Asuransi Syariah
Kelompok 5 Oleh :
Edo Amrizo Jasra
Mirmansyah
Reni Ariyanti
Surya Bakti
Winda Utari
1. Pengertian Asuransi Secara
Umum
•
Istilah asuransi dalam perkembangannya di Indonesia berasal
dari kata Belanda assurantie yang kemudian menjadi “asuransi”
dalam bahasa Indonesia. Namun istilah assurantie bukanlah
berasal dari bahasa Belanda, tetapi berasal dari bahasa Latin,
yaitu assecure yang berarti “meyakinkan orang”. Sedangkan
assurance berarti menanggung sesuatu yang akan terjadi
•
Asuransi dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang usaha
2. Pengertian Asuransi Syariah
3. Sejarah Berdirinya Asuransi
•
Sejarah Asuransi bermula sejak lebih dari seratus tahun yang
lalu, yaitu semenjak masa penjajahan Belanda. Pada masa
itu pemerintah kolonial Belanda memang melakukan
penanaman perkebunan besar-besaran di Indonesia dan
sekaligus melakukan bisnis perdagangan.
4. Sejarah Ansuransi Syariah
5. Landasan Hukum Asuransi Syariah
6. Pendapat Ulama Tentang Asuransi Syariah
A. Pendapat Ulama Yang Mengharamkan.
Yusuf al-Qardlawi dan Isa ‘Abduh. Menurut mereka, bahwa pada
asuransi yang ada pada sekarang ini terdapat unsur-unsur yang diharamkan seperti judi, karena ketergantungan akan mengharapkan sejumlah harta tertentu seperti halnya dalam judi. Dan juga mengandung ketidak jelasan dan ketidak pastian (jahalat dan ghoror) dan riba.
B. Pendapat yang Membolehkan.
Musthofa Ahmad Zarqo dan Muhammad Al-Bahi. Pendapat ini dapat
dijelaskan pada uraian berikut ini :
8.
Ketentuan Operasi secara
Syariah
Dalam menjalankan operasinya, asuransi berpegang pada ketentuan-ketentuan berikut:
• 1.Akad
• a.Kejelasan akal dalam praktik muamalah merupakan
prinsip karena menentukan sah atau tidaknya secara syariah
• b.Syarat dalam transaksi jual beli adalah penjualan,
9. Prinsip – prinsip Asuransi
Syariah
1. Prinsip saling membantu dan bekerjasama
2. Prinsip melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan seperti membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.
3. Prinsip saling bertanggung jawab ( Al-aqila)
4. Menghindari unsur gharar (unsur ketidakpastian tentang sumber dana yand digunakan untuk menutupi klaim dan hak pemegang polis), masyir (unsur perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat sehingga pihak-pihak yang terikat akad saling bertanggung jawab.
5. Investasi atas dana yang terkumpul dari kliennya yang dikelola oleh perusahaan asuransi syariah harus dilakukan sesuai ketentuan asuransi syariah
6. perusahaan asuransi harus memiliki banyak pihak tertanggung sehingga risiko dapat didistribusikan.
10.
Perbedaan Asuransi Konvensional Dan Asuransi
Syariah
• Asuransi syari'ah memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang betugas mengawasi produk yang dipasarkan dan pengelolaan investasi dananya. Dewan Pengawas Syariah ini tidak ditemukan dalam asuransi konvensional.
• Akad yang dilaksanakan pada asuransi syari'ah berdasarkan tolong menolong. Sedangkan asuransi konvensional berdasarkan jual beli
• Investasi dana pada asuransi syari'ah berdasarkan bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional memakai bunga (riba) sebagai landasan perhitungan investasinya
Lanjutan....
• Dalam mekanismenya, asuransi syari'ah tidak mengenal dana hangus seperti yang terdapat pada asuransi konvensional. Jika pada masa kontrak peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi dan ingin mengundurkan diri sebelum masa reversing period, maka dana yang dimasukan dapat diambil kembali, kecuali sebagian dana kecil yang telah diniatkan untuk tabarru'.
• Pembayaran klaim pada asuransi syari'ah diambil dari dana tabarru'
(dana kebajikan) seluruh peserta yang sejak awal telah diikhlaskan bahwa ada penyisihan dana yang akan dipakai sebagai dana tolong menolong di antara peserta bila terjadi musibah. Sedangkan pada asuransi konvensional pembayaran klaim diambilkan dari rekening dana perusahaan.
12.
Kendala Pengembangan Asuransi
Syariah
•
Minimya modal
•
Kurangnya SDM yang professional
•
Ketidaktahuan Masyarakat Terhadap Produk
Asuransi Syariah
•
Dukungan Pemerintah Belum Memadai
14. Strategi Pengembangan Asuransi Secara Syariah
• Untuk Memasyarakatkan dan Meningkatkan Asuransi syariah maka
LKS harus mengembangkan teknologi informasi yang terdepan, serta meningkatkan promosi dan sosialisasi di segala lapisan masyarakat. Menurutnya, semua pihak harus bekerja keras untuk memperkenalkan sistem asuransi syariah di Indonesia agar masyarakat mengetahui ada solusi dalam pengelolaan risiko secara Islami.