• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Kolonoskopi Pasien dengan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hasil Kolonoskopi Pasien dengan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL KOLONOSKOPI PADA PASIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012

Oleh :

RAHMAT HIDAYAT 090100005

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HASIL KOLONOSKOPI PADA PASIEN DENGAN PERDARAHAN SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT

HAJI ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH

“ Karya Tullis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran ”

Oleh :

RAHMAT HIDAYAT 090100005

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Hasil Kolonoskopi Pasien dengan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

Nama : Rahmat Hidayat NIM : 090100005

Pembimbing Penguji I

dr. Imelda Rey, Sp.PD-Mked (PD) NIP. 19771014 200912 2 002

dr. Tina Christina L. Tobing, Sp.A (K) NIP. 19610910 198712 2 001

Penguji II

Medan, 14 Januari 2013 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

dr. Isma Aprita, Sp.KK NIP. 140191408

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbila’lamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat, terutama nikmat kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Gambaran Kolonoskopi Pada Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah di Rumah Sakit H. Adam Malik”, sebagai tahapan akhir pembelajaran dalam program studi Strata I Pendidikan Dokter Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih banyak kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Saiban dan Ibunda Khairul Bariah atas dukungannya baik berupa dukungan moril, materil, kasih sayang, dan do’a, sehingga penulis dapat memperoleh pendidikan di FK USU dan bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kedokteran.

Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih banyak dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan memberikan bantuan, antara lain:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH atas izin penelitian yang diberikan.

2. Dosen Pembimbing dr. Imelda Rey, Sp.PD-Mked (PD) yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga, serta memberikan arahan dan dukungan moral dalam proses bimbingan KTI ini.

(5)

Akhirnya, penulis mengharapkan masukan dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan penelitian ini dan juga untuk menambah ilmu dan pengetahuan penulis untuk masa yang akan datang.

Medan , 14 Januari 2013 Penulis

(6)

ABSTRAK

Latar belakang : Kolonoskopi dapat mengindentifikasi tempat perdarahan dan digunakan sebagai skrining dini pada perdarahan saluran cerna bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian bawah memiliki banyak etiologi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi serta biaya yang mahal.

Tujuan : Untuk mendapatkan hasil kolonoskopi pada perdarahan saluran cerna bagian bawah di RSUP H. Adam Malik Medan dan mengetahui etiologi yang menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian bawah.

Metode : Penelitian ini menggunakan cross sectional study di RSUP H. Adam Malik. Data dikumpulkan dari bulan Januari sampai September 2012. Data didapatkan dari rekam medis pasien yang mengalami perdarahan saluran cerna bagian bawah.

Hasil : Sebanyak 42 pasien masuk kedalam kriteria inklusi penelitian ini. Hasil yang didapatkan adalah 22 laki-laki dan 20 perempuan. Rentang umur yang tertinggi adalah 30-39 tahun. Tingkat pendidikan pasien tidak memiliki hubungan terhadap etiologi perdarahan dan indikasi kolonoskopi. Kebanyakan sampel bekerja sebagai ibu rumah tangga. Massa protruded sering terdapat di rektum (4 pasien) dan sigmoid (3 pasien). Walaupun demikian, kebanyakan sampel memiliki hasil kolonoskopi yang normal dan pemeriksaan yang tidak dilanjutkan yang dikarenakan alasan subjektif. Kesimpulan : massa protruded sering ditemukan di rektosigmoid dengan kelompok usia yang terbanyak adalah 30-39 tahun.

(7)

ABSTRACT

Background : Colonoscopy can identify the bleeding site and is used for the screening of the colorectal cancer. The lower gastrointestinal bleeding has many etiologies, which cause the high morbidity, mortality and cost.

Objectives : To find the result of colonoscopy to the lower gastrointestinal bleeding at H. Adam Malik Medan hospital and find the etiologies which often cause the lower gastrointestinal bleeding.

Methods : This research was a cross sectional study at H. Adam Malik hospital. Data were obtained from January until September 2012. Data were collected from patient’s medical records who underwent the lower gastrointestinal bleeding.

Results : 42 individuals were included in this study,( 22 males, 20 females). The highest age group is 30- 39 years old. The education level of patients were not related to the etiology of bleeding or indication colonoscopy. The most of samples have the profession as housewife. The lesion of protruded mass were often found in rectum ( 4 patients) and sigmoid ( 3 patients). Meanwhile, many samples had the normal colonoscopy and interrupted procedure were happened because of the subjective problems.

Conclusions: Mass protruded can be often found in rectosigmoid. The risk age of the bleeding is often happened to 30-39 years old.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pengesahan ... i

Kata Pengantar ... ii

Abstrak ... iv

Abstract ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Singkatan ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Perdarahan Saluran Cerna ... 3

2.1.1. Divertikulosis ... 4

2.1.2. Penyakit Chron ... 5

2.1.3. Kolitis Ulseratif ... 5

2.1.4. Angiodisplasia ... 6

2.1.5. Hemoroid ... 6

2.1.6. Diare ... 7

(9)

2.1.9. Karsinoma kolorektal ... 8

2.2. Kolonoskopi ... 9

2.3. Anatomi Kolon ... 10

2.4. Pemeriksaan Endoskopi ... 10

2.5. Jenis – jenis Endoskopi ... 11

2.6. Indikasi Kolonoskopi ... 13

2.7. Fungsi Kolonoskopi (Lower Endoscopy) ... 13

2.8. Tehnik ... 16

2.9. Persiapan Pemeriksaan Kolonoskopi ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL . 18 3.1. Kerangka Konsep ... 18

3.2. Definisi Operasional ... 19

3.2.1. Rekam Medis ... 21

3.2.2. Karakteristik ... 21

3.2.3. Gejala Klinis ... 22

3.2.4. Jenis Pengobatan ... 22

3.2.5. Cara Ukur ... 22

3.2.6. Alat Ukur ... 22

3.2.7. Hasil Pengukuran ... 22

3.2.8. Skala Pengukuran ... 23

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 24

4.1. Jenis Penelitian ... 24

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 24

4.3. Populasi dan Sampel ... 24

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 25

(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 26

5.1 Hasil Penelitian ... 26

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 26

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 26

5.1.3 Gambaran Umum Pasien Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah ... 27

5.2 Pembahasan ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 36

6.2 Saran ... 36

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

Daftar Singkatan

RSUP HAM = Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik RSCM = Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

(14)

ABSTRAK

Latar belakang : Kolonoskopi dapat mengindentifikasi tempat perdarahan dan digunakan sebagai skrining dini pada perdarahan saluran cerna bagian bawah. Perdarahan saluran cerna bagian bawah memiliki banyak etiologi yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi serta biaya yang mahal.

Tujuan : Untuk mendapatkan hasil kolonoskopi pada perdarahan saluran cerna bagian bawah di RSUP H. Adam Malik Medan dan mengetahui etiologi yang menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian bawah.

Metode : Penelitian ini menggunakan cross sectional study di RSUP H. Adam Malik. Data dikumpulkan dari bulan Januari sampai September 2012. Data didapatkan dari rekam medis pasien yang mengalami perdarahan saluran cerna bagian bawah.

Hasil : Sebanyak 42 pasien masuk kedalam kriteria inklusi penelitian ini. Hasil yang didapatkan adalah 22 laki-laki dan 20 perempuan. Rentang umur yang tertinggi adalah 30-39 tahun. Tingkat pendidikan pasien tidak memiliki hubungan terhadap etiologi perdarahan dan indikasi kolonoskopi. Kebanyakan sampel bekerja sebagai ibu rumah tangga. Massa protruded sering terdapat di rektum (4 pasien) dan sigmoid (3 pasien). Walaupun demikian, kebanyakan sampel memiliki hasil kolonoskopi yang normal dan pemeriksaan yang tidak dilanjutkan yang dikarenakan alasan subjektif. Kesimpulan : massa protruded sering ditemukan di rektosigmoid dengan kelompok usia yang terbanyak adalah 30-39 tahun.

(15)

ABSTRACT

Background : Colonoscopy can identify the bleeding site and is used for the screening of the colorectal cancer. The lower gastrointestinal bleeding has many etiologies, which cause the high morbidity, mortality and cost.

