• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Produksi Sayur Fungsional Dandang Gendis (Clinacanthus Nutans) Yang Dapat Dipasarkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Produksi Sayur Fungsional Dandang Gendis (Clinacanthus Nutans) Yang Dapat Dipasarkan"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PUPUK KANDANG TERHADAP PRODUKSI

SAYUR FUNGSIONAL DANDANG GENDIS

(Clinacanthus nutans) YANG DAPAT DIPASARKAN

DEDE RAHMATULLOH

A24110086

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Produksi Sayur Fungsional Dandang Gendis (Clinacanthus nutans) yang dapat Dipasarkan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun ke perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2015

Dede Rahmatulloh NIM A24110086

(4)
(5)

ABSTRAK

DEDE RAHMATULLOH Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Produksi Sayur Fungsional Dandang Gendis (Clinacanthus nutans) yang dapat Dipasarkan. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ.

Penelitian ini dilakukan di kebun organik University Farm, Desa Cikarawang, IPB, Dramaga, Bogor, Indonesia pada 06°31'LS, 106°44'BT, dengan ketinggian 207 m di atas permukaan laut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui produksi sayur dandang gendis yang dapat dipasarkan dengan perlakuan pupuk kandang. Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi 2 faktor yaitu: jenis pupuk kandang ayam, sapi, dan kambing (sebagai petak utama) dan dosis pupuk kandang 300, 600, 900, 1 200, dan 1 500 g tanaman-1 (sebagai anak petak). Hasil penelitian menunjukkan pemberian jenis pupuk kandang kambing dapat memiliki hasil tertinggi terhadap seluruh peubah pada fase pertumbuhan dengan dosis 1 500 g tanaman-1 sedangkan pada fase panen dipengaruhi jenis pupuk kandang kambing dengan dosis tertinggi 1 200 g tanaman-1 yang memiliki bobot basah batang,

bobot basah daun, bobot basah total, bobot kering batang, daun dan bobot basah yang dapat dipasarkan tertinggi.

Kata kunci : Pemanenan berulang, pertanian organik, sayuran fungsional, snake grass, pupuk kandang.

ABSTRACT

DEDE RAHMATULLOH. Manures Application on Snake Grass (Clinacanthus nutans) Marketable Leaf Production. Supervised by SANDRA ARIFIN AZIZ.

This research was conducted at the organic garden University Farm, Cikarawang Village, IPB, Dramaga, Bogor, Indonesia in 06°31' South latitude,

106°44' West longitude, with an altitude of 207 m above sea level. The aims of this research was to determine the marketable leaf production of snake grass with manure application. This study used a split plot design with two factors: manure types i.e, chicken, cow, and goats manure (as main plot) and rates of manure 300, 600, 900, 1 200, and 1 500 g plant-1 (as subplot). The results showed that plant goat manure application 1 500 g plant-1 had the higehest growth phase variables. On harvesting phase goat manure 1 200 g plant-1 application had the highest

variables total stem weight, total wet weight, marketable leaf fresh weight, total stem dried weight, total dried weight on harvest and marketable shoot weight. Keywords : Repeated harvesting, organic agriculture, functional vegetable, snake

(6)
(7)
(8)

PENGARUH PUPUK KANDANG TERHADAP PRODUKSI

SAYUR FUNGSIONAL DANDANG GENDIS

(Clinacanthus nutans) YANG DAPAT DIPASARKAN

DEDE RAHMATULLOH

A24110086

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2014 hingga April 2015 dengan judul Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Produksi Sayur Fungsional Dandang Gendis (Clinacanthus nutans) yang dapat Dipasarkan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kepada Hj. Ucu Nursalamah S.Pd selaku Ibunda tersayang dan H. Hamdani S.Ip, MM selaku ayahanda tercinta yang senantiasa memberikan dukungan sepenuh hati baik doa maupun materil yang tak pernah putus hingga saat ini, Dudi Muhammad Wildan S.Pi sebagai kakak dan Dikka Muhammad Ramadhan sebagai adik yang senantiasa memberikan dukungan semangat dan nasehat.

2. Prof. Dr. Ir. Sandra Arifin Aziz MS sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengarahan dan curahan waktunya selama kegiatan penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Memen Surahman MSc. Agr sebagai pembimbing akademik yang telah memberikan pengarahan dan curahan waktunya selama penulis melaksanakan kegiatan akademik.

4. Dr. Ir. Maya Melati MS, MSc selaku dosen penguji skripsi.

5. Kebun Percobaan Organik University Farm, Desa Cikarawang sebagai tempat penelitian dan Laboratorium Pascapanen sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar serta Bapak Argani selaku manajer kebun. 6.Terima kasih kepada Vera Mutiarasani atas dukungan, doa, semangat dan

perhatiannya. Teman satu bimbingan Tabitha Trianada Eliazar SP dan Farida Zulfa Qonitah SP, kaka-kaka satu bimbingan, teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 48 khususnya Faisal Aji Wibowo SP, Burhan Effendi, Agief Julio Pratama SP, Yogi Dwiyantono, Andi sauleka SP, Nuri Rukmiarti, M. Rizki Anjal SP, dan Sinta Refina yang selalu memberikan bantuan nasihat, doa, serta tenaga, DANDELION 48, Kelompok KKP Desa Bendungan, Pagaden Barat, Subang, Team Kominfo BEM faperta 2014, Geng Akar Rumput, Dandelion Traveler, Team Let’s Adventure, dan Divisi Konsumsi FBBN 2015.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca sebagai referensi untuk penelitian maupun hal-hal yang bersangkutan dengan pendidikan.

Bogor, Desember 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR i

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Morfologi Dandang Gendis 2

Pertanian Organik 3

Pupuk kandang 4

Pupuk Kandang Ayam 4

Pupuk Kandang Sapi 4

Pupuk Kandang Kambing 4

Panen berulang serta Kandungan senyawa dandang gendis 5

Jumlah klorofil daun 5

METODE PENELITIAN 5

Tempat dan Waktu Penelitian 5

Bahan dan Alat 6

Prosedur Analisis Data 6

Prosedur Percobaan 7

Penanaman 7

Pemupukan 7

Pemeliharaan 7

Perlakuan Percobaan 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Kondisi Umum 11

Analisis Kadar Hara N, P2O5 dan K2O pada Pupuk Kandang 14

Analisis Kadar Air dan N total pada Daun 14

Pengukuran Jumlah Klorofil Daun 15

Pengamatan Fase Pertumbuhan 16

Tinggi tanaman 16

Jumlah Batang 17

Diameter Batang 18

Pengamatan Fase Panen 19

Jumlah Daun pada Pucuk Layak dipasarkan 19

Bobot Basah Layak dipasarkan 20

Bobot Kering Layak dipasarkan 22

KESIMPULAN DAN SARAN 26

Kesimpulan 26

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27

(14)
(15)
(16)
(17)

DAFTAR TABEL

1 Kombinasi jenis dan dosis pupuk kadang 6

2 Rekapitulasi hasil sidik ragam fase pertumbuhan dan fase panen 11 3 Kadar unsur N, P2O5 dan K2O pada 3 jenis pupuk kandang 14

4 Analisis kadar air dan N total pada daun dandang gendis pada 4 MST 15

5 Jumlah klorofil daun pada 4 dan 16 MST 16

6 Tinggi tanaman fase pertumbuhan dan fase panen 17 7 Jumlah batang fase pertumbuhan dan fase panen 18 8 Diameter batang fase pertumbuhan dan fase panen 18

