APLIKASI PUPUK DAUN UNTUK MENINGKATKAN
KERAGAAN CABAI HIAS DALAM POT
AZMIDA ANA SHOFIANA
A24100155
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Pupuk Daun untuk Meningkatkan Keragaan Cabai Hias dalam Pot adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Azmida Ana Shofiana
ABSTRAK
AZMIDA ANA SHOFIANA. Aplikasi Pupuk Daun untuk Meningkatkan Keragaaan Cabai Hias dalam Pot. Dibimbing oleh KETTY SUKETI.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan menentukan konsentrasi pupuk daun yang tepat untuk meningkatkan keragaan cabai hias dalam pot. Percobaan dilaksanakan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor dari bulan Juni hingga September 2014. Percobaan ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas cabai, yaitu V1 (varietas Seroja) dan V2 (varietas Ungara). Faktor kedua adalah konsentrasi pupuk daun, yaitu P0 (0 g l-1 sebagai kontrol), P1 (1 g l-1), P2 (2 g l-1), dan P3 (3 g l-1). Hasil percobaan menunjukkan bahwa berbagai aplikasi pupuk daun menunjukkan keragaan cabai hias yang baik. Berdasarkan hasil uji kesukaan terhadap keragaan tanaman, kombinasi perlakuan varietas Ungara tanpa pupuk daun lebih disukai oleh panelis dan mempunyai keragaan terbaik pada 49 HST.
Kata kunci: cabai hias, pupuk daun, Seroja, Ungara
ABSTRACT
AZMIDA ANA SHOFIANA. Foliar Fertilizer Applications to Improve the Performance of Potted Ornamental Pepper. Supervised by KETTY SUKETI.
This research was conducted to study and determine the appropriate concentration of foliar fertilizer to improve the performance of potted ornamental pepper. The experiment was conducted in Cikabayan greenhouse, Bogor Agricultural University from June until September 2014. This experiment used a randomized completely block design with 2 factors. The first factor was varieties of pepper: V1 (Seroja) and V2 (Ungara). The second factor was concentration of foliar fertilizer: P0 (0 g l-1 as control), P1 (1 g l-1), P2 (2 g l-1), and P3 (3 g l-1). The experimental results showed that the various of foliar fertilizer applications shows the good performance of ornamental pepper. Based on the preferences test results on the performance of the plant, combination treatment of Ungara variety without foliar fertilizer applications preferred by the panelists and have the best performance at 49 days after planting.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
APLIKASI PUPUK DAUN UNTUK MENINGKATKAN
KERAGAAN CABAI HIAS DALAM POT
AZMIDA ANA SHOFIANA
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2014 dengan judul Aplikasi Pupuk Daun untuk Meningkatkan Keragaan Cabai Hias dalam Pot.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Ketty Suketi, MSi sebagai pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan pengarahan selama penulis melaksanakan penelitian, Dr Ir Sudradjat, MS sebagai dosen pembimbing akademik atas arahan dan masukan selama melaksanakan studi. Penulis sampaikan terima kasih kepada Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa penuh kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Staf Pengajar dan Staf Komisi Pendidikan Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, teknisi Kebun Percobaan Cikabayan Bawah yang telah membantu penulis selama pelaksanaan penelitian di Rumah Kaca Cikabayan, kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, teman-teman Edelweiss AGH 47, dan keluarga besar CSS MoRA IPB atas segala doa, motivasi, dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Deskripsi Umum Cabai 2
Cabai Hias 3
Syarat Tumbuh 4
Pupuk Daun 5
METODE PENELITIAN 6
Tempat dan Waktu Percobaan 6
Bahan Percobaan 6
Peralatan Percobaan 6
Rancangan Percobaan 6
Prosedur Percobaan 6
Pengamatan 7
Analisis Data 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Pertumbuhan Vegetatif 8
Pertumbuhan Generatif 12
Kualitas Keragaan Cabai Hias 14
Uji Kesukaan 15
KESIMPULAN DAN SARAN 19
Kesimpulan 19
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 23
DAFTAR TABEL
1 Tinggi tanaman cabai hias pada perlakuan varietas dan konsentrasi
pupuk daun 9
2 Jumlah daun tanaman cabai hias pada perlakuan varietas dan
konsentrasi pupuk daun 10
3 Jumlah cabang tanaman cabai hias pada perlakuan varietas dan
konsentrasi pupuk daun 10
4 Perbandingan tinggi tanaman dengan tinggi pot dan lebar tajuk tanaman
dengan diameter pot 11
5 Jumlah bunga total tanaman cabai hias pada perlakuan varietas dan
konsentrasi pupuk daun 12
6 Jumlah buah total tanaman cabai hias pada perlakuan varietas dan
konsentrasi pupuk daun pada 9 MST 13
7 Persentase bunga menjadi buah tanaman cabai hias pada perlakuan
varietas dan konsentrasi pupuk daun 14
8 Kualitas keragaan cabai hias pada peubah tinggi tanaman, jumlah
cabang, dan jumlah buah pada 9 MST 15
9 Hasil uji kesukaan terhadap keragaan cabai hias dalam pot pada 49 HST 16 10 Hasil uji kesukaan terhadap keragaan cabai hias dalam pot pada 52 HST 17 11 Hasil uji kesukaan terhadap keragaan cabai hias dalam pot pada 55 HST 19
DAFTAR GAMBAR
1 Warna buah cabai hias varietas Seroja dan Ungara pada 9 MST 15
2 Keragaan cabai hias pada 49 HST 16
3 Keragaan cabai hias pada 52 HST 17
4 Keragaan cabai hias pada 55 HST 18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi cabai hias varietas Seroja 23
2 Deskripsi cabai hias varietas Ungara 24
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman cabai (Capsicum sp) mempunyai keanekaragaman jenis yang besar, sehingga pemanfaatannyapun dapat beragam pula. Manfaat cabai antara lain buahnya yang masih muda dapat digunakan sebagai penambah vitamin karena kaya akan vitamin A, C, dan E, sedangkan yang sudah masak dapat dipakai sebagai bumbu masak atau bahan pembuatan saus. Pemanfaatan cabai sebagai bahan obat-obatan tradisional misalnya sebagai obat sakit kepala dan rematik (Djarwaningsih 2005). Pemanfaatan yang lain dari tanaman ini yaitu dapat dijadikan sebagai tanaman hias. Tanaman cabai memiliki karakteristik seperti bentuk dan warna buah yang menarik, sehingga berpeluang dijadikan tanaman hias. Bosland dan Votava (1999) menyatakan bahwa menanam cabai hias dalam pot dapat memberikan keuntungan yaitu mudah penanamannya, waktu penanaman relatif pendek, toleran pada suhu tinggi dan rendah, serta mempunyai kualitas yang sangat baik. Menurut Hessayon (1993) tanaman cabai hias dapat dinikmati segi estetikanya baik dari daun, bunga, maupun buahnya.
Penelitian pada cabai hias dilakukan untuk meningkatkan kualitas tanaman cabai hias. Cayanti (2006) menyatakan bahwa tanaman cabai yang ditanam sebagai tanaman hias dalam pot diharapkan mempunyai kualitas tanaman yang dapat menambah keindahan, diantaranya memiliki tinggi tanaman yang proporsional dengan pot, terdapat banyak cabang sehingga tanaman terlihat rimbun, mempunyai banyak buah sebagai daya tarik tanaman hias buah, dan mempunyai keragaan yang disukai oleh konsumen.
