• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Link Budget Jaringan Serat Optik (Studi Kasus PTN Tapus – STO Natal di PT. Telkom akses)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Link Budget Jaringan Serat Optik (Studi Kasus PTN Tapus – STO Natal di PT. Telkom akses)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

LAMPIRAN A. PETA LOKASI

(2)

LAMPIRAN A

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

LAMPIRAN B

(8)

Tabel 1 Kelayakan Jaringan Tapus - Natal

No Core Redaman OPM Redaman Kabel G655C Redaman Kabel G652D Kelayakan Kelayakan

(dB) (dB) (dB) Pada Kabel G655C Pada Kabel G652D

1 13 0,25812065 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

2 14 0,151392111 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

3 15 0,245359629 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

4 16 0,201856148 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

5 17 0,360208817 0,321345708 0,311484919 Tidak Layak Tidak Layak

6 18 0,325406032 0,321345708 0,311484919 Tidak Layak Tidak Layak

7 19 0,296403712 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

8 20 0,360208817 0,321345708 0,311484919 Tidak Layak Tidak Layak

9 21 0,325406032 0,321345708 0,311484919 Tidak Layak Tidak Layak

10 22 0,37587007 0,321345708 0,311484919 Tidak Layak Tidak Layak

11 23 0,167053364 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

(9)

Tabel 2 Kelayakan Jaringan Natal - Tapus

No Core Redaman OPM Redaman Kabel G655C Redaman Kabel G652D Kelayakan Kelayakan

(dB) (dB) (dB) Pada Kabel G655C Pada Kabel G652D

1 37 0,127030162 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

2 38 0,184454756 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

3 39 0,185614849 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

4 40 0,07424594 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

5 41 0,075406032 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

6 42 0,126450116 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

7 43 0,156612529 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

8 44 0,075406032 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

9 45 0,068445476 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

10 46 0,07424594 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

11 47 0,244199536 0,321345708 0,311484919 Layak Layak

(10)

DAFTAR PUSTAKA

[1] PT. Telkom Indonesia. 2015. “Dasar Jaringan Serat Optik”, in Modul Pelatihan I-Brite Telkom Akses, Medan, Halaman 6-11.

[2] Juan. Salvador. Asensi Pla. 2011. “Design of Passive Optical Network”. Valencia: BRNO University of Technology, Halaman 6.

.

[3] Zanger, Henry & Cynthia Zanger. 1991. “Fiber Optics Comunnication and Other Applications. New York : Macmillan Publishing Company”, Halaman 9-12.

[4] PT. Telkom Indonesia. 2015. “Overview Jaringan FTTx”, in Modul Pelatihan I-Brite Telkom Akses, Medan, Halaman 12-14.

[5] Arief Hamdani. 1999. “Jaringan Akses Fiber”

Agustus 2016, Halaman 15.

(11)

[7] International Telecommunication Union. 2009. “SERIES G: TRANSMISSION SYSTEMS AND MEDIA, DIGITAL SYSTEMS AND NETWORKS”. ITU-T 652. Halaman 22.

[8] International Telecommunication Union. 2009. “SERIES G: TRANSMISSION SYSTEMS AND MEDIA, DIGITAL SYSTEMS AND NETWORKS”. ITU-T 655. Halaman 22.

(12)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Umum

PT. Telkom Akses merupakan anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (PT. Telkom) yang sahamnya dimiliki sepenuhnya oleh Telkom. PT. Telkom Akses bergerak di bidang konstruksi pembangunan dan manage service pengelolaan infrastruktur jaringan. PT TELKOM Indonesia sebagai salah

satu penyelenggara telekomunikasi terbesar di Indonesia telah menggunakan sambungan akses serat optik untuk kebutuhan telekomunikasi yang mulai disebar diseluruh Indonesia seperti pada PTN TAPUS – STO NATAL. Penggunaan jaringan akses serat optik ini sangat diperlukan mengingat berbagai kelebihan yang dimiliki oleh jaringan serat optik yang tidak dimiliki oleh kabel koaksial biasa atau kabel tembaga. Jaringan akses serat optik ini dikenal dengan nama JARLOKAF (Jaringan Lokal Akses Fiber). Dalam penelitian ini, akan dilakukan perhitungan link budget terhadap jaringan serat optik pada studi kasus PTN TAPUS – STO NATAL yang memiliki jarak sekitar 17.235 meter atau sekitar 17,24Km.

3.2 Flowchart

(13)

Mulai

Menentukan Lokasi Pengamatan

Mengumpulkan data dari:

1. Alat ukur (OPM dan OTDR) yaitu daya input, daya output, redaman total, jarak

2. Tipe kabel (G655C dan G652D) yaitu redaman kabel, redaman splicing, redaman konektor, margin

Selesai Menganalisis redaman/km

dari alat ukur dan tipe kabel

Membandingkan hasil redaman/km dari alat ukur dan

tipe kabel

Menganalisis Power Link Budget kedua tipe kabel

Membandingkan hasil Power Link Budget pada kedua tipe

kabel Menentukan Panjang Gelombang

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

Berdasarkan Gambar 3.1 penjelasan tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain :

1. Menentukan lokasi pengamatan

(14)

lokasi pengamatan, dilakukan dengan cara melakukan pengecekan data-data dalam dokumen instalasi jaringan serat optik di PT. Telkom Akses. Berdasarkan hal tersebut, maka ditentukanlah lokasi penelitian yang dimulai dari PTN Tapus hingga STO Natal.

2. Menentukan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan adalah 1550 nm. 3. Mengumpulkan data parameter

Data parameter yang dibutuhkan yaitu daya input, daya output, redaman total, jarak atau panjang kabel, redaman konektor, redaman splicing, dan redaman kabel.

4. Menganalisis redaman dan power link budget

Analisis redaman dan power link budget dilakukan dengan memasukan data-data parameter yang telah dikumpulkan dengan rumus yang sudah ditentukan.

5. Membandingkan hasil redaman/km

Untuk melihat suatu kelayakan jaringan pada masing – masing core maka dilakukan perbandingan nilai redaman/km antara data perhitungan pada tipe kabel, dan data pengukuran pada alat ukur.

6. Membandingkan hasil power link budget

(15)

3.3 Peta Lokasi Penelitian

Pada Tugas Akhir ini dilakukan penelitian di PT. Telkom Akses Regional I Sumbagut. Pengamatan dimulai dari BTS PYB TAPUS MADINA hingga STO NATAL yang memiliki jarak sekitar 17.235 meter. Gambar 3.2 menunjukkan bahwa rute jaringan pengamatan secara garis besar. Untuk gambar peta lokasi nya sendiri dapat dilihat pada lampiran A.

