• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929)di Taman Safari Indonesia Cisarua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929)di Taman Safari Indonesia Cisarua"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PENANGKARAN HARIMAU SUMATERA

(

Panthera tigris sumatrae

Pocock, 1929) DI TAMAN SAFARI

INDONESIA CISARUA

FELISIA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) di Taman Safari Indonesia Cisarua adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Felisia

(4)

ABSTRAK

FELISIA. Pengelolaan Penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae

Pocock, 1929) di Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor. Dibimbing oleh ABDUL HARIS MUSTARI dan LIGAYA ITA TUMBELAKA.

Taman Safari Indonesia (TSI) merupakan salah satu lembaga konservasi dengan pengelolaan berbasis etika dan kesejahteraan satwa yang sukses menangkarkan Harimau sumatera. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari aspek teknis pengelolaan, perawatan, kesehatan, dan reproduksi Harimau sumatera di penangkaran. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan sekaligus evaluasi bagi perbaikan dan peningkatan pengelolaan penangkaran Harimau sumatera di TSI maupun lembaga konservasi lainnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka, observasi lapang, dan wawancara. Hasil yang diperoleh menunjukkan pengelolaan Harimau sumatera mencakup empat kegiatan yaitu pengelolaan pakan, perkandangan, kesehatan, dan reproduksi. Pengelolaan Harimau sumatera di TSI sudah baik dan sesuai dengan prinsip kesejahteraan hewan diindikasikan dari seluruh individu sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda sakit dan stress bahkan dapat bereproduksi.

Kata kunci : harimau sumatera, pengelolaan, Taman Safari Indonesia

ABSTRACT

FELISIA. Management of Sumatran Tiger (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) Captivity in Taman Safari Indonesia Cisarua Bogor. Supervised by ABDUL HARIS MUSTARI and LIGAYA ITA TUMBELAKA.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

PENGELOLAAN PENANGKARAN HARIMAU SUMATERA

(

Panthera tigris sumatrae

Pocock, 1929) DI TAMAN SAFARI

INDONESIA CISARUA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

(6)
(7)

Judul Skripsi Pengelolaan Penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929)di Taman Safari Indonesia Cisarua

Nama Felisia

NIM E34100127

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Haris Mustari, MScF Pembimbing I

Dr Drh Ligaya ITA Tumbelaka, SpMP, MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esaatas karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “Pengelolaan Penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) di Taman Safari Indonesia Cisarua” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini juga disusun untuk mengembangkan wawasan penulis mengenai pengelolaan Harimau sumatera di penangkaran.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Abdul Haris Mustari, MScF dan Ibu Dr Drh Ligaya ITA Tumbelaka, SpMp, MSc sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran, masukan, dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi dari awal sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kelancaran penelitian di Taman Safari Indonesia yaitu Ibu Nani, Pak Keni, dan keeper-keeper

yang sangat membantu penulis. Penulis mengucapkan terima kasih pula kepada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, dan alamamater tercinta Institut Pertanian Bogor serta kepada seluruh dosen dan staff tata usaha yang telah membantu penulis. Penulis juga tidak lupa menyampaikan hormat dan terima kasih kepada keluarga tercinta yang selalu mendoakan, memberi semangat, dukungan, dan kasih sayang yang tak terhingga juga kepada sahabat serta teman-teman Kantong Semar 47 yang telah memberikan semangat dan dukungan dari awal sampai akhir. Terima kasih pula kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat dan Subjek 2

Jenis Data 2

Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Demografi 4

Pakan 4

Perkandangan 9

Kesehatan 14

Reproduksi 18

Ketenagakerjaan 19

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

(10)

DAFTAR TABEL

1 Gambaran kondisi pengelolaan pakan Harimau sumatera di TSI 5 2 Gambaran kondisi pengelolaan perkandangan Harimau sumatera di TSI 10 3 Gambaran kondisi pengelolaan kesehatan Harimau sumatera di TSI 15 4 Jenis, gejala, dan pengobatan penyakit Harimau sumatera di TSI 17

DAFTAR GAMBAR

1 Pakan Harimau sumatera, daging kambing, daging kuda, daging ayam

dan kangguru 6

2 Pakan yang dikemas menggunakan karton 7

3 Ruang pencairan daging (meat thawing room) 8

4 Wadah air minum Harimau sumatera 9

5 Kandang tidur Harimau sumatera 11

6 Kandang jepit (squeeze cage) 12

7 Kandang exercise alas marmer dan kandang exercise alas rumput

lapang 12

8 Harimau sumatera berendam di kolam saat cuaca panas 13 9 Borang laporan kesehatan Harimau sumatera per minggu 16

10 Keeper mengambil sample feses Harimau sumatera 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tabel rekapitulasi suhu dan kelembaban kandang Harimau sumatera di

Taman Safari Indonesia 24

2 Denah unit kandang bawah penangkaran Harimau sumatera Taman

Safari Indonesia 25

3 Denah unit andang atas penangkaan Harimau sumatera Taman Safari

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) merupakan mamalia karnivora terbesar yang masih hidup di Indonesia hingga saat ini. Harimau sumatera merupakan top predator dalam rantai makanan di ekosistem hutan Sumatera. Setelah kepunahan harimau bali (Panthera tigris balica) dan harimau jawa (Panthera tigris sondaica), Harimau sumatera merupakan sub spesies harimau terakhir yang tersisa di Indonesia. Apabila Harimau sumatera punah, Indonesia akan mengalami kerugian baik secara ekologis maupun citra bangsa Indonesia yang dianggap tidak dapat menjaga warisan dunia sehingga memalukan dari segi politis.

Saat ini jumlah populasi Harimau sumatera yang tersisa di alam diperkirakan sekitar 300 ekor. Kondisi populasi tersebut diperkirakan semakin menurun.Penyebab utama semakin menurunnya populasi Harimau sumatera adalah konversi hutan, degradasi habitat, konflik harimau dengan manusia, serta perburuan harimau dan mangsa (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 2007). Harimau sumatera merupakan jenis yang dilindungi baik pada tingkat nasional maupun internasional. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, Harimau sumatera masuk ke dalam kategori satwa dilindungi. Selain itu, Harimau sumatera termasuk dalam kategori Apendix 1 dalam CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) yang berarti jenis yang termasuk ke dalam kategori ini dilarang untuk diperdagangkan dalam bentuk apapun (Soehartono & Mardiastuti 2003)

Berdasarkan status dan kondisi populasi Harimau sumatera yang terancam keberadaannya, maka upaya-upaya pelestarian dan penyelamatan perlu dilakukan, Upaya pelestarian dapat dilakukan di dalam habitatnya maupun di luar habitatnya namun strategi terbaik bagi pelestarian jangka panjang dan untuk melindungi individu yang tersisa adalah dengan menempatkannya dalam suatu lingkungan yang dapat dipantau secara berkelanjutan atau ex-situ (Indrawan et al. 2007)

seperti upaya penangkaran yang dilakukan pihak lembaga konservasi ex-situ

Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua Bogor. TSI telah memulai program penangkaran harimau sejak tahun 1992 dengan 10 ekor harimau, 4 di antaranya (3 ekor jantan dan 1 ekor betina) merupakan tangkapan dari alam atau wild caught. Penangkaran Harimau sumatera di TSI merupakan penangkaran ex-situ pertama di Indonesia.