Kualitas tanaman cabai hias dapat ditingkatkan dengan teknik budi daya tertentu, misalnya dengan mengatur pertumbuhannya agar mendapatkan ukuran dan bentuk tanaman yang diinginkan. Media kokopit, tanah, dan pupuk kandang merupakan media terbaik untuk kualitas cabai hias dalam pot (Cayanti 2006). Perlakuan paclobutrazol 30 ppm merupakan konsentrasi optimum dalam mengendalikan tinggi tanaman untuk menghasilkan tanaman yang proporsional (Nurlaelia 2007). Semakin tinggi konsentrasi GA3 mengakibatkan pertumbuhan vegetatif tanaman semakin meningkat, namun pertumbuhan generatif tanaman semakin menurun. Dosis pupuk NPK terbaik yang dapat mendukung pertumbuhan dan kualitas cabai hias ialah dosis 1.5 g NPK per polybag (Sari 2010). Penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk mendukung keragaan cabai hias dalam pot. Penelitian yang dilakukan oleh Astika (2014) menunjukkan bahwa keragaan tanaman hias gerbera dapat dilihat dari perbandingan tinggi tanaman dengan tinggi pot serta perbandingan lebar tajuk tanaman dengan diameter pot.
2
apabila pupuk diberikan dengan konsentrasi rendah, tetapi intensitas pemberian pupuk ditingkatkan. Hardjowigeno (2003) menjelaskan, pada daun terdapat stomata yang dapat mempercepat penyerapan unsur hara sehingga perbaikan tanaman lebih cepat terlihat. Hasil penelitian Yasin (2009) menunjukkan bahwa konsentrasi pupuk daun 2 g l-1 optimum untuk pertambahan tinggi tanaman cabai merah, konsentrasi 3 g l-1 optimum untuk pertambahan panjang percabangan, dan konsentrasi 1 g l-1 optimum untuk pertambahan jumlah daun tanaman.
Pupuk daun memiliki komposisi unsur hara makro dan mikro yang cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman cabai hias. Diharapkan dengan aplikasi pupuk daun ini dapat meningkatkan keragaan tanaman cabai hias dalam pot.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menentukan konsentrasi pupuk daun yang tepat untuk meningkatkan keragaan cabai hias dalam pot.
Hipotesis
1. Pemberian pupuk daun pada konsentrasi tertentu berpengaruh baik pada keragaan tanaman cabai hias dalam pot.
2. Terdapat varietas tanaman cabai hias dalam pot yang mempunyai kualitas terbaik.
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Umum Cabai
Cabai tumbuh sebagai herba tahunan atau semak dengan tinggi 0.5–1.5 m yang tumbuh tegak dengan banyak cabang (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Diperkirakan sudah ada sekitar 20–30 spesies cabai, diantaranya yang sudah dibudidayakan adalah cabai besar (Capsicum annum), cabai kecil (Capsicum
frustescens), Capsicum baccatum, Capsicum pubescens, dan Capsicum chinense
(Syukur et al. 2012).
Perakaran tanaman cabai termasuk akar tunggang yang tersusun dari akar primer, akar lateral, dan akar tersier yang merupakan percabangan dari akar lateral (Siemonsma dan Piluek 1994). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) akar tunggang cabai kuat dan dalam. Akar ini umumnya berkembang dengan sempurna.
3 Tanaman cabai mempunyai bunga yang umumnya merupakan bunga tunggal (kecuali pada spesies tertentu berbunga ganda), yang terletak pada hampir setiap ruas (nodus). Mahkota bunga terdiri atas 6–7 petala (Kusandriani 1996). Warna mahkota bervariasi dari putih hingga putih kehijauan, dan putih keunguan hingga ungu. Warna kepala sari juga bervariasi yaitu biru, ungu, dan kuning (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Siemonsma dan Piluek (1994) menyatakan tanaman cabai mulai berbunga pada umur 60–90 hari. Bunga mekar selama 2–3 hari dan buah matang pada umur 28–35 hari setelah berbunga. Menurut Peet (1996) bunga tanaman cabai harus diserbuki dalam waktu 24 sampai 30 jam dari saat bunga mekar. Bunga dapat gugur pada saat suhu yang sangat tinggi.
Buah cabai tumbuh menggantung atau tegak. Pada C. annuum buah seringkali tumbuh tunggal pada setiap buku. Ketika buah berkembang, kulit buah tumbuh lebih cepat dibanding jaringan plasenta, yang menyebabkan buah berongga. Berbeda dengan tomat, jaringan plasenta dan biji cabai adalah kering sehingga mudah dilepaskan. Biji C. annuum berbentuk pipih, biasanya berwarna kuning pucat, bulat telur, dan memiliki panjang 3–5 mm. Warna buah cabai sangat bervariasi antara lain hijau, kuning, atau bahkan ungu ketika muda, kemudian akan berubah menjadi merah, jingga, kuning atau campuran warna ini, dengan meningkatnya umur buah (Rubatzky dan Yamaguchi 1999).
Cabai Hias
Bosland dan Votava (1999) menyatakan bahwa genus Capsicum dapat dibedakan berdasarkan karakteristik bunga dan buahnya. Capsicum pubescens
mempunyai bunga yang berwarna ungu, mempunyai biji yang berwarna hitam, dan mempunyai warna buah merah, orange, dan kuning. Capsicum baccatum
mempunyai warna bunga kuning, coklat atau hijau, kelopak bunga bergerigi, buah biasanya memanjang dan rasanya sangat pedas. Capsicum annuum mempunyai banyak bentuk, warna dan ukuran buah, buah seringkali tumbuh tunggal pada setiap buku dan berbuah banyak per buku pada beberapa spesies lain seperti
Capsicum chinense, sedangkan Capsicum frutescens mempunyai mahkota bunga
berwarna putih kehijauan.
Menurut Greenleaf (1986) Capsicum annuum mempunyai bunga berwarna putih, serbuk sari berwarna biru atau ungu, calyx yang bergerigi, dan mempunyai bunga dan buah tunggal pada ketiak batang. Capsicum frutescens mempunyai bunga berwarna putih kehijauan, calyx tidak bergerigi, serbuk sari berwarna biru, dan mempunyai buah tunggal tetapi dengan bunga yang lebih dari satu pada ketiak cabang. Djarwaningsih (2005) menyatakan bahwa jenis cabai yang berpotensi sebagai tanaman hias adalah Capsicum chinense dan Capsicum pubescens. Bentuk buah Capsicum chinense beragam dan memiliki variasi warna buah yang menarik bila mendekati pemasakan, sedangkan Capsicum pubescens memiliki bunga dan buah yang berwarna ungu.
4
cabai hias biasa disebut sebagai tanaman Christmas Pepper karena tanaman ini banyak tersedia dan dinikmati saat natal. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) selain beraneka warna, cabai juga mempunyai bentuh buah yang sangat bervariasi. Bentuk buah cabai antara lain linier, kerucut, bulat, dan kombinasi bentuk tersebut.
Perbedaan dari cabai hias varietas Seroja dan varietas Ungara ialah pada keragaan tanaman (Lampiran 1 dan 2). Varietas Seroja mempunyai tinggi tanaman 20–30 cm, lebar kanopi 20–25 cm, bentuk buah membulat, warna buah muda putih kekuningan, warna buah intermediate putih semburat ungu, warna buah matang merah. Perbedaan warna buah cabai hias varietas seroja terlihat saat tanaman berumur 6 MST sampai 9 MST. Varietas Ungara mempunyai tinggi tanaman 42.52 cm, lebar kanopi 46.15 cm, bentuk buah membulat, warna buah muda ungu, warna buah intermediate ungu kehijauan, warna buah matang merah.
