• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Berdasarkan Bagian Pada Tanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Berdasarkan Bagian Pada Tanaman"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran

Gambar pekebunan nilam Gambar pengambilan nilam dilapangan

Gambar daun nilam yang siap disuling Gambar kondensor (tong penyuling)

(2)

Gambar lemari timbangan Gambar Piknometer

(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, P.N. 2007.Aplikasi Proses Pengkelatanuntuk Peningkatan Mutu Minyak Nilam Aceh.Jurnal Rekayasa Kimia dan LingkunganVol. 6 2007, No. 2, hal. 63-66.

Amalia, E. Hadipoentyanti dan Nursalam. 2008. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Terhadap Pertumbahan Kalus dan Tunas Nilam Varietas Sikalang secara In Vitro. Seminar Nasional Pengendalian Terpadu Organisme Pengganggu Tanaman Jahe dan Nilam. Bogor.

Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Penerbit ITB Bandung. Bandung.

BPS Kabupaten Tapanuli Selatan. 2 [15 September 2015].

Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2013. Budidaya Tanaman Nilam. Pengembangan Sarana dan Prasarana Pembangunan perkebunan. Jawa Timur.

Dalimunthe, H. 2014. Uji Pengaruh Suhu Uap Pada Alat Penyuling MinyakAtsiri Tipe Uap Langsung Terhadap Mutudan Rendemen Minyak Nilam.

Universitas Sumatera Utara. Medan.

Guenther E. The Essential Oils: Vol. 3 – Individual essential oils of the plant families Rotaceae and Labiatae. Malabar:Krieger Publishing Company; 1972.

Halimah, D.P. 2010. Minyak Atsiri Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.) melalui metode fermentasi dan Hidrodistilasi serta Uji Bioaktivitasnya. Institut Teknologi Sepuluh November

Hernani dan Tri Marwati, 2006, Peningkatan Mutu Minyak Atsiri Melalui Proses Pemurnian, Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Bogor.

Kardinan, A. dan Ludi., 2004. Mengenal Lebih Dekat Nilam Tanaman Beraroma Wangi untuk Industri Parfum dan Kosmetik. Agromedia Pustaka, Jakarta. Kementerian Perindustrian. 2010. Identifikasi Sifat Fisiko-Kimia Komponen

Penyusun Minyak Nilam. Jurnal Hasil Penelitian Industri, Vol.23, 2010:2. Kementerian Pertanian, 2012. Pedoman Teknis Pascapanen Nilam. Direktorat

(4)

Lutony, T.L dan Yeyet R. 2004. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya. Jakarta.

Ma’mun. 2008. Status Teknologi Hasil Penelitian Nilam. Jurnal Pasca Panen Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor.

Mangun, H. M. S., 2008. Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta.

Santoso, H.B. 1990. Bertanam Nilam Bahan Industri Wewangian. Kanisius.Yogyakarta

Sudaryani, T dan E Sugiharti. 1999. Budidaya Dan Penyulingan Nilam. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Standar Nasional Indonesia. 2006. Minyak Nilam. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.

(5)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Desember-April 2016. Pengambilan sampel dan penyulingan minyak dilakukan di desa Huta Holbung, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan. Pengujian analisis sifat Kimia dilaksanakan di Laboratorium Kimia-Fisika, Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara. Pengujian analisis sifat Fisika dilaksanakan di Badan Riset dan Standarisasi Nasional (Baristan), Medan.

Bahan dan Alat

Dalam penelitian ini digunakan bahan-bahan sebagai berikut: tanaman nilam (Pogostemon cablin benth.) bagian ujung, tengah dan bawah yang sudah dikeringkan, air, minyak nilam yang telah disuling dan dibedakan antara minyak bagian ujung, tengah dan bawah, etanol 90%, etanol 95 %, larutan pembanding, aseton, kalium hidroksida (KOH) 0,5 N, asam khlorida (HCl) 0,5 N, indikator phenolphthalein, larutan sukrosa anhidrat murni, khloroform, feroamonium sulfat, bahan baku patchouli alcohol dan alpha copaene.

(6)

Prosedur Penelitian

Pengambilan Sampel Tanaman

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif atau sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) yang sudah dirajang dan terbagi menjadi bagian ujung, tengah dan bawah. Sampel diambil dari perkebunan masyarakat di desa Huta Holbung, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.

Persiapan Bahan Baku

Pengambilan sampel tanaman nilamdari lapangan dilakukan pada pagi hari. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga daun agar tetap mengandung minyak nilam yang tinggi. Sampel tanaman nilam yang telah diambil dari lapangan dirajang dan dipisahkan antara bagian ujung, bagian tengah dan bagian bawah. Berikut ini adalah cara untuk mengetahui pembagian tanaman nilam:

Gambar 2. Pembagian Letak Tanaman Nilam

Setelah itu tanaman nilam yang sudah dirajang dan dipisahkan, bawah

(7)

3 kali sehari supaya daun dapat kering, ketika malam tanaman nilam dikering-anginkan di dalam ruangan. Lama pengeringan dilakukan selama 1 minggu. Santoso (1990) mengatakan bahwa pengeringan dapat dihentikan setelah kadar air pada daun mencapai sekitar 12-15% dan timbul bau nilam yang keras dan khas dibandingkan daun segarnya. Pengeringan yang terlalu cepat dapat menyebabkan penguapan minyak, sedangkan pengeringan yang terlalu lama akan mengundang timbulnya cendawan sehingga kualitas minyak nilam menjadi rendah.

Penyulingan Minyak Nilam

Penyulingan tanaman nilam dilaksanakan dengan metode penyulingan dengan uap air (kukus): bahan yang akan disuling adalah tanaman nilam kering yang berasal dari ujung, tengah dan bawah masing-masing sebanyak 1,3 kg dimasukkan kedalam tong penyuling yang telah diisi dengan air, dipasang penyekat pemisah tanaman nilam dan air, lalu tong ditutup rapat. Tong penyuling dipanaskan menggunakan kompor. Penyulingan dilaksanakan setelah air mendidih selama 4-6 jam. Uap air akan menguap dengan membawa uap minyak nilam yang dikandung oleh bahan yang disuling. Uap yang dihasilkan dari tong penyuling dialirkan melalui pipa menuju kondensor (pendingin), sehingga uap terkondensasi menjadi air kembali. Cairan campuran antara air dan minyak ditampung pada sebuah bak pemisah cairan. Pada bak inilah terjadi pemisahan antara air dan minyak, hal ini disebabkan perbedaan berat jenisnya.