9 Jumlah daun pada pucuk layak dipasarkan 19

10 Bobot basah batang panen 21

11 Bobot basah daun panen 22

12 Bobot basah total panen 22

13 Bobot kering batang panen 24

14 Bobot kering daun panen 24

15 Bobot kering total panen 25

DAFTAR GAMBAR

1 Dandang gendis (Clinacanthus nutans) 3

2 Teknis pemanenan tanaman dandang gendis di lahan

(a) Tanaman diukur tinggginya (b) Tanaman ketika dipangkas

(c) tanaman setelah dipangkas 8

(18)
(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dandang gendis (Clinacanthus nutans) nama daerah: Ki tajam (Sunda), gendis (Jawa), merupakan perdu yang tumbuh tegak atau memanjang, dengan tinggi 2-3 m, tumbuh di dataran rendah dan biasa digunakan sebagai pagar hidup. Di daerah Surakarta dan Jogjakarta daun-daun ini didapat dalam perdagangan obat-obatan sebagai obat kencing manis (Heyne 1987). Tidak hanya di Indonesia, ternyata dandang gendis cukup terkenal di Thailand dikenal dengan istilah phayayor (Lusia 2006). Banyak tumbuhan berkhasiat obat yang belum diketahui khasiatnya oleh manusia, karena manusia tidak mengenal jenis dan bentuk tanaman obat, sering kali beberapa tanaman hanya dianggap sebagai tanaman liar yang keberadaannya dianggap mengganggu keindahan dan mengganggu kehidupan tanaman lain (Hairana 2004). Karakter dandang gendis yang termasuk tanaman tahunan belum banyak diketahui khasiatnya, sehingga masyarakat awam belum membudidayakannya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan tanaman dandang gendis yakni dengan pemberian pupuk kandang hal ini karena, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian (2013) Nomor 64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang system pertanian organik dimaana pertanian organik menekankan penerapan praktek-praktek manajemen yang lebih mengutamakan penggunaan input dari limbah kegiatan budidaya di lahan, dengan mempertimbangkan daya adaptasi terhadap keadaan/kondisi setempat. Jika memungkinkan hal tersebut dapat dicapai dengan penggunaan budaya, metoda biologi dan mekanik, yang tidak menggunakan bahan sintesis untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam sistem.

Widowati dan Hartatik (2005) mendefinisikan pupuk kandang adalah semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Menurut United State Department of Agriculture (2007) pupuk kandang adalah feces, urine dan kotoran lain yang diproduksi oleh ternak dan bukan merupakan kompos.

Penggunaan pupuk kandang untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman sayur telah dilakukan oleh Maryam (2009) pada tanaman kangkung, yaitu pupuk kandang ayam meningkatkan bobot layak pasar per bedeng (675.84 g bedeng-1) dibandingkan dengan kontrol (273.96 g bedeng-1) dengan ukuran bedengan 1 m x

2.2 m. Penelitian Rahardito (2013) menbahwa pemberian pupuk kandang kambing pada kangkung meningkatkan bobot per tanaman sebesar (27.55 g tanaman-1) dan bobot layak pasar per bedeng (2 603.9 g bedeng-1) dibandingkan

dengan pemberian pupuk kandang sapi yang menghasilkan bobot per tanaman (17.05 g tanaman-1) dan bobot layak pasar per bedeng (1 387.2 g bedeng-1) dan pupuk kandang ayam yang menghasilkan bobot per tanaman (36.25 g tanaman-1) dan bobot layak pasar per bedeng (2 980.1 g bedeng-1)

(20)

2

Produksi sayuran dandang gendis sampai 10 MST memakai pupuk kotoran sapi 10 ton ha-1 ditambah arang sekam 2 ton ha-1 atau ayam 10 ton ha-1 ditambah arang sekam 2 ton ha-1 memberikan panen pertama terbaik.

Sayuran fungsional adalah sayuran yang selain dapat memenuhi kebutuhan gizi sayuran ini juga mempunyai manfaat lain seperti Antioksidan Pannangpetch et al. (2007) serta Antikanker Sofyan (2008). Informasi produksi selanjutnya belum ditemukan, informasi mengenai penggunaan pupuk kandang untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman sayuran dijadikan sebagai acuan pada tanaman dandang gendis. Penelitian mengenai jenis dan dosis pupuk kandang yang optimal masih terbatas sehingga perlu dilakukan penelitian, guna meningkatkan nilai komersial dari tanaman dandang gendis ini.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh interaksi antara jenis dan dosis pupuk kandang terhadap produksi sayur tanaman dandang gendis (Clinacanthus nutans).

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ada jenis pupuk yang menghasilkan produksi terbaik.

2. Ada dosis pupuk yang menghasilkan produksi terbaik.

3. Terdapat interaksi antara jenis dan dosis pupuk kandang yang menghasilkan produksi terbaik.

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Dandang Gendis

(21)

3

Gambar 1 Dandang gendis (Clinacanthus nutans)

Pertanian Organik

Menurut FAO/WHO Codex Alimentarius Commission (1999) pertanian organik adalah sistem manajemen produksi holistik yang mempromosikan dan meningkatkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Tujuan dari pertanian organik yakni mengaplikasikan cara manajemen yang baik dalam penggunaan input off-farm, dengan mempertimbangkan bahwa kondisi daerah memerlukan sistem adaptasi lokal. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan ilmu-ilmu agronomi, biologi, dan metode mekanik, yang berguna menguangi penggunaan bahan sintetis untuk memenuhi fungsi tertentu dalam sebuah sistem.

Menurut USDA United State Department of Agriculture (2002) pertanian organik menghasilkan produk menggunakan metode yang melestarikan lingkungan dan menghindari bahan-bahan sintetis seperti pestisida dan antibiotik. Standar organik USDA menggambarkan bagaimana petani bercocok tanam dan meningkatkan kuantitas dan kualitas ternak yang dapat petani hasilkan.

(22)

4

Pupuk kandang

Menurut Widowati dan Hartatik (2005) mendefinisikan pupuk kandang adalah semua produk buangan dari binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Balittanah (2005) mengemukakan bahwa pupuk kandang ayam memiliki kadar 1.70% N, selalu memberikan respon yang baik bagi tanaman kentang pada musim pertama. Hal ini disebabkan pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya. Maryam (2009) menyatakan bahwa caisin (Brassica juncea), pakcoi (Brassica rapa cv. Pakchoy), kangkung (Ipomoea reptans), dan selada (Lactuca sativa L.) dengan pemberian pupuk kandang ayam memberikan hasil tertinggi terhadap komponen tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, bobot per tanaman, bobot per bedeng, bobot layak pasar per bedeng, panjang akar, bobot akar per tanaman dan bobot akar per bedeng dibandingkan dengan pemberian pupuk kandang sapi.

Pupuk Kandang Sapi

Menurut Widowati dan Hartatik (2005) pukan sapi mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi > 40. Tingginya kadar C dalam pukan sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Baskoro (2011) menyatakan bahwa pada tanaman binahong terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun dengan pemberian pupuk kandang sapi memberikan respon lebih baik jika dibandingkan dengan pupuk kandang ayam dan kambing. Pupuk Kandang Kambing

(23)

5

bobot per tanaman (17.05 g tanaman-1 ) dan bobot per bedeng (1 387.2 g bedeng-1)

dengan ukuran bedengan 7.5m2.

