 7.7c 65.8 + 6.2b 50.5 + 10.6a

(30)

16

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan dan perlakuan pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) memberikan perbedaan yang nyata terhadap spermatozoa hidup (P<0.05). Tabel 6 memperlihatkan adanya penurunan nilai persentase spermatozoa hidup setiap harinya selama masa penyimpanan. Penurunann yang terjadi pada perlakuan pakan limbah tauge sebesar 32% dan pada perlakuan pakan Indigofera sp sebesar 25% selama 3 hari.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan memberikan perbedaan yang nyata terhadap keutuhan membran plasma spermatozoa (P<0.05), namun perlakuan pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap spermatozoa hidup (P>0.05). Tabel 7 memperlihatkan adanya penurunan nilai persentase membran plasma utuh spermatozoa setiap harinya selama masa penyimpanan. Penurunann yang terjadi pada perlakuan pakan limbah tauge sebesar 32% dan pada perlakuan pakan Indigofera sp sebesar 25% selama 3 hari.

Menurut Garner & Hafez (2000), persentase spermatozoa hidup menggambarkan spermatozoa yang hidup pada saat dicampur dengan zat warna yang menyebabkan perbedaaan afinitas zat warna antara sel-sel spermatozoa mati dan hidup. Spermatozoa yang berkualitas baik adalah spermatozoa yang memiliki persentase spermatozoa hidup tinggi dengan gerakan progresif. Sel spermatozoa hidup ditandai dengan tidak terwarnainya spermatozoa dengan eosin negrosin karena spermatozoa hidup tidak menyerap pewarna.

Tabel 7 Persentase MPU spermatozoa cauda epididimis domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Perlakuan 0 Waktu Penyimpanan H- (%) 1 2 3 Rataan

Limbah tauge 84.3 + 3.8 74.5 + 7.5 64.3 + 5.9 54.0 + 6.5 69.3 + 12.9

Indigofera sp 78.3 + 8.7 72.5 + 4.8 69.0 + 8.9 60.0 + 5.0 69.9 + 9.3

Rataan 81.3 + 7.0d 73.5 + 5.9c 66.6 + 7.4b 57.0 + 6.2a

Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05)

Gambar 4 Spermatozoa mati (a) dan spermatozoa hidup (b) a

(31)

Pengamatan hidup mati spermatozoa dilakukan dengan metode pewarnaan diferensial menggunakan zat warna eosin saja atau dengan kombinasi eosin-nigrosin. Eosin adalah zat warna khusus untuk spermatozoa, sedangkan nigrosin hanya dipakai untuk pewarnaan dasar untuk memudahkan melihat perbedaan antara spermatozoa yang berwarna dan tidak berwarna. Prinsip metode pewarnaan eosin-nigrosin adalah terjadinya penyerapan zat warna eosin pada spermatozoa yang mati saat pewarnaan. Hal ini terjadi karena membran pada spermatozoa yang mati tidak permeabel terhadap zat warna atau memiliki afinitas yang rendah sehingga menyebabkan spermatozoa mati.

Nilai persentase membran plasma utuh pada penelitian ini menunjukkan adanya penurunan pada kedua kelompok perlakuan akibat lama penyimpanannya. Penurunan jumlah spermatozoa yang mengalami pembengkokan ekor dapat disebabkan karena adanya kerusakan pada membran plasma, adanya aliran air masuk ke dalam spermatozoa dan mernbran plasma sudah tidak dapat lagi mempertahankan keseimbangan osmotik dari spermatozoa itu sendiri. Hal tersebut juga secara tidak langsung diduga dapat menyebabkan terjadinya penurunan spermatozoa hidup pada setiap harinya.

Membran plasma merupakan salah satu yang mempengaruhi motilitas (Hafez, 1987). Keutuhan membran plasma diuji menggunakan Hypoosmotic Swelling (HOS) test, dasar metode HOS test adalah hukum osmosis. Bila spermatozoa terpapar pada medium hipoosmotik, maka air akan mengalir ke dalam spermatozoa sampai tercapai keseimbangan osmotik antara larutan di dalam dan di luar spermatozoa sehingga spermatozoa menjadi bengkak. Rusaknya membran plasma dapat mengakibatkan cairan intraseluler keluar dari sel sehingga menurunkan fertilisasi spermatozoa. Ekor spermatozoa yang membengkok dan melingkar karena terpapar larutan hypoosmotik dianggap sebagai spermatozoa yang normal (Setiadi et al., 1992).