Rendemen hasil penyulingan nilam dengan uap air (kukus), dihitung dengan rumus berikut:

� =�1

(8)

Keterangan:

R = Rendemen (%)

B1 = Berat Minyak yang dihasilkan (gram) B2 = Berat daun nilam yang disuling (gram)

Minyak nilam yang diperoleh dari penyulingan tersebut dibandingkan nilainya dengan standar SNI 06-2385-2006, seperti yang tercantum pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Standar Mutu Minyak Nilam

No. Jenis Uji Satuan Syarat

1 Warna - Kuning muda–coklat kemerahan

2 Bobot Jenis, 25º/25ºC - 9.950 - 0.975

3 Indeks Bias - 1.507 - 1.515

4 Kelarutan dalam etanol 90% - Larutan jernih dalam perbandingan volume 1 s/d 10

(9)

minyak meresap ke kertas, diamati warnanya dengan mata langsung, jarak pengamatan antara mata dan contoh 30 cm.

2. Penentuan Bobot Jenis

Perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan suhu yang sama. Prosedurnya adalah piknometer berkapasitas 5 ml dicuci dan dibersihkan kemudian dibasuh dengan etanol agar larut. Timbang piknometer kosong berkapasitas 5 ml dalam lemari timbangan dan biarkan selama 5 menit untuk mendapatkan berat akurat. Kemudian piknometer kosong diisi dengan sampel minyak nilam sebanyak 5 ml dan hindari adanya gelembung-gelembung udara, timbang kembali piknometer kedalam lemari timbangan dan biarkan selama 5 menit. Hasil yang diperoleh dihitung dengan rumus berikut:

Keterangan:

v = Volume piknometer (ml)

�1 = Massa, piknometer beisi sampel (g) �0 = Massa, piknometer kosong (g)

3. Penentuan Indeks Bias

Metode ini didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang ada pada refraktometer. Sampel minyak diteteskan sebanyak 3 tetes kedalam prisma kerja yang ada pada refraktometer dan hindari adanya gelembung-gelembung udara. Hasil diperoleh jika sinar gelap dan terang berada pada posisi garis yang terdapat pada lensa refraktometer.

d =

1

0

(10)

4. Penentuan Kelarutan dalam Etanol

Kelarutan minyak nilam dalam etanol absolut atau etanol 90% membentuk larutan yang bening dan cerah dalam perbandingan-perbandingan seperti sifat yang dinyatakan. Prosedurnya adalah dengan membuat larutan pembanding (0,5 ml larutan AgNO3 0,1 N, 50 ml larutan NaCl 0,0002 N, 1 tetes asam nitrat HNO3 encer 25%). Larutan pembanding ini dibandingkan dengan sampel minyak sebanyak 1 ml yang ditetesi dengan etanol 90% hingga larutan bening. Hasil uji akan membentuk larutan jernih atau opalensi ringan, apabila ditambah etanol sebanyak sepuluh kali volume sampel yang diuji.

5. Penentuan Bilangan Asam

Jumlah milligram kalium hidroksida (KOH) yang diperlukan untuk menetralkan asam-asam bebas yang terdapat dalam 4 gram minyak nilam. Prosedurnya adalah dengan menimbang 4 gram minyak nilam yang dilarutkan dalam 5 ml etanol netral pada labu saponifikasi. Tambah 5 tetes larutan fenolftalein sebagai indikator warna. Kemudian larutan di titrasi dengan kalium hidroksida (KOH) 0,1 N sampai warna merah muda. Hasil yang diperoleh dihitung dengan rumus berikut:

Dengan :

56,1 = Bobot setara KOH

V = Volume larutan KOH yang diperlukan (ml) N = Normalitet larutan KOH (N)

������������=56,1 x V x N

(11)

6. Penentuan Bilangan Ester

Penyabunan ester-ester dengan larutan alkali standar dan menitrasi kembali kelebihan alkali tersebut. Prosedurnya adalah sampel sebanyak 4 gram dimasukkan kedalam labu pada kondensor refluks, kemudian ditambahkan 25 ml larutan kalium hidroksida (KOH) 0,5 N dan 5 ml etanol. Panaskan larutan selama 1 jam, biarkan larutan hingga dingin. Setelah itu ditambahkan 5 tetes larutan fenoptalein dan dititrasi dengan HCL 0,5 N sampai diperoleh perubahan warna.

Bilangan Ester dihitung dengan rumus :

Dengan :

56,1 = Bobot setara KOH

�1 = Volume HCl yang digunakan dalam penentuan blanko (ml) �0 = Volume HCl yang digunakan untuk contoh (ml)

m = Massa dari contoh yang diuji (g) N = Normalitas HCl

7. Putaran Optik

Metode ini didasarkan pada pengukuran sudut bidang dimana sinar terpolarisasi diputar oleh lapisan minyak pada suhu tertentu. Prosedurnya adalah dengan mengisi tabung polarimeter, hindari adanya gelembung-gelembung udara dalam tabung. Letakkan tabung didalam polarimeter dan bacalah putaran optik dekstro (+) atau levo (-). Dengan menggunakan thermometer yang disisipkan pada

(12)

lubang ditengah-tengah periksalah bahwa suhu minyak dalam tabung adalah 20ºC. Catat hasil pembacaan disekitar 0,08º.

8. Penentuan patchouli alcoholdan alpha copaenemenggunakan kromatografi gas cair (GLC).

Pemisahan patchouli alcohol dan alpha copaene dari campuran menggunakan kromatografi gas cair. Kadar patchouli alcohol dan alpha copaene dihitung dengan membandingkan luas puncaknya dengan luas seluruh komponen.

Dengan :

Ap = Luas puncak patchouli alcohol/alpha copaene A = Jumlah komponen yang ada

9. Penentuan Kadar Besi (Fe)

Membandingkan nilai absorban larutan contoh terhadap kurva standar. Kadar besi (Fe) dihitung menggunakan kurva kalibrasi.