Panen berulang serta Kandungan senyawa dandang gendis

Pemanenan terhadap dandang gendis ini dilakukan panen berulang sebanyak 4 kali panen yang dimana Menurut Evers dan Holt (1972) menyatakan pemanenan tanaman pada umur tua atau pemotongan tanaman dengan interval pendek dapat memberikan hasil rendah dengan kualitas tinggi, tetapi dapat menurunkan ketegaran tanaman, menghambat perkembangan tunas baru sebagai akibat menipisnya persediaan makanan dan bila keadaan ini berlanjut maka dapat mematikan bagi tanaman.

Pannangpetch et al. (2007) menyatakan bahwa berbagai penelitian yang telah dilakukan dari segi ekstraksi kandungan dandang gendis menunjukkan khasiat ekstrak daun dandang gendis berperan sebagai antioksidan. Penelitian efek fisiologis terhadap tanaman dandang gendis telah dilakukan oleh Sugiri (1980) dengan hasil bahwa ekstrak air daun dandang gendis dapat menurunkan gula darah. Lebih lanjut penelitian skrining fitokimia oleh Natalia (1992) mendapatkan bahwa dalam daun dandang gendis mengandung senyawa golongan alkaloida, saponin, dan minyak atsiri. Penelitian Nurulita (2008) bahwa ekstrak air daun dandang gendis memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang sama dengan ekstrak air yaitu flavonoid, steroid atau triterpenoid, dan tanin.

Jumlah klorofil daun

Jumlah klorofil saun merupakan suatu indikator bahwa tanaman memiliki kandungan N yang berlebih atau justru kurang pada bagian daun yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis, jika daun berwarna kuning cerah (klorosis), maka tanaman kekurangan unsur hara (Ai dan Banyo 2011).

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kebun organik University Farm, Desa Cikarawang, IPB, Bogor, Indonesia pada 06°31'LS, 106°44'BT, dengan ketinggian 207 m diatas permukaan laut (m dpl). Kegiatan yang berkaitan dengan penentuan berbagai peubah bobot basah dan kering dilakukan pada Laboratorium Pasca panen, analisis kadar hara N, P205 dan K2O pada pupuk kandang. Kadar air dan

(24)

6

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bibit Dandang Gendis yang berasal dari Bogor yang diperbanyak dengan cara stek batang yang sudah berumur 6 bulan. Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kandang ayam petelur, pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing.

Peralatan yang digunakan adalah cangkul, kored, penggaris, meteran, jangka sorong, amplop, plastik klep, label, karet gelang, timbangan analitik, gembor, gunting stek, alat tulis, kamera, oven dan alat SPAD.

Prosedur Analisis Data

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi (Tabel 1) dengan dua faktor perlakuan yaitu Pengaruh jenis pupuk kandang sebagai petak utama dan dosis pupuk sebagai anak petak.

Tabel 1 Kombinasi jenis dan dosis pupuk kadang

Petak utama Anak petak

Jenis pukan Dosis (g tanaman-1)

Ayam 300 600 900 1 200 1 500

Sapi 300 600 900 1 200 1 500

Kambing 300 600 900 1 200 1 500

Kombinasi 2 faktor perlakuan menghasilkan 15 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 6 kali, dengan menggunakan 1 tanaman dalam satu satuan percobaan sehingga menghasilkan 90 unit tanaman.

Model matematika yang digunakan untuk untuk analisis statistika adalah : Yijk= μ + αi + δik +βj+(αβ)ij +εijk

Keterangan :

i = 1, 2, 3 j= 1, 2, 3, 4, 5 k = 1, 2, 3

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor perlakuan jenis pupuk ke-i

dan dosis pupuk ke-j dan ulangan ke-k

(μ, αi, βj) = Merupakan komponen aditif dari rataan, pengaruh petak utama

(jenis pupuk ke-i);i=1, 2, 3 dan Pengaruh anak petak (dosis pupuk ke-j); j=1,2,3,4,5

(αβ)ij = Komponen interaksi dari jenis pupuk taraf ke-i (i = 1, 2, 3)

dan perlakuan dosis pupuk taraf ke-j (j= 1,2,3,4,5)

δik = Merupakan komponen acak dari petak utama (jenis pupuk)

yang menyebar normal (0,σδ2 )

εijk = Pengaruh acak dari anak petak (dosis pupuk) yang

menyebar normal (0,σ2).

(25)

7

Prosedur Percobaan

Penanaman

Tanaman berumur 6 bulan, tanaman yang digunakan berjumlah 90 tanaman, dengan menggunakan jarak antar perlakuan 80 cm x 80 cm, setelah penanaman lalu disiram air secukupnya.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali, yakni pada bulan Desember 2014 dan Maret 2015, pemupukan dilakukan sebanyak dua kali dikarenakan khawatir unsur hara pada tanah tidak mencukupi. Pemupukan dilakukan dengan cara menabur disekitar piringan tanaman masing-masing sebanyak satu dosis lalu di tutup tanah. Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan selama penelitian mencakup penyiangan gulma, pengendalian hama, penyakit tanaman, pembumbunan, penyiraman, dan pemeliharaan terahadap sanitasi lahan.

Perlakuan Percobaan

Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali, sedangkan untuk pengamatan panen dilakukan setiap satu bulan sekali, dimana total dari pengamatan yakni lima bulan. Peubah yang diamati meliputi :

1. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga titik tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran.

2. Jumlah batang menghitung batang tanaman yang sudah tumbuh dan menghitung batang tanaman yang muncul dari permukaan tanah.

3. Diameter batang diukur 10 cm dari permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong.

4. Jumlah daun diukur dengan menggunakan alat penghitung (counter) dari sisa pangkasan ke atas. Pengamatan di bagi menjadi dua fase, yakni fase pertumbuhan dan fase panen. Jumlah daun di lahan dihitung pada 2, 6, 10, dan 14 MST (minggu setelah tanam) menggunakan alat penghitung (counter), dimana daun yang dihitung adalah daun yang baru muncul hingga batas tali rafia setinggi 80 cm.

Jumlah daun fase panen didapatkan dari hasil panen batang dan daun yang sebelumnya telah dipisahkan antara batang dan daunnya, dihitung dengan menggunakan alat penghitung (counter), penghitungan dilakukan pada Laboratorium Pascapanen, AGH, IPB.

5. Jumlah klorofil daun hanya dilakukan pada 2 dan 16 MST diukur dengan menggunakan alat SPAD, dengan cara menjepit daun muda (dua buku dibawah pucuk) dan daun tua menggunakan alat SPAD untuk menentukan ada tidaknya gejala kekurangan atau kelebihan N secara visual dengan acuan jumlah klorofil.

(26)

8

bagian yang dipanen minimal sepanjang 30 cm dari pucuk. Pemanenan dilakukan sebanyak 4 kali panen dimulai dari 4, 8, 12, dan 16 MST pada (Gambar 2a) sebelum dipanen tanaman diukur terlebih dahulu tingginya. (Gambar 2b) setelah diketahui tinggi tanaman maka tanaman dipanen dengan cara dipangkas menggunakan gunting tanaman, tanaman dipangkas diatas acuan tali rafia yang telah diikatkan pada setiap tanaman yang sebelumnya telah diukur ketinggiannya dan disamakan setinggi 80 cm. (Gambar 2c) merupakan tanaman yang telah dipanen dan disamaratakan tingginya untuk kemudian 4 MST setelah panen akan dipangkas kembali sebanyak 4 kali hingga 16 MST.