NEW HH2

Gambar 3.2 Rute Pengamatan Denah

3.4 Perangkat Jaringan

Penelitian jaringan yang dilakukan merupakan jaringan serat optik PT. Telkom Akses. Adapun spesifikasi dari perangkat jaringan tersebut adalah :

(16)

2. Jarak : 17,24 km 3. Jenis kabel : Singlemode

4. Tipe Kabel : G655C dan G652D (pembanding) 5. Panjang Gelombang : 1550 nm

6. Splice : 5 buah 7. Konektor : 2 buah

Tipe kabel yang digunakan pada jaringan PTN Tapus – Natal adalah tipe G655C yang memiliki 48 core, namun, hanya 12 core yang digunakan. Gambar 3.3 menunjukkan bentuk wujud kabel G655C.

Gambar 3.3 Kabel Voksel G 655 C

(17)

untuk kabel G652D sesuai standar ITU-T sekitar 0,3 dB/km. Nilai diameter core pada tipe kabel G655C sesuai standar ITU-T sekitar 0,8 μm dan lebih besar jika dibandingkan dengan diameter core kabel G652D yang bernilai 0,6 μm sesuai standar ITU-T [7][8].

Dalam melakukan instalasi jaringan ini, proses penyambungan atau splicing yang digunakan adalah fusion dengan menggunakan jenis splicer Sumitomo Z1C. Proses penyambungan ini adalah menghubungkan antara 2 buah kabel. Gambar 3.4 menunjukkan bentuk wujud dari splicer machine Sumitomo Z1C.

Gambar 3.4 Sumitomo Z1C

Dalam menghubungkan antara 2 buah kabel fiber digunakan sebuah konektor dan sebuah adapter. Jenis konektor yang digunakan adalah Subscriber Connector (SC). Gambar 3.5 menunjukkan tampilan dari konektor SC.

(18)

Adapter yang digunakan adalah adapter SC. Gambar 3.6 menunjukkan tampilan dari adapter SC.

Gambar 3.6 Adapter SC 3.5Alat Ukur

Dalam penelitian ini digunakan tiga buah alat ukur yaitu, Optical Power Meter (OPM), Optical Light Source (OLS), dan Optical Time-Domain

Reflectometer (OTDR). Alat ukur OPM digunakan untuk mengukur total loss

pada jaringan serat optik. Alat ukur OLS digunakan untuk mengirimkan sinyal yang akan diterima oleh OPM. Dari pengukuran yang dilakukan didapatkan daya sinyal dari kedua parameter tersebut dengan ditentukan tingkat redaman dari jaringan serat optik tersebut. Namun, lokasi dari titik-titik redamannya tidak dapat diketahui. Berbeda dengan OPM dan OLS, OTDR dapat digunakan untuk mengukur besarnya redaman sesuai dengan lokasi dari redaman pada serat optik. 1. OPM dan OLS

(19)

JW3109. Gambar 3.7 menunjukkan bentuk wujud dari OPM dan OLS yang digunakan.

Gambar 3.7 Alat Ukur OPM dan OLS

Adapun spesifikasi dari OPM Joinwit JW3208 adalah sebagai berikut : 1. Wavelength : 800~1700nm

2. Detektor : lnGaAs

3. Rentang Pengukuruan : -70~+3dB (JW3208A) & -50~+26dB (JW3208A)

4. Toleransi : ±5%

5. Calibrated Wavelength : 850, 980, 1300, 1310, 1490, 1550 6. Resolusi : 0.01

7. Catu Daya : Baterai Alkalin (3 AA 1.5V) 8. Lama waktu baterai : 240 jam

(20)

12. Dimensi (mm) : 175x82x33 13. Berat (g) : 310

Adapun spesifikasi dari OLS Joinwit 3109 adalah sebagai berikut : 1. Wavelength : 650, 1310/1550, 850/1300, &

850/1300/1310/1550 2. Tipe Emiter : FP-LD, LED

3. Daya keluaran (dBm) : 0 (650 nm), -7 dB (LD), & -20 dB (LED) 4. Lebar Spektral : 1. ≤ 10

5. Frekuensi Modulasi : CW.2 Hz, CW,270Hz, 1KHz, 2 KHz 6. Resolusi : FC/Universal Adapter, FC/PC 7. Catu Daya : Baterai Alkalin (3 AA 1.5V) 8. Lama waktu baterai : 45 jam

9. Temperatur Kerja (C) : -10~+60 10. Temperatur Penyimapanan (C) : -25~+70 11. Dimensi (mm) : 175x82x33

12. Berat (g) :295

2. OTDR

(21)

Gambar 3.8 Anritsu MT9090A

3.6 Rumus Yang Digunakan

Perhitungan redaman pada alat ukur dan tipe kabel diuraikan dalam persamaan berikut :

1. Pengukuran Alat Ukur OPM Rumus yang digunakan :

���−����

����� (3.1)

Keterangan :

Pin : Daya input pada alat ukur (dBm) Pout : Daya output pada alat ukur (dBm)

Jarak : Panjang kabel yang digunakan pada jaringan (km) 2. Pengukuran Alat Ukur OTDR

Rumus yang digunakan :

������� �����

(22)

Keterangan :

Redaman Total : Overall (End-To-End) Loss (dB)

Jarak : Panjang kabel yang digunakan pada jaringan (km) 3. Tipe Kabel

Rumus yang digunakan :

������� �����

����� (3.3)

Keterangan :

Redaman total : Redaman yang didapat dari spesifikasi masing – masing kabel (dB)

Jarak : Panjang kabel yang digunakan pada jaringan (km).

Untuk perhitungan daya diuraikan dari persamaan berikut :

=

��−��

��+��+��+� (3.4)

Dimana:

Pt : daya sinyal yang dikirim (dB) Pr : daya sinyal yang diterima (dB)

αf : redaman pada kabel (dB/km)

αc : redaman pada conector (dB)

αs : redaman pada splice / sambungan (dB) L : jarak antar sambungan

(23)

Atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

�� = �� − ��− �� (��) (3.5)

Dimana:

Pi = Pt : Daya sinyal input yang dikirim (dB) Po = Pr : Daya sinyal diterima receiver (dB) CL : Redaman total pada kabel (dB) Ma : Nilai margin pada sistem (dB) [9]

Sehingga rumus daya sinyal yang diterima (Pr) oleh pelanggan antara lain:

(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Umum

Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis perhitungan dan pengukuran power link budget berdasarkan spesifikasi dan parameter pengukuran. Data – data

yang disajikan dalam menganalisis penelitian ini adalah data yang diambil dari jaringan PTN Tapus – STO Natal. Analisis data akan menentukan tingkat redaman dari jaringan serat optik. Hasil dari tingkat power link budget tersebut akan dibandingkan dengan mengganti salah satu parameter dari serat optik nya sendiri yaitu tipe kabelnya. Dengan digantinya tipe kabel tersebut akan dilihat suatu perbandingan nilai power link budget dari tipe kabel sebelumnya.