Objectives : To find the result of colonoscopy to the lower gastrointestinal bleeding at H. Adam Malik Medan hospital and find the etiologies which often cause the lower gastrointestinal bleeding.

Methods : This research was a cross sectional study at H. Adam Malik hospital. Data were obtained from January until September 2012. Data were collected from patient’s medical records who underwent the lower gastrointestinal bleeding.

Results : 42 individuals were included in this study,( 22 males, 20 females). The highest age group is 30- 39 years old. The education level of patients were not related to the etiology of bleeding or indication colonoscopy. The most of samples have the profession as housewife. The lesion of protruded mass were often found in rectum ( 4 patients) and sigmoid ( 3 patients). Meanwhile, many samples had the normal colonoscopy and interrupted procedure were happened because of the subjective problems.

Conclusions: Mass protruded can be often found in rectosigmoid. The risk age of the bleeding is often happened to 30-39 years old.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar belakang

Kolonoskopi adalah prosedur yang dilakukan oleh seorang pemeriksa (biasanya seorang gastroenterologis) untuk mengevaluasi bagian dalam kolon (usus besar). Ujung kolonoskop dimasukkan ke dalam anus dan melalui usus besar dan berakhir di sekum (Marks, 2010).

Dewasa ini, banyak pasien datang ke klinik atau rumah sakit dengan keluhan yang berkenaan dengan regio abdomen. Nyeri, perdarahan,dan sulit buang air besar merupakan keluhan yang terbanyak yang dikeluhkan pasien. Setiap tahunnya sekitar 20-27 kasus per 100.000 populasi di negara Barat yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan merupakan faktor morbiditas dan mortalitas di rumah sakit ( Cagir, 2011).

Perdarahan saluran cerna bagian bawah mencakup gejala yang luas mulai dari hematokezia ringan sampai perdarahan masif. Perdarahan saluran cerna bagian bawah akut didefinisikan sebagai perdarahan yang baru saja terjadi yang berasal dari ligamentum treitz bagian bawah yang menghasilkan ketidakstabilan tanda vital dengan tanda-tanda anemia dengan atau tanpa perlu untuk transfusi darah. Akan tetapi, perdarahan saluran cerna bagian bawah bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala dari suatu penyakit. Dan penyakit yang dapat menyebabkan perdarahan tersebut seperti infeksi, keganasan, abnormalitas pada saluran cerna bagian bawah. Oleh karena itu, dibutuhkan alat diagnostik yang memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi untuk mengevaluasi gejala tersebut ( Cagir, 2011).

(17)

kolorektal adalah penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh kematian yang disebabkan oleh kanker. Lebih dari 150.000 kasus baru terdiagnosis setiap tahunnya di AS dengan angka kematian per tahun mendekati angka 60.000 (Abdullah, 2009).

1.2.Rumusan Masalah:

Bagaimana gambaran kolonoskopi pada setiap perdarahan saluran cerna bagian bawah di RSUP H. Adam Malik Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian : 1.3.1.Tujuan umum:

Mengetahui gambaran kolonoskopi pada perdarahan saluran cerna bagian bawah di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Mengetahui etiologi perdarahan saluran cerna bagian bawah dengan pemeriksaan kolonoskopi di RSUP Adam Malik tahun 2012.

1.4. Manfaat

1.4.1. Bagi Peneliti :

1. Menambah wawasan keilmuan yang sedang dipelajari yang khususnya membahas tentang kolonoskopi dalam praktisi klinis.

1.4.2. Bagi pembaca:

1. Menambah wawasan tentang penggunaan kolonoskopi dan apa saja indikasinya.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah

Perdarahan saluran cerna bagian bawah memiliki gejala yang cukup bervariasi dari hematokezia sampai perdarahan yang masif dengan syok. Perdarahan saluran cerna bagian bawah akut didefinisikan sebagai perdarahan yang berasal dari bagian bawah ligamentum treitz dan menyebabkan ketidakstabilan dari tanda vital dan terkadang ditandai dengan anemia dengan atau tanpa transfusi darah (Cagir, 2011).

Perdarahan saluran cerna bagian bawah yang memerlukan rawat inap kurang dari 1% dari semua data yang diterima oleh rumah sakit di Amerika Serikat. Dalam sebuah penelitian, tingkat kejadian perkiraan tahunan adalah 20,5% per 100.000 pasien. Namun bagi orang yang berusia dekade kesembilan, tingkat kejadian perdarahan saluran cerna bagian bawah meningkat lebih dari 200 kali lipat. Perdarahan saluran cerna bagian bawah lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita, yang dikarenakan penyakit pembuluh darah dan divertikulosis lebih sering terjadi pada pria (Permanente, 2007 ).

Perdarahan saluran cerna bagian bawah memiliki mortalitas sekitar 10-20% pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi komorbiditas. Pada orang lansia dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah lebih sering terjadi apabila menderita penyakit divertikulosis dan penyakit vaskular lainnya. Dan perdarahan saluran cerna bagian bawah juga lebih tinggi pada pria dibandingkan dengan perempuan (Cagir, 2011).

(19)

pembedahan dengan cara reseksi bowel segmen menghasilkan hasil yang mengecewakan. Pasien yang telah mengalami prosedur ini menderita peningkatan resiko perdarahan ulang yang lebih banyak (Cagir, 2010).

Berikut adalah etiologi dari perdarahan saluran cerna bagian bawah : 2.1.1. Divertikulosis

Penyakit divertikular di sebelah kanan jarang ditemukan di dunia belahan barat. Frekuensi penyakit ini dilaporkan kira-kira sebanyak 1-2% dari sampel di Eropa dan Amerika, tetapi di Asia dijumpai sebanyak 43-50%. Kontroversi pun muncul sebenarnya dari manakah asal mula divertikel tersebut. Divertikula di sebelah kanan terjadi lebih sering pada pasien yang lebih muda. Kebanyakan divertikula kolon didapat dari lingkungan. Kelainan ini ditandai dengan hernisiasi dari mukosa dan mukosa muskularis ke dinding usus. Biasanya akan tampak suatu lapisan submukosa yang tipis yang mendesak bagian yang terlemah dari muskulus propia dan berakhir di usus bagian subserosa. Titik yang lemah ini merupakan tempat masuknya pembuluh nutrisi dari mukosa usus. Divertikula secara umum dihubungkan dengan peningkatan tekanan intraluminal. Patologi dapat dilihat dari penebalan muskularis propia dengan mukosa kolon yang normal atau yang telah mengalami inflamasi. Divertikula sekal memiliki sedikit sekali muskular yang mengalami hipertropi. Suatu penelitian terakhir menunjukkan bahwa ada suatu aktivitas dari matriks metaloproteinase yang berperan penting dalam perubahan ratio dari kolagen tipe 1 dan 2 dalam kasus-kasus divertikulitis dan juga kanker yang dapat memproduksi metaloproteinase yang memicu terjadinya pengrusakan matriks ekstraselular, yang mana hal ini berperan dalam perkembangan dari penyakit divertikular (Radhi, 2011).

(20)

mengeluhkan adanya rasa nyeri pada kuadran kanan bawah dan sering didiagnosis sebagai apendiksitis. Lebih dari 70% pasien dengan divertikulitis sekal dioperasi dengan diagnosis apendiksitis akut. Diagnosis preoperatif bisa difasilitasi dengan menggunakan USG dan CT (Radhi, 2011).

2.1.2. Crohn’s disease

Pada pemeriksaan endoskopis, sebuah lesi yang tampak kecil dan dangkal dengan tanpa vili yang disebut ulkus aphtoid. Secara patologis, lesi tersebut adalah erosi atau ulkus yang kecil yang dibentuk oleh folikel limfoid dan epitelium. Ini merupakan pertanda awal dari penyakit crohn. Dan biasanya lesi juga terlihat merah disekelilingnya. Jika dilihat dari jarak yang dekat akan tampak seperti vili yang membesar. Para penulis juga berspekulasi bahwa warna merah perifer tersebut dan pembesaran vili adalah merupakan akibat dari vasodilatasi dan pembengkakan yang berasal dari proses inflamasi. Lesi tampak di lipatan keckring dengan karakteristik lesi yang depresi dan kecil (Sunada, 2009).