Gambar 2 Teknis pemanenan tanaman dandang gendis di lahan (a) Tanaman diukur tinggginya (b) Tanaman ketika dipangkas (c) tanaman setelah dipangkas

(27)

9

Gambar 3 Hasil panen (a) tanaman yang diberi pupuk kandang ayam

(b) tanaman yang diberi pupuk kandang sapi (c) tanaman yang diberi pupuk kandang kambing.

7. Bobot basah (g tanaman-1) terhadap batang, daun, dan bobot basah total yang layak dipasarkan dilakukan pada saat panen yang dilaksanakan setiap 1 bulan sekali setiap akhir bulan selama 4 bulan, setelah diketahui bobot basah total, bobot basah batang, dan bobot basah daun (g tanaman-1) kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik, adapun kriteria bobot basah total adalah keseluruhan batang dan daunnya, untuk bobot basah batang hanya batangnya saja yang ditimbang dengan terlebih dahulu dipisahkan dari daunnya, dan untuk bobot basah daun hanya daunnya saja yang ditimbang, setelah diketahui bobot basah total, batang dan daun layak dipasarkan.

8. Bobot kering (g tanaman-1) batang, daun, dan total layak dipasarkan dengan kriteria yang sama seperti bobot basahnya lalu dimasukan kedalam amplop setelah itu dilanjutkan dengan pengovenan pada suhu 105o C

selama satu hari dengan tujuan agar bobot keringnya konstan.

(28)

10

10.Kadar air (%) Penimbangan dilakukan terhadap 200 g contoh pupuk, kemudian dimasukkan ke dalam botol timbang kosong yang telah diketahui beratnya. Panaskan dalam oven pengering pada suhu 105oC selama 3 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang. Ulangi pemanasan dan penimbangan sampai beratnya tetap, berat yang hilang adalah berat air (William 2000).

Kadar air (%) = (W-W1) x 100/W

Keterangan:

W = Bobot contoh asala dalam g

W1=Bobot contoh setelah dikeringkan dalam g 100 = faktor konversi ke %

Fka (faktor koreksi kadar air) = 100/(100- % kadar air)

(Dihitung dari kadar air contoh pupuk halus dan digunakan sebagai factor koreksi dalam perhitungan hasil analisis).

11. Kadar N total daun dengan metode Kjeldahl dengan cara destilasi, pindahkan secara kualitatif seluruh ekstrak contoh ke dalam labu didih (gunakan air bebas ion dan labu semprot). Tambahkan sedikit serbuk batu didih dan aquades hingga setengah volume labu. Disiapkan penampung untuk NH3 yang dibebaskan yaitu erlenmeyer yang berisi 10 ml asam borat 1%

yang ditambah 3 tetes indikator Conway (berwarna merah) dan dihubungkan dengan alat destilasi. Dengan gelas ukur, tambahkan NaOH 40% sebanyak 10 ml ke dalam labu didih yang berisi contoh dan secepatnya ditutup. Didestilasi hingga volume penampung mencapai 50–75 ml (berwarna hijau). Destilat dititrasi dengan H2SO4 0,050 N hingga warna merah muda. Catat volume

titrasi contoh (Vc) dan blanko (Vb) (Lisley et al. 1990) Perhitungan cara destilasi:

Kadar nitrogen (%) = (Vc - Vb) x N x bst N x 100 mg contoh-1 x fk = (Vc - Vb) x N x 14 x 100 500-1 x fk = (Vc - Vb) x N x 2,8 x fk

Keterangan :

Vc, b = ml titar contoh dan blanko

N = normalitas larutan baku H2SO4

14 = bobot setara nitrogen 100 = konversi ke %

(29)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Menurut data BMKG (2015) rata-rata curah hujan bulanan selama penelitian dari bulan Januari hingga April 251, 346, 374, dan 206 mm bulan-1. Rata-rata suhu selama penelitian dari bulan Januari hingga April adalah 25.2, 25.0, 25.6, dan 25.8°C. Penanaman dandang gendis dilakukan menjelang musim penghujan, dengan kondisi lahan tidak ternaungi tanaman lain. Sekitar lahan terdapat tanaman serai wangi yang ditanam dari penelitian sebelumnya untuk menghambat serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Tanaman tumbuh seragam dan cukup tegak, dengan ditopang penyangga kayu. Hama yang pernah muncul pada tanaman ini adalah ulat jengkal (Chrysodeixis chalcites Esp) yang mulai terlihat pada 12 MST saja yang mengakibatkan pengurangan jumlah daun yang berada di bagian pucuk, meskipun hanya beberapa tanaman saja yang terserang kurang dari (1%). Cara pengendaliannya dengan membuang daun yang terkena serangan. Hama keong juga menyerang pada 16 MST lebih tepatnya pada Bulan April dengan intensitas rendah tidak merusak tanaman hanya menempel pada kayu penopang tanaman saja. Gulma yang muncul di sekitar tanaman adalah Ageratum conyzoides dan Mimosa pudica.

(30)

12

Umur (MST)

Jenis (J)

Dosis (D)

Interaksi (J)*(D)

Koefisien keragaman ( %) …………...Tinggi…………..

12 tn tn tn 5.8

14 tn tn tn 7.6

16 tn tn tn 7.7

…………...Jumlah batang………

2 tn tn tn 24.5

4 tn tn tn 22.4

6 tn tn tn 17.9

8 tn tn tn 17.9

10 tn tn tn 21.9

……….Jumlah batang…………

12 tn tn tn 19.2

14 tn tn tn 20.1

16 tn tn tn 19.9

………..Diameter batang………

2 tn tn tn 13.1

4 tn tn tn 11.8

6 tn tn tn 8.3

8 tn tn tn 29.8tr

10 tn tn tn 6.5

12 tn tn tn 5.8

14 tn tn tn 5.2

16 tn tn tn 5.7

………...Jumlah daun…………

2 tn tn tn 19.6

4 tn tn tn 31.5

6 tn tn tn 26.6

8 tn tn tn 22.4

10 tn tn tn 19.7

12 tn tn tn 20.5 tr

14 tn tn tn 27.5

(31)
(32)

14

Analisis Kadar Hara N, P2O5 dan K2O pada Pupuk Kandang

Analisis hanya dilakukan terhadap kadar N, P2O5 dan K2O. Hasil analisis

pupuk kandang ayam, sapi dan kambing, ternyata pupuk kandang kambing memiliki kadar N lebih tertinggi, untuk kadar P2O5 tertinggi didapatkan dari

pupuk kandang ayam, kemudian untuk kadar K2O dari pupuk kandang ayam, sapi,

dan kambing lebih rendah jika dibandingkan dengan literatur dari Balittanah (2005). Hasil analisis selaras dengan penelitian Widowati dan Hartatik (2006) yang melaporkan bahwa pupuk kandang ayam petelur mempunyai kadar hara P lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya.

Tabel 3 Kadar unsur N, P2O5 dan K2O pada 3 jenis pupuk kandang

Unsur pupuk ayam pupuk sapi pupuk kambing ……….….(%)………..