Kadar ����ℎ��������ℎ��= Ap

A �100%

Kadar ���ℎ��������= Ap

(13)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendemen Penyulingan Minyak Nilam

Berdasarkan proses penyulingan yang telah dilakukan, diperoleh rata-rata hasil rendemen minyak nilam yang disajikan pada Tabel 2. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa sampel minyak nilam yang berasal dari bagian ujung memiliki rata-rata rendemen tertinggi yaitu 3,62%, sedangkan sampel minyak nilam yang berasal dari bagian tengah memiliki rata-rata rendemen 2,34% dan rata-rata rendemen minyak terendah berasal dari sampel minyak nilam bagian bawah dengan rata-rata rendemen 1,48%.

Tabel 2. Hasil Rendemen Penyulingan Minyak Nilam

No. Nama Sampel Berat Sampel Rata-rata Rendemen (%) Input (gram) Output (gram)

1 Ujung 3900 141,3 3,62%

2 Tengah 3900 91,44 2,34%

3 Bawah 3900 57,87 1,48 %

Tanaman nilam yang terletak pada bagian ujung memiliki rendemen minyak lebih banyak dibandingkan yang terletak pada bagian tengah dan bagian bawah. Hal ini dipengaruhi oleh daun yang berada di bagian ujung biasanya merupakan daun yang masih muda sehingga kelenjar minyaknya lebih banyak. Sedangkan daun yang berada pada bagian bawah tergolong daun yang sudah tua. Pemanenan nilam yang terlalu tua hingga daun nampak coklat, kandungan minyak akan menurun disebabkan sebagian minyak dalam daun telah menguap atau hilang (Mangun 2008dalam Dalimunthe 2008).

(14)

atau sore hari, dan jangan pada siang hari. Sebab pemanenan nilam pada siang hari akan menyebabkan terjadinya proses metabolisme pada sel-sel daun sehingga menekan atau mengurangi laju pembentukan minyak, terjadinya proses transpirasi daun yang lebih cepat dan kondisi daun menjadi kurang elastis dan mudah sobek.

Menurut Kardinan dan Ludi (2004), kadar minyak nilamspesies P cablin Benth. idealnya adalah sebesar 2,5-5,0%, sedangkan rendemen minyak nilam yang dihasilkan pada sampel minyak yang berasal daribagian tengah dan bawah masih dibawah 2,5%. Rendahnya rendemen minyak pada bagian tengah dan bawah adalah karena komposisi batang dan cabang yang lebih banyak dari daun. Batang dan cabang memiliki rendemen lebih rendah dibandingkan daun (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).

Pengujian Minyak Nilam di Laboratorium 1. Warna

Hasil pengujian warna dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:

Tabel 3. Pengamatan Visual Warna Minyak Nilam(SNI 06-2385-2006 Kuning Muda-Coklat Kemerahan)

No. Nama Sampel Warna

1 Ujung Kuning Muda

2 Tengah Kuning Kemerahan

3 Bawah Kuning Kemerahan

(15)

yang berasal dari bagian tengah dan bawah memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan warna sampel minyak yang berasal bagian ujung.

Penyebab lebih gelapnya minyak yang berasal dari sampel yang terletak pada bagian tengah dan bawah adalah karena berasal dari bagian ranting dan batang. Bagian ranting dan batang ini banyak mengandung bahan pengotor (kotoran, debu, pasir) dan besi(Fe). Hal ini sesuai dengan pernyataan Alam (2007) yang menyatakan bahwa warna minyak nilam yang gelap (kecoklatan-coklat tua) disebabkan oleh kandungan Fe dan kotoran yang terkandung didalamnya lebih tinggi.

Warna dari hasil sampel minyak nilam ini memenuhi standar SNI 06-2385-2006 yang syaratnya minyak nilam harus memiliki warna kuning muda-coklat kemerahan.

2. Bobot Jenis

Nilai bobot jenis minyak atsiri didefenisikan sebagai perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume minyak dan volume air yang sama pula. Bobot jenis sering dihubungkan dengan fraksi berat yang terkandung didalamnya.

Pada hasil pengujian bobot jenis minyak nilam yang ada pada grafik di bawah ini diperoleh hasil bahwa bobot jenis minyak nilam tertinggi terletak pada bagian bawah yaitu 0,9815 diikuti bagian tengah yaitu 0,9792, sedangkan bobot jenis terendah terletak pada sampel minyak bagian ujung yaitu 0,9768.

(16)

Gambar 3. Grafik Bobot Jenis Minyak Nilam

Pengujian bobot jenis minyak nilam ini tidak memenuhi standar SNI 06-2385-2006 yang persyaratannya nilai dari bobot jenis minyak nilam antara

0,950-0,975.

Faktor yang menyebabkan tingginya bobot jenis minyak yang berasal dari sampel tengah dan bawah adalah karena terdapat ranting dan batang yang cukup banyak ketika proses penyulingan. Sudaryani dan Sugiharti (1999) menyatakan bahwa bobot jenis minyak yang berasal dari akar dan batang lebih tinggi bila dibandingkan dengan minyak nilam yang berasal dari daunnya, sehingga tidak dianjurkan untuk disuling.

3. Indeks Bias

Metode penentuan indeks bias didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang dipertahankan. Pengujian indeks bias menggunakan alat refraktometer.

Hasil Pengujian dari indeks bias dapat disajikan pada gambar berikut:

0,9768

0,985 Bobot jenis (SNI 0,950-0.975)

(17)

Gambar 4. Grafik Indeks Bias Minyak Nilam

Pada pengujian indeks bias yang telah dilakukan, diperoleh hasil rata-rata nilai indeks bias tertinggi terletak pada minyak yang berasal dari bawah yaitu 1,5046, diikuti minyak yang berasal dari bagian tengah yaitu 1,5043. Nilai indeks bias terendah terletak pada minyak yang berasal dari ujung yaitu 1,5034.

(18)

4. Kelarutan dalam Etanol 90%

Hasil Pengujian kelarutan dalam etanol minyak nilam disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. Kelarutan Minyak Nilam dalam Etanol 90%

No. Nama Sampel Kelarutan Dalam Etanol 90%

1 Ujung Bening

2 Tengah Bening

3 Bawah Bening

Pada tabel hasil pengujian kelarutan dalam etanol 90% diatas diperoleh hasil bahwa sampel uji minyak yang berasal dari bagian ujung, tengah dan bawah memiliki kelarutan dalam etanol berwarna bening, warna sampel ini lebih bening dari larutan pembanding. Suatu larutan dapat dikatakan bening apabila sinar bias cahaya dapat melewati larutan.