Lesi bentuk lain adalah ulkus longitudinal, yang mana lesi tersebut dikarakteristikan dengan inflamasi yang kecil di mukosa dan cenderung berbaris secara longitudinal. Bentuk dari ulkus ini bervariasi dari yang bulat hingga berbentuk irregular (Sunada, 2009).

Bentuk cobblestone terjadi akibat dari perubahan inflamasi dan edema di mukosa sebelah kiri dengan ulkus yang tidak beraturan. Bentuk cobblestone ini terlihat sering di kolon tetapi jarang di usus halus kecuali dekat ileum terminalis (Sunada, 2009).

2.1.3. Kolitis Ulseratif

(21)

pencernaan bagian atas temuan endoskopi dan radiologis, yang memusatkan perhatian kita pada kuadran kanan bawah dan didukung juga oleh penjelasan gejala pasien. Pada pemeriksaan upper endoscopy akan menemukan duodenitis, jika kerongkongan dan lambung tidak normal. Sering kali, pasien yang menderita penyakit Crohn atau kolitis ulseratif akan memiliki peningkatan resiko lesi di perut, meskipun temuan ini tidak spesifik. Sekitar 60% dari remaja dengan penyakit Crohn akan memiliki penyakit ileokolon. radang horisontal lebih khas dari tuberkulosis bila dibandingkan dengan penyakit crohn (Danese, 2011).

2.1.4. Angiodisplasia

Pelebaran pembuluh darah mukosa dan submukosa yang berkelok-kelok paling sering ditemukan di sekum atau kolon kanan biasanya setelah usia 60–an. pembuluh darah ini mudah ruptur dan mengeluarkan darah ke lumen. Kelainan ini merupakan penyebab perdarahan sebanyak 20% pada saluran cerna bagian bawah. Dan angiodisplasia merupakan kelainan diperkirakan terbentuk selama bertahun-tahun akibat faktor mekanis yang bekerja pada dinding kolon. Karena lapisan otot, vena penetrans mengalami oklusi saat kontraksi peristaltik tetapi arteri berdinding tebal tetap paten (Cotran, 2004).

2.1.5. Hemoroid

(22)

2.1.6. Diare

Kebanyakan kasus dari diare adalah akut, sembuh tanpa diobati dan disebabkan oleh infeksi atau obat-obatan. Diare kronis (berlangsung hingga 6 minggu atau lebih) lebih sering disebabkan oleh primary inflammatory atau gangguan absorpsi. Secara umum, diare jenis ini perlu penilaian langsung untuk menegakkan diagnosis. Pasien yang menderita diare kronis atau diare akut yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya pada umumnya menjalani pemeriksaan endoskopi apabila tidak ditemukan mikroorganisme pada feses. Pemilihan endoskopi tergantung gejala klinis yang ditemukan (Topazian, 2004).

Pasien dengan gejala dan temuan pada kolon seperti diare berdarah, tenemus, demam, atau leukosit di feses pada umumnya akan menjalani pemeriksaan sigmoidoskopi atau kolonoskopi untuk melihat ada atau tidaknya kolitis. Sigmoidoskopi biasanya sudah cukup untuk menegakkan diagnosis pada kebanyakan pasien seperti itu. Dilain pihak, pasien dengan gejala atau temuan seperti kelainan dari usus halus seperti feses yang berair banyak, berat badan menurun, malabsorpsi besi, kalsium, atau lemak dapat menjalankan pemeriksaan upper endoscopy dengan biopsi duodeni (Topazian, 2004).

Kebanyakan pasien dengan diare kronis tidak merasa segar ataupun bugar. Jika ada riwayat konstipasi dan diare yang berkepanjangan yang terjadi pada dewasa muda, tanpa di sertai darah di feses ataupun anemia diagnosis irritable bowel síndrome dapat ditegakkan. Steatorrea dan nyeri pada abdomen bagian atas mungkin saja disebabkan penyakit pada pankreas daripada saluran cerna. Pasien yang memiliki diare kronis yang sulit dikategorikan sering dianjurkan pemeriksaan kolonoskopi untuk memeriksa usus secara keseluruhan (dan ileum terminal) untuk menemukan tanda-tanda inflamasi ataupun neoplastik (Topazian, 2004).

2.1.8. Adenoma

(23)

usia 40 tahun, dan meningkat menjadi 40% hingga 50% setelah usia 60 tahun. Polip adenomatosa memiliki tiga subtipe yaitu : Adenoma tubular, adenoma vilosa, adenoma tubulovilosa (Cotran, 2004).

Adenoma tubular berukuran kecil dengan ukuran 0,3 cm dan ada juga yang berukuran 2,5 cm sebagian besar memiliki tangkai ramping dengan panjang 1 sama 2 cm dan kepala mirip buah frambus. Secara histologis tangkai terbungkus oleh mukosa kolon normal tetapi kepala terdiri dari epital neoplastik yang membentuk kelenjar yang bercabang dilapisi oleh sel jangkung , hiperkromatik sedikit acak dan mungkin mengeluarkan musin (Cotran, 2004).

Adenoma vilosa adalah polip epitel yang lebih besar dan lebih merugikan. Polip ini cenderung timbul pada usia lanjut. Terutama di rektum dan rektosigmoid. Lesi pada umumnya terdapat dimana saja. Lesinya berupa massa yang tidak bertangkai bergaris tengah hingga 10 cm dan seperti beledu atau kembang kol yang menonjol 1 sampai 3 cm diatas mukosa normal (Cotran, 2004).

Adenoma tubulovilosa memperlihatkan campuran daerah tubular dan vilosa. Adenoma ini merupakan bentuk intermediet antara lesi tubulkat dan vilosa dalam hal frekuensi memiliki tangkai atau tidak bertangkai. Ukuran, derajat displasia dan risiko mengandung karsinoma intramukosa atau invasif (Cotran, 2004).

2.1.9. Karsinoma kolorektal

(24)

bekerja sama dengan Perhimpunan Patologi Anatomi Indonesia, didapati angka yang berbeda. Hal yang menarik disini adalah umur yang lebih muda cenderung lebih banyak dibandingkan dengan laporan dari negara Eropa dan AS. Untuk usia dibawah 40 tahun data dari Bagian Patologi Anatomi FKUI didapati angka 35,26% (Abdullah, 2009).

Sekitar 25% karsinoma kolorektal terletak di sekum atau kolon asendens dengan proporsi setara direktum dan sigmoid distal. Sebanyak 25% lainnya terletak dikolon asendens dan sigmoid proksimal dan sisanya tersebar dikolon bagian lainnya. Dan walaupun karsinoma kolorektal awalnya hanya karsinoma in situ tetapi dapat memiliki morfologi yang berbeda-beda. Tumor di kolon proksimal cenderung tumbuh sebagai massa polipoid eksofitik yang meluas disepanjang salah satu dinding sekum dan kolon asendens, akan tetapi jarang menyebabkan obstruksi. Bila terletak di distal karsinoma cenderung berbentuk lesi anular melingkar yang menimbulkan apa yang disebut sebagai napkin-ring usus (Cotran, 2004).

2.2. Definisi kolonoskopi

Kolonoskopi adalah prosedur yang dilakukan oleh seorang pemeriksa (biasanya seorang gastroenterologis) untuk mengevaluasi bagian dalam kolon (usus besar). Ujung kolonoskop dimasukkan ke dalam anus dan melalui usus besar dan berakhir di sekum (Marks, 2010).

(25)

dibandingkan dengan modalitas yang lain dalam mendeteksi polip adematosa. Disamping itu, dapat melakukan biopsi dan tindakan polipektomi untuk mengangkat polip. Akan tetapi kolonoskopi tidak dapat membedakan jenis-jenis polip secara histologi, oleh karena itu biopsi dan polipektomi penting untuk menegakkan diagnosis secara histologi (Abdullah, 2009).