Nitrogen N 1.65 1.38 2.71

Fosfor P2O5 2.59 0.31 0.78

Kalium K2O 0.67 0.51 1.85

Analisis Kadar Air dan N total pada Daun

Hasil analisis kadar air menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi meningkatkan kadar air sebesar 0.35% sedangkan pemberian pupuk kandang kambing sebesar 0.37% jika dibandingkan dengan pupuk kandang ayam, untuk dosis terbaik diperoleh dari perlakuan dosis 1 200 g tanaman-1 dengan perbedaan sebesar 0.22% jika dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1 data tersaji pada

(Tabel 4). Hasil analisis kadar air berkisar antara 8.70 hingga 10.26% ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Akbar (2010) yang melaporkan bahwa kadar air yang terkandung dalam daun dandang gendis kering rata-rata sebesar 14.30%. Hasil penelitian Utama et al. (2007) yang menyatakan bahwa kadar air pada tanaman selada, kangkung, dan sawi berturut-turut yakni 10.8, 10.44 dan 11.66% ternyata kadar air dandang gendis yang berkisar antara 9.43 hingga 10.26% lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman selada, kangkung, dan sawi.

Hasil analisis kadar N total menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang kambing memiliki N total tertinggi dan selisih sebesar 1.03% dengan pupuk kandang sapi dan selisih 1.01% dengan pemberian pupuk kandang ayam. Dosis tertinggi diperoleh dari perlakuan dosis 600 g tanaman-1 yang berbeda sebesar 0.36% jika dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1 data tersaji pada (Tabel 5).

(33)

15

Tabel 4 Analisis kadar air dan N total pada daun dandang gendis pada 4 MST

Jenis pukan (% Kadar air) (%N total) menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Pengukuran Jumlah Klorofil Daun

Pengukuran karakter fisiologi seperti jumlah klorofil, merupakan salah satu pendekatan untuk mempelajari pengaruh kekurangan air terhadap pertumbuhan dan hasil produksi, karena parameter ini berkaitan erat dengan laju fotosintesis (Li et al. 2006). Salisbury dan Ross (1995) mengemukakan bahwa tingkat warna daun menunjukkan kecukupan tanaman tehadap unsur N. Pengamatan terhadap jumlah klorofil pada daun menggunakan alat SPAD, yang dilakukan pada 4 dan 16 MST.

Hasil pengamatan pada 4 MST menunjukkan bahwa jenis pupuk kandang kambing meningkatkan jumlah klorofil sebesar 1.02% pada daun muda jika dibandingkan dengan pupuk kandang ayam dan sapi, lain halnya dengan daun tua, ternyata pemberian pupuk kandang ayam terbaik dalam meningkatkan jumlah klorofil jika dibandingkan dengan pukan sapi dan kambing yang masing-masing selisih 1.07 dan 1.03%, untuk dosis terbaik pada daun muda yakni 600 g tanaman

-1 yang selisih 1.09% jika dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1 sedangkan

pada daun tua dosis 1 200 g tanaman-1 memberikan nilai tertinggi bagi jumlah klorofil daun, ternyata dosis 1 200 g tanaman-1 berbeda nyata dengan dosis 1 500 g tanaman-1, hal ini cukup membingungkan karena dosis 1 200 g tanaman-1 tidak berbeda nyata dengan dosis yang lebih kecil, namun justru berbeda nyata dengan yang lebih besar yakni dosis 1 500 g tanaman-1. Hal demikian diduga dari kemampuan masing-masing tanaman dalam hal memproduksi zat hijau daun, faktor lingkungan, genetis dan kandungan hara yang dapat diserap tanaman berbeda data tersaji pada (Tabel 5).

(34)

16

secara statistik, data tersaji pada (Tabel 5) dapat dilihat bahwa dosis 600 jika dibandingkan dengan dosis 300, dan 1 200 g tanaman-1 ternyata tidak berbeda nyata, yang justru berbeda nyata dengan dosis 900 dan 1 500 g tanaman-1, hal ini kemungkinan sama seperti pada 4 MST bahwa tiap tanaman berbeda kemampuannya dalam memproduksi jumlah klorofil pada setiap daun walaupun secara data ternyata pemberian dosis pupuk kandang berbeda nyata dengan jumlah klorofil daun. menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Pengamatan Fase Pertumbuhan

Tinggi tanaman

Menurut Sitompul dan Guritno (1995) tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Pengamatan terhadap tinggi tanaman dibagi menjadi dua kelompok, yakni fase pertumbuhan (MST) dan fase panen (Panen). Fase pertumbuhan (MST) terlihat bahwa tinggi tanaman mulai dari minggu 2, 6, 10, dan 14 MST secara berturut-turut memiliki pola turun, naik, dan lalu turun lagi hal ini disebabkan oleh pemangkasan. Fase panen pada 4, 8, 12, 16 panen memiliki pola secara bertutur-turut dari 4 hingga 12 MST panen tinggi tanaman meningkat, dan mulai menurun pada 16 MST panen (Tabel 6).

(35)

17

Pengamatan pada fase panen menunjukkan bahwa pola pemangkasan pada fase panen meningkatkan terhadap tinggi tanaman pada panen berikutnya hal ini sesuai dengan PPTK (2006) yang menyatakan bahwa pemangkasan menyebabkan tanaman kehilangan sebagian cabang dan daun, sehingga proses asimilasi yang membentuk makanan juga akan hilang, efek dari pemangkasan juga menimbulkan luka pada batang dan ranting dengan tujuannya yakni merangsang pertumbuhan tunas baru.

Pengaruh pemberian dosis pupuk kandang berbeda nyata hanya pada 4 MST dengan perlakuan dosis pupuk kandang. Hal ini karena 30 hari sebelum pengamatan dilakukan pemupukan sebanyak satu dosis, dilakukan pemangkasan pada 12 hari sebelum panen dan ditunjang dengan curah hujan sebesar 251 mm bulan-1 serta suhu 25.2oC yang cukup bagi tanaman sehingga hasil pada 4 MST berbeda nyata, data tersaji pada (Tabel 6).

Tabel 6 Tinggi tanaman fase pertumbuhan dan fase panen Perlakuan 2

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Jumlah Batang

Menurut Combs et al. (1994) pemangkasan pada bagian tunas pucuk akan mendorong pertumbuhan tunas-tunas lateral sehingga percabangan akan semakin banyak dan peningkatan jumlah batang akan bertambah. Data pengamatan menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang sapi merupakan jenis pukan terbaik yang memberikan selisih terhadap jumlah batang sebesar 1.04% dan 1.05% jika dibanding pupuk kandang ayam dan kambing secara total, sedangkan untuk dosis terbaik secara total bagi jumlah batang yakni dosis 1 500 g tanaman-1

(36)

18

Tabel 7 Jumlah batang fase pertumbuhan dan fase panen Perlakuan 2

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Diameter Batang

Data menunjukkan bahwa diameter batang selalu meningkat setiap minggunya, jenis pupuk kandang yang memberikan pengaruh terbaik terhadap pertambahan diameter batang secara total yakni pupuk kandang sapi terbaik diameter batang sebesar 1.03% dibandingkan pupuk kandang ayam, sedangkan untuk dosis terbaik bagi pertambahan diameter batang yakni dosis 1 200 g tanaman-1 yang berselisih sebesar 1.01% dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1, data tersaji pada (Tabel 8). Menurut Soekotjo (1976) pertumbuhan

diameter batang tergantung pada kelembaban nisbi, permukaan tajuk dan sistem perakaran juga dipengaruhi iklim dan kondisi tanah, data tersaji pada (Tabel 8). Tabel 8 Diameter batang fase pertumbuhan dan fase panen

Perlakuan 2

(37)

19

Pengamatan Fase Panen

Jumlah Daun pada Pucuk Layak dipasarkan

Fitter dan Hay (1991) menyatakan bahwa peningkatan jumlah cabang akan mempengaruhi luas daerah penangkapan cahaya yang akan berpengaruh langsung pada jumlah daun dan cabang yang tumbuh, sehingga dengan meningkatnya jumlah daun dan cabang maka akan terbaik asimilasi lebih besar selama hara mineral dan air tersedia. Jumlah daun berkisar antara 65.7 hingga 134.1 daun tanaman-1 untuk fase pertumbuhan dan 139.2 hingga 1 682.2 daun tanaman-1.