Keberhasilan penangkaran Harimau sumatera dapat dicapai dengan pengelolaan yang baik. Secara umum tingkat keberhasilan penangkaran dipengaruhi oleh teknik pengelolaan meliputi perawatan dan kesehatan Harimau sumatera. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan Harimau sumatera ex-situ

(12)

2

Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan. Prinsip kesejahteraan hewan diterapkan pada setiap jenis hewan yang kelangsungan hidupnya tergantung pada manusia meliputi bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa sakit, cidera, dan penyakit, bebas dari ketidaknyamanan, penganiayaan, dan penyalahgunaan, bebas dari rasa takut dan tertekan, serta bebas untuk mengekspresikan perilaku alaminya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aspek teknis pengelolaan, perawatan, kesehatan, dan reproduksi di penangkaran Harimau sumatera berbasis

animal welfare.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian merupakan acuan sekaligus evaluasi bagi perbaikan dan peningkatan pengelolaan penangkaran Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae Pocock, 1929) di TSI. Sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya terkait kriteria kesejahteraan satwa yang telah diterapkan di penangkaran TSI, serta dapat memberikan masukan bagi lembaga konservasi yang telah atau akan melakukan program penangkaran Harimau sumatera.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Safari Indonesia Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian berlangsung pada bulan Juni 2014 selama dua minggu.

Alat dan Subjek

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi tally sheet

pengamatan pakan Harimau sumatera, kamera, alat tulis, termometer dry wet, pita meter, recorder, danpanduan wawancara. Subjek yang diwawancarai adalah pengelola dan teknisi (keeper) Harimau sumatera.

Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer

(13)

3 Harimau sumatera. Variabel yang diamati berupa pakan Harimau sumatera, cara penyediaan pakan, cara pemberian pakan, perawatan kandang, perawatan kesehatan, dan upaya penanggulangan terhadap penyakit Harimau sumatera. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti buku, artikel, jurnal ilmiah, skripsi, tesis dan berbagai karya ilmiah lainnya. Data sekunder yang diambil meliputi data jumlah dan usia individu, jumlah tenaga kerja, dan perkembangan mengenai keberadaan populasi Harimau sumatera di penangkaran.

Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah, Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek kegiatan di penangkaran secara umum agar penajaman dan keabsahan analisis semakin kuat. Observasi Lapangan

Pengamatan langsung mengenai pengelolaan Harimau sumatera dilakukan terhadap aspek-aspek pemeliharaan Harimau sumatera di dalam kandang, teknis pengelolaan Harimau sumatera, pengelolaan kandang, pengelolaan kesehatan serta pengelolaan reproduksi Harimau sumatera. Data mengenai perkandangan diperoleh dengan pengukuran di lapang, meliputi pengukuran ukuran kandang, suhu, dan kelembapan. Pengukuran kandang dilakukan dengan mengukur tinggi, panjang, dan lebar kandang menggunakan pita meter. Pengukuran suhu dan kelembaban kandang dilakukan dengan menggunakan termometer dry-wet. Pengukuran dilakukan setiap pagi hari (pukul 08.00), siang hari (pukul 13.00), dan sore hari (pukul 17.00) dengan cara menggantungkan termometer di dalam kandang. Perolehan data juga dilakukan dengan penelusuran dokumen-dokumen mengenai pengelolaan Harimau sumatera di TSI.

Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pengelola dan teknisi (keeper) Harimau sumatera. Data yang digali dari wawancara ini mencakup pengelolaan pakan, pengelolaan kesehatan, dan pengelolaan reproduksi. Wawancara dilakukan secara bebas, mendalam, santai, terbuka, dan tidak baku. Data deskriptif yang diperoleh berupa kutipan langsung dalam kalimat atau dalam bentuk tulisan yang memungkinkan untuk digunakan.

Analisis Data

(14)

4

untuk memudahkan pembacaan dan penafsiran data disajikan ke dalam bentuk gambar dan tabel.

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui suhu dan kelembaban relatif serta nisbah kelamin Harimau sumatera di TSI. Suhu rata-rata harian dan selang kelembaban relatif kandang didapatkan melalui perhitungan dalam Handoko (1993) yaitu,

(2 x suhu pagi) + suhu siang + suhu sore 4

Sementara selang kelembaban relatif kandang Harimau sumatera didapatkan melalui,

(2 x kelembaban pagi) + kelembaban siang + kelembaban sore 4

Nisbah kelamin berguna untuk mengetahui perbandingan jumlah jantan dan betina dalam suatu kelas umur dan suatu populasi dalam suatu lokasi penangkaran.Hasil perhitungan dapat digunakan untuk menganalisis apakah sesuai untuk mendukung keletarian populasi. Perhitungan yang digunakan :

Sex ratio = ௒

Keterangan : Y = jumlah individu jantan X = jumlah individu betina

HASIL DAN PEMBAHASAN

Demografi

Harimau sumatera di TSI terbagi pada 4 lokasi yaitu kandang perluasan, kandang batak, kandang show area rekreasi, dan penangkaran. Total jumlah Harimau sumatera di TSI adalah 31 ekor dengan rincian pada kandang perluasan berjumlah 2 ekor, pada kandang batak berjumlah 7 ekor, pada kandang show

berjumlah 4 ekor dan pada penangkaran berjumlah 18 ekor. Harimau sumatera di kandang perluasan, kandang batak dan kandang show ditujukan sebagai satwa peraga sementara harimau di penangkaran ditujukan khusus untuk program pengembangbiakkan. Seluruh individu Harimau sumatera di penangkaran merupakan individu dewasa dengan nisbah kelamin pada Juni 2014 adalah 1 jantan : 5 betina. Di alam, Harimau sumatera jantan memiliki teritori yang paling kuat di dalam areal habitat utama yang mencakup beberapa teritori harimau betina dengan rasio 1 jantan: 3 betina (Sherpa & Maskey 1998).

Pakan

(15)

5 kesehatan satwa. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pakan sutu penangkaran adalah jenis pakan, jumlah pakan yang diberikan, penyimpanan pakan, serta pemberian pakan (Tabel 1).