2.3. Anatomi Kolon

Pencernaan bagian bawah merupakan bagian dari usus transversum dan hal ini masih banyak diperdebatkan. Sekum terletak pada kuadran kanan bawah dan bagian paling proksimal dan terluas dari saluran pencernaan bagian bawah. Jika dilakukan pembedahan, sekum biasanya terletak di bagian bawah dan lebih rendah daripada ileocecal. Lapisan lemak yang dikenal sebagai lapisan omentum yang melekat pada usus besar. Saluran pencernaan bagian bawah disuplai oleh arteri mesenterika superior ke bagian kolik kanan dan cabang kolik menengah. Dan arteri mesenterika inferior menyuplai darah ke bagian kolik kiri, sigmoid, dan dubur (hemoroid). Arteri iliaka internal memperdarahi bagian tengah dubur cabang dubur dan inferior. Cabang terminal dari arteri memasuki dinding usus besar disebut vasa rekta (Kapoor, 2011). 2.4. Pemeriksaan Endoskopi

2.4.1. Bagian-bagian instrument.

Semua endoskopi dapat dibagi dalam 3 bagian: insertion tube, yaitu bagian kolonoskopi yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien yang melalui anus, instrument control head, suatu bagian kolonoskopi yang berguna untuk endoskopis agar kolonoskopi dapat bermanuver/ digerakkan dan memiliki suatu akses air atau udara apabila diperlukan. Dan yang terakhir adalah universal cord and plug, yang menghubungkan unit instrument dengan unit suplai (Messmann, 2006).

(26)

kabel bowden untuk mempermudah pergerakan kolonoskopi itu sendiri. Diujung dari kolonoskopi terdapat lensa dan video yang berfungsi untuk mengambil gambar yang nanti ditampilkan di layar monitor agar endoskopis mengetahui bagian usus mana yang memiliki lesi. Dan pada bagian 15 cm yang terakhir dari bagian insertion tube dirancang lebih fleksibel sehingga dapat diatur ke 4 arah yang berbeda untuk manuver dari kolonoskopi itu sendiri. Derajat fleksi dari kolonoskopi adalah 180° untuk ke atas dan ke bawah dan 160° untuk ke kiri dan kanan (Messmann, 2006).

2. Instrument control head. Memiliki fungsi penting untuk manuver dan mengontrol ujung dari kolonoskopi itu sendiri seperti membantu dalam hal pengisapan, pembersihan, insuflasi udara yang semuanya dikontrol di bagian ini. Didalam kanal instrument kita mendapati adanya silinder udara dan air tetapi sebelumnya kanal air dan udara bersatu di kanal suctions. Diameter di dalam kanal instrumen antara 2,8 mm dan 3,7 mm yang mempermudah masuknya aksesoris endoskopi seperti forsep biopsi atau senar polipektomi. Tombol-tombol yang terdapat di bagian ini digunakan untuk mengambil gambar, merekam video dan mencetak gambar yang tertangkap oleh video tersebut dan mengatur intensitas pencahayaan (Messmann, 2006).

3. Universal cord. Bagian ini menghubungkan endoskopi dengan sumber pencahayaan, suplai air, pompa isap, dan prosesor video. Prosesor video menampilkan gambar ke layar monitor (Messmann, 2006).

2.5. Jenis-jenis Endoskopi 1. Sigmodoskopi Fleksibel

(27)

porsio kolon sebelah kiri yang mana panjang yang dapat dicapai dari alat tersebut biasanya 60 cm dari anal verge. Prosedur ini menyebabkan kram abdomen. Tetapi hal ini tidak terjadi bila diberikan sedasi. Sigmodoskopi fleksibel digunakan untuk skrining gejala asimptomatik. Perangkat ini juga digunakan untuk menilai diare dan hematokezia (Topazian, 2004).

2. Kolonoskopi virtual

Kolonoskopi virtual dikenal juga sebagai computed tomography (CT). Selain itu, dapat digunakan juga spiral CT Scanning ke computer untuk mendapatkan resolusi yang tinggi multidimensi dari seluruh penampilan kolon sehingga gambaran yang didapat lebih jelas. Pada kolonoskopi konvensional, persiapan untuk membersihkan bowel sebelum pemeriksaan harus dilakukan. Sedangkan pada CT scan rectal tube dimasukan dan kolon diisi dengan udara. Glukagon diinjeksikan yang berguna untuk merelaksasi otot-otot polos di usus (Stein, 2012).

Virtual kolonoskopi lebih aman karena kurang invasif dibandingkan kolonoskopi konvensional dan memiliki keakuratan yang lebih tinggi dalam menentukan ukuran, bentuk dan lokasi lesi. Pemeriksaan dengan virtual kolonoskopi juga disarankan untuk menentukan staging dari karsinoma kolorektal ( Stein, 2012).

3. High-definition colonoscopy

(28)

menyimpulkan bahwa angka untuk adenoma yang terlewati akan berkurang sehingga mengurangi resiko terjadi kanker kolorektal (Stein, 2012).

Pada prospektif, studi acak membandingkan kolonoskopi dengan high-definition, kolonoskopi dengan sudut lebar (n=193) dibandingkan dengan kolonoskopi standard (n=197) dalam mendeteksi polip. Tribonias et al menunjukkan perbedaan yang signifikan 2 metode dari kedua prosedur tersebut. Rata-rata dapat polip hiperplastik yang kecil (<5 mm, P= .003) tetapi tidak ditemukan perbedaan antara kedua teknik dalam mendeteksi lesi dengan ukuran besar (10 mm atau lebih besar), medium (antara 5 mm dan 10 mm) dan polip yang kecil (<5mm). Tribonians et al juga menemukan tidak perbedaan yang signifikan antara high-definition, kolonoskopi dengan sudut lebar dan kolonoskopi standard untuk mendeteksi ukuran adenoma dan polip hiperplastik baik ukuran yang kecil, medium, dan besar ( Stein, 2012).

2.6. Indikasi kolonoskopi

a. Skrining kanker kolorektal pada umur yang beresiko. b.Menilai dan mengangkat polip.

c. Membantu manajemen penyakit inflamasi bowel. d.Menentukan tempat perdarahan.

e. Melakukan dekompresi usus (Cagir, 2011).

2.7. Fungsi Kolonoskopi (lower endoscopy)

1. Pemeriksaan penunjang apabila terjadi anemia disertai dengan darah di feses baik yang tersamar atau yang tampak.

(29)

defisiensi besi, kolonoskopi diindikasikan seperti pasien-pasien tersebut walaupun tidak darah yang tersamar didalam feses. Sekitar 30% diduga adanya polip dikolon, 10% akibat kanker kolorektal dan selebihnya mungkin dikarenakan adanya lesi pada vaskular kolon. Endoskopi saluran cerna atas juga direkomendasikan apabila tidak dijumpai perdarahan disaluran cerna bagian bawah. Jika lesi tidak ditemukan, biopsi duodenal harus dilakukan untuk menyingkirkan sprue. Penilaian usus halus juga harus sesuai jika EGD dan kolonoskopi tidak dapat menunjukkan adanya lesi (Topazian, 2004).

Tes untuk darah tersamar di feses yang mendeteksi hemoglobin dan heme merupakan tes yang sensitif untuk memperkirakan ada atau tidaknya darah pada feses. Walaupun terkadang tes itu dapat juga mendeteksi perdarahan pada saluran cerna bagian atas. Pasien dengan darah tersamar harus menjalani pemeriksaan kolonoskopi untuk menyingkirkan adannya neoplasia. Usus halus mungkin merupakan penyebab perdarahan intestinal khususnya jika kolonoskopi dan upper endoscopy tidak dapat menegakkan diagnosis. Kegunaan dari penilaian usus halus dari gejala klinis dan yang paling penting pada pasien yang memiliki perdarahan yang menyebabkan anemia kronik. Padahal dengan radiografi usus halus dapat ditemukan dalam batas normal pada 50 % pasien yang mengalami perdarahan tersebut. Temuan yang paling sering adalah telangiaktasis (Topazian, 2004).

2. Untuk skrining kanker kolorektal

(30)

pengujian kolon secara langsung. Sejak tes untuk darah tersamar tidak sensitif lagi, yang dikarenakan tes ini hanya dapat mendeteksi seperempat kanker kolorektal dan polip yang berukuran besar (Topazian, 2004).

Pemilihan skrining untuk pasien asimptomatik tergantung pada kemauan dan riwayat keluarganya. Adanya riwayat pernah menderita inflamatory bowel disease atau polip kolorektal. Rekomendasi untuk pemeriksaan ini apabila adanya riwayat keluarga yang mengidap polip adematosa sekitar dua atau lebih anggota keluarga. Sindrom kanker tertentu atau ditemukan adanya darah tersamar di feses. Seorang individu tanpa faktor ini pada umumnya juga dipertimbangkan juga skrining sigmodoskopi pada usia 50 tahun dan dianjurkan setiap 5 tahun . Akan tetapi, ada perdebatan apakah pasien yang memiliki hanya satu keluarga yang menderita kanker kolorektal apakah perlu dilakukan skrining (Topazian, 2004).