Guenther (1972) dalam Harimurti, dkk (2012) mengatakan bahwa

kelarutan minyak dalam alkohol/etanol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak. Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen beroksigen lebih mudah larut daripada senyawa terpen yang tidak mengikat oksigen. Semakin tinggi kandungan terpen, maka daya larutnya akan semakin rendah. Dapat disimpulkan bahwa semakinkecil kelarutan minyak nilam pada etanol (ditandai dengan warna yang semakin bening) maka kualitas minyak nilam semakin baik.

(19)

Gambar 5. Hasil Pengujian Kelarutan dalam Etanol 90%

5. Bilangan Asam

Hasil pengujian bilangan asam dapat dilihat dari grafik berikut:

Gambar 6. Grafik Nilai Bilangan Asam Minyak Nilam

Berdasarkan grafik, rata-rata bilangan asam terendah terletak pada bagian ujung yaitu 3,273 disusul bagian tengah yaitu 4,676. Sedangkan rata-rata bilangan asam tertinggi terdapat pada sampel yang terletak pada bagian bawah yaitu 5,323.

Bilangan asam menunjukkan kadar asam bebas dalam minyak atsiri. Kenaikan bilangan asam akan mempengaruhi kualitas minyak nilam dimana senyawa-senyawa asam tersebut akan mengubah aroma khas dari minyak nilam.Guenther (1972) dalam Harimurti, dkk (2012) mengatakan bahwa sebagian komponen minyak nilam dan minyak atsiri pada umumnya, jika kontak dengan

(20)

udara atau berada pada kondisi yang lembab akan mengalami reaksi oksidasi dengan udara (oksigen) sehingga akan membentuk suatu senyawa asam. Oksidasi komponen-komponen minyak nilam terutama dari golongan aldehid dapat membentuk gugus asam karboksilat sehingga bilangan asam suatu minyak atsiri akan meningkat.

Bilangan asam pada sampel yang diteliti sudah memenuhi standar SNI 06-2385-2006 dimana persyaratan bilangan asam maksimal 8. Nilai bilangan asam pada sampel yang diuji adalah dibawah 8.

6. Bilangan Ester

Hasil pengujian bilangan ester dapat dilihat dari gambar grafik berikut:

Gambar 7. Grafik Nilai Bilangan Ester Minyak Nilam

Pada hasil pengujian diperoleh bahwa rata-rata nilai bilangan ester tertinggi terdapat pada sampel minyak yang terletak pada bawah yaitu 15.78, kemudian diikuti sampel pada bagian tengah yaitu 12.44. Sedangkan sampel minyak nilam dengan rata-rata bilangan ester terendah terletak pada bagian ujung

(21)

lebih banyak senyawa dari golongan hidrokarbon, alkohol, keton, fenol, dan ester lebih memungkinkan untuk digunakan sebagai obat, karena secara teori diketahui bahwa semua senyawa itu memiliki gugus aktif yang berfungsi melawan suatu penyakit. Jadi semakin tinggi nilai bilangan ester dari sampel yang diuji maka gugus aktif yang berfungsi melawan penyakit juga lebih tinggi.

Akan tetapi, dalam penelitian Harimurti, dkk (2012) diperoleh hasil bahwa

nilai bilangan ester yang terlalu tinggi, justru mengindikasikan adanya pemalsuan dalam minyak nilam.Bilangan ester pada sampel yang diteliti sudah memenuhi standarSNI 06-2385-2006 dimana persyaratan bilangan ester maksimal 20.

Gambar 8. Hasil Pengujian Bilangan Ester

7. Putaran Optik

(22)

Gambar 9. Grafik Pengujian Putaran Optik

Dari hasil pembacaan putaran optik pada polarimeter diperoleh hasil nilai putaran optik terendah terletak pada sampel pada bagian ujung yaitu (-)48,96º, kemudian pada sampel pada bagian tengah yaitu (-)51.26º. Sedangkan nilai putaran optik tertinggi terletak pada sampel pada bagian bawah yaitu 58,16º. Nilai-nilai ini sudah memenuhi standar putaran optik SNI 06-2388-2006 yaitu(-)48º - (-)65º.

Pada minyak atsiri bahan yang mengotorinya antara lain adalah debu, oksida logam (karat), resin dan sebagainya yang terlarut, terdispersi atau teremulsi di dalamnya yang menyebabkan minyak berwarna gelap (Ma’mun, 2008). Jadi tingginya nilai putaran optik diakibatkan oleh warna minyak yang gelap akibat tingginya kadar besi dan kotoran. Kotoran yang terdapat pada minyak memiliki molekul yang struktur dan ukurannya lebih tinggi dari molekul dan struktur penyusun minyak nilam sehingga berpengaruh terhadap pembacaan polarimeter.

-48,96

Putaran Optik (SNI (-)48º - (-)65º)

(23)

Gambar 10. (a) polarimeter, (b) tabung polarimeter

8. Patchouli alcohol

Patchouli alkohol adalah fraksi yang menentukan mutu minyak nilam, makin besar kandungannya dalam minyak akan makin tinggi mutu minyak nilam (Ma’mun, 2008).Semakin tinggi kadar Patchouli alcohol dapat meningkatkan harga jual dipasaran.

Berdasarkan hasil analisa komponen minyak atsiri dengan Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa (KGSM) untuk mengetahui komponen senyawa penyusun minyak atsiri Pogostemon cablin Benth. diperoleh hasil pembacaan kadungan patchouli alcohol minyak nilam:

Tabel 5. Hasil Analisis Patchouli Alcohol

No. Nama Sampel Patchouli Alcohol

1 Ujung 1 27,30%

2 Tengah 1 34,56%

3 Bawah 1 37,30%

(24)

patchouli alcohol-nya adalah34,56%. Dan kadar patchouli alcoholtertinggi terletak pada sampel bagian bagian bawah rata-rata 37,3%.

Berdasarkan standar SNI 06-2385-2006, kadar patchouli alcoholyang ideal adalah diatas 30%. Bagian sampel yang terletak pada bagian ujung belum memenuhi standar karena kandungan patchouli alcohol-nya masih dibawah 30%. Sedangkan kadar patchouli alcoholpada sampel bagian tengah dan bawah sudah memenuhi standar SNI 06-2385-2006.