4.2 Analisis Redaman Pengukuran

Sebelum melakukan analisis terhadap kinerja suatu jaringan serat optik, terlebih dahulu dilakukan perhitungan redaman terhadap pengukuran yang dilakukan menggunakan alat ukut yakni OPM dan OTDR.

4.2.1 Analisis Redaman Pengukuran OPM

(25)

jaringan Tapus – Natal dan sebaliknya. Sebagai contoh diambil 2 buah core secara acak dari masing – masing link.

Pada link Tapus – Natal diambil contoh perhitungan pada core 14 dan core 22.

Pada core 14

= −6,84−(−9,45)

17,24 = 0,151392111 dB/km

Pada core 22

= −6,84−(−13,32)

17,24 = 0,37587007 dB/km

Pada link Natal – Tapus diambil contoh perhitungan pada core 39 dan core 46.

Pada core 39

= −6,84−(−10,04)

17,24 = 0,185614849 dB/km

Pada core 46

= −6,84−(−8,12)

17,24 = 0,07424594 dB/km

Setelah melakukan perhitungan nilai redaman pada pengukuran OPM oleh jaringan Tapus – Natal dan sebaliknya secara acak, maka hasil perhitungan nilai redaman/km secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.1 untuk link Tapus – Natal dan Tabel 4.2 untuk link Natal – Tapus.

Tabel 4.1 Analisis Perhitungan Redaman dari Tapus - Natal dengan OPM

(26)

Lanjutan Tabel 4.1 Analisis Perhitungan Redaman dari Natal - Tapus dengan

Tabel 4.2 Analisis Perhitungan Redaman dari Natal - Tapus dengan OPM

No No Core Daya Input Daya Output Jarak Redaman/km

(27)

4.2.2 Analisis Redaman Pengukuran OTDR

Berdasarkan rumus redaman pada persamaan 3.2 maka dapat dilakukan perhitungan nilai redaman/km terhadap pengukuran OTDR. Dengan memasukkan semua data pada pengukuran OTDR, maka diperoleh hasil redaman/km pada jaringan Tapus – Natal dan sebaliknya. Sebagai contoh diambil 2 buah core secara acak dari masing – masing link.

Pada link Tapus – Natal diambil contoh perhitungan pada core 18 dan core 20.

Pada core 18

= 3,82

17,2439= 0,221527613 dB/km

Pada core 20

= 0,02

17,2439= 0,00115983 dB/km

Pada link Natal - Tapus diambil contoh perhitungan pada core 37 dan core 48.

Pada core 37

= 0,82

17,2439= 0,047553048 dB/km

Pada core 20

= 0,74

17,2439= 0,042918953 dB/km

(28)

Tabel 4.3 Analisis Pengukuran Redaman dari Tapus – Natal dengan OTDR

No No Core Jarak Lokasi Redaman Total Redaman/km

Asli (dB) (dB/km)

Tabel 4.4 Analisis Pengukuran Redaman dari Natal - Tapus dengan OTDR

No No Core Jarak Lokasi Redaman Total Redaman/km

Asli (dB) (dB/km)

Nilai redaman/km tertinggi pada Tabel 4.3 terdapat pada core 18 sekitar 0,221527613 dB/km dan memiliki rata – rata nilai redaman/km sekitar 0,039821836 dB/km. Nilai redaman/km tertinggi pada Tabel 4.4 terdapat pada core 41 sekitar 0,055671861 dB/km dan memiliki rata – rata nilai redaman/km

(29)

Berdasarkan hasil nilai redaman/km pada alat ukur memiliki nilai yang berbeda setiap corenya meskipun menggunakan tipe kabel yang sama. Secara teori menjelaskan bahwa nilai redaman/km pada alat ukur biasanya harus sama dengan tipe kabel. Perbedaan nilai redaman/km setiap core pada alat ukur biasanya disebabkan karena pada saat pembuatan serat di pabrik dan pada saat penarikan kabel yang tidak baik sehingga menyebabkan terjadinya bending.

4.3 Analisis Redaman Perhitungan

Selain melakukan perhitungan redaman terhadap pengukuran alat ukur, dilakukan perhitungan redaman/km dari tipe kabel yang digunakan pada jaringan dan dengan tipe kabel sebagai pembanding. Tipe kabel yang digunakan pada jaringan adalah G655C dan sebagai pembandingnya digunakan tipe kabel G652D.

4.3.1 Analisis Redaman Perhitungan Kabel G655C

Sebelum melakukan perhitungan nilai redaman/km hitung terlebih dahulu nilai redaman total dari tipe kabel yang dicari dengan melakukan penjumlahan masing – masing nilai redaman yaitu redaman kabel, redaman splicing dan redaman konektor.

1. Redaman kabel G 655 C = 0,22 dB/km x 17,24 km = 3,79 dB 2. Redaman splicing = 0,15 dB x 5 = 0,75 dB 3. Redaman konektor = 0,5 dB x 2 = 1 dB

Redaman Total

(30)

Jadi, redaman total dari tipe kabel G 655C yang terdapat pada masing – masing core adalah 5,54 dB.

Berdasarkan rumus pada persamaan 3.3 maka dapat dilakukan perhitungan nilai redaman/km dari tipe kabel pada jaringan Tapus – Natal dan sebaliknya. Dengan memasukkan nilai redaman total pada kabel G655C maka diperoleh hasil nilai redaman/km pada jaringan Tapus – Natal dan sebaliknya.

Maka nilai redaman/km diperoleh : 5,54

17,24= 0,321345708 dB/km

Dalam kasus ini nilai redaman/km setiap core memiliki nilai yang sama, baik itu untuk jaringan Tapus – Natal dan sebaliknya Natal – Tapus, karena jumlah redaman total dan panjang kabel setiap core adalah sama.

4.3.2 Analisis Redaman Perhitungan Kabel G652D

(31)

Jadi, redaman total dari tipe kabel G652D yang terdapat pada masing – masing core adalah 5,37 dB.