Sigmoidoskopi fleksibel adalah skrining yang efektif memiliki 2 alasan : 1. Kebanyakan kanker kolorektal pada umumnya terjadi di daerah

rektum dan kolon sebelah kiri.

2. Kebanyakan juga kanker kolorektal pada sisi kanan terjadi dengan adanya adenoma disebelah kiri juga (Topazian, 2004).

(31)

kolonoskopi yang cukup menjanjikan untuk mendeteksi lesi secara akurat (Topazian, 2004).

3. Hematokezia minor.

Jika terdapat darah merah segar di atas feses biasanya berasal dari anal, rektum atau sigmoid distal. Pasien bahkan memiliki kemungkinan lainnya sehingga sigmoidokopi fleksibel harus dilakukan untuk menyingkirkan polip yang berukuran besar atau kanker di kolon bagian distal. Pasien yang mengaku bahwa adanya darah hanya pada tisu toilet dan tidak terdapat pada feses atau di toilet mungkin terjadi perdarahan pada anal kanal. Pemeriksaan DRE (Digital Rectal Examinations) dan diinspeksi secara seksama atau dengan bantuan alat seperti anoskopi sudah cukup untuk menegakkan diagnosis pada kebanyakan kasus (Topazian, 2004).

2.8. Teknik

Scope kolonoskopi terus masuk ke dalam kolon dan digerakan secara manuver

disepanjang luminal dan dinding usus besar yang divisualisasikan ke layar monitor. Kolonoskopi mempunyai kanal sehingga memungkinkan untuk dimasukan berbagai macam instrumen seperti instrumen biopsi yang bertujuan untuk mengangkat polip atau menghentikan pendarahan. Udara, air dan pengisapan bisa diaplikasikan untuk membantu pemeriksaan agar gambar yang dihasilkan lebih jelas (Stein, 2012).

(32)

seperti barium enema untuk melengkapi pemeriksaan. Walaupun prosedur kurang sensitif daripada kolonoskopi dalam mendeteksi polip dan tumor ( Stein, 2012).

2.9. Persiapan Pemeriksaan Kolonoskopi.

Persiapan yang baik memiliki penting untuk keberhasilan pemeriksaan kolonoskopi. Namun, persiapan usus tetap menjadi penghalang utama, yang mana semuanya tergantung pada kepatuhan pasien dengan pedoman skrining karsinoma kolorektal. Peningkatan pendidikan dan kepatuhan pasien terhadap penggunaan rejimen pencahar usus dapat meningkatkan kemungkinan prosedur kolonoskopi aman dan lengkap. Sebuah komponen penting adalah hidrasi yang cukup. Terlepas dari persiapan diberikan, bahwa ada peristiwa buruk yang terkait dengan pencahar usus sering dikaitkan dengan dehidrasi. Penyedia layanan kesehatan perlu melihat pasiennya dari segi pendidikan pasien maupun dengan pencahar yang akan digunakan pasien nantinya bahwa pentingnya hidrasi yang cukup sebelum, selama dan setelah persiapan usus dan kolonoskopi. Langkah-langkah ini dapat mengurangi risiko deplesi volume intravaskular yang berhubungan dengan komplikasi selama persiapan usus dan memberikan persiapan yang lebih aman, lebih efektif untuk kolonoskopi (Lichtenstein, 2007).

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien yang mengalami perdarahan saluran cerna bagian bawah akan diuraikan berdasarkan variabel kategorik dan variabel numerik. Variabel kategorik mencakup jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, gejala klinis, derajat keparahan penyakit dan jenis pemeriksaan yang telah dilakukan sebelumnya. Variabel numerik mencakup usia.

Variabel Independen Variabel dependen Tindakan

Gambar 3.1 Kerangka konsep gambaran kolonoskopi pada perdarahan cerna bagian bawah.

1. Sosiodemografi : Jenis kelamin Suku

Agama Pekerjaan Pendidikan 2. Gejala Klinis 3. Jenis pemeriksaan

yang telah dilakukan sebelumnya

4. Derajat keparahan penyakit

5. Etiologi Perdarahan

[image:33.612.119.525.327.642.2]
(34)

3.2. Definisi Operasional

Pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah seseorang yang mengalami perdarahan (hematokezia atau melena) baik secara nampak di feses atau tersamar jika diuji dengan guaiac test, dan adanya gejala anemia yang mana berdasarkan hasil diagnosis dokter dan tercatat di dalam rekam medis.

Berikut adalah etiologi perdarahan saluran cerna bagian bawah: Pada anus dapat dijumpai adanya :

Hemoroid : Pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena didaerah anus yang berasal dari pleksus hemorrhoidalis.

Laserasi anus : Adanya suatu luka robekan disekitar anus. Maligna anal : Suatu keganasan di anus yang berasal dari epitel. Anal fisura : Suatu retakan dan disertai rasa nyeri di sekitar anus. Pada sigmoid dapat dijumpai adanya:

Kanker kolon: Suatu keganasan yang berasal dari polip yang telah ada sebelumnya. Angiodisplasia : Pelebaran pembuluh darah mukosa dan submukosa yang berkelok-kelok.

Adenoma: Polip neoplastik yang berkisar dari tumor kecil yang sering bertangkai hingga lesi besar.

Poliposis : Penyakit dominan autosomal yang ditandai dengan adenoma yang banyak di mukosa usus.

Polip : Tonjolan diatas permukaan mukosa .

Kolitis ulseratif dengan atau tanpa infeksi: Suatu inflamasi yang ada di kolon yang melibatkan bakteri atau reaksi imun.

Divertikulosis : Suatu penyakit pada sebuah kantung buntu dari saluran cerna. Pada kolon desenden dapat dijumpai adanya :

(35)

Adenoma: Polip neoplastik yang berkisar dari tumor kecil yang sering bertangkai hingga lesi besar.

Angiodisplasia : Pelebaran pembuluh darah mukosa dan submukosa yang berkelok-kelok.

Poliposis : Penyakit dominan autosomal yang ditandai dengan adenoma yang banyak di mukosa usus.

Kolitis ulseratif dengan atau tanpa infeksi: Suatu inflamasi yang ada di kolon yang melibatkan bakteri atau reaksi imun.

Polip : Tonjolan diatas permukaan mukosa. Pada kolon transversum dapat dijumpai adanya :

Kanker kolon : Suatu keganasan yang berasal dari polip yang telah ada sebelumnya. Adenoma: Polip neoplastik yang berkisar dari tumor kecil yang sering bertangkai hingga lesi besar.

Poliposis: Penyakit dominan autosomal yang ditandai dengan adenoma yang banyak di mukosa usus.

Kolitis ulseratif dengan atau tanpa infeksi: Suatu inflamasi yang ada di kolon yang melibatkan bakteri atau reaksi imun.

Divertikulosis: Suatu penyakit pada sebuah kantung buntu dari saluran cerna.

Angiodisplasia : Pelebaran pembuluh darah mukosa dan submukosa yang berkelok-kelok.

Polip : Tonjolan diatas permukaan mukosa . Pada kolon asenden dapat dijumpai adanya :

Kanker kolon : Suatu keganasan yang berasal dari polip yang telah ada sebelumnya. Adenoma: Polip neoplastik yang berkisar dari tumor kecil yang sering bertangkai hingga lesi besar.

(36)

Divertikulosis non–Meckel : Suatu penyakit pada sebuah kantung buntu dari saluran cerna.

Kolitis ulseratif dengan atau tanpa infeksi: Suatu inflamasi yang ada di kolon yang melibatkan bakteri atau reaksi imun.

Angiodisplasia : Pelebaran pembuluh darah mukosa dan submukosa yang berkelok-kelok.

Polip : Tonjolan diatas permukaan mukosa.

3.2.1 Rekam medis adalah keterangan baik yang terulis maupun terekam tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium diagnosis, segala pelayananan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap ataupun dirawat jalan maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat. 3.2.2 Karakteristik adalah kualitas atau atribut yang menunjukkan sifat suatu objek atau organisme.

a. Usia adalah lamanya hidup seorang pasien yang mengalami perdarahan saluran cerna bagian bawah dan menjalani pemeriksaan kolonoskopi dihitung tahun sejak pasien dilahirkan, sesuai yang tercatat pada rekam medis.

