TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Nilam
Gambar 1. Tanaman Nilam
Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman nilam diklasifikan dalam: Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Pogostemon Spesies : Pogostemon, spp. (Kardinan dan Ludi, 2004).
Jenis-Jenis Nilam
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis tanaman nilam yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia. Adapun jenis-jenis nilam adalah:
1. Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth. atau Pogostemon patchouli)
Nilam ini tidak berbunga dan daunnya berbulu halus. Kadar minyak nilam Aceh sebesar 2,5-5,0%. Varietas nilam ini berasal dari Filipina dan termasuk jenis nilam yang bermutu tinggi.
2. Nilam Jawa (Pogostemon heyneanus Benth.)
Nilam jenis ini berasal dari India dan banyak tumbuh liar di hutan-hutan pulau Jawa. Nilam jawa berbunga, berdaun tipis, ujung daun agak meruncing, dan tidak memiliki bulu-bulu halus serta memiliki kandungan minyak yang rendah yaitu 0,5-1,5%. Awalnya nilam ini ditemukan tumbuh liar dari India hingga Filipina.
3. Nilam Sabun (Pogostemon hortensis Benth.)
Nilam ini tidak berbunga. Daunnya dapat digunakan untuk mencuci tangan atau pakaian. Tanaman ini berbentuk perdu dengan tinggi mencapai 0,5-1,2 m. Di Bogor pertumbuhan daun nilam sabun ini lebih cerah daripada nilam Aceh, namun kandungan minyak rendah yaitu 0,5-1,5%
(Kardinan dan Ludi, 2004).
tropis yang mempunyai curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi, oleh karena itu tanaman nilam dapat tumbuh baik. Penyebaran nilam di Indonesia terdapat di beberapa daerah yaitu NAD, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Bengkulu, Jawa Tengah dan Jawa Barat (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).
Pascapanen Nilam
Pascapanen nilam merupakan kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan. Pada nilam kegiatan pascapanen nilam terdiri atas pengeringan (pelayuan), perajangan dan penyulingan. Perajangan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan yang bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin, dan penyulingan merupakan proses pemisahan komponen berupa cairan dari dua macam campuran atau lebih dengan berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing komponen tersebut (Kementerian Pertanian, 2012).
Pemanenan daun nilam sebaiknya dilakukan pada saat pagi hari atau dapat juga dilakukan menjelang malam hari. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga daun agar tetap mengandung minyak yang tinggi. Bila dilakukan pemetikan pada siang hari, sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme sehingga laju pembentukan minyak berkurang. Bobot jenis minyak yang berasal dari akar dan batang lebih tinggi bila dibandingkan dengan minyak nilam yang berasal dari daunnya, sehingga tidak dianjurkan untuk disuling (Sudaryani dan Sugiharti, 1999).
Jenis-Jenis Penyulingan
minyak tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan titik didih (tekanan uap) di antara komponen-komponen bahan. Di dalam alat suling terdapat
minyak dan air, dimana keduanya bersifat tidak dapat bercampur (Ma’mun, 2008).
Ada tiga jenis penyulingan yang dapat digunakan untuk memperoleh minyak nilam, yaitu:
1. Penyulingan dengan uap air
Pada cara penyulingan ini bahan berhubungan langsung dengan air yang mendidih. Uap air akan menguap dengan membawa uap minyak nilam yang dikandung oleh bahan yang disuling. Kemudian uap tersebut di alirkan melalui sebuah pipa yang berhubungan dengan kondensor (pendingin).
2. Penyulingan dengan uap dan air
Prinsip penyulingan ini adalah dengan menggunakan tekanan uap rendah. Pada saat penyulingan bahan yang disuling tidak berhubungan langsung dengan air, bahan diletakkan diatas piringan. Setelah air mendidih, uap air keluar melalui lubang-lubang piringan dan terus mengalir melalui sela-sela bahan.