Tipe-tipe cabai hias sudah banyak yang diperjualbelikan, antara lain Bollivian Rainbow, Numex Twilight, Pepper (Hot) Razzamataz, dan Sweet Orange Baby (Desita 2014). Tipe cabai hias yang ada mempunyai karakteristik keragaan tanaman yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, baik itu dari tinggi tanaman, lebar tajuk, bentuk, dan warna buah. Pada penelitian Cayanti (2006) genotipe cabai hias yang digunakan adalah genotipe Brazil, Jepang, dan Singapura. Genotipe Brazil mempunyai tajuk yang kompak, tidak terlalu tinggi, dan bentuk buah agak panjang yang menjuntai ke bawah berwarna hijau muda yang berubah menjadi orange dan merah tua saat matang. Genotipe Jepang mempunyai tajuk yang kompak, pendek, dan bentuk buah yang oval bulat ke atas berwarna hijau muda pada awal perkembangan kemudian terdapat semburat ungu lalu berubah menjadi warna orange dan merah tua saat matang. Genotipe Singapura mempunyai tajuk yang menyebar, tinggi, bentuk buah yang oval besar panjang ke atas, dan warna buah yang khas yaitu warna ungu pada awal perkembangan yang berubah menjadi orange dan merah tua saat matang.
Syarat Tumbuh
Tanaman cabai cocok tumbuh di daerah dataran rendah sampai daerah dataran tinggi, ditanam mulai dari ketinggian permukaan laut hingga 1 300 m. Suhu siang yang ideal untuk pertumbuhannya adalah 250 C hingga 300 C. Tanaman cabai harus ditanam dalam tanah yang berdrainase baik, karena tanaman sangat peka terhadap genangan. Tanaman yang tergenang cenderung mengalami kerontokan daun dan terserang penyakit akar (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Menurut Siemonsma dan Piluek (1994) pada suhu lingkungan di bawah 150 C dan di atas 300 C dapat menyebabkan tanaman cabai mengalami gugur bunga dan viabilitas serbuk sari menjadi turun.
5
Pupuk Daun
Pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimum dapat dicapai dengan pemberian larutan hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Poerwanto dan Susila 2014). Pemberian pupuk terhadap tanaman dapat dilakukan melalui media tanam baik yang akan diserap oleh akar maupun pemberian melalui daun dengan menggunakan pupuk daun. Pupuk daun merupakan unsur-unsur yang diberikan melalui daun dengan disemprotkan maupun dengan cara disiram pada mahkota tanaman agar langsung dapat menambahkan zat-zat yang dibutuhkan tanaman (Sarief 1983).
Pupuk daun mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pupuk akar yaitu penyerapan unsur hara melalui daun lebih cepat diserap. Pada daun terdapat stomata yang dapat mempercepat penyerapan unsur hara sehingga perbaikan tanaman lebih cepat terlihat (Hardjowigeno 2003). Stomata pada umumnya terletak pada bagian bawah daun. Pada tanaman darat, stomata umumnya terletak pada permukaan daun bagian bawah, namun tidak sedikit tanaman yang memiliki stomata pada permukaan atas daun misalnya tanaman anggrek dan teratai. Stomata merupakan suatu pori mikroskopik yang dikelilingi oleh sel pelindung pada epidermis daun dan batang yang memungkinkan pertukaran gas antara lingkungan dan bagian dalam tumbuhan (Salisbury dan Ross 1995). Membukanya stomata merupakan proses yang diatur oleh tekanan turgor berbanding langsung dengan kandungan karbondioksida dari ruang di bawah stomata. Meningkatnya tekanan turgor akan membuka lubang stomata bersama-sama dengan masuknya air (Tisdale dan Nelson 1965).
Kesulitan cara aplikasi pupuk daun adalah menentukan konsentrasi pemberian hara yang cukup tanpa menyebabkan plasmolisis dan tanpa pemberian dalam jumlah banyak (Tisdale et al. 1985). Apabila tanaman diberikan konsentrasi pupuk yang tinggi kemungkinan dapat menurunkan Mg di dalam daun, sehingga fotosintesis akan terganggu dan akan mengakibatkan berkurangnya hasil fotosintesis yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif (Soepardi 1983). Keefektifan pemupukan agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal terdiri dari lima tepat yaitu tepat waktu, tepat dosis, tepat cara, tepat jenis, dan tepat tempat (Simatupang 2010). Menurut Poerwanto dan Susila (2014) dosis dan waktu pemberian pupuk perlu ditentukan dengan tepat, agar kebutuhan tanaman terpenuhi, kesuburan tanah dapat dipertahankan, kehilangan hara dari tanah dapat diminimalkan, serta pencemaran tanah dan air dapat diminimalkan.
Pemberian pupuk daun dengan selang waktu 2–4 minggu, baik bagi pertumbuhan setek teh (Bintoro et al. 1994). Peningkatan konsentrasi pupuk daun sampai 1 g l-1 dapat meningkatkan produksi setek mini kentang (Darmadi 2000). Pupuk daun dengan konsentrasi 2 g l-1 memperlihatkan tinggi tanaman, jumlah kuntum, jumlah bunga mekar, dan diameter bunga yang baik pada tanaman
Tagetes erecta L. (Pratiwi 2003). Pemberian pupuk daun dapat meningkatkan
berat kering total, berat basah total, pertambahan panjang akar, pertambahan jumlah daun, pertambahan tinggi, dan jumlah tunas pada tanaman anggrek
Dendrobium macrophyllum (Tirta 2006). Penggunaan pupuk daun pada
6
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Juni 2014 sampai bulan September 2014.
Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan adalah benih tanaman cabai hias yaitu varietas Seroja dan varietas Ungara yang didapatkan dari Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Deskripsi masing-masing varietas disajikan pada Lampiran 1 dan 2. Media tanamnya berupa kokopit, tanah, dan pupuk kandang (2:1:1). Pupuk dasar yang digunakan adalah NPK (15-15-15). Pupuk daun yang digunakan adalah pupuk daun dengan komposisi unsur hara N (20%), P (20%), K (20%), Ca (0.05%), Mg (0.10%), S (0.20%), B (0.02%), Cu (0.05%), Fe (0.10%), Mo (0.05%), dan Zn (0.05%). Bahan lain yang digunakan yaitu insektisida dengan bahan aktif profenofos dan fungisida dengan bahan aktif mankozeb.
Peralatan Percobaan
Alat yang digunakan adalah pot dengan tinggi 12 cm dan berdiameter 17 cm,
tray semai, hand sprayer, timbangan digital, gelas ukur, kamera, alat budi daya
tanaman, dan alat tulis.
Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan dalam percobaan petak terpisah dengan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 2 faktor perlakuan. Varietas cabai (V) sebagai petak utama dan konsentrasi pupuk daun (P) sebagai anak petak. Petak utama terdiri dari variatas Seroja (V1) dan varietas Ungara (V2). Anak petak terdiri dari 4 konsentrasi pupuk daun yaitu 0 g l-1 sebagai kontrol (P0), 1 g l-1 (P1), 2 g l-1 (P2), dan 3 g l-1 (P3).
Percobaan ini terdiri atas 8 kombinasi perlakuan, masing-masing diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 32 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat 3 tanaman, maka total tanaman yang akan diamati sebanyak 96 tanaman.