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang menjalani pemeriksaan kolonoskopi sesuai tercatat di rekam medik. Yang dikategorikan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku adalah etnik dari pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang menjalani pemeriksaan kolonoskopi yang sesuai dengan hasil rekam medik.

d. Agama adalah kepercayaan yang diakui oleh pemerintah republik Indonesia yang dianut oleh pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah sesuai yang tercatat pada hasil rekam medik. Dikategorikan atas :

(37)

2. Protestan 3. Katolik 4. Budha 5. Hindu

e. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah sesuai yang tercatat pada rekam medis yang dikategorikan atas : 1. Tidak tamat SD/ tidak sekolah

2. SD 3. SMP 4. SMA

5. Perguruan Tinggi

f. Pekerjaan adalah aktivitas utama pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang menjalani pemeriksaan kolonoskopi sesuai yang tercatat pada rekam medik. 3.2.3. Gejala klinis adalah gejala yang dikeluhkan pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang menjalani pemeriksaan kolonoskopi yang tercatat pada rekam medis.

3.2.4.Jenis pengobatan adalah tindakan pengobatan yang diberikan pada pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang menjalani pemeriksaan kolonoskopi sesuai yang tercatat di rekam medis.

3.2.5. Cara Ukur

Semua variabel penelitian diukur dengan survei rekam medis. 3.2.6. Alat Ukur

Semua penelitian diukur dengan menggunakan rekam medis. 3.2.7. Hasil pengukuran

(38)

3.2.8. Skala Pengukuran

(39)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian penyakit dalam divisi Gastrointestinal dan Hepatologi RSUP H. Adam Malik Medan di jalan Bungalau No. 17, Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dimulai dari pengumpulan data sampai pelaporan hasil adalah mulai dari bulan Juni sampai bulan November 2012.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Data-data dikumpulkan melalui rekam medis di RSUP H. Adam malik Medan. Data-data yang pernah mengalami perdarahan saluran cerna bagian bawah .

a. kriteria inklusi

Seluruh pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah yang menjalani kolonoskopi di RSUP H.Adam Malik Medan dari bulan Januari hingga September 2012 yang tercatat dalam rekam medis.

b. Kriteria eksklusi

(40)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan berupa data sekunder yaitu rekam medis pasien yang menderita perdarahan saluran cerna bagian bawah dan menjalani pemeriksaan kolonoskopi.

4.5 Metode Analisis Data

(41)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang terletak di Jalan Bungalau No. 17, Medan di bagian rekam medis. RSUP H. Adam Malik Medan ini merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.355/Menkes/SK/VII/1990. Selain itu, rumah sakit ini juga merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Subjek yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah rekam medik pasien Penderita perdarahan saluran cerna bagian bawah di RSUP H. Adam Malik bulan Januari sampai September 2012. Jumlah rekam medis dalam penelitian ini adalah 42 rekam medis. Semua data sampel diambil dari data sekunder yaitu rekam medik pasien.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling. Semua sampel yang terdapat dalam berkas rekam medis di Rumah Sakit

(42)

5.1.3 Gambaran Umum Pasien Perdarahan Saluran Cerna Bagian Bawah

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ruang rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan, diketahui beberapa gambaran pasien menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan dan suku. Dari hasil rekam medis yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi, didapati hasil sampel 42 rekam medik yang sesuai. Berikut ini adalah gambaran pasien berdasarkan rekam medis tersebut.

Berdasarkan tabel 5.1 di bawah ini, diketahui bahwa rentang usia pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah pada rentang usia <29 tahun sebesar 7,1% (3 orang) , rentang usia 30-39 tahun sebesar 26,2% (11 orang), rentang usia 40-49 tahun sebesar 19% (8 orang), rentang usia 50-59 tahun sebesar 14,3%(6 orang) , rentang usia 60-69 sebesar 21,4% (9 orang), rentang usia >70 sebesar 11,9% (5 orang).

Berdasarkan tabel 5.1 di bawah ini, maka diketahui bahwa pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah berdasarkan jenis kelamin adalah 52,4% pasien pria ( 22 orang) dan 47,1% pasien wanita (20 orang).

Berdasarkan tabel 5.1 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa jumlah pasien PSMBB yang beragama Islam adalah 52,4% (22 orang) dan pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah yang beragama Kristen protestan adalah 47,6% (20 orang).

Berdasarkan tabel 5.1 di bawah ini, maka dapat diketahui bahwa pasien yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebesar 26,5% (10 orang), pasien yang bekerja sebagai pegawai sebesar 17,6% (6 orang), pasien yang bekerja sebagai wiraswasta sebesar 20,6% (8 orang), pasien yang pesiunan sebesar 14,7% (6 orang) dan pasien pasien yang bekerja sebagai profesi yang lain-lain sebesar 20,6% (12 orang).

(43)
[image:43.612.116.527.133.593.2]

Tabel 5.1 Karakteristik pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah

Karakteristik Jumlah Pasien Persentase

Rentang usia

<29 3 7,1

30-39 11 26,2

40-49 8 19,0

50-59 6 14,3

60-69 9 21,4

>70 5 11,9

Jenis Kelamin

Laki-laki 22 52,4

Perempuan 20 47,6

Agama

Islam 22 52,4

Protestan 20 47,6

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga 10 23,8

Pegawai 6 14,3

Wiraswasta 8 19,0

Pesiunan 6 14,3

Lain-lain 12 28,6

Pendidikan

Tidak sekolah 2 4.8

SD 5 11.9

SMP 10 23.8

SMA 19 45.2

Sarjana 6 14.3

(44)
[image:44.612.118.527.217.559.2]

bagian bawah. Dari hasil rekam medis yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi, didapati hasil sampel 42 rekam medik yang sesuai. Berikut ini adalah gambaran pasien berdasarkan rekam medis tersebut.

Tabel 5.2 Hasil kolonoskopi pada bagian perineum, anus, dan rektosigmoid Bagian saluran cerna bagian bawah Jumlah pasien Persentase Perineum

Normal 37 88,1

Hemoroid eksterna 5 11,9

Anus

Normal 32 76,2

Hemoroid interna 10 23,8

Rektum

Normal 33 78,6

Hemoroid interna 2 4,8

Massa protruded 4 9,5

Edema 1 2,4

Hiperemis 2 4,8

Sigmoid

Normal 29 69,0

Massa protruded 3 7,1

Edema 2 4,8

Scope tidak dilanjutkan 5 11,9

Hiperemis 2 4,8

Granuloma, divertikel, polip 1 2,4

(45)

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil kolonoskopi pada pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah pada bagian anus menunjukkan bahwa anus pasien yang normal adalah 76,2% (32 orang) dan pasien yang menderita hemoroid sebesar 23,8% (10 orang) dari total sampel yang didapat.

Berdasarkan tabel 5.2 diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil kolonoskopi pada pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah pada bagian rektum menunjukkan bahwa rektum pasien yang normal adalah 78,6%, (33 orang) pasien yang menderita hemoroid interna adalah 4,8% ( 2 orang), pasien dengan massa yang protruded adalah 9,5% (4 orang), pasien dengan rektum yang edema sebanyak 2,4%(1 orang) dan pasien dengan rektum yang hiperemis adalah 4,8% ( 2 orang).

Berdasarkan tabel 5.2 diatas ini maka dapat diketahui bahwa hasil kolonoskopi pada pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah pada bagian kolon sigmoid menunjukkan bahwa kolon sigmoid pasien yang normal adalah 69,0% ( 29 orang), pasien dengan massa protruded adalah 7,1% (3 orang) , pasien dengan kolon sigmoid edema adalah 4,8% (2 orang) , scope/ pemeriksaan yang tidak dilanjutkan adalah 11,9% (5 orang), pasien dengan kolon sigmoid hiperemis adalah 4,8% ( 2 orang), pasien yang menderita granuloma, divertikel dan polip adalah 2,8% ( 1 orang).