Berdasarkan rumus pada persamaan 3.3 maka dapat dilakukan perhitungan nilai redaman/km dari tipe kabel pada jaringan Tapus – Natal dan sebaliknya. Dengan memasukkan nilai redaman total pada kabel G652D maka diperoleh hasil nilai redaman/km pada jaringan Tapus – Natal dan sebaliknya.

Pada jaringan Tapus – Natal nilai redaman/km diperoleh : 5,37

17,24= 0,311484919 dB/km

Dalam kasus ini nilai redaman/km setiap core memiliki nilai yang sama, baik itu untuk jaringan Tapus – Natal dan sebaliknya Natal – Tapus, karena jumlah redaman total dan panjang kabel setiap core adalah sama.

4.4 Analisis Perbandingan Redaman

(32)

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Redaman Jaringan Tapus – Natal

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Redaman Jaringan Natal – Tapus

Pada Gambar 4.1 dapat dilihat nilai redaman setiap core pada alat ukur OPM memiliki perubahan fluktuasi yang dimana nilai redaman tertinggi terdapat

0

Grafik Perbandingan Redaman Tapus - Natal

Redaman OPM

Grafik Perbandingan Redaman Natal - Tapus

(33)

pada core 22 diatas 0,35 dB/km dan nilai redaman terendah terdapat pada core 14 sekitar 0,15 dB/km. Untuk nilai redaman setiap core pada alat ukur OTDR memiliki perubahan fluktuasi yang dimana nilai redaman tertinggi terdapat pada core 18 diatas 0,2 dB/km dan nilai redaman terendah terdapat pada core 15

berkisar ±0 dB/km. Nilai redaman kabel G655C dan G652D diatas 0,3 dB/km, nilai ini masih berada dibawah 0,35 dB/km sesuai standar ITU-T. Namun nilai redaman kabel G655C lebih besar dibandingkan kabel G652D.

Pada Gambar 4.2 dapat dilihat nilai redaman setiap core pada alat ukur OPM memiliki perubahan fluktuasi yang dimana nilai redaman tertinggi terdapat pada core 47 diatas 0,2 dB/km dan nilai redaman terendah terdapat pada core 45 dibawah 0,1 dB/km. Untuk nilai redaman setiap core pada alat ukur OTDR memiliki perubahan fluktuasi yang dimana nilai redaman tertinggi terdapat pada core 41 diatas 0,05 dB/km dan nilai redaman terendah terdapat pada core 40

berkisar ±0 dB/km. Nilai redaman kabel G655C dan G652D diatas 0,3 dB/km, nilai ini masih berada dibawah 0,35 dB/km sesuai standar ITU-T. Namun nilai redaman kabel G655C lebih besar dibandingkan kabel G652D.

(34)

4.5 Analisis Power link budget

Dalam menganalisis perhitungan power link budget, dapat digunakan rumus pada persamaan 3.6. Rumus tersebut menyatakan bahwa nilai daya yang diterima pada receiver adalah sama dengan pengurangan nilai daya pancar pada transmitter terhadap redaman total dan margin pada jaringan serat optik. Perhitungan power link budget yang dilakukan terhadap tipe kabel G655C dan tipe kabel G652D.

4.5.1 Analisis Power link budget Kabel G655C

Dengan menggunakan rumus pada persamaan 3.6, nilai power link budget dapat dihitung. Nilai power link budget diperoleh :

Pr = -6,84 – 5,54 – 3 = -15,38 dBm

Dalam kasus ini, nilai power link budget pada tipe kabel G655C setiap core bernilai sama, baik untuk jaringan Tapus – Natal maupun sebaliknya. Ini dikarenakan nilai dari dari daya transmitter pada perangkat dan nilai redaman total kabel untuk seluruh core bernilai sama sehingga nilai power link budget untuk seluruh core itu sama.

4.5.2 Analisis Power link budget Kabel G652D

Dengan menggunakan rumus pada persamaan 3.6, nilai power link budget dapat dihitung. Nilai power link budget diperoleh :

(35)

Dalam kasus ini, nilai power link budget pada tipe kabel G652D setiap core bernilai, sama baik untuk jaringan Tapus – Natal maupun sebaliknya. Ini dikarenakan nilai dari daya transmitter pada perangkat dan nilai redaman total kabel untuk seluruh core bernilai sama sehingga nilai power link budget untuk seluruh core itu sama.

4.6 Perbandingan Power link budget

Berdasarkan hasil dari analisis power link budget pada jaringan untuk masing – masing tipe kabel maka dapat dilihat suatu perbandingan dari power link budget yang telah dianalisis untuk masing – masing tipe kabel. Perbandingan nilai

power link budget dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perbandingan Power link budget No Jaringan

Rx Perhitungan Rx Perhitungan

Rx Sensitivity Kabel G655C Kabel G652D

(dBm) (dBm) (dBm)

1 Tapus – Natal -15,38 -15,21 -27

2 Natal – Tapus -15,38 -15,21 -27

Dilihat dari Tabel 4.5 nilai power link budget untuk kabel G655C sebesar

−15,38 dBm, sedangkan nilai power link budget untuk kabel G652D sebesar

−15,21 dBm. Nilai power link budget pada kedua kabel masih dibawah nilai Rx sensitivity (-27 dBm). Ini artinya kinerja dari sistem serat optik ini masih dalam keadaan normal.

(36)

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Power link budget

Dari Gambar 4.3 perbandingan nilai power link budget pada kedua kabel berbeda tipis. Namun nilai power link budget pada kabel G652D lebih kecil dibandingkan dengan kabel G655C. Dan nilai power link budget kedua kabel masih dibawah nilai Rx Sensitivity (-27 dBm). Ini artinya kinerja dari sistem serat optik ini masih dalam keadaan normal.

Berdasarkan hasil perbandingan power link budget yang didapat dari kedua tipe kabel, kinerja dari sistem serat optik pada kedua kabel ini masih dalam keadaan normal. Namun bila dilihat nilai power link budget pada kabel G652D lebih kecil dibandingkan dengan kabel G655C. Ini artinya kabel G652D lebih bagus karena menghasilkan daya yang diterima lebih kecil dibandingkan daya yang diterima pada kabel G655C.