3. Penyulingan dengan uap langsung
Rendahnya kadar patchoulialkohol dalam minyak nilam inimenyebabkan minyak nilam yang dihasilkankurangmemenuhi standar kualitas ekspor. Hal ini disebabkan, pada umumnya petani nilamkurangmemperhatikan kondisi operasi sepertiperlakuan terhadap bahan baku, proporsibatang dengan daun, cara penyulingan, jenisbahan alat suling yang dipakai danpenambahan air umpan ketel, serta sirkulasipendinginan yang kurang memadai.Umumnya Petani penyuling minyak nilammasihmenggunakan alat yang biasanya terbuat dari drum-drum bekas sehingga minyaknilam yang dihasilkan mengandung banyakunsur besi dalam rendemen dan sebagaiakibatnya warna minyak nilam juga berwarnagelap (Alam, 2007).
Sifat Kimia-Fisika Minyak Nilam
Patchouli alkohol adalah fraksi yang menentukan mutu minyak nilam, makin besar kandungannya dalam minyak akan makin tinggi mutu minyak nilam. Pada minyak nilambahan yang mengotorinya antara lain adalah debu, oksida logam (karat), resin dan sebagainya yang terlarut, terdispersi atau teremulsi di dalamnya. Pengotoran minyak yang terbanyak adalah karat besi (Fe2O3) yang menyebabkan minyak berwarna gelap (Ma’mun, 2008).
Patchouli alcohol merupakansesquiterpene alkohol yang dapat diisolasi dariminyak nilam. Tidak larut dalam air, larut dalamalkohol, eter atau pelarut organik yang lain.Mempunyai Mempunyai titik didih 280,37°C dankristal yang terbentuk mempunyai titik lebur 56°C (Halimah, 2010).
nor-patchoulenol, patchoulen, bulnesen, benzaldehid, terpen dan lain-lain. Komposisi kimia tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam maupun pengolahan. Komposisi kimia tersebut membentuk karakteristik yang berbeda pada setiap minyak (Ma’mun, 2008).
Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Nilam
Akar nilam mengandung minyak dengan mutu yang terbaik, tetapi kandungan minyak hanya sedikit. Kandungan minyak yang terbanyak terdapat pada daun nilam. Oleh karena itu berhasil tidaknya penyulingan minyak nilam sangat tergantung dari mutu daunnya. Pemanenan nilam yang terlalu muda selain kadar minyaknya sedikit, kualitas minyaknya pun rendah. Sebaliknya, pemanenan nilam yang terlalu tua hingga daun nampak coklat, kandungan minyak akan menurun disebabkan sebagian minyak dalam daun telah menguap (Mangun dalam Dalimunthe, 2008).
Sebagai tanaman yang diambil minyak atsirinya, produksi, kadar dan mutu minyak nilam yang dihasilkan merupakan faktor penting yang dapat dipergunakan untuk menentukan keunggulan suatu varietas. Banyak faktor yang mempengaruhi kadar dan mutu minyak nilam, antara lain, genetik (jenis), budidaya, lingkungan, panen dan pasca panen (Amalia dan Nursalim, 2008).
daerah asal bahan baku. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya harga dan tidak memenuhi permintaan pasar (Kementerian Perindustrian, 2010).
Dalam perdagangan, standar mutu minyak atsiri dinyatakan dalam sifat organoleptik dan sifat fisika-kimia. Pemberlakuan standar mutu merupakan faktor penting dalam menghadapi persaingan perdagangan, terutama di dunia internasional. Disamping itu, penerapan standar mutu minyak atsiri dapat mengurangi praktek-praktek pemalsuan minyak nilam dengan bahan-bahan lain (Ma’mun, 2008).
Manfaat Minyak Nilam
Minyak nilam bersifat sukar tercuci walaupun dengan menggunakan air sabun. Selain itu minyak nilam juga dapat bercampur dengan minyak eteris yang lain, mudah larut dalam alkohol dan sukar menguap. Karena sifatnya itulah minyak nilam banyak sekali dipakai sebagai bahan baku yang penting dalam industri wangi-wangian, kosmetik dan sebagainya. Minyak nilam juga dapat digunakan sebagai fiksatif atau pengikat bahan-bahan pewangi lain. Peranan minyak nilam sebagai fiksatif wangi-wangian ternyata tidak bias digantikan oleh
minyak apapun sehingga sangat penting dalam dunia perfumery (Lutony dan Yeyet, 2004).