Tabel 1 Gambaran kondisi pengelolaan pakan Harimau sumatera di Taman Safari Indonesia

Aspek Pakan Deskripsi

Jenis pakan Dagung kangguru, ayam, kambing, dan

kuda

Bentuk Tempat Penyimpanan Pakan Freezer untuk penyimpanan daging dan

Thawing untuk mencairkan daging Bentuk Tempat Pakan

Tidak ada wadah makan khusus, pakan dimasukkan melalui celah yang dapat dibuka tutup dan terletak di bagian depan kandang.

Kontrol Terhadap Pakan yang Diberikan

Pengontrolan pakan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 WIB, pakan yang tersisa dibuang

Kondisi Pakan Pakan daging yang diberikan dalam kondisi baik dan segar

Waktu Pemberian air minum Air minum selalu tersedia di dalam kandang

Tempat Air Minum

Wadah air minum tersedia pada setiap kandang berupa bak yang dikeramik dengan ukuran (50x70x20) cm. Pada kandang exercise, air selalu tersedia di kolam

Kontrol Bobot Tubuh Observasi kondisi tubuh dan penimbangan bobot. beberapa keadaan tertentu, Harimau sumatera juga memangsa berbagai jenis mangsa alternatif seperti kijang (Muntiacus muntjak), beruk (Macaca nemestrina), dan beruang madu (Helarctos malayanus) (Departemen Kehutanan Republik Indonesia 2007). Faktor-faktor yang menyebabkan pakan alami Harimau sumatera tidak dapat diberikan di penangkaran adalah palatabilitas pakan harimau yaitu keinginan dan kesukaan harimau terhadap jenis pakan tertentu (Ridwan et al.

(16)

6

rata-rata kurang dari empat jenis (Jackson 1990 dalam Sriyanto 2003). Kelompok karnivora termasuk harimau tidak dapat mengganti pakannya menjadi tumbuhan karena sifat alami pencernaannya khusus sebagai pemakan daging.

Harimau sumatera membutuhkan pakan dengan kandungan protein tinggi dengan kandungan lemak yang rendah. Pakan yang mengandung banyak lemak akan menghasilkan banyak kalori sedangkan aktivitas Harimau sumatera di penangkaran tidak membutuhkan banyak kalori sehingga pemberian yang berlebihan dapat menimbulkan kegemukan yang berdampak buruk bagi kesehatan. Protein dibutuhkan harimau sebagai bahan baku pembuatan enzim, hormon, dan zat kekebalan (Sunarso et al. 2013 dalam Azza 2013). Daging kangguru merupakan pakan yang mengandung protein paling tinggi dan lemak paling rendah sehingga menjadi pakan yang paling baik diberikan untuk Harimau sumatera di penangkaran. Pada 100.0 gram daging kangguru terkandung 24.0 gram protein dengan kandungan lemak 1.0 - 2.0 gram (Hearn 2002). Daging ayam juga merupakan pakan yang cukup baik bagi Harimau sumatera karena mengandung 23.0 gram protein dengan kandungan lemak 2.0 gram per 100.0 gram (Hearn 2002). Daging kambing walaupun mengandung lemak yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging kangguru dan ayam yaitu 4.0 gram tetapi mengandung protein yang cukup tinggi yaitu 21.5 gram per 100.0 gramnya (Williams PG 2007) sehingga masih cukup baik untuk diberikan sebagai pakan Harimau sumatera. Daging kuda merupakan pakan dengan kandungan protein terendah yaitu 19.7 gram dan kandungan lemak paling tinggi yaitu 4.8 gram per 100.0 gram (Hikmah 2003) sehingga pemberian yang berlebihan dikhawatirkan dapat menyebabkan kegemukan pada Harimau sumatera.

(a) (b)

(c) (c)

(17)

7

Jumlah pakan yang diberikan kepada Harimau sumatera di TSI tergantung pada umur, bobot badan, kondisi individu, serta berdasarkan kebutuhan energi per individu (allometric scalling). Kebutuhan energi minimal Harimau sumatera dewasa adalah sekitar 1.5 hingga 2.0 kali Minimal Energy Consumption (MEC). MEC merupakan energi minimal yang diperlukan pada saat satwa sedang tidak beraktivitas (tidur). MEC berbanding lurus dengan bobot tubuh satwa sehingga semakin berat bobot tubuhnya maka energi yang dibutuhkan akan semakin meningkat sehingga jumlah pakan yang diberikan juga akan semakin banyak. Bobot tubuh Harimau sumatera bisa sangat bervariasi dan umumnya bobot tubuh Harimau sumatera jantan lebih berat dibandingkan betina dengan kisaran 95 – 105 Kg. Jumlah daging yang diberikan tergantung pula pada kandungan energi yang dikandung setiap jenis daging. Daging kambing dengan kandungan energi 210 Kcal cukup diberikan 1.6 – 2.0 kg per individu per hari, daging kangguru dengan kandungan 102 Kcal diberikan 3.4 – 4.2 kg, daging kuda yang mengandung 110 Kcal diberikan 3.1 – 3.9 kg, dan daging ayam dengan kandungan 200 kcal cukup diberikan 1.7 – 2.1 kg per individu per hari. MacDonald (1986) menyebutkan bahwa seekor harimau di alam membutuhkan sekitar 6.0 – 7.0 kg daging per hari bahkan hingga 40.0 kg daging sekali makan. Jumlah kebutuhan pakan tersebut tergantung dari aktivitas harimau dan apakah harimau tersebut mencari makan untuk dirinya sendiri atau berapa banyak anggota yang harus diberi makan seperti harimau betina yang harus mencari makan untuk dirinya sendiri dan anak-anaknya.

Pakan Harimau sumatera berupa daging kambing, daging kuda, dan daging kangguru diimpor dari pemasok di Australia sedangkan daging ayam didapatkan dari peternak di sekitar TSI. Untuk menjamin stabilitas pasokan pakan, TSI memiliki dua hingga tiga pemasok. Kualitas daging akan diperiksa dengan cara

sampling untuk menjamin bahwa hanya daging yang berkualitas baik yang diberikan sebagai pakan Harimau sumatera.

Penyimpanan Pakan

Sebelum diberikan, pakan yang dikemas dalam karton (Gambar 2) disimpan dalam lemari pembeku (freezer) dengan suhu -14 ºC. Pembekuan dilakukan untuk menghindarinya terjadinya pembusukan dan penurunan kualitas daging sehingga daging akan tetap dalam kondisi baik sampai waktunya diberikan kepada Harimau sumatera.