-30

Grafik Perbandingan Power Link Budget

(37)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data dari pengukuran dan perhitungan pada jaringan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Nilai rata – rata redaman/km untuk jaringan Tapus – Natal pada alat ukur OPM sekitar 0,281177494 dB/km sedangkan untuk alat ukur OTDR sekitar 0,039821836 dB/km. Nilai rata – rata redaman/km untuk jaringan Natal – Tapus pada alat ukur OPM sekitar 0,121761408 dB/km sedangkan untuk alat ukur OTDR sekitar 0,027257006 dB/km. Nilai redaman/km untuk tipe kabel pada seluruh core bernilai sama karena jumlah redaman total dan panjang kabel yang digunakan setiap core bernilai sama. Nilai redaman/km pada kabel G655C sekitar 0,321345708 dB/km sedangkan nilai redaman/km pada kabel G652D sekitar 0,311484919 dB/km.

2. Berdasarkan hasil nilai redaman/km pada alat ukur memiliki nilai yang berbeda setiap corenya meskipun menggunakan tipe kabel yang sama. Secara teori menjelaskan bahwa nilai redaman/km pada alat ukur biasanya harus sama dengan tipe kabel. Perbedaan nilai redaman/km setiap core pada alat ukur biasanya disebabkan karena pada saat pembuatan serat bawaan pabrikan dan pada saat penarikan kabel yang tidak baik sehingga menyebabkan terjadinya bending.

(38)

digunakan yaitu core 13, 14, 15, 16, 19, 23, dan 24 sedangkan yang sudah tidak layak digunakan yaitu core 17, 18, 20, 21, dan 22. Pada jaringan Natal – Tapus semua core yang digunakan masih layak untuk digunakan. 4. Dari hasil perhitungan nilai power link budget yang didapat antara kedua

tipe kabel adalah untuk tipe kabel G655C sekitar -15,38 dBm dan untuk tipe kabel G652D sekitar -15,21 dBm. Nilai ini masih dibawah dari nilai Rx Sensitivity (-27 dBm) pada perangkat yang artinya kinerja dari sistem serat optik ini masih dalam keadaan normal.

5. Nilai power link budget pada kabel G652D lebih kecil dibandingkan dengan kabel G655C. Ini artinya kabel G652D lebih bagus karena menghasilkan daya yang diterima lebih kecil dibandingkan dengan daya yang diterima pada kabel G655C.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelian ini adalah :

1. Diharapkan kepada PT. Telkom Akses agar pada saat melakukan pengukuran agar terlebih dahulu mengecek kondisi sistem apakah sudah bagus atau belum, agar tidak terjadi kesalahan dalam mengukur nilai redaman yang dihasilkan pada alat ukur tersebut.

(39)

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Umum

Teknologi serat optik merupakan suatu teknologi komunikasi yang sangat bagus pada zaman modern saat ini. Pada teknologi ini terjadi perubahan informasi yang biasanya berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya dan kemudian disalurkan melalui kabel serat optik dan diterima pada sisi penerima untuk diubah kembali menjadi sinyal listrik. Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) merupakan contoh suatu teknologi komunikasi dengan serat optik sebagai media transmisi. Sebelum serat optik digunakan dalam sebuah jaringan telekomunikasi maka perlu dilakukan suatu perhitungan dan analisis power link budget (anggaran daya) agar suatu sistem komunikasi optik dapat berjalan dengan lancar dan baik. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu jaringan, biaya, dan prediksi lamanya usia suatu jaringan telekomunikasi serta untuk mengetahui kelayakan suatu jaringan dalam mengirirm informasi.

2.2 Serat Optik

(40)

hanya mengalami kehilangan sinyal dalam jumlah yang sangat sedikit. Gambar 2.1 menunjukkan struktur serat optik secara umum.

Gambar 2.1 Struktur Serat Optik[1]

Dalam Gambar 2.1 terlihat bahwa bagian - bagian dari serat optik biasanya terdiri dari inti (core) yaitu untuk menentukan cahaya merambat dari satu ujung ke ujung lainnya, pembungkus (cladding) yaitu bagian optikal terluar yang mengelilingi inti yang berfungsi sebagai cermin, yakni memantulkan cahaya agar dapat merambat ke ujung lainnya, serta jaket penyangga (coating) yang berfungsi melindungi serat dari temperatur dan kerusakan[1].

2.3 Jenis – Jenis Serat Optik

Ditinjau dari profil indeks bias dan mode gelombang yang terjadi pada perambatan cahayanya, maka jenis fiber optik dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Serat Optik Single-mode Index

(41)

diameter cladding , konstruksi demikian dibuat untuk mengurangi atenuasi akibat adanya fading. Single-mode fiber sangat baik digunakan untuk menyalurkan informasi jarak jauh karena di samping atenuasi yang kecil juga mempunyai jangkauan frekuensi yang lebar[2].

Gambar 2.2 Serat Optik Single-mode index[1] 2. Serat Optik Multi-mode Graded Index

Multi-mode graded index dibuat dari bahan multi component glass atau

dapat juga dibuat dari silca glass baik untuk core maupun claddingnya. Serat optik tipe ini, indeks biasnya berubah secara perlahan-lahan (graded index multi-mode). Pada indeks bias ini perubahan mengecil perlahan

mulai dari pusat core sampai batas antara core dengan cladding. Semakin kecil indeks bias maka kecepatan rambat cahaya akan semakin tinggi dan akan berakibat dispersi waktu antara berbagai mode cahaya yang merambat akan berkurang dan pada akhirnya semua mode cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaan di penerima.

(42)

menyalurkan informasi pada jarak menengah dengan menggunakan seumber cahaya LED maupun LD (Laser Diode). Perambatan cahaya pada jenis Multi-mode graded index dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Serat optik Multi-mode graded index [1] 3. Serat Optik Multi-mode Step Index

Serat optik ini pada dasarnya mempunyai diameter core yang besarnya 50 – 400 μm dan diameter cladding sebesar 125 – 500 μm. Pada serat optik ini terjadi perubahan indeks bias dengan segera atau lazim dimana dengan diameter core yang besar digunakan untuk menaikkan efisiensi coupling pada sumber cahaya yang tidak koheren seperti LED. Atenuasi pada saat pengiriman tetap besar, sehingga hanya baik digunakan untuk menyalurkan data dengan kecepatan rendah dan jarak dekat[2]. Perambatan cahaya pada jenis Multi-mode step index dapat dilihat pada Gambar 2.4.