Berdasarkan tabel 5.3 dibawah, maka dapat diketahui bahwa hasil kolonoskopi pada pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah pada bagian desendens menunjukkan bahwa kolon desendens pasien yang normal adalah 57,1% ( 24 orang), pasien dengan massa protruded adalah 4,8% ( 2 orang), pasien dengan kolon desendens edema adalah 4,8% ( 2 orang) , scope/ pemeriksaan yang tidak dilanjutkan adalah 21,4% ( 9 orang) , pasien dengan desendens hiperemis adalah 4,8% ( 2 orang), pasien yang menderita granuloma, divertikel dan polip adalah 7,1% ( 3 orang).

(46)

transversum menunjukkan bahwa kolon transversum pasien yang normal adalah 59,5% ( 25 orang), pasien dengan massa protruded adalah 2,4% (1 orang), pasien dengan kolon transversum edema adalah 4,8% (2 orang), scope/ pemeriksaan yang tidak dilanjutkan adalah 26,2% ( 11 orang), pasien dengan kolon transversum hiperemis adalah 2,4% (1 orang), pasien yang menderita granuloma, divertikel dan polip adalah 4,8% (2 orang).

Berdasarkan tabel 5.3 dibawah maka dapat diketahui bahwa hasil kolonoskopi pada pasien perdarahan saluran cerna bagian bawah pada bagian kolon asendens menunjukkan bahwa kolon asendens pasien yang normal adalah 57,1% ( 24 orang), pasien dengan massa protruded adalah 4,8% (2 orang), pasien dengan kolon asendens edema adalah 2,4% ( 1 orang), scope/ pemeriksaan yang tidak dilanjutkan adalah 28,6% ( 12 orang), pasien dengan kolon asendens hiperemis adalah 2,4% ( 1 orang), pasien yang menderita granuloma, divertikel dan polip adalah 4,8% ( 2 orang).

(47)
[image:47.612.114.531.145.389.2]

Tabel 5.3 Hasil kolonoskopi pada bagian kolon desendens hingga kolon sekum

1

J = Jumlah pasien

2

P = Persentase 5.2. Pembahasan

Pada penelitian yang telah dilakukan dengan di RSUP H. Adam malik, didapatkan jumlah laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang berhubungan dengan keluhan BAB berdarah, diare dan lemas setelah defekasi. Hasil yang ditemukan oleh kolonoskopi pun beragam.Pada penelitian terdiri dari 22 pria dan 20 perempuan yang masuk kedalam kriteria inklusi penelitian ini. Menurut Schoenfeld et al, bahwa mereka menemukan kejadian kolorektal neoplasia pada pria meningkat dua kali yang dibandingkan dengan wanita yang berumur 50-an yang jumlahnya hanya 3 persen dari total sampel perempuan. Dan hasil penelitian tersebut juga menyebut bahwa penggunaan flexibel sigmoidoscopy kurang sensitif dalam mendeteksi kolorektal neoplasia.Wanita yang dilakukan flexible sigmoidoscopy tidak terdeteksi sebanyak 65 persen. Oleh karena itu, perangkat yang dipakai harus

Normal

Massa

protruded Edema

Scope tidak

dilanjutkan Hiperemis

Granuloma, polip dan divertikulitis

J P J P J P J P J P J P

Kolon

desendens 24 57,1 2 4,8 2 4,8 9 21,4 2 4,8 3 7,1 Kolon

transversum 25 59,9 1 2,4 2 4,8 11 26,2 1 2,4 2 4,8 Kolon

asendens 24 57,1 2 4,8 1 2,4 12 28,6 1 2,4 2 4,8 Kolon

(48)

dipertimbangkan dalam hal penegakan diagnosis kolorektal neoplasia pada wanita (Schoenfeld, 2005).

Selain jenis kelamin usia, umur juga merupakan faktor risiko terhadap kejadian keluhan saluran cerna bagian bawah. Dari hasil yang penelitian ini didapatkan bahwa hasil yang paling tinggi dijumpai pada kelompok usia 30-39 tahun sebanyak 11 orang (26,2%) dari total sampel dan diikuti kelompok umur 60-69 tahun sebanyak 9 orang (21,4) dari total sampel. Data penelitian Schoenfeld et al, bahwa adanya variasi data dalam prevalensi dan fenotip pada kolorektal neoplasia berdasarkan umur dan jenis kelamin. Prevalensi kolorektal neoplasia pada pria lebih tinggi bila dibandingkan dengan wanita pda umur 60-an (P=0.004). Dan juga dijumpai peningkatan prevalensi pada kelompok usia tertentu pada kelompok pria yang berumur 50-59 begitu pula dengan kelompok wanita dengan umur yang sama, dan prevalensi berkurang pada pada usia 70 tahun pada kedua kelompok (Schoenfeld, 2005).

Pada penelitian yang telah dilakukan di RSUP H. Adam Malik, tidak ditemukan adanya hubungan pekerjaan, pendidikan, agama dan suku pada kejadian kanker kolorektal. Hal ini menunjukan bahwa variabel tersebut bukan faktor yang dapat meningkatkan kejadian karsinoma kolorektal. Menurut penelitian Tracey di Nevada tahun 2012, bahwa faktor risiko kanker kolorektal dikarenakan faktor nutrisi, pola kebiasaan makan dan olahraga, konsumsi alkohol, obesitas dan perokok (Tracey, 2012).

(49)

terbanyak direktum sebanyak 27 % dan diikuti oleh sigmoid sebanyak 20%, sekum sebanyak 14%, kolon asendens sebanyak 8%, rectosigmoid junction sebanyak7%, kolon tranversum sebanyak 5%, fleksur hepatik sebanyak 3%, fleksur splenik dan anus sebanyak 2% dan appendiks sebanyak1% (Cancer Research UK, 2009).

Penyakit divertikulosis juga ditemukan di penelitiannya walaupun jumlahnya sedikit hanya 1 orang , sehingga penyakit tersebut digabung dengan polip dan granuloma. Karena jumlahnya tidak terlalu banyak. Walaupun begitu penyakit tersebut mungkin dapat menimbulkan morbiditas pada pasien. Divertikulitis dijumpai pada colon sekum menurut Frühmorgen, bahwa divertikulitis dapat terjadi diseluruh kolon dan paling sering dibandingkan dengan saluran cerna yang lain. Biasanya juga divertikula sering diderita pada orang lanjut usia. Orang yang berumur 30-40 tahun ditemukan sekitar <10% dan meningkat jumlah pada orang yang berumur 50-60 tahun sekitar 20-35% dan pada lanjut usia yang berumur >70 tahun meningkat kejadian sampai 40% dan biasanya pada lansia divertikula dijumpai dengan jumlah dan ukuran yang jauh lebih besar dibandingkan dengan dewasa muda. Bila ditinjau dari jenis kelamin, maka perbandingan antara laki-laki dan perempuan sama banyaknya (Frühmorgen, 2007).

(50)

mendiagnosis suatu keganasan di kolorektal, akan tetapi dibutuhkan skrining tes darah samar untuk melihat lesi prakanker (Liana, 2006).

(51)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Hasil kolonoskopi yang didapatkan dari rekam medis pasien menunjukkan bahwa banyak penyakit yang menyebabkan perdarahan saluran cerna bagian bawah. Dari hasil tersebut didapatkan laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan kelompok usia 30-39 tahun yang terbanyak dari semua sampel. Massa protruded juga banyak ditemukan di rektosigmoid. Walaupun hasil kolonoskopi yang normal lebih banyak didapat. Pemeriksaan kolonoskopi banyak yang tidak mencapai sekum yang dikarenakan alasan subjektif.

6.2. Saran

(52)

Daftar Pustaka

Abdullah, Murdani, 2009. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I , Interna publishing: Jakarta Pusat , hal 567-575.

Benevento, Gianluca; Avellini, Claudio; Terrosu, Giovanni; Geraci, Marco;

Lodolo, Ilva; Sorrentino, Dario. Ital

Cagir, Burt 2011.Lower Gastrointetinal Bleeding.New York University. United States

Cancer research UK, 2009, Bowel cancer incidence statistic, United Kingdom

accessed on 23 mei 2012

Cotran, Ramzi S., Robbins, Stanley L., Kumar, Vinay 2004. Buku Ajar Patologi Robbins, Ed. 7, vol. 2, Buku Kedokteran EGC: Jakarta, hal 609-661.

december 2012

Centers for diseases control and preventions. United states statistic

Danese Silvio, Fiocchi, Claudio 2011, Colitis Ulserative, England 2012

(53)

population-based study. California, United States. 2012

Frühmorgen, Wehrmann, 2007.Colon Diverticula and Diverticulosis. Germany,Dr. Falk Pharma GmbH: Freiburg, hal 5-15.