(18)

8

Daging berkualitas baik dapat dilihat pada warna dan tekstur (Soeparno 2005). Daging ayam yang diberikan sebagai pakan berkualitas baik ditandai dengan warna daging yang berwarna kekuningan (Resnawati 2005), sedangkan pada daging kangguru berwarna merah sedikit pucat, daging kuda berwarna merah, dan daging kambing berwarna merah keputih-putihan. Tekstur daging yang akan diberikan juga dalam kondisi baik, ditandai dengan daging tidak hancur apabila ditekan dan akan kembali ke bentuk semula. Daging yang akan diberikan akan dicairkan terlebih dahulu di ruang pencairan daging (meat thawing room) (Gambar 3) dengan suhu pencairan maksimal 50 ºC. Letak lemari pembeku dengan ruang pencairan daging di TSI tidak berada dalam satu lokasi, oleh karena itu daging dari lemari pembeku diangkut dahulu menuju ruang pancairan daging satu hari sebelum pemberian pakan.

Gambar 3 Ruang pencairan daging (meat thawing room) Pemberian Pakan

Cara pemberian pakan Harimau sumatera di TSI yaitu langsung diberikan ke dalam kandangnya. Pakan dimasukkan dalam celah khusus yang dapat dibuka dan ditutup, terletak di bagian depan kandang tidurnya. Tidak ada wadah khusus untuk meletakkan pakan, Harimau sumatera memakan pakannya di lantai kandang.

Daging yang akan diberikan dikeluarkan dari meat thawing room sesaat sebelum diberikan. Pakan harus diberikan segera setelah dicairkan untuk mencegah pertumbuhan bakteri (Bush et. al. 1987). Pakan diberikan secara individu di kandang masing-masing dan hanya diberikan satu kali dalam sehari yaitu pada sekitar pukul 15.00 WIB.

(19)

9 bagi harimau bertujuan untuk penyesuaian dengan kebiasaan harimau di alam yang setelah mendapatkan satwa buruannya akan memakan satwa buruannya dalam jumlah banyak, namun dalam beberapa hari jumlah yang dimakan akan menurun dan beberapa hari selanjutnya harimau tidak makan sama sekali (Bush et. al. 1987). Puasa juga mempermudah keeper untuk mengamati nafsu makan harimau. Gangguan nafsu makan merupakan gangguan klinis yang penting namun acap kali diabaikan (Grilo dan Mitchell 2010) namun memegang peranan penting karena Lee et al. (2006) menyatakan bahwa turunnya nafsu makan merupakan salah satu gejala dari 11 penyakit kronis. Sebagian besar penangkaran harimau yang sudah ada menemukan bahwa nafsu makan dan kondisi tubuh harimau membaik apabila dipuasakan sehari atau dua hari dalam seminggu (Dierenfield 1987).

Air merupakan salah satu komponen habitat yang sangat penting bagi satwa. Satwa memerlukan air untuk berbagai proses, yaitu pencernaan makanan dan metabolisme, mengangkut bahan-bahan sisa dan untuk pendinginan pada proses evaporasi (Alikodra 2002). Air yang digunakan untuk minum Harimau sumatera di penangkaran TSI merupakan air yang berasal dari mata air. Air diberikan dalam bak dengan ukuran (50 x 32 x 20) cm (Gambar 5). Wadah air minum dicuci setiap hari dan air minum selalu tersedia di dalam kandang.

Gambar 4 Wadah air minum Harimau sumatera Perkandangan

(20)

10

unit bangunan yaitu unit atas dan unit bawah dengan empat jenis kandang yaitu kandang tidur, kandang exercise atau exhibit, kandang lahir (breeding pen), dan kandang jepit (squeeze cage) (Lampiran 2). Aspek perkandangan yang perlu diperhatikan meliputi kondisi suhu dan kelembaban, jenis kandang, sanitasi kandang, pengayaan, serta pengamanan kandang (Tabel 2).

Tabel 2 Gambaran kondisi pengelolaan perkandangan Harimau sumatera di TSI

Aspek Perkandangan Deskripsi

Kondisi Suhu,

Kelembapan, dan Ventilasi

Suhu rata rata harian unit penangkaran atas adalah 22.17ºC dengan kelembapan relatif pada selang antara 67-78% Ventilasi unit penangkaran atas terletak di dinding setiap kandang. Sedangkan suhu rata rata harian pada unit penangkaran bawah adalah 21.75ºC dengan kelembapan relatif pada selang 76-80%. Ventilasi unit penangkaran bawah terletak di atap.

Jenis kandang Kandang tidur, kandang lahir, kandang jepit, dan kandang exercise (exhibit)

Den

Denberupa rangka besi dengan alas kayu berukuran rata-rata (2.0 x 1.0) mdan tinggi dari lantai kandang 1.2 m

Kondisi Den Kondisi baik dan digunakan satwa. Material kandang

Alas kandang menggunakan marmer, pada atap menggunakan solar tuff, jeruji terbuat dari besi, dan dinding pada kandang dikeramik

Kebersihan kandang

Kandang dibersihkan setiap hari pada pagi hari dengan disikat dengan air mengalir, pembersihan menggunakan desinfektan dilakukan seminggu sekali.

Kebersihan tempat pakan Celah untuk memberikan pakan dibersihkan dengan cara disikat setiap hari dengan air mengalir Kebersihan tempat air

minum

Pembersihan wadah dan penggantian air minum dilakukan setiap hari sekali

Pengayaan kandang

Kolam, batang pohon (vertikal dan horizontal). Pada kandang exercise ditanami rumput lapang serta banyak pohon yang tumbuh di sekitar kandang. Pada waktu tertentu diberikan

pengayaan lain seperti parfum, kotoran gajah atau kuda nil, papan goyang, potongan daging.

Ukuran kandang Lampiran 2 Bentuk kandang Lampiran 2 Pengamanan kandang

Ada pagar pembatas ganda pada kandang exercise, pintu selalu dikunci, dinding pembatas, ukuran jeruji kecil, diameter jeruji 1 cm.

(21)

11 sedangkan pada kandang tidur pada unit atas memiliki ukuran (3.3 x 2.8) m. Satu kandang tidur memuat satu ekor harimau mengingat sifat alami harimau adalah soliter. Setiap kandang tidur dilengkapi dengan den dan wadah air minum. Pada dinding bagian belakang, terdapat pintu penghubung kandang tidur dengan kandang exercise yang dapat dibuka dan ditutup dengan sistem katrol. Pembatas antar kandang tidur dapat dibuka dan ditutup untuk memindahkan Harimau sumatera dari satu kandang ke kandang lainnya. Jeruji pada pembatas antar kandang berukuran lebih kecil dengan tujuan agar memperkecil kemungkinan harimau saling melukai yaitu berukuran (4.0 x 5.0) cm sedangkan jeruji pada bagian depan berukuran (5.0 x 6.0) cm dengan diameter jeruji 1.0 cm.