Kandungan Patchouli alcohol tertinggi terletak pada akar dan batang. Tetapi mutu rendemen dari akar dan batang nilam lebih rendah bila dibandingkan dengan yang berasal dari daun (Sudaryani dan Sugiharti, 1999). Hal ini sesuai dengan pernyataan Halimah (2010) yang menyatakan bahwa patchouli alcohol mempunyai persentase terbesar pada batang, tapi sangat sedikit pada daun.

Minyak yang berasal dari ujung memiliki kadar patchouli alcohollebih rendah karena bahan baku penyulinganyang hampir seluruhnya daun. Berbeda hal dengan minyak yang berasal dari bagian bawah, pada proses penyulingan minyak yang berasal dari bagian bawah mengandung lebih banyak ranting dan batang dibandingkan daun.

Dapat disimpulkan bahwa minyak yang berasal dari ujung memiliki kadar patchouli alcoholrendah, tetapi memiliki nilai dan mutu rendemen yang tinggi. Sedangkan minyak yang berasal dari bagian bawah mengandung kadar patchouli alcoholyang tinggi, tetapi memiliki nilai dan mutu rendemen yang rendah.

(25)

tidak ditemukan kandungan alpha copaene, karena biasanya kandungan alpha copaene ditemukan pada minyak yang berasal dari daun yang terkena hama atau penyakit. Pengujian alpha copaenememenuhi standar SNI 06-2385-2006 karena nilai alpha copaeneyang diperbolehkan adalah tidak lebih dari 0,5 mg/kg.

10.

Kadar besi (Fe)

Penentuan kadar besi (Fe) dilakukan dengan membandingkan nilai absorban larutan yang diuji terhadap kurva standard, hasil pengujiannya tersaji pada gambar grafik berikut:

Gambar 11. Hasil Pengujian Kadar Besi

Pada hasil pengujian dapat diketahui bahwa sampel pada bagian ujung memiliki rata-rata kadar besi 18,849 mg/kg, sedangkan sampel minyak yang berasal dan tengah memiliki rata-rata kadar besi 15,448 mg/kg. Rata-rata kadar besi tertinggi terdapat pada sampel minyak yang berasal dari bawah yaitu 61,483 mg/kg. Sampel minyak yang berasal dari ujung dan tengah memenuhi standarSNI 06-2388-2006, kadar maksimal kandungan besi yang diperbolehkan adalah

(26)

maksimal 25 mg/kg. Sedangkan pada sampel minyak pada bagian bawah tidak memenuhi standar SNI 06-2388-2006.

(27)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sampel minyak yang berasal dari daun yang terletak pada bagian ujung memiliki hasil rendemen minyak yang lebih tinggi dibandingkan sampel minyak yang berasal dari bagian tengah dan bawah tetapi lebih sedikit mengandung patchouli alcohol dibandingkan sampel bagian tengah dan bawah.

Berdasarkan uji sifat Kimia-Fisika minyak nilam, diketahui bahwa uji warna, kelarutan dalam etanol 90%, bilangan asam, bilangan ester, dan putaran optik masing-masing sampel sudah memenuhi standar SNI 06-2385-2006. Sedangkan untuk uji bobot jenis dan indeks bias masing-masing sampel belum memenuhi standar SNI 06-2385-2006.

Kadar patchouli alcohol yang memenuhi standar hanya sampel minyak yang berasal dari bawah sedangkan sampel yang berasal dari ujung dan tengah belum memenuhi standar.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bagian ujung, tengah dan bawah tanaman nilam mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pada sampel tanaman nilam bagian ujung memiliki rendemen yang tinggi namun kandungan patchouli alcohol-nya rendah, sampel tanaman nilam bagian tengah memiliki

(28)

keseluruhan bagian tanaman, namun mengurangi proporsi batang agar bobot jenis minyak yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.

Saran

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Nilam

Gambar 1. Tanaman Nilam

Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman nilam diklasifikan dalam: Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Pogostemon Spesies : Pogostemon, spp. (Kardinan dan Ludi, 2004).

(30)

Jenis-Jenis Nilam

Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Adapun jenis-jenis nilam adalah:

1. Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth. atau Pogostemon patchouli)

Nilam ini tidak berbunga dan daunnya berbulu halus. Kadar minyak nilam Aceh sebesar 2,5-5,0%. Varietas nilam ini berasal dari Filipina dan termasuk jenis nilam yang bermutu tinggi.

2. Nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth.)

Nilam jenis ini berasal dari India dan banyak tumbuh liar di hutan-hutan pulau Jawa. Nilam jawa berbunga, berdaun tipis, ujung daun agak meruncing, dan tidak memiliki bulu-bulu halus serta memiliki kandungan minyak yang rendah yaitu 0,5-1,5%. Awalnya nilam ini ditemukan tumbuh liar dari India hingga Filipina.

3. Nilam Sabun (Pogostemon hortensis Benth.)

Nilam ini tidak berbunga. Daunnya dapat digunakan untuk mencuci tangan atau pakaian. Tanaman ini berbentuk perdu dengan tinggi mencapai 0,5-1,2 m. Di Bogor pertumbuhan daun nilam sabun ini lebih cerah daripada nilam Aceh, namun kandungan minyak rendah yaitu 0,5-1,5%

(Kardinan dan Ludi, 2004).

(31)

tropis yang mempunyai curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi, oleh karena itu tanaman nilam dapat tumbuh baik. Penyebaran nilam di Indonesia terdapat di beberapa daerah yaitu NAD, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Bengkulu, Jawa Tengah dan Jawa Barat (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).

Pascapanen Nilam

Pascapanen nilam merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan. Pada nilam kegiatan pascapanen nilam terdiri atas pengeringan (pelayuan), perajangan dan penyulingan. Perajangan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan yang bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin, dan penyulingan merupakan proses pemisahan komponen berupa cairan dari dua macam campuran atau lebih dengan berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing komponen tersebut (Kementerian Pertanian, 2012).

Pemanenan daun nilam sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari atau dapat juga dilakukan menjelang malam hari. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga daun agar tetap mengandung minyak yang tinggi. Bila dilakukan pemetikan pada siang hari, sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme sehingga laju pembentukan minyak berkurang. Bobot jenis minyak yang berasal dari akar dan batang lebih tinggi bila dibandingkan dengan minyak nilam yang berasal dari daunnya, sehingga tidak dianjurkan untuk disuling (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).