Hasil pengamatan menunjukkan secara umum pemberian pupuk kandang kambing terlihat meningkatan jumlah daun dengan terbaik sebesar 1.23% dibandingkan pupuk kandang ayam, Jumlah daun pada 16 MST turun lagi jika dibandingkan 12 MST, data tersaji pada (Tabel 9).

Hal ini tidak sesuai dengan PPTK (2006) yang menjelaskan pengaruh musim hujan dan kemarau pada hasil pucuk teh mulai terlihat meningkat pada akhir musim hujan (Maret-April), dari hasil pengamatan jumlah daun hanya meningkat Bulan Maret saja, hal ini karena sinar matahari mulai banyak, suhu udara sedikit meningkat, serta curah hujan mulai berkurang, pada saat tersebut cadangan pati dalam akar dibongkar untuk pertumbuhan pucuk atau tunas baru, karena dalam kondisi tersebut cadangan pati dalam akar cukup tinggi dan kondisi lingkungan cukup memadai serta masih ada hujan untuk pertumbuhan tunas dan daun baru. Curah hujan yang meningkat dari Bulan Januari hingga Maret dan turun pada April 2015 sebesar 251, 346, 374, dan 206 mm bulan-1. Pemeliharaan tanaman pasca pemangkasan juga perlu diperhatikan. Tanaman akan membutuhkan cadangan makanan yang berasal dari akar untuk menjaga keberlangsungan hidupnya dan membantu pembentukan daun baru.

Tabel 9 Jumlah daun pada pucuk layak dipasarkan Perlakuan 2

(38)

20

Bobot Basah Layak dipasarkan

Menurut Salisbury dan Ross (1995) bobot basah tanaman yaitu kemampuan tanaman dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya, bobot basah berkaitan dengan transportasi fotosintat ke daerah pemanfaatan seperti daun dan batang, jumlah daun mempengaruhi jumlah fotosintat yang dihasilkan, kebanyakan tumbuhan mencurah sebagian besar biomassa pada tajuk oleh karena itu penyerapan garam dan mineral sebagian besar oleh tajuk, sedangkan daun berpengaruh sebagai tempat fotosintesis. Curah hujan tertinggi yakni 374 mm bulan-1 pada 10 MST dengan ditunjang pemberian pemupukan sebanyak satu dosis pada minggu yang sama ternyata dapat terbaik bobot basah batang, bobot basah daun, dan bobot basah total layak jual pada 12 MST dibandingkan dengan minggu pengamatan 4, 8, dan 16.

Data menunjukkan bahwa total dari bobot basah batang tertinggi dipengaruhi oleh pupuk kandang ayam, yang jika dibandingkan dengan pupuk kandang sapi dan kambing ternyata lebih selisih sebesar 1.03 dan 1.06% dan hanya berpengaruh nyata pada 16 MST dari jenis pupuk dan lebih baik daripada pupuk kandang kambing, karena pupuk kandang ayam petelur menurut Widowati dan Hartatik (2005) pupuk kandang ayam relatif lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup jika dibandingkan dengan pupuk kandang lain, ternyata menurut data yang tersaji pada (Tabel 10), hal demikian berbeda dengan dosis yang berpengaruh nyata hanya pada 8 MST yang lebih dominan mempengaruhi bobot basah batang panen yakni dosis 1 200 g tanaman-1 dimana jika dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1 terlihat selisih sebesar 1.14%, data tersaji pada (Tabel 10), dapat dilihat bahwa pada 8 MST ternyata dosis 1 200 g tanaman-1 berbeda nyata dengan dosis 300, 900, serta 1 500 g tanaman-1. Dosis 1 200 g tanaman-1 jika dibandingkan dengan semua dosis ternyata bobotnya paling besar yang dipengaruhi oleh kadar air yang dikandungnya.

Data peubah dari total bobot basah daun panen menunjukkan bahwa bobot basah daun dengan perlakuan pupuk kandang kambing memberikan bobot terberat dan jika dibandingkan dengan pupuk kandang ayam dan sapi terlihat selisih sebesar 1.02 dan 1.08% walaupun hasilnya tetap tidak berbeda nyata untuk seluruh jenis pupuk kandang, dosis terbaik yakni dosis 1 200 g tanaman-1 yang tertinggi dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1 selisih sebesar 1.06% pada 8

MST, perlakuan dosis pupuk kandang berbeda nyata data tersaji pada (Tabel 11), dapat dilihat bahwa ternyata pada 12 MST (panen ke-3) ternyata bobot basahnya meningkat, hal ini dikarenakan pemberian pemupukan pada 10 MST sebanyak satu dosis.

(39)

21

Data secara umum pada bobot basah batang, daun, dan total menunjukkan bahwa pemberian jenis pupuk kandang hanya berbeda nyata pada bobot basah batang 16 MST, dan tidak berbeda nyata pada peubah bobot lainnya, lain halnya dengan pemberian dosis pupuk kandang yang berpengaruh nyata, pada bobot basah batang, dosis pada 8 MST berpengaruh nyata, data tersaji pada (Tabel 10) terlihat bahwa dosis 900 g tanaman-1 selalu memberikan bobot terendah jika dibandingkan dengan dosis lainnya, hal ini juga terjadi pada bobot basah daun pada 8 MST dan bobot basah total pada 8 MST, hal ini diduga dari kadar air pada bagian batang, daun, dan total secara keseluruhan yang berbeda pada tanaman yang diberikan dosis 900 g tanaman-1 padahal seluruh tanaman sudah dilakukan pengacakan sesuai prosedur, dan untuk pengujian kadar air hanya dilakukan sebanyak 1 kali saja yakni panen (ke-1) pada 4 MST dan jika dilihat dari data BMKG (2015) rata-rata curah hujan bulanan selama penelitian dari bulan Januari hingga April sebesar 251, 346, 374, dan 206 mm bulan-1. Rata-rata suhu selama penelitian dari bulan Januari hingga April adalah 25.2, 25.0, 25.6, dan 25.8°C, dari data tersebut curah hujan dan suhu sebenarnya telah memenuhi kriteria untuk tananam tumbuh dan berkembang.