Evaluasi persentase spermatozoa hidup dan membran plasma utuh spermatozoa biasanya bersamaan dengan evaluasi motilitas spermatozoa karena ketiga parameter ini memiliki korelasi yang positif. Namun pada penelitian ini, terlihat nilai persentase spermatozoa hidup dan persentase membran plasma utuh tidak sejalan dengan nilai motilitas spermatozoa. Hal tersebut dapat terjadi karena spermatozoa yang hidup belum tentu motil, tetapi spermatozoa yang tidak motil terkadang masih hidup (Campbell et al., 2003).

(32)

18

Nilai persentase spermatozoa hidup pada perlakuan pakan Indigofera sp terlihat lebih tinggi dari perlakuan pakan limbah tauge. Hal tersebut diduga karena Indigofera sp merupakan sumber protein sedangkan limbah tauge merupakan sumber serat. Selain itu tingginya nilai persentase spermatozoa hidup pada perlakuan pakan Indigofera sp dikarenakan kandungan asam amino yang terdapat pada pakan tersebut. Indigofera sp tersebut mengandung asam amino arginin sebesar 1 mg/kg pakan. Protein dalam bentuk asam amino arginin pada Indigofera sp ini mampu meningkatkan produksi Nitrit Oksidasi yaitu senyawa yang mampu melindungi spermatozoa dari kerusakan membrane yang diakibatkan oleh lipid peroksidase.

Nilai persentase spermatozoa hidup dan membran plasma utuh pada penelitian ini relatif tinggi meskipun terjadi penurunan motilitas yang sangat cepat. Hal ini diduga karena adanya pengaruh perlakuan pakan yang diberikan pada domba yang mengandung nutrisi yang baik bagi spermatozoa. Pakan dengan 30% limbah tauge mengandung vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan melawan radikal bebas dan sebagai pelindung terhadap peroksidasi lemak di dalam membran. Vitamin E mampu mengurangi kerusakan spermatozoa saat proses spermatogenesis terhadap kerusakan peroksidatif. Pakan dengan 30% Indigofera sp mengandung protein yang tinggi dan mineral Zinc (Zn). Protein tersebut mampu mempertahankan atau melindungi membrane plasma spermatozoa. Selain itu, mineral Zn dalam Indigofera sp diperlukan untuk perkembangan reproduksi jantan. Zn dilaporkan terlibat dalam katabolisme lipida yang merupakan sumber energi utama yang dibutuhkan untuk pergerakan spermatozoa (Astuti et al., 2008). Namun jumlah konsumsi protein kasar domba tersebut belum memenuhi standar menurut NRC (2007), sehingga nilai persentase motilitas pada penelitian ini cenderung rendah.

Selain pengaruh dari pemberian pakan, nilai persentase spermatozoa hidup dan membran plasma utuh pada penelitian ini relatif tinggi diduga karena pengaruh pengencer yang digunakan. Kualitas membran plasma utuh spermatozoa pada penelitian ini dapat dipertahankan meskipun motilitas secara drastis menurun. Hal ini diduga karena jenis pengencer yang digunakan berpengaruh dalam mempertahankan keutuhan membran plasma spermatozoa epididimis selama penyimpanan.

Pengencer yang digunakan pada penelitian ini adalah pengencer tris kuning telur. Pengencer tris kuning telur merupakan salah satu pengencer terbaik karena mengandung komposisi yang lengkap serta mengandung zat-zat makanan sebagai sumber energi untuk spermatozoa.. Pengencer ini mengandung lipoprotein, lecithin, dan fruktosa yang dapat mempertahankan daya hidup spermatozoa dan berguna sebagai pelindung spermatozoa dari kerusakan selubung sel spermatozoa. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Solihati (2008) yang menyatakan bahwa setelah penyimpanan spermatozoa dari cauda epididimis, pengencer tris kuning telur mampu mempertahankan spermatozoa hidup lebih tinggi dan mampu menghasilkan membran plasma utuh yang lebih tinggi dari pengencer lainnya.

(33)

selama proses preservasi semen. Selain itu, karbohidrat juga berperan sebagai substrat sumber energi bagi spermatozoa selama proses preservasi, sehingga dapat memperpanjang daya hidupnya (Labetubun & Siwa, 2011).

Kelainan-Kelainan Morfologik Spermatozoa

Setiap penyimpangan morfologik dari struktur spermatozoa normal dianggap sebagai suatu hal yang abnormal pada spermatozoa. Abnormalitas spermatozoa merupakan kelainan fisik spermatozoa yang terjadi pada saat proses pembentukan spermatozoa dalam tubuli seminiferi maupun karena proses perjalanan spermatozoa melalui saluran-saluran organ kelamin jantan (Dethan et al., 2010). Evaluasi terhadap cytoplasmic droplet dan abnormalitas merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai kualitas dari spermatozoa.