Gambar 5 Kandang tidur Harimau sumatera

(22)

12

Gambar 6 Kandang jepit (squeeze cage)

Kandang exercise (exhibit) merupakan fasilitas yang disediakan bagi Harimau sumatera untuk melakukan aktivitas pada pagi hingga siang hari serta aktivitas reproduksi. Kandang exercise terdapat dua jenis yaitu kandang dengan alas marmer dan kandang dengan alas rumput lapang (gambar 7). Kandang

exercise pada bagian tengah ditujukan pula sebagai kandang kawin. Kandang

exercise diberikan pengayaan berupa batang pohon yang diletakkan secara vertikal dan horizontal. Batang pohon ini biasa digunakan Harimau sumatera untuk mengasah kuku. Di habitat alaminya, Harimau sumatera biasa meninggalkan cakaran pada batang pohon (scratch) untuk menandakan teritorinya (MacDonald 1986)

(a) (b)

(23)

13

Kandang exercise terletak di bagian luar unit bangunan sehingga terpapar cahaya matahari. Setiap makhluk hidup termasuk harimau membutuhkan cahaya matahari untuk membantu sintesis vitamin D dan sebagai bakterisida.Namun, harimau merupakan satwa yang tidak tahan terhadap cahaya matahari berlebihan.Hal ini disebabkan harimau merupakan satwa pemburuyang aktif sehingga laju metabolismenya tinggi, akibatnya harimau memilikisuhu badan yang tinggi pula.Suhu badan yang terlalu panas dapat membunuh harimau (McDougal 1979). Untuk itu pada kandang exercise dibangun kolam sebagai pengayaan. Pada cuaca panas Harimau sumatera sering beristirahat dekat kolam, bahkan apabila cuaca sangat panas Harimau sumatera berendam di kolam (Gambar 8).Tidak seperti kucing besar lainnya, harimau sangat menyukai air dan dapat berenang (Lekagul dan McNeely 1977 dalam Suharyo 2001).Harimau memangsering dijumpai sedang duduk berendam atau berdiri sebagai cara untuk menyejukkan badan.

(24)

14

pakan agar harimau aktif bergerak dan mencari, serta feses kuda nil atau feses gajah agar harimau memperoleh kesempatan untuk mengenali bau satwa lain.

Pembersihan kandang dilakukan setiap hari pada pagi hari menggunakan air bersih yang mengalir. Pembersihan kandang dimulai dari pembersihan kandang exercise, lalu setelah kandang exercise bersih, Harimau sumatera akan dipndahkan dari kandang tidur ke kandang exercise dan kandang tidur dibersihkan.

Pembersihan menggunakan desinfektan dilakukan seminggu sekali. Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme (Suparyanto 2011 dalam Aryana 2011). Desinfektan yang digunakan adalah TH4 untuk bakterisida dan fungisida serta virkon untuk virusida.TH4 dipilih karena sangat aman bagi satwa, manusia, dan lingkungan bahkan pada dosis tertentu TH4 aman apabila terkonsumsi. TH4 sudah terdaftar di Deptan RI. No. I. 05071530 PTC.2. TH4 mengandung bahan aktif didecyldimethylammonium chloride,

dioctyldimethylammonium chloride, octyldecyldimethylammonium chloride,

alkyddimethylammonium chloride, glutaraldehyde dan terpene yang efektif sebagai germisida dan aktif membasmi bakteri baik gram positif mapun gram negatif, virus, spora, dan fungi serta berfungsi pula sebagai antiseptik sedangkan virkon mengandung bahan aktif potassium peroxymonosulfate dan sodium chloride yang efektif dalam membasmi 33 jenis bakteri, 58 jenis virus, dan 6 jenis fungi. Kandang yang dibersihkan setiap hari memiliki tingkat pencemaran yang rendah terhadap mikroorganisme sehingga pembersihan menggunakan desinfektan hanya dilakukan seminggu sekali untuk efisiensi dan efektivitas.

Unit kandang dilengkapi parit sebagai tempat berlalunya air. Parit dengan lebar 15.0 cm dan kedalaman 9.0 cm terdapat di bagian depan kandang pada unit bawah sedangkan pada unit atas, parit terletak di bagian belakang kandang. Setiap orang yang masuk ke dalam unit kandang wajib mencelupkan kaki pada footbath

yang berisi air dan TH4 untuk membasmi mikroorganisme pada alas kaki sehingga meminimalisasi pencemaran pada unit kandang Harimau sumatera.

Suhu di dalam kandang (Lampiran 1) berubah-ubah tergantung suhu lingkungan dengan kisaran suhu rata-rata harian pada unit bawah 21 – 22 ºC dan kelembapan relatif pada selang 67 – 80 %. Pada unit atas suhu rata-rata berkisar antara 20 – 22 ºC dengan kelembapan relatif pada selang 67–78%.Ventilasi sebagai tempat pertukaran udara terdapat di antara dinding dengan atap.Ventilasi sangat penting untuk mencegah kandang tidur menjadi lembab. Priyatna (2011) menyatakan bahwa kandang yang lembab dengan suhu 10–50ºC (Madigan et al.

2009) dapat memicu berkembangnya fungi, virus, bakteri, dan organisme lain penyebab penyakit contohnya bakteri Escherichia coli yang dapat menyebabkan infeksi salurah kemih, diare, dan meningitis (Jawetz et al. 1995). TSI tidak memasang blower atau exhaust fan pada kandang sehingga pada waktu tertentu bau amonia dari urine dan feses Harimau sumatera sangat tercium.

Kesehatan

(25)

15 kesehatan satwa, frekuensi pemeriksaaan kesehatan, fasilitas dan tenaga medis yang tersedia, serta penanganan harimau bunting, sakit, dan stress (Tabel 3)

Tabel 3 Gambaran kondisi pengelolaan kesehatan Harimau sumatera di TSI

Aspek Kesehatan Deskripsi

Kondisi Satwa

Tidak ada tanda-tanda satwa sakit, satu ekor Harimau sumatera bunting, tiga ekor Harimau sumatera diamputasi pada kaki (rescue dari alam), dan satu ekor diamputasi pada ekor karena luka parah.

Frekuensi pemeriksaan kesehatan Satu bulan sekali pemeriksaan endoparasit dari feses

Catatan kesehatan satwa Buku induk kandang dan rekam medis Fasilitas medis

Rumah sakit, ruang patologi, krematorium, dan laboratorim diagnostik.

Jumlah tenaga kesehatan 5 dokter hewan, 3 paramedis, 1 teknisi laboratorium

Jenis obat

Semua jenis obat bersifat emergency

dan jangka pendek tersedia terutama obat untuk pernapasan, jantung, dan syaraf.

Kondisi tempat penyimpanan obat Obat terletak di farmasi dengan pengawasan khusus

Persiapan penanganan satwa sakit Satwa yang sakit dipindahkan ke kandang jepit (squeeze cage) untuk penanganan lebih lanjut lalu keeper merawat sesuai degan intruksi dokter hewan yang memeriksa.