Secara umum pupuk kandang kambing memberikan pengaruh terbaik bagi bobot basah daun, hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang diberi pupuk kambing lebih banyak mengandung kadar air pada daunnya yang akan membuat tekstur dari daun lebih empuk, sehingga rasanya lebih renyah. Pengamatan pada peubah-peubah yang dilakukan menunjukkan pemupukan perlu dilakukan setiap kali panen sebanyak 300 g tanaman-1 yang dapat dilihat pada (Tabel 10 s.d. 13). Data menunjukkan penurunan angka di panen ke-dua (8 MST) yang kemudian meningkat kembali di panen ke-tiga (12 MST) setelah diberi pupuk pada 10 MST. Tabel 10 Bobot basah batang panen

Perlakuan 4

(40)

22

Tabel 11 Bobot basah daun panen Perlakuan 4

menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Tabel 12 Bobot basah total panen Perlakuan 4 menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Bobot Kering Layak dipasarkan

Menurut Djumali (2011) Bobot kering tanaman merupakan hasil akumulasi karbohidrat yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman selama masa hidup tanaman tersebut, adapun karbohidrat yang tersedia untuk pertumbuhan tanaman merupakan sisa hasil fotosintesis yang telah dikurangi dengan laju respirasi. Bobot kering layak dipasarkan yakni bobot kering yang mencakup batang, daun, dan bobot total yang layak untuk dikonsumsi, bobot kering diperoleh dengan cara mengoven batang, daun, dan keduanya secara terpisah dengan suhu 105oC selama

(41)

23

yang terkandung dalam serbuk daun dandang gendis dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 105oC. Menurut Harjadi (1993), air yang terikat secara fisik dapat dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 100-105 oC.

Data secara umum terhadap bobot kering batang, daun, dan total yang tersaji pada (Tabel 13, 14 dan 15) menunjukkan bahwa perolehan bobot kering batang, daun, dan total layak dipasarkan pada 8 MST menurun jika dibandingkan dengan 4 dan 12 MST, hal ini karena ketika panen, kuantitasnya memang berbeda tiap minggunya, hal demikian dapat disebabkan oleh banyak hal, diantaranya peletakan amplop ketika dioven, kuantitas batang dan daun yang lebih besar batang, dengan kadar air batang yang lebih rendah dan ada kemungkinan terjadinya perubahan suhu didalam oven.

Bobot kering batang secara total menunjukkan bahwa pupuk kandang kambing memiliki bobot terbaik dengan selisih sebesar 1.02% jika dibandingkan dengan pupuk kandang ayam dan 1.08% dengan pupuk kandang sapi. Dosis terbaik yakni dosis 1 200 g tanaman-1 dibandingkan dengan dosis 300 g tanaman-1

yang hanya selisish sebesar 1.04%. Data menunjukkan dosis bobot kering batang berbeda nyata pada 8 MST yakni dosis 1 200 g tanaman-1 berbeda nyata dengan dosis lainnya, hal ini dikarenakan pada 8 MST merupakan iklim yang baik dimana dengan curah hujan bulanan sekitar 346 mm bulan-1 dan suhu 25°C yang menunjang pada semua bobot basahnya seperti batang, daun dan total, maka berdampak pada bobot keringnya juga, data tersaji pada (Tabel 14).

Bobot kering daun tidak bereda nyata dari perlakuan jenis pupuk. Secara total, bobot kering daun terberat dipengaruhi oleh pupuk kandang ayam. Dosis total yang terbaik yakni dosis 1 200 g tanaman-1 dengan selisish sebesar 1.07% terahdap dosis 300 g tanaman-1, data tersaji pada (Tabel 15), dimana pada 8 MST

menunjukkan berbeda nyata antara dosis 1 200 g tanaman-1 dengan dosis 900 g tanaman-1 hal ini mungkin terjadi karena dilihat secara keseluruhan pada semua peubah memang dosis terbaik yakni 1 200 g tanaman-1 dan dosis yang terendah yakni dosis 900 g tanaman-1. Bobot kering total lebih banyak dipengaruhi oleh pupuk kandang kambing, dan dosis terbaik diberikan oleh dosis 600 g tanaman-1 merupakan dosis terbaik dibanding dengan dosis 300 g tanaman-1 selisih sekitar

1.12%, data tersaji pada (Tabel 16), bahwa pada 8 MST bobot kering total tanaman berbeda nyata antara dosis 1 200 g tanaman-1 dengan dosis 600, 900, dan 1 500 g tanaman-1, hal ini kemungkinan besar merupakan respon tanaman, dimana

dosis 1 200 g tanaman-1 sepertinya merupakan dosis optimal bagi tanaman dalam semua peubah. Sebagian besar peubah bobot kering tidak berbeda nyata, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kontaminasi pupuk karena dekatnya jarak antar tanaman.

(42)

24

Tabel 13 Bobot kering batang panen Perlakuan 4 menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%

Tabel 14 Bobot kering daun panen Perlakuan 4

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang

(43)

25

Tabel 15 Bobot kering total panen Perlakuan 4

MST

8 MST

12 MST

16

MST Total

(%) batang

(%) daun Panen

ke-1

Panen ke-2

Panen ke-3

Panen ke-4

Jenis Pukan ………. (g tanaman-1)……….

Ayam 62.5 38.4 43.1 34.5 178.5 58.5 41.5

Sapi 61.2 37.1 42.1 32.1 172.5 58.4 41.6

Kambing 62.1 36.0 36.4 95.4 229.9 54.9 45.1

Dosis pupuk (g tanaman-1)

300 62.2 39.2ab 40.3 33.7 175.4 50.0 50.0

600 59.7 36.4bc 45.5 41.4 183.0 56.2 47.4

900 58.7 33.1c 34.9 31.8 158.5 69.1 30.9

1 200 69.0 42.1a 44.9 20.5 176.5 47.7 52.3

1 500 60.0 34.8bc 37.2 42.4 174.4 67.7 32.3

(44)

26

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemberian jenis pupuk kandang kambing dapat memiliki hasil tertinggi terhadap seluruh peubah pada fase pertumbuhan dengan dosis 1 500 g tanaman-1 sedangkan pada fase panen dipengaruhi jenis pupuk kandang kambing dengan dosis tertinggi 1 200 g tanaman-1 yang memiliki bobot basah batang, bobot basah

daun, bobot basah total, bobot kering batang, daun dan bobot basah yang dapat dipasarkan tertinggi.

Saran

(45)

27

DAFTAR PUSTAKA

Ai NS, Banyo Y. 2011. Konsentrasi klorofil daun sebagai indikator kekurangan air pada tanaman. JIS. 11 : 168-173.

Akbar, HR. 2010. Isolasi dan identifikasi golongan flavonoid daun dandang gendis (Clinacanthus nutans) berpotensi sebagai antioksidan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BMKG] Badan Meteorologi klimatologi dan Geofisika. 2015. Data Iklim Stasiun Dramaga. Bogor (ID): BMKG.