Jenis-Jenis Penyulingan

(32)

minyak tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan titik didih (tekanan uap) di antara komponen-komponen bahan. Di dalam alat suling terdapat

minyak dan air, dimana keduanya bersifat tidak dapat bercampur (Ma’mun, 2008).

Ada tiga jenis penyulingan yang dapat digunakan untuk memperoleh minyak nilam, yaitu:

1. Penyulingan dengan uap air

Pada cara penyulingan ini bahan berhubungan langsung dengan air yang mendidih. Uap air akan menguap dengan membawa uap minyak nilam yang dikandung oleh bahan yang disuling. Kemudian uap tersebut di alirkan melalui sebuah pipa yang berhubungan dengan kondensor (pendingin).

2. Penyulingan dengan uap dan air

Prinsip penyulingan ini adalah dengan menggunakan tekanan uap rendah. Pada saat penyulingan bahan yang disuling tidak berhubungan langsung dengan air, bahan diletakkan diatas piringan. Setelah air mendidih, uap air keluar melalui lubang-lubang piringan dan terus mengalir melalui sela-sela bahan.

3. Penyulingan dengan uap langsung

(33)

Rendahnya kadar patchoulialkohol dalam minyak nilam inimenyebabkan minyak nilam yang dihasilkankurangmemenuhi standar kualitas ekspor. Hal ini disebabkan, pada umumnya petani nilamkurangmemperhatikan kondisi operasi sepertiperlakuan terhadap bahan baku, proporsibatang dengan daun, cara penyulingan, jenisbahan alat suling yang dipakai danpenambahan air umpan ketel, serta sirkulasipendinginan yang kurang memadai.Umumnya Petani penyuling minyak nilammasihmenggunakan alat yang biasanya terbuat dari drum-drum bekas sehingga minyaknilam yang dihasilkan mengandung banyakunsur besi dalam rendemen dan sebagaiakibatnya warna minyak nilam juga berwarnagelap (Alam, 2007).

Sifat Kimia-Fisika Minyak Nilam

Patchouli alkohol adalah fraksi yang menentukan mutu minyak nilam,

makin besar kandungannya dalam minyak akan makin tinggi mutu minyak nilam. Pada minyak nilambahan yang mengotorinya antara lain adalah debu, oksida logam (karat), resin dan sebagainya yang terlarut, terdispersi atau teremulsi di dalamnya. Pengotoran minyak yang terbanyak adalah karat besi (Fe2O3) yang menyebabkan minyak berwarna gelap (Ma’mun, 2008).

Patchouli alcohol merupakansesquiterpene alkohol yang dapat diisolasi dariminyak nilam. Tidak larut dalam air, larut dalamalkohol, eter atau pelarut organik yang lain.Mempunyai Mempunyai titik didih 280,37°C dankristal yang terbentuk mempunyai titik lebur 56°C (Halimah, 2010).

(34)

nor-patchoulenol, patchoulen, bulnesen, benzaldehid, terpen dan lain-lain. Komposisi kimia tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam maupun pengolahan. Komposisi kimia tersebut membentuk karakteristik yang berbeda pada setiap minyak (Ma’mun, 2008).

Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Nilam

Akar nilam mengandung minyak dengan mutu yang terbaik, tetapi kandungan minyak hanya sedikit. Kandungan minyak yang terbanyak terdapat pada daun nilam. Oleh karena itu berhasil tidaknya penyulingan minyak nilam sangat tergantung dari mutu daunnya. Pemanenan nilam yang terlalu muda selain kadar minyaknya sedikit, kualitas minyaknya pun rendah. Sebaliknya, pemanenan nilam yang terlalu tua hingga daun nampak coklat, kandungan minyak akan menurun disebabkan sebagian minyak dalam daun telah menguap (Mangun dalam Dalimunthe, 2008).

Sebagai tanaman yang diambil minyak atsirinya, produksi, kadar dan mutu minyak nilam yang dihasilkan merupakan faktor penting yang dapat dipergunakan untuk menentukan keunggulan suatu varietas. Banyak faktor yang mempengaruhi kadar dan mutu minyak nilam, antara lain, genetik (jenis), budidaya, lingkungan, panen dan pasca panen (Amalia dan Nursalim, 2008).

(35)

daerah asal bahan baku. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya harga dan tidak memenuhi permintaan pasar (Kementerian Perindustrian, 2010).

Dalam perdagangan, standar mutu minyak atsiri dinyatakan dalam sifat organoleptik dan sifat fisika-kimia. Pemberlakuan standar mutu merupakan faktor penting dalam menghadapi persaingan perdagangan, terutama di dunia internasional. Disamping itu, penerapan standar mutu minyak atsiri dapat mengurangi praktek-praktek pemalsuan minyak nilam dengan bahan-bahan lain (Ma’mun, 2008).

Manfaat Minyak Nilam

Minyak nilam bersifat sukar tercuci walaupun dengan menggunakan air sabun. Selain itu minyak nilam juga dapat bercampur dengan minyak eteris yang lain, mudah larut dalam alkohol dan sukar menguap. Karena sifatnya itulah minyak nilam banyak sekali dipakai sebagai bahan baku yang penting dalam industri wangi-wangian, kosmetik dan sebagainya. Minyak nilam juga dapat digunakan sebagai fiksatif atau pengikat bahan-bahan pewangi lain. Peranan minyak nilam sebagai fiksatif wangi-wangian ternyata tidak bias digantikan oleh

minyak apapun sehingga sangat penting dalam dunia perfumery (Lutony dan Yeyet, 2004).

(36)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri terbesar yang cukup penting diperdagangan dunia. Indonesia memiliki 40 jenis minyak atsiri yang dapat diperdagangkan, namun hanya sekitar 14 jenis yang diekspor, seperti: minyak nilam, minyak pala, minyak sereh wangi, minyak kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu putih, minyak cengkeh, minyak lada, minyak jahe (Halimah, 2010).

Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan kelompok tanaman penghasil minyak atsiri, mempunyai prospek yang baik karena di samping harganya yang tinggi, juga sampai saat ini minyaknya belum dapat dibuat dalam bentuk sintesis. Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar dalam penghasil devisa negara diantara minyak atsiri lainnya. Namun produksi minyak nilam di Indonesia masih terbatas dan produksinya belum optimal. Minyak nilam merupakan komoditi ekspor non migas. Minyak nilam ini sudah popular di kanca internasional namun hal ini belum terkenal di Indonesia dan masih sedikit yang menanam atau berkebun nilam. Padahal minyak nilam ini merupakan prospek bisnis yang menjanjikan karena minyak nilam ini diminati oleh beberapa negara (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, 2013).

(37)

peningkatan bau wangi untuk kosmetika maupun untuk minyak wangi (Sumarni dkk., 2008).

Dalam dunia perdagangan minyak nilam dikenal dengan nama minyak patchouli oil. Nilam merupakan tanaman yang mengandung minyak atsiri yang cukup penting peranannya, baik sebagai sumber devisa negara maupun sebagai sumber pendapatan petani. Ekspor minyak nilam mencapai 700–1500 ton per tahun. Menurut Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Bogor, pada saat ini Indonesia merupakan produsen minyak nilam terbesar dunia dengan kontribusi sekitar 70-90% (Hernani dan Marwati, 2006).

Tapanuli Selatan merupakan salah satu provinsi di Sumatera Utara sebagai sentra penghasil minyak nilam. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Selatan (2015) menunjukkan bahwa luas lahan perkebunan nilam di Tapanuli Selatan mencapai 18 ha. Lahan Perkebunan nilam yang ada hampir seluruhnya merupakan perkebunan masyarakat. Potensi nilam di Tapanuli Selatan pada tahun 2012 mencapai 6 ton, namun mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu hanya mampu mencapai 3 ton.

Merosotnya volume ekspor nilam dan peranannya disebabkan oleh kurang insentifnya petani terhadap pembudidayaan nilam, pengolahan hasil dan sebagainya. Alasan tersebut didukung oleh kenyataan bahwa perkembangan luas tanaman nilam diliputi suasana ketidakpastian dan tidak pernah menunjukkan trend kenaikan. Ketidakpastian pembudidayaan nilam ini jelas akan berpengaruh

terhadap produksi minyak yang dihasilkan (Santoso, 1990).

(38)

dibandingkan yang berasal dari daun. Namun bobot jenis minyak nilam yang berasal dari cabang dan batang lebih tinggi bila dibandingkan dengan minyak nilam yang berasal dari daun (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).

Namun dalam proses penyulingan minyak nilam, para petani tidak menyuling minyak nilam dalam bentuk daun saja ataupun batang saja. Akan tetapi para petani cenderung merajang tanaman nilam menjadi tiga bagian yaitu bagian ujung, tengah dan bawah. Pada bagian ujung, lebih banyak terdapat daun-daun yang masih muda; bagian tengah terdapat daun, ranting, dan batang; sedangkan pada bagian bawah terdapat sedikit daun dan lebih banyak ranting dan batang.Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh bagian tanamanterhadap kualitas minyak yang dihasilkan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bagian tanaman terhadap kualitas minyak yang dihasilkan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai kualitas minyak nilam sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pemanfaatan dan penyulingan minyak nilam.

Hipotesis

(39)

ADE YULISA LUBIS: Perbedaan Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Berdasarkan Bagian Tanaman. Dibimbing oleh RIDWANTI BATUBARA DAN AFIFUDDIN DALIMUNTHE

Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan kelompok tanaman penghasil minyak atsiri, mempunyai prospek yang baik karena di samping harganya yang tinggi, juga sampai saat ini minyaknya belum dapat dibuat dalam bentuk sintesis.Namun masih sedikit yang menanam atau berkebun nilam. Padahal minyak nilam ini merupakan prospek bisnis yang menjanjikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagian tanaman nilam yang mempunyai kualitas minyak yang paling bagus. Metode penelitian ini adalah dengan mengambil sampel tanaman bagian ujung, tengah dan bawah yang telah di suling kemudian dihitung rendemennya dan dibandingkan nilainya dengan standar SNI 06-2385-2006. Adapun standar yang dinilai adalah warna, bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol 90%, bilangan asam, bilangan ester, putaran optik, patchouli alcohol, alpha copaene dan kandungan besi.

Dari hasil penelitian ini hanya uji warna, kelarutan dalam etanol 90%, bilangan asam, bilangan ester, dan putaran optik, alpha copaeneyang sudah memenuhi standar SNI 06-2385-2006.Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bagian ujung, tengah dan bawah tanaman nilam mempunyai kelebihan dan kekurangan.Untuk mendapatkan kualitas minyak yang baik adalah dengan menyuling hampir keseluruhan bagian tanaman, namun mengurangi proporsi batang agar bobot jenis minyak yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.

(40)

ADE YULISA LUBIS: Differences in quality of patchouli oil (Pogostemon cablin Benth.) based in part on the plant. By RIDWANTI BATUBARA DAN AFIFUDDIN DALIMUNTHE

Patchouli plants (Pogostemon cablin Benth.) is a group of essential oil producing plants, have a good prospects because beside the high price, until now the oil can’t be made in the form of synthesis. But, only a few farmers are planting or gardening, while patchouli oil has a good prospects.

This study aims to determine the patchouli plant parts that have a good quality oil. This research was took samples of plants the tip, middle and bottom of distilled and compared in rate with SNI 06-2385-2006 standard. The standard was color, density, the refractive index, solubility in 90% etanol, acid levels, ester levels, optical rotation, patchouli alcohol, alpha copaene and rate of Fe.

The results of this research were color, solubility in 90% etanol, acid levels, ester levels, optical rotation and alpha copaene complied with SNI 06-2385-2006 standard. The conclusion of this research is the part of plants (tip, middle, and top) of patchouli have advantages and disadvantages.To get a good quality oil is distilling almost all the part of plants. But deduct the proportion of stems till the resulting of density is not too high.