Bentuk spermatozoa abnormal dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu abnormalitas primer dan sekunder. Abnormalitas primer terjadi karena adanya kelainan-kelainan di dalam tubuli seminiferi, sedangkan abnormalitas sekunder terjadi di luar tubuli seminiferi, selama ejakulasi karena pemanasan atau pendinginan yang berlebih atau terkontaminasi air, urin dan antiseptik (Feradis, 2010). Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh gangguan-gangguan patologik, pengaruh panas dan dingin atau karena defisiensi pakan dan dapat pula dikarenakan adanya faktor genetik. Secara umum spermatozoa abnormal tidak dapat membuahi ovum, tanpa memandang bentuk-bentuk abnormalitasnya (Toelihere, 1981).

Hasil evaluasi terhadap cytoplasmic droplet dan abnormalitas sekunder spermatozoa yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Hasil analisis data Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap cytoplasmic droplet spermatozoa (P>0.05). Hasil analisis data Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan lama penyimpanan dan perlakuan pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap Tabel 9 Persentase abnormalitas sekunder spermatozoa cauda epididimis domba

garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp

Perlakuan Waktu Penyimpanan H- (%) Rataan

0 1 2 3

Limbah tauge 33.3+ 9.1 38.5+ 5.1 40.8 + 4.8 41.8 + 3.5 38.6 + 6.3

Indigofera sp 35+ 6.0 44.0+ 8.9 25.8+ 13.6 40.3+12.6 36.3 + 11.9

Rataan 34.1 + 7.3 41.3 + 7.3 33.3 + 12.4 41.0 + 8.6

Tabel 8 Persentase cytoplasmic droplet spermatozoa cauda epididimis domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan indigofera sp

Perlakuan Rataan cytoplasmic droplet (%)

Limbah tauge 13.3 + 8.3

(34)

20

abnormalitas sekunder spermatozoa (P>0.05). Nilai persentase abnormalitas yang diperoleh pada perlakuan pakan limbah tauge maupun pakan Indigofera sp terlihat lebih tinggi dari hasil penelitian sebelumnya oleh Rizal & Herdis (2005).

Menurut Toelihere (1981), selama abnormalitas spermatozoa belum mencapai 20% dari contoh semen, maka semen tersebut masih dapat dipakai untuk inseminasi buatan (IB). Namun dalam penelitian ini, terlihat bahwa nilai persentase abnormalitas spermatozoa yang diperoleh >20%. Menurut Salisbury dan VanDemark (1985), kemampuan membuahi seekor pejantan tergantung dari perbandingan spermatozoa normal dan abnormal dalam semen. Akan tetapi, penurunan fertilitas tidak selalu berhubungan dengan morfologi abnormal spermatozoa.

Abnormalitas spermatozoa terjadi selama pembentukan spermatozoa dan selama penanganan semen (baik selama dan setelah dikoleksi). Abnormalitas spermatozoa dapat terjadi karena adanya kegagalan selama proses spermatogenesis yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, penyakit dan kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Abnormalitas ini juga dapat dikarenakan penanganan semen yang tidak benar, baik karena kerusakan selama koleksi maupun pada saat pengolahan semen.

Abnormalitas yang banyak ditemukan pada penelitian ini adalah abnormalitas sekunder yang kemungkinan besar dikarenakan penanganan semen yang kurang baik, perlakuan selama pewarnaan dan pembuatan preparat ulas. Domba yang masih dalam masa pubertas (belum mencapai dewasa kelamin) biasanya ditemukan banyak spermatozoa dengan cytoplasmic droplet karena spermatozoa yang matang biasanya dibentuk pada saat memasuki masa akhir pubertas. Menurut Hafez & Hafez (2000), gametogenesis gonocytes pada awal pubertas mengalami tiga kemungkinan yaitu sebagai cadangan dalam sel dalam bentuk stem spermatogonia, mengalami degenerasi, atau spermiogenesis namun spermatozoa yang dibentuk masih dalam kondisi belum matang. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian SÖderquist et al., (1996) yang menyatakan bahwa kejadian abnormalitas pada spermatozoa secara nyata dipengaruhi oleh umur.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pemberian pakan 30% limbah tauge dan 30% Indigifera sp belum secara nyata mempengaruhi volume, warna, konsistensi, bobot testis, konsentrasi spermatozoa, motilitas spermatozoa, keutuhan membran plasma spermatozoa, cytoplasmic droplet dan abnormalitas sekunder spermatozoa. Namun demikian, daya tahan hidup spermatozoa setelah pemberian pakan Indigofera sp nyata lebih tinggi.