Prosedur Percobaan Penyemaian
7 Pemeliharaan selama di persemaian dilakukan penyiraman secara teratur setiap pagi dan sore hari.
Penanaman
Bibit dipindahkan ke dalam pot setelah berumur 4 minggu setelah semai atau bibit sudah memiliki 4–5 helai daun, dengan menanam 1 tanaman per pot, kemudian diberi label sesuai dengan perlakuan. Media tanam yang digunakan adalah kokopit, tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Pemberian pupuk dasar NPK dilakukan dengan cara membenamkan butiran pupuk di sekitar tanaman (dialur) dengan dosis 1.5 g per pot. Jarak antar pot yaitu 20 x 20 cm. Peletakan tanaman cabai hias di dalam rumah kaca disajikan pada Lampiran 3.
Penyemprotan Pupuk Daun
Tanaman disemprot pada waktu pagi hari. Penyemprotan pupuk daun dilakukan setiap 1 minggu sekali dari 1 MST sampai 5 MST dengan cara menyemprotkan larutan secara merata sampai tajuk tanaman basah, menggunakan alat hand sprayer. Konsentrasi yang dipakai adalah 1, 2, dan 3 g l-1 air. Tanaman yang dijadikan kontrol (tidak diberi perlakuan) disemprot dengan air.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, pewiwilan, serta penyiangan. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari, dengan menyiram media hingga kapasitas lapang. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan penyemprotan insektisida (0.5 ml l-1) dan fungisida (1 g l-1). Pewiwilan dilakukan pada tunas yang tumbuh pada ketiak yang berada di bawah cabang utama. Penyiangan dilakukan secara manual seminggu sekali terhadap gulma yang tumbuh di dalam pot, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
Pengamatan
Peubah yang diamati meliputi :
1. Tinggi tanaman, diukur mulai dari permukaan tanah hingga titik tumbuh, pengukuran dilakukan tiap minggu.
2. Jumlah daun, daun yang dihitung yaitu semua daun yang ada per tanaman, pengukuran dilakukan tiap minggu.
3. Jumlah cabang, diukur seluruh cabang primer dan cabang sekunder, pengukuran dilakukan tiap minggu.
4. Jumlah bunga total, dihitung dari jumlah bunga yang tumbuh di setiap tanaman selama pengamatan.
5. Jumlah buah total, dihitung dari jumlah buah total pada setiap tanaman di akhir pengamatan (9 MST).
6. Persentase bunga menjadi buah, dihitung dari jumlah bunga yang menjadi buah setiap minggu. Contoh perhitungan :
% bunga menjadi buah = ε
8
7. Perbandingan tinggi tanaman dengan tinggi pot, diperoleh dari mengukur tinggi tanaman dibagi tinggi pot pada akhir pengamatan.
8. Perbandingan lebar tajuk tanaman dengan diameter pot, diperoleh dari mengukur lebar tajuk tanaman dibagi diameter pot pada akhir pengamatan. 9. Uji kesukaan terhadap keragaan tanaman, dilakukan pada akhir percobaan.
Uji kesukaan terhadap keragaan tanaman dilakukan sebanyak 3 kali pada 49 HST (hari setelah tanam), 52 HST, dan 55 HST. Pengujian dilakukan oleh 10 panelis yang terdiri dari ibu rumah tangga dan mahasiswi. Kriteria penilaian terdiri atas proporsional tanaman, kesegaran tanaman, penampilan fisik tanaman, penampilan warna daun dan buah, serta keragaan keseluruhan tanaman. Penilaian pada uji kesukaan dilakukan dengan metode skoring dengan 5 skala numerik, dengan angka yang menaik menurut tingkat kesukaan, sangat tidak suka (1), tidak suka (2), tidak begitu suka (3), suka (4), dan sangat suka (5). Skala yang digunakan berdasarkan pada penilaian organoleptik menurut Rahayu (1998). Kriteria penilaian untuk masing-masing pengamatan disajikan pada Lampiran 4.
Analisis Data
Model matematika yang digunakan untuk analisis statistik dalam penelitian ini adalah (Gomez dan Gomez 1995) :
Yij = µ + k + αi + j + (α )ij+ + ik + ijk Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan varietas ke-i, konsentrasi pupuk daun ke-j, dan kelompok ke-k
µ = Nilai rataan umum k = Pengaruh ulangan ke-k
αi = Pengaruh aditif dari taraf ke-i faktor varietas
j = Pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor konsentrasi pupuk daun (α )ij = Pengaruh interaksi taraf ke-i faktor varietas dan taraf ke-j faktor konsentrasi pupuk daun
ik = Pengaruh galat dari interaksi varietas dan ulangan
ijk = Pengaruh galat percobaan pada taraf ke-i faktor varietas, taraf ke-j faktor konsentrasi pupuk daun, dan ulangan ke-k
Data diuji dengan analisis uji-F menggunakan perangkat lunak SAS (Statistical
Analysis System). Hasil uji-F yang menunjukkan perbedaan nyata diuji lanjut
dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Vegetatif Tinggi tanaman
9 daun mempengaruhi tinggi tanaman pada umur 1–9 MST. Tinggi tanaman pada konsentrasi 2 dan 3 g l-1 pupuk daun lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk daun (0 g l-1) pada 9 MST.
Tabel 1 Tinggi tanaman cabai hias pada perlakuan varietas dan konsentrasi pupuk dauna
Perlakuan 1MST 3MST 5MST 7MST 9MST
Varietas
Seroja 10.15a 18.11a 22.95 24.17 24.16b
Ungara 7.89b 13.34b 22.67 26.54 27.48a
Uji F ** ** tn tn *
Pupuk daun (g l-1)
0 8.58b 14.33b 20.27b 22.29c 23.06b
1 8.58b 15.52ab 22.19ab 24.27bc 24.87ab
2 9.38a 16.77a 24.73a 28.52a 28.56a
3 9.54a 16.29a 24.06a 26.27ab 26.77a
Uji F * ** * ** *
Interaksi tn tn tn tn tn
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji jarak berganda Duncan), MST: minggu setelah tanam, tn: tidak berpengaruh nyata, *: berpengaruh nyata pada taraf 5%, **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
Berdasarkan hasil penelitian Pratiwi (2003) konsentrasi 2 g l-1 pupuk daun memperlihatkan tinggi tanaman Tagetes erecta yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hilman et al. (1991) menunjukan bahwa penggunaan pupuk daun massmikro konsentrasi 200 ppm yang diaplikasikan 3 kali sangat tepat dan efisien dalam meningkatkan tinggi tanaman bawang putih kultivar Lumbu Hijau. Menurut Salisbury dan Ross (1995) pemberian pupuk daun memberikan reaksi yang cepat karena hara dapat menembus kutikula dan stomata sehingga dapat masuk ke dalam sel tanaman.
Jumlah daun
10
mempengaruhi peubah panjang daun, lebar daun, dan jumlah daun pada anggrek Vanda Diana.
Tabel 2 Jumlah daun tanaman cabai hias pada perlakuan varietas dan konsentrasi pupuk dauna
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji jarak berganda Duncan), MST: minggu setelah tanam, tn: tidak berpengaruh nyata, *: berpengaruh nyata pada taraf 5%, **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
Jumlah cabang
Jumlah cabang pada kedua varietas menunjukkan perbedaan pada 3 MST dan 5–9 MST (Tabel 3). Pada umur 5 MST hingga 9 MST jumlah cabang varietas Ungara lebih banyak dibandingkan varietas Seroja.