Pengaturan Perkawinan 1. Penambahan jumlah dengan memperhatikan garis keturunan 2. Kebutuhan untuk pertukaran

satwa

Perlakuan satwa bunting Satwa bunting diberikan vitamin tambahan, pada usia bunting menjelang melahirkan satwa dimasukkan ke dalam kandang lahir yang dilengkapi dengan alat pemanas dan lampu penghangat. Perlakuan satwa baru datang Karantina selama 14 hari, feses dan

sample darah diambil setiap hari Upaya mengatasi satwa stress 1. Mengurangi kontak

(audiovisual)

2. Mengurangi cahaya dan air 3. Mengurangi kontak penciuman 4. Isolasi

(26)

16

Keeper wajib melaporkan kondisi setiap individu Harimau sumatera seminggu sekali dengan mengisi borang yang tersedia (Gambar 9). Laporan tersebut lalu dimasukkan ke dalam buku induk kesehatan satwa di Rumah Sakit Hewan dan kemudian dimasukkan ke dalam software rekam medis sehinggaperkembangan setiap individu Harimau sumatera tercatat dengan baik dan sistematis.

Gambar 9 Borang laporan kesehatan Harimau sumatera per minggu Tindakan pencegahan penyakit meliputi vaksinasi, pemberian vitamin dan bubuk kalsium, pemberian obat cacing, pemberian nefryl, pemeriksaan feses rutin, dan pengambilan darah seluruh individu Harimau sumatera.Vaksinasi dilakukan setahun sekali meliputi vaksin flu kucing, muntah dan feses berdarah serta vaksin

chlamydiosis.Chlamydiosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh bakteri obligat intraseluler Chlamydophila. C. psittaci bersifat patogen.Bentuk akut cenderung bersifat fatalyang ditandai dengan pembentukan eksudatpurulen pada mata atau hidung, anoreksia dan inaktivitas, diare dengan feses yang berdarahdan berwarna abu-abu kehijauan (Andersen et al. 1997). Bubuk kalsium Kalfimiks diberikan seminggu sekali pada hari Kamis bersamaan dengan pemberian pakan daging ayam. Obat cacing diberikan tiga bulan sekali selama dua hari berturut-turut, hal ini bertujuan untuk membunuh cacing dan telurnya yang dapat menjadi patogen sehingga Harimau sumatera mengalami malnutrisi dan penurunan imunitas tubuh (Natadisastra & Agoes 2009). Pemberian nefryl

dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit pada saluran kemih Harimau sumatera seperti retensi urine atau ketidakmampuan harimau dalam mengeluarkan urine (Purnomo 2011).

(27)

17 segera diobati. Apabila terdapat individu Harimau sumatera yang konsistensi fesesnya berubah, maka keeper akan mengambil sample feses (Gambar 10) untuk diperiksa di laboratorium pada hari itu juga.

Gambar 10 Keeper mengambil sample feses Harimau sumatera

Penyakit yang pernah diderita oleh Harimau sumatera di TSI adalah vulnus, gagal ginjal, tumor, dan diare (Tabel 4).

Tabel 4 Jenis, gejala, dan pengobatan penyakit Harimau sumatera di TSI

(28)

18

Tindakan medis pada harimau sumatera yang sakit dapat dilakukan pada kandang tidur atau menggunakan kandang jepit. Tindakan kesehatan yang dilakukan meliputi pengobatan, pemantauan perkembangan kesehatan, dan selalu diberikan pakan yang cukup. Apabila terjadi kematian maka prosedur pembedahan pasca mati (nekropsi) akan dilakukan. Jaringan tertentu disimpan dalam larutan formalin untuk pemeriksaan sebagai penegak diagnosa penyebab kematian di laboratorium hispatologi.

Reproduksi

Keberhasilan suatu penangkaran sangat tergantung pada pengelolaan reproduksi yang dilakukan.Harimau di penangkaran masuk usia dewasa kelamin pada umur 3-6 tahun (Schaller 1967). Usia dewasa kelamin pada Harimau sumatera berbeda antara betina dan jantan. Harimau sumatera betina masuk usia dewasa kelamin pada usia sekitar 3-4 tahun sementara jantan pada usia 4-5 tahun (Putra 2011). Pada Harimau sumatera betina terdapat masa estrus (birahi) yaitu masa di mana betina mau menerima pejantan untuk melakukan kopulasi (Partodihardjo 1980). Tanda seekor Harimau sumatera betina estrus adalah menggosok-gosokkan kepala dan tubuh pada jeruji kandang, sikap tubuh lordosis

atau melengkung yaitu suatusikap yang menunjukkan kesiapan untuk kopulasi (telungkup dan bagian belakang tubuhnya diangkat sehingga membentuk lengkungan), berguling-guling pada punggung, menggosok-gosokkan tubuh dan pipi ke benda lain, mengeluarkansuara yang disebut “prusten” yaitu jenis suara

yang dihasilkan oleh udara dalamrongga hidung serta mengaum dan menggeram pelan (McDougal 1979). Semiadi dan Nugraha (2006) menyebutkan bahwa perkawinan Harimau sumatera dapat berlangsung sepanjang tahun sesuai dengan karakteristik hewan tropis yang memiliki reproduksi non-seasonal (Geptner et al. 1992).Hal ini juga diperkuat dengan penelitian Putra (2011) yang menyebutkan bahwa perkawinan Harimau sumatera di lembaga konservasi di Indonesia terjadi sepanjang tahun.

Di TSI, Harimau sumatera tidak sembarang dikawinkan. Kurator dan

studbook keeper akan menentukan indukan Harimau sumatera jantan dan Harimau sumatera betina sehingga memiliki koefisien kawin silang atau inbreeding yang rendah. Inbreeding sangat dihindari karena akan menurunkan kekayaan genetik dan meningkatkan peluang individu menjadi resesif (Villee et al. 1999).

Inbreeding juga akan mengakibatkan menurunnya kesuburan, meningkatkan mortalitas, dan hilangnya keanekaragaman genetik (Tilson 1999 dalam Suharyanto 2001).

Data kekerabatan Harimau sumatera dapat dilihat dengan melihat catatan silsilah harimau (studbook). Di dalam studbook tercantum nama Harimau sumatera, nomor studbook, induk jantan dan betina, tanggal masuk, tanggal transfer, asal, tanggal mati dan lokasi keberadaan saat ini.