[Balittanah] Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. 2006. Pupuk organik dan pupuk hayati. Kalit RDMS, Karta DAS, Saraswati R, Setyorini D, Hartatik W. Editor. Bogor (ID): Pupuk organik dan pupuk hayati.TA 2006. [Internet]. Balit tanah. [diunduh 2015 Jul 22]. Tersedia padahttp://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/publikasi-mainmenu-78/24-buku/848-org

Baskoro D. 2011. Pengaruh bahan perbanyakan tanaman dan jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan tanaman binahong (Andrea cordifolia (Ten) Steenis). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Combs DP, Maze B, Crancknell M, Bentley R. 1994. The Complete Book Of Pruning. The Bath Press. 244 p

Djumali. 2011. Karakter agronomi yang berpengaruh terhadap hasil dan mutu rajangan kering tembakau Temanggung. Bull Tanaman Tembakau, Serat dan Minyak Industri. Vol; 3(1):17-29

Evers GW, Holt EC. 1972. Effect of defolation treatmenton morphological characteristic and carbohyrate reservasi kleingrass (Panicum coloratum. L.). J. Agron. 64(1): 17-21.

[FAO] Food and Agriculture Organization of The United Nation. 1999. [Internet]. USDA. [diunduh 2015 Des 4]. Tersedia pada http://www.fao.org/organicag/oa-faq/oa-faq1/en/

Fitter AH, Hay RKM. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Srigandono Penerjemah; andani S, Purbayanti ED, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University press. Terjemahan dari : Environmental Physiology of plants.

Hairana A. 2004. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Bogor (ID): Penebar swadaya. Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Jakarta (ID). Yayasan Sarana Wana Jaya. Diterjemahkan Badan Litbang Departemen Kehutanan. Jilid III cetakan ke- 1, 1987.

Li R, Guo P, Baum M, Grando S, Ceccarelli S. 2006. Evaluation of chlorophyll content and fluorescence parameters as indicators of drought tolerance in barley. Agric SciiChina 5 (10): 751-757.

(46)

28

Lusia O. 2006. Pemanfaatan obat tradisional dengan pertimbangan manfaat dan khasiatnya. J. mu Kefarmasian. 3(1): 7-10.

Maryam A. 2009. Pengaruh jenis pupuk organic terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman sayuran didalam nethouse. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Natalia S. 1992. Pemeriksan farmakognosi dan golongan kandungan kimia dari Clinacanthus nutans (Burm. F) Lindau [skripsi]. Surabaya (ID): Fakultas Farmasi Widman.

Nurulita Y. 2008. Penapisan aktivitas dan senyawa antidiabetes ekstrak air daun dandang gendis (Clinacanthus nutans). J. Nat. Indones. 10 (2): 98-103 Pannangpetch P. 2007. Antioxidant activity and protective effect against oxidative

hemolysis of clinacanthus nutans (Aurm.f) Lindau. Songklanakarin J. Sci. Technol. 29: 1-9.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 2013. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 64/Permentan/OT.140/5/2013 tentang Sistem Pertanian Organik. Kementan [diunduh 2015 Des 16]. Tersedia pada

:

http:// perundangan. pertanian. go. id/ admin/file/Permentan-43-11.pdf. Puspitasari A. 2014. Pengaruh penggunan pupuk organik untuk terbaik pertumabuhan tanaman dandang gendis (Clinacanthus nutans) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[PPTK] Pusat Penelitian Teh dan Kina. 2006. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh Edisi ke-3. Bandung (ID): Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Pusat Teh dan Kina Gambung.

Rahardito R. 2013. Peningkatan pertumbuhan dan hasil panen beberapa tanaman sayuran daun melalui aplikasi pupuk kandang berfortifikasi. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Lukman DR, Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID) : Penerbit ITB Pr. Terjemahan dari : Plant Physiologi 4th edition.

Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Sugiri II. 1980. Penelitian mengenai adanya khasiat hipoglikemik dari daun Clinacanthus nutans (Dandang Gendis) dan kulit alstonia patulata (asung) [skripsi]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

Soekotjo W. 1976. Silvika. Proyek peningkatan dan pengembangan perguruan tinggi. IPB. Bogor. [internet]. Fahutan. [diunduh 2015 Jul 30].Tersedia pada:http://www.silvikultur.com/pengaruh_cahaya_terhadap_diameter_ tinggi.html

Sofyan D. 2008. Inhibisi faksi aktif daun dandang gendis (Clinacanthus nutans) pada pertumbuhan Saccharomyces cerevisae sebagai uji potensi antikanker. skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[USDA] United State Departemen of Agriculture 2002. [Internet]. USDA. [diunduh 2015 Des 4]. Tersedia pada http://www.usda.gov/ wps/portal/usda/usdahome?contentidonly=true&contentid=organic-agriculture.html

(47)

29

Utama SMI, Nocianitri AK, Pudja PRA. 2007. Pengaruh suhu air dan lama waktu perendaman beberapa jenis sayuran daun pada proses crisping. Agrotrip. 26(3): 117.123 (2007).

Widowati LR, Widati S, Jaenudin U, Hartatik W. 2005. Pengaruh kompos pupuk organik yang diperkaya dengan bahan mineral dan pupuk hayati terhadap sifat-sifat tanah, serapan hara dan produksi sayuran organik. Jakarta (ID): Laporan proyek penelitian program pengemangan agribisnis. Balai PenelitianTanah. (Tidak dipublikasikan). [Internet]. Balit tanah.[diunduh2014Nov10].Tersediapada:http://Balittanah.litbang.pertanian.g o.id/ind/viewer.php?folder=dokumentasi/lainnya&filename=04pupuk%20kan dang&ext=pdf

William H. 2000. Official methods of analysis of AOAC International.17th edition. Volume I, Agricultural Chemicals, Contaminants, Drugs. AOAC International, Maryland USA. SNI 02-0086-2005

(48)

30

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karawang pada tanggal 24 Januari 1993, dari pasangan H.Hamdani, S.Ip, MM dan Hj. Ucu Nursalamah S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SDN Tanjung Pura 1 pada tahun 2005, lulus dari SMPN 3 Karawang Barat pada tahun 2008, dan lulus dari SMA NEGERI 5 Karawang pada tahun 2011, pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB. Guna memperoleh gelar sarjana Pertanian IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Produksi Sayur Fungsional Dandang Gendis (Clinacanthus nutans) yang dapat Dipasarkan” di bawah bimbingan Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz MS.

Gambar

Gambar  1  Dandang gendis (Clinacanthus nutans)
Tabel  1 Kombinasi jenis dan dosis pupuk kadang
Gambar 2 Teknis pemanenan tanaman dandang gendis di lahan (a)
Gambar  3 Hasil panen (a) tanaman yang diberi pupuk kandang ayam
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa interaksi perlakuan uji adaptasi penggunaan beberapa varietas unggul dan kapur dolomit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi gabah

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini data primer adalah informasi tentang strategi pemasaran dengan menggunakan word of mouth pada produk Simpanan (Si Bagus) dalam

Ketiga item tersebut dengan sebuah hadis satu dari tiga perkara yang diampuni Allah: tidak tahu, lupa, dan terpaksa, bersabar dalam segala ujian, hidup seperti

perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk

Bank Lippo Tbk tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari pernyataan atau keterangannya dalam laporan keuangan per 30 September 2002

Proteksi utama MCCB 200 A sudah sesuai dengan kemampuan hantar arus (KHA) pengenal gawai proteksi dari kabel yang digunakan. Single Line Diagram Panel 1 Ruang

Penulis terobsesi dengan gagasan Samuel Huntington yang berhasil merumuskan teori ‘benturan antar peradaban’ dan Francis Fukuyama yang muncul dengan gagasan ‘berakhirnya

Menurut Sutan Remi Syahrani, money laundering adalah serangkaian kegiatan yang merupakan proses yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi terhadap uang haram,