Tabel 3 Jumlah cabang tanaman cabai hias pada perlakuan varietas dan konsentrasi pupuk dauna
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji jarak berganda Duncan), MST: minggu setelah tanam, tn: tidak berpengaruh nyata, *: berpengaruh nyata pada taraf 5%, **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
11 diduga karena kebutuhan unsur nitrogen untuk pertumbuhan tanaman sudah tercukupi oleh adanya bahan organik pada media tanam yaitu pupuk kandang. Penelitian Nur dan Ismiyati (2007) pada tanaman bawang merah menjelaskan bahwa pupuk kandang yang diberikan ke dalam tanah menghasilkan senyawa-senyawa organik yang dapat meningkatkan ketersediaan hara dan lengas tanah sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan fisiologi tanaman. Menurut Setyamidjaja (1986) pemupukan melalui daun dilakukan untuk memberikan unsur-unsur hara yang keperluannya dalam jumlah sedikit (seperti unsur-unsur mikro), untuk jenis pupuk daun yang tidak merusak daun, dan harus diberikan dalam konsentrasi rendah. Pemupukan melalui daun tidak dimaksudkan untuk memenuhi keperluan unsur hara untuk seluruh pertumbuhan tanaman. Penelitian yang telah dilakukan oleh Suwandi dan Hilman (1991) menyatakan bahwa penggunaan pupuk daun massmikro pada berbagai konsentrasi dan waktu aplikasi juga tidak mempengaruhi jumlah cabang tanaman cabai kultivar Barito.
Proporsi tanaman dan pot
Tanaman cabai hias dalam pertumbuhannya mengalami perubahan panjang seperti tinggi tanaman dan lebar tajuk yang dapat mempengaruhi keragaan dari keseluruhan bentuk tanaman cabai hias dengan pot. Pada akhir pengamatan yaitu pada 9 MST didapatkan perbandingan antara tinggi tanaman dengan tinggi pot dan perbandingan lebar tajuk tanaman dengan diameter pot yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perbandingan tinggi tanaman dengan tinggi pot dan lebar tajuk tanaman dengan diameter pota
Seroja Ungara Seroja Ungara
Pupuk daun (g l-1)
Angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji jarak berganda Duncan)
12
Tanaman cabai hias dengan pupuk daun 2 g l-1 memiliki nilai lebih besar pada perbandingan tinggi tanaman dengan tinggi pot dibandingkan dengan tanaman tanpa aplikasi pupuk daun. Aplikasi pupuk daun 0, 1, 2, dan 3 g l-1 menunjukkan tanaman cabai hias memiliki ukuran yang ideal jika dijadikan tanaman hias pot dengan pot yang memiliki tinggi 12 cm dan diameter 17 cm. Menurut Crater (1992) tinggi tanaman krisan pot yang ideal adalah 2–2.5 kali tinggi pot. Herdiani (2009) menyatakan bahwa secara umum untuk tanaman hias pot, perbandingan tinggi tanaman dan diameter pot adalah 3 : 1.
Keragaan tanaman cabai hias dapat dilihat juga dari perbandingan lebar tajuk tanaman dengan diameter pot. Varietas Ungara memiliki perbandingan lebar tajuk tanaman dengan diameter pot sebesar 1.15 yang tidak berbeda dengan varietas Seroja yang memiliki perbandingan sebesar 1.12. Tanaman dengan aplikasi pupuk daun 1, 2, dan 3 g l-1 memiliki nilai perbandingan lebih tinggi dibandingkan tanaman tanpa aplikasi pupuk daun. Berbagai perlakuan konsentrasi pupuk daun dapat menghasilkan perbandingan lebar tajuk tanaman dengan diameter pot yang ideal. Menurut Rizana (2002) tanaman hias pot yang proporsional adalah tajuk tanaman menutup pot, bunga mekar 75–100 %, tinggi tanaman pendek, daun tampak mengkilap, dan bunga berwarna terang. Penelitian yang telah dilakukan oleh Astika (2014) menunjukkan bahwa nilai perbandingan yang menunjukkan proporsi tanaman gerbera yang normal ialah 1.4 untuk perbandingan tinggi tanaman dengan tinggi pot, dan 0.8 untuk perbandingan lebar tajuk tanaman dengan diameter pot.
Pertumbuhan Generatif Jumlah bunga total
Cabai hias varietas Seroja mempunyai jumlah bunga total lebih banyak yaitu 12.57 walaupun tidak menunjukkan perbedaan dibandingkan dengan jumlah bunga total varietas Ungara (Tabel 5). Perlakuan pupuk daun tidak mempengaruhi jumlah bunga total (Lampiran 6). Interaksi varietas dengan pupuk daun juga tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah bunga total. Penelitian yang telah dilakukan oleh Albaar (2006) menyatakan bahwa perlakuan pupuk daun tidak mempengaruhi jumlah bunga total tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L).
Tabel 5 Jumlah bunga total tanaman cabai hias pada perlakuan varietas dan konsentrasi pupuk daun
Perlakuan Varietas Rata-rata pupuk
daun
Seroja Ungara
Pupuk daun (g l-1)
0 12.87 9.66 11.27
1 10.83 7.79 9.31
2 15.75 7.25 11.50
3 10.83 11.17 11.00
Rata-rata varietas 12.57 8.97
13 varietas Ungara yaitu 30–35 HST. Hal ini sesuai dengan deskripsi varietas (Lampiran 1 dan 2) yang menyatakan bahwa umur mulai berbunga varietas Seroja yaitu 15–20 HST dan pada varietas Ungara yaitu 35 HST.
Pada saat pengamatan banyak bunga yang mengalami kerontokan. Hal ini diduga disebabkan oleh serangan kutu daun. Syukur et al. (2012) menyatakan bahwa kutu daun mengeluarkan cairan manis (madu) yang dapat ditumbuhi cendawan berwarna hitam. Embun jelaga dapat menutupi seluruh permukaan daun sehingga menghambat proses fotosintesis. Dengan demikian, jika proses fotosintesis tidak berjalan dengan lancar maka dapat menyebabkan kerontokan pada bunga cabai. Selain disebabkan oleh serangan kutu daun, kerontokan bunga juga disebabkan oleh suhu yang tinggi di dalam rumah kaca. Pada saat pengamatan, suhu siang di dalam rumah kaca bisa mencapai 340 C hingga 380 C. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) suhu siang yang ideal untuk pertumbuhan cabai yaitu 250 C hingga 300 C.
Jumlah buah total
Jumlah buah total antara varietas Seroja dan Ungara menunjukkan perbedaan (Tabel 6). Varietas Seroja mempunyai jumlah buah lebih banyak dibandingkan varietas Ungara yaitu 6.97. Perlakuan pupuk daun tidak mempengaruhi jumlah buah total (Lampiran 6). Interaksi varietas dengan pupuk daun juga tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah buah total. Perlakuan tanpa pupuk daun atau kontrol menghasilkan buah yang cukup banyak, walaupun tidak menunjukkan perbedaan antar perlakuan pupuk daun. Hal ini diduga karena unsur fosfor (P) yang terkandung di dalam media tanam sangat tinggi, sehingga tanaman dengan perlakuan tanpa pupuk daun memiliki jumlah buah yang cukup banyak. Media tanam yang digunakan dalam penelitian ini ialah campuran kokopit, tanah, dan pupuk kandang. Pada penelitian Cayanti (2006) media campuran kokopit, tanah, dan pupuk kandang menunjukkan unsur P paling tinggi diantara media yang lain. Soepardi (1983) menyatakan bahwa unsur P berperan dalam pembentukan bunga, buah, dan biji. Berdasarkan penelitian Maryanto dan Ismangil (2010) pada stroberi, akar hanya menyerap P sesuai kebutuhan untuk pembesaran dan pemasakan buah.
Tabel 6 Jumlah buah total tanaman cabai hias pada perlakuan varietas dan konsentrasi pupuk daun pada 9 MSTa
Perlakuan Varietas Rata-rata
pupuk daun
14
Persentase bunga menjadi buah
Persentase bunga menjadi buah pada kedua varietas menunjukkan perbedaan pada 5 MST (Tabel 7). Varietas Ungara mempunyai persentase jumlah bunga menjadi buah yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Seroja pada 5 MST. Perlakuan pupuk daun tidak mempengaruhi persentase jumlah bunga menjadi buah. Berdasarkan pengamatan, lama waktu yang dibutuhkan bunga untuk menjadi buah adalah 2–3 hari setelah anthesis (bunga mekar). Menurut Kusumawardhani dan Widodo (2003) berdasarkan hasil penelitiannya pada tanaman tomat, jumlah persentase bunga menjadi buah dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti kekeringan maupun kadar dari suatu unsur.
Tabel 7 Persentase bunga menjadi buah tanaman cabai hias pada perlakuan varietas dan konsentrasi pupuk dauna
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji jarak berganda Duncan), MST: minggu setelah tanam, tn: tidak berpengaruh nyata,**: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
Kualitas Keragaan Cabai Hias
15 Tabel 8 Kualitas keragaan cabai hias pada peubah tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah buah pada 9 MSTa
Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah cabang Jumlah buah Varietas
Seroja 24.16b 12.12b 6.97a
Ungara 27.48a 27.04a 4.67b
Uji F * ** **
Pupuk daun (g l-1)
0 23.06b 18.89 6.45
1 24.87ab 19.19 4.46
2 28.56a 19.23 6.31
3 26.77a 21.02 6.27
Uji F * tn tn
Interaksi tn tn tn
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji jarak berganda Duncan), MST: minggu setelah tanam, tn: tidak berpengaruh nyata, *: berpengaruh nyata pada taraf 5%, **: berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%
Warna buah yang menarik juga dapat meningkatkan kualitas keragaan cabai hias dalam pot. Warna buah cabai hias varietas Seroja dan Ungara pada 9 MST ditunjukkan pada Gambar 1. Berdasarkan deskripsi varietas, varietas Seroja mempunyai warna buah muda putih kekuningan, warna buah intermediate putih semburat ungu, warna buah matang merah. Varietas Ungara mempunyai warna buah muda ungu, warna buah intermediate ungu kehijauan, warna buah matang merah.
Seroja Ungara
Gambar 1 Warna buah cabai hias varietas Seroja dan Ungara pada 9 MST
Uji Kesukaan
16
hias mulai berkurang pada akhir pengamatan. Penampilan fisik terbaik terjadi pada 49 HST. Keragaan cabai hias pada 49 HST ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2 Keragaan cabai hias pada 49 HST
Berdasarkan hasil uji kesukaan pada 49 HST keragaan cabai hias varietas Ungara lebih disukai panelis dibandingkan dengan varietas Seroja (Tabel 9). Cabai hias varietas Ungara pada perlakuan tanpa pupuk daun dan 1 g l-1 pupuk daun dinilai panelis memiliki tinggi yang proporsional dengan pot, karena nilai proporsionalnya lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar 4.4. Nilai kesegaran tanaman sebagian besar perlakuan di atas 4, hal ini menunjukkan bahwa semua tanaman dalam keadaan segar pada saat dilakukan uji kesukaan. Perlakuan yang memiliki nilai kesegaran tertinggi adalah varietas Ungara dengan 1 g l-1 pupuk daun.
Tabel 9 Hasil uji kesukaan terhadap keragaan cabai hias dalam pot pada 49 HST Perlakuan Proporsional Kesegaran Penampilan
17 Tanaman yang sehat turut menentukan keindahan tanaman cabai hias. Kombinasi perlakuan yang memiliki nilai tertinggi pada kriteria penampilan fisik terdapat pada varietas Ungara dengan 1 g l-1 pupuk daun. Warna daun yang hijau dan warna buah yang terlihat menarik dapat meningkatkan kualitas cabai hias dalam pot. Varietas Ungara pada perlakuan tanpa pupuk daun memiliki nilai tertinggi untuk warna daun dan buah, sehingga lebih disukai panelis. Secara keseluruhan panelis lebih menyukai keragaan tanaman varietas Ungara pada perlakuan tanpa pupuk daun karena tanaman tersebut dinilai memiliki tinggi yang proporsional dan memiliki kombinasi warna daun dan buah terbaik.
Pada uji kesukaan 52 HST seperti halnya pada 49 HST, cabai hias varietas Ungara memiliki nilai keragaan tertinggi dan lebih disukai panelis dibandingkan varietas Seroja (Tabel 10). Nilai proporsional yang terbaik pada 52 HST terdapat pada varietas Ungara dengan 1 g l-1 pupuk daun. Keragaan cabai hias pada 52 HST ditunjukkan pada Gambar 3.
Tabel 10 Hasil uji kesukaan terhadap keragaan cabai hias dalam pot pada 52 HST Perlakuan Proporsional Kesegaran Penampilan
18
Kesegaran cabai hias juga masih cukup baik, warna daun tampak hijau segar. Tanaman cabai hias varietas Seroja dengan perlakuan tanpa pupuk daun dan 3 g l-1 pupuk daun memiliki nilai kesegaran yang paling tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Penampilan fisik tanaman terbaik pada 52 HST ini terdapat pada tanaman cabai hias varietas Ungara tanpa pemupukan. Kombinasi perlakuan yang memiliki nilai tertinggi untuk warna daun dan buah ialah varietas Ungara dengan 1 g l-1 pupuk daun. Tanaman yang dinilai panelis memiliki keragaan keseluruhan yang terbaik pada uji kesukaan 52 HST terdapat pada varietas Ungara tanpa pemupukan karena kombinasi perlakuan tersebut mempunyai penampilan fisik tanaman terbaik.
Keragaan cabai hias dalam pot mulai berkurang pada uji kesukaan 55 HST karena daun tanaman sudah mulai rontok yang disebabkan oleh hama kutu kebul. Menurut Setiawati et al. (2008) pada penelitiannya mengenai sistem tanam cabai merah menyatakan bahwa gejala serangan kutu kebul (Bemisia tabaci) berupa bercak nekrotik dan klorosis pada daun, yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel dan jaringan daun akibat serangan nimfa dan serangga dewasa. Kerusakan secara langsung akibat dari cairan sel daun yang dihisap oleh hama tersebut adalah daun menjadi klorosis dan gugur, tanaman menjadi kerdil sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Keragaan cabai hias pada 55 HST ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4 Keragaan cabai hias pada 55 HST
Tanaman yang dianggap memiliki penampilan fisik terendah terdapat pada varietas Seroja perlakuan 1 dan 2 g l-1 pupuk daun (Tabel 11). Kombinasi perlakuan yang memiliki nilai tertinggi untuk warna daun dan buah pada uji kesukaan 55 HST ini ialah varietas Seroja dengan 3 g l-1 pupuk daun. Secara keseluruhan, panelis lebih menyukai cabai hias varietas Seroja dengan 3 g l-1 pupuk daundan varietas Ungara tanpa pemupukan pada 55 HST.
Varietas Seroja
Varietas Ungara Tanpa pemupukan
Tanpa pemupukan
1 g l-1
1 g l-1
2 g l-1
2 g l-1
3 g l-1
19 Tabel 11 Hasil uji kesukaan terhadap keragaan cabai hias dalam pot pada 55 HST
Perlakuan Proporsional Kesegaran Penampilan fisik
Warna daun dan
buah
Keragaan keseluruhan Varietas Seroja
Pupuk daun (g l-1)
0 3.4 4.2 3.1 4.3 3.9
1 4.0 4.7 3.0 4.2 3.8
2 3.1 3.9 3.0 4.1 3.1
3 4.2 4.5 3.6 4.6 4.3
Varietas Ungara Pupuk daun (g l-1)
0 4.5 4.8 4.1 4.3 4.3
1 4.2 4.8 4.0 4.2 4.2
2 3.7 4.8 3.6 4.0 3.8
3 3.8 4.9 3.7 4.4 3.9
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Aplikasi pupuk daun mempengaruhi tinggi tanaman mulai 1–9 MST, perbandingan tinggi tanaman dengan tinggi pot pada 9 MST, dan perbandingan lebar tajuk tanaman dengan diameter pot pada 9 MST. Berbagai aplikasi pupuk daun menunjukkan keragaan cabai hias yang baik.
Varietas Seroja mempunyai jumlah daun pada 3 MST lebih banyak dibandingkan dengan varietas Ungara. Varietas Ungara mempunyai tinggi tanaman pada 9 MST, perbandingan tinggi tanaman dengan tinggi pot pada 9 MST, dan persentase bunga menjadi buah pada 5 MST lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Seroja, serta mempunyai lebih banyak cabang pada 9 MST. Berdasarkan hasil uji kesukaan terhadap keragaan tanaman, kombinasi perlakuan varietas Ungara tanpa pupuk daun lebih disukai oleh panelis dan mempunyai keragaan terbaik pada 49 HST.
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
Albaar N. 2006. Pengaruh konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L) [skripsi]. Malang (ID): Universitas Muhammadiyah Malang.
Arifin NHS, Arifin HS. 2002. Taman dalam Ruang. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Astika AD. 2014. Pemanfaatan paclobutrazol dalam budidaya gerbera (Gerbera jamesonii) sebagai tanaman hias pot [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Bintoro MH, Herdiana Y, Dalimunthe SL. 1994. Pengaruh konsentrasi dan selang waktu pemberian pupuk daun agroking 2 000 terhadap pertumbuhan setek teh tri 2025 (Camellia sinensis (L) O. Kuanize). Bul Agron. 22(2):60–65.
Bosland PW, Votava E. 1999. Peppers: Vegetable and Spice Capsicums. New York (US): CABI pub. 230 p
Cayanti REO. 2006. Pengaruh media terhadap kualitas cabai hias (Capsicum sp) dalam pot [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Crater GD. 1992. Potted chrysanthemums. Di dalam: Larson RA, editor.
Introduction to Floriculture. California (US): Academic Press. hlm 249–287.
Darmadi D. 2000. Pengaruh media tanam, jenis dan konsentrasi pupuk daun terhadap produksi setek mini kentang (Solanum tuberosum L.) kultivar granola [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Desita AY. 2014. Evaluasi karakter hortikultura galur cabai hias IPB di kebun percobaan Leuwikopo [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Djarwaningsih T. 2005. Capsicum spp. (Cabai): Asal, persebaran, dan nilai ekonomi. J Biodiversitas. 6(4):229–296.
Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari
Statistical Procedures for Agricultural Research.
Greenleaf WH. 1986. Pepper Breeding. Di dalam: Basset MJ, editor. Breeding
Vegetables Crops. Connecticut (US): The AVI Pub.Co. hlm 67-134.
Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Presindo.
Herdiani E. 2009. Pemeliharaan tanaman hias pot [Internet]. [Diunduh 2015 Mar 11]. Tersedia pada : http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/ artikel-pertanian
Hessayon DG. 1993. The House Plant Expert. London (GB): Transworld Publisher Ltd.
Hilman Y, Suwandi, Fachtullah D. 1991. Pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi pupuk daun massmikro pada tanaman bawang putih kultivar lumbu hijau. Bull Penel Hort. 20(4):61–66.
Kusandriani Y. 1996. Pembentukan Hibrida Cabai. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Kusumawardhani A, Widodo WD. 2003. Pemanfaatan pupuk majemuk sebagai sumber hara budidaya tomat secara hidroponik. Bul Agron. 31(1):15–20. Maryanto J, Ismangil. 2010. Pengaruh pupuk hayati dan bantuan fosfat alam
21 Nur S, Ismiyati. 2007. Pengaruh dosis pupuk kandang dan waktu aplikasi jamur antagonis Trichoderma spp sebagai pengendali penyakit layu fusarium terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. Jurnal Agrojati. 6(1):14–19. Nurlaelia LS. 2007. Aplikasi paclobutrazol untuk meningkatkan penampilan
tanaman cabai (Capsicum sp) sebagai tanaman hias dalam pot [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Peet M. 1996. Sustainable Practices for Vegetable Production in the South. New York (US): R. Pullins Company.
Poerwanto R, Susila AD. 2014. Teknologi Hortikultura. Bogor (ID): IPB Press. Pratiwi COD. 2003. Pengaruh konsentrasi pupuk daun hyponex dan gandasil D
terhadap pertumbuhan dua kultivar tanaman Tagetes erecta L. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahayu WP. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rizana M. 2002. Pengelolaan tanaman hias pot (pot plant) di PT Bina Usaha Flora Cipanas [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1999. Sayuran dunia 3 prinsip, produksi, dan gizi. Ed ke-2. Herison C, penerjemah. Bandung(ID) : ITB Press. Terjemahan dari:
World vegetable: principle, production, and nurtitive values.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung (ID): ITB.
Santi A. 1992. Pengaruh beberapa pupuk daun terhadap pertumbuhan anggrek aranda lilac. J Hort. 2(3):28–30.
Sari Y. 2010. Pengaruh konsentrasi GA3 dan pemupukan NPK terhadap keragaan tanaman cabai sebagai tanaman hias pot [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Setyamidjaja D.1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta (ID): Simplex.
Siemonsma JS, Piluek K. 1994. Capsicum L. Di dalam: Poulos JM, editor. Prosea,
Plant Resources of South of East Asia 8, Vegetable. Bogor (ID): Prosea
Foundation. hlm 136–140.
Simatupang S. 2010. Manajemen pemupukan kelapa sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Perkebunan PT Sari Aditya Loka I (PT. Astra Agro Lestari Tbk) Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): IPB Press.
Sutapraja H, Sumpena U. 1996. Pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk daun complesol cair terhadap pertumbuhan dan hasil kubis kultivar victory. J Hort. 5(5):51–55.
Suwandi, Hilman Y. 1991. Pengaruh konsentrasi dan waktu aplikasi pupuk daun massmikro pada cabai (Capsicum annuum L.) cultivar barito. Bull Penel Hort.
20(2):47–53.
22
Tirta IG. 2006. Pengaruh beberapa jenis media tanam dan pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif anggrek jambrud (Dendrobium macrophyllum A. Rich.). J Biodeversitas. 7(1):81–84.
