KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA WANITA PADA NOVEL
FENGRU FEI TUN KARYA MO YAN
《丰乳肥臀》小
说
的女角色的主要内冲突
《
fēng rǔ féi tún
》
Xi
ǎoshuō
de n
ǚ juésè de zhǔyào nèi chōngtú
SKRIPSI
Oleh :
NOVITA SARI D ARUAN
100710012
PROGRAM STUDI SASTRA CHINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA WANITA PADA NOVEL
FENGRU FEI TUN KARYA MO YAN
《丰乳肥臀》小
说
的女角色的主要内冲突
《
fēng rǔ féi tún
》
Xi
ǎoshuō de nǚ juésè de zhǔyào nèi chōngtú
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra China Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra China.
Oleh :
NOVITA SARI D ARUAN 100710012
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
Dr. Martha Pardede, M.S
NIP:195212291979032001 NIK:90051614112001
Vivi Adryani Nasution,S.S, MTCSOL
PROGRAM STUDI SASTRA CHINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan
Program Studi S-1 Sastra China
Ketua,
PENGESAHAN
Diterima Oleh :
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra China Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Pada : Tanggal : Hari :
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan
NIP. 19511013 197603 1 001 Dr. Syahron Lubis, M.A.
Panitia Ujian
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah di tulis
atau diterbitkan oleh negara lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini
tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar sarjana
yang saya peroleh.
Medan, 12 Agustus 2015
Penulis
Novita Sari D Aruan
ABSTRACT
Everyone is unique. It means each of us has a different feeling with one another. This can be a cause of inner conflict, because in social relationship, someone can be in different path or goal with others. This can be told on a novel. Novel is one of reflection from mental mind of the author which lives and grows in a middle of society. Every novel has a certain message.
In this sudy the writer discuss about Big Breasts and Wide Hips novel. This thesis is about the inner conflict which happens to the woman main character named Shangguan Lu. On the thesis the writer uses descriptive analysis.
Based on the research of Big Breasts and Wide Hips novel, the inner conflict divided into two, they are: external conflict and internal conflict. The external conflict distinguish into two categories, they are: physical conflict and social conflict, while the part of internal conflict is natural conflict.
The result of this research shows that from the two conflict; external conflict and internal conflict, the external conflict is the most common use on this novel. To end the inner conflict which happens to the woman main character on Big Breasts and Wide Hips novel, Shangguan Lu has strategies. Her strategies are: condenting, yielding, problem solving, and inaction.
On this research, it can be concluded that the woman main character on Big Breasts and Wide Hips novel can solve the inner conflict by doing some things according to what she believes in.
ABSTRAK
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan satu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik batin, sebab dalam menjalanin hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Hal ini dapat di ceritakan dalam bentuk novel. Dimana novel tersebut merupakan salah satu bentuk refleksi dari kesadaran mental pengarang yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Setiap novel yang ditulis oleh pengarang mengandung sebuah amanat tertentu.
Dalam penelitian ini penulis membahas tentang sebuah novel yang berjudul Big Breasts and Wide Hips. Skripsi ini membahas tentang konflik batin yang dialami oleh tokoh utama wanita yang bernama Shangguan Lu. Peneletian ini dilakukan dengan menggunakan teori psikologi sastra. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis.
Berdasarkan penelitian tentang novel Big Breats and Wide Hips, konflik batin dibagi menjadi dua kelompok yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal dibedakan kedalam dua katagori yaitu konflik fisik dan konflik sosial sedangkan konflik internal yaitu konflik alamiah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari dua jenis konflik yaitu konflik eksternal dan internal, konflik yang paling banyak digunakan yaitu konflik eksternal. Untuk menyelesaikan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama wanita dalam novel Big Breasts and Wide Hips, Shangguan Lu memiliki strategi. Strategi yang digunakan oleh Shangguan Lu adalah mengalah, diam, pemecah masalah dan bertanding.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tokoh utama wanita dalam novel Big Breasts and Wide Hips dapat menyelesaikan konflik batin yang dialaminya dengan cara yang dimilikinya sendiri.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Konflik Batin
Tokoh Utama Wanita Pada Novel Fengru Fei Tun Karya Mo Yan” sebagai salah
satu syarat kelulusan dalam menyelesaikan studi Sastra China, Universitas
Sumatera Utara untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, bimbingan, dan doa.
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A, selaku Ketua Program Studi Sastra Cina,
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Sastra
Cina, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Martha Pardede, M.S, selaku dosen pembimbing I yang telah
banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan
kritikan yang membangun penulis selam berlangsungnya proses penyusunan
skripsi ini.
5. Vivi Andryani Nst, S.S, MTCSOL Laoshi, Selaku dosen pembimbing II
masukan, dan kritikan yang membangun penulis selam berlangsungnya
proses penyusunan skripsi ini.
6. Teristimewa orang tua tercinta Ibunda Nurmayanti Naibaho yang senantiasa
memberikan motivasi dan dukungannya kepada penulis baik secara moril
maupun materi.
7. Yang tersayang saudari saya Rafika Bunga Sofia Aruan S.KM
8. Seluruh dosen dan staff di Fakultas Ilmu Budaya khususnya Program Studi
Sastra Cina, Univeritas Sumatera Utara yang telah mendidik dan
memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkulihan ini Julina,
MTCSOL Laoshi, Sheyla Silvia Siregar, S.S, M.Si Laoshi, Niza
Ayuningtias S.S, M.TCSOL Laoshi, Sheyra Silvia Siregar, S.S, M.TCSOL
Laoshi, dan T.Kasa Rullah Adha, S.S, M.TCSOL.
9. Seluruh dosen native yang pernah mengajar di Fakultas Ilmu Budaya,
Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi
ilmu dan kesempatan bagi penulis dalam mengasah kemampuan berbahasa
Mandarin: Wu Qiao Ping M.A. Laoshi, Liu Jin Feng M.A. Laoshi, Cao Li
Min M.A. Laoshi, Liang Yun Chuan M.A. Laoshi, Yu Xue Ling M.A.
Laoshi, Chen Shu Shu M.A. Laoshi, Cao Xia, M.A. Laoshi, Shen Mi, M.A.
Laoshi,
10. Sahabat-sahabat penulis yang selalu bersama-sama selama proses
perkuliahan hinggan penggerjaan skripsi, yang telah membantu memberi
saran, kritik, dan semangat melalui canda dan tawa yang menghibur: Melva
11. Teman-teman seperjuangan angakatan 2010 terkhusus buat Graciella
Dominica Meirianty, S.S. Serta kakanda 2007, 2008, 2009 dan adinda
stambuk 2011 hingga stambuk 2014 yang tidak dapat penulis tuliskan satu
per satu, terimakasih atas segala semangat dan dukungannya.
12. Sahabat-sahabat terkasih yang selalu mendukung penulis dalam
pengerjaan skripsi ini: Desi Hutagalung S.S dan Billi sinaga S.E
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih
atas doa dan dukungannya.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi yang
penulis sajikan ini sangat jauh dari sempurna karena masih terdapat banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mnegharapkan kritik dan saran yang
membangun skripsi ini.