(43)

2.4 Rugi – Rugi Serat Optik

Ada beberapa komponen yang menjadi bahan pertimbangan dalam mendesain suatu jaringan, salah satunya adalah rugi-rugi transmisi serat optik (attenuation). Rugi-rugi transmisi adalah salah satu karakteristik yang penting dari serat optik, dimana rugi-rugi ini menghasilkan penurunan dari daya cahaya dan juga penurunan bandwidth dari sistem, transmisi informasi yang dibawa, efisiensi, dan kapasitas sistem secara keseluruhan. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi serat optik tersebut ataupun karena gangguan ataupun tambahan pada jaringan serat optik tersebut. Selain itu, rugi-rugi pada suatu saluran transmisi yang mempergunakan serat optik juga didapat dari pemasangan komponen-komponen pendukung yang dibutuhkan dalam suatu jaringan seperti konektor, splice, ataupun komponen lain yang disambungkan pada saluran transmisi.

2.4.1 Rugi – Rugi Faktor Intrinsik

Rugi – rugi karena faktor intrinsik dapat berupa penghamburan (scaterring loss) dan penyerapan (absorption loss).

1. Penghamburan

Disebabkan karena adanya facet - facet yang memantulkan dan membiaskan cahaya. Penghamburan dapat disebabkan karena Rayleigh scattering, Microbending dan mode coupling

a. Rayleigh scattering

Rayleigh scattering terjadi pada seluruh serat yang diakibatkan karena

(44)

Struktur ini memindahkan sebagian dari berkas cahaya yang seharusnya merambat langsung melalui serat optik.

Gambar 2.5 Rugi - rugi karena Rayleigh scattering[1] b. Microbending

Microbending dapat terjadi secara tidak sengaja seperti misalnya serat

optik yang mendapat tekanan cukup keras sehingga cahaya yang merambat didalamnya akan berbelok dari arah transmisi dan hilang. Hal ini menyembabkan terjadinya rugi – rugi. Fenomena ini dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Rugi – rugi karena mikrobending[1] c. Mode coupling

(45)

Gambar 2.7 Rugi – rugi karena mode kopling[1] 2. Penyerapan (absorption loss)

Rugi-rugi akibat penyerapan dibedakan menjadi dua macam, yaitu serapan intriksik yang merupakan sifat alamiah kaca atau gelas, dan serapan ekstrinsik yaitu karena adanya ketidakmurnian dalam serat. Rugi-rugi ini terutama disebabkan karena adanya molekul-molekul air dalam inti gelas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Rugi – rugi karena penyerapan [1]

2.4.2 Rugi – Rugi Faktor Instalasi

Rugi – rugi karena instalasi terdiri dari rugi – rugi penyambungan, pantulan fressnell dan bengkokan (macro bending).

1. Rugi-rugi penyambungan

(46)

serat optik yang satu dengan yang lain. Redaman terjadi karena goresan maupun debu yang ada pada permukaan core serat optik yang akan disambung. Masalah yang sering terjadi adalah karena kesalahan sambungan maupun putusnya sambungan.

2. Rugi – rugi karena pantulan Fressnell

Terjadi bila cahaya melewati antara dua buah material dengan indeks bias yang berbeda. Cahaya yang jatuh tegak lurus pada sebuah permukaan tidak dapat seluruhnya, melampaui permukaan tersebut, sebagian cahaya akan direfleksikan, seperti pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Rugi - rugi karena pantulan Fressnell 3. Rugi – rugi karena bengkokan

Rugi – rugi bengkokan terjadi karena pengaruh dari luar yang mengakibatkan kondisi core tidak seperti biasa (mengalami pembengkokan) [3].

2.5 Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)

(47)

1. Fiber To The Building (FTTB)

Titik Konveresi Optik (TKO) terletak di dalam gedung dan biasanya terletak pada ruangan telekomunikasi di basement atau tersebar di beberapa lantai, terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor atau IKG, FTTB dapat dianalogikan dengan daerah catu langsung pada jaringan kabel tembaga[4]. Arsitektur FTTB dapat dilihat pada Gambar 2.10

Gambar 2.10 Arsitektur FTTB[5] 2. Fiber To The Zone (FTTZ)

Titik Konversi Optik (TKO) terletak disuatu tempat di luar bangunan, biasanya berupa kabinet yang ditempatkan di pinggir jalan sebagai mana biasanya RK (Rumah Kabel), terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa kilometer. FTTZ dapat dianalogikan sebagai pengganti RK[4]. Arsitektur FTTZ dapat dilihat pada Gambar 2.11.

(48)

3. Fiber To The Curb (FFTC)

Titik Konversi Optik (TKO) terletak disuatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet, di atas tiang maupun di manhole, terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa ratus meer saja, FTTC dapat dianologikan sebagai pengganti titik pembagi[4]. Arsitektur FTTC dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Arsitektur FTTC[5] 4. Fiber To The Tower (FTTT)

Titik Konversi Optik (TKO) terletak di dalam shelter dari pada tower, terminal equipment system GSM/CDMA dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor hingga beberapa meter saja. Jaringan kabel serat optik yang mencatu tower adalah kabel fiber optik drop jika lokasi tower di perkotaan, dan kabel fiber optik distribusi kalau lokasi tower di

pinggiran kota. Sehingga FTTT dapat dianalogikan sebagai pengganti ODP (FTTC) atau TB (FTTH).

5. Fiber To The Home (FTTH)

(49)

Gambar 2.13 Arsitektur jaringan FTTH [5]

2.6 Power Link Budget

(50)

Gambar 2.14 Contoh OTDR power budget dengan panjang gelambang 1550 nm

2.7 Satuan Pengukuran Power Budget

Pada umumnya satuan yang sering dipakai dalam power link budget adalah menggunakan decibel (dB). dB (decibel) merupakan satuan relatif yang menyatakan level daya atau tegangan yang dilogaritmakan. Ada satuan absolut ada yang relatif. Untuk satuan absolut adalah:

1. dBm : menyatakan level daya terhadap referensi daya 1 miliwatt. Daya (dBm) = 10 log P(mwatt)/1 mwatt

Level tegangan pada satuan ini umum digunakan pada komponen – komponen sistem optik, misalnya sumber optik dan penerima optik.

2. dBW : menyatakan level daya terhadap referensi daya 1 watt. Daya (dBw) = 10 log P(watt)/1 watt

(51)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya pembangunan dan meningkatnya kebutuhan data service, maka diperlukan suatu jaringan akses yang lebih bagus dan memiliki prospek yang cukup lama. Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) adalah jaringan yang menggunakan serat optik sebagai media dalam menghubungkan antara sentral lokal dengan terminal pelanggan. Serat optik sebagai media transmisi mampu meningkatkan pelayanan sistem komunikasi data, suara, dan video.