(29)

19 penyatuan ini hanya dilakukan pada pagi hingga siang hari di kandang exercise. Pada malam hari, harimau akan kembali dipisahkan untuk menghindari terjadinya perkelahian. Kopulasi terjadi selama beberapa kali dalam sehari dan berlangsung selama 3-7 hari. Selama itu keeper harus mencatat tanggal awal kopulasi dan tanggal terakhir kopulasi untuk memprediksi kebuntingan. Harimau sumatera yang bunting akan terlihat dari puting susu yang terlihat turun dan berwarna merah muda.

Redaksi Ensiklopedia Indonesia (1989) menyebutkan bahwa lama bunting pada Harimau sumatera rata-rata selama 105-115 hari sedangkan di TSI rata-rata kebuntingan adalah 95-110 hari atau kurang lebih tiga bulan. Harimau sumatera yang bunting diberikan asupan tambahan yaitu kalsium Kalzana D, ekstrak daun katuk, vitamin B12 dan vitamin D. Piket jaga bagi keeper akan diberlakukan saat usia kebuntingan memasuki hari 90-97, namun apabila belum melahirkan juga maka piket diakhiri pada hari ke 115 dan Harimau sumatera betina dinyatakan tidak bunting.

Harimau sumatera yang bunting akan dimasukkan pada kandang lahir (breeding pen), hal-hal yang mempengaruhi cepat lambatnya Harimau sumatera bunting masuk atu keluar kandang lahir adalah,

1. Pertama kali melahirkan, maka dimasukkan lebih cepat

2. Jumlah anak lebih banyak maka akan semakin lama di kandang lahir 3. Jumlah anak jantan lebih banyak, maka akan lebih lama di kandang lahir

Harimau sumatera biasanya melahirkan pada dini hari, keeper bertugas mengamati melalui Closed Circuit Televison (CCTV). Apabila anakan telah lahir semua, maka induk akan menyusui anak-anaknya, namun apabila setelah 12 jam induk tidak menyusui anak-anaknya maka anakan harus dipisahkan dan dirawat oleh keeper. Di TSI, Harimau sumatera per kelahiran melahirkan anak sekitar 1-4 ekor sedangkan di alam, harimau rata-rata mempunyai 1-7 ekor anakan (Lekagul dan McNeely 1977 dalam Suharyo 2001), sedangkan Triefeld (2007) menyebutkan bahwa rata-rata anak yang dilahirkan dalam satu kali kebuntingan adalah 3-4 ekor. Penelitian Hidayani (2007) menyebutkan bahwa seekor Harimau sumatera betina dapat melahirkan anak sebanyak 35 ekor selama 7 tahun masa produktifnya.

Induk Harimau sumatera di TSI merawat dan membesarkan sendiri anak-anaknya hingga berusia lebih dari setahun. Namun apabila indukan tidak dapat membesarkan anak-anaknya, maka bayi Harimau sumatera akan ditempatkan di

Nursery (tempat pemeliharaan bayi) yang terletak di Rumah Sakit Hewan. Susu yang diberikan pada bayi Harimau sumatera yang disapih dari induknya adalah susu khusus pengganti untuk kucing besar yang diberikan delapan kali sehari hingga berusia enam bulan, lalu dikurangi hingga menjadi empat kali sehari. Banyaknya susu yang diberikan harus diatur agar sesuai dengan kebutuhan (Ratanakorn 2000 dalam Suharyo 2001). Anakan akan dikontrol berat badan per minggu, pemberian susu, dan temperatur tubuh hingga berusia dua bulan.

Ketenagakerjaan

(30)

20

bertanggung jawab untuk recording. Seluruh keeper merupakan lulusan SMA atau sederajat yang telah lulus tahapan seleksi meliputi psikotest serta tes pemeriksaan kesehatan yang lalu dilatih secara khusus di Rumah Sakit Hewan selama satu bulan. Pelatihan bagi keeper kemudian diadakan 2 tahun sekali.Selain itu, terdapat juga pertukaran keeper ke luar negeri seperti Belgia dan Jepang untuk lebih mendalami kompetensi yang telah dimiliki. Setiap tahun, keeper diwajibkan membuat Animal Welfare Presentation.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pengelolaan Harimau sumatera di TSI terdiri dari empat kegiatan utamayaitu pengelolaan pakan, pengelolaan perkandangan, pengelolaan kesehatan, dan pengelolaan reproduksi. Seluruh aspek pengelolaan tersebut sudah baik dan sesuai dengan prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare) diindikasikan dari seluruh individu sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda satwa sakit dan stress serta dapat bereproduksi.

Saran

Pada kandang tidur Harimau sumatera dipasang kipas angin atau exhaust fanagar bau dari feses dan urine tidak terakumulasi di dalam kandang sehingga tidak mengganggu sistem pernapasan Harimau sumatera. Studbook Harimau sumatera dipublikasikan dan dapat diakses untuk umum sehingga masyarakat dapat mengetahui status dari Harimau sumatera.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid I. Bogor (ID) : Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB

Andersen AA, Grimes JE, Wyrick PB. 1997. Chlamydiosis (Psittacosis, Ornithosis) in: Diseases of Poultry, Tenth Edition. Iowa (US) : Iowa State University Press USA,333-349

Bush M, Philips L, Montali R. 1987. Clinical Management of Captive Tigers. In Tiger of The Worls. Eds. RL Tilson and US Seal. New Jersey (US) : Noyes Publication Pp. 171-99

(31)

21 Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007. Strategi Konservasi danRencana Aksi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) 2007 – 2017. Jakarta (ID)

Department of Conservation. 1999. A Guide to Keeping New Zeland Lizard in Captivity. New Zealand Herpetological Society’s.1-9.

Dierenfeld ES. 1987. Nutritional Considerations in Captive Tiger Management. In Tiger of The world. Eds. RL Tilson and US.Seal. New Jersey (US) : Noyes Publication Pp. 149-60

Geptner VG, Nasimovich AA, Bannikov AG. 1992. Mammals of the Soviet Union: Carnivora (Hyaenas and Cats). Ed ke-2. New Delhi (IN) : Amerind Publishing

Grilo CM, Mitchell JE. 2010. The Treatment of Eating Disorders : A Clinical Handbook. New York (US) : The Guildford press Pp. 606

Hearn S. 2002. Kangaroo Specifications and Selected Meat Cuts 2nd Edition.

Barton (AU) : Rural Industry Research and Development Coorporation. Hidayani AN. 2007. Penyebaran Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae

Pocock, 1929) di Luar Indonesia Berdasarkan Studbook Harimau Sumatera Internasional. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Hikmah. 2003. Karakteristik Fisik, Kimia dan Organoleptik Daging Kuda di Sulawesi Selatan. [tesis]. Bogor (ID) : Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Handoko. 1993. Klimatologi Dasar : Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan Unsur-Unsur Iklim. ed : Handoko. Bogor (ID) : Pustaka Jaya

Indrawan M, Primack RB, Supriatna J. 2007. Biologi Konservasi. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia

[ISAW] Indonesian Society for Animal Welfare. 2008. Prinsip Kesejahteraan Satwa di Kebun Binatang.http://www.isaw.or.id [19 Juni2014]

Jackson P. 1990. Endangered Species Tigers. Dalam: Sriyanto. 2003. Kajian Mangsa Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929 di Taman Nasional Way Kambas [tesis]. Bogor (ID): Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA, Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. 1995.