Akhir kata, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu. Demikianlah ucapan terima kasih ini penulis
sampaikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkat-Nya kepada
kita semua. Dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan,
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ... 5
1.5 Batasan Masalah ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDAN TEORI ... 6
2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.2 Konsep ... 7
2.2.1 Tokoh ... 7
2.2.2 Penokohan ... 9
2.2.3 Kepribadian ... 10
2.3 Landasan Teori ... 12
2.3.1 Psikologi ... 12
2.3.2 Psikologi Sastra ... 13
2.3.3 Konflik Batin ... 14
2.3.4 Sistem Kepribadian menurut Carls Rogers ... 18
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Objek Penelitian ... 22
3.2 Pendekatan Penelitian ... 22
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 23
3.4 Data dan Sumber Data ... 23
3.4.1 Data Penelitian ... 23
3.4.2 Sumber Data ... 24
3.4.2.1 Sumber data Primer ... 24
3.4.2.2 Sumber Data Sekunder ... ... 24
3.5 Teknik Analisis Data ... .25
Psikologi Sastra ... 26
4.1.1 Santun dan Bersahaja ... 26
4.1.2 Pembenci ... 28
4.1.3 Tidak Putus Asa dan Pantang Menyerah ... 30
4.1.4 Pekerja Keras ... 31
4.1.5 Bertanggung Jawab ... 32
4.1.6 Pemberani dan Kuat ... 33
4.2 Konflik Batin Tokoh Utama pada Novel Fengru Feitun Karya Mo Yan ... 34
4.2.1 Konflik Batin yang dialami Shangguan Lu dengan Mertua Perempuan ... 35
4.2.2 Konflik Batin yang dialami Shangguan Lu dengan Suaminya ... 37
4.2.3 Konflik Batin yang dialami Shangguan Lu untuk mendapatkan seorang anak laki-laki ... 39
4.2.4 Konflik Batin yang dialami Shangguan Lu untuk membesarkan kesembilan anaknya seorang diri ditengah terjadinya perang ... 42
4.2.5 Konflik Batin yang dialami Shangguan Lu mempertahankan keluarga yang dilindunginya agar hidup bahagia ... 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 54
5.1 Simpulan ... 54
5.1.1 Karakter Shangguan Lu sebagai Tokoh Utama Wanita ... 54
5.1.2 Konflik Batin yang di alami oleh Shangguan Lu sebagai Tokoh Utama Wanita... 56
5.1.3 Strategi Dalam menyelesaikan Konflik Batin yang dihadapin oleh Shangguan Lu ... 58
5.2 Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRACT
Everyone is unique. It means each of us has a different feeling with one another. This can be a cause of inner conflict, because in social relationship, someone can be in different path or goal with others. This can be told on a novel. Novel is one of reflection from mental mind of the author which lives and grows in a middle of society. Every novel has a certain message.
In this sudy the writer discuss about Big Breasts and Wide Hips novel. This thesis is about the inner conflict which happens to the woman main character named Shangguan Lu. On the thesis the writer uses descriptive analysis.
Based on the research of Big Breasts and Wide Hips novel, the inner conflict divided into two, they are: external conflict and internal conflict. The external conflict distinguish into two categories, they are: physical conflict and social conflict, while the part of internal conflict is natural conflict.
The result of this research shows that from the two conflict; external conflict and internal conflict, the external conflict is the most common use on this novel. To end the inner conflict which happens to the woman main character on Big Breasts and Wide Hips novel, Shangguan Lu has strategies. Her strategies are: condenting, yielding, problem solving, and inaction.
On this research, it can be concluded that the woman main character on Big Breasts and Wide Hips novel can solve the inner conflict by doing some things according to what she believes in.
ABSTRAK
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan satu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik batin, sebab dalam menjalanin hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Hal ini dapat di ceritakan dalam bentuk novel. Dimana novel tersebut merupakan salah satu bentuk refleksi dari kesadaran mental pengarang yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Setiap novel yang ditulis oleh pengarang mengandung sebuah amanat tertentu.
Dalam penelitian ini penulis membahas tentang sebuah novel yang berjudul Big Breasts and Wide Hips. Skripsi ini membahas tentang konflik batin yang dialami oleh tokoh utama wanita yang bernama Shangguan Lu. Peneletian ini dilakukan dengan menggunakan teori psikologi sastra. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis.
Berdasarkan penelitian tentang novel Big Breats and Wide Hips, konflik batin dibagi menjadi dua kelompok yaitu konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal dibedakan kedalam dua katagori yaitu konflik fisik dan konflik sosial sedangkan konflik internal yaitu konflik alamiah.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari dua jenis konflik yaitu konflik eksternal dan internal, konflik yang paling banyak digunakan yaitu konflik eksternal. Untuk menyelesaikan konflik batin yang dialami oleh tokoh utama wanita dalam novel Big Breasts and Wide Hips, Shangguan Lu memiliki strategi. Strategi yang digunakan oleh Shangguan Lu adalah mengalah, diam, pemecah masalah dan bertanding.
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tokoh utama wanita dalam novel Big Breasts and Wide Hips dapat menyelesaikan konflik batin yang dialaminya dengan cara yang dimilikinya sendiri.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjalanan kehidupan manusia tidak selalu mulus dan lancar. Selain sebagai
makhluk sosial, manusia pun adalah makhluk individu, unik, dan subjektif. Setiap
manusia pasti memiliki keinginan, harapan dan impian dan kebutuhan yang
dipenuhinya. Untuk memenuhi semua itu, manusia tidak jarang mengalami
masalah sehingga menimbulkan konflik dalam diri manusia tersebut. Konflik
adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan
yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan (Wellek & Warren,
1989: 285). Dua kelas ini satu sama lain tidak bisa saling menyesuaikan kehendak,
usaha dan maksud-maksudnya.
Konflik adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Itulah sebabnya manusia
lebih suka memilih menghindari konflik dan menghendaki kehidupan yang tenang.
Manusia yang merasa dirinya tak berharga akan mengeluarkan dari kesadaran
bukti-bukti yang bertentangan dengan gambaran dirinya sendiri atau akan
menafsirkan sesuai dengan rasa tidak berharga itu.
Novel merupakan salah satu bentuk refleksi dari kesadaran mental
pengarang terhadap nilai yang hidup dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat karena novel tidak pernah lepas dari sistem sosial budaya yang
melingkupinya. Dengan demikian, suatu fenomena sosial dapat menjadi salah satu
kandungan amanat tertentu. Artinya, pengarang berusaha mengaktifkan pembaca
untuk menerima gagasan-gagasannya tentang berbagai segi kehidupan. Begitu
juga cara pengarang memandang tokoh perempuan sebagai salah satu bentuk
konkretisasi dari aspirasi, gagasan, pandangan dan nilai-nilai tentang perempuan
itu sendiri.
Seperti permasalahan yang dituangkan dalam sebuah novel Fengru Fei Tun
oleh seorang pengarang terkenal yang berasal dari negeri China yang bernama
Mo Yan. Pengarang Mo Yan menceritakan tentang perjuangan seorang wanita
demi mempertahankan kehidupan yang dialaminya saat terjadinya revolusi besar
di Negara China pada tahun 1917. Saat itu perempuan-perempuan di Negara
China dipaksa untuk memperkecil kaki mereka dengan cara mengikatkan keempat
jari kaki untuk menghentikan pertumbuhan kaki para perempuan. Pengikat kaki
tersebut dinamakan Chinese Foot Binding.
Tradisi ini mulai dilakukan pada anak perempuan berusia dari 4-7 tahun.
Ada kepercayaan yang sangat kuat dalam masyarakat kuno China bahwa semakin
kecil kaki pada wanita maka anak perempuan tersebut akan terlihat semakin
cantik. Ini terjadi diperkirakan pada masa dinasti Tang (618 M – 907 M) dan
berakhir ketika terjadi revolusi China tahun 1911. Pada masa itu perempuan yang
sudah menikah harus di wajibkan untuk memiliki anak laki-laki dalam keluarga
mereka.