Sebelum serat optik digunakan dalam sebuah jaringan telekomunikasi maka perlu dilakukan suatu perhitungan dan analisis power link budget (anggaran daya) agar suatu sistem komunikasi optik dapat berjalan dengan lancar dan baik. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu jaringan, biaya, dan prediksi lamanya usia suatu jaringan telekomunikasi serta untuk mengetahui kelayakan suatu jaringan dalam mengirirm informasi. Oleh karena pentingnya suatu link budget dalam penerapan serat optik maka peneliti tertarik untuk meneliti suatu power link budget (anggaran daya) pada daerah PTN TAPUS – STO NATAL melalui PT. Telkom Akses.

1.2 Rumusan Masalah

(52)

2. Bagaimana perbandingan analisis redaman/km pada alat ukur OPM dan OTDR dengan tipe kabel G655C dan G652D.

3. Bagaimana terjadinya perbedaan nilai redaman/km setiap core pada pengukuran dan perhitungan secara teori.

4. Bagaimana perhitungan analisis power link budget.

5. Bagaimana perbandingan hasil power link budget pada kabel serat optik menggunakan G655C dan G652D.

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai redaman dan power link budget dalam penerapan serat optik dengan menggunakan tipe kabel

serat optik G 655C dan membandingkan dengan tipe kabel serat optik G 652D pada PTN TAPUS – STO NATAL di PT. Telkom Akses.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk menjadi bahan referensi atau informasi tambahan bagi yang membutuhkannya atau bagi peneliti selanjutnya sehingga nantinya dapat bermanfaaat bagi pengembangann ilmu pengetahuan.

1.5Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini, maka dibuat pembatasan masalah sebagai berikut :

(53)

2.

Perhitungan yang dilakukan adalah menghitung nilai redaman dan power link budget pada jaringan.

3. Hanya membahas jenis serat optik singlemode. 4. Hanya membandingkan 2 jenis kabel.

5. Hanya membahas tentang kinerja serat optik menggunakan power link budget.

1.6Metodologi Penelitian

Untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini maka penulis menerapkan beberapa metode studi diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur.

Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang terkait, diskusi dengan dosen pembimbing Tugas Akhir, pihak PT. Telkom Akses, teman serta dari layanan internet berupa jurnal-jurnal penelitian.

2. Studi Lapangan.

Dengan melaksanakan pengukuran langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan.

3. Studi Perhitungan dan Analisis

Yaitu dengan melakukan analisa terhadap hasil pengukuran dan perhitungan dari data-data yang diperoleh di lapangan.

1.7Sistematika Penulisan

(54)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, batasan masalah, metode dan sistematika penulisan.

BAB II : DASAR TEORI

Pada bab ini membahas tentang teori-teori yang mendukung sistem komunikasi serat optik meliputi jenis serat optik, struktur jaringan serat optik secara umum, rugi – rugi serat optik, jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF), dan teori power link budget

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini membahas tentang metode penelitian, pengambilan data, dan parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas jaringan. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang analisis hasil pengukuran dan perhitungan redaman dan power link budget pada jaringan.

BAB V : PENUTUP

(55)

ABSTRAK

Serat optik merupakan media transmisi yang banyak digunakan dalam jaringan akses saat ini. Dalam suatu sistem komunikasi serat optik, kita tidak akan lepas dari perhatian anggaran daya (power budget). Anggaran daya merupakan suatu hal yang sangat menentukan apakah suatu sistem komunikasi optik bisa berjalan dengan baik atau tidak.

Pada penelitian ini telah dilakukan analisis redaman dan power link budget terhadap alat ukur dan tipe kabel pada jaringan Tapus – Natal dan sebaliknya di PT. Telkom Akses Medan. Alat ukur yang digunakan yaitu OPM dan OTDR, serta tipe kabel yang digunakan adalah G655C dan G652D. Dari hasil penelitian, didapatkan nilai rata – rata redaman/km untuk jaringan Tapus – Natal pada OPM sekitar 0,281177494 dB/km sedangkan untuk OTDR sekitar 0,039821836 dB/km. Nilai rata – rata redaman/km untuk jaringan Natal – Tapus pada OPM sekitar 0,121761408 dB/km sedangkan untuk OTDR sekitar 0,027257006 dB/km. Nilai redaman/km pada kabel G655C sekitar 0,321345708 dB/km sedangkan nilai redaman/km pada kabel G652D sekitar 0,311484919 dB/km.

Untuk nilai power link budget pada tipe kabel G655C didapat -19,38 dBm dan G652D didapat -19,21 dBm. Nilai power link budget pada kedua tipe kabel ini masih dibawah nilai Rx Sensitivity (-27 dBm) pada sistem yang artinya kinerja dari sistem serat optik ini masih dalam keadaan normal.

(56)

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK

(STUDI KASUS PTN TAPUS – STO NATAL

DI PT. TELKOM AKSES)

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

Sub Konsentrasi Teknik Telekomunikasi

Oleh

NIM : 120402066

JOHANNES SINAGA

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(57)
(58)

ABSTRAK

Serat optik merupakan media transmisi yang banyak digunakan dalam jaringan akses saat ini. Dalam suatu sistem komunikasi serat optik, kita tidak akan lepas dari perhatian anggaran daya (power budget). Anggaran daya merupakan suatu hal yang sangat menentukan apakah suatu sistem komunikasi optik bisa berjalan dengan baik atau tidak.

Pada penelitian ini telah dilakukan analisis redaman dan power link budget terhadap alat ukur dan tipe kabel pada jaringan Tapus – Natal dan sebaliknya di PT. Telkom Akses Medan. Alat ukur yang digunakan yaitu OPM dan OTDR, serta tipe kabel yang digunakan adalah G655C dan G652D. Dari hasil penelitian, didapatkan nilai rata – rata redaman/km untuk jaringan Tapus – Natal pada OPM sekitar 0,281177494 dB/km sedangkan untuk OTDR sekitar 0,039821836 dB/km. Nilai rata – rata redaman/km untuk jaringan Natal – Tapus pada OPM sekitar 0,121761408 dB/km sedangkan untuk OTDR sekitar 0,027257006 dB/km. Nilai redaman/km pada kabel G655C sekitar 0,321345708 dB/km sedangkan nilai redaman/km pada kabel G652D sekitar 0,311484919 dB/km.

Untuk nilai power link budget pada tipe kabel G655C didapat -19,38 dBm dan G652D didapat -19,21 dBm. Nilai power link budget pada kedua tipe kabel ini masih dibawah nilai Rx Sensitivity (-27 dBm) pada sistem yang artinya kinerja dari sistem serat optik ini masih dalam keadaan normal.