2. Tingkat abnormalitas sekunder dan cytoplasmic droplet pada kedua perlakuan pakan masih menunjukkan persentase yang lebih tinggi dari 20%.

(35)

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh pemberian pakan pakan limbah tauge dan Indigofera sp pada domba jantan yang sudah dewasa kelamin untuk melihat karakteristik spermatozoa yang lebih optimum. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan kontrol sebagai pembanding.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, L. 2010 . Herbage production and quality of shrub Indigofera treated by different concentration of foliar fertilizer. J. Med. Pet 33: 169-175.

Abdullah L & Suharlina. 2010. Herbage yield and quality of two vegetative parts

of Indigofera at different time of first regrowth defoliations. Med. Pet.

33:44-49.

Apdini TAP. 2011. Pemanfaatan pellet indigofera sp. pada kambing perah peranakan etawah dan saanen di peternakan Bangun Karso Farm. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Astawan M. 2007. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Jakarta : Penebar Swadaya pp 171.

Astuti S, D Muchtadi, M Astawan, B Purwantara & T Wresdiyati. 2008. The quality of rats spermatozoa fed isoflavone-riched soybean flour, zinc (Zn) and vitamin E. Med. Pet. 32 (1):12-21.

Campbell JR., KL Campbell and MD Kenealy. 2003. Artificial insemination. In : Anim. Sci. 4 th (Ed). Mc Graw-Hili. New York.

Cameron AWN, PM Murphy & CM Oidham. 1988. Nutritions of rms and output of spermatozoa. Proc. Aust. Soc. Anim. Prod.17:162-165.

Dethan AA, Kustono & H Hartadi. 2010. Kualitas dan kuantitas sperma kambing Bligon jantan yang diberi pakan rumput gajah dengan suplementasi tepung darah. Buletin. Pet. 34(3):145-153.

Eduard G. 1997. Pengaruh jenis pengencer dan kadar gliserol terhadap kualitas semen domba priangan pasca pembekuan [Skripsi]. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran: Bandung.

Feradis MP. 2010. Reproduksi Ternak. Alfabeta: Bandung.

Garner DL & ESE Hafez. 2000. Spermatozoa and Seminal Plasma. In: Reproduction in Farm animals. 7th Ed. Hafes ESE & B Hafez (Eds). Williams & Wilkins: Baltomore.

Guyton MD, Arthur. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Terjemahan Petrus Andrianto. EGC penerbit Buku Kedokteran: Jakarta. Hafez ESE. 1987. Reproduction in Farm Animals. Lea and Febiger: Philadelphia. Hafez ESE & B Hafez. 2000. Reproduction in farm animals. 7th Ed. Lippicott

Williams & Wilkins: Baltimore.

Hassen A, NFG Rethman, Van Nierkerk, & TJ Tjelele. 2007. Influence of season and species on chemical composition and in vitro digestibility of live

Gambar

Gambar 1 Limbah Tauge
Gambar 3 Hubungan bobot testis dengan konsentrasi spermatozoa
Tabel 7 memperlihatkan adanya penurunan nilai persentase membran plasma utuh
Gambar 5 Spermatozoa dengan membran plasma yang utuh (a)
+5

Referensi

Dokumen terkait

II. atau dalam rangka penyidikan. Kegiatan penyelidikan dilakukan untuk mencari dan menemukan Tindak Pidana. Kegiatan penyelidikan dilakukan untuk mencari dan menemukan Tindak

Kaitan ayat diatas dengan kinerja karyawan adalah ketika seorang karyawan melakukan suatu pekerjaan, mereka harus berkomitmen untuk bersungguh-sungguh dan ikhlas

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Fakultas Peternakan, Universitas Andalas atas bantuan biaya penelitian dalam Skim Peneliti Dosen Muda pada tahun 2016 dengan judul

SAVI kepanjangan dari Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang baik dalam

Tidak adanya komunikasi yang baik antara kontraktor dengan perencana mengakibatkan terjadi perubahan gambar yang sangat banyak dalam proses pekerjaan pembangunan ramp

Dalam kepariwisataan faktor manfaat dan kepuasan wisatawan berkaitan dengan “Tourism Resourch dan Tourist Service.” Objek dan atraksi wisata adalah segala sesuatu yang ada

Pada bulan Agustus 2016 partisipasi angkatan kerja di Provinsi Gorontalo sebesar 67,89 persen, mengalami penurunan dibandingkan keadaan Februari 2016 sebesar 68,60 persen,

Adapun kesimpulan dari permasalahan di atas adalah menjelaskan bahwa peningkatan kualitas citra photography adalah dengan cara filter gaussian sangat baik, nilai