Novel Fengru Fei Tun adalah salah satu novel yang berdasarkan
tentang pasang surut keluarga Shangguan yang memiliki delapan anak perempuan
dan memiliki satu anak laki-laki di tengah pasang surut perang China-Jepang dan
revolusi politik China.
Shangguan Lu atau Xuan’er adalah seorang wanita yang oleh paman dan
bibinya telah dijanjikan akan mendapatkan suami yang terhormat, menikah
dengan seorang pandai besi. Setelah lama tidak memiliki keturunan, dia mendapat
perlakuan yang kasar oleh ibu mertuanya, yang menganggap dirinya tidak
berguna. Merasa tidak terima terhadap perlakuan keponakannya, paman dan
bibinya ingin membuktikan bahwa tidak ada yang salah dengan Xuan’er,
melainkan justru Shangguan Shouxi yang mandul. Maka dimulailah petualangan
Xuan’er dengan beberapa lelaki yang akhirnya menghasilkan delapan anak
perempuan.
Dari pamannya sendiri, dia melahirkan Laidi dan Zhaodi. Dari pedagang itik
keliling, dia melahirkan Lingdi. Dari seorang dokter herbal, dia melahirkan
Xiangdi. Dari seorang peternak hewan, dia melahirkan Pandi. Dari seorang
biarawan, dia melahirkan Niandi. Dari hasil perkosaan oleh empat tentara deserter,
dia melahirkan Qiudi. Dan dari seorang pastor misionaris Swedia, dia melahirkan
anak kembar, Yunu dan Jintong, satu-satunya anak laki-laki yang telah lama
ditunggu. Kelahiran Jintong yang dramatis bersamaan dengan masuknya pasukan
Jepang ke wilayah Gaomi Timur Laut.
Menjadi ibu dari delapan anak perempuan dan satu anak lelaki yang
perang, kekerasan dan kelaparan, tidak membuat Shangguan Lu patah semangat.
Banyak permasalahan yang dihadapin oleh Shangguan Lu didalam kehidupannya,
sehingga menimbulkan konflik batin didalam dirinya.
Melalui penggambaran tokoh dengan pergolakan batin, pembaca novel ini
diajak untuk menyelami sedalam mungkin apa yang dirasakan oleh tokoh dalam
cerita. Penggambaran yang ada seakan-akan benar-benar terjadi dan dapat
dirasakan oleh pembaca.
Semua hal-hal yang telah diuraikan diatas adalah alasan yang membuat
peneliti merasa tertarik untuk meneliti novel Fengru Fei Tun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukan dan diuraikan
pada pendahuluan diatas, maka peneliti membuat rumusan masalah penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah karakter tokoh utama wanita pada novel Fengru Fei Tun
(1996) Karya Mo Yan ?
2. Bagaimankah bentuk konflik batin dan strategi untuk menyelesaikan
konflik batin yang dialami oleh tokoh utama wanita pada novel Fengru
Fei Tun (1996) Karya Mo Yan ? 1.3 Tujuan Penelitian
Melalui penelitian ini, penulis memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
1. Mendeskripsikan karakter tokoh utama wanita pada novel Fengru Fei
Tun (1996) Karya Mo Yan.
2. Mendeskripsikan bentuk konflik batin dan strategi untuk menyelesaikan
konflik psikologi yang dialami oleh tokoh utama wanita pada novel
Fengru Fei Tun (1996) Karya Mo Yan
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat
memberikan sumber referensi baru bagi ranah kepustakaan penelitian, khususnya
dibidang sastra, dan menambahkan pengetahuan tentang analisis karya sastra,
terutama analisis novel dengan kajian psikologi sastra.
1.4.2 Manfaat Praktis
Diharapkan memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai rujukan atau
referensi bagi peneliti lain untuk mengembangankan penulisan yang lebih
mendalam dimasa mendatang.
1.5 Batasan Masalah
Setiap pelaksanaan penulis karya ilmiah pasti selalu bertitik tolak dari
adanya masalah yang dihadapi dan perlu segera dipecahkan. Agar penulisan
skripsi ini dapat terarah dan pembahasannya juga tidak mengambang serta tidak
terjadi kesimpangsiuran dalam menafsirkannya, maka penulis akan membatasi
permasalahan yang dipaparkan pada konflik batin tokoh utama pada novel Fengru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah karena
pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Tinjauan
pustaka dilakukan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Untuk
mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang
telah dimuat dalam bentuk skripsi.
Ena Putri (2012), dengan penelitiannya Aspek Kejiwaan Tokoh dalam Novel
Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata (Tinjauan Psikoloogi Sastra) yang di publikasikan oleh Universitas Sebelas Maret memaparkan keadaan tentang
psikologi tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Sebelas Patriot dan unsur-nsur
instrinsik yang terdapat dalam novel tersebut. Dalam novel Sebelas Patriot
tergambar keadaan psikologi tokoh-tokohnya, ditinjau dari segi kejiwaan dan
nilai-nilai moral.
Megawati (2011), dalam skripsinya yang berjudul : “Eksitensi Tokoh
Shangguan Lushi dalam Novel Big Breast and Wide Hips Karya Mo Yan” yang
dipublikasikan oleh Universitas Bina Nusantara. Skripsi ini membahas tentang
tokoh Shangguan Lushi yang memenuhi standar sebagai individu yang berhak
dianggap eksitensinya. Adapun manfaat skripsi ini bagi penulis yaitu adalah
tentang eksitensi (keberadaan) sesorang itu harus diakui dimanapun walaupun
Chen Xuemei (陈 雪 梅) dalam skripsinya yang berjudul Pria menulis
tentang wanita dan wanita menulis tentang mereka sendiri pada novel Big Breasts
and Wide Hips karya Mo Yan (Department of Chinese and Communition,
Huainan Normal University, Huainan 232001, China). Skripsi ini membahas
tentang seorang wanita berada dalam perwakilan dua jenis yaitu perempuan dan
ibu. Skripsi ini menjelaskan bagaimana seorang perempuan harus memiliki
hubungan harmonis kepada seorang pria untuk menjalin sebuah hubungan.
2.2 Konsep
Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret
(Alwi, dkk, 2003: 588). Dengan kata lain, konsep merupakan suatu unsur
penelitian yang dipergunakan untuk mengarahkan suatu penelitian. Konsep
digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan, menggambarkan, ataupun
mendeskripsikan suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud disini adalah
analisis objek dalam novel Fengru Fei Tun yang berupa konflik batin yang
dialami oleh tokoh utama wanita dalam cerita. Berdasarkan uraian diatas, peneliti
ini akan mempergunakan beberapa konsep sebagai dasar penelitian, sebagai
berikut :
2.2.1 Tokoh
Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku mengemban peristiwa
dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah
tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiayantoro, 1995: 165). Tokoh
Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami
peristiwa atau perlakuan didalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya
berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang di
insankan.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165) tokoh cerita merupakan
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca
kualitas moral dan kecenderungan. Kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. Berdasarkan
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan yang
mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa
dalam cerita.
Menurut Sudjiman (1988:17-18) berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita
dapat dibedakan tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peran
pemimpin disebut tokoh utama atau protagonis. Protagonis selalu menjadi tokoh
yang sentral dalam cerita, ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan.