(59)

KATA PENGANTAR

PujidanSyukurkehadiratTuhanYangMahaKuasaatassegalaberkatdan kasih-Nya,sehingga penulis diberikan kemampuan dan kesempatan untuk dapatmenyelesaikanTugasAkhirinidengan baik kemampuanyangdimiliki.

Tugas Akhir ini berjudul :

“ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK (STUDI KASUS PTN TAPUS – STO NATAL DI PT. TELKOM AKSES)”

Tugas akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu (S-1) di Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Keluarga tercinta : Ibunda Rismawati Br Lubis, Kakak Lisnawati Theresia Sinaga, Riama Rosmauli Sinaga, dan Abang Hermanto Benedictus Sinaga, atas segala kasih sayang, doa, semangat, arahan, nasehat dan segala perhatiannya.

(60)

3. Bapak Tigor Hamonangan Nasution, S.T.,M.T., sebagai Dosen Wali penulis yang membantu penulis selama menyelesaikan pendidikan di kampus USU. 4. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si sebagai Ketua Departemen Teknik

Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Rahmad Fauzi, S.T, M.T sebagai Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Ir. Arman Sani, M.T., dan Bapak Rahmad Fauzi, S.T.,M.T., sebagai Dosen Penguji penulis, yang memberikan arahan dan nasihat kepada penulis.

7. Bapak Agus Subroto selaku PM Modernisasi Sumatera PT. Telkom Akses yang sedia memfalitasi data – data yang dibutuhkan pada tugas akhir ini. 8. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU. 9. Sahabat seperjuangan SMA Johannes Gultom, Gelora, Budi, Andre,

Laurensius, Dian, Octavianus, Nia atas kebersamaan, doa, dukungan dan bantuan kepada penulis.

10. Kawan kompak penulis Bambang, Bobby, Desy, Ira, Marco, dan Valentino yang tergabung dalam Kite-Kite atas kebersamaan dan kekompakan selama penulis berada di kampus.

11. Teman - teman di Departemen Teknik Elektro FT-USU, terkhusus angkatan 2012 atas segala motivasi dan batuan yang diberikan.

(61)

Penulis menyadari bahwa tugas akhir jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, penulis mengharapkan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat untuk wawasan pembaca dan juga dalam pengembangan selanjutnya.

Medan, Oktober 2016

Penulis,

Johannes Sinaga

(62)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3 Tujuan Penelitian... 2

1.4 Manfaat Penelitian... 2

1.5 Batasan Masalah... 2

1.6 Metodologi Penelitian... 3

1.7 Sistematika Penulisan... 3

BAB II DASAR TEORI... 5

2.1 Umum... 5

2.2 Serat Optik... 5

2.3 Jenis – Jenis Serat Optik... 6

2.4 Rugi – Rugi Serat Optik... 9

2.4.1 Rugi – Rugi Faktor Intrinsik... 9

2.4.2 Rugi – Rugi Faktor Instalasi... 11

2.5 Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)... 12

2.6 Power Link Budget... 15

2.7 Satuan Power Budget... 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 17

(63)

3.2 Flowchart... 17

3.3 Peta Lokasi Penelitian... 20

3.4 Perangkat Jaringan... 20

3.5 Alat Ukur... 23

3.6 Rumus Yang Digunakan... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 29

4.1 Umum... 29

4.2 Analisis Redaman Pengukuran... 29

4.2.1 Analisis Redaman Pengukuran OPM... 29

4.2.2 Analisis Redaman Pengukuran OTDR... 32

4.3 Analisis Redaman Perhitungan... 34

4.3.1 Analisis Redaman Perhitungan Kabel G655C... 34

4.3.2 Analisis Redaman Perhitungan Kabel G652D... 35

4.4 Analisis Perbandingan Redaman... 36

4.5 Analisis Power Link Budget... 39

4.5.1 Analisis Power Link Budget Kabel G655C... 39

4.5.2 Analisis Power Link Budget Kabel G652D... 39

4.6 Perbandingan Power Link Budget... 40

BAB V PENUTUP... 42

5.1 Kesimpulan... 42

5.2 Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA... 44

(64)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Serat Optik... 6

Gambar 2.2 Serat Optik Single-mode index... 7

Gambar 2.3 Serat optik Multi-mode graded index... 8

Gambar 2.4 Serat optik Multi-mode step index... 8

Gambar 2.5 Rugi - rugi karena Rayleigh scattering... 10

Gambar 2.6 Rugi – rugi karena mikrobending... 10

Gambar 2.7 Rugi – rugi karena mode kopling... 11

Gambar 2.8 Rugi – rugi karena penyerapan... 11

Gambar 2.9 Rugi - rugi karena pantulan Fressnell... 12

Gambar 2.10 Arsitektur jaringan FTTB... 13

Gambar 2.11 Arsitektur jaringan FTTZ... 13

Gambar 2.12 Arsitektur jaringan FTTC... 14

Gambar 2.13 Arsitektur jaringan FTTB... 15

Gambar 2.14 Contoh OTDR power budget dengan panjang gelombang 1550 nm... 16

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian... 18

Gambar 3.2 Rute Pengamatan Denah... 20

Gambar 3.3 Kabel Voksel G 655 C... 21

Gambar 3.4 Sumitomo Z1C... 22

Gambar 3.5 Konektor SC... 22

(65)

Gambar 3.7 Alat Ukur OPM dan OLS... 24

Gambar 3.8 Anritsu MT9090A... 26

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Redaman Jaringan Tapus – Natal... 37

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Redaman Jaringan Natal – Tapus... 37

(66)

DAFTAR TABEL

Gambar

Tabel 1 Kelayakan Jaringan Tapus - Natal
Tabel 2 Kelayakan Jaringan Natal - Tapus
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian
Gambar 3.2 Rute Pengamatan Denah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap evaluasi penawaran biaya, jumlah peserta yang dinyatakan lulus sebanyak : 6 (enam) peserta dan tidak lulus sebanyak : - (Nihil) peserta...

[r]

[r]

Definisi yang diberikan oleh UU tersebut terhadap pornografi sebagai,” … percakapan, gerak tubuh … dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan

[r]

Sumber data yang digunakan dalam kategori perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor adalah data output barang dari industri domestik (dari

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Jika dugaan peserta didik tidak terjadi dalam pengamatan yang dilakukan maka peneliti menunjukkan percobaan dengan hasil yang benar dan mencocokkan pada