(41)

SKRIPSI

Oleh : Ade Yulisa Lubis

121201001/Teknologi Hasil Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(42)

SKRIPSI

Oleh : Ade Yulisa Lubis

121201001/Teknologi Hasil Hutan

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(43)

Judul : Perbedaan Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Berdasarkan Bagian Pada Tanaman

Nama :Ade Yulisa Lubis NIM : 121201001 Program Studi : Kehutanan

Jurusan : Teknologi Hasil Hutan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ridwanti Batubara, S.Hut, MP) (Afifuddin Dalimunthe, SP, MP) Ketua Anggota

Mengetahui

(Siti Latifah, S.Hut, M.Si, Ph.D Dekan Fakultas Kehutanan

)

(44)

ADE YULISA LUBIS: Perbedaan Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Berdasarkan Bagian Tanaman. Dibimbing oleh RIDWANTI BATUBARA DAN AFIFUDDIN DALIMUNTHE

Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan kelompok tanaman penghasil minyak atsiri, mempunyai prospek yang baik karena di samping harganya yang tinggi, juga sampai saat ini minyaknya belum dapat dibuat dalam bentuk sintesis.Namun masih sedikit yang menanam atau berkebun nilam. Padahal minyak nilam ini merupakan prospek bisnis yang menjanjikan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagian tanaman nilam yang mempunyai kualitas minyak yang paling bagus. Metode penelitian ini adalah dengan mengambil sampel tanaman bagian ujung, tengah dan bawah yang telah di suling kemudian dihitung rendemennya dan dibandingkan nilainya dengan standar SNI 06-2385-2006. Adapun standar yang dinilai adalah warna, bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol 90%, bilangan asam, bilangan ester, putaran optik, patchouli alcohol, alpha copaene dan kandungan besi.

Dari hasil penelitian ini hanya uji warna, kelarutan dalam etanol 90%, bilangan asam, bilangan ester, dan putaran optik, alpha copaeneyang sudah memenuhi standar SNI 06-2385-2006.Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bagian ujung, tengah dan bawah tanaman nilam mempunyai kelebihan dan kekurangan.Untuk mendapatkan kualitas minyak yang baik adalah dengan menyuling hampir keseluruhan bagian tanaman, namun mengurangi proporsi batang agar bobot jenis minyak yang dihasilkan tidak terlalu tinggi.

(45)

ADE YULISA LUBIS: Differences in quality of patchouli oil (Pogostemon cablin Benth.) based in part on the plant. By RIDWANTI BATUBARA DAN AFIFUDDIN DALIMUNTHE

Patchouli plants (Pogostemon cablin Benth.) is a group of essential oil producing plants, have a good prospects because beside the high price, until now the oil can’t be made in the form of synthesis. But, only a few farmers are planting or gardening, while patchouli oil has a good prospects.

This study aims to determine the patchouli plant parts that have a good quality oil. This research was took samples of plants the tip, middle and bottom of distilled and compared in rate with SNI 06-2385-2006 standard. The standard was color, density, the refractive index, solubility in 90% etanol, acid levels, ester levels, optical rotation, patchouli alcohol, alpha copaene and rate of Fe.

The results of this research were color, solubility in 90% etanol, acid levels, ester levels, optical rotation and alpha copaene complied with SNI 06-2385-2006 standard. The conclusion of this research is the part of plants (tip, middle, and top) of patchouli have advantages and disadvantages.To get a good quality oil is distilling almost all the part of plants. But deduct the proportion of stems till the resulting of density is not too high.

(46)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Kualitas Minyak Nilam (Pogostemon cablin Benth.) Berdasarkan Bagian Pada Tanaman”.

Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua penulis Bapak A. Sofyan Lubis dan Ibu Lamsani Hasibuan yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan terima kasih kepada IbuRidwanti Batubara, S.Hut, M.P dan Bapak Afifuddin Dalimunthe., SP, MP selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberi masukan berharga kepada penulis mulai menetapkan judul penelitian sampai pada ujian akhir. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak A. Sofyan Lubis yang telah bersedia membimbing penulis di lapangan dan kepada asisten laboratorium Kimia-Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang membantu penulis di laboratorium selama penelitian.

Di samping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Kehutanan, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu di sini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat.

(47)

KATA PENGANTAR ... i

Jenis-Jenis Penyulingan ... 6

Sifat Fisika-Kimia Minyak Nilam ... 8

Faktor yang Mempengaruhi Mutu Nilam ... 9

Manfaat Minyak Nilam ... 10

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 11

Alat dan Bahan ... 11

Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel Tanaman ... 12

Persiapan Bahan Baku... 12

Penyulingan Minyak Nilam ... 13

Pengujian Minyak Nilam ... 14

HASIL DAN PEMBAHASAN Rendemen Penyulingan Minyak Nilam ... 19

Pengujian Minyak Nilam di Laboratorium ... 20

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 33

Saran …….. ... 34

(48)

No. 1. 2.

Tabel

Standar Mutu Minyak Nilam... Hasil Rendemen Penyulingan Minyak Nilam………...

(49)

No. Pembagian Letak Tanaman Nilam………. Grafik Bobot Jenis Minyak Nilam...

Hlm 4 12 22

4. Grafik Indeks Bias Minyak Nilam... 23

5. Hasil Pengujian Kelarutan Dalam Etanol 90%... 25

6. Grafik Nilai Bilangan Asam Minyak Nilam... 25

7. Grafik Nilai Bilangan Ester... 26

8. Hasil Pengujian Bilangan Ester... 27 9.

10 11.

Grafik Putaran Optik………... Polarimeter dan Tabung Polarimeter………... Grafik Pengujian Kadar Besi………...

Gambar

Gambar penampung minyak                                              Minyak yang sudah disuling
Gambar labu penyabunan                                             Gambar tabung polarimeter
Gambar 2. Pembagian Letak Tanaman Nilam
Tabel 1. Standar Mutu Minyak Nilam  No. Jenis Uji Satuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sel elektrolit Low Temperature Solid Oxide Fuel Cell (LT SOFC) yang digunakan pada rentang suhu 500 o C hingga 650 o C telah berhasil dihasilkan dengan menggunakan metode

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. UNIVERSITAS

Dengan berlakunya Keputusan Bupati ini maka Keputusan Bupati Bantul Nomor 71 Tahun 2002 tentang Pembentukan Dewan Ketahan Pangan Kabupaten Bantul

[r]

Peraturan Bupati Bantul Nomor 64 Tahun 2009 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2010 sebagaimana telah diubah dengan

[r]

Menerapkan hak anak di rumah dan di sekolah Kompetensi Dasar Indikator Materi

T he main advantage of this novel method is that high degree of basis functions can be easily constructed without additional finite element nodes (such as mid-side and