Harvard Medical School. 2008, Preparing Colonoscopy.England accessed on 2 April 2012

Kapoor, Vinay Kumar, 2011. Anatomy Colon institute of medical lucknow, India.avaible from

Liana, Prihatini, 2006. Korelasi antara periksaan darah samar tinja menggunakan anti hemoglobin manusia dan pengamatan mikroskopis, universitas airlangga, Surabaya. Avaible from

2 december 2012.

Lichtenstein, G. R.; Cohen, L. B.; Uribarri, J.2007. Bowel Preparation for Colonoscopy - The Importance of Adequate Hydration. United States 2012

(54)

Radhi, M Jasim, Ramsay, A Jennifer, Boutross-Tadross, Odette 2011. Diverticular disease of the right colon, McMaster University. Available from

Schoenfeld, Philip, et al, 2005. Colonoscopic Screening of Average-Risk

Women for Colorectal Neoplasia. avaiable

from Accessed on 11 november 2012

Simadibrata, Marcellus, 2009. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I , Interna publishing: Jakarta Pusat , hal 587-590..

Soewondo, Eddy Soewandojo,2009. Ilmu Penyakit Dalam jilid III, Interna Publishing: Jakarta Pusat , hal 2850-2860.

Sunada, Keijiro; Yamamoto, Hironori; Yano Tomonori; Sugano, Kentaro. Advances in the Diagnosis and Treatment of Small Bowel Lesions with Crohn's Disease using Double-balloon Endoscopy, 2009. Available from http://www.medscape.com/viewarticle/713294

Sya’roni, Akmal, 2009. Ilmu Penyakit Dalam jilid III, Interna Publishing: Jakarta Pusat, hal 2858.

Topazian, Mark, 2004. Disorder Gastrointestinal tract: Cecil Medicine: England, hal 1931-1955

(55)

types/bowel/incidence/uk-bowel-cancer-incidence-statistics. Accessed on 1 december 2012.

(56)

LAMPIRAN

FORMULIR PENELITIAN

NAMA :

JENIS KELAMIN :

USIA/TANGGAL LAHIR :

AGAMA :

SUKU :

PENDIDIKAN :

KELUHAN :

HASIL PEMERIKSAAN : 1. ANUS

2.REKTUM

3.KOLON SIGMOID 4.KOLON DESENDENS 5.KOLON TRANSVERSUM 6.KOLON ASENDENS 7. SEKUM

RIWAYAT PENYAKIT :

Hb : RDW : B : Ureum : PT

RBC : MPV : NA : Kreatinin : Kontrol :

WBC : PCT : LA : Asam Urat : Pasien :

HT : PDW : MA : Natrium : APTT

PLT : N : EA : Kalium : Kontrol :

MCV : L : BA : Chloride : Pasien :

MCH : M : AST : CEA : INR :

MCHC : E : ALT : CA125 : TT :

(57)

LAMPIRAN

Jeniskelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 22 52.4 52.4 52.4

Perempuan 20 47.6 47.6 100.0

Total 42 100.0 100.0

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 3 7.1 7.1 7.1

2 11 26.2 26.2 33.3

3 8 19.0 19.0 52.4

4 6 14.3 14.3 66.7

5 9 21.4 21.4 88.1

6 5 11.9 11.9 100.0

Total 42 100.0 100.0

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 22 52.4 52.4 52.4

Protestan 20 47.6 47.6 100.0

(58)

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Jawa 5 11.9 11.9 11.9

Batak 23 54.8 54.8 66.7

Karo 1 2.4 2.4 69.0

Nias 1 2.4 2.4 71.4

Lain-lain 12 28.6 28.6 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IbuRumahTangga 10 23.8 23.8 23.8

Pegawai 6 14.3 14.3 38.1

wiraswasta 8 19.0 19.0 57.1

pesiunan 6 14.3 14.3 71.4

Lain-lain 12 28.6 28.6 100.0

Total 42 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidaksekolah 2 4.8 4.8 4.8

SD 5 11.9 11.9 16.7

SMP 10 23.8 23.8 40.5

SMA 19 45.2 45.2 85.7

Sarjana 6 14.3 14.3 100.0

(59)

Anus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 32 76.2 76.2 76.2

hemoroid 10 23.8 23.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Rektum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 33 78.6 78.6 78.6

Hemoroid 2 4.8 4.8 83.3

Massa protruded 4 9.5 9.5 92.9

edema 1 2.4 2.4 95.2

Hiperemis 2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Sigmoid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 29 69.0 69.0 69.0

Massa protruded 3 7.1 7.1 76.2

Edema 2 4.8 4.8 81.0

Scope tidakdilanjutkan 5 11.9 11.9 92.9

Hiperemis 2 4.8 4.8 97.6

granuloma, divertikel, polip

1 2.4 2.4 100.0

(60)

Desendens

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 24 57.1 57.1 57.1

Massa protruded 2 4.8 4.8 61.9

Edema 2 4.8 4.8 66.7

Scope tidakdilanjutkan 9 21.4 21.4 88.1

Hiperemis 2 4.8 4.8 92.9

Granuloma,polip, divertikel

3 7.1 7.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Transversum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 25 59.5 59.5 59.5

Massa protruded 1 2.4 2.4 61.9

Edema 2 4.8 4.8 66.7

Scope tidakdilanjutkan 11 26.2 26.2 92.9

Hiperemis 1 2.4 2.4 95.2

Granuloma,polip, divertikel

2 4.8 4.8 100.0

(61)

Asendens

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 24 57.1 57.1 57.1

Massa protruded 2 4.8 4.8 61.9

Edema 1 2.4 2.4 64.3

Scope tidakdilanjutkan 12 28.6 28.6 92.9

Hiperemis 1 2.4 2.4 95.2

Granuloma,polip, divertikel

2 4.8 4.8 100.0

Total 42 100.0 100.0

Sekum

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Normal 21 50.0 50.0 50.0

Massa protruded 2 4.8 4.8 54.8

Edema 2 4.8 4.8 59.5

Scope tidakdilanjutkan 14 33.3 33.3 92.9

Hiperemis 1 2.4 2.4 95.2

Granuloma,polip, divertikel

2 4.8 4.8 100.0

Gambar

 Bagian Gambaran Bawah
Tabel 5.1 Karakteristik pasien dengan perdarahan saluran cerna bagian bawah
Tabel 5.2 Hasil kolonoskopi pada bagian perineum, anus, dan rektosigmoid
Tabel 5.3 Hasil kolonoskopi pada bagian kolon desendens hingga kolon sekum

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pasien yang dat ang dengan keluhan perdarahan saluran cerna baw ah daan adanya keluhan- keluhan lain yang m eragukan unt uk suat u proses keganasan sepert i anem i y ang

Ilmu Penyakit Dalam jilid III, Interna Publishing: Jakarta Pusat , hal 2850-2860. Sunada, Keijiro; Yamamoto, Hironori; Yano Tomonori;

Karya tulis ilmiah ini adalah mengenai penelitian yang telah dilakukan dengan judul “ Proporsi dan Karakteristik Penyebab Perdarahan Saluran Cerna Bahagian Atas

“ Bagaimana proporsi dan karakteristik penyebab perdarahan saluran cerna bahagian atas dari hasil endoskopi pasien di RSUP H.

Beberapa penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas yang sering dijumpai pada usia lebih dari 12 tahun antara lain ulkus duodenum, esofagitis, gastritis dan robekan

7,8,11,12 Setelah terjadi perdarahan saluran cerna pada pasien ini, dengan skor Rockal 6, diputuskan untuk menunda pemberian DAPT sambil terus memantau perdarahan yang

Hasil dari endoskopi dan kolonoskopi menun- jukkan bahwa varises esofagus (37%) adalah etiologi paling banyak terjadi pada perdarahan saluran cerna bagian atas, sedangkan

Distribusi Penderita Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas Berdasarkan Diagnosis Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan bahwa hasil penelitian dengan diagnosis terbanyak