Menurut Nurgiyantoro (1995:176) berdasarkan peranan dan tingkat
pentingnya, tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama
adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan novel yang bersangkutan. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit
dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh
utama secara langsung. Tokoh utama dapat saja hadir dalam setiap kejadian dan
utama juga bisa tidak muncul dalam setiap kejadian atau tidak langsung ditunjuk
dalam setiap bab, namun ternyata dalam kejadian atau bab tersebut tetap erat
kaitannya, atau dapat dikaitkan dengan tokoh utama.
Tokoh utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari seorang, walau
kadar keutamaannya tidak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh
dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot
secara keseluruhan. Penentuan tokoh utama dalam sebuah cerita dapat dilakukan
dengan cara yaitu tokoh itu yang paling terlibat dengan makna atau tema, tokoh
itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, tokoh itu yang paling
banyak memerlukan waktu penceritaan.
Pembaca dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat keseringan
pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan
keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui
petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan
tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu
lewat judul ceritanya juga dapat diketahui tokoh utamanya (Aminudin 2008: 80).
2.2.2 Penokohan
Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan, artinya dengan karakter
dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan
watak-watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiayantoro, 2005:165). Jones dalam
Nurgiyatoro (2005:165) mengungkapkan bahwa penokohan adalah pelukisan
Menurut Staton dalam Nurgiyantoro (2005:165), pengguna istilah
“karakter” sendiri dalam berbagai literatur bahasa inggris menyaran pada dua
pengertian berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan
sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki
tokoh-tokoh tersebut. Dengan demikian, menurut Nugriyantoro (2005:165),
karakter dapat berarti “perwatakan”. Antara seorang tokoh dengan perwatakan
yang dimilikinya, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan
nama tokoh tertentu tidak jarang langsung menngisyaratkan kepada perwatakan
yang dimiliki.
Menurut Jones dalam Nugriyantoro (2005:166), isilah “penokohan” lebih
luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan”, karena “penokohan”
sekaligus mencakup masalah siapa tokoh, bagaimana perwatakan dan bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehinggga sanggup
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus
menyarankan pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah
cerita.
Menurut Sudijman (1991:581), penokohan adalah penyajian watak tokoh
dan pencipta citra tokoh. Tokoh-tokoh perlu mengambarkan ciri-ciri lahir dan sifat
serta sikap batinnya agar kualitas tokoh, nalar, jiwanya dikenal pembacanya.
2.2.3 Kepribadian
Kata Personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahssa Yunani-kuno
teater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang
dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep
awal dari Personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang
ditampakkan ke lingkungan sosial – kesan mengenai diri yang diinginkan agar
dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.
Kepribadian atau Psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan
dan tingkahlaku, kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian membimbing orang
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak
awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi membentuk
kesatuan. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari
bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan-bentukan dari keluarga pada
masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Jadi yang
disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat
psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik, yaitu keseluruhan cara di mana
seorang individu beraksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk
oleh proses sosialisasi. Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis
seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan,
berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan. Kepribadian adalah
organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap
Ada dua faktor yang menentukan kepribadian pada tiap-tiap orang. Faktor
tersebut adalah faktor keturunan dan faktor lingkungan. Dua faktor ini sangat kuat
dalam proses terbentuknya kepribadian dalam diri seseorang.
2.3 Landasan Teori
Teori adalah dasar pijakan seorang peneliti untuk bekerja menganalisis
objek yang akan dikaji dalam menulis sebuah karya ilmiah. Dalam analisis tokoh
utama dalam Fengru Fei Tun (2011), peneliti menggunakan teori Carls Rogers
untuk menganalisis konflik batin tokoh utama beserta karakter-karakter yang
dihadapin oleh tokoh utama dalam novel tersebut.
2.3.1 Psikologi
Psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang berarti jiwa, dan logos yang
berarti ilmu. Jadi secara etimologis psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang jiwa. Menyelidiki dan mempelajari tentang tingkah laku
manusia (Atkison, 1996:7). Menurut Kamus Besar Berbahasa Indonesia, psikologi
adalah ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental baik normal maupun
abnormal dan peng aruhnya pada prilaku ilmu pengetahuan tentang gejala dan
kegiatan-kegiatan jiwa.
Bimo Walgito (dalam Fananie, 2000: 177) mengemukakan psikologi adalah
salah satu cabang ilmu pengetahuan yang objek studinya adalah manusia, karena
perkataan psyche atau psicho mengandung pengertian “jiwa”. Dengan demikian,
Dalam ilmu psikologi tiga aliran pemikiran revolusi yang mempengaruhi
pemikiran personolodis modern. Tiga aliran pemikiran tersebut adalah
Psikoanalisis, Behaviorisme, dan Humanistic. Psikoanalisis menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflik-konflik struktur
kepribadian (id, ego, dan superego). Behaviorisme mencirikan manusia sebagai
kontan yang fleksibel, pasif, dan penurut terhadap stimulus lingkungan.
Sedangkan humanistic adalah sebuah “gerakan” yang muncul yang menampilkan
manusia yang berbeda dengan gambaran psikoanalisis dan behaviorisme.
2.3.2 Psikologi Sastra
Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan
unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra.
Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra
sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan
diinvestasikan. Penelitian psikologi sastra dilakukan melalui dua cara. Pertama,
melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap
suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra
sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap
relefan untuk melakukan analisis (Ratna, 2004: 344).
Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Yaitu
studi proses kreatif, psikologi pengarang baik sebagai suatu tipe maupun
individual, studi tipe-tipe dan hukum-hukum psikologi dalam karya sastra, dan
pembaca. Dalam penelitian ini peneliti menggabungkan keempat kemungkinan
pengertian dalam melakukan penelitian terhadap pembaca atau psikologi pembaca.
Fiksi psikologi sastra adalah salah satu aliran sastra yang berusaha
mengeksplorasi pikiran sang tokoh utama, terutama pada bagian yang terdalam
yaitu alam bawah sadar. Fiksi psikologis sering mengunakan teknik bernama
“arus kesadaran”. Istilah ini ditemukan oleh William James pada tahun 1890 dan
digunakan untuk mengambarkan kepingan-kepingan inspirasi, gagasan, kenangan
dan sensasi yang membentuk kesadaran manusia ( Stanton, 2007: 134).
2.3.3 Konflik Batin
Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada
kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat terlibat secara emosional terhadap apa
yang terjadi dalam cerita (Sayuti, 2000: 41-42). Pembaca sebagai penikmat cerita
tidak hanya sekedar membaca, melainkan mampu merasakan secara mendalam
setiap cerita dan mengkaitkannya dengan peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Wellek dan Warren (1995: 285), menyatakan bahwa konflik adalah sesuatu yang
dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang,
menyiratkan adanya aksi dan balasan aksi.
Konflik akan terjadi apabila tidak adanya kesepakatan atau pengaturan
secara teratur antara sebuah keinginan satu dan keinginan yang lain. Konflik juga
dapat terjadi jika tidak adanya kesepakatanantara ego satu dan ego yang lain. Hal
ini biasanya terjadi pada kehidupan nyata yang kebanyakan orang sering
menghindarinya. Namun, dalam dunia sastra, konflik sangatlah dibutuhkan
tidak ada konflik, maka dapat dipastikan cerita tersebut tidak akan hidup dan
menarik pembaca untuk membacanya karena tidak adanya peristiwa yang bisa
dirasakan. Bahkan tidak berlebihan juga bila menuliskarya sastra adalah
membangun dan mengembangkan konflik karena semakin banyak dan semakin
menarik konflik yang terjadi maka cerita tersebut akan lebih menarik untuk dibaca.