Mikrobiologi Kedokteran Ed. 20. San Fransisco (US) : University Of California

Juliani R. 2011. Evaluasi Teknis Pemeliharaan sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Rakyat di Desa Cibeureum Cisarua Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Lee JS, Kritchevsky SB, Tylavsky F, Harris TB, Ayonayon HN & Newman AB. 2006). Factors Associated with Impaired Appetite in Well-functioning Community-Dwelling Older Adults Journal of Nutrition for the Elderly

(26) : pp 27-43

(32)

22

MacDonald D. 1986. The Encyclopedia of Mammals I. Volume 1. London (GB) : Equinox (Oxford) Ltd.

Madigan MT. 1997. Biology of Microorganism, eight edition. New Jersey (US) : Prentice Hall International

McDougal C. 1979. The Face of The Tiger. London (GB) : Rivington Book and AndreDeutsch

Natadisastra D, Agoes R. 2009. Parasitologi Kedokteran : Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta (ID): : Penerbit Buku Kedokteran EGC Partodihardjo. 1977. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta (ID) : Mutiara

Priyatna N. 2011. Beternak dan bisnis kelinci pedaging. Jakarta (ID) : Agromedia pustaka

Purnomo BB. 2011. Dasar-Dasar Urologi Eds. 3. Jakarta (ID) : CV Sagung Seto Putra AE. 2011. Kajian Musim Kawin Harimau sumatera (Panthera tigris

sumatrae) pada Lembaga Konservasi di Indonesia. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Ratanakorn P. 2000.Wild Animal Doctors. Dalam : Suharyo Sari P. 2001. Kajian Teknik Penangkaran Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) di Sriracha Tiger Zoo, Chonburi, Thailand dan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Taman Safari Indonesia, Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Redaksi Ensiklopedia Indonesia.1989. Ensiklopedia Indonesia seri fauna mamalia 2. Jakarta (ID) : PT. Intermasa

Resnawati H. 2005. Preferensi Konsumen Terhadap Daging Dada Ayam Pedaging yang Diberi Ransum Menggunakan Tepung Cacing Tanah (Ascaris lumbricoides). Bogor (ID) : Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner

Ridwan R, Nahrowi, Sofyan LA. 2000. Pemberian Berbagai Jenis Pakan untuk Mengevaluasi Palatabilitas Konsumsi Protein dan Energi Pada Kadal (Mabouya multifascieta). Biodiversitas Vol.2 (1) : 98-103

Schaller G.B. 1967. The Deer and the Tiger: A Study of Widlife in India. Chicago (US) : TheUniversity of Chicago Press

Semiadi G, Nugraha RPT. 2006. Profil Reproduksi Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) Pada Tingkat Penangkaran. Jurnal Biodiversitas vol. 7 (4) :368-371

Sherpa NM, Maskey TM. 1998. Year for the Tiger: Tiger Manual, IndirectField Study Techniques for the Kingdom of Nepal. WWF Nepal Program. Nepal (NP)

Sunarso C. 2012. Manajemen Pakan. Dalam : Laela Azza. 2013. Pengelolaan Kesejahteraan Musang Luwak dan Pemanfaatannya Sebagai Satwa Peraga Di Taman Margasatwa Ragunan. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Suparyanto. 2011. Konsep Desinfektan. Dalam : Aryana Siska. 2011. Kondisi Sanitasi Peralatan dan Air Terhadap Peningkatan Jumlah Total Mikroorganisme Susu Individu – Susu Kandang – Susu Tempat Pengumpul Susu di Peternakan Kunak Bogor. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

(33)

23 Tilson R. 1999. Natural History and Status of Tiger. Dalam : Suharyo SP. 2001. Kajian Teknik Penangkaran Harimau Benggala (Panthera tigris tigris) di Sriracha Tiger Zoo, Chonburi, Thailand dan Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Taman Safari Indonesia, Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID) : Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Triefeld. 2007. Plants & Animals. California (US) : Quill Driver Book

Villee CA Jr, Walter WF, Barnes RD. 1999. Zoologi Umum. (Terj. N.Sugiri) Jakarta (ID) : Erlangga

(34)

24

(35)
(36)

26

Lampiran 3 Denah unit kandang atas penangkaran harimau Taman Safari Indonesia

10,5 x 7,2 m

Kandang Exercise

10,5 x 4,7 m

Kandang Exercisedan kandang kawin

(37)

27

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Felisia dilahirkan di Bogor pada tanggal 24 Juni 1993. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan B.S.C. Victorianus Phang dan Bong Moi Fa. Penulis menamatkan pendidikan formal Sekolah Menengah Atas (SMA) Budi Mulia Bogor pada tahun 2007-2010.Pada tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi) dengan mayor Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Gambar

Tabel 1 Gambaran kondisi pengelolaan pakan Harimau sumatera di Taman Safari Indonesia
Gambar 1 Pakan Harimau sumatera, daging kambing (a), daging kuda  (b),   daging ayam dan kangguru (c)
Gambar 2 Pakan yang dikemas menggunakan karton
Gambar 3 Ruang pencairan daging (meat thawing room)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Eengalmi p€rubahm se6a dastis. Pokcntang& populdi mmusia emakin.. Pe.etapb legislr icrscbul dilatlrbel*rsi oleh pohsi hidsmlo8i dm keoeee hayarinya, yeg momt.

Dua individu harimau Sumatera yang berada pada satu kandang, setiap harinya melakukan perilaku sosial lebih banyak dengan sesama harimau Sumatera lain, melakukan

Peta sebaran satwa mangsa harimau sumatera berdasarkan ketinggian tempat (mdpl) di SPTN Wilayah VI Besitang di Taman Nasional Gunung Leuser ... Peta sebaran satwa mangsa

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: data konflik satwa Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) Balai Besar KSDA Sumatera Utara selama 10

Kepunahan harimau Sumatera disebabkan karena adanya kegiatan deforestasi hutan, perburuan liar harimau, perburuan liar hewan selain harimau, dan konflik yang

Upaya untuk menyelamatkan harimau sumatera telah sejak lama dan secara terus-menerus dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan berbagai pihak yang peduli terhadap pelestarian satwa

Hasil penelusuran dari studbook didapatkan bahwa perkawinan harimau Sumatera merata setiap bulan dalam satu tahun sehingga pada harimau Sumatera yang hidup di lembaga konservasi