Tisdale SL, Nelson WL. 1965. Soil Fertility and Fertilizer. London (UK): Macmillan Publ.
Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD. 1985. Soil Fertility and Fertilizer. New York (US): Macmillan Pub Co.
Widiastoety D, Subijanto, Bahar FA. 1993. Pengaruh pupuk daun terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman anggrek vanda diana. Bul Penel Tanaman Hias. 1(1):13–18.
23 Lampiran 1 Deskripsi cabai hias varietas Seroja
Nama spesies : Capsicum annuum L. Nama / nomor aksesi : IPB.C092
Nama varietas : IPB Seroja
Silsilah / asal usul : seleksi hasil massa dari IPB C92 Metode pemuliaan : seleksi massa
Tanaman : tinggi tanaman 20–30 cm, lebar kanopi 20–25 cm, habitus tanaman intermediate
Batang : ada pemendekan ruas, warna batang muda hijau, warna batang dewasa hijau tua, warna buku ungu, bentuk batang silinder, tinggi dikotomus 5–10 cm, diameter batang 5–7 mm
Daun : bentuk daun ovate, warna daun bagian atas hijau, warna daun bagian bawah hijau, tepi daun rata, bentuk ujung daun meruncing, bentuk pangkal daun meruncing, permukaan daun bagian atas halus (tidak berbulu), permukaan daun bagian bawah halus (tidak berbulu), panjang daun 6.5–10 cm, lebar daun 3–4 cm
Bunga : posisi bunga tegak, jumlah bunga 1 bunga/axil, warna anter ungu, bentuk tepi kelopak dentate, warna mahkota bunga putih, warna semburat mahkota tidak ada, bentuk mahkota rotate, umur mulai berbunga 15–20 HST
Buah : bentuk buah membulat, warna buah muda putih kekuningan, warna buah intermediate putih semburat ungu, warna buah matang merah, bentuk pangkal buah
obtuse, tipe buah small hot, permukaan buah licin,
lekukan di pangkal buah tidak ada, warna tangkai buah hijau, bentuk ujung buah pointed, struktur ujung buah tidak ada, umur mulai panen 65–70 HST, diameter buah 12–15 mm, panjang buah 3–4 cm, bobot buah 2–3.5 g, bobot buah per tanaman 130–200 g
Biji : warna biji kuning jerami, bentuk biji pipih, bobot 1000 biji 6.59–7.03 g
Sifat-sifat khusus : ada beberapa warna buah dalam satu tanaman, ada pemendekan ruas, cocok digunakan sebagai tanaman hias Bentuk tanaman :
24
Lampiran 2 Deskripsi cabai hias varietas Ungara Nama spesies : Capsicum annuum L. Nama / nomor aksesi : IPB.C020
Nama varietas : IPB Ungara
Silsilah / asal usul : seleksi massa genotipe lokal Indramayu Metode pemuliaan : seleksi massa
Tanaman : tinggi tanaman 42.52 cm, lebar kanopi 46.15 cm, habitus tanaman intermediate
Batang : warna batang muda ungu, warna batang dewasa ungu, warna buku ungu, bentuk batang silinder, bulu pada batang halus, tinggi dikotomus 15.32 cm, diameter batang 7.9 mm
Daun : bentuk daun ovate, warna daun bagian atas ungu, warna daun bagian bawah ungu, tepi daun rata, bentuk ujung daun meruncing, bentuk pangkal daun meruncing, permukaan daun bagian atas halus (tidak berbulu), permukaan daun bagian bawah halus (tidak berbulu), panjang daun 6.49 cm, lebar daun 2.73 cm
Bunga : posisi bunga tegak, jumlah bunga 1 bunga/axil, warna anter ungu, warna tangkai sari, bentuk tepi kelopak
dentate, warna mahkota bunga ungu, warna semburat
mahkota tidak ada, bentuk mahkota rotate, umur berbunga 35 HST
Buah : bentuk buah membulat, warna buah muda ungu, warna buah intermediate ungu kehijauan, warna buah matang merah, bentuk pangkal buah obtuse, tipe buah small hot, permukaan buah licin, lekukan di pangkal buah tidak ada, warna tangkai buah ungu, bentuk ujung buah
pointed, struktur ujung buah tidak ada, umur panen 85 HST, diameter buah 15.9 mm, panjang buah 3.6 cm, bobot buah 3.55 g, bobot buah per tanaman 130.65 g Biji : warna biji kuning jerami, bentuk biji pipih, berat 1000
biji 6.59–7.03 g
Sifat-sifat khusus : rasa buah pedas (1651.26 ppm), cocok digunakan sebagai tanaman hias
Bentuk tanaman :
25 Lampiran 3 Peletakan tanaman cabai hias di dalam rumah kaca
Ulangan 1
V1 V2
P0 P2
P2 P3
P1 P0
P3 P1
Ulangan 2
V2 V1
P2 P3
P0 P1
P3 P0
P1 P2
Ulangan 3
V2 V1
P0 P2
P2 P3
P1 P0
P3 P1
Ulangan 4
V1 V2
P2 P1
P3 P0
P0 P3
P1 P2
Keterangan: V1 = varietas Seroja V2 = varietas Ungara
P0 = kontrol (tanpa pemupukan) P1 = 1 g pupuk daun
26
Lampiran 4 Kriteria penilaian pada uji kesukaan terhadap keragaan cabai hias
27 Lampiran 5 Rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan vegetatif tanaman
No Variabel pengamatan F hitung KK
V P VP
1 Tinggi tanaman
1MST ** * tn 7.70
2MST ** * tn 9.34
3MST ** ** tn 7.97
4MST ** * tn 13.09
5MST tn * tn 14.38
6MST tn ** tn 12.89
7MST tn ** tn 13.38
8MST * * tn 13.13
9MST * * tn 13.27
2 Jumlah daun
1MST ** tn tn 11.15
2MST ** tn tn 13.80
3MST * tn tn 21.44
4MST tn tn tn 31.48
5MST tn tn tn 32.66
6MST tn tn tn 33.26
7MST tn tn tn 35.66
8MST tn tn tn 39.56
9MST tn tn tn 41.79
3 Jumlah cabang
2MST tn tn tn 31.98
3MST * tn tn 31.09
4MST tn tn tn 48.08
5MST * tn tn 48.19
6MST ** tn tn 40.70
7MST ** tn tn 35.49
8MST ** tn tn 34.67
9MST ** tn tn 34.78
4 Perbandingan tinggi tanaman dengan tinggi pot 9 MST
* * tn 13.29
5 Perbandingan lebar tajuk tanaman dengan diameter pot 9 MST
tn * tn 13.79
28
Lampiran 6 Rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan generatif tanaman
No Variabel pengamatan F hitung KK
V P VP
1 Jumlah bunga total tn tn tn 46.16
2 Jumlah buah total * tn tn 51.89
3 Persentase bunga menjadi buah
5MST ** tn tn 27.71
6MST tn tn tn 32.34
7MST tn tn tn 60.56
8MST tn tn tn 47.12
29
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonosobo pada tanggal 18 Juni 1992, dari pasangan Bapak Mustofa dan Ibu Sakdiyah. Penulis merupakan anak pertama dari 3 orang bersaudara. Pendidikan formal penulis ditempuh di SMPN 2 Temanggung pada tahun 2004–2007. Tahun 2010 penulis lulus dari MA Sunan Pandanaran Yogyakarta.