Peristiwa dalam sebuah karya sastra sangat erat hubungannya dengan
konflik. Peristiwa mampu menciptakan konflik dan konflik mampu memicu
terjadinya peristiwa yang lain. Bentuk peristiwa dalam sebuah cerita, dapat berupa
peristiwa fisik maupun batin. Peristiwa fisik melibatkan aktivitas fisik, adanya
interaksi antara tokoh cerita dengan tokoh yang di luar dirinya, tokoh lain atau
lingkungan. Peristiwa batin adalah sesuatu yang terjadi dalam batin, hati, seorang
tokoh (Nurgiyantoro, 2007: 123-124).
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa konflik dapat terjadi
pada semua aspek kehidupan manusia. Sayuti (2000: 42-43) membagi konflik
menjadi tiga jenis.
Pertama, konflik dalam diri seorang (tokoh). Konflik ini sering disebut juga dengan psychological conflict atau konflik kejiwaan. Konflik jenis ini biasanya
terjadi berupa perjuangan seorang tokoh dalam melawan dirinya sendiri, sehingga
dapat mengatasi dan menentukan apa yang akan dilakukannya.
Kedua, konflik antara orang-orang atau seseorang dan masyarakat. Konflik jenis ini sering disebut dengan istilah social conflict atau konflik sosial. Konflik
timbul dari sikap individu terhadap lingkungan sosial mengenai berbagai masalah
yang terjadi pada masyarakat.
Ketiga, konflik antara manusia dan alam. Konflik seperti ini sering disebut sebagai physical or element conflict atau konflik alamiah. Konflik jenis ini
biasanya terjadi ketika tokoh tidak dapat menguasai dan atau memanfaatkan serta
membudayakan alam sekitar sebagaimana mestinya.
Apabila hubungan manusia dengan alamnya tidak serasi maka akan terjadi
disharmoni yang dapat menyebabkan terjadinya konflik itu. Ketiga jenis konflik
di atas dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok jenis konflik yaitu konflik
ekternal dan konflik internal.
Konflik eksternal (external conflict) adalah konflik yang terjadi antara
seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya. Konflik eksternal dapat
dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu konflik fisik (physical conflict) dan
konflik sosial (social conflict). Konflik fisik adalah konflik yang disebabkan
adanya pembenturan antara tokoh dan lingkungan alam. Misalnya, konflik atau
permasalahan yang dialami seorang tokoh akibat adanya banjir besar, kemarau
panjang, gunung meletus dan sebagainya. Sedangkan konflik sosial adalah konflik
yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia yang berwujud masalah
pemburuhan, penindasan, percekcokan, peperangan, dan lain-lain (Nurgiantoro,
2010). Duverger melalui (Sujai, 2012: 27) mengemukakan bahwa bentuk-bentuk
konflik politik diidentifikasikan menjadi dua kategori yaitu senjata-senjata
Konflik internal (internal conflict) adalah konflik yang terjadi dalam hati
atau jiwa seorang tokoh cerita. Konflik seperti ini biasanya dialami oleh manusia
dengan dirinya sendiri. Jenis konflik yang masuk dalam konflik internal yaitu
konflik dalam diri seorang tokoh (psychological conflict). Konflik seperti di atas
dapat terjadi secara bersamaan karena erat hubungannya dengan manusia yang
disebut tokoh dalam karya sastra (Nurgiyantoro, 2007: 124).
Menurut Layn (2010:105) penyebab terjadinya konflik adalah:
1. Hubungan masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang
terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan antar kelompok yang
berbeda dalam suatu masyarakat.
2. Kebutuhan manusia
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh kebutuhan dasar
manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau
terhalangi.
3. Negosiasi prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi yang tidak
selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak yang
4. Identitas
Mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang
terancam misalnya, penderitaan di masa lalu yang tidak
terselesaikan.
5. Kesalahpahaman antar budaya
Mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan
dalam cara komunikasi antara berbagai budaya yang berbeda.
6. Transformasi Konflik
Mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh masalah
ketidaksetaraan dan ketidak adilan yang muncul sebagai masalah
sosial, budaya dan ekonomi.
2.3.4 Sistem Kepribadian menurut Carl Rogers
Dalam kajian psikologi satra yang berusaha mengungkap aspek kepribadian
yang dipandang meliputi tiga bagian yang lebih dikenal sebagai pokok-pokok
teori, yaitu :
1. Organism
Pengertian organisme mencakup tiga hal :
a. Makhluk hidup: organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi
fisik dan psikologinya. Organisme adalah tempat semua
pengalaman, segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam
kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai event
b. Realita subyektif: organisme menanggapi dunia seperti yang
diamati atau dialaminya. Realita adalah medan presepsi yang
sifatnya subjektif, bukan fakta benar-salah. Realita subyektif
semacam itulah yang menentukan/ membentuk tingkah laku.
c. Holisme: organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga
perubahaan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain.
Setiap perubahaan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yakni
tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan
diri.
2. Medan fenomena (Phenomenal Field)
Keseluruhan pengalamn itu, baik yang internal maupun eksternal,
disadari maupun tidak disadari dinamakan medan fenomena. Medan
fenomena adalah seluruh pengalaman pribadinya seseorang sepanjang
hidupnya didunia, sebagaimana presepsi subyektifnya. Beberapa
deskripsi berikut menjelaskan pengertian medan fenomena :
a. Meliputi pengalaman internal (presepsi mengenai diri sendiri) dan
pengalaman eksternal (presepsi mengenai dunia luar)
b. Meliputi pengalaman yang: disimbolkan (diamati dan disusun
dalam kaitannya dengan diri sendiri), disimbolkan tetapi
diingkari/dikaburkan (karena tidak kosisten dengan struktur
dirinya), dan tidak disimbolkan atau diabaikan (karena diamati
disimbolkan disadari, sedang pengalaman yang diingkari dan
diabaikan tidak disadari.
c. Semua presepsi bersifat subjektif, benar bagi dirinya sendiri.
d. Medan fenomena seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain
kecuali melalui inferensi emptik, itupun pengetahuan yang diproleh
tidak bakal sempurna.
3. Self
Self atau konsep self adalah kosep menyeluruh yang jelas dan
terorganisir tersusun dari presepsi ciri-ciri mengenai I atau Me (aku
sebagai subjek atau aku sebagai objek) dan presepsi I atau Me dengan
orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut dengan nilai-nilai yang
terlibat pada presepsi itu.
Rogers menilai beberapa corak penting individu yang berfungsi secara
penuh, yaitu:
a. Memiliki sikap terbuka pada pengalaman.
Individu pada taraf ini menjauhkan diri dari tindakan menghindari atau
bertahan atas berbagai hal yang terjadi dan berkembang.
b. Kehidupan eksistensial yang tumbuh kembang.
Taraf ini mendorong individu untuk tidak melakukan distorsi atau pengingkaran atas elemen-elemen medan fenomena. Situasi ini lebih
c. Pertumbuhan kepercayaan terhadap diri dan pribadi.
Taraf ini membuat individu memiliki kemampuan untuk menentukan
tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi
kepribadiannya sehingga tidak menimbulkan inkongruensi.
d. Kebebasan memilih.
Kekebasan memilih membuat individu terbebas dari hal-hal yang
berpotensi menekan atau menghalangi self untuk tumbuh, menyesuaikan
diri atau berkembang.
e. Munculnya kreativitas Kreativitas menandai bahwa individu telah
mampu menyesuaikan diri dengan bebas terhadap medan fenomena. Hal ini membuat individu merasa bebas tanpa harus merasa terhalangi
dengan situasi bertahan atau situasi yang mengancam. Kreativitas
membuat individu lebih mudah melakukan tindakan yang tepat sesuai
dengan struktur kepribadian.
f. Sikap konstruktif.
Sikap ini bersungsi sebagai salah satu penghubung antara self dengan
medan fenomena. Hal ini memudahkan self untuk membangun sikap-sikap
yang penting dan sesuai dengan medan fenomena.
g. Kehidupan yang utuh.
Kehidupan yang penuh berarti penerimaan atas medan fenomena secara penuh pula baik untuk aspek-aspek yang mudah diterima (kegembiraan
kesusahan). Kedua aspek tersebut dianggap sebagai bagian utuh yang
dijalani dalam proses hidup tanpa adanya ketertekanan. Penerimaan ini
muncul dari sikap terbuka yang menerima apa adanya medan fenomena
dan menyikapinya secara tepat agar tidak menimbulkan ketegangan atau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah karena
pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Tinjauan
pustaka dilakukan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian. Untuk
mengetahui keaslian penelitian ini, dipaparkan beberapa tinjauan pustaka yang
telah dimuat dalam bentuk skripsi.
Ena Putri (2012), dengan penelitiannya Aspek Kejiwaan Tokoh dalam Novel
Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata (Tinjauan Psikoloogi Sastra) yang di publikasikan oleh Universitas Sebelas Maret memaparkan keadaan tentang
psikologi tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Sebelas Patriot dan unsur-nsur
instrinsik yang terdapat dalam novel tersebut. Dalam novel Sebelas Patriot
tergambar keadaan psikologi tokoh-tokohnya, ditinjau dari segi kejiwaan dan
nilai-nilai moral.
Megawati (2011), dalam skripsinya yang berjudul : “Eksitensi Tokoh
Shangguan Lushi dalam Novel Big Breast and Wide Hips Karya Mo Yan” yang
dipublikasikan oleh Universitas Bina Nusantara. Skripsi ini membahas tentang
tokoh Shangguan Lushi yang memenuhi standar sebagai individu yang berhak
dianggap eksitensinya. Adapun manfaat skripsi ini bagi penulis yaitu adalah
tentang eksitensi (keberadaan) sesorang itu harus diakui dimanapun walaupun
Chen Xuemei (陈 雪 梅) dalam skripsinya yang berjudul Pria menulis
tentang wanita dan wanita menulis tentang mereka sendiri pada novel Big Breasts
and Wide Hips karya Mo Yan (Department of Chinese and Communition,
Huainan Normal University, Huainan 232001, China). Skripsi ini membahas
tentang seorang wanita berada dalam perwakilan dua jenis yaitu perempuan dan
ibu. Skripsi ini menjelaskan bagaimana seorang perempuan harus memiliki
hubungan harmonis kepada seorang pria untuk menjalin sebuah hubungan.
2.2 Konsep
Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret
(Alwi, dkk, 2003: 588). Dengan kata lain, konsep merupakan suatu unsur
penelitian yang dipergunakan untuk mengarahkan suatu penelitian. Konsep
digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan, menggambarkan, ataupun
mendeskripsikan suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud disini adalah
analisis objek dalam novel Fengru Fei Tun yang berupa konflik batin yang
dialami oleh tokoh utama wanita dalam cerita. Berdasarkan uraian diatas, peneliti
ini akan mempergunakan beberapa konsep sebagai dasar penelitian, sebagai
berikut :
2.2.1 Tokoh
Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku mengemban peristiwa
dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah
tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiayantoro, 1995: 165). Tokoh
Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami
peristiwa atau perlakuan didalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya
berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang di
insankan.
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165) tokoh cerita merupakan
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca
kualitas moral dan kecenderungan. Kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. Berdasarkan
pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan yang
mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa
dalam cerita.
Menurut Sudjiman (1988:17-18) berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita
dapat dibedakan tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh yang memegang peran
pemimpin disebut tokoh utama atau protagonis. Protagonis selalu menjadi tokoh
yang sentral dalam cerita, ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam kisahan.
Menurut Nurgiyantoro (1995:176) berdasarkan peranan dan tingkat
pentingnya, tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama
adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalan novel yang bersangkutan. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian
maupun yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit
dibandingkan tokoh utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh
utama secara langsung. Tokoh utama dapat saja hadir dalam setiap kejadian dan
utama juga bisa tidak muncul dalam setiap kejadian atau tidak langsung ditunjuk
dalam setiap bab, namun ternyata dalam kejadian atau bab tersebut tetap erat
kaitannya, atau dapat dikaitkan dengan tokoh utama.
Tokoh utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari seorang, walau
kadar keutamaannya tidak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh
dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot
secara keseluruhan. Penentuan tokoh utama dalam sebuah cerita dapat dilakukan
dengan cara yaitu tokoh itu yang paling terlibat dengan makna atau tema, tokoh
itu yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain, tokoh itu yang paling
banyak memerlukan waktu penceritaan.
Pembaca dapat menentukan tokoh utama dengan jalan melihat keseringan
pemunculannya dalam suatu cerita. Selain lewat memahami peranan dan
keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui
petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan
tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu
lewat judul ceritanya juga dapat diketahui tokoh utamanya (Aminudin 2008: 80).
2.2.2 Penokohan
Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan, artinya dengan karakter
dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan
watak-watak tertentu dalam sebuah cerita (Nurgiayantoro, 2005:165). Jones dalam
Nurgiyatoro (2005:165) mengungkapkan bahwa penokohan adalah pelukisan
Menurut Staton dalam Nurgiyantoro (2005:165), pengguna istilah
“karakter” sendiri dalam berbagai literatur bahasa inggris menyaran pada dua
pengertian berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan
sebagai sikap, ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki
tokoh-tokoh tersebut. Dengan demikian, menurut Nugriyantoro (2005:165),
karakter dapat berarti “perwatakan”. Antara seorang tokoh dengan perwatakan
yang dimilikinya, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan
nama tokoh tertentu tidak jarang langsung menngisyaratkan kepada perwatakan
yang dimiliki.
Menurut Jones dalam Nugriyantoro (2005:166), isilah “penokohan” lebih
luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan”, karena “penokohan”
sekaligus mencakup masalah siapa tokoh, bagaimana perwatakan dan bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehinggga sanggup
memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus
menyarankan pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah
cerita.
Menurut Sudijman (1991:581), penokohan adalah penyajian watak tokoh
dan pencipta citra tokoh. Tokoh-tokoh perlu mengambarkan ciri-ciri lahir dan sifat
serta sikap batinnya agar kualitas tokoh, nalar, jiwanya dikenal pembacanya.
2.2.3 Kepribadian
Kata Personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahssa Yunani-kuno
teater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang
dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep
awal dari Personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang
ditampakkan ke lingkungan sosial – kesan mengenai diri yang diinginkan agar
dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.
Kepribadian atau Psyche adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan
dan tingkahlaku, kesadaran dan ketidaksadaran. Kepribadian membimbing orang
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Sejak
awal kehidupan, kepribadian adalah kesatuan atau berpotensi membentuk
kesatuan. Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu bersumber dari
bentukan-bentukan yang kita terima dari lingkungan, misalnya bentukan-bentukan dari keluarga pada
masa kecil kita dan juga bawaan-bawaan yang dibawa sejak lahir. Jadi yang
disebut kepribadian itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat
psikologis, kejiwaan dan juga yang bersifat fisik, yaitu keseluruhan cara di mana
seorang individu beraksi dan berinteraksi dengan individu lain.
Kepribadian (personality) bukan sebagai bakat kodrati, melainkan terbentuk
oleh proses sosialisasi. Kepribadian merupakan kecenderungan psikologis
seseorang untuk melakukan tingkah laku sosial tertentu, baik berupa perasaan,
berpikir, bersikap, dan berkehendak maupun perbuatan. Kepribadian adalah
organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap
Ada dua faktor yang menentukan kepribadian pada tiap-tiap orang. Faktor
tersebut adalah faktor keturunan dan faktor lingkungan. Dua faktor ini sangat kuat
dalam proses terbentuknya kepribadian dalam diri seseorang.
2.3 Landasan Teori
Teori adalah dasar pijakan seorang peneliti untuk bekerja menganalisis
objek yang akan dikaji dalam menulis sebuah karya ilmiah. Dalam analisis tokoh
utama dalam Fengru Fei Tun (2011), peneliti menggunakan teori Carls Rogers
untuk menganalisis konflik batin tokoh utama beserta karakter-karakter yang
dihadapin oleh tokoh utama dalam novel tersebut.
2.3.1 Psikologi
Psikologi berasal dari kata Yunani psyche yang berarti jiwa, dan logos yang
berarti ilmu. Jadi secara etimologis psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang jiwa. Menyelidiki dan mempelajari tentang tingkah laku
manusia (Atkison, 1996:7). Menurut Kamus Besar Berbahasa Indonesia, psikologi
adalah ilmu yang berkaitan dengan proses-proses mental baik normal maupun
abnormal dan peng aruhnya pada prilaku ilmu pengetahuan tentang gejala dan
kegiatan-kegiatan jiwa.
Bimo Walgito (dalam Fananie, 2000: 177) mengemukakan psikologi adalah
salah satu cabang ilmu pengetahuan yang objek studinya adalah manusia, karena
perkataan psyche atau psicho mengandung pengertian “jiwa”. Dengan demikian,
Dalam ilmu psikologi tiga aliran pemikiran revolusi yang mempengaruhi
pemikiran personolodis modern. Tiga aliran pemikiran tersebut adalah
Psikoanalisis, Behaviorisme, dan Humanistic. Psikoanalisis menghadirkan manusia sebagai bentukan dari naluri-naluri dan konflik-konflik struktur
kepribadian (id, ego, dan superego). Behaviorisme mencirikan manusia sebagai
kontan yang fleksibel, pasif, dan penurut terhadap stimulus lingkungan.
Sedangkan humanistic adalah sebuah “gerakan” yang muncul yang menampilkan
manusia yang berbeda dengan gambaran psikoanalisis dan behaviorisme.
2.3.2 Psikologi Sastra
Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan
unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra.
Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra
sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan
diinvestasikan. Penelitian psikologi sastra dilakukan melalui dua cara. Pertama,
melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap
suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra
sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap
relefan untuk melakukan analisis (Ratna, 2004: 344).
Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Yaitu
studi proses kreatif, psikologi pengarang baik sebagai suatu tipe maupun
individual, studi tipe-tipe dan hukum-hukum psikologi dalam karya sastra, dan
pembaca. Dalam penelitian ini peneliti menggabungkan keempat kemungkinan
pengertian dalam melakukan penelitian terhadap pembaca atau psikologi pembaca.
Fiksi psikologi sastra adalah salah satu aliran sastra yang berusaha
mengeksplorasi pikiran sang tokoh utama, terutama pada bagian yang terdalam
yaitu alam bawah sadar. Fiksi psikologis sering mengunakan teknik bernama
“arus kesadaran”. Istilah ini ditemukan oleh William James pada tahun 1890 dan
digunakan untuk mengambarkan kepingan-kepingan inspirasi, gagasan, kenangan
dan sensasi yang membentuk kesadaran manusia ( Stanton, 2007: 134).
2.3.3 Konflik Batin
Konflik merupakan bagian dari sebuah cerita yang bersumber pada
kehidupan. Oleh karena itu, pembaca dapat terlibat secara emosional terhadap apa
yang terjadi dalam cerita (Sayuti, 2000: 41-42). Pembaca sebagai penikmat cerita
tidak hanya sekedar membaca, melainkan mampu merasakan secara mendalam
setiap cerita dan mengkaitkannya dengan peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
Wellek dan Warren (1995: 285), menyatakan bahwa konflik adalah sesuatu yang
dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang,
menyiratkan adanya aksi dan balasan aksi.
Konflik akan terjadi apabila tidak adanya kesepakatan atau pengaturan
secara teratur antara sebuah keinginan satu dan keinginan yang lain. Konflik juga
dapat terjadi jika tidak adanya kesepakatanantara ego satu dan ego yang lain. Hal
ini biasanya terjadi pada kehidupan nyata yang kebanyakan orang sering
menghindarinya. Namun, dalam dunia sastra, konflik sangatlah dibutuhkan
tidak ada konflik, maka dapat dipastikan cerita tersebut tidak akan hidup dan
menarik pembaca untuk membacanya karena tidak adanya peristiwa yang bisa
dirasakan. Bahkan tidak berlebihan juga bila menuliskarya sastra adalah
membangun dan mengembangkan konflik karena semakin banyak dan semakin
menarik konflik yang terjadi maka cerita tersebut akan lebih menarik untuk dibaca.
Peristiwa dalam sebuah karya sastra sangat erat hubungannya dengan
konflik. Peristiwa mampu menciptakan konflik dan konflik mampu memicu
terjadinya peristiwa yang lain. Bentuk peristiwa dalam sebuah cerita, dapat berupa
peristiwa fisik maupun batin. Peristiwa fisik melibatkan aktivitas fisik, adanya
interaksi antara tokoh cerita dengan tokoh yang di luar dirinya, tokoh lain atau
lingkungan. Peristiwa batin adalah sesuatu yang terjadi dalam batin, hati, seorang
tokoh (Nurgiyantoro, 2007: 123-124).
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa konflik dapat terjadi
pada semua aspek kehidupan manusia. Sayuti (2000: 42-43) membagi konflik
menjadi tiga jenis.
Pertama, konflik dalam diri seorang (tokoh). Konflik ini sering disebut juga dengan psychological conflict atau konflik kejiwaan. Konflik jenis ini biasanya
terjadi berupa perjuangan seorang tokoh dalam melawan dirinya sendiri, sehingga
dapat mengatasi dan menentukan apa yang akan dilakukannya.
Kedua, konflik antara orang-orang atau seseorang dan masyarakat. Konflik jenis ini sering disebut dengan istilah social conflict atau konflik sosial. Konflik
timbul dari sikap individu terhadap lingkungan sosial mengenai berbagai masalah
yang terjadi pada masyarakat.
Ketiga, konflik antara manusia dan alam. Konflik seperti ini sering disebut sebagai physical or element conflict atau konflik alamiah. Konflik jenis ini
biasanya terjadi ketika tokoh tidak dapat menguasai dan atau memanfaatkan serta
membudayakan alam sekitar sebagaimana mestinya.
Apabila hubungan manusia dengan alamnya tidak serasi maka akan terjadi
disharmoni yang dapat menyebabkan terjadinya konflik itu. Ketiga jenis konflik
di atas dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok jenis konflik yaitu konflik
ekternal dan konflik internal.
Konflik eksternal (external conflict) adalah konflik yang terjadi antara
seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya. Konflik eksternal dapat
dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu konflik fisik (physical conflict) dan
konflik sosial (social conflict). Konflik fisik adalah konflik yang disebabkan
adanya pembenturan antara tokoh dan lingkungan alam. Misalnya, konflik atau
permasalahan yang dialami seorang tokoh akibat adanya banjir besar, kemarau
panjang, gunung meletus dan sebagainya. Sedangkan konflik sosial adalah konflik
yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia yang berwujud masalah
pemburuhan, penindasan, percekcokan, peperangan, dan lain-lain (Nurgiantoro,
2010). Duverger melalui (Sujai, 2012: 27) mengemukakan bahwa bentuk-bentuk
konflik politik diidentifikasikan menjadi dua kategori yaitu senjata-senjata
Konflik internal (internal conflict) adalah konflik yang terjadi dalam hati
atau jiwa seorang tokoh cerita. Konflik seperti ini biasanya dialami oleh manusia
dengan dirinya sendiri. Jenis konflik yang masuk dalam konflik internal yaitu
konflik dalam diri seorang tokoh (psychological conflict). Konflik seperti di atas
dapat terjadi secara bersamaan karena erat hubungannya dengan manusia yang
disebut tokoh dalam karya sastra (Nurgiyantoro, 2007: 124).
Menurut Layn (2010:105) penyebab terjadinya konflik adalah:
1. Hubungan masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang
terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan antar kelompok yang
berbeda dalam suatu masyarakat.
2. Kebutuhan manusia
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh kebutuhan dasar
manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau
terhalangi.
3. Negosiasi prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi yang tidak
selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak yang
4. Identitas
Mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang
terancam misalnya, penderitaan di masa lalu yang tidak
terselesaikan.
5. Kesalahpahaman antar budaya
Mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan
dalam cara komunikasi antara berbagai budaya yang berbeda.
6. Transformasi Konflik
Mengasumsikan bahwa konflik disebabkan oleh masalah
ketidaksetaraan dan ketidak adilan yang muncul sebagai masalah
sosial, budaya dan ekonomi.
2.3.4 Sistem Kepribadian menurut Carl Rogers
Dalam kajian psikologi satra yang berusaha mengungkap aspek kepribadian
yang dipandang meliputi tiga bagian yang lebih dikenal sebagai pokok-pokok
teori, yaitu :
1. Organism
Pengertian organisme mencakup tiga hal :
a. Makhluk hidup: organisme adalah makhluk lengkap dengan fungsi
fisik dan psikologinya. Organisme adalah tempat semua
pengalaman, segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam
kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai event
b. Realita subyektif: organisme menanggapi dunia seperti yang
diamati atau dialaminya. Realita adalah medan presepsi yang
sifatnya subjektif, bukan fakta benar-salah. Realita subyektif
semacam itulah yang menentukan/ membentuk tingkah laku.
c. Holisme: organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga
perubahaan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain.
Setiap perubahaan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yakni
tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan
diri.
2. Medan fenomena (Phenomenal Field)
Keseluruhan pengalamn itu, baik yang internal maupun eksternal,
disadari maupun tidak disadari dinamakan medan fenomena. Medan
fenomena adalah seluruh pengalaman pribadinya seseorang sepanjang
hidupnya didunia, sebagaimana presepsi subyektifnya. Beberapa
deskripsi berikut menjelaskan pengertian medan fenomena :
a. Meliputi pengalaman internal (presepsi mengenai diri sendiri) dan
pengalaman eksternal (presepsi mengenai dunia luar)
b. Meliputi pengalaman yang: disimbolkan (diamati dan disusun
dalam kaitannya dengan diri sendiri), disimbolkan tetapi
diingkari/dikaburkan (karena tidak kosisten dengan struktur
dirinya), dan tidak disimbolkan atau diabaikan (karena diamati
disimbolkan disadari, sedang pengalaman yang diingkari dan
diabaikan tidak disadari.
c. Semua presepsi bersifat subjektif, benar bagi dirinya sendiri.
d. Medan fenomena seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain
kecuali melalui inferensi emptik, itupun pengetahuan yang diproleh
tidak bakal sempurna.
3. Self
Self atau konsep self adalah kosep menyeluruh yang jelas dan
terorganisir tersusun dari presepsi ciri-ciri mengenai I atau Me (aku
sebagai subjek atau aku sebagai objek) dan presepsi I atau Me dengan
orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut dengan nilai-nilai yang
terlibat pada presepsi itu.
Rogers menilai beberapa corak penting individu yang berfungsi secara
penuh, yaitu:
a. Memiliki sikap terbuka pada pengalaman.
Individu pada taraf ini menjauhkan diri dari tindakan menghindari atau
bertahan atas berbagai hal yang terjadi dan berkembang.
b. Kehidupan eksistensial yang tumbuh kembang.
Taraf ini mendorong individu untuk tidak melakukan distorsi atau pengingkaran atas elemen-elemen medan fenomena. Situasi ini lebih
c. Pertumbuhan kepercayaan terhadap diri dan pribadi.
Taraf ini membuat individu memiliki kemampuan untuk menentukan
tindakan-tindakan yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi
kepribadiannya sehingga tidak menimbulkan inkongruensi.
d. Kebebasan memilih.
Kekebasan memilih membuat individu terbebas dari hal-hal yang
berpotensi menekan atau menghalangi self untuk tumbuh, menyesuaikan
diri atau berkembang.
e. Munculnya kreativitas Kreativitas menandai bahwa individu telah
mampu menyesuaikan diri dengan bebas terhadap medan fenomena. Hal ini membuat individu merasa bebas tanpa harus merasa terhalangi
dengan situasi bertahan atau situasi yang mengancam. Kreativitas
membuat individu lebih mudah melakukan tindakan yang tepat sesuai
dengan struktur kepribadian.
f. Sikap konstruktif.
Sikap ini bersungsi sebagai salah satu penghubung antara self dengan
medan fenomena. Hal ini memudahkan self untuk membangun sikap-sikap
yang penting dan sesuai dengan medan fenomena.
g. Kehidupan yang utuh.
Kehidupan yang penuh berarti penerimaan atas medan fenomena secara penuh pula baik untuk aspek-aspek yang mudah diterima (kegembiraan
kesusahan). Kedua aspek tersebut dianggap sebagai bagian utuh yang
dijalani dalam proses hidup tanpa adanya ketertekanan. Penerimaan ini
muncul dari sikap terbuka yang menerima apa adanya medan fenomena
dan menyikapinya secara tepat agar tidak menimbulkan ketegangan atau
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Kata metode berasal dari bahsa Yunani, yaitu methodos yang artinya cara
atau jalan. Dengan demikian masalah metode menyangkut masalah kerja untuk
dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan,
Koentjaraningrat (1982:7).
Untuk mendukung kegiatan penulis skripsi ini penulis menggunakan metode
deskripsi dengan pendekatan kepustakaan (library searching), yaitu metode
penelitian yang dilakukan dikamar kerja atau ruangan perpustakaan dengan cara
memperoleh data-data atau informasi dari buku-buku yang berkaitan dengan
psikologi sastra.
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah pokok antar topik penelitian sastra. Objek penelitian
ini adalah aspek psikologi tokoh utama wanita dalam novel Fengru Fei Tun karya
Mo Yan.
3.2 Pendekatan Penelitian
Dalam penulisan skiripsi ini penulis menggunakan pendekatan